( skripsi) oleh nawawidigilib.unila.ac.id/28210/5/skripsi tanpa bab pembahasan.pdf · tanah lempung...

82
STUDI ANALISIS PENURUNAN TANAH LEMPUNG LUNAK DAN TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU ( SKRIPSI) OLEH NAWAWI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

STUDI ANALISIS PENURUNAN TANAH LEMPUNG LUNAK

DAN TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN

PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU

( SKRIPSI)

OLEH

NAWAWI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

Page 2: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

ABSTRAK

STUDI ANALISIS PENURUNAN TANAH LEMPUNG LUNAK DAN

TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN

MATRAS BETON BAMBU

Oleh

NAWAWI

Kekuatan bangunan infrastruktur dipengaruhi oleh jenis tanah di bawahnya. Salah

satu jenis tanah yang banyak terdapat pada lahan di provinsi Lampung yaitu tanah

berbutir halus. Tanah berbutir halus yang dimaksud ialah tanah lempung lunak

dan tanah lempung organik. Pembangunan kontruksi diatas tanah lempung akan

mengalami kendala penurunan tanah yang signifikan ketika diberi pembebanan.

Beban yang menyebabkan tekanan air pori naik sehingga air pori keluar dan tanah

mengalami penurunan secara konsolidasi. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian

penurunan tanah yang menggunakan kotak dan matras beton bambu sebagai alat

penurunan tanahnya.

Untuk mengetahui seberapa besar fungsi dari alat penurunan ini dapat dibuktikan

di laboratorium dengan menguji tanah lempung di dalam kotak dan dibebani oleh

matras beton bambu dan diberi pembebanan, kemudian dilakukan pengujian

penurunan tanah yang disebut konsolidasi. Pemberian pembebanan diatas

permukaan tanah lempung bertujuan untuk melihat koefesien konsolidasi (Cv)

indeks pemampatannya (Cc) koefesien perubahan volume (Mv) dan koefesien

kemampatan (av) serta besar penurunan total tanah pada kurun waktu 20 tahun.

Hasil pengujian penurunan tanah lempung yang menggunakan pemodelan kotak

dan matras beton bambu, tanah lempung lunak mengalami kecepatan proses

penurunan (Cv) lebih cepat dibandingkan tanah lempung organik. Besaran

penurunan (Cc) tanah lempung lunak lebih kecil dibandingkan tanah lempung

organik. Tanah lempung lunak juga mengalami perubahan volume (Mv) yang

lebih cepat dibandingkan tanah lempung organik. Kemampumampatan (av) tanah

lempung lunak juga lebih cepat dibandingkan tanah lempung organik. Besar

penurunan total tanah pada kurun waktu 20 tahun pada tanah lempung lunak lebih

kecil dibandingkan tanah lempung organik.

Kata kunci : Tanah Lempung, Kotak Uji, Matras Beton Bambu, Penurunan Tanah

Page 3: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

ABSTRACT

STUDY ANALYSIS SOIL DEGRADATION OF SOFT CLAY AND ORGANIC

CLAY USING MODELING BAMBOO CONCRETE MATTRESS

By

NAWAWI

The strength of infrastructure buildings is influenced by the type of soil

underneath. One type of soil that is widely found in the land in the province of

Lampung is fine-grained soil. The fine grained soil is meant soft clay and organic

clay. Construction of the above clay will experience significant land subsidence

constraints when given the loading. The load that causes the pore water pressure

increases so that the pore water out and soil decreases consolidatively. Therefore,

it is necessary to study soil degradation using box test and bamboo concrete mats

as a means of land degradation.

To find out how much the function of this reduction tool can be proven in the

laboratory by testing the clay soil in the crib and burdened by a bamboo concrete

mattress and given a load, then tested soil degradation called consolidation. The

loading of the above clay surface aims to see the consolidation coefficient (Cv)

compression index (Cc) Coeficient of volume change (Mv) and Coeficient of

compression (av) as well as the total decrease in total soil over a period of 20

years.

The result of clay decline testing using box modeling and bamboo concrete mat,

soft clay experience faster rate of process of decline (Cv) than organic clay. The

magnitude of soft clay (Cc) decline is less than that of organic clay. Soft clay

volumes are also changing volume (Mv) faster than organic clay. Coeficient of

compression(av) of soft clay is also faster than organic clay. The total decline in

total soil over a 20 year period on soft clay is smaller than that of organic clay.

Keywords : Clay, Test Box, Bamboo Concrete Mattress, Soil Consolidation

Page 4: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

STUDI ANALISIS PENURUNAN TANAH LEMPUNG LUNAK

DAN TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN

PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU

Oleh

NAWAWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan
Page 6: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan
Page 7: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan
Page 8: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nawawi lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 05 Mei

1993, merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Rusdiana

(Alm) dan Ibu Niswah (Almh).

Penulis memiliki seorang kakak Perempuan bernama Rupinah dan dua orang adik

perempuan bernama Rodianah dan Rantinah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 2 Way Lunik, Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di

SMPN 11 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Kemudian

melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAN 6 Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2011.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Lampung pada tahun 2011. Penulis selama kuliah aktif dalam

organisasi internal kampus yaitu UKMF Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Fakultas Teknik sebagai anggota penelitian dan pengembangan kreatifitas

mahasiswa masa jabatan 2011-2012 dan HMJ Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil

(Himateks) sebagai anggota bidang eksternal masa jabatan 2013-2014.

Page 9: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

MOTO

“Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh…engkau akan jatuh di antara

bintang - bintang” (Ir. Soekarno)

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar” (Khalifah „Umar)

“Sesungguhnya dibalik kesukaran itu ada kemudahan” (Q.S. Al Insyirah:5)

“Cobalah untuk tidak menjadi orang yang sukses, tetapi menjadi orang yang bernilai”

(Albert Einstein)

”Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang tersebut yang

merubah nasibnya sendiri”

“Masa depan adalah milik mereka yang percaya

pada indahnya mimpi-mimpi mereka”

“Kebahagiaan dalam hidupku adalah ketika orang-orang yang kusayangi dan

kucintai tersenyum bahagia atas hasil perjuanganku..”

Page 10: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

Persembahan

Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk,

Ayahandaku tercinta Alm. Rusdiana,

Ibundaku tercinta Almh. Niswah,

Kakanda Rupinah,

Adinda Rodianah ,

Adinda Rantinah,

Teman Hati Ade Antika

Teman Penuntut Wisuda Wayan Hernawati S.Si

Saudara Riyan Syahputra S.T

Saudara seperjuangan Yusuf Sukamto S.T dan Ikratul Herman S.T

serta Teknik Sipil Angkatan 2011

SIPIL JAYA !!!!!

Page 11: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga skripsi dengan judul Studi Analisis Penurunan Tanah Lempung Lunak

dan Tanah Lempung Organik Menggunakan Pemodelan Matras Beton Bambu

dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar

Sarjana Teknik pada program reguler Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mohon maaf dan

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya

kepada :

1. Prof. Drs. Suharno, M.sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

2. Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Lampung.

3. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. selaku Dosen Pembimbing I skripsi.

Page 12: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

ii

4. Iswan S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II skripsi.

5. Ir. setyanto, M.T. selaku Dosen Penguji skripsi.

6. Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik

7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

8. Kedua orang tua penulis (Alm. Rusdiana dan Almh. Niswah) yang telah

memberikan restu dan doanya, Kakanda (Rupinah), Adinda (Rodianah), Adinda

(Rantinah) yang selalu memberi warna dan do’a di kehidupan penulis.

9. Rekan-rekan seperjuangan di Lab. (Riyan, Ikra, Yusuf) yang telah banyak

membantu penulis selama di laboratorium.

10. Teknisi di laboratorium (Pak Pardin, Pak Miswanto, Pak Budi, Mas Bayu dan

Mas Yupi).

11. Seluruh keluarga besar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung, khususnya

angkatan 2011.

Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat berharap karya

kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri.

Bandar Lampung, Juli 2017

Penulis,

Nawawi

Page 13: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

SANWACANA ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi

DAFTAR NOTASI ....................................................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

C. Batasan Masalah ............................................................................................ 3

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah .............................................................................................................. 5

B. Klasifikasi Tanah ........................................................................................... 6

C. Tanah Lempung ............................................................................................ 11

Page 14: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

iv

D. Tanah Lempung Lunak ................................................................................. 17

E. Tanah Lempung Organik .............................................................................. 21

F. Matras Beton Bambu ...................................................................................... 22

G. Penurunan Tanah ............................................................................................ 22

H. Landasan Teori ............................................................................................... 23

1. Pengujian Konsolidasi ................................................................................ 23

2. Interpretasi Hasil Pengujian Konsolidasi ................................................... 26

3. Koefisien Pemampatan dan Koefisien Perubahan Volume ....................... 27

4. Indeks Pemampata n (Cc) .......................................................................... 29

5. Koefisien Konsolidasi (Cv) ........................................................................ 31

6. Metode Kecocokan Waktu Log = Waktu ................................................... 32

7. Metode Akar Waktu ................................................................................... 34

8. Konsolidasi Sekunder ................................................................................. 35

I. Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................................... 37

III. METODE PENELITIAN

A. Pengambilan Sampel ....................................................................................... 39

B. Pelaksanaan Pengujian .................................................................................... 41

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah ........................................................................ 41

a. Kadar Air ................................................................................................. 41

b. Analisis Saringan .................................................................................... 42

c. Batas Cair ................................................................................................ 42

d. Batas Plastis ............................................................................................ 42

Page 15: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

v

e. Berat Volume .......................................................................................... 42

f. Berat Jenis ................................................................................................ 43

g. Uji Hidrometer ........................................................................................ 43

h. Uji Geser Langsung ................................................................................ 43

i. Uji Konsolidasi ........................................................................................ 43

C. Prosedur Pengujian Konsolidasi Menggunakan Pemodelan Matras

Beton Bambu .................................................................................................. 44

1. Pembuatan Kotak Uji Penurunan Tanah Konsolidasi ................................ 44

2. Membuat Pemodelan Matras Beton Bambu ............................................... 46

3. Menguji Matras Beton Bambu Pada Tanah Lempung Lunak dan Tanah

Lempung Organik ..................................................................................... 47

D. Analisis Hasil Penelitian ................................................................................. 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Fisik ........................................................................................................... 52

1. Analisa Hasil Pengujian Kadar Air ............................................................ 53

2. Analisa Hasil Pengujian Berat Jenis .......................................................... 53

3. Analisa Hasil Pengujian Berat Volume ....................................................... 53

4. Uji Analisa Saringan .................................................................................. 54

5. Uji Batas Atterberg .................................................................................... 56

6. Uji Hidrometri ............................................................................................. 57

7. Data Hasil Uji Geser Langsung .................................................................. 59

B. Klasifikasi Tanah ............................................................................................ 61

Page 16: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

vi

C. Analisa Hasil Pengujian Konsolidasi .............................................................. 62

1. Hasil Pengujian Konsolidasi Laboratorium ................................................ 62

2. Hasil Pengujian Konsolidasi Menggunakan Pemodelan Matras Beton

dan Kotak Uji .............................................................................................. 73

3. Analisa Hasil Pengujian Penurunan T90 dengan Metode Akar Waktu

pada Tanah Lempung Lunak dan Lempung Organik.................................. 82

4. Koefisien Konsolidasi Vertikal (Cv) ........................................................... 88

5. Perbandingan antara Koefisien Konsolidasi Vertikal (Cv) Laboratorium

dengan Koefisien Konsolidasi Vertikal (Cv ) Kotak pada tanah lempung

lunak ............................................................................................................ 93

6. Perbandingan antara Koefisien Konsolidasi Vertikal (Cv) Laboratorium

dengan Koefisien Konsolidasi Vertikal (Cv) Kotak pada tanah lempung

Organik ........................................................................................................ 95

7. Koefisien Perubahan Volume (Mv) ............................................................ 96

8. Perbandingan antara Koefisien Perubahan Volume (Mv) Laboratorium

dengan Koefisien Perubahan volume (Mv) Kotak pada Tanah Lempung

Lunak ........................................................................................................... 99

9. Perbandingan antara Koefisien Perubahan Volume (Mv) Laboratorium

dengan Koefisien Perubahan Volume (Mv) Kotak pada Tanah Lempung

Organik ........................................................................................................ 101

10. Nilai indek Pemampatan (Compression Index) (Cc)................................... 102

11. Perbandingan antara Compression Index (Cc) Laboratorium dengan

Compression Index (Cc) Kotak pada Tanah Lempung Lunak ................... 104

Page 17: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

vii

12. Perbandingan antara Compression Index (Cc) Laboratorium dengan

Compression Index (Cc) Kotak pada Tanah Lempung Organik ................ 107

13. Koefisien Pemampatan (Av) ....................................................................... 109

14. Perbandingan antara coefisient of compression (Av) Laboratorium dengan

coefisient of compression (Av) Kotak pada Tanah Lempung Lunak ......... 111

15. Perbandingan antara coefisient of compression (Av) Laboratorium dengan

coefisient of compression (Av) Kotak pada Tanah Lempung Organik ...... 112

D. Nilai Konsolidasi pada Cc, Av dan Mv Laboratorium dengan Kotak Cc,

Av dan Mv terhadap Tanah Lempung Lunak dan Lempung Organik ............. 114

E. Penurunan Konsolidasi Tanah ......................................................................... 115

V. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 121

B. Saran ............................................................................................................... 122

Page 18: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO ................................................... 8

2.2. Sistem Klasifikasi Tanah USCS .................................................................. 9

2.3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem USCS .............................................. 10

2.4. Sifat Tanah Lempung .................................................................................. 12

2.5. Struktur Tanah Lempung ............................................................................ 13

2.6. Nilai-Nilai Khas Dari Aktifitas .................................................................... 15

2.7. Batas-Batas Atterberg Untuk Mineral Lempung ........................................ 16

2.8. Nilai Berat Jenis Untuk Tiap Mineral Tanah Lempung Lunak ................ 16

2.9. Nilai Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering pada

Tanah Lempung .......................................................................................... 17

2.10. Definisi Kuat Geser Lempung Lunak ........................................................ 18

2.11. Indikator Kuat Geser Tak Terdrainase Tanah-tanah Lempung Lunak ...... 18

2.12. Potensi Pengembangan .............................................................................. 19

Page 19: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

ix

2.13. Klasifikasi Kompresibilitas Tanah ............................................................ 20

2.14. Sifat-Sifat Umum Lempung Lunak .......................................................... 21

2.15. Angka Pori, Kadar Air dan Berat Volume Lempung Organik .................. 21

4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Lempung ............................................... 52

4.2 Hasil Pengujian Analisis Saringan ................................................................ 54

4.3. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Asli ............................................... 56

4.4. Hasil Pengujian Hidrometer Tanah Belimbing Sari .................................... 57

4.5. Hasil Pengujian Hidrometer Tanah Beteng Sari .......................................... 58

4.6. Hasil Uji Geser Langsung Tanah Belimbing Sari ........................................ 59

4.7. Hasil Uji Geser Langsung Tanah Beteng Sari ............................................. 60

4.8. Hasil Penurunan Konsolidasi pada Uji Laboratorium ................................ 62

4.9. Hasil Cv dan Cc laboratorium Lempung lunak dan Lempung Organik ...... 70

4.10. Nilai Av dan Mv tanah lempung lunak dan organik uji laboratorium ....... 70

4.11. Nilai Cv, Cc, Av dan Mv lempung lunak dan organik uji laboratorium.... 73

4.12. Penurunan Konsolidasi pada Pemodelan Matras Beton dan

Kotak Uji ................................................................................................... 74

4.13. Perbandingan P terhadap Cv pada pengujian kotak ................................ 89

4.14. Nilai Cv, Cc, Av dan Mv lempung lunak dan organik uji kotak ............ 93

Page 20: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

x

4.15. Perbandingan P terhadap Cv pada lempung lunak.................................. 94

4.16. Perbandingan P terhadap Cv pada lempung Organik ............................. 95

4.17. Perbandingan P terhadap Mv kotak pada tanah Lempung Lunak

dan Lempung Organik ........................................................................... 97

4.18. Perbandingan Mv Laboratorium dan Mv Kotak pada tanah

lempung lunak ........................................................................................ 99

4.19. Perbandingan Mv Laboratorium dan Mv Kotak pada

lempung Organik .................................................................................... 101

4.20. Perbandingan Cc Lempung Lunak dan Lempung Organik .................... 103

4.21. Perbandingan Cc Laboratorium dan Cc Kotak Pada Lempung lunak .... 105

4.22. Perbandingan Cc Laboratorium dan Cc Kotak pada

Lempung Organik ................................................................................... 107

4.23. Perbandingan Av Lempung Lunak dan Av Lempung Organik .............. 109

4.24. Perbandingan Av Laboratorium dan Kotak pada Tanah

Lempung Lunak ...................................................................................... 111

4.25. Perbandingan Av Laboratorium dan Av Kotak pada

Lempung Organik ................................................................................... 113

4.26. Perbandingan Cv, Cc, Av dan Mv pada uji laboratorium

dan uji kotak terhadap tanah lempung lunak dan lempung organik ....... 114

Page 21: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Gambar Grafik Plastisitas ........................................................................... 16

2.2. Gambar Skema Alat Pengujian Konsolidasi ............................................... 24

2.3. Sifat Khusus Grafik Hubungan ΔH Terhadap Log t ................................... 25

2.4. Sifat Khusus Grafik Hubungan e-log P’ ..................................................... 25

2.5. Fase Konsolidasi .......................................................................................... 26

2.6. Hasil Pengujian Konsolidasi ........................................................................ 28

2.7. Indeks Pemampatan ..................................................................................... 30

2.8. Metode Kecocokan Log-Waktu (Casagrande, 1940) ................................. 33

2.9. Metode Akar Waktu (Taylor, 1948) ............................................................ 34

3.1. Lokasi Pengambilan Sampel ........................................................................ 39

3.2. Pengambilan contoh tanah undistrub ........................................................... 40

3.3. Pengambilan contoh tanah disturb ............................................................... 41

3.4 Bentuk pemodelan alat ................................................................................. 44

Page 22: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

xii

3.5. Posisi alat ukur ............................................................................................. 45

3.6. Penetapan letak straingage ........................................................................... 45

3.7. Memasukan agregat pada bekisting matras beton........................................ 46

3.8. Pemasangan tulangan bambu pada ketebalan 3 cm dan 5 cm..................... 47

3.9. Matras beton bambu setelah dilakukan pengecoran ................................... 47

3.10. Penjenuhan tanah lempung ...................................................................... 48

3.11. Pemasangan matras beton bambu pada kotak uji desain autocad ............. 48

3.12. Pemasangan matras beton pada kotak uji ................................................ 49

3.13. Melakukan Pembebanan ............................................................................ 49

3.14. Pembacaan Dial Penurunan ...................................................................... 50

3.15. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 51

4.1. Grafik Hasil Analisa Saringan Belimbing Sari ........................................... 55

4.2. Grafik Hasil Analisa Saringan Beteng Sari ................................................. 55

4.3. Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer Tanah Belimbing Sari ....... 58

4.4. Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer Tanah Beteng Sari ............ 58

4.5. Grafik Hasil Uji Geser Langsung Tanah Desa Belimbing Sari ................... 60

4.6. Grafik Hasil Uji Geser Langsung Tanah Desa Beteng Sari ......................... 60

4.7. Grafik penurunan t90 beban 0,2 kg/cm2 lempung lunak .............................. 63

Page 23: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

xiii

4.8 Grafik penurunan t90 beban 0,2 kg /cm2 lempung organik ........................... 64

4.9. Grafik penurunan t90 beban 0,3 kg/cm2 lempung lunak .............................. 65

4.10. Grafik penurunan t90 beban 0,3 kg /cm2 lempung organik ........................ 65

4.11. Grafik penurunan t90 beban 0,4 kg/cm2 lempung lunak ............................ 66

4.12. Grafik penurunan t90 beban 0,4 kg /cm2 lempung organik ........................ 66

4.13. Grafik penurunan t90 beban 0,5 kg/cm2 lempung lunak ............................ 67

4.14. Grafik penurunan t90 beban 0,5 kg /cm2 lempung organik ........................ 68

4.15. Grafik Konsolidasi Laboratorium Tanah Lempung Lunak....................... 71

4.16. Grafik Konsolidasi Laboratorium Tanah Lempung Organik .................... 72

4.17. Grafik t log – p pada beban 0,2 kg/cm2 .................................................... 75

4.18. Grafik t Log – p pada beban 0,3 kg/cm2 ................................................... 76

4.19. Grafik t Log – p pada beban 0,4 kg/cm2 ................................................... 78

4.20. Grafik t Log – p pada beban 0,5 kg/cm2 ................................................... 80

4.21. Grafik penurunan t90 beban 0,2 kg/cm2 lempung lunak ............................ 82

4.22. Grafik penurunan t90 beban 0,2 kg/cm2 lempung organik ......................... 83

4.23. Grafik penurunan t90 pada beban 0,3 kg/cm2 lempung lunak.................... 84

4.24. Grafik penurunan t90 beban 0,3 kg/cm2 lempung organik ......................... 84

4.25. Grafik penurunan t90 beban 0,4 kg/cm2 lempung lunak ............................ 85

Page 24: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

xiv

4.26. Grafik penurunan t90 beban 0,4 kg/cm2 lempung organik ......................... 86

4.27. Grafik penurunan t90 beban 0,5 kg/cm2 lempung lunak ............................ 87

4.28. Grafik penurunan t90 beban 0,5 kg/cm2 lempung organik ......................... 87

4.29. Perbandingan Tekanan terhadap Koefesien Konsolidasi (Cv)

Tanah Lempung Lunak dan Tanah Lempung organik ........................... 89

4.30. Grafik Konsolidasi Kotak dengan sampel Tanah Lempung Lunak ....... 91

4.31. Grafik Konsolidasi Kotak dengan sampel Tanah Lempung Organik .... 92

4.32. Perbandingan Cv Laboratorium dan Cv Kotak Uji pada

Lempung Lunak ...................................................................................... 94

4.33. Perbandingan Cv Laboratorium dan Cv Kotak Uji Pada

Lempung Organik ................................................................................... 96

4.34. Perbandingan tekanan terhadap Koefesien Perubahan volume (Mv)

tanah lempung lunak dan lempung organik pada uji kotak .................... 98

4.35. Perbandingan Mv kotak dan Mv Laboratorium Tanah Lempung

Lunak ...................................................................................................... 100

4.36. Perbandingan tekanan terhadap perubahan volume (Mv)....................... 102

4.37. Perbandingan tekanan terhadap indeks pemampatan (Cc) lempung

lunak dan lempung organik pada uji kotak ............................................ 103

Page 25: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

xv

4.38. Perbandingan Cc kotak Uji dan Cc Laboratorium Tanah

Lempung Lunak ................................................................................... 106

4.39. Perbandingan Cc Laboratorium dan Cc Kotak Uji Pada

Lempung Organik ................................................................................... 108

4.40. Perbandingan koefisien pemampatan (Av) lempung lunak dan

lempung organik pada uji kotak ............................................................. 110

4.41. Perbandingan Av Kotak dan Av Laboratorium pada

Lempung Lunak ...................................................................................... 112

4.42. Perbandingan Av Laboratorium dan Av Kotak Uji

Lempung Organik ................................................................................... 113

Page 26: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

DAFTAR NOTASI

γ = Berat Volume

γd = Berat Volume Kering

γu = Berat Volume Maksimum

ω = Kadar Air

Gs = Berat Jenis

LL = Batas Cair

PI = Indeks Plastisitas

PL = Batas Plastis

q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan

Wai = Berat Tanah Tertahan

Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan

Wc = Berat Container

Wci = Berat Saringan

Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven

Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven

Wm = Berat Mold

Wms = Berat Mold + Sampel

Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n

Ws = Berat Sampel

Page 27: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

xvii

Ww = Berat Air

W1 = Berat Picnometer

W2 = Berat Picnometer + Tanah Kering

W3 = Berat Picnometer + Tanah Kering + Air

W4 = Berat Picnometer + Air

e = Angka Pori

Cc = Indeks Pemampatan

Cr = Rekompresi indeks

Cv = Koefisien Konsolidasi

Pc’ = Tekanan Prakonsolidasi

ΔH = Perubahan Tinggi

H = Tinggi Awal

ΔV = Perubahan Volume

V = Volume Awal

U = Derajat Konsolidasi

aV = Koefisien Pemampatan

Sr = Derajat Kejenuhan

Page 28: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan penduduk dan pembangunan infrastruktur,

kebutuhan akan lahan menjadi semakin meningkat, tak terkecuali di provinsi

Lampung. Kekuatan bangunan infrastruktur dipengaruhi oleh jenis tanah di

bawahnya. Salah satu jenis tanah yang banyak terdapat pada lahan di provinsi

Lampung yaitu tanah berbutir halus. Tanah berbutir halus yang dimaksud

ialah tanah lempung lunak dan tanah lempung organik. Tanah yang sebagian

besar berupa lempung lunak dan lempung organik ini juga digunakan untuk

membangun gedung maupun jalan.

Tanah lempung lunak dan tanah lempung organik merupakan dua jenis tanah

yang berbeda berdasarkan proses terbentuknya. Tanah lempung lunak

merupakan hasil dari pelapukan batuan, sedangkan tanah lempung organik

terbentuk akibat pelapukan zat-zat organik. Di sisi lain tanah lempung dan

tanah lempung organik juga memiliki beberapa kesamaan diantaranya kadar

air yang tinggi dan ukuran butiran yang halus. Kadar air yang tinggi membuat

butiran yang halus tersebut dapat memisah dengan mudah sehingga tanah

dapat bergeser dan merusak struktur bangunan yang ada diatasnya.

Keadaan ini terlihat sangat jelas pada konstruksi jalan hotmix, dimana

permukaan menjadi bergelombang dan retak. Air yang terkandung dalam

Page 29: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

2

tanah keluar dan menyebar bersama tanah butiran halus yang tidak solid

karena mendapat tekanan dari beban yang melintas sehingga jalan menjadi

terkelupas dan berlubang.

Penyebaran butiran halus tersebut dapat dicegah salah satunya dengan suatu

lapisan struktur yang solid dan merata. Lapisan struktur tersebut juga dapat

meneruskan tegangan ke bawah tanah secara merata. Berdasarkan solusi

tersebut, maka dibutuhkan suatu model sebagai suatu pendekatan dengan

kondisi di lapangan. Dengan sampel yang relatif sedikit, penurunan tanah

dapat diketahui dan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan konstruksi

pada kondisi tanah tersebut.

Suatu cara untuk memperbaiki tanah seperti diatas biasa disebut perkuatan

tanah. Lapisan struktur yang dimaksud adalah matras beton dengan tulangan

berupa anyaman kulit bambu. Matras beton tersebut nantinya akan diberi

beban awal (preloading) dengan periode tertentu yang dapat mengubah

struktur tanah menjadi lebih padat dan lebih stabil.

Material sampel tanah lempung lunak dan tanah lempung organik akan diuji

secara terpisah. Sampel tanah akan dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat

dari pelat baja dan disisipkan potongan kaca transparan yang telah diberi garis

ukur untuk mengetahui besarnya penurunan tanah akibat beban awal

(preloading) secara periodik. Matras beton diletakkan di atas tanah yang akan

menyebarkan beban secara merata di permukaan tanah. Besar penurunan

tanah akan dianalisa sehingga didapat penurunan total dan waktu terjadinya.

Page 30: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

3

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

mengetahui penurunan tanah dan perubahan sifat fisik tanah dari pemodelan

matras beton bambu untuk perkuatan tanah dengan beban awal (preloading)

secara periodik dengan sampel tanah berupa tanah lempung yang berasal dari

kecamatan Jabung, Lampung Timur.

C. Batasan Masalah

Untuk memberikan hasil yang baik dan terarah dalam penelitian ini, maka

permasalahan dibatasi pada :

1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah

lempung dari kecamatan Jabung, Lampung Timur.

2. Matras beton menggunakan bambu yang diambil bagian luar atau kulit

bambu. Kulit bambu dianyam seperti bilik bambu lalu diposisikan sebagai

tulangan beton

3. Pembebanan awal (preloading) dilakukan secara periodik .

4. Penelitian hanya terbatas pada sifat fisik tanah sebelum dan sesudah diberi

pembebanan awal serta serta mengetahui besarnya penurunan tanah selama

preloading.

5. Pengujian yang dilakukan pada tanah sebelum dan sesudah preloading

meliputi pengujian kadar air, analisis saringan, berat jenis, batas atterberg,

dan hidrometer.

Page 31: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

4

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Pemodelan Matras Beton Bambu Tanpa Tiang Pada Tanah

Lempung Lunak Dan Lempung Organik ini adalah :

1. Mengetahui penurunan tanah akibat pembebanan awal secara periodik.

2. Mengetahui penurunan tanah menggunakan pemodelan kotak uji dan

matras beton bambu.

3. Mengetahui besar penurunan dan waktu penurunan pada tanah lempung

lunak dan lempung organik dari kecamatan Jabung, Lampung Timur

E. Manfaat penelitian

Selain dapat menambah pemahaman tentang penurunan tanah dan

karakteristik tanah, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

manfaat antara lain :

1. Sebagai salah satu model pembelajaran di Laboratorium Mekanika Tanah

Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung

2. Sebagai model pendekatan untuk kondisi penurunan tanah yang tidak

stabil di lapangan sehingga dapat menjadi acuan dasar pekerjaan fisik,

perencanaan jalan dan bangunan struktur lainnya

3. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang perkuatan

tanah.

Page 32: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

Tanah adalah kumpulan (agregat) butiran mineral alami yang bisa dipisahkan

oleh suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk dalam air (Terzaghi

dan Peck, 1987).

Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang

relative lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo,

H.C., 1992).

Menurut Bowles (1991), tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri

dari salah satu atau seluruh jenis berikut :

1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya

lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm

sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).

2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.

3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,

berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).

4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.

Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang

Page 33: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

6

disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara

sungai.

5. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002

mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah

yang kohesif.

6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil

dari 0,001 mm.

B. Klasifikasi Tanah

Sistem Klasifikasi Tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah

yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-

kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya (Das,

1995).

Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk menentukan dan

mengidentifikasikan tanah dengan cara sistematis guna menentukan

kesesuaian terhadap pemakaian tertentu dan juga berguna untuk

menyampaikan informasi mengenai kondisi tanah dari suatu daerah ke daerah

lain dalam bentuk suatu data dasar. Klasifikasi tanah juga berfungsi untuk

studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan

akan pengujian untuk menentukan sifat teknis seperti karakteristik

pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1991).

Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indek pengujian yang sangat

sederhana untuk memperoleh karakteristik tanahnya. Umumnya klasifikasi

Page 34: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

7

didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan

(percobaan sedimentasi) dan plastisitasnya (Hardiyatmo, 2002).

Adapun sistem klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway

and Transportation Official)

Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria berikut ini :

a. Ukuran butir dibagi menjadi :

Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter

75 mm dan tertahan pada ayakan diameter 2 mm.

Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter

2 mm dan tertahan pada ayakan diameter 0,0075

mm.

Lanau & Lempung : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter

0,0075 mm.

b. Plastisitas, nama berlanau dipakai apabila bagian–bagian yang halus

dari tanah mempunyai indeks plastisitas (IP) sebesar 10 atau kurang.

Nama berlempung dipakai bila bagian-bagian yang halus dari tanah

mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau lebih.

c. Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan dalam

contoh tanah yang akan diuji maka batuan-batuan tersebut harus

dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi persentase dari batuan yang

dikeluarkan tersebut harus dicatat.

Page 35: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

8

Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Klasifikasi umum Tanah berbutir

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200

Klasifikasi kelompok A-1

A-3 A-2

A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7

Analisis ayakan (%

lolos)

No.10

No.40

No.200

Maks 50

Maks 30

Maks 15

Maks 50

Maks 25

Min 51

Maks 10

Maks 35 Maks 35

Maks 35

Maks

35

Sifat fraksi yang lolos

ayakan No.40

Batas Cair (LL)

Indeks Plastisitas (PI)

Maks 6

NP

Maks 40

Maks 10

Min 41

Maks 10

Maks 40

Min 11

Min 41

Min 11

Tipe material yang

paling dominan

Batu pecah, kerikil

dan pasir

Pasir

halus

Kerikil dan pasir yang berlanau atau

berlempung

Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Baik sekali sampai baik

Klasifikasi umum Tanah berbutir

(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200

Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7

A-7-5 A-7-6 Analisis ayakan (%

lolos)

No.10

No.40

No.200

Min 36

NNNNNN

Min 36

Min 36

Min 36

Sifat fraksi yang lolos

ayakan No.40

Batas Cair (LL)

Indeks Plastisitas (PI)

Maks 40

Maks 10

Min 41

Maks 10

Maks 40

Min 11

Min 41

Min 11

Tipe material yang

paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung

Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Biasa sampai jelek

Catatan:

Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas plastisnya (PL)

Untuk PL>30, klasifikasinya A-7-5;

Untuk PL <30, klasifikasinya A-7-6.

NP = Non Plastis.

Sumber: Hardiyatmo (1992).

2. Sistem Unified Soil Classification System (USCS)

Unified Soil Classification System (USCS) diajukan pertama kali oleh

Casagrande dan selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of

Reclamation (USBR) dan United State Army Corps of Engineer (USACE).

Kemudian American Society for Testing and Materials (ASTM) memakai

Page 36: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

9

USCS sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah. Dalam

USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama,yaitu :

1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir

yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No.200.

Simbol untuk kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil dan S untuk

tanah berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol

W untuk tanah bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.

2. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari

50% berat contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol

kelompok ini adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau

organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan

kandungan organik tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk

plastisitas rendah dan H untuk plastisitas tinggi.

Menurut Bowles (1991), Kelompok-kelompok tanah utama sistem

klasifikasi USCS dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah USCS

Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks

Kerikil G Gradasi baik W

Gradasi buruk P

Pasir S Berlanau M

Berlempung C

Lanau M

Lempung C wL< 50 % L

Organik O wL> 50 % H

Gambut Pt

Sumber : Bowles (1991)

Page 37: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

10

Tabel 2.3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem USCS

Sumber :Hardiyatmo, 1999.

Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi

Tan

ah

berb

uti

r k

asa

r≥ 5

0%

bu

tira

n

tert

ah

an

sari

ng

an

No

. 2

00

Keri

kil

50

%≥

fra

ksi

kasa

r

tert

ah

an

sari

ng

an

No

. 4

Keri

kil

bers

ih

(han

ya k

eri

kil

)

GW

Kerikil bergradasi-baik dan

campuran kerikil-pasir, sedikit

atau sama sekali tidak

mengandung butiran halus

Kla

sifi

kasi

berd

asa

rkan

pro

sen

tase

bu

tira

n h

alu

s ;

Ku

ran

g d

ari

5%

lo

los

sari

ng

an

no

.20

0:

GM

,

GP

, S

W, S

P.

Leb

ih d

ari

12

% l

olo

s sa

rin

gan

no

.20

0 :

GM

, G

C, S

M,

SC

. 5

% -

12

% l

olo

s

sari

ng

an

No

.200

: B

ata

san

kla

sifi

kasi

yan

g m

em

pu

ny

ai

sim

bo

l d

ob

el

Cu = D60 > 4

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60

GP

Kerikil bergradasi-buruk dan

campuran kerikil-pasir, sedikit

atau sama sekali tidak

mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk

GW K

eri

kil

den

gan

Bu

tira

n h

alu

s

GM Kerikil berlanau, campuran

kerikil-pasir-lanau

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A

atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada

didaerah arsir

dari diagram

plastisitas, maka

dipakai dobel

simbol GC

Kerikil berlempung, campuran

kerikil-pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A

atau PI > 7

Pasi

r≥ 5

0%

fra

ksi

kasa

r

l

olo

s sa

rin

gan

No

. 4

Pasi

r b

ers

ih

(h

an

ya p

asi

r)

SW

Pasir bergradasi-baik , pasir

berkerikil, sedikit atau sama

sekali tidak mengandung butiran

halus

Cu = D60 > 6

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60

SP

Pasir bergradasi-buruk, pasir

berkerikil, sedikit atau sama

sekali tidak mengandung butiran

halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk

SW

Pasi

r

den

gan

bu

tira

n

halu

s

SM Pasir berlanau, campuran pasir-

lanau

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A

atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada

didaerah arsir

dari diagram

plastisitas, maka

dipakai dobel

simbol SC

Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A

atau PI > 7

Tan

ah

berb

uti

r h

alu

s

50

% a

tau

leb

ih l

olo

s ay

ak

an

No

. 2

00

Lan

au

dan

lem

pu

ng

bata

s cair

≤ 5

0%

ML

Lanau anorganik, pasir halus

sekali, serbuk batuan, pasir halus

berlanau atau berlempung

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang

terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.

Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang

di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan

dua simbol.

60

50 CH

40 CL

30 Garis A CL-ML

20

4 ML ML atau OH

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Garis A : PI = 0.73 (LL-20)

CL

Lempung anorganik dengan

plastisitas rendah sampai dengan

sedang lempung berkerikil,

lempung berpasir, lempung

berlanau, lempung “kurus” (lean

clays)

OL

Lanau-organik dan lempung

berlanau organik dengan

plastisitas rendah

Lan

au

dan

lem

pu

ng

bata

s cair

≥ 5

0%

MH

Lanau anorganik atau pasir halus

diatomae, atau lanau diatomae,

lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan

plastisitas tinggi, lempung

“gemuk” (fat clays)

OH

Lempung organik dengan

plastisitas sedang sampai dengan

tinggi

Tanah-tanah dengan

kandungan organik sangat

tinggi

PT

Peat (gambut), muck, dan tanah-

tanah lain dengan kandungan

organik tinggi

Manual untuk identifikasi secara visual dapat

dilihat di ASTM Designation D-2488

Bata

s P

last

is (

%)

Batas Cair (%)

Page 38: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

11

C. Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik

dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur

penyusun batuan dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai

luas. Dalam keadaan kering sangat keras dan tak mudah terkelupas hanya

dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi dan Peck,

1987).

Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan

sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun

batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis

pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket

(kohesif) dan sangat lunak (Das, 1995).

Tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi oleh

air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar

pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum dari pada yang

dipadatkan pada basah optimum. Lempung yang dipadatkan pada kering

optimum relatif kekurangan air oleh karena itu lempung ini mempunyai

kecenderungan yang lebih besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah

sifat mudah mengembang (Hardiyatmo, 2002).

1. Sifat–Sifat Tanah Lempung

Sifat yang khas dari tanah lempung adalah dalam keadaan kering, maka

tanah lempung akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak

plastis, dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga

Page 39: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

12

mempunyai perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena

pengaruh air.

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (clay) adalah sebagai berikut

(Hardiyatmo, 2002) :

a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm

b. Permeabilitas rendah

c. Kenaikan air kapiler tinggi

d. Bersifat sangat kohesif

e. Kadar kembang susut yang tinggi

f. Proses konsolidasi lambat

Tabel 2.4. Sifat Tanah Lempung

Tanah Sifat Uji Lapangan

Lempung

Sangat Lunak Meleleh diantara jari ketika diperas

Lunak Dapat diperas dengan mudah

Keras Dapat diperas dengan jari yang kuat

Kaku

Tidak dapat diremas dengan jari, tapi

dapat di gencet dengan ibu jari

Sangat Kaku Dapat digencet dengan kuku ibu jari

Sumber :Craig, (1991).

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa untuk menguji sifat dari tanah lempung

di lapangan, dapat dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu dengan

meremas sampel tanah lempung dengan tangan, apabila tanah tersebut

meleleh diantara jari ketika diperas maka tanah tersebut merupakan tanah

Page 40: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

13

lempung yang bersifat sangat lunak.Struktur tanah lempung dijelaskan

pada tabel 2.5.

Tabel 2.5. Struktur Tanah Lempung

Hal Keterangan

Struktur

terdispersi

Terbentuk oleh partikel–partikel lempung yang

mengendap secara individu. Orientasi butir-butirnya

hampir parallel.

Struktur

terflokulasi

Terbentuk oleh gumpalan–gumpalan butiran lempung

yang mengendap.

Domain Kelompok unit–unit submikrokopis dari partikel

lempung.

Claster Kelompok dari domain yang membentuk cluster.

Dapat dilihat dengan mikroskop biasa.

Ped Kelompok dari cluster yang membentuk ped. Dapat

dilihat tanpa mikroskop.

Sumber : M. Das (1995)

2. Jenis Mineral Lempung

a. Kaolinite

Kaolinite merupakan anggota kelompok kaolinite serpentin, yaitu

hidrus alumino silikat dengan rumus kimia Al2 Si2O5(OH)4.

Kekokohan sifat struktur dari partikel kaolinite menyebabkan sifat-

sifat plastisitas dan daya pengembangan atau menyusut kaolinite

menjadi rendah.

b. Illite

Illite adalah mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanha

dan merupakan mika yang berukuran lempung. Istilah illite dipakai

Page 41: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

14

untuk tanah berbutir halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut

mika hidrus.

c. Montmorillonite

Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau

menyusut yang tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan

keras pada keadaan kering.

3. Karakteristik Mineral Tanah Lempung

Menurut Bowles (1995), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya

memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Hidrasi

Partikel-partikel lempung dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air

yangdisebut sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini umumnya mempunyai

tebal dua molekul karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau

lapisan ganda.

2. Aktifitas

Tepi-tepi mineral lempung mempunyai muatan negatif netto. Ini

mengakibatkan terjadinya usaha untuk menyeimbangkan muatan ini

dengan tarikan kation. Tarikan ini akan sebanding dengan kekurangan

muatan nettodan dapat juga dihubungkan dengan aktifitas lempung

tersebut. Aktifitas ini didefinisikan sebagai :

Aktifitas = Indeks Plastisitas

Persentasi Lempung

Dimana persentase lempung diambil dari fraksi tanah yang < 2 µm.

Aktivitas juga berhubungan dengan kadar air potensial relatif. Nilai-

Page 42: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

15

nilai khas dari aktifitas dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini:

Tabel 2.6. Nilai-Nilai Khas Dari Aktifitas

Mineral Nilai Aktivitas

Kaolinite 0,4 – 0,5

Illite 0,5 – 1,0

Montmorillonite 1,0 – 7,0

Sumber : Bowles (1991)

3. Flokulasi dan dispersi

Flokulasi adalah peristiwa penggumpalan mineral lempung didalam

larutan air akibat mineral lempung umumnya mempunyai pH > 7 dan

bersifat alkali tertarik oleh ion-ion H+dari air, gaya Van Der Waal.

Untuk menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zat asam.

4. Pengaruh Air

Air pada mineral-mineral lempung mempengaruhi flokulasi dan

disperse yang terjadi pada partikel lempung. Untuk meninjau

karakteristik tanah lempung maka perlu diketahui sifat fisik atau Index

Properties dari tanah lempung tersebut, yaitu:

a. Batas-batas Atterberg (Atterberg Limits)

Atterberg telah meneliti sifat konsistensi mineral lempung

padakadar air, bervariasi yang dinyatakan dalam batas cair, plastis,

dan batas susut. Batas Atteberg dapat dilihat pada tabel 2.7.

Page 43: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

16

Sumber : Bowles (1991)

Tabel 2.7. Batas-Batas Atterberg Untuk Mineral Lempung

Mineral Batas Cair Batas Plastis Batas Susut

Montmorillonite 100 -900 50-100 8,5-15

Illite 60-120 35-60 15-17

Kaolinite 30-110 25-40 25-29

Sumber : Bowles (1991)

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat pada gambar 1, tanah

lempung dapat dikategorikan ke dalam kelompok MH atauOH.

Sumber : Hardiyatmo

b. Berat Jenis (Gs)

Nilaiberat jenis yang didasarkan pada tiap-tiap mineral pada tanah

lempung lunak dapat dilihat pada tabel 2.8 .

Tabel 2.8. Nilai Berat Jenis Untuk Tiap Mineral Tanah Lempung

Lunak

Mineral Lempung Lunak Berat Jenis ( Gs )

Kaolinite 2,6 – 2,63

Illite 2,8

Montmorillonite 2,4

Gambar 2.1. Grafik Plastisitas.

Page 44: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

17

Sumber : Bowles (1991)

c. Komposisi Tanah

Angka pori, kadar air, dan berat volum kering pada beberapa tipe

tanah lempung dapat dilihat pada tabel 2.9.

Tabel 2.9. Nilai Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering

pada Tanah Lempung

Tipe Tanah

Angka

pori

( e )

Kadar Air Dalam

Keadaan Jenuh

Berat Volume

Kering,

(kN/m3 )

Lempung kaku 0,6 21 17

Lempung lunak 0,9 – 1,4 30 – 50 11,5 – 14,5

Lempung organik

lembek 2,5 – 3,2 30 – 120 6–8

Kesimpulannya adalah tanah kohesif seperti lempung memiliki

perbedaan yang cukup mencolok terhadap tanah non kohesif

seperti pasir. Perbedaan tersebut adalah :

1. Tahanan friksi tanah kohesif < tanah nonkohesif

2. Kohesi lempung > tanah granular

3. Permeabilitas lempung < tanah berpasir

4. Pengaliran air pada lempung lebih lambat dibandingkan pada

tanah berpasir.

5. Perubahan volume pada lempung lebih lambat dibandingkan

pada tanah granular.

D. Tanah Lempung Lunak

Menurut Panduan Geoteknik 1, (2001) Tanah lempung lunak adalah tanah

yang mengandung mineral-mineral lempung dan memiliki kadar air yang

Page 45: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

18

tinggi, yang menyebabkan kuat geser yang rendah. Dalam rekayasa geoteknik

istilah 'lunak' dan 'sangat lunak' khusus didefinisikan untuk lempung dengan

kuat geser seperti ditunjukkan pada Tabel. 2.10 berikut :

Tabel 2.10. Definisi kuat geser lempung lunak

Konsistensi Kuat Geser (kN/m2)

Lunak 12.5 – 25

Sangat Lunak < 12.5

Sumber : Panduan Geoteknik 1, 2001.

Sebagai indikasi dari kekuatan lempung-lempung tersebut prosedur

identifikasi lapangan pada Tabel 2.11 memberikan beberapa petunjuk.

Tabel 2.11. Indikator kuat geser tak terdrainase tanah-tanah lempung lunak

Konsistensi Indikasi Lapangan

Lunak Bisa dibentuk dengan mudah

dengan jari tangan

Sangat

Lunak

Keluar di antara jari tangan jika

diremas dalam kepalan tangan

Sumber : Panduan Geoteknik 1, 2001.

Lempung lunak atau juga yang dikenal lempung expansive merupakan jenis

tanah lempung yang di klasifikasikan kedalam jenis tanah yang memiliki nilai

pengembangan dan nilai penyusutan yang besar, sehingga dapat

menimbulkan kerusakan pada struktur yang berada diatasnya. Hal tersebut

dikarenakan besarnya nilai aktivitas (A) tanah lempung, besar kecilnya nilai

aktivitas tanah lempung dipengaruhi oleh nilai indeks plastisitas (PI) tanah.

Page 46: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

19

Pada tabel 2.12 dapat diketahui potensi pengembangan suatu jenis tanah

berdasarkan nilai indeks plastisitasnya (PI).

Untuk lempung yang dapat dikategorikan kedalam tanah lempung yang

expansive yakni tanah yang memiliki potensi pengembangan yang sangat

tinggi batasan nilai indeks plastisitasnya atau PI > 35 %, selain itu nilai

aktivitas tanah lempung juga dapat dipengaruhi oleh jenis mineral yang

terkandung pada tanah tersebut semakin plastis mineral lempung semakin

potensial untuk menyusut dan mengembang.Tanah-tanah yang banyak

mengandung lempung mengalami perubahan volume atau mengalami

pengembangan atau penyusutan ketika kadar air berubah, maka dari itu air

berfungsi sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung.

Tabel 2.12. Potensi Pengembangan

Potensi

Pengembangan

Pengembangan Persen Indek Batas Batas

(akibat tekanan Koloid Plastisitas Susut Cair

6,9 KPa) (<0,001mm) PI SL LL

(%) (%) (%) (%) (%)

Sangat tinggi >30 >28 >35 >11 >65

Tinggi 20-30 20-31 25-41 7-12 50-63

Sedang 10-20 13-23 15-28 10-16 39-50

Rendah <10 <15 <18 <15 39

Sumber : Usman, Taufik. 2008.

Tanah lempung lunak merupakan tanah kohesif yang terdiri dari tanah yang

sebagian terbesar terdiri dari butir-butir yang sangat kecil seperti lempung

atau lanau. Sifat lapisan tanah lempung lunak adalah gaya gesernya yang

Page 47: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

20

kecil, kemampatan yang besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan

mempunyai daya dukung rendah dibandingkan tanah lempung lainnya.

Tanah-tanah lempung lunak secara umum mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut:

1. Kuat geser rendah

2. Berkurang kuat gesernya bila kadar air bertambah

3. Berkurang kuat gesernya bila struktur tanahnya terganggu

4. Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat

5. Menyusut bila kering dan mengembang bila basah

6. Kompresibilitasnya besar (Tabel 2.13)

Tabel 2.13. Klasifikasi Kompresibilitas Tanah

Compresibilty, C Classification

0 – 0,05 Very slightly compressible

0,05 – 0,1 Slightly compressible

0,1 – 0,2 Moderately compressible

0,2 – 0,35 Highly compressible

> 0,35 Very highly compressible

Sumber : Coduto, 1994

7. Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak pada

beban yang konstan

8. Merupakan material kedap air Menurut Terzaghi (1967) tanah lempung

kohesif diklasifikasikan sebagai tanah lempung lunak apabila

mempunyai daya dukung ultimit lebih kecil dari 0,5 kg/cm2 dan nilai

Page 48: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

21

standar penetrasi tes lebih kecil dari 4 (N-value < 4). Berdasarkan uji

lapangan, lempung lunak secara fisik dapat diremas dengan mudah oleh

jari-jari tangan. Toha (1989) menguraikan sifat umum lempung lunak

seperti dalam Tabel 2.14.

Tabel 2.14. Sifat-Sifat Umum Lempung Lunak

Parameter Nilai

Kadar air 80 – 100%

Batas Cair 80 – 110%

Batas plastis 30 – 45%

Lolos saringan no.200 > 80 %

Kuat geser 20 – 40 kN/m2

Sumber : Toha, 1989

E. Tanah Lempung Organik

Tanah lempung organik adalah tanah butiran halus yang memiliki ukuran

lebih kecil dari 0,074 mm (No. 200) dan mengandung kadar organik.Nilai

angka pori, kadar air, dan berat volume kering pada tanah lempung organik

(Mitchell, 1976)

Tabel 2.15. Angka Pori, Kadar Air dan Berat Volume Lempung Organik

Angka Pori (e) 2,5 - 3,2

Kadar air dalam keadaan jenuh 30 – 120

Berat volume kering (kN/m3) 6 – 8

Sumber : Mitchell ( 1976 )

Page 49: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

22

F. Matras Beton Bambu

Matras beton bambu adalah blok beton pracetak dengan menggunakan

anyaman kulit bambu sebagai tulangan agar bersifat fleksibel dan ekonomis.

Digunakannya Precast Concrete Mattress (PCM) pada konstruksi jalan :

Sebagai lapis dibawah lapis rigid pavement, selain karena keunggulan

atas fungsinya tersebut, sekaligus juga berperan mempertipis lapisan

Subgrade, dan dapat mempertipis tebal beton sendiri.

Sebagai lapis pondasi jalan dibawah lapis permukaan hotmix, selain

untuk mengganti Rigid Pavement dengan Flexible Pavement Unggulan

dimana tanpa adanya lapis subbase dan menipisnya lapis basecoarse,

sekaligus juga mampu mempersingkat waktu pelaksanaan.

Ada beberapa keuntungan penggunaan matras beton bagi konstruksi teknik

sipil antara lain sebagai berikut:

a) Lebih kuat terhadap cuaca dan sesuai dengan keperluan

b) Dapat dibuat dalam bentuk kaku atau lentur

c) Instalasi di bawah air juga dimungkinkan

d) Tidak diperlukan predraining

e) Penyederhanaan prosedur pelaksanaan karena hanya menggunakan

satu proses dan satu bahan (buatan) saja

f) Berbagai tipe matras dapat dikombinasikan sesuai dengan keperluan

G. Penurunan Tanah (Settlement)

Jika lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami penurunan

(settlement). Penurunan yang terjadi dalam tanah disebabkan oleh berubahnya

Page 50: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

23

susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga pori / air di dalam tanah

tersebut. Jumlah dari penurunan sepanjang kedalaman lapisan merupakan

penurunan total tanah. Penurunan akibat beban adalah jumlah total dari

penurunan segera dan penurunan konsolidasi.

Pada tanah berpasir yang sangat tembus air (permeable), air dapat mengalir

dengan cepat sehingga pengaliran ar pori keluar sebagai akibat dari kenaikan

tekanan air pori dapat selesai dengan cepat.

Keluarnya air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume

tanah, berkurangnya volume tanah tersebut dapat menyebabkan penurunan

lapis tanah itu karena air pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir keluar

dengan cepat, maka penurunan segera dan penurunan konsolidasi terjadi

secara bersamaan (Das, 1995).

H. Landasan Teori

1. Pengujian Konsolidasi

Pengujian konsolidasi satu dimensi (one-dimensional consolidation)

biasanya dilakukan di laboratorium dengan alat oedometer atau

konsolidometer. Gambar skematik alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Contoh tanah yang mewakili elemen tanah yang mudah mampat pada

lapisan tanah yang diselediki, dimasukan secara hati-hati ke dalam cincin

besi. Bagian atas dan bawah dari benda uji dibatasi oleh batu tembus air

(porous stone).

Page 51: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

24

Gambar 2.2. Gambar skema alat pengujian konsolidasi

Beban P diterapkan pada benda uji tersebut, dan penururnan diukur dengan

arloji pembacaan (dial gauge). Beban diterpkan dalam periode 24 jam,

dengan benda uji tetap terendam dalam air. Penambahan beban secara

periodik diterapkan pada contoh tanahnya. Penelitian oleh Leonard (1962)

menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh jika penambahan beban adalah

dua kali beban sebelumnya, dengan urutan besar beban 0,25; 0,50; 1; 2; 4;

8; 16 kg/cm2. Untuk tiap penambahan beban, deformasi dan waktunya

dicatat, kemudian diplot pada grafik semi logaritmis, Gambar 2.3

memperlihatkan sifat khusus dari grafik hubungan antara penurunan ∆H dan

logaritma waktu (log t). Kurva bagian atas (kedudukan 1). Merupakan

bagian dari kompresi awal disebabkan oleh pembebanan awal dari benda

uji. Bagian garis lurus (kedudukan 2), menunjukkan proses konsolidasi

primer. Bagian garis lurus terendah (kedudukan 3), menunjukkan proses

konsolidasi sekunder.

Page 52: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

25

Gambar 2.3. Sifat khusus grafik hubungan ∆H terhadap log t

Untuk tiap penambahan beban selama pengujiannya, tegangan yang terjadi

adalah tegangan efektif. Bila berat jenis tanah (specific gravity), dimensi

awal dan penurunan pada tiap pembebanan dicatat, maka nilai angka pori e

dapat diperoleh. Selanjutnya hubungan tegangan efektif dan angka pori (e)

diplot pada grafik semi logaritmis (Gambar 2.4).

Gambar 2.4. Sifat khusus grafik hubungan e-log p’

Page 53: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

26

2. Interpretasi Hasil Pengujian Konsolidasi

Pada konsoliodasi satu dimensi, perubahan tinggi (∆H) persatuan dari awal

(H) adalah sama dengan perubahan volume (∆V) per satuan volume awal,

atau V

V

H

H

(1)

Gambar 2.5. Fase Konsolidasi

(a) Sebelum konsolidasi

(b) Sesudah konsolidasi

Bila volume padat Va = 1 dan volume pori awal adalah eo, maka kedudukan

akhir dari proses konsolidasi dapat dilihat dalam Gambar 2.5. volume pdat

besarnya tetap, angka pori berkurang karena adanya ∆e. Dari Gambar 2.5.

dapat diperoleh persamaan.

oe

eHH

1 (2)

Page 54: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

27

3. Koefisien Pemampatan (Coeficient of Compression) (av) dan keofisien

perubahan Volume (mv) (Coeficient of Volume Change)

Koefisine pemampatan (av) adalah koefisien yang menyatakan kemiringan

kurva e--p. Jika tanah dengan volume V1 mamapat sehingga volumenya

menjdai V2, dan mampatnya tanah dianggap hanya sebagai akibat

pengurangan rongga pori, maka perubahan volume hanya dalam arah

vertikal dapat dinyatakan oleh :

1

21

1

22

1

21

11

)1()1(

e

ee

e

ee

V

VV

Dengan :

e1 = angka pori pada tegangan P1’

e2 = angka pori pada tegangan P2’

V1 = Volume pada tegangan P1’

V2 = Volume pada tegangan P2’

Kemiringan kurva e – p’ (av) didifinisikan sebagai :

p

eav

(3)

= '

1

'

2

21

pp

ee

Dimana kurva e – p’ (av) berturut – turut adalah angka pori pada tegangan

P1’ dan P2

’.

Page 55: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

28

Gambar 2.6. Hasil pengujian konsolidasi

(a) Plot Angka pori vs. Tegangan efektif e – p’

(b) Plot regangan vs tegangan efektif ∆H/H – P’

Keofisien perubahan volume (Mv) didifenisikan sebagai perubahan volume

persatuan penambahan tegangan efektif. Satuan dari mV adalah kebalikan

dari tegangan (cm2/kg) . perubahan volume dapat dinyatakan dengan

perubahan ketebalan ataupun angka pori. Jika terjadi penambahan

tegangan efektif p’ ke p’, maka angka pori akan berkurang dari e1 ke e2

(Gambar 2.6.b) dengan perubahan ∆H.

Perubahan volume = 1

21

1

21

H

HH

V

VV

(karena area contoh tetap)

= 1

21

1 e

ee

(4a)

Substitusi Persamaan (4a) ke Persaamaan (3) diperoleh

Perubahan volume = 11 e

a pv

Page 56: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

29

Karena mv adalah perubahan volume/satuan penambahan tegangan, maka

MV = P

pv

e

a

1

1 1

= 11 e

a pv

(4b)

Nilai mv untuk tanah tertentu tidak konstan, tetapi tergantung dari besarnya

tegangan yang ditinjau.

4. Indeks Pemampatan (Cc) (Compressioon Index)

Indeks pemampatan, Cc adalah kemiringan dari bagian garis lurus grafik e-

log p’. Untuk dua titik yang terletak pada bagian lurus dari grafik dalam

Gambar 2.7. Cc dapat dinyatakan dalam persamaan :

Cc = '/'log'log'log 1212

21

pp

e

pp

ee

(5)

Untuk tanah noremally consolidated, Terzaghi dan Peck (1967) memberikan

hubungan angka kompresi Cc sebagaib berikut:

Cc = 0,009 (LL -10) (6)

Dengan LL adalah batas cair (liquid limit). Persamaan ini dapat

dipergunakan untuk tanah lempung tak organik yang mempunyai

Page 57: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

30

sensitivitas rendah sampai sedang dengan kesalahan 30% (rumus ini

seharusnya tak diggunakan untuk sensitivitas lebih besar dari 4).

Terzaghi dan Peck juga memberikan hubungan yang sama untuk tanah

lempung,

Cc = 0,009 (LL -10) (7)

Gambar 2.7. Indeks pamampatan Cc

Beberapa niulai Cc, yang didasarkan pada sifat-sifat tanah pada tempat-

tempat tertentu yang diberikan oleh azzouz dkk, (1976) sebagai berikut :

Cc = 0,01 WN (untuk lempung Chicago) (8)

Cc = 0,0046 (LL – 9) (untuk lempung Brasilia) (9)

Cc = 0,208 eo + 0,0083 (untuk lempung Chicago) (10)

Page 58: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

31

Cc = 0,0115 WN (untuk tanah organik, gambut) (11)

Dengan WN adalah kadar air asli (%) dan eo adalah angka pori.

5. Koefisien Konsolidasi (Cv) (Coefficient of Consolidation)

Kecepatan penurunan dapat dihitung dengan menggunakan koefisien

konsolidasi Cv. Kecepatan penurunan perlu diperhitungkan bila penurunan

konsolidasi yang terjadi pada suatu struktur diperkirakan sangat besar. Bila

penurunan sangat kecil, kecepatan penurunan tidak begitu penting

diperhatikan, karena penurunan yang terjadi sejalan dengan waktunya akan

tidak menghasilkan perbedaan yang begitu besar.

Derajat konsolidasi pada sembarang waktunya, dapat ditentukan dengan

menggambarkan grafik penurunan vs. waktu untuk satu beban tertentu yang

diterapkan pada alat konsolidometer. Caranya dengan mengukur penurunan

total pada akhir fase konsolidasi. Kemudian dari data penurunan dan

waktunya, sembarang waktu yang dihubungkan dengan derajat konsolidasi

rata-rata tertentu (misalnya U = 50%) ditentukan. Hanya sayangnya,

walaupun fase konsolidasi telah berakhir, yaitu ketika tekanan air pori telah

nol, benda uji dalam konsolidometer masih terus mengalami penurunan

akibat konsolidasi sekunder. Karena itu, tekanan air pori mungkin perlu

diukur selama proses pembebanannya atau suatu interpretasi data penurunan

dan waktu harus dibuat untuk menentukan kapan konsolidasi telah selesai.

Jika sejumlah kecil udara terhisap masuk dalam air pori akibat penurunan

tekanan pori dari lokasi aslinya di lapangan, kemungkinan terdapat juga

Page 59: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

32

penurunan yang berlangsung dengan cepat, yang bukan bagian dari proses

konsolidasi. Karena itu, tinggi awal atau kondisi sebelum adanya penurunan

saat permulaan proses konsolidasi juga harus diinterpretasikan.

6. Metode Kecocokan Log = Waktu (Log-Time Fitting method)

Prosedur untuk menentukan nilai koefisien konsolidasi Cv diberikan oleh

Casagrande dan Fadum (1940). Cara ini sering disebut metode kecocokan

log-waktu Casagrande (Casagrande log-time fitting method). Adapun

prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Gambarkan grafik penurunan terhadap log waktu, seperti yang

ditunjukkan dalam Gambar 2.8 untuk satu beban yang diterapkan.

2. Kedudukan titik awal kurva ditentukan dengan pengertian bahwa kurva

awal mendekati parabol. Tentukan dua titik yaitu pada saat t1 (titik P) dan

saat 4t1 (titik Q). Selisih ordinat (jarak vertical) keduanya diukur,

misalnya x. Kedudukan R = Ro digambar dengan mengukur jarak x kea

rah vertical di atas titik P. Untuk pengontrolan, ulangi dengan pasangan

titik yang lain.

3. Titik U = 100%, atau titik R100, diperoleh dari titik potong dua bagian

linier kurvanya, yaitu titik potong bagian garis lurus kurva konsolidasi

primer dan sekunder.

4. Titik U = 50%, ditentukan dengan

R50 = (R0 + R100)/2

Dari sini diperoleh waktu t50. Nilai Tv sehubungan dengan U = 50% adalah

0,197. Selanjutnya koefisien konsolidasi Cv, diberikan oleh persamaan:

Page 60: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

33

50

2197,0

t

HC t

v (11)

Pada pengujian konsolidasi dengan drainasi atas dan bawah, nilai Ht diambil

setengah dari tebal rata-rata benda uji pada beban tertentu. Jika temperature

rata-rata dari tanah asli di lapangan diketahui, dan ternyata terdapat

perbedaan dengan temperature rata-rata pada waktu pengujian, koreksi nilai

Cv harus diberikan.

Terdapat beberapa hal di mana cara log-waktu Casagrande tidak dapat

diterapkan. Jika konsolidasi sekunder begitu besar pada waktu fase

konsolidasi primer selesai, mungkin tidak dapat terlihat dengan jelas dari

patahnya grafik log waktu. Tipe kurvanya akan sangat tergantung pada nilai

banding penambahan tekanan LIR (Leonard dan Altschaeffl, 1964). Jika

R100 tidak dapat diidentifikasikan dari grafik waktu vs. penurunan, salah satu

pengukuran tekanan air pori atau cara lain untuk menginterpretasikan Cv,

harus diadakan.

Gambar 2.8. Metode kecocokan log-waktu (Casagrande, 1940)

Page 61: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

34

7. Metode Akar Waktu (Square Root of Time Method) (Taylor, 1948)

Penggunaan dari cara ini adalah dengan menggambarkan hasil pengujian

konsolidasi pada grafik hubungan akar dari waktu vs. penurunannya

(Gambar 2.8). Kurva teoritis yang terbentuk, biasanya linier sampai dengan

kira-ira 60% konsolidasi. Karakteristik cara akar waktu ini, yaitu dengan

menentukan U = 90% konsolidasi, di mana U = 90%, absis OR akan sama

dengan 1,15 k ali absis OQ. Prosedur untuk memperoleh derajat konsolidasi

U = 90%, adalah sebagai berikut :

Gambar 2.9. Metode Akar Waktu (Taylor, 1948)

a. Gambarkan grafik hubungan penurunan vs. akar waktu dari data hasil

pengujian konsolidasi pada beban tertentu yang diterapkan.

Page 62: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

35

b. Titik U = Q diperoleh dengan memperpanjang garis dari bagian awal

kurva yang lurus sehingga memotong ordinatnya di titik P dan memotong

absis di titik Q. Anggapan kurva awal berupa garis lurus adalah konsisten

dengan anggapan bahwa kurva awal berbentuk parabol.

c. garis lurus PR digambar dengan absis OR sma dengan 1,15 kali absis OQ.

Perpotongan dari PR dan kurvanya ditentukan titik R90 pada absis.

d. Tv untuk U = 90% adalah 0,848. Pada keadaan ini, koefisien konsolidasi

Cv diberikan menurut persamaan :

90

2848,0

t

HC t

v

Jika akan menghitung batas konsolidasi primer U = 100%, titik R100 pada

kurva dapat diperoleh dengan mempertimbangkan menurut perbandingan

kedudukannya. Seperti dalam penggambaran kurva log-waktu, gambar

kurva akar waktu yang terjadi memanjang melampaui titik 100% ke dalam

daerah konsolidasi sekunder. Metode akar waktu membutuhkan

pembacaan penurunan (kompresi) dalam periode waktu yang lebih pendek

dibandingan dengan metode log-waktu. Tetapi kedudukan garis lurus

tidak selalu diperoleh dari penggambaran metode akar waktu. Dalam hal

menemui kasus demikian, metode log-waktu seharusnya digunakan.

8. Konsolidasi Sekunder

Konsolidasi sekunder terjadi setelah konsolidasi prmer berhenti. Lintasan

kurva konsolidasi sekunder didefinisikan sebagai kemiringan kurva (C)

pada bagian akhir dari kurva H-log t atau dari kurva e-log t. untuk

Page 63: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

36

memperoleh kemiringan kurva konsolidasi sekunder yang baik, diperlukan

memperanjang proses pengamatan pengujian di laboratorium. Dengan

cara ini akan mempermudah hitungan kemiringan kurva kompresi

sekunder C. Dengan melihat gambar 2.3, persamaan untuk memperoleh

C diperoleh dengan :

12 /log tt

eC

Penurunan akibat konsolidasi sekunder, dihitung dengan persamaan

1

2log1 t

t

e

CHS

p

s

dimana

ep = angka pori saat konsolidasi primer selesai

H = tebal benda uji awal atau tebal lapisan tanah yang ditinjau

H = perubahan tebal benda uji di laboratorium dari t1 ke t2

t2 = t1 + t

t1 = saat waktu setelah konsolidasi primer selesai.

Dalam tanah organik tinggi dan beberapa jenis lempung lunak, jumlah

konsolidasi sekunder mungkin akan sebanding dengan konsolidasi

primernya. Akan tetapi, kebanyakan jenis tanah, pengaruh konsolidasi

sekunder biasanya sangat kecil sehingga sering diabaikan. Penurunan

akibat konsolidasi harus dihitung secara terpisah. Nilai yang diperoleh

ditambahkan dengan nilai penurunan konsolidasi primer dan penurunan

segeranya.

Page 64: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

37

I. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Setyanto, Lusmeilia 2010, dari hasil pengujian permeabilitas lapangan

diperoleh nilai k lapangan sebesar 9.10-6 cm/dt – 1,3.10-4 cm/dt dan k rata-

rata sebesar 3,4.10-5 cm/dt sedangkan dari pengujian di laboratorium

diperoleh nilai k laboratorium sebesar 3.10-6 cm/dt – 3,3.10-5 cm/dt dan k

rata-rata sebesar 1,1.10-5 cm/dt, dan masih berada pada batasan yang telah

ditetapkan untuk tanah lanau yaitu 10-3 cm/dt – 10-5 cm/dt dan untuk tanah

timbunan tubuh embung yaitu < 4.5 x 10-5 cm/dt.

Studi terdahulu menerangkan bahwa tanah yang berbutiran halus sangat

mempengaruhi kekuatan geser tanah, hal ini karena faktor air yang cukup

besar. Setyanto, 1993 mendapatkan hasil bahwa tanah gambut mendapatkan

harga sudut geser dalam, ϕ mencapai 9,6° sampai 22,6°, harga kohesi, c yang

didapat mempunyai range antara 5,88 – 9,8 kN/m2. Data tersebut didapat

dengan menggunakan percobaan triaksial. Sedangkan data hasil percobaan

menggunakan sample tanah yang tidak terlalu banyak mengandung air, tanah

berdiameter <5 mm mendapatkan hasil, harga sudut geser dalam, ϕ mencapai

43,5°, harga kohesi adalah 33,5 MPa, Afriani (2007).

Studi dan eksperimentasi tentang penurunan tanah sangat diperlukan sekali

didalam pekerjaan teknik sipil. Pengamatan penurunan tanah tidak saja model

skala kecil di laboratorium, tetapi dengan pengamatan dan eksperimen di

lapangan. Studi literatur yang didapat yaitu analisa penurunan tanah di daerah

rencana Ruas Tol Waru-Juanda yang tanah dasarnya merupakan tanah lunak.

Hal ini menyebabkan terjadinya pemampatan konsolidasi yang besar karena

Page 65: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

38

kemampumampatannya yang tinggi, sehingga perlu dilakukan penyelidikan

penurunan tanahnya. Dari hasil penurunan tanah maka dapatdianalisa dengan

sistem perbaikan tanah dasar yang salah satunya menggunakan pondasi

cerucuk bambu dan matras bambu. menurut analisa perhitungan didapat

penurunan preloading sebesar 70,64 cm dari tinggi 2,5 m, Arifin, (2003).

Adha, I (2008), melakukan penelitian tentang penurunan Tanah Lempung

dengan Metode Vertikal Drain dan Sand Drain, dimana Preloading dan

vertikal drain dapat meningkatkan kekuatan geser pada tanah, mengurangi

kompresibilitas/ kemampumampatan tanah, dan mencegah penurunan

(settlement) yang besar serta kemungkinan kerusakan pada struktur

bangunan.Preloading dan vertikal drain umumnya digunakan pada tanah

dengan daya dukung yang rendah seperti pada tanah lempung lembek dan

tanah organik. Teknik preloading menggunakan vertikal drain merupakan

metode perkuatan tanah dengan cara mengurangi kadar air dalam tanah

(dewatering) hasil yang didapat, bahwa penurunan tanah dapat dideteksi

dengan sistem tersebut..

Sumber Penelitian lain menyatakan bahwa kuat dan masifnya lapisan tanah

dasar dari suatu konstruksi tergantung dari lapisan struktur terbentuknya, jika

lapisan dari rangkaian blok-blok beton pracetak oleh kawat perangkai, dengan

karakteristik blok beton adalah mutu K-350 yang berceruk-bergeligi,

berukuran 50 cm x 50 cm x 9 cm (atau ukuran lainnya) dan setiap sisi blok

terdapat lubang-lubang laluan untuk masuknya kawat perangkai dan kabel

tarik prestress, sedang solidnya struktur lapisan dibentuk oleh kabel-kabel

baja prestress kuat tarik izin sebesar 150 kN/m2/lapisan.

Page 66: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

III. METODE PENELITIAN

A. Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, sampel tanah yang diambil berasal dari desa Belimbing

Sari dan desa Beteng Sari, kabupaten Lampung Timur, provinsi Lampung,

dengan titik koordinat lintang (-5° 71’ 84,26”) dan bujur (105° 39’10,73”).

Lokasi pengambilan sampel dipilih pada daerah sekitar persawahan yang jauh

dari pemukiman penduduk. Tanah yang akan diuji berupa tanah lempung

lunak dan lempung organik.

Gambar 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi Pengambilan

sampel tanah

Page 67: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

40

Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil)

yaitu tanah yang belum terjamah atau masih alami yang tidak terganggu oleh

lingkungan luar dan tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah

terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh lingkungan

luar. Pada pengambilan sampel tanah undistrub soil dilakukan dengan cara

membersihkan dan mengupas permukaan tanah sedalam 30 cm, hal ini

dilakukan agar membuang tanah-tanah yang mengandung humus dan akar-

akar tanaman, setelah itu diletakkan tabung besi dengan diameter 4 inchi dan

tinggi 50 cm, lalu ditekan perlahan lahan sampai seluruh tabung terisi dengan

tanah, setelah itu tabung diangkat ke permukaan tanah dan dibagian ujung –

ujungnya yang terbuka dilapisi dengan lilin lalu ditutupi dengan plastik, hal

ini bertujuan untuk menjaga kadar air aslinya. Sampel ini akan digunakan

untuk melakukan uji fisik tanah pada laboratorium.

Gambar 3.2. Pengambilan contoh tanah undistrub

Selanjutnya untuk pengambilan sampel tanah disturb soil dilakukan dengan

cara penggalian menggunakan cangkul dan memasukannya kedalam karung,

sampel ini akan digunakan sebagai bahan percobaan penurunan tanah pada

pemodelan kotak uji.

Page 68: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

41

Gambar 3.3. Pengambilan contoh tanah disturb

B. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian yang dilakukan yaitu pengujian sifat fisik dan

pengujian penurunan tanah lempung lunak dari desa Belimbing Sari dan

tanah lempung organik desa Beteng Sari. Tahapan pengujian tersebut

dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah

Pengujian-pengujian yang dilakukan antara lain :

Uji Kadar Air

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah

yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering,

pengujian ini menggunakan standar ASTM D-2216.

Page 69: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

42

Uji Analisa Saringan

Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah

melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin

kecil secara berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk

mengetahui presentase ukuran butir sampel tanah yang dipakai.

Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88

(Bowles, 1991).

Uji batas Atterberg

a. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis

tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian

ini menggunakan standar ASTM D-4318.

b. Batas Plastis (Plastic limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada

keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai

batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian

ini menggunakan standar ASTM D-4318.

Berat Volume (Unit Weight)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume tanah basah

dalam keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbadingan antara

Page 70: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

43

berat tanah dengan volume tanah. Pengujian berdasarkan ASTM D

2167.

Uji Berat Jenis

Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah

dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos

saringan No. 40. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam

perhitungan untuk uji hydrometer, maka tanah harus lolos saringan

No.200 (diameter = 0.074 mm). Uji berat jenis ini menggunakan standar

ASTM D-854.

Pengujian Hidrometri

Tujuan pengujian analisis hidrometer adalah untuk mengetahui persentasi

butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah

yang lolos saringan No. 200 (Ø 0,075 mm).

Uji Geser Langsung

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan sudut geser dalam (Ø)

dan nilai kohesi (c) suatu jenis tanah.

Pengujian Konsolidasi Laboratorium dengan alat Consolidometer

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat pemampatan

(perubahan volume) suatu jenis tanah pada saat menerima beban tertentu.

Pengujian berdasarkan ASTM D 2435-96.

Page 71: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

44

C. Prosedur Pengujian Konsolidasi Menggunakan Pemodelan Matras

Beton Bambu

1. Pembuatan Kotak Uji Penurunan Tanah

Keutamaan pada penelitian tentang penurunan tanah ini adalah pada

pembuatan alat uji di laboratorium yaitu alat uji penurunan tanah berupa :

Kotak Baja yang dilengkapi Kaca, kotak ini dibuat berbentuk persegi

empat dengan ukuran 80cm x 90cmx 100cm bahan yang diperlukan pada

pembuatan alat ini adalah:

Kaca setebal 12 mm

Plat baja setebal 5 mm dan 1 mm

Besi hollow tebal dengan dimensi penampang 40 x 20 mm

Baja U dengan tebal 5 mm

Tahapan pembuatan alat pengukuran penurunan tanah adalah:

1. Penggambaran alat pengukuran penurunan tanah dengan autocad.

2. Pembuatan alat tersebut sesuai gambar,

Gambar 3.4 Bentuk pemodelan alat

Page 72: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

45

Berikut adalah rencana penempatan beban terpusat vertikal dan alat untuk

mengukur penurunan secara vertikal (displasement vertical) yang sudah

direncanakan dan design.

Gambar 3.5. Posisi alat ukur

Gambar 3.6. Penetapan letak straingage

Matras Beton

Bambu

80 cm

90 cm

Beban

1 . lempung

lunak

2. lempung

organik

10 cm

10 cm

Page 73: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

46

2. Membuat Pemodelan Matras Beton Bambu

Matras beton yang digunakan pada penelitian ini memiliki ketebalan

berkisar 8 cm, mutu beton yang dipakai adalah K-225 kg/cm2 , sedangkan

tulangan yang akan digunakan adalah anyaman kulit bambu dengan

ketebalan berkisar 0,5 cm.

Pada pembuatan matras beton pertama dibuat bekisting cetakan untuk

matras beton dengan ukuran ± 80 cm x 90 cm x 8 cm, lalu membuat

campuran agregat sesuai dengan mutu yang telah di tentukan dan dilakukan

uji slump test di laboratorium struktur agar tercapai beton dengan mutu K-

225. Setelah itu menuangkan agregat kedalam cetakan matras beton sampai

tinggi 3 cm.

Gambar 3.7. Memasukan agregat pada bekisting matras beton

Setelah itu memasang tulangan anyaman bambu diatasnya, setelah anyaman

bambu dipasang di tuangkan lagi agregat kedalam cetakan sampai tinggi 5

cm. Kemudian dipasang kembali tulangan bamboo yang kedua diatasnya,

jadi dalam penelitian ini tulangan bambu yang digunakan pada matras

berjumlah 2 lapis.

Page 74: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

47

Gambar 3.8. Pemasangan tulangan bambu pada ketebalan 3 cm dan 5 cm

lalu setelah itu di tuangkan lagi agregat sampai tinggi 8 cm sesuai dengan

tinggi matras beton rencana. Dan beton dibiarkan dulu sampai 21 hari agar

tercapai kuat optimal matras beton.

Gambar 3.9. Matras beton bambu setelah dilakukan pengecoran

3. Menguji Matras Beton Bambu Pada Tanah Lempung Lunak dan

Lempung Organik

Penelitian ini dilakukan dengan menguji penurunan tanah pada tanah

lempung lunak dan lempung organik dari desa Belimbing Sari dan desa

Page 75: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

48

Beteng Sari dengan menggunakan matras beton bambu. Urutan

pengerjaannya sebagai berikut :

1. Tanah di masukkan ke dalam Kotak Pengujian dan dilakukan

penjenuhan.

Gambar 3.10. Penjenuhan tanah lempung

2. Pemasangan matras beton bambu dengan ukuran 90 x 80 cm dengan

desain seperti gambar

Gambar 3.11. Pemasangan matras beton bambu pada kotak uji desain autocad

Page 76: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

49

3. Pemasangan Matras beton bambu yang sudah dicor kedalam pemodelan

kotak uji.

Gambar 3.12. Pemasangan matras beton pada kotak uji

4. Melakukan Pembebanan yang dilakukan dengan beban bertahap yaitu :

0,2 kg/cm2; 0,3 kg/cm

2 ; 0,4 kg/cm

2 ; 0,5 kg/cm

2. Penambahan beban

dan waktu pembebanan sama dengan prosedur uji konsolidasi

laboratorium namun alat penurunannya menggunakan strain gage.

Gambar 3.13. Melakukan Pembebanan

5. Mencatat hasil penurunan lalu melakukan prosedur yang sama untuk

menguji tanah lempung organik. Hasil uji tersebut dibandingkan dan

disimpulkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 77: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

50

Gambar 3.14. Pembacaan Dial Penurunan

D. Analisis Hasil Penelitian

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium dianalisa

dengan menggunakan persamaan-persamaan dan rumus-rumus yang

berlaku. Hasil analisa diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 78: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

51

Gambar 3.15. Diagram Alir Penelitian.

Pengujian Awal (Tanah

Asli)

Pembuatan alat uji penurunan tanah

Pengujian Konsolidasi Menggunakan

Pemodelan Matras Beton Bambu

MembandingkanAnalisa Laboratorium

dengan Analisa Pengujian Mengguanakan

Pemodelan Matras Beton

Kadar Air

Berat Jenis

Berat Volume

Analisis Saringan

Hidrometer

Batas Atterberg

Pemadatan Tanah

Konsolidasi Laboratorium

Pengambilan Sampel Tanah Asli

Pembuatan Matras Beton

Bambu

Pembuatan Kotak Uji

Kesimpulan

Selesai

Mulai

Analisa Hasil Pengujian

Page 79: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Studi Analisis Penurunan Tanah

Lempung Lunak dan Tanah Lempung Organik Menggunakan Pemodelan

Matras Beton Bambu” dapat disimpulkan dengan hasil sebagai berikut :

1. Pada pengujian sifat fisik yang telah dilakukkan di laboratorium

Mekanika Tanah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lampung bahwa tanah yang berada di desa Benteng Sari tanah tersebut

adalah tanah lempung organik dan di desa Belimbing Sari tanah

tersebut adalah tanah lempung lunak yang berdasarkan pengujian dari

kadar air, berat jenis, berat volume, analisa saringan, hidrometri dan

batas atterberg.

2. Matras beton dengan tulangan anyaman kulit bambu sesuai desain

dengan ukuran 90 x 80 x 8 cm digunakan menahan tekanan secara

berkala sebesar 0,2 kg/cm2;

0,3 kg/cm2; 0,4 kg/cm

2 dan 0,5 kg/cm

2

diatas sampel tanah yang diuji.

3. Berdasarkan pada hasil pengujian Cc konsolidasi laboratorium dengan

kosolidasi kotak uji bahwa pengujian laboratorium lebih kecil

penurunannya dari pengujian kotak uji karena pengujian kotak uji

mempunyai matras beton bambu sendangkan di laboratorium tidak ada

Page 80: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

122

dan juga pada penjenuhan tanah pada laboratorium lebih dari 4 hari

penjenuhan sedangkan pada kotak uji hanya 1 hari, jadi perbandingan

antara laboratorium dan kotak uji ternyata lebih besar penurunan pada

pengujian laboratorium dan pengujian kotak uji lebih kecil

penurunannya.

4. Hasil pengujian penurunan tanah, sampel terbaik adalah sampel dengan

kecepatan proses penurunan tercepat (Cv) dan besaran penurunan

terkecil (Cc) terdapat pada sampel tanah lempung lunak. Proses

penurunan yang cepat dikatakan baik karena tanah lebih cepat mencapai

lapisan tanah yang stabil, besaran penurunan terkecil dikatakan baik

karena terjadinya proses pemampatan suatu jenis tanah lebih kecil,

sehingga meminimalisir resiko kerusakan pada konstruksi di atasnya.

5. Berdasarkan hasil perhitungan penurunan total (St) diperoleh penurunan

total tanah lempung lunak selama 20 tahun sebesar 3,08 cm lebih kecil

dibandingkan dengan tanah lempung organik sebesar 5,21 cm. Namun

waktu akhir konsolidasi primer tanah lempung lunak lebih lambat yaitu

sebesar 1,1 tahun dibandingkan tanah lempung organik yang hanya

sebesar 0,95 tahun.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan

berupa saran-saran sebagai berikut :

Page 81: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

123

1. Sampel tanah yang akan digunakan pada penelitian selanjutnya

diharapkan berasal dari jenis tanah yang berbeda seperti tanah yang

mengandung lanau, pasir atau kerikil.

2. Pemodelan alat yang digunakan dapat dikembangkan dengan bentuk

bangun ruang lain, salah satu contohnya yaitu tabung atau silinder.

3. Pembebanan pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan

beban yang sesuai dengan beban yang ditambahkan pada uji konsolidasi

laboratorium.

Page 82: ( SKRIPSI) OLEH NAWAWIdigilib.unila.ac.id/28210/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TANAH LEMPUNG ORGANIK MENGGUNAKAN PEMODELAN MATRAS BETON BAMBU Oleh NAWAWI Kekuatan bangunan

DAFTAR PUSTAKA

Adha, Idharmahadi. 2008. Penuntun Praktikum Mekanika Tanah.

Bowles, Joseph E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika tanah),

Erlangga, Jakarta.

Coduto, Donald.P. 1994. Geotechnical Engineering-Principles and Practices.

Pearson Education.

Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. Erlangga. Jakarta.

Das, Braja.M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid

I . Erlangga. Jakarta.

Day, Robert W. Foundation Engineering Handbook : Design and Construction

with The 2006 InternationalBuilding Code. The McGraw-Hill

Companies, Inc. United States Of America.

Hardiyatmo, Hary Christady. 1992. Mekanika Tanah 1. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Panduan Geoteknik 1. 2001. Proses Pembentukan dan Sifat-Sifat Dasar Tanah

Lunak. Pusat Litbang Prasarana Transportasi. Jakarta.

Setiyanto, Afriani, L., 2010, Studi dan Analisa Nilai Permeabilitas dari Uji

Permeabilitas Skala Lapangan dan Skala Laboratorium, Preceding

SN_SNPAP MIPA.

Terzaghi, Karl P. 1987. Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa Edisi Kedua

Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Terzaghi, K., Peck, R. B. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Usman, Taufik. 2008. Pengaruh Stabilisasi Tanah Berbutir Halus Yang

Distabilisasi Menggunakan Abu Merapi Pada Batas Konsistensi Dan

CBR Rendaman. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Wesley, L. D. 1977. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.