61020-3-333670634927
Post on 14-Aug-2015
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Modul III
Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional
Pokok Bahasan :
- Teori-Teori Kontemporer (Ekologi dan Life Span dari Erikson
- Konteks Sosial dalam Perkembangan
- Perkembangan Sosioemosional
A. Teori-Teori Kontemporer
Ada sejumlah teori tentang perkembangan sosioemosional anak. Dalam modul ini akan
difokuskan pada dua teori utama :
- Teori ekologi dari Bronfenbrenner
- Teori rentang hidup dari Erikson
Kedua teori itu dipilih karena cukup komprehensif dalam membahas konteks sosial
dimana anak berkembang (Bronfenbrenner) dan perubahan utama dalam perkembangan
sosioemosional anak (Erikson).
Teori Ekologi Bronfenbrenner
Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus utamanya
adalah pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi
perkembangan anak.
Teori Ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari
interaksi interpersonal sampai pengaruh kultur yang lebih luas. Sistem-sistem tersebut adalah :
1. Mikrosistem : setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks
dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah dan tetangga.
Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘111
2. Mesosistem kaitan antar-mikrosistem. Contoh adlaah hubungan antara pengalaman
dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya.
3. Eksosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain mempengaruhi pengalaman murid
dan guru dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan
dewan pengawas tama di dalam suatu komunitas. Mereka memegang peran kuat dalam
menentukan kualitas sekolah, taman, fasilitas rekreasi dan perpustakaan. Keputusan
mereka bisa membantu atau menghambat perkembangan anak.
4. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang cukup peran
etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas
dimana murid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat.
5. Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Misalnya, murid-
murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong pertama. Anak-anak
sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi
pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh computer dan
bentuk media baru, generasi yang pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual dan
generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak terpusat, yang
tidak lagi jelas batas antara kota, pedeasaan, atau subkota.
Bronfenbrenner semakin banyak memberikan perhatian kepada kronosistem sebagai
sistem lingkungan yang penting. Dia memperhatikan dua problem penting: (1)
banyaknya anak di Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga
single parent (2) penurunan nilai-nilai.
Teaching Strategies dalam mendidik anak berdasarkan teori Brenfenbrenner :
1. Pandanglah anak sebagai sosok yang terlibat dalam berbagai sistem lingkungan dan
dipengaruhi oleh sistem-sistem itu. Lingkungan itu antara lain sekolah dan guru, orang
tua dan saudara kandung, komunitas dan tetangga, teman dan rekan sebaya, media ,
agama dan kultur.
2. Perhatikan hubungan antara sekolah dan keluarga. Jalin hubungan ini melalui saluran
formal dan informal.
3. Sadari arti penting dari komunitas, status sosialekonomi, dan kultur dalam
perkembangan anak.
Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘112
Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson
Teori Erik Ericson melengkapi analisis Bronfenbrenner terhadap konteks sosial dimana
anak tumbuh dan orang-orang yang penting bagi kehidupan anak. Erikson (1902—1994)
mengemukakan teori tentang perkembangan seseorang melalui tahapan.
Delapan Tahap Perkembangan Manusia :
1. Integritas vs Putus Asa Dewasa Akhir (Usia 60 tahun ke atas)
2. Generatif vs Stagnasi Dewasa Pertengahan (Usia 40-an, 50-an)
3. Intimasi vs Isolasi Dewasa Awal (Usia 20-an, 30-an)
4. Identitas vs Kebingungan Identitas Remaja (10 sampai 20 tahun)
5. Usaha vs Inferioritas Kanak-kanak pertengahan dan akhir (SD 6 sampai puber)
6. Inisiatif vs rasa bersalah Kanak-kanak awal (prasekolah, 3—5 tahun)
7. Otonomi vs malu dan ragu Masa bayi (tahun kedua)
8. Percaya vs Tidak Percaya Bayi (tahun pertama)
Teaching Stategies Mendidik Anak berdasarkan Teori Erikson :
1. Dorong anak untuk berinisiatif
2. Mempromosikan usaha belajar untuk anak-anak sekolah dasar
3. Ajak remaja mengeksplorasi identitas dirinya
4. Kaji diri Anda sebagai guru dengan lensa delapan tahap Erikson.
5. Ambil karakteristik yang bermanfaat dari tahap Erikson lainnya.
Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘113
B. Konteks Sosial dalam Perkembangan
Menurut teori Bronfenbrenner, konteks sosial dimana anak hidup akan mempengaruhi
perkembangan anak. Ada tiga konteks di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya :
1. Keluarga
Gaya parenting :
Authoritatian parenting : gaya asuh yang membatasi (restricted) dan
menghukum (punitive) dimana hanya ada sedikit pecakapan antara orang tua
dan murid; menghasilkan anak yang tidak kompeten secara sosial.
Authoritative parenting : gaya asuh yang positf yang mendorong anak untuk
independen tapi masih membatasi dan mengontrol tindakan mereka;
percakapan ekstensif diizinkan; menghasilkan anak yang kompeten secara
sosial.
Neglectful parenting : gaya asuh dimana orang tua tidak perduli, atau orang
tua hanya meluangkan waktu dengan anak-anaknya;hasilnya adalah anak
yang tidak kompeten secara sosial.
Indulgent parenting : gaya asuh dimana orang tua terlibat aktif tetapi hanya
sedikit member batasan atau kekangan pada perilaku anak; hasilnya adalah
anak yang tidak kompeten secara sosial.
2. Teman sebaya
Para developmentalis telah dengan tepat menunjukkan empat tipe status teman sebaya:
Populer children, seringkali dinominasikan sebagai kawan terbaik dan jarang
dibenci teman sebaya
Neglected children, jarang dinominasikan sebagai kawan terbaik, tetapi
bukannya tidak disukai oleh kawan seusianya.
Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘114
Rejected children, jarang dinominasikan sebagai kawan baik dan sering
dibenci oleh teman seusianya
Controversial children, seringkali dinominasikan sebagai teman baik tapi juga
karap tidak disukai.
Persahabatan member kontribusi pada status teman usia sebaya dan member
keuntungan lainnya :
Kebersamaan
Dukungan fisik
Dukungan ego
Intimasi/kasih saying
3. Sekolah
Disekolah anak menghabiskan banyak waktu sebagai anggota dari masyarakat kecil
yang sangat mempengaruhi perkembangan sosioemosional mereka.
Konteks sekolah bervariasi sejak kanak-kanak awal, sekolah dasar hingga remaja.
Setting masa kanak-kanak awal (masa taman kanak-kanak) adalah sebuah lingkungan
yang terlindung yang batas-batasnya adalah ruang kelas. Dalam setting sosial yang
terbatas ini, anaka-anak berinteraksi dengan satu atau dua guru, yang biasanya
perempuan, yang menjadi figur utama dalam kehidupan mereka saat itu. Anak-anak
juga berinteraksi dengan teman sebaya dalam kelompok kecil.
C. Perkembangan Sosioemosional
Diri
Penghargaan diri (self-esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya
sendiri. Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri (self worth) atau gambaran diri
(self-image). Misalnya, anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya
memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘115
Meningkatkan rasa harga diri anak :
1. Identifikasi penyebab rendah diri dan area kompetensi yang penting bagi diri
2. Beri dukungan emosional dan penerimaan sosial
3. Bantu anak mencapai tujuan atau prestasi
4. Kembangkan keterampilan mengatasi masalah.
Aspek penting lain dari diri adalah identitas. Periset Kanada James Marcia menganalisis konsep
Erikson tentang identitas dan menyimpulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara
eksplorasi dengan komitmen. Eksplorasi adalah pencarian identitas alternative yang bermakna.
Komitmen berarti menunjukkan penerimaan personal pada satu identitas dan menerima apa
pun implikasi dari identitas itu.
Sejauhmana eksplorasi dan komitmen individual ini dipakai untuk mengidentifikasi dirinya berdasarkan
satu dari empat tipe identitas.
Apakah orang itu membuat komitmen
Ya Tidak
Apakah orang itu
mengeksplorasi
alternative yang
bermakna yang
berhubungan dengan
persoalan identitas?
Ya Identity Achievement Identity Moratorium
Tidak Identity Foreclosure Identity Diffusion
Identity diffusion terjadi ketika individu belum mengalami krisis (yakni, mereka belum
mengeksplorasi alternatif yang bermakna) atau membuat komitmen. Mereka belum
memutuskan pilihan pekerjaan dan ideologis, dan mereka kemungkinan tidak begitu tertarik
dengan soal-soal semacam itu.
Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘116
Identity foreclosure terjadi saat individu membuat komitmen tetapi belum mengalami krisis. Ini
sering terjadi apabila orang tua menentukan komitmen untuk anak remaja mereka, sering kali
dengan cara otoriter. Dalam situasi ini, remaja tidak cukup kesempatan untuk mengekplorasi
pendekatan, ideology dan pilihan pekerjaan yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan
mereka.
Identity moratorium terjadi ketika individu berada ditengah-tengah krisis tapi komitmen mereka
tidak ada atau baru didefinisikan secara samar-samar.
Identity achievement terjadi ketika individu telah mengalami krisis dan telah membuat
komitmen.
Perkembangan Moral
Domain perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang interaksi yang adil
antar orang. Aturan ini bisa dikaji dalam tiga domain : kognitif, behavioral dan emosional.
Tahap perkembangan moral menurut Piaget :
1. Heteronomous morality. Berlangsung kira-kira usia empat sampai tujuh tahun. Tahap ini,
keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tak bisa diubah, tidak
dikontrol oleh orang.
2. Autonomous morality. Berlangsung sekitar usia 10 tahun atau lebih). Anak mulai
menyadari bahwa aturan dan hukum adalah buatan manusia dan bahwa dalam menilai
suatu perbuatan, niat pelaku dan konsekuensinya perlu dipikirkan.
Lawrence Kohlberg, seperti Piaget menandaskan bahwa perkembangan moral terutama
melibatkan penalaran (reasoning) moral dan berlangsung dalam tahapan-tahapan. Kohlberg
mengemukakan teorinya setelah mewawancarai beberapa anak, remaja dan orang dewasa
untuk mengetahui pandangan mereka tentang dilemma moral.
Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘117
Level dan tahap perkembangan moral menurut Kohlberg :
- Preconventional reasoning anak tidak menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral.
Penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran eksternal.
- Conventional reasoning internalisasi masih setengah-setengah. Anak patuh secara
internal pada standar tertentu, tetapi standar itu pada dasarnya ditetapkan oleh orang lain,
seperti orang tua, atau aturan sosial.
- Postconventional reasoning moralitas sepenuhnya diinteranalisasikan dan tidak
didasarkan pada standar eksternal. Murid mengetahui aturan-aturan moral alternative,
mengeksplorasikan opsi, dan kemudian memutuskan sendiri kode moral apa yang terbaik
bagi dirinya.
Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana
‘118
top related