aktivitas belajar tesis

Upload: tatang-solehan

Post on 19-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

    DI SMPN 17 SOLOK SELATAN

    Propsal tesis

    OLEH

    MELZI FEBRIKA

    NIM. 51532/2009

    Dosen Pembimbing:

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Muliyardi, M. Pd Prof. Dr. I Made Arnawa, M.Pd

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

    KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    2010

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

    bangku sekolah menengah, karena menurut Kurukulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) matematika memiliki tujuan agar siswa dapat: 1)

    memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

    mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, tepat dan efisien, 2)

    menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

    gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi

    kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

    mennyelesaikan permasalahan dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4)

    mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, grafik, diagram atau media

    lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap

    menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

    ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap

    ulet dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah.

    Untuk mencapai tujuan matematika di atas, harus ada dukungan dan

    kerjasama antara guru dan siswa. Guru harus selalu menciptakan proses

    pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dalam belajar dengan

    menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Siswa harus aktif dalam

    proses pembelajaran, sehingga interaksi guru dan siswa dapat terjalin

    dengan baik. Namun kenyataan yang ditemui di SMP 17 Solok Selatan

    khususnya di kelas IX1 aktifitas siswa dalam proses pembelajaran

    matematika masih rendah.

    Selama proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung hanya

    mendengarkan penjelasan guru, meskipun guru memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk bertanya. Kesempatan untuk bertanya ini hanya

    digunakan 1 atau 2 orang siswa saja. Misalnya pada pokok bahasan

  • kesebangunan, setelah guru menjelaskan pengertian dua bangun yang

    sebangun, guru bertanya kepada siswa dari gambar berikut ini

    apakah gambar diatas sebangun?. Tidak ada siswa yang mengacungkan

    tangan untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

    Setelah dianalisis ternyata penyebab siswa kurang aktif dalam proses

    pembelajaran diantaranya siswa merasa takut dan malu jawaban yang

    diberikan ternyata salah. Terkadang siswa juga hanya mendiskusikan

    jawaban dengan teman sebangkunya, tanpa berusaha memberikan jawaban

    kepada guru. Berbagai usaha telah penulis lakukan diantaranya memberikan

    nilai tambahan ketika ada siswa yang bertanya atau memberikan komentar

    atas pertanyaan dari guru, dan membagi siswa dalam beberapa kelompok

    untuk belajar dirumah. Namun aktivitas dan hasil belajar siswa belum

    menunjukan hasil yang maksimal. Hasil belajar siswa yang masih rendah

    dapat dilihat pada table berikut:

    Tabel I : Rata-rata Hasil Ujian Akhir Semester I Siswa Kelas IX

    SMPN 17 Solok Selatan

    Kelas Nilai

    IX1 56,25

    IX2 56,04

    Untuk itu penulis bermaksud melakukan perbaikan dengan

    menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams

    Achievement division). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok, dimana setiap

    kelompok terdiri dari siswa yang kurang pintar, menegah dan pintar. Model

    ini menuntut kerjasama tim dalam memahami konsep dan menyelesaikan

  • persoalan, karena nilai tim sangat tergantung pada nilai individu dalam tim.

    Pada setiap akhir pertemuan juga diadakan kuis secara individu. Usaha

    perbaikan tersebut peneliti wujudkan dalam bentuk penelitian tindakan kelas

    dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika

    Siswa Dengan Pembelajaran Koopeatif tipe STAD di SMPN 17 Solok

    Selatan.

    B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat

    diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

    1. Pembelajaran yang dilaksanakan masih cenderung berlangsung satu

    arah.

    2. Keinginan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan masih

    rendah.

    3. Aktivitas belajar siswa masih rendah baik dalam belajar kelompok

    maupun individu.

    4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

    C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi

    pada aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada kelas VIII1 SMPN 17

    Solok Selatan.

    D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan maka penelititan

    ini dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaiamanakah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student

    Teams Achievement Division) dapat meningkatkan aktivitas belajar

    siswa?

  • 2. Bagaimanakah model pembelajaran Koopertaif tipe STAD (Student

    Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar

    matematika siswa?

    E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa.

    2. Meningkatkan hasil belajar siswa.

    F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna :

    1. Bagi peneliti, untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran

    Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat

    membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.

    2. Bagi guru mata pelajaran matematika, dapat menjadikan model

    pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

    Division) sebagai salah satu alternatif solusi.

    3. Bagi sekolah supaya dapat membudayakan penelitian dikalangan guru-

    guru, sehingga guru- guru dapat mencarikan solusi dari masalah-

    masalah yang ditemui dalam pembelajaran.

    4. Bagi lembaga atau instansi pendidikan, agar dapat meningkatkan mutu

    pendidikan ke arah yang lebih baik lagi.

    5. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan semangat untuk belajar dengan

    adanya metode pembelajaran yang lebih beraneka ragam.

  • BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika

    Pembelajaran matematika merupakan upaya guru mendorong atau

    memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pemahamannya akan

    matematika. Suherman, dkk (2003: 15) mendefenisikan bahwa matematika

    adalah sarana berfikir logis, sistematis, terstruktur dan memiliki keterkaitan

    yang kuat dan jelas antar konsepnya.

    Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa

    mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan

    berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

    bekerjasama. Sejalan dengan itu, Hudoyo (1994:5) menyatakan bahwa

    pembelajaran matematika hendaknya diarahkan untuk membantu siswa

    berfikir, karena matematika memungkinkan penyelesaian masalah dengan

    benar dan benarnya penyelesaian karena penalarannya memang sangat jelas.

    Jadi, pembelajaran matematika menggambarkan bahwa siswa

    dituntut untuk belajar aktif. Salah satu model pembelajaran yang dapat

    membuat siswa aktif adalah pembelajaran kooperatif. Dengan berkooperatif

    siswa lebih mudah mengkonstruksi materi untuk dirinya. Pada pembelajaran

    kooperatif ini, terjadi interaksi antara siswa, mereka saling bertukar ide

    dalam memecahkan masalah, dan siswa lemah dapat bertanya kepada siswa

    yang pandai.

    2. Pembelajaran Kooperatif Menurut Nur (dalam Mirna, 2007:8) pembelajaran kooperatif

    mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam

    kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda dan saling membantu

    dalam belajar. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan pada siswa

    terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan pembelajaran. Ciri-

  • ciri dari pembelajaran kooperatif Muhammad Nur (2005 : 7 ) adalah sebagai

    berikut :

    a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi lansung diantara para siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya

    dan juga teman-teman sekelompok. d. Peran guru membantu para siswa untuk mengembangkan

    keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

    Belajar kooperatif lebih dari belajar kelompok. Belajar kooperatif

    memupuk pembentukan kelompok kerja dengan lingkungan positif,

    meniadakan persaingan individu, dan isolasi dilingkungan akademik. Dalam

    hal ini tiga konsep utama yang menjadi karakteristik pembelajaran

    kooperatif menurut Slavin (2005 : 6) yaitu penghargaan kelompok,

    pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

    Terdapat banyak tipe pembelajaran kooperatif yang telah

    dikembangkan dan diteliti, diantaranya Student Teams-Achievement

    Division (STAD) atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi, Teams Games-

    Tournament (TGT) atau pertandingan permainan-Tim, Teams Assisted

    Individualization (TAI) atau Individual Dibantu-Tim, Cooperative

    Integrated Reading and Composition (CIRC) atau pengajaran kooperatif

    Terapdu Membaca dan Menulis, Jigsaw, dan lain-lain.

    Menurut Slavin (2005: 8), tipe STAD menempatkan siswa dalam tim

    belajar beranggotakan empat orang yang heterogen. Setelah melakukan

    diskusi kelompok, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi bersangkutan

    secara individual, tidak dapat saling membantu. Skor siswa dibandingkan

    dengan skor yang lalu, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh

    siswa melampaui prestasi yang lalunya. Poin tiap anggota kelompok

    selanjutnya dijumlahkan untuk memperoleh skor tim. Tim yang mencapai

    kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan lain. TGT

    merupakan metode yang berkaitan dengan STAD. Siswa memainkan

    permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan

    poin untuk skor tim merek. TAI juga sama dengan STAD, bedanya bila

  • STAD menggunakan satu langkah pembelajaran di kelas, TAI

    menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual.

    Pada metoda CIRC siswa terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama,

    termasuk saling membacakan satu sama lainnya, membuat prediksi, saling

    membuat iktisar, menulis tanggapan terhadap cerita, dan lain-lain. Pada

    metoda jigsaw siswa dikelompokkan kedalam tim yang beraggotakan enam

    orang. Mereka ditugasi mempelajari materi yang telah dibagi-bagi menjadi

    beberapa sub-bab. Kemudian anggota-anggota dari tim yang berbeda

    berkumpul dalam kelompok-kelompok ahli yang mendiskusikan sub-bab

    mereka. Kemudian mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk

    menjelaskan kembali materi yang diperoleh kepada anggota tim mereka.

    Diantara beberapa tipe yang diuraikan diatas STAD paling sederhana

    dan cocok dengan pembelajaran matematika. Berikut hal ini akan diuraikan

    dengan lengkap.

    3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Kajian Umum

    Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh

    Robert Slavin. Slavin (2005:11) menyatakan, pembelajaran ini

    terdiri dari lima komponen yaitu prestasi kelas, kerja kelompok,

    kuis, skor, skor perbaikan individual, dan penghargaan kelompok.

    Kelima komponen ini diuraikan sebagai berikut.

    1) Presentasi Kelas Presentasi kelas sering menggunakan pengajaran langsung

    atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan guru, namun dapat

    meliputi presentasi audio visual atau kegiatan penemuan

    kelompok. Presentasi kelas pada STAD berbeda dengan

    pengajaran biasa, yaitu siswa lebih difokuskan pada unit STAD.

    Siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh

    memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu

  • akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor

    kuis mereka menentukan skor kelompoknya.

    2) Kerja Kelompok Siswa bekerja/berdiskusi di dalam kelompok yang

    dilakukan dengan membagi siswa atas empat atau lima siswa

    secara heterogen yang memuat siswa yang kemampuannya tinggi,

    sedang, dan rendah. Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan

    anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. kelompok berkumpul

    untuk mempelajari LKS atau bahan lain. Ketika siswa

    mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban,

    kerja kelompok yang paling sering dilakukan adalah

    membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila sesama

    kelompok membuat kesalahan.

    Kerja kelompok tersebut merupakan ciri terpenting STAD.

    Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok

    agar melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, dan pada

    kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu

    anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan teman

    sebaya untuk kerja akademik yang memiliki pengaruh berarti

    pada pembelajaran, dan kelompok menunjukkan saling peduli dan

    hormat. Hal ini memberikan pengaruh berarti pada hasil-hasil

    belajar, seperti hubungan antar kelompok, harga diri, dan

    penerimaan terhadap kebanyakan siswa.

    3) Kuis Untuk mengetahui efektif atau tidaknya suatu belajar

    kelompok maka perlu diadakan evaluasi, hal ini berguna bagi

    penyelenggara belajar kelompok, agar tidak mengulangi

    kasalahan-kesalahan yang sama dan memperbaiki kesalahan-

    kesalahan dalam belajar kelompok yang akan datang, sebagai alat

    evaluasi disini diadakan kuis. Kuis adalah suatu tes singkat yang

  • dilaksanakan 10 menit setelah belajar kelompok. Tes terdiri dari

    satu atau beberapa pertanyaan sederhana yang berkenaan dengan

    materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.

    Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD kuis yang

    diadakan setelah kira-kira satu sampai dua periode dari persentase

    guru dan satu sampai dua periode dari latihan kelompok, siswa

    diberikan kuis secara individual. Siswa tidak dibolehkan untuk

    saling membantu yang lain selama kuis. Jadi, setiap siswa secara

    individu bertanggung jawab untuk mengetahui materi pelajaran.

    Dengan sering mengadakan ulangan atau kuis maka penguasaan

    siswa terhadap mutu pelajaran makin baik dan mudah

    direproduksi, sehingga dapat mereka aplikasikan. Tujuannya

    adalah untuk mengukur pemahaman siswa tentang topik yang

    telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

    4) Skor Perbaikan Individu Maksudnya adalah perbaikan skor yang diperoleh siswa

    pada suatu periode dan periode sebelumnya. Ini hanya dapat

    dicapai jika siswa bekerja keras dan tampil lebih baik dari

    sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum

    kepada kelompoknya dalam sistem penskoran, kecuali jika

    mereka tidak mengalami peningkatan skor dari sebelumnya.

    Setiap siswa mendapat skor awal yang diambil dari nilai

    sebelumnya, kemudian siswa mendapat poin untuk kelompok

    mereka berdasarkan berapa banyak nilai kuis mereka yang

    melebihi skor awal mereka.

    5) Penghargaan Kelompok Skor kelompok yang melampaui kriteria penilaian

    tertentu, pantas mendapatkan penghargaan dengan cara guru

    memberikan nilai tambahan, pujian, atau hadiah yang akan

    membuat siswa lebih termotivasi dan bertambah giat untuk

    meningkatkan prestasinya dalam belajar. Disini siswa akan lebih

  • menghargai seorang guru karena mereka merasa sangat dihargai

    dengan apa yang dikerjakannya.

    Kelompok pantas mendapatkan sertifikat atau hadiah jika

    rata-rata skor melampaui kriteria tertentu. Dalam memberikan

    penghargaan kelompok, dilakukan dua tahap yaitu :

    a) Menghitung skor individu dan skor kelompok

    Skor yang diperoleh siswa digunakan untuk menentukan

    nilai perkembangan individu dan untuk menentukan skor

    kelompok, dengan cara ini anggota kelompok memiliki

    kesempatan untuk memberikan sumbangan maksimum untuk

    kelompoknya.

    Perhitungan skor perkembangan adalah sebagai berikut :

    Tabel II : Perhitungan nilai perkembangan

    Skor tes akhir Nilai perkembangan

    Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

    10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal 10

    Skor awal hingga 10 poin diatas skor awal 20

    Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

    Pekerjaan sempurna 30

    Sumber Ibrahim, (2000:57)

    b) Menghargai prestasi kelompok

    Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi

    kelompok, terdapat tiga tingkatan penghargaan adalah sebagai

    berikut :

  • Tabel III : Tingkat penghargaan kelompok

    Nilai rata-rata Penghargaan

    5-14 Baik

    15-24 Hebat

    25-30 Super

    Sumber Ibrahim, (2000:62)

    Selanjutnya Slavin menyampaikan juga bahwa agar

    pembelajaran seperti ini dapat optimal, maka beberapa

    kelemahan yang dapat muncul padanya dapat diantisipasi.

    Adapun kelemahannya adalah:

    1. Dalam proses diskusi terdapat peluang anggota kelompok

    tidak aktif yang hanya mengganggu teman-tamannya yang

    aktif sehingga selain merugikan dirinya sendiri juga

    merugikan kelompoknya.

    2. Bila guru tidak merencanakan tugas dengan baik yang

    mengharuskan setiap anggota kelompok aktif berpartisipasi

    mengerjakan tugas kelompok, maka kerjasama tidak akan

    berjalan dengan baik.

    Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini diharapkan

    guru dapat membuat perencanaan yang baik. Dengan ini dapat

    diatasi kelemahan-kelemahan yang dapat terjadi. Misalnya,

    guru dapat merencanakan untuk menyuruh siswa membuat

    laporan hasil diskusi secara individu, walaupun ini merupakan

    tanggung jawab kelompok.

    b. Persiapan Menggunakan STAD Berdasarkan uraian diatas, agar semua komponen STAD

    terlaksana dengan baik dan untuk mengantisipasi kelemahan yang

    mungkin terjadi maka diperlukan persiapan tersebut menurut Slavin

    (2005:12) diuraikan sebagai berikut:

  • 1) Bahan Ajar

    Bahan ajar merupakan isi proses belajar mengajar yang

    diberikan untuk dimiliki siswa. Dalam menentukan bahan ajar

    hendaknya guru memiliki pedoman agar bahan ajar yang

    diberikan teratur. Bahan ajar yang dibuat guru untuk

    pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berupa LKS, kunci

    LKS, dan kuis untuk tiap unit atau kompetensi dasar yang

    diajarkan. Setiap unit dapat memerlukan tiga sampai empat

    pertemuan.

    2) Penempatan Siswa dalam kelompok

    Sebuah kelompok dalam STAD terdiri dari empat atau lima

    siswa yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari kinerja

    yang lalu, suku dan jenis kelamin. Siswa ditempatkan ke dalam

    kelompok oleh guru, bukan oleh siswa yang memilih anggotanya

    sendiri, karena siswa akan cenderung memilih anggota yang

    memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Langkah-langkah

    yang dapat diikuti dalam penyusunan kelompok adalah sebagai

    berikut:

    a) Buat salinan format lembar ikhtisar kelompok, misalnya sebagai

    berikut.

    Lembar Ikhtisar

    Kelompok

    Nama Kelompok:

    Anggota Kelompok Total

    Skor Klmpk Total

  • Rata-rata Klmpk

    Hadiah klmpk

    b) Meranking siswa

    Untuk melakukan perankingan dapat digunakan

    informasi apapun yang tersedia. Misalnya dengan

    menggunakan prestasi akademik atau kinerja siswa.

    c) Menetapkan jumlah anggota kelompok

    Setiap kelompok seharusnya memiliki empat anggota

    bila mungkin. Untuk menetapkan berapa banyak kelompok di

    kelas tersebut, bagilah jumlah siswa di kelas itu menjadi empat.

    d) Menempatkan siswa kedalam kelompok

    Pada saat menempatkan siswa kedalam kelompok,

    seimbangkan kelompok-kelompok tersebut sedemikian rupa

    sehingga:

    (1) Setiap kelompok tersusun dari siswa yang tingkat

    kinerjanya memiliki rentang rata-rata nila dari rendah

    sampai yang tinggi.

    (2) Tingkat kinerja rata-rata dari seluruh tim di dalam kelas

    tersebut kurang lebih sama. Untuk hal ini gunakan daftar

    siswa menurut kinerjanya.

    e) Mengisi Format Lembar Ikhtisar Kelompok, yang sudah dibuat

    pada langkah a). Dengan demikian akan terdapat beberapa

    Format Lembar Ikhtisar Kelompok yang sudah berisi nama

    kelompok dan nama-nama anggota kelompok bersangkutan.

    3) Penentuan skor dasar awal

    Skor dasar mewakili skor rata-rata siswa pada kuis yang

    lalu atau nilai final siswa dari tahun yang lalu.

  • 4) Jadwal kegiatan

    Dalam menyusun jadwal kegiatan harus diperhatikan bahwa

    pembelajaran tipe STAD terdiri dari siklus-siklus yang tetap.

    Suatu siklus kegiatan pembelajaran tipe STAD yang harus

    diperhatikan adalah sebagai berikut.

    a) Mengajar dengan mempresentasikan pelajaran.

    b) Belajar kelompok, dimana siswa bekerja pada LKS dalam

    kelompok mereka untuk menuntaskan bahan tersebut.

    c) Kuis secara individual.

    d) Penghargaan kelompok, dimana skor dihitung berdasarkan

    skor perbaikan anggota kelompok, dan sebagai

    penghargaan, kelompok yang mendapat skor tinggi

    mendapat sertifikat atau dicantumkan dalam papan buletin.

    4. Aktivitas Siswa dalam Belajar

    Keinginan untuk mempelajari matematika dapat dilihat dari

    aktivitas belajar siswa. Aktivitas merupakan hal penting dalam

    pembelajaran, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan

    berlangsung dengan baik. Edi Suardi dalam Sardiman (2001:15)

    mengemukakan ciri-ciri dari adanya interaksi dalam proses belajar mengajar

    yang salah satunya yaitu ditandai dengan adanya aktivitas siswa.

    Dalam pandangan kontruktivis siswa merupakan tokoh sentral dalam

    kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan pernyataan diatas aktivitas siswa

    merupakan syarat utama berlangsungnya proses pembelajaran. Tugas guru

    adalah membimbing dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan bakat

    dan potensinya. Sehingga siswalah yang aktif atau beraktifitas dalam

    menemukan konsep yang akan dipelajarinya.

    Aktivitas siswa tidak hanya dinilai dari partisipasi dalam

    menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Aktivitas siswa juga dapat

    dilihat dari kemampuan siswa berpikir kritis dan kreatif. Yang dimaksud

  • dengan berpikir kritis adalah suatu cara berpikir memeriksa hubungan-

    hubungan serta mengevaluasinya, kemampuan untuk mengumpulkan

    informasi, mengingat serta menganalisanya, kemampuan untuk membaca

    serta memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan.

    Untuk melihat adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran, Sudjana

    dalam Elvina (2001:20) menentukan ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah 3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru bila tidak mengerti

    dengan persoalan yang dihadapi. 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

    pemecahan masalah. 5. Melakasanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru. 6. Melatih diri dalam mengerjakan soal. 7. Memanfaatkan kesempatan menerapkan apa yang telah

    diperolehnya dalam menyelesaikan tugas-tugas atau persoalan yang dihadapinya.

    Berdasarkan kutipan diatas maka dibuat sub-sub indikator sebagai

    ciri adanya aktivitas yang dilakukan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

    tercapai. Selanjutnya sub-sub indikator tersebut digunakan sebagai indikator

    pada lembar observasi aktivitas siswa. Sub-sub indikator yang dimaksud

    adalah:

    1). Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

    a. Memperhatikan Penjelasan guru/ teman

    b. Mempersiapkan alat-alat belajarnya

    2). Terlibat dalam pemecahan masalah

    a. Memberikan saran atau kritikan terhadap penjelasan guru/ teman atau

    saat berdiskusi.

    b. Mengajukan pendapatnya terhadap sajian guru/ teman didepan kelas.

    3).Bertanya kepada siswa lain atau guru bila tidak mengerti dengan

    persoalan yang dihadapi.

    a. Bertanya kepada guru

    b. Bertanya pada teman dalam kelompok

  • 4). Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

    masalah.

    a. Membaca buku

    b. Bertanya pada kelompok lain.

    5). Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru.

    a. Mengerjakan soal-soal tugas kelompok secara individu terlebih dahulu,

    sebelum kemudian mencocokkan dengan anggota kelompoknya.

    b. Mendiskusikan tugas kelompoknya.

    6). Melatih diri dalam mengerjakan soal.

    a. Mengerjakan latihan individu

    7). Memanfaatkan kesempatan menerapkan apa yang telah diperolehnya

    dalam menyelesaikan tugas-tugas atau persoalan yang dihadapinya.

    a. Menyelesaikan pelaksanaan dalam proses pembelajaran dituntut untuk

    dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendukung

    terciptanya tujuan pembelajaran. Salah satunya melibatkan siswa

    secara aktif baik perorangan maupun kelompok.

    Sehubungan pembelajaran tidak terlepas dari pesan guru sebagai

    pengelola. Keberhasilan pembelajaran matematika dengan pendekatan

    kontruktivis yang dilaksanakan secara kooperatif, juga dapat ditinjau dari

    perkembangan kualitas kegiatan guru mengelola pembelajaran tersebut.

    Penilaian kualitas kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran didasarkan

    atas aspek-aspek yang menurut Stanley (dalam Triana, 2008:26) adalah:

    1. Pra pembelajaran a. Mempersiapkan siswa untuk belajar b. Melakukan kegiatan apersepsi

    2. Kegiatan pembelajaran a. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran b. Mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan c. Mengaitkan materi dengan realita kehidupan

    3. Pendekatan/ Strategi pembelajaran a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang

    akan dicapai b. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana koopertaif tipe

    STAD c. Memusatkan perhatian siswa

  • d. Melaksanakan pembelajaran secara Sistematis e. Menguasai kelas f. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

    kebiasaan positif g. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang

    direncanakan 4. Pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran

    a. Menggunakan media secara efektif dan efisien b. Menghasilkan pesan yang menarik. c. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

    5. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa a. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran b. Menunjukkan sikap positif terhadap respon siswa c. Menunjukkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

    6. Penilaian Proses dan hasil belajar a. Memantau kemajuan belajar selama proses b. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

    7. Penggunaan bahasa a. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar b. Menyampaikan pesan dan gaya yang sesuai

    8. Penutup a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan

    siswa b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau

    kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

    Kegiatan dalam mengelola kelas dipantau dan dinilai kualitasnya

    berdasarkan kategori yang ditentukan. Menurut Ridwan (2007:20) Kategori

    tersebut adalah 1 = Sangat tidak baik, 2 = Tidak baik, 3 = Kurang baik, 4 =

    Baik, dan 5 = Sangat baik.

    5. Hasil belajar Siswa Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk mengetahui keberhasialan

    siswa dalam menguasai materi pelajaran setelah mengikuti proses

    pembelajaran. Menurut Khaterina dalam Semiawan (1997:23) hasil belajar

    adalah perubahan tingkah laku pada siswa yang belajar. Perubahan yang

    terjadi ditandai dengan bertambah baiknya atau meningkatnya kemampuan

    yang dicapai oleh siswa sebagai akibat dari adanya proses belajar.

  • Hasil belajar yang dicapai diharapkan mempunyai efek yang bagus

    terhadap peningkatan hasil belajar dan minat siswa untuk belajar. Suharsimi

    (1992:7) menyatakan Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk

    mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa dan

    penggunaan strategi sudah tepat atau belum. Dalam penelitian ini, hasil

    belajar yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam menjawab tes

    penguasaan materi yang dipelajari dalam ranah kognitif.

    6. Lembar Kerja Siswa (LKS)

    Menurut Majid (2006:176) LKS adalah lembaran-lembaran yang

    berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, LKS merupakan suatu unit

    program pembelajaran yang berisikan materi pelajaran dan disajikan dalam

    bentuk tugas, soal dan pertanyaan. Pertanyaan tugas serta soal-soal tersebut

    dibuat dan disusun sebaik-baiknya oleh guru sehingga dengan cara itu siswa

    dapat menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam materi

    pembelajaran.

    Penggunaan LKS dapat memotivasi siswa dan merupakan salah satu

    variasi pendekatan agar siswa tidak mudah bosan belajar dan juga dapat

    menjadikan siswa aktif serta dapat meningkatkan potensi belajar siswa. Tim

    Revisi Bahan PKG Matematika (2003:3) mengemukakan fungsi LKS

    sebagai berikut:

    1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi proses pembelajaran.

    2. Dapat mempercepat proses pembelajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik

    3. Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, dan klasikal

    4. Meringankan kerja guru dalam memberi bantuan perorangan kelas besar 5. Dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa

  • Menurut Soekamto (1998: 10) komponen-komponen yang perlu

    diperhatikan dalam penyusunan LKS yaitu:

    a. Materi dan contoh soal b. Petunjuk penyelesaian c. Soal yang akan dikerjakan siswa

    LKS yang baik akan memberi keseragaman pandangan siswa

    terhadap pengamatan dalam menanamkan konsep yang benar dengan

    program yang telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengatasi

    kesukaran yang mungkin timbul selama proses pembelajaran berlangsung.

    Sebagai alat bantu pembelajaran, LKS harus benar-benar berfungsi

    sebagaimana mestinya. Penyusunan LKS harus sesuai dengan materi, berisi

    petunjuk yang mengarahkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang ada

    di dalam LKS. Petunjuk penyelesaian tersebut berorientasi pada

    pembelajaran koperatif tipe STAD yaitu siswa tidak boleh melanjutkan

    menyelesaikan soal-soal berikutnya sebelum yakin bahwa semua anggota

    kelompok sudah bisa menyelesaikan soal-soal sebelumnya.

    Soal-soal yang ada dalam LKS diselesaikan secara individual oleh

    anggota kelompok dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus

    berusaha untuk menyelesaikan soal-soal yang ada di dalam LKS dan tidak

    ada didominasi oleh siswa pintar. Diskusi kelompok terjadi jika ada siswa

    menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS.

    Jika ada siswa yang belum bisa memahami dan menyelesaikan soal-soal

    tersebut maka merupakan tanggung jawab anggota kelompok yang lainnya

    untuk menjelaskan kepada siswa tersebut. Demikian seterusnya sampai

    mereka yakin bahwa semua anggota kelompok sudah bisa menyelesaikan

    soal-soal secara tuntas. Soal-soal yang tidak bisa mereka pecahkan bersama,

    mereka bisa meminta penjelasan kepada guru sehingga soal tersebut bisa

    terselesaikan.

  • B. Kerangka Konseptual

    Proses pembelajaran matematika yang banyak digunakan di

    lapangan kurang dapat menimbulkan interaksi antar siswa di dalam kelas.

    Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang sering didominasi oleh

    guru.

    Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model

    pembelajaran yang dapat meningkatkan interaksi antar siswa di dalam kelas,

    karena disini siswa bekerja dengan kelompok yang heterogen. Setelah guru

    menjelaskan materi, maka pada setiap siswa dibagikan LKS . siswa

    mengerjakan soal-soal pada LKS dalam kelompoknya masing-masing.

    Mereka harus mendiskusikan jawaban mereka dengan anggota kelompok.

    Jika ada anggota yang belum memahami, maka teman sekelompok

    bertanggung jawab menjelaskannya sebelum meminta bantuan guru.

    Diskusi belum boleh diakhiri sebelum mereka yakin semua anggota

    kelompok sudah memahami materi. Setelah selesai mengerjakan semua soal

    LKS maka pedoman jawaban dibagikan agar siswa dapat membandingkan

    jawaban dengan jawaban sebenarnya. Setelah selesai diskusi kelompok

    berakhir maka dilakukan tes secara individu diakhir pertemuan.

    Aktivitas belajar matematika siswa selama ini masih kurang, hanya

    siswa yang pandai yang selalu berperan aktif dalam pembelajaran.

    Diharapkan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dimana tidak hanya siswa yang pandai

    yang akan selalu aktif tetapi semua siswa. Melihat cara-cara yang diterapkan

    model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dimana pembelajaran terpusat

    pada siswa sehingga menuntut keaktifan siswa dalam belajar.

  • C. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe

    STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matamatika siswa kelas VII1

    SMPN 17 Solok Selatan.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena

    merupakan pengkajian terhadap masalah praktis dan bersifat situasional dan

    kontekstual yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam

    rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu.

    Penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    partisipan, yaitu peneliti terlibat secara penuh dan langsung dalam proses

    penelitian mulai dari awal sampai akhir.

    B. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah siswa kelas IX1 SMPN 17 Solok Selatan

    tahun ajaran 2010/2011.

    C. Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di SMPN 17 Solok Selatan yang beralamat

    di Padang air dingin kecamatan Sangir Jujuan. Proses pengambilan data atau

    waktu penelitian ini diperkirakan pada pembelajaran semester ganjil tahun

    pelajaran 2010/2011 dan disesuaikan dengan pembelajaran matematika yang

    berlangsung di kelas IX.

    D. Setting Penelitian Penelitian ini menggunakan setting kelas dalam kegiatan pembelajaran

    matematika yang dilaksanakan terhadap kelas IX1 SMPN 17 Solok

    Selatan.

    E. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari

    empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,

  • pengamatan/observasi, evaluasi dan refleksi. Yang dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Gambar: Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas

    Sumber: Wardani,dkk

    1) Tahap Perencanaan

    Pada tahap perencanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah

    menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Perangkat

    pembelajaran yang disusun terdiri dari:

    a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    b. Bahan ajar

    c. LKS dan pedoman jawaban LKS

    d. Media dan alat

    Alternatif Pemecahan

    (Rencana Tindakan)

    Permasalahan Tindakan dan observasi ( I )

    Analisa Data I Refleksi I

    S S E I L K E L S U A S I I

    Permasalahan Alternatif Pemecahan

    (Rencana Tindakan)

    Tindakan dan observasi ( II )

    Analisa Data II Refleksi II

    Belum

    Terselesaikan

    Siklus

    Selanjutnya

    S S E I L K E L S U A S I II

  • e. Soal kuis

    Sedangkan instrumen penelitian ini terdiri dari :

    a. Lembar observasi aktivitas siswa

    b. Tes hasil belajar

    2) Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

    a. Pelaksanaan tindakan

    Tindakan pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah

    tipe STAD penerapannya diawali dengan membentuk kelompok-

    kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan hanya

    memperhatikan keberimbangan kemampuan akademik. Sebelum

    kerja tim (diskusi kelompok), guru menjelaskan materi secara

    ringkas. Kemudian dalam belajar kelompok akan diberikan LKS

    yang menuntut semua siswa untuk menguasai seluruh materi.

    Selama pembelajaran kelompok berlangsung tugas anggota

    kelompok adalah menguasai secara tuntas materi yang dijelaskan

    guru dan membantu anggota kelompok mereka. Dalam hal ini, guru

    selalu memberikan penekanan bahwa tidak boleh berhenti belajar

    sampai mereka yakin seluruh anggota kelompok menguasai materi

    yang ada pada LKS dan dapat menjawab semua soal yang ada di

    dalamnya. Selanjutnya, pada akhir pembelajaran kunci jawaban LKS

    diberikan untuk mengecek pekerjaan mereka.

    Di akhir pembelajaran diberikan kuis yang harus dikerjakan

    secara individual. Skor yang diperoleh masing-masing anggota

    kelompok ditentukan kelebihannya dari skornya yang lalu. Jumlah

    selisih yang didapat semua anggota kelompok ditetapkan sebagai

    skor kelompok. Untuk memotivasi siswa belajar lebih baik, dibuat

    daftar nama kelompok dengan anggota-anggotanya disertai skor-skor

    kelompoknya. Daftar ini akan di tempelkan di dinding kelas.

    Disamping itu, kelompok yang mendapat skor tertinggi akan

    mendapat penghargaan berupa tanda bintang yang di tempelkan

  • pada daftar resebut. Semua kelompok akan berebut memperoleh

    tanda bintang dari gurunya. Ini motivasi untuk meningkatkan minat,

    aktivitas dan hasil belajar siswa.

    b. Tahap Pengamatan

    Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan

    dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh

    pengamat atau observer. Pengisiannya dilakukan dengan cara

    menuliskan cek list () sesuai dengan keadaan yang diamati pada

    lembar observasi.

    3) Refleksi

    Pada tahap ini dikumpulkan semua bentuk data yang bertujuan

    untuk memberikan informasi mengenai perkembangan aktivitas belajar

    siswa denagn menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil

    refleksi dijadikan bahan pertimbangan untuk tindakan pada siklus

    berikutnya. Artinya persiapan dan pelaksanaan tindakan ditentukan oleh

    hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

    Sehubungan dengan hal ini Aleks Maryunis (2003:127)

    menyatakan bahwa perenungan difokuskan pada kenyataan sejauh

    mana tindakan yang telah diambil dapat memecahkan permasalahan,

    dan apakah tindakan yang diambil tersebut memunculkan

    permasalahan baru yang perlu diatasi. Jika tindakan yang telah diambil

    belum banyak menyelesaikan permasalahan atau malah menambah

    permasalahan baru, maka tentu saja diperlukan siklus berikutnya.

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Lembar observasi

    Observasi dalam penelitian ini merupakan pengamatan yang

    dilakukan observer terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

    STAD. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas-

  • aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar

    observasi aktivitas siswa memuat indikator-indikator yang

    mencerminkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan

    motoda kooperatif tipe STAD.

    Lembar observasi aktivitas siswa dibuat berdasarkan waktu satu

    kali pertemuan. Terdapat tujuh indikator aktivitas yang akan diberi

    tanda ceklist saat observer menilai bahwa siswa melakukan aktivitas

    sesuai sub indikator yang dikembangkan dari tujuh indikator pokok.

    Indikator yang dimaksud adalah :

    1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

    2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

    3) Bertanya kepada siswa lain atau guru bila tidak mengerti dengan

    persoalan yang dihadapi

    4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

    pemecahan masalah.

    5) Melakasanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru.

    6) Melatih diri dalam mengerjakan soal.

    7) Memanfaatkan kesempatan menerapkan apa yang telah diperolehnya

    dalam menyelesaikan tugas-tugas atau persoalan yang dihadapinya.

    Tabel IV: Lembar Observasi

    No Nama Siswa Indikator

    1 2 3 4 5 6 7

  • 2. Tes Hasil Belajar

    Tes digunakan untuk melihat tingkat penguasan siswa dalam

    pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran

    kooperatif tipe STAD.

    G. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik tes berupa kuis dan ulangan

    harian dan teknik non tes berupa observasi. Teknik tes ini dilakukan untuk

    memperkuat hasil pengamatan peneliti terhadap pemahaman atau untuk

    melihat hasil belajar siswa dan teknik non tes dilakukan untuk melihat

    aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan

    kata lain, teknik tes dan non tes ini untuk melihat apakah terjadi peningkatan

    atau penurunan atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aktivitas dan

    hasil belajar matematika siswa.

    1. Kuis

    Kuis dilakukan pada akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk

    melihat pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari dan di

    diskusiskan sebelumnya.

    2. Tes

    Tes dilakukan setelah siswa mempelajari bab tertentu. Hal ini

    dilakukan untuk melihat pemahaman siswa pada bab tersebut.

    Penyusunan soal tes disesuaikan dengan materi yang diberikan selama

    penelitian. Sebelum diberikan, soal tes dikembangkan melalui langkah

    langkah sebagai berikut:

    a. Membuat kisikisi soal tes, berpedoman pada Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan.

    b. Menyusun soal tes sesuai dengan kisikisi yang telah dibuat.

    Penyusunan soal tersebut dibuat berdasarkan indikator yang berkaitan

    dengan pokok bahasan yang dipelajari.

  • c. Validitas tes

    Validitas yang digunakan adalah validasi expert, dimana soalsoal

    kuis dan Ulangan Harian akan diberikan kepada 2 orang guru

    matematika SMPN 17 Solok Selatan.

    d. Validitas non-tes

    Validitas yang digunakan adalah validasi expert, dimana lembar

    observasi akan diberikan kepada 2 orang dosen untuk divalidasi.

    3. Observasi

    Kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan seorang guru

    matematika lainnya di lapangan. Artinya selama peneliti melakukan

    proses pembelajaran terhadap siswa, seorang guru tersebut secara

    langsung mengisi lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

    Lembar observasi ini berisi indikator tentang aktivitas siswa yang

    diharapkan muncul selama pembelajaran kooperatif tipe STAD.

    4. Catatan Lapangan

    Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti setelah

    proses pembelajaran berakhir. Catatan ini berisi tentang halhal yang

    ditemui di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

    H. Teknik Analisa Data 1. Analisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa

    Data hasil observasi yang didapat melalui lembar observasi aktivitas

    siswa, digunakan untuk melihat proses dan perkembangan aktivitas yang

    terjadi selama pembelajaran berlangsung.

    P% = %100xseluruhnyasiswaJumlah

    indikatormelakukanyangsiswaJumlah

    Keterangan : P% = Persentase siswa yang aktif dalam indikator

  • Penilaian aktivitas siswa menurut Dimyati dan Mudjono (2002:125)

    adalah:

    1% - 25% : Sedikit sekali

    26% - 50% : Sedikit

    51% - 75% : Banyak

    76% - 100% : Banyak sekali

    Rata-rata persentase aktivitas siswa dari satu siklus yang terdiri dari

    tiga pertemuan, dibandingkan dengan rata-rata persentase pada siklus

    berikutnya. Jika rata-rata persentase tersebut telah meningkat 25% maka

    baru dikatakan aktivitas siswa meningkat.

    2. Analisis data hasil belajar matematika siswa

    Data hasil belajar diperoleh melalui tes. Siswa dikatakan tuntas

    belajar apabila nilai yang diperoleh siswa Kriteria Ketuntasan

    Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 55.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Aleks Maryunis. 2003. Action Research dalam Bidang Pendidikan. Skolar. IV (02). 111-137

    A.M, Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

    Raja Gravindo Persada. Arens, Richard.1998. Learning to Teach (International Edition). Singapore : Mc.

    Graw Hill. Conny Semiawan. dkk. 1997. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Grasindo Dimyati dan Mudjono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka cipta. Hudojo, Herman, dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika

    Kontemporer. Malang. Jurusan Matematika FMIPA UNM. Ibrahim, Muslim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. UNESA Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta : Grasido. Majid, Abdul. 2006. Perncanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi.

    Bandung: Rineka Cipta. Mirna. 2007. Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP

    Bunda Padang Melalui Pembelajaran Kooperatif. Padang: Universitas Bung Hatta.

    Muslich, Masnur. 2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta.

    Bumi Akasara Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas. Riduwan. 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,

    Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung. Alfabeta. Soekamto. 1998. Lembar Kerja Siswa. Jakarta: Grasindo. Suherman, Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

    Bandung: JICA-UPI. TIM Revisi Bahan PKG Matematika SMU. 1993. Padang.

  • Triana, Nely. 2008. Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas VIII2 SMPN 13 Padang pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CTL. Padang. Universitas Bung Hatta.

    Wardani, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.