2.1. pemberantasan sarang nyamuk - unmuha

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk 2.1.1. Pengertian Pemberantasan Sarang Nyamuk Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan dengan cara (Kemenkes RI, 2010): 1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M Pemberantasan jentik nyamuk secara fisik dilakukan dengan memberantas sarang nyamuk melalui kegiatan menguras, menutup, dan mengubur (3 M) tempat tempat penampungan air dan barang-barang yang berisi air jernih tergenang. Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu secara teratur. a. Menguras Kegiatan menguras diantaranya yaitu dengan menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air (bak mandi, bak air, tempat wudhu, WC/toilet, gentong, tempayan, drum, dan lain-lain) seminggu sekali ataupun dengan mengganti air di vas bunga, tempat minum burung, perangkap semut, dan lain-lain seminggu sekali (Kemenkes RI, 2010) b. Menutup Kegiatan menutup dilakukan dengan cara menutup rapat tempat penampungan air (tempayan, drum, gentong, dan lain-lain) agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menutup lubang bambu atau besi pada pagar dengan tanah atau adonan semen (Kemenkes RI, 2010). c. Mengubur Kegiatan mengubur dilakukan dengan mengubur, menyingkirkan, dan memusnahkan barang-barang bekas yang dapat

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk

2.1.1. Pengertian Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan dengan cara

(Kemenkes RI, 2010):

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M Pemberantasan jentik nyamuk

secara fisik dilakukan dengan memberantas sarang nyamuk melalui kegiatan

menguras, menutup, dan mengubur (3 M) tempat tempat penampungan air dan

barang-barang yang berisi air jernih tergenang. Pemberantasan sarang nyamuk

dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu secara teratur.

a. Menguras Kegiatan menguras diantaranya yaitu dengan menguras dan

menyikat dinding tempat penampungan air (bak mandi, bak air, tempat

wudhu, WC/toilet, gentong, tempayan, drum, dan lain-lain) seminggu sekali

ataupun dengan mengganti air di vas bunga, tempat minum burung,

perangkap semut, dan lain-lain seminggu sekali (Kemenkes RI, 2010)

b. Menutup Kegiatan menutup dilakukan dengan cara menutup rapat tempat

penampungan air (tempayan, drum, gentong, dan lain-lain) agar nyamuk

tidak dapat masuk dan berkembang biak. Selain itu juga dapat dilakukan

dengan menutup lubang bambu atau besi pada pagar dengan tanah atau

adonan semen (Kemenkes RI, 2010).

c. Mengubur Kegiatan mengubur dilakukan dengan mengubur,

menyingkirkan, dan memusnahkan barang-barang bekas yang dapat

Page 2: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban bekas, botol bekas, dan

lain-lain (Kemenkes RI, 2010).

2. Larvasidasi Selektif merupakan pemberantasan jentik nyamuk secara kimia dengan

menggunakan larvasida. Larvasidasi selektif ini merupakan bagian dari kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yang

dapat dilaksanakan secara perorangan, keluarga, masyarakat, dan petugas PJB

dengan sasarannya yaitu tempat yang sulit atau tidak mungkin dikuras. Cara

melakukan larvasidasi yaitu dengan menaburkan bubuk larvasida

(abate/temephos/altocid) sebanyak 10 gram pada tempat penampungan air yang

terisi air sebanyak 100 liter setiap 2-3 bulan sekali (Kemenkes RI, 2010).

3. Pemasangan Ovitrap (perangkap telur nyamuk) merupakan bagian dari kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ovitrap merupakan wadah atau tempat

perangkap nyamuk yang berwarna gelap yang ditutup dengan kain kasa dan diisi

air jernih sampai penuh. Ovitrap diletakkan di tempat sekitar tempat perindukan

nyamuk, baik di dalam maupun di luar rumah, sekolah, perkantoran, hotel, pasar,

dan lain-lain. Tujuan pemasangan ovitrap ini agar nyamuk terpancing untuk

bertelur di ovitrap dan nantinya telur yang berkembang menjadi jentik atau

nyamuk terperangkap di dalam ovitrap yang ditutup kain kasa sehingga populasi

nyamuk dapat dikendalikan (Kemenkes RI, 2010).

Memelihara Ikan Pemakan Jentik Pemberantasan jentik nyamuk secara biologi

dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, ikan

gupi, ikan tempalo, ikan cupang, dan lain-lain (Kemenkes RI, 2010).

10

Page 3: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Eka Trismiyana (2014) dengan judul

hubungan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN – 3 M) dengan keberadaan

jentik nyamuk aedes aegypty di desa bugis wilayah kerja puskesmas menggala

kabupaten tulang bawang tahun 2014 ada hubungan kegiatan PSN – 3M dengan

keberadaan jentik nyamuk aedes aegypti (p value = 0,003 < 0,05). Diharapkan bagi

Petugas Kesehatan di Puskesmas Menggala Kabupaten Tulang Bawang untuk lebih

meningkatkan sosialisasi informasi secara intensif kepada KK tentang pentingnya

melakukan kegiatan PSN – 3M guna mencegah terjadinya DBD dengan melakukan

penyuluhan menggunakan bahasa yang mudah difahami dan membagikan leaflet dan

berosur.

Seperti dalam penelitian (Wulan dan Tri Puji) menyatakan bahwa upaya

pemberantasn DBD dititik beratkan pada penggerakkan potensi masyarakat untuk

dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M plus),

jumantik untuk memantau angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan

penanganannya di rumah tangga, sehingga menurut Skinner (1983) (dalam buku

Notoatdmojo, 2012) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespon (Notoatdmojo, 2012).

Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN adalah kegiatan memberantas telur,

jentik dan kepompong nyamuk penular demam berdarah dengue di tempat-tempat

perkembangbiakannya (Susanti, 2012). Cara pemberantasan sarang nyamuk dapat

11

Page 4: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

dilakukan dengan melakukan menguras, menutup, mengubur (3M) plus. Keberhasilan

kegiatan PSN antara lain populasi nyamuk aedes aegypty dapat dikendalikan

sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

2.2. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus, ditandai dengan demam yang tinggi dan kadang disertai pendarahan yang

menyerang semua usia terutama anak-anak dan dapat menyebabkan kematian

(Ditjen P2M & PL, 2012).

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,

disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya

pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang

nyamuk, terdapat vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya

empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (Daryono, 2013).

Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam

mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas

nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan

menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit

dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum

memperlihatkan hasil yang memuaskan. Sementara strategi lain yang masih

dijalankan sampai saat ini adalah melalui peningkatan pengetahuan masyarakat

12

Page 5: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

tentang penyakit DBD sehingga mampu mempengaruhi perilaku masyarakat

terhadap upaya pencegahan penyakit DBD (Daryono, 2013).

2.2.1. Etiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus

dengue mempunyai diameter 30 nanometer dan terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 (DEN-

1), tipe 2 (DEN-2), tipe 3 (DEN-3), dan tipe 4 (DEN-4). Virus ini merupakan anggota

Arbovirus (Arthropod borne virus) grup B yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili

Flaviviridae. Pada manusia, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk betina

Aedes aegypti maupun Aedes albopictus (Djunaedi, 2014).

2.2.2. Kriteria Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)

Gejala klinik Pada umumnya seseorang yang terkena penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) mengalami gejala-gejala sebagai berikut (Soedarto, 2013) :

1. Demam Demam terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari

kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Demam dapat

disertai dengan gejala-gejala klinik yang tidak spesifik seperti anoreksia, nyeri

punggung, nyeri tulang dan persendian, nyeri kepala, dan rasa lemah.

2. Perdarahan Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan

umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji turniket yang positif, mudah

terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia, dan purpura. Selain itu

13

Page 6: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

juga dapat dijumpai epistaksis dan perdarahan gusi, hematemesis, serta

melena.

3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba,

meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi

peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal kemungkinan akan

terjadi renjatan pada penderita.

4. Renjatan (syok) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak

penderita sakit, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit

lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta sianosis di

sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya

menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat, kecil,

bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di

bawah angka 80 mmHg.

2.2.3. Klasifikasi Kasus DBD

Kasus DBD dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu (Ditjen P2M & PL, 2013): 1.

Kasus Suspect (tersangka), apabila mempunyai gejala demam tinggi mendadak dalam

jangka waktu 2-7 hari dengan satu atau lebih gejala berikut : tes torniquet positif,

perdarahan di bawah kulit (petechiae, encymoses, purpura, perdarahan di sekitar

tempat penyuntikan), perdarahan pada mukosa (hematemisis, melena), pembesaran

hati. 2. Kasus probable, apabila mempunyai trombosit < 100.000/mm3. 3. Pasti

(konfirmasi laboratorium), apabila terjadi kenaikan titer 4 kali kadar antibodi IgH,

14

Page 7: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

ditemukan IgM (pada KLB), dan dapat isolasi virus dengue dari serum atau spesimen

autopsi.

2.2.4. Epidemiologi

1. Variabel Manusia (Person)

Pada penyakit DBD di Indonesia umumnya lebih banyak menyerang anak-

anak, terutama umur 15 tahun kebawah. Hanya saja, sekalipun variabel umur adalah

penting, namun untuk menentukan penyebaran suatu masalah kesehatan menurut

umur secara tepat tidaklah mudah. Masalah pokok yang dihadapi, yang terutama

ditemukan dinegara-negara yang sedang berkembang adalah kesulitan dalam

menetapkan umur seseorang. Cara pengelompokkan keterangan umur sangat

dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai. Apabila pengelompokan umur telah

dilakukan, maka dapat diukur penyebab tiap-tiap kelompok umur, baik berupa

insiden maupun angka prevalennya, kemudian dicari jalan keluar untuk

menanggulangi masalah kesehatan tersebut (Myrnawati, 2010).

Salah satu dari variabel orang yang dapat mempengaruhi perkembangan

penyakit adalah umur. Umur termasuk variabel yang penting dalam mempelajari

masalah kesehatan karena :

1. Ada kaitannya dengan daya tahan tubuh. Pada umumnya daya tahan tubuh

orang dewasa lebih kuat dari daya tahan tubuh anak-anak.

15

Page 8: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

2. Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan. Orang dewasa yang

karena pengalamanya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih

besar dari pada anak-anak.

Bentuk ringan Demam Berdarah dengue (DBD) menyerang segala golongan

umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa dari pada anak-anak.

Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di golongkan dalam golongan usia dewasa

muda yaitu antara umur 13-20 tahun dan selebihnya berumur kurang dari 40 tahun.

Penderita yang klinis di diagnosis sebagai Dengue Syok Sindrom (DSS) meninggal

termasuk dalam golongan usia dewasa muda (Sumarmo, 2015).

2.3. Klasifikasi dan Tanda Tanda Nyamuk Aedes aegypti

Ciri fisik nyamuk yang menularkan penyakit DBD dengan nama aedes aegypty

adalah sebagai berikut : Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang

berwarna putih) di sekujur tubuh nyamuk, Bisa terbang hingga radius 100 meter dari

tempat menetas, Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali, Nyamuk

betina menghisap darah pada pagi hari dan sore hari, Senang hinggap di tempat

gelap dan benda tergantung di dalam rumah, Hidup di lingkungan rumah, bangunan

dan gedung, Nyamuk bisa hidup sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.

Nyamuk penyebab DBD bertelur dengan ciri sebagai berikut: Jumlah telur bisa

mencapai 100 buah, Warna telur hitam dengan ukuran rata-rata 0,8m, Menetas

16

Page 9: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

setelah 2 hari terendam air bersih, Jika tidak ada air maka telur akan tahan

menunggu air selama 6 bulan.

Setelah telur menetas, lantas menjadi jentik nyamuk dengan ciri-ciri : Gerakan

lincah dan bergerak aktif di dalam air bersih dari bawah ke permukaan untuk

mengambil udara nafas lalu kembali lagi ke bawah, Memiliki ukuran 0,5 s/d 1 cm, Jika

istirahat jentik terlihat tegak lurus dengan permukaan air, Setelah 6-8 hari akan

berubah jadi kepompong nyamuk,

Kepompong nyamuk aides aigypty memiliki ciri seperti di bawah ini : Bergerak

lamban di dalam air bersih. Sering berada di permukaan air, Memiliki bentuk tubuh

seperti koma, Setelah usia 1-2 hari maka kepompong siap berubah menjadi nyamuk

baru dan siap mencelakakan umat manusia yang ada di sekitarnya.

Waspadalah terhadap nyamuk demam berdarah dengue karena jika penyakit

dbd tersebut tidak ditanggulangi dengan baik maka bisa menyebabkan kematian

pada manusia yang ada di sekitarnya (Ginanjar, 2008).

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh

berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis

putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis

melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-

sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga

menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis

ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang

diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki

17

Page 10: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina

dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini

dapat diamati dengan mata telanjang (Anonymous, 2011).

2.3.1 Kebiasaan Nyamuk Aedes aegypti

1. Kebiasaan Menggigit

Sifat nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai menggigit manusia pada siang

hari dan senang beristirahat didalam rumah atau bangunan (endoking dan eksofiling)

nyamuk aktif menggigit pada pukul 08.00-13.00 dan sore hari pukul 15.0-17.00

(Depkes RI, 2008).

2. Kebiasaan Mendapatkan Sumber Darah

Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah untuk proses pematangan

telurnya. Berbeda dengan nyamuk betina, nyamuk jantan tidak memerlukan darah ,

tetapi menghisap sari bunga atau nectar. Jadi, nyamuk betinalah yang berbahaya.

2.3.2 Tempat perkembangbiakan Aedes aegypti

Tempat berkembang-biakan utama ialah tempat-tempat penampungan air

berupa genangan yang tertampung disuatu tempat atau bejana didalam atau sekitar

rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi 500 meter dari rumah.

Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung

berhubungan dengan tanah (Kemenkes RI, 2012).

18

Page 11: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti dapat di

kelompokkan sebagai berikut:

1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum,

tangki, reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember

2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat

minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas(ban,

kaleng, botol, plastic dan lain-lain).

3. Tempat penampungan air alamiah seperti: Lobang pohon, lobang batu,

pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu

(Kemenkes RI, 2012).

2.3.3 Tempat Istirahat Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk akan istirahat pada tempat-tempat yang gelap dan sejuk dibagian

kamar, lemari yang terlindung oleh sinar matahari. Apabila sudah menghisap darah,

sampai proses penyerapan darah untuk perkembangan telur selesai. Nyamuk akan

mencari tempat berair untuk meletakkan telurnya, kemudian bertelur dan nyamuk

akan mulai mencari darah lagi untuk siklus bertelur berikutnya (Kemenkes RI, 2012).

2.2.4. Habitat dan Penyebaran Nyamuk Aedes aegypti

19

Page 12: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan

perumahan, dimana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun

tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan Aedes

albopictus yang cenderung berada didaerah hutan berpohon rimbun (Anonymous,

2011).

Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter,

namun secara pasif misalnya karena angina tau terbawa kendaraan dapat berpindah

lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas didaerah tropis dan sub-tropis. Di Indonesia

nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun ditempat-tempat umum.

Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah 1.000 m dari

permukaan air laut. Diatas ketinggian 1000 m tidak dapat berkembang biak, karena

pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan

bagi kehidupan nyamuk tersebut (Kemenkes RI, 2012).

2.2.5 Nyamuk Aedes aegypti Kaitannya Sebagai Vektor Penyakit

Nyamuk sebagai binatang pengganggu terhadap kesehatan manusia. Nyamuk

Aedes aegypti salah satu jenis nyamuk yang paling ditakuti keberadaannya di

lingkungan manusia. Nyamuk Aedes aegypti yang sudah terinfeksi virus Demam

Berdarah (DBD), sangat suka darah untuk proses pematangan telurnya (Kardinan,

2013). Nyamuk Aedes aegypti dapat mengandung virus dengue bila menghisap darah

seorang penderita Demam Berdarah (DBD). Virus ini kemudian masuk kedalam

20

Page 13: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

intestinum dan masuk kedalam hemococlum bereplikasi dan akhirnya masuk ke

kelenjar air liur (Soegeng, 2014).

Apabila nyamuk yang terjangkit menggigit manusia, ia akan memasukkan virus

dengue yang berada didalam air liurnya kedalam sistem aliran darah manusia.

Setelah empat hingga enam hari atau yang disebut sebagai periode inkubasi,

penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi. Penularan mekanik juga dapat

terjadi apabila nyamuk Aedes aegypti betina sedang menghisap darah orang yang

terinfeksi virus dengue diganggu, dan nyamuk itu segera akan menggigit orang lain

pula. Hal ini menyebabkan virus yang terdapat didalam belalai nyamuk tersebut akan

masuk kedalam peredaran darah orang kedua tanpa masa inkubasi. Seekor nyamuk

yang sudah terjangkit akan membawa virus itu didalam badannya sampai berakhir

kehidupannya.

Kriteria klinis Demam Berdarah Dengue dapat didiagnosa dengan melihat

kondisi sebagai berikut :

1. Demam nyata, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara

cepat.

2. Demam disertai hilangnya nafsu makan, perasaan malas, lemah, nyeri pada

tulang, persendian, dan kepala.

3. Pendarahan dibuktikan dengan test bebat pada lengan (test turniket) yang (+)

positif. Perdarahan dapat terjadi pada kulit, gusi, hidung, dan usus dalam.

4. Pembesaran lever atau hati dan terasa nyeri pada penekanan, tanpa ada

gejala-gejala kuning.

21

Page 14: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

5. Dapat terjadi syok pada hari ke-3 sampai ke-7. Syok yang terjadi pada saat

demam merupakan pertanda penyakit yang kian memburuk.

2.4. Pengendalian Nyamuk Aedes aegypti

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara

penyemprotan dengan insektisida. Alat yang digunakan adalah mesin Fog dan

penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu.

Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan

interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus I, semua nyamuk yang mengandung

virus dengue dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan muncul nyamuk-

nyamuk baru yang diantaranya akan menghisap darah penderita viremia yang masih

ada yang dapat menimbulkan ter jadinya penularan kembali. Oleh klarena itu perlu

dilakukan penyemprotran siklus ke 2. Penyeprotan yang kedua dilakukan 1` minggu

sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan

terbasmi sebelum tertularkan kepada orang lain (Kemenkes RI, 2012)

Beberapa usaha pencegahan dan pengendalian terhadap serangan nyamuk

demam berdarah tidak akan berjalan efektif jika dilakukan secara simultan dan

terpadu. Jika salah satu lingkungan saja tidak ikut berpartisifasi, lingkungan tersebut

bisa menjadi sumber infeksi serangan nyamuk demam berdarah. Usaha-usaha

pencegahan dan pengendalian yaitu dengan cara pengendalian secara kimiawi,

pengendalian secara mekanis, dan pengendalian secara biologis (Kardinan, 2015).

22

Page 15: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

2.4.1 Pengendalian Secara Kimia.

Cara ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida ke sarang-sarang

nyamuk, seperti got, semak, dan ruangan rumah. Banyak sekali jenis insektisida anti

nyamuk yang saat ini beredar di pasaran. Selain penyemprotan, bisa juga dilakukan

penaburan insektisida butiran ketempat jentik atau larva nyamuk demam berdarah

biasa bersarang, seperti tempat penampungan air, atau selokan yang airnya jernih.

Penggunaan obat nyamuk bakar juga di golongkan kedalam pengendalian secara

kimia karena mengandung bahan beracun, misalnya piretrin.

2.4.2. Pengendalian Secara Mekanis

Cara ini bisa dilakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau wadah sejenis

yang dapat menampung air hujan dan membersihkan lingkungan yang potensial

dijadikan sebagai sarang nyamuk demam berdarah, misalnya semak belukar dan got.

Pengendalian secara mekanis lain yang bisa dilakukan adalah pemasangan kelambu

dan pemasangan perangkap nyamuk, baik menggunakan cahaya, lem, atau raket

pemukul.

2.4.2 Pengendalian Secara Biologis

Cara biologis bisa dilakukan dengan menggunakan kelompok makhluk hidup,

baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrata, atau hewan vertebrata.

Sebagai pengendalian hayati, kelompok makhluk hidup tersebut dapat berperan

sebagai patogen, parasit atau pemangsa. Beberapa jenis ikan seperti panchax (ikan

kepela timah), dan gambusia affinis (ikan gabus) adalah pemangsa yang cocok untuk

larva nyamuk, tetapi tidak dapat diterapkan pada seluruh tempat-tempat perindukan

23

Page 16: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

nyamuk Aedes aegypti. Beberapa jenis cacing dari golongan Nematoda seperti

Romanomorsis iyengari dan Culiciforax merupakan parasit pada larva nyamuk, tetapi

juga tidak dapat diterapkan diseluruh tempat-tempat perindukan larva Aedes

aegypti. Sebagai patogen seperti dari golongan virus, bakteri, fungi, atau protozoa

dapat dikembangkan sebagai pengendalian hayati larva Aedes aegypti ditempat

perindukan.

2.5. Pencegahan Nyamuk Aedes aegypti

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektor, yaitu

nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

1. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat

perkembangbiakan nyamuk hasil sampling kegiatan manusia, dan perbaikan desain

rumah (Nurjanah, 2013). Sebagai contoh:

a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan

lain sebagainya (Nurjanah, 2013).

24

Page 17: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik

(ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) (Nurjanah, 2013).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan: Pengasapan/fogging dengan

menggunakan malathion dan fenthion, berguna untuk mengurangi kemungkinan

penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada

tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-

lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup,

menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara

ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,

memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,

memasang obat nyamuk, dan memeriksa jentik berkala (Nurjanah, 2013).

2.6. Siklus Penularan DBD

Virus DBD biasanya menginfeksi nyamuk Aedes aegypti betina ketika

menghisap darah seseorang yang tengah dalam fase demam akut (viraemia). Fase ini

terjadi dua hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul. Nyamuk

menjadi infektif dalam waktu 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) setelah mengisap

darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

Setelah periode inkubasi ekstrinsik terlalui, kelenjar ludah nyamuk tersebut

akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan

25

Page 18: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Masa

inkubasi penyakit DBD 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari. Setelah masa

inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) akan timbul

gejala awal penyakit, seperti demam tinggi mendadak yang berlangsung sepanjang

hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata, nyeri punggung, terkadang

disertai adanya tanda-tanda pendarahan. Pada kasus yang lebih berat dapat

menimbulkan nyeri ulu hati, pendarahan saluran cerna, syok, hingga kematian.

2.7. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M

Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini

sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun

khususnya pada musim penghujan. Program PSN , yaitu: 1) Menguras, adalah

membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak

mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan

lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air

seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali

atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat

perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.

Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan

pencegahan seperti 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air

yang sulit dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3)

26

Page 19: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

Menggunakan kelambu saat tidur; 4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; 5)

Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam

rumah; 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa

menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.

PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba,

karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan kejadian

luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan. Selain PSN 3M Plus, sejak Juni

2015 Kemenkes sudah mengenalkan program 1 rumah 1 Jumantik (juru pemantau

jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat Demam Berdarah

Dengue. Gerakan ini merupakan salah satu upaya preventif mencegah Demam

Berdarah Dengue (DBD) dari mulai pintu masuk negara sampai ke pintu rumah.

Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko,

yaitu: 1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan

nyamuk Aedes; 2) Pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai

pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus; 3) Perluasan daerah

endemic akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang etrjadi karena urbanisasi

dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4) Meningkatnya mobilitas

penduduk. Untuk mengendalikan kejadian DBD, Kementerian Kesehatan terus

berkoordinasi dengan Daerah terutama dalam pemantauan dan penggiatan

27

Page 20: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

surveilans DBD. Selain itu, bantuan yang diperlukan Daerah juga telah disiagakan

untuk didistribusikan.

2.8. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN) Demam Berdarah Dengue

2.8.1 Hubungan Partisipasi Keluarga dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)Demam Berdarah Dengue

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu

atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Setiawati (2008), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi perlunya partisipasi keluarga dalam pelayanan kesehatan

antara lain:

1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan: Kasus meningkatnya DBD membuat pemerintah dengan

gencar menggalakkan PSN dalam skala nasional, keluarga sebagai unit terkecil

dalam masyarakat berperan dalam PSN agar terhindar dari wabah DBD.

2. Keluarga sebagai satu unit antar anggota dalam keluarga: Keluarga dipandang

sebagai kesatuan dan saling mempengaruhi.

3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan kesehatan anggotanya: partisipasi

keluarga sangat penting dalam tahapan perawatan kesehatan, mulai dari tahapan

peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai dengan rehabilitasi.

28

Page 21: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

4. Keluarga sebagai tempat penentuan kasus dini: Adanya masalah kesehatan

pada salah satu anggota keluarga akan memungkinkan munculnya faktor resiko

pada anggota keluarga lainnya

5. Individu dalam konteks keluarga: Seorang dapat mencapai suatu pemahaman yang

lebih jelas terhadap individu dan fungsinya dipandang dalam keluarga mereka.

6. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.

Adapun bentuk-bentuk partisipasi keluarga dalam pencegahan penyakit DBD

adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2015):

1. Keluarga turun serta melaksanakan PSN DBD dengan melakukan 3M + 1T yaitu

menguras, menutup dan mengubur serta telungkup.

2. Apabila ada keluarga yang anggota keluarganya menunjukkan gejala DBD maka

keluarga mengerti cara pertolongan pertama (memberi minum banyak,

kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam siali

silat) dan segera periksa ke dokter/unit pelayanan kesehatan.

3. Keluarga segera melaporkan kepada Lurah melalui kader atau kepala

lingkungan/kepala dusun.

4. Keluarga melakukan PSN secara serentak dan mengikuti petunjuk dalam

pelaksanaan pananggulangan demam berdarah.

5. Keluarga mengikuti/menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh

petugas Puskesmas.

29

Page 22: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

2.8.2 Hubungan pengetahuan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)Demam Berdarah Dengue

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orangan mengadakan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi

melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciyuman, rasa dan

raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui mata dan telinga (Wawan dan Dewi,

2010)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langeng dari pada

perilaku yang tidak disertai oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

(Wawan dan Dewi, 2010)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karna itu “tahu”

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah.

b. Memahami (comprehention)

30

Page 23: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi trus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau pun kondisi riil (sebenarnya). Apabila disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komposen tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

31

Page 24: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi dua yaitu:

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan bearti bimbingan yang diberikn seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cit-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehtan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Yb Mantra yang

dikutip Notoadmojo, 2016 pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam, pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan car mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

32

Page 25: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan smpai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor lingkungan

Menurut An.Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakn

seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

2.8.3 Hubungan peran petugas kesehatan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN) Demam Berdarah Dengue

Penempatan tenaga atau personil merupakan bagian yang paling banyak

mengeluarkan biaya dalam kebanyakan sistem pemeliharaan kesehatan. Penting bagi

petugas kesehatan untuk turut mendukung dan berpartisipasi dalam proyek

masyarakat misalnya, mereka dapat membantu mengetahui penyebab masalah

kesehatan dan mengusulkan cara perbaikannya. Hendaknya, petugas kesehatan

33

Page 26: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

terutama memikirkan keseluruhan masyarakat sebagai tanggung jawabnya, tidak

hanya sebagai penunjang klinik saja (Tarimo, 2004).

Hal yang membuat petugas kesehatan sangat berharga karena mereka

mengenal secara pribadi semua keluarga di daerah mereka. Petugas kesehatan

merupakan anggota yang sangat penting dalam Tim Kesehatan karena pengetahuan

yang mereka miliki tentang keadaan setempat. Sebagai tenaga/petugas kesehatan

kunjungan rumah merupakan tugas tambahan yang penting bagi pemeliharaan

kesehatan dan membutuhkan orang tertentu untuk melaksanakan dengan baik

(Tarimo, 2004).

Keterlibatan petugas dalam hal ini adalah petugas puskesmas adalah dengan

melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu

pengunjung Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja

Puskesmas. Dalam kunjungan rumah ini dikumpulkan semua anggota keluarga dan

diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan.

Pemberian informasi dilakukan secara sistematis sehingga anggota-anggota

keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke mau. Bila sarana untuk

melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia, diharapkan juga sampai tercapai

fase mampu melaksanakan (Depkes RI, 2015).

Peran petugas kesehatan dan sektor terkait dalam praktik pencegahan

penyakit DBD adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2015):

34

Page 27: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

1. Camat dan Kepala Desa yang menerima laporan rencana penanggulangan,

memerintahkan warga setempat melalui kepala lingkungan/kepala dusun untuk

melakukan PSN dan membantu kelancaran penanggulangan demam berdarah.

2. Petugas kesehatan (tenaga terlatih) melakukan penyemprotan insektisida 2 siklus

dengan interval 1 minggu dan memberikan penyuluhan masyarakat.

3. Kepala lingkungan/Kepala Dusun dibantu pemuka masyarakat dan kader

menyampaikan informasi tentang rencana penanggulangan demam berdarah dan

membantu pelaksanaan penyuluhan.

4. Kepala Lingkungan dan kader mendampingi petugas kesehatan dalam

pelaksanaan penyemprotan.

5. Keluarga melakukan PSN secara serentak sesuai petunjuk pelaksanaan

penanggulangan demam berdarah.

Tanggung jawab petugas Kesehatan dalam penangulangan DBD adalah

(Depkes RI, 2006):

1. Petugas DBD mempunyai tanggung jawab untuk melakukan kunjungan rumah.

Kunjungan rumah ini dimaksudkan agar keluarga mengerti dan mau

melaksanakan penanggulangan DBD.

2. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala di rumah-rumah. Untuk melihat

ada tidaknya jentik dibak-bak penampungan air yang ada rumah keluarga yang

ada di wilayah kerjanya.

3. Berperan sebagai penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang

nyamuk DBD.

35

Page 28: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

4. Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik.

6. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik kepada puskesmas sebulan sekali.

2.8.4 Hubungan Peran Kader Jumantik dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN) Demam Berdarah Dengue

Juru pemantau jentik atau jumantik adalah orang yang melakukan

pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk penyebab DBD,

khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kemenkes RI, 2016). Kader juru

pemantau jentik (jumantik) adalah orang yang dipilih oleh masyarakat untuk

melakukan pemeriksaan keberadaan jentik secara berkala dan terus-menerus serta

menggerakan masyarakat dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk

penyebab DBD (Depkes RI, 2004). Kader jumantik adalah kelompok kerja kegiatan

pemberantasan penyakit DBD di tingkat desa dalam wadah lembaga kesehatan

masyarakat desa (Bay, 2012).

Tujuan dibentuknya kader jumantik agar dapat memberikan penyuluhan dan

menggerakan masyarakat dalam usaha pemberantasan penyakit DBD terutama

dalam pemberantasan jentik nyamuk penyebab DBD, sehingga penularan penyakit

dapat dicegah dan dibatasi (Prastyabudi & Susilo, 2013). Tujuan kader jumantik

dalam menanggulangi DBD adalah (Depkes RI, 2005):

1. Sebagai Anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum.

2. Memberikan penyuluhan serta mengajak keluarga dan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam penanganan DBD.

36

Page 29: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

3. Mencatat dan melaporkan hasil PJB ke Kepala Dusun atau Puskesmas secara

rutin minimal setiap minggu atau setiap bulan.

4. Mencatat dan melaporkan kejadian DBD kepada RW/Kepala Dusun atau

Puskesmas

5. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pencegahan DBD

sederhana seperti pemberian bubuk abate atau ikan pemakan jentik.

Peran jumantik dimasyarakat sangatlah penting dan tidak hanya berfokus pada

petugasnya saja, melainkan perlunya peran aktif dari masyarakat. Adapun peran

jumantik antara lain (Nugroho, 2012) :

a. Memeriksa keberadaan jentik-jentik nyamuk di tempat-tempat penampungan

air yang ada di dalam dan luar rumah, serta tempat-tempat yang tergenang air.

Apabila pada genangan atau TPA terdapat jentik dan tidak tertutup maka

petugas mencatat sambil memberikan penyuluhan agar dibersihkan dan

ditutup rapat. Untuk TPA yang sulit dikuras atau dibersihkan seperti tangki air

biasanya tidak diperiksa, tetapi diberi bubuk pembunuh jentik atau larvasida

setiap satu sampai tiga bulan sekali.

b. Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak menggantungkan

pakaian dan menumpuk pakaian didalam rumah.

c. Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk

d. Memeriksa rumah kosong yang tidak berpenghuni untuk melihat keberadaan

jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang ada.

37

Page 30: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

2.9 Kerangka Teoritis

Kajian penelitian ini dilandaskan pada teori-teori utama untuk memnjelaskan

hubungan antara variabel independen yaitu: Pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2010),

Peran Petugas Kesehatan (Depkes RI, 2006), Peran Kader (Kemenkes RI, 2016),

Partisipasi Keluarga (Depkes RI, 2015) dengan variabel dependen yaitu Praktik

Pencegahan DBD (Kemenkes, 2016). Kerangka teori penelitian ini sebagai berikut:

Peran Kader (Kemenkes RI, 2016):

1. Pengertian2. Tujuan3. Peran

Peran Petugas Kesehatan(Depkes RI, 2006):1. Melakukan kunjungan rumah2. Melakukan pemeriksaan jentik3. Penggerak dan pengawas PSN DBD4. Membuat rekapitulasi hasil

pemeriksaan jentik5. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik

Pengetahuan(Wawan dan Dewi, 2010):

- Pendidikan,- Pekerjaan,- Umur,- Lingkungan, dan- Sosial Budaya

Partisipasi Keluarga (Depkes RI, 2015):

1. Keluarga turun serta melaksanakanPSN DBD

2. Mengerti cara pertolongan pertamapenyakit DBD

3. Melaporkan gejala-gejala DBD4. Melakukan PSN secara serentak5. Mengikuti kegiatan penyuluhan

tentang DBD

Pemberantasan sarang nyamuk

(Nurjanah, 2013):

1. Menguras tempat-tempat yangdapat menampung air

2. Menutup rapat tempat-tempat yangdapat menampung air

3. Mengubur barang-barang bekas

Page 31: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA

Gambar 2.7 Kerangka TeoritisSumber : Wawan dan Dewi (2010), Depkes RI (2006), Kemenkes RI (2016), Depkes

RI (2015)

Page 32: 2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk - UNMUHA