(acalypha indica l.) terhadap g
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ANTING-ANTING (Acalypha
indica L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS GLOMERULUS
GINJAL MENCIT INDUKSI STREPTOZOTOCIN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
CHRISTIANA YAYI TIAR LARASTI
G0007052
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Anting-anting (Acalypha
indica L.) terhadap Gambaran Histologis Glomerulus Ginjal Mencit Induksi
Streptozotocin
Christiana Yayi Tiar Larasti, G0007052/VII, 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Rabu, 1 September 2010
Pembimbing Utama Nama : R.P. Andri Putranto, dr., M.Si NIP : 19630525 199603 1 001 (…………………………) Pembimbing Pendamping Nama : Martini, Dra.,M.Si NIP : 19571113 198601 2 001 (…………………………) Penguji Utama Nama : Diding Heri Prasetyo, dr.,M.Si NIP : 19680429 199903 1 001 (…………………………) Anggota Penguji Nama : Sarsono, Drs.,M.Si NIP : 19581127 198601 1 001 (…………………………)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes NIP : 19660702 199802 2 001
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS.
NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 1 September 2010
Christiana Yayi Tiar L
NIM : G0007052
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Christiana Yayi T. L., G 0007052, 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.) terhadap Gambaran Histologis Glomerulus Ginjal Mencit Induksi Streptozotocin Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.) terhadap gambaran histologis glomerulus ginjal mencit induksi streptozotocin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian post tes only control group design. Hewan uji yang digunakan adalah 32 ekor mencit jantan yang dibagi dalam 4 kelompok melalui simple random sampling, yaitu kelompok kontrol, DM, OHO (metformin 1,3 mg/mencit/hari), Anting-anting ( dosis 1.000 mg/kgBB/hari ). Mencit model DM dibuat dengan menginjeksikan streptozotocin dosis 65 mg/BB intraperitoneal dalam 0,02 M larutan buffer salin sitrat. Pada minggu ke-2 mencit dikorbankan dengan cara cervical dislocation untuk diambil ginjalnya dan kemudian dibuat preparat histologist dengan pengecatan HE. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji ANOVA menggunakan program SPSS for Microsoft Windows release 16.0. Signifikansi yang digunakan adalah p<0,05. Hasil Penelitian: Untuk melihat kerusakan glomerulus, pada hasil Post Hoc Test menunjukkan bahwa perbandingan antara kontrol dan DM menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Sedang pada DM dengan metformin, DM dengan Anting-anting, Anting-anting dengan metformin perbandingan rata-rata kerusakan glomerulus tidak signifikan. Simpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Anting-anting (Acalypha Indica L.) dosis 1000 mg/kgBB dapat memperbaiki kerusakan glomerulus mencit yang diinduksi STZ. Kata kunci : anting-anting, gambaran histologis glomerulus, streptozotocin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Christiana Yayi T. L., G 0007052, 2010. The Effect of Acalypha indica L. Extract on Histological Pattern of Kidney’s Glomerulus Streptozotocin-Induced Mice. Objective: To investigate the effect of Acalypha indica L. extract on histological pattern of kidney’s glomerulus in Streptozotocin-induced mice. Metode: The research was conducted as experimental laboratory research using Posttest-only Control Group study design. The animal specimen used were 32 male mice, divided into four groups using simple random sampling. The groups are Control group, DM group, OHO group (metformin dosage 1.3mg/mouse/day), Acalypha indica L. group (dosage 1000mg/kgBB/day). The mice inside DM group were induced with streptozotocin (dosage 65mg/BB intraperitoneal in 0.02 M saline sitrate buffer solution). After two weeks, the mice were sacrificed using cervical dislocation method. Then, the kidneys were taken to create the histological specimen using HE painting. The data collected from the observation were analyzed using ANOVA test on SPSS software (for MS Windows, Release 16). Significance level used is p<0.05. Result: Post Hoc Test results show that the difference in glomerulus corruption rate between Control group and DM group are significant (p<0.05). On the other comparisons, between DM - OHO, DM - Acalypha, Acalypha - OHO, the differences are not significant. Conclution: Giving the Acalypha indica L. extract can recover the glomerulus’ corruption on streptozotocin-induced mice Keyword : Acalypha indica L, Glomerulus’ histological pattern, streptozotocin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya yang melimpah, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.) terhadap Gambaran Histologis Glomerulus Mencit Induksi Streptozotocin”. Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan berberapa pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, perkenankanlah penulis menyanpaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Sri Wahyono, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. R.P.Andri Putranto,dr., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis
4. Martini, Dra.,M.Si., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.
5. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. Sarsono, Drs.,M.Si., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret 8. Ayahanda dan ibunda, yang selalu memberikan doa dan semangat selama
penyusunan skripsi ini. 9. Segenap Staf Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Histologi
Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian, serta pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta saran di masa mendatang demi peningkatan karya ini dan semoga karya ini bermanfaat bagi banyak orang.
Surakarta, September 2010
Christiana Yayi T. L
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 4
A. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
1. Diabetes Mellitus .............................................................................. 4
a. Definisi ....................................................................................... 4
b. Klasifikasi ................................................................................... 4
c. Kriteria Diagnosis DM ............................................................... 5
2. Struktur Ginjal .................................................................................. 6
3. Nefropati Diabetik ............................................................................ 8
4. Anting-anting .................................................................................... 10
a. Klasifikasi ................................................................................... 10
b. Nama Daerah .............................................................................. 11
c. Morfologi Tanaman .................................................................... 11
d. Kandungan Kimia ....................................................................... 12
5. Streptozotocin ................................................................................... 13
6. Metformin ......................................................................................... 13
B. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 15
1. Kerangka Konseptual ....................................................................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
2. Kerangka Teoritis ............................................................................. 16
C. HIPOTESIS ............................................................................................ 18
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 19
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 19
B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 19
C. Subjek Penelitian ................................................................................. 19
D. Teknik Sampling ................................................................................. 19
E. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 20
F. Skala Variabel ..................................................................................... 21
G. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 21
H. Penentuan Dosis .................................................................................. 22
I. Rancangan Penelitian .......................................................................... 24
J. Instrumentasi Penelitian ...................................................................... 25
K. Cara Kerja ............................................................................................ 26
L. Alur Penelitian ..................................................................................... 28
M. Analisis Data ....................................................................................... 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................................ 30
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 30
B. Analisis Data ....................................................................................... 38
BAB V. PEMBAHASAN .......................................................................................... 42
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 47
A. Simpulan .............................................................................................. 47
B. Saran .................................................................................................... 47
BAB VII. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 48
BAB VIII. LAMPIRAN ............................................................................................. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi Anting-anting ..................... 12
Tabel 4.1. Rata-rata Kerusakan Glomerulus Sebelum vs Sesudah Perlakuan
masing-masing Kelompok (%) ........................................................... 31
Tabel 4.2. Rata-rata Diameter Glomerulus Sebelum vs Sesudah Perlakuan
masing-masing Kelompok (µm) ........................................................... 32
Tabel 4.3. Hasil Uji Shapiro-Wilk pada Kelompok Perlakuan untuk
Kerusakan Glomerulus ......................................................................... 38
Tabel 4.4. Post Hoc Test Kerusakan Glomerulus .................................................. 39
Tabel 4.5. Hasil Uji Shapiro-Wilk pada Kelompok Perlakuan untuk
Diameter Glomerulus ............................................................................ 40
Tabel 4.6. . Uji Mann-Whitney Diameter Glomerulus ............................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ginjal normal (Eroschenko.,2003) ..................................................... 7
Gambar 2.2. Anting-anting (Acalypha indica L.) ................................................... 12
Gambar 2.3. Struktur kimia streptozotocin (Lenzen, 2008) .................................... 13
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................ 15
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian ............................................................. 24
Gambar 3.2. Alur Penelitian .................................................................................... 28
Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Kerusakan Glomerulus Mencit ............................ 31
Gambar 4.2. Diagram Rata-rata Diameter Glomerulus Mencit .............................. 33
Gambar 4.3. Mikroskopis Glomerulus Ginjal Mencit Normal ............................... 34
Gambar 4.4. Mikroskopis Glomerulus Ginjal Mencit DM ..................................... 35
Gambar 4.5. Mikroskopis Glomerulus Ginjal Mencit Diberi Metformin ............... 36
Gambar 4.6. Mikroskopis Glomerulus Ginjal Mencit Diberi Ekstrak
Anting-anting ...................................................................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Volume Maksimal Larutan Padat yang dapat Diberikan
kepada Hewan ................................................................................... 53
Lampiran 2. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan
Manusia .............................................................................................. 54
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik ............................................................................... 55
Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik ......................................................... 57
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 58
Lampiran 6. Lembar Kerja Uji Ekstraksi ................................................................ 59
Lampiran 7. Foto Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 61
Lampitan 8. Foto Kegiatan Penelitian .................................................................... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
defek kinerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).
Prevalensi penyakit DM di dunia terus meningkat, pada tahun 2003
prevalensinya 5,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 menjadi 6,3%. Hasil survei
yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2000 menunjukkan bahwa Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dalam jumlah penderita DM dengan
prevalensi 8,6% dari total penduduk, yaitu sebanyak 8,4 juta jiwa setelah Amerika
Serikat, India, dan China. Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan
bersama profesi pada tahun 2005 mendapatkan hasil prevalensi DM sebesar
12,7% dari seluruh penduduk Indonesia (Wild et al., 2004 dan Departemen
Kesehatan RI, 2005).
Diabetes Melitus dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi akibat gangguan pembuluh darah yaitu makroangiopati dan
mikroangiopati. Makroangiopati adalah gangguan pada pembuluh darah besar
(makro) seperti pembuluh darah otak, jantung dan kaki. Sedangkan pada
mikroangiopati terjadi gangguan pada pembuluh darah halus (mikro) seperti pada
mata (retinopati diabetik), ginjal (nefropati diabetik), dan saraf perifer (neuropati
diabetik) (Adam, 2005).
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Nefropati diabetik merupakan penyakit ginjal kronik sebagai komplikasi
Diabetes Mellitus dan hipertensi pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal
ginjal. Keadaan ini akan dijumpai sekitar 35% pada penderita DM Tipe 1 dan 15-
60% penderita DM Tipe 2 yang kemudian dapat berkembang menjadi penyakit
ginjal tahap akhir yang membutuhkan dialysis atau transplantasi ginjal (Foster,
1994; Kumar dan Young,1999). Kelainan utama yang terjadi pada nefropati
diabetikum adalah perubahan glomerulus. Sehingga pada mencit diabetik dapat
terjadi kehilangan sel glomerulus.
Pada dekade terakhir penggunaan obat-obatan herbal untuk mengontrol DM
di beberapa negara termasuk Indonesia berkembang dengan pesat. Penggunaan
obat-obatan herbal secara luas telah banyak digunakan karena dipercaya efek
sampingnya yang minimal dan murah dibandingkan obat kimiawi, meskipun
terkadang kandungan aktif biologiknya tidak diketahui (Hakkim et al., 2007;
Sumana and Suryawanshi, 2001).
Anting-anting (Acalypha indica L.) merupakan salah satu tanaman yang
sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai antidiabetik. Daun, batang, dan
akarnya mengandung saponin dan tannin. Batangnya juga mengandung flavonoida
dan daunnya mengandung minyak asiri (IPTEKnet, 2010). Kandungan bahan aktif
lainnya seperti asam askorbat dan fiber memiliki efek farmakologik sebagai
antidiabetik dan ada pula tannin dan kaempferol berperan sebagai antioksidan
(Duke, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan data di atas, penulis ingin meneliti pengaruh pemberian ekstrak
Anting-anting (Acalypha indica L.) yang diberikan secara oral terhadap gambaran
histologis ginjal mencit yang diinduksi streptozotocin.
B. Perumusan Masalah
Adakah pengaruh pemberian ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.)
terhadap gambaran histologis glomerulus ginjal mencit induksi streptozotocin?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
Anting-anting (Acalypha indica L.) terhadap gambaran histologis glomerulus
ginjal mencit induksi Streptozotocin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
pengaruh pemberian ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.) terhadap
gambaran histologis glomerulus ginjal mencit yang diinduksi Streptozotocin.
2. Manfaat aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai untuk penelitian lebih lanjut dalam
pengembangan herbal Anting-anting (Acalypha indica L.) menuju
fitofarmaka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Diabetes Mellitus
a. Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, defek kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes
Association, 2005). Hiperglikemia yang berlangsung kronik pada Diabetes
Melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, antara lain mata, saraf, ginjal, jantung,
dan pembuluh darah (Sudoyo et al., 2006).
b. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut American Diabetes
Association (2005) :
1) Diabetes Melitus Tipe 1
Terjadi akibat adanya destruksi sel-β, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut. Dapat terjadi melalui proses imunologik
maupun idiopatik. Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang
lazim pada anak-anak dan dewasa muda.
2) Diabetes Melitus Tipe 2
Pada tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai dengan yang
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
predominan gangguan sekresi insulin bersamaan dengan resistensi
insulin. Meningkatnya faktor resiko DM tipe 2 ini bisa disebabkan
karena cara hidup yang salah seperti kegemukan, tubuh kurang
aktivitas, dan pola makan yang salah (Suyono, 2006). Obat-obatan
antidiabetik oral sering digunakan misalnya pemicu sekresi insulin
seperti sulfonilurea dan penambah sensitivitas terhadap insulin seperti
biguanid. Pemberian insulin juga bisa diberikan pada penderita DM
tipe 2 tahap lanjut yang kadar glukosa darahnya tidak terkontrol
(Guyton and Hall, 2007).
3) Diabetes Melitus Tipe Lain
Termasuk dalam golongan ini adalah DM yang penyebabnya
berbagai hal, antara lain karena defek genetik fungsi sel β, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
karena obat/zat kimia, infeksi, sebab imunologi (jarang).
4) Diabetes Melitus Gestasional
Adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Wanita yang
sebelumnya dikenali sebagai penderita DM dan kemudian hamil tidak
termasuk dalam kategori ini. DM gestasional meliputi 2-5% dari
seluruh diabetes (WHO, 2000).
c. Kriteria Diagnosis
Gejala klasik DM yaitu poliuri, polidipsi, polifagi serta penurunan berat
badan tanpa penyebab ditambah satu dari tiga keadaan :
1) Kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2) Kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dL
3) Tes toleransi glukosa sebanyak 75 gram oral dan setelah 2 jam kadar
glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL
(Slamet dkk, 2005).
2. Struktur Ginjal
Ginjal manusia berjumlah sepasang dan masing-masing mempunyai
bentuk seperti kacang. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di luar
rongga peritoneum. (Junqueira.,2005). Ginjal dibagi atas daerah luar yaitu
korteks dan daerah dalam yaitu medula. Korteks mengandung korpuskulum
renal, tubuli kontortus proksimal, tubuli kontortus distal, arteri interlobular
dan vena interlobular. Medula renal pada manusia, dibentuk oleh sejumlah
piramid renal. Dasar setiap piramid menghadap korteks dan apeksnya
mengarah ke dalam. Apeks piramid renal membentuk papilla yang terjulur ke
dalam kaliks minor (Eroschenko.,2003).
Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta
nefron. Nefron terdiri atas dua komponen, yaitu korpuskulum renal dan tubuli
renal. Korpuskulum renal terdiri atas satu kelompok kapiler yang disebut
glomerulus. Kapsula epithel berdinding ganda mengelilingi glomerulus yang
disebut kapsula Bowman, terdiri atas lapisan pariental dan visceral yang
dibentuk oleh sel epithelial squamosa (Young et al.,2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Kapiler glomerulus dilapisi
oleh sel – sel epitel yang telah mengalami modifikasi menjadi podosit. Podosit
mempunyai badan sel yang akan menjulurkan beberapa cabang yang disebut
dengan prosesus primer. Setiap cabang primer menjulurkan banyak prosesus
sekunder, disebut dengan pedikel, yang memeluk kapiler dari glomerulus.
Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus memiliki sel mesangial
yang melekat pada dinding kapiler pada tempat lamina basal dan membentuk
selubung yang dipakai bersama oleh dua atau lebih kapiler. Sel mesangial
memiliki juluran sitoplasma yang menerobos di antara sel endotelial dan
masuk ke dalam lumen kapiler. Sel mesangial menghasilkan matriks amorf
yang mengelilingi sel mesangial sendiri dan ikut menunjang dinding kapiler
(Junqueira et al., 2005).
Gambar 2. 1. Ginjal normal (diambil dari Eroschenko.,2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes pada ginjal.
Ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam atau >200 ig/menit)
pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan
(Hendromartono, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari
penyakit DM dipercaya paling banyak menyebabkan secara langsung
terjadinya nefropati diabetik. Hipertensi yang tak terkontrol dapat
meningkatkan progresifitas untuk mencapai fase nefropati diabetik yang lebih
tinggi (Walaa, 2004). Nefropati diabetik merupakan salah satu komplikasi
diabetes pada ginjal. Pada diabetes perubahan pertama yang terlihat pada
ginjal adalah pembesaran ukuran ginjal dan hiperfiltrasi. Glukosa yang
difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus dan sekaligus membawa natrium,
Bersamaan dengan efek insulin (eksogen pada IDDM dan endogen pada
NIDDM) yang merangsang reabsorbsi tubuler natrium, akan menyebabkan
volume ekstrasel meningkat, terjalah hiperfiltrasi. Pada diabetes, arteriole
eferen, lebih sensitive terhadap pengaruh angiotensin II dibanding arteriole
aferen,dan mungkin inilah yang dapat menerangkan mengapa pada diabetes
yang tidak terkendali tekanan intraglomeruler naik dan ada hiperfiltrasi
glomerus (Djokomuljanto, 1999). Pada nefropati diabetik juga terjadi
penurunan aktivitas antioksidan, meliputi penurunan kadar superoksida
dismutase, katalase, glutation peroksidase, dan asam askorbat. Berkurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
status antioksidan mengakibatkan terjadinya peningkatan stress oksidatif
akibat tingginya spesies oksigen reaktif (ROS) (Suhartono, 2005).
Perubahan gambaran histologik yang dapat dilihat paling awal adalah
perubahan membrane basal dari glomerulus. Perubahan ini secara parallel
diikuti oleh perubahan dari membrane basal tubular. Setelah 4-5 tahun dapat
ditemukan adanya ekspansi dari sel-sel mesangial. Ekspansi sel-sel mesangial
ini disebabkan oleh peningkatan absolute dan relative matriks dari sel
mesangial, sedangkan penambahan volume sel hanya member sedikit
kontribusi. Sedangkan sebaliknya ekspansi sel interstisial lebih disebabkan
oleh peningkatan komponen seluler dari kompartemen ginjal (Jameson,2004).
Menurut Keen dan Viberti (1981), perubahan ginjal akibat DM dapat
dibagi dalam 3 fase: (1) Fase perubahan fungsional, merupakan perubahan
yang paling awal, terdiri dari hiperfusi, mikroproteinuria, dan nefromegali.
Perubahan-perubahan ini terjadi dalam minggu-minggu atau bulan-bulan
pertama setelah permulaan diabetes; (2) Fase histopatologik pada ginjal,
berupa penebalan membrane basalis, pelebaran mesangium, dan perubahan
arteriolar pada glomerulus; (3) Fase klinik, merupakan fase akhir yang akan
member gejala klinik, berupa makroproteinuria, hipertensi, penurunan fungsi
glmerulus, dan kegagalan ginjal progresif.
Pengobatan progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan
progresivitas penyakit, tetapi penderita umumnya baru berobat saat gangguan
ginjal sudah lanjut atau terjadi mikroalbuminuria (300mg/hari). Prinsip
pengobatan nefropati diabetik meliputi kontrol Diabetes Mellitus yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dan pencegahan terhadap factor resiko khususnya hipertensi. Kontrol tekanan
darah dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal, biasanya
menggunakan penghambat enzim pengkonversi angiotensin, serta dilakukan
pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8
gr/kgBB/hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal terminal
memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal. Hemodialisis merupakan
pengobatan sementara untuk menunggu tindakan lebih lanjut yaitu
transplantasi ginjal.
4. Anting-anting (Acalypha indica L)
a. Klasifikasi
Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman Anting-anting diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Sub Classis : Apetalae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Acalipha
Species : Acalypha indica Linn
Sinonim : A. spicata Forsk., A. Canescens Wall., A. australis Linn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Nama Daerah
Tanaman ini dapat ditemukan di beberapa negara dengan nama khas
pada tiap-tiap negara, di antaranya:
1) Indonesia dengan nama Lelatang dan Rumput Kokosengan
2) Malaysia dengan nama Rumput Lislis dan Tjeka Mas
3) Filipina dengan nama Bugos, Maraotong dan Taptapingar
4) Thailand dengan nama Tamyae Tuaphuu, Tamyae Maeo dan Haan
Maeo
c. Morfologi Tanaman
Acalypha indica L. merupakan tanaman semusim, tegak, dengan tinggi
30 s.d. 50 cm, bercabang dengan garis memanjang kasar, dan berambut
halus. Selain ini, tanaman ini memiliki daun tunggal, bertangkai panjang,
dan letaknya tersebar. Helaian daunnya berbentuk bulat telur sampai
lanset, tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi dengan panjang 2,5
s.d. 8 cm, lebar 1,5 s.d. 3.5 cm, dan berwarna hijau. Tanaman ini juga
memiliki bunga majemuk, berkelamin satu yang keluar dari ketiak daun,
kecil-kecil, dan dalam rangkaian berbentuk bulir. Buahnya buah kotak,
bulat, dan hitam (IPTEKnet, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2.2. Anting-anting (Acalypha indica L .) (diunduh dari IPTEKnet,2010)
d. Kandungan Kimia
Ekstrak akar tanaman Anting-anting mengandung zat berkhasiat berupa
golongan senyawa fenol, flavonoid,minyak atsiri, senyawa golongan
steroid, triterpenoid,dan alkaloida. Dapat juga ditemukan saponin dan
tannin (IPTEKnet, 2010). Unsur kimia pada Anting-anting yang memiliki
efek antidiabetik yaitu ascorbic-acid dan fiber. Sedangkan yang memiliki
efek hipoglikemia yaitu ascorbic-acid dan beta-sitosterol-beta-d-
glucoside. Dan sebagai antioksidan yang paling berperan adalah ascorbic-
acid, kaempferol, dan tannin (Duke, 2010).
Tabel 2.1.Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis Anting-anting
Kandungan Kimia Efek Farmakologis
Fiber, asam askorbat Antidiabetik
Asam askorbat, β-sitosterol-β-
D-Glukoside
Hipoglikemia
Kaempferol, Tannin, asam
askorbat
Antioksidan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5. Streptozotocin (STZ)
Streptozotocin (STZ) adalah senyawa campuran glukosamin-nitrosourea.
Nama kimiawi senyawa ini adalah 2-deoksi-3-(3-metil-3-nitrosoureido)-D-
glukopiranosa (C8H15N3O7). Senyawa ini dapat masuk ke dalam sel melalui
transporter glukosa (GLUT 2). Sel beta pankreas memiliki jumlah GLUT 2
lebih banyak daripada sel-sel tubuh lainnya sehingga streptozotocin memiliki
toksisitas selektif terhadap sel beta pankreas (Li, 2001).
Streptozotocin (STZ) biasa digunakan untuk menginduksi hewan
eksperimental diabetik (Li, 2001). Ada beberapa mekanisme diabetogenik
STZ, antara lain :
a. STZ menyebabkan kerusakan DNA pada islet pankreas dan menstimulasi
poly (ADP-ribose) synthetase untuk menurunkan kadar NAD+ dan NADP+
sehingga produksi proinsulin terganggu.
b. STZ menginduksi terbentuknya radikal–radikal bebas, misalnya
superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), hidroksil (OH-), dan lain-
lain (Li, 2001).
Gambar 2.3. Struktur Kimia Streptozotocin (Lenzen,2008)
6. Metformin
Metformin merupakan obat anti hiperglikemik yang digunakan pada
pengobatan Diabetes Mellitus tipe 2. Metformin merupakan obat anti
hiperglikemik yang memperbaiki toleransi glukosa, menurunkan gula darah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
basal dan prospandial. Mekanisme kerja metformin berbeda dengan obat anti
hiperglikemik lainnya. Metformin menurunkan produksi glukosa hati,
menurunkan absorbsi glukosa di usus halus, dan memperbaiki sensitivitas
insulin dengan meningkatkan ambilan glukosa darah perifer dan
penggunaannya. Metformin tidak menyebabkan hipoglikemi, mencegah
penambahan berat badan, dan tidak menyebabkan hiperinsulinemia
(Soegondo, 2006).
Metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20% dan
konsentrasi insulin plasma pada keadaan basal. Di samping berpengaruh pada
glukosa darah, metformin juga berpengaruh pada komponen lain seperti pada
resistensi insulin, lipid, tekanan darah dan plasminogen activator inhibitor
(PAI-1) (Soegondo, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
B. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka konseptual
Keterangan:
: menyebabkan : mengandung
: menghambat
Gambar 2.4. Skema Kerangka Konseptual
Injeksi intraperitoneal streptozotocin
Stres oksidatif ↑
AGEs ↑
Anting-anting Antioksidan: Kaempferol,Tannin, asam askorbat
Mencit
Protein Kinase C ↑ Sitokin proinflamasi (TGF β dan vascular endothelial growth
factor)
Efek hipoglikemik: asam askorbat, Beta–
sitosterol–Beta-D-Glukoside
Hiperglikemia
Sintesa matriks ekstraseluler ↑
Produksi kolagen meningkat, penebalan membrane basal, pembentukan nodul, glomerulosklerosis, dan fibrosis tubulo
intersialis
Reaksi glikasi nonenzimatik as. amino
& protein
Rusaknya struktur glomerulus ginjal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Kerangka teoritis
Streptozotocin yang diinjeksi secara intraperitoneal pada tikus
putih akan masuk ke dalam sel β pankreas melalui protein transport
glukosa (GLUT2), karena struktur STZ yang menyerupai glukosa.
Pada akhirnya, STZ akan menyebabkan kerusakan DNA. DNA yang
rusak ini akan memicu peningkatan radikal superoksida aktif dalam
mitokondria sel β pankreas yaitu hidrogen peroksida dan radikal
hidroksil sehingga sel β akan mengalami kehancuran oleh karena
nekrosis. Sel-sel β pankreas yang telah rusak akan menghambat sekresi
dan sintesis insulin, sehingga terjadilah defisiensi insulin (Szkudelski,
2001). Defisiensi insulin ini akan mengurangi efisiensi penggunaan
glukosa di perifer. Maka terjadilah kondisi hiperglikemia (Guyton,
2007). Hiperglikemia terjadi oleh karena glukosa yang diserap dari
makanan dan kemudian masuk ke dalam darah tidak dapat dipindahkan
ke dalam sel otot, ginjal, adiposit, dan tidak dapat diubah menjadi
glikogen dan lemak. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan kurangnya
sekresi atau kerja insulin dan pengangkut glukosa ke dalam sel,
sehingga banyak glukosa yang tertimbun di dalam darah (Sherwood,
2001).
Hiperglikemia pada DM akan menginduksi stress oksidatif
(Sreemantula et al., 2005) sehingga akan mengaktivasi protein kinase-
C dan meningkatkan reaksi glikasi nonenzimatik asam amino dan
protein. Jika pada reaksi tersebut berlanjut terus pada akhirnya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
membentuk molekul AGEs (advances glycosylated end products) yang
irreversibel. AGEs menginduksi penarikan sel-sel mononuklear, juga
pada terjadinya hipertrofi sel, sintesa matriks ekstraseluler serta
inhibisi sintesis Nitric Oxide. Proses ini akan terus berlanjut sampai
terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis
tubulointerstisialis (Hendromartono, 2007). Akibat dari stress oksidatif
yang selanjutnya yaitu terkumpulnya sitokin proinflamasi seperti
transforming growth factor β (TGF β) dan vascular endothelial
growth factor. Akibat adanya sitokin ini maka menimbulkan proses
inflamasi dan juga peningkatan sintesa matriks ekstraseluler yang pada
akhirnya akan menimbulkan peningkatan produksi kolagen, penebalan
membran basal, hyalinisasi arteriol, glomerulosklerosis dan fibrosis
tubulointerstisial (Hendromartono, 2007). Pada akhirnya proses ini
menimbulkan kerusakan pada struktur histologis ginjal terutama
glomerulus.
Anting-anting (Acalypha indica Linn) memiliki kandungan kimia
yang dapat berfungsi sebagai antidiabetik, hipoglikemia, dan
antioksidan. Sehingga diharapkan ketiga khasiat tersebut dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki kerusakan ginjal
akibat nefropati diabetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
C. Hipotesis
Ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.) dapat menghambat
peningkatan kerusakan glomerulus ginjal pada mencit yang diinduksi
Streptozotocin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan
rancangan penelitian post test only control group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian berupa 32 ekor mencit jantan (Mus musculus L.), dengan
berat badan ± 20-30 gram dan berumur 6-8 minggu. Mencit diperoleh dari UD
Wistar, Dadapan, Jl Parangtritis Km 8, Yogyakarta. Bahan makanan mencit
digunakan pakan broiler I (BR I).
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling.
Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus, yaitu:
n1 = n2 = 2
s = d (karena insidensinya belum diketahui)
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
n1 = n2 = 2
= 2 [1,96]2
= ± 8
Keterangan:
n = jumlah kelompok
Z = nilai pada distribusi normal standar untuk uji dua sisi pada tingkat
kemaknaan ( = 5%, Z = 1,96)
s = simpangan baku pada dua kelompok
d = tingkat ketepatan absolut dari beda rerata (Arief, 2004).
Jadi, jumlah keseluruhan sampel yaitu 32 ekor mencit jantan.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : herba Anting-anting (Acalypha indica L.)
2. Variabel terikat : gambaran histologis glomerulus ginjal
3. Variabel luar
a. Dapat dikendalikan
1) Genetik
2) Berat badan
3) Makanan
4) Umur
5) Jenis Kelamin
b. Tidak dapat dikendalikan
1) Variasi kepekaan mencit terhadap suatu zat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Genetik
3) Stres
4) Hormonal
F. Skala Variabel
1. Pemberian ekstrak Anting-anting : skala nominal
2. Gambaran histologis glomerulus ginjal : skala numerik
G. Definisi Operasional Variabel
1. Pemberian ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.)
Ekstrak Anting-anting didapatkan dengan menggunakan metode perkolasi
yaitu dengan cara dikeringkan, dihaluskan, dan diekstraksi dengan
menggunakan cairan penyari ethanol 70%. Tanaman anting-anting yang
digunakan berasal dari Desa Banyurejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta.
Ekstraksi dilakukan di Laboratorium Pengembangan dan Pengujian Terpadu
(LPPT) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Gambaran histologis ginjal
Gambaran histologis ginjal diperoleh pada hari ke-14 atau pada akhir
percobaan, dengan mengorbankan mencit dengan cara cervical dislocation,
kemudian diambil ginjalnya dengan melakukan irisan dengan ketebalan 5
mikron, dipilih secara random, untuk homogenitas sampel. Lalu dibuat
preparat histologisnya dengan metode blok parafin dan pengecatan
Hematoxylin Eosin (HE). Irisan dilakukan dengan ketebalan irisan 5 mikron,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dipilih secara random, untuk homogenitas sampel. Lalu dilakukan pengamatan
pada preparat glomerulus dengan parameter yang diamati yaitu jumlah
glomerulus dan diameter glomerulus per lapangan pandang menggunakan
mikroskop cahaya dengan optilab yang diproduksi oleh CV. Micronos
Transdata Nusantara. Hasil pengamatan merupakan rerata dari tiga lapangan
pandang dari dua pengamat. Pada pengamatan digunakan perbesaran 400x.
H. Penentuan Dosis
1. Ekstrak anting-anting
Dosis ekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah 1000
mg/kgBB/hari. Bila setiap mencit mempunyai berat 20 gram, maka:
Dosis 1 ekor mencit = gramBBxgramBB
mg 20
1000 1000
= 20 mg
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada mencit adalah
1 ml/20 gramBB (Ngatidjan, 1991). Jadi dalam memperkirakan dosis anting-
anting yang akan di uji tidak boleh melebihi 1 ml/20 gramBB. Oleh karena itu
dilakukan pengenceran ekstrak, dengan rincian 60 gram ekstrak dilarutkan
dalam 300 ml aquades .
Pengenceran ekstrak =aquadesml
ekstrakmgaquadesml
ekstrakg 300
000.60
300 60
=
= 200 mg ekstrak dalam 1 ml larutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Atau dengan kata lain 1 ml larutan mengandung 200 mg ekstrak. Bila dosis
tiap mencit adalah 20 mg maka volume ekstrak yang diberikan adalah 0,1 ml
tiap mencit setiap hari.
2. Streptozotocin
Untuk menjadikan mencit model DM, maka dilakukan induksi dengan
Streptozotocin (STZ). Mencit diadaptasikan selama satu minggu. Dosis STZ
yang digunakan yaitu 65 mg/kgBB yang diberikan dua kali dengan selang
waktu 5 hari. Hanya mencit dengan kadar glukosa darah ≥200 mg/dL yang
digunakan dalam penelitian ini.
Pembuatan larutan STZ: 50 ml buffer sitrat 0,02 M + 500 mg STZ
1 ml larutan ≈ 10 mg STZ → 1 mg STZ ≈ 0,1 ml larutan
Dosis STZ : 65 mg/kgBB = 0,065 mg/grBB
Mencit 30 gr → (30 x 0,065) mg/30 grBB
→ 1,95 mg/30 grBB/ → (1,95 x 0,1) ml larutan → 0,195ml larutan
3. Metformin
Dosis metformin untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah 500 mg.
Faktor konversi manusia (dengan berat badan ± 70 kg) ke mencit (dengan
berat badan ± 20 gr) adalah 0,0026 (Suhardjono, 1995).
0,0026 x 500 mg = 1,3 mg/ 20 gr BB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Karena pemberian metformin dilakukan secara peroral, maka perlu
dilakukan pelarutan dalam aquades dengan rincian 26 mg metformin
dilarutkan dalam 2 ml aquades. Bila dosis tiap mencit adalah 1,3 mg maka
volume metformin yang diberikan adalah 0,1 ml.
I. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
Keterangan :
S = jumlah sampel K1 = Kelompok kontrol K2 = Kelompok DM K3 = Kelompok DM+ekstrak Anting-anting dosis 1.000 mg/kgBB/hari K4 = Kelompok DM+metformin dosis 1,3 mg/20 grBB/hari H1 = Gambaran histologis glomerulus ginjal K1 H2 = Gambaran histologis glomerulus ginjal K2 H3 = Gambaran histologis glomerulus ginjal K3 H4 = Gambaran histologis glomerulus ginjal K4
Uji one way ANOVA
dilanjutkan dengan Post Hoc Test
K4
K3
K2
K1
S
H1
H2
H3
H4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
J. Instrumentasi Penelitian
1. Alat-alat yang digunakan :
a. Kandang mencit
b. Timbangan elektrik Mettler Toledo
c. Spuit injeksi tuberculin/spuit 1 cc
d. Sonde
e. Pipet ukur
f. Gelas ukur 100 cc
g. Beaker glass 100 cc
h. GlucoDr Blood Glucose Test Meter
i. Mikroskop cahaya Olympus
j. Optilab
k. Timbangan obat
l. Alat-alat pembuatan preparat histologis, antara lain gelas objek
2. Bahan-bahan yang digunakan :
a. Ekstrak Anting-anting (Acalypha indica L.)
b. Streptozotocin
c. Hewan uji (32 ekor mencit jantan)
d. Makanan standar hewan uji (pakan Broiler I)
e. Formalin
f. Chlorethyl spray
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
K. Cara Kerja
1. Sebelum perlakuan
a. Kandang mencit disiapkan. Satu kandang 1 kelompok mencit.
b. Mencit diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari.
c. Mencit sebanyak 32 ekor dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok,
masing-masing 8 ekor.
2. Perlakuan
a. Kelompok 1 hanya diberi diet standar dan air minum selama penelitian
berjalan sebagai kontrol negatif.
b. Kelompok 2 diberi diet standar dan diinduksi STZ.
c. Kelompok 3 diberi diet standar, diinduksi STZ dan diberikan ekstrak
Anting-anting (Acalypha indica L.) dengan dosis 1000 mg/kgBB.
d. Kelompok 4 diberi diet standar, diinduksi STZ dan OHO metformin.
3. Setelah Perlakuan
Mencit dikorbankan dengan cara cervical dislocation, kemudian diambil
ginjalnya. Lalu dibuat preparat histologisnya dengan metode blok parafin.
Langkah-langkah pembuatan preparat antara lain :
a. Fiksasi yang dilakukan antara lain dengan cara Bouin yang bertujuan
untuk mencegah otolisis oleh enzim dan bakteri dan melindungi bentuk
fisik.
b. Setelah itu dilanjutkan dengan proses embedding yang bertujuan untuk
memperkeras jaringan sehingga dapat dipotong tipis. Prosedur dalam
embedding antara lain mengeluarkan air jaringan dengan alkohol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
bertingkat 70-100 % (dehidrasi), penjernihan dengan menggunakan pelarut
lemak seperti benzene atau xilen.
c. Pembuatan blok parafin dengan memasukan jaringan kedalam parafin cair
lalu diinkubator 58-60oC.
d. Selanjutnya adalah proses pemotongan dengan mikrotom dengan
ketebalan irisan 5 mikron.
e. Pewarnaan dengan Hematoxilyn Eosin (HE).
f. Lalu dilanjutkan dengan proses mounting yang dilakukan dengan perekat
dan penutup (deck glass) yang dilekatkan pada irisan jaringan yang telah
diwarnai pada objek glass.
Dari setiap mencit dibuat 3 preparat kemudian diambil 1 preparat secara
random. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan
perbesaran 400x. Lalu diamati glomerulus ginjal dan dilihat apakah terdapat
kerusakan atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
L. Alur Penelitian
Gambar 3.2. Skema Alur Penelitian
Analisis statistik
Mencit jantan (Mus musculus L.) dengan berat badan + 20 gram,
berumur 6-8 minggu.
Streptozotocin dosis 65 mg/kg
2 hari
Kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl < 200 mg/dl excluded
Kelompok DM (8 ekor)
Ekstrak Anting-anting Dosis 1.000 mg/kgBB/hari (8 ekor)
Metformin Dosis 13 mg/200grBB (8 ekor)
Kelompok kontrol (8 ekor)
Gambaran histologis ginjal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
M. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji
ANOVA dan dilanjutkan dengan Post Hoc Test menggunakan program SPSS for
Windows Release 16.0 dan p < 0,05 dipilih sebagai tingkat minimal
signifikansinya.
ANOVA adalah teknik analisis data statistik parametrik yang digunakan
ketika kelompok-kelompok variabel bebas lebih dari dua.. ANOVA juga dipakai
untuk mengetahui perbedaan di antara lebih dari dua kelompok perlakuan. Uji
ANOVA digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis komparatif rata-rata k
sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio (Sugiyono, 2000).
Setelah uji ANOVA, dilanjutkan Least Significant Difference (LSD) Post Hoc
Test untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok.
Syarat penggunaan uji ANOVA adalah :
1. Distribusi dimana sampel diambil harus diasumsikan berdistribusi normal
atau mendekati normal.
2. Harus diasumsikan bahwa varian populasi tiap kelompok adalah homogen
atau sama.
3. Bila hasil hitung nilai F lebih kecil dari 1 maka tidak bermakna.
4. Sampel diambil secara random.
( Budiarto, 2001).
Jika hasil tidak memenuhi persyaratan untuk uji ANOVA, maka digunakan uji
alternatifnya yaitu berupa uji non-parametrik Kruskal-Wallis dan dilanjutkan
dengan Post Hoc Test (Uji Mann Whitney).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Kerusakan Glomerulus
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini
menggunakan mencit Balb/C jantan sebanyak 32 ekor. Pada penelitian
awal, setelah hewan uji dikelompokkan dan diinduksi STZ, dilakukan
pengukuran kadar GDS. Dari penelitian yang dilakukan oleh Oktarini
(2010) diperoleh rerata kadar GDS normal sebesar 147,75 mg/dl dan
setelah diinduksi STZ rerata kadar GDS meningkat menjadi 226,78
mg/dl. Hewan uji ini dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok
kontrol, DM, metformin dan kelompok Anting-anting. Seluruh hewan
coba diberi perlakuan selama 2 minggu, kemudian dari setiap
kelompok dibuat 8 preparat histologik dengan pewarnaan Hematoxylin
Eosin (HE) untuk kemudian dilihat kerusakan glomerulus dan diameter
glomerulus. Rata-rata kerusakan glomerulus masing-masing kelompok
perlakuan selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 4.1 Rata-rata Kerusakan Glomerulus Sebelum vs Sesudah Perlakuan masing-masing Kelompok (%)
Kelompok Rata-rata±SD
Kontrol 9,21±9,78
Diabetes Mellitus 54,52±22,04
Metformin 46,94±16,02
Anting-anting 52,82±9,49
Sumber: Data Primer Mei 2010
Untuk lebih jelasnya, rata-rata kerusakan glomerulus ginjal mencit
dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
` Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Kerusakan Glomerulus Mencit
Pada diagram di atas, dapat dilihat bahwa pada mencit DM rata-rata
kerusakan glomerulus yang terjadi jauh lebih besar disbanding kontrol.
Dan pada mencit kelompok metformin dan mencit kelompok Anting-
anting rata-rata kerusakan glomerulus mengalami penurunan
9.21
54.52 46.94
52.82
0102030405060
kontrol diabetes mellitus metformin anting-anting
Rata-rata Kerusakan Glomerulus (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
disbanding mencit DM. dan jika dibandingkan dibandingkan, rata-rata
kerusakan glomerulus pada kelompok mencit metformin lebih rendah
daripada kelompok mencit Anting-anting.
2. Diameter Glomerulus
Nilai rerata diameter glomerulus masing-masing kelompok perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini
Tabel 4.2 Rata-rata Diameter Glomerulus Sebelum vs Sesudah Perlakuan masing-masing Kelompok (µm)
Kelompok Rata-rata±SD
Kontrol 26,95±3,13
DM 22,42±0,82
Metformin 28,99±0,76
Anting-anting 26,81±1,51
Sumber: Data Primer, Mei 2010
Untuk lebih jelasnya, rata-rata diameter glomerulus ginjal mencit
dapat dilihat pada diagram 4.2. di bawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 4.2. Diagram Rata-rata Diameter Glomerulus
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata diameter
glomerulus mencit DM lebih kecil daripada kontol. Kemudian pada
kelompok mencit yang diberi metformin dan kelompok mencit yang
diberi Anting-anting, rata-rata diameter glomerulusnya lebih besar
dibandingkan kelompok mencit DM. dan jika kelompok metformin
dan kelompok Anting-anting dibandingkan, didapatkan rata-rata
diameter kelompok mencit metformin lebih besar daripada kelompok
Anting-anting.
26.95 22.42
28.99 26.81
05
101520253035
Kontrol DM Metformin Anting-anting
Rata-rata Diameter Glomerulus (µm)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Gambar Mikroskopis Ginjal
Gambar 4.3. Glomerulus Ginjal Mencit Normal. Pengecatan dengan HE. Preparat ini difoto pada mikroskop dengan menggunakan Optilab dengan perbesaran 40x.
Kapsula glomerulus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 4.4. Glomerulus Ginjal Mencit DM yang diinduksi STZ dosis 65mg/kgBB/hari. . Pengecatan dengan HE. Preparat ini difoto pada mikroskop dengan menggunakan Optilab dengan perbesaran 40x.
Kapsula glomerulus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 4.5. Glomerulus Ginjal Mencit DM yang Diberi Metformin dosis 1,3mg/kgBB/hari. Pengecatan dengan HE. Preparat ini difoto pada mikroskop dengan menggunakan Optilab dengan perbesaran 40x.
Kapsula glomerulus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 4.6. Glomerulus Ginjal Mencit DM yang Diberi Ekstrak Anting-anting dosis 1000mg/kgBB/hari. Pengecatan dengan HE. Preparat ini difoto pada mikroskop dengan menggunakan Optilab dengan perbesaran 40x.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Analisis Data
1. Kerusakan Glomerulus
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistic dengan uji
Anova menggunakan program SPSS for Windows Release 16.0 dan p <
0,05 dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya. Uji yang
digunakan statistik parametrik dengan menggunakan uji ANOVA.
Sebelumnya, sebagai syarat uji ANOVA, dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas. Setelah dilakukan uji homogenitas, didapatkan nilai
p=0,175 (p>0,05). Dan berdasarkan uji normalitas Shapiro-wilk
(karena jumlah sampel kurang dari 50) didapatkan nilai signifikansi
untuk semua kelompok p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
distribusi kelompok tersebut adalah normal. Berikut ini hasil uji
Shapiro-Wilk:
Tabel 4. 3 .Hasil Uji Shapiro-Wilk pada kelompok perlakuan
Kelompok Perlakuan
p
Kontrol 0,062 DM 0,937 Metformin 0,208 Anting-anting 0,476
Setelah syarat uji ANOVA tersebut terpenuhi, maka selanjutnya
dilakukan uji ANOVA dan didapatkan hasil nilai p=0,000 (p<0,05)
yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antara 2 kelompok
dilakukan uji LSD Post Hoc Test dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel
4.4 di bawah ini
Tabel 4.4. Post Hoc Test Kerusakan Glomerulus
Kelompok Perlakuan
p Keterangan
Kontrol vs DM
0,000 Bermakna
DM vs Metformin
0,328 Tidak bermakna
DM vs Anting-anting
0,826 Tidak bermakna
Metformin vs Anting-anting
0,446 Tidak bermakna
*Signifikansi pada p<0,05
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya kelompok kontrol dan
DM yang memiliki perbedaan yang bermakna.
2. Diameter Glomerulus
Dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk
melakukan uji ANOVA. Syarat untuk uji ANOVA adalah data
terdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas Shapiro-wilk (karena
jumlah sampel kurang dari 50) didapatkan nilai signifikansi untuk
semua kelompok p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan distribusi data
normal. Berikut ini hasil uji Shapiro-Wilk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 4. 5 .Hasil Uji Shapiro-Wilk pada kelompok perlakuan
Kelompok Perlakuan p
Kontrol 0,245 DM 0,298 Metformin 0,933 Anting-anting 0,685
Pada uji homogenitas, didapatkan nilai p=0,022 (p<0,05). sehingga
dapat disimpulkan bahwa distribusi kelompok tersebut adalah tidak
homogen. Karenanya syarat uji ANOVA tidak terpenuhi. Selanjutnya
dilakukan transformasi data menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji
Kruskal-Wallis. Pada uji Kruskal-Wallis didapatkan hasil p=0,000
(p<0,05) dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antar kelompok. Untuk mengetahui kelompok mana yang
menpunyai perbedaan, maka harus dilakukan analisis Post Hoc. Alat
untuk melakukan analisis Post Hoc untuk uji Kruskal-Wallis adalah
dengan uji Mann-Whitney dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5.di
bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.6. Uji Mann-Whitney Diameter Glomerulus
Kelompok Perlakuan
p Keterangan
Kontrol vs DM 0,010 Bermakna
DM vs Metformin 0,000 Bermakna
DM vs Anting-anting
0,000 Bermakna
Metformin vs Anting-anting
0,007 Bermakna
*Signifikansi pada p<0,05
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol dan DM,
kelompok DM dan metformin, kelompok DM dan Anting-anting, serta
kelompok metformin dan Anting-anting memiliki perbedaan yang
bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB V
PEMBAHASAN
Streptozotocin secara luas telah digunakan untuk menginduksi hewan coba.
Efek diabetogenik dari STZ menyebabkan nekrosis sel β pankreas sehingga
menghambat produksi dan sekresi insulin yang pada akhirnya akan terjadi
hiperglikemi. Pemberian dosis streptozotocin yang tepat dapat memulai proses
kerusakan sel b pankreas dan efek toksik DM. Hal ini terlihat dari hasil penelitian
Oktarini (2010), mencit yang diinduksi STZ dosis 65 mg/kgBB dalam 0,02 M
larutan buffer sitrat menunjukkan tanda-tanda diabetes yang diperlihatkan dengan
peningkatan kadar Gula Darah Sewaktu rata-rata dari kontrol 147,75 mg/dl
menjadi 226,78 mg/dl.
Streptozotocin yang diinjeksi secara intraperitoneal pada tikus putih akan
masuk ke dalam sel β pankreas melalui protein transport glukosa (GLUT2),
karena struktur STZ yang menyerupai glukosa. Sel b pankreas mempunyai
memiliki jumlah GLUT 2 lebih banyak daripada sel tubuh lain, sehingga STZ
memiliki toksisitas selektif terhadap sel b pankreas. Aksi STZ intraseluler
menghasikan perubahan DNA sel β-pankreas berupa alkilasi DNA yang berimbas
pada kerusakan sel β pankreas. Menurut Szkudelski (2001), mekanisme tersebut
ditunjukkan dengan pemberian STZ dapat meningkatkan reactive oxygen species
(ROS), yang menyebabkan kenaikan fragmentasi DNA dan memicu perubahan
dalam sel.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pemberian STZ dengan dosis 65 mg/kgBB sebanyak dua kali dalam selang
waktu lima hari dapat menginduksi terjadinya DM tipe 1 pada mencit Balb/C
yang digunakan pada penelitian ini. Pada kelompok DM didapatkan rata-rata
kerusakan glomerulus yang cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol
normal (p=0,937). Hal ini dapat disebabkan karena pada DM terjadi peningkatan
kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Dimana pada keadaan hiperglikemia
terjadi peningkatan stres oksidatif yang pada akhirnya akan menyebabkan
terkumpulnya sitokin proinflamasi. Akibat adanya sitokin ini maka menimbulkan
proses inflamasi dan juga peningkatan sintesa matriks ekstraseluler yang pada
akhirnya akan menimbulkan peningkatan produksi kolagen, penebalan membran
basal, hyalinisasi arteriol, glomerulosklerosis dan fibrosis tubulointerstisial. Pada
akhirnya proses ini menimbulkan kerusakan pada struktur histologis ginjal
terutama glomerulus.
Menurut Craven et al. (1997), diameter glomerulus pada mencit DM yang
diinduksi STZ lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol normal karena
pada DM terjadi peningkatan TGF-β yang memicu hipertrofi glomerular dan
ekspansi matriks mesangium. Sedangkan pada penelitian, diameter glomerulus
mencit kelompok DM lebih kecil daripada diameter glomerulus kelompok kontrol
normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh mekanisme adaptasi kompensasi dari
glomerulus terhadap peningkatan TGF-β untuk mencegah pembesaran dari
glomerulus. Pada akhirnya nanti, dalam waktu 4 minggu atau lebih, sel-sel dalam
glomerulus yang bekerja sangat keras untuk mengkompensasi keadaan tersebut
akan mengalami kerusakan dan tidak dapat membendung peningkatan TGF-β
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sehingga diameter glomerulus akan mengalami pembesaran, seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2009) dan Fedlyliana (2009). Tetapi pada
penelitian ini mengecilnya diameter mungkin karena penelitian yang berlangsung
hanya selama 2 minggu, sehingga baru mencapai tahap adaptasi kompensasi.
Kemungkinan lain dapat terjadi dikarenakan kesalahan teknis pada waktu
pembuatan preparat.
Herba Anting-anting memiliki komponen farmakologis berupa
kaempferol,tannin dan asam askorbat yang memiliki efek antioksidan dan β-
sitosterol- β-D-glucoside dengan efek hipoglikemik. Kedua efek tersebut dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan akan menurunkan risiko terjadinya stres
oksidatif pada sel dan jaringan sehingga diharapkan herba Anting-anting dapat
dikembangkan sebagai terapi alternatif bagi DM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Anting-anting
pada kelompok mencit DM dapat memperbaiki rata-rata kerusakan glomerulus.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kerusakan glomerulus pada kelompok DM
54,52±22,04% menurun menjadi 52,82±9,49%. Dan hal ini diikuti oleh
peningkatan diameter glomerulus yang mendekati normal. Rata-rata diameter
glomerulus kelompok DM yang 22,42±0,82 µm meningkat menjadi 26,81±1,51
µm, mendekati rata-rata diameter glomerlus kelompok normal yakni 26,95±3,13
µm. Ini menunjukkan adanya efek perbaikan dengan pemberian ekstrak Anting-
anting dengan menurunkan resiko terjadinya stress oksidatif dan efek
hipoglikemianya, sehingga mencegah terjadinya peningkatan TGF-β.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pada pemberian metformin juga memperlihatkan terjadinya perbaikan
kerusakan glomerulus yang pada kelompok DM 54,52±22,04% menurun menjadi
46,94±16,02%. Hal ini dikarenakan metformin adalah obat hipoglikemia oral
yang cara kerjanya menurunkan produksi glukosa hati, menurunkan absorbsi
glukosa di usus halus, dan memperbaiki sensitivitas insulin dengan meningkatkan
ambilan glukosa darah perifer. Efek hipoglikemianya dapat menurunkan kadar
glukosa darah yang tinggi sehingga mencegah resiko peningkatan stress oksidatif
oleh karena hiperglikemia. Penurunan resiko terjadinya stress oksidatif berarti
menurunkan pula terjadinya kerusakan glomerulus oleh karena terbentuknya
sitokin proinflamasi dan meningkatnya produksi sintesa matriks selular. Dan hal
ini diikuti oleh peningkatan diameter glomerulus. Rata-rata glomerulus kelompok
DM yang diberi metformin meningkat menjadi 28,99±0,76 µm dari rata –rata
diameter glomerulus kelompok DM. Ini menunjukkan adanya efek perbaikan dari
pemberian metformin menurunkan kondisi hiperglikemia, sehingga terjadi pula
penurunan resiko terjadinya peningkatan TGF-β.
Jika dibandingkan, pada mencit kelompok Anting-anting dan mencit
kelompok metformin rata-rata kerusakan glomerulusnya (p=0,446) tidak
signifikan. Rata-rata kerusakan glomerulus kelompok Anting-anting lebih tinggi
bila dibandingkan dengan metformin. Begitupula dengan rata-rata diameter
glomerulus kelompok Anting-anting lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
diameter glomerulus kelompok metformin. Ini tidak sejalan dengan teori, sebab
efek yang ditimbulkan oleh ekstrak Anting-anting lebih banyak yakni efek
antidiabetik, antioksidan dan efek hipoglikemia, bila dibandingkan metformin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
yang hanya memiliki efek hipoglikemia saja. Hal ini mungkin dikarenakan efek
hipoglikemia dan kandungan antioksidan pada tanaman Anting-anting tidak
dominan sehingga tidak menimbulkan efek yang lebih baik dari metformin. Selain
itu durasi pemberian ekstrak Anting-anting yang singkat selama 2 minggu dan
juga karena kondisi mencit yang stress dapat berpengaruh.
Pada penelitian ini terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan, antara
lain:
1. Waktu penelitian yang singkat yakni selama 2 minggu sehingga sel β
pankreas belum sepenuhnya mengalami kerusakan.
2. Dosis ekstrak yang efektif belum diketahui untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
3. Penggunaan STZ yang sudah diencerkan dan disimpan terlalu lama
sebelum induksi dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Anting-
anting (Acalypha Indica L.) dosis 1000 mg/kgBB dapat memperbaiki
kerusakan glomerulus mencit yang diinduksi STZ.
B. Saran
Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini,
maka diperlukan penelitian lebih lanjut dengan beberapa perbaikan:
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan jangka waktu yang
lebih lama, sehingga dapat diamati lebih jauh efek ekstrak Anting-
anting terhadap kerusakan glomerulus mencit yang diinduksi STZ.
2. Perlu dilakukan penentuan dosis ekstrak Anting-anting yang lebih tepat
dan dilakukan variasi dosis pemberian untuk menentukan dosis efektif.
3. Perbaikan penyimpanan bahan dan prosedur perlakuan pada sample
harus dilakukan sesuai standar untuk mengurangi kerusakan selama
pengambilan sampel sehingga akan didapatkan hasil yang lebih akurat.
47