makalah sumber belajar pak budi

37
PENGEMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PUSAT SUMBER BELAJAR ( Dosen Pengampu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd & Dr. Budi Koestoro, M.Pd ) Oleh Ahmad Ridwan ( 1323011031 )

Upload: ahmadridwannn

Post on 19-Jan-2016

95 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PUSAT

SUMBER BELAJAR

( Dosen Pengampu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd & Dr. Budi Koestoro, M.Pd )

Oleh

Ahmad Ridwan ( 1323011031 )

JURUSAN MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

PENGERTIAN SUMBER BELAJAR

Dalam kawasan teknologi instruksional, sumber belajar pada dasarnya merupakan

komponen teknologi instruksional, yang disebut dengan istilah “Komponen

Sistem Instruksional”. Teknologi instruksional adalah proses yang kompleks dan

terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk

menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan

mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar-

mengajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi instruksional,

pemecahan masalah itu berupa komponen sistem instruksional yang telah disusun

terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan, dan

disatukan ke dalam sistem instruksional yang lengkap, untuk mewujudkan proses

belajar yang terkontrol dan berarah tujuan, yang komponennya meliputi pesan,

orang, bahan, peralatan, teknik dan latar.

Yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu

pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan tercetak

(misalnya buku, brosur, pamlet, majalah, dan lain-lain) maupun dalam bentuk non

cetak (misalnya film, filmstrip, kaset, videocassette, dan lain-lain). AECT

menguraikan bahwa sumber belajar meliputi: pesan, orang, bahan, alat, teknik dan

lingkungan. Komponen-komponen sumber belajar yang digunakan di dalam

kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan dengan dengan cara yaitu dilihat dari

keberadaan sumber belajar yang direncanakan dan dimanfaatkan. Sumber belajar

yang sengaja direncanakan (by design) yaitu semua sumber belajar yang secara

khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk

memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar

karena dimanfaatkan (by utilization) yaitu sumber belajar yang tidak secara

khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan,

diaplikasi, dan digunakan untuk keperluan belajar. Berdasarkan konsep-konsep di

atas, sumber belajar pada dasarnya merupakan komponen sistem instruksional

yang meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (lingkungan).

Dalam makalah ini titik berat sumber belajar yang dikaji adalah internet. Sedang

orang, bahan, peralatan dan teknik merupakan sumber belajar pendukung.

KONSEP SUMBER BELAJAR

A. Apa sumber belajar itu?

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang

dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik

secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik

dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

B. Apa fungsi sumber belajar?

Sumber belajar memiliki fungsi :

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju

belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan

(b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih

banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,

dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan

kemampuannnya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)

perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)

pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan

kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih

kongkrit.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan

antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang

sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan

informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting

sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran

siswa.

C. Ada berapa jenis sumber belajar?

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber

belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen

sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan

bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu

sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan

keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran.

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1)

pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2)

orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan

lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides,

gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan

sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi,

VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik,

obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar,

pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi,

debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio,

perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

D. Apa kriteria memilih sumber belajar?

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1)

ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak

memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan

tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk

berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses

dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar

siswa.

E. Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki

nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa.

Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.

Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)

lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat

digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan

lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam

dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi

dalam memlihara dan melestarikan alam.

Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan

membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah,

praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan

pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan

proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.

Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa

lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk

menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai

sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi serta tindak lanjutnya.

F. Bagaimana prosedur merancang sumber belajar?

Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur

sebagai berikut:

G. Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar?

Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut

adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang

ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana

pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat

membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan,

bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang

banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak

pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan

kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat

dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga.

Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak

perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan

dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang

sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di

kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun

keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan

tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat

berharga.

Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk

pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk

menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih

dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh masing-

masing sekolah? Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh

lebih efektif dan efisien, dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah

sekarang ini sudah tersedia paket-paket hemat untuk berinternet yang disediakan

para provider?

PERKEMBANGAN PUSAT SUMBER BELAJAR

Salah satu sumber belajar yang sudah lama diperlukan – hingga sampai sekarang

masih tetap demikian – dalam setiap lembaga pendidikan atau pelatihan adalah

perpustakaan (library). Dalam penyelenggaraan suatu perguruan tinggi, pernah

dikatakan bahwa perpustakaan adalah jantung suatu universitas. Dikatakan

demikian karena perpustakaan yang mengkoleksi berbagai macam buku dan

journal dari pelbagai disiplin ilmu pengetahuan sungguh sangat diperlukan oleh

suatu universitas. Salah satu ukuran yang menentukan mutu suatu universitas

adalah seberapa banyak koleksi buku-buku di dalam perpustakaannya.

Universitas-universitas yang ternama di dunia selalu mempunyai perpustakaan

pusat (main library) yang besar dengan koleksi buku-buku yang sangat banyak

jumlahnya hingga ratusan ribu sampai jutaan buku dalam berbagai jenis disiplin

ilmu pengetahuan dalam terbitan yang relatif baru ditambah dengan koleksi

berbagai jenis jurnal ilmiah. Di samping itu di universitas tersebut terdapat juga

adanya perpustakaan fakultas (school library) di setiap fakultasnya untuk

mendukung kegiatan belajar para mahasiswanya di masing-masing fakultas.

Perpustakaan adalah merupakan perkembangan awal dari Pusat Sumber Belajar.

Semua bahan belajar berupa rinted materials” yang telah dimiliki dan dikoleksi

oleh bagian atau unit yang dinamakan Perpustakaan dipelihara dan disimpan

dengan menggunakan system klasifikasi tertentu untuk memudahkan

pemanfaatannya. Sistim pengklasifikasian bahan-bahan yang paling banyak

digunakan adalah system Dewey Decimal Classification (DDC).

Di Amerika Serikat, system pengklasifikasian bahan di perpustakaan yang

umumnya digunakan adalah system Library Conggres (LC) karena volume buku

dan bahan-bahan pustaka lainnya yang dikoleksi sangat banyak sampai meliputi

ratusan ribu hingga jutaan buku jumlahnya. Dengan mengklasifikasi buku-buku

dan bahan-bahan pustaka menggunakan system klasifikasi tertentu, maka bahan-

bahan pustaka dapat didistribusikan atau disirkulasikan penggunaannya secara

optimal dalam lingkungan olah/universitas sehingga dapat menunjang dan

memberikan kemudahan bagi pelaksanaan kegiatan belajar dan pembelajaran

yang diselenggarakan.

Perpustakaan, baik perpustakaan umum, perpustakaan sekolah maupun

perpustakaan universitas. dan perpustakaan lainnya, merupakan tempat

penyimpanan informasi dan pengetahuan sehingga dapat berfungsi sebagai

sumber belajar bagi semua peserta belajar, para profesional, para peneliti dan bagi

siapapun yang memerlukan informasi dan pengetahuan. Sebenarnya perpustakaan

melayani banyak fungsi yaitu untuk keperluan arsip, pendidikan dan

pembelajaran, rujukan atau referensi, penelitian, dan rekreasi bagi masyarakat

pada umumnya.

Oleh karena perpustakaan berfungsi untuk kegiatan pendidikan, pembelajaran dan

penelitian, maka istilah sumber belajar di ditambahkan pada koleksi perpustakaan,

dan distribusi informasi mulai diarahkan pada kebutuhan belajar peserta belajar.

Tingkatan belajar bergerak dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat

belajar lanjut. Media yang digunakan meliputi berbagai jenis format seperti buku,

majalah, microfilm, video, film, rekaman suara, dan computer.

Mereka yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan formal dapat meneruskan

studinya melalui kegiatan belajar secara informal secara belajar mandiri dengan

menggunakan bahan-bahan yang terdapat di perpustakaan. Dengan demikian

perpustakaan memerankan fungsi demokratisasi dalam pendidikan karena

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh

pendidikan dan pembelajaran.

Satu syarat penting agar fungsi perpustakaan yang sudah dijelaskan di atas dapat

secara optimal diwujudkan, anggota masyarakat yang akan menggunakan

perpustakaan dituntut memiliki dua syarat penting yaitu kemampuan membaca

dengan baik (reading ability) dan mempunyai kebiasaan membaca yang baik

(reading habit), dua hal yang pada umumnya belum dimiliki oleh masyarakat dan

bangsa Indonesia.

Perpustakaan tidak saja mendorong berkembangnya “literacy” (kemampuan

membaca dan menulis), tetapi lebih jauh dapat mengembangkan “functional

literacy” (kemampuan membaca dan menulis secara fungsional) di rumah,

pekerjaan dan masyarakt. Dan perpustakaan lebih lanjut dapat mengembangkan

dan memenuhi apa yang disebut “ information literacy” yaitu kemampuan untuk

memperoleh atau mencari informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan.

Sesuai dengan perkembangan di bidang teknologi informasi maka information

literacy dengan cepat berkembang ke suatu kebutuhan “electronic information

technologies” yaitu informasi yang diperoleh melalui teknologi informasi. Hal ini

mendorong suatu kebutuhan akan adanya perubahan fungsi perpustakaan sebagai

sumber belajar

Pada awal 1960-an, khususnya di Amerika Serikat, beberapa perpustakaan

universitas diubah namanya menjadi Pusat Sumber Belajar (Learning Resource

Centre). Pusat Sumber Belajar ini memberikan layanan yang diperluas meliputi

penelitian, pembelajaran, evaluasi belajar, pengembangan perkuliahan, layanan

pelatihan, produksi bahan belajar di samping melaksanakan layanan bahan

cetakan dan audio visual yang biasa dilaksanakan oleh perpustakaan, seperti

seleksi (pemilihan), distribusi, dan penggunaan semua bahan belajar dan fasilitas.

Tujuan yang utama adalah memperbaiki proses belajar peserta belajar dengan

membantu mereview hasil penelitian, dan memilih metode pembelajaran terbaik

dan bahan yang paling efektif yang akan diajarkan.

Konsep Pusat Sumber Belajar mengubah organisasi informasi dan pengelolalaan

perpustakaan dari “lingkungan hanya bahan cetak” menjadi “lingkungan bahan

cetak dengan bahan non cetak” termasuk pada akhirnya semua teknologi yang

lebih baru seperti bahan rekaman yang dibaca dengan mesin, CD-ROM, video

disc. Melalui sumber dan layanan yang baru, pustakawan dapat membantu para

pengajar mereview metode pembelajaran mereka dan menyarankan praktek yang

lebih kreatif. Penyiapan bahan belajar yang baru, penyediaan bahan-bahan dan

peralatan audio visual untuk menunjang perkuliahan menjadi suatu program

bersama dengan layanan koleksi dan referensi perpustakaan yang sudah ada.

Pengelolaan perpustakaan berubah karena dibutuhkan jenis-jenis personalia yang

baru di samping staf perpustakaan yang sudah ada. Personalia yang dibutuhkan

adalah yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan dalam desain

pembelajaran, pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan bahan

(media) pembelajaran, penyiapan bahan belajar, keterampilan dalam mengakses

data atau informasi melalui internet. Tentu saja dibutuhkan juga staf teknis yang

akan merawat agar semua peralatan dapat tetap berfungsi setiap saat digunakan.

Pusat Sumber Belajar berfungsi melakukan pengadaan, pengembangan, produksi,

pelatihan dan pelayanan dalam pemanfaatan sumber belajar (terutama bahan dan

alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran dibandingkan dengan

perpustakaan yang hanya berfungsi melakukan pengadaan dan pelayanan

pemanfaatan sumber belajar dalam rangka kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

Dengan demikian perpustakaan mempunyai fungsi yang lebih sempit jika

dibandingkan dengan fungsi Pusat Sumber Belajar, karena hanya melaksanakan

sebagian saja fungsi yang dilaksanakan oleh Pusat Sumber Belajar.

Strategi dan teknis pengelolaan Pusat Sumber Belajar

A Resources Centre is a place (anything from a part of a room to an entire

complex of buildings) that is set up specifically for the purpose of housing and

using a collection of resources, usually in terms of instructional media. Resource

centres may serve the needs of an individual department within a school or

college, an entire institution, or even a collection of institutions, as for example,

when several schools are served by a single central resources centre”

Pengelolaan Pusat Sumber Belajar adalah kegiatan yang berkaitan dengan

pengadaan, pengembangan/produksi, pemanfaatan sumber belajar (terutama

bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembeljaran. Kegiatan pengelolaan

sumber belajar tersebut dilaksanakan oleh suatu bagian dalam lembaga pendidikan

/ sekolah yang disebut Pusat Sumber Belajar.

Kegiatan Pusat Sumber Belajar yang perlu dikelola dalam menunjang kegiatan

pembelajaran adalah:

1. Kegiatan pengadaan bahan belajar, mis. buku, film, slide, dan sebagainya.

2. Kegiatan produksi / pengembangan bahan belajar

3. Kegiatan pelayanan bahan belajar

4. Kegiatan pelatihan pengembangan media pembelajaran

Kegiatan pengadaan bahan belajar

Kegiatan pengadaan adalah upaya untuk memperoleh bahan belajar, berupa bahan

cetakan (buku, modul). bahan audio (kaset audio, CD, tape, dan lain-lain), bahan

video (kaset video, VCD) yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Bahan-

bahan tersebut dapat dibeli di toko buku atau lembaga produksi media yang

bersifat swasta yang memproduksi media dan menjual ke umum untuk

memperoleh profit atau keuntungan. Daapat juga bahan belajar diperoleh dari

hibah (pemberian/sumbangan) dari individu atau lembaga-lembaga yang berminat

membantu lembaga pendidikan dengan menyerahkan secara uma-Cuma bahan

belajar yang bermanfaat untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di

lembaga pendidikan tersebut.

Terdapat satu unit kerja di Departemen Pendidikan Nasional yang bernama Pusat

Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Nasional Departemen

Pendidikan Nasional (dulu bernama Pustekkom Depdikbud singkatan Pusat

Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan) yang mempunyai fungsi untuk memproduksi dan mengembangkan

berbagai media pembelajaran. Media yang diproduksi dan dikembangkan

Pustekkom sebenarnya merupakan sumber belajar yang dirancang (by design),

karena dikembangkan berdasarkan kurikulum sekolah yang berlaku saat itu,

namun saat ini tercantum dalam Standar Isi sebagai dasar untuk mengembangkan

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Dengan demikian Pustekkom mempunyai peranan untuk membantu

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui penggunaan media

pembelajaran oleh para guru dalam proses belajar dan pembelajaran. Hal ini

disebabkan karena media pembelajaran merupakan sumber belajar yang memang

dirancang untuk kegiatan pembelajaran.

Materi pembelajaran yang terdapat dalam media pembelajaran dapat memberikan

kejelasan kepada murid atas materi pelajaran. Guru dengan demikian tidak lagi

sibuk hanya bertindak sebagai sumber belajar utama untuk menyampaikan materi

pelajaran kepada siswa, yang sering sulit dipahami oleh siswa karena sangat

bersifat abstrak, dan akibatnya guru kurang mempunyai waktu untuk memberikan

bimbingan secara individual kepada murid yang memerlukan.

Karena itu media pembelajaran yang dikembangkan dan diproduksi Pestekkom

dapat dijadikan salah satu alternatif atau pilihan untuk dikoleksi Pusat Sumber

Belajar dengan cara “membeli” atau lebih tepat “mengganti ongkos produksi”

dengan mengkopi media yang diinginkan/diperlukan. Media pembelajaran

produksi Pestekkom yang diinginkan untuk dikoleksi Pusat Sumber Belajar

Sekolah dapat dipelajari pada daftar media yang terdapat dalam buku direktori

media pembelajaran produksi Pustekkom yang dikeluarkan oleh Pustekkom.

Kegiatan produksi (pengembangan) media pembelajaran

Kegiatan produksi amat penting dan sangat diperlukan dilakukan oleh Pusat

Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar harus

mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang

kegiatan diklat yang dilaksanakan, baik berupa bahan cetak maupun non cetak

seperti bahan video, bahan audio, bahan belajar berbantuan computer, dan

sebagainya.

Selama ini bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku, ensiklopedia,

jurnal, hand-outs, diktat, dan sebagainya merupakan sumber belajar bahan yang

paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran. Perpustakaan selama

ini telah menunjukkan peran yang cukup efektif dalam melaksanakan fungsi ini.

Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram yang

mampu berkomunikasi dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya

yang bersifat non-cetak seperti kaset rekaman audio, kaset rekaman video, VCD,

slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu

dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga

bahan-bahan belajar yang ada di diklat (PSB) dapat digunakan untuk menunjang

kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi dan

pengembangan bahan atau media pembelajaran ini adalah walaupun kita sudah

dapat menggunakan komputer pribadi (PC) untuk membuat transparansi maupun

gambar-gambar grafis yang menarik, namun masih tetap diperlukan keterampilan

dalam membuat bahan-bahan belajar yang murah (inexpensive materials) melalui

penggunaan “letter guide” untuk menulis caption, membuat program animasi yang

menarik, menempelkan gambar visual (mounting), memotret (still pictures), dan

sebagainya.

Kegiatan produksi (pengembangan) media amat penting untuk dilakukan oleh

Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar

harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk

menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah/madrasah. Di

atas telah dijelaskan bahwa untuk mempunyai koleksi sejumlah bahan (sumber)

belajar untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran Pusat Sumber Belajar

memperolehnya dengan jalan membeli bahan belajar di took bukua, lembaga

produksi media swasta, ndan sebagainya.

Selama ini Perpustakaan berperan cukup efektif dalam melaksanakan fungsi

penyediaan bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku pelajaran, buku

teks, kamus, ensiklopedia, hand-outs, diktat, dan sebagainya sebagai sumber

(bahan) belajar yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran..

Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram sebagai

media pembelajaran yang mampu berkomunikasi (berinteraksi) dengan peserta

belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset

(rekaman) audio, kaset (rekaman) video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan

berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri

oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di PSB dapat

digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran secara optimal.

Agar mampu memproduksi bahan belajar yang diperlukan dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah, baik yang bersifat “instructor

dependent instruction” maupun “instructor independent instruction” sudah pasti

diperlukan SDM yang mempunyai kemampuan di dalam merancang,

memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran. Selain itu juga

diperlukan seperangkat sarana dan peralatan produksi yang memadai untuk

memproduksi berbagai jenis media pembelajaran yang diperlukan. Dan sudah

barang tentu juga diperlukan dana atau anggaran yang tidak kecil untuk

melaksanakan kegiatan produksi media pembelajaran yang diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran.

Untuk itu PSB memerlukan sarana produksi seperti alat-alat grafis (misalnya

berbagai jenis alat menulis/lettering guide, alat laminating, heat mounting press,

dll, alat fotografi, audiorecording, videorecording, dsb). Tentu saja sarana

produksi yang akan di-install di PSB tergantung pada banyak factor, termasuk

jenis media pembelajaran yang akan dikembangkan (diproduksi) dan jumlah dana

yang tersedia.

Kegiatan pelayanan media pembelajaran.

Kegiatan pelayanan adalah fungsi yang langsung berhubungan dengan kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh Pusat Sumber Belajar karena keberadaan

PSB dengan semua personel dan sarana serta peralatannya adalah dimaksudkan

untuk memberikan pelayanan berupa pemanfaatan berbagai jenis bahan dan media

belajar untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Pelayanan yang diberikan dalam kaitan ini sesungguhnya sama dengan pelayanan

yang diberikan oleh perpustakaan di dalam membantu guru dan peserta

belajar/siswa berupa peminjaman bahan-bahan cetakan untuk memudahkan

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Bahan-bahan yang dikoleksi Pusat

Sumber Belajar yang dimanfaatkan baik oleh guru maupun peserta belajar dapat

dibeli di tempat-tempat yang menjual bahan atau media yang sesuai dengan

kebutuhan pembelajaran di sekolah/madrasah misalnya toko buku, toko VCD dan

atau kaset rekaman audio/video, atau dapat diperoleh melalui hibah dari lembaga-

lembaga yang ada hubungannya dengan pendidikan/sekolah/madrasah seperti

departemen, kedutaan luar negeri, dan sebagainya.

Dalam jangka panjang tentunya PSB sendiri harus makin bertumbuh sehingga

mempunyai kemampuan sendiri untuk memproduksi berbagai jenis media dan

bahan belajar yang benar-benar dibutuhkan sesuai dengan kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan.

Untuk memudahkan pelaksanaan sirkulasi pelayanan bahan dan media belajar

yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran tertentu, perlu mengklasifikasi

bahan-bahan yang sudah berhasil diproduksi dan kemudian memberikan “entry

number” untuk setiap bahan yang disimpan. Kita dapat menggunakan klasifikasi

Desimal Dewey (DDC atau Dewey Decimal Classification) sebagai yang

digunakan untuk mengklasifikasi buku-buku yang ada di perpustakaan.

Bila Pusat Sumber Belajar sudah berkembang dengan pesat, di mana koleksi

media sudah cukup banyak jumlah dan jenisnya, pelayanan pemanfaatan media ini

dapat diberikan juga kepada pihak-pihak lain di luar kepentingan sekolah sendiri,

misalnya sekolah/madrasah lain.

Kegiatan pelatihan media pembelajaran.

Fungsi pelatihan adalah fungsi keempat Pusat Sumber Belajar yang ditujukan

untuk membantu pihak lain di luar sekolah/madrasah sendiri yang memerlukan

pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi dan mengembangkan bahan

belajar./ media pembelajaran. Fungsi ini tentu saja baru dapat dikerjakan bila PSB

sudah bertumbuh dan berkembang sedemikian rupa sehingga memiliki SDM yang

memadai dalam produksi dan pengembangan media pembelajaran serta peralatan

dan sarana yang memadai untuk mendukung kegiatan produksi dan

pengembangan berbagai media pembelajaran.

PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR DI SEKOLAH

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, “suka atau tidak”, bila

kita ingin mencapai tujuan atau kompetensi belajar dengan baik;

maka seharusnya setiap sekolah atau perguruan tinggi memiliki

PSB atau paling tidak menjalankan fungsi-fungsi Pusat Sumber

Belajar (PSB)   sebagai bagian integral dalam sistem

pebelajarannya.

Saat ini sudah banyak sekolah yang telah menjalankan fungsi-

fungsi Pusat Sumber Belajar (PSB) dalam penyelenggaran

pembelajarannya, meskipun belum memiliki Pusat Sumber

Belajar (PSB) secara kelembagaan. Ini artinya sebagian besar

mereka telah menyadari betapa pentingnya peranan sumber

belajar dalam pencapaian tujuan atau kompetensi belajar.

Dari 10 (sepuluh) wilayah di seluruh Indonesia dengan masing-

masing wilayah diwakili 3 (tiga) sekolah  SLTP atau SMA dengan

fokus pada  5 komponen Pusat Sumber Belajar (PSB) diperoleh 

data sebagai berikut:

No. Komponen PSB Keadaan di Lapangan

1. Penggunaan fasilitas atau fungsi-

fungsi PSB dalam kegiatan mengajar

guru.

Sebagian besar (70%) sekolah

telah menjalankan fungsi PSB,

khususnya fungsi pelayanan yaitu

pelayanan media pembelajaran

bagi guru-guru.

2. Keberadaan PSB dalam struktur

lembaga atau sekolah.

Hanya 15 % sekolah yang telah

mencantumkan PSB dalam

struktur sekolah atau lembaganya.

3. Ketersedian ruangan belajar yang

dilengkapi fasilitas-fasilitas PSB.

Ada 60% sekolah telah memiliki

ruangan yang dilengkapi dengan

fasilitas PSB (disebut ruang

audio-visual).

4. Peralatan (hardware) media yang Hampir 90 % sekolah memiliki

dimiliki sekolah. peralatan PSB, khususnya

peralatan penampil seperti VCD

dan Televisi.

5. Program / software pembelajaran

yang dimiliki sekolah.

Lebih dari 70 % sekolah telah

memiliki program-program VCD/

DVD pembelajaran.

Dari temuan-temuan di atas, prospek pengembangan PSB di setiap sekolah

(khususnya SLTP dan SMA), sangat optimis. Hanya saja masih perlu ada

sosialisasi secara terus menerus terhadap fungsi-fungsi PSB yang lain, sehingga

keberadaannya ke depan bisa di lembagakan menjadi PSB yang memiliki struktur

dan fungsi-fungsi yang seharusnya dimiliki oleh setiap PSB. Fungsi tersebut

meliputi fungsi: Pengembangan Sistem Instruksional, Pelayanan Media

Pembelajaran, Produksi, Pelatihan, dan Administrasi.

Kesimpulan

Dari uraian di atas secara umum peranan Pusat Sumber Belajar (PSB) dalam

pencapaian kompetensi belajar dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pusat Sumber Belajar adalah bagian integral dalam sistem pembelajaran,

khususnya dalam pencapaian tujuan atau kompetensi belajar.

2. Setiap sekolah seharusnya memiliki Pusat Sumber Belajar (PSB) atau paling

tidak menjalankan fungsi-fungsi Pusat Sumber Belajar (PSB) dalam

mengelola kegiatan pembelajarannya.

3. Prospek pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) ke depan sangat optimis,

karena sebagian besar sekolah telah menyadari peran Pusat Sumber Belajar

(PSB) dalam pencapaian tujan atau kompetensi belajar.

4. Perlu adanya sosialisasi terus-menerus kesetiap sekolah mengenai peran Pusat

Sumber Belajar (PSB) dalam pencapaian tujuan atau kompetensi belajar.

5. Bagi sekolah yang telah menjalankan fungsi-fungsi Pusat Sumber Belajar

(PSB) dalam mengelola kegiatan pembelajarannya tetapi belum memiliki

PSB secara lembaga, perlu di bina agar kedepan memiliki Pusat Sumber

Belajar (PSB) yang dilembagakan dan menjalankan fungsi-fungsi Pusat

Sumber Belajar (PSB) secara utuh.

PENGELOLAAN PUSAT SUMBER BLAJAR

A. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Informasi

Prinsip pengelolaannya adalah sebagai berikut ini:

Laporan-laporan yang diterima dikirim ke unit fasilitas yang menggunakan sistem

komputer (puskom) dan mengadakan persiapan untuk penerbitan. Sebagaimana

data dikirim ke unit reproduksi dokumen untuk dibuat microfische atau fotochopy

untuk selanjutnya dikirim ke pusat-pusat setiap fakultas dan sebagian lagi dicetak

di percetakan universitas.

Salah satu tugas penting jika ingin mengadakan pusat informasi adalah

membentuk database.

1. Database

Yaitu seluruh koleksi informasi yang dimiliki oleh pusat sumber tingkat

universitas

2. File

Informasi-informasi khusus atau informasi mengenai suatu disimpan dalam file-

file. Keseluruhan file tersebut merupakan data

3. Record

Masing-masing file berisi catatan (record) dari subjek-subjek atau orang

4. Field

Masing-masing record dibagi dalam bidang (field), misalnya jurusan, program

studi, dll

Sistem Informasi

Sistem informasi yang dimaksudkan dapat digolongkan menjadi dua. Pertama,

informasi kepada klien keluar seperti kepada mahasiswa, dosen, ketua dan staf

unit pelaksanaan teknis (UPT) di perguruan tinggi, lembaga dalam perguruan

tinggi setempat atau sekolah dan instansi lain yang membutuhkan, misalnya

sekolah pendidikan guru, badan koordinasi keluarga berencana nasional(BKKBN)

atau lembaga pemerintah maupun swasta lain dan sebagainya. Kedua, informasi di

dalam pusat sumber belajar itu sendiri, yaitu bagaimana pengunjung dengan

mudah mendapatkan informasi tentang segala yang dibutuhkan.

Seluruh informasi direncanakan dan atas tanggung jawab direktur PSB. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam informasi keluar ini antara lain:

1. Sesuai dengan perencanaan pusat sumber belajar

2. Mudah dimengerti oleh klien yang bervariasi yang ingin dijangkau

3. Usahakan agar dapat memuaskan klien

4. Membina hubungan dengan klien secara berkesinambungan

5. Materi informasi hendaknya yang sangat berguna bagi klien dan dalam kaitan

program evaluasi pusat sumber balajr

6. Tidak akan mengikat klien dalam hal kebebasa, kehendak, waktu atau tempat

Contoh informasi yang mungkin dibutuhkan dan sarana informasinya adalah

seperti tabel berikut:

INFORMASI TENTANG SARANA INFORMASI

Program media tujuan, fungsi dan peranannya dalam mencapai tujuan

pendidikan.

Penggunaan program media dalam hubungan dengan tujuan pendidikan.

Perencanaan dan kegiatan yang menunjang klien.

Release (edaran)

Presentasi media

Hubungan langsung

Pameran

Laporan tahunan

Menerbitkan handbooks

Ikut berpatisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh civitas

akademika

Ikut mengisi publikaski kampus

Menyebarkan hasil penelitian

Kedua informasi di dalam pusat sumber belajar adalah apabila klien berada dalam

pusat sumber belajar. Mereka akan mengetahui dan mengerti apa saja yang

disediakan dan dapat dilayani oleh pusat sumber belajar, serta mereka mengerti

bagaimana cara mengoperasikan peralatan atau cara mencari apa yang dibutuhkan

dalam mencapai tujuan belajar.

B. Pengolahan Bahan Pustaka

Tujuan pengolahan koleksi buku atau bukan buku dalam suatu perpustakaan

adalah agar supaya segala informasi tentang bahan pustaka atau bahan lainnya

yang ada diperpustakaan dikumpulkan menurut suatu sistem tertentu dan dikelola

secara tepat. Dengan demikian si pemakai dapat dengan mudah menelusuri dan

mendapatkan informasi atau bahan yang diperlukannya, sistem pengolahan itu

disebut katalogisasi.

Jadi tujuan dari katalogisasi adalah:

1. Mencatat semua informasi penting dari suatu buku atau bahan bukan buku

untuk membedakannya dengan buku atau bahan bukan buku lainnya

2. Untuk memudahkan penelusuran buku atau bahan bukan buku yang diperlukan

sehingga dengan mudah ditemukan di antara koleksi perpustakaan

Dapat dikatakan bahwa fungsi suatu katalog perpustakaan ialah untuk

mengetahui:

1. Apakah perpustakaan memiliki suatu buku atau bahan tertentu

2. Hasil karya siapa sajakah yang ada diperpustakaan

3. Disiplin ilmu apa sajakah yang dimiliki oleh perpustakaan

Bentuk dan susunan katalog:

Bentuk katalog ada beberapa macam, antara lain yang umum dipergunakan ialah

1. Katalog bentuk kartu

2. Katalog bentuk buku

Susunan kartu katalog ada tiga macam, yaitu:

1. Dictionary catalog

2. Divided catalog

3. Classified catalog

Katalogisasi terbagi atas dua macam:

1. Katalogisasi deskriptif: mencatat data bibliografis serta identifikasi dan

deskriptif bahan pustaka

2. Katalogisasi subjek: mencatat subjek buku, yaitu dengan mempergunakan

tajuk, subjek atau menentukan nomor klasifiksi

DAFTAR PUSTAKA

http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/pengertian-sumber-belajar.html di akses pada hari kamis, 20 Maret 2014 pukul 20.00 WIB

http://www.m-edukasi.web.id/2013/09/prospek-pengembangan-sumber-belajar-di.html di akses pada hari kamis, 20 Maret 2014 pukul 20.30 WIB

Association for Educational Communications and Technology, Defenition and Glossary of Term, Vol. 1. New York: AECT, 1977.

Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/ di akses pada hari jum’at, 21 Maret 2014 pukul 20.30 WIB

Association for Educational Comunication Technology (AECT), Definisi Teknologi Pendidikan (Penerjemah Yusufhadi Miarso), Jakarta: C.V. Rajawali (Buku asli diterbitkan tahun 1977), 1986.

http://www.gudangmateri.com/2011/04/pengembangan-pusat-sumber-belajar-di.html di akses pada hari jum’at, 21 Maret 2014 pukul 21.20 WIB

http://www.emakalah.com/2013/01/pengelolaan-pusat-sumber-belajar.html di akses pada hari jum’at, 21 Maret 2014 pukul 22.00 WIB