alqidayah
DESCRIPTION
aliran islam yang menyimpangTRANSCRIPT
-
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ALIRAN AL-QIDAYAH AL-ISLAMIYAH
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
DIAN SAPUTRI YUNUS
1413040006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
-
BAB I
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini berkembang aliran sesat yang meresakan dikalangan
umat Islam, aliran yang bernama Al-Qiyadah Al-Islamiyah ini yang didirikan oleh
Ahmad Moshaddeq alias H. Salam yang cikal bakal pendirian di Kampung
Gunung Sari, Desa Gunung Bunder, Bogor ini sudah mulai merambah ke propinsi
lain di Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa bahwa aliran Al-Qiyadah
Al-Islamiyah adalah sesat karena bertentangan dengan ajaran Islam. Karena
mempercayai Syahadat baru, mempercayai adanya Nabi/ Rasul baru sesudah Nabi
Muhammad SAW, dan tidak mewajibkan pelaksanaan sholat, puasa dan haji.
Pengikut aliran menyimpang dan bathil, yakni Al Qiyadah Al Islamiyah hari ini
sudah mencapai 60.000-an anggota. Itupun yang hanya bergerak secara tertutup
(sirri) dan belum lagi yang terekrut dengan gerakan terbuka GAFATAR (Gerakan
Fajar Nusantara). Gerakan ini, dengan metode kegiatan-kegiatan sosial
terbukanya, mampu lebih efektif dalam mengembangkan ajaran sesatnya daripada
ketika pendirinya Ahmad Mossadeq menyebarkan ajarannya dengan gerakan Al
Qiyadah Al Islamiyah. Bahkan terungkap bahwa atas nama GAFATAR, gerakan
ini mampu menembus dan memanfaatkan masjid Istiqlal, Surakarta dalam
program Haji Mandiri. Masjid Istiqlal adalah mesjid yang sering dijadikan pusat
kegiatan para aktivis Islam terutama pada bulan Ramadhan.
Seperti yang telah diinformasikan oleh banyak media, penyimpangan
ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyyah yang paling pokok adalah pengakuan Ahmad
Musaddeq sebagai rasul atau utusan Allah. Sebagai akibat dari pengakuan ini
maka setidaknya ada tiga hal yang muncul, yaitu; Pertama, syahadat yang
dibacanya pun harus mengalami perubahan. Kedua, Muhammad shallalahu alaihi
wasallam tidak diyakini sebagai rasul terakhir, melainkan rasul untuk bangsa
Arab.
-
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Lahirnya Al-Qiyadah Al-Islamiyah
Al-Qiyadah Al-Islamiyah terbentuk pada tahun 2000 setelah terjadi
ketidakcocokan dengan metode pada NII KWIX pimpinan Panji Gumilang.
Menurut pendapat Moshaddeq, kehancuran Khilafah Islamiyah tahun 1923
merupakan akhir dari zaman peradaban Islam yang diajarkan Muhammad Saw
dan dalam fase stagnan (tanpa kepemimpinan) ummat Islam akan menghadapi
kegelapan (layl) dan pada masa menjelang kebangkitan Islam ke-dua ummat
Islam mesti melakukan persiapan berdasarkan amsal salat malam qiyaamu
llayl, yang kemudian di waktu shubuh saat matahari (amsal Nur Allah) mulai
terbit dan bulan ( Nur Kenabian ) mulai tenggelam perjuangan ummat Islam
secara aktif mulai dilaksanakan dipimpin oleh seorang pembawa Risalah
diteruskan oleh Khalifah selama 700 tahun.
Ahmad Moshaddeq mendakwahkan pergerakan ini secara terang-
terangan / jahran setelah mengaku mendapatkan mimpi setelah melakukan
shaum dan tahanuts atau kontemplasi selama 40 hari di Gunung
Bunder, Bogor, Jawa Barat berdasarkan uswah dari Nabi Musa as dan Nabi Isa
as, pada 23 Juli 2007. Ia mengaku sebagai nabi utusanAllah. Sebelum
tahun 2007, pergerakan ini masih bersembunyi / sirran, namun setelahnya
mulai berani menyebarkan ajarannya. Perkembangan pengikut ajaran ini pun
berkembang sangat cepat. Kurang lebih 1000 pengikut baru direkrut setiap
bulan. Aliran ini tersebar di Sumatera Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Riau,
dan pulau Sulawesi.
Dalam rekaman ta'lim Moshaddeq pada tahun 2007, Moshaddeq
sendiri menjelaskan "Kami ini bukan penganut agama, karena Ad-Diin itu
selalu sama dari zaman Adam hingga Muhammad, kami hanya hendak
berhukum pada hukum Azasi yang disebut dengan Islam, apapun sebutannya
(Islam). Istilah agama saat ini telah membatasi Islam pada urusan budi-
pekerti, fiqih dan ritual ".
Pemahaman Moshaddeq yang mendalam mengenai sejarah, Al-
Quran,kita-kitab jawa,taurad,zabur, Al-Kitab serta Gulungan Laut Mati dan
Kaum Essenes (Hawariyyin) sudah diketahui oleh para kader AQAI jauh
sebelum kegemparan mengenai "Da Vinci Code".Melalui mimpi-mimpi beliain
ini semakin menguatkan pemahaman dia atas peangkatan rasul terhadap
-
dirinya serta menyesuaikan dengan pemahaman mengenai makna kebangkitan
Kristus yang dia jelaskan pada pengikutnya.
2. Organisasi dan Manajemen
Aliran ini mempercayai bahwa Moshaddeq adalah Masih Al'Mau'ud,
Mesias yang dijanjikan untuk ummat penganut ajaran Ibrahim/Abraham
meliputi Islam (bani Ismail) dan Kristen (bani Ishaq), menggantikan
Muhammad. Termasuk di dalam kalimat syahadat, kata yang menyebutkan
Nabi Muhammad juga dihapuskan. Aliran ini juga belum mewajibkan
pengikutnya untuk menjalankan salat lima waktu dengan alasan kewajiban
tersebut belum perlu dilaksanakan kecuali menjelang hijrah dan setelahnya.
Al-Qiyadah Al-Islamiyah memiliki organisasi yang terstruktur,
dengan jabatan:
a. Rasul, Pemimpin Tertinggi
b. Mala'ul Awwal
c. Mala' Tsani
d. Katib, Sekretaris
e. Wazir, Manajemen
f. Kisbul Maliyah, Finansial
g. Kisbul Ummah, Sumberdaya Manusia
h. Kisbul Difa', Keamanan/Security
Metode yang dikembangkan oleh Mushaddeq berdasarkan
pemahaman tentang ayat-ayat Al-Quran dalam konteks Huda (petunjuk),
bayinat minal huda (bukti) dan furqon (pembeda).
Pendanaan dan dukungan finansial dikembangkan lewat sistem
shadaqah, yang berasal dari kata shiddiqmembenarkanjadi dana yang
diberikan ummat diberikan sebagai bukti membenarkan perjuangan yang
dilaksanakan saat ini. Shadaqah diberikan setelah seorang kader diberikan
pemahaman ayat-ayat mengenai sahadaqah dan zakat, jadi memberikan
sahadaqah tidak akan diterima begitu saja tapi yang diutamakan adalah
kesadaran dan ilmu mengenai shadaqah itu sendiri. Berbeda dengan NII yang
punya tendensi memeras, keaktifan kader dalam memberikan shadaqah karena
kesadaran dan ilmu. Jika ada kader atau sel yang tidak mampu membayar
sahadaqah akan dimampukan dengan memberikan 'ruhama' untuk kegiatan
operasional atau pekerjaan. Sistem shadaqah ini mengambil uswah dari ayat-
ayat Al-Quran mengenai penurunan air hujan. Shadaqah yang diambil dari luar
ummat Qiyadah diharamkan.
Karena kekuasaan Islam belum tegak sehingga tidak mungkin
menerapkan Syariat dan Huddud, maka perbuatan-perbuatan dosa kecil
didenda secara finansial. Adapun perbuatan dosa besar (seperti perzinaan dan
perbuatan kriminal) didenda secara finansial dan diturunkan statusnya menjadi
-
kader pasif atau dikeluarkan dari Qiyadah jika masih terus melakukan dosa
besar. Kabar bahwa ada kelonggaran ajaran kelompok ini yang menghalalkan
pengikut kaum pria nya mendatangi pelacur, sebagai pelampias shawat apabila
sudah tak tertahankan dengan catatan membayar sejumlah uang sadaqah
langsung kepada mussadeq, yang kabarnya bernilai puluhan hingga ratusan juta
tergantung kemampuan, terbukti tidak benar.
Sistem pendanaan yang efektif ini menghasilkan suatu sistem ekonomi
sendiri yang berjalan di antara jamaah hingga saat ini. Setidaknya dana sebesar
2 - 3 Milyar Rupiah terus berputar dalam jamaah setiap bulan, belum termasuk
kegiatan bisnis dan sebagainya.
3. Kesesatan Al-Qiyadah Al-Islamiyah dalam Penafsiran Al-Quran
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- dalam muqadimah kitab
tafsirnya menyatakan tentang kaidah menafsirkan Al-Quran. Beliau-
rahimahullah- menyampaikan bahwa cara menafsirkan Al-Quran adalah
sebagai berikut:
a. Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran. Metodologi ini merupakan yang
paling shalih (valid) dalam menafsirkan Al-Quran.
b. Menafsirkan Al-Quran dengan As-Sunnah. Kata beliau -rahmahullah-,
bahwa As-Sunnah merupakan pensyarah dan yang menjelaskan tentang
menjelaskan tentang Al-Quran. Untuk hal ini beliau -rahimahullah-
mengutip pernyataan Al-Imam Asy-Syafii -rahimahullah- : Setiap yang
dihukumi Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam-, maka pemahamannya
berasal dari Al-Quran. Allah -Subhanahu wataala- berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) membela orang-orang yang
khianat. (An-Nisaa:105).
c. Menafsirkan Al-Quran dengan pernyataan para shahabat. Menurut Ibnu
Katsir -rahimahullah- : Apabila tidak diperoleh tafsir dalam Al-Quran dan
As-Sunnah, kami merujuk kepada pernyataan para shahabat, karena mereka
adalah orang-orang yang lebih mengetahui sekaligus sebagai saksi dari
berbagai fenomena dan situasi yang terjadi, yang secara khusus mereka
menyaksikannya. Merekapun adalah orang-orang yang memiliki
pemahaman yang sempurna, strata keilmuan yang shahih (valid), perbuatan
atau amal yang shaleh tidak membedakan diantara mereka, apakah mereka
termasuk kalangan ulama dan tokoh, seperti khalifah Ar-Rasyidin yang
-
empat atau para Imam yang memberi petunjuk, seperti Abdullah bin Masud
-radliyallahu anhu-.
d. Menafsirkan Al-Quran dengan pemahaman yang dimiliki oleh para Tabiin
(murid-murid para shahabat). Apabila tidak diperoleh tafsir dalam Al-
Quran dan As-Sunnah atau pernyataan shahabat, maka banyak dari
kalangan imam merujuk pernyataan-pernyataan para tabiin, seperti
Mujahid, Said bin Jubeir. Sufyan At-Tsauri berkata : Jika tafsir itu datang
dari Mujahid, maka jadikanlah sebagai pegangan. Ibnu Katsir -
rahimahullah- pun mengemukakan pula, bahwa menafsirkan Al-Quran
tanpa didasari sebagaimana yang berasal dari Rasulullah -shallallahualaihi
wasallam- atau para Salafush Shaleh (para shahabat, tabiin dan tabiut
tabiin) adalah haram. Telah disebutkan riwayat dari Ibnu Abbas -
radliyallahu anhuma- dari Nabi -shallallahualaihi wasallam-:
Barangsiapa yang berbicara (menafsirkan) tentang Al-Quran dengan
pemikirannya tentang apa yang dia tidak memiliki pengetahuan, maka
bersiaplah menyediakan tempat duduknya di Neraka. (Dikeluarkan oleh At
Tirmidzi, An Nasai dan Abu Daud, At Tirmidzi mengatakan : hadist hasan).
Al-Qiyadah Al-Islamiyyah sebagai sebuah gerakan dengan
pemahaman keagamaan yang sesat, telah menerbitkan sebuah tulisan dengan
judul Tafsir wa Tawil. Tulisan setebal 97 hal + vi disertai dengan satu
halaman berisi ikrar yang menjadi pegangan jamaah Al-Qiyadah Al-
Islamiyyah.
Sebagai gerakan keagamaan yang menganut keyakinan datangnya
seorang Rasul Allah yang bernama Al-Masih Al-Mawud pada masa sekarang
ini, mereka melakukan berbagai bentuk penafsiran terhadap Al-Quran dengan
tanpa kaidah-kaidah penafsiran yang dibenarkan berdasarkan syariat, ayat-ayat
Al-Quran dipelintir sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai dalil bagi
pemahaman-pemahamannya yang sesat. Sebagai contoh, bagaimana mereka
menafsirkan ayat:
Lalu Kami wahyukan kepadanya: Buatlah bahtera dibawah
penilikan dan petunjuk Kami. (Al-Muminuun :27)
Maka, mereka katakan bahwa kapal adalah amtsal (permisalan,ed)
dari qiyadah, yaitu sarana organisasi dakwah yang dikendalikan oleh Nuh
sebagai nakoda. Ahli Nuh adalah orang-orang mukmin yang beserta beliau,
sedangkan binatang ternak yang dimasukkan berpasang-pasangan adalah
-
perumpamaan dari umat yang mengikuti beliau. Lautan yang dimaksud adalah
bangsa Nuh yang musyrik itu.. (lihat tafsir wa tawil hal.43).
Demikianlah upaya mereka mempermainkan Al-Quran guna
kepentingan gerakan sesatnya. Sungguh, seandainya Al-Quran yang
diturunkan kepada Rasulullah -shallallahu alihi wasallam- boleh ditafsirkan
secara bebas oleh setiap orang, tanpa mengindahkan kaidah-kaida penafsiran
sebagaiman dipahami slaful ummah, maka akan jadi apa islam yang mulia itu
ditengah pemeluknya? Al-Qiyadah Al-Islamiyyah hanya sebuah sample dari
sekian banyak aliran/paham yang melecehkan Al-Quran dengan cara
melakukan interpretasi atau tafsir yang tidak menggunakan ketentuan yang
selaras dengan pemahaman yang benar.
4. Ajaran Rasul Baru
Aku Al-Masih Al-Mawud menjadi syahid Allah bagi kalian, orang-
orang yang mengimaniku, dan aku telah menjelaskan kepada kalian tentang
sunnah-Nya dan rencana-rencana-Nya di dalam hidup dan kehidupan ini
sehingga dengan memahami sunnah dan rencana-rencana-Nya itu kalian dapat
berjalan dengan pasti di bawah bimbingan-Nya.
Selanjutnya bagi kaum mukmin yang mengimaniku agar menjadi
syahid tentang kerasulanku kepada seluruh umat manusia di bumi Allah ini,
seperti hal-halnya murid-murid Yesus, tatkala Yesus berbicara kepada murid-
muridnya maka murid-muridnya itu segera melaksanakan perintah-
perintahnya. (hal 178)
Dan aku juga memerintahkan kepada katib agar mempersiapkan
sebuah acara di Ummul Qura bagi para sahabat untuk menjadi syahid bagi
kerasulan Al-Masih Al-Mawud, tetapi katib mengusulkan agar acaranya
diadakan di Gunung Bunder saja, akupun menyetujuinya, di malam yang
ketigapuluh tiga, tiga hari menjelang empat puluh hari aku bertahannuts,
kembali aku bermimpi, di dalam mimpi itu aku sedang dilantik atau diangkat
menjadi rasul Allah disaksikan para sahabat. (hal 182)
Kisah di atas dikutip dari buku Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al-
Masih Al-Mawud edisi pertama Februari 2007, diberi kata pengantar
tertanggal Gunung Bunder, 10 Februari 2007 oleh Michael Muhdats. Buku
tersebut merupakan firman Allah atau ruhul qudus yang diturunkan kepada
rasul-Nya. Sebagaimana dinyatakan dalam kata pengantarnya, Buku yang ada
di hadapan saudara ini merupakan firman Allah atau ruhul qudus yang
diturunkan kepada rasul-Nya, sehingga isinya tidak perlu kami komentari lagi,
agar kesuciannya tidak tercampur atau terpengaruh oleh pendapat kami
pribadi.
-
Buku tersebut beredar secara khusus di kalangan pengikut Al-Qiyadah
Al-Islamiyyah. Sebuah kelompok yang memiliki pemahaman bahwa telah ada
seorang rasul yang diutus Allah ke muka bumi pada saat sekarang ini.
Pelantikan rasul ini terjadi pada tanggal 23 Juli 2006 di Gunung Bunder
(Bogor-Jawa Barat). Banyak dari kalangan kaum muslimin yang termakan
gerakan kelompok ini. Di Yogyakarta, gerakan kelompok ini mulai merambah
kalangan kampus dan meresahkan masyarakat. Model gerakannya senyap,
tersembunyi, dan berkembang melalui rekrutmen dengan menggunakan pola
sistem sel.
Selain meyakini adanya rasul Allah pada masa sekarang ini, yang
mereka sebut Al-Masih Al-Mawud, mereka pun berkeyakinan bahwa shalat
(dikerjakan) hanya pada waktu malam saja. Tidak ada shalat lima waktu
sebagaimana kewajiban yang ditunaikan kaum muslimin umumnya. Mereka
pun menganggap musyrik orang yang tidak sepaham dengan mereka.
Lafazh syhadatain mereka berbeda dengan yang diucapkan dan
diyakini kaum msulimin. Seperti termuat dalam buku di atas, lafazh
syahadatain kelompok Al-Qiyadah Al-Islamiyyah ini berbunyi, Aku bersaksi
bahwa tiada yang hak untuk diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa
anda Al-Masih Al-Mawud adalah utusan Allah. (hal 191)
Bila seseorang melakukan ibadah tanpa mengikuti rasul setelah
Muhammad, yaitu Al-Masih Al-Mawud, maka tidak akan diterima ibadahnya.
(hal 175)
Keyakinan mereka, bahwa Islam sekarang sudah tidak sempurna lagi.
Menurut mereka, Islam yang sempurna adalah Islam yang sudah menzhahirkan
dirinya dalam tiga syarat, yaitu hukumnya sudah lengkap, struktur kekuasaan
ummatnya sudah ada, serta daar atau negerinya jatuh ke tangan ummat. (hal
166)
Karena itulah, pada tahap pertama programnya adalah pembinaan
iman atau aqidah yang fokusnya memberikan peringatan kepada manusia
tentang kebangkitan kembali Islam, dan memberi hiburan bagi orang-orang
yang mau bertaubat dan menerima kehadirannya, bahwa mereka akan
diampuni (hal 174)
Al-Masih Al-Mawud menyatakan bahwa dirinya banyak menerima
wahyu dari Allah saat bertahannuts di Gunung Bunder. Dan kepada para
pengikutnya ditekankan agar bersaksi bahwa semua itu adalah kebenaran yang
datang dari Allah melaui rasul-Nya. (hal 184)
Namun demikian, apa yang diajarkan oleh kelompok Al-Qiyadah Al-
Islamiyyah ini, ternyata tidak semata mengutip ayat-ayat AL-Quran saja.
Mereka juga mengajarkan juga paham-paham Kristen, bahkan banyak
mengutip dan mendasarkan ajarannya pada Al-Kitab (Injil). Mereka
-
berpemahaman bahwa ajaran yang dibawa Moses, Yesus, dan Ahmad (Nabi
Muhammad-penulis) adalah sama karena memiliki sumber ajaran yang sama
pula (dari Allah), bahkan kata mereka, di dalam Islam ada konsep trinitas
sebagaimana dalam ajaran Kristen.
Demikianlah, mereka mencampuradukkan ajaran. Banyak lagi ajaran-
ajaran yang mereka tanamkan kepada apara pengikutnya dengan memberikan
pemahaman yang menyesatkan. Mereka tidak segan-segan menyatakan,
Sebetulnya ajaran Yesus sama dengan ajaran Islam.
-
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang mengajarkan ajaran, antara lain:
1. Adanya syahadat baru, yang berbunyi: Asyhadu alla ilaha illa Allah wa
asyhadu anna masih al- Mauud Rasul Allah,
2. Adanya nabi/rasul baru sesudah Nabi Muhammad SAW,
3. Belum mewajibkan shalat, puasa dan haji, Adalah bertentangan dengan ajaran
Islam.
Ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah tersebut adalah sesat dan menyesatkan serta
berada di luar Islam, dan orang yang mengikuti ajaran tersebut adalah murtad
(keluar dari Islam).
Melalui tulisan ini, dihimbau kepada kaum muslimin untuk
mewaspadai gerakan kelompok ini. Gerakannya masih terselubung menjadikan
berbagai pihak menemui kesulitan untuk memantau secara seksama. Masalah
penyebaran paham gerakan ini tidak bisa dianggap sepele sehingga menjadikan
kaum muslimin bersikap pasif. Namun, hendaknya berbagai kalangan
menyerukan (agar waspada) terhadap kesesatan yang ada, sebagaimana
disebutkan di muka, untuk ditangkal. Masyarakat diminta untuk mewaspadai dan
jangan sampai terjebak mengikuti pemahaman sesat ini.
Agama ini, yaitu Islam, telah sempurna dan hanya Islam, agama yang
diterima di sisi Allah subhanahu wa taala, pemahaman Islam yang disandarkan
kepada Salafush Sahlih akan memberikan dasar kerangka pemahaman agama
yang haq (benar), Allah subhanahu wa taala berfirman,
Pada hari ini, telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah
Aku cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu
menjadi agama bagi kalian. (Al-Maidah : 3)
Bagi mereka yang telanjur mengikuti ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah
supaya bertobat dan segera kembali kepada ajaran Islam (al-ruju ila alhaq),
Ajaran aliran al-Qiyadah al-Islamiyah telah terbukti menodai dan mencemari
agama Islam karena mengajarkan ajaran yang menyimpang dengan
mengatasnamakan Islam.