denyut jantung tekanan darah dan gerak refleks

Post on 14-Oct-2015

104 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

    DENYUT JANTUNG, TEKANAN DARAH, DAN GERAK REFLEKS

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK 3

    HILWA WALIDA (3415081951)

    DWI LUSI RIADONA (3415081974)

    YULIA HARDIANTI (3415081980)

    FITRIYANI (3415081985)

    DEWI SARTIKA (3415083247)

    PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    2011

  • DENYUT JANTUNG

    I. TUJUAN

    Mengetahui tempat pengukuran denyut jantung

    Mengetahui karakteristik denyut jantung

    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung

    Mengetahui cara mengukur denyut jantung

    Mengukur denyut jantung

    II. TINJAUAN TEORI

    Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup

    selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia.

    Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak

    jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per

    minute). Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung

    pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah

    berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang

    diperlukan oleh tubuh saat itu.

    Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi

    (diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung

    mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh

    utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah

    yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung

    memiliki tekanan atrium dan ventrikular yang berbeda, sisi-sisi tersebut berkontraksi

    dan berelaksasi bersamaan serta secara serempak mengeluarkan volume darah

    yang sama.

    Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat

    didengar melalui stetoskop. Lup mengacu pada saat katup A-V menutup dan dup

    mengacu pada saat katup semilunar menutup. Bunyi ketiga atau keempat

    disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung saat darah mengalir dengan

    cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi jantung diperkuat melalui

    mikrofon. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang

  • berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup

    seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup

    yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran balik darah (Sloane, 2004).

    Denyut jantung (denyut apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui stetoskop

    selama kontraksi jantung. S1 adalah bunyi akibat tertutupnya katup trikuspidalis dan

    mitral. Sedangkan S2 adalah bunyi akibat tertutupnya katup pulmonal dan atrial.

    Setiap denyut merupakan kombinasi antara bunyi jantung S1 dan S2. Kecepatan

    normal denyut jantung pada orang dewasa adalah 55 sampai 90 kali/ menit dengan

    rata-rata 70 kali/ menit. Denyut apikal merupakan pengukuran frekuensi dan irama

    kontraksi jantung yang paling akurat.

    Laskowski menambahkan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi

    jumlah denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran

    seseorang, suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi,

    ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi. Denyut jantung seseorang juga

    dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat

    meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau

    di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya.

    Berbagai penelitian membuktikan bahwa daya tahan kardiorespirasi adalah

    salah satu indikator obyektif dalam mengukur aktivitas fisik seseorang dan

    merupakan komponen terpenting dalam meningkatkan kebugaran jasmani

    seseorang. Olahraga menyebabkan perubahan besar dalam sistem sirkulasi dan

    pernapasan, dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai bagian dari respon

    homeostatik. Respon tubuh terhadap olahraga yang melibatkan kontraksi otot dapat

    berupa peningkatan kecepatan denyut jantung (Necel, 2009).

    Penelitian dari Linda S. Pescatello, PhD; Ann E. Fargo, MA; Charles N. Leach

    Jr., MD; and Herbert H. Scherzer, MD diperoleh hasil yaitu selama olahraga sekitar

    30 menit pada pada orang normal (tidak mengalami hipertensi) terjadi peningkatan

    tekanan darah dari 117/76 mmHg menjadi 122/74 mmHg serta. Begitu pula dengan

    frekunsi denyut jantung, yang pada awalnya sebanyak 66 kali/menit meningkat

    menjadi 78 kali / menit. Sedangkan pada orang yang mengalami hipertensi, selama

    olahraga sekitar 30 menit terjadi penurunan mengalami hipertensi, selama olahraga

    sekitar 30 menit terjadi penurunan tekana darah dari 136/91 mmHg menjadi 130/82

    mmHg penurunan ini terjadi pula pada frekuensi denyut jantungnya dari 83 kali/menit

    menjadi 80 kali/menit (cicr.ahajournals.org, 1991 dalam Necel, 2009).

  • III. METODOLOGI

    Alat : Stetoskop, Jam dan lampu senter.

    Cara Kerja :

    o Meminta OP berbaring/duduk dengan tenang. Memberikan sinar pada

    dada bagian kiri di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis

    midklavikula agar denyut jantung terlihat lebih jelas.

    o Dengan palpasi, lalu menentukan letak apeks jantung (tempat dimana

    denyut jantung teraba paling kuat). Meletakkan stetoskop pada apeks

    dan auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 (terdengar seperti lub dup).

    Bila irama S1 dan S2 terdengar teratur, hitung kecepatannya selama

    30 detik. Mengulangi latihan ini sampai memperoleh hasil yang sama.

    o Meminta OP melakukan aktivitas (olahraga) selama 10 menit.

    Melakukan pengukuran denyut jantung dengan cara yang sama seperti

    diatas dan mencatat hasil pengukuran.

    IV. HASIL

    NO NAMA

    OP USIA

    JENIS KELAMIN

    DENYUT JANTUNG

    KECEPATAN IRAMA KEKUATAN

    ISTI-RAHAT

    AKTI-VITAS

    ISTI-RAHAT

    AKTI-VITAS

    ISTI-RAHAT

    AKTI-VITAS

    1. Lia 21 P 45 54 Teratur Lebih cepat

    Normal Lebih kuat

    2. Rosid 20 L 37 46 Teratur Lebih cepat

    Normal Lebih kuat

    3. Fitriyani 21 P 37 71 Teratur Cepat Normal Lebih

    kencang

    4. Noor 19 L 25 33 Teratur Lebih cepat

    Normal Lebih kuat

    5. Trisia 20 P 45 55 Stabil Lebih cepat

    Normal Lebih kuat

    6. Rani D 20 P 38 50 Tidak teratur

    Cepat Normal Lebih kuat

    7. Rani R 20 P 36 43 Teratur Cepat Normal Lebih kuat

    8. Rafika 20 P 43 49 Teratur Lebih cepat

    Normal Lebih kuat

  • V. PEMBAHASAN

    Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan pengukuran denyut jantung.

    Denyut jantung rata-rata OP selama 30 detik sebagai berikut Lia 49.5, Rosid 41.5,

    Fitriyani 54, Noor 29, Trisia 50, Rani D 44, Rani R 39.5, Rafika 46. Karena denyut

    jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung

    persatuan waktu, yang secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per

    minute), maka setelah diubah menjadi 1 menit maka rata-rata denyut jantungnya

    berubah menjadi: Lia 99bpm, Rosid 83bpm, Fitriyani 108bpm, Noor 58 bpm, Trisia

    100bpm, Rani D 88bpm, Rani R 79bpm, Rafika 92bpm.

    Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan

    menyebar melalui sistem ini kesemua bagian miokardium. Struktur yang membentuk

    sistem penghantar adalah simpul sinoatrial, lintasan antar-simpul di atrium, simpul

    atrioventrikular, berkas His dan cabang-cabangnya dan sistem purkinje (Ganong,

    2003).

    Perbedaan denyut jantung yang terdapat pada delapan OP dikarenakan

    beberapa hal, Noor memiliki rata-rata denyut jantung paling rendah, hal ini

    dikarenakan OP sering berlatih olah raga(latihan futsal) sehingga jantungnya telah

    terbiasa melakukan aktivitas olah raga sehigga tidak terlalu terdapat perbedaan

    denyut saat beraktivitas dengan istirahat, hal ini nampak berbanding terbalik dengan

    fitriyani yang denyut saat istirahat 74 sedangkan saat beraktivitas 142 dan memiliki

    rata-rata 108bpm, ini dikarenakan OP jarang berolah raga sebelumnya sehingga

    saat berolah raga denyut jantungnya melonjak dengan sangat signifikan,

    perangsangan ganglion stelata kanan meningkatkan kecepatan jantung, sedangkan

    perangsangan ganglion stelata kiri memperpendek waktu hantaran simpul AV dan

    masa refrakter (Ganong,2003).

    Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda, variasi

    dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat

    itu. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang

    normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut

    jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukan fungsi

    jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.

    Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung

    seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang (dari kedelapan OP

  • diketahui bahwa Rafika sedang sakit, hal ini yang mempengaruhi banyaknya denyut

    jantungnya per menit), usia, posisi tubuh, tingkat emosi, ukuran tubuh, suhu udara

    disekitar serta obat yang sedang dikonsumsi, kecepatan pelepasan listrik simpul SA

    dan jaringan simpul lain dipengaruhi oleh suhu dan obat-obat. Frekuensi pelepasan

    meningkat bila suhu meningkat (Ganong,2003). Untuk mendapatkan nilai denyut

    jantung maksimal dilakukan dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia.

    Hal selanjutnya yang diamati adalah irama dan kekuatanya. Adanya irama

    pada jantung disebabkan oleh pukulan ventrikel kiri terhadap dinding anterior yang

    terjadi selama kontraksi ventrikel. Pada hasil pengamatan diperoleh data bahwa

    terdapat hasil irama denyut jantung yang teratur dan ada juga yang tidak teratur.

    Pada semua OP didapat hasil bahwa pada waktu istirahat denyut jantung teratur dan

    setelah melakukan aktivitas denyut jantung tetap teratur. Irama denyut jantung yang

    terdengar berasal dari bergolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya katup

    jantung. Irama denyut jantung pada waktu istirahat seharusnya tidak teratur, karena

    biasanya pada keadaan istirahat waktu antara suara jantung kedua dengan suara

    jantung pertama berikutnya kira-kira 2 kali lebih lama daripada waktu antara suara

    jantung pertama dan suara jantung kedua dalam satu siklus. Namun pada data

    pengamatan umumnya OP teratur, pengambilan data memungkinkan hal ini terjadi.

    Kami tidak dapat memastikan bagaimana proses pengambilan data pada setiap OP

    melihat keterbatasan waktu yang dimiliki. Kekuatan denyut jantung dipengaruhi

    jumlah darah yang keluar dari ventrikel kiri (ventrikel kanan) ke dalam aorta (arteri

    pulmonalis) setiap menit jumlah darah yang keluar tersebut dipengaruhi oleh:

    volume darah yang dipompa ventrikel setiap berdenyut dan jumlah denyut jantung

    setiap menit, sehingga seharusnya denyut jantung yang terjadi ada yang kurang,

    sedang dan kuat. Selain itu kedaan fisik tiap OP juga berbeda, pada saat

    pengamantan diketahui bahwa Rafika sedang sakit sehingga kesehatan juga

    mempengaruhi kekuatan denyut jantung. Selain itu juga OP yang jarang berolah

    raga akan mempengaruhi kekuatan jantungnya, karena jantung yang jarang berolah

    raga akan bekerja lebih keras ketika olah raga.

  • VI. KESIMPULAN

    Tempat pengukuran denyut jantung yaitu pada daerah apeks jantung

    interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula.

    Karakteristik denyut jantung yaitu terdapat sistole dan diastole yang berbunyi

    lub dub .

    Faktor yang mempengaruhi denyut jantung adalah usia, jenis kelamin,

    aktivitas fisik, kebugaran tubuh, usia, posisi tubuh, tingkat emosi, ukuran

    tubuh, suhu udara disekitar serta obat yang sedang dikonsumsi.

    Cara mengukur denyut jantung, pertama dengan palpasi, lalu tentukan letak

    apeks jantung. Letakkan stetoskop pada apeks dan auskultasi bunyi jantung

    S1 dan S2 (terdengar seperti lub dup). Bila irama S1 dan S2 terdengar

    teratur, hitung kecepatannya selama 30 detik. Ulangi sampai memperoleh

    hasil yang sama.

    Besar denyut jantung ke delapan OP adalah Lia 99bpm, Rosid 83bpm,

    Fitriyani 108bpm, Noor 58 bpm, Trisia 100bpm, Rani D 88bpm, Rani R

    79bpm, Rafika 92bpm.

    VII. DAFTAR PUSTAKA

    Ganong, William F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

    Necel. 2009. Perubahan Frekuensi Denyut Jantung dan Tekanan Darah

    Sebelum dan Sesudah Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

    Mulawarman.

    Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

  • TEKANAN DARAH

    I. TUJUAN

    Mengetahui tempat pengukuran tekanan darah

    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

    Mengetahui cara mengukur tekanan darah

    Melakukan pengukuran tekanan darah

    II. TINJAUAN TEORI

    Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh

    permukaan yang tertutup; yaitu, pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh

    darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah

    melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup

    karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium

    kanan.

    Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai

    serendah 0 mmHg saat diastole.

    Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah

    80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri

    karena adanya efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan

    aorta adalah 100 mmHg.

    Perubahan tekanan sirkulasi sistematik. Darah mengalir dari aorta (dengan

    tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke

    40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10

    mmHg di ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10

    mmHg ke 5 mmHg) menuju vena kava superior dan inferior (dengan tekanan

    2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

    Curah jantung. Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung

    (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).

  • Tahanan perifer terhadap aliran darah. Tekanan darah berbanding terbalik

    dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki beberapa faktor

    penentu:

    o Viskositas darah. Semakin banyak kandungan protein dan sel darah

    dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.

    Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas; pada

    anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.

    o Panjang pembuluh. Semakin panjang pembuluh, semakin besar

    tahanan terhadap aliran darah.

    o Radius pembuluh. Tahanan perifer berbanding terbalik dengan

    radius pembuluh sampai pangkat keempatnya. Jika radius pembuluh

    digandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi, maka aliran darah

    akan meningkat enam belas kali lipat. Tekanan darah akan turun.

    Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada

    vasokonstriksi, maka tahanan terhadap aliran akan meningkat enam

    belas kali lipat dan tekanan darah akan naik.

    o Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal

    konstan, maka perubahan dalam tekanan darah didapat dari

    perubahan radius pembuluh darah.

    Pengukuran tekanan darah arteri sistolik dan diastolik dilakukan secara tidak

    langsung melalui metode auskultasi dengan menggunakan stigmomanometer.

    - Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan untuk menghentikan aliran

    darah arteri brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan,

    sebuah bulb pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri

    brakial, dan sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset.

    - Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Korotkoff,

    yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup.

    Bunyi dan pembacaan angka pada kolom raksa secara bersamaan

    merupakan cara untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik.

    Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg

    dan diastolik 80 mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa

    muda, baik sistolik maupun diastolik biasanya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan

    darah laki-laki dewasa muda. (Sloane, 2004)

  • Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan

    darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Namun

    kadar tekanan darah tidak sama sepanjang masa, dan sering berubah-ubah

    mengikuti kebutuhan tubuh. Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan

    tekanan darah tinggi tidaklah jelas, menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun

    1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85

    mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi; dan

    di antara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi (batasan tersebut

    diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun).

    Kelainan darah tinggi pada awalnya disebabkan oleh peningkatan aktivitas

    pusat vasomotor atau meningkatnya kadar epinefrin plasma, sehingga memberikan

    efek pada sistem kardiovaskuler. Oleh karena itu terjadi perubahan-perubahan

    fungsi pada sistem pengendalian tekanan darah. Kegagalan utama pada sistem

    pengendalian tekanan darah karena tidak berfungsinya baroreseptor ataupun refleks

    kemoreseptor, sehingga pusat vasomotor di batang otak menjadi hiperaktif. Dan

    melalui saraf simpatis ke jantung akan mempengaruhi isi sekuncup dan denyut

    jantung atau frekuensinya dan di lain pihak pada pembuluh darah menyebabkan

    perubahan diameter, sehingga tahanan perifer meningkat. Meningkatnya tekanan

    darah ini dapat berupa kenaikan sistolik dan/atau disertai kenaikan tekanan diastolik.

    Dan hal yang lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi adalah

    olahraga, karena olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur

    dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah

    pada penderita hipertensi.

    Olahraga juga menyebabkan penurunan retensi perifer total akibat

    vasodilatasi dalam otot-otot yang berolahraga. Akibatnya, tekanan darah sistolik juga

    meningkat meskipun hanya dalam peningkatan yang sedang,sementara diastolik

    biasanya cenderung tidak berubah atau turun. Saat berolahraga tekanan darah akan

    naik cukup banyak. Namun, segera setelah latihan selesai, tekanan darah akan

    turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit. Penurunan ini

    terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pada penderita

    hipertensi, penurunan itu akan nyata sekali. Jika olahraga dilakukan berulang-ulang,

    lama kelamaan penurunan tekanan darah tadi berlangsung lebih lama (Necel, 2009).

  • III. METODOLOGI

    o Alat : Spigmomanometer dan stetoskop

    o Cara Kerja :

    Meminta OP berbaring dengan tenang dalam keadaan istirahat,

    meletakkan manset di bagian lengan OP.

    Menyiapkan stetoskop, menentukan letak arteri brakhialis pada

    fossa cubiti dan meletakkan stetoskop diatasnya.

    Meraba arteri radialis sambil memompa manset hingga arteri

    radialis tidak teraba lagi, lalu pompa kembali sebesar 30 mmHg.

    Sambil memegang stetoskop, lepaskan pompa dengan

    keepatan 2-3 mmHg per detik.

    Perhatikan bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Menentukan

    tekanan bunyi pertama yang terdengar dan terakhir sesuai

    dengan fase korotkoff.

    Mencatat hasil pengukuran, dan mengulangi latihan hingga

    memperoleh hasil yang serupa.

    Meminta OP melakukan aktivitas/olahraga selama 10 menit.

    melakukan pengukuran tekanan darah dengan cara yang sama

    seperti diatas dan mencatat hasil pengukuran.

    IV. HASIL

    NO NAMA

    OP USIA

    JENIS

    KELAMIN

    TEKANAN DARAH (mmHg)

    SISTOLIK DIATOLIK NADI

    ISTI-

    RAHAT

    AKTI-

    VITAS

    ISTI-

    RAHAT

    AKTI-

    VITAS

    ISTI-

    RAHAT

    AKTI-

    VITAS

    1. Vivi 20 P 100 110 70 76 30 34

    2. Lela 21 P 120 180 80 55 40 125

    3. Dwi L 21 P 80 120 60 78 20 42

    4. Noor 19 L 100 110 70 70 30 40

    5. Nessa 21 P 100 120 60 70 40 50

    6. Witri 21 P 100 120 80 80 20 40

    7. Fina 21 P 90 110 60 70 30 40

    8. Siti H 20 P 85 100 60 65 20 35

  • V. PEMBAHASAN

    Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

    Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.

    Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.

    Pada praktikum kali ini, praktikan akan mengukur tekanan darah OP. Cara

    mengukur tekanan darah yaitu dimulai dengan membalutkan manset dengan

    kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan

    dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya

    denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri

    brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg

    diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan

    dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya

    dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat

    mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.

    Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong

    atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga

    antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua

    kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per

    detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan

    tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi

    bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis

    sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik

    tersebut, bunyi akan menghilang.

    Dari hasil pengukuran, ternyata 6 OP dari perwakilan 8 kelompok memiliki

    tekanan darah normal yaitu tekanan sistol 90-120 dan tekanan diastole 60-80 (pada

    keadaan istirahat), sedangkan 2 OP memiliki tekanan darah rendah yaitu tekanan

    sistol 80-85 dan tekanan diastol 60 (pada keadaan istirahat).

    Setelah OP menjalani latihan fisik, terdapat peningkatan tekanan sistol dan

    diastole hal ini dikarenakan olahraga dapat memperlancar pemasokan darah ke

    seluruh tubuh Keadaan jantung pada orang yang berolahraga (terlatih) jauh berbeda

    dengan orang yang tidak berolahraga. Jantung orang yang tidak berolahraga (tidak

    terlatih) biasanya dalam satu kali denyutan volume darah yang dapat dipompakan

    70 cc sedangkan bagi yang terlatih dapat mencapai 200 cc, ini dipengaruhi oleh

  • kekuatan kontraksi otot jantung terutama ventrikel. Dengan demikian pasokan darah

    keseluruh tubuh menjadi lancar, Karena meningkatnya volume darah yang dapat

    dipompakan dalam satu kali denyutan (stroke volume). Melalui olah raga yang

    isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit per hari) dapat

    menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik

    dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah. Semakin tinggi

    kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin meningkat.

    Umur yang bervariasi pada ke delapan OP juga mempengaruhi tekanan

    darah. Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan umur.

    Semakin tua, tekanan sistolik semakin tinggi dan biasanya di hubungkan dengan

    timbulnya arteiosklerosis kira-kira sepersepuluh dan orang tua meningkat di atas 200

    mmHg. Tetapi karena ke delapan OP memiliki usia yang relatif sama maka faktor ini

    tidak terlalu jelas mempengaruhi.

    VI. KESIMPULAN

    Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas, lengan bawah,

    kaki, dan paha.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin,

    kondisi kesehatan, keadaan emosional (stress), obesitas, obat-obatan, dan

    aktivitas.

    Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu

    metode langsung dan metode tidak langsung.

    Dari hasil pengukuran, 6 OP bertekanan sistol 90-120 dan tekanan diastole

    60-80 (pada keadaan istirahat), sedangkan 2 OP lagi memiliki tekanan sistol

    80-85 dan tekanan diastol 60 (pada keadaan istirahat).

    VII. DAFTAR PUSTAKA

    Necel. 2009. Perubahan Frekuensi Denyut Jantung dan Tekanan Darah

    Sebelum dan Sesudah Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

    Mulawarman.

    Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

  • GERAK REFLEKS

    I. TUJUAN

    Mengetahui tempat-tempat pengukuran tendon

    Mengetahui cara pengukuran refleks tendon

    Melakukan pemeriksaan refleks tendon

    II. TINJAUAN TEORI

    Pemberian nama otot rangka disebabkan karena otot ini menempel pada

    sistem rangka (Seeley, 2002). Berdasarkan Tobin (2005), otot terdiri atas bundel-

    bundel sel otot. Setiap bundel berada di dalam lembaran jaringan ikat yang

    membawa pembuluh darah dan saraf yang mensuplai kebutuhan otot tersebut. Di

    setiap ujung otot, lapisan luar dan dalam dari jaringan ikat bersatu menjadi tendon

    yang biasanya menempel pada tulang.

    Otot rangka memiliki empat karakteristik fungsional sebagai berikut:

    kontraktilitas; kemampuan untuk memendek karena adanya gaya

    eksitabilitas; kapasitas otot untuk merespons sebuah rangsang

    ekstensibilitas; kemampuan otot untuk memanjang

    elastisitas; kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah

    mengalami pemanjangan. (Seeley, 2002)

    Unit dasar setiap kegiatan refleks terpadu adalah lengkung refleks yang terdiri

    dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan

    saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat eferen dan efektor. Lengkung refleks

    paling sederhana adalah yang memiliki satu sinaps antara neuron aferen dan eferen

    (disebut monosinaptik dan refleks yang terjadi disebut refleks monosinaptik).

    Lengkung refleks yang memiliki lebih dari satu sinaps antara neuron aferen dan

    eferen disebut polisinaptik dan jumlah sinapsnya antara 2 hingga beberapa ratus

    (Ganong, 2001).

    Refleks gerak pada ekstremitas berpusat di medulla spinalis, sementara

    refleks kedip mata berpusat di otak besar lobus oksipitalis. Jalannya impuls pada

    gerak refleks menurut Bell dan Magendie adalah reseptor-saraf sensoris (melalui

    lengkung dorsal)-medulla spinalis-saraf motoris (melalui lengkung ventral)-efektor.

  • Impuls saraf masuk ke medulla spinalis sebagai Central Nervous System (CNS)

    melalui akar dorsal dan keluar melalui akar ventral.

    Substansi grisea medulla spinalis merupakan daerah integratif untuk refleks-

    refleks medulla spinalis dan fungsi motorik lainnya. Tiap segmen memiliki jutaan

    neuron, diantaranya neuron sensoris, motoneuron anterior dan interneuron (Guyton,

    1996).

    Motoneuron anterior mengeluarkan serabut-serabut saraf yang meninggalkan

    medulla spinalis melalui radiks anterior dan berjalan ke otot-otot untuk mempersarafi

    serabut otot rangka. Adapun interneuron merupakan penghantar isyarat ke

    serebrum untuk mengatur fungsi motorik (Guyton, 1996).

    Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar

    pada rute yang disebut lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter

    (misalnya, denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu)

    dan respons otomatis (misalnya, sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan

    pada lutut) merupakan kerja refleks.

    Semua lengkung (jalur) refleks terdiri dari komponen yang sama.

    Reseptor adalah ujung distal dendrit, yang menerima stimulus.

    Jalur aferen melintas di sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak

    atau medulla spinalis.

    Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu

    SSP. Impuls dapat ditransmisi, diulang rutenya, atau dihambat pada bagian

    ini.

    Jalur eferen melintas di sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor,

    yang akan merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.

    Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar

    yang merespons.

    Refleks yang paling simpel adalah lengkung refleks ipsilateral monosinaptik,

    atau dua neuron, disebut juga refleks peregangan.

    Monosinaptik berarti hanya ada satu sinaps yang terjadi antara neuron

    sensorik dan neuron motorik.

    Istilah ipsilateral berarti bahwa kedua neuron berterminasi di sisi yang sama

    pada tubuh.

  • Refleks patellar, atau knee-jerk, merupakan salah satu contoh refleks

    peregangan yang dipakai dalam pemeriksaan neurologis.

    Jika tendon patellar diketuk, spindle otot (reseptor sensorik) pada otot

    kuadriseps tungkai akan mengirim impuls melalui badan sel neuron

    sensorik (terletak dalam radiks dorsal ganglia) menuju substansi abu-abu

    medulla spinalis.

    Neuron sensorik bersinapsis dengan neuron motorik, yang

    mentransmisi impuls ke kuadrisep tungkai, mengakibatkan kontraksi

    otot dan ekstensi tungkai pada lutut.

    Refleks peregangan, disebut juga refleks miotatik, tendon, atau refleks

    proprioseptif, penting untuk mempertahankan postur tubuh.

    Sebagian besar refleks (selain refleks peregangan) adalah refleks

    polisinaptik atau multisinaptik. Refleks ini mengandung paling sedikit tiga neuron

    dan dua sinaps dengan satu interneuron (neuron penghubung atau internunsial)

    di antara neuron sensorik dan motorik.

    1. Refleks sentakan atau refleks fleksor, yang terjadi akibat stimulus nyeri,

    bersifat melindungi dan berlangsung dalam tubuh sama banyaknya

    dengan refleks peregangan.

    2. Refleks ekstensor bersilangan, yang berkaitan erat dengan refleks fleksor,

    merupakan ekstensi lengan secara kontralateral yang terjadi akibat fleksi

    lengan pada sisi ipsilateral.

    Pada refleks yang lebih kompleks, sinyal sensorik yang diterima dari

    mata, telinga, kulit atau reseptor sensorik lainnya diinteraksikan dengan unsur

    integratif dan unsur motorik lainnya. Refleks kompleks ini juga melibatkan

    memori yang tersimpan dari pengalaman sebelumnya. (Sloane, 2004)

    III. METODOLOGI

    Cara Kerja:

    1. Refleks Biseps (Musculocular Nerve)

    - OP Membuka lengan baju sampai diatas siku, pemeriksa menyangga

    tangan OP hingga posisi fleksi 900C.

  • - Mencari tendon biseps dengan cara meraba bagian distal otot bisep, jika

    antebrachi fleksi maksimal maka tendon teraba bergerak.

    - Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut.

    - Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan

    fleksi pada antebrachi maka dikatakan refleks biseps positif (+).

    2. Refleks Trisep (Radial Nerve)

    - Membuka lengan baju sampai diatas siku.

    - Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi adduksi.

    - Mencari tendon otot brachi triseps dengan cara meraba bagian distal otot

    brachii triseps. Jika antebrachi adduksi maksimal maka tendon teraba

    bergerak.

    - Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut.

    - Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan

    adduksi pada antebrachii maka refleks triseps dikatakan positif (+).

    3. Refleks Patellar/Knee-Jerk Reflex (Femoral Nerve)

    - OP duduk dengan posisi kaki menggantung.

    - Meraba bagian distal lutut untuk mencari tendon patella.

    - Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut.

    - Bila terdapat gerakan ekstensi cruris maka dikatakan refleks patella

    positif.

    4. Refleks Archilles (Sciatic Nerve)

    - OP duduk dengan posisi kaki sejajar dengan lantai.

    - Melakukan dorso fleksi pada plantar pedis. Meraba tendon achilles.

    - Memukul dengan paku refleks pada bagian tendon tersebut.

    - Bila terdapat gerakan dorso fleksi, maka dikatakan refleks achilles positif.

  • IV. HASIL

    NO NAMA OP

    REFLEKS

    BISEPS TRISEPS PATELLA ARCHILLES

    1. Silvani 3 3 3 3

    2. Siti J 1 2 3 2

    3. Dwi Lusi 2 2 2 1

    4. Nurul F 2 1 2 1

    5. Nurul A 3 3 3 3

    6. Veny 2 1 2 2

    7. Kusfebriani 2 2 2 2

    8. Yunita 2 1 2 1

    V. PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kepada 8 OP didapatkan hasil

    bahwa semua OP memiliki respon refleks yang berkisar 1 3 (berdasarkan

    penilaian refleks).

    Beragamnya kisaran respon refleks pada semua OP dikarenakan perbedaan

    kekuatan rangsang yang diberikan (pemukulan dengan palu refleks), dimana kuat

    rangsang berbanding lurus dengan sensasi dan terutama ditentukan oleh sifat sifat

    reseptor perifer (Ganong, 2002). Selain hal di tersebut, beragamnya kisaran nilai

    respon refleks OP disebabkan oleh keadaan OP yang sadar, sedangkan refleks itu

    sendiri merupakan respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar

    (Sherwood, 2001).

    Gerak refleks dapat terjadi ketika reseptor berespon terhadap suatu stimulus

    yang membentuk suatu potensial aksi yang kemudian diintegrasikan oleh medulla

    spinalis melalui jalur aferen ke efektor melalui jalur eferen, di mana jalur antara

    reseptor dan efektor adalah sama. Ketika impuls memasuki medulla spinalis, neuron

    aferen yang membawa impuls akan menyebar dan bersinaps dengan antarneuron

    yang berbeda beda yakni antarneuron eksitatorik, antarneuron inhibitorik, dan

    antarneuron lain yang membawa sinyal dari medulla spinalis ke otak melalui jalur

    asendens (Sherwood, 2001).

  • Uji gerak refleks ini dilakukan dengan melakukan pemukulan secara pelan

    pada tendon beberapa otot seperti bisep, trisep, patella, dan achilles, dimana

    pemukulan tersebut merupakan sinyal yang dijalarkan melalui serabut saraf tipe Ib

    ke area lokal medulla, setelah bersinaps di dalam kornu dorsalis medulla. Sinyal

    medulla lokal merangsang suatu interneuron penghambat yang menghambat neuron

    motorik anterior sehingga mencegah tegangan pada otot tidak terlalu besar tanpa

    mempengaruhi otot otot di dekatnya (Guyton, 2007). Tendon yang merupakan

    jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang dan diselubungi oleh reseptor

    reseptor sensorik sehingga ketika ada suatu rangsang otot akan berkontraksi

    kemudian menarik tulang tempatnya melekat dan bagian tubuh dekat area tendon

    yang mendapat rangsang akan bergerak.

    VI. KESIMPULAN

    Pengukuran refleks tendon dapat dilakukan pada tendon biseps, tendon

    trisep, tendon patella,dan tendon achilles.

    Cara mengukur refleks tendon adalah dengan memukul tendon biseps, trisep,

    patella, dan achilles dengan palu refleks.

    Respon refleks kedelapan OP berkisar antara 1-3.

    VII. DAFTAR PUSTAKA

    Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and

    Physiology fourth edition. McGraw-Hill Companies

    Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole, Canada

    Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

    Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

    Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

    Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

top related