teladan seorang pendidik

2
TELADAN SEORANG PENDIDIK By: Agnescia Clarissa Sera “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku” 2 Timotius 3 : 10 Ada sebuah kisah nyata tentang seorang pendeta yang melayani seorang anak laki-laki yang menjadi korban perang. Di tengah masa kritisnya, pendeta menanyakan kepada anak itu apakah dia mempunyai pesan terakhir untuk ibunya. “Ya,” jawab anak itu, “Katakan padanya, saya meninggal dalam keadaan bahagia.” “Ada pesan lain?,” tanya sang pendeta. “Ya. Tulislah surat untuk guru sekolah minggu saya. Katakan kepadanya, saya meninggal sebagai orang Kristen dan saya tidak pernah melupakan ajarannya.” Beberapa minggu kemudian, pendeta itu menerima sepucuk surat dari guru sekolah minggu tersebut. Bunyinya demikian: “Tuhan Maha Pengampun! Baru bulan lalu saya mengundurkan diri dari kelas sekolah minggu karena merasa saya bukan seorang yang memiliki kemampuan mengajar yang baik. Karena kekurangsetiaan saya, saya mundur dari pelayanan saya. Namun, ketika saya menerima surat dari Bapak, yang mengatakan bahwa apa yang saya ajarkan bermanfaat memenangkan jiwa, saya kembali ke sekolah minggu. Di dalam nama Kristus, saya akan terus mengajar. Saya akan setia mendidik sampai akhir hidup saya seperti Kristus sudah mendidik saya.” Sahabat, pendidikan bisa dikatakan seperti sebuah transportasi yang dapat membawa bangsa menuju taraf hidup yang lebih baik, maju dan beradab. Salah satu kunci keberhasilan pendidikan terletak pada mutu dan karakter pendidiknya. Apabila seorang pendidik memiliki hati yang tulus memberikan seluruh daya yang ia miliki untuk mendidik seorang anak menjadi pribadi yang suka belajar, penuh rasa ingin tahu, terampil, berkarakter dan memiliki iman yang kuat, tentunya bangsa kita akan menjadi bangsa yang tangguh. Namun, terkadang ada saja hal yang dapat menyurutkan semangat mengajar seorang pendidik. Melihat anak didik yang terkadang tidak peduli dengan pengajaran yang disampaikan, semangat belajar mereka yang rendah, mental yang selalu ingin instan, lebih memilih asyik dengan gadget untuk have fun semata dibanding memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah diajarkan. Ditambah lagi, manajemen dan sistem pendidikan yang morat-marit, dicampur dengan kepentingan politik dan kepentingan golongan tertentu.

Upload: agnescia-sera

Post on 11-Apr-2017

18 views

Category:

Spiritual


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teladan seorang pendidik

TELADAN SEORANG PENDIDIK

By: Agnescia Clarissa Sera

“Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku,

imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku” 2 Timotius 3 : 10

Ada sebuah kisah nyata tentang seorang pendeta yang melayani seorang anak laki-laki yang

menjadi korban perang. Di tengah masa kritisnya, pendeta menanyakan kepada anak itu apakah

dia mempunyai pesan terakhir untuk ibunya. “Ya,” jawab anak itu, “Katakan padanya, saya

meninggal dalam keadaan bahagia.” “Ada pesan lain?,” tanya sang pendeta. “Ya. Tulislah surat

untuk guru sekolah minggu saya. Katakan kepadanya, saya meninggal sebagai orang Kristen dan

saya tidak pernah melupakan ajarannya.”

Beberapa minggu kemudian, pendeta itu menerima sepucuk surat dari guru sekolah minggu

tersebut. Bunyinya demikian: “Tuhan Maha Pengampun! Baru bulan lalu saya mengundurkan diri

dari kelas sekolah minggu karena merasa saya bukan seorang yang memiliki kemampuan mengajar

yang baik. Karena kekurangsetiaan saya, saya mundur dari pelayanan saya. Namun, ketika saya

menerima surat dari Bapak, yang mengatakan bahwa apa yang saya ajarkan bermanfaat

memenangkan jiwa, saya kembali ke sekolah minggu. Di dalam nama Kristus, saya akan terus

mengajar. Saya akan setia mendidik sampai akhir hidup saya seperti Kristus sudah mendidik saya.”

Sahabat, pendidikan bisa dikatakan seperti sebuah transportasi yang dapat membawa bangsa

menuju taraf hidup yang lebih baik, maju dan beradab. Salah satu kunci keberhasilan pendidikan

terletak pada mutu dan karakter pendidiknya. Apabila seorang pendidik memiliki hati yang tulus

memberikan seluruh daya yang ia miliki untuk mendidik seorang anak menjadi pribadi yang suka

belajar, penuh rasa ingin tahu, terampil, berkarakter dan memiliki iman yang kuat, tentunya

bangsa kita akan menjadi bangsa yang tangguh.

Namun, terkadang ada saja hal yang dapat menyurutkan semangat mengajar seorang pendidik.

Melihat anak didik yang terkadang tidak peduli dengan pengajaran yang disampaikan, semangat

belajar mereka yang rendah, mental yang selalu ingin instan, lebih memilih asyik dengan gadget

untuk have fun semata dibanding memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan yang sudah diajarkan. Ditambah lagi, manajemen dan sistem

pendidikan yang morat-marit, dicampur dengan kepentingan politik dan kepentingan golongan

tertentu.

Page 2: Teladan seorang pendidik

Kondisi seperti ini tidak mengherankan. Dalam 2 Tim 3 : 1-5, Paulus mengingatkan kita tentang

keadaan manusia di akhir zaman. Hal yang senada juga disampaikan lagi dalam 2 Tim 4: 3-4,

“Karena akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan

mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka

memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”

Bagaimana kita menghadapi kondisi semacam ini? Jawabannya adalah dengan terus menjadi

teladan yang baik bagi anak didik kita. Seperti kisah nyata di atas, bagaimana seorang murid hidup

bertumbuh dalam pengajaran yang ia terima dari guru sekolah minggunya. Seorang pendidik

selayaknya mengajar dengan hati yang tulus. Bukan hanya memberikan pengetahuan dan

keterampilan yang dikuasai, tapi juga membentuk murid menjadi orang yang berkarakter, mampu

melihat pekerjaannya sebagai panggilan jiwa dan memiliki iman yang kokoh di dalam Kristus.

Menjadi seorang pendidik tidak terbatas dengan menjadi seorang guru saja. Sebagai orang tua,

kita sudah menjadi pendidik bagi anak-anak kita. Sebagai seorang kakak KTB, kita pun sudah

menjadi pendidik bagi adik KTB kita. Selayaknya kita terus menjadi teladan bagi orang yang kita

muridkan. Dengan menjadi teladan, ajaran kita akan lebih berkuasa, lebih bisa diterima karena

orang melihat buktinya secara langsung.

Keteladanan tidak berhubungan dengan usia. Keteladanan diperoleh melalui disiplin tinggi dan

kerendahan hati untuk taat dibentuk. Jadilah teladan dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam

kasih, kesetiaan, dan kesucianmu (1 Tim 4:12). Kita mengakui, memang tidak mudah untuk

menjadi teladan bagi orang di sekeliling kita. Namun, menjaga kesaksian dan menjadi teladan

bukanlah sebuah pilihan melainkan kewajiban seorang pendidik sejati. Kristus adalah teladan yang

sempurna (Mat 7:28-29). Bersama Kristus tidak ada yang mustahil.

Bayangkan, surat seperti apa akan kita terima dari orang yang kita didik? Sudahkah mereka

mengalami Kristus melalui hidup kita, para pendidiknya?

What the teacher is, is more important than what he teaches

(Karl Menninger)