pengaruh bermain sepak takraw terhadap …
Post on 21-Oct-2021
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGARUH BERMAIN SEPAK TAKRAW TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI PADA
SANTRIWAN KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH
DI PONDOK PESANTREN AR-RAHMAN PALEMBANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Universitas Islam
Negeri Raden Fatah
Ari Putra Pratama
1523500043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Percaya terhadap kemampuan yang dimiliki merupakan
bekal yang sangat penting bagi seseorang dalam kehidupannya.
Ketika seseorang percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya
maka dirinya akan merasa mampu melakukan suatu hal.
Kesuksesan dalam segala bidang akan sulit tercapai jika
seseorang tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup. Menurut
Widjaja (2016) rasa percaya diri adalah sikap atau keyakinan
yang terdapat dalam diri sendiri. Rasa percaya diri bukan
memberikan suatu kompensasi suatu kelemahan pada kelebihan.
Namun, bagaimana individu tersebut mampu menerima dirinya
apa adanya, mampu mengerti seperti apa dirinya dan pada
akhirnya akan percaya bahwa dirinya mampu melakukan
berbagai hal dengan baik.
Sedangkan menurut Mastuti & Aswi (2008) menyatakan
rasa percaya diri adalah sikap positif individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Pada dasarnya setiap orang yang dilahirkan
memiliki potensi yang unik dan mereka lebih tertarik pada
dirinya sendiri hanya saja sebagai manusia terkadang dalam
menjalani hidup ini sering tidak terpikirkan bahwa mereka
terlahir dengan kepribadian dan potensi yang besar melebihi apa
yang mereka pikirkan. Percaya diri merupakan suatu keyakinan
3
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa
mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya.
Ciri orang yang memiliki percaya diri akan tampak pada
perilakunya yang dapat bekerja sama secara efektif,
melaksanakan tugas-tugas dengan baik, bertangung jawab, tidak
bergantung pada orang lain, optimis dan toleran. Perilaku
tersebut akan membantu siswa mencapai prosese belajar.
Seorang siswa yang memiliki kepercayaan diri akan berusaha
keras dalam mencapai prestasi belajar siswa. Sebagian besar
siswa yang tidak percaya diri menyebabkan rasa tidak nyaman
secara emosional yang bersifat sementara. Tetapi bagi beberapa
individu lain, rendahnya atau hilangnya rasa percaya diri dapat
menyebabkan masalahnya, misalnya depresi, bunuh diri,
kecemasan yang tidak wajar dan masalah penyesuaian diri
lainnya (Santrock 2003). Sedangkan menurut Thantaway dalam
kamus istilah Bimbingan dan Konseling, percaya diri adalah
kondisi mental atau psikologis dari seseorang yang memberi
keyakinan yang kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep
diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu
sering menutup diri. Hal tersebut senada dengan pendapat
Hartono (1997) menyatakan bahwa siswa yang tidak
mempuanyai rasa kepercayaan diri akan takut bereksperimen,
tidak kreatif, sehingga kemampuannya kurang berkembang dan
dapat menyebabkan semakin merosotnya rasa percaya diri. Bila
4
tidak terjadi perubahan atau intervensi maka berlangsunglah
perasaan tersebut sepanjang hidup siswa. Gejala-gejala tidak
percaya diri dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri yaitu susah
berbicara, gagap dan gagu, menutup diri, rasa malu dan tidak
berani, ketidakmampuan berfikir secara mandiri dan merasakan
ada kejahatan dan bahaya serta bertambahnya rasa ketakutan
dan kekhawatiran (Sulaiman, 2018).
Santri adalah bagian dari remaja yang membutuhkan
program yang dapat menumbuhkan potensinya, yaitu
kepercayaan diri. Dilihat dari permasalahan santri yang masih
memiliki rasa kurang percaya diri salah satunya dalam proses
pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren. Bentuk santri yang
masih kurangnya rasa percaya diri seperti santri mengandalkan
teman yang paling pintar dan paling berani berargumen. Apabila
pembimbing memberikan pertanyaan-pertanyaan hanya
beberapa santri yang mau berpartisipasi dalam kelas, sedangkan
mayoritas hanya diam padahal sebenarnya mampu namun
kurang yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu
kebiasaan diam dalam lembaga pendidikan sudah saatnya untuk
dibenahi supaya lembaga tidak terus-menerus melahirkan
generasi yang penakut. Apabila rasa penakut itu tidak diatasi
dan diselesaikan dengan semestinya, hal itu benar-benar dapat
melumpuhkan potensi dirinya (Norton, 2014). Sejalan dengan
gejala di atas permasalahan mengenai rasa kepercayaan diri ini
juga dialami oleh santri kelas VII Madrasah Tsanawiyah di
Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang. Di lingkungan Pondok
5
Pesantren tersebut masih ada santri yang menyendiri, sulit
beradaptasi dan malu saat diminta maju kedepan. Kondisi di atas
juga didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan pada santri
Pondok Pesantren Ar-Rahman yang berinisial P dan N:
“... Pas lagi belajar itu kan banyak yang malu-malu
disuruh maju, pas maju suaronyo kecik ...” (wawancara 3
Agustus 2019).
“... Masih banyaklah yang sulit adaptasi dengan
lingkungan, apo lagi yang MTS. Olehnyo baru masuk masa
peralihan dari SD ke SMP. Lain lagi kalo yang Aliyah, dio kan lah
sudah mengalami masa SMP, jadi mudah untuk beradaptasi ...”
(Wanwancara 3 Agustus 2019).
Selain wawancara di atas, didapatkan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu, 3 Agustus 2019 di
kelas VII Madrasyah Tsanawiyah di Pon-pes Ar-Rahman, dalam
proses pembelajaran ditemukan santri yang tergolong memiliki
kepercayaan diri yang rendah, terlihat dengan keenganan santri
untuk tampil di depan kelas. Ketika ustadz menawarkan untuk
mengerjakan soal didepan tidak ada yang mau mengerjakan,
setelah ustadz itu menawarkan lagi, baru lah ada seorang santri
yang menunjuk tanggan. Namun menurut ustadz santri itu
terlalu sering maju untuk mengerjakan soal sehingga ustadz
tersebut menunjuk seorang santri untuk mengerjakan soal di
depan. Santri yang ditunjuk tersebut tidak langsung maju
mengerjakan soal sehingga ustadz tadi memanggil namanya lagi.
Dan sebelum maju santri tersebut melihat jawaban temannya
6
terlebih dahulu dan menuliskannya di papan tulis. Kemudian
pada saat ustadz menanyakan adakah yang mau bertanya tidak
ada satupun santri yang menawarkan diri untuk bertanya. Dan
cenderung santri itu-itu saja yang mau bertanya dan
mengerjakan soal di depan kelasnya.
Dari fenomena tersebut diperlukan alternatif pemecahan
masalah untuk meningkatkan kepercayaan diri santri tersebut.
Maka salah satu modal utama agar dapat menjadi seorang santri
dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri dengan cara
melakukan olahraga teratur. Jonathan & kathleen (1992)
mengatakan bahwa olahraga bukan hanya mengurangi perasaan
cemas dan depresi. Tetapi konsep diri atau nilai diri juga
diperbaiki melalui olahraga. Dan salah satu bentuk olahraga
tersebut adalah sepak takraw. Anthony (dalam Ghufron &
Risnawita, 2012). Menyatakan terbentuknya kepercayaan diri
pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri
yang diperoleh dalam pergaulannya dalam kelompok.
Menurut Zainuddin (2012) Sepak Takraw adalah suatu
permainan yang menggunakan bola yang terbuat dari rotan
(takraw), dimainkan di atas lapangan yang datar berukuran
panjang 13,40 m dan lebar 6,10 m. Di tengah-tengah dibatasi
oleh jaring/net seperti permainan Bulutangkis. Pemainnya terdiri
dari dua pihak yang berhadapan, masing-masing terdiri dari tiga
orang. Dalam permainan ini yang dipergunakan terutama kaki
dan semua anggota badan kecuali tangan. Tujuan dari setiap
pihak adalah mengembalikan bola sedemikian rupa sehingga
7
dapat jatuh di lapangan lawan atau menyebabkan lawan
membuat pelanggaran atau bermain salah. Bukti sejarah
menunjukkan bahwa permainan sepak takraw telah dimainkan di
abad ke-15 oleh Kesultanan Malaka. Dalam sejarah Melayu
dijelaskan bahwa Raja Muhammad, seorang putra Sultan Mansur
Shah ibni Almarhum Sultan Muzzaffar Shah (1459-1477). Yang
tak sengaja terkena bola rotan dari Tun Besar, putra Tun Perak,
dalam permainan sepak raga. Sementara itu, di Bangkok, di Wat
Phra Kaeo yang dibangun pada tahun 1785 menggambarkan
Dewa Hanoman dalam agama Hindu bermain sepak takraw
dengan pasuka kera. Sedangkan dalam catatan sejarah lain
disebutkan bahwa permainan sepak takraw pernah dimainkan di
masa pemerintahan Raja Naresuan (1590-1605) dari Ayutthaya.
Permainan sepak takraw tetap dalam bentuk lingkaran selama
ratusan tahun, dan versi modern sepak takraw dimulai di
Thailand pada awal tahun 1740-an ( Zainuddin, 2012). Indonesia
sendiri yang telah mengenal permainan dengan bola rotan ini
sejak abad XV yang telah dimainkan secara massal di daerah
yang terutama dimainkan pada acara-acara tertentu dengan
nama sepak raga. Daerah-daerah di Indonesia yang semula yang
mengembangkan permainan ini adalah, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan.
Menurut pendapat yang dikeluarkan oleh American
Psychological Association (APA), olahraga memiliki efek
meningkatkan suasana hati dengan cepat, biasanya sekitar lima
menit setalah berkeringat. Berkeringat saat berolahraga
8
membuat produksi endorfin meningkat dan membuat perasaan
yang luar biasa. Ini yang membuat olahraga memiliki efek
jangka panjang pada kesehatan mental. Sedangkan menurut
penelitian Hilyer (1937) dari Universitas Auburn menunjukkan,
bahwa setelah melakukan olahraga untuk 10 minggu, para
mahasiswa yang mempunyai rendah diri ternyata menjadi lebih
optimis dalam menilai diri mereka sendiri.
Dengan bermain sepak takraw ini, diharapkan menjadi
suatu layanan atau kegiatan yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri pada santri kelas VII Madrasah Tsanawiyah di
Pondok Pesantren Ar-Rahman, karena di dalam bermain sepak
takraw diperlukan konsentrasi yang tinggi dalam memainankan
bola, sehingga dapat melatih kepercayaan diri dengan baik.
Dengan demikian, olahraga salah satunya bermain sepak takraw
adalah baik untuk kesehatan tubuh. Melalui olahraga yang aktif
dan teratur, seseorang akan merasakan dirinya sebagai
seseorang yang sehat, dengan vitalitas yang jauh lebih tinggi,
lebih tenang, lebih santai dan lebih percaya diri dalam
menghadapi tekanan hidup sehari-hari. Berdasarkan uraian
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Bermain Sepak Takraw Terhadap
Peningkatan Kepercayaan Diri Pada Santriwan Kelas VII
Mandrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Ar-Rahman
Palembang”
1.2. Rumusan Masalah
9
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah adakah pengaruh bermain sepak terhadap peningkatan
kepercayaan diri santriwan kelas VII Madrasah Tsanawiyah di
Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh bermain sepak takraw terhadap
peningkatan kepercayaan diri pada Santriwan Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Ar-Rahman
Palembang.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
psikologi kepribadian, kesehatan mental, psikologi olahraga dan
ilmu lainya yang berhubungan dengan pengembangan
kepribadian dan kesehatan mental dan olahraga. Selanjutnya
menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu sarana yang
digunakan untuk membentuk perilaku-perilaku yang positif
dalam menanggani masalah kepercayaan diri. Memberikan efek
positif dalam meningkatkan kepercayaan diri. Serta hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi peneliti
lain untuk lebih mengembangkan penelitian dengan topik
sejenis.
10
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh bermain sepak takraw
terhadap peningkatan kepercayaan diri sebenarnya sudah ada
yang serupa. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Effendi
& jannah (2019) yang berjudul “pengaruh self-talk terhadap
kepercayaan diri atlet lai 100 meter. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pelatihan self-talk terhadap
kepercayaan diri atlet lari 100 meter. Penelitian ini mengunakan
metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dengan
desain one grup pre-test dan post-test desing. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 6 atlet lari 100 meter yang tergabung
dalam TC khusus. Hasil penelitian data menunjukkan ada
pengaruh pelatihan self-talk terhadap kepercayaan diri atlet lari
100 meter (nilai signifikansi sebesar 0,028 (p<0,05)).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Yulianto &
Nashori (2006) yang berjudul “kepercayaan diri dan prestasi atlet
taekwondo daerah yogyakarta” penelitian ini bertujuan untuk
memahami hubungan antara kepercayaan diri dan prestasi atlet
taekwondo. Subjek dalam penelitian ini adalah atlet taekwondo
yang menjuarai satu, dua, dan tiga dalam kejuaraan daerah Tae
Kwon Do DIY yang diadakan di Auditorium UPN Yogyakarta.
Metode analisis data dalam penelitian ini mengunakan SPSS
Versi 11 for windows. Teknik analisis mengunakan chi-square
yang menunjukkan koefisien chi-square 23,847 dengan p =
0,002 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan yang signifikan
antara kepercayaan diri dengan prestasi atlet Tae Kwon Do DIY
11
Penelitian selanjutnya yaitu yang dilakukan oleh Izzah
(2018) denga judul “Pengaruh Pelatihan Memanah Terhadap
Kepercayaan Diri Remaja” jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, dengan mengunakan metode pretest posstest
control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa putri
SMP dan SMA di wilayah Solo Raya yang memiliki keterampilan
memanah sebanyak 38 orang yang dipilih secara purposive
sampling. Dengan hasil penelitian ini diketahui nilai Mann-
Whitney U signifikansi (2-tailed) = 0,408 yang berarti tidak ada
pengaruh pelatihan memanah terhadap kepercayaan diri remaja.
Kurangnya kesungguhan peserta dalam mengikuti pelatihan
memanah adalah faktor utama yang membuat pelatihan
memanah tidak berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Selain
itu masih adanya keragu-raguan dan perasaan takut salah pada
peserta menyebabkan kurang tercapainya aspek-aspek dalam
pelatihan memanah.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Widiyanto &
Hartati (2018) yang berjudul “Pengaruh Permainan Bola Bakar
Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pada Siswa Kelas
V SDN Babatan 1 Surabaya” Metode dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan proses
pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket rasa
percaya diri. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh permainan bola bakar terhadap rasa
percaya diri siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani,
12
olahraga dan kesehatan siswa kelas V SDN Babatan 1 Surabaya.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai T-hitung 7,897 > T-
tabel 1,645 dengan sig = 0,000 < 0,05 yang berarti
menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak dengan persentase
peningkatan sebesar 0,73%.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sakti & Rozali
(2015) yang berjudul “Hubungan Dukungan Sosial Dengan
Kepercayaan Diri Pada Atlet Cabang Olahraga Taekwondo Dalam
Berprestasi (Studi Pada Atlet Taekwondo Club BJTC, Kabupaten
Tangerang)” penelitian ini bersifat kuantitatif non-eksperimental,
dengan jumlah sampel sebanyak 117 Atlet Teakwondo Club
BJTC dengan mengunakan teknik sample random sampling. Hasil
uji reliabilitas diperoleh 0,914 untuk variabel dekungan sosial
dan 0,942 untuk variabel kepercayaan diri, dengan alat ukur
yang dukungan sosial (31 valid) dan kepercayaan diri (40 valid).
Hasil penelitian menunjukkan r = 0,392 dan sig = 0,000 (p <
0,05), artinya ada hubungan positif dan signifikan antara
dukungan sosial dengan kepercayaan diri atlet taekwondo club
BJTC. Dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial mempengaruhi
kepercayaan diri atlet.
Penelitian ini sama sama mengukur variabel kepercayaan
diri dengan variabel yang berbeda satu diantara lainnya.
Sedangkan penelitian yang saya teliti yaitu berjudul “Pengaruh
Bermain Sepak Takraw Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri
pada Santriwan Kelas VII Madrasah Tsanawiyah di Pondok
Pesantren Ar-Rahman Palembang”. Populasi penelitian
13
merupakan santriwan kelas VII Madrasah Tsanawiyah di Pondok
Pesantren Ar-Rahman palembang, yang masuk kedalam
karakteristik penelitian. Metode dalam penelitian ini adalah
eksperimen murni dengan rancangan yang digunakan adalah
Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat
dua kelompok yang dipilih secara acak (random), kemudian
diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal. Baru kemudian
perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen. Setelah itu,
baru post-test diberikan pada kedua kelompok untuk dilihat
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. (Alhamdu, 2016)
top related