laporan tetap nutan
Post on 24-Oct-2015
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN TETAPPRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN
PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI LARUTAN KIMURA B STOK A DAN STOK B TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG MANIS DENGAN
BUDIDAYA SISTEM HIDROPONIK
POSMA ANDRI OCTAVIA SIAGIAN05101007122
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman yang sangat banyak di budidayakan di
Indonesia dan di jadikan sebagai makana pokok oleh beberapa masyarakat indonesia
dan belahan lain di dunia, selain beras atau padi. Jagung (Zea mays. L.) merupakan
kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung
mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan
makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga
merupakan bahan baku makanan ternak.
Jagung lebih mudah pembudidayaannya jika dibandingkan padi, karena
jagung tidak terlalu membutuhkan air yang banyak seperti padi, serta jagung dapat
tumbuh di daerah kering sekalipun, asalkan masih terdapat kandungan air walaupun
dalam kapasitas yang tidak terlalu melimpah.
Jagung ( Zea mays ) merupakan salah satu tanaman pangan utama di dunia,
selaingandum dan padi (beras). Sebagai sumber karbohidrat utama bagi penduduk di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk di beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai sumber pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya).
Berdasarkan temuan – temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui
bahwa daerah asaljagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan).
Budidaya tanaman jagung telah dilakukan di daerah ini sekitar 10.000 tahun yang
lalu. Pembudidayaan ini kemudian dibawa ke daerah Amerika Selatan sekitar 7.000
tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun
yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp
mays) merupakan keturunan langsung dari Teosinte (Zea mays ssp Parviglumis).
Jagung juga merupakan satu – satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup
secara liar di alam. Hingga kini telah dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang
terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. (Purnomo dan
Hartono, 2003).
Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini
didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan
semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar /
bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic,
makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan
jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.
Upaya peningkatan produksi jagung selalu diiringi oleh penggunaan pupuk,
terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada
prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan tanaman
dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami,
keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi petani.
Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada
lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi
mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan
pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan (Dobermann and Fairhurst, 2000;
Witt and Dobermann 2002). Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi
pemupukan baru pada tanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan
penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar
perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi (Dobermann et
al., 2003). Pengelolaan haraspesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi tanaman
secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan
mempertimbangkan kebutuhan tanaman dan kapasitas lahan dalam menyediakan
hara bagi tanaman (Makarim et al., 2003).
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat konsentrasi
larutan kimura B stok A dan stok B terhadap pertumbuhan jagung manis dengan
budidaya sitem hidroponik.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Jagung ( Zea mays)
Jagung memilikki nama latin Zea mays .Mungkin nama ini mengingatkan kita
pada tepung maizena, dan yang kita ketahui tepung tersebut memang berasal dari
jagung. Nama zea mays sendiri diberikan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1939.
Klasifikasi
Adapun Klasifikasi Ilmiah Tanaman jagung Menurut Arief Prahasta, 2009 : 1 ). :Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poacea (Graminae)
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Botani
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang
jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah
daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat
ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin
dan ada yang berambut
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satu tanaman (monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk
penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Syarat Tumbuh
Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik, sawah tadah hujan
maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada
ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut.
Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung
memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada
berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi
pertumbuhannya. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang
dibuat diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung
adalah sekittir 5,5 – 7,0.
Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar
matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan anginTemperatur optimum
untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
B. Larutan Kimura B
Larutan kimura B stok A = ½ l stok A 100 % 2 ml
(NH4)2, SO4 = 48. 2g/4 = 24 gram
MgSO4, 7H2O = 34,8g/4 = 8,7 gram
KNO3 = 18,5 g/4 = 4,625 gram
KH2PO4 = 24,8g/4 = 6,2 gram
Larutan Kimura B stok B = ½ l stok B 100% 2 ml
Ca(NO3)2, 4H2O = 86,17 g/4 = 21,5425 gram
FeSO4, 7H2O = 16 g/4 = 4 gram
1 NHCl = 42 ml/4 = 10,5 ml
C. Sistem Hidroponik
Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat di tanam dalam pot
atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan porus lainnya,
seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan lain sebagainya
sebagai media tanamnya.
Untuk memperoleh zat makanan atau unsur-unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan dilarutkan campuran pupuk
organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari hasil ramuan sendiri garam-garam
mineral dengan formulasi yang telah ditentukan atau menggunakan pupuk buatan
yang sudah siap pakai.
Bercocok tanam secara hidroponik dapat memberikan keuntungan, antara lain
:1). Tanaman terjamin kebebasannya dari hama dan penyakit,2). Produksi tanaman
lebih tinggi, 3). Tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih efisien, 4).
Tanaman memberikan hasil yang kontinu, 5). Lebih mudah dikerjakan tanpa
membutuhkan tenaga kasar, 6). Tanaman dapat tumbuh pada tempat yang semestinya
tidak cocok, 7). Tidak ada resiko sebagai ketergantungan terhadap kondisi alam
setempat, dan, 8). Dapat dilakukan pada tempat-tempat yang luasnya terbatas.
Metode ini bukan merupakan hal baru dalam dunia pertanian. Namun, masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas bagaimana cara
melakukannya dan apa keuntungannya. Dengan menggunakan metode hidroponik,
petani dapat meningkatkan kualitas dan hasil produksi tanamannya yang dapat
dilakukan pada lahan sempit di perkotaan dengan media rumah kaca. Untuk
menghasilkan hasil produksi tanaman yang baik dan melimpah, para petani harus
selalu memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas dari tanaman yang
salah satunya adalah tingkat kelembaban pada rumah kaca.
Para peneliti menemukan pada abad ke-18 bahwa tanaman menyerap nutrisi
mineral penting sebagai ion anorganik dalam air. Dalam kondisi normal dialam
bebas, tanah bertindak sebagai penyedia / penampung nutrisi mineral untuk
pertumbuhan tanaman. Ketika nutrisi mineral dalam tanah larut dalam air, akar
tanaman dapat menyerap mereka. Ketika nutrisi mineral yang diperlukan dipasok
kepada tanaman dalam bentuk larutan buatan, tanah tidak lagi diperlukan lagi oleh
tanaman untuk berkembang. Hampir semua tanaman daratan dapat tumbuh secara
hidroponik. (Bugbee, B. 2003).
Beberapa tanaman yang sering ditanam secara hidroponik, adalah sayur-
sayuran seperti brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan
strowbery. Akhir-akhir ini, bahkan juga ditanam juga pepaya, semangka dll dengan
metode hidroponik.
Namun demikian, tanpa tanah sebagai penyangga, kegagalan untuk sistem
hidroponik dapat menyebabkan kematian tanaman lebih cepat. Kelemahan lainnya
tanaman dapat menjadi layu dan mati disebabkan oleh tingkat kelembaban tinggi
akibat terlalu banyak penyiraman pada tanaman. Tanaman hidroponik membutuhkan
pupuk yang berbeda dan sistem penaman ditanah. Dalam beberapa sistem hidroponik
akar berada dalam media tumbuh yang membuat mereka tetap lembab, aerasi dan
jumlah oksigen juga membantu untuk mendukung tanaman.
BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal oktober sampai november 2012,
bertempat di rumah kaca Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi 1) Benih Jagung manis,
2) Larutan Kimura B stok A dan stok B, 3) HCN1, 4) Larutan NaOH, 5) Larutan
HCL dan 6) Pasir. Sedangkan alat yang digunakan antara lain : 1) Ember, 2) Gelas
ukur, 3) Sterofom, 4) Aeorator (pompa udara), 5) Selang plastic, 6) Meteran , 7)
Oven, 8) Timbangan analitik, 9) Klorofilmeter dan 10) PH meter.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mengunakan metode Rancang Acak Lengkap
(RAL) dengan dua perlakuan masing-masing perlakuan sepuluh ulangan
D. Peubah yang Diamati
1. Panjang Akar (cm)
Panjang akar diukur dari pangkal akar sampai keujung akar terpanjang dan
diukur pada akhir penelitian.
2. Jumlah akar
Jumlah akar dihitung pada saat akhir penelitian, akar yang dihitung hanya
akar-akar primernya saja.
3. Berat kering seluruh bagian tanaman
Diukur dengan cara mengambil semua bagian tanaman kemudian akar
dikering dalam oven selama 48 jam dengan suhu 700 C, lalu ditimbang beratnya.
Yang dilakukan pada akhir penelitian.
4. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar samapi dengan daun yang
terpanjng. Pengukuran dilakukan sekali yang pada akhir penelitian.
5. Kandungan Klorofil Daun
Kandungan klorofil daun diukur dengan menggunakan klorofil meter pada
seluruh daun. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.
6. Total Luas Daun (cm)
Perhitungan total luas daun dilakukan sekali pada akhir pengamatan.
Dihitung dengan cara mengukur panjang dan lebar daun dengan menggunakan alat
Lifelimeter.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari penanaman jagung selama 4 minggu
dengan pola hidroponik pada media dengan larutan kimura B stok A dan stok B yaitu
sebagai berikut ini:
Tabel hasil pengamatan tanaman jagung
No Indikator Perlakuan ke-5 Perlakuan ke - 7 Perlakuan ke – 9
30% 100% 30% 100% 30% 100%
1 Jumlah akar 9 16 12 13 10 7
2 Panjang akar 26,1 28,1 56 27,4 39 19
3 Tggi. tanaman 61 68 59 73 56 67,8
4 Jumlah daun 8 8 6 7 9 9
5 Kdgn klorofil 7 14,1 13,3 28 17,3 26,2
Tabel hasil perhitungan leaf area meter
No Perlakuan ke - Konsentrasi Nilai (cm)
1 5 30% 512, 22
2 7 30% 283,79
3 9 30% 380, 13
4 5 100% 380, 80
5 7 100% 417,62
6 9 100% 438, 51
Tabel hasil berat kering tanaman jagung
No Perlakuan ke - Indikator 30 % (gr) 100% (gr)
1 5
Daun 0,59 0,48
Batang 0,26 0,35
Akar 0,21 0,17
2 7
Daun 0,34 0,56
Batang 0,17 0,34
Akar 0,11 0,36
3 9
Daun 0,53 0,57
Batang 0,30 0,25
Akar 0,29 0,32
B. Pembahasan
Pengamatan praktikum ini kami lakukan 2 hari sekali, parameter yang
diamati pada minggu 1 sampai minggu ke-4 yaitu kandungan klorofil, pada masing-
masing Larutan kimura B ( konsentrasi 100% dan 30% terdapat 9 ember percobaan).
Dari hasil analisis yang kami lakukan, terdapat beberapa perbedaan antara
konsentrasi 30% dan konsentrasi 100 %. Misalnya dilihat dari segi kandungan
klorofil konsentrasi 100% lebih banyak mengandung klorofil dibandingkan dengan
Konsentrasi 30 % hal ini mungkin disebabkan oleh persentasi kandungan unsur hara
yang terdapat pada konsentrasi 100% lebih banyak dibandingkan 30 %.
Jumlah dan panjang akar pada konsentrasi 100 % pada perlakuan 5, 7, dan 9
yaitu untuk panjang akar perlakuan 5 (28,1 cm) perlakuan 7(27,4 cm), dan perlakuan
9 (19 cm) sedangkan pada konsentrasi 30% perlakuan 5 (26,1 cm), perlakuan 7 (56
cm), dan perlakuan 9 (39 cm, dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa larutan 30 %
memiliki panjang akar yang paling besar, penyebab terjadinya hal ini yaitu di
sebabkan pada konsentrasi 30 % memiliki kandungan unsur hara yang relatif kecil
sehingga akar memanjang, dimana akar ini mencari unsur hara sampai kebawah
permukaan. Semakin sedikitnya persedian unsure hara maka akar tanaman akan terus
menghujam memanjang kedalam tanam sehingga akar tanaman akan semakin
memanjang sebaliknya jika kebutuhan unsure hara ataupun air dalam tanah tercukupi
maka akar tanaman tidak perlu memanjang kemana-mana.
Kita mengetahui bahwa setiap tanaman membutuhkan unsur hara untuk
pertumbuhannya, dari pengamatan yang kami lakukan jumlah daun tidak
mempengaruhi pada perbedaan konsentrasi, tetapi warna daun pada konsentrasi 30 %
lebih dominan berwarna hijau kekuningan, dimana terjadi defisiensi unsur hara N,
sehingga kandungan klorofil yang didapatkan relatif kecil.
Menurut (Ai dan Banyo, 2011) salah satu penyebab kekurangan atau
rendahnya klorofil pada tanaman adalah karena penurunan enzim rubisco dan
terhambatnya penyerapan unsure hara terutama nitrogen dan magnesium yang
berperan penting dalam sintesis klorofil. Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa
dengan rendah kandungan klorofil dari suatu tanaman maka terjadinya
ketidakseimbangan metabolism antara fotosintesis dan hasil produksi pada saat
kekurangan air.
Perlakuan ini kami lakukan di ember, dengan memberikan aerasi dan
melakukan pengecekan pH, serta menggantikan air dan membuat larutan yang baru
sehingga tanaman tidak teracuni. pH yang normal bagi tanaman yaitu 5,5-5,8,
berdasarkan pengamatan yang kami lakukan rata-rata pH yang didapatkan yaitu 6,8-
7. Jika pH rendah diharapkan untuk memberikan larutan NaOH, sedangkan jika pH
tinggi diberikan larutan HCl,sehingga didapatkan pH yang normal bagi pertumbuhan
tanaman.
Tinggi tanaman
1. Luas Daun Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)
Dalam pengukuran luas daun digunakan alat leaf area meter. Indeks luas
daun merupakan rasio antara luas daun (satu permukaan saja) tanaman budidaya
terhadap luas tanah (Gardner et al., 1991). Indeks luas daun menggambarkan
besarnya aparat asimilasi suatu tegakan tanaman dan berfungsi sebagai nilai primer
untuk penghitungan sifat-sifat pertumbuhan seperti laju tumbuh tanaman dan laju
asimilasi bersih. Dari hasil pengamatan menunjukkan pemberian larutan kimura B
dengan konsentrasi 100 % menunjukkan luas daun yang lebih besar yaitu 417,62 dm2
sedangkan untuk konsentrasi 30 % luas daaunnya adalah 283,79, hal ini
menunjukkan dengan konsentrasi 100 % larutan kimura B akan memperbesar dua
kali luas daun tanaman jagung dibandingkan larutan kimura dengan konsentrasi 30%.
Menurut (Nyimas, 2010) pemberian
unsur N secara maksimal akan mempengaruhi pembentukan daun sebagai aparat
fotosintesis yang secara langsung dapat meningkatkan indeks luas daun tanaman dan
juga perkembangan indeks luas daun yang paling lambat diperoleh pada cara
pemberian pupuk di permukaan tanah, dibiarkan terbuka. Keadaan itu mungkin
disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemberian unsure N karena besarnya kehilangan
nitrogen akibat penguapan dalam bentuk NH3 sehingga hanya sebagian kecil saja
nitrogen yang dapat dimanfaatkan tanaman. Kekurangan N pada awal pertumbuhan
dapat menghambat pembentukan daun sebagai aparat fotosintesis yang dapat pula
menekan perkembangan indeks luas daun .
Menurut Gardner et al. (1991), pada awal pertumbuhan tanaman (fase
vegetatif), pertambahan luas daun besar karena fotosintat yang dihasilkan pada
proses fotosintesis digunakan untuk pembentukan daun sebagai organ yang
melaksanakan fotosintesis. Setter dan Flanigan (1985) mengemukakan bahwa jika
kondisi lingkungan dan tanaman baik, meningkatnya indeks luas daun sampai batas
tertentu akan meningkatkan fotosintesis.
2. Berat Kering Batang Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)
Pemberian larutan kimura B dengan konsentrasi 100 % dan 30 %
menunjukkan perbedaan, dimana berat keringnya secara berturut-turut 0,56 g dan
0,34 g. Perbedaan berat kering batang yang hampir dua kali lipat ini menunjukkan
pemberian larutan kimura B dengan konsentrasi 100 % berpengaruh terhadap berat
kering tanaman jagung. Tanaman jagung merupakan tanaman yang sensitif terhadap
salinitas. Semakin tinggi salinitas, luas daun, berat kering batang, berat kering daun,
dan berat kering tanaman total pada jagung berkurang (Hussein et. al., 2007) (Katerji
et. al., 2003).
BAB VKESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum ini yaitu perbedaan
konsentrasi yang di berikan terhadap setiap tanaman akan mempengaruhi
pertumbuhan perkembangannya.
Konsentrasi 30 % mengalami stres lingkungan karena hanya mengandung sedikit
unsur hara, daunnya mengalami klorosis akibat kekurangan unsur hara
DAFTAR PUSTAKA
Bugbee, B. 2003. Nutrient management in recirculating hydroponik culture. Paper presented at The South Pacific Soil-less Culture Conference, Feb 11, 2003 in Palmerston North, New Zealand
Chadirin, Y. 2001. Teknologi Hidroponik II, Modul Kuliah Pelatihan Aplikasi Teknolgi Hidroponik untuk Perkembangan Agribisnis Perkotaan. Lembaga Penelitian ITB, Bogor.
Irawan, Agus. 2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah. M2S. Bandung
Karsono, Sudibyo, Sudarmojo, dan Yos Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta. 64 hal.
Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-DasarFisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.
Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S. Hendarsih, dan S. Abdurachman. 2003. Panduan teknis pengelolaan hara dan pengendalian hama penyakit tanaman padi secara terpadu. Puslitbangtan. 37 p.
Paliwal. R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: tropical maize: improvement and production. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. p 1320.
Prahasta, Drs, Arief, M.P. 2009.Agribisnis Jagung. Bandung : Cv Pustaka Grafik
Rahmi dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritop 26 (3) : 105 – 109 Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali.
Syafruddin, S. Saenong, dan Subandi. 2006. Pemantauan kecukupan hara N berdasarkan klorofil daun. pada tanaman jagung. p. 296-302.
LAMPIRAN
1. Pembuatan Larutan
2. Persiapan dan Penyemaian
3. Penanaman
top related