laporan kp
Post on 13-Aug-2015
68 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan kurikulum yang diterapkan pada Universitas Haluoleo, sekarang
khususnya pada program studi D – III Jurusan Mesin Universitas Haluoleo yang
memprogramkan mata kuliah kerja praktek lebih di orientasikan pada aplikasi
lapangan yang dimaksud untuk menambah profesionalisme Mahasiswa di bidang
ilmu dan jurusannya masing –masing.
Hal ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyesuaikan studi
guna memperoleh gelar kesarjanaan.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan dari penyelenggaraan Kerja Praktek (KP) ini adalah selain persyaratan
akademik juga untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
kami sebagai mahasiswa, juga membandingkan teori dan kenyataan yang ada di
lapangan. Hal ini di perkuat juga adanya satu tuntutan dalam perkuliahan minimal
60% teori dan sisanya sebanyak 40% adalah praktek di lapangan. Hal ini menjadi
tanggung jawab kami bersama dalam teknik (eksacta). Untuk meyesuaikan yang
diterapkan pada program D – III Teknik Universitas Haluoleo. Olehnya bersama
kami laporkan hasil kuliah kerja praktek di BALAI PENGEMBANGAN DAN
PENANGKAPAN IKAN (BPPI), selama 1 bulan mulai tanggal 23 Januari sampai
tanggal 23 Februari 2013.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang kami gunakan untuk menyusun laporan kerja
praktek dengan PROSES PENGERJAAN MESIN BUBUT adalah :
1. Mengadakan pengamatan secara langsung kelapangan untuk melihat
pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 1
2. Mengadakan wawancara dengan pihak – pihak yang terlibat secara
langsung.
3. Studi keputusan data yang ada yaitu dengan membaca dan mengumpulkan
data dalam hubungan dengan penulisan laporan KP.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan laporan ini penulis mengklasifikasikan dalam 4 Bab,
yaitu sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Merupakan bab yang menguraikan mengenai Latar
Belakang , Tujuan KP, Metode Pengumpulan Data dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Gambaran Umum BPPI
Merupakan bab yang menguraikan tentang sejarah singkat
BPPI.
BAB III : Landasan Teori
Merupakan bab yang menguraikan tentang teori dasar proses
pembubutan dan las.
BAB IV : Metode Pengerjaan
Merupakan bab yang membahas proses pengerjaan bubut di
dan las lapangan.
BAB V : Penutup
Merupakan bab yang menguraikan tentang kesimpulan dan
saran.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 2
BAB II
GAMBARAN UMUM BPPI
2.1 Sejarah Singkat Tentang BPPI Dalam Dinas Kelautan & Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan unsur
pelaksana pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dan dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Sulawesi Tenggara Nomor 140 Tanggal 15 April 2001 disebutkan Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tugas membantu Gubernur
dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang
kelautan dan perikanan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
Sekretaris dan uraian tugas jabatan struktural dan non struktural di lingkungan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 50 Tahun
2009.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal ini Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara telah melaksanakan kegiatan pelayanan
kepada masyarakat nelayan melalui Balai Pengembangan Penangkapan Ikan
Kendari selaku pelaksana teknis operasional yang dikelola Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. BPPI dibangun pada tahun 1979/1980
oleh Direktorat Jenderal Perikanan dengan status Unit Pembinaan Motorisasi
bertahap (UPMB). Namun setelah ditingkatkan statusnya menjadi Unit
Pengembangan Penangkapan Ikan (UPPI) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor : 427/2510 tanggal 20 September 2001, dan
disejajarkan dengan sub dinas lain yang ada pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Sulawesi Tenggara kemudian sesuai dengan Peraturan Gubernur Sultra No 68
Tahun 2009 tanggal 9 September 2009 berubah statusnya menjadi BPPI.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 3
Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Kendari sesuai fungsinya dalam
mengemban tugas sebagai berikut :
1. Penyusunan dan pelaksanaan program uji coba dan kaji terap teknologi
penangkapan ikan.
2. Pengadaan pembinaan dan penyuluhan melalui penelitian serta
demonstrasi penangkapan ikan dan permesinan.
3. Pelaksanaan pembinaan dan pelayanan jasa pemeliharaan, perbaikan
mesin kapal, serta pemeliharaan perbaikan, desain alat tangkap ikan dan
docking kapal ikan.
4. Memberikan pelayanan dan meningkatkan kontribusi Pendapatan asli
Daerah (PAD)
STRUKTUR ORGANISASI UPTD BALAI PENGEMBANGAN
PENANGKAPAN IKAN (BPPI)
2.2 Visi & Misi BPPI
Visi Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI) Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara adalah ”Mewujudkan Pengelolaan
Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Yang Berkelanjutan Menuju Masyarakat
Sejahtera”
Untuk mewujudkan Visi diatas, maka Balai Pengembangan Penangkapan
Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara menetapkan Misi
sebagai berikut :
1. Peningkatan perekonomian masyarakat perikanan.
2. Pelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan.
3. Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kelautan
dan perikanan.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 4
Sesuai dengan Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi
Tenggara, maka untuk mengarahkan perumusan sasaran, kebijaksanaan, program
dan kegiatan, ditetapkan tujuan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Sulawesi
Tenggara sebagai berikut :
1. Meningkatkan taraf hidup nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan.
2. Meningkatkan produksi dan produktifitas usaha perikanan.
3. Meningkatkan mutu dan pemasaran komoditas perikanan.
4. Mendorong perluasan dan kesempatan kerja di sektor kelautan dan
perikanan.
5. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
berwawasan lingkungan.
6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perikanan.
7. Melestarikan sumber daya kelautan dan perikanan.
2.3 Mesin Pendukung Kegiatan BPPI
Dalam mendukung visi misi dan kinerja Balai Pengembangan Penangkapan
Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan ini maka dipergunakan alat dan mesin yang
sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah daftar alat dan mesin dalam lingkungan
Balai Pengembangan Penangkapan Ikan :
1. Mesin bubut
2. Mesin las
3. Mesin bor
4. Mesin gerinda
5. Mesin blower
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 5
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Mesin Bubut
Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja pada
proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses penghilangan
bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu. Di sini benda kerja
akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya
proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan
sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak
potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding).
Salah satu proses pembubutan
A. Komponen-komponen mesin bubut
Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara
lain: meja mesin, a headstock, a tailstock, a compound slide, across slide,
toolpost, dan leadscrew dan lain-lain. Pada gambar berikut ini diperlihatkan
nama-nama bagian atau komponen yang umum dari mesin bubut:
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 6
Komponen Utama Mesin Bubut
Tailstock untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian
ujung yang berseberangan dengan Chuck (pencekam) pada proses pemesinan
di mesin bubut.
Lead crew adalah poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan
sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap.
Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik.
Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk
membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.
Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan
daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan
mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang.
Carriage terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron.
Konstruksinya kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat
pemotong. Dilengkapi dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat
dalam arah melintang. Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan
pahat dan spindle atas untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan.
Toolpost digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan
menggunakan pemegang pahat.
Headstock , yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut
yang mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 7
B. Dimensi dan jenis-jenis mesin bubut
Dimensi atau ukuran mesin bubut biasanya dinyatakan dalam diameter
benda kerja yang dapat dikerjakan pada mesin tersebut. misalnya sebuah
mesin bubut ukuran 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan benda
kerja sampai diameter 400 mm. Ukuran kedua yang diperlukan dari sebuah
mesin bubut adalah panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan dalam
panjang maksimum benda kerja diantara kedua pusat mesin bubut, sedangkan
sebagian pabrik lain menyatakan dalam panjang bangku. Ada beberapa
variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi dalam desainnya tersebut
tergantung cara pengoparasiannya dan jenis produksi atau jenis benda kerja.
Dilihat cara pengoperasian mesin bubut dibagi menjadi dua jenis yaitu
mesin bubut manual dan mesin bubut otomatis. Mesin bubut manual adalah
mesin bubut yang proses pengoperasiannya secara manual dilakukan oleh
manusia secara langsung, sedangkan mesin bubut atomatis adalah mesin
bubut yang perkakasnya secara otomatis memotong benda kerja dan mundur
setelah proses diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau
diprogram secara otomatis dengan mengunakan komputer. Mesin bubut yang
otomatis sepenuhnya dilengkapi dengan tool magazine sehingga sejumlah alat
potong dapat diletakan dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit
pengawasan dari operator. Mesin bubut otomatis ini lebih dikenal dengan
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 8
sebutan CNC (Computer Numerical Control) Lathe Machine ( mesin bubut
dengan sistem komputer kontrol numerik), seperti pada gambar berikut:
Jenis Mesin Bubut;
a. Mesin bubut manual, b. Mesin bubut CNC
C. Prinsip kerja mesin bubut
Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan
pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari
benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan
gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur
perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat
maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang
menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.
Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan
pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi
besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127.
Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena
digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci.
Prinsip Kerja Mesin Bubut
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa
sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi
penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem
berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 9
yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang
berbentuk ulir.
Gerakan-Gerakan Dalam Membubut
a. Gerakan berputar
yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang digerakanpada pahat dan
dinamakan gerak potong.
b. Gerakan memanjang
yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotonganna sejajar dengan sumbu
kerja. Gerakan ini disebut juga dengan gerakan pemakanan.
c. Gerakan melintang
yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongan tegak lurus terhadap sumbu
kerja. Gerakan ini disebut dengan gerakan melintang atau pemotongan
permukaan.
Pekerjaan-pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh mesin bubut antara
lain:
a. Membubut muka (Facing), yaitu proses pembubutan yang dilakukan pada
tepi penampangnya atau gerak lurus terhadap sumbu benda kerja,
sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata.
b. Membubut rata (pembubutan silindris), yaitu pengerjaan benda yang
dilakukan sepanjang garis sumbunya. Membubut silindris dapat
dilakukan sekali atau dengan permulaan kasar yang kemudian
dilanjutkan dengan pemakanan halus atau finishing.
c. Membubut ulir (Threading), adalah pembuatan ulir dengan menggunakan
pahat ulir.
d. Membubut tirus (Taper), yaitu proses pembuatan benda kerja berbentuk
konis. Dalam pelaksanaan pembubutan tirus dapat dilakukan denngan
tiga cara, yaitu memutar eretan atas (perletakan majemuk), pergerseran
kepala lepas (tail stock), dan menggunakan perlengkapan tirus (tapper
atachment).
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 10
- Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas. Cara ini digunakan
apabila variasi sudut ketirusannya besar yakni antara 0-90 derajat
dengan ketirusannya pendek, maksimum sepanjang gerakan eretan
atas. Pembubutan dengan cara ini tidak dapat dilakukan secara
otomatis, tetapi dengan cara memutar spindel eretan atas, sehingga
pahat bergerak maju. Pemutaran eretan atas, sebesar ½ sudut
ketirusan. Artinya jika sudut ketirusan 900, maka eretan atas diputar
sebesar 450.
- Pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas. Cara ini
dilakukan apabila variasi sudut ketirusan berkisar antara 0-30 derajat
dengan ketirusan yang melebihi panjang atau lebih pendek dari
pergerakan eretan atas. Pembubutan ini dapat dilakukan secara
manual maupun secara otomatis. Dalam operasinya, benda kerja
dijepit diantara dua senter. Dengan demikian, cekam diganti dengan
pelat pembawa yang berfungsi untuk memutar benda kerja dengan
bantuan lathdog. Untuk menghasilkan ketirusan yang sesuai, maka
besar pergeseran kepala lepas dapat dihitung dengan persamaan:
Untuk sebagian panjang benda yang ditirus
2 d D x lL x
Untuk seluruh panjang benda yang ditirus
Dimana: x = Pergesaran kepala lepas (mm) D = Diameter besar
bagian tirus (mm) d = Diameter kecil bagian tirus (mm) L = Panjang
seluruh benda kerja (jarak antara dua senter) (mm) l = Panjang
bagian tirus (mm) 2 d D x
- Pembubutan tirus dengan menggunakan perlengkapan tirus.
Pembubutan ini dilakukan jika variasi sudut ketirusan yang akan
dibuat berada pada kisaran 0-60 derajat dengan panjang ketirusan
melebihi jarak pergerakan eretan atas. Pembubutan ini dapat
dilakukan secara manual ataupun otomatis. Untuk menghasilkan
ketirusan, sudut perlengkapan tirus harus diatur sebesar ½ sudut tirus
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 11
sejajar kemiringan benda kerja. Selanjutnya eretan atas dilepas
hubungannya dengan meja mesin dan dihubungkan dengan
kelengkapan tirus yang sudah diatur sudutnya. Dengan demikian,
gerakan eretan atas akan mengikuti kemiringan kelengkapan tirus.
Besar kemiringan/pendakian dapat dihitung dengan rumus: Dimana:
D = diameter besar bagian tirus (mm) d = diameter kecil bagian tirus
(mm) l = Panjang bagian tirus (mm) l d D tg 2
e. Pembubutan drillng, yaitu pembubutan dengan menggunakan mata bor
(drill), sehingga akan diperoleh lubang pada benda kerja. Pekerjaan ini
merupakan pekerjaan awal dari pekerjaan boring (bubut dalam).
f. Perluasan lubang (boring), yaitu proses pembubutan yang bertujuan
untuk memperbesar lubang. Pembubutan ini menggunakan pahat bubut
dalam.
g. Knurling, yaitu proses pembubutan luar (pembubutan slindris) yang
bertujuan untuk membuat profil pada permukaan benda kerja. Pahat yang
digunakan adalah pahat khusus (kartel).
Macam-macam proses pembubutan
3.2 Mesin Las Listrik
Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk
suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai
sumber panas. Jenis sambungan dengan las Iistrik ini adalah merupakan
sambungan tetap. Ada beberapa macam proses yang dapat digolongkan kadalam
proses las listrik antara lain yaitu :
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 12
1. Las Listrik dengan Elektroda Karbon, Misalnya:
- Las listrik dengan elektroda karbon tunggal
- Las listrik dengan elektroda karbon ganda.
2. Las Listrik Dengan Elektroda Logam, misalnya:
- Las listrik dengan elektroda berselaput
- Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas)
- Las lisrik submerged
A. Prinsip-Prinsip Las Listrik
Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam
menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Busur listrik yang terjadi
antara ujung elektroda dan benda kerja dapat mancapai temperatur tinggi yang
dapat melelehkan sebagian bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E)
dangan kuat arus (I) dan waktu (t) yang dinyatakan delam satuan, panas joule atau
kalori seperti rumus dibawah ini :
H = E x I x tdimana :
H = panas dalam satuan joule
E = tegangan listrik dalam volt
I = kuat arus dalam ampere
t = waktu dalam detik
Las listrik dengan elektroda karbon
Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau
diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam
yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau
elektroda yang berselaput fluksi.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 13
Las listrik dengan elektroda karbon
Las listrik ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah.
Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan
mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang
turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung
elektroda, kawah Ias, busur Iistrik dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap
pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi
permukaan Ias yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.
Gambar dibawah ini adalah sirkuit las listrik dengan elektroda berselaput
dimana G adalah sumber tenaga arus searah dan elektroda dihubungkan ke
terminal negatif sedang bahan ke terminal positif.
Dalam gambar dibawah ini ditunjukkan pemindahan cairan logam dari
elektroda ke bahan dasar dimana gas dari pembakaran selaput elektroda
melindungi daerah ini.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 14
B. Pesawat Las
Pesawat-pesawat las yang dipakai bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari
jenis arus yang keluar dapat digolongkan sebagai berikut:
pesawat las arus bolak-balik (AC)
pesawat las arus searah (DC)
Pesawat las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan
dari pesawat AC den DC.
1. Pesawat las arus bolak-balik (AC)
Macam-macam pesawat las ini seperti Transformator las, pembangkit
listrik motor diesel atau motor bensin. Transformator las yang
kebanyakan digunakan di industri-industri mempunyai kapasitas 200
sampai 500 amper. Pesawat las ini sangat banyak dipakai karena biaya
operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif murah. Voltase
keluar dari pesawat transformator ini antara 38 sampai 70 volt.
2. Pesawat las arus searah (DC)
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 15
Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier,
pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat
pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor listrik. Salah satu jenis
dari pesawat las arus searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang
digerakkan oleh motor tistrik (motor generator).
3. Pesawat las AC-DC
Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik
dan arus searah. Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan
pemakaiannya karena arus yang keluar dapat arus searah maupun arus
bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya transformator-rectifier maupun
pembangkit listrik motor diesel.
C. Elektroda (filler atau bahan isi)
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai
perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat
inti dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter
kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450
mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium
karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan,
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 16
oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan
persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter
elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda
ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las,
busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang
mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias.
Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi
permukaan las yang masih panas.
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut
klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX
yang artinya sebagai berikut :
- E menyatakan elektroda busur listrik
- XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las
dalam ribuan Ib/in2 lihat tabel.
- X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.
angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan
posisi datar di bawah tangan.
- X (angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang
cocok dipakai untuk pengelasan lihat tabel.
Contoh : E 6013
Artinya :
- Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42
kg/mm2
- Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
- Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC
atau DC + atau DC
1. Elektroda baja lunak
- E6010 dan E6011 : Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput
selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan dengan penembusan
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 17
yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang tipis
dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai
sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan
dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5%
pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011
mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan busur listrik bila
dipakai arus AC.
- E6012 dan E6013 : Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil
yang dapat manghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat
dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E
6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis
E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi
dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium
memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda
dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat
tipis.
- E6020 : Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las
sedang dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda
terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang
terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan
posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.
2. Elektroda dengan selaput serbuk besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028
mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan.
Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya
persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah
tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.
3. Elektroda hidrogen rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang
dari 0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 18
ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas
porositas, misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan
mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah misalnya
E7015, E7016 dan E7018.
4. Elektroda besi tuang
- Nikel : Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila
hasil las masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat
dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan
elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada
pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
- Baja : Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan
dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las
tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda
baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
- Perunggu : Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap
retak, sehingga panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda
dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan
busur stabil.
D. Cara menyalakan busur las
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere)
yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busur dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara.
- Bila pesawat las yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur
dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr.
- Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan
seperti pada Gbr.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 19
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk
melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali
ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada
gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B
untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat
sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk
elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan
dasar ± 3,25 mm.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 20
BAB IV
METODE PENGERJAAN
Pada bab ini akan dibahas tentang metode pengerjaan mesin bubut dan las
yang dilakukan dalam workshop BPPI.
4.1 Menyambung As Baling-Baling Kapal Barang
A. Alat dan Bahan
Mesin bubut
Pahat bubut
Varnier Caliper
Dial Indicator
Pesawat las AC/DC
Gerinda
Kikir
Blower
Palu las
Kawat las jenis SIN 1
B. Proses Pengerjaan
Untuk menyambung as berjenis stainless harus dilakukan pembubutan
terlebih dahulu secara tirus kedua bagian patah as tersebut kemudian di
sambung dengan las listrik. Hal ini dimaksudkan agar sambungan las lebih
kuat karena ikatannya lebih luas. Tujuan penyambungan as dengan mesin
bubut agar as tetap lurus ketika dilas. Ada 2 proses saat menyambung as,
yaitu :
1. Proses Pembubutan Tirus
- Pasang pahat yang akan digunakan pada tool post, posisikan tepat
pada center.
- Pasang as pada chuck dengan bantuan kunci chuck dan disenterkan
dengan menggunakan dial indicator.
- Pilih kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja.
- Nyalakan mesin bubut.
- Ratakan ujung as
- Pengerjaan dilanjutkan dengan membuat bagian yang tirus. Disini
pahat dimiringkan kearang bagian dalam benda kerja ± 450.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 21
- Pengerjaan ini harus dilakukan secara manual dengan memutar
handwheel di ujung tailstock untuk menggerakkan pahat kedepan dan
handwheel
-
C. kxhjj
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 23
top related