jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/mukrimah-120254241003.docx · web viewalat dan...
TRANSCRIPT
1
KEANEKARAGAMAN DAN KEPADATAN PERIFITON PADA DAUN
LAMUN Cymodocea serrulata DI PERAIRAN KAMPE
DESA MALANGRAPAT
Mukrimah
Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Ita Karlina
Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Arief Pratomo
Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRAK
Perifiton adalah mikroflora atau mikrofauna yang tumbuh diatas substrat dibawah permukaan air. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis perifiton dan kepadatan perifiton pada daun lamun Cymodocea serrulata di Peraiaran Kampe Desa Malangrapat, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret tahun 2016 dengan menggunakan metode transek garis dan transek kuadrat terdiri dari 3 stasiun, setiap stasiun terdiri dari 3 bingkai kuadrat (plot) ukuran 1 x 1m2. Contoh lamun yang diambil dikerik perifitonnya, dimasukkan ke botol sampel dan diberi label untuk diidentifikasi. Perifiton yang paling banyak ditemukan Leptocylindrus danicus, Nitzschia obusa dan Nitzschia hantzschia. Kepadatan tertinggi adalah Laptocylindrus danicus sebesar 677,926 Ind/cm2, Nitzschia obusa sebesar 382,420 Ind/cm2, Nitzschia hantzschia sebesar 272,329 Ind/cm2. Sementara faktor posisi perifiton pada daun (ujung, tengah dan pangkal) lebih banyak di ujung dan pangkal, karena pengaruh fotosintesis pada bagian ujung dan zat hara pada substrat perairan pada bagian pangkal. Indeks keanekaragaman (H’) sedang dengan nilai total 2,672. Indeks keseragaman (E) tinggi dengan keseragaman total sebesar 0,681. Indeks dominansi (C) rendah dengan total dominansi 0,141.
Kata Kunci : Perifiton, Kepadatan Perifiton Cymodocea serrulata, Perairan
Kampe
2
KEANEKARAGAMAN DAN KEPADATAN PERIFITON PADA DAUN
LAMUN Cymodocea serrulata DI PERAIRAN KAMPE
DESA MALANGRAPAT
Mukrimah
Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Ita Karlina
Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Arief Pratomo
Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRACT
Periphyton is microflora or microfauna that grows on the substrate below the water surface. The purpose of this study is to determine the type and density periphyton on leaves of seagrass cymodocea serrulata in Kampe Malangrapat Marine Village, Gunung Kijang Distric, Bintan Region. This research was conducted in march 2016 by using line transect method and squared transect consists by three stations, the each station consists 3 frames squared (plot) of 1 x 1 m2. The sample of seagrass taken periphyton scraped, inserted into the sample bottle and labeled for identification. Perifiton most abundant leptocylindrus danicus, nitzschia obusa and nitzschia hantzschia. The highest density is laptocylindrus danicus of 677,926 ind/ cm2, nitzschia obusa of 382,420 ind/cm2, nitzschia hantzschia of 272,329 ind/cm2. The factors position perifiton on the leaves (tip, middle and base) more at the tip and base, because of the influence of photosynthesis on the tip and nutrients to the substrate of water at the base. Index diversity (H') was with the total value of 2,672. Uniformity index (E) high with a total of 0,681 uniformity. Dominance index (C) is low with total dominance 0,141.
Keywords: Periphyton, Periphyton Density Cymodocea serrulata, Kampe Water
CoastaL
3
I. PENDAHULUAN
Lamun memiliki berbagai fungsi
ekologi yang vital, diantaranya berperan
sebagai habitat berbagai jenis biota,
salah satunya biota perifiton. Kelebatan
daun lamun mendukung sejumlah
organisme perifiton dijadikan subtrat
yang cocok untuk penempelan. Perifiton
dari kelompok hewan pada umumnya
terdiri dari protozoa
dan Rotifera, sedangkan perifiton dari
kelompok tumbuhan sebagian besar
terdiri dari mikroalga (Afrizal, 1992
dalam Laksono, 2009)
Perifiton kelompok tumbuhan
yang menempel pada permukaan daun
lamun dapat meningkatkan
produktivitas primer lamun menjadi
tinggi, karena perifiton tersebut
melakukan fotosintesis. Selain itu
perifiton tersebut dapat meningkatkan
fiksasi nitrogen terutama jenis alga
epifit dan mempercepat pemutusan daun
akibat penempelan dipermukaan daun
sehingga mempercepat proses
dekomposisi. Hasil dekomposisi berupa
serasah merupakan sumber makanan
fauna dasar invertebrata penyaring.
Oleh karena itu Perifiton menjadi
bagian mendasar jaring makanan
sebagai sumber makanan utama untuk
konsumen kecil, termasuk ikan dan
invertebrate (Gaiser 2008 dan
Lakewatch 2000, dalam Brown dan
Wright, 2009).
Tujuan dari penelitian ini
adalah :Untuk mengetahui jenis
perifiton baik kelompok tumbuh-
tumbuhan maupun dan untuk
mengetahui kepadatan perifiton yang
ada pada daun lamun Cymodocea
serrulata
Manfaat dari penelitian ini
memberikan informasi mengenai jenis
perifiton dan kelimpahan perifiton pada
daun lamun Cymodocea serrulata
khususnya yang ada di perairan Kampe
Desa Malangrapat.
II. TINJAUN PUSTAKA
Lamun secara internasional
dikenal dengan nama Seagrass. Lamun
adalah tumbuhan berbunga
(Angiospermae) yang sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup
terbenam di dalam laut (Nontji, 2007).
Cymodocea serrulata memiliki
daun dengan lebar 0.4 – 0.9 cm dan
panjang hingga 15 cm. Bentuk daunya
membulat dengan ujung tumpul,di
tepian daunya terdapat gerigi dengan
batas seperti pisau.
Perifiton adalah mikroflora atau
mikrofauna yang tumbuh diatas substrat
4
dibawah permukaan air (Welch, 1980
dalam Simanjuntak et.al, 2012).
Komunitas perifiton terdiri dari alga
mikroskopis yang bersifat sessil, satu
sel maupun alga filamen terutama jenis
diatom. Jenis Alga Conjugales,
Cyanophyceae, Euglenophyceae,
Xanthophyceae dan Crysophyceae
(Wetzel, 1982 dalam Supriyanti, 2001).
Menurut Rangpan (2008) Berbagai
komponen perifiton adalah bakteri, ragi,
jamur, protozoa, alga, dan invertebrata
kecil.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Februarai - Maret 2016 di
Perairan Kampe Desa Malangrapat
Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten
Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Metode penentuan titik sampling
menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pemilihan lokasi
dilakukan berdasarkan tujuan tertentu.
Penetuan sampling terdiri dari tiga
stasiun yang dianggap mewakili
Perairan Kampe Desa Malangrapat.
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
GPS, Botol Sampel, Transek Kuadran
1x1m, Pipet Tetes, Object Glass, Cover
Glass, Mikroskop, Jangka
Sorong/penggaris, Snorkel, Buku
Identifikasi, Alat pengerik, Alat Tulis,
Kertas Label, Formalin 4%/lugol,
Sampel Perifiton, Kamera Digital, Multi
Tester, Turbidity meter, Secchi Disk,
Aquades, Tissue
C. LamunPengambilan contoh lamun
disetiap plot dilihat persentasi
penutupan lamun, perbedaan tutupan
lamun antara plot minimum 5%.
Pengamatan persen penutupan
menggunakan metode visual yang
memiliki standar penutupan lamun.
Metode tersebut diterapkan oleh Mc.
Kenzie, et al (2003). Pada setiap stasiun
terdiri dari 3 bingkai kuadrat (plot)
dengan ukuran 1 x 1m2, jarak antar plot
10 m2 tegak lurus garis pantai.
Pengambilan sampel daun lamun
Cymodecea serrulata dilakukan secara
acak sebanyak 3 helai daun dalam 1 plot
dimana setiap daun berasal dari individu
berbeda dari jenis Cymodecea serrulata.
5
Daun lamun tersebut diambil untuk
dikerik perifitonnya.
D. Perifiton
Sampel perifiton diambil dengan
mengerik daun lamun Cymodecea
cerrulata dengan luasan 3 cm x 0,5 cm
di ujung daun (U), tengah daun (T) dan
pangkal daun (P). Perifiton yang
diperoleh dimasukkan kedalam botol
sampel yang diberi label dan diencerkan
dengan aquades hingga 20 ml, lalu daun
hasil potongan dimasukkan kedalam
botol setelah itu dikocok untuk
memastikan agar semua perifiton yang
ada pada daun lamun terlepas, setelah
itu diawetkan dengan larutan
lugol/formalin 4% sebanyak 2-3 tetes.
Kemudian contoh perifiton diamati
dengan mikroskop dengan 3 kali
ulangan kemudian diidentifikasi
berpedoman pada buku identifikasi
Marine and Fres Water Plankton
(Davis, 1955)
E. Pengukuran Parameter Fisika-Kimia
Parameter Metode Pengukuran
SuhuPengukuran di lapangan langsung dengan menggunakan multi tester. Hasil pembacaan dalam satuan oC.
Salinitas Pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan salt meter
pH (Derajat
keasaman)Pengukuran di lapangan langsung dengan menggunakan multi tester.
DO
(Oksigen
terlarut)
Pengukuran di lapangan langsung dengan menggunakan multi tester. Hasil pembacaan DO dinyatakan dalam satuan mg/L.
Kecepatan Arus
Pengukuran langsung dilapangan dengan menggunakan Current drogue. Hasil pembacaannya dalam satuan m/d.
F. Analisa Data
Kepadatan Perifiton
Keterangan:
K = Kepadatan perifiton (ind/cm2)
N = Jumlah perifiton yang diamati
As= Luas substrat yang dikerik (3 x 0,5
cm2) untuk perhitungan perifiton
At= Luas penampang permukaan cover
glass (mm2)
Ac = Luas amatan (mm2)
Vt = Volume konsentrat pada botol
contoh (20 ml) untuk perhitungan
perifiton
Vs = Volume konsentrat dalam cover
glass (ml)
Indeks Keanekaragaman ( H’)
indeks Shannon-Wiener (Legendre dan
Legendre, 1983 dalam Muharram, 2006
)
K= N x At xVtAc xVs x As
H '=−∑t=1
s
Pi ln Pi Pi= ¿N
6
Keterangan:
H’= Indeks Keanekaragaman Shannon
N = Total individu seluruh genera
Ni = Jumlah total individu genera ke-1
Keseragaman Jenis (E)
Keseragaman jenis dihitung
dengan rumus (Odum, 1971 dalam
Nurfadillah, 2012) :
Keterangan:
E = Indeks keseragaman
H’ = Indeks keanekaragaman
H’maks= Iindeks Keanekaragaman
maksimum = Log S dimana S adalah
jumlah genera
Indeks Dominansi (C)
dominansi digunakan untuk
menggambarkan sejauh mana suatu
genera mendominasi populasi tersebut
indeks dominansi Simpson (Odum,
1971 dalam Nurfadillah et al, 2012) :
Keterangan:
C = Indeks dominansi Simpson
ni = Jumlah individu genera ke-1
N = Total individu seluruh genera
IV. Hasil Dan Pembahasan
Secara keseluruhan jumlah perifiton
yang ditemukan pada 3 stasiun
pengamatan di Perairan Kampe Desa
Malangrapat sebanyak 51 jenis baik dari
kelompok tumbuhan dan kelompok
hewan. Seluruh jenis perifiton terbagi
atas 13 kelas yaitu Bacillariophyceae
(22 spesies), Chloropyceae (5 spesies),
Foraminifera (7 spesies), Cyanophyceae
(2 spesies), Dinophyceae (3 spesies),
Zygnemathophcea (1 spesies),
Rhizopoda (1 spesies), Euglenophyceae
(1 spesies), Rotifera (1 spesies), ciliata
(1 spesies), Copepoda (3 spesies),
Chrysopyceae (2 spesies), Gastropoda
(1spesies), dan Crustace (1 spesies).
Kelas Bacillariophyceae merupakan
kelas dengan jumlah jenis terbanyak
yang ditemukan pada daun Cymodocea
serrulata, hal ini karena kelas
Bacillariophyceae merupakan
komponen yang paling penting sebagai
sumber makanan zooplankton dan kelas
Bacillariophyceae juga merupakan
epifit utama yang ditemukan pada
lamun. Selain itu menurut Welch dalam
Muharram (2006) menambahkan bahwa
kelas Bacillariophyceae merupakan
kelompok organisme yang mampu
menyesuaikan diri terhadap pengaruh
E = H '
H maks
∑i=n
s
( ¿N
)2
7
arus yang kuat sampai lambat dengan
kekuatan alat penempel terhadap
substrat yang berupa tangkai gelatin.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil
dimana perifiton jenis tumbuhan lebih
banyak ditemukan dari pada perifiton
jenis hewan, dimana jumlah jenis
tumbuhan yang ditemukan sebanyak 34
jenis dan jumlah jenis hewan sebanyak
17 jenis. Hal ini diduga karena
kelompok mikro-alga perifiton
merupakan komponen utama dalam
mendukung kehidupan komunitas biota
laut. Menurut Hill dan Webster (1982)
dalam Zulkifli (2000). Perifiton yang
umumnya mikro-algae menempel
merupakan sumber energi utama
diperairan, sangat melimpah dan
memiliki peran lebih besar dalam
menentukan produktivitas primer
dibandingkan fitoplankton, hal ini
dikerenakan pergerakan fitoplankton
sangat dipengaruhi oleh arus
dibandingkan algae prifiton. Selain itu
kelompok algae-perifiton tidak memilki
alat gerak seperti kelompok hewan
perifiton sehingga ia akan selalu
menetap didaun lamun. Hasil
pengamatan perifiton pada daun lamun
Cymodocea serrulata dapat dilihat pada
tabel 3.
Jenis perifiton yang paling banyak
ditemukan pada bagian daun lamun
Cymodocea serrulata adalah pada
bagian ujung daun sebanyak 29 spesies
dengan jumlah total 209, bagian tengah
daun sebanyak 25 spesies dengan
jumlah total 83 dan bagian pangkal
daun sebanyak 27 spesies dengan
jumlah total 95 (lampiran 3).
Banyaknya spesies dibagian ujung daun
lamun karena komposisi perifiton pada
lamun sangat dipengaruhi oleh umur,
letak atau tempat hidup lamun. Pada
lamun yang lebih tua yaitu bagian ujung
daun lamun komposisi dan kepadatan
perifiton akan berbeda dengan lamun
yang lebih muda yaitu bagian pangkal
daun lamun, karena proses penempelan
dan pembentukan koloni perifiton
memerlukan waktu yang cukup lama
(Hertanto,2008). Linkeus (1963); Harlin
(1980); Borowitzka dan Lethbridge
(1989); Russei (1990) dalam Zulkifli
(2000) juga menyatakan adanya
hubungan antara algae epifit dengan
tegakkan permukaan pada lamun.
Koloni algae epifit lebih besar terdapat
pada lamun yang dapat berasosiasi
dengan cahaya. Dimana bagian ujung
daun lebih mudah mendapatakan cahaya
dibandingkan bagian tengah dan
pangkal daun lamun sehingga perifiton
8
lebih banyak di bagian ujung daun
lamun, hal ini dikarenakan cahaya
mempengaruhi proses fotosintesis pada
algae-perifiton.
Banyaknya perifiton pada pangkal
daun lamun dibanding bagian tengah
daun lamun, diduga karena pangkal
daun merupakan bagian daun yang
paling dekat dengan substrat,
Romimohtarto (2001) mengatakan
bahwa lamun memilki akar dan system
internal yang berfungsi mengangkut gas
dan zat-zat hara. Lamun dapat
menyerap karbon dari air melaui daun
dan dari sedimen melalui akar (Phillips
dan Menez, 1988 dalam Hertanto,
2008). Fosfat yang diserap oleh daun-
daun lamun dapat bergerak sepanjang
helai daun. Fosfat diserap oleh akar
lamun dari celah-celah sedimen,
kemudian dialirkan ke daun dan
selanjutnya dipindahkan ke perairan
sekitarnya (McRoy dan McMillan, 1977
dalam Zulkifli, 2000). Zat hara tersebut
secara potensial dapat dipergunakan
oleh perifiton apabila berada dalam
medium yang miskin fosfat
(Borowitzka dan Lethbridge, 1989
dalam Zulkifli, 2000). Beberapa jenis
alga biru-hijau, yang bersifat epifit
(contonya pada Thalassia) memfiksasi
nitrogen dan menyebabkan nitrat yang
terlarut mendapatkan jalan masuk ke
hospesnya atau pengayaan (enrichment)
terhadap air laut. Nitrogen yang diserap
oleh akar lamun di translokasikan
melalui daun ke dalam perifiton
(Goering dan Parker, 1972; Hutomo dan
Azkab, 1987 dalam Hertanto, 2008).
B. Indeks Keanekaragaman (H’),
Indeks Keseragaman (E) Dan
Indeks Dominans (C)
Nilai keanekaragaman (H’)
perifiton yang diperoleh disetiap bagian
daun lamun sebesar 2,505 (U), 2,421
(T), 2,460 (P) dan keanekaragaman
total 2,672 termasuk dalam kategori
sedang, dengan nilai kisaran 1< H’≤ 3
hal ini menunjukkan penyebaran
individu tiap jenis sedang dan tekanan
ekologi sedang.
Indeks keseragaman (E) Di
Perairan Kampe pada bagian daun
lamun sebesar 0,744 (U), 0,752 (T),
0,746 (P) dan nilai keseragaman total
sebesar 0,681 termasuk dalam kategori
tinggi, yang artinya penyebaran jenis
perifiton di Perairam Kampe Desa
Malangrapat yang menempel pada daun
lamun memiliki sebaran individu yang
relatif sama, dengan nilai kisaran indeks
keseragaman disetiap stasiun dan
bagaian daun mendekati 1.
9
Dari hasil penelitian diperoleh
nilai indeks dominansi pada bagian
daun 0,138 (U), 0,162 (T), 0,151 (P)
dan nilai total sebesar 0,141,
menunjukkan bahwa tidak ada spesies
perifiton yang dominan. Karena kisaran
nilai yang diperoleh mendekati 0
kondisi ini disertai sebaran individu
anatar genera realatif sama. Nilai
keanekaragaman, keseragaman dan
dominansi perifiton dapat dilihat pada
Tabel 4
Tabel 4. Indeks Keanekaragaman (H’),
Indeks Keseragaman (E’) Dan
Indeks Dominans (C)
U T P Total
H' 2,505 2,421 2,460 2,672
E 0,744 0,752 0,746 0,681
C 0,138 0,162 0,151 0,141
Keterangan : U= Ujung Daun, T= Tengah Daun,
P= Pangkal Daun
C. Kepadatan Perifiton
Leptoc
ylind
rus da
nicus
Bacilla
ria pa
radox
a
Euglen
a elas
tica
Radiol
aria s
p
Oodinu
m sp
Climaso
sphen
ia mon
iligira
Flagil
aria c
ylind
rus
Coscino
discu
s line
atus
Tricera
tium am
erica
num
Oithon
a nan
a
Gyrodin
ium sp
Desmidi
um sw
artzii
Miliolin
ella s
ubrot
unda
Naupli
us
Closter
ium ro
stratu
m
Rotalia
solda
ni
Nitzsch
ia sp
0.00%
60.00%
Persentase Kepadatan Perifiton
Gambar 6. Kurva kepadatan perifiton
pada daun lamun Cymodocea
serrulata
Kepadatan perifiton tertinggi pada
daun Cymodocea serrulata yaitu
Leptocylindrus danicus sebesar 677,926
ind/cm2 atau sebesar 30,155 %.
Leptocylindrus sp merupakan kelas
Bacillariopyceae yang termasuk
kedalam mikro-alga, dimana spesies ini
merupakan produsen primer yang
mampu melakukan proses fotosintesis.
Dilihat dari karakteristiknya pada
beberapa sel mempunyai klropoas yang
banyak dan kecil, sehingga klorofil
dihasilkan sangat banyak dengan
dibantu cahaya matahari maka proses
fotosintesis berlangsung cukup baik,
sehingga perkembangan genera ini
sangat cepat, oleh karena itu genera
leptocylindrus sp cukup banyak
ditemukan (Yulianti, 2006). Ciri-ciri
Leptocylindrus sp yaitu berukuran 7-12
mm, sel memanjang dalam bentuk
kolom, sel berhubungan dalam kolom
yang panjang yang terhubung oleh
protoplasma, memiliki membran sel
yang sangat tipis, memiliki beberapa
pigmen dalam satu sel (Yushar, 2015)
Kepadatan kedua tertinggi adalah
Nitzschia obusa yaitu sebesar 382,420
ind/cm2 atau sebesar 17,010 %,
kepadatan tertinggi berikutnya adalah
Nitzschia hantzschia dengan nilai
kepadatan 272,329 ind/cm2 atau sebesar
12,113 %, menurut Harlin (1980), epifit
utama pada daun lamun adalah dari
10
kelas Bacillariopyceae terutama genus
Nitzschia. Nitzschia sp dapat
menghasilkan sejenis racun saraf yang
dikenal dengan domoic, Memiliki
toleransi tinggi terhadap salinitas.
Nitzschia sp mempunyai peran yang
penting dalam ekosistem perairan
sebagai produsen primer. Mikroalga ini
banyak digunakan sebagai pakan alami
bagi larva organisme laut seperti
crustacea, bivalvia, dan ikan (Isnansetyo
dan Kurniastuty, 1995 dalam
Widianingsih, 2011).
Dari genus Nitzschia ditemukan 8
spesies dari genus tersebut diantaranya
dua spesies diatas dan spesies lainnya
adalah Nitzschia longissima kepadatan
sebesar 40,560 ind/cm2 atau 1,804 %,
Nitzschia sigma dengan kepadatan
11,588 ind/cm2 atau 0.515%, Nitzschia
frigida, Nitzschia danicus dan Nitzschia
lanceolata memilki nilai kepadatan
yang sama yaitu sebesar 5,794 ind/cm2
atau sebesar 0,258%. Ketiga spesies ini
termasuk dalam spesies dengan
kepadatan terkecil hanya diikuti spesies
lainnya dengan nilai kepadatan yang
sama yaitu Oscilatoria sp, Merispodia
sp, Gyrodinium sp, Cochlodinium
strangulatum, Gyrodinium
spirale, ,Desmidium swartzii,
Stylodictya centospira, Glomospira,
Miliolinella subrotunda, Tribonema,
Limacina trochifrons, Nauplius,
Cytclotella, Triceratium sp, Closterium
rostratum, Chlorolobion sp,
Eremosphaera viridis, Rotalia soldani,
Pullenia quinqeuloba dan
Campylodiscus. Rendahnya kepadatan
jenis diatas diduga karena hampir
keseluruhan jenis perifiton tersebut
merupakan hewan yang memiliki alat
gerak sehingga kelimpahannya relatif
sangat rendah, Kepadatan total yang
diperoleh dari lamun Cymodocea
serrulata yaitu 2248,164 Ind/cm2. Jenis
dan kepadatan masing-masing perifiton
pada daun lamun Cymodocea serrulata
dapat dilihat pada tabel 5.
Berdasarkan peneliltian Hertanto (2008)
pada lamun Enhalus acoroides Di
Perairan Pulau Tidung Besar,
Kepulauan Seribu, Jakarta Utara
dengan luas pengerikan 5 cm x 2 cm
diperoleh sebanyak 28 genera yang
terbagi ke dalam 5 kelas dan 21 family
pada bagian selatan, di bagian utara
sebanyak 33 genera yang terbagi ke
dalam 5 kelas dan 21 family. Jenis
perifiton yang paling banyak ditemukan
pada setiap bagian daun Enhalus
acoroides pada bagian selatan dan utara
adalah kelas Bacillariophyceae.
Kepadatan perifiton yang tertinggi
11
adalah stasiun bagian selatan yaitu
stasiun 1 dengan nilai kepadatan
545293 ind/cm2, stasiun 2 dan 3
masing-masing nilai kepadatannya
adalah 358236 ind/cm2 dan 297207
ind/cm2, stasiun 5 dan 6 dengan masing-
masing nilai kepadatannya
589783 ind/cm2 dan 648000 ind/cm2.
Penelitian Nuraeni (1996) Di
Perairan Pulau Kapoposang, Sulawesi
Selatan pada berbagai jenis lamun
dimana panjang kerikan 10 cm dan
lebar daun tergantung jenis lamun yang
diperoleh. Pada daun lamun Thalassia
hemprichii diperoleh 50 jenis perifiton,
Enhalus acoroides 44 jenis perifiton,
Cymodocea rotundata 35 jenis
perifiton, Syringodium isoetifolium 25
jenis perifiton dan pada Cymodocea
serrulata 22 jenis perifiton, dimana
perifiton utama yang ditemukan adalah
kelas Bacillariophceae. Nilai kepadatan
yang diperoleh dari 8 stasiun
pengamatan pada lamun Thalassia
hemprichii berkisar antara 29160-91640
ind/cm2, Enhalus acoroides berkisar
antara 11080-81680 ind/cm2, pada
Cymodocea rotundata berkisar antara
55200-309200 ind/cm2, pada
Syringodium isoetifolium berkisar
antara 20440-27440 ind/cm2 dan pada
Cymodocea serrulata 14 960 ind/cm2.
Adanya perbedaan kepadatan
pada jenis-jenis lamun dipengaruhi oleh
berbagai hal, seperti keadaan tegakan
permukaan daun lamun, morfologi daun
lamun, kondisi parameter lingkungan
(suhu, DO, arus, salinitas, pH,
kecerahan, nitrogen, fosfor) dan
menurut Bell dan Wetoby (1986); West
(1990) melaporkan bahwa panjang daun
lamun dan kerapatan lamun dapat
mempengaruhi sebaran dan kelimpahan
biota yang berasosiasi dengan lamun.
Keberadaan perifiton pada lamun
secara tidak langsung akan
mempengaruhi lamun. Semangkin besar
kepadatan perifiton pada daun lamun
akan memberi dampak negatif pada
lamun karena penutupan perifiton yang
terlalu besar dapat mengurangi
produktivitas padang lamun yang
menjadi inangnya, dengan menghalangi
sinar matahari dan mengurangi
ketersediaaan nutrien (Frankovich dan
Fourquorean, 1997 dalam Wibowo,
2014).
D. Kualitas Air
Tabel 6. Kualitas Perairan Kampe Desa
MalangrapatParameter Stasiun
Rata-
rata1 2 3
FISIKA
12
Suhu (OC) 30 28 29,1 29,03
Arus (m/det) 0,25 0,2 0,33 0,26
KIMIA
pH 8,3 7,9 8,1 8,1
DO (mg/l) 20,8 20,3 21,5 20,86
Salinitas (%o) 10 20,8 31,2 20,66
E. Fungsi Perifiton Pada Lamun
Kondisi perifiton pada daun
lamun dapat memberikan dua manfaat
yaitu menguntungkan dan merugikan.
Perifiton yang menempel pada daun
lamun memberikan manfaat dapat
meningkatkan produktivitas primer
karena perifiton mampu melakukan
fotosintesis. Perifiton juga membantu
dalam proses dekomposisi dengan
mempeercepat pemutusan daun lamun
akibat padatnya penempelan di
permukaan daun lamun. Hasil
dekomposisi serasah daun lamun
merupakan sumber makanan fauna
dasar seperti invertebtrata
Namun demikian penutupan
perifiton yang terlalu besar dapat
mengurangi produktivitas padang lamun
yang menjadi inangnya, dengan
menghalangi sinar matahari dan
mengurangi ketersediaaan nutrien
(Frankovich dan Fourquorean, 1997
dalam Wibowo, 2014). Pengurangan
cahaya yang mencapai khloroplast
lamun mengurangi efektifitas
fotosintesis menurut Hutomo (2003)
dalam Gelong (2016) menjelaskan
bahwa pengayaan nutrien dapat
meningkatkan pertumbuhan epifit pada
permukaan daun lamun. Nutrien
memang dibutuhkan bagi pertumbuhan
lamun, tetapi konsentrasi di tubuhnya
lebih rendah daripada di tubuh algae
makro. Karena perbedaan rasio antara
karbon: nitrogen: fosfor, di dalam
tubuhnya, algae makro dapat
mendominasi lamun pada kondisi
nutrien yang berlebihan, baik sebagai
epifit maupun spesies yang terapung
bebas yang sebenarnya berasal dari
bentuk yang menempel. Pertumbuhan
epifit yang meningkat, pada akhirnya
mengurangi sinar matahari sampai 65 %
yang mengurangi laju fotosintesis dan
kerapatan daun lamun yang pada
akhirnya merubah komposisi komunitas
padang lamun secara keseluruhan.
Hasil pengamatan sementara yang
diperoleh dalam penelitian
menunjukkan perifiton pada daun
lamun Cymodocea serrulata diduga
belum termasuk kategori merugikan
lamun Cymodocea serrulata. Hal ini
diduga karena epifit baru sebagian kecil
menutupi helai daun lamun sehingga
lamun diperkirakan masih bisa
menerima cahaya dengan baik. Dan
diperkiran juga berkaitan dengan
13
penggunaan sampel lamun saat
penelitian yang digunakan adalah lamun
yang masih muda bukan lamun yang
sudah tua dimana komposisi perifiton
pada lamun sangat dipengaruhi oleh
umur, letak atau tempat hidup lamun.
Selain itu Dibadingkan hasil penelitian
sebelumnya Hertanto (2008) dan
Nuraeni (1996) perifiton pada daun
lamun cymodocea serrulata di Perairan
Kampe Desa Malangrapat termasuk
rendah dibandingkan hasil penelitian
mereka (lihat hal 35)
dimana nilai total kepadatan daun
lamun Cymodocea serrulata adalah
2248,165 ind/cm2.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jumlah jenis perifiton yang
ditemukan pada daun lamun
Cymodocea serrulata ada 51 jenis,
dimana jumlah perifiton tumbuhan
yang ditemukan sebanyak 34 jenis dan
jumlah perifiton hewan sebanyak 17
jenis. Kelas dengan jumlah terbanyak
ditemukan dari kelompok
Bacillariophyceae, hal ini karena
Bacillariophyceae merupakan
komponen yang paling penting sebagai
sumber makanan zooplankton dan kelas
Bacillariophyceae juga merupakan
epifit utama yang ditemukan pada
lamun. Berdasarkan nilai
keanekaragaman, keseragaman dan nilai
dominansi dapat disimpulkan bahwa
kondisi perifiton pada daun lamun
Cymodocea serrulata termasuk kategori
baik karena penyebaran individu merata
dan tidak ada dominansi. Kepadatan
perifiton tertinggi pada daun
Cymodocea serrulata yaitu
Leptocylindrus danicus sebesar 677,926
ind/cm2 atau sebesar 30,155 %.
Leptocylindrus sp merupakan kelas
Bacillariopyceae yang termasuk
kedalam mikro-alga, dimana spesies ini
merupakan produsen primer yang
mampu melakukan proses fotosintesis.
B. Saran
Berdasarakan hasil penelitian
penulis menyarankan agar dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang
keuntungan atau kerugian perifiton pada
daun lamun dengan cara melihat kondisi
tutupan epifit dengan lamun atau
dengan melihat kondisi fotosintesis
efektif pada lamun.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, S.L. 2014. Keanekaragaman dan Kelimpahan Perifiton Di Perairan Sungai Deli Sumatera
14
Utara.USU.Sumatra Utara. Nomor 1 (Volume 2).
Bujang, J.S. Dan M. Harah Zakaria.2014.Taxonomy Seagrass.University Putra Malaysia.Malaysia
Brown, P dan A.L. Wright.2009.The Role of Periphyton in the Everglades. University Of Florida Ifas Extension
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta:Penerbit Kasinus
Efizon, D dan A. Hindri Yani.2010.Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut (hal 24). UR Press Pekanbaru.Riau
Gelong, E.S.2016. Diversitas Dan Biomassa Epifit Pada Lamun Enhalus acoroides Pada Berbagai Gradien Eutrofikasi Di Kepulauan Spermonde.Skripsi.Universitas Hasanuddin
Hertanto.Y.2008. Sebaran dan Asosiasi Perifiton Pada Ekosistem Padang Lamun (Enhalus acoroides) Di Perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.Skripsi, IPB.Bogor
Keputusan Mentri Lingkungan Hidup. 2004. Nomor : 200, Kriteria Baku Kerusakan Dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup.
Kurnia. M.2015. Keragaman Genetik Enhalus Acoroides Di Pantai Tongkeina (Provinsi Sulawesi Utara) Dan Pantai Samama (Provinsi
Kalimantan Timur) Berdasarkan Penanda Dna Mikrosatelit. Skripsi,Universitas Udayana.
Laksono,A.2009.Diatom Perifiton Sebagai Indikator Biologi. https://erickbio.wordpress.com/2011/10/15/diatom-perifiton-sebagai-indikator-biologi/, 23 November 2015
Marzuki, J.2006.Komposisi Dan Struktur Komunitas Alga Perifiton Disungai Air Dingin. Skripsi, Universitas Andalas.Padang
Muharram N. 2006. Struktur Komunitas Perifiton dan Fitoplankton di Bagian Hulu Sungai Ciliwung, Jawa Barat. Skripsi, IPB:Bogor.
Nainggolan, P.2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Diteluk Bakau Kepulauan Riau. Skripsi, IPB.Bogor
Natalia,U.2000.Struktur Komunitas Lamun Diperairan Teluk Hurun, Teluk Lampung, Lampung Selatan. Skripsi, IPB.Bogor.
Nontji, A.2007.Laut Nusantara.Djambatan.Jakarta
Nurfadillah, A.Damar dan M. Adiwilaga.2012. Komunitas Fitoplankton Di Perairan Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Depik, 1(2): 93-98, ISSN 2089-7790
Nuryagunah, D., V. Warda Dan A.Puspitawangi.2013. Sifat-Sifat Fitoplankton, Perifiton dan Makrofita.Makalah, Universitas Negrei Malang.Malang
15
Pratiwi, E.D.2015. Hubungan Kelimpahan Plankton Terhadap Kualitas Air Di Perairan Malang Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.Skripsi.Umrah
Rangpan, V.2008).Effects Of Water Quality On Periphyton In The Pattani River, Yala Municipality, Thailand [TD370. V634 2008 f rb]. Jurnal, Universiti Sains Malaysia.Malaysia
Redyansyah, R.2013.Cymodecea serrulata.Makalah. http://id.scribd.com/doc/170499567/makalah-Cymodocea-Serrulata-docx#scribd, 1 Desember 2015.
Romimohtarto,K, dan S.Juwana.2001.Bilogi Laut: Ilmu Penegetahuan Tentang Biota Laut.Djambatan:Jakarta
Sarfika,M.2012. Pertumbuhan Dan Produksi Lamun Cymodocea Rotundata Dan Cymodocea Serrulata Di Pulau Pramuka Dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.Bogor.
Simanjuntak, T.T.,S. Nurdin dan Yuliati.2012. Jenis Dan Kelimpahan Perifiton Di Perairan Waduk Plta Koto Panjang Kecamatan Xiii Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jurnal, Riau.
Supriharyono.2007.Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati (hal 72,77,83).Pustaka Pelajar.Yogyakarta
Supriyanti S. 2001. Struktur Komunitas Penfiton pada substrat Kaca di Lokasi Pemeliharaan Kerang Hijau (Perna viridis L.), Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Skripsi, IPB:Bogor
Tajudin R. 2010. Sumbangan Oksigen
dari Hasil Fotosintesis (Perifitondan
Waycott, M., K. Mcmahon dan P. Lavery.2014. A Guide To Southern Temperate Seagrass (Hal 46-47). CSIRO Publishing.Australia
Wibowo, Umroh dan D.Rosalina.2014. Keanekaragaman Perifiton Pada Daun Lamun Di Pantai Tukak Kabupaten Bangka Selatan. Volume 8 (Nomor. 2).Jurnal Sumber Daya Perairan. ISSN 1978 -1652
Wijaya HK. 2009. KomunitasPerifiton dan Fitoplanktonserta Parameter Fisika-Kimia PerairanSebagaiPenentuKualitas Airdi Bagian Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat. Skripsi,IPB:Bogor.
Widianingsih.2011.Kajian Kadar Total Lipid Dan Kepadatan Nitzschia Sp Yang Dikultur Dengan Salinitas Berbeda.Universitas Dipenogoro
Wirawan,A.A.2014. Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun Yang Ditransplantasi Secara Multispesies Di Pulau Barranglomp. Skripsi,UNHAS.Makasar
Yulianti, A.2006.Struktur Komunitas Perifiton Di Padang Lamun Di Perairan Tanjung Merah Bitung Sulawesi Utara. Skripsi, IPB.Bogor
Yuniarno H.A, Ruswahyuni, Suryanto A. 2015. Kelimpahan Perifiton pada Karang Masif dan Bercabang di Perairan Pulau Panjang Jepara. Jurnal, UNDIP:Semarang
Yushar.A.D.2012.Leptocylindrus. http://dokumen.tips/documents/34-leptocylindrus.html
16
Zulkifli.2000.Sebaran Spasial Komunitas Perifiton dan Asoisasinya dengan Lamun Diperairan Teluk Pandan Lampung Selatan. Tesis, IPB.Bogor.
www.freshwaterlife.org
http://www.dr-ralf-wagner.de/index-englisch.htm
http://cfb.unh.edu/phycokey/phycokey.htm
http://www.inaturalist.org/guides/1633?page