35 buletin rabithah-24-juni2010
TRANSCRIPT
1
Kajian Isl
am.
021 35
Saudaraku… Menyegerakan amal, itulah ajaran Islam kepada ummatnya. Dalam sebuah kes-empatan Rasulullah saw. menasihati para sahabatnya untuk selalu me-nyegerakan amal saleh, kendati mereka itu manusia-manusia yang teruji keimanannya. Kata Nabi kala itu,
سي ي سي كافسا أو ي جم يؤيا وي ظهى يصبح انس ال فتا كقطع انهيم ان ا ويصبح كافسا ؤي بادزوا باألعيا اند يبيع ديه بعسض ي
“Bersegeralah melakukan amal-amal saleh (kebajikan). (Sebab) sebuah fitnah
akan datang bagai sepotong malam yang gelap. Seseorang yang paginya muk-min, sorenya menjadi kafir. Dan seseorang yang sorenya bisa jadi kafir, pag-inya menjadi mukmin. Ia menjual agamanya dengan harga dunia.” (H.R. Mus-lim) Demikian pesan Nabi saw. mulia itu juga disampaikan untuk kita. Adakah di antara kita yang selama sehari semalam penuh menjadi seorang mukmin sejati? Bisakah dan mampukah kita selama 24 jam tidak melakukan dosa dan sikap kufur, sekecil apapun kepada Allah Taala? Padahal ketika Allah swt. mem-berikan waktu 24 jam sehari, transaksinya adalah untuk dipersembahkan kepa-da Allah swt. semuanya. Pada setiap shalat kita selalu mengumandangkannya kepada Allah.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (Al-An‟am: 162) Bukankah ketika kita tidak berempati atas nasib kaum lemah dan tertindas adalah bentuk kekufuran terhadap nikmat? Bukankah di saat kita tidur dan bangun tidur tanpa mengingat Allah, tanda kita lupa kepada-Nya? Bukankah lupa adalah bagian dari kekufuran kita kepada Sang Khaliq? Saudaraku… Sesungguhnya fitnah itu lebih cepat bergerak. Sekali kita membiarkannya maka selanjutnya ia akan bersemayam dan berkembang dalam tubuh kita. Begitu cepat dan samarnya sampai menjadikan orang pindah agama, meng-
gadaikannya dengan sedikit kesenangan dunia. Wajar jika sampai-sampai Rasulullah saw. mengingatkan para sa-habatnya itu, walau Nabi tahu keimanan para sahabat itu tak akan tertandingi oleh orang-orang sesudahnya.
Kejarlah Kebajikan Sampai ke Liang Lahat
13 R
aja
b 14
31 /
25 ju
ni 2
010
2
021 tertandingi oleh orang-orang sesudahnya. Dengan apa kita menutup pintu fitnah? Ya, dengan amal shaleh. Apa saja dalam hidup orang beriman bisa menjadi amal kebaikan. Kita membuang sampah pada tempatnya itu amal baik. Berniat tidak bohong itu amal mulia. Mengucapkan salam kepada kawan itu amal yang terpuji. Mendo‟akan saudara seiman kendati mereka tak tahu juga amal shaleh. Dan masih banyak lagi amal shaleh, amakl kebajikan yang bisa kita lakukan, sekalipun kita tak memiliki sesuatu.
بفضىل أيىان قى ا صىو ويتصد ك ا صهي ويصىيى ك ثىز باألجىز يصهى ى قال أو ه ذهب أهم اند بكم تسبيحت صدقت وكم تكبيسة صدقت وكم ت إ قى د نكى يا تص يدة صدقت وكم تههيهت ح نيس قد جعم للا
كس صدقت وفي بضع أحدكى صدقت قانىا يا زسىل ي عسوف صدقت وهي ع صدقت وأيس بان أي تي للا عهيه فيها وشز نه فيها أجس قال أزأيتى نى وضعها في حساو أكا إذا وضعها ف أحدا شهىته ويكى كرن
نه أجسا في انحالل كا
“Orang-orang kaya pergi mendapatkan pahala. Mereka shalat sebagaimana kita sha-
lat, mereka puasa sebagaimana kita puasa. Namun mereka bersedekah dengan kelebi-han harta mereka.” Rasulullah bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian apa bisa kalian sedekahkan? Sesungguhnya satu tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan pada hubungan (dengan istri) kalian adalah sedekah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah seseorang mendatangi istrinya karena syahwatnya, apakah ia mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, “Apa menurut kalian kalau dia meletakkannya pada yang haram. Bukankah baginya dosa? Demikian pula jika diletakkan pada yang halal, padanya ada pahala.” (Bukhari Muslim) Allah swt. dengan keadilan-Nya memberikan peluang amal kepada masing-masing hamba-Nya. Baik orang miskin maupun kaya, masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kebajikan dan mendapatkan ridha Al-lah. Lebih dari itu, suatu amal tidak dilihat dari kuantitasnya, tapi dilihat dari motivasi dan niatnya. Kualitas amal seseorang tergantung kepada motivasi dan niatnya. Saudaraku… Boleh jadi infak seorang buruh sebesar 1000 rupiah, itu sama nilainya dengan infak seorang direktur sejumlah Rp. 1.000.000.000,00. Seorang murid barangkali lebih mulia dengan seorang gurunya, karena si murid lebih sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sementara sang guru merasa cukup dengan ilmunya. Menyegerakan amal kebajikan tentu akan memberi nilai tambah bagi pelakunya sendiri. Menyegerakan berbuat baik berarti mempercepat dirinya mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Allah.
13 R
aja
b 14
31 /
25 ju
ni 2
010
3
Kenapa? Sebab, kita telah berupaya menutup pintu-pintu kemungkaran dan kebatilan. Dengan demikian pula, Allah akan membukakan kebahagiaan, yakni, surga. Itu semua hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bertaqwa.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran:133) Saudaraku… Tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Saat inilah waktumu. Segeralah beramal sesuai dengan tuntutan waktunya. Kejarlah kebajikan sampai ke liang lahat. Wallahu A‟lam. (Ditulis oleh Asfuri Bahri, Lc. Sumber Dakwatuna.com)
Belajar Cerdas dari Imam al-Bukhari
Suatu ketika al-Imam al-Bukhari tiba di Baghdad. Kehadiran beliau didengar oleh para ahlul hadits negeri itu. Maka, berkumpullah mereka untuk menguji kehe-batan hafalan beliau tentang hadits. Syahdan para ulama tersebut sengaja mengumpulkan seratus buah hadits. Susunan, urutan dan letak matan serta sanad seratus hadits tersebut sengaja dibolak-balik. Matan dari sebuah sanad diletakkan untuk sanad lain, sementara suatu sanad dari sebuah matan diletakkan untuk matan lain dan begitulah seterusnya. Seratus buah hadits itu dibagikan kepada sepuluh orang tim penguji, hingga masing-masing mendapat bagian sepuluh buah hadits.
Maka tibalah ketetapan hari yang telah disepakati. Berbondong-bondonglah para ulama
dan tim penguji itu, serta para ulama dari Khurasan dan negeri-negeri lain serta
penduduk Baghdad menuju tempat yang telah ditentukan.
Ketika suasana majlis telah menjadi tenang, salah seorang dari kesepuluh tim penguji
mulai memberikan ujiannya. Beliau membacakan sebuah hadits yang telah dibolak-
balik matan dan sanadnya kepada al-Imam al-Bukhari. Ketika ditanyakan kepada be-
liau, al Imam al-Bukhari menjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.” Demikian se-
terusnya satu persatu dari kesepuluh hadits penguji pertama itu dibacakan, dan al-
Imam al-Bukhari selalu menjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.”
Beberapa ulama yang hadir saling berpandangan seraya bergumam, “Orang ini be-
rarti faham.” Akan tetapi ada di kalangan mereka yang tidak mengerti, hingga me-
nyimpulkan bahwa al-Imam al-Bukhari terbatas pengetahuannya dan lemah hafa-
lannya. Orang kedua maju. Beliau juga melontarkan sebuah hadits yang telah dibo-
lak-balik sanad dan matannya, yang kemudian dijawab pula, “Saya tidak kenal had-
its itu”. Begitulah, orang kedua ini pun membacakan sepuluh hadits yang
menjadi bagiannya, dan seluruhnya dijawab beliau, “Saya tidak kenal
hadist itu.”
Mutiara Kisa
h
13 R
aja
b 14
31 /
25 ju
ni 2
010
4
Salam Redaksi Buletin Rabithoh Saran & Kritik kirirm ke: [email protected]
www.imuska.org / radio.imuska.org
Begitulah selanjutnya orang ketiga, keempat, kelima hingga sampai orang kesepuluh,
semuanya membawakan masing-masing sepuluh hadits yang telah dibolak-balik matan
dan sanadnya. Dan al-Imam al-Bukhari memberikan jawaban tidak lebih daripada kata
-kata, “Saya tidak kenal hadits itu.” Setelah semuanya selesai menguji, beliau kemudian menghadap orang pertama seraya
berkata, “Hadits yang pertama anda katakan begini, padahal yang benar adalah begini,
lalu hadits anda yang kedua anda katakan begini padahal yang benar seperti ini. Be-
gitulah seterusnya hingga hadits kesepuluh disebutkan oleh beliau kesalahan letak
sanad serta matannya, dan kemudian dibetulkannya kesalahan itu hingga semua sanad
dan matannya menjadi benar kedudukannya.
Demikian pula seterusnya yang dilakukan oleh al-Bukhari kepada para penguji beri-kutnya hingga sampai kepada penguji kesepuluh. Maka, orang-orang pun lantas mengakui serta menyatakan kehebatan hafalan serta kelebihan beliau. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-„Asqalani mengatakan, “Yang hebat bukanlah kemampuan al-Bukhari dalam mengembalikan kedudukan hadits-hadits yang salah, sebab beliau memang hafal, teta-pi yang hebat justru hafalnya beliau terhadap kesalahan yang dilakukan oleh para pen-guji tersebut secara berurutan satu persatu hanya dengan sekali mendengar.”
(SUMBER: Majalah as-Sunnah, no.02/Th.I, Jumada Tsani-Rajab 1413 H/Desember 1992 M,
diterjemahkan dan disusun oleh Ahmas Faiz dengan sedikit perubahan).
Sahabat Abi Hurairah ra berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw
bersabda: "Sekiranya salah seorang di antara kamu di pagi hari berangkat mem-
ikul kayu bakar kemudian dijual guna mencukupi nafkah keluarga serta merasa cukup
dengan penghasilannya itu adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain
kemudian diberi ataupun ditolak." (HR. Bukhari dan Muslim).
Yang Sebaiknya Kita Lakukan Saat Berobat ke Dokter/Rumah Sakit:
1. Jawablah semua pertanyaan dokter selengkap dan sejujur mungkin, karena jawaban kita adalah panduan dokter untuk melacak penyakitnya.
2. Tanyakan manfaat dan resikonya ketika dokter meminta kita untuk melakukan pemeriksaan tambahan seperli laboratorium, USG ataupun foto sinar X.
3. Tanyakan perihal sakit yang kita derita dan obat yang diberikan, cara minum beserta efek sampingnya
4. Tidak memberikan obat kita kepada teman atau sanak kerabat yang sakit meskipun memiliki gejala yang sama.
Mutia
ra Hadits
13 R
aja
b 14
31 /
25 ju
ni 2
010
Pojok Sehat