makalah tinjauan psikologi dalam belajar
Post on 25-Dec-2015
98 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
ILMU PSIKOLIOXOC AJCCIJC CJCHDUCADI . . . .. . .. . .
1.2. Tujuan Makalah.
Setelah membaca dan mengkaji makalah ini diharapkan kita dapat:
1. Memahami pengertian psikologi tentang belajar.
2. Menjelaskan aktifitas-aktifitas belajar.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar han hasil
belajar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tentang Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses
pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting
dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar adalah proses atau usaha yang
dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai
pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain
seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses belajar.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching &
Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011:3) mengemukakan bahwa
“belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang
dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati
atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati.
Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan
sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman.”
Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
2
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.”
Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010 :35) menyimpulkan
bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.”
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku
pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa
belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi
manusia seutuhnya.
Ada empat tahapan belajar manusia, yaitu:
1. Inkompetensi bawah sadar, yaitu tidak tahu bahwa ia tidak tahu.
Kondisi di saat kita tidak mengetahui kalau ternyata kita tidak tahu.
Contohnya adalah keadaan pikiran banyak pengemudi muda saat mulai belajar
mengemudi. Itulah mengapa pengemudi muda mengalami lebih banyak
kecelakaan ketimbang pengemudi yang lebih tua dan berpengalaman. Mereka
tidak dapat (atau tidak mau) mengakui terbatasnya pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman mereka. Orang-orang yang berada dalam
keadaan ini kemungkinan besar akan mengambil risiko, memapar diri pada
bahaya atau kerugian, untuk alasan sederhana yang sama sekali tidak mereka
sadari bahwa itulah yang mereka lakukan.
2. Inkompetensi sadar, yaitu tidak tahu bahwa ia tahu.
Pengakuan sadar pada diri sendiri bahwa kita tidak tahu apa yang
dapat kita lakukan, dan penerimaan penuh atas kebodohan kita.
3
3. Kompetensi sadar, yaitu tahu bahwa ia tidak tahu.
Ketika kita mulai memiliki keahlian atas sebuah subjek, tetapi
tindakan kita belum berjalan otomatis. Pada belajar yang ini, kita harus
melaksanakan semua tindakan dalam level sadar. Saat belajar mengemudi,
misalnya, kita harus secara sadar tahu di mana tangan dan kaki kita, berpikir
dalam setiap pengambilan keputusan apakah akan menginjak rem, berbelok,
atau ganti gigi. Saat kita melakukannya, kita berpikir dengan sadar tentang
bagaimana melakukannya. Pada tahap ini, reaksi kita jauh lebih lamban
ketimbang reaksi para pakar.
4. Kompetensi bawah Sadar, yaitu tahu bahwa ia tahu.
Tahapan seorang ahli yang sekadar melakukannya, dan bahkan
mungkin tidak tahu bagaimana ia melakukannya secara terperinci. Ia tahu apa
yang ia lakukan, dengan kata lain, ada sesuatu yang ia lakukan di hidup ini
yang bagi orang lain tampak penuh risiko tetapi bagi dia bebas risiko. Ini
terjadi karena ia telah membangun pengalaman dan mencapai kompetensi
bawah sadar pada aktivitas itu selama beberapa tahun. Ia tahu apa yang ia
lakukan, dan ia juga tahu apa yang tidak dapat ia lakukan. Bagi seseorang
yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalamannya, apa yang ia lakukan
tampak penuh risiko.
2.2. Aktivitas-Aktivitas Belajar
2.2.1. Pengertian Aktivitas Belajar
Menurut Poerwadarminta (2003:23), “aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas
belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar.” Dalam
hal kegiatan belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan
bahwa “segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun
teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.”
4
Belajar bukanlah proses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari
berbagai aktivitas. Tak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas
raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar
menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berfikir, latihan atau praktek
dan sebagainya.
2.2.2. Prinsip-Prinsip Aktivitas Belajar
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut
pandang perkembangan konsepsi jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur
kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik, dapat diketahui bagaimana prinsip
aktivitas yang terjadi dalam belajar itu. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa,
maka sudah barang tentu yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi
yang melakukan aktivitas dalam belajar mengajar, yakni siswa dan guru.
Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa ini
secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa
modern.
a. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama
Menurut Locke jiwa dapat dimisalkan dengan kertas yang tak bertulis
(tabularasa), kertas itu kemudian mendapat isi dari luar. Dalam pendidikan,
yang memberi dan mengatur isinya adalah guru. Karena gurulah yang harus
aktif sedangkan anak didik bersifat reseptif. Sedangkan menurut Herbart jiwa
adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-
hukum asosiasi. Disinipun guru pulalah yang harus menyampaikan
tanggapan-tanggapan itu.
Jadi konsepsi jiwa sebagai “kertas bersih” yang harus ditulis atau
sebagai bejana yang harus diisi menyebabkan gurulah yang aktif dan dari
gurulah datang segala inisiatif. Gurulah yang menentukan bahan pelajaran
sedangkan murid-murid bersifat reseptif dan pasif.
5
b. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern
Menurut konsepsi modern jiwa itu dinamis, mempunyai energi sendiri
dan dapat menjadi aktif karena dorongan oleh macam-macam kebutuhan.
Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai dorongan untuk
berkembang. Mendidik adalah membimbing anak untuk mengembangkan
bakatnya. Dalam pendidikan anak-anak sendirilah yang harus aktif. Guru
hanya dapat menyediakan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan
mencernanya adalah anak itu sendiri sesuai dengan bakat dan latar belakang
dan kemauan masing-masing.
Beberapa aktivitas belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:28) sebagai
berikut:
1) Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru
menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa diharuskan mendengarkan apa
yang guru sampaikan. Menjadi pendengar yang baik dituntut dari mereka.
2) Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu
matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi
aktivitas memandang dapat dilakukan.
3) Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba,
membau dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
belajar. Tentu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan.
6
4) Menulis atau Mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari
aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan
aktivitas yang sering dilakukan. Walaupun pada waktu tertentu seseorang harus
mendengarkan isi ceramah, namun dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat
hal-hal yang dianggap penting.
5) Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama
belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca disini tidak mesti membaca
buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil
penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah dan hal-hal lainnya yang berhubungan
dengan kebutuhan studi.
6) Membaca Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu dalam hal mengingat atau
mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk
keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar
adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi
garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan
kembali materi itu dikemudian hari, bila diperlukan.
7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel-tabel,
diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat membantu
bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-
gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu
pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal.
7
8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis
dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode-metode tertentu dalam
penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis
dan kronologis.
9) Mengingat
Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai
tujuan belajar lebih lanjut termasuk aktivitas belajar. Apalagi jika mengingat itu
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar yang lainnya.
10) Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang
hubungan antara sesuatu.
11) Latihan atau Praktek
Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya
penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil
berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk
memperkuat ingatan. (Djamarah 2000:38).
Paul B. Diedrich (dalam Sardiman 2004:101) membuat suatu daftar yang
berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya
membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
8
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar
Yang mempengaruhi proses dan hasil belajar banyak jenisnya diantara itu
semua adalah anak didik, pendidik, lingkungan pendidikan, tujuan pendidikan, dan
alat pendidikan. Tetapi secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang ada diluar individu.
2.3.1. Faktor Internal
Factor-faktor Internal dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu Faktor
Jasmaniah, Faktor Psikologis,dan Faktor kelelahan.
1. Factor Jasmaniah
Kesehatan
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,
tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
Cacat Tubuh
9
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil
dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar
dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan yang mempengaruhi
belajarnya memberi pengaruh yang positif. Jika siswa memiliki intelegensi
yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan dilembaga pendidikan khusus.
Perhatian
Perhatian meurut Imam al-Ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan
objek.Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan,
sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara
mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
Minat
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah
diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-
hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan
pelajaran yang dipelajari itu.
10
Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa
belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya.
Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif
untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Motif-motif
diatas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan
latihan-latihan, kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan.
Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Dengan kata
lain belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).
Kesiapan
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan pada diri siswa sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
3. Faktor Kelelahan
Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai
terjadi kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu diusahakan kondisi yang
11
bebas dari kelelahan. Misalnya dengan mengatur pola hidupnya mulai dari tidur,
makan, belajar, olah raga, ibadah dan sebagainya terkait aktivitas sehari-harinya.
2.3.2. Faktor Eksternal
Factor-faktor eksternal ini dapat dikelompokan menjadi 3 faktor, yaitu:
keluarga, sekolah dan masyarakat.
1. Factor Keluarga
Cara mendidik orang tuanya
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya
dapat menyebabkan anakkurang berhasil dalam belajarnya.
Relasi antara anggota keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi
yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah
hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan
bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar
anak sendiri.
Suasana rumah
Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang
tenang dan tentram. Didalam suasana rumah yang tenang dan tentram
selain anak kerasan tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga
membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika keluarga mempunyai cukup uang.
12
Pengertian orang tua
Orang tua wajib memberi pengertian dan mendorong anaknya untuk
belajar. Jadi bilaanak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas
rumah.
Latar belakang kebudayaan
Perlu ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar
mendorong semangat anak untuk belajar.
2. Factor Sekolah
Metode mengajar
Metode mengajar itu mempengerui belajar siswa. Metode mengajar guru
yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Maka dari itu perlu ditelaah terlebih dahulu tentang kelebihan dan
kekuranngannya disesuaikan dengan tujuan serta kondisi kegiatan
pembelajaran.
Kurikulum
Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan
pelajaran itu.
Relasi guru dengan siswa
Relasi siswa dengan siswa
Disiplin sekolah
Disiplinan sekolah mencangkup kedisiplinan guru dalam mengajar,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
13
kebersihan/keteraturan.Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola
seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan timm BP dalam
pelayanan kepada siswa dan juga kedisiplinan siswa dalammelaksanakan
tata tertib.
Alat pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan
bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima
bahan pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih
giat dan lebih maju.
Waktu sekolah
Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.
Keadaan gedung
Tugas rumah
3. Factor Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika terlalu banyak juga tidak baik
karena akan mengganggu belajarnya.
Media massa
Media massa yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan
juga terhadap belajarnya begitupun sebaliknya.
Teman bergaul
14
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam
jiwanya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri
siswa, begitu juga sebaliknya.
Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar
siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar,
penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan
berpengaruh jelek kepada anak yang berada disitu begitupun sebaliknya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi
juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Ada empat tahapan belajar manusia, yaitu inkompetensi bawah
sadar, kompetensi sadar, kompetensi sadar dan kompetensi bawah sadar.
Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang
keberhasilan belajar. Prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa ini
secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa
modern. Adapun aktivitas-aktivitas belajar, yaitu mendengarkan, memandang,
meraba, mencium, mencicipi/mencecap, menulis dan mencatat, membaca. Membuat
ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel/diagram-
diagram/bagan-bagan, menyusun paper/kertas kerja, mengingat, berfikir, serta
latihanan dan praktek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar, secara
garis besar ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari
aspek fisiologis/jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Faktor eksternal terdiri dari
faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mustaqin., dkk. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Soemanto, W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syah, M. 2003. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://fatih-io.biz/pengertian-belajar.html. (diakses 12 April 2014)
http://noviansangpendiam.blogspot.com/2011/04/aktivitas-belajar-siswa.html. (diakses 12 April 2014)
17
top related