76198016-bronkitis
TRANSCRIPT
DAFTAR PUSTAKA
Halaman judul ..................................................................................................................... I
Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................B. Tujuan ....................................................................................................................
1. Tujuan Umum...................................................................................................2. Tujuan Khusus...................................................................................................
BAB II. TINJAUAN TEORITIS .................................................................................................
A. Definisi Bronkhitis Kronis .......................................................................................B. Etiologi....................................................................................................................C. Patofisiologi ............................................................................................................D. Woc ........................................................................................................................E. Manifistasi Klinis ....................................................................................................F. Komplikasi ..............................................................................................................G. Penatalaksanaan Medis dan Perawat ....................................................................H. Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................
BAB III. TINJAUAN TEORITIS ASKEP BRONKHITIS KRONIS
A. Pengkajian ...........................................................................................................................B. Perumusan Diagnosa ..........................................................................................................C. Intervensi ............................................................................................................................D. Implementasi ......................................................................................................................E. Evaluasi ...............................................................................................................................
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................................B. Saran ...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Askep Bronkhitis
Kronis ” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “ Bronkhitis Kronis” yang berisikan tentang, Definisi,
Etiologi, Patofisiologi, Manifiestasi Klinis,
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen KMB yang telah membimbing
penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Pekanbaru, 21 Desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paru-paru merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-
gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah.
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian
vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri,
terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan
mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini
terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan
otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ),
sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang pasien,
dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap
yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease ( COPD ).
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di
Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan
ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami
penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.
1.2. Tujuan umum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal
selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).
Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun
(berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar
bronchus maupun dari bronchus itu sendiri, merupakan keadaan yang berkaitan dengan
produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan sehingga cukup untuk menimbulkan batuk
dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk lebih dari 2 tahun secara
berturut-turut.
B. Etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis , yaitu:
a. Infeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus
(pneumokokus), Haemophilus influenzae
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Bronkhitis kronis
dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh, yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup
maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya
tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri
yang dapat menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan
C. Patofisiologi
Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau
mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling
sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya
respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan
besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan
tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.
Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun
akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari
hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
D. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan
beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada
penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan
pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang
berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :
Keluhan-keluhan:
1.Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan
frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau
bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila
terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian
1. Lapisan teratas agak keruh
2. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
3. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak ( celluler debris ).
2.Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau
destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan.
Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai
perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat
hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari
peredaran darah sistemik )
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena
bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal.
Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi
haemaptoe.
C. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannya.
d. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang
pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
e. Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis
komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda
korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada
lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah
ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain.
Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan
kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang
terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi
komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing
sering
ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus
menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.
Corak paru bertambah
Analisa gas darah
- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)
- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- Saturasi hemoglobin menurun.
- Eritropoesis bertambah.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan utama ditujukan untuk mencegah, mengontrol infeksi, dan meningkatkan
drainase bronkhial menjadi jernih. Pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Antimicrobial
b. Postural drainase
c. Bronchodilator
d. Aerosolized Nebulizer
e. Surgical Intervention
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama :
Umur : usia 45-65 thn
Kelamin : pada penelitian ditemukan kebanyakan pada laki-laki
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Penanggung :
b. Keluhan Utama : Batuk
c. Riwayat Penyakit Sekarang : batuk disertai dengan produksi sputum, sering terjadi pada pagi
hari dan dalam jangka waktu yang lama
d. Riwayat Penyakit Dahulu :pada pengkajian riwayat penyakit dahulu ditemukan adanya batuk
yang berlangsung lama (3 bulan atau lebih)
e. Riwayat Penyakit Keluarga : penelitian terakhir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok
dapat menderita penyakit pernapasan lebih sering dan lebih
berat serta prevalensi terhadap gangguan pernapasan kronik
lebih tinggi. Selain itu, klien yang tidak merokok tetapi
tinggal dengan perokok (perokok pasif) mengalami
peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari
keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini
bronchitis kronik berkaitan dengan polusi udara rumah, dan
bukan penyakit yang diturunkan
3.2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : lemah, sianosis
Kesadaran : composmetis
TD : 90/60 mmHg
ND : 100 x/mnt
RR : 22 x/mnt
TB : 170 cm
BB : 50 kg
b. Sistem Kardiovaskuler :
Irama Jantunng : reguler
Nyeri Dada : tidak ada
peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
Distensi vena leher.
Bunyi jantung redup.
c. Sistem Pernapasan :
Pola Napas : tidak teratur
Jenis : Dispnea
Batuk (+)
Suara Nafas tambahan : Ronchi, Wheezing ( akibat obstruksi bronkus)
Haemaptoe
Sputum (+)
Sianosis
Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
Barrel chest
d. Sistem Muskuloskeletal dan Intergumen :
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Edema
Akral hangat
e. Sistem Genetourinaria :
BAK : 4x/hari
Urine output : 700cc/hr
Warna : kuning
f. Sistem Pencernaan :
Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan
g. Sistem Neurosensori :
Gelisah, insomnia.
h. Sistem Pengindraan :
Panciuman terganggu akibat adanya secret
Pada system pengindraan yang lainya tidak ada gangguan
i. Sistem Endokrin :
3.3 Pemeriksaan Penunjang
Analisa gas darah
- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)
- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- Saturasi hemoglobin menurun.
- Eritropoesis bertambah
3.4 analisa data
Pengelompokan Data Etiologi Masalah kep
Ds: pasien mengatakan
hidungnya tersumbat
Do: Suara Nafas tambahan :
Ronchi, Wheezing
( akibat obstruksi
bronkus)
Sputum (+)
Reaksi alergen dan anti bodi
Release vasactive
substance
(histamine,brodikinin,anafilatoxin)
Permeabilitas kapiler
Kontraksi otot
polos
Edema mukosa
Hipersekresi mukus
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Obstruksi saluran nafas
Hipoventilasi
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Ds : pasien mengatakan
sesak napas
Do : - Pola Napas tidak
teratur
- Dispnea
- Edema
- Terdapat penggunaan
otot bantu
pernapasan
- Sianosis
- Pa O2 : rendah (normal
80 – 100 mmHg)
- Pa CO2 : tinggi
(normal 36 – 44
mmHg).
- Saturasi hemoglobin
Pencetus serangan
Alergen,emosi/stress
Reaksi alergen dan anti bodi
Release vasactive substance
(histamine,brodikinin,anafilatoxin)
Konstriksi otot polos
Bronchospasme
Gangguan pertukaran gas
menurun.
- Eritropoesis bertambah.Obstruksi saluran nafas
Gangguan Pertukaran Gas
Do : pasien mengatakan
tidak nafsu makan
Ds : - Mual/muntah.
- Nafsu makan
buruk/anoreksia
- Ketidakmampuan
untuk makan
- Penurunan berat badan
Reaksi alergen dan anti bodi
Release vasactive substance
(histamine,brodikinin,anafilatoxin)
Sekresi mucus
Produksi
Sputum
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea, anoreksia, mual
muntah
3.6 Indikator
Table Noc: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Ketidakefektifan bersihan jalan napas klien dapat adekuat dalam waktu…X24 Jam
INDIKATOR 1 2 3 4 5
Suara Nafas (vesicular)
Secret (-)
RR: 16-24x/menit
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea, anoreksia, mual
muntah
3.6 Indikator
Table Noc: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Ketidakefektifan bersihan jalan napas klien dapat adekuat dalam waktu…X24 Jam
INDIKATOR 1 2 3 4 5
pCO3 (36-44
mmHg)
pO2 (80-100
mmHg)
Sianosis
Hemoglobin
Table Noc : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan klien adekuat dalam waktu ….X 24 jam
INDIKATOR 1 2 3 4 5
Makan (3x
sehari)
Minum (8
gelas/hari)
Mual
BB ideal
3.7 Intervensi
No Diagnosa
KeperawatanTujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas b.d
peningkatan
produksi sekret
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
ketidakefektifan
bersihan jalan
Pengkajian
1. Auskultasi bunyi nafas
2. Kaji/pantau frekuensi
pernafasan.
3. Observasi karakteristik
nafas teratasi
KH :
- Suara
nafas(vesicular
): nilai 3
- Secret (-):nilai
3
- RR:
16-24x/meni
t:nilai 4
batuk
HE
4. informasikan kepada
pasien dan keluarga
bahwa merokok
merupakan kegiatan yang
dilarang didalam ruang
perawatan
5. intruksikan kepada pasien
tentang batuk dan teknik
napas dalam untuk
memudahkan keluarnya
sekresi
Kolaborasi
6. Berikan obat sesuai
indikasi : bronkodilator,
Xantin, Kromolin, Steroid
oral/IV dan inhalasi,
antimikrobial, analgesik
7.Berikan humidifikasi
tambahan(nebulizer)
Aktivitas Lain
8. Pertahankan polusi
lingkungan minimum
Gangguan
pertukaran gas
behubungan
dengan
ketidakseimbangan
perfusi-ventilasi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
gangguan
pertukaran gas
teratasi
KH :
- pCO3 (3)
- pO2 (3)
- sianosis (3)
- Hemoglobin (3)
Pengkajian
1. Kaji frekuensi, kedalaman
pernafasan.
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Awasi tanda vital dan
irama jantung dan Awasi
GDA
HE
4. Ajarkan pasien pernafasan
diafragmatik dan
pernafasan bibir
5. Jelaskan kepada pasien
dan keluarga alasan
pemberian oksigen dan
tindakan lainnya.
Kolaborasi
6. Berikan O2 tambahan
sesuai dengan indikasi
hasil GDA
7. Berikan obat yang
diresepkan(misalnya:natr
ium bikaronat)
Aktivitas Lain
8 Jelaskan kepada pasien
sebelum memulai
pelaksanaan
prosedur,untuk
menurunkan ansietas dan
meningkatkan rasa
kendali.
9. Lakukan hygiene
mulut secara teratur.
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Berhubungan
dengan hilangnya
nafsu makan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 4x24 jam
perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
teratasi
KH :
- Makan (3x/hr)
(4)
- Minum (8
gls/hr) (4)
- Mual (4)
Pengkajian
1. Tentukan motivasi pasien
untuk mengubah
kebiasaan makan.
2. Kaji kebiasaan
diet,masuakan saat ini
Catat derajat kesulitan
makan.Evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.
HE
3. Ajarkan pasien/keluarga
tentang makanan yang
bergizi dan tidak mahal.
4. Ajarkan metode untuk
perencanaan makan.
- BB ideal (2) Aktivitas Kolaboratif
5. Konsul ahli gizi/nutrisi
pendukung tim untuk
memberikan makanan
yang mudah
dicerna,secara nutrisi
seimbang,misalnya
nutrisi tambahan
oral/selang,nutrisi
parenteral total agar
asupan yang kalori yang
adekuat dapat
dipertahankan.
6. Berikan oksigen tambahan
selama makan sesuai
indikasi.
Aktivitas lain
7. Hindari makanan
penghasil gas dan
minuman karbonat
8. Timbang berat badan
sesuai indikasi
D. Implementasi
TGL/JAM No Diagnosa Implementasi Paraf
08.00 1 Mengauskultasi bunyi nafas
08.15 Memberikan obat sesuai indikasi :
bronkodilator, Xantin, Kromolin, Steroid
oral/IV dan inhalasi, antimikrobial,
analgesic
08.30 Mengkaji/pantau frekuensi pernafasan.
08.45 Mengobservasi karakteristik batuk
09.00
Memberikan humidifikasi
tambahan(nebulizer)
09.15 Mempertahankan polusi lingkungan
minimum
Tgl/jam No Diagnosa Implementasi Paraf
09.20 2 Mengkaji frekuensi, kedalaman
pernafasan.
09.30 mengawasi tanda vital dan irama jantung
dan Awasi GDA
09.45 Mengauskultasi bunyi nafas
10.00 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
alasan pemberian oksigen dan tindakan
lainnya.
10.10 Memberikan obat yang
diresepkan(misalnya:natrium
bikaronat)
10.20 Melakuka hygiene mulut secara teratur.
10.35 Mengajar pasien pernafasan diafragmatik
dan pernafasan bibir
10.40 Memberikan O2 tambahan sesuai dengan
indikasi hasil GDA
09.10 Menjelaskan kepada pasien sebelum
memulai pelaksanaan prosedur,untuk
menurunkan ansietas dan meningkatkan
rasa kendali.
Tgl/jam No Diagnosa Implementasi Paraf
10.45 3 Menentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan.
11.00 Mengajarkan pasien/keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak mahal.
12.00 Konsultasi ahli gizi/nutrisi pendukung tim
untuk memberikan makanan yang mudah
dicerna,secara nutrisi seimbang,misalnya
nutrisi tambahan oral/selang,nutrisi
parenteral total agar asupan yang kalori yang
adekuatapat dipertahankan.
12.15 Menghindarkan makanan penghasil gas dan
minuman karbonat
10.47 Mengkaji kebiasaan diet,masuakan saat
ini.Catat derajat kesulitan makan.Evaluasi
berat badan dan ukuran tubuh.
13.00 Mengajarkan metode untuk perencanaan
makan.
13.15 Menimbang berat badan sesuai indikasi
E. Evaluasi
Masalah
Keperawatan yang
timbul
Tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Ketidakefektifan 07.30 S: pasien mengatakan hidungnya masih
bersihan jalan napas
b.d peningkatan
produksi sekret08.00
12.00
tersumbat
O: Suara Nafas Ronchi
Secret (+)
RR: 25x/mnt
A:Ketidakefektifan bersihan jalan napas
P:Intervensi 1,2,5,6,7 dilanjutkan
I : 1. Auskultasi bunyi nafas : Ronchi (2)
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan: RR
: 25x/mnt (2)
3. intruksikan kepada pasien tentang
batuk dan teknik napas dalam
untuk memudahkan keluarnya
sekresi
4. Berikan obat sesuai indikasi :
bronkodilator, Xantin, Kromolin,
Steroid oral/IV dan inhalasi,
antimikrobial, analgesic
5. Berikan humidifikasi
tambahan(nebulizer)
E : Suara napas : Ronchi
RR : 25x/mnt
Pasien dapat mendemonstrasikan cara
batuk efektif dan napas dalam
R : ketidakefektifan bersihan jalan napas
belum teratasi, intervensi dilanjutkan
Masalah
Keperawatan yang
timbul
Tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Gangguan pertukaran
gas b.d
ketidakseimbangan
perfusi-ventilasi
07.30
08.00
12.00
S: pasien masih merasakan sesak napas
O: pCO3 46 mmHg
pO2 : 75 mmHg
Sianosis (+)
A: Gangguan pertukaran gas
P:Intervensi 2,3,6 dilanjutkan
I : 1. Auskultasi bunyi nafas : wheezing
2. Awasi tanda vital dan irama jantung
dan Awasi GDA
3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan
indikasi hasil GDA
E : Suara Napas : Wheezing
pCO3 : 45 mmHg
pO2 : 76 mmHg
Sianosis (+)
R : gangguan pertukaran gas belum
teratasi, intervensi dilanjutkan
Masalah
Keperawatan yang
timbul
Tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan
dispnea, anoreksia,
mual muntah.
07.30
08.00
12.30
S: pasien mengatakan masih tidak nafsu
makan
O: mual, muntah (+)
BB : 50kg
Makan (1x/hr)
Minum (4x/hr)
A: Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
P:Intervensi 2,3,5,8 dilanjutkan
I : 1. Kaji kebiasaan diet,masuakan saat ini
Catat derajat kesulitan
makan.Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
2. Ajarkan pasien/keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak
mahal.
3. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung
tim untuk memberikan makanan
yang mudah dicerna,secara nutrisi
seimbang,misalnya nutrisi tambahan
oral/selang,nutrisi parenteral total
agar asupan yang kalori yang
adekuat dapat dipertahankan.
8. Timbang berat badan sesuai indikasi
E : makan (2x/hr)
Minum (6x/hr)
Mual, muntah (+)
BB : 50 kg
Keluarga dapat menjelaskan kembali
tentang macam-macam makanan yang
bergizi dan tidak mahal
R : perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan belum teratasi, intervensi
dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
a. KesimpulanBronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang
pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas
yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease ( COPD ).
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis , yaitu:
a. Infeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus),
Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus influenzae
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
b. Saran
Dari makalah ini maka dapat di ambil saran bahwa upaya pencegahan bronchitis
kronis adalah hindari merokok, hindari polusi udara, debu, berbagai bahan kimia
industry.