25-89-1-pb.pdf

Upload: fikri-faturrahman

Post on 05-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 112

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 02, No. 01, 2012

    ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 112 122

    KONSELING PERKAWINAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEMBENTUK KELUARGA BAHAGIA

    Faizah Noer Laela

    Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

    Abstrak: Setiap keluarga mempunyai cita-cita hidup bahagia, konseling

    perkawinan (marriage conseling) adalah upaya membantu pasangan (calon suami

    istri) oleh konselor professional sehingga dapat berkembang dan mampu

    memecahkan masalah yang dihadapi melalui cara-cara saling menghargai ,

    toleransi dan komunikasi sehingga tercapai motivasi kehidupan keluarga yang

    bahagia.sebagai bidang kajian yang menjadi cakupan dalam konseling perkawinan

    antara lain: (1) kesulitan memilih jodoh, atau sulit menentukan pilihan.(2)

    ekonomi keluarga yang kurang tercukupi, (3) perbedaan watak, temperamen dan

    perbedaan kepribadian yang terlalu tajam antara suami istri, (4) ketidak puasan

    dalam hubungan seksual, (5) kejenuhan rutinitas, (6) hubungan antar keluarga

    yang kurang baik, (7) ada orang ketiga (pil) atau (wil), (8) masalah harta atau

    warisan, (9) menurunnya perhatian dari kedua belah pihak suami istri, (10)

    dominasi orang tua atau mertua, (11) kesalah pahaman diantara kedua belah

    pihak, (12) poligami, dan(13) perceraian. Dengan melihat berbagai cakupan

    tersebut maka konseling perkawinan sebagai salah satu upaya yang memberikan

    bantuan pengembangan dengan melihat sisi dimensi kemanusiaan yang antara

    lain: (1) dimensi keindividualitas, (2) dimensi kesosialan, (3) dimensi kesusilaan

    dan (4) dimensi keberagaman (religiusitas).

    Kata kunci: konseling, perkawinan dan keluarga bahagia.

    Pendahuluan

    Akhir-akhir ini banyak keluarga terganggu oleh berbagai masalah seperti

    masalah ekonomi, perselingkungan, kejenuhan, munurunnya kewibawaan orang tua

    karena mereka memperlihatkan prilaku yang kurang terpuji seperti mabuk-mabukan,

    berjudi sehingga membuat suami istri saling bermusuhan. Kebanyakan kasus-kasus

    seperti ini diajukan ke Pengadilan Agama yang menyelesaikan kasus-kasus keluarga

    hanya berdasar agama saja tanpa dianalisis dari sisi psikologis, yaitu seberapa jauh

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 113

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    perkembangan emosi suami istri yang bermasalah itu dapat mengancam keutuhan

    sebuah keluarga, disisi lain bagaimana komunikasi yang diciptakan sehingga timbul

    persoalan-persoalan kesalahpahaman diantara masing-masing pihak. Dari sinilah

    diusahakan agar masing-masing suami-istri itu dapat mengungkapkan perasaan,

    kemarahan, kesedihan, kekesalan, keterhinaan dan keterancaman.Ungkap seluas-

    luasnya sehingga dia kembali normal. Jika hal ini terjadi maka akan muncul pikiran

    sehatnya. Dia akan ingat anak-anak akibat perceraian yaitu yang akan menderita

    adalah anak-anak, jika terjadi permufakatan maka perceraian dapat dihindarkan.

    Dari sinilah maka konseling perkawinan sebagai salah satu upaya untuk memberikan

    bantuan sehingga dapat terwujud keluarga bahagia.

    Konseling

    Secara etimologis istilah Konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu Consilium

    yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau

    memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari

    kata sellan yang berarti menyerahkan atau menyampaikan1

    Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua

    pengalaman-pengalaman difokuskan pada masalah-masalah tertentu untuk diatasi

    sendiri oleh yang bersangkutan dalam hal ini adalah konselee, dimana ia diberi

    bantuan pribadi dan langsung dalam memecahkan masalah itu2. Konseling

    merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselee untuk membuat

    interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan-pilihan, rencana-

    rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya3. Pendapat lain

    mengatakan konseling adalah upayauntuk membantu individu mengatasi hambatan-

    hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan yang optimal

    dari semua kemampuan yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap

    waktu.4Konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan dimana hubungan

    yang terjadi adalah hubungan antar pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara

    dua orang dimana konselor melalui hubungan tersebut dengan segala kemampuan

    yang ada menyediakan situasi untuk belajar, dalam hal ini adalah belajar untuk

    memahami dirinya sendiri serta memperbaiki, demi terciptanya kondisi yang

    diinginkan.5 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling

    adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh

    seorang ahli ( konselor ) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (

    klien ) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

    Dalam wawancara konseling tersebut, klien mengemukakan masalah-masalah

    yang sedang dihadapinya kepada konselor, dan konselor menciptakan suasana

    hubungan yang akrab dengan menerapkan prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik

    1. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 1994 ), h. 99. 2. Jones A.J, Principles of Guidance and Pupil Personil Work (New York: Mc. Graw-Hill Book Company, 1959) 3. Shertzer B & Stone S.C, Foundamental of Counseling (Bouston: Houghton Mifflin Company, 1974 ). 4. Mc. Daniel H.B, Guidance in The Modern School ( New York: The Dryden Press, 1956). 5. Bernard H.W & Fullmer D.W , Principles of Guidance ( New York, Harper & Row Publisher, 1969)

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 114

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    wawancara konseling sedemikian rupa, sehingga masalahnya tersebut terjelajahi dari

    segala seginya, sehingga klien terangsang untuk mengatasi masalah yang dihadapi

    dengan menggunakan kekuatanya sendiri.

    Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling adalah

    proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh

    seorang ahli dalam hal ini adalah konselor kepada indvidu yang sedang mengalami

    sesuatu masalah dalam hal ini adalah konselee yang bermuara pada teratasinya

    masalah yang dihadapi oleh konselee.

    Latar belakang diperlukannya konseling adalah berangkat dari hakekat

    manusia sebagai mahluk yang paling indah dan paling tinggi derajatnya sehingga

    mendorong manusia untuk terus maju dan berkembang tanpa henti dari zaman ke

    zaman, dari situlah maka dimensi-dimensi kemanusiaan perlu dikembangkan dengan

    pertimbangan: pertama, antara individu satu dengan individu lain terdapat banyak

    perbedaan sebagai contoh perbedaan tersebut dilihat dari fisiknya misalnya

    badannya jangkung, hidungnya mancung, bibirnya tipis rambutnya ikal dan lain-lain,

    sedangkan perbedaan dilihat dari segi psikhis misalnya cara berfikirnya lamban,

    terlalu banyak pertimbangan, mudah tersinggung,sensitive dan lain-lain. Meski

    demikian juga ada persamaanya misalnya mempunyai hobbi yang sama yaitu

    membaca, jalan-jalan, makan pedas, kesamaan dalam persepsi dan lain-lain, nah dari

    sinilah bagaimana manusia menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut sebagai

    keragaman yang dapat mewarnai kehidupan, dimensi inilah yang sering disebut

    dengan dimensi keindividualan atau individualitas.6Pengembangan dimensi

    keindividualan atau individualitas memungkinkan seseorang dapat mengembangkan

    segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal yang mengarah pada aspek-

    aspek kehidupan yang positif, seperti misalnya bakat, minat, kemampuan dan

    berbagai kemungkinan. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang menjadi

    individu yang mampu berdiri tegak dengan kepribadiaanya sendiri dengan aku yang

    teguh, positif, produktif dan dinamis.7

    Pertimbangan kedua, semua orang memerlukan orang lain atau setiap

    individu tidak bisa lepas dari individu lain oleh karena itu pasti membutuhkan orang

    lain, anak kecil bahkan si jabang bayi yang baru lahirpun tak dapat bertahan hidup

    tanpa bantuan seorang ibu bahkan ayahnya. Disisi lain manusia dapat hidup dan

    berkembang tidak dapat lepas dari faktor lingkungan yang mempengaruhinya,oleh

    karena itu peranan individu satu dengan individu lain sangat besar. Sebagai contoh

    cerita si Tarsan kota, Tarsan adalah manusia yang dibesarkan di hutan dengan

    lingkungan sekitarnya adalah hewan yang akhirnya berkembanglah pribadi manusia

    si Tarsan tetapi karakternya adalah hewan, sehingga dari sinilah dapat dikatakan

    bahwa manusia akan menjadi manusia apabila ia hidup dan berkembang dalam

    lingkungannya. Dimensi ini sering disebut dengan dimensi kesosialan atau sosialitas.8

    6. Prayitno, Konselor Masa Depan dalam Tantangan dan Harapan (Bandung: Rineka Cipta, 1990), hal. 12. 7. Prayitno, Dasar-dasar Konseling (Bandung: Rineka Cipta, 1994), hal. 16. 8. Ibid, halaman 13.

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 115

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    Perngembangan dimensi keindividualan atau individualitas seharusnya

    diimbangi dengan pengembangan dimensi kesosialan pada diri individu yang

    bersangkutan. Pengembangan dimensi kesosialan akan memungkinkan seseorang

    mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan hidup bersama

    dengan orang lain. Kaitan antara dimensi individualitas dan dimensi kesosialan

    memperlihatkan bahwa manusia adalah sekaligus mahluk individu dan juga makhluk

    sosial. dimensi pribadi dan sosial saling berinteraksi dan dalam berinteraksi itulah

    keduanya saling tumbuh, berkembang, saling mengisi, dan saling menemukan makna

    yang sesungguhnya.9

    Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan

    dimensi pertama dan kedua.Norma, etika dan berbagai ketentuan yang berlaku

    mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan. Hidup

    bersama dengan orang lain, baik dalam rangka memperkembangkan dimensi

    keindividualan maupun dimensi kesusilaan, tidak dapat dilakukan seadanya saja,

    tetapi perlu diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga semua orang yang berada

    didalamnya memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari kehidupan bersama

    itu. Dimensi kesusilaan justru mampu menjadi pemersatu sehingga dimensi

    keindividualan dan kesosialan dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh

    makna.10 Dapat dikatakan bahwa tanpa dimensi kesusilaan berkembangnya dimensi

    keindividualan dan kesosialan akan nampak tidak serasi, bahkan dapat dikatakan

    saling bertabrakan, sehingga berakibat yang satu cenderung menyalahkan yang lain.

    Perkembangan ketiga dimensi diatas memungkinkan manusia dapat menjalani

    kehidupan. Apabila ketiga dimensi itu dapat berkembang optimal tidak mustahil

    kehidupan manusia dapat mencapai taraf kebudayaan yang amat tinggi. Dengan

    ketiga dimensi itu manusia dapat hidup dengan sangat layak serta dapat

    mengembangkan tehnologi dan seni sehebat-hebatnya bahkan ia dapat mengarungi

    angkasa luar serta mampu mencapai bulan dan bintang sekalipun.

    Pertimbangan ketiga, kehidupan manusia tidak bersifat acak atau

    sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan tertentu, hampir setiap kegiatan

    manusia baik secara individu atau perorangan maupun kelompok mengikuti aturan-

    aturan tersebut.Aturan-aturan itu ada yang bersumber dari agama, sosial, budaya dan

    lain-lain.Sebagai illustrasi, manusia adalah berbeda dengan binatang, karena itulah

    manusia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan serta mengadakan

    penyesuaian-penyesuaian ketika menghadapi situasi yang berubah-ubah, dari

    perubahan-perubahan itulah mengasilkan pola-pola perilaku tertentu. Demikian juga

    dalam pergaulan dengan orang lain atau di masyarakat aturan-aturan tersebut

    semakin diperlukan, sehingga bersama orang lain manusia atau individu tidak boleh

    sembarangan, tetapi harus saling menjaga, menghormati keyakinan masing-masing,

    menghargai pendapat, saling memberi dan menerima sehingga akan tercipta

    kehidupan bersama dalam masyrakat, demikian juga dalam suatu lembaga hubungan

    antara atasan dan bawahan hendaklah memperhatikan hak dan kewajiban, semua ini

    .9. Ibid, halaman 11. 10. Ibid, halaman 18.

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 116

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    dimksudkan demi terciptanya situasi dan kondisi yang menyenangkan dalam

    masyarakat tersebut. Dimensi ini sering disebut dengan dimensi kesusilaan atau

    moralitas.11

    Pertimbangan keempat lebih bersifat religiusitas dimana, kehidupan manusia

    tidak hanya dilihat dari sudut pandang kehidupan di dunia fana saja melainkan juga

    menjangkau kehidupan di akherat. Semakin disadari keterkaitan dengan Sang

    Pencipta Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran tersebut akan mewarnai dalam kehidupan

    manusia sehari-hari baik secara individu maupun secara kelompok, seperti misalnya

    kegiatan-kegiatan kemanusiaan, social, keagamaan dan lain-lain. Dimensi ini sering

    disebut dengan dimensi keberagamaan atau religiusitas.12

    Berkenaan dengan pengembangan secara optimal ketiga dimensi kemanusiaan

    ( keindividualan,kesusilaan dan kesosialan) tersebut yang perlu mendapat perhatian

    utama ialah bahwa kehidupan manusia yang hanya berdasarkan dimensi itu barulah

    meliputi kehidupan duniawi. Kehidupan manusia akan menjadi lengkap apabila dapat

    menjangkau kehidupan di akhirat. Hal ini akan tercapai apabila perhubungan ketiga

    dimensi yang dibahas terdahulu itu dilengkapi dengan dimensi keempat, yaitu

    dimensi keagamaan, dimana dalam dimensi ini manusia menghubungkan diri dalam

    kaitanya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia tidak terpukau oleh gemerlapnya

    kehidupan duniawi saja melainkan mengaitkan secara serasi, selaras dan seimbang

    kehidupan dunianya dengan kehidupan akhirat.

    Berangkat dari beberapauraian tersebut yang menjadi tujuan

    diselenggarakannya konseling adalah untuk membantu individu dalam membuat

    pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam

    hubungannya dengan situasi-situasi tertentu.13Seiring dengan itu istilah konseling

    banyak mengalami perubahan dan perkembangan, sebagaiman tuntutan dari

    kehidupan masyarakat yang selalu berkembang, hal ini membuktikan bahwa yang

    pada mulanya konseling hanya berpusat pada masalah anak-anak di sekolah

    kemudian berkembang pada masalah kehidupan di luar sekolah termasuk

    perkawinan. Dimana masalah-masalah yang dihadapi dalam konseling perkawinan

    ini antara lain: (1) kesulitan memilih jodoh, atau sulit mengambil keputusan siapa

    calon suami atau calon istri, (2) ekonomi keluarga yang kurang mencukupi, (3)

    perbedaan watak, temperament atau perbedaan kepribadian yang terlalu tajam

    antara suami istri, (4) ketidak puasan dalam hubungan seksual, (5) kejenuhan dengan

    aktivitas rutinitas, (6) hubungan antar keluarga suami istri yang kurang baik, (7) ada

    orang ketiga atau yang lebih popular disebut dengan WIL ( wanita idaman lain ) atau

    PIL ( pria idaman lain ), (8) masalah harta atau warisan, (9) menurunnya perhatian

    dari kedua belah pihak baik suami maupun istri, (10) dominasi orang tua atau

    mertua, dimana orang tua atau mertua terlibat terlalu jauh dalam kehidupan rumah

    tangga, (11) kesalah pahaman antara kedua pihak baik suami maupun istri, (12)

    poligami, (13) perceraian.

    11. Ibid. halaman 14 12. Ibid, halaman 16 13. Jones,A.J, Principles of Guidance and Pupil Personnel Work (New York: McGraw-Hill Kogakusha Company, 1951).

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 117

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    Mengingat cakupan masalah yang harus diatasi, maka yang menjadi tujuan

    diselenggarakannya konselingperkawinan ini antara lain: (1) membantu pasangan

    perkawinan untuk mencegah terjadinya atau meletusnya problem yang mengganggu

    kehidupan perkawinan mereka, (2) pada pasangan yang sedang dilanda kemelut

    rumah tangga, konseling diberikan dengan maksud agar pasangan tersebut dapat

    mengatasi sendiri problem yang sedang dihadapi, (3) pada pasangan yang berada

    dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar suami istri dapat memelihara

    kondisi yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.

    Perkawinan

    Perkawinan menurut Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974 yang

    dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

    seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah

    tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ( lihat

    Wantjik, 1976 ). Dengan dikeluarkanya Undang-undang No. 1 tahun 1974 ini maka

    segala sesuatu yang menyangkut tentang pernikahan atau perkawinan di Indonesia

    diatur oleh undang-undang tersebut. Undang-undang Perkawinan ini dilengkapi

    dengan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yaitu tentang pelaksanaan Undang-

    undang No.1 tahun 1974. Dengan berlakunya Undang-undang tersebut akan menjadi

    acuan dalam perkawinan di Indonesia.

    Dalam Undang-undang disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir

    batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri.Maksudnya dalam

    perkawinan itu harus ada ikatan diantara keduanya sebagai suami dan juga sebagai

    istri.Ikatan lahir adalahikatan yang nampak, formal sesuai dengan peraturan-

    peraturan yang ada. Nampak disini dimaksudkan adalah nyata ikatan formalnya, baik

    yang mengikat dirinya sebagai suami istri juga bagi orang lain yaitu masyarakat. Oleh

    karena itu perkawinan sebaiknya diinformasikan kepada masyarakat luas agar

    masyarakat dapat mengetahuinya sehingga tidak banyak menimbulkan fitnah, karena

    ini akan menggangu ketentramandalam kehidupan. Selain ikatan lahir juga ada

    ikatan batin yaitu ikatan yang tidak nampak dan merupakan ikatan psikologis.Ikatan

    psikilogis ini harus ada antara suami dan istribahkan ini merupakan ikatan yang

    sangat essensial harus ada dan privasi sekali, misalnya saling mencintai satu dengan

    yang lain, tidak adanya paksaan dalam perkawinan dan lain-lain.

    Dalam masyarakat tradisional yang berpandangan konservatif ikatan

    psikologis ini sering diabaikan, menurutnya kurang berperan dalam kehidupan

    berkeluarga, sehingga dapat mudah terguncang dalam kehidupan berkeluarga yang

    dapat menimbulanterjadinya perselingkuhan, percekcokan karena tidak adanya

    kesamaan persepsi, perebedaan yang mencolok dan lain lain, bahkan dapat berakibat

    fatal yaitu terjadinya perceraian.

    Dari beberapa uraian itulah maka lahirlah Undang-undang no 1 tahun 1974

    yang mengatur tentang perkawinan. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan

    bahwa tujuan dalam perkawina adalah membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang

    bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Untuk mencapai tujuan

    tersebut diperlukan berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan kebutuhan

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 118

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    manusia.Pertama, manusia mempunyai kebutuhan secara fisiologis, salah satunya

    adalah kebutuhan seksual, kebutuhan ini menghendaki pemenuhan. Bila kebutuhan

    ini tidak dapat dipenuhi dan tidak dimengerti oleh yang bersangkutan maka akan

    merupakan hambatan dalam kehidupan individu tersebut.Hubungan seksual yang

    wajar adalah hubungan seksual dengan lawan jenis bukan dengan sesama

    jenis.Kedua, manusia mempunyai kebutuhan secara psikologis.Kebutuhan ini juga

    memerlukan pemenuhan, misalnya ingin mendapatkan perlindungan, kasih sayang,

    ingin merasa aman, ingin dihargai dan lain-lain. Kebutuhan-kebutuhan psikologis ini

    akan dapat terpenuhi antara lain dengan melalui perkawinan. Dengan perkawinan

    individu akan merasa tenang, dapat melindungi dan dilindungi, dapat mencurahkan

    segala isi hatinya kepada pasangnnya. Ketiga, manusia mempunyai kebutuhan secara

    sosial. Seperti dikatakan manusia sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk sosial

    oleh karena itu membutuhkan orang lain.Manusia hidup dalam masyarakat terikat

    oleh norma-norma yang ada dalam masyarakat, dalam kaitan ini dengan

    perkawinanlah hal itu dapat diwujudkan.Misalnya hubungan seksual antara laki-laki

    dan wanita itu dapat disyahkan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu

    yang melatar belakangi perkawinan adalah norma-norma dan pandangan yang ada

    dalam masyarakat, sebagai kancah atau wahana berinteraksinya individu satu dengan

    lainnya.Keempat, terkait dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh

    individu yang bersangkutan.Dengan melaksanakan perkawinan maka salah satu segi

    dapat dilaksanakan, misalnya manusia diciptakan Tuhan dengan berpasang-

    pasanganantara laki-laki dan perempuan, sehingga dengan perkawinan itulah kodrat

    itu dapat diwujudkan.

    Atas dasar beberapa pertimbangan tersebut maka ada beberapa persyaratan

    untuk melaksanakan perkawinan, persyaratan ini ada yang bersifat umum ada yang

    bersifat khusus, yang bersifat umum diatur oleh Undang-undang, misalnya

    perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai usia minimal 19 tahun

    dan wanita minimal berusia 16 tahun. Penentuan batas usia ini juga didasarkan

    dengan pertimbangan dewasa secara biologis, dimana sel telur dari pihak wanita siap

    untuk dibuahi apabila terjadi hubungan antar pria dan wanita, karena salah satu dari

    tujuan dari perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Meski telah diatur

    dengan Undang-undang apabila terjadi penyimpangan dalam ketentuan tersebut

    misalnya batas usia minim belum memenuhi, maka perkawinan dapat dilaksanakan

    tetapi harus ada dispensasi dimana keluarga harus turut campur dalam arti untuk

    pembinaan kedepannya. Sedangkan yang berkaitan dengan persyaratan yang sifatnya

    khusus adalah bersifat pribadi dan subyektif, misalnya seorang wanita meng-idolakan

    seorang pria yang tinggi badan 160 cm, kulit putih, berpenampilan menarik, humoris

    dan lain-lain hal ini adalah sah-sah saja karena itu sifatnya pribadi.

    Prinsip-Prinsip Membangun Keluarga Bahagia

    Membangun keluarga bahagia jelas adalah impian semua orang. Meskipun

    cita-cita itu begitu jelas untuk semua orang, namun jalan menuju bahagia tidaklah

    mudah, ada banyak ujian dan cobaan yang harus dihadapi. Berangkat dari

    permasalahan seputar perkawinan sebagaimana telah diuraikan, berikut ada

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 119

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    beberapa prinsip yang mencoba untuk diterapkan sebagai upaya untuk menciptakan

    keluarga bahagia, antara lain:

    (1) Tumbuhkan komitmen. Kebahagiaan sebuah keluarga berawal dari adanya

    komitmen dari masing-masing pihak untuk membangun keluarga bahagia,

    sebagaimana tujuan dari perkawinan itu sendiri yaitu mmbentuk keluarga bahagia,

    dan ini harus menjadi komitmen bersama sebagai suami istri, dan komitmen ini

    menjadi penggerak upaya masing-masing pihak untuk saling membahagiakan,

    menjadi semacam energi untuk saling menggerakkan. Komitmen untuk membangun

    sebuah keluarga yang bahagia dapat dipandang sebagai pondasi awal yang

    diperlukan untuk langkah-langkah selanjutnya.14Sehingga menjadi sebuah misi dari

    keluarga tersebut. Tanpa komitmen bersama, kesulitan dan persoalan yang muncul

    dalam keluarga tersebut mudah sekali tergoyahkan bahkan menghancurkan keluarga

    sehingga upaya membangun keluarga bahagia akan kehilangan fondasinya.

    (2) Berikan apresiasi, setelah membangun komitmen bersama ke arah

    kebahagiaan, berikutnya diperlukan adanya kemampuan untuk menyatukan

    kekuatan dari masing-masing pihak. Sebuah kolaborasi harus dibangun diatas sikap

    yang positif akan kemampuan masing-masing. Untuk itu mulailah dengan melihat sisi

    positif masing-masing pihak.Tanpa kesediaan untuk melihat hal-hal yang positif pada

    pasangan masing-masing, maka tidak ada sinergi yang tulus ke-arah

    kebahagiaan.Sikap positif pada pasangan dapat ditunjukkan dan ditumbuhkan dalam

    aktivitas sehari-hari, melalui kebiasaan untuk memberikan apresiasi dan pujian yang

    tulus pada pasangan. Sebuah apresiasi yang lahir dari sikap respek dan bukan

    sekedar basa-basi akan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan sisi positif pada

    pasangan kita, maupun terhadap anak-anak. Begitu juga sebaliknya, kurangnya

    apresiasi dapat membuat masing-masing pihak merasa tidak dihargai dan tidak

    dibutuhkan. Jika sudah demikian komitmen yang telah dibentuk untuk membangun

    kebahagiaan akan berantakan.

    (3) Pelihara kebersamaan, fondasi berikutnya yang diperlukan untuk

    membentuk keluarga bahagia adalah kebersamaan. Luangkan waktu untuk bersama,

    bermain bersama, bekerja dan berlibur bersama. Kebersamaan adalah sebuah

    momen untuk saling berbagi ( a moment for sharing ). Ia akan melahirkan perasaan

    saling membutuhkan dan saling melengkapi diantara masing-masing. Sebuah

    hubungan yang didasarkan pada perasaan saling membutuhkan secara positif akan

    menjadi awal yang baik bagi sebuah kebahagiaan bersama yang diinginkan. Sebuah

    kebersamaan dapat diibaratkan bagaikan setetes air yang dapat menyuburkan

    tanaman, juga bagaikan setetes embun di gurun sahara, begitu bermaknanya oleh

    karena itu tanpa air akan matilah tanaman tersebut.

    (4) Komunikasi, komunikasi adalah proses pertukaran makna guna

    melahirkan sebuah pengertian bersama.15 Sebuah komunikasi baru dapat dikatakan

    terjadi bila dua belah fihak atau lebih yang terlibat dalam proses komunikasi

    mencapai pemahaman bersama. Komunikasi dapat dikatakan sukses bila masing-

    14. Muslim mulia, Membangun Keluarga Bahagia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006). 15. Ibid, halaman 8.

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 120

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    masing pihak membagi makna yang sama. Komunikasi jelas akan melahirkn

    pertautan perasaan atau emosi yang kuat diantara mereka yang terlibat, karena itu

    guna meraih kebahagiaan keluarga, sebaiknya komunikasikan berbagai peristiwa

    penting yang dialami dalam keseharian agar masing-masing pihak semakin mengenal

    dunia masing-masing dan merasa dilibatkan dalam dunia satu sama lain.

    Berkomunikasi adalah juga sebuah isyarat bahwa kita menginginkan pihak lain

    masuk dalam kehidupan kita, hal ini dapat terjadi dalam keseharian yang sederhana,

    misalnya diskusikan tentang hal-hal yang sedang dikerjakan atau yang sudah

    dikerjakan. Ketiadaan komunikasi bukan saja akan dapat menyebabkan kesalah

    pahaman, namun juga saling menjauhkan dunia masing-masing pihak, sehingga akan

    nampak semakin lebar jarak antara satu dengan yang lain, akibat yang lebih jauh

    hubungan dalam keluarga tersebut bisa jadi semakin jauh dan kaku, karena yang

    demikian ini maka dapat dikatakan komunikasi adalah sebagai urat nadi kehidupan

    suatu keluarga.16

    (5) Agama atau Falsafah Hidup. Menyakini falsafah hidup yang sama semakin

    memperkuat tali batin keluarga. Menjalani bersama ritus agama membuat harmoni

    keluarga terjalin lebih hangat dan dalam.Pahami kebersamaan keluarga sebagai

    bagian dari falsafah hidup yang bermakna.Ajak dan libatkan anak dalam acara

    keagamaan. Kegiatan seperti itu akan membantunya untuk menyadari hal-hal yang

    bersifat lebih mendasar dalam hidup, sebuah kecerdasan spiritual yang jelas sangat

    berpengaruh pada kesanggupan orang untuk bahagia.

    (6) Bermain dan Humor. Permainan melahirkan tawa dan canda, hal-hal

    sederhana namun teramat penting untuk kebahagiaan. Jadilah teman bagi pasangan

    dan anak anda, dengan permainan ketegangan-ketegangan dan persoalan akan lebih

    mudah cair.

    (7) Berbagi Tanggung Jawab. Berbagi peran dan tanggung jawab membuat

    msing-masing pihak semakin merasa sebagai satu kesatuan. Banyak masalah dalam

    keluarga timbul hanya karena enggan berbagi tugas, suami merasa tidak perlu

    menangani pekerjaan dapur dan anak, sementara beban sang istri begitu banyak.

    Begitu juga sebaliknya suami dengan tugas-tugasnya sebagai karyawan kantor

    dituntut untuk lebih profesional, disisi lain sebagai kepala rumah tangga harus dapat

    menjadi pemimpin bagi keluarganya, hal yang demikian kadang-kadang membuat

    beban semakin berat.

    (8) Melayani orang lain. Melayani dan menolong orang lain yang kurang

    mampu atau tertimpa bencana akan memberi pengaruh positif. Pengalaman seperti

    itu akan membuat masing-masing pihak semakin bersyukur berada dalam kondisi

    yang lebih baik bila dibandingkan dengan komunitas yang ditolong. Secara bersama

    menolong orang lain membuat kebersamaan itu semakin bermakna.

    (9) Sabar ,tahan dengan cobaan atau Problem. Sadari dan camkanlah bahwa

    tidak ada manusia di dunia ini yang hidup tanpa masalah, setiap permasalahan tentu

    ada jalan keluarnya, tinggal bagaimana usaha manusia, hadapi dengan tenang,

    berfikirlah positif, janganlah segan-segan apabila tidak mampu menyelesaikan,

    16. Ibid, halaman 7.

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 121

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    mintalah bantuan orang lain dalam hal ini adalah koselor perkawinan, sehingga

    penanganannya lebih professional.

    Penutup

    Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

    sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia yang kekal

    berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk membentuk keluarga yang bahagia

    ada beberapa prinsip yang harus dikembangkan antara lain : (1) Adanya komitmen

    bersama antara suami istri untuk membentuk kluarga bahagia,dan komitmen ini

    menjadi penggerak upaya masing-masing pihak untuk saling membahagiakan. (2)

    Saling memberikan apresiasi diantara kedua belah pihak baik suami maupun istri. (3)

    Wujudkan/Ciptakan rasa kebersamaan diantara anggota-anggota keluarga tersebut.

    (4) Ciptakan komunikasi yang harmois dalam keluarga tersebut, dimana komunikasi

    merupakan urat nadi dalam kehidupan keluarga. (5) Yakini Agama Atau Falsafah

    Hidup, karena dengan meyakini falsafah hidup yang sama semakin mempekuat tali

    batin keluarga. (6) Luangkan Waktu Untuk Sekedar Bermain dan Berekreasi, karena

    dengan rekreasi akan sedikit mengurangi kejenuhan akibat rutinitas dalam sehari-

    hari. (7) Berbagi Peran dan Tanggung Jawab Diantara Anggota Keluarga, karena

    dengan berbagi peran masing-masing individu dalam keluarga tersebut merasa satu

    kesatuan yang utuh. (8) Luangkan Waktu Untuk Melayani atau menolong orang lain,

    karena dengan menolong orang lain akan memberikan sedikit rasa kebersamaan

    dalam keluarga tersebut semakin bermakna. (9) Sabar, Tahan dengan Cobaan,hidup

    adalah sebuah permasalahan, tanpa masalah tak ada kehidupan adalah sebuah

    ungkapan karena itu dengan kesabaran itulah sebagai modal untuk meraih

    kebahagiaan.

    Daftar Pustaka

    Bernard H.W & Fullmer D.W. Principles of Guidance. New York, Harper & Row Publisher, 1969.

    Jones A.J. Principles of Guidance and Pupil Personil Work. New York: Mc. Graw-Hill Book Company, 1959.

    Jones, A.J. Principles of Guidance and Pupil Personnel Work. New York: McGraw-Hill Kogakusha Company, 1951.

    Mc. Daniel H.B. Guidance in The Modern School. New York: The Dryden Press, 1956.

    Muslim Mulia. Membangun Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006.

    Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

    Prayitno. Dasar-dasar Konseling. Bandung: Rineka Cipta, 1994.

  • F a i z a h N o e r L a e l a | 122

    Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia

    Prayitno. Konselor Masa Depan dalam Tantangan dan Harapan. Bandung: Rineka Cipta, 1990.

    Shertzer B & Stone S.C. Foundamental of Counseling. Bouston: Houghton Mifflin Company, 1974.