islam tamadun melayu
Post on 12-Apr-2016
75 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengenai teori kedatangan Islam di Melayu terdapat banyak pendapat dan
masing-masing pendapat diikuti dengan bukti-buktinya. Memang banyak hal yang
dipermasalahkan apabila membicarakan tentang kedatangan Islam. Meskipun
demikian maka teori kedatangan Islam, waktu kedatangan Islam dan siapa yang
membawa Islam itu sendiri tidak terlepas dari teori tersebut yang pada awalnya
bertapak di kota-kota pelabuhan seperti Samudra Pasai, Aceh, Malaka, Riau, dan
kota-kota pelabuhan lainnya. Hal ini disebabkan karena kepulauan Melayu memang
berada di persimpangan jalan laut bagi para pedagang yang akan melakukan
perjalanan perniagaan. Misalnya pedagang Arab, Persia, India dan China dengan dua
arah bolak balik. Oleh sebab itu secara umum dikatakan bahwa Islam disebarkan oleh
para pedagang muslim yang melakukan perdagangan ke berbagai wilayah. Mengenai
tempat asal datangnya Islam ke kawasan Melayu ada berbagai teori antara lain teori
Gujarat, teori Arab, teori China. Pembahasan mengenai teori ini akan dijelaskan pada
makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja teori yang mengemukakan tentang kedatangan Islam di Indonesia?
1.2.2 Apa saja teori yang mengemukakan tentang kedatangan Islam masuk ke
Bumi Melayu?
1.2.3 Apa saja faktor- factor penyebaran Islam di Melayu
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui teori yang mengemukakan tentang kedatangan Islam di
Nusantara
1.3.2 Untuk mengetahui teori yang mengemukakan tentang kedatangan Islam di
Bumi Melayu
1.3.3 Untuk mengetahui faktor- faktor penyebaran Islam di Melayu
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara
Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad
ke-7 M/1 H. tetapi baru meluas pada abad ke-13 M. Perluasan Islam ditandai
berdirinya kerajaan Islam tertua di Indonesia, seperti Perlak dan Samudra Pasai di
Aceh pada tahun 1292 dan tahun 1297. Melalui pusat-pusat perdagangan di
daerah pantai Sumatera Utara dan melalui urat nadi perdagangan di Malaka,
agama Islam kemudian menyebar ke Pulau Jawa dan seterusnya ke Indonesia
bagian Timur. Walaupun di sana ada peperangan, tetapi Islam masuk ke Indonesia
berlangsung secara damai.
Dalam hal ini Fachry Ali dan Bachtiar Effendy menguraikan, setidak-
tidaknya terdapat tiga faktor utama yang ikut mempercepat proses penyebaran
Islam di Indonesia, yaitu:
a) Karena ajaran Islam melaksanakan prinsip ketauhidan dalam sisem
ketuhanannya, suatu prinsip yang secara tegas menekankan ajaran untuk
mempercayai Tuhan Yang Maha Tunggal. Sebagai konsekuensinya,
Islam juga mengajarkan prinsip keadilan dan persamaan dalam tata
hubungan kemasyarakatan.
b) Karena daya lentur (fleksibelitas) ajaran Islam, dalam pengertian bahwa
dia merupakan kodifikasi nilai-nilai yang universal.
c) Pada gilirannya nanti, Islam oleh masyarakat Indonesia dianggap sebagai
suatu institusi yang amat dominan untuk menghadapi dan melawan
ekspansi pengaruh Barat yang melalui kekuasaan-kekuasaan bangsa
Portugis kemudian Belanda, mengobarkan penjajah dan menyebarkan
agama Kristen.
2
Prof. Muhammad Yunus lebih memperinci faktor-faktor mengapa agama Islam
dapat tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia pada masa permulaan, yaitu:
a) Agama Islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya,
bahkan mudah diturut oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk
masuk Islam cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja.
b) Sedikit tugas dan kewajiban Islam.
c) Penyiaran Islam itu dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi
sedikit.
d) Penyiaran Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang
sebaik-baiknya.
e) Penyiaran Islam itu dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami
umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai golongan atas,
yang sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang maksudnya:
berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka.
Itulah beberapa faktor yang menyebabkan mudahnya proses Islamisasi di
kepulauan Nusantara, sehingga pada gilirannya nanti menjadi agama utama dan
mayoritas negeri ini.1
2.2 Teori Kedatangan Islam di Nusantara
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M,
menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat
manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman
dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis
dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang
1 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Ed. 1., Cet.3., PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, hh. 17-20.
3
sejarah perkembangan awal Islam. Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke
Indonesia dilakukan secara damai.2
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan beberapa teori yang di
kemukakan oleh para ahli. Martin Van Bruinessen mengatakan bahwa, cara
berlangsungnya perpindahan agama di Indonesia tidak terdokumentasikan dengan
baik, sehingga menimbulkan banyak spekulasi di kalangan para ilmuwan dan kadang-
kadang menimbulkan perdebatan yang sengit. Mengenai tempat asal, pembawa dan
kapan datangnya Islam ke Indonesia, sedikitnya ada empat teori besar. Di bawah ini
dijelaskan secara singkat seputar teori-teori yang berkaitan dengan masuknya Islam di
Nusantara :
a. Teori Gujarat.
Teori yang mengatakan bahwa Islam di nusantara datang dari India pertama
kali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang
catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu Batutah, ia menyimpulkan bahwa
orang-orang Arab yang bermadzhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India yang
membawa Islam ke Asia Tenggara. Dia mendukung teorinya ini dengan menyatakan
bahwa, melalui perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara
kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah Persia yang dibawa
dari India, digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan Nusantara. Teori ini lebih
lanjut dikembangkan oleh Snouk Hurgronje, seorang orientalis terkemuka Belanda
yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa
Islam ke wilayah nusantara. Teori Snock Hurgronje ini lebih lanjut dikembangkan
oleh Morrison pada 1951. Dengan menunjuk tempat yang pasti di India, ia
menyatakan dari sanalah Islam datang ke nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel
sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran
mereka menuju nusantara.3
2 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, h. 7.3 Azyumardi Azra, Renessaince Islam di Asia Tenggara, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1999, h. 32.
4
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang
memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada
tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai
dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur,
memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat.
Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut di impor dari Gujarat,
atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar
kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syaf’i yang di anut
masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
b. Teori Makkah (Teori Arab)
Teori Arab yang berpendapat bahwa Islam di Nusantara berasal dari Arab. Ini
juga didukung oleh sejumlah sarjana diantaranya Grawrurd, Nieman, dan yang paling
gigih mempertahankannya adalah Naqulb al-Attas.4 Pendapat ini menyatakan bahwa
islam datang langsung dari Arab atau lebih tepatnya dari Hadramaut.. Dalam satu
catatan sejarah terdapat sebuah perkampungan Islam di Sumatera Utara yang
bernama “Ta-shih” telah ditemui pada tahun 650 M/30 H. Perkampungan tersebut
dihuni oleh orang-orang Arab yang datang ke Sumatera pada abad 7 M yakni sekitar
tahun 632 M) berangkatlah satu ekspedisi yang terdiri dari orang saudagar Arab dan
beberapa orang mubaligh Islam berlayar ke negeri Cina dan tinggal di Kanton namun
sebelum itu, terlebih dahulu singgah di pelabuhan Aceh yaitu Lamuri. Kemudian
dikatakan pula bahwa pada tahun 82 H atau tahun 717 M berlayar pula 33 buah kapal
Arab-Persia yang diketuai oleh Zahid ke Tiongkok dan singgah pula di Aceh, Kedah,
Siam, Brunei, dan lain-lain. Kepentingan mereka adalah untuk berdagang dan
menyebarkan Islam. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Van Leur bahwa pada
abad 4 M sebenarnya Kanton telah menjadi koloni pedagang Arab. Kemudian dari
Kanton pada pedagang Arab tersebut telah berdagang pula ke Sumatera sekitar abad 7
4 Hiaidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2007, h. 11.
5
M (674M). Selanjutnya, T.W Arnold dalam bukunya “The Preaching Of Islam”
menyebutkan pada 674 M telah ada koloni Arab di pantai Barat Sumatera dan ada
dari pembesar Arab itu yang menjadi kepala koloni disana, yaitu sekitar 676 M.
Teori lama, teori Gujarat, sejak 1958 mendapatkan koreksi dan kritik dari
Hamka yang melahirkan teori baru yakni teori Makkah (teori Arab). Koreksinya ini
disampaikan dalam pidatonya pada Dies Natalis Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri (PTAIN) ke-8 di Yogyakarta, pada 1958. Sejak dari pidatonya di atas,
kemudian dikuatkan dalam sanggahannya dalam seminar Sejarah Masuknya agama
Islam ke Indonesia, di Medan, 17-20 Maret 1963, Hamka menolak pandangan yang
menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal
dari Gujarat. Hamka lebih mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa arab
sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia. Gujarat dinyatakan sebagai tempat
singgah semata, dan Makkah sebagai pusat,atau mesir sebagai tempat pengambilan
ajaran Islam.
Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber
lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab
tidak dilandasi oleh nila-nilai ekonomi, melainkan di dorong oleh motivasi spirit
penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara
Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi. Selain itu,
Hamka menolak pendapat yang menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke
Nusantara pada abad ke-13, karena di Nusantara abad ke-13 telah berdiri kekuasaan
politik Islam. Jadi masuknya agama Islam ke Nusantara terjadi jauh sebelumnya
yakni pada abad ke-7.5
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat
yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis
orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata
HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan
5 Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah : Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hh. 81-82.
6
negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan
tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama.
Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari
orang-orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan.
Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan
oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang
telah melakukan Islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari
satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
Menurut Arnold, bahwa untuk menetapkan masuknya agama Islam ke
Indonesia dengan tepat tidaklah mungkin. Ada kemungkinan dibawa ke Indonesia
oleh pedagang-pedagang Arab pada permulaan abad tahun hijriah, lama sebelum ada
tulisan-tulisan sejarah tentang perkembangan Islam itu. Pendapat yang demikian itu
berdasarkan pengertian kita tentang ramainya perdagangan dengan dunia Timur yang
sejak dahulu dilakukan oleh orang Arab. Pada abad ke 2 sebelum masehi
perdagangan dengan Ceylon seluruhnya ada di tangan mereka. Pada permulaan abad
ke 7, perdagangan dengan Tiongkok melalui Ceylon sangat ramai sehingga pada
pertengahan abad ke 8 banyak kita jumpai pedagang Arab di Canton, sedang antara
abad 10 dan 15 sampai datangnya orang Portugis, mereka telah menguasai
perdagangan di Timur. Diperkirakan bahwa mereka sejak lama telah mendirikan
tempat-tempat perdagangan pada beberapa kepulauan di Indonesia, sebagaimana
halnya pada tempat-tempat lainnya, meskipun tentang kepulauan itu tidak disebut-
sebut oleh ahli ilmu bumi Arab sebelum abad ke 9, menurut berita Tiongkok tahun
674 masehi ada kabar tentang seorang pembesar Arab yang menjadi kepala daerah
pendudukan bangsa Arab di pantai Barat Sumatera.6
Sebagian besar dari pedagang Arab yang berlayar ke kawasan Indonesia
datang dari Yaman, Hadramaut dan Oman di bagian Selatan dan Tenggara
semenanjung tanah Arab. Kawasan Yaman telah memeluk Islam semenjak tahun 630-
6 Thomas W. Arnold, The Preaching Of Islam, terj, Penerbit Widiya, Jakarta, 1981, hh. 363-364.
7
631 hijriyah tepatnya pada zaman Ali bin Abi Thalib. Pengislaman Yaman ini
mempunyai implikasi yang besar terhadap proses Islamisasi Asia Tenggara karena
pelaut dan pedagang Yaman menyebarkan agama Islam di sekitar pelabuhan tempat
mereka singgah di Asia Tenggara.7
Sedangkan Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad, mufti kerajaan Johor
Malaysia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke 7
masehi atau dengan kata lain agama Islam masuk ke pulau Sumatera pada tahun 650
masehi. Alasannya adalah karena Sulaiman as-Sirafi, pedagang dari pelabuhan Siraf
di teluk Persia yang pernah mengunjungi Timur jauh berkata bahwa di Sala
(Sulawesi) terdapat orang-orang Islam pada waktu itu yaitu kira-kira pada akhir abad
ke 2 hijriyah. Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu dijelaskan lagi karena pedagang
rempah dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku sangat menarik pedagang-
pedagang muslimin untuk berkunjung ke Maluku dan tempat-tempat yang berdekatan
dengan kepulauan itu.8
Berdasarkan berbagai keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kedatangan Islam ke nusantara telah terjadi pada abad-7 M dan dibawa oleh
saudagar-saudagar dan mubaligh-mubaligh Arab yang berdagang dan berdakwah
melalui jalam perdagangan Asia Tenggara untuk ke China.
c. Teori China
Terdapat pula teori yang mengatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara
melalui negeri China karena Islam telah sampai ke China pada zaman pemerintahan
Dinasti Tang sekitar tahun 659 M. Pendapat ini didukung oleh Emanuel Godinho De
Evedia yang digunakan oleh Othman dalam tulisannya yang mengatakan bahwa
Islam datang ke Nusantara dari China melalui Kanton dan Hainan pada abad ke-9 M
7 Mahayudin Hj. Yahya & Ahmad Jelani Halimi, Sejarah Islam, Fajar Bakti SDN.BHD, Pulau Penang, 1993, h. 559.8 Sayed Alwi bin Thahir al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh, Maktab al-Daimi, Jakarta, 1957, h. 21.
8
dengan bukti ditemukannya batu bersurat di Kuala Berang Terengganu yang terletak
di pantai timur Tanah Melayu.
Selain itu, teori ini di dukung oleh fakta dimana telah terjadi kegiatan
perdagangan antara orang-orang Islam dari Asia Barat (Arab-Parsi) sejak abad ke-3 H
(abad ke-9 M) atau lebih awal yaitu abad pertama Hijrah (abad ke-7 M). Menurut
Shafi Abu Bakar dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapat lebih kurang
200.000 pedagang-pedagang di pelabuhan Kanton yang sebagian besarnya adalah
pedagang-pedagang Islam. Demikian pula Fatimi juga berpendapat bahwa Islam
dibawa dari Kanton pada abad ke-9 M karena adanya penghijrahan orang China Islam
dari Kanton ke Asia Tenggara ketika itu akibat terjadinya pemberontakan berdarah di
China yang berawal akibat ketidadikpuasan terhadap kemajuan perekonomian yang
dicapai oleh umat islam disana. Dalam peristiwa tersebut lebih 100.000 umat islam
menjadi korban dan sisanya atau penganut islam lainnya kebanyakan melarikan diri
ke Nusantara.
Mengenai teori China ini sebenarnya masih lemah, karena secara area dan
lokasi negeri China berada di sebelah Utara dan untuk sampai ke China harus melalui
selat Malaka terlebih dahulu. Jika orang-orang Arab berdagang ke China semestinya
akan singgah dulu di Nusantara sebelum sampai ke China karena Nusantara berada
ditengah-tengah pelayaran perdagangan yang terkenal dengan nama selat Malaka.
Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa Islam telah ada di Nusantara sebelum
ke China.
Hubungan Arab dengan China sebenarnya telah terjadi pada masa awal Islam
karena sebagaimana yang didengar selama ini bahwa ada ungkapan Arab yang
berbunyi” tuntunlah ilmu walaupun ke negeri China”. Ungkapan tersebut dapat
dikatakan sebagai bukti bahwa orang Arab telah mengenal China sebagai
perumpamaan untuk menuntut ilmu. Menurut sejarah lain yang dipahami, Islam telah
sampai di negeri China pada tahun 652 M. Orang pertama yang tiba di negeri China
9
adalah utusan Khalifah Usman Affan yaitu khalifah ketiga dari khulafaurasyidin.
Pada masa itu dilakukan dakwah islamiyah oleh para utusan khalifah sehingga
didapati masjid tertua yang di bangun di Kanton yang bernama masjid Menara
berkilau.
Sebelum seruan islam datang ke negeri China, masyarakat Arab, Parsi dan
Yahudi telah berdagang dan tinggal menetap di wilayah China pada bagian Selatan.
Oleh karena itu, ketika utusan Khalifah Usman bin Affan sampai di China, mereka
terlebih dahulu berdakwah kepada masyarakat yang berasal dari Timur Tengah
tersebut dan hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak terlalu susah karena adanya
rasa kedekatan sehingga Islam mudah diterima. Untuk masa berikutnya, mereka pula
yang menjadi pengembang dan penyiar Islam kepada masyarakat setempat melalui
perkawinan dan sebagainya.
c. Teori Eropa
Mengenai kedatangan Islam ke Nusantara, bagi orang-orang Eropa
menghubungkan temuan-temuan geografi kepada penelitian bangsa mereka saja.
Bahkan waktu masuknya Islam ke Asia Tenggara pun mereka kembalikan kepada
temuan seorang bangsa Italia yang bernama Marcopolo. Pendapat sebagian besar
sejarawan Eropa secara mutlak berpegang pada apa yang disebutkan oleh
pengembara Italia Marcopolo bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara adalah abad
13 Masehi dengan pendapatnya sebagaimana yang tertulis didalam ensiklopedi dunia
islam sebagai berikut, sesungguhnya semua penduduk negeri ini adalah penyembah
berhala kecuali di kerajaan Perlak yang terletak di timur laut Sumatera dimana
penduduk kotanya adalah orang-orang Islam.9
2.3 Teori Kedatangan Islam di Bumi Melayu
Terdapat berbagai teori yang diutarakan oleh sejarawan mengenai kedatangan
Islam ke Alam Melayu. Para sejarawan tempatan cenderung mengatakan Islam telah
datang ke rantau ini sejak abad 7 M dengan usaha para mubaligh dari Semenanjung
9 Ellya Roza, Islam dan Tamadun Melayu, Dulat Riau, Pekanbaru, 2013 h. 68-75
10
Tanah Arab. Sebilangan besar sejarawan Barat pula menegaskan kedatangan Islam ke
rantau ini berlaku pada penghujung abad 13 M dan di sepanjang abad 14 M, yaitu
kira-kira antara tahun 1292 hingga 1390 M. Golongan yang bertanggungjawab
membawa Islam pada tahun-tahun ini ialah saudagar-saudagar India dan China.
Secara umumnya terdapat tiga teori mengenai kedatangan Islam ke Alam Melayu.
Teori-teori tersebut adalah seperti berikut:
a) Teori Dari India
Teori ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje dan mendapat sokongan dari
kebanyakan sejarawan orientalis seperti R.O.Winstedt, B. Harrison, Mouquette,
D.G.E.Hall, J. Gonda, Marrison, Bousquet, Vlekke dan sebagainya. Snouck
menyatakan di dalam bukunya Islam di Hindia Belanda bahwa:
"Setelah sebahagian bangsa India memeluk Islam, maka orang-orang Islam
dari India turut mengambil bahagian lalu lintas dan imigrasi di Nusantara, dan mereka
itulah yang memasukkan Islam ke wilayah Nusantara."
Antara bukti yang digunakan untuk mengukuhkan teori ini adalah seperti berikut:
1. Batu-batu nisan awal yang dijumpai di Alam Melayu diimport dari Kambay
(Kembayat ) Gujerat, India.
2. Peranan penting yang dimainkan oleh pedagang-pedagang Gujerat di
Kepulauan Melayu dan kesannya terhadap penyebaran Islam.
3. Tradisi kesusasteraan Melayu mirip kepada tradisi Islam di India.
4. Penemuan makam Sultan Malik al-Salleh, pemerintah Pasai yang disebut
dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-raja Pasai sebagai pemerintah
pertama di Kepulauan Melayu sekitar abad ke-13 M. Penemuan ini
meyakinkan mereka bahawa Islam tersebar di Alam Melayu hanya pada sekitar
abad tersebut.
Teori ini mempunyai beberapa kelemahan. Malah kajian terkini mempunyai
hujah yang lebih kukuh untuk menyatakan bahawa interaksi Alam Melayu dengan
Semenanjung Tanah Arab telah berlaku lebih awal lagi, khususnya sebelum
kemunculan Islam. Antara kelemahan teori ini adalah seperti di bawah:
11
1. Hujah menyatakan batu-batu nisan yang dijumpai di Kepulauan Melayu
menyerupai atau dibawa dari India sebagai bukti Islam dibawa dari India
adalah tidak tepat. Ini kerana batu nisan merupakan salah satu barang
dagangan yang mungkin diperdagangkan oleh pedagang India.
2. Tidak tepat untuk menyatakan hanya pedagang India saja yang berdagang
di Kepulauan Melayu sehingga terpaksa menunggu mereka memeluk Islam
terlebih dahulu sebelum kawasan ini diislamkan. Malah terdapat juga
pedagang lain seperti dari Arab. Ini adalah berdasarkan pendapat J.C.Van
Leur bahawa telah ada penempatan Arab di Canton, China sejak abad 4 M
lagi. Pedagang Arab yang melalui jalan laut singgah ke pelabuhan-
pelabuhan di Kepulauan Melayu untuk mendapatkan bekalan atau
menunggu musim angin yang sesuai untuk meneruskan pelayaran sambil
berdagang.
3. Tradisi kesusasteraan Islam di kepulauan Melayu mirip tradisi Islam India
juga tidak dapat diterima kerana perkembangan tradisi sastera agak lewat,
yaitu setelah Islam lama bertapak di kawasan ini.
b) Teori Dari Cina dan Campa
Teori ini dibahaskan oleh Prof. S.Q.Fatimi dalam bukunya Islam Comes to
Malaysia. Pendapat beliau ini berdasarkan fakta perpindahan beramai-ramai orang
Islam dari Kanton, Cina sekitar tahun 876 M akibat pemberontakan yang
mengorbankan seramai 100,000 hingga 150,000 orang Islam di wilayah ini. Tragedi
pemberontakan ini terjadi akibat tanggapan penduduk tempatan yang mengatakan
bahawa kedudukan kukuh di kalangan masyarakat Arab-Islam yang bermastautin di
Kanton boleh mengancam ekonomi dan keselamatan masyarakat Cina.10
Impak peristiwa hitam ini, berlaku penghijrahan masyarakat Arab-Islam
Canton ke Kepulauan Melayu. S.M. Naquib turut mempunyai pandangan yang sama
terhadap isu penghijrahan ini. Malah menurut beliau, masyarakat Arab-Islam Kanton
telah berhijrah ke Kedah dan Palembang. Selain itu, terdapat juga sebilangan
10 Abdul Rahman Haji Abdullah 1990, hal. 39
12
masyarakat Arab-Islam Canton yang berhijrah ke Campa, Brunei, pantai timur Tanah
Melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) dan Pulau Jawa sebelah timur.
Penghijrahan ini memberi kesan dalam penyebaran Islam di kawasan-kawasan
tersebut. Seandainya kejadian tersebut dikaitkan dengan bukti-bukti tempatan,
memang ada kemungkinan Islam di Alam Melayu datang melalui negara Cina. Kesan
awal yang ditemui ialah batu nisan seorang wali keturunan Arab bertarikh 419 H
(1028 M) yang ditemui di Pekan, Pahang. Batu nisan ini mengandungi tulisan ayat-
ayat al-Qur’an. Demikian juga bukti yang paling terkenal yaitu Batu Bersurat di
Kuala Berang, Terengganu bertarikh 702 H (1303 M) yang mengandungi tulisan
mengenai kewajipan mematuhi hukum Allah S.W.T. seperti hukuman bagi pesalah
zina dan sebagainya. Selain kesan di pantai timur Semenanjung yang memberi
kemungkinan Islam datang melalui Cina, terdapat juga bukti pertapakan Islam di
Kedah. Bukti pertama ialah penemuan batu nisan di Langgar, Kedah yang terukir
nama Syeikh Abdul Qadir ibn Husain Syah Alam bertarikh 219 H (903M). Bukti
kedua pula ialah peranan seorang Arab bernama Syeikh Abdullah Yamani yang
berjaya mengislamkan Maharaja Drebar, Raja II pemerintah Kedah dengan nama
Islamnya Sultan Muzaffar Syah pada tahun 1136. (Ibid) Selain dari bukti-bukti
tersebut terdapat bukti-bukti lain seperti batu nisan seorang puteri Islam di Brunei
bertarikh 1048 M, batu nisan Fatimah bt. Maimun bin Hibatu’Llah di Leran, Jawa
Timur bertarikh 1082 M. Terdapat juga di kalangan sejarawan yang berpandangan
wilayah Indo-China sebagai tempat asal penyebaran Islam di Alam Melayu. Islam
dikatakan telah berkembang di Campa, Kemboja sejak abad 8 M. Penduduk Alam
Melayu dikatakan telah berinteraksi dengan wilayah ini sejak abad 7 M lagi menerusi
penaklukan dan perkahwinan, terutamanya perkahwinan keluarga Diraja. Bukti yang
menunjukkan Islam terlebih dahulu tersebar di Campa juga melalui penemuan
beberapa batu nisan yang mempunyai tulisan Arab bertarikh 1039 M dan sebuah batu
peringatan bertarikh 1025 M yang mencatatkan beberapa hukum-hukum Islam.
Selain itu, bukti yang jelas bagi pendukung teori ini ialah kesediaan Cina
memberi naungan kepada kerajaan Islam melalui hubungan diplomatik. Di samping
13
itu, bukti seni bina juga menjadi hujah untuk mengatakan Islam berasal dari Cina.
Bukti seni bina yang menjadi alasan kukuh ialah seni bina masjid terutamanya di
Melaka, Kelantan dan Pulau Jawa, Indonesia yang mirip berbentuk pagoda di Cina.
Walaupun bukti-bukti yang dikemukakan tersebut agak menyakinkan,
tidaklah bermakna Islam hanya baru diperkenalkan di Alam Melayu pada waktu itu
kerana terdapat bukti wujudnya penempatan orang Islam di kawasan ini terutama di
bahagian utara Sumatera lebih awal dari tarikh-tarikh tersebut.
c) Teori Dari Tanah Arab
Teori yang menyatakan Islam disebarkan terus dari Tanah Arab ke
Kepulauan Melayu mendapat sokongan ramai kerana teori ini mempunyai asas yang
lebih kukuh. Teori ini didokong oleh kebanyakan sarjana Alam Melayu seperti Prof.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prof. Dr. Hamka, Prof. Caesar Adib Majul dan
sebagainya. Teori ini kemudiannya turut disokong oleh sarjana Barat seperti Niemann
dan Pijnappel. 11
Teori ini menyatakan Islam dibawa ke Alam Melayu sejak abad pertama
hijrah berdasarkan wujudnya aktiviti perdagangan dengan pedagang Arab sejak
zaman pra-Islam lagi. Ini menunjukkan pada ketika itu orang Arab telah mengetahui
kedudukan dan kepentingan Alam Melayu dan kemungkinan besar hubungan tersebut
berlanjutan selepas kedatangan Islam.
Abdul Rahman Haji Abdullah mengukuhkan teori Islam berasal dari Tanah
Arab dengan membahagikan peringkat-peringkat kedatangan Islam di Kepulauan
Alam Melayu kepada tiga peringkat. Peringkat-peringkat tersebut bermula dengan
tahap persinggahan, pertapakan dan penyebaran secara meluas.
1. Tahap Persinggahan
Kedatangan Islam ke rantau Alam Melayu pada tahap ini ialah kerana faktor
perdagangan. Menurut Prof. Hamka, orang Arab telah belayar ke Alam Melayu
sebelum kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. untuk membeli rempah dan kapur barus
11 Azam Hamzah 1997 hal. 6
14
yang tidak terdapat di tempat lain, kecuali di Sumatera. (Abdul Rahman Haji
Abdullah 1990: 26) Selain dari keperluan barangan tersebut yang menghasilkan
hubungan secara langsung dengan Tanah Arab, wujud juga hubungan secara tidak
langsung apabila pedagang Arab dan Parsi menjalankan kegiatan perdagangan
dengan Cina. Pada umumnya, orang Arab menggunakan jalan laut melintasi pantai
India dan Kepulauan Melayu. Semasa dalam pelayaran, sebahagian daripada mereka
telah singgah di pusat-pusat perdagangan di laluan laut, termasuklah di Kepulauan
Melayu. Kenyataan ini dikukuhkan lagi dengan catatan I-Tshing, seorang
pengembara Cina yang menyebut pada tahu 671 M, beliau belayar dari Kanton ke
Sumatera dengan sebuah kapal kepunyaan saudagar Arab. Bukti ini juga
menunjukkan kemungkinan merekalah antara orang yang awal mengislamkan
penduduk Alam Melayu.
Mengenai tarikh bermulanya hubungan Arab dengan negara Cina, terdapat
catatan Cina yang menunjukkan pada abad 4 M sudah terdapat penempatan orang
Arab dan Parsi di negara Cina. Ini menunjukkan bahawa hubungan Arab-Cina telah
berlaku sebelum kelahiran Islam lagi. Kepentingan Alam Melayu sebagai kawasan
perdagangan bagi orang Arab terus kekal selepas kemunculan Islam pada abad 7 M.
Apabila orang Arab telah menerima Islam maka bermulalah pertapakan Islam di
kawasan Alam Melayu.
Hujah ini dikuatkan lagi dengan peristiwa `Am al-Wufud atau ”Tahun
Perutusan” yang berlaku pada tahun 630 M. Dalam peristiwa ini, bangsa Arab dari
segenap pelusuk telah menyatakan pengislaman mereka terhadap Rasulullah S.A.W.
yang akhirnya seluruh Semenanjung Tanah Arab telah menganut Islam termasuklah
Yaman. Pengislaman Yaman sekitar tahun 630-631 M di atas usaha Sayyidina Ali bin
Abi Talib memberi impak besar terhadap proses Islamisasi di Alam Melayu. Ini
kerana sebahagian besar para pedagang yang berdagang ke rantau ini terdiri dari
kalangan masyarakat Islam Yaman, selain dari Hadramaut dan Oman. Mereka telah
menyebarkan Islam semasa singgah di pelabuhan-pelabuhan rantau Alam Melayu .
15
Selain itu, terdapat juga pendapat yang menyatakan bahawa Islam tersebar ke
kepulauan Melayu pada tahun 30 Hijrah/561 M, iaitu pada zaman Sayyidina Uthman
ibn Affan (644-656 M). Ketika ini utusan rasmi telah dihantar ke Cina. Oleh sebab
tempoh perjalanan mengambil masa sekitar 4 tahun, mereka turut diutus ke Pulau
Jawa dan pulau-pulau sekitarnya
Berdasrkan bukti-bukti di atas bolehlah dikatakan bahawa orang Arab Islam
telah singgah di rantau ini sejak zaman Rasulullah S.A.W. dan Khulafa’ al-Rasyidin
lagi iaitu pada abad 7 M.
2. Tahap Pertapakan
Tahap ini berlaku pada zaman pemerintahan Bani Umaiyah dan Abbasiyah.
Pada tahun 674 M, iaitu pada zaman Muawiyah ibni Abi Sufyan dikatakan sudah
terdapat penempatan orang Arab-Islam yang dikenali Ta-shih3 di pantai barat
Sumatera dan di Pulau Jawa. Menurut catatan sejarah, Muawiyah pernah menghantar
utusan ke Pulau Jawa untuk mengadakan hubungan perdagangan. Selain itu, beliau
turut mengutus surat kepada Raja Srivijaya di Jambi bernama Lokitavarman untuk
menyarankan supaya beliau menganut agama Islam serta menjalin hubungan dagang
dengan Damsyik. Hubungan tersebut diteruskan oleh Sulaiman bin Abd Malik (715-
717 M). Baginda telah menghantar angkatan yang mengandungi 35 buah kapal ke
Muara Sabak di Jambi untuk menjalankan perdagangan lada.
Bagaimanapun usaha dakwah dikatakan hanya berjaya semasa pemerintahan
Khalifah Umar Abd Aziz (717-720 M). Beliau telah berjaya mengislamkan raja
Srindravarman (pengganti Lokitavarnam) menganut Islam pada tahun 718 M dan
kerajaannya dikenal dengan nama Sribuza Islam. Dikatakan juga pada tahun 726 M,
Raja Jay Sima yang merupakan putera Ratu Sima, seorang pemimpin di Pulau Jawa
telah memeluk Islam.
Terdapat juga kegiatan dakwah yang dilakukan oleh orang perseorangan
terutamanya akibat pergolakan politik di zaman Bani Umaiyah dan Abbasiyyah.
Sebahagian golongan Syiah melarikan diri ke Alam Melayu dan menjalankan
kegiatan dakwah di sini. Pada zaman pemerintahan Abd al-Malik bin Marwan (685-
16
705M ) dikatakan telah ada golongan Syiah di Kepulauan Sila iaitu Pulau Sulu,
Sulawesi dan Kalimantan. Di zaman al-Makmun pula, satu rombongan dakwah
seramai 100 orang di bawah pimpinan Nakhoda Khalifah telah tiba di Perlak pada
800 M yang ketika itu diperintah oleh Meurah Sharh Nuwi daripada keturunan Parsi.
Salah seorang pendakwah bernama Ali bin Muhammad bin Jafar al-Sadiq telah
berkahwin dengan adik Meurah Sharh Nuwi bernama Puteri Makhdum Tanshuri.
Hasil perkahwinan ini lahirlah Sayyid Abd al-Aziz yang menjadi raja pertama
Kerajaan Perlak pada tahun 840 M dengan gelaran Sultan Sayyid Maulana Abd al-
Aziz Syah.
2.4. Faktor Penyebaran Islam di Bumi Melayu
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat
umum dilakukan secara damai, apabila situasi politik kerajaan mengalami kekacauan
dan kelemahan, disebabkan perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka
Islam dijadikan alat politik bagi pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu.
Mereka berhubungan dengan pedagang–pedagang muslim Myang posisi ekonominya
kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.12 Penyebaran Islam di dalam
masyarakat Melayu terjadi secara damai. Sepanjang pembahasan mengenai
masuknya Islam ke Alam Melayu belum pernah didengar atau ditulis terjadinya
secara paksa terhadap masyarakat Melayu. Berhasilnya penyebaran Islam yang damai
pada masyarakat Melayu dikarenakan oleh beberapa factor antara lain sebagai
berikut:.13
1) Perdagangan
Ramai ahli sejarah bersetuju yang agama Islam telah diperkenalkan di
Nusantara melalui perdagangan. Peranan pedagang Islam terutama di zaman
permulaan Islam di Nusantara amat penting sekali. Para pedagang dari Arab, India,
12 Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 200.13 Mansur dan Mahfud Junaedi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Departemen Agama RI, Jakarta, 2005, h. 44-45.
17
dan Parsi telah menumpukan kegiatan perdagangan di rantau ini semenjak abad ke-8
atau ke-9 lagi. Manakala menurut catatan China, pedagang-pedagang Islam sudah ada
di kawasan perairan melayu semenjak pertengahan abad ke-7 lagi. Diantara barang-
barang tersebut ialah lada, rempah, kemenyan dan terutamanya kapur barus. Khusus
tentang kapur barus, ia pernah dianggap sebagai punca yang membawa orang-orang
Arab ke Nusantara sejak awal lagi. Sebenarnya barang-barang ini bukan sahaja
dikehendaki oleh orang-orang Arab bahkan juga orang-orang Barat. Pedagang-
pedagang Islam dipercayai telah mendirikan koloni-koloni mereka di Perairan
Semenanjung Tanah Melayu dan Sumatera untuk menjalankan kegiatan perdagangan.
Selain menjadi pedagang, saudagar-saudagar tersebut menjalankan kegiatan dakwah
di kawasan-kawasan yang disinggahi. Ada antara mereka yang tidak menjalankan
kegiatan dakwah tetapi telah memberikan kemudahan kepada golongan pendakwah
menaiki kapal-kapal mereka bagi menyebarkan dakwah dari satu pelabuhan ke
pelabuhan yang lain.Dengan cara ini Islam cepat tersebar di alam Melayu. Melaka
telah menjadi sebuah negara Islam hasil daripada kegiatan perdagangan. Setelah
Melaka menjadi negara Islam, kegiatan dakwah diperluaskan pula ke Jawa dan
Brunei melalui cara yang sama. Akhirnya kedua-dua negara itu mengikut langkah
Melaka.
2) Keunggulan Islam
Faktor-faktor penyebaran Islam di alam Melayu juga datang daripada
keunggulan Islam itu sendiri. Antaranya ialah kesederhanaan, kesucian, dan
keluhuran agama Islam yang bertunjangkan kepada ketuhanan yang tunggal dan
persamaan taraf antara sesama Islam, tidak sebagaimana agama Hindu yang dianuti
oleh penganut-penganut Melayu sebelum itu yang bertuhankan kepada berhala dan
dewa disamping mangamalkan sistem kasta.Ahli-ahli sosiologi moden menjelaskan
bahawa sentimen pro-Islam yang mendalam di kalangan penganut Islam di kawasan
ini terutama sekali di kawasan Bandar adalah dipengaruhi dengan kuatnya oleh
perasaan anti sistem kasta. Kelas-kelas bawahan dalam masyarakat menyedari
bahawa kedudukan mereka tidak ada nilai dalam sistem masyarakat lama. Memeluk
18
agama Islam adalah satu cara yang berkesan untuk membebaskan mereka dari
belenggu kasta. Islam dengan ajarannya yang mementingkan persamaan taraf sesama
manusia telah menjadi faktor yang utama dalam penukaran agama.Sesungguhnya
sistem-sistem kasta diikuti sebagaimana yang diamalkan di India, tetapi tidaklah
benar sama sekali jika dianggap bahawa tidak ada perbezaan taraf dikalangan
masyarakat orang beragama Hindu digugusan kepulauan melayu pada masa itu.
3) Perkawinan
Ramai saudagar yang datang ke alam Melayu merupakan golongan yang
kaya raya. Sesetengahnya mempunyai hubungan yang rapat dengan pembesar-
pembesar tempatan. Dengan kekayaan yang ada, mereka berjaya mempengaruhi
wanita-wanita tempatan untuk dijadikan isteri. Malahan ada saudagar yang dapat
berkahwin dengan puteri-puteri dari kalangan anak pembesar terutamanya di zaman
Kesultanan Melayu Melaka.Hubungan keluarga telah memudahkan para pedagang
Islam berdakwah secara terus dengan kaum kerabat mereka sendiri.Perkawinan ini
juga sekurang-kurangnya dapat menarik minat pembesar-pembesar tempatan untuk
menerima Islam. Biasanya apabila pembesar-pembesar menerima Islam maka
seterusnya akan diikuti golongan bawahan ataupun rakyat secara beramai-ramai.
Hasilnya bertambahlah bilangan penduduk yang menganut agama Islam.Agama Islam
juga tersebar melalui perkahwinan antara raja sesebuah negara dengan puteri raja dari
negara lain. proses ini biasanya dipanggil perkahwinan sahsiah. Langkah ini turut
membantu perkembangan Islam ke sesebuah negara. Umpamanya perkahwinan puteri
Pasai dengan Megat Iskandar Syah menyebabkan Islam tersebar dari Pasai ke
Melaka. Begitulah juga perkahwinan anak-anak raja Melaka dengan putera puteri
Pahang dan Kedah yang akhirnya telah menyebabkan kedua-dua menjadi negeri
Islam kemudiannya.
4) Pengislaman Pemerintah
Pengislaman pemerintah merupakan salah satu faktor bagi perkembangan
Islam di alam Melayu. Contohnya ialah di Melaka, apabila raja Melaka Parameswara
memeluk Islam ramai pengikut-pengukut dan rakyat jelata yang masuk Islam.
19
Apabila pemerintah memeluk Islam, nama mereka ditukar dan digelar sebagai sultan.
Dalam proses pengislaman pemerintah saudagar-saudagar berperanan sebagai
pendakwah. Saudagar-saudagar ini bukan sahaja berdagang tetapi juga menyebarkan
Islam. Selalunya saudagar ini terdiri daripada orang-orang yang kaya. dan dapat
menarik minat golongan pemerintah dengan kekayaan yang mereka miliki.
5) Penaklukan
Penaklukan juga tidak kurang pentingnya menjadi faktor pendorong
tersebarnya Islam di Nusantara ini. Apa yang dimaksudkan ialah penaklukan yang
dilakukan oleh sesebuah negara Islam ke atas daerah lain. Jika daerah yang ditawan
itu belum Islam maka dengan penaklukan itu para pembesarnya akan terpengaruh
dengan Islam kerana motif politik, kedudukan, ekonomi dan sebagainya. Jika daerah
yang ditawan itu telah Islam maka dangan penaklukan itu, Islam dapat dikembangkan
dengan lebih berkesan lagi. Kerajaan Pasai sebagaimana yang diterangkan dalam
catitan Ibnu Batutah telah meluaskan kuasa politiknya ke daerah sekitarnya dengan
peperangan lalu Islam tersebar di daerah tersebut.Melaka di zaman kekuasaan
Bendahara Tun Perak telah berjaya menakluki beberapa daerah diTanah Melayu dan
Sumatera seperti Pahang, Terengganu, Petani, Kampar, Inderangiri, Rokan, Siak,
Johor, Bangkalis dan lain-lainya. Oleh itu Islam tentunya dapat disebarkan dengan
mudahnya di daerah jajahan takluk tersebut. Kerajaan Acheh yang merupakan sebuah
empayar Islam yang tersebar di abad 16 dan 17 di Asia Tenggara ini yang
mempunyai jajahan takluk yang luas di Sumatera dan Tanah Melayu tentunya dapat
menyebarkan Islam dengan mudah juga di daerah tanah tajahannya itu. Memangnya
ada tercatit dalam sejarah Acheh bahawa kerajaan Acheh telah mengirimkan para
pendakwah Islam ke daerah tanah jajahannya itu di Tanah Jawa. Kerajaan Islam
Demak juga telah menakluki daerah-daerah yang diperintah oleh kerajaan-kerajaan
Hindu. Misalnya kerajaan Hindu Majapahit telah ditewaskan dan dijadikan tanah
jajahan takluknya. Dengan ini maka Majapahit bertukar menjadi sebuah negara Islam.
6) Kesusasteraan
20
Kesusasteraan juga telah menjadi saluran penting kepada penyebaran
Islam di Asia Tenggara. Dengan kedatangan Islam, masyarakat di Alam Melayu
sebagai bahasa perhubungan utama. Dengan adanya satu bahasa ini, kegiatan
menyebarkan Islam menjadi lebih mudah dan lancar. Kedatangan Islam juga telah
memperkenalkan tulisan jawi. Hal ini memudahkan para ulamak dan pendakwah
mengajar tentang ilmu yang berkaitan dengan Islam kerana mereka dapat menguasai
tulisan jawi.Dizaman keagungan Melaka dan Acheh, Bahasa Melayu telah dijadikan
bahasa pengantar dalam system pendidikan mereka. Pelbagai bentuk sastera Arab
seperti syair dan gurindam talah mempengaruhi Bahasa Melayu. Hasilnya sastera-
sastera Islam telah dikembangkan melalui Bahasa Melayu dan ini sudah tentu dapat
mengembangkan lagi fahaman orang-orang melayu terhadap ajaran Islam. Beberapa
tokoh karyawan dan ulama luar dan tempatan telah menghasilkan karya-karya yang
berunsur Islam sama ada dalam bentuk asli ataupun terjemahan dan saduran.
Sebahagian besar daripada karya tersebut seperti Hikayat Nabi Bercukur, Hikayat
Raja Khandak, Hikayat Amir Hamzah dan sebagainya begitu diminati oleh orang-
orang Melayu. Karya-karya ini mengandungi pelbagai unsur yang boleh mendekatkan
kefahaman pembacannya kepada ajaran Islam itu sendiri. Bidang kesusasteraan Islam
begitu pesat berkembang di Acheh sehingga melahirkan ramai tokoh satera seperti
Hamzah Fansuri dan Nuruddin al-Raniri yang berhasil mengarang pelbagai jenis
kitab agama. Kitab-kitab ini kemudiannya disebarkan keseluruh jajahan takluk dan
hal ini sudah tentu membantu penyebaran Islam ke Alam Melayu atau Nusantara.
7) Peranan Ahli Tsawuf dan Sufi
Kegiatan penyebaran Isalm dikebangkan oleh ahli-ahli tasawuf dan sufi.
Ahli tasawuf da sufu merupakan ulama Islam yang kuat beramal. Kedua-dua
golongan ini telah menunjukkan teladan yang baik tentang islam itu sendiri. Mereka
berpakaian bersih, bersopan satun dan bertatatertip sehingga tingkah laku dan tutur
kata mereka mempersonakan orang ramai.Di zaman Melaka, golongan ini juga diberi
penghormatan yang tinggi oleh pemerintah kerana bija dalam tutur kata. Nasihatnya
21
di dengar oleh sultan dan par pembesar. Di zaman kesultanan Acheh,golongan
tasawuf telah diberi peranan penting dalam pentadbiran. Semasa pentadbiran Iskandar
Muda,seramai 22 orang ulama(ahli tasawuf) telah menganggotai Balai Gadang yang
menjadi pusat bagi membicangkan masalah pemarintahan negara dan masalah agama.
Antara mereka adalah Hamzah Fansuri dan Nuruddin al-Raniri. Mereka telah
memberi sumbangan yang besar kepada Acheh dalah kegiatannya sebagai pusat
penyebaran Islam di Asia Tenggara.Sementara pada zaman kerajaan Islam Demak,
golonhan ini lebih dikenali sebagai Wali Songo. Mereka memainkan peranan penting
dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Tokoh-tokoh Sunan Ampel,Sunan Bonang
dan Sunan gunung Jati memang tidak asing dalam sejarah perkembangan pengaruh
islam di Jawa dan sekitarnya.KesimpulanAgama Islam telah berjaya mempengaruhi
sebahagian besar penduduk alam Melayu walaupun agama Hindu lebih awal bertapak
di rantau ini. Islam telah membawa tamadun yang tinggi dan seba lengkap meliputi
semua aspek kehidupan. Asas asas tamadun Islam yang tersebar di nusantara
semenjak awal abad ke 15 telah menjadi nilai hidup orang-orang Melayu sehingga
kini.14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor mengapa agama Islam dapat tersebar dengan cepat di
seluruh Indonesia pada masa permulaan, yaitu: Agama Islam tidak sempit dan
tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah diturut oleh segala
14 http://ctu551.blogspot.com/2008/04/faktor-perkembangan-islam-di-alam.html (diunduh pada tanggal 27 Maret 2014 pukul 21.59)
22
golongan umat manusia, bahkan untuk masuk Islam cukup dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat saja, Sedikit tugas dan kewajiban Islam,
Penyiaran Islam itu dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi
sedikit, Penyiaran Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang
sebaik-baiknya, Penyiaran Islam itu dilakukan dengan perkataan yang mudah
dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai golongan
atas, yang sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang maksudnya:
berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka.
Teori-teori yang berkaitan dengan masuknya Islam di Nusantara :
Teori Gujarat dikembangkan oleh Snouk Hurgronje, seorang
orientalis terkemuka Belanda yang melihat para pedagang kota
pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke
wilayah nusantara
Teori Arab yang berpendapat bahwa Islam di Nusantara berasal
dari Arab.
Teori China mengatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara
melalui negeri China
Teori Eropa, waktu masuknya Islam ke Asia Tenggara pun
mereka kembalikan kepada temuan seorang bangsa Italia yang
bernama Marcopolo
Teori Kedatangan Islam di Bumi Melayu:
Teori Dari India, teori ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje.
Teori Dari Cina dan Campa, teori ini dibahaskan oleh Prof.
S.Q.Fatimi.
Teori ini didokong oleh kebanyakan sarjana Alam Melayu seperti
Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prof. Dr. Hamka, Prof.
23
Faktor Penyebaran Islam di Bumi Melayu yaitu: Perdagangan,
Keunggulan Islam, Perkawinan, Pengislaman Pemerintah, Penaklukan,
Kesusasteraan, Peranan Ahli Tsawuf dan Sufi.
3.2 Saran
Dari semua materi yang telah kami sampaikan, kami berharap teman-
teman dapat memperoleh manfaat dari mempelajari materi ini, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun akan kami terima demi tercapainya
penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold Thomas. 1981. The Preaching Of Islam. Jakarta: Penerbit Widiya
Azra Azyumardi. 1999. Renessaince Islam di Asia Tenggara. Bandung:Remaja
Rosda Karya
Badriyatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
24
Mahayudin dkk.1993. Sejarah Islam. Pulau Penang: Fajar Bakti SDN.BHD
Mansur Ahmad. 1996. Menemukan Sejarah : Wacana Pergerakan Islam Di
Indonesia, Bandung: Penerbit Mizan.
Mansur dkk. 2005. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Departemen
Agama RI
Putra Hiaidar. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta : Kencana
Roza Ellya,. 2013. Islam dan Tamadun Melayu, , Pekanbaru: Daulat Riau.
Sunanto Musyarifah. 2010. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sayed Alwi bin Thahir al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh,
Maktab al-Daimi, Jakarta, 1957, h. 21.
http://ctu551.blogspot.com/2008/04/faktor-perkembangan-islam-di-alam-
melayu.html (diunduh pada tanggal 27 Maret 2014 pukul 21.59)
25
top related