aktivitas am unhie_chan

51
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini dilakukan jauh sebelum obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa turun menurun. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kenyataannya belum mampu mengganti atau menghilangkan tentang arti pengobatan tradisional.Bahan alam memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penemuan antimikroba. Aktivitas (potensi) antimikroba dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatannya pada mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak IVA MUKRIMA ULFAH CHAERANY PAJRAH S, FARM 150 209 293

Upload: christina-holland

Post on 07-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

sdfghj

TRANSCRIPT

user

31UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini dilakukan jauh sebelum obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa turun menurun. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kenyataannya belum mampu mengganti atau menghilangkan tentang arti pengobatan tradisional.Bahan alam memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penemuan antimikroba.

Aktivitas (potensi) antimikroba dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatannya pada mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi biasanya merupakan suatu standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas.

Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan maka perlu dilakukan upaya penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat yang berpotensi sebagai antimikroba atau tidak dan mikroba apa yang dapat dihambat oleh senyawa yang dihasilkannya.B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana cara melakukan uji aktivitas antimikroba dan mengetahui adanya aktivitas antimikroba pada bahan alam tertentu?

C. Maksud Praktikum

Maksud dari percobaan ini adalah untuk untuk mengetahui dan memahami cara melakukan uji aktivitas antimikroba terhadap bahan alam tertentu dengan metode difusi agar dan KLT bioautografi.

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh zona penghambat ekstrak yang berpotensi sebagai antimikroba pada sampel daun salam ( ), gandaria ( ), daun bandotan ( ), dan buah merah terhadap beberapa mikroba uji dengan metode difusi agar dan KLT bioautografi.E. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui apakah bahan alam yang dipakai pada percobaan ini dapat bersifat sebagai antimikroba, serta merupakan dasar untuk mensintesis obat antibiotik dari bahan alam yang baru.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Umum

B.Uraian Bahan

Alkohol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi: Aethanolum

Nama lain: Etanol, alcohol

RM / BM:C2H6O / 46,07

Rumus bangun:CH3-CH2-OH

Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam eter P.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai Antiseptik.

Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)

Nama resmi : Aqua Destillata

Nama lain: Air suling

RM / BM: H2O / 18,02

Rumus struktur: H O - H

Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

Kegunaan: Sebagai sumber nutrien mikroba dan pelarut medium.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

DMSO (Ditjen POM, 1995)Nama resmi: Dimetil sulfoxideNama lain: DMSO

O

Rumus: CH3- S -CH3Pemerian:Sangat higroskopik, praktis tidak berbau atau berwarna, hampir tidak berasa atau rasa agak manisKelarutan:larut dalam air, etanol, aseton, eter, kloroform.Kegunaan:Sebagai pelarut.

C. uraian bakteri

Bacillus subtilis

Klasifikasi (Garity ; 2004)

Dunia:Procaryotae

Divisio :Schizophyta

Kelas

:Schizomycetes

Ordo:Eubacteriales

Suku:Bacillaceae

Genus:Bacillus

Spesies:Bacillus subtilis

Morfologi (Gunawan, 1992)

Termasuk bakteri kelompok batang aerobik, motil karena flagella. Ciri pembeda yang menonjol dari bakteri ini ialah kemampuannya membentuk endospora.

Salmonella thyposa

Klasifikasi (Garity ; 2004)

Kingdom : Protista.

Phylum : Protophyta (schyzophyta).

Class : Schyzomycetes.

Ordo : Entero.

Famili : Enterobacteriaceae.

Genus : Salmonella.

Spesies : Salmonella thyposa.Morfologi (Gunawan, 1992)Batang, biasanya motil dengan flagelum peritrikus, catalse positif. Kebanyakan galur akan tumbuh pada medium sintesis tanpa faktor tumbuh khusus, dan dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Fakultatif anaerob

Staphylococcus aureus

Klasifikasi (Garity ; 2004)

Kingdom : Protista.

Phylum : Protophyta (schizophyta).

Class : Schyzomycetes.

Ordo : Eubacteriales.

Famili : Micrococcaceae.

Genus : Staphylococcus.

Spesies : Staphylococcus aureus.

Morfologi (Gunawan, 1992)Sel-sel berbentuk bola, berdiameter 0,5 sampai 1,5 m terdapat tunggal dan berpasangan, dan secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang tidak teratur. Non motil. Tidak diketahui adanya stadium istirahat. Gram positif. Dinding sel mengandung dua komponen utama : peptidoglikan serta asam tekoat yang berkaitan dengannya. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum 35 400C. Terutama berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Pertumbuhan pada medium agar abundant, dan koloninya buram dan tidak tembus cahaya, smooth, dan berkilauan dalam penampakannya. Beberapa staphylococcus bentuk lipochrome pigmen yang memberikan koloni kuning emas atau kuning lemon dimana yang lainnya tidak dan putih.

Escherichia coli Klasifikasi (Garitty, 2004)Kingdom:Prokariotik

Divisi:Cyanobacteria/Bacteria

Class:Schizomycetes

Ordo:Eubacteriales

Famili:Enterobacteriaceae / Escherichieae

Genus:Escherichia

Spesies:Escherichia coli

Morfologi

Sel bakteri Escherichia coli berbentuk batang dengan kedua sisinya sejajar dan kedua kutub atau ujungnya berbentuk cembung; mempunyai ukuran panjang dengan rentang 2 3 (m, dan lebar 0,6 (m, dan bersifat gram-negatif.

Shigella dysenteriae

Klasifikasi (Garrity, 2004)Domain: BacteriaPhylum: ProteobacteriaClass: Gamma ProteobacteriaOrdo: EnterobacterialesFamily: EnterobacteiaceaeGenus: ShigellaSpecies: Shigella dysenteriaeMorfologi (wiki_bacteria.wikipedia.com)Shigella dysenteriae adalah spesies berbentuk batang bakteri genus Shigella. Shigella dapat menyebabkan Shigellosis (bacillary disentri). Shigella dysenteriae adalah Gram-negatif, non-spora membentuk, fakultatif anaerob, non-motil bakteri. Shigella dysenteriae disebarkan oleh air yang terkontaminasi dan makanan, penyebab yang paling parah adalah disentri karena mematikan yang ampuh dan toksin Shiga, tetapi spesies lain juga dapat menjadi agen disentri. Pencermaran sering disebabkan oleh bakteri pada tangan tidak dicuci selama persiapan makanan.

Pseudomonas aeruginosa (Pleczar,1986)

Klasifikasi

Kingdom:ProcaryotaeDivisio:Protophyta

Class

:SchyzomycetesOrdo:PseudomonalesSub Ordo :Pseudomonadinea

Familia:Pseudomonadacea

Genus: PseudomonasSpesies: Pseudomonas aeruginosa Morfologi Sel tunggal, batang lurus atau melengkung. Namun tidak berbentuk heliks. Pada umumnya berukuran 0,5 1,0 m. Motil dengan flagelum polar; monotrikus atau multitrikus. Tidak menghasilkan selongsong prosteka. Tidak dikenal adanya stadium istirahat. Gram negatif, kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi, tidak pernah fermentatif. Beberapa merupakan kemolitotrof fakultatif, dapat menggunakan H2 dan CO sebagai sumber energi. Oksigen molekuler merupakan penerima electron universal, beberapa dapat melakukan denitrifikasi dengan menggunakan nitrat sebagai penerima pilihan.

7. Candida albicans (Pelzcar, J. 1986).

Klasifikasi :

Kingdom:Eukariotik

Phylum:Mycophyta

Class:Ascomycetes

Ordo:Saccharomycetes

Famili:Criptococcaceae

Genus:Candida

Spesies:Candida albicans

MorfologiBentuk selnya bermacammacam. Menghasilkan banyak pseudomisellium. Dapat terbentuk miselium sejati dan klamidiospora. Blastospora dapat dijumpai pada posisi yang khas. Candida dikelompokkan dalam jenis cendawan yang tidak mempunyai tahap seksual, tetapi cendawan tidak sempurna ini tidak sepenuhnya tanpa jenis kelamin, pada cendawan ini juga berlangsung plasmogami, ariogami, dan miosis.D. Uraian Sampel

Nangka (Artocarpus heterophyllus lamk)

Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2007)Kingdom: PlantaeDivisi : SpermatophytaSub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus Famili : Artocarpus heterophyllus lamkMorfologi (Tjitrosoepomo, 2007)E. Prosedur Kerja (Lay Bibiana, 1994)

a. Uji Sensitivitas Antibiotik

Tandai satu lempeng dengan nama, tanggal dan mikroorganisme yang akan diuji.

Celupkan tangkai kapas dalam biakan mikroorganisme kemudian putar bagian kapas ke sisi tabung agar cairan tidak menetes pada bagian kapas.

Sebar mikroorganisme pada seluruh bagian lempengan agar, untuk mendapatkan pertumbuhan yang merata gores secara merata kemudian putar lempengan 90o dan buat goresan kedua putar lempengan 45o dan buat goresan ke tiga.

Biarkan lempengan memadat selama 5 menit kemudian tempatkan cakram kertas yang berisi antibiotik pada permukaan lempeng.

Gunakan 5 6 macam antibiotic untuk mengetahui kepekaan antibiotic jarak antara cakram dengan kertas harus cukup luas sehingga wilayah jernih tidak berhimpitan.

Cakram kertas ditekan dengan menggunakan pinset pada permukaan lempengan sehingga terdapat kontak yang baik antara cakram dan lempengan agar. Cakram tidak perlu ditekan kuat-kuat sehingga melukai permukaan agar.

Inkubasi lempengan pada suhu 35o C selama 24 jam.

b. Uji Aktivitas Antimkroba Bahan Alam

Tanaman yang diambil dilakukan seleksi, mengenai daun, bunga dan batangnya, kemudian dari masing-masing bagian tanaman tersebut dikumpulkan.

Sebagian dari bagian tanaman tersebut dilakukan ekstraksi secara segar atau kering dengan beberapa metode tertentu.

Hasil masing-masing penyarian dibuat variasi konsentrasi tertentu untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan mikroba uji yang telah ditentukan.

Dibuat based layer dan seed layer pada cawan Petri, setelah setengan memaadt dimasukkan pencadang, kemudian diisi sampel tanaman tersebut.

Diinkubasi 1 x 24 jam untuk bakteri pada suhu 37o C dan 3 x 24 jam untuk jamur pada suhu kamar.

Setelah diinkubasi, dilakukan pengukuran diameter hambatan.BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

A. Alat Yang Digunakan

Alat-alat yang dipakai pada praktikum ini adalah autoklaf, cawan petri steril, erlenmeyer, hands spray, incubator, lampu spiritus, pipet tetes, pinset, pipa kapiler, lempeng KLT, spoit 10 ml, vial.

B. Bahan digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air suling steril, alkohol, DMSO (Dimetil sulfoksida), medium Nutrien Agar (NA), Potato Dekstrosa Agar (PDA), Maltosa Yeast Broth (MYB), Glukosa Nutrien Agar (GNA), suspensi bakteri Escherichia coli, bakteri Staphylococcus aureus, bakteri Bacillus subtilis, Salmonella Thyposa, Shigella disentriae, Candida albicans, bakteri Pseudomonas aeruginosa

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA)

Disiapkan alat dan bahan .

Ditimbang 0,5 g ekstrak beef, 1 g pepton, dan 1,5 g agar kemudian dilarutkan dalam 75 ml air suling

Suspensi dipanaskan hingga agar larut, kemudian disterilkan dalam otoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit.

2. Uji Skrining Antimikroba

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang Ekstrak metanol buah merah (), gandaria ( ), daun salam ( ) dan bandotan () sebanyak tiga kali masing-masing sebanyak 10 mg dan dimasukkan ke dalam vial steril. Dilarutkan ekstrak dengan DMSO sebanyak 0,2 (p sampai larut. Ditambahkan medium GNA kurang lebih 9,8 ml dan dihomogenkan pada masing-masing cawan petri. Dimasukkan campuran diatas ke dalam cawan petri steril. Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri membentuk angka delapan dan dibiarkan memadat. Diambil satu ose biakan bakteri dengan menggunakan ose bulat dan digoreskan ke permukaan medium sesuai dengan pembagiannya. Diinkubasikan pada suhu 37C selama 1 x 24 jam dan untuk Jamur diinkubasikan pada suhu 27C selama 3 x 24 jam. Diamati jika ada pertumbuhan mikroorganisme, mikroorganisme yang menunjukkan hasil positif akan digunakan pada pengujian aktivitas antimikroba dari bahan alam.

3. Pengolahan SampelKonsentrasi 0,1%

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang Ektrak metanol buah merah (), gandaria ( ), daun salam ( ) dan bandotan () sebanyak 10 mg dan dimasukkan kedalam vial steril. Ditambahkan 1 ml DMSO dan diaduk sampai semua ekstrak larut. Ditambahkan 9 ml air steril, dihomogenkan.

Konsentrasi 0,5%

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang Ektrak metanol buah merah (), gandaria ( ), daun salam ( ) dan bandotan ( ) sebanyak 50 mg dan dimasukkan kedalam vial steril. Ditambahkan 1 ml DMSO dan diaduk sampai semua ekstrak larut. Ditambahkan 9 ml air steril, dihomogenkan

Konsentrasi 1%

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang Ektrak metanol metanol buah merah (), gandaria ( ), daun salam ( ) dan bandotan () sebanyak 100 mg dan dimasukkan kedalam vial steril. Ditambahkan 1 ml DMSO dan diaduk sampai semua ekstrak larut. Ditambahkan 9 ml air steril, dihomogenkan.

4.Uji Aktivitas Antimikrobaa. Metode difusi agar Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipipet 10 ml medium GNA dan dimasukkan dalam vial steril. Diambil satu ose suspensi biakan bakteri dan dimasukkan ke dalam vial steril yang sudah diberi etiket yang sesuai. Dituang medium GNA yang telah berisi suspense bakteri tersebut ke dalam cawan petri dan dihomogenkan dengan membentuk angka delapan dan dibiarkan memadat. Dimasukkan pencadang ke dalam masing-masing konsentrasi Ekstrak metanol yaitu 0,1%, 1%, dan 10 %. Dibiarkan beberapa saat agar pencadang cukup menyerap konsentrasi yang diujikan. Diletakkan pencadang tersebut di atas permukaan medium GNA untuk masing-masing konsentrasi ekstrak sesuai dengan tanda. Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan 27C selama 3 x 24 jam untuk jamur. Diamati dan diukur zona hambatannya sebanyak 3 kali. Dilakukan perlakuan yang sama menggunakan ekstrak yang berbeda.

b. Metode KLT Bioautografi

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipipet 10 ml medium GNA dan dimasukkan dalam vial steril. Diambil satu ose suspensi biakan bakteri dan dimasukkan ke dalam vial steril yang sudah diberi etiket yang sesuai. Dituang medium GNA yang telah berisi suspense bakteri tersebut ke dalam cawan petri dan dihomogenkan dengan membentuk angka delapan dan dibiarkan memadat. Sampel ekstrak metanol kemudian ditotol pda lempeng KLT dengan hati-hati. Kemudian dielusi dengan pengelusi yang sesuai. Kemudian diamati penampakan noda pada lampu UV 254 & 366. lalu dimasukkan ke dalam cawan Petri, dan dibiarkan selama 15 menit. Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 1 x 24 jam. Diamati zona hambatnnya.

1. Gambar pengamatan

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok IV

2. Tabel Pengamatan

Difusi agar

KelompokkonsentrasiDiameter Zona Hambatan (mm)

E.ColiBsSaPaStSdCa

1Gandaria0,1 %

5 %

10 %0

0

25#0

0

32###6

6

7

2Buah Merah0,1 %

5 %

10 %#0

5

55

6

90

8

9###

3Daun Salam0,1 %

5 %

10 %#10

7,6

9##6

7

8#0

0

8

4Bandotan0,1 %

5 %

10 %0

0

9###8

0

010

11

118

8

9

B. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan isolasi pada bahan alam penghasil antibiotic serta uji aktivitas antibiotic dari hasil isolasi tersebut. Isolasi merupakan suatu cara untuk memisahkan mikroorganisme tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh biakan yang sifatnya murni yang dinamakan biakan murni. Isolasi perlu dilakukan agar memperoleh mikroorganisme murni yang mana mikroorganisme ini mampu mengahambat mikroorganisme lain. Zat yang dihasilkan merupakan antibiotik, dimana antibiotik sendiri merupakan bahan atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.

Antibiotik bersumber dari lingkungan diantarnya tanah, air laut, lumpur, kompos, limbah domestic, bahan makanan busuk dan lainnya. Namun kebanyakan antibiotika dihasilkan dari kikroba tanah. Karena mikroba tanah mengandung berbagai mikroba yang menghasilkan senyawa yang memghambat pertumbuhan atau mematikan mikroba lainnya. Daya kerja antibiotik beragam, antibiotik dapat menghambat sintesis dinding sel, DNA, RNA, protein, atau menghambat fungsi protein. Beberapa tanaman juga diketahui dapat menghasilkan senyawa- senyawa yang bersifat antibiotika sehingga dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi, sehingga perlu dilakukan pengujian untuk memastikan adanya sifat antibiotika dari suatu tanaman.

Mikroorganisme disebut sebagai endofit jika berada dalam tubuh tumbuhan setidaknya satu bagian dari siklus hidupnya, sehingga mikroorganisme ini tidak hanya numpang lewat atau menyebabkan penyakit (patogen). Mikroba endofit yang umum ditemukan adalah berupa bakteri dan jamur namun jamur lebih sering diisolasikan. Sifat mikroba endofit yang tidak berdampak negatif pada jaringan tumbuhan menunjukkan kemungkinan adanya hubungan simbiosis mutualisme antara mikroba endofit dan inangnya. Endofit ini di dalam tanaman berada di ruang antarsel. Endofit awalnya, ada di luar tubuh tanaman yang kemudian masuk jika terjadi luka pada tanaman. Jika sudah berada dalam tanaman, endofit akan menetap. Tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa bakteri endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam bakteri endofit sepanjang waktu evolusinya. Tumbuhan yang telah diteliti bakteri endofitnya masih sedikit. Oleh karena itu, masih ada banyak kesempatan untuk menemukan berbagai jenis, taksa endofit baru.Sampel yang dipilih adalah sampel yang berasal dari bahan alam yakni buah nangka dan belimbing yang telah busuk serta akar mengkudu dan sereh. Sampel buah dipilih yang telah busuk karena buah yang busuk mengandung lebih banyak mikroba yang diperlukan dalam pengisolasian antibiotika. Selain itu, telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tumbuhan terdapat mikroba endofit yang tumbuh pada jaringannya. Begitu pula dengan akar karena kebanyakan mikroba penghasil antibiotika terdapat ditanah.

Dalam percobaan ini dilakukan melalui 3 uji utama yaitu uji skrinning Dimana pada percobaan ini terlebih dahulu dilakukan uji skrining. Uji skrining ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak sampel digunakan dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Yang kedua adalah pemurnian dan yang ketiga adalah uji aktivitas antibiotik hasil fermentat.

Pada percobaan kali ini, kita akan menentukan daya hambat antibiotik yang terkandung dalam buah nangka dan belimbing yang telah busuk serta akar sereh dan mengkudu terhadap bakteri uji Vibrio Sp, bakteri Escherichia coli, bakteri Staphylococcus aureus, bakteri Bacillus subtilis, bakteri Staphylococcus epidermidis, bakteri Streptococcus mutans, Salmonella thyposa, Shigella dysentriae, Mucor sp, Rhizopus sp, dan Aspergillus niger . Dimana daya hambat hasil isolat sampel tersebut dapat dilihat dengan melihat zona hambatan yang terbentuk pada cawan petri setelah diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1 x 24 jam.Zona hambatan adalah suatu daerah bening yanng terbentuk disekitar pencadang atau disk bank yang merupakan indikator efektivitas antibiotik dalam membunuh atau menghambat aktivitas dari suatu mikroorganisme. Semakin besar zona hambatan berarti semakin baik pula tumbuhan tersebut digunakan sebagai antibiotik. Dan sebaliknya semakin kecil zona hambatan, berarti semakin jelek isolat tanaman tersebut dijadikan sebagai antibiotik.

Adapun dalam percobaan ini awalnya dilakukan pengenceran bertingkat dari 10-1 sampai 10-5. Hal ini bertujuan agar koloni mikroorganisme pada medium tidak terlalu banyak pada saat ditumbuhkan sehingga mudah diketahui koloni mana yang membentuk zona hambatan. Kemudian dilakukan uji skrining dengan menggunakan media pertumbuhan NA untuk bakteri karena mengandung banyak protein yang dibutuhkan untuk bakteri dan menggunakan PDA untuk pertumbuhan jamur karena mengandung karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur. Setelah itu, dilakukan pengamatan terhadap bakteri yang menunjukan zona hambatan pada medium. Bakteri yang menunjukan zona hambatan tersebut kemudian diambil dengan menggunakan ose dan dipindahkan ke medium NA/PDA miring untuk kemudian di inkubasi kembali.

Setelah inkubasi selesai, dilakukan pemurnian mikroorganisme. Tujuan dilakukannya pemurnian ini yaitu untuk mendapatkan koloni tunggal dari bakteri hasil uji skrinning untuk kemudian dilakukan pengujian selanjutnya sehingga dapat dipastikan apakah koloni tersebut benar benar dapat digunakan sebagai antibiotik atau tidak. Koloni tunggal yang terbentuk kemudian dipindahkan sekali lagi pada medium NA/PDA miring untuk kemudian di inkubasi kembali.

Mikroorganisme yang telah tumbuh pada medium miring kemudian diambil 1 ose dan dipindahkan pada medium Maltose Yeast Broth (MYB) karena media ini merupakan media cair yang mengandung ekstrak yeast sebagai sumber protein, maltose dan dekstrosa sebagai sumber karbon dan pepton sebagai sumber asam amino yang dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energy dalam metabolisme dan pergerakan. Fermentasi dalam medium Maltose Yeast Broth (MYB) selama 1 x 24 jam, sambil dikocok dengan kecepatan 200 rpm agar selama fermentasi bakteri akan mencapai fase stasioner dan menghasilkan metabolit sekunder.

Setelah proses fermentasi, dilanjutkan dengan uji aktivitas antibiotika fermentat. Kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui aktivitas daya hambat dari antibiotika yang dihasilkan dengan menggunakan medium GNA. Digunakan medium GNA karena medium ini dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri maupun jamur. Setelah cawan petri dinkubasi pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam, akan terbentuk daerah hambatan berupa zona bening disekitar disk blank yang kemudian diukur dengan menggunakan mistar. Pencadang yang digunakan berupa logam tahan karat, mempunyai ukuran diameter luar 8 mm, diameter dalam 6 mm dan tinggi 10 mm. Pada saat pencadang ditanamkan ke dalam seed layer, diusahakan agar pencadang tersebut diletakkan tegak lurus dan agak ditekan agar pencadang dapat tertanam pada seed layer tetapi jangan sampai tertanam pada base layer , karena sampel antibiotika tidak dapat berdifusi keluar atau dapat berdifusi tapi hanya pada base layer saja, dimana pada lapisan ini tidak ada mikroba jadi sehingga tidak menunjukkan daya hambat. Zona bening tersebut terbentuk karena di daerah tersebut pertumbuhan mikroba uji dihambat oleh sampel uji. Besar-kecilnya zona bening yang terbentuk menjadi parameter kefektifan dari sampel uji dalam menghambat atau membunuh bakteri uji. Alasan digunakan bakteri dan jamur adalah untuk melihat mikroorganisme yang dapat dihambat oleh ekstrak bahan alam khususnya bakteri yang pathogen atau yang sering menimbulkan penyakit pada manusia. Misalnya pada Staphylococcus mutans dan Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus mutans merupakan organisme yang menyebabkan karies pada gigi. Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah).fakultatifHYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_epidermidis" \l "cite_note-a-0"

Beberapa karakteristik bakteri ini adalah , koagulase negatif, katalase positif, gram-positif, berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5-1,5 m. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran mukosa manusia. Infeksi S. epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang dirawat dalam waktu lama.Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh 4 isolat yaitu 2 isolat bakteri dan 2 isolat jamur kemudian dilanjutkan pada uji aktivitas antibiotikanya. Dimana didapatkan hasil bahwa pada isolat bakteri yang dapat menghambat pertumuhan bakteri adala isolat bakteri buah nagka yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli serta isolat bakteri akar sereh yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan pada isolat jamur, didapatkan hasil bahwa isolat jamur buah nangka efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, isolat jamur dari akar sereh efektif menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dan Staphyllococcus aureus, isolat jamur akar mengkudu efektif menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, Aspergillus niger dan Rhizopus sp Efek antibiotik yang dihasilkan berbeda-beda terhadap mikroorganisme ada yang memiliki zona hambat lebih besar ada juga yang memiliki zona hambat lebih kecil. Hal ini menandakan bahwa lebih besar zona hambatannya maka menghasilkan antibiotik yang lebih sensitive.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

Pada isolat bakteri

Isolat 1 B1: Bacillus subtilis yaitu 27 mm dan Escherichia coli yaitu 11.8 mm.Isolat 1 B2 : Vibrio sp yaitu 9.8 mm dan Escherichia coli yaitu 9.6 mmIsolat 2 B1: Bacillus subtilis yaitu 7 mm dan Vibrio sp yaitu 2.3 mmIsolat 2 B2: Bacillus subtilis yaitu 3.5 mm dan Staphylococcus aureus yaitu 26.3 mm

Isolat 3 B1: Tidak terdapat zona hambatan

Isolat 3 B2: Tidak terdapat zona hambatan

Isolat 4 B1: Tidak terdapat zona hambatan

Isolat 4 B2: Tidak terdapat zona hambatan

Pada isolat jamur

Isolat 1 J1: Bacillus subtilis yaitu 12.6 mm dan Aspergillus niger yaitu 17.3 mm

Isolat 1 J2: Bacillus subtilis yaitu 12.3 mm, Escherichia coli yaitu 21 mm dan Staphyllococcus aureus yaitu 18 mm

Isolat 2 J1: Bacillus subtilis yaitu 15 mm dan Staphyllococcus aureus yaitu 23.6 mm

Isolat 2 J2: Bacillus subtilis yaitu 9.6 mm Staphyllococcus aureus yaitu 8 mm

Isolat 3 J1: Tidak terdapat zona hambatan

Isolat 3 J2: Streptococcus mutans yaitu 9 mm

Isolat 4 J1: Streptococcus mutans yaitu 8 mm dan Aspergillus niger yaitu 18.6 mm

Isolat 4 J2: : Streptococcus mutans yaitu 10.3 mm dan Rhizopus sp yaitu 73 mm

B. SaranSebaiknya pada proses pengerjaan dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi dengan benda lain atau mikroba yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Isolasi Mikroorganisme.Sumatera Utara (pdf search)

Anonim. 2010. Isolasi Mikroorganisme. (online) problogindo /10/2010.10:33:00 AM

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI : Jakarta

Djidje, M.N., Sartini. 2008. Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA, UNHAS. Makassar.

Garitty. 2004. Taxonimic Ontline of The Procaryotes Second Adition. Bergeys Wanal Trust: New York.

Irianto, Koes, 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, Irama Widya. Bandung.

Pratiwi.T. Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rusli, S.Si, Apt., 2011, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Terapan, Fakultas Farmasi UMI, Makassar.Tjitrosoepomo.G.2007. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Uji skrining

Sampel ditimbang 1 gr lalu dibuat pengenceran 10-1 10-5

Suspensi sampel

Isolasi mikroba

Dimasukkan ke dalam cawan petri berisi NA dan PDA

Inkubasi

Diamati koloni yang memiliki zona hambatan disekitarnya

Seleksi biakan

Koloni yangmenunjukkan zona hambat diambil 1 ose

Pemurnian isolate mikroba pada medium agar miring

Diinkubasi

Fermentasi

Koloni biakan murni diinokulasi 1 ose

Difermentasi dalam medium MYB

Dikocok dengan kecepatan 200 rpm

Pengujian aktivitas antibiotik

Medium GNA dimasukkan dalam vial

Ditambah susupensi mikroba uji, homogenkan

Dimasukkan dalam cawan petri steril sebanyak 10 ml biarkan memadat

Dimasukkan disk blank

Diinkubasi 1 x 24 jam

Pengamatan dengan diukur diameter zona hambatannya

KOMPOSISI MEDIUM

Nutrient Agar (NA)

Ekstrak daging

3

Pepton

5

Agar

20

Aquadest

ad 1 L

Potato Dextrosa Agar (PDA)

Kentang

200

Dekstrosa

10

Agar

20

Aquadest

ad 1 L

Maltosa Yeast Broth (MYB)

Ekstrak Daging

3

Maltosa

10

Pepton

5

Glukosa

10

Aquadest

ad 1 L

Glukosa Nutrient Agar (GNA)

Ekstrak yeast

10

Glukosa

10

Agar

15

Aquadest

ad 1 L

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun gandaria

Difusi Agar

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Disk Blank

3. Zona hambat

4. Medium

a. Staphylococcus aureus

b. E.coli

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun gandaria

Difusi Agar (Candida albicans)

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Disk Blank

3. Zona hambat

4. Medium

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun gandaria

KLT

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium

a. Staphylococcus aureus

b. E.coli

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun gandaria

KLT (Candida albicans)

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium

3. Koloni

a b c

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak buah merah

Difusi Agar

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Disk Blank

3. Zona hambat

4. Medium

a. Pseudomonas aeruginosa

b. Bacillus subtilis

c. Staphylococcus aureus

a b c

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak buah merah

KLT

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium

a. Pseudomonas aeruginosa

b. Bacillus subtilis

c. Staphylococcus aureus

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun salam

Difusi Agar

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Disk Blank

3. Zona hambat

4. Medium GNA

a. Bacillus subtilis

b. Salmonella thyposa

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun salam

Difusi Agar (Candida albicans)

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Disk Blank

3. Zona hambat

4. Medium GNA

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun salam

KLT

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium GNA

a. Salmonella thyposa

b. Bacillus subtilis

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak daun salam

KLT (Candida albicans)

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium GNA

a bc 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak bandotan

Difusi Agar

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Disk Blank

3. Zona hambat

4. Medium

a. Salmonella thyposa

b. Shigella disentriae

c. E.coli

a b 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak bandotan

Difusi Agar (Candida albicans)

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Disk Blank

3. Zona hambat

4. Medium

a b c 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak bandotan

KLT

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium

a. Salmonella thyposa

b. Shigella disentriae

c. E.coli

a b c 4

LABORATORIUM

MIKROBIOLOGI FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Ekstrak bandotan

KLT (Candida albicans)

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium

IVA MUKRIMA ULFAH CHAERANY PAJRAH S, FARM

150 209 293