sensasi indera
Post on 12-Aug-2015
792 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SENSASI INDERA
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia yang dibina oleh
Drs. Soedjono Basoeki, M.Pd dan Hendra Susanto S.Si, M.Kes
Oleh
Kelompok 4
1. Tuska Hestiningtyas (206341403545)
2. Candra Hermawan (207341412046)
3. Eka Widya Wulansari (207341412051)
4. Arini Rahma Dhani (207341412056)
5. Evi Ayu Candra (207341409185)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2009
A. TOPIK
Topik pada praktikum ini adalah sensasi indera pada manusia
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya berbagai macam sensasi
indera umum dan indera khusus.
C. DASAR TEORI
Secara tradisi dikatakan bahwa manusia memiliki lima indera, yaitu
peraba, pengecap, pembau, penglihatan dan pendengaran. Pada kenyataannya
setiap inera tersebut melibatkan beberapa sensasi yang lain. Misalnya indera
peraba, melibatkan kemampuan mengenal panas atau dingin, tekanan dan
sakit (Soewolo,dkk :1999).
Menurut Basuki, dkk (2000) agar terjadi sensasi diperlukan empat saraf:
(1) harus ada rangsmg, (2) organ pengindera harus menerima rangsangan dan
mengubahnya menjadi impuls saraf, (3) impuls harus dihantarkan sepanjang
jalur saraf dari sensori ke otak, (4) bagian otak yang menerima harus
menerjemahkan impuls menjadi sensasi.
Indera merupakan juataan reseptor system saraf, beberapa reseptor ini
merupakan suatu struktur yang amat khusus, yang lain sederhana berupa
serabut-serabut telanjang (Basuki, 1988). Sedangkan menurut Basuki, dkk
(2000) menyatakan bahwa sebuah reseptor sensori (indera) mempunyai
struktur sederhana yang berupa dendrit dari sebuah neuron tunggal atu
sebuah oegan kompleks, seperti mata yang berisi neuron khusus, epitelim,
jaringan ikat. Semua reseptor sensori berisi dendrite dari neuron sensori.
Menampilkan derajat eksitabilitas tinggi, dan memilikmi stimulus threas hold
rendah. Sebagian besar impuls sensori dihantarkan menuju area sensori dari
korteks serebral. Disinilah suatu stimulus menghasilkan sensasi. Kita melihat
dengan mata, mendengar telingga, dan merasa sakit pada bagian tubuh yang
terluka hanya karena korteks mengartikan sensasi yang datang dari reseptor
sensori yang dirangsang.
Berdasarkan sederhana atau kompleksnya reseptor dan jalur saraf,
reseptor sensori dikelompokkan menjadi (1) indera umum yang meliputi
reseptor dan jalur syaraf sederhana, sensasi taktil (sentuhan, tekanan, vibrasi),
sensasi termoreseptif(panas dan dingin), sensasi sakit, sensasi proprioseptif
(Okesadaran atau aktivitas otot, tendon, sendi, keseimbngan), (2) indera
khusus yang meliputi sensasi olfaktori (pembau), sensasi gustatory
(pengecap), sensasi visual (penglihatan), sensasi auditori (pendengaran),
sensasi equilibrium (orientasi tubuh) (Basoeki, dkk. 2000).
D. ALAT DAN BAHAN
- Penggaris
- Meteran
- Pensil
- Papan tulis
- Kapas
- Jarum pentul
- Spidol warna-warni
- Timer
- Kertas manila
- Tabung reaksi
- Air
E. DATA
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1. Uji pembedaan titik - Ujung jari : 0,1 cm
- Sisi hidung : 0,2 cm
- Punggung lengan : 2 cm
- Belakang leher : 0,8 cm
2. Menentukan reseptor sentuh - Sensasi sentuhan terasa pada semua
petak dan terasa sakit
3. Menentukan reseptor sakit - Sensasi sentuhan terasa pada semua
petak tetapi tidak terasa sakit hanya
terasa seperti sentuhan.
4. Menentukan proprioseptor -Huruf X= 1 cm, 3 cm, 0 cm.-Mata tertutup, tangan kiri (jari tengah) menyentuh telunjuk kanan kurang berhasil.-mata tertutup tangan direntangkan ke belakang lalu jari menyentuh ujung hidung sangat tepat.
5. Bintik buta Jarak O menghilang pada jarak 11 cm.
6. Proyeksi Binokuler -yang Nampak hanya satu lubang.
7. Pentingnya Penglihatan Binokuler
-dapat memasukkan pensil ke tabung reaksi 2 kali (ulangan 1), 5 kali (ulangan 2), dan 6 kali (ulangan 3)
8. Dominansi Mata Setelah menutup mata kiri
Setelah menutup mata kanan
-maka benda dengan pensil letaknya sejajar.
-maka terlihat benda tidak sejajar dengan pensil.
14. Reseptor Gustatori (Pengecap)
15. Pengecap dan Pembau Tidak dikunyah dengan nostril
tertutup
Wortel X
Kentang X
Bawang Merah X
Apel X
Tidak dikunyah dengan nostril
terbuka
Wortel X
Kentang X
Bawang Merah X
Apel X
Dikunyah dengan nostril
terbuka
Wortel
Kentang
Bawang Merah
Apel
16. Ketajaman Pendengaran Jarak terjauh terdengar = 360 cmJarak terjauh+2 meter, jarak terdengar sama.
No. Jenis bahan Waktu
(detik)
1 Gula pasir 10
2 Larutan gula 1
3 Kina 1
4 Garam 1
5 Larutan garam 1
17. Penghantaran Suara
Ketika garpu tala
diletakkan pada kepala
Ketika menutup salah
satu telinga (kanan)
Ketika menutup kedua
telinga
Ketika garpu tala
dipindahkan didekat
telinga
-suara tidak terdengar.
-terdengar
-tidak terdengar
-terdengar
18. Kelelahan Pendengaran
Ketika garpu tala
diletakkan dekat telinga
kiri
Dijauhkan dari telinga
Didekatkan lagi pada
telinga kiri
Dipindahkan pada
telinga kanan
-terdengar suara
-tidak terdengar di telinga kiri
-tidak terdengar di telinga kiri
-tidak terdengar ditelinga kanan
19. Keseimbangan Ketika pelaku berdiri
tegak, mata terbuka dan
mengangkat salah satu
kaki
Ketika pelaku berdiri
tegak, tetapi dengan
mata tertutup dan
mengangkat salah satu
kaki
kemampuan untuk bertahan selama
2menit (ada keseimbangan)
kemampuan untuk bertahan 6 detik
(keseimbangan tidak berlangsung
lama)
F. Analisis Data Sensasi Indera
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berbagai reseptor indera, kegiatan
praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui macam sensasi indera, baik indera
khusus maupun indera umum.
1. Uji pembedaan dua titik
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan dapat diketahui
bahwa jarak terdekat yang dirasakan oleh subyek adalah 0,1 cm pada jari bagian
ujung. Sedangkan jarak dua titik pada hidung adalah 0,2 cm. Pada bagian
belakang leher dapat diketahui jaraknya adalah 0,8 cm dan pada bagian punggung
lengan merupakan jarak yang paling jauh yaitu 2 cm.
2. Menentukan reseptor sentuh
Setelah pengamat menekankan ijuk pada semua petak di punggung lengan,
disini pelaku dapat merasakan semua sensasi sentuhan yang diperlakukan dengan
adanya rasa sakit. Hal ini menunjukka bahwa adanya kesamaan perlakuan dalam
cara keras lemahnya penyentuhan ijuk di punggung lengan.
3. Menentukan reseptor sakit
Sebelum menentukan reseptor sakit, terlebih dahulu mengompres kulit
lengan dengan kapas basah selama 5 menit. Kemudian meletakkan ujung ijuk
pada permukaan kulit dan menekannya sampai menghasilkan rasa sakit. Dari
perlakuan ini, dari semua petak telah merasakan sensasi sentuhan namun tidak
terasa sakit. Pengompresan kulit lengan dilakukan agar kulit lebih tahan terhadap
rasa sakit. Sehingga setelah pengompresan ini diperlakukan perlakuan dengan
ujung ijuk tidak terasa sakit.
4. Menentukan proprioreseptor
BELUM
5. Bintik buta
BELUM
6. Proyek binokuler
BELUM
7. Pentingnya penglihatan binokuler
BELUM
8. Dominansi mata
BELUM
14. Reseptor gustatori (pengecap)
Dalam praktikum reseptor gustatori/ pengecap ini mengamati kepekaan
dari lidah terhadap bahan amatan, antara lain: gula pasir, larutan gula, kina, dan
garam. Pertama-tama lidah subyek dikeringkan dengan kertas penghisap, yang
bertujuan agar lidah tidak dalam keadaan basah (karena saliva). Kemudian
pengamatan pertama dilakukan dengan menggunakan gula pasir, gula ini
diletakkan pada ujung lidah, kepekaan yang dibutuhkan lidah untuk mendeteksi
adanya rasa manis adalah dalam waktu 10 detik. Setelah itu lidah harus
dibersihkan menggunakan kertas hisap. Pengamatan kedua dilakukan dengan
menggunakan larutan gula, larutan gula ini diteteskan pada ujung lidah. Kepekaan
yang dibutuhkan lidah untuk mendeteksi adanya rasa manis adalah 1 detik.
Dalam pengamatan selanjutnya menggunakan kina, perlakuannya sama
halnya dengan perlakuan sebelumnya. Disini lidah terlebih dahulu harus
dibersihkan dahulu menggunakan kertas hisap. Pertama-tama kina diletakkan pada
ujung lidah, waktu yang dibutuhkan lidah untuk mendeteksi adanya rasa pahit
adalah 1detik. Lidah terlebih dahulu harus dibersihkan dahulu menggunakan
kertas hisap. Kemudian perlakuan yang terakhir menggunakan garam dapur.
Garam pasir diletakkan pada ujung lidah, waktu yang dibutuhkan lidah untuk
mendeteksi adanya rasa asin adalah 1 detik. Dalam praktikum ini membuktikan
bahwa kepekaan lidah terhadap berbagai rasa berbeda. Selain pengaruh rasa,
kepekaan lidah juga dipengaruhi oleh bentuk bahan yang digunakan dalam
pengamatan. Misalnya perbandingan lama waktu kepekaan lidah antara gula pasir
dengan larutan gula. Dalam praktikum yang dilakukan menunjukkan bahwa lidah
lebih peka terhadap larutan gula dibandingkan gula pasir. Hal ini dikarenakan
larutan gula lebih mudah masuk ke dalam papila-papila lidah.
15. Pengecap dan pembau
Dalam praktikum pengecap dan pembau ini berfungsi untuk menguji
tingkat kepekaan antara indera pengecap dan pembau. Disini mata dan nostril
tertutup sehingga subyek tidak mengetahui bahan amatan apa yang akan diujikan.
Dari pengamatan diketahui bahwa telah terjadi kesalahan pada semua penebakan
oleh subyek. Ini dimungkinkan subyek kurang peka terhadap bahan amatan yang
diujikan.
Dalam pengamatan selanjutnya, bahan amatan tidak lagi hanya didiamkan
dimulut. Tetapi bahan amatan ini juga dikunyah. Mata dan nostril tetap dalam
keadaan tertutup. Kemudian potongan bahan amatan dimasukkan ke dalam mulut
dan dikunyah oleh subyek. Dalam hal ini subyek salah menyebutkan/ mengenali
jenis bahan amatan tersebut. Hal ini membuktikan, bahwa lidah subyek kurang
peka terhadap bahan yang telah dikunyah/ dihaluskan. Pengamatan selanjutnya
mata tetap tertutup dan nostril terbuka. Dalam hal ini tidak terdapat kesalahan
penebakan oleh subyek. Hal ini membuktikan, bahwa adanya hubungan antara
rongga mulut dan rongga hidung.
16. Ketajaman pendengaran
Berdasarkan hasil percobaan pada saat timer dijauhkan dari telinga
BELUM
17. Penghantaran suara
BELUM
18. Kelelahan pendengaran
BELUM
19. Keseimbangan
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan, bahwa
pada saat berdiri tegak dengan salah satu kaki terangkat dan mata terbuka. Subyek
mampu bertahan pada posisi tersebut selama 2 menit. Sedangkan pada kondisi
mata tertutup, subyek hanya mampu bertahan pada posisi yang sama selama 6
detik.
G. PEMBAHASAN
Sensasi adalah interpretasi otak terhadap impuls yang datang kepadanya
dari saraf sensoris. Pada otak terdapat berbagai macam pusat sensasi yang akan
memberitahukan tentang sensasi tertentu kepada kita apabila pusat tadi menerima
impuls dari reseptor.
1. Uji pembedaan dua titik
Pada uji pembedaan dua titik , menunjukkan bahwa kepekaan terhadap
kedua ujung jarum di berbagai tubuh kita berbeda-beda. Pada ujung jari, subyek
baru bisa merasakan dua ujung jarum yang disentuhkan pada jarak 0,1 cm. Pada
sisi hidung, jarak terpendek kedua ujung jarum dapat dirasakan adalah 0,2 cm.
Pada punggung lengan, subyek baru dapat merasakan kedua ujung jarum dengan
jarak 2 cm sedangkan pada bagian belakang leher pada jarak 0,8 cm. Hal ini
dikarenakan setiap bagian tubuh memiliki daerah sensorinya sendiri pada otak.
Misalnya serabut saraf dari ibu jari tangan akan berhubungan dengan daerah
tertentu pada otak (Soewolo, 1999). Selain itu syaraf spinal yang bercabang ke
kulit dan membran mukosa berakhir sedikitnya pada lima reseptor, yaitu yang
mengakibatkan sensasi untuk panas, dingin, sakit, sentuhan, dan tekanan
(Basoeki, 1988). Dari percobaan tersebut menunjukkan bahwa sensasi taktil
berupa tekanan di ujung jari memiliki sensasi paling besar sedangkan pada
punggung lengan paling kecil. Hal ini dikarenakan kulit belakang memiliki sedikit
reseptor sentuhan dan tekanan, sehingga jarak terpendek kedua ujung jarum dapat
dirasakan subyek paling besar diantara bagian kulit yang lain. Sedangkan pada
ujung jari mempunyai hampir semua reseptor, sehingga jarak terpendek kedua
ujung jarum dapat dirasakan subyek juga lebih kecil dibandingkan bagian kulit
yang lain (Basoeki, 1988).
2. Menentukan reseptor sentuh
Berdasarkan strukturnya, reseptor yang bertanggung jawab terhadap
sensasi sentuhan adalah ujung saraf telanjang (dendrit dari saraf sensoris) dan
ujung saraf berkapsul (ujung saraf yang dibungkus oleh lebih dari satu lapisan
sel). Pada ujung saraf berkapsul, terdapat reseptor berkapsul yaitu badan Meissner
(Meissner’s corpuscle), berbentuk oval, terdiri dari dua atau tiga ujung dendrit
yang berspiral dan dibungkus oleh kapsul yang tipis. Badan Meissner terletak di
dalam dermis tepat di bawah epidermis, dan diduga merupakan mekanoreseptor
yang merespon terhadap sentuhan ringan, sebab pada bagian tubuh yang sangat
sensitif terhadap sentuhan ringan banyak dijumpai badan Meissner.
Mekanoreseptor yang kedua adalah cawan Merkel (Merkel Disc). Cawan merkel
merupakan sel-sel kecil berbentuk cawan pda ujung-ujung saraf telanjang, yang
terletak pada lapisan luar kulit dan menerim stimulus tekanan ringan pada kulit
(Soewolo, 1999).
Berdasarkan teori tersebut, maka dilakukan pengamataan untuk
menentukan reseptor sentuh dilakukan dengan membuat 16 petak pada punggung
lengan subyek. Subyek harus menutup mata, sementara itu pengamat menekan
ijuk pada petak kecil sampai ijuk bengkok dengan tekanan yang sama pada tiap
petak kecil. Pada semua petak subyek merasakan sensasi sentuh dan adanya rasa
sakit dari ujung ijuk. Hal ini kemungkinan dikarenakan sentuhan atau tekanan
ringan yang diberikan pada kulit sama dan dapat diterima oleh reseptor Cawan
Merkel karena tekanan yang diberikan pengamat sama pada setiap petak, sehingga
reseptor juga dapat diteruskan ke otak dan otakpun dapat memberitahu mengenai
sensasi terhadap sentuhan.
3. Menentukan reseptor sakit
Reseptor indera sakit merupakan ujung dendrit saraf telanjang dan terdapat
dalam kulit, tulang, persendian, dan organ-organ dalam (viseral). Dua tipe sensasi
sakit yaitu sensasi sakit simatik (sakit tubuh dan sensasi sakit viseral (organ
dalam). sensasi sakit somatik, terjadi bila reseptor rasa sakit dalam kulit, tulang,
persendian, otot, dan tendon mendapat rangsangan. Reseptor sakit somatik
merespon stimuli mekanik dan kimia. Sensasi sakit viseral, terjadi karena stimuli
terhadap reseptor rasa sakit pada organ-organ dalam (Soewolo, 1999).
Berdasarkan teori tersebut, maka percobaan yang kami lakukan dalam
menentukan reseptor sakit menimbulkan sensasi sakit somatik (sakit tubuh).
Reseptor sakit somatik merespon stimuli mekanik yaitu berupa tekanan jarum
pada 16 petak yang telah dibuat. Dari percobaan ini, semua petak merasakan
sensasi sentuhan tapi tidak terasa sakit. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
penyebaran reseptor pada permukaan kulit tubuh, dimana reseptor antara rasa
sakit dan sentuhan berbeda. Ujung saraf telanjang yang merupakan dendrite dari
saraf sensoris bertanggung jawab terhadap tiga sensasi yaitu sakit, suhu, dan
sentuhan ringan. Sensasi sakit somatic terjadi apabila reseptor rasa sakit dalam
kulit, tulang, persendian, otot dan tendon mendapatkan rangsangan. Reseptor sakit
somatic merespon stimuli mekanik dan kimia (Soewolo, dkk. 2003). Rasa sakit
somatic merupakan rasa sakit dengan daerah stimuli terdapat di kulit yang disebut
dengan superficial somatikpain (Tartore, 1984).
4. Menentukan proprioseptor
Pada percobaan proprioseptor dilakukan dengan menghadap ke papan tulis,
kemudian menuliskan huruf X. Membiarkan untuk beberapa saat, dan spidol
masih pada huruf X. Selanjutnya, menutup mata, mengangakat tangan kanan di
atas kepala, kemudian membuat titik sedekat mungkin dengan denga huruf X.
Mengulangi kegiatan tersebut sebanyak 3 kali, dan mengukur jarak titik dengan
huruf X untuk setiap ulangan. Dari kegiatan tersebut, diperoleh jarak titik dengan
huruf X 1 cm di ulangan I, pada ulangan II jarak antara titik dengan huruf X 3
cm, dan pada ulangan III jarak antara titik dengan huruf X 0 cm.
Dari percobaan di atas dapat diketahui bahwa proprioseptor dapat terjadi ketika
ada kontraksi otot, yaitu saat mata ditutup dan pengamat membuat titik terdekat
dengan huruf X, kita masih dapat menbuat titik yang tidak terlalu jauh dari huruf
X. Hal ini dikarenakan tangan kita sempat dibiarkan beberapa saat pada huruf X,
sehingga kita memperoleh informasi tentang posisi huruf X. Pada saat mata
tertutup dan ketika tangan kita bergerak menuju huruf X terjadi kontraksi otot,
sehingga reseptor dapat menerima stimulus yang diteruskan ke otak. Pada
akhirnya reseptor ini akan menjaga gerak tangan kita, sehingga titik yang kita buat
tidak terlalu jauh denga huruf X. Begitu juga saat subyek menutup mata lalu
menunjuk jari tengah tangan kiri dengan telunjuk tangan kanan. Pada perlakuan
ini subyek kurang berhasil karena yang tertunjuk adalah jari manis. Pada saat
perlakuan membawa jari telunjuk ke ujung hidung juga cukup berhasil hal ini
menunjukkan bahwa proprioseptor bekerja cukup baik. Proprioseptor merupakan
reseptor yang terletak di dalam otot, tendon, dan sendi (Basoeki, 1988).
Menurut Soewolo (1999) reseptor ini memberitahu tentang posisi anggota
badan dan menjaga posisi tubuh pada saat bergerak. Proprioseptor juga didukung
oleh dua mekanoreseptor, yaitu reseptor gelendong otot dan organ golgi tendon.
Gelendong otot terletak dalam otot-otot rangka tubuh. Saat reseptor ini menerima
stimulus pada saat otot meregang atau memanjang yang impulsnya diteruskan
oleh saraf sensori ke sumsum tulang belakang dan juga korteks otak. Pada saat
otot kontraksi tendonnya akan meregang dan regangan ini akan menstimulus
organ golgi tendon. Reseptor-reseptor ini juga memberitahu otak mengenai
gerakan tubuh dan posisi tubuh
5. Bintik Buta
Pada percobaan ini kelompok kami kurang berhasil, karena kelompok
kami hanya mengamati bayangan huruf O yang menghilang, yakni pada jarak
11 cm, untuk huruf X belum kami ukur jaraknya saat mengilang. Untuk
menyadari bahwa kita melihat sesuatu, atau agar terjadi penglihatan. Sebuah
bayangan harus terbentuk pada retina untuk merangsang reseptornya (sel
batang dan sel kerucut) dan menghasilkan impuls syaraf yang harus
dihantarkan ke area visual korteks serebralis. Cahaya yang masuk ke mata
melalui kornea akan diproyeksikan oleh lensa tepat pada retina. Sebelum
mencapai fotoreseptor, cahaya tadi melewati lapisan ganglion dan lapisan
bipolar. Akson sel-sel ganglion akan merambat pada permukaan dalam retina
dan mengumpul menjadi satu pada bagian belakang bola mata, membentuk
saraf penglihatan. Tempat menyatunya akson-akson sel ganglion pada
permukaan sel retina ini disebut bintik buta. Disebut bintik buta karena pada
tempat ini tidak ada fotoreseptor, sehingga tidak sensitif terhadap cahaya.
(Soewolo: 2003 hal 143)
6. Proyeksi binokuler
Penglihatan binokuler adalah penglihatan yang mempergunakan kedua mata
secara serentak, dimana kedua bola mata akan bekerja menfokuskan bayangan
sehingga jatuh tepat pada retina. Pada percobaan penglihatan binokuler ini subjek
diminta menutup salah satu mata dan memasukkan pensil yang dipegangnya pada
tabung reaksi selama 10 kali dengan dipindah-pindah secara cepat oleh penguji.
Pada ulangan pertama ternyata subjek hanya dapat memasukkan 2 kali dengan
tepat dan pada ulangan ke 2 mampu memasukkan pensil sebanyak 5 kali dan pada
ulangan ke 3 subyek mampu memasukkan pensil sebanyak 6 kali. Pada
ekperimen, banyaknya kesalahan memasukkan pensil ke dalam tabung reaksi
karena menggunakan satu mata saja. Penggunaan salah satu mata pada proses
penglihatan dapat menyebabkan daya akomodasi berlebih dan bayangan tidak bisa
terfokuskan pada retina, serta terjadi Perbedaan kelainan refraksi antara mata
kanan dan kiri bisa ringan sampai berat (Sloane 1979 dalam Kuswandari, dkk,
2007). Untuk dapat melakukan penglihatan binokuler harus dengan syarat di
antaranya: tidak terdapat kelainan posisi bolamata (Deviasi Manifes), tidak terjadi
perbedaan magnifikasi pada retina, tidak terdapat kelainan akomodasi, tidak
terdapat kelainan patologis.
7. Pentingnya Penglihatan Bionokuler
Pada uji pentingnya penglihatan binokuler, ketika subyek menutup salah satu
mata sambil memasukkan pensil ke dalam tabung reaksi, dimana pengamat
memindah-mindahkan letak dari tabung reaksi sebanyak 10 kali, maka hanya 2
yang berhasil subyek lakukan pada ulangan1, pada ulangan 2 dapat memasukkan
pensil kedalam tabung sebanyak 5 kali, dan pada ulangan ke 3 sebanyak 6 kali.
Menurut Basoeki (1988), hal ini, terjadi karena pada waktu mata subyek ditutup
salah satu, maka permukaan refraktif mempunyai daya bias yang kurang memadai
untuk membelokkan cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk
memfokuskannya sebagai titik yang jelas pada retina, sehingga focus penglihatan
subyek menjadi berkurang. Selain itu, mata akan lebih cepat mengalami kelelahan
dalam melihat bila dibandingkan kedua mata terbuka. Disinilah pentingnya
penglihatan binokuler, yaitu bertujuan untuk mempertajam obyek yang dilihat
mata, untuk mendapatkan satu kesatuan dari kedua mata, karena mata normal
memiliki permukaan refraktif daya bias yang memadai untuk membelokkan
cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang
jelas pada retina.
8. Dominansi Mata
Pada uji dominansi mata, subyek memandang sebuah pohon yang jauh, dan
pensil yang letaknya diantara obyek pandang dan mata sehingga terletak satu garis
lurus. Menurut Soewolo, dkk (1999), manusia ketika melihat suatu benda, kedua
bola matanya akan terfokus pada satu benda tersebut yang dikenal sebagai “single
binocular vision” yaitu kemampuan mengarahkan cahaya dari suatu benda agar
jatuh pada titik-titik sesuai (corresponding point) pada retina kedua mata. Apabila
kita melihat suatu benda yang relative jauh, maka cahaya yang datang melewati
pupil akan dapat langsung sampai ke titik sesuai pada kedua bola mata ke medial
sebab cahaya yang datang relative sejajar. Ketika mata kiri ditutup maka hanya
pensil saja yang terlihat, sedangkan ketika mata kanan ditutup maka pensil dan
batang pohon dapat terlihat mesikpun tidak terletak pada satu bidang pandang.
Hal ini menunjukkan bahwa mata kiri lebih dominan daripada mata kanan.
Artinya, mata kiri subyek mengalami dominasi mata, yaitu kemampuan mata
untuk mendominasi pasangan mata lainnya, sehingga menyebabkan mata manusia
(subyek) mengalami keterbatasan dalam melihat benda jarak dan benda jarak
dekat dalam satu garis lurus
14. Reseptor Gustatori (Pengecap)
Lidah pada manusia mengandung kuncup-kuncup pengecap yang
merupakan reseptor untuk rasa. Kuncup pengecap tersebut berbentuk seperti
bawang kecil, terletak pada permukaan epitelium dan pada tonjolan-tonjolan kecil
(papila) pada permukaan atas lidah. Kuncup pengecap merupakan kemoreseptor
yang mampu menerima rangsangan zat-zat kimia yang terkandung dalam
makanan yang kita makan. Zat-zat makanan yang terkandung pada gula, larutan
gula, kina, maupun garam ini mampu mencapai kuncup pengecap melalui lubang-
lubang pengecap (taste pores).
Kuncup pengecap ini tersusun dari dua macam sel, antara lain sel reseptor
dan sel-sel penyokong. Pada bagian ujung sel reseptor yang menghadap ke lubang
pengecap dilengkapi dengan mikrofili yang disebut dengan rambut gustatori. Sel-
sel tersebut langsung berhubungan dengan ujung dendrit saraf pengecap yang
akan meneruskan impulsnya ke otak. Sehingga semua bahan amatan yang
diletakkan pada ujung lidah akan diterima oleh kuncup pengecap yang tersusun
dari sel-sel pada lidah, antara lain sel reseptor yang terdapat mikrofili. Sel ini akan
menyampaikan impulsnya ke otak (disini impulsnya berasal dari zat kimia yang
terkandung dalam bahan amatan tersebut). Apabila bahan yang digunakan dalam
amatan ini menggunakan benda yang cair(larutan gula), maka kuncup pengecap
lebih cepat dalam merespon impuls yang ada. Hal ini dikarenakan molekul-
molekul larutan gula berukuran lebih kacil daripada bahan yang lain. Sehingga sel
reseptor lebih cepat menerima impuls tersebut.
15. Pengecap dan Pembau
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung yaitu pada
bagian epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori ini terdiri dari sel-sel reseptor dan
sel-sel penyokong. Sel reseptor olfaktori merupakan sel saraf yang badan selnya
terletak di dalam membran olfaktori. Dendrit dari sel saraf ini menjulur ke
permukaan membran dengan ujung dendrit bercilia yang disebut dengan rambut
olfaktori. Pada manusia pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab
rangsangan bau dari makan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung
dan diterima oleh reseptor olfaktori.
Dari bahan yang digunakan dalam praktikum ini baik wortel, kentang,
bawang merah dan apel yang dalam perlakuannya tidak dikunyah, melainkan
hanya dirasakan oleh lidah. Dalam hal ini kedua mata dan juga nostril tertutup,
terbukti bahwa ada beberapa kesalahan yang dilakukan subyek dalam menebak
bahan amatan.
Pengamatan selanjutnya mata dan kedua nostril tetap dalam keadaan
tertutup kemudian makanan dalam mulut tidak hanya dirasakan dilidah tetapi juga
dikunyah. Makanan yang telah dikunyah dalam mulut memberikan rangsangan
bau dalam rongga mulut sehingga rangsangan bau tersebut mampu mencapai
rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Dari reseptor olfaktori ini
akan timbul impuls yang kemudian diteruskan ke pusat pembau di otak. Sehingga
kita mampu merasakan uap dari bahan makanan yang ada di mulut dan kita
mampu untuk menebaknya. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan data yang
kami dapatkan, yaitu subyek belum mampu menebak semua perlakuan dengan
benar. Hal ini dimungkinkan subyek kurang peka pada perlakuan makanan yang
diberikan.
Apabila kedua nostril dalam keadaan terbuka dan kedua mata tertutup,
maka subyek akan dapat menebak semua bahan amatan yang diujikan. Hal ini
dikarenakan rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai
rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Sedangkan ketika kedua
nostril tertutup dan bahan amatan berada di mulut tanpa dikunyah, terjadi
kesalahan penebakan oleh subyek. Hal ini dikarenakan tidak adanya rangsangan
bau dari makanan yang diterima hidung, karena kedua nostril tertutup sehingga
reseptor olfaktori tidak mampu menerima impuls.
16. Ketajaman Pendengaran
Pada uji ketajaman pendengaran, terdapat dua perlakuan yaitu bunyi
menjauhi subyek dan bunyi mendekati subyek. Pada perlakuan bunyi menjauhi
dan mendekati subyek jarak maksimum bunyi yang masih didengar sama panjang
(360 cm), hal ini tidak cocok dengan dasar teori. Seharusnya bunyi menjauhi
subyek itu lebih panjang dari pada yang mendekati subyek. Perbedaan
pendengaran ini, disebabkan oleh getaran yang masuk ke organ pendengaran
berbeda. Menurut Soewolo (2003), bunyi yang didengar mempunyai frekuensi
yang berbeda-beda mulai dari frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi. Membran
basilaris pada kokhea juga memiliki struktur yang berbeda berkaitan dengan
fungsinya. Pada uji ketajaman pendengaran, ketika perlakuan bunyi menjauhi
subyek frekuensi bunyi tinggi menuju rendah sehingga membrane basilaris yang
bekerja lebih dahulu adalah membrane basilaris yang berfungsi menerima
frekuensi tinggi. Sedangkan pada uji ketajaman pendengaran ketika bunyi
mendekati subyek membrane basilaris yang bekerja lebih dahulu adalah
membrane basilaris yang berfungsi menerima frekuensi rendah. Karena struktur
dari membrane basilaris yang yang lebar dan fleksibel akan mengakibatkan bunyi
yang frekuensinya rendah sudah mampu dideteksi walaupun sumbernya masih
jauh dari subyek.
Pada peraktikum ini kami gagal karena, mungkin suasana kelas yang
ramai, atau kurang telitinya kami dalam mengadakan pengukuran.
17. Penghantaran Suara
Pada uji penghantar suara, ketika garputala digetarkan kemudian tangkainya
diletakkan di atas kepala maka terdengar suara yang berasal dari telinga kiri.
Sedangkan ketika salah satu telinga (kiri) ditutup maka akan timbul getaran dan
bunyi mendengung yang berasal dari telinga kiri juga. Ketika kedua telinga
subyek ditutup maka akan terdengar suara suara yang berasal dari telinga kiri.
Ketika garputala digetarkan kemudian diletakkan diatas kepala maka terdengar
suara yang mendengung dari telinga kanan maupun kiri. Setelah garputala yang
digetarkan didekatkan di salah satu telinga maka terdengar suara dengung dari
garputala yang didekatkan pada telinga tersebut. Terdengarnya suara dengung dari
sumber bunyi akibat dari getaran bunyi yang dapat diterima oleh oleh membran
timpani dan akan diteruskan menuju kokhlea. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Soewolo (1999) yang menyatakan bahwa getaran suara yang diterima oleh
membrane timpani dan diteruskan ke kokhlea melalui tulang pendengaran akan
menggetarkan jendela lonjong, dan getaran ini akan menimbulkan gelombang
cairan perilimfe di dalam saluraran timpani. Gelombang getaran dalam saluran
vestibular juga melintasi membrane vestibular masuk ke saluran kokhlear, yang
selanjutnya melintasi membrane basilaris ke saluran timpani. Tekanan gelombang
ini akan menggetarkan membrane basilaris ke atas ke bawah yang mengakibatkan
ujung rambut organ korti yang akan segera meresponnya dalam bentuk
pembebasan neurotransmitter ke ujung dendrit saraf pendengaran (saraf kokhlear)
yang berada pada pangkal organ korti. Impuls saraf yang terjadi pada ujung
dendrit ini, akan diteruskan melalui serabut saraf kokhlear ke pusat pendengaran,
sehingga terjadi proses pendengaran.
18. Kelelahan Pendengaran
Pada uji kelelahan pendengaran, ketika garputala digetarkan kemudian
didekatkan dengan telinga kiri terdengar suara dengung namun setelah beberapa
detik dijauhkan dari telinga dan beberapa detik kemudian didekatkan lagi pada
telinga kiri maka sudah tidak terdenbgar suara. Hal ini karena telinga (organ
pendengaran) mengalami mengalami kelelahan pendengaran. Dimana stimulus
stimulus datang terus menerus sehingga membrane timpani tidak mampu lagi
bergetar pada stimulus selanjutnya. Akibatnya tidak ada stimulus yang diteruskan
ke organ telinga dalam, serta tidak ada pula impuls yang diteruskan ke saraf pusat.
Ketika garputala yang digetarkan tadi tidak terdengar lagi oleh telinga kiri,
kemudian dipindahkan pada telinga yang satunya (kanan), ternyata telinga kanan
subyek tetap tidak mendengar suara yang dihasilkan sumber bunyi, hal ini
mungkin disebabkan terlalu lamanya sumber bunyi bergetar atau mengahasilkan
suara yang menjauhi telinga akibatnya meskipun garputala didekatkan dengan
telinga kanan tetap tidak terdengar suara. Seharusnya ketika garputala didekatkan
pada telinga yang satunya terdengar suara, hal ini karena pada telinga kanan
belum mengalami kelehan dalam pendengaran, sehingga meski sumber bunyi
rendah masih bisa terdeteksi atau terdengar suara.
19. Keseimbangan
Pada uji keseimbangan, ketika subyek mengangkat salah satu kaki (kaki kanan)
dengan mata terbuka selama 2 menit, ternyata subyek berhasil melakukannya.
Setelah beristirahat cukup, kemudian subyek mengangkat salah satu kaki lagi
dengan mata tertutup selama 2 menit, subyek juga berhasil melakukannya
(bertahan 6 detik). Akan tetapi mengangkat kaki dengan mata tertutup lebih lelah
jika dibandingkan ketika mengangkat salah satu kaki dengan mata terbuka. Hal ini
karena ketika mata tertutup, pada diri subyek lebih sulit mengontrol gerakan pada
tubuhnya, bila dibandingkan ketika mata terbuka. Ketidakkontrolan dalam
gerakan tubuh subyek tersebut dapat meliputi gerakan kepala.
Menurut Soewolo, dkk (1999) setiap gerakan kepala akan dideteksi paling
tidak dua Krista ampularis, dimana sel-sel reseptor salah satu kakan mengalami
hiperpolarisasi. Perputaran kepala menyebabkan endolimfe di dalam (paling tidak
salah satu) saluran semi sirkularis bergerak. Aliran endolimfe tersebut akan
mendorong kupula sehingga kupula akan condong kea rah tertentu. Gerakan
kupula ini akan menggerakkan pula rambut sel-sel reseptor. Apabila gerakan
rambut condong kea rah kinosilium, maka pada sel reseptor akan terjadi
hiperpolarisasi, sehingga dengan tidak terkontrolnya gerakan tubuh (kepala)
ketika menutup mata dapat menimbulkan ketidakseimbangan sehingga mudah
lelah. Sedangkan ketika mata terbuka gerakan oleh tubuh dapat terkontrol yaitu
dengan diam dan melakukan gerak yang beraturan.
Menurut Soewolo,dkk (1999) keseimbangan tersebut terjadi karena didalam
utrikulus pada setiap sisi kepala, sebagian rambut sel reseptor terdepolarisasidan
sebagian yang lain hiperpolarisasi. Sel reseptor yang terdepolarisasi akan
membebaskan neurotransmitter yang selanjutnya diikuti terjadinya impuls pada
ujung saraf sensoris untuk diteruskan ke pusat keseimbangan di otak. Dengan
demikian pada waktu mata terbuka kita sadar akan man posisi kepala kita pada
saat diam, sehingga tidak mudah lelah jika dibandingkan ketika mata tertutup.
H. DISKUSI
Dalam setiap praktikum ini kami dapat mengetahui macam-macam indera baik
secara umum dan khusus serta dapat menentukan reseptor-reseptor indera dan
sensasinya.
Pada praktikum ini kami membutuhkan ketelitian yang tinggi,karena subyek
yang dipakai adalah praktikan sendiri, dimana masing-masing subyek harus
melakukannya dengan teliti agar data yang diperoleh valid.
Kesulitan pada pelaksanaan praktikum adalak subyek atau praktikan memiliki
kepekaan terhadap stimulus yang berbeda-beda, sehingga saat pengambilan
data sering tidak sesuai dengan teori dan harus mengulangi dari awal lagi.
Misalnya pada perlakuan kelelahan pendengaran, setaip subyek memiliki
kemampuan yang berbeda sehingga diharapkan subyek yang digunakan
representatif.
Data yang diperoleh sudah sesuai dengan teori, sehingga data yang diperoleh
dapat dianalisis dan diketahui penyebabnya berdasarkan teori yang sudah ada.
Misalnya, pada praktikum keseimbangan, diperoleh data bahwa pada saat mata
terbuka, subyek dapat mempertahankan keseimbangannya lebih lama jika
dibandingkan pada saat kedua mata tertutup. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pada saat subyek membuka kedua matanya, subyek cenderung
mempertahankan keseimbangannya melalui indera penglihat sehingga mampu
menyadari kapan saat ia akan jatuh. Berbeda dengan ketika kedua matanya
tertutup, subyek tidak dapat menentukan posisinya terlalu lama sebab indera
penglihatannya tidak digunakan.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diperoleh sebagai berikut:
1. Macam-macam indera umum pada manusia adalah sensasi taktil (sentuhan dan
tekanan), sensasi sakit, dan sensasi proprioseptor.
2. Macam-macam indera khusus, meliputi sensasi visual (penglihatan) dan
sensasi auditori (pendengaran).
DAFTAR PUSTAKA
Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: P2LPTK
Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia. IMSTEP JICA: Malang.
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA: Malang.
Tortora, Gerard dan Nicholas P. A. 1984. Principles of Anatomy and Phisiology.
New York: Harrper and Row Publishers.
top related