al ghazali
DESCRIPTION
MakalahTRANSCRIPT
![Page 1: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nama Al-Ghazali tentu bukanlah nama yang asing dalam dunia teologi.
Bukan hanya dalam dunia teologi, nama beliau juga masyhur dalam dunia filsafat,
fiqh, sejarah islam dsb.
Perjalanan panjang yang penuh dengan lika-liku dan tantangan menjadikan
Al-Ghazali menjadi Ulama besar. Maka tak heran jika ulama’-ulama’ memberikan
gelar kepada beliau, mulai gelar Hujjatul Islam, Syaikh al-Syufiyyin, Imam al-
Murabbin. Gelar Hujjatul Islam diberikan karena jasanya mengomentari dan
melakukan pembelaan terhadap serangan-serangan yang dapat menyebabkan
kesesatan baik dari kalangan Islam maupun kalangan Barat, terhadap Aqidah
Islam1.
Dalam perjalanan kehidupannya, Al-Ghazali dikenal sebagai seorang Sufi,
Namun sebelum proses menjadi Sufi itu, Al-Ghazali pernah menjadi seorang
Filosof. Menulis karya filsafat, memahami konsep-konsep filsafat hingga
“menghancurkan” filsasat, Inkonsistensi beliau mengundang banyak pro dan
kontra.
Tuhafut al-Falasifah (The Incoherence of the Philosophers) adalah salah
satu karya beliau yang fenomenal dan monumental, Karya tersebut membahas
kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu
Rusyd dalam buku Tahafut al-Tahafut(The Incoherence of the Incoherence).
“Persinggungan” antara sufisme dan filsafat inilah yang akan di bahas
pemakalah dalam pembahasan kali ini.
1 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Ciputat Press, Jakarta: 2002. Hlm. 85.
![Page 2: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/2.jpg)
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah kali ini, pemakalah akan memberikan point-point
pembahasan sebagai berikut :
1. Bagimana Riwayat Hidup Al-Ghazali?
2. Apa saja karya-karya beliau?
3. Apa saja kritik Al-Ghazali terhadap kaum filosof?
![Page 3: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Al-Ghazali
Di Jazirah barat dan latin namanya dikenal dengan Algazel, Nama
Lengkap beliau adalah Abu Haid Muhammad ibnu Muhammad Al-Ghazali.
Dilahirkan pada pertengahan abad ke-5 H. Bertepatan pada 450 M, Di Thus,
Khurasan Sebuah kota di di Persia. Ayahnya adalah seorang sufi, aliran mistis2
ada pula riwayat yang mengatakan ayahnya adalah seorang pemintal benang3.
Namun saat Ghazzali masih kecil, ia telah ditinggal wafat Sang ayah. Kemudian
ia dirawat oleh seorang teman keluarganya, ada riwayat yang mengatakan ia
diasuh seorang sufi4. Di Thus, Al-Ghazali belajar banyak ilmu pengetahuan.
Setelah itu, ia pergi ke Jurjan kemudian ke Naisabur, Di kota terakhir Al-Ghazali
mendaftar pada sebuah lembaga pendidikan kala itu. pada saat itu yang menjabat
sebagai kepala Madrasah Nizhamiyyah adalah Imam Haramain Al-Juwaini. Dari
Al-Juwaini lah Al-Ghazali memperlajari ilmu Fiqh, Ushul, mantiq dan kalam. Al-
Juwaini memberi gelar Bahrun Mughriq (Lautan yang menenggelamkan) melihat
kemampuan dan kecerdasan Al-Ghazali.5
Pada tahun 478 H, Al-Ghazali keluar dari Naisabur menuju Mu’askar dan
menetap disana. Sampai suatu waktu Al-Ghazali bertemu dengan Nizam al-Mulk,
wazir istana dinasti Suljuk yaitu Jalal al-Din Malikshah, pada pertemuan itu
bersama wazir beberapa ulama terkemuka, terjadilah tukar pikiran dan diskusi
ilmiah disitu. Para ulama tersebut mengakui kelebihan dan keluasan ilmu Al-
Ghazali, oleh karena itu para ulama tadi memberi gelar “Fuhuhul Iraaq”.
2 John Freely, Cahaya Dari Timur, Peran Ilmuwan dan Sains Islam dalam Membentuk Dunia Barat, (diterjemahkan dari buku Light from the East: How the Science of Medieval Islam Helped to shape the Western World Oleh Noviatri) PT Elex Media Computindo, Jakarta: 2011, Hlm. 2923 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 2005, Hlm.774 Imam Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, Kerancuan para filosof (Diterjemahkan dari kitab Tahfut al-Falasifah Oleh : Ahmad Maimun), Penerbir MARJA, Bandung: 2010, Hlm. 175 Jalaluddin dan Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1996, Hlm. 139.
![Page 4: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/4.jpg)
Pada 484 H Al-Ghazali ditunjuk sebagai pengajar hukum agama di
Madrasah Nizamiyyah. Disinilah Al-Ghazali mencapai puncak prestisius dala
karir keilmuannya, sehingga kuliahnya dihadiri oleh tiga ratus ulama terkemuka.
Al-Ghazali mengajar disana selama 4 Tahun, dan melakukan studi mendalam
tentang filsafat, termasuk karya-karya tulis orang Yunani di jaman klasik, pun
karya-karya para filsuf Islam pendahulu beliau.
Sebagaimana ditulis dalam otobiografinya yang berjudul The Deliverance
from Error, “Selama saat-saat sendiri aku membaca, Tuhan memberkahiku
dengan waktu kurang dari dua tahun untuk bisa seluruhnya memahami ilmu para
filsuf”.”6
Al-Ghazali merasa kalau jalan hidupnya sangat keduniawian untuk bisa
memberikan padanya harapan mendapat balasan yang kekal Beliau dilanda
keragu-raguan, Skeptis terhadap Ilmu-ilmu yang dipelajari (hukum, teologi,
filsafat), kegunaan pekerjaan dan hasil karyanya. Sehingga beliau jatuh sakit
selama dua bulan dan sulit diobati7. Pada masa inilah yang kemudian dikenal
dalam sejarah Filsafat Islam sebagai masa perubahan 180 derajat pemikiran Al-
Ghazali.8
Al-Ghazali keluar dari Madrasah Nizamiyyah.menuju pengasingan dari
kehidupan duniawi (uzlah). Beliau pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah
Haji yang kedua kalinya pada tahun 488 H lalu ke Madinah. Kemudian
melanjutkan perjalanan ke Damaskus. Di negeri ini beliau hidup menyepikan diri
dan menjauhkan diri dari segala kemasygulan duniawi. Kemudian dia pergi ke
Mesir, tinggal beberapa waktu di Iskandariah lalu kembali ke Thus, Persia
Kampung halamannya. Disini beliau menyibukkan diri dengan karang mengarang
tulisan.9 Kemudian Sultan Sanjar membujuknya untuk mengajar (kembali) ke
Nizamiyyah, Nishapur. Periode kedua Al-Ghazali mengajar disana berlangsung
hanya selama dua tahun, dimana setelah itu ia memilih kembali ke Thus sampai
6 John Freely, Cahaya Dari Timur…. Hlm. 2937 Hasyimsyah Nasution, Filsafat…Hlm. 788 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 2005. Hlm. 85 9 Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, Al Amin Press, Yogyakarta 1997, Hlm.80
![Page 5: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/5.jpg)
akhir hayatnya pada 550 H. Beliau wafat di desa Thabaran, Thus dalam usia ±55
Tahun. Beliau wafat pada 14 Jumadil Akhir 550 H atau 18 Desember 1111
Miladiah.10
B. Karya-karya Al-Ghazali
Tidak kurang dari 70 karya Imam Al-Ghazali meliputi berbagai macam
disiplin ilmu pengetahuan. Banyak diantaranya yang menjadi masterpiece
dibidangnya masing-masing, dimana karya tersebut menjadi rujukan dan referensi
hingga sekarang. Karangan-karangannya meliputi Fiqih, Ushul Fiqh, Ilmu Kalam,
Teologi kaum Salaf, bantahan terhadap kaum Batiniah, Ilmu Debat, Filsafat dan
khususnya yang menjelaskan tentang maksud filsafat serta bantahan terhadap
kaum filosof, logika, tasawuf, akhlak dan psikologi. Beberapa karya beliau yang
masyhur sebagai berikut :
1. Ihya’ Ulumuddin, artinya "Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama", karangan
beliau dalam beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara
Syam, Yerussalem, Hajzz, dan Thus, dan yang berisi paduan yang indah
antara fiqh, tasawuf dan filsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum
muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan Islam.
2. Ayyuhal Walad, Sebuah buku tentang akhlaq. Tetapi yang urgen dalam
buku ini adalah gambaran tentang perkembangan pikiran Al-Ghazali dan
riwayat studinya serta kedudukan yang dicapainya diantara para filosof-
filosof Islam serta pengaruhnya terhadap filsafat pada zamannya. 11
3. Al-Minqidz min ad-Dlalal (Penyelamat dari Kesesatan), Karya ini ditulis
ketika umur beliau mencapai 50 tahun, 5 tahun sebelum kewafatan. berisi
sejarah perkembangan alam pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang
terakhir terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai
Tuhan. Serta cerita ketika terombang-ambingnya Al-Ghazali antara syak
dan harapan.12
10 Musthafa Amin, Tarikath al-Tarbiyah, Al-Ma’arif, Mesir, Hlm. 175-176.11 Muhammad Luthfi Jum’ah, Tarikh Falasifah al-Islam, Najib Metri, Mesir, Hlm 6812 Busyairi Madjidi, Konsep..Hlm.81
![Page 6: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/6.jpg)
4. Maqasid al-Falasifah dan Tahaful al-Falasifah. Kedua kitab ini adalah
kitab mengenai filsafat. Yang pertama mengenai ringkasan ilmu-ilmu
filsafat, dijelaskan juga ilmu-ilmu mantiq, metafisika, dan ilmu alam.
Penjelasan ini tidak keluar dari dasar-dasar Aristoteles yang ditulis al-
Farabi dan Ibnu Sina. Sedang kitab yang kedua, menunjukkan
pertentangan (kontradiksi) yang ada dalam ajaran filsafat, serta dijelaskan
juga ketidaksesuaian dengan akal. Tahaful al-Falasifah ini
menghancurkan isi buku Maqasid al-Falasifah.13
C. Kritik Al-Ghazali Terhadap Kaum Filosof
Perdebatan mengenai persoalan ketuhanan dan alam semesta dalam filsafat
Islam, dapat ditemukan dalam aliran pemikiran Tasawuf dan Falasifa (filsafat
dalam Islam). Berdebatan ini adalah antara Al Ghazali dengan kritiknya Tahafutl
al-Falasifa (Incoherence of the Philosophers) dengan Ibnu Rusyd dalam karyanya
Tahafutul Tahafut (Incoherence of the Incoherence). Perdebatan ini dimulai ketika
Al Ghazali mulai mengkritisi para filosof-filosof muslim sebelumnya, yaitu Al
Farabi dan Ibnu Sina yang pemikirannya berbau Aristotelian. Secara intensif Al
Ghozali mengkritisi tentang problem ketuhanan dan alam semesta yang telah
dipikikan secara metafisis spekulatif oleh para filsuf. Menurut Al Ghazali, hal ini
tidak sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Al Hadits yang merupakan sumber
kebenaran mutlak kaum muslimin.
Tahafut al-Falasifah (The Incoherence of the Philosophers) dikenal
sebagai karya menumental Al-Ghazali, dimana disitu Al-Ghazali mengkritisi para
filosof. Beliau terdorong untuk menulis buku tersebut dikarenakan kesalahan-
kesalahan dan ajaran dari para filosof sebelumnya, dari masa Aristoteles sampai
al-Farabi dan Ibnu Sina (kedunya dikenal sebagai interprener penting pemikiran-
pemikiran Aristoteles dalam dunia Islam).14
Kitab Tahafut al-Falasifah terdiri dari 20 diskusi yang merupakan
sistematisasi dari ajaran falsafah yang berbentuk semacam dialog tertulis diikuti 13 Muhammad Luthfi Jum’ah, Tarikh…Hlm 6914 John Freely, Cahaya Dari Timur…. Hlm. 293
![Page 7: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/7.jpg)
bantahan-bantahan. Dari 20 dalil filsafat yang ditegurnya, hanya 4 yang
disebutnya secara langsung sebagai kufurat dan subversif terhadap iman Islam
yang sejati yaitu dalil 1, 13, 18, 20. Isinya ke 4 dalil tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Dalil filsafat yang menyatakan bahwa dunia (alam) berfisat azali
(eternity) dan sama abadinya dengan Tuhan. Bagi al-Ghazali yang
Qadim hanyalah Tuhan. Selain Tuhan haruslah hadits (baru). Karena
bila ada yang qadim selain Tuhan, dapat menimbulkan paham:
Banyaknya yang qadim atau banyaknya Tuhan; ini syirik dan
dosa besar yang tidak diampuni Tuhan; atau
Ateisme; alam yang qadim tidak perlu kepada pencipta.
Memang, antara kaum teolog dan filosof terdapat perbedaan tentang
arti al-ihdats dan qadim. Bagi kaum teolog al-ihdats mengandung arti
menciptakan dari “tiada" (creatio ex nihilo), sedang bagi kaum filosof
berarti menciptakan dari “ada”. Kata Ibnu Rusyd, ‘adam (tiada) tidak
akan bisa berubah menjadi wujud (ada). Yang terjadi adalah “wujud’
berubah menjadi “wujud” dalam bentuk lain. Oleh karena itu, materi
asal, yang dari padanya alam disusun, mesti qadim. Dan materi
pertama yang qadim ini berasal dari Tuhan melalui al-faidh (pancaran).
Tetapi menurut al-Ghazali, penciptaan dari tiadalah yang memastikan
adanya Pencipta. Oleh sebeb itu, alam pasti “baru” (hadits) dan
diciptakan dari “tiada”
2. Dalil falsafah bahwa Tuhan tidak tahu hal-hal yang bersifat particular
(Juz’iyyah), dimana para filosof menyepakati mengenai pendapat
bahwa Tuhan tidak mengetahui partikularia-partikularia yang dibagi-
bagi sesuai dengan pembagian waktu ke kategori “telah”, “sedang”,
![Page 8: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/8.jpg)
dan “akan”15. bertentangan dengan ajaran Al Quran : “Tiada yang luput
bagi pengetahuan Ilahi”
3. Ketidakmampuan para filosof memberikan bukti Rasional bahwa Jiwa
Manusia adalah Substansi Ruhaniah yang berdiri sendiri, tak
menempati Ruang, Tak tercetak pada tubuh, serta tidak menyatu
dengan dan tidak juga terpisah dari badan.
4. Sanggahan terhadap Penolakan para Filosof atas Kebangkitan Jasad,
Kembalinya jiwa kedalam raga, Keberadaan Neraka Jasmaniah,
Keberadaan Surga dan Bidadari, dan segala yang dijanjikan Allah
kepada Manusia, serta ucapan mereka bahwa semua itu merupakan
perumpamaan bagi kalangan Awam agar mereka memahami Surga dan
Neraka Ruhaniah, dan keduanya merupakan tingkatan Jasmaniah yang
tertinggi.
Tentu tidak bisa begitu saja membenarkan tuduhan demikian. Dengan
menyimak secara seksama Tahafut al-Falasifah akan dapat terlihat bahwa tidak
ada pertentangan yang mendasar atau prinsipil antara al-Ghazali dan para filosof,
melainkan hanyalah beda interprestasi tentang ajaran-ajaran dasar Islam, bukan
karena diterima atau ditolaknya ajaran-ajaran dasar itu sendiri. Jadi hanyalah
perbedaan ijtihad yang tidak membawa kekafiran. Karena itu Ibnu Rusyd sendiri
menyatakan, pengkafiran al-Ghazali terhadap Ibnu Sina dan al-Farabi bukan
pengkafiran absolut karena dalam al-Tafriqah, al-Ghazali menegaskan bahwa
pengkafiran atas dasar ijma’ tidak bersifat mutlak.16
Begitu pula sejarah membuktikan bahwa memang di kalangan Islam Sunni
bagian Timur yang berpusat di Baghdad, filsafat sesudah al-Ghazali tidak
berkembang. Tetapi di dunia Islam bagian Barat yang berpusat di Cordova,
filsafat justru berkembang baik dan melahirkan tokoh-tokoh seperti Ibnu Bajah,
Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd.
15 Imam Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, Kerancuan para filosof (Diterjemahkan dari kitab Tahfut al-Falasifah Oleh : Ahmad Maimun) Hlm 19816 http://www.aliyahromu.com/2011/07/tahafut-al-falasifah.html
![Page 9: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/9.jpg)
Jadi, jelaslah sudah tidak berkembangnya filsafat di abad ke-XIII bukan
tanggung jawab kitab Tahafut al-Falasifah. Apalagi menurut komentar Sulaiman
Dunya dalam mengedit Tahafut al-Falasifah, kitab itu lebih filosofis dan rasional
dari pada pemikiran para filosof yang diserangnya. Artinya, kitab itu justru
menghidupkan filsafat di dunia Islam.
Kalau begitu, andaikata benar bahwa filsafat tidak berkembang di dunia
Islam khususnya di dunia Islam Sunni, maka sebabnya harus dicari di luar kitab
Tahafut al-Falasifah. Lebih-lebih kitab ini hampir tak terbaca oleh mayoritas umat
Islam Sunni, termasuk Indonesia, misalnya. Mungkin sebab itu terletak pada
tasawwuf yang menurut pemikiran al-Ghazali adalah jalan yang sebetulnya untuk
mencari kebenaran hakiki dengan mengutamakan daya rasa (intuisi) dan
meremehkan akal. Kitab tasawwuf al-Ghazali Ihya` Ulumuddin yang sangat
populer justru sangat besar pengaruhnya terutama di dunia Islam Sunni.
Hal yang juga “membebaskan” kitab Tahafut al-Falasifah adalah karena
kitab ini, seperti dikatakan DR. Sulaiman Dunya—dengan mengutip pendapat
Aristoteles bahwa orang yang mengingkari metafisika adalah berfilsafat metafisis
—adalah kitab filsafat juga, setidaknya falsafi al-maudhu’i (bertema filsafat)
kalau bukan falsafi al-ghayah (bertujuan filsafat). Di samping itu al-Ghazali dalam
kitab itu bersikap sangat hati-hati untuk menggambarkan pemikiran para filossof
yang hendak dikritiknya. ila kitab itu dibaca dan dipelajari, justru dapat
membangkitkan gairah untuk mempelajari filsafat dan berfilsafat (berfikir logis,
filosofis dan kritis) dalam memahami agama.
![Page 10: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
1. Al-Ghazali merupakan sosok yang unik dan menarik. Ini
dapat dilihat dari perjalanan hidupnya dalam mencari hakikat kebenaran.
Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al-Ghazali Lahir dan wafat di
Thus, Persia. 55 Tahun umur beliau di gunakan untuk kajian-kajian yang
hingga kini masih digunakan sebagai referensi utama berbagai disiplin
keilmuan.
2. Karya-karya Al-Ghazali kurang lebih ada 70 buku,
Karangan-karangannya meliputi Fiqih, Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, Teologi
kaum Salaf, bantahan terhadap kaum Batiniah, Ilmu Debat, Filsafat dan
khususnya yang menjelaskan tentang maksud filsafat serta bantahan
terhadap kaum filosof, logika, tasawuf, akhlak dan psikologi.
3. Tahafu al-Falasifah dikenal sebagai karya Al-Ghazali yang
mengkritisi pemikiran-pemikiran kaum Filosof terdahulunya. Karya ini
kemudian juga dibantah oleh Ibnu Rusyd melalui Tahafutul Tahafut.
![Page 11: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/11.jpg)
Daftar Isi
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Ciputat Press, Jakarta: 2002
John Freely, Cahaya Dari Timur, Peran Ilmuwan dan Sains Islam dalam
Membentuk Dunia Barat, (diterjemahkan dari buku Light from the East: How
the Science of Medieval Islam Helped to shape the Western World Oleh
Noviatri) PT Elex Media Computindo, Jakarta: 2011
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 2005
Imam Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, Kerancuan para filosof (Diterjemahkan
dari kitab Tahfut al-Falasifah Oleh : Ahmad Maimun), Penerbir MARJA,
Bandung: 2010
Jalaluddin dan Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan
Perkembangannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1996
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 2005.
Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, Al Amin Press,
Yogyakarta 1997
Musthafa Amin, Tarikath al-Tarbiyah, Al-Ma’arif, Mesir
Muhammad Luthfi Jum’ah, Tarikh Falasifah al-Islam, Najib Metri, Mesir
Referensi Internet :
http://www.aliyahromu.com/2011/07/tahafut-al-falasifah.html
http://wikipedia.com
![Page 12: Al Ghazali](https://reader035.vdokumen.net/reader035/viewer/2022073018/55cf9992550346d0339e1005/html5/thumbnails/12.jpg)
MAKALAHMATA KULIAH STUDI PEMIKIRAN ISLAM
Al-Ghazali : Kritik Terhadap Filosof
Oleh :Sri Susmiayati
PROGRAM PASCASARJANASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SAMARINDA2012