kayat nim: 0803731 no. ab.: 06 program: s-1 duel modes semester: 33 kelas: bahasa indonesia

Post on 24-Feb-2016

46 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

KAYAT NIM: 0803731 NO. Ab.: 06 Program: S-1 duel Modes Semester: 33 Kelas: Bahasa Indonesia. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

KAYATNIM: 0803731

NO. Ab.: 06Program: S-1 duel Modes

Semester: 33Kelas: Bahasa Indonesia

Inilah cerita yang mengejawantahkan perjuangan 10 orang murid sekolah dasar (SD) di daerah pedalaman yang terpencil ‘Belitong’ yang termasuk ke dalam wilayah administratif propinsi Babel (Bangka Belitung) sekarang ini. Sumatera Selatan adalah penguasa administratif dalam pelataran nonel LP (Laskar Pelangi).

Perjuangan untuk mengenyam kehidupan yang lebih baik adalah obsesi dari para orang tua anggota LP, adapun cara yang dianggap terbaik adalah dengan memberikan putera-puteri tercinta mereka candu sekolah. Dimulailah babak baru kehidupan anggota LP di sebuah sekolah yang diberi nama SD Muhammadiyah.

Uniknya, sekolah tersebut secara fisik serupa dengan kandang ternak yang hampir runtuh, akan tetapi institusi ini didirikan denan tiang penyangga dari kayu keikhlasan dan beratapkan amal shalih. Hal inilah kiranya yang menyebabkan anggota LP menemukan (discover) dan mengalami (experience) kejadian-kejadian luar biasa yang menjadi pendorong perubahan cara pandang dan sikap dalam menjalani kehidupan masa dewasanya.

Tokoh ‘aku’ yang menempatkan diri sebagai narator (pencerita) memaksimalkan pancainderanya untuk mengeksplorasi segala momen (peristiwa dan kejadian) yang dia alami, lihat, dengar, khayalkan, pikirka, bahkan imipikan untuk diceritakan kembali kepada kita (audiens) melalui tulisannya (novel LP).

Hal ini menyebabkan secara sepintas novel LP layaknya sebuah biografi. LP terdiri atas 34 bab, setiap bab mengisahkan cerita dengan sensasi yang berbeda-beda. Berdasarkan teknik pengaluran, LP menggunakan alur maju (forward story) dengan cara awal cerita dimulai dari telur (ob ovo).

Bab pertama berkisah mengenai hari pertama masuk sekolah para calon anggota LP yang hampir saja gagal karena calon murid yang mendaftar kurang seorang dari total kuota murid yang harus dipenuhi. Alhasil, persolan tersebut teratasi berkat kedatangan Harun sebagai ‘penyelamat’ yang datang sebagai pangjejeg. Dimulailah babak awal terbentuknya LP.

Bab kedua berkisah tentang pengalaman pertama para calon anggota LP untuk saling mengenal satu dengan lainnya serta mengetahui latar belakang kehidupan pribadinya. Secara global, gambaran kehidupan mereka adalah zaman antediluvium (masa kegelapan) dari pendidikan. Zaman inilah yang coba dilompati secara quantum oleh anggota LP menuju pencerahan.

Bab ketiga berkisah tentang proses inisiasi bagi para calon LP disertai dengan rasa kagum terpesonanya mereka akan dua orang pejuang akhlak dan ilmu. Kedua orang tersebut adalah guru mereka yang selama rentang panjang pendidikan mereka tetap setia mengayomi dan membimbing, jumlahnya pun tetap dua orang.

Bab keempat berkisah tentang komentar dan harapan anggota LP mengenai figur seorang pendidik yang layak dipanggil dengan nama pahlawan tanpa tanda jasa, seorang pejuang ilmu pengetahuan, guru yang utama. Figur insan utama tersebut ditasbihkan oleh anggota LP kepada Bu Mus, seorang guru yang hanya berbekal iajazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) yang notabene tidak pernah dibekali pengetahuan mengelola sebuah kurikulum pendidikan.

Bab kelima berkisah tentang kekayaan tanah Belitong yang melimpah ruah, yang disebutkan laksana mercu suar sebagai isyarat penduduk Belitong adalah kaya raya. Pada kenyataannya tidaklah demikian, eksploitasi timah Belitong dimonopoli oleh suatu lembaga yang dinamakan PN.

Efek paling parah dari monopoli tersebut adalah terciptanya kelas-kelas sosial di antara penduduk Belitong. Alhasil, penduduk asli Belitong berada pada level terendah dari stratifikasi sosial tersebut yakni sebagai kuli dan buruh rendahan yang tidak terjamin kesejahteraannya. Inilah Tower of Babel - nya Belitong.

Bab keenam lebih menegaskan bagaimana dominasi sekelompok orang yang disebut sebagai orang-orang staff. Mereka tinggal di kompleks pemukiman elit yang kontras dengan marginalitas orang-orang Melayu sebagai penduduk asli yang tinggal di gubug-gubug kayu. Ada hal ganjil yang menarik dari seorang penghuni gedong, dia berusaha menabrak identitas dirinya sebagai perempuan.

Bab ketujuh menyajikan potret kehidupan sehari-hari dari barbagai strata sosial komunitas Belitong. Dimulai dengan cara makan, menu makanan, hingga jenis pekerjaan yang menjadi ciri pembeda tiap-tiap strata sosial tersebut.

Bab kedelapan mengisahkan kekaguman narator akan sistem pendidikan yang dikelola oleh penyelenggara pendidikan perusahaan tambang. Pendidikan hebat tersebut diperuntukkan khusus bagi golongan elit komunitas Belitong, yang merupakan center of exelent (serba wah!) bagi sistem pendidikan yang tersedia di Belitong.

Bab kesembilan berkisah tentang beruntungnya narator ditakdirkan menjadi bagian dari anggota LP. Seluruh anggota LP memiliki keunikan dan talenta tersendiri. Karena keunikannya, berdatangan pengalaman yang unik dan sekaligus mendebarkan yang di kemudian hari menjadi sesuatu yang sangat berharga. Adapun yang menjadi kesamaan dari kepribadian anggota LP adalah mereka orang-orang yang optimis dalam meniti hari demi hari.

Bab kesepuluh berkisah tentang bagaimana anggota LP mengetahui dan menggali potensi diri masing-masing yang berawal dari ketidaktahuan. Seringkali kita tidak mengetahui atau menyadari potensi apa yang kita miliki, bahkan hal lebih parah adalah seringkali kita menginginkan apa saja yang melekat dan menjadi milik orang lain dan mengutuk apa yang kita miliki.

Bab kesebelas berkisah tentang dilematika kebodohan dan kecerdasan. Lintang seorang anggota LP yang dianugerahi daya pikir dan nalar jauh melebihi tingkatan usia dan pendidikannya sendiri, namun yang utama dari kecerdasan adalah masalah kebersihan hati dan kesucian jiwa. Hati yang buruk akan kesulitan bagi otak dalam menyerap ilmu, sebaliknya hati yang bersih mempermudah otak menyerap ilmu.

Bab keduabelas berkisah tentang nasib dan momen. Mahar menunjukkannya, bakat merupakan anugerah dan sesuatu yang tidak mungkin dipaksakan untuk dimiliki. Bakat Mahar sebagai seniman yang luar biasa terkuak hanya karena pilihan acak Bu Mus menyanyi di depan kelas sambil menunggu waktu dzuhur.

Anggota LP melakukan terobosan-terobosan luar biasa dalam menjalani setiap momen dalam hidup, semenjak masa kanak-kanak hingga dewasa. Lintang berhasil memenangkan pertarungan sengit antara kebaikan gati melawan kesombongan diri. Momen tersebut terjadi pada saat Perguruan Muhammadiyah yang underdog berhasil merebut prestise kepintaran, yakni piala cerdas cermat.

Kesombongan diri yang di-KO adalah sekolah PN. Mahar berhasil menjungkirbalikkan paradigma seni, ia menyuguhkan konsep seni yang radikal dan nyeleneh. Tarian ala barbarian yang dia ciptakan menjadi biang kerok terbukanya apresiasi seni baru bagi para juri. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai tonggak sejarah baru bagi Perguruan Muhammadiayah dan sistem pendidikan bagi golongan proletarian dan marginal untuk unjuk gigi.

Ternyata pendidikan dan penyelenggaraannya tidak semata-mata tergantung kepada segala sesuatu yang serba mewah dan mahal, yang paling utama adalah adanya kemauan untuk maju dan keikhlasan serta penegakan amar ma’ruf nahi munkar.

top related