_5juli_babii_tinjauan
TRANSCRIPT
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 1/34
9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Tony, 2005). Menurut Undang-undang
Republik Indonesia tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 (enam puluh) tahun keatas.
Lansia (lanjut usia) atau manusia usia lanjut (manula) adalah
kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat
perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumur
60 tahun atau lebih (Bustan, 2007).
Masa Lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran,
terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis.
Elizabeth Hurlock dalam Maryam dkk (2008) mengemukakan bahwa
penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-
sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua.
Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sikap tidak
senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan penghidupan
pada umumnya dapat menuju kepada keadaan uzur, karena terjadi
perubahan pada lapisan otak, akibatnya, orang menurun secara fisik
dan mental dan mungkin akan segera mati.
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 2/34
10
B. Batasan Lanjut Usia
Umur kronologis (kalender) manusia dapat digolongkan dalam
berbagai masa, yakni Masa Anak, Remaja, dan Dewasa. Masa
dewasa dapat dibagi atas dewasa muada (18-30 tahun), dewasa
setengah baya (30-60 tahun), dan masa lanjut usia (lebih 60 tahun).
WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok (Bustan,
2007):
1. Kelompok middle age (45-59)
2. Kelompok eldery age (60-74)
3. Kelompok old age (75-90).
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan
bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah
orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan
dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari.
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia
(Maryam, 2008):
1. Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-49 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 3/34
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 4/34
12
2. Status perkawinan
Mengingat umur harapan hidup pada penduduk lansia
wanita lebih tinggi daripada pria, jumlah penduduk lansia wanita
yang mempunyai status menikah lebih kecil daripada penduduk
lansia pria. Karena tingkat pendidikan lansia wanita rendah dan
partisipasi angkatan kerja golongan ini tidak tinggi, mereka harus
menanggung beban ekonomi lebih berat setelah suaminya
meninggal. Banyak diantara mereka tidak dapat hidup secara
mandiri lagi dan terpaksa menjadi tanggungan anak serta
keluarganya (Hardywinoto dan Tony, 2005)..
3. Tatanan Hidup
Misalnya, keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama
istri, anak atau keluarga lainnya.
a. Tanggungan keluarga; masih menanggung anak atau
anggota keluarga.
b. Tempat tinggal; rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa
ini kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian
keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian
dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia
akan ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang
berbeda.
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 5/34
13
4. Kondisi kesehatan umum
a. Kondisi umum; kemampuan umum untuk tidak tergantung
kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi,
buang air kecil dan besar.
b. Frekuensi sakit; frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan
menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai bergantung pada
orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya
sudah memerlukan perawatan khusus.
5. Keadaan ekonomi
a. Sumber pendapatan resmi; pensiunan ditambah sumber
pendapatan lain kalau masih bisa aktif.
b. Sumber pendapatan keluarga; ada tidaknya bantuan
keuangan dari anak/keluarga lainnya, atau bahkan masih
ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
Kemampuan pendapatan; lansia memerlukan biaya yang lebih
tinggi, sementara pendapatan semakin menurun, sampai
seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi
kebutuhannya (Bustan, 2007).
D. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan kesehatan yang
berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 6/34
14
Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai
penyebab utama. Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dengan
kekurangan insulin yang bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya
resistensi insulin. Keadaan ini ditandai dengan ketidakmampuan organ
menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal
dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya kadar glukosa darah
meningkat. Sebagai pedoman dalam diagnosa DM, WHO
mengeluarkan panduan diagnosis DM (Bustan, 2007).
Tabel 2.2 Rekomendasi WHO Kriteria Diagnosis DM dan
Hiperglikemis Intermediat
Jenis Pemeriksaaan Nilai Normal
Diabetes:
- Glukosa puasa
- Glukosa 2 jam pp
> = 7.0 mmol/l (126 mg/dl), atau
> = 11.1 mmol/l (200 mg/dl),
Impaired Glucose Tolerance (IGT)
- Glukosa puasa
- Glukosa 2 jam pp
< 7.0 mmol/l (126 mg/dl), dan
>= 7.8 mmol/l dan < 11.1 mmol/l
(140 mg/dl dan 200 mg/dl)
Impaired Fasting Glucose (IFG)
- Glukosa puasa
- Glukosa 2 jam pp
6.1 - 6.9 mmol/l (110 - 125 mg/dl)
Dan < 7.8 mmol/l (140 mg/dl)Sumber : Bustan (2007).
Diabetes merupakan gangguan metabolisme dari distribusi gula
oleh tubuh. Penderita diabetes tidak dapat memproduksi insulin dalam
jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulin
secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula dalam darah.
Sebagian glukosa darah yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 7/34
15
system urine untuk dibuang melalui urine. Sisanya disimpan dalam
jaringan sebagai senyawa lemak yang disebut glikogen, yang pada
waktunya akan digunakan pada saat tubuh mengalami kekurangan
pasokan gula dari luar. Tugas pengaturan pengiriman glukosa ke
jaringan yang membutuhkan tersebut dibebankan pada hormon insulin
yang diproduksi oleh kelenjar pankreas (Sustrani dkk, 2004).
Kriteria prediabetes adalah mereka yang tergolong Impaired
Fasting Glucose (IFG) atau Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT)
yang artikan sebagai peningkatan kadar gula darah puasa, dan
Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT) yang diartikan sebagai peningkatan kadar gula darah plasma
dua jam setelah intake 75 gram glukosa pada tes toleransi glukosa
oral.
Penemuan kasus IFG dikaitkan dengan beberapa faktor seperti
genetik, jenis kelamin lelaki, dan kebiasaan merokok pada individu
yang bersangkutan. Sedangkan IGT dikaitkan dengan inaktivitas fisik,
diet yang tidak sehat, dan postur tubuh pendek. Risiko IGT untuk
menjadi diabetes lebih besar dibanding IFG. Suatu studi
menyimpulkan bahwa mereka dengan IGT,atau IFG, atau sindroma
metabolik mengalami konversi menjadi diabetes 8-10% pertahun,
sedangkan apabila memiliki ketiganya, lebih dari 10% pertahun
(Manaf, 2007).
Gejala khas yang sering dikeluhkan oleh penderita DM antara
lain (Wirakusumah, 2002):
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 8/34
16
1. Trias poli atau poliura (banyak kencing), polidipsia (banyak
minum), polifagia (banyak makan)
2. Lemas
3. Berat badan turun
4. Kesemutan, mata kabur.
E. Jenis Diabetes
Berdasarkan jenis gangguannya DM dibagi menjadi dua tipe,
yaitu DM tipe I (IDDM=Insuline Dependent Diabetes Mellitus) dan DM
tipe II (NIDDM= Non-Insuline Dependent Diabetes Mellitus). DM tipe I
biasanya terjadi secara tiba-tiba sebelum penderita berumur 40 tahun.
Penderita diabetes tipe I ini mengalami gangguan produksi insulin
dalam tubuhnya sehingga bentuk terapinya adalah dengan pemberian
suntikan insulin. DM tipe II pada umumnya muncul setelah umur 40
tahun. Diabetes tipe II ini biasanya terjadi bertahap (dengan atau tanpa
gejala) (Sustrani dkk, 2002).
Menurut Bustan (2007) dikenal 2 jenis DM. Kedua jenis ini
dibagi dengan melihat faktor etiologisnya.
1.DM tipe I (IDDM) disebabkan oleh gangguan sel Beta
pankreas. DM ini berhubungan dengan antibodi berupa Islet Cell
Antobodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid
Decarboxylase Antibodies (GADA).
2. DM tipe II (DDM) terjadi dari bervariasi sebab, dari dominasi
insulin resisten relatif sampai defek sekresi insulin. DM tipe II akan
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 9/34
17
kebanyakan menyerang usia lanjut, karena berhubungan dengan
degenerasi atau kerusakan organ dan faktor gaya hidup. Sebagai
gambaran perbandingan DM tipe I dan tipe II dilihat dalam tabel 2.2
Tabel 2.3 Perbandingan Keadaan DM tipe I dan DM tipe II
DM Tipe I DM Tipe II
- Sel pembuat insulin rusak
- Mendadak, berat dan fatal
- Umumnya usia muda
- Insulin absolut dibutuhkan
seumur hidup
- Bukan turunan tapi autoimun
- Lebih sering dari tipe I
- Faktor turunan positif
- Muncul saat dewasa
- Biasanya diawali dengan
kegemukan
- Komplikasi kalau tidak terjadi
Sumber : Bustan (2007).
3. DM gestational adalah diabetes karena dampak kehamilan.
4. DM tipe lain bisa berupa defek genetik fungsi insulin, defek
genetik kerja insulin, infeksi, karena obat/kimiawi, sebab
imunologis lain, sindro genetik yang terkait DM.
F. Faktor Risiko Diabetes Melitus (DM)
DM tipe II adalah hasil interaksi faktor genetik dan keterpaparan
lingkungan. Faktor genetik akan menentukan individu yang rentan
terkena DM. Faktor lingkungan di sini berkaitan dengan 2 faktor utama
kegemukan (obesitas) dan kurang aktivitas fisik. Karena itu, kelak
kedua faktor ini ternyata kalau dikendalikan akan memberikan hasil
yang efektif dalam pengendalian diabetes.
Bukti peran faktor genetik diperoleh dari penelitian pada anak
kembar yang keduanya berisiko terhadap DM. Jika seorang kembar
kena DM, maka 50% kemungkinan kembarannya menderita DM pula.
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 10/34
18
Sekitar 4% anak Eropa berasal dari keluarga atau orang tua yang DM.
Pengaruh lingkungan dapat dibuktikan denan migrant study . Misalnya,
orang Jepang yang pindah ke Hawaii lebih tinggi DM-nya dibandingkan
mereka yang tetap di Jepang.
Diabetes Prevention Program (DPP) yang merupakan program
yang melibatkan 3.234 orang yang mengalami peningkatan kadar gula
darah tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatakan DM. DPP merupakan
penelitian terbesar tentang diabetes yang berpusat pada perubahan
gaya hidup. Peserta DPP terdiri atas berbagai etnis, termasuk sekitar
50% dari ras Kaukasia dan 50% dari ras lain yang mewakili berbagai
populasi dunia. DPP dibuat berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu
bahwa DM dapat dikendalikan dengan perubahan gaya hidup yaitu
obesitas melalui perbaikan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, dan
pengelolaan stress. Setelah peserta beberapa hari mengkonsumsi
makanan berkalori rendah, kadar gula darah menurun sehingga obat-
obatan tidak diperlukan. Peningkatan aktivitas fisik juga dapat
menurunkan kadar gula darah, karena aktivitas tersebut membuat otot
lebih sensitif terhadap insulin, yang mendorong gula darah menuju otot
(Nathan dan Linda, 2009).
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh
tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik (Bustan, 2007).
Secara singkat faktor-faktor yang mempertinggi risiko DM
adalah (Sustrani dkk, 2004) :
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 11/34
19
1. Kelainan Genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak
dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya diabetes
juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan
kurang bergerak.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. DM sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama
setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih,
sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
3. Gaya Hidup Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar
serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara
untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang
berbahaya bagi mereka yang berisiko kena DM.
4. Pola Makan yang Salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
risiko kena DM. Kurang gizi dapat merusak pankreas, sedangkan
obesitas mengakibatkan gangguan kerja insulin.
G. Aktivitas Fisik
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 12/34
20
Kunci utama pencegahan diabetes dalam Bustan (2007) terletak
pada tiga titik saling berkaitan: pengendalian berat badan, olahraga,
dan makan sehat. Bentuk pengendalian ini dilakukan dengan
menurunkan berat badan sedikit disertai dengan 30 menit kegiatan
fisik/olahraga 5 hari per minggu, sambil makan secukupnya yang
sehat.
Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada
tahun 1988-1994 menunjukkan bahwa penyakit DM melibatkan faktor
genetik dan lingkungan. Penyakit DM terjadi akibat pola hidup yang
berubah salah satunya adalah kurang melakukan aktivitas fisik
terutama pada usia lanjut.
Perubahan aktivitas fisik sudah diterapkan dalam tiga dari
empat penelitian utama yang berhasil mencegah perkembanngan
diabetes pada orang-orang yang rentan terhadapnya. Berikut ini
pengaruh aktivitas fisik (Nathan dan Linda, 2009):
1. Aktivitas fisik langsung memperbaiki
sensitivitas otot-otot terhadap insulin, sehingga kadar gula lebih
mudah ditimbun dalam otot daripada dibiarkan meningkat dalam
peredaran darah.
2. Efek terbaik dari aktivitas fisik diperoleh bila
dilakukan dengan teratur, setidaknya tiga sampai empat kali
seminggu.
3. Selain efek langsungnya, aktivitas fisik bisa
membantu menurunkan berat badan, dan khususnya lebih berguna
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 13/34
21
untuk mempertahankan berat badan yang diperoleh berkat
perubahan komposisi makanan.
4. Program pencegahan dan pengobatan
diabetes yang paling berhasil memasukkan peningkatan aktivitas
fisik dengan intensitas sedang dalam kehidupan sehari-hari.
Analisis hasil Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) tahun
2004 yang dilakukan oleh Handayani (2007) menggambarkan
pemodelan terhadap kejadian DM pada usia > 25 tahun. Beberapa
variabel dikenal sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian
diabetes yaitu aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi serat,
derajat kegemukan (obesitas), tekanan darah, kadar kolesterol darah.
Untuk menentukan kandidat dilakukan seleksi terhadap independen
variabel dengan ketentuan masuk kandidat apabila siknifikansi < 0,25.
Diperoleh hasil variabel obesitas, aktivitas fisik dan hipertensi masuk
sebagai kandidat. Uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa
obesitas dan aktivitas fisik terbukti secara bermakna berpengaruh
terhadap kejadian DM. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk
menguatkan bukti klinis dan dijadikan dasar dalam pencegahan
diabetes yaitu dengan mengendalikan berat badan agar mencapai
berat badan ideal/normal.
Menurut Depkes RI (2006) aktivitas fisik adalah pergerakkan
anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara
sederhana minimal 30 menit dalam sehari selama 5 hari dalam
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 14/34
22
seminggu yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan
kualitas hidup sehat.
Aktivitas fisik yang benar dapat dilakukan secara bertahap
hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat dimulai dengan
beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap. Aktivitas
fisik yang dilakukan secara teratur mampu membakar kalori dari
makanan yang dikonsumsi. Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat
untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan
pembuluh darah.
Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:
1. Ketahanan (endurance)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat
membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap
sehat dan membuat lebih bertenaga. Untuk mendapatkan
ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7
minggu perhari).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti :
a. Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju
tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan
saat pulang berhenti di halte yang menghabiskan 10 menit
berjalan kaki menuju rumah
b. Lari ringan
c. Berenang, senam
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 15/34
23
d. Bermain tenis
e. Berkebun dan kerja di taman.
2. Kelenturan (flexibility)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat
membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh
tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk
mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan
selama 30 menit (4-7 hari per minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
a. Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau
sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai
dari tangan dan kaki
b. Senam taichi, yoga
c. Mencuci pakaian, mobil
d. Mengepel lantai.
3. Kekuatan (strength)
Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu
kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima,
tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta
membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti
osteoporosis (keropos pada tulang). Untuk mendapatkan
kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4
hari per minggu).
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 16/34
24
Bertambahnya usia akan disertai penurunan fungsi dan
metabolisme serta komposisi tubuh. Proses degeneratif pada otot
ditandai dengan berkurangnya jumlah dan ukuran serabut otot.
Pergeseran komposisi tubuh dari berkurangnya massa otot ke arah
bertambahnya lemak sering bersamaan dengan menurunnya
kandungan protein plasma dan bertambahnya lemak di dalam plasma
dalam bentuk peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida.
Kurang kuatnya otot dan ditambah dengan rasa nyeri atau kaku
pada sendi dan tulang menyebabkan aktivitas fisik para lansia
menurun sehingga kebutuhan energi untuk aktivitas fisik akan
menurun pula (Maryam dkk, 2008).
Sampai saat ini belum ada metode pengkajian yang dapat
menangkap semua dimensi yang berlainan dari aktivitas fisik. Para
periset harus memilih dimensi mana yang paling disukainya. Terdapat
keterkaitan antara waktu, biaya, serta upaya
Ketika menilai aktivitas fisik paling tidak terdapat empat dimensi
utama yang menjadi fokus yaitu tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas
aktivitas fisik; keempat dimensi ini penting bagi tujuan deskriptif dan
analitik. Para periset harus memilih dimensi aktivitas mana yang
disukainya dalam melakukan pengukuran dan kemudian memutuskan
metode mana yang paling tepat. Lebih lanjut, tampaknya ada
keterkaitan antara biaya, waktu, serta upaya di satu sisi dan
keakuratan metode di sisi lainnya. Metode yang menghasilkan
keakuratan data paling tinggi merupakan metode yang tercanggih dan
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 17/34
25
yang paling menghabiskan waktu dan tenaga. Jadi, ketika memilih
instrument tertentu, ilmuwan harus memikirkan keseimbangan antara
keakuratan, biaya, karakteristik subjek penelitian, kelayakan, dan
keseluruhan tujuan penelitian.
Sebagian besar orang menghabiskan bagian terbesar waktu
sadar mereka (lebih kurang 85-90%) dalam bentuk aktivitas fisik
duduk, berdiri, dan berjalan; kontribusi relative setiap aktivitas tersebut
sangat penting. Frekuensi aktivitas fisik mengacu kepada jumlah
aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi aktvitas fisik merupakan
lamanya waktu yang dihabiskan ketika melakukan aktivitas fisik ini.
Intensitas aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah ringan,
sedang atau moderat, keras atau vigourus, dan sangat keras atau
strenuous. Kategori intensitas ini dapat didefinisikan dengan
pengertian absolute dan relative. Pengelompokan absolut yang sering
dipakai untuk aktivitas fisik adalah klasifikasi MET (metabolic energy
turnover). Satu MET sama dengan pengeluaran energi pada saat
istirahat. Klasifikasi MET merupakan alat yang berguna pada saat kita
menghitung pengeluaran energi dari instrument pengkajian subjektif
seperti buku harian dan kuesioner tentang aktivitas.
Aktivitas fisik dapat pula dinilai dalam bentuk total volume
aktivitas fisik atau pengeluaran energi yang berkaitan dengan aktivitas
fisik. Ketika mengkaji aktvitas fisik bagi tujuan kesehatan masyarakat,
total volume aktivitas fisik dapat sangat penting karena dimensi
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 18/34
26
tampaknya memberikan dampak yang signifikan pada status
kesehatan.
Total volume aktvitas fisik dapat ditentukan kuantitasnya
dengan satuan MET-hours perhari atau perminggu. Yaitu, intensitas
semua aktivitas yang berbeda selama periode pengkajian dinyatakan
dalam ekuivalen MET yang dikalikan dengan waktu yang digunakan
bagi semua aktivitas. Cara ini sering digunakan untuk menyatakan
total volume aktivitas fisik ketika menggunakan metode kuesioner
(Gibney, 2009).
International Physical Activity Questionnare (IPAQ)
dikembangkan pertama kali di Geneva pada tahun 1998 kemudian
terus diujikan validitas dan realibilitasnya mencakup 12 negara pada 6
benua hingga tahun 2002. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
metode pengukuran ini dapat digunakan untuk monitoring dan sistem
surveilans secara daerah, nasional maupun internasional serta dapat
digunakan untuk proyek penelitian dan perencanaan dan evaluasi
program kesehatan masyarakat. IPAQ mengukur berbagai aktivitas
yang mencakup:
1. aktivitas di waktu luang
2. aktivitas pekerjaan rumah tangga dan berkebun
3. aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan
4. aktivitas yang berhubungan dengan transportasi.
IPAQ terdiri atas IPAQ short forms dan IPAQ long form. IPAQ
short forms adalah instrumen yang terutama didesain untuk mengukur
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 19/34
27
aktivitas fisik pada orang dewasa untuk usia di atas 15 tahun. IPAQ
short forms berisi tentang 3 aktivitas spesifik utama yang terdapat
dalam 4 domain di atas. Aktvitas fisik spesifik tersebut adalah berjalan,
aktivitas dengan intensitas sedang, dan aktivitas dengan intensitas
keras. Aktvitas fisik yang diukur dalam kuesioner ini adalah yang
dilakukan minimal 10 menit dalam 1 kali kegiatan. IPAQ long forms
mencakup 4 domain yang diukur yaitu aktivitas di waktu luang,
aktivitas pekerjaan rumah tangga dan berkebun, aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan, aktivitas yang berhubungan dengan
transportasi.
Tabel 2.4 Aktivitas Fisik Harian berdasarkan Level Intensitas
Sedang3.0 – 6.0 METs
(3.5 -7 kkal/min)
Keras> 6.0 METs
(> 7 kkal/menit)Berjalan :Berjalan ke kantor, ke pasar, ke tokoatau pasar Berjalan menuruni/menaikibukit/tanjakan, menaiki ataumenuruni tangga
Jalan cepatJogging atau berlariMenggerakkan kursi roda
BersepedaYogaSenamGolf TenisVoli
Bulu tangkisBerolahraga di rumah seperti sit up, push up
Bersepeda di medan berlikuatau tanjakanKarate, Yudo, Jujitsu atau beladiri lainnya
DansaTari tradisionalBalet
Dansa professionalTari tradisional yangmenggunakan banyak gerakan
Berkebun:Membersihkan rumput dan daunyang berserakan, mencangkul,menanam, pekerjaanmenggunakan mesin dan
dilakukan sambil berjalan
Berkebun:Menggunakan peralatan berat,menebang pohon secaramanual, menggunakan kapak,memanjat dan memotong
ranting pohon
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 20/34
28
Pekerjaan Rumah tangga:mengepel lantai danmembersihkan rumah denganbanyak menggunakan tangan,
menjemur pakaian, mengelapkaca jendela, memindahkanbarang ringan, membereskanperalatan, membuang sampah,dan berbagai pekerjaan rumahtangga sehari-hari
Pekerjaan rumah tangga:memindahkan furniture (sofa,meja, lemari), membawabelanjaan dan benda berat
sambil menaiki atau menurunitanggaBerbelanja dengan mendorongtroli berisi barang dan anak-anak, atau mendorong dua trolibelanja bersamaan
Bermain bersama anak-anakBerjalan dengan menggendonganak-anakMemandikan, memakaianpakaian, memberikan makan
anak-anak
Bermain dengan anak-anakseperti berlari dan bersepeda,merawat orang dewasa sepertimembantu berjalan dan menaikitangga
Pekerjaan yang menggunakanbanyak pergerakan tubuhkhususnya tanganContohnya:Cleaning service atau pelayanPenjaga meja atau pencuci piringMengemudi kendaraan berat(bus, truk, traktor)Pertaniaan dan peternakan(menanam, memanen,memelihara hewan ternak)Pengantar surat (berjalan sambilmembawa tas berisi surat-surat)Perawat (memandikan,memakaikan pakaian, membantubergerak, dan melakukan terapipada pasien)
Pekerjaan yang banyakmenggunakan pergerakananggota tubuh terutamamengangkat benda berat,mendorong atau menarik bendaberat serta berjalan sambilmembawa benda beratContohnya:Berlari menaiki atau menurunitangga sambil membawa koper Mengajar di kelas yangmemerlukan banyak gerakanseperti guru aerobic atauolahragaPemadam kebakaranPekerja konstruksi, buruhbangunanPenambang batu bara
Sumber: IPAQ (2005).
Level MET setiap intensitas adalah berjalan sebanyak 3.3
METs, aktivitas sedang sebanyak 4.0 METs, dan aktivitas keras
sebanyak 8.0 METs. Total aktivitas fisik atau total MET/menit-minggu
dihitung dengan: Berjalan (MET x menit x hari) + Sedang (MET x menit
x hari) + Keras (MET x menit x hari).
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 21/34
29
Contoh perhitungan total aktivitas fisik misalnya, seseorang
melakukan aktvitas fisik sebanyak 30 menit selama 5 hari:
Level METs METs x Durasi x Frekuensi
Berjalan 3.3 x 30 x 5 = 495 MET-menit/minggu
Sedang 4.0 x 30 x 5 = 600 MET-menit/minggu
Keras 8.0 x 30 x 5 = 1200 MET-menit/minggu
TOTAL = 2295 MET-menit/minggu
Kemudian total aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan
kategori di bawah ini (IPAQ, 2005) :
1. Ringan
Merupakan level terendah dalam aktivitas fisik. Seseorang
yang termasuk ke dalam kategori ini adalah apabila tidak
melakukan aktivitas fisik apapun atau tidak memenuhi kriteria
aktivitas fisik sedang dan berat.
2. Sedang
Dikatakan termasuk dalam aktivitas fisik sedang jika
memenuhi kriteria berikut:
a. Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas kuat minimal 20
menit selama 3 hari atau lebih,
b. atau melakukan aktivitas fisik dengan intenistas sedang
selama minimal 5 hari dan atau berjalan minimal 30 menit setiap
hari,
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 22/34
30
c. atau kombinasi berjalan, aktivitas fisik dengan intenistas
sedang atau keras selama 5 hari atau lebih yang menghasilkan
total aktivitas fisik dengan minimal 600 MET-menit/minggu.
3. Berat
Dikatakan termasuk dalam aktivitas fisik berat jika memenuhi
kriteria berikut:
a. Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas keras selama 3
hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas fisik minimal
sebanyak 1500 MET-menit/minggu,
b. atau jika melakukan kombinasi berjalan, aktivitas fisik
dengan intenistas keras atau kuat selama 7 hari atau lebih yang
menghasilkan total aktivitas fisik minimal sebanyak 3000 MET-
menit/minggu.
H. Stress
Faktor risiko DM berikutnya yang harus diwaspadai adalah
stress. Tingkat gula darah tergantung pada kegiatan hormon yang
dikeluarkan kelenjar adrenal, yaitu adrenalin dan kortikosteroid. Kedua
hormon tersebut mengatur kebutuhan ekstra energi tubuh dalam
menghadapi keadaan darurat (fight or flight ). Adrenalin akan memacu
kenaikan kebutuhan gula darah dan kortikosteroid akan
menurunkannya kembali. Adrenalin yang dipacu terus menerus akan
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 23/34
31
mengakibatkan insulin kewalahan mengatur kadar gula darah yang
ideal, dan kadar gula darah jadinya naik secara drastis
(Mangoenprasodjo, 2005).
Berdasarkan Data Survei Nasional Departemen Kesehatan
tahun 2008 dalam Suyono (2010), didapat 5,7% penderita diabetes
dari 225 juta jiwa penduduk indonesia dengan rincian 1,5%
terdiagnosis dan 4,2% tidak terdiagnosis. Banyak makan dan kurang
exercise menjadi pemicu utamanya. Lebih lanjut stress juga
memegang peranan dalam meningkatnya penderita DM. Kondisi
lingkungan yang tidak nyaman, polusi, kemacetan dan beragam
problematika hidup yang dihadapi setiap orang berpengaruh besar
terhadap timbulnya stress.
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar
lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang
sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah
yang berbahaya bagi mereka yang berisiko kena diabetes (Sustrani
dkk, 2004).
Menurut Sunaryo (2004) secara umum, yang dimaksud stress
adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan,
perubahan, ketegangan, dan emosi. Perilaku manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu adanya kebutuhan baik
somatik maupun psikologis serta dorongan untuk memenuhi
kebutuhan. Mungkin kita beranggapan bahwa kehidupan akan terasa
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 24/34
32
enak dan juga mungkin membosankan apabila segala kebutuhan akan
terasa enak dan jug mungkin membosankan apabila segala kebutuhan
hidup dapat diperoleh dengan cepat dan mudah sehingga tidak ada
tantangan hidup. Akan tetapi, untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam
mencapai tujuan adakalanya dicapai dengan susah payah, dihadapkan
berbagai kendala, rintangan, kebimbangan, aral melintang, yang
menuntut kita untuk dapat menyesuaikan diri atau sebaliknya dapat
menimbulkan stress pada diri kita. Stress dapat terjadi apabila tuntutan
atau keinginan diri kita tidak terpenuhi. Vincent Cornelli mendefinisikan
stress sebagai gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan
oleh perubahan baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di
dalam lingkungan tersebut.
Meskipun tidak timbul atau tidak disebabkan oleh kesedihan,
diabetes merupakan salah satu penyakit yang dapat lebih parah
karena stress. Selain masalah-masalah praktis yang berkaitan dengan
makanan dan menu yang diperhitungkan dengan cermat, dalam
keadaan tertekan terdapat kenyataan bahwa pasien yang mengalami
masalah emosional atau memendam emosi, akan mengalami
penambahan kadar gula dalam darahnya. Bukti mengenai hal itu
sudah ditemukan sejak tahun 1925 oleh Bulatao di American Journal
of Phsysiology .
Mungkin itulah sebabnya pengendalian penderita diabetes
dapat terganggu oleh kesedihan, sedang pada beberapa kasus
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 25/34
33
memperlihatkan tanda dan gejala diabetes untuk pertama kali dalam
keadaan tertekan (Coleman, 1991).
Pengukuran stress menggunakan Rahe Holmes Social
Readjustment Rating Scale, dikenal juga dengan nama Rahe Holmes
Stress Scale.
Holmes, T. H. and Rahe, R. H. pada tahun 1967 menerbitkan
Journal of Psychosomatic Research dan mencoba mengklasifikasikan
peristiwa-peristiwa yang memicu stres. Dikarenakan hampir semua
stress diakibatkan adanya perubahan dalam hidup, maka dari itu
Holmes dan Rahe memfokuskan pada perubahan-perubahan dalam
hidup yang menuntut penyesuaian diri.
Salah satu perubahan besar yang terjadi pada hampir seluruh
umat manusia dan menuntut penyesuaian diri adalah pernikahan.
Holmes dan Rahe melakukan penelitian dengan memberikan kuisioner
dimana diberikan daftar-daftar kejadian yang dapat menimbulkan
perubahan dan meminta responden memberikan jawaban dengan
membandingkan perubahan yang terjadi dengan peristiwa pernikahan.
Pernikahan diberikan nilai 50 dan responden memberikan
perbandingan nilai peristiwa-peristiwa lainnya dengan peristiwa
pernikahan. Hasilnya ditemukan bahwa rata-rata kematian pasangan
hidup 2 kali lebih stressful dibanding pernikahan, dan ada 6 peristiwa
lainnya yang lebih membutuhkan penyesuaian diri dibanding
pernikahan.
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 26/34
34
Skala ini memiliki korelasi yang berada di tingkat cukup/sedang
ketika dikorelasikan antara kejadian di tahun kemarin dan kesehatan
seseorang di tahun yang sedang dijalani. Terutama kejadian seperti
serangan jantung, diabetes, masalah kehamilan dan kelahiran,
kegagalan akademis, absen pegawai dan kesulitan lainnya (Nelwandi,
2010).
Setiap pertanyaan memiliki skor yang berbeda-beda, penilaian
stress dilakukan dengan menjumlah seluruh skor, jika skor > 250,
maka dalam kondisi sangat stress. Dikatakan tidak stress bila nilainya
dibawah 150 (Nurmianto, 2004).
Tabel 2.5 Skala Stress Holmes
No Stress Skor
1 Kematian Pasangan Hidup 100
2 Perceraian 60
3 Berpisah tempat tinggal dengan pasangan 604 Dipenjara 60
5 Kematian anggota keluarga selain pasangan hidup 60
6 Menopause 60
7 Sakit serius 45
8 Menikah 45
9 Dipecat 45
10 Rujuk 40
11 Pensiun 40
12 Perubahan kondisi kesehatan 40
13 Kerja lebih 40 jam seminggu 35
14 Gangguan seks 35
15 Ada tambahan anggota keluarga 35
16 Kehamilan 35
17 Perubahan tugas/peran di tempat kerja 35
18 Perubahan kondisi keuangan 35
19 Kematian teman dekat (bukan keluarga) 30
20 Bertengkar dengan pasangan 30
21 Dapat kredit dalam jumlah besar 25
22 Kredit jatuh tempo 25
23 Tidur kurang dari 18 jam seminggu 25
24 Masalah dengan keluarga atau anak 25
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 27/34
35
25 Mencapai prestasi luar biasa 25
26 Pasangan mulai atau berhenti kerja 20
27 Mulai atau lulus sekolah 20
28 Perubahan di rumah (tamu, menginap, renovasi rumah) 20
29 Perubahan kebiasaan hidup (diet, puasa dll) 2030 Alergi kronis 20
No Stress Skor
31 Masalah dengan bos 20
32 Perubahan jam kerja 20
33 Pindah rumah 15
34 Menjelang mens 15
35 Perubahan di sekolah 15
36 Perubahan aktivitas religious 15
37 Perubahan aktivitas sosial 15
38 Utang kecil-kecilan 1539 Perubahan frekuensi bertemu keluarga 10
40 Liburan 10
Sumber: Nurmianto (2004)
Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka
mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian,
dan mudah tersinggung. Masalah tersebut merupakan masalah
kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah gangguan kesehatan
jiwa muali dialami oleh golongan lansia pada saat mereka merasakan
adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya. Ada
beberapa faktor risiko yang mendukung terjadinya masalah kesehatan
jiwa pada lansia. Faktor tersebut adalah:
1. Kesehatan fisik yang buruk
2. Perpisahan dengan pasangan
3. Perumahan dan transportasi yang tidak memadai
4. Sumber finansial berkurang
5. Dukungan sosial berkurang.
Berbagai aspek yang harus diperhartikan dalam pemeliharaan
kesehatan mental lansia adalah (Maryam dkk, 2008):
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 28/34
36
1. Perpindahan tempat tinggal
Perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan suatu
pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan
mengubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh
lansia di lingkungan tempat tinggalnya.
2. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan
pendapatan secara tajam dan semakin tidak memadai, karena
biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan
berkurang.
Dengan seiring munculnya masalah kesehatan, pengeluaran untuk
biaya kesehatan merupakan masalah fungsional yang utama.
Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan lansia
untuk dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang ada.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan kebahagiaan
keluarga. Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral
dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan lansia.
4. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas
perkembangan yang paling traumtis. Lansia biasanya menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi
kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa pasangan yang
ditinggalkan akan menemukan penyesuaian dengan mudah.
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 29/34
37
5. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi.
Ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari
hubungan sosial, tetapi keluarga tetap menjadi fokus interaksi
lansia dan sumber utama dukungan sosial. Oleh karena lansia
menarik diri dari aktivitas dunia sekitarnya, maka hubungan dengan
pasangan, anak-anak, cucu, serta saudaranya menjadi lebih
penting.
I. Pola Makan
Makan adalah perilaku yang kompleks, khususnya pada
manusia karena dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Jika makan dilakukan hanya pada saat lapar dan berhenti ketika sudah
kenyang, maka jumlah orang yang kegemukan akan jauh lebih sedikit.
Kenyataannya banyak orang makan dengan berbagai alasan selain
lapar sehingga mereka tidak ingat lagi kapan terakhir kalinya mereka
merasa lapar.
Alasan orang makan berlebihan terutama karena makanan
mudah diperoleh di sekitar mereka. Dengan adanya mekanisasi di
bidang pertanian, makanan tersedia lebih banyak dan lebih murah dari
sebelumnya. Tersedianya pasokan makanan dalam jumlah besar
sebenarnya bukanlah hal buruk, tetapi membuka peluang terjadinya
kelebihan nutrisi. Artinya, jumlah kalori yang masuk lebih besar dari
jumlah kalori yang dibakar.
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 30/34
38
Inti dari pengendalian pola makan adalah jumlah kalori. Jumlah
kalori yang masuk ke dalam tubuh harus sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu, makanan yang “sehat” tentu lebih baik jika dibandingkan
dengan makanan “tidak sehat”. Artinya jika seseorang mengkonsumsi
2.000 kalori makanan sehat setiap hari, maka kesehatan akan
keseluruhan lebih baik daripada jika mengkonsumsi 2.000 kalori dari
makanan yang tidak sehat (Nathan dan Linda, 2009).
Penelitian mengenai DM pernah dilakukan pada penderita DM
di Laboratorium Klinik Pekalongan. Penelitian ini merupakan penelitian
penjelasan ( explanatory research ) yaitu menjelaskan pengaruh
antara variabel terikat dan variabel bebas dengan pengujian hipotesis.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Hasil penelitian
menunjukan bahwa umur sampel paling banyak (82,60%) terdapat
pada kelompok umur dewasa tua 50-69 tahun, pola makan sampel
terbanyak (59,50%) terdapat pada pola makan yang tidak baik. Kadar
gula darah buruk (>>200mg/dl) dengan persentase terbanyak pada
sampel dengan pola makan tidak baik (41,20%). Dari hasil uji statistik
didapatkan persentase kadar gula darah buruk dengan pola makan
tidak baik sebesar 76,00%. Ada hubungan yang signifikan antara pola
makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
dengan p < 0,05 (p=0,023) (Febriana, 2005).
1. Pola makan nasi
Menurut Rudijanto dalam Wahyuni (2008) di Indonesia
angka penderita diabetes juga terbilang tinggi. Diperkirakan,
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 31/34
39
jumlahnya mencapai lebih dari 11 juta orang. Hal itu membuat
Indonesia berada pada peringkat keempat setelah Amerika Serikat,
India, dan China. Banyak masyarakat kita yang beranggapan,
diabetes hanya akan menjangkiti orang yang suka makan fastfood .
Pendapat itu benar, tapi makanan tradisional seperti nasi yang
dimakan dengan jumlah yang berlebihan juga bisa menyebabkan
diabetes.
Penyakit Diabetes sebenarnya bisa dihindari yaitu, dengan
menjaga pola makan yang sehat dan seimbang serta berolahraga
yang teratur. Jika seseorang telah divonis DM maka, dia akan
hidup selamanya dengan penyakitnya itu. Namun, jangan khawatir
dan putus asa. Penderita DM bisa “hidup nyaman dan berumur
panjang”, karena penyakit ini bisa dikendalikan.
Jadwal makan untuk penderita DM adalah 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan selingan. Penderita DM dianjurkan untuk
menghindari gula sederhana atau gula murni dan lebih banyak
mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi beras merah,
gandum, kentang dan sereal.
Karbohidrat yang tidak mudah dipecah menjadi glukosa
banyak terdapat pada kacang-kacangan, serat (sayur dan buah),
pati, dan umbi-umbian. Oleh karena itu, penyerapannya lebih
lambat sehingga mencegah peningkatan kadar gula darah secara
drastis. Sebaliknya karbohidrat yang mudah diserap seperti gula
(baik gula pasir, gula merah, maupun sirup), produk padi-padian
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 32/34
40
(roti dan pasta), dan makanan panggang justru akan mempercepat
peningkatan gula darah.
Indeks Glikemik (IG) makanan adalah angka yang diberikan
kepada makanan tertentu yang menunjukkan seberapa tinggi
makanan tersebut meningkatkan gula darah setelah di komsumsi.
Angka yang digunakan adalah 0-100. Makanan yang memiliki IG
yang tinggi berarti makanan tersebut meninggikan gula darah
dalam waktu yang lebih cepat, lebih fluktuatif, lebih tinggi, dari
makanan yang memiliki IG yang rendah. Oleh karena itu pada
penderita diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2 sangat dianjurkan
untuk memilih makanan dengan IG yang rendah. Naiknya gula
darah atau glukosa darah hanya disebabkan oleh zat karbohidrat
saja sementara protein dan lemak tidak meninggikan glukosa darah
setelah konsumsi. Jadi indeks glikemik ini paling penting untuk
memilih makanan yang mengandung banyak karbohidrat sebagai
sumber tenaga.
Badan Kesehatan Dunia WHO bersama dengan FAO
menganjurkan konsumsi makanan dengan IG rendah untuk
mencegah penyakit-penyakit degeneratif yang terkait dengan pola
makan seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.
Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat
memilki IG tinggi (> 70) sebaliknya pangan yang menaikkan kadar
gula darah dengan lambat memiliki IG rendah (< 55). Makanan
yang memiliki IG rendah dapat mengendalikan rasa lapar dan nafsu
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 33/34
41
makan karena glukosa akan dilepaskan ke dalam darah dengan
lambat. Hampir semua kacang-kacangan, umbi-umbian (singkong,
kentang, ubi) yang tidak dipanggang, sayuran, dan buah-buahan
memiliki IG rendah. Sedangkan nasi pulen dan roti memiliki IG
yang tinggi (Nunung dan Elisa, 2008).
2. Pola minum teh
Kebiasaan masyarakat Indonesia meminum teh merupakan
salah satu pemicu terjadinya diabetes. Penjelasannya sederhana.
Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak
tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira
mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Contohnya
kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per
hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja sudah didapatkan
1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta
lauk pauk.
Penelitian di Kota Palembang menggunakan rancangan
studi kasus control dengan sampel 482 kelompok diabetes Tipe 2
dengan kriteria gula darah sewaktu ≥ 200 mg% atau gula darah
puasa ≥ 125 mg% dan kelompok kontrol non DM tipe 2 diambil
secara acak dengan penyepadanan kelompok umur dengan
batasan usia subjek penelitian lebih dari 45 tahun.
Kebiasaan minum teh lebih tinggi pada kelompok diabetes
tipe 2 dibandingkan dengan kelompok non DM dengan odd ratio =
1.91 (p=0.000012). Dengan lamanya minum teh diantara 3–10
8/7/2019 _5JULI_BABII_tinjauan
http://slidepdf.com/reader/full/5julibabiitinjauan 34/34
42
tahun dapat disimpulkan teh merupakan salah satu faktor resiko
kejadian DM.
Lamanya minum teh berhubungan secara bermakna dengan
kejadian diabetes tipe 2 (χ2=21.17, p=0.02) dan frekuensi minum
teh lebih tinggi pada kelompok Diabetes tipe 2 dibandingkan
kelompok non diabetes akan tetapi tidak berbeda secara bermakna
(χ2=6.477, p=0.166) (Tjekyan, 2007).
Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk
individu adalah metode frekuensi makanan. Metode frekuensi
makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Selain itu, dengan metode
frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi
bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya
lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking
tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam
penelitian epidemiologi gizi.
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan
makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut
pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar
kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang
cukup sering oleh responden.
Langkah-langkah metode frekuensi makanan (Supariasa, 2002):