29316032-pengupasan.doc
TRANSCRIPT
PENGUPASAN MEKANIS DAN KHEMIS
Rahayu Martha Jaya
Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember 2010
RINGKASAN
Pengupasan merupakan pra proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan
yang siap untuk dimakan. Dikenal 2 metode pengupasan, yaitu pengupasan khemis dan
pengupasan mekanis. Dalam melakukan pengupasan digunakan metode yang sesuai
dengan karakteristik atau sifat bahan. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh logam pada alat pengupas terhadap sifat buah dan sayur serta mengetahui
pengaruh lamanya perendaman dalam pengupasan mekanis terhadap daya kupas buah,
sayur dan biji-bijian. Pada pratikum ini digunakan kentang untuk pengupasan mekanis
dan kedelai untuk pengupasan khemis. Dari hasil yang dpiperoleh diketahui bahwa pada
percobaan yang kami lakukan terjadi penyimpangan. Penyimpangan ini mengakibarkan
hasil yang yang diperoleh salah yaitu pada pisau biasa beratnya berkurang 4,5 gram
sedangkan pada pisau stainlessteel berkurang 6,3 gram.
PENDAHULUAN
Untuk memperoleh bahan pangan
yang siap dimakan, maka kita harus
memisahkan kulitnya terlebih dahulu
dari daging buah ataupun sayuran.
Pemisahan ini disebut dengan
pengupasan. Pengupasan merupakan pra
proses dalam mengolah suatu bahan
yang bertujuan untuk memisahkan
bagian yang dapat dimakan dari kulit
ataupun dari bagian yang harus dibuang.
Dalam melakukan pengupasan,
digunakan metode yang berbeda untuk
jenis komoditi yang berbeda. Hal ini
dikarenakan masing – masing bahan
memiliki karakteristik yang berbeda –
beda. Dikenal 2 metode pengupasan,
yaitu pengupasan khemis dan
pengupasan mekanis.
Praktikum ini dilakukan untuk
mempelajari pengaruh berbagai logam
pengupas terhadap beberapa sifat buah –
buahan dan sayuran serta untuk
mengetahui dan mempelajari pengaruh
konsentrasi dan lama perendaman bahan
dalam larutan NaOH terhadap daya
kupas dan sifat – sifat buah –buahan,
sayuran dan biji.
BAHAN DAN METODE
Praktikum kali ini terdiri dari 2
percobaan yaitu pengupasan khemis dan
pengupasan mekanis. Pada pengupasan
mekanis, digunakan bahan kentang.
Kentang mula – mula ditimbang dan
dicatat sebagai berat awal kemudian
dikupas dengan menggunakan pisau
yang berbeda yaitu stainleesteal dan
pisau biasa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh adanya logam
pada pisau terhadap sifat buah. Setelah
dikupas, buah didiamkan 2 menit
kemudian diamati perubahan warna dan
beratnya. Beratnya di catat sebagai berat
akhir. Dari hasil yang diperoleh dapat
dihitung jumlah Berat Dapat Dimakan
dengan cara membagi berat akhir dengan
berat buah kemudian dikalikan dengan
100%.
Pada percobaan kedua yaitu
percobaan pengupasan dengan
menggunakan kedelai sebanyak 10 gram
untuk masing – masing perlakuan.
Kedelai kemudian direndam pada
aquades, larutan NaOh 0,5% dan NaOH
1%. Panggunaan NaOH diketahui dapat
mempermudah proses pengelupasan
kulit dari buah dengan pemanasan yang
sesuai. Setelah bahan direndam pada
masing – masing larutan, larutan
bersama bahan kemudian dipanaskan
dengan variasi waktu 2,5 menit dan 5
menit untuk tiap larutan. Setelah itu
bahan dicuci dengan air mengalir agar
NaOH tidak dapat meresap ke dalam
bahan dan ditiriskan. Kemudian
dilakukan pemisahan kulit yang terlepas
dan ditimbang.
Dari perlakuan tersebut nantinya
dapat diketahui berat bahan mula – mula
(a), kulit yang terlepas sendiri ( b gram),
bahan yang kulitnya terkelupas sendiri (c
gram), kulit keseluruhan (d gram), dan
bahan setelah pengupasan (e gram),
sehingga dari data yang diperoleh dapat
dilakukan penghitungan untuk berat
yang dapat dimakan dengan rumus:
BDD = (A – D)/ A x 100%
Daya Kupas = B/D x 100%
Efisiensi (C/A) x (1/BDD) x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengupasan merupakan praproses
pada suatu bahan pangan yang bertujuan
untuk memisahkan kulit dari bahan.
Pengupasan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu pengupasan secara khemis.
(Saksono, 1997).
Pada percobaan pertama yaitu
pengupasan secara mekanis, pengupasan
dilakukan dengan menggunakan 2 pisau
yaitu pisau biasa dan pisau stainlessteel.
Perbedaan jenis pisau ini akan
menyebabkan hasil berbeda pula karena
adanya perbedaan kondisi permukaan
pisau. Pada umumnya, pisau biasa
kondisi permukaannya lebih kasar
daripada stainlessteel sehingga
menyebabkan bahan menjadi rusak
terkoyak dan terjadi proses
pencoklatan.sedangkan stainlessteel
berbahan halus sehingga buah tidak
terkoyak dan browning dapat
diminimalisir.
Hasil pengamatan pengupasan
kentang secara mekanis adalah sebagai
berikut
: Tabel 1. hasil pengamatan pengupasan kentang secara mekanisJenis Bahan: Kentang
AlatWarna Bahan Berat Bahan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Pisau BiasaKuning kusam Menghitam
146 gram
141,5 gram
Pisau Stainlessteel
Kuning cerah Menghitam
145 gram
138,7 gram
Keterangan: semakin banyak +, warna semakin gelap
Kentang merupakan lima kelompok
besar makanan pokok dunia selain
gandum, jagung, beras, dan terigu.
Bagian utama kentang yang menjadi
bahan makanan adalah umbi, yang
merupakan sumber karbohidrat,
mengandung vitamin dan mineral cukup
tinggi.
komposisi Kentang
(per 100 gram bahan)
(Warintek, 2010).
Dari hasil pengamatan, kentang
yang dikupas dengan pisau biasa
beratnya berkurang 4,5 gram sedangkan
dengan menggunakan pisau stailessteel
beratnya berkurang 6,3 gram. Dari hasil
perhitungan didapatkan BDD untuk
pisau biasa sebesar 96,1% sedangkan
untuk pisau stainlessteel sebesar 95,7%.
Hasil ini merupakan suatu
penyimpangan. Seharusnya BDD pisau
sainlessteel lebih besar dari pisau biasa
karena seharusnya piau stainlessteel
lebih efektif. Penyimpangan ini
disebabkan karena praktikan melakukan
penimbangan berat bahan dengan
menggunakan neraca biasa yang tingkat
ketelitiannya kasar sehingga hasil yang
didapatkan cenderung jauh dari
kebenaran. Namun dilihat dari
kenampakan kentang hasil kupasan,
bahan yang dikupas dengan
menggunakan pisau stainlessteel
nampaknya lebih bagus dari pada pisau
biasa. Pada piau biasa tampak adanya
perubahan warna yang mencolok
(menjadi hitam) dari pada pengupasan
dengan pisau stainlessteel.
Pada pengupasan pisau biasa, terjadi
warna kecoklatan pada kentang yang
dapat disebabkan oleh adanya reaksi
antara tanin buah dengan ion Fe+ pada
pisau yang terbuat dari besi. Oksidasi
pada bahan pangan akan semakin cepat
kerena adanya ion – ion besi yang
merupakan katalisator reaksi oksidasi.
Reaksi tersebut menghasilkan senyawa
kompleks berwarna coklat. Sedangkan
pada pengupasan menggunakan pisau
stainlessteel, pencoklatan terjadi karena
adanya reaksi enzimatis dalam sel – sel
kentang bukan karena terjadinya korosi
yang disebabkan oleh pisau stainlessteel,
karena pisau stainlessteel tidak
mengandung ion - ion yang dapat
menyebabkan korosi jika bertemu
dengan taninion - ion yang dapat
bereaksi dengan tanin adalah Ca2+, Mg2+,
Fe2+ (Anonim, 2010). Pisau stainlessteel
merupakan campuran antara baja tahan
karat dengan alumuniun yang tahan
karat dan juga pada temperatur tinggi
pisau stainlessteel mempunyai lapisan
chom yang sangat stabil yang melekat
pada permukaan pisau (Novari, 1999).
Percobaan kedua adalah pengupasan
secara khemis dimana bisanya
pengupasan ini dilakukan untuk
pengupasan buah yang berkulit tipis.
Pada percobaan kali ini digunakan
kedelai. Kedelai terkenal dengan nilai
gizinya yang kaya dan merupakan salah
satu makanan yang mengandung 8 asam
amino yang penting dan dibutuhkan oleh
tubuh manusia.
Tidak seperti makanan lain yang
mengandungi lemak jenuh dan tidak
dapat dicerna yang terdapat pada
sebagian besar makanan hewan, kacang
kedelai tidak mengandung kolesterol,
mempunyai rasio kalori rendah
dibandingkan protein dan bertindak
sebagai makanan yang tidak
menggemukkan bagi penderita obesitas.
Kedelai juga mengandung kalsium,
besi, potassium dan phosphorus. Kacang
kedelai juga kaya akan vitamin B
kompleks. Kacang kedelai merupakan
salah satu yang mengandung protein
tinggi, makanan yang berkalsium tinggi,
kacang kedelai juga unik karena bebas
dari racun kimia. Sedangkan tisu lemak
hewan diketahui mengandung 20 kali
lipat baja berat, racun serangga dan
racun tanaman dibandingkan yang
terdapat pada tanaman kacang-kacangan
(Nurul, 2007).
Pengupasan kedelai (khemis)
dilakukan dengan menggunakan larutan
kimia. Larutan yang umum digunakan
adalah larutan NaOH dengan berbagai
konsentrasi (0%, 0.5%,dan 1 % pada
suhu sekitar 900C. untuk mempermudah
pengupasan secara kimia, dapat
dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan air mengalir. Selain itu,
penyemprotan juga berguna untuk
mencegah penetrasi NaOH kedalam
bahan sehingga kwalitas dari bahan tetap
terjaga (Praptiningsih, 1999).
Proses perendaman kedelai pada
larutan NaOH agar kulit arinya dapat
terkelupas dengan mudah terjadi karena
kulit ari mengandung selulosa yang
merupakan serat – serat panjang yang
bersama – sama dengan hemiselulosa,
pektin, dan protopektin membentuk
stuktur jaringan yang memperkuat
dinding sel. Apabila bahan yang
mempunyai kulit ari direndam pada
NaOH maka hemiselulosanya akan larut
dan jaringan yang memperkuat dinding
sel akan merenggang, sehingga kulit ari
akan mudah terkelupas (Utomo, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan dan
perhitungan pada pengupasan kedelai
secara khemis diperoleh hasil seperti
berikut:
Tabel 2. hasil pengamatan dan perhitungan pengupasan kedelai secara khemis.
LarutanWaktu Berat Bahan
BDD
Efisiensi (%)Perendaman
A B C D Edaya
(menit) kupas
Aquades2,5 15,5 0 15,5 1,1714 14,3286 92,44258 0 1,0817535 15 0 15,5 1,9013 13,5987 87,32467 0 1,183324
NaOH 0,5%
2,5 16,5 0 16,5 1,7489 14,7511 89,40061 0 1,1185615 18,5 0 18,5 1,8605 16,6495 89,94324 0 1,111812
NaOH 1%
2,5 17 0 17 1,5771 15,4229 90,72294 0 1,1022575 19,5 0 19,5 2,8607 16,6393 85,32974 0 1,171924
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa
berat yang dapat dimakan tertinggi ada
pada aquades pada perendaman 2.5
menit dengan efisiensi 1,08% sedangkan
berat yang dapat dimakan terendah ada
pada perlakukan NaOH 1% perendaman
5 menit. Dalam percobaan ini terjadi
penyimpangan yang sangat fatal. Hal ini
di akibatkan karena ketidak telitian
praktikan dalam mengamati jumlah kulit
yang terkelupas secara sendiri sehingga
nilai b untuk semua perlakuan adalah
nol. Sehingga nilai untuk daya kupas
juga nol untuk semua perlakuan dengan
kata lain setiap larutan yang digunakan
dan setiap perlakuan yang digunakan
tidak mempunyai daya kupas. Hal ini
sangat fatal dalam menentukan
efisiensinya.
Seharusnya besar bahan yang dapat
dimakan semakin meningkat dengan
menambahnya waktu untuk perendaman,
selain itu juga sebanding dengan
konsentrasi NaOH yang digunakan.
Semakin besar konsentrasi NaOH,
makin besar pula BDDnya sehingga
daya kupas dan efisiensinya juga
meningkat. Hal ini di sebabkan karena
dengan konsentrasi yang semakin tinggi
maka kekuatan NaOH untuk melarutkan
hemoselulusa yang ada pada kulit ari
makit besar.
KESIMPULAN
Pengupasan dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu pengupasan mekanis dan
pengupasan khemis. Pengupasan
mekanis sebaiknya dengan mengguna-
kan pisau stainlessteel karena dapat
mengurangi reaksi pencoklatan pada
bahan. Hal ini ditunjukkan pada hasil
pengamatan bahwa kentang yang
dikupas dengan pisau biasa akan
berwarna lebih coklat (hitam) setelah 2
menit proses pengupasan. Sedangkan
pengupasan mekanis dilakukan untuk
mengupas kulit ari pada biji – bijian.
Pengupasan mekanis dapat ilakukan
dengan merendam bahan pada NaOH
pada suhu 900C kerena NaOH dapat
melarutkan hemiselulosa yang ada pada
kulit ari sehingga kulit ari menjadi
renggang dengan bahan dan mudah
terkelupas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian UNEJ.
Novary. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayur Segar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nurul. 2007. Kandungan Kacang Kedelai. http://ayni77.multiply.com/journal/item/8/Kandungan_kacang_kedelai[21 Maret 2010].
Praptaningsih, Yhulia. 1999. Teknologi Pengolahan. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian UNEJ.
Saksono, Lukman. 1997. Pengantar Sanitasi Makanan. Bandung: PT Alumni.
Warintek. 2010. Kripik Kentang. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/keripik_kentang.pdf [21 Maret 2010].
PERHITUNGAN
1. Pengupasan Mekanis1.1 Pisau Biasa
BDD = Berat Akhir X 100%Berat Awal
BDD = 141,5 X 100%146
BDD= 96,90%
1.2 Pisau Stinlessteel
BDD = Berat Akhir X 100%Berat Awal
BDD = 138,7 X 100%145
BDD= 95,70%
2. Pengupasan Khemis AQUADEST
o 2,5 menitBerat bahan mula-mula – Berat kulit ari
Bdd = x 100%Berat bahan mula-mula
15.5 – 1.18= x 100% = 92.39%
15.5
Berat bahan yang terkelupasDaya Kupas = x 100%
Kulit keseluruhan
0= x 100% = 0%
1.18
C 1Efisiensi = x x 100%
A bdd
15.5 1= x x 100% = 1.08%
15.5 92.39
o 5 menitBerat bahan mula-mula – Berat kulit ari
Bdd = x 100%Berat bahan mula-mula
15 – 1.9= x 100% =87.33 %
15
Berat bahan yang terkelupasDaya Kupas = x 100%
Kulit keseluruhan
0= x 100% = 0%
1.9
C 1Efisiensi = x x 100%
A bdd15.5 1
= x x 100% =1.18%15 87.33
NaOH 0,5%o 2,5 menit
Berat bahan mula-mula – Berat kulit ariBdd = x 100%
Berat bahan mula-mula
16.6 – 1.75= x 100% = 89.46%
16.6
Berat bahan yang terkelupasDaya Kupas = x 100%
Kulit keseluruhan
0= x 100% = 0%
1.75
C 1Efisiensi = x x 100%
A bdd
16.5 1= x x 100% = 1.12%
16.5 89.46
o 5 menitBerat bahan mula-mula – Berat kulit ari
Bdd = x 100%Berat bahan mula-mula
18.5 – 1.86= x 100% = 89.94%
18.5
Berat bahan yang terkelupasDaya Kupas = x 100%
Kulit keseluruhan
0= x 100% = 0%
1.86
C 1Efisiensi = x x 100%
A bdd18.5 1
= x x 100% =1.11 %18.5 89.94
NaOH 1%
o 2,5 menitBerat bahan mula-mula – Berat kulit ari
Bdd = x 100%Berat bahan mula-mula
17 – 1.58= x 100% = 90.71%
17
Berat bahan yang terkelupasDaya Kupas = x 100%
Kulit keseluruhan
0= x 100% = 0
1.58
C 1Efisiensi = x x 100%
A bdd
17 1= x x 100% = 1.10%
17 90.71
o 5 menitBerat bahan mula-mula – Berat kulit ari
Bdd = x 100%Berat bahan mula-mula
19.5 – 2.86= x 100% =85.33 %
19.5
Berat bahan yang terkelupasDaya Kupas = x 100%
Kulit keseluruhan
0= x 100% = 0
2.86
C 1Efisiensi = x x 100%
A bdd19.5 1
= x x 100% = 1.17%19.5 85.33