laporanq sistem saraf sebagai pengomtrol gerak refleks

37
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Baik otak maupun sumsum tulang belakang, keduanya tersusun atas tiga materi pokok, yaitu substansi grissea (terdiri atas badan-badan sel dan kumpulan sinapsis sel-sel saraf yang membentuk materi kelabu), substansi alba (terdiri atas serabut-serabut saraf bermielin yang membentuk materi putih), serta sel- sel neuroglia (jaringan ikat diantara sel-sel saraf). Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi

Upload: kurniawanto

Post on 18-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Baik otak maupun sumsum tulang belakang, keduanya tersusun atas tiga materi pokok, yaitu substansi grissea (terdiri atas badan-badan sel dan kumpulan sinapsis sel-sel saraf yang membentuk materi kelabu), substansi alba (terdiri atas serabut-serabut saraf bermielin yang membentuk materi putih), serta sel-sel neuroglia (jaringan ikat diantara sel-sel saraf). Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Salah satu mekanisme tanggapan yang dilakukan secara cepat tanpa melibatkan kerja otak adalah gerak refleks. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba. Refleks sebenarnya merupakan gerak respons dalam usaha mengelak dari suatu rangsang yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yng bersangkutan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan proses terjadinya lebih cepat dari gerak biasa. Gerak refleks adalah gerak yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak dari otak. Jalan pintas yang ditempuh oleh gerak refleks itu dinamakan busur refleks. Umumnya, busur refleks hanya melalui sumsum tulang belakang tanpa melalui otak karena pengiriman rangsangan ke otak memakan waktu. Itulah sebabnya gerak refleks terjadi tanpa disadari. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan oleh medulla spinalis sehingga dilakukanlah praktikum ini.B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis?C. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Seperti halnya otak, sumsum tulang belakang juga terdiri atas materi kelabu dan materi putih. Namun, pada sumsum tulang belakang, materi kelabu terletak di bagian dalam dan tersusun atas badan-badan sel, sinapsis, serta sel-sel saraf konektor yang tidak bermielin. Sel-sel saraf konektor tersebut mengirimkan informasi dari sumsum tulang belakang ke serabut saraf spinal, atau sebaliknya. Penampang melintang materi kelabu pada sumsum tulang belakang berbentuk seperti huruf H atau sayap kupu-kupu. Sementara itu, materi putih yang terletak di bagian luar tersusun atas serabut-serabut saraf (akson) bermielin. Akson bermielin itu mengirimkan informasi dari sumsum tulang belakang menuju otak, atau sebaliknya (Pujiyanto, 2008). Unit dasar untuk kegiatan saraf terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini terdiri atas alat indera, saraf efferen, satu sinapsis atau lebih yang terdapat di pusat integrasi atau di ganglion simpatis atau efektor. Kegiatan di lengkung refleks dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Lengkung refleks yang paling sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai sinap tunggal antara neuron afferen dan efferen. Lengkung refleks seperti ini dinamakan monosimpatik. Bila suatu otot rangka dengan persarafan utuh diregangkan, otot ini akan mengalami kontraksi. Respon seperti ini disebut refleks regang. Ketukan pada tindo patella akan membangkitkan refleks patella (Ganong, 1990). Terbentuk di dalam lingkaran jaringan saraf tulang punggung terdapat sejumlah respon stereotip yang disebut refleks. Refleks yang paling terkenal adalah refleks regang monosinapsis atau refleks sentakan lutut (kneejerk reflects) yang dapat dikeluarkan bila suatu urat ditepuk, yang menyebabkan regangan otot mendadak. Akibatnya berupa refleks kontraksi otot untuk mengembalikan panjangnya yang normal. Sambungan neuron yang diperlukan untuk refleks ini terdiri atas kelompok neuron sensorik yang masuk, yang membawa berita bahwa otot-ototnya telah diregangkan dan sekumpulan neuron motoris yang mengendalikan kontraksi sel-sel otot (Bevelander dan Ramaley, 1988).Refleks merupakan gerak respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Gerak refleks dapat dibedakan oleh respon yang lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsangan dan berteriak, dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya melibatkan efektor tunggal (Radiopoetra, 1988).Refleks merupakan respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai sistem saraf. Suatu refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Respon itu membawa sejak lahir, artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf dan efektor yang diwariskan. Refleks sentalnya lutut yang terkenal itu merupakan refleks rentangan. Respon haruslah berupa tendangan kaki bawah yang tiba-tiba. Respon ini cukup otomatis dan memerlukan tali spinal yang bekerja dengan baik, tetapi tidak perlu berperan. Mesin refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang terakhir dengan baik. Yang pertama; mengarahkan kontraksi refleks otot dan yang kedua; menghambat kontraksi otot-otot antagonis dan terus menerus memonitori keberhasilan yang dengannya perintah-perintah dari otak diteruskan dengan cepat dan secara otomatis membuat setiap penyesuaian sebagai pengganti yang perlu (Kimball, 1983).Suatu refleks adalah suatu respon otomatis yang sederhana terhadap suatu rangsangan yang hanya melibatkan beberapa neuron, yang semuanya dihubungkan dengan tingkat umum yang sama dalam sistem saraf pusat. Refleks yang ada pada waktu lahir dan lazim bagi manusia disebut refleks turunan. Refleks lain yang diperoleh karena pengalaman disebut refleks bersyarat. Kebutuhan anatomis minimum untuk perilaku refleks adalah neuron sensori dengan reseptor untuk menerima rangsangan, yang dihubungkan oleh sinapsis ke neuron motor yang dilekatkan pada suatu otot atau efektor lain, seperti refleks regang ekstensor. Sejumlah refleks melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak (Villee, 1999).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Mei 2012 pukul 08.00 WITA selesai dan bertempat di Laboratorium Lanjutan Biologi F- MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengontrol Gerak Refleks dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Alat dan fungsi pada praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengontrol Gerak RefleksNo.Nama AlatFungsi

1.Papan bedah dan alat bedahUntuk melakukan double pithing pada katak sawah (Rana limnocharis.)

2.Peluit/HP Untuk menghasilkan rangsangan bunyi pada katak sawah (Rana limnocharis.)

3.TermometerUntuk mengukur suhu air panas

4.Beaker glassSebagai wadah untuk menampung air

5.SenterUntuk menghasilkan rangsangan cahaya pada katak sawah (Rana limnocharis.)

6.Hot plateUntuk memanaskan air

Bahan yang digunakan dalam praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengontrol Gerak Refleks dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Bahan dan fungsi pada praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengontrol Gerak RefleksNo.Nama BahanFungsi

1.Katak sawah (Rana limnocharis.)Sebagai objek pengamatan

2.Kapas Untuk memberikan rangsangan sentuhan pada mata katak sawah (Rana limnocharis.)

3.Es batuUntuk memberikan rangsangan dingin pada katak sawah (Rana limnocharis.)

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :1. Katak sawah (Rana limnocharis.) Normal (sistem saraf masih lengkap)a. Meletakkan katak sawah (Rana limnocharis.) dalam posisi normal, mengamati posisi kepala, mata dan anggota geraknyab. Menghitung frekuensi pernafasan per menit dengan cara mengamati gerakan kulit pada bagian bawah rahang bawahc. Mengamati keseimbangannya dengan cara : meletakkan katak dengan posisi terlentang pada papan, memutar secara horizontal, mengamati posisi dan gerak dari kepala, mata dan anggota geraknya memiringkan papan sedikit demi sedikit hingga kepala katak terangkat sedikit, apa yang terjadi?d. Memasukkan katak ke dalam wadah berisi air, mengamati gerak renangnyae. Membunyikan peluit atau HP, bagaimana reaksinya?f. Memberikan cahaya dengan lampu senter, mengamati reaksinya!g. Mengangkat katak dari air, meraba kekenyalan otot kakinya, kemudian menarik kaki ke belakang lalu meraba kekenyalan ototnyah. Mencubit jari kakinya dengan pinset. Apa yang terjadi?i. Menyentuh matanya dengan pinset. Apa yang terjadi?j. Memasukkan jari salah satu kakinya ke dalam air dingin, kemudian memanaskan air tersebut selagi kaki masih dalam air. Pada suhu berapa terjadi respon gerak?k. Memasukkan jari kaki lain ke dalam air panas ( 80C). Mengamati yang terjadi!2. Katak yang sudah mengalami perusakan otak dan medulla spinalis (double pithing) Setelah melakukan double pithing, biarkan 5-6 menit, kemudian memberi perlakuan a sampai k seperti di atas!

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Katak Normal (sistem saraf masih lengkap)No.SampelPerlakuanHasil

KepalaMataAnggota gerak

1.

Katak Sawah (Rana limnocharis)

Posisi Normal Terlentang Miring

ke depan Ke atas Ke depan

- ke depan- ke atas- ke depan

- melipat- melipat- lurus

No.SampelPerlakuanHasil

Reaksi MataFrekuensi PernapasanAlat Gerak

1.Katak Sawah (Rana limnocharis) Di masukkan dalam air Membunyikan pluit Memberikan cahaya Menarik jari kaki Cubit dengan pinset Sentuh mata dengan kapas Memasukkan satu kaki ke air dingin lalu dipanaskan Pada air panas (800C)

Membesar

Berkedip

Melotot

Berkedip satu

88 kali/menit

-

-

-

-

-

-

-Bergerak/melipat

Bergerak

Diam

Menghindar pada suhu 300C

menghindar

2. Katak spinal (sudah mengalami perusakan otak single pithing)

No.SampelPerlakuanHasil

KepalaMataAlat gerak

1.Katak Sawah (Rana limnocharis) Posisi normal Terlentang (horizontal) MiringKe depanMenghadap ke atasKe depanSayupSayup

SayupMelipatBergerak lurusbergerak

No.SampelPerlakuanHasil

MataFrekuensiAlat Gerak

1.Katak Sawah (Rana limnocharis) dimasukkan dalam air membunyikan pluit memberikan cahaya menarik jari kaki cubit dengan pinset sentuh mata dengan kapas memasukkan satu kaki ke air dingin lalu dipanaskan pada air panas (800C)Membesar

Diam

Melotot

Berkedip satu90 kali/menit-

Bergerak menghindardiam

Kaki agak mengerasDiam

Menghindar

menghindar

B. PembahasanSistem saraf adalah suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel saraf atau neuron. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat yang meliputi otak dan batang spinal, dan sistem saraf perifer yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan trunkus simpatikus. Kedua sistem ini bekerja saling menunjang. Sistem saraf pusat berguna sebagai pusat koordinasi untuk aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan. Sedangkan sistem saraf perifer berfungsi memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.Lintasan impuls saraf dari reseptor samapi efektor disebut lengkung refleks. Lintasan tersebut adalah sebagai berikut: reseptor saraf sensorik saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) saraf motorik efektor. Apabila suatu saraf diberi rangsangan, maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot.Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Baik otak maupun sumsum tulang belakang, keduanya tersusun atas tiga materi pokok, yaitu substansi grissea (terdiri atas badan-badan sel dan kumpulan sinapsis sel-sel saraf yang membentuk materi kelabu), substansi alba (terdiri atas serabut-serabut saraf bermielin yang membentuk materi putih), serta sel-sel neuroglia (jaringan ikat diantara sel-sel saraf).Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan proses terjadinya lebih cepat dari gerak biasa. Gerak refleks adalah gerak yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak dari otak. Jalan pintas yang ditempuh oleh gerak refleks itu dinamakan busur refleks. Umumnya, busur refleks hanya melalui sumsum tulang belakang tanpa melalui otak karena pengiriman rangsangan ke otak memakan waktu. Itulah sebabnya gerak refleks terjadi tanpa disadari.Pada gerak refleks, rangsang yang diterima oleh reseptor dibawa ke saraf sensorik. Dari situ, rangsang diteruskan ke saraf konektor yang ada di sumsum tulang belakang, kemudian dibawa ke saraf motorik untuk disampaikan ke efektor (otot). Berdasarkan hasil pengamatan, dimana praktikum ini dilakukan untuk mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis pada katak, ternyata terdapat perbedaan dalam hal menanggapi rangsangan antara katak normal (sistem saraf masih lengkap) dan katak yang sudah mengalami perusakan otak dan medulla spinalis ( single dan double pithing). Pada katak normal, dalam posisi normal kepala kedepan, mata kedepan dan alat gerak melipat. Pada posisi terlentang kepala keatas, mata keatas dan alat gerak melipat. Pada posisi miring kepala katak kedepan, mata katak keatas, dan alat gerak lurus.Kemudian pada katak yang dimasukkan dalam air, matanya membesar, frekuensi pernapasan 88 kali/menit dan alat gerak melipat. Kemudian, membunyikan peluit pada katak yang berada dalam air, matanya melotot. Setelah itu, menarik jari kaki dan dicubit dengan pinset sehingga alat geraknya kenyal dan diam. Selanjutnya, menyentuh mata katak dengan kapas, mata katak menjadi berkedip (satu yang berkedip), memasukkan satu kaki keair dingin lalu dipanaskan sehingga katak menghindar pada suhu 30o C dan pada air panas 80oC kataknya menghindar. frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi masih normal. Begitu juga ketika diberi rangsangan, baik berupa bunyi, cahaya, sentuhan dan rangsangan suhu, katak memberikan tanggapan berupa gerak refleks yang sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Misalnya sebenarnya ketika kaki katak dicubit dengan pinset, maka seketika juga kaki katak akan bergerak. Gerak refleks ini merupakan salah satu jenis lung refleks yang paling sederhana yang disebut monosinaptik, karena hanya terdapat satu sinaps antara neuron sensorik dan neuron motorik. Bergeraknya kaki secara tiba-tiba disebabkan karena pada saat kaki katak dicubit, dan karena itu teregang, maka reseptor dalam kaki tersebut dirangsang dan menyebabkan suatu impuls menjalar melewati lung refleks dari neuron sensorik ke medulla spinalis, kemudian rangsang dibawa ke efektor yaitu otot yang terdapat pada kaki katak tersebut, sehingga berkontraksi yang mengakibatkan kaki bergerak secara tiba-tiba. Hal yang sama juga terjadi pada perlakuan dengan rangsangan suhu panas dan dingin pada katak yang menyebabkan kaki katak terangkat.Pada pengamatan ketika mata katak disentuh dengan kapas menyebabkan mata katak berkedip dengan cepat. Gerak ini termasuk refleks superficialis atau biasa disebut refleks kornea. Hal ini disebabkan karena kornea merupakan bagian mata yang sangat sensitif sehingga sangat peka terhadap rangsangan yang terjadi dan tanpa diolah oleh otak katak kedipan mata ini terjadi dengan sendirinya.Kemudian pada pengamatan katak spiral (sudah mengalami perusakan otak single pithing), dimana pada posisi normal kepalanya kedepan, mata sayup dan alat geraknya melipat. Pada posisi terlentang, kepalanya menghadap keatas, mata sayup dan alat gerak bergerak lurus. Dan pada posisi miring, kepalanya kedepan, mata sayup dan alat gerak ,bergerak. Kemudian pada katak yang dimasukkan dalam air, mata membesar, frekuensi 90 kali/menit dan alat geraknya, bergerak. Kemudian, ketika membunyikan peluit dimana matanya diam, alat geraknya juga diam, ketika diberikan cahaya mata katak melotot. Perlakuan selanjutnya yaitu menarik jari kaki, mencubit kaki katak dengan pinset sehingga alat geraknya kaki agak mengeras dan diam. Setelah itu, menyentuh mata katak dengan kapas diamana mata katak dapat berkedip , memasukkan satu kaki keairdingin lalu dipanaskan dan pada air panas 80o sehingga alat gerak menghindar.Kemudian pada pengamatan katak yang sudah mengalami kerusakan otak dan medulla spinalis (Doble pithing), dimana pada posisi normal kepalanya kedepan, mata kedepan dan alat geraknya melipat. Pada posisi terlentang, kepalanya menghadap keatas, mata keatas dan alat gerak melipat. Dan pada posisi miring, kepalanya kedepan, mata kedepan dan alat gerak lurus. Kemudian pada katak yang dimasukkan dalam air, mata membesar, frekuensi 82 kali/menit dan alat geraknya, bergerak. Kemudian, ketika membunyikan peluit dimana matanya diam, alat geraknya juga diam, ketika diberikan cahaya mata katak melotot. Perlakuan selanjutnya yaitu menarik jari kaki, mencubit kaki katak dengan pinset sehingga alat gerak diam. Setelah itu, menyentuh mata katak dengan kapas diamana mata katak dapat berkedip , memasukkan satu kaki keairdingin lalu dipanaskan dan pada air panas 80o sehingga alat gerak menghindar.Pada perlakuan katak yang sudah mengalami double pithing, terjadi tanggapan atau reaksi yang berbeda. Pada katak tersebut, posisi kepala, mata dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi menjadi tidak normal lagi. Dimana kepala yang pada mulanya menghadap ke depan, berubah menjadi menghadap ke bawah. Mata yang pada mulanya menghadap ke bawah, berubah menjadi menghadap ke samping. Anggota gerak yang pada mulanya menghadap ke samping berubah menjadi menghadap ke bawah. Begitu juga frekuensi pernafasan menjadi turun. Hal ini terjadi karena sistem saraf pusatnya telah mengalami kerusakan, sehingga tidak mampu mengontrol posisi kepala, mata dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi secara normal.Begitu juga ketika diberi rangsangan, baik berupa bunyi, cahaya, sentuhan dan rangsangan suhu, katak yang sudah mengalami double pithing memberikan tanggapan berupa gerak refleks yang berbeda dengan katak normal. Misalnya ketika diberi rangsangan cahaya. Pada katak normal memberikan tanggapan dengan bergerak ke arah cahaya, sedangkan setelah otak dan medulla spinalis dirusak, katak hanya diam. Ini terjadi karena rangsangan cahaya yang diterima oleh katak tadi tidak mampu diterjemahkan akibat sistem saraf pusatnya telah rusak, sehingga katak tidak memberikan tanggapan dan hanya diam saja.Pada pengamatan berikutnya, misalnya ketika kaki katak diberi rangsangan suhu panas dan dingin, kaki katak tidak memberikan respon atau tidak terangkat. Hal ini terjadi karena medulla spinalis katak tadi telah dirusak, sehingga rangsangan yang diterima oleh reseptor tidak bisa diolah oleh medulla spinalis, yang akhirnya tidak akan menghasilkan tanggapan berupa gerak refleks.Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Baik otak maupun sumsum tulang belakang, keduanya tersusun atas tiga materi pokok, yaitu substansi grissea (terdiri atas badan-badan sel dan kumpulan sinapsis sel-sel saraf yang membentuk materi kelabu), substansi alba (terdiri atas serabut-serabut saraf bermielin yang membentuk materi putih), serta sel-sel neuroglia (jaringan ikat diantara sel-sel saraf). Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan proses terjadinya lebih cepat dari gerak biasa. Gerak refleks adalah gerak yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak dari otak. Jalan pintas yang ditempuh oleh gerak refleks itu dinamakan busur refleks. Umumnya, busur refleks hanya melalui sumsum tulang belakang tanpa melalui otak karena pengiriman rangsangan ke otak memakan waktu. Itulah sebabnya gerak refleks terjadi tanpa disadari.Pada gerak refleks, rangsang yang diterima oleh reseptor dibawa ke saraf sensorik. Dari situ, rangsang diteruskan ke saraf konektor yang ada di sumsum tulang belakang, kemudian dibawa ke saraf motorik untuk disampaikan ke efektor (otot).Berdasarkan hasil pengamatan, dimana praktikum ini dilakukan untuk mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis pada katak, ternyata terdapat perbedaan dalam hal menanggapi rangsangan antara katak normal (sistem saraf masih lengkap) dan katak yang sudah mengalami perusakan otak dan medulla spinalis (double pithing). Pada katak normal, posisi kepala, mata dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi masih normal. Begitu juga ketika diberi rangsangan, baik berupa bunyi, cahaya, sentuhan dan rangsangan suhu, katak memberikan tanggapan berupa gerak refleks yang sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Misalnya ketika kaki katak dicubit dengan pinset, maka seketika juga kaki katak akan bergerak. Gerak refleks ini merupakan salah satu jenis lung refleks yang paling sederhana yang disebut monosinaptik, karena hanya terdapat satu sinaps antara neuron sensorik dan neuron motorik. Bergeraknya kaki secara tiba-tiba disebabkan karena pada saat kaki katak dicubit, dan karena itu teregang, maka reseptor dalam kaki tersebut dirangsang dan menyebabkan suatu impuls menjalar melewati lung refleks dari neuron sensorik ke medulla spinalis, kemudian rangsang dibawa ke efektor yaitu otot yang terdapat pada kaki katak tersebut, sehingga berkontraksi yang mengakibatkan kaki bergerak secara tiba-tiba. Hal yang sama juga terjadi pada perlakuan dengan rangsangan suhu panas dan dingin pada katak yang menyebabkan kaki katak terangkat.Pada pengamatan ketika mata katak disentuh dengan kapas, menyebabkan mata katak berkedip dengan cepat. Gerak ini termasuk refleks superficialis atau biasa disebut refleks kornea. Hal ini disebabkan karena kornea merupakan bagian mata yang sangat sensitif sehingga sangat peka terhadap rangsangan yang terjadi dan tanpa diolah oleh otak katak kedipan mata ini terjadi dengan sendirinya.Pada perlakuan berikutnya, pada katak yang sudah mengalami double pithing, terjadi tanggapan atau reaksi yang berbeda. Pada katak tersebut, posisi kepala, mata dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi menjadi tidak normal lagi. Dimana kepala yang pada mulanya menghadap ke depan, berubah menjadi menghadap ke bawah. Mata yang pada mulanya menghadap ke bawah, berubah menjadi menghadap ke samping. Anggota gerak yang pada mulanya menghadap ke samping berubah menjadi menghadap ke bawah. Begitu juga frekuensi pernafasan yang semula 112 kali/menit, menjadi turun yaitu 89 kali/menit. Hal ini terjadi karena sistem saraf pusatnya telah mengalami kerusakan, sehingga tidak mampu mengontrol posisi kepala, mata dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi secara normal.Begitu juga ketika diberi rangsangan, baik berupa bunyi, cahaya, sentuhan dan rangsangan suhu, katak yang sudah mengalami double pithing memberikan tanggapan berupa gerak refleks yang berbeda dengan katak normal. Misalnya ketika diberi rangsangan cahaya. Pada katak normal memberikan tanggapan dengan bergerak ke arah cahaya, sedangkan setelah otak dan medulla spinalis dirusak, katak hanya diam. Ini terjadi karena rangsangan cahaya yang diterima oleh katak tadi tidak mampu diterjemahkan akibat sistem saraf pusatnya telah rusak, sehingga katak tidak memberikan tanggapan dan hanya diam saja.Pada pengamatan berikutnya, misalnya ketika kaki katak diberi rangsangan suhu panas dan dingin, kaki katak tidak memberikan respon atau tidak terangkat. Hal ini terjadi karena medulla spinalis katak tadi telah dirusak, sehingga rangsangan yang diterima oleh reseptor tidak bisa diolah oleh medulla spinalis, yang akhirnya tidak akan menghasilkan tanggapan berupa gerak refleks.

V. PENUTUPA. SimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan yaitu lintasan impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks. Lintasan tersebut adalah sebagai berikut: reseptor saraf sensorik saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) saraf motorik efektor. Apabila suatu saraf diberi rangsangan, maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot.B. SaranSaran yang dapat diajukkan pada praktikum ini adalah diharapkan pada praktikan yang lainnya agar memperhatikan praktikum yang sedang berlangsung.

LAPORAN FISIOLOGI HEWANPERCOBAAN SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGONTROL GERAK REFLEKS

OLEH

NAMA : LA RIADISTAMBUK: F1D1 10 031KELOMPOK: IV (EMPAT)PRODI: BIOLOGIASISTEN PEMBIMBING : AGUNG JULIANTO S.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2012

DAFTAR PUSTAKA.

Bevelander, G., J. Ramaley, 1988, Dasar-dasar Histologi Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.Ganong, W. F., 1990, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Kimball, J. W., 1983, Biologi Jilid 2, Erlangga, Jakarta.Pujiyanto, S., 2008, Menjelajah Dunia Biologi, Penerbit Platinum, Solo. Radiopoetra, 1988, Sistem Saraf, Erlangga, Jakarta.Villee, C. A., 1999, Zoologi Umum Jilid 1, Erlangga. Jakarta.