alhamdulillahirobbilalamin.doc

34
21 DAFTAR ISI Kata Pengantar.............................................. ....................................................... .....i Daftar Isi.................................................... ....................................................... ........1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................... .................................................. .2 B. Rumusan Masalah........................................... .............................................3 C. Tujuan Masalah........................................... .................................................3 BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN SUMBER HUKUM DAN DALIL A. Pengertian Sumber Hukum Dan Dalil............................................. .............4 B. Sumber-Sumber Hukum Islam............................................. ........................5

Upload: tia-setiawan

Post on 10-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................iDaftar Isi...................................................................................................................1BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang.............................................................................................2B. Rumusan Masalah........................................................................................3C. Tujuan Masalah............................................................................................3BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN SUMBER HUKUM DAN DALILA. Pengertian Sumber Hukum Dan Dalil..........................................................4B. Sumber-Sumber Hukum Islam.....................................................................51. Al-quran................................................................................................52. As-Sunnah..............................................................................................93. Ijma.....................................................................................................124. Ijihad....................................................................................................145. Istishan.................................................................................................166. Mashalihul Mursalah......................................................167. Urf.......................................................................................................168. Istishab.................................................................................................179. Sududzu Dzariah..................................................................................17BAB III PENUTUP DAN KESIMPULAN.......................................................20 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang Dalam penetapan hukum didalam agama islam harus dilandasi dengan pijakan atau alasan yang disebut dengan sumber hukum.Macam-macam sumber hukum yang dimaksud Adalah Al-Quran dan As-Sunnah serta dalil-dalil sebagai metode dalam menetapkan hukum.Hal ini diyakini termotivasi oleh hadits yang berisi dialog antara Nabi saw degan Muaz Bin Jabal ketika akan dikim keyaman untuk menjadi Gubenur.Nabi bertanya kepada Muaz Bin Jal, Bagaimana engkau memutuskan suatu perkara jika diajukan orang kepada engkau? Muaz menjawab, saya akan putuskan dengan kitab Alloh.Nabi bertanya kembali, jika tidak engkau dalam kitab Alloh? Saya akan putuskan dengan sunnah Rasulullah.jawaban Muaz.Dan Rasulullah bertanya kembali,Jika tidak engkau temukan dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula dalam kitab Alloh.

Muaz menjawab, Saya akan berijtihad dengn pemikiran saya tidak akan berlebih-lebihan.

Kemudian Rasulullah membenarkan atas dasar ini para ulama ushul di berbagai mazhab menyusun dan berpijak pada sistematika yang mereka susun masing-masing secara berurutan dengan menetapkan dalil rayu setelah Al-Quran dan As-Sunnah. Namun adakanya timbul permasalahan-permasalahan baru yang timbul akibat berkembangnya zaman, oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang dapat dijadikan pijakan untuk menetapkan hukum perkara tersebut. Dengan didasari oleh hadist Nabi, para ulama berijtihad dan menyusun sistematika istimbat hukum.Akan tetapi,dalam perkembangan-perkembangan pemikiran ushul fiqih yang terlihat dalam kitab-kitab ushul fiqih kontemporer,istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak dibedakan. Maka dalam makalah ini kami akan berusaha membahasnya.B.Rumusan MasalahBerdasarkan banyaknya permasalahan dalam ilmu Ushul Fiqih,penulis membatasi masalahnya pada permsalahan sumber-sumber hukum islam, diantanya:

1. Al-Quran sebagai sumber dan dalil hukum syara mulai dari pengertian hingga bagaimana cara Al-Quran dalam menetapkan hukum.2. As-Sunnah sebagai sumber hukum syara mulai dari pengertian hingga tingakat kehujahan sunnah.3. Ijma dan Ijtihad menjadi landasan penetapan hukum.A. Tujun penulis

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai sumber hukum islam yang dijadikan dalam penetapan hukum fiqih. Mulai dari Al Quran, As Sunnah, Ijma dan Ijtihad.

BAB II

PEMBAHASAN PENGERTIAN SUMBER HUKUMDAN DALILA. Pengertian Sumber Hukum Dan Dalil

Para ahli ushul fiqih menafsirkan:

Sumer secara etimilogi berarti asal dari segala sesuatu atau tempat merujuk sesuatau. adapun secara terminologi, sumber diartikan sebagai rujukan yang pokok utama dalam menetapkan hukum Islamyaitu berupa Al-Quran dan As-Sunnah. Keduanya disepakati oleh seluruh ulama ushulfiqih klasik dan kontemporer, sebagai primer hukum islam.

Sedangakan:

Dalil secara bahasa berarti sesuatu yang memberi petunjuk kepada apa yang dikehendaki.Dan menurut istilah dalil mengandung pengertian sebagai suatu petunjuk dijadikan landasan berfikir yang benar dalam memperoleh hukum syara yang bersifat praktis, baik dalam kedudukannya qathi (pasti) atau zhanni (relatif).Atau dengan kata lain, dalil adalah segala sesuatu yang menunjukkan kepada hukum syara yang amaliyah. Dikalangan ulama ushul, keberadaan dalil sebagai pijakan yang mendasari suatu ketetapan hukum mutlak harus diperhatikan dan tidak bisa diabikan. Jika dilihat segi keberadaannya, maka dalil dapat dibedakan kepada dua macam yaitu:

1. Dalil Naqli yaitu dalil-dalil yang berasal dari Nas langsung,yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.2. Dalil Aqli yaitu dalil-dalil yang berasal bukan dari Nash langsung,akan tetapidengan menggunakan akan pikiran yaitu ijtihad. Dari Dalil akal itu bukanlah dalil yang lepas sama sekali dari Al-Quan dan Al-Sunnah,tetapi prinsip-prinsip umumnya terdapat dalam Al-quran dan Al-Sunnah. Dalam konteks ini Al-Quran dan As-Sunnah adalah merupakan sumber hukum sekaligus menjadi sumber hukum, sedangkan selain dari keduanya seperti ajtihad yang meliputi al-ijma, al-qiyas dan lain-lainnya tidak dapat disebut sumber, kecuali hanya sebagai dalil karena tidak dapat berdiri sendiri.Akan tetapi dalam perkembangan-perkembangan pemikiran ushul fiqih yang terlihat dalam kitab-kitab ushul fiqih kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak dibedakan. Sebab, keduanya merupakan istilah teknis yang dipakai oleh para ulama ushul fiqih untuk menyatakan segala sesuatu yang dijadikan alasan atau dasar dalam istinbat hukum dan dalam prakteknya mencakup Al-quran, As-sunnah dan dalil-dalil atau sumber-sumber hukum lainnya.B. Sumber-Sumber Hukum Islam1. Al-Quran

Merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum islam. Al-Qran berasal dari kata qaraa yang artinya bacaan,namun yang dimaksud dengan Al-Qurandalam uraian ini ialahKalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berperantaraan malikat Jibril dalam bahasa arab,agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah utusa Alloh dan agar menjadi pelajaran bagi orang yang mengikuti petunjuknya. Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya, ia tulis pada lembaran mushaf, dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Naas. Yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan ataupun bacaan dari sat generasi berikutnya. Dan ter[elihara dari perubahan dari pergantian zaman.Al Quran pertama kali turun di Gua Hira surah Al Alaq ayat 1-5 dan terakhir kali turun surahal Maidah ayat 3. Al Quran terdiri dari 30 juz, 144 surah, 6.326 ayat, 324.345 huruf.Ditinjau dari sudut tempatnya, Al Quran turun di dua tempat yaitu:

a. Di Mekkah atau yang disebut ayat makkiyah. Pada umumnya berisikan soal-soalkepercayaan atau ketuhanan, mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, ayat-ayatnyapendek dan ditujukan kepada seluruh ummat. Banyaknya sekitar 2/3 seluruh ayat-ayat AlQuran.

b. Di Madinah atau yang disebut ayat madaniyah. Ayat-ayatnya panjang, berisikan peraturanyang mengatur hubungan sesama manusia mengenai larangan, suruhan, anjuran, hukum-hukum dan syariat.syariat, akhlaq, hal-hal mengenai keluarga, masyarakat, pemerintahan, perdagangan, hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan sebagainya.

Cara Al-Quran dalam Menetapkan Hukum

Al-Quran diturunkan untuk memperbaiki sikap hidup manusia. Karena itu Al-Quran berisi perintah dan larangan Al-Quran memerintahkan yang terbaik dan melarang yang keji.Didalam mengerjakan perintah dan larangan Al-Quran selalu berpedoman pada tiga hal yaitu:

a. Tidak memberatkan atau menyusahkanMisalnya, mengqashar shalat, tidak berpuasa karena musafir, bertayamum, memakanmakanan yang terlarang dalam keadaan darurat.

b. Tidak memperbanyak beban/tuntutan Misalnya, zakat karena hanya diwajibkan bagi orang-orang yang mampu saja, dan lain-lainc. Berangsur-angsur didalam mensyariatkan sesuatu. Misalnya, pengharaman minuman keras prosesnya sampai tiga kali, kemudiandiputuskan tidak boleh. (Lihat Al-Baqarah ayat 219, An-Nisaa ayat 43 dan Al-Maidahayat 90-91).Kehujjahan Al-QuranAda alasan yang dikemukakan ulama ushul fiqih tentang kewajiban berujjah dengan Al-Quran.Dianaranya:a. Al-Quran itu diturunkan kepada Rasulullah Saw, diketahuisecara mutawattir, dan ini memberi keyakinan bahwa Al-Quran itu benar.Benar datang dari Allah Swt melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad Saw, yang dikenal sebagai orang yang paling percaya.Hal ini banyak dinyatakan di dalam Al-Quran salah satunya dalam surat AlI-Imran ayat 3. Artinya: Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.b. Mukjizat Al-Quran unsur-unsur yang membuat Al-Quran itu menjadi mukjizat yang tidak mampu ditandai akal manusia, diantaranya adalah dari segi keindahan dan ketelitian redaksinya, umpamanya berupa keseimbanganjumlah bilangan kata dengan lawannya, diantaranya seperti al- hayat (hidup) dan al-maut (mati), dalam bentuk definite sama-sama berjumlah 145 kali; al- kufr(kekufuran) dan al- iman (iman) sama-sama terulang dalam al-Quran sebanyak 17 kali.Dari segi pemberitaan gaib yang dipaparkan Al-Quran, seperti dalam surat Yunus ayat 92 dikatakan bahwa badan Firaun akan diselamatkan Tuhan sebagai pelajaran bagi generasi-generasi berikutnyayang menyatakan pada tahun 1896 ditemukan mummi yang menurut arkeolog adalah Firaun. Isyarat-isyarat ilmiah yang di kandung Al-Quran seperti dalam surat Yunus ayat 5 dikatakan,Cahaya matahari dari dirinya sendiri,sedang cahaya bulan adalah pemantulan dari cahaya matahari.

Al-Quran Merupakan Dalil Qathi dan Zhanni Al-Quran yang diturunkan secara mutawatir, dari segi turunnya berkualitas qathi(pasti benar).Akan tetapi, hukum-hukum yang dikandung Al-Quran adakalanya bersifat qathi dan adakalanya bersifat zhanni(relatif benar).a. Ayat yang bersifat Qathi adalah lafal-lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidakbisa dipahami makna lain darinya. Ayat-ayat seperti ini misalnya, ayat-ayat waris (An-Nisa ayat 11),hudud(An-Nur ayat 2),dan kaffarat(Al-Maidah:89).

b. Ayat-ayat yang mengandung hukum zhanni adalah lafal-lafal yang dalam Al-Quran mengandung pengertian lebih dari satu dan memungkinkan untuk ditakwilkan. Misalnya, firman Allah dalam surat Al- Maidah ayat 38.Artinya:Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan.Kata tangan dalam ayat ini mengandung kemungkinan yang dimaksudkan adalah tangankanan atau tangan kiri, di samping juga mengandung kemungkinan tangan itu hanya sampai pergelangan saja atau sampai siku. Penjelasan untuk yang dimaksud tangan ini ditentukan dalam hadits Rasulullah Saw. Oleh sebab itu, para mujtahid boleh memilih pengertian yang terkuat menurut pandangannya serta yang didukung oleh dalil lain.Al-Quran Sebagai Dalil Kulli Dan Juzi: Al-Quran sebagai sumber utama hukum Islam menjelaskan hukum-hukum yang terkandung didalamnya dengan cara:1.Penjelasan rinci (juzi) tehadap sebagian hukum-hukum yang dikandungnya, seperti yang berkaitan dengan masalah akidah,hukum waris, hukum-hukum yang terkait dengan masalah pidana hudud, dan kaffarat.Hukun-hukum yang rinci menurut para ahli ushul fiqih disebut sebagai hukum taabbudi yang tidak bisa dimasuki oleh logika.1. Penjelasan Al-Quran terhadap sebagian besar hukum-hukum itu global(kulli), umum , dan mutlak, seperti dalam masalah shalat yang tidak dirinci beberapa kali sehari, aparukun dan syaratnya. Demikian juga dalam masalah zakat, tidak dijelaskan secara rinci, dan berapa benda yang wajib dizakatkan, berapa nisab zakat, dan kadar yang harus di zakatkan.Untuk hukum-hukum yang bersifat global, umum dan mutlak ini, Rasulullah Saw, melalui sunnahnya, bertugas menjelaskan, mengkhususkan, dan membatasi. Hal inilah yang diungkapkan Al-Quran dalam surat An-Nahl ayat :44).Artinya: dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umatmanusia apa yang telah diturunkan kepada Rasul.Hikmah yang terkandung dalam hal terbatasnya hukum-hukum rinci yang diturunkan Alloh melalui Al-Quran,menurut para ahli ushul fiqih adalah agar hukum-hukum global umum tersebut dapat mengakomodasikan perkembangan dan kemajuan umatmanusia ditempat dan zaman yang berbeda, sehingga kemaslahatan umat manusia senantiasa terayomi oleh Al-Quran.Berkaitan dengan hal ini, para ahli ushul fiqih menyatakan bahwa kesempurnaan kandungan Al-Quran itu dapat dirangkum dalam tiga hal yaitu:1. Teks-teks rinci (juzi) yang dikandung Al-Quran2.Teks-teks global (kulli) yang mengandung berbagai kaidah dan kriteria umum ajaran-ajaran Al-Quran. Dalam hal ini, Al-Quran menyerahkan sepenuhnya kepada para untuk memahaminya sesuai dengan tujuan-tujuan yang dikehendaki syaraserta sejalan dengan kemalatan umat manusia disegala tempat dan zaman.3. Memberikan peluang kepada sumber-sumber hukum Islam lainnya untuk menjawabpersoalan kekinian melalui berbagai metode yang dikembangkan para ulama, seperti melalui sunnah rasul ijma,qiyas,istihsab,urf dan dzariah. Semua metode ini telah diisyaratkan Al-Quran, dengan tiga unsur ini maka seluruh permasalahan hukum dapat dijawab dengan bertitik tolak kepada kaum rinci dan kaidah-kaidah umum Al-Quran itu sendiri. Disinilah menurut para ulama ushul fiqih letak kesempurnaan Al-Quran bagi umat manusia.2. As-SunnahSecara etimologi, Sunnah yaitu cara yang dibiasakan atau cara yang terpuji. Sedangkan secaraterminologi, menurut Para ulama Ushul Fiqih, Sunah diartikan semua yang lahir dari NabiSAW. Selain Al Quran, baik berupa perkataan, perbuatan ataupun pengakuan. Adapun menurutpara ulama fiqih,sunah diartikan sebagai satu hukum taklif, yang mengandung pengertian.Perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa. Kata sunnah identik dengan hadits , yaitu sama-sama dari Nabi Muhammad SAW. Menurut para ulama hadits, hadits lebih banyak mengarah kepada ucapan Nabi, sedangkansunnah lebih banyak mengarah kepada perbuatandan tindakan ahlak Nabi baik sebelum atausesudah menjadi Rasul. Sunnah Rasul merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al-Quran, namun kekuatan Sunnah sama dengan Al-Quran. Oleh karena itu wajib bagi umat islam menerima danmengamalkan apa yag terkandung di dalamnya. Seperti firman Allah, dalam surah Al-Hasyr:7

Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yangdilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, (QS Al Hasyr : 7)A.Pembagian Sunah:1.Sunnah Qauliyah yaitu ucapan Nabi yang didengar sahabat beliau dan disampaikannyakepada kepada orang lain. Namun ucapan Nabi ini bukan wahyu al-Qur`an.Sunnah inidibedakan atas tiga bagian yaitu: Diyakini benarnya,seperti kabar yang datang dari Allah dan dari Rasul-Nya.

Diyakini dustanya seperti dua kabar yang berlawanan,dan kabar yang menyalahi dariketentuan - Ketentuan syara Yang tidak diyakini benarnya dan dustanya,seperti berita yang disampaikan oleh orangbodoh,dan orang fasik.2. Sunnah Fi`liyah yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dilihatatau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikan kepada orang lain dengan ucapannya. Misalnya cara Wudhu,tata cara Shalat dan Haji yang dipraktekan oleh Nabi.3. Sunnah Taqririyah yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan dihadapan Nabiatau sepengetahuan Nabi, tetapi didiamkan atau tidak dicegah oleh Nabi. Keadaan diamnya Nabi bisa berupa pencabutan larangan,atau menunjukan hukumnya adalah ibahah (meniadakan keberatan untuk diperbuat). Misalnya seperti kasus Amr Bin Ash yang hanyamelakukan tayamum untuk shalat berjamaah,padahal dalam keadaan junub,hal itudikarenakan pada malam harinya cuaca begitu sangat dingin,sehingga ia tidak sanggup mandi karena khawatir akan sakit. mendengar itu Rasulullah hanya tertawa dan tidakberkomentar apapun.

B.Periwayatan Sunnah atau Hadits:

1) Hadits Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh Nabi SAW.pada masasahabat,tabiin,dan tabiit tabiin,oleh orang banyak yang menurut adat kebiasaan tidakmungkin mereka sepakati untuk berbuat dusta,lantaran banyaknya jumlahmereka,kepercayaannya dan perbedaan daerah tempat tinggal mereka.2) Hadits Masyhur Mustafidz adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Nabi SAW.Oleh parasahabat atau sekelompok orang banyak yang tidak sampai pada batas mutawatir,kemudian diriwayatka pada masa tabiin dan pada masa tabiit tabiin sampaipada batas mutawatir.

3) Hadits Ahad adalah Hadits yang di riwayatkan oleh Nabi SAW.Oleh sejumlah orangyang tidak sampai batas mutawatir dalam tiga masa.

C.Fungsi Hadits

Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Quran, sehingga kedunya (Al-Quran dan Hadits) menjadi sumber hukum untuk satu hal yang sama. Misalnya Allah SWT didalam Al-Quran menegaskan untuk menjauhi perkataan dusta,sebagaimana ditetapkan dalam firmannya :Artinya: Jauhilah perbuatan dusta (QS Al Hajj : 30)

Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang juga berisi larangan berdusta.

Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Quran yang masih bersifat umum. Misalnya, ayat Al-Quran yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji, semuanya bersifat garis besar. Contoh lain, dalam Al-Quran Allah SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi. Firman Allah surat Almaidah ayat 3 sebagai berikut:Artinya:Diharamkan bagimu bangkai, darah,dan daging babiDalam ayat tersebut, bangkai itu haram dimakan, tetap tidak dikecualikan bangkai manayang boleh dimakan. Kemudian datanglah hadits menjelaskan bahwa ada bangkai yangboleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang. Sabda Rasulullah SAW:Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macambangkai adalah ikan dan belalalng, sedangkan dua macam darah adalah hati danlimpa (HR Ibnu Majjah)Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al-Quran. Misalnya,cara menyucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuhnya tujuh kali, salahsatunya dicampur dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah saw. Mennyucikan bejanamu yang dijilat anjing adalah dengan cara membasuh sebanyaktujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, danBaihaqi).3. IjmaIjma Secara etimologi, ijma`berasal dari kata ajmaa yujmiu Ijma'an mengandung dua arti yaitutekad yang kuat, kesepakatan atau konsensus dan ketetapan hati untuk melakukan sesuatu ataukeputusan berbuat sesuatu.

Adapun secara terminologi,para ulama ushul fiqih mengemukakan bahwa ijma adalahKesepakatan seluruh mujtahid Islam pada suatu masa,sesudah wafat Rasulullah,akan suatuhukum syariat yang amali.

a.Fungsi ijma:

yaitu menetapkan hukum atas dasar taufik Allah dan meningkatkan kualitas dalil yang dijadikan sandaran ijma.

b.Syarat Ijma:

1. Kesepakatan para mujtahid Islam.Maka kesepakatan orang awam tidak dianggap ijma.2. Minimal jumlah mujtahid yang dapat dibenarkan hasil ijmanya adalah tiga orang dalam suatu masa,Namun sebagian ulama ada yag mensyaratkan jumlah mujtahid harusmencapai batas mutawatir.

3. Ijma harus merupakan hasil konsensus seluruh mujtahid,meskipun dari negara yang berbeda,dan hal ini tidak diingkari oleh seorang mujtahidpun.4. Hendaknya kesepakatan itu berasal dari seluruh ulama mujtahid yang ada pada masaterjadinya masalah fiqihyah dan pembahasan hukumnya.

5. Kesepakatan para mujtahid itu hendaknya harus terjadi setelah Rasulullah SAW wafat.

6. Ijma itu hendaknya dinyatakan masing-masing mujtahid dengan terang dan tegas padasatu waktu baik dinyatakan secara pribadi maupun kelompok dalam satu tempat.7. Hendaknya Ijma para mujtahid benar-benar sepakat lahir dan bathin bukan formalnya saja.b.Rukun IjmaSandaran hukum ijma haruslah Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW.

Hukum yang disepakati adalah hukum syara yang bersifat aktual dan tidak ada

hukumnya secara rinci dalam AlQuran.Diawali oleh masing-masing mujtahid mengemukakan pandangannya.Yang terlibat dalam pembahasan hukum syaramelalui ijma adalah seluruh mujtahidyang ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia.

1. c.Macam - macam Ijma

2. Ijma qathi

Ijma para ulama dalam menetapkan hukum suatu masalah tanpa adabantahan diantara mereka.

3. Ijma sukuti yaitu ijma para ulama yang mengalami hambatan diantara mereka,atau salah seorang dari mereka diam saja dalam mengambil keputusan.

Kehujjahan Ijma Jumhur ulama berpendapat bahwa kedudukan ijma` menempati salah satu dalil hukumsetelah al Qur`an dan Sunnah. Jadi, ijma` dapat menetapkan hukum yang mengikat danwajib dipatuhi umat Islam.dengan alasan firman Allah Surat An-Nisa:59

.Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, makakembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) danlebih baik akibatnya

Sandaran IjmaYaitu dalil yang kuat dalam bentuk nash al Qur`an dan Sunnah, baik langsung maupuntidak. Hampir semua ulama berpendapat bahwa ijma` itu harus menunjuk pada sandaranyang kuat, bukan hanya berdasar taufik dari Allah SWT. Alasannya, antara lain :1. Tidak akan tercapai kebenaran tanpa adanya rujukan atau sandaran2. Nabi Muhammad tidak menetapkan hukum, kecuali dengan wahyu3. Mengemukakan pendapat dalam hal agama tanpa dalil adalah tindakan yang salah.

Sebagian kecil ulama tidak mempersyaratkan adanya sandaran ijma`,alasannya jika ijma`memerlukan sandaran dalil, berarti kekuatan ijma` terletak pada dalil. Ini sama dengan tidakada ijma` sebagai dalil syara` yang berdiri sendiri. Sebagian ulama berpendapat qiyas boleh dijadikan sandaran ijma`dengan qiyas yang mempunyai `ilat yang kuat,contohnya seperti ijma tentang haram memakan lemak babi, yang diqiyaskan dengan daging babi. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa nilai hujjah ijma ialah Zhanni,bukanQathi.Maka ijma dapat dijadikan hujjah dalam urusan amal,tidak dalam urusan itikad.Karena dalam urusan itikad harus ditetapkan oleh dalil qathi.

Mengingkari hasil ijma Yaitu dengan sadar tidak melaksanakan hasil suatu ijma` dalam perbuatannya.Pengingkaran ini dapat disebabkan oleh:a. Ia secara prinsip tidak mengakui ijma` sebagai salah satu dalil hukum yang mengikat.b. Ia secara prinsip mengakui ijma` sebagai hujjah syar`iyah, namun ia menolak ijma`tertentu karena menurut keyakinannya penukilan ijma` itu tidak meyakinkan atau ia tidakyakin telah terjadi ijma` tentang suatu masalahc. Ia memang menerima ijma` secara prinsip dan meyakini ijma` telah berlangsung, namunia tetap tidak mengindahkannya.Para ulama menganggap kafir orang yang mengingkari ijma` yang qath`i. karena berarti mengingkari al Qur`an dan Sunnah Nabi. Namun Muhamad Khudhari Bey berpendapat bahwa mengkafirkan orang yang mengingkari ijma` tanpa melihat alasannya adalah tidakbenar. Seseorang yang mengingkari cara menetapkan hukum syara` tidak kafir. Tetapi seseorang yang mengakui sesuatu sebagai hukum syara`, namun dengan sadar iamengingkarinya, berarti mengingkari syara`. ini berarti ia telah keluar dari hukum Islam.

4. Ijtihad

Ijtihad secara bahasa berasal dari kata jahada yaitu sungguh-sungguh, rajin, giat, ataumencurahkan kemampuannya daya upaya atau usaha keras, berusaha keras untuk mengetahuiperkara yang sulit.Menurut istilah ijtihad adalah suatu upaya pemikiran yang sungguh-sungguh untukmenegaskan prasangka kuat atau Dzhan yang didasarkan suatu petunjuk yang berlaku ataupenelitian dan pemikiran untuk mendapatkan suatu yang terdekat dengan kitabullah dan sunnahRasulullah SAW.Mujtahid adalah orang yang mengerahkan segala daya upayanya untuk hal tersebut:1. Dasar Ijtihad, Ijtihad sumber hukumnya dari al-qur'an dan alhadist yang menghendaki digunakannyaijtihad. Seperti dalam Firman Allah dalam Surat An-Nisa' Ayat 59 dan Hadits Rasul yangberisi percakapan beliau dengan Muaz Bin Jabal ketika Muaz ditugaskan ke Yaman.

2. Ruang lingkup ijtihad ialah furu' dan dhoniah yaitu masalah-masalah hukum islam yang tidak ditentukan secara pasti oleh nash Al-Qur'an dan Hadist maupun disinggung atau ditetapkan oleh ijma para ulama.3. Tujuan adanya ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah SWT di suatu tempat tertentuatau pada suatu waktu tertentu.

A.Fungsi ijtihad adalah sebagai metode untuk merumuskan ketetapan-ketetapan hukum yang belum terumuskan dalam Al-Quran dan Al-Sunnah. MeskiAl-Quran diturunkan secara sempurna dan lengkap, bukan berarti kehidupan manusiadiatur secara detil oleh Al-Quran dan Hadits. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saatturunnya Al-Quran dengan kehidupan modern, sehingga setiap saat masalah baru akan teru berkembang diperlukan aturan-aturan baru dalam melaksanakan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.Kedudukan ijtihad berbeda dengan Al-quran dan As-sunnah,ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan berikut:

a. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusannya yang mutlak absolut.Seab ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia yang relatif.Sebagai produk pikiran manusia yang relatif, maka keputusan dari pada suatu ijtihadpun adalah relatif.

b. Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak berlku bagi orang lain.Beraku satu masa/tempat tapi tidak berlaku satu masa/tempat lain.

c. Ijtihad tidak dalam urusan penambahan ibadah mahdah (murni). Sebab urusan ibadah mahdah hanya Alloh SWT dan Rasul.

d. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-uran dan As-Sunnah.e. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motivasi,akibat kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama,dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa daripada ajaran islam.

Kedudukan ijtihad sebagai sumber hukum islam adalah sebagai sumber hukum ketiga setelah Al-quran dan Al-hadits.

B.Car berijtihd

Dalammelaksanakan ijtihad para ulama telah membuat metode-metode antara lain sebagai berikut:

a. Qiyas

Yaitu menetapkan sesuatu hukum dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh al-quran atau as-sunnah karena ada sebab yang sama.

b. Ijma

Atau yang disebut ijtihad kolektif yaitu kesepakatan ulama-ulama islam dalam menentukan islam suatu masalah ijtihadiah yang menjadi persoalan untuk sekarang ini adalah tentang kemungkinan dapat dicapai atau tidaknya ijma tersebut, karena umat islam sudah begitu besar dan berada diseluruh pelosok bumi termasuk para ulamanya.

5.Istihsan

yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum, ciri ajaran islam seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain.Oleh para ulama istihsan disebut sebagai Qiyas Khopi(analogi samar-samar)atau disebut sebagai pengalihan hukum yang diperoleh dengan Qiyas kepada hukum lain atas pertimbangan kemaslahatan umum.Apabila kita dihadapkan sama kurang baik, maka kita harus mengambil yang lebih ringan keburukannya.6.Mashalihul Mursalah

Yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat perbedaan antara istihsan dan mashalihul mursalah ialah istihsan mempertimbangkan dasar kemaslahatan (kebaikan) dengan disertai dalil al-quran atau al-hadits yang umum, sedang mashalihul mursalah mempertimbangkan dasar kepentingan dan kegunaan dengan tanpa adanya dalil yang secara tertulis dalam Al-quran atau Al-hadits.7.Urf

Adalah sesuatu yang telah biasa berlaku diterima, dan dianggap baik oleh masyarakat. Juga didefinisikan sebagai tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsip dalam al-quran dan hadist.

8.Istishab

adalah suatu tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai adaalasan yang bisa mengubahnya.

9.Sududzu Dzariah

Yaitu tindakan memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umum.a.Syarat Mujtahid

Syarat-syarat umum yang disepakati oleh para ulama' menurut Dr. Yusuf Qordhowi sebagaiberikut:Harus mengetahui Al-Qur'an dan ulumul Qur'an:

1. Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat

2. Mengetahui sepenuhnya sejarah pengumpulan atau penyusunan al-qur'an.

3. Mengetahui sepenuhnya ayat-ayat makiyah dan madaniyah, nasikh dan mansukh,muhkam dan mutasyabih, dan sebagainya

4. Menguasai ilmu tafsir, pengetahuan tentang pemahaman al-qur'an.

5. Mengetahui Assunah dan ilmu Hadits

6. Mengetahui bahasa arab

7. Mengethui tema-tema yang sudah merupakan ijma'

8. Mengetahui usul fiqih

9. Mengetahui maksud-maksud sejarah

10. Mengenal manusia dan alam sekitarnya

11. Mempunyai sifat adil dan taqwasyarat tambahan :1.

12. Mengetahui ilmu ushuluddin2.

13. Mengetahui ilmu mantiq3.

14. Mengetahui cabang-cabang fiqih

b.Tingkatan-Tingkatan Para Mujtahid

Para mujtahid mempunyai tingkatan-tingkatan:Mujtahid mutlaq atau mujtahid mustakhil

yaitu mujtahid yang mempunyai pengetahuanlengkap untuk beribadah dengan Al-qur'an dan Al-hadits dengan menggunakan kaidahmereka sendiri dan diakui kekuatannya oleh tokoh agama yang lain. Para mujtahid iniyang paling terkenal adalah imam madzhab empat:1. Mujtahid muntasib

yaitu mujtahid yang terkait oleh imamnya seperti keterkaitan muriddan guru mereka adalah imam Abu Yusuf, Zarf bin Huzail yang merupakan murid imamAbu Hanifah.2. Mujtahid fil madzhab

yaitu para ahli yang mengikuti para imamnya baik dalam usul maupun dalam furu' misalnya imam Al-Muzani adalah mujtahid fil madzhab Syafi'i.3. Mujtahid tarjih

yaitu mujtahid yang mampu menilai memilih pendapat sebagai imam untuk menentukan mana yang lebih kuat dalilnya atau mana yang sesuai dengan situasikondisi yang ada tanpa menyimpang dari nash-nash khot'i dan tujuan syariat, misalnyaAbu Ishaq al syirazi, imam Ghazali.4. Mujtahid muntasib

yaitu mujtahid yang terkait oleh imamnya seperti keterkaitan muriddan guru mereka adalah imam Abu Yusuf, Zarf bin Huzail yang merupakan murid imamAbu Hanifah.5. Mujtahid fil madzhab

yaitu para ahli yang mengikuti para imamnya baik dalam usulmaupun dalam furu' misalnya imam Al-Muzani adalah mujtahid fil madzhab Syafi'i.6. Mujtahid tarjih

yaitu mujtahid yang mampu menilai memilih pendapat sebagai imam untuk menentukan mana yang lebih kuat dalilnya atau mana yang sesuai dengan situasi kondisi yang ada tanpa menyimpang dari nash-nash khot'i dan tujuan syariat, misalnya Abu Ishaq al syirazi, imam Ghazali.

BAB IIIPENUTUP DAN KESIMPULANAl-Quran dan As-Sunnah adalah merupakan sumber hukum dan sekaligus menjadi dalilhukum, sedangkan selain dari keduanya seperti Ijtihad yang meliputi al ijma, al qiyas danlain-lainnya tidak dapat disebut sebagai sumber, kecuali hanya sebagai dalil karena ia tidakdapat berdiri sendiri.

Akan tetapi, dalam perkembangan-perkembangan pemikiran ushul fiqihyang terlihat dalam kitab-kitab ushul fiqih kontemporer, istilah sumber hukum dan dalilhukum tidak dibedakan.

Al Quran merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam. Al-

Quran diturunkan untuk memperbaiki sikap hidup manusia. Karena itu, Al-Quran berisi perintah dan larangan, Al-Quran memerintahkan yang baik dan melarang yang keji Al-Quran yang diturunkan secara mutawattir, dari segi turunnya berkualitas qathi (pastibenar). Akan tetapi, hukum-hukum yang dikandung Al-Quran adakalanya bersifat qathi dan adakalanya bersifat zhanni (relatif benar).

Hikmah yang terkandung dalam hal terbatasnya hukum-hukum rinci yang diturunkan Allahmelalui Al-Quran, menurut para ahli ushul fiqih adalah agar hukum-hukum global danumum tersebut dapat mengakomodasi perkembangan dan kemajuan umat manusia di tempatdan zaman yang berbeda, sehingga kemaslahatan umat manusia senantiasa terayomi oleh Al-Quran.

Kata sunnah identik dengan hadits , yaitu sama

-sama dari Nabi Muhammad SAW.Menurut para ulama hadits, hadits lebih banyak mengarah kepada ucapan Nabi, sedangkansunnah lebih banyak mengarah kepada perbuatan dan tindakan ahlak Nabi baik sebelum atausesudah menjadi Rasul. Sunnah Rasul merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al-Quran,namun kekuatan Sunnah sama dengan Al-Quran

Pembagian Sunah

Sunnah Qauliyah, Sunnah Fi`liyah, Sunnah Taqririyah

ijma adalahKesepakatan seluruh mujtahid Islam pada suatu masa,sesudah wafat

Rasulullah,akan suatu hukum syariat yang amali.

Jumhur ulama berpendapat bahwa kedudukan ijma` menempati salah satu dalil hukum setelahal Qur`an dan Sunnah. Jadi, ijma` dapat menetapkan hukum yang mengikat dan wajibdipatuhi umat Islam.dengan alasan firman Allah Surat An-

Nisa 59.ijtihad adalah suatu upaya pemikiran yang sungguh-sungguh untuk menegaskan prasangkakuat atau Dzhan yang didasarkan suatu petunjuk yang berlaku atau penelitian dan pemikiranuntuk mendapatkan suatu yang terdekat dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Mujtahid adalah orang yang mengerahkan segala daya upayanya untuk hal tersebut.Adanya ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Alloh SWT di suatu tempat tertentu,atau pada suatu waktu tertentu.Fungsi ijtihad adalah sebagai metode untuk merumuskan ketetapan-ketetapan hukum yang belum terumuskan dalam al-quraan dan as- sunnah.

Daam melaksanakan ijtihad para ulama telah membuat metode-metode ,antara lain sebagai berikut:

1.Qiyas

2.Ijma

3.Istihsan

4.Mashalihul Mualah,Urf

5.Isishab

DAFTAR PUSTAKA1.Umam Khairul,Ushul Fiqih I,Pustaka Setia,Bandung.20002.Muhammad bin Shalih al-utsaimin,Ushul Fiqih,Media Hidayah,Kairo.2003

http://wanipintar.blogspot.com/2011/04/al-quran-sebagai-sumber-dan-dalil-hukum.htmlhttp://kapanpunbisa.blogspot.com/2011/09/al-quran-sebagai-sumber-dan-dalil-hukum.htmlhttp://haryono10182.wordpress.com/sumber-hukum-islam/http://dien84.wordpress.com/2010/01/01/sumber-hukum-ajaran-agama-islam/.