laporan tetap nutan

32
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI LARUTAN KIMURA B STOK A DAN STOK B TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG MANIS DENGAN BUDIDAYA SISTEM HIDROPONIK POSMA ANDRI OCTAVIA SIAGIAN 05101007122

Upload: septianadisaputra

Post on 24-Oct-2015

227 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TETAP nutan

LAPORAN TETAPPRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN

PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI LARUTAN KIMURA B STOK A DAN STOK B TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG MANIS DENGAN

BUDIDAYA SISTEM HIDROPONIK

POSMA ANDRI OCTAVIA SIAGIAN05101007122

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2012

Page 2: LAPORAN TETAP nutan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu tanaman yang sangat banyak di budidayakan di

Indonesia dan di jadikan sebagai makana pokok oleh beberapa masyarakat indonesia

dan belahan lain di dunia, selain beras atau padi. Jagung (Zea mays. L.) merupakan

kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung

mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan

makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga

merupakan bahan baku makanan ternak.

Jagung lebih mudah pembudidayaannya jika dibandingkan padi, karena

jagung tidak terlalu membutuhkan air yang banyak seperti padi, serta jagung dapat

tumbuh di daerah kering sekalipun, asalkan masih terdapat kandungan air walaupun

dalam kapasitas yang tidak terlalu melimpah.

Jagung ( Zea mays ) merupakan salah satu tanaman pangan utama di dunia,

selaingandum dan padi (beras). Sebagai sumber karbohidrat utama bagi penduduk di

Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di

Amerika Serikat. Penduduk di beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura

dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai sumber pangan pokok. Selain

sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan

maupun tongkolnya).

Berdasarkan temuan – temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui

bahwa daerah asaljagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan).

Page 3: LAPORAN TETAP nutan

Budidaya tanaman jagung telah dilakukan di daerah ini sekitar 10.000 tahun yang

lalu. Pembudidayaan ini kemudian dibawa ke daerah Amerika Selatan sekitar 7.000

tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun

yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp

mays) merupakan keturunan langsung dari Teosinte (Zea mays ssp Parviglumis).

Jagung juga merupakan satu – satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup

secara liar di alam. Hingga kini telah dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang

terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. (Purnomo dan

Hartono, 2003).

Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini

didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan

semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar /

bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic,

makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan

jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.

Upaya peningkatan produksi jagung selalu diiringi oleh penggunaan pupuk,

terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada

prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan tanaman

dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami,

keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi petani.

Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada

lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi

mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan

Page 4: LAPORAN TETAP nutan

pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan (Dobermann and Fairhurst, 2000;

Witt and Dobermann 2002). Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi

pemupukan baru pada tanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan

penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar

perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi (Dobermann et

al., 2003). Pengelolaan haraspesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi tanaman

secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan

mempertimbangkan kebutuhan tanaman dan kapasitas lahan dalam menyediakan

hara bagi tanaman (Makarim et al., 2003).

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat konsentrasi

larutan kimura B stok A dan stok B terhadap pertumbuhan jagung manis dengan

budidaya sitem hidroponik.

Page 5: LAPORAN TETAP nutan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung ( Zea mays)

Jagung memilikki nama latin Zea mays .Mungkin nama ini mengingatkan kita

pada tepung maizena, dan yang kita ketahui tepung tersebut memang berasal dari

jagung. Nama zea mays sendiri diberikan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1939.

Klasifikasi

Adapun Klasifikasi Ilmiah Tanaman jagung Menurut Arief Prahasta, 2009 : 1 ). :Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Famili : Poacea (Graminae)

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Botani

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi

tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya

berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.

Page 6: LAPORAN TETAP nutan

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Batang jagung tegak dan mudah

terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.

Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang

jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah

daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat

ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin

dan ada yang berambut

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam

satu tanaman (monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa

karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.

Bunga betina tersusun dalam tongkol. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk

penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Syarat Tumbuh

Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik, sawah tadah hujan

maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada

ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut.

Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung

memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada

berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi

pertumbuhannya. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang

Page 7: LAPORAN TETAP nutan

dibuat diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung

adalah sekittir 5,5 – 7,0.

Iklim

Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar

matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan anginTemperatur optimum

untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.

B. Larutan Kimura B

Larutan kimura B stok A = ½ l stok A 100 % 2 ml

(NH4)2, SO4 = 48. 2g/4 = 24 gram

MgSO4, 7H2O = 34,8g/4 = 8,7 gram

KNO3 = 18,5 g/4 = 4,625 gram

KH2PO4 = 24,8g/4 = 6,2 gram

Larutan Kimura B stok B = ½ l stok B 100% 2 ml

Ca(NO3)2, 4H2O = 86,17 g/4 = 21,5425 gram

FeSO4, 7H2O = 16 g/4 = 4 gram

1 NHCl = 42 ml/4 = 10,5 ml

C. Sistem Hidroponik

Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa

menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat di tanam dalam pot

atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan porus lainnya,

Page 8: LAPORAN TETAP nutan

seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan lain sebagainya

sebagai media tanamnya.

Untuk memperoleh zat makanan atau unsur-unsur hara yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan dilarutkan campuran pupuk

organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari hasil ramuan sendiri garam-garam

mineral dengan formulasi yang telah ditentukan atau menggunakan pupuk buatan

yang sudah siap pakai.

Bercocok tanam secara hidroponik dapat memberikan keuntungan, antara lain

:1). Tanaman terjamin kebebasannya dari hama dan penyakit,2). Produksi tanaman

lebih tinggi, 3). Tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih efisien, 4).

Tanaman memberikan hasil yang kontinu, 5). Lebih mudah dikerjakan tanpa

membutuhkan tenaga kasar, 6). Tanaman dapat tumbuh pada tempat yang semestinya

tidak cocok, 7). Tidak ada resiko sebagai ketergantungan terhadap kondisi alam

setempat, dan, 8). Dapat dilakukan pada tempat-tempat yang luasnya terbatas.

Metode ini bukan merupakan hal baru dalam dunia pertanian. Namun, masih

banyak masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas bagaimana cara

melakukannya dan apa keuntungannya. Dengan menggunakan metode hidroponik,

petani dapat meningkatkan kualitas dan hasil produksi tanamannya yang dapat

dilakukan pada lahan sempit di perkotaan dengan media rumah kaca. Untuk

menghasilkan hasil produksi tanaman yang baik dan melimpah, para petani harus

selalu memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas dari tanaman yang

salah satunya adalah tingkat kelembaban pada rumah kaca.

Page 9: LAPORAN TETAP nutan

Para peneliti menemukan pada abad ke-18 bahwa tanaman menyerap nutrisi

mineral penting sebagai ion anorganik dalam air. Dalam kondisi normal dialam

bebas, tanah bertindak sebagai penyedia / penampung nutrisi mineral untuk

pertumbuhan tanaman. Ketika nutrisi mineral dalam tanah larut dalam air, akar

tanaman dapat menyerap mereka. Ketika nutrisi mineral yang diperlukan dipasok

kepada tanaman dalam bentuk larutan buatan, tanah tidak lagi diperlukan lagi oleh

tanaman untuk berkembang. Hampir semua tanaman daratan dapat tumbuh secara

hidroponik. (Bugbee, B. 2003).

Beberapa tanaman yang sering ditanam secara hidroponik, adalah sayur-

sayuran seperti brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan

strowbery. Akhir-akhir ini, bahkan juga ditanam juga pepaya, semangka dll dengan

metode hidroponik.

Namun demikian, tanpa tanah sebagai penyangga, kegagalan untuk sistem

hidroponik dapat menyebabkan kematian tanaman lebih cepat. Kelemahan lainnya

tanaman dapat menjadi layu dan mati disebabkan oleh tingkat kelembaban tinggi

akibat terlalu banyak penyiraman pada tanaman. Tanaman hidroponik membutuhkan

pupuk yang berbeda dan sistem penaman ditanah. Dalam beberapa sistem hidroponik

akar berada dalam media tumbuh yang membuat mereka tetap lembab, aerasi dan

jumlah oksigen juga membantu untuk mendukung tanaman.

Page 10: LAPORAN TETAP nutan

BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal oktober sampai november 2012,

bertempat di rumah kaca Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi 1) Benih Jagung manis,

2) Larutan Kimura B stok A dan stok B, 3) HCN1, 4) Larutan NaOH, 5) Larutan

HCL dan 6) Pasir. Sedangkan alat yang digunakan antara lain : 1) Ember, 2) Gelas

ukur, 3) Sterofom, 4) Aeorator (pompa udara), 5) Selang plastic, 6) Meteran , 7)

Oven, 8) Timbangan analitik, 9) Klorofilmeter dan 10) PH meter.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mengunakan metode Rancang Acak Lengkap

(RAL) dengan dua perlakuan masing-masing perlakuan sepuluh ulangan

D. Peubah yang Diamati

1. Panjang Akar (cm)

Panjang akar diukur dari pangkal akar sampai keujung akar terpanjang dan

diukur pada akhir penelitian.

2. Jumlah akar

Jumlah akar dihitung pada saat akhir penelitian, akar yang dihitung hanya

akar-akar primernya saja.

3. Berat kering seluruh bagian tanaman

Diukur dengan cara mengambil semua bagian tanaman kemudian akar

dikering dalam oven selama 48 jam dengan suhu 700 C, lalu ditimbang beratnya.

Yang dilakukan pada akhir penelitian.

4. Tinggi tanaman

Page 11: LAPORAN TETAP nutan

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar samapi dengan daun yang

terpanjng. Pengukuran dilakukan sekali yang pada akhir penelitian.

5. Kandungan Klorofil Daun

Kandungan klorofil daun diukur dengan menggunakan klorofil meter pada

seluruh daun. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.

6. Total Luas Daun (cm)

Perhitungan total luas daun dilakukan sekali pada akhir pengamatan.

Dihitung dengan cara mengukur panjang dan lebar daun dengan menggunakan alat

Lifelimeter.

Page 12: LAPORAN TETAP nutan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari penanaman jagung selama 4 minggu

dengan pola hidroponik pada media dengan larutan kimura B stok A dan stok B yaitu

sebagai berikut ini:

Tabel hasil pengamatan tanaman jagung

No Indikator Perlakuan ke-5 Perlakuan ke - 7 Perlakuan ke – 9

30% 100% 30% 100% 30% 100%

1 Jumlah akar 9 16 12 13 10 7

2 Panjang akar 26,1 28,1 56 27,4 39 19

3 Tggi. tanaman 61 68 59 73 56 67,8

4 Jumlah daun 8 8 6 7 9 9

5 Kdgn klorofil 7 14,1 13,3 28 17,3 26,2

Tabel hasil perhitungan leaf area meter

No Perlakuan ke - Konsentrasi Nilai (cm)

1 5 30% 512, 22

2 7 30% 283,79

3 9 30% 380, 13

4 5 100% 380, 80

5 7 100% 417,62

Page 13: LAPORAN TETAP nutan

6 9 100% 438, 51

Tabel hasil berat kering tanaman jagung

No Perlakuan ke - Indikator 30 % (gr) 100% (gr)

1 5

Daun 0,59 0,48

Batang 0,26 0,35

Akar 0,21 0,17

2 7

Daun 0,34 0,56

Batang 0,17 0,34

Akar 0,11 0,36

3 9

Daun 0,53 0,57

Batang 0,30 0,25

Akar 0,29 0,32

B. Pembahasan

Page 14: LAPORAN TETAP nutan

Pengamatan praktikum ini kami lakukan 2 hari sekali, parameter yang

diamati pada minggu 1 sampai minggu ke-4 yaitu kandungan klorofil, pada masing-

masing Larutan kimura B ( konsentrasi 100% dan 30% terdapat 9 ember percobaan).

Dari hasil analisis yang kami lakukan, terdapat beberapa perbedaan antara

konsentrasi 30% dan konsentrasi 100 %. Misalnya dilihat dari segi kandungan

klorofil konsentrasi 100% lebih banyak mengandung klorofil dibandingkan dengan

Konsentrasi 30 % hal ini mungkin disebabkan oleh persentasi kandungan unsur hara

yang terdapat pada konsentrasi 100% lebih banyak dibandingkan 30 %.

Jumlah dan panjang akar pada konsentrasi 100 % pada perlakuan 5, 7, dan 9

yaitu untuk panjang akar perlakuan 5 (28,1 cm) perlakuan 7(27,4 cm), dan perlakuan

9 (19 cm) sedangkan pada konsentrasi 30% perlakuan 5 (26,1 cm), perlakuan 7 (56

cm), dan perlakuan 9 (39 cm, dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa larutan 30 %

memiliki panjang akar yang paling besar, penyebab terjadinya hal ini yaitu di

sebabkan pada konsentrasi 30 % memiliki kandungan unsur hara yang relatif kecil

sehingga akar memanjang, dimana akar ini mencari unsur hara sampai kebawah

permukaan. Semakin sedikitnya persedian unsure hara maka akar tanaman akan terus

menghujam memanjang kedalam tanam sehingga akar tanaman akan semakin

memanjang sebaliknya jika kebutuhan unsure hara ataupun air dalam tanah tercukupi

maka akar tanaman tidak perlu memanjang kemana-mana.

Kita mengetahui bahwa setiap tanaman membutuhkan unsur hara untuk

pertumbuhannya, dari pengamatan yang kami lakukan jumlah daun tidak

mempengaruhi pada perbedaan konsentrasi, tetapi warna daun pada konsentrasi 30 %

Page 15: LAPORAN TETAP nutan

lebih dominan berwarna hijau kekuningan, dimana terjadi defisiensi unsur hara N,

sehingga kandungan klorofil yang didapatkan relatif kecil.

Menurut (Ai dan Banyo, 2011) salah satu penyebab kekurangan atau

rendahnya klorofil pada tanaman adalah karena penurunan enzim rubisco dan

terhambatnya penyerapan unsure hara terutama nitrogen dan magnesium yang

berperan penting dalam sintesis klorofil. Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa

dengan rendah kandungan klorofil dari suatu tanaman maka terjadinya

ketidakseimbangan metabolism antara fotosintesis dan hasil produksi pada saat

kekurangan air.

Perlakuan ini kami lakukan di ember, dengan memberikan aerasi dan

melakukan pengecekan pH, serta menggantikan air dan membuat larutan yang baru

sehingga tanaman tidak teracuni. pH yang normal bagi tanaman yaitu 5,5-5,8,

berdasarkan pengamatan yang kami lakukan rata-rata pH yang didapatkan yaitu 6,8-

7. Jika pH rendah diharapkan untuk memberikan larutan NaOH, sedangkan jika pH

tinggi diberikan larutan HCl,sehingga didapatkan pH yang normal bagi pertumbuhan

tanaman.

Tinggi tanaman

1. Luas Daun Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)

Dalam pengukuran luas daun digunakan alat leaf area meter. Indeks luas

daun merupakan rasio antara luas daun (satu permukaan saja) tanaman budidaya

terhadap luas tanah (Gardner et al., 1991). Indeks luas daun menggambarkan

besarnya aparat asimilasi suatu tegakan tanaman dan berfungsi sebagai nilai primer

untuk penghitungan sifat-sifat pertumbuhan seperti laju tumbuh tanaman dan laju

Page 16: LAPORAN TETAP nutan

asimilasi bersih. Dari hasil pengamatan menunjukkan pemberian larutan kimura B

dengan konsentrasi 100 % menunjukkan luas daun yang lebih besar yaitu 417,62 dm2

sedangkan untuk konsentrasi 30 % luas daaunnya adalah 283,79, hal ini

menunjukkan dengan konsentrasi 100 % larutan kimura B akan memperbesar dua

kali luas daun tanaman jagung dibandingkan larutan kimura dengan konsentrasi 30%.

Menurut (Nyimas, 2010) pemberian

unsur N secara maksimal akan mempengaruhi pembentukan daun sebagai aparat

fotosintesis yang secara langsung dapat meningkatkan indeks luas daun tanaman dan

juga perkembangan indeks luas daun yang paling lambat diperoleh pada cara

pemberian pupuk di permukaan tanah, dibiarkan terbuka. Keadaan itu mungkin

disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemberian unsure N karena besarnya kehilangan

nitrogen akibat penguapan dalam bentuk NH3 sehingga hanya sebagian kecil saja

nitrogen yang dapat dimanfaatkan tanaman. Kekurangan N pada awal pertumbuhan

dapat menghambat pembentukan daun sebagai aparat fotosintesis yang dapat pula

menekan perkembangan indeks luas daun .

Menurut Gardner et al. (1991), pada awal pertumbuhan tanaman (fase

vegetatif), pertambahan luas daun besar karena fotosintat yang dihasilkan pada

proses fotosintesis digunakan untuk pembentukan daun sebagai organ yang

melaksanakan fotosintesis. Setter dan Flanigan (1985) mengemukakan bahwa jika

kondisi lingkungan dan tanaman baik, meningkatnya indeks luas daun sampai batas

tertentu akan meningkatkan fotosintesis.

2. Berat Kering Batang Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)

Page 17: LAPORAN TETAP nutan

Pemberian larutan kimura B dengan konsentrasi 100 % dan 30 %

menunjukkan perbedaan, dimana berat keringnya secara berturut-turut 0,56 g dan

0,34 g. Perbedaan berat kering batang yang hampir dua kali lipat ini menunjukkan

pemberian larutan kimura B dengan konsentrasi 100 % berpengaruh terhadap berat

kering tanaman jagung. Tanaman jagung merupakan tanaman yang sensitif terhadap

salinitas. Semakin tinggi salinitas, luas daun, berat kering batang, berat kering daun,

dan berat kering tanaman total pada jagung berkurang (Hussein et. al., 2007) (Katerji

et. al., 2003).

Page 18: LAPORAN TETAP nutan

BAB VKESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum ini yaitu perbedaan

konsentrasi yang di berikan terhadap setiap tanaman akan mempengaruhi

pertumbuhan perkembangannya.

Konsentrasi 30 % mengalami stres lingkungan karena hanya mengandung sedikit

unsur hara, daunnya mengalami klorosis akibat kekurangan unsur hara

Page 19: LAPORAN TETAP nutan

DAFTAR PUSTAKA

Bugbee, B. 2003. Nutrient management in recirculating hydroponik culture. Paper presented at The South Pacific Soil-less Culture Conference, Feb 11, 2003 in Palmerston North, New Zealand

Chadirin, Y. 2001. Teknologi Hidroponik II, Modul Kuliah Pelatihan Aplikasi Teknolgi Hidroponik untuk Perkembangan Agribisnis Perkotaan. Lembaga Penelitian ITB, Bogor.

Irawan, Agus. 2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah. M2S. Bandung

Karsono, Sudibyo, Sudarmojo, dan Yos Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta. 64 hal.

Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-DasarFisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.

Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S. Hendarsih, dan S. Abdurachman. 2003. Panduan teknis pengelolaan hara dan pengendalian hama penyakit tanaman padi secara terpadu. Puslitbangtan. 37 p.

Paliwal. R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: tropical maize: improvement and production. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. p 1320.

Prahasta, Drs, Arief, M.P. 2009.Agribisnis Jagung. Bandung : Cv Pustaka Grafik

Rahmi dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritop 26 (3) : 105 – 109 Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali.

Syafruddin, S. Saenong, dan Subandi. 2006. Pemantauan kecukupan hara N berdasarkan klorofil daun. pada tanaman jagung. p. 296-302.

Page 20: LAPORAN TETAP nutan

LAMPIRAN

1. Pembuatan Larutan

Page 21: LAPORAN TETAP nutan

2. Persiapan dan Penyemaian

Page 22: LAPORAN TETAP nutan

3. Penanaman

Page 23: LAPORAN TETAP nutan