adgwgqd

10
LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK II ILMU KEDOKTERAN DASAR “Skenario 3” DISUSUN OLEH KELOMPOK : 4 Ketua : Agung Wahyudi (1413010027) Sekretaris : Yuanita Hasna Ramadhani (1413010009) Anggota : Abdul Khalik Adam (1413010025) Ade Guvinda Perdana (1413010035) Akhmad Sobron (1413010013) Fatimah Qonitah Diyanah (1413010029) Githa Septaliani S.P (1413010026)

Upload: agung

Post on 15-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mama

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL DISKUSI

BLOK II ILMU KEDOKTERAN DASARSkenario 3

DISUSUN OLEH KELOMPOK : 4Ketua

: Agung Wahyudi

(1413010027)Sekretaris: Yuanita Hasna Ramadhani(1413010009)

Anggota: Abdul Khalik Adam (1413010025)Ade Guvinda Perdana(1413010035)Akhmad Sobron (1413010013)

Fatimah Qonitah Diyanah(1413010029)

Githa Septaliani S.P (1413010026)

Gylang Adi Prakoso

(1413010018)

Silka Reslia Riswanto (1413010004)

Yulis Setiawati (1413010012PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2014DAFTAR ISIBAB I. KLARIFIKASI ISTILAH ............................................................

BAB II. IDENTIFIKASI MASALAH ....................................................

BAB III. ANALISIS MASALAH ...........................................................

BAB IV. SISTEMATIS MASALAH ......................................................

BAB V. LEARNING OBJECT ...............................................................

BAB VI. BERBAGI INFORMASI ..........................................................

BAB VII. PENUTUP ..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

Bab IKlarifikasi Masalah1. UGD

Unit yang ada di rumah sakit untuk menangani keadaan krisis dan segera.2. Nyeri perut

Nyeri yang berasal dari dalam abdomen.

3. Titik McBurney

Potongan lateral yang menghubungkan spina iliaca dan umbilikus dengan potongan 2/3.

4. Defance Muscular

Nyeri tekan pada seluruh lapisan otot.

Bab IIIdentifikasi Masalah

1. Apa saja anatomi abdomen sistem kuadran kanan bawah?

2. Apa penyebab nyeri abdomen?

3. Bagaimana mekanisme nyeri pada skenario?

4. Apa saja sifat nyeri?

5. Mengapa Anna bisa mual?

6. Jenis nyeri apakah yang dialami Anna?

7. Apakah ada peradangan?

8. Bagaimana penanganan orang yang mengalami nyeri perut?

9. Mengapa nyeri bisa menyebar dari periumbilicus ke kuadran kanan bawah?

Bab IIIIdentifikasi Masalah

1. A

2. Penyebab rasa nyeri viseral murni

IskemiaIskemia atau penyumbatan pembuluh darah yang mengalir ke otot yang sedang aktif bekerja menyebabkan nyeri viseral dengan cara yang tepat sama seperti timbulnya rasa nyeri di jaringan lain, mungkin karena terbentuknya produk akhir metabolik yang asam atau produk yang dihasilkan oleh jaringan degenaratif seperti bradikinin, enzim proteolitik (enzim pemecah protein) atau bahan lain yang merangsang ujung serabut nyeri. Stimulus kimiaPada suatu saat, bahan-bahan yang rusak keluar dari traktus gastrointestinal masuk ke dalam rongga peritoneum. Contohnya, asam proteolitik getah lambung seringkali dapat keluar dari lambung yang robek atau tukak duodeni. Getah ini kemudian menyebabkan tercernanya peritoneum (membran serosa yang dilapisi dinding abdominopelvis) viseral sehingga merangsang daerah serabut nyeri yang sangat luas. Rasa nyeri yang timbul biasanya sangat hebat. Spasme viskus beronggaSering rasa nyeri yang timbul akibat viskus spastik (spasme : kontraksi otot polos secara involunter) dicetuskan dalam bentuk kram dengan rasa nyeri yang menghebat dan kemudian menghilang. Viskus adalah rongga yang terdapat dalam abdomen. Proses ini berlanjut secara berulang, timbulnya setiap beberapa menit sekali. Timbulnya siklus berulang tersebut disebabkan oleh pengulangan kontraksi otot polos. Contohnya, keadaan kram ini akan timbul setiap kali ada gelombang peristaltik menjalar melalui usus yang spastik. Rasa nyeri tipe kram seringkali timbul pada penyakit apendisitis, gastroenteritis, konstipasi, menstruasi, persalinan, kelainan kandung empedu atau obstruksi ureter. Distensi berlebihan pada viskus berongga

Viskus berongga apabila diisi berlebihan juga akan menimbulkan rasa nyeri, ini mungkin disebabkan oleh jaringan itu sendir yang terlalu teregang. Keadaan distensi yang berlebihan dapat juga mengempiskan pembuluh-pembuluh darah yang mengelilingi organ visera atau yang menlalui dinding organ visera, jadi mungkin memacu timbulnya rasa nyeri iskemia.

Visera yang tidak sensitive

Sebagian kecil daerah organ visera ada yang hampir sama sekali tak peka terhdap setiap macam rasa nyeri. Daerah ini meliputi daerah daerah parenkim hati dan alveoli paru. Ternyata, kapsul hati sangat peka terhadap trauma langsung dan peregangan, dan saluran empedu juga peka terhadap rasa nyeri. Dalam paru, walaupun alveoli tidak sensitif, ternyata baik bronki maupun pleura parietalis sangat sensitif terhadap rasa nyeri.3. A

4. L

5. A

6. Mekanisme nyeri visceral :

o TranduksiAdalah perubahan rangsang nyeri (noxious stimuli) menjadi aktifitas listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Zat-zat algesik seperti prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien, substans P, potassium, histamin, asam laktat, dan lain-lain akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung bebas serat-serat afferent A delta dan C. Reseptor-reseptor ini banyak dijumpai dijaringan kulit, periosteum, di dalam pulpa gigi dan jaringan tubuh yang lain. Serat saraf afferent A delta dan C adalah serat-serat saraf sensorik yang mempunyai fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifir ke sentral ke susunan saraf pusat. Interaksi antara zat algesik dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri.

o TransmisiAdalah proses perambatan impuls nyeri melalui A-delta dan C serabut yang menyusul proses tranduksi. Oleh serat afferent A-delta dan C impuls nyeri diteruskan ke sentral, yaitu ke medulla spinalis, ke sel neuron di kornua dorsalis. Serat aferent A-delta dan C yang berfungsi meneruskan impuls nyeri mempunyai perbedaan ukuran diameter. Serat A-delta mempunyai diameter lebih besar dibanding dengan serat C. Serat A-delta menghantarkan impuls lebih cepat (12-30 m/dtk) dibandingkan dengan serat C (0.5-5 m/dtk). Sel-sel neuron di medulla spinalis kornua dorsalis yang berfungsi dalam fisiologi nyeri ini disebut sel-sel neuron nosisepsi. Pada nyeri akut, sebagian dari impuls nyeri tadi oleh serat aferent A-delta dan C diteruskan langsung ke sel-sel neuron yang berada di kornua antero-lateral dan sebagian lagi ke sel-sel neuron yang berada di kornua anterior medulla spinalis. Aktifasi sel-sel neuron di kornua antero-lateral akan menimbulkan peningkatan tonus sistem saraf otonum simpatis dengan segala efek yang dapat ditimbulkannya. Sedangkan aktifasi sel-sel neuron di kornua anterior medulla spinalis akan menimbulkan peningkatan tonus otot skelet di daerah cedera dengan segala akibatnya.o Modulasi

Merupakan interaksi antara sistem analgesik endogen (endorfin, NA, 5HT) dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior. Impuls nyeri yang diteruskan oleh serat-serat A-delta dan C ke sel-sel neuron nosisepsi di kornua dorsalis medulla spinalis tidak semuanya diteruskan ke sentral lewat traktus spinotalamikus. Didaerah ini akan terjadi interaksi antara impuls yang masuk dengan sistem inhibisi, baik sistem inhibisi endogen maupun sistem inhibisi eksogen. Tergantung mana yang lebih dominan. Bila impuls yang masuk lebih dominan, maka penderita akan merasakan sensibel nyeri. Sedangkan bila efek sistem inhibisi yang lebih kuat, maka penderita tidak akan merasakan sensibel nyeri.o PersepsiImpuls yang diteruskan ke kortex sensorik akan mengalami proses yang sangat kompleks, termasuk proses interpretasi dan persepsi yang akhirnya menghasilkan sensibel nyeri.Ada 2 saraf yang peka terhadap suatu stimulus noksius yakni serabut saraf A yang bermielin (konduksi cepat) dan serabut saraf C yang tidak bermielin (konduksi lambat). Serat A delta mempunyai diameter lebih besar dibanding dengan serat C. Serat A delta menghantarkan impuls lebih cepat (12-30 m/dtk) dibandingkan dengan serat C (0.5-5 m/dtk). Walaupun keduanya peka terhadap rangsang noksius, namun keduanya memiliki perbedaan, baik reseptor maupun neurotransmiter yang dilepaskan pada presinaps di kornu posterior. Reseptor (nosiseptor) serabut A hanya peka terhadap stimulus mekanik dan termal, sedangkan serabut C peka terhadap berbagai stimulus noksius, meliputi mekanik, termal dan kimiawi. Oleh karena itu reseptor serabut C disebut juga sebagai polymodal nociceptors. Demikian pula neurotransmiter yang dilepaskan oleh serabut A di presinaps adalah asam glutamat, sedangkan serabut C selain melepaskan asam glutamat juga substansi P (neurokinin) yang merupakan polipeptida.7. Peradangan granulamatosa merupakan suatu proses yang berbasi pada kerja imum seluler dan melibatkan proses yang pada dasarnya berbeda dengan peradangan akut dan kronis. Di tandai dengan pembentukan sel sel epiteloid (agregat magrofag yang kehilangan kemampuan fagositiknya), dan sel sel raksasa berbintik banyak (magrofak yang menyatu) disebut granuloma. Granuloma biasanya terbentuk sebagai respons terhadap menetapnya agen penyerang yang tidak bisa di singkirkan (misal, tuberkel pada tuberkulosis, jahitan bedah yang tidak dapat di absorpsi). (patofisiologi sylvia A. Price, EGC).8. A

9. A

6