v - seri bebas - pendekar dari hoasan

101
8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 1/101 Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 1 Pendekar dari Hoasan (Hoasan Tayhiap) (Karya : Kho Ping Hoo) BUKIT HOA SAN terletak di pegunungan Jeng-leng-san sebelah selatan dan di kaki bukit ini mengalir Sungai Han yang lebar dan berair jernih. Bunga-bunga beraneka macam warna memenuhi lereng bukit ini di sebelah timur, menimbulkan pemandangan yang amat permai sedangkan hawa udara di bukit amat sejuknya. Di lereng sebelah barat banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon obat yang banyak khasiatnya, sedangkan di lereng sebelah selatan penuh dengan hutan-hutan liar. Bukit Hoa san sungguh merupakan tempat yang amat baik dan ideal bagi para pertapa yang mengasingkan diri dari dunia ramai. Bukit ini amat terkenal, bukan hanya oleh karena keindahan bunga-bunga yang menghias lereng timur, atau karena banyaknya daun-daun dan akar-akar obat yang sering didatangi para ahli pengobatan untuk mengambil daun dan akar, atau karena keindahan tamasya alam yang terdapat di bukit itu, akan tetapi terutama sekali oleh karena seperti banyak bukit-bukit besar dan pegunungan luas di Tiongkok, juga Hoa-san merupakan sumber semacam cabang ilmu silat yang disebut Hoa-san-pai atau cabang ilmu silat bukit Hoa-san. Semenjak puluhan tahun yang lalu, banyak sekali pendekar-pendekar muncul dari bukit Hoa-san yakni anak-anak murid cabang persilatan ini dan banyak orang-orang sakti yang bertapa di puncak Hoa-san amat terkenal namanya sebagai guru besar-guru besar yang berkepandaian tinggi. Pada waktu cerita ini terjadi, yang bertapa di puncak Hoa-san adalah seorang kakek tua pemeluk Agama Tao yang bernama Ho Sim Siansu. Kakek ini telah berusia tinggi,

Upload: dnanidref-scifi

Post on 05-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 1/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

1

Pendekar dari Hoasan(Hoasan Tayhiap)

(Karya : Kho Ping Hoo)

BUKIT HOA SAN terletak di pegunungan Jeng-leng-san sebelah selatan dan di kaki bukitini mengalir Sungai Han yang lebar dan berair jernih. Bunga-bunga beraneka macamwarna memenuhi lereng bukit ini di sebelah timur, menimbulkan pemandangan yangamat permai sedangkan hawa udara di bukit amat sejuknya. Di lereng sebelah baratbanyak sekali ditumbuhi pohon-pohon obat yang banyak khasiatnya, sedangkan di lerengsebelah selatan penuh dengan hutan-hutan liar.

Bukit Hoa san sungguh merupakan tempat yang amat baik dan ideal bagi para pertapayang mengasingkan diri dari dunia ramai. Bukit ini amat terkenal, bukan hanya olehkarena keindahan bunga-bunga yang menghias lereng timur, atau karena banyaknyadaun-daun dan akar-akar obat yang sering didatangi para ahli pengobatan untukmengambil daun dan akar, atau karena keindahan tamasya alam yang terdapat di bukititu, akan tetapi terutama sekali oleh karena seperti banyak bukit-bukit besar dan

pegunungan luas di Tiongkok, juga Hoa-san merupakan sumber semacam cabang ilmusilat yang disebut Hoa-san-pai atau cabang ilmu silat bukit Hoa-san.

Semenjak puluhan tahun yang lalu, banyak sekali pendekar-pendekar muncul dari bukitHoa-san yakni anak-anak murid cabang persilatan ini dan banyak orang-orang sakti yangbertapa di puncak Hoa-san amat terkenal namanya sebagai guru besar-guru besar yangberkepandaian tinggi.

Pada waktu cerita ini terjadi, yang bertapa di puncak Hoa-san adalah seorang kakek tuapemeluk Agama Tao yang bernama Ho Sim Siansu. Kakek ini telah berusia tinggi,

Page 2: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 2/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

2

sedikitnya enam puluh tahun. Tubuhnya tinggi kurus dan rambutnya yang telah putihsemua itu dibiarkan terurai di atas pundaknya. Juga kumis dan jenggotnya sudah putihsemua, tergantung memanjang sampai ke dadanya. Biarpun rambut dan cambangnya initidak terawat, akan tetapi selalu nampak bersih bagaikan benang benang perak.

Wajahnya yang sudah penuh keriput selalu berwarna kemerah-merahan, tanda akankesehatan tubuhnya yang sempurna. Pakaian yang menutupi tubuhnya sederhanasekali, seperti pakaian para petani biasa, hanya warnanya saja yang selalu kuning.Sepatunya terbuat dari pada rumput kering yang dianyam bagus sekali.

Telah dua puluh tahun lebih Ho Sim Siansu mengasingkan diri di puncak Hoa-san dansungguhpun telah lama ia tidak mencampuri urusan dunia ramai, namun di kalangankang-ouw namanya amat terkenal oleh karena selama bertapa di puncak Hoa-san itu iatidak menganggur bahkan telah berhasil mencipta semacam ilmu pedang yang lihaisekali dan yang diberi nama Hoa-san Kiam-hwat.

Selain tosu (pendeta pemeluk Agama To) ini, di puncak Hoa-san juga tinggal tigamuridnya yang amat terkasih dan yang sudah mengejar ilmu di bawah pimpinan Ho SimSiansu selama hampir sepuluh tahun. Murid pertama adalah seorang pemuda berusiadua puluh tahun yang bernama Lie Ciauw In.

Ciauw In orangnya pendiam, lemah-lembut, dan berwajah tampan sekali. Tubuhnya agakkurus dan tinggi, akan tetapi bahunya bidang dan kedua lengannya berisi tenaga yangmengagumkan. Sinar mata pemuda ini kadang-kadang nampak bercahaya ganjil, sukarsekali untuk diukur dan dimengerti wataknya, dan kadang-kadang bersinar tajammembuat orang merasa jerih untuk menatap wajahnya lama-lama.

Hanya pemuda inilah yang benar-benar dapat mewarisi Hoa-san Kiam-hwat dari Ho SimSiansu hingga pendeta merasa amat bangga dan suka kepada muridnya ini.Pengharapannya hanya terletak kepada Ciauw In untuk memperkembangkan danmemperluas ilmu pedang yang diciptanya itu.

Murid kedua juga seorang pemuda bernama Ong Su. Berbeda dengan suhengnya(kakak seperguruannya), pemuda yang berusia delapan belas tahun ini bertubuh tinggibesar dan kekuatan tubuhnya dinyatakan oleh urat-urat besar yang mengembung di

lengan tangan dan kakinya membuat ia nampak hebat dan gagah sekali. Baru melihattubuhnya saja, orang akan memperhitungkan dulu sampai seratus kali sebelummengambil keputusan mengajaknya berkelahi! Sesuai dengan tubuhnya, Ong Su iniberwatak jujur dan polos, biarpun sedikit kasar. Memang orang-orang yang berhati jujurseringkali bertabiat kasar.

Wajah Ong Su tidak dapat disebut tampan, akan tetapi ia tidak buruk rupa dan ia bahkanmemiliki sesuatu pada wajahnya yang amat menyenangkan hati orang untuk mendekatidan bergaul kepadanya. Juga Ong Su telah mewarisi ilmu silat tinggi dari Hoa-san-pai,akan tetapi keistimewaannya ialah permainan silat toya. Tenaganya besar sekali dandengan sebatang toya di tangan, ia merupakan seekor harimau ganas yang tumbuh,tanduk pada kepalanya. Juga kepada murid kedua ini, Ho Sim Siansu amat menyayangikarena suka dan kagum akan kejujurannya.

Murid ketiga adalah orang yang paling di sayang oleh tosu itu, dan murid ini memangmenimbulkan rasa sayang dalam hati siapa saja yang melihatnya. Ia adalah seorangmurid wanita bernama Gak Bwee Hiang, seorang dara muda berusia tujuh belas tahun.Wajahnya manis sederhana dan yang membuat semua orang merasa suka dan sayangkepadanya ialah wataknya yang selalu gembira dan jenaka.

Dengan adanya dara ini di dekatnya, setiap orang akan selalu merasa gembira danmatahari seakan-akan bercahaya lebih terang daripada biasanya. Bwee Hiang pandaibicara, tidak suka marah, selalu tersenyum dan suka menggoda orang. Wataknya yang

Page 3: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 3/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

3

amat peramah dan baik ini ditambah oleh kelincahannya yang mengagumkan. Ia pandaimenari, pandai menyanyi dan suaranya amat merdu.

Tidak heran apabila suhunya amat menyayanginya, juga kedua suhengnya. Dalam halginkang dan kegesitan, ia tak usah merasa kalah terhadap kedua suhengnya, dankeahliannya ialah mainkan sepasang siang-kiam (pedang berpasang) yang dimainkandengan ilmu pedang Hoa-san Kiam-hwat. Biarpun ilmu pedangnya tidak sematang danselihai Ciauw In, akan tetapi oleh karena ia mempergunakan dua pedang dangerakannya cepat dan gesit, maka tidak sembarangan orang akan dapat mengalahkandara manis ini!

Huhungan ketiga orang anak muda murid-murid Hoa-san ini amat erat dan baiknyabagaikan saudara-saudara sekandung, bahkan lebih dari itu. Diam-diam bersemilahtunas asmara di dalam hati Ong Su terhadap dara itu dan setelah mereka menjadidewasa, tunas itu tumbuh makin kuat di lubuk hatinya.

Tentu saja pemuda ini merasa malu untuk menyatakan perasaannya terhadap BweeHiang, akan tetapi pandang matanya secara jujur dan terus terang membayangkan cintakasihnya yang besar. Wataknya yang jujur itu membuat segala gerak-geriknya mudahsekali diketahui oleh semua orang bahwa ia mencintai gadis itu.

Tentu saja sebagai seorang wanita yang memiliki perasaan lebih halus daripada pria danyang memang amat tajam perasaannya, dalam hal ini, Bwee Hiang telah lama maklumakan isi hati Ong Su. Akan tetapi, gadis ini telah lama jatuh hati kepada twa-suhengnya,yakni Ciauw In yang pendiam dan tampan itu.

Seringkali gadis ini menderita dalam hatinya melihat betapa sikap Ciauw In demikiandingin dan pendiam terhadapnya. Ia seringkali membayangkan betapa akan bahagianyakalau sikap Ong Su terhadapnya itu berada dalam diri Ciauw In. Akan tetapi karenamemang wataknya gembira, tak seorangpun dapat mengetahui isi hatinya dan terhadapCiauw In ia bersikap seperti biasa semenjak mereka masih kanak-kanak dan mula-mulabelajar silat di Hoa-san.

Pada suatu hari naiklah seorang laki laki yang bersikap gagah dan menunjukkan bahwaia pandai ilmu silat, ke puncak Hoa-san melalui lereng timur yang penuh dengan bunga-

bunga indah. Orang ini sambil berjalan mendaki tebing, tiada hentinya mengagumikeindahan bunga-bunga yang tumbuh memenuhi lereng. Berkali-kali ia menarik napaspanjang melalui hidungnya, menikmati keharuman bunga yang membuat ia merasasegan meninggalkan tempat itu.

“Benar kata orang bahwa lereng Hoa-san sebelah timur merupakan taman sorga yangindah,” katanya dalam hati. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya dan orang akanmerasa kagum melihat betapa dia mempergunakan ilmu lari cepat, melompat-lompati jurang dan berlari di jalan yang sukar dengan amat mudahnya.

Ketika orang itu tiba di dekat puncak, ia melihat seorang pemuda sedang bekerjamencangkul tanah di ladang sayur. Ia menahan tindakan kakinya dan memandangkagum. Pemuda yang sedang bekerja keras itu hanya mengenakan celana sebatas lututdan tubuhnya bagian atas telanjang. Nampak dada yang penuh dan bidang itu bergerak-

gerak dan urat-urat yang besar dan hebat menggeliat-geliat ketika ia mengayun cangkuldi kedua tangannya.

Memang pemuda itu bekerja secara aneh sekali. Setiap petani mencangkul tanahdengan hanya sebatang cangkul yang dipegang oleh kedua tangan, akan tetapi pemudabertubuh besar dan kuat itu memegang dua batang cangkul di kedua tangannya dankedua cangkul itu digerakkan berganti-ganti mencangkul tanah dengan gerakan yangamat cepat dan kuat! Dengan cara demikian, maka hasil pekerjaannya akan lebih cepatdan banyak melebihi pekerjaan dua orang!

Page 4: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 4/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

4

“Hebat sekali! Kalau semua petani dapat bekerja seperti kau, tanah di seluruh negaraakan menghasilkan padi dan gandum dua kali lipat banyaknya!” seru orang itu gembira.

Pemuda itu yang bukan lain adalah Ong Su yang sedang bekerja, menunda cangkulnyadan memandang kepada orang yang bicara tadi. Ia melihat seorang laki-laki berusiakurang lebih tiga puluh tahun, bersikap gagah dan garang, pedangnya nampak tertembuldari balik punggungnya.

“Orang gagah dari manakah datang mengunjungi Hoa-san yang sunyi?" tanya Ong Su.

Orang itu tersenyum dan masih memandang ke arah tubuh Ong Su dengan kagum.

“Anak muda, kau tentu seorang anak murid Hoa-san, bukan? Di manakah aku dapatbertemu dengan Ho Sim Siansu?"

"Aku memang murid kedua dari Ho Sim Siansu, kau siapakah dan datang dari mana?”

“Aku adalah seorang anak murid Go-bi-pai dan aku disuruh oleh suhu untukmenyampaikan surat kepada suhumu.”

“Ah, tidak tahunya kami kedatangan seorang pendekar dari Go-bi-pai! Selamat datang,sahabat!" kata Ong Su yang segera menjura dan dibalas oleh orang itu sepantasnya.

Ong Su lalu mengambil kedua cangkulnya, mencuci tangan dan kaki lalu mengenakanpakaian yang tadi ditaruh di pinggir ladang. Setelah itu ia lalu berkata kepada orang itu,

"Marilah kau kuantar menjumpai suhu."

Setelah berkata demikian, Ong Su lalu berlari cepat dan ia sengaja mengeluarkankepandaiannya untuk mencoba kepandaian orang yang mengaku menjadi murid Go-bi-pai Bukan main kagumnya orang itu ketika melihat betapa Ong Su berlari dengan amatringan dan cepatnya, jauh berlawanan dengan tubuhnya yang tinggi besar.

Dengan mengerahkan kepandaian seluruhnya, barulah ia dapat menyusul dan tidaksampai tertinggal. Ketika Ong Su melihat hal ini, diam-diam ia mengakui bahwa anakmurid Go-bi-pai inipun memiliki ilmu kepandaian yang cukup lumayan.

Ciauw In dan Bwee Hiang melihat kedatangan tamu itu dengan merasa heran oleh

karena memang jarang sekali tempat itu kedatangan tamu. Sebaliknya, ketikamemandang kepada Ciauw In dan Bwee Hiang, murid Go-bi-pai itu makin kagum dandiam-diam memuji bahwa murid-murid Hoa-san benar-benar gagah dan luar biasa.

Ho Sim Siansu menerima tamunya dengan sabar dan tenang. Setelah orang itu memberipenghormatan sambil berlutut di depan pertapa itu, Ho Sim Siansu lalu berkata,

"Sicu, kau datang dari tempat jauh membawa perintah apakah dari suhumu?”

Pertapa ini tadi telah diberitahu oleh Ong Su tentang datangnya seorang anak murid Go-bi-pai yang hendak menyampaikan surat dari suhunya.

“Teecu, pertama-tama menghaturkan hormat kepada locianpwe dan juga suhu mintakepada teecu untuk menyampaikan salamnya. Selain itu, suhu menyuruh teecumenyampaikan sepucuk surat ini kepada loocianpwe.”

Sambil berkata demikian, orang itu lalu mengeluarkan sebuah sampul surat tertutup.

Sambil menerima surat itu Ho Sim Siansu tersenyum dan berkata,

"Suhumu bukankah Pek Bi Hosiang si Alis Putih?”

 Anak murid Go-bi itu mengangguk membenarkan dan ketiga orang murid Hoa-san ituterkejut mendengar ini karena mereka telah mendengar nama Pek Bi Hosiang, ketua dariGo-bi-san yang amat terkenal namanya karena memiliki ilmu silat yang amat lihai. Jadi

Page 5: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 5/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

5

orang ini adalah murid hwesio tua itu? Mereka menaruh perhatian kepada tamu yangdatang ini.

Sementara itu, Ho Sim Siansu lalu membuka dan membaca surat dari Pek Bi Hosiangyang ketika mudanya menjadi kenalan baiknya itu. Wajahnya yang penuh keriput itu kiniberseri dan bibirnya tersenyum seakan-akan menahan geli hatinya membaca isi surat itu.

"Ah, Pek Bi kau masih seperti anak kecil saja," katanya dan ia lalu berkata kepada anakmurid Go-bi-pai tadi.

"Sicu, suhumu memang suka main-main. Kau katakanlah kepadanya bahwa sedikitsekali kemungkinan aku dapat memenuhi permintaannya, akan tetapi betapapun juga,aku pasti mengirim wakil ke tempat yang telah ditentukan.”

"Teecu mengerti, locianpwe. Suhu bahkan berpesan supaya teecu menyampaikankepada locianpwe bahwa dalam pertemuan besar ini diundang semua tokoh persilatandari berbagai cabang. Suhu telah mengirim surat-surat undangan yang dibawa dandisampaikan oleh lima belas orang anak murid Go-bi.”

"Bagus, memang biarpun suhumu itu suka main-main, akan tetapi ia pandaimenyelenggarakan sesuatu yang besar dan megah. Aku kenal baik keadaannya dandalam usia tua ia masih sanggup mengatur pertemuan ini, benar-benar membuat akumerasa kagum. Sampaikan salamku kepadanya dan doaku semoga usianya lebihpanjang daripada usiaku.”

Setelah berkata demikian, Ho Sim Siansu lalu masuk ke dalam gubuknya denganlangkah perlahan.

 Anak murid Go-bi-pai itu setelah memberi hormat sekali lagi, lalu berpaling kepada CiauwIn dan dua orang saudara seperguruannya, dan menjura sambil berkata,

"Selamat tinggal, sahabat-sahabat baik, sekarang sudah tiba waktunya bagiku untukpergi dari sini."

Ong Su menahannya dan berkata,

"Sobat, kau datang dari tempat yang jauh dan sudah lama kami mendengar nama Pek Bi

Hosiang yang tersohor dan sering dipuji-puji oleh suhu. Pertemuan dengan kau yangmenjadi murid orang tua amat menggembirakan hati kami, mengapa kau tergesa-gesahendak pergi? Kau bermalamlah disini dan tinggal barang dua hari agar kita dapat bicaradengan senang."

Orang itu tersenyum.

"Terima kasih, kalian baik dan peramah sekali. Akan tetapi, aku datang membawa tugas,bukan sedang melancong maka terpaksa aku harus segera kembali untuk memberilaporan tentang tugasku kepada suhu. Biarlah lain kali kita bertemu pula."

Setelah berkata demikian, ia menjura lagi dan segera lari pergi menuruni lereng bukit

Setelah orang itu pergi, Ho Sim Siansu lalu memanggil ketiga orang muridnya. Sambilmemperlihatkan surat yang baru saja diterimanya, ia berkata,

"Murid-muridku, surat yang kuterima dari Pek Bi Hosiang ini adalah surat undangan untukmenghadiri pertemuan besar pada permulaan musim semi yang akan datang dua bulanlagi. Pertemuan diadakan di puncak Bukit Kui san agar para pengunjung dapatmenempuh jarak sama jauhnya karena tempat itu berada di tengah-tengah. Dan maksudpertemuan itu ialah untuk mengadakan pibu (pertandingan ilmu silat) untuk menentukansiapa yang tertinggi ilmu silatnya dan untuk saling menukar pengalaman. Memang baiksekali maksud Pek Bi Hosiang ini karena selain perhubungan di antara orang gagahmenjadi lebih erat, juga kesalahpahaman dapat dilenyapkan dalam pertemuan itu."

Page 6: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 6/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

6

"Bagus sekali! Kalau suhu datang ke sana, pasti suhu akan dapat menduduki tingkatteratas karena dengan Hoa-san Kiam-hwat, teecu merasa pasti bahwa suhu tentu takkanmenemui tandingan!" kata Ong Su gembira.

“Hush, jangan kau sombong!” cela suhunya, "Orang yang mengagulkan kepandaiannyasendiri akan kecewa karena itu adalah tanda dari kebodohan! Sungguhpun bukanmaksudku merendahkan ilmu silat kita, akan tetapi kita tetap harus berlaku waspada danhati-hati, jangan sekali-kali memandang rendah ilmu kepandaian orang lain.”

"Suhu, mengapa suhu tadi menyatakan tak dapat datang? Datanglah suhu dan bawalahteecu!” kata Bwee Hiang dengan suara membujuk.

Ho Sim Siansu memandang kepada murid perempuan itu dengan tersenyum.

"Bwee Hiang, aku sudah tua."

"Justeru sudah tua maka sebaiknya suhu melakukan perjalanan untuk menghibur hati,Marilah kita bergembira di sana, suhu." Bwee Hiang membujuk pula dengan gembira.

Suhunya menggeleng kepala.

"Tidak ada hiburan yang lebih mengamankan hati daripada di tempat ini bagiku, BweeHiang. Kau dan kedua suhengmu yang perlu mendapat pengalaman dan hiburan itu.Oleh karena itu, aku bermaksud untuk mewakilkan kehadiranku kepada kalian bertiga."

Bwee Hiang dan Ong Su menyambut kata-kata ini penuh dengan kegembiraan, wajahmereka berseri-seri, mulut tersenyum senang. Akan tetapi Ciauw In yang semenjak tadidiam saja mendengar percakapan ini, lalu berkata kepada suhunya,

"Maaf, suhu. Kepandaian teecu bertiga ma¬sih rendah dan pertemuan yangdimaksudkan itu adalah pertemuan mengadu kepandaian. Kalau teecu bertiga yang pergidan mewakili Hoa-san-pai, apakah takkan mengecewakan? Teecu berkuatir nama Hoa-san-pai akan turun apabila teecu bertiga tak berhasil mendapat kemenangan."

Ho Sim Siansu tersenyum dan di dalam hatinya ia merasa girang mendengar ucapanmuridnya yang amat hati-hati dan pandai merendahkan diri itu. Ia maklum bahwa dalamhal ilmu pedang, Ciauw In telah dapat memiliki seluruh kepandaiannya dan Hoa-san

Kiam-hwat telah dapat dikuasainya dengan baik, maka kiranya takkan mudah bagi jago- jago silat lain untuk mengalahkan ilmu pedang muridnya ini.

"Ucapanmu memang benar, Ciauw In dan memang seharusnya kita berhati-hati dan tidakmengagulkan kepandaian sendiri. Akan tetapi, kau tak perlu merasa kuatir, oleh karename¬nurut pendapatku, kepandaian yang kalian bertiga miliki sudah cukup untukdigunakan dalam pertandingan pibu di manapun juga. Aku yakin hasilnya takkanmengecewakan. Seandainya kalian kalah, mengapa hal itu kau anggap menurunkannama Hoa-san-pai. Ingatlah bahwa bukan kelihaian ilmu silat yang menjunjung tinggi danmengharumkan nama sesuatu cabang persilatan, akan tetapi sepak terjang anak muridcabang itu. Kalau kalian dapat mempergunakan kepandaianmu untuk melakukan hal-halyang benar dan selayaknya dilakukan oleh orang orang berkepandaian tinggi, mengapaaku harus kuatir bahwa nama cabang persilatan kita akan turun? Kekalahan atau

kemenangan dalam sesuatu pertandingan pibu adalah lazim dan tak dapat dihubungkandengan keharuman nama."

Ketiga murid yang masih muda itu mendengarkan petuah guru mereka dengan khidmat.

“Ong Su dan Bwee Hiang,” kata pula pertapa itu, "Kalian sebagai saudara-saudara mudaharus tunduk dan menurut kepada suhengmu dalam segala tindakan. Janganmenurutkan nafsu hati dan dalam pertandingan kau harus menyontoh sikap twa-suhengmu, merendah dan tidak sombong, akan tetapi cukup tabah dan tenangmenghadapi lawan yang bagaimana tangguhpun. Ilmu toya yang dimiliki Ong Su cukup

Page 7: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 7/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

7

untuk menghadapi lawan yang bertenaga besar, sedangkan siang-kiam dari Bwee Hiangboleh digunakan untuk menghadapi lawan yang cepat dan gesit. Adapun jika kalianmenghadapi seorang yang benar-benar tangguh dan telah tinggi t ingkat kepandaiannya,kalian harus memberikan kesempatan kepada twa-suhengmu untuk menghadapinya.Ciauw In, hanya kau yang telah dapat mewarisi Hoa-san Kiam-hwat secara baik, makakaupakailah pedangku ini."

Sambil berkata demikian, pertapa itu memberikan pedang berikut sarungnya kepadaCiauw In yang menerimanya sambil berlutut.

"Ciauw In." kata orang tua itu lagi, “ilmu pedang Hoa-san Kiam-hwat yang kuciptakanbelum pernah digunakan untuk menghadapi musuh, oleh karena itu, rahasianya belumpernah terlihat oleh siapapun juga. Sungguhpun demikian, orang-orang di kalangankang-ouw telah mendengar tentang Hoa-san Kiam-hwat, maka kau harus dapatmenyimpan ilmu pedang ini dan jangan kau pergunakan apabila tidak menghadapi lawanyang benar-benar pandai. Waktu pertemuan itu masih sebulan lagi dan perjalanan darisini ke Kui-san sedikitnya makan waktu sepuluh hari. Maka kalian pergilah turun gunungsekarang juga agar kelebihan waktu yang dua puluh hari itu dapat kalian pergunakanuntuk mencari pengalaman dan menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan.Ingat, dalam membasmi kejahatan-kejahatan, batasilah nafsu membunuhmu dan kalau

tidak sangat terpaksa, jangan kau membunuh manusia.”

“Bagus, kalau begitu teecu dapat pulang dulu ke rumah orang tuaku,” kata Ong Sudengan girang sekali.

"Dan teccu juga sudah amat rindu kepada ibu di rumah." kata pula Bwee Hiang.

Hanya Ciauw ln sendiri yang tak dapat ikut bergembira seperti sute (adik lelakiseperguruan) dan sumoinya (adik perempuan seperguruan).

Ong Su memang masih mempunyai ayah ibu yang tinggal di sebuah dusun, bernamaOng Lo It, seorang petani sederhana. Mereka tinggal di kaki bukit Hoa-san di sebuah

dusun yang disebut Kwee-cin-bun. Semenjak berusia sebelas tahun, Ong Su ikut naik kepuncak Hoa-san belajar ilmu silat dari Ho Sim Siansu dan pertemuan ini terjadi ketikapertapa itu menolong dusun Kwee-cin-bun dari serangan para perampok.

 Ayah Ong Su yang merasa berterima kasih dan tahu akan pentingnya kepandaian silatuntuk melawan perampok-perampok yang mengganas, lalu mengizinkan puteratunggalnya untuk ikut belajar silat dengan kakek sakti itu. Kadang-Kadang biasanya diwaktu tahun baru, Ong Lo It mendaki bukit Hoa-san mengunjungi Ho Sim Siansu danmenengok puteranya itu.

 Adapun Bwee Hiang sebenarnya adalah puteri tunggal seorang hartawan bernama GakSeng yang berdagang hasil bumi, di kota Keng-sin di sebelah selatan Hoa-san. Ho SimSiansu mengambil murid anak perempuan ini karena ia amat tertarik melihat kelincahandan ketabahan anak itu, juga karena ia maklum bahwa anak itu mempunyai bakat yang

amat baik. Diculiknya anak itu dan ia meninggalkan surat kepada orang tuanya tentangmaksudnya hendak mengambil murid kepada Bwee Hiang.

Semenjak berusia sepuluh tahun, gadis itu telah berada di puncak Hoa-san danmempelajari ilmu silat dengan Ong Su dan Ciauw In yang sudah berada di situ lebihdahulu darinya. Selama tujuh tahun berada di puncak Hoa-san, gadis ini belum pernahbertemu dengan kedua orang tuanya, sungguhpun ia masih ingat akan wajah dan namaorang tuanya, namun ia maklum bahwa kini mereka tentu telah tua sekali dan belumtentu dapat mengenalnya apabila bertemu.

Page 8: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 8/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

8

Ciauw In ikut naik gunung semenjak berusia delapan tahun dan sehingga kini ia telahbelajar silat selama dua belas tahun tanpa berhenti. Pernah ia ikut suhunya turun gununguntuk beberapa bulan lalu kembali lagi ke atas puncak Hoa-san untuk memperdalam ilmusilatnya.

Ciauw In adalah seorang anak yatim piatu yang tadinya ditemukan oleh Ho Sim Siansudalam keadaan melarat dan terlantar. Ayah ibunya meninggal dunia karena terserangpenyakit dan kelaparan, maka ia hidup sebatangkara di waktu masih kecil sekali hinggahidupnya penuh derita. Kini ia tidak mempunyai orang tua atau keluarga yang dikenalnya,maka kepada Ho Sim Siansu gurunya, iapun menganggapnya sebagai orang tuanyasendiri.

Maka kini setelah disuruh turun gunung, ia tidak dapat bergembira seperti sute dansumoinya yang akan bertemu dengan orang tua masing-masing, bahkan agak merasabersedih karena harus berpisah dari suhunya.

Setelah banyak lagi nasihat-nasihat diucapkan dan dipesankan oleh Ho Sim Siansukepada ketiga orang muridnya, maka berangkatlah Ciauw ln, Ong Su, dan Bwee Hiangturun gunung melalui lereng sebelah selatan yang penuh dengan hutan liar.

o0o

Dengan mempergunakan ilmu jalan cepat, pada keesokan harinya tiga murid dari Hoa-san itu telah tiba di dusun Kwee-cin-bun. Mereka disambut oleh Ong Lo It dan isterinyadengan gembira sekali. Terutama sekali nyonya Ong atau ibu Ong Su yang telah tujuhtahun tidak bertemu dengan puteranya, dengan menangis karena terharu dan girangnyonya ini menangis di pundak Ong Su sambil memeluk putera itu.

Clauw In yang pendiam pun merasa terharu melihat pertemuan mesra ini dan ia ikutmerasa gembira melihat kebahagiaan sutenya. Keluarga Ong yang hidup sebagai petaniitu segera menjamu mereka dan tidak ketinggalan pula semua penduduk dusun itudatang untuk memberi selamat kepada Ong Lo It yang telah menerima kembali puteramereka yang telah menjadi seorang yang gagah.

Di tengah-tengah para petani yang sederhana dan jujur itu, ketiga orang murid Hoa-san

merasa seakan-akan berada dilingkungan satu keluarga besar dan mereka tak dapatmenolak ketika para petani itu minta kepada mereka untuk mainkan ilmu silat sebagaidemonstrasi. Ciauw In bersilat melawan Ong Su sebagaimana kalau mereka sedangberlatih di puncak Hoa-san, yakni Ong Su bersenjata toya dan Ciauw In bersenjatapedang.

Kepandaian kedua orang muda itu memang telah mencapai tingkat tinggi, maka tentusaja ketika mereka bersilat, dalam pandangan semua orang dusun itu, tubuh merekalenyap tergulung oleh sinar toya dan pedang hingga mereka memandang dengan mataterbelalak dan kagum sekali. Mereka bersorak-sorak memuji hingga keadaan menjadimakin ramai dan gembira. Setelah kedua orang muda itu berhenti bersilat, Ong Lo Itdengan mata berlinang air mata lalu menepuk-nepuk pundak puteranya dengan banggasekali.

 Akan tetapi ketika Bwee Hiang yang diminta pula mempertunjukkan kepandaiannya itubersilat pedang seorang diri dan sepasang pedangnya cepat menyilaukan mata dantubuhnya lenyap diantara gulungan kedua pedang di tangannya, semua orang menjadimelongo! Dalam pandangan mereka, gadis ini lebih hebat pula, dan setelah Bwee Hiangberhenti bersilat pecahlah tepuk tangan dan tempik sorak yang memuji-mujinya denganpenuh kekaguman.

Pada malam harinya, kedua orang tua itu memanggil Ong Su dan setelah putera merekamenghadap, ibunya lalu berkata,

Page 9: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 9/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

9

“Su-ji, aku dan ayahmu merasa suka sekali melihat sumoimu itu dan karena tahu ini kautelah masuk usia delapan belas tahun, bagaimana pikiranmu kalau kita lamar sumoimuitu untuk menjadi jodohmu? Kami lihat bahwa ia sesuai sekali menjadi isterimu."

Merahlah muka Ong Su mendengar ucapan ibunya ini dan ia merasa malu-malu dan jugagirang oleh karena ternyata bahwa kedua orang tuanya sependapat dengannya. Karenaia seorang berwatak jujur, maka dengan terus terang dan menundukkan muka karenamalu, ia berkata,

“Ibu dan ayah, sesungguhnya di dalam hatiku telah lama pula aku merasa suka kepadasumoi maka sudah tentu aku merasa setuju sekali pada kehendak ayah dan ibu. Akantetapi, harap jangan melakukan pinangan pada waktu sekarang, oleh karena selainsumoi belum bertemu dengan ibunya, juga aku belum mendapat kepastian dari sumoiyang sikapnya masih meragukan. Ayah dan ibu tentu maklum bahwa kalau sampaipinangan kita ditolak, maka hubungan antara aku dan dia sebagai saudara seperguruanakan menjadi terganggu.”

Ong Lo It dan isterinya merasa girang sekali mendengar ini dan mereka berjanji akanmenunda dulu maksud ini, menanti sampai ada “tanda-tanda baik” dari pihak gadis ituyang tentu akan dikabarkan oleh Ong Su kepada mereka kalau hal ini terjadi.

Pada keesokan harinya, ketiga orang muda itu berpamit kepada Ong Lo It dan isterinyadan dengan diantar sampai ke batas dusun oleh banyak penduduk di situ, merekameninggalkan Kwee-cin-bun dan menuju ke kota Keng-sin untuk mencari ibu BweeHiang.

Kalau di Kwee-cin-bun mereka disambut dengan gembiranya, di rumah ibu Bwee Hiang,yakni nyonya Gak Seng, mereka disambut dengan hujan air mata dan kesedihan.

Ketika dulu Bwee Hiang diculik oleh Ho Sim Siansu, ayahnya adalah seorang yang palingkaya kota ini dan disegani oleh orang karena selain berhati dermawan dan sukamenolong orang miskin, juga Gak Seng terkenal sebagai seorang yang jujur danpemberani. Akan tetapi sekarang, Gak Seng telah meninggal dunia empat tahun yanglalu, harta bendanya habis dan kini nyonya Gak Seng telah menjadi janda dan hidupsebatangkara di dalam rumahnya yang sederhana, menanti-nanti datangnya puterinya

yang hilang terculik orang pada tujuh tahun yang lampau!

Kedatangan Bwee Hiang disambut dengan pelukan dan ciuman yang mengharukan.Nyonya yang kurus itu menangis dan mengeluh dengan sedihnya.

“Ibu jangan kau bersedih, ibu. Bukankah aku sudah kembali dipangkuanmu?" kata BweeHiang yang mencoba untuk tersenyum sungguhpun seluruh mukanya basah air matanyasendiri. “Bagaimana kau sampai tinggal di tempat ini? Mana gedung kita dulu? Dan ayahpergi ke manakah?"

Pertanyaan ini membuat nyonya Gak Seng menangis makin sedih hingga sukarlahbaginya untuk mengeluarkan kata-kata, Bwee Hiang terpaksa menghibur ibunya itu dansetelah mempersilakan kedua suhengnya untuk duduk di ruang depan, ia lalu menuntunibunya itu ke dalam kamar. Hati Bwee Hiang merasa gelisah sekali ketika melihat sebuah

meja abu di ruang tengah dan melihat keadaan rumah yang amat miskin itu. Wajahnyapucat dan matanya terbelalak memandang ke arah meja abu itu, karena adanya meja itudi situ hanya mempunyai satu maksud, yakni bahwa ayahnya telah meninggal!

“Ibu ....... meja abu siapakah ini ......?”

Sambil menahan sedu sedan yang mendesak dari kerongkongnya, nyonya Gakmenjawab perlahan.

“Siapa lagi .....? Meja ayahmu .....”

Page 10: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 10/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

10

Bwee Hiang menjerit dan menubruk kaki meja abu itu, berlutut sambil menangis terisak-isak.

"Ayah ..... ayah .... Hiang datang ayah...., ampuni anakmu yang tidak berbakti ini ..... akudatang akan tetapi ....., ternyata kau telah pergi ....."

Jeritan Bwee Hiang ini, terdengar oleh Ong Su dan Ciauw In yang duduk di luar, maka

tanpa memperdulikan lagi kesopanan sebagai tamu, mereka menyerbu ke dalam karenaberkuatir. Melihat gadis itu mendekam di atas tanah, berlutut di depan meja abu sambilmenangis terisak-isak dan menyebut nama ayahnya, keduanya berdiri bengong dantahulah mereka bahwa ayah sumoinya itu telah meninggal. Dengan terharu mereka lalumenjura di depan meja abu itu sebagai penghormatan kepada mendiang ayah BweeHiang, kemudian mereka mendekati sumoinya dan Ciauw In yang biasanya pendiam ituberkata dengan suara menahan keharuan,

“Sudahlah, sumoi, mati dan hidup tak berbeda banyak seperti kata suhu dulu, mengapakau bersedih! Ingatlah bahwa akupun telah kehilangan ayah ibuku .......”

Mendengar hiburan ini, Bwee Hiang menahan tangisnya, dan kedua orang muda itu lalukeluar kembali. Nyonya Gak Seng lalu memeluk anaknya dan dibawanya masuk kedalam kamar.

"Ibu, ceritakanlah lekas, mengapa ayah meninggal dunia sedangkan ayah belum begitutua? Dan mengapa pula keadaanmu sampai menjadi begini?”

Nyonya Gak Seng menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan

"Anakku, telah banyak sekali hal-hal yang hebat terjadi pada kira-kira empat tahun yanglalu. Dan aku selalu berdoa siang malam kepada Thian Yang Maha Adil agar supaya kaucepat-cepat pulang membawa kepandaian untuk membalas dendam yang kuderitabertahun-tahun. Anakku, sebelum aku bercerita, katakanlah dulu apakah kau benar-benar membawa pulang kepandaian tinggi? Jawablah sejujurnya, Hiang."

Merahlah muka Bwee Hiang karena marah. Ia dapat menduga bahwa ayahnya tentuterbunuh orang, maka tiba-tiba, ia mencabut sepasang pedangnya dan bertanya.

"Katakan, ibu! Siapa orang yang telah mendatangkan malapetaka ini? Siapa yang telahmembunuh ayah? Akan kubalas dendam ini sekarang juga!”

“Simpan dulu pedang-pedangmu, anakku. Aku merasa girang kau mempunyaikesanggupan untuk membalas musuh kita, karena sesungguhnya musuh kita amat lihaidan banyak jumlahnya."

"Aku tidak takut, ibu! Dan pula, ada kedua suhengku yang tentu akan suka membantuku!"

Setelah menarik napas lega, nyonya janda i tu bercerita.

"Pada empat tahun yang lalu, kota ini kedatangan serombongan orang jahat yangmengaku sebagai anggauta-anggauta perkumpulan Hek-lian-pang atau PerkumpulanTeratai Hitam. Mereka ini terdiri dari dua puluh orang lebih yang kesemuanya merupakan jago-jago silat yang berilmu tinggi dan mereka menggunakan kepandaian mereka untuk

memeras penduduk kota ini. Mereka menentukan uang sumbangan yang jumlahnyabesar dari tiap penduduk. Kau tahu tabiat ayahmu yang keras dan berani. Melihat sikapmereka yang kurang ajar itu, ayahmu lalu mengumpulkan kawan-kawan sekota untukmelawan dan mengeroyok mereka. Banyak orang fihak kita yang tewas dalampertempuran itu, akan tetapi akhirnya mereka dapat didesak mundur meninggalkan kota.Dan pada tiga hari kemudian, malam hari yang celaka, diam-diam mereka datang danmembalas dendam mereka itu seluruhnya kepada keluarga kita."

Bicara sampai di nyonya itu menarik napas panjang dengan muka sedih.

Page 11: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 11/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

11

“Teruslah ibu, apakah yang diperbuat oleh keparat-keparat itu?" tanya Bwee Hiangdengan marah.

“Mereka merampok harta kita, dan ayahmu yang malang itu mereka bunuh, rumah kitamereka bakar! Ketika penduduk datang menolong, telah terlambat. Ayahmu ..... telahtewas dan rumah habis terbakar, sedangkan bangsat-bangsat itu telah melarikan diri!”

Bwee Hiang bangun berdiri dari tempat duduknya. Kedua tangannya dikepalkan danmatanya mengeluarkan sinar berapi-api.

“Ibu, anak bersumpah hendak membasmi gerombolan Teratai Hitam itu! Di manakahsarang mereka?”

"Tenanglah, Bwee Hiang, dan biarpun sakit hati ini harus dibalas, akan tetapi kau berhati-hatilah menghadapi mereka, karena menurut cerita semua penduduk kota ini, mereka itumemiliki ilmu silat yang lihai, dan mereka dipimpin oleh seorang penjahat yang amattinggi kepandaiannya. Aku adalah seorang wanita lemah yang tak berdaya, akan tetapiselama ini tiada hentinya aku menyelidiki dan mendengar-dengarkan cerita orang dimana mereka yang menjadi musuh-musuh kita itu berada. Aku tahu bahwa pada suatuhari kau tentu akan datang dan perlu mengetahui tempat mereka itu. Menurut hasilpenyelidikanku yang terakhir, mereka itu katanya kini berada kota Ban-hong-cun, sebelah

timur kota ini, kira-kira seratus li jauhnya."

"Ibu, kalau begitu anak mohon dirl. Sekarang juga anak hendak mengejar mereka di Ban-hong-cun!”

“Jangan begitu tergesa-gesa, Bwee Hiang .......!”

 Akan tetapi gadis itu telah berlari ke luar menghampiri kedua suhengnya yangmemandangnya dengan kasihan. Dengan singkat Bwee Hiang menuturkan peristiwahebat yang menimpa keluarganya itu kepada Ciauw In dan Ong Su, dan kedua orangmuda ini dengan serentak menyatakan kesediaan mereka untuk membantu.

"Penjahat-penjahat kejam itu memang harus dibasmi, sumoi. Mari kita berangkatsekarang juga,” kata Ong Su yang menjadi marah sekali.

Demikianlah, tanpa dapat ditahan lagi oleh nyonya janda Gak, Bwee Hiang mengajakkedua suhengnya untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Ban-hong-cun untuk mencarimusuh-musuh besarnya! Di dalam perjalanan yang dilakukan secara tergesa-gesa ini,mereka bertiga tidak banyak bercakap-cakap dan Bwee Hiang yang biasanya amat jenaka hingga menggembirakan hati kedua suhengnya, kini bermuram durja.

Dua hari kemudian, sampailah mereka di kota Ban-hong-cun. Dengan mudah merekadapat mencari tempat perkumpulan Hek-lian-pang itu. Tempat itu merupakan sebuahgedung yang besar dan mentereng. Di depan gedung itu terdapat sebuah papan yanglebar, di mana terdapat sebuah lukisan bunga teratai warna hitam.

Ketika mereka bertiga memasuki halaman rumah itu, mereka melihat tiga orang laki-lakiduduk di ruang depan sambil bermain catur. Tiga orang laki itu memandang kepadaBwee Hiang dan kedua suhengnya dengan heran.

“Sam-wi (saudara bertiga) siapakah dan ada keperluan apa datang ke tempat kami?”tanya seorang di antara mereka sambil berdiri dan menjura.

Bwee Hiang menahan marahnya dan tanpa membalas penghormatan mereka, ia berbalikmengajukan pertanyaan singkat.

"Apakah kamu ini anggauta-anggauta Hek-lian-pang?"

"Benar, dan nona ........?"

Page 12: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 12/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

12

Belum juga kata-katanya dilanjutkan, Bwee Hiang telah melompat maju dan menyerangdengan pukulan kilat. Pukulannya ini cepat sekali dan karena tidak menduga lebih dulu,orang itu kena pukul dadanya hingga terlempar jauh dan roboh pingsan.

Dua orang kawannja menjadi terkejut dan marah sekali, sambil berseru keras merekamencabut pedang dari pinggang dan membentak.

"Perempuan liar dari manakah datang-datang menyerang orang?" Akan tetapi tanpa banyak cakap lagi Bwee Hiang telah mencabut siang-kiamnya danbagaikan seekor naga betina yang ganas ia maju menyerang dua orang itu.Serangannya ini penuh dengan nafsu membunuh dan datangnya luar biasa cepatnyahingga ketika kedua lawannya menangkis, ia cepat memutar pedangnya dan seorang diantara lawannya roboh karena tusukan pedang di tangan kirinya! Yang seorang lagiketika melihat kelihaian nona itu, cepat melompat mundur dan lari masuk ke dalamgedung sambil berteriak-teriak keras!

Bwee Hiang memandang ke dalam dengan mata bersinar-sinar, sedangkan Ong Su danCiauw ln yang belum bergerak, hanya memandang dengan tangan telah siap memegangsenjata masing-masing!

Ketika orang yang terpukul dadanya oleh Bwee Hiang tadi bergerak dan merayapbangun, dengan sekali lompatan saja Bwee Hiang telah berada di depannya danmenodong dengan pedang.

“Di mana adanya pangcu (ketua) mu yang empat tahun yang lalu menyerbu keluargaGak di kota Keng-sin?"

"Pangcu kami sedang pergi ..... tidak ber¬ada di sini ....,” jawab anggauta Hek-lian-pangitu dengan muka pucat dan tubuh menggigil.

“Bohong!” teriak Bwee Hiang sambil menusukkan ujung pedangnya sedikit ke dadaorang.

“Tidak ..... tidak bohong ..... pangcu kamipun baru setahun menjabat kedudukan pangcu...... Empat tahun yang lalu pangcu kami adalah ayah dari pangcu kami yang sekarang..... dia ada di dalam gedung ..... harap lihiap ....."

 Akan tetapi pada saat itu dari dalam berlari keluar seorang tua tinggi besar yang diikutioleh orang-orang sejumlah dua puluh orang lebih. Melihat ini, Bwee Hiang lalumenusukkan pedangnya menembus dada orang yang membuat pengakuan tadi!

Orang tua tinggi besar yang baru keluar dari dalam rumah itu merasa marah sekali. lagunakan golok besarnya menuding ke arah Bwee Hiang dan kedua suhengnya sambilmembentak dengan mulut marah.

“Tiga pembunuh rendah, siapakah kalian dan mengapa datang-datang membunuh orangseperti orang gila.”

 Akan tetapi Bwee Hiang tidak menjawab pertanyaan ini, bahkan lalu bertanya.

"Apakah kau orang yang memimpin anak buahmu pada empat tahun yang lalu

membakar rumah seorang she Gak di Keng-sin dan membunuhnya dengan kejam?”

Orang itu tertawa menghina.

"Benar! Akulah yang memimpin kawan-kawanku menghukum anjing she Gak itu! Apahubungannya dengan kau?”

Bukan main marahnya hati Bwee Hiang ketika mendengar bahwa orang inilah yangmenjadi musuh besarnya.

Page 13: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 13/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

13

"Manusia jahanam! Dengarlah baik-baik! Aku adalah puteri dari Gak Seng yangkaubunuh itu dan sekarang setelah kita berhadapan muka, mari kita bertempur untukmenyelesaikan perhitungan ini!”

Sambil berkata demikian, gadis itu melompat maju dengan marah dan langsungmenggerakkan siang-kiam di kedua tangannya untuk menyerang.

"Kau anak kecil hendak melawan Gu Ma Ong? Ha, ha, ha!” Orang itu tertawa menyindirsambil menggerakkan goloknya menangkis sekuat tenaga. Akan tetapi suara ketawanyayang penuh ejekan itu melenyap ketika ia merasa betapa tangannya itu terbentur denganpedang yang amat kuatnya hingga ia merasa telapak tangannya tergetar. Ia maklumbahwa lawannya yang biarpun hanya seorang dara muda, akan tetapi ternyata memilikilweekang yang tinggi dan tidak boleh dipandang ringan. Ia lalu memutar-mutar goloknyadan melawan dengan hebat.

Para anggauta Hek-lian-pang yang berjumlah dua puluh orang lebih itu segeramenggerakkan senjata masing-masing hendak membantu, akan tetapi tiba-tiba nampakdua bayangan berkelebat dan Ciauw In berdua Ong Su telah berdiri menghadang didepan mereka. Ong Su dengan toya di tangan membentak sambil melototkan keduamatanya.

“Anjing-anjing Hek-lian-pang, jangan lakukan keroyokan secara curang!"

Tentu saja para anggauta Hek-lian-pang yang mengandalkan jumlah besar tidak jerihmenghadapi dua orang pemuda ini, maka sambil berteriak-teriak mereka maju menyerbu.Ong Su tertawa bergelak, dan sekali toyanya bergerak terputar, robohlah seorangpengeroyok dengan mandi darah di kepalanya!

Ciauw In juga menggerakkan pedangnya dan mata para pengeroyok itu tiba-tiba menjadisilau karena sinar pedang dan toya kedua pemuda itu benar-benar hebat bergulung-gulung bagaikan dua ekor naga sakti mengamuk.

Pertempuran berjalan ramai dan seru sekali, karena betapapun juga, semua anggautaHek-lian-pang memiliki ilmu silat yang cukup tinggi hingga mereka dapat mengepung danmengeroyok Ciauw In dan Ong Su. Senjata-senjata di tangan mereka datang bagaikan

serangan air hujan, akan tetapi dua orang jago muda dari Hoa-san ini tidak merasa jerih.Ketika mereka mendesak, terdengarlah pekik dan robohlah beberapa orang pengeroyok!

Sementara itu, pertempuran yang berjalan antara Bwee Hiang dan Gu Ma Ong, amatramainya. Gu Ma Ong adalah seorang ahli silat kawakan yang telah banyak sekalimengalami pertempuran-pertempuran besar, dan ilmu goloknya yang berasal daricabang Bu-tong-pai itu tidak boleh dianggap lemah. Maka biarpun Bwee Hiang telahmemiliki ilmu siang-kiam yang tinggi, akan tetapi ia kalah pengalaman hingga kelebihanilmu silatnya dapat diimbangi oleh kelebihan pengalaman lawannya. Berkali-kali senjatamereka bertemu dan bunga api terpencar keluar dibarengi suara nyaring ketika duasenjata beradu.

Gu Ma Ong merasa penasaran sekali karena setelah beberapa lama ia menyerang,selalu serangannya dapat digagalkan oleh lawan yang muda ini, maka ia lalu

menggereng keras dan tiba-tiba merobah ilmu goloknya, ia mulai mainkan ilmu golokHek-lian-pang sendiri yang berasal dari ilmu golok Bu-tong-pai tapi telah dirobah. Golokdi tangan kanannya meluncur dan dengan gerakan terputar membabat ke arah pinggangBwee Hiang, sedangkan tangan kirinya menyusul dengan sebuah pukulan ke arahkepala gadis itu.

Bwee Hiang tidak menjadi gugup, ia lalu melayani serangan ini dengan gerak tipu RajaMonyet Membagi Buah. Pedang di tangan kirinya dipukulkan dari atas ke bawah untukmenangkis babatan golok ke pinggangnya, sedangkan pukulan tangan kiri lawan yangmenyambar ke arah kepalanya itu dielakkan dengan merendahkan tubuh hingga pukulan

Page 14: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 14/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

14

menyambar lewat ke atas kepalanya. Berbareng dengan pertahanan diri itu, tangankanannya yang menganggur lalu menusukkan pedang ke arah dada orang, tepat dibawah tangan kiri Gu Ma Ong yang terangkat dan sedang memukulnya itu!

 Akan tetapi Gu Ma Ong benar-benar lihai, karena sungguhpun ia merasa amat terkejutmelihat serangan tiba-tiba yang berbahaya ini, ia tidak kehilangan ketenangannya dantangan klrinya yang telah memukul kepala segera disabetkan ke bawah dengan telapaktangan miring, menghantam pedang Bwee Hiang yang menusuknya dari sampingdengan gerak tipu Dewa Mabok Menolak Arak. Gerakan ini harus dilakukan dengan tepatsekali, oleh karena pedang adalah senjata tajam yang tajam di kedua bagian sehinggapukulan telapak tangan harus dapat mengenai permukaan pedang, kalau meleset sedikitsaja maka telapak tangan itu pasti akan putus atau sedikitnya menderita luka! GerakanGu Ma Ong amat tepat dan pedang yang menusuk di dadanya itu dapat terpental kesamping sehingga dadanya dapat diselamatkan.

Bwee Hiang merasa kagum juga melihat ketenangan dan kelihaian pangcu (ketua) dariHek-lian-pang ini, maka setelah melompat mundur dua langkah, untuk menetapkanposisinya, ia lalu menyerbu lagi dengan tipu-tipu Hoa-san Kiam-hwat yang hebat. Keduapedangnya menyambar-nyambar dari kanan kiri, atas bawah dan mengurung tubuhlawannya. Biarpun Gu Ma Ong melakukan perlawanan sengit dan mengerahkan seluruhkepandaiannya, namun tetap saja goloknya terdesak dan terhimpit oleh sepasangpedang lawan sehingga diam-diam ia mengeluh dan merasa gelisah sekali.

Sementara itu, Ong Su dan Ciauw In yang mengamuk, terutama sekali Ong Su yangmemainkan toyanya secara ganas dan lihai, telah merobohkan belasan orang anggautaHek-lian-pai. Mereka itu ada yang terbacok pundak atau lengannya, ada yang tulangkakinya patah-patah karena disapu oleh toya Ong Su, ada pula yang kepalanya pecahatau matang biru mukanya sehingga sukar dikenal lagi.

Tubuh mereka bergelimpangan, darah membasahi lantai dan rintihan terdengarmenyedihkan sekali. Tadinya, banyak sekali orang-orang penduduk Ban-hong-cun yangmendengar tentang perkelahian itu datang menonton dari luar pintu pekarangan, mereka

diam-diam merasa heran dan juga girang melihat bahwa akhirnya ada juga orang-orangyang berani melawan dan menentang Hek-lian-Pang yang mereka benci. Akan tetapiketika mellhat betapa tiga orang muda itu mengamuk demikian hebatnya, merekamerasa ngeri juga lalu pergi menjauhkan diri dan hanya menonton atau menanti daritempat yang cukup jauh dan aman!

Para anggauta Hek-lian-pang yang tadinya mengeroyok Ong Su dan Ciauw In, kinimerasa gentar dan ketakutan melihat betapa kedua orang muda itu mengamuk bagaikansepasang naga dari angkasa dan melihat betapa banyak kawan-kawan mereka terlukaparah atau binasa, mereka yang masih bersisa delapan orang itu lalu berlari keluar daritempat itu menyelamatkan diri!

Ong Su tertawa bergelak-gelak dan melihat betapa Bwee Hiang belum berhasilmerobohkan ketua Hek-lian-pang. Ong Su lalu menyerbu hendak membantu. Akan tetapi

Ciauw In berseru.“Ong sute, jangan turun tangan! Sumoi tak perlu dibantu, biar dia sendiri yang membikinmampus musuh besarnya!"

Ong Su merasa penasaran karena menurut suara hatinya, ia ingin lekas-lekas melihatmusuh besar sumoinya yang kejam itu roboh binasa, maka ia tidak menunda maksudnyahendak membantu. Akan tetapi di luar dugaannya. Bwee Hiang juga berseru,

“Ong-suheng, ucapan twa-suheng benar! Biarkan aku sendiri menebus kematianmendiang ayahku."

Page 15: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 15/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

15

Terpaksa Ong Su melompat mundur lagi dan hanya menonron bersama Ciauw In dipinggir.

Gu Ma Ong yang melihat betapa seluruh anak buahnya telah disapu bersih oleh keduaorang muda itu, tentu saja menjadi terkejut sekali dan hatinya makin takut dan gentar.Oleh karena ini, maka permainan goloknya yang sudah terdesak hebat oleh Bwee Hiangitu, makin menjadi kalut. Napasnya tersengal-sengal dan pandangan matanya kabur.

Pada waktu Bwee Hiang menggunakan pedang di tangan kiri menyerang ke arahlehernya dan kaki kanan gadis itu melayang menendang lambung dengan gerakan tipuBurung Walet Menyerang Lawan, Gu Ma Ong yang sudah pening itu menggunakangoloknya menangkis serangan pedang sedangkan tangan kirinya cepat menyampoktendangan yang berbahaya itu. la dapat menghindarkan diri dari serangan ini, akan tetapitidak tahunya kedua serangan gadis itu hanya untuk memancing dan mencari lowongan,karena secepat kilat pedang di tangan kanan gadis itu meluncur ke depan dan tak dapatditahan lagi pedang itu amblas ke dalam dadanya sebelah kiri sampai menembus kepunggungnya!

Gu Ma Ong hanya dapat mengeluarkan jerit ngeri, lalu roboh tak berkutik lagi! BweeHiang berdiri memandang tubuh lawan dan musuh besarnya dan lenyaplah seluruhtenaga dan semangatnya melihat betapa musuh besarnya ini akhirnya binasa juga ditangannya. Keharuan hati dicampur kesedihan teringat akan nasib ayahnya membuat iaberdiri lemas dan dua butir air mata menitik ke atas pipinya.

Ia lalu menoleh dan memandang kepada sekian banyaknya tubuh para anggauta Hek-lian-pang, lalu ia berkata sambil memandang kepada kedua suhengnya.

“Twa-suheng, ji-suheng, terima kasih atas bantuan kalian. Hatiku telah puas karena sakithati ayah telah terbalas!”

Seorang anggauta Hek-liang-pang yang rebah tidak jauh dari mereka dan menderitatulang kering kakinya patah-patah oleh toya Ong su menggerakkan tubuhnya danbertanya.

"Sam-wi siapakah? Harap suka memberitahu nama kalian agar nanti aku dapat

memberitahukan kepada pangcu apabila ia kembali ke sini."Bwee Hiang tersenyum menyindir.

“Baiklah, kau kubiarkan hidup agar mendapat kesempatan memberitahukan nama kamikepada pangcumu. Ketahuilah bahwa yang melakukan semua ini adalah Gak BweeHiang puteri tunggal dari mendiang Gak Seng di kota Keng-sin yang terbunuh mati olehketuamu ini!"

"Dan aku bernama Ong Su, kau ingat baik-baik!”

“Boleh juga kau beritahukan namaku, yaitu Lie Ciauw In!”

"Kuingat baik-baik, takkan kulupa tiga nama ini ....." orang itu berkata lalu merintih-rintihkarena kakinya terasa sakit sekali.

Bwee Hiang dan kedua orang suhengnya lalu meninggalkan tempat itu. Ketika merekatiba di luar pekarangan, mereka melihat banyak sekali orang menghampiri hinggamereka menjadi kaget dan bersiap sedia karena menyangka bahwa orang-orang itumungkin anak buah Hek-lian-pang yang hendak mengeroyok. Akan tetapi ternyatabahwa mereka itu adalah penduduk kota Ban-hong-cun yang menyatakan kekagumandan terima kasih mereka.

“Kalian sungguh gagah perkasa,” kata seorang kakek yang berada di antara mereka."Hek-lian-pang telah bertahun-tahun merajalela dan tak seorangpun beranimenentangnya, akan tetapi hari ini mereka hancur dan rusak binasa di dalam tangan

Page 16: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 16/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

16

kalian bertiga orang-orang muda. Untungnya bahwa pangcu mereka sedang keluar kotakalau tidak, belum tentu kalian dapat keluar dengan selamat."

"Mengapa begitu, lopeh ?" tanya Ciasuw In dengan heran.

"Kalian tidak tahu, ketua rnereka yang sedang pergi itu lihai sekali dan menurut ceritaorang, kepandaiannya masih beberapa kali lipat lebih tinggi dari pada kepandaian Gu-

pangcu yang binasa itu.""Aku tidak takut!" kata Bwee Hiang mengangkat dada. "Kalau lain kali aku bertemudengan dia, pasti akan kupenggal batang lehernya!”

Kakek itu memandang kagum.

"Lihiap kalau ia bertemu dan bertempur dengan kau pasti akan merupakan pertandinganyang amat indah dan sedap dipandang!”

 Akan tetapi ketiga anak murid Hoa-san itu tidak memperdulikan mereka, bahkan CiauwIn lalu berpesan agar supaya mereka itu suka turun tangan merawat mereka yang lukaserta mengurus yang telah tewas. Kemudian mereka lalu melanjutkan perjalanan,menuju ke Kui-san untuk memenuhi tugas yang diserahkan kepada mereka oleh suhumereka, yakni mewakili Hoa-san untuk mengadu kepandaian di puncak Kui-san!

Bukit Kui-san adalah sebuah bukit yang bersih. Tidak terdapat hutan liar di tempat itu danbanyak dusun dibuka orang di lereng-lereng bukit ini yang memiliki tanah subur. Pohon-pohon turnbuh di sana sini dan seluruh permukaan bukit ditumbuhi rumput-rumput hijauyang gemuk menyedapkan mata.

Di puncak bukit ini terdapat sebuah kelenteng tua yang amat besar, mempunyaipekarangan yang luas sekali. Tempat inilah yang dipilih oleh Pek Bi Hosiang tokoh besarGo-bi-pai itu untuk mengadakan pibu persahabatan. Hwesio ini telah menghubungi ketuakelenteng dan mendapat perkenannya untuk meminjam tempat ini sebagai tempat pibu.

Ketika hari-hari pertama musim Chun (musim semi) tiba, berangsur-angsur datanglahsegala jago silat dari berbagai tempat hingga suasana di tempat itu ramai bagaikansedang berpesta. Para penduduk dusun di sekitar bukit, juga orang-orang darl kota jauhyang mendengar akan pertandingan ini, sengaja datang untuk menonton.

Ketika Ciauw In, Ong Su, dan Bwee Hiang datang di tempat itu, ternyata di situ telahbanyak berkumpul jago-jago muda dan tua dari segala cabang persilatan. Kedatangan ketiga orang muda itu disambut oleh Pek Bi Hoasiang yang bertindak sebagai tuan rumahatau pengundang. Sikap hwesio tua ini ramah tamah dan setelah mereka menjalankanpenghormatan selayaknya, hwesio tua yang beralis putih seluruhnya ini sambiltersenyum bertanya.

“Sam-wi, di mana adanya Ho Sim Siansu ? Apakah orang tua itu akan datangbelakangan?”

"Maaf, locianpwe. Suhu tak dapat datang oleh karena suhu tidak tertarik untuk turuntangan sendiri mengadu pibu, yang menurut katanya seperti permainan kanak-kanaksaja,"' jawab Ong Su yang jujur, akan tetapi selagi Pek Bi Hosiang tertawa bergelak-gelak

mendengar ucapan ini, Ciauw In segera memotong pembicaraan sutenya yang lancangitu.

“Locianpwe," katanya dengan sikap hormat. “Suhu tidak ada waktu untuk datang, olehkarena itu suhu sengaja mengutus teecu bertiga untuk mewakilinya.”

"Sayang, sayang ..... agaknya seperti juga tokoh-tokoh tua dari lain cabang persilatan,suhumu sudah kehilangan kegembiraan hidup. Tidak hanya suhumu yang datang,bahkan sebagian besar dari cabang-cabang persilatan anak-anak murid muda saja,kecuali cabang yang biarpun hanya mengutus Kun-lun-pai dan mendatangkan jago tua,

Page 17: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 17/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

17

akan Thai-san-pai, tetapi juga tokoh-tokoh tingkat dua saja. Mereka ini benar-benarterlalu sungkan, sayang ........”

Ketiga anak murid Hoa-san ini lalu dipersilakan duduk di ruang yang telah penuh denganpara tamu yang rata-rata bersikap gagah sekali itu. Oleh karena diantara para anakmurid yang datang di situ banyak pula terdapat pendekar-pendekar wanita, maka BweeHiang merasa gembira sekali dan ia memandang dengan kagum kepada mereka itu.

Sebaliknya para pendekar wanita ketika mendengar bahwa gadis muda yang barudatang itu adalah murid dari Hoa-san-pai yang amat terkenal, memandang dengan matamenduga-duga sampai di mana kelihaian gadis ini.

Diantara para wanita yang berada di situ, yang amat menarik perhatian Bwee Hiangadalah seorang wanita muda yang berusia paling banyak dua puluh tahun dan yangduduknya menyendiri seakan-akan tidak berteman. Dara ini berpakaian hitam danwajahnya luar biasa cantiknya, sedangkan sikapnya amat gagah, terutama sepasangmatanya yang bening dan indah itu benar-benar memikat hati.

Setelah semua tamu duduk di tempat masing-masing memenuhi ruangan itu, Pek BiHosiang ketua Go bi-pai yang mennjadi pengundang lalu berdiri dari tempat duduknya. Iamenduduki tempat yang khusus disediakan buat para tingkat tua, bersama dua orang

tokoh tua lain, yakni Gui Im Tojin dari Kun-lun-pai dan Lan Lau Suthai dari Thai-san-pai.

Pek Bi Hosiang yang bertubuh tinggi besar itu nampak girang dan gagah sekali.Jubahnya putih bersih, kepalanya gundul licin dan mukanya berwarna kemerah-merahandan belum nampak ada keriput. Yang paling menarik perhatian adalah alisnya yang telahberwarna putih dan amat tebal itu. Alis inilah yang membuat ia mendapat nama Pek BiHosiang atau Hwesio Alis Putih.

"Cuwi sekalian," katanya dengan suaranya yang nyaring dan jelas, “pincengmenghaturkan banyak terima kasih dan merasa amat bergembira atas sedatangan cuwisekalian yang telah memenuhi undangan pinceng untuk datang mengadakan pertemuanpada hari ini, sungguhpun ada sedikit kekecewaan pinceng bahwa para sahabat baik darigolongan tua tak berkesempatan turut hadir. Biarlah, pertemuan kali ini dilakukan olehyang muda-muda untuk menambah pengalaman dan mempererat persahabatan, dan lain

kali akan pinceng usahakan untuk mengadakan pertemuan khusus bagi para locianpwe!Sebagaimana cuwi sekalian ketahui, pertemuan ini diadakan untuk menyelenggarakansebuah pibu secara persahabatan. Sebuah lumba yang akan menentukan siapakah yangmemiliki ilmu silat terbaik, yang dilakukan dalam suasana persahabatan, saling mengisikekurangan, menambah pengalaman dan mempererat hubungan antara segolongan.Pertemuan ramah tamah seperti ini amat pentingnya dan ada baiknya apabila kelaksetelah kami orang-orang tua ini tidak ada lagi di dunia ini, kalian orang-orang muda sukamengusahakan pertemuan macam ini agar persatuan para orang gagah sedunia tidakakan terpecah belah dan setiap persengketaan atau kesalahfahaman dapat dibereskandalam pertemuan seperti ini. Nah, sekarang mari kita mulai!”

Pidato ketua Go-bi-san ini disambut dengan tepuk tangan gembira oleh semua hadirinhingga keadaan menjadi makin gembira. Pek Bi Hosiang lalu mengadakan perundingan

dengan Gui Im Tojin dan Lan Lau Suthai untuk mengatur cara-cara pertandinganpersahabatan itu dilakukan.

Setelah berunding beberapa lama, lalu diputuskan bahwa setiap orang muda yangmewakili cabang persilatan mereka, boleh mendaftarkan nama sebagai pengikut danpertandingan pibu ini akan dilakukan dalam dua babak. Apabila seorang pengikut dapatmemenangkan dua pertandingan dalam babak pertama, maka ia berhak ikut dalambabak kedua. Kemudian pemenang-pemenang babak kedua ini akan “diuji”kepandaiannya oleh ketiga orang tua yang dianggap sebagai jurinya, yaitu Pek BiHosiang sendiri, Gui Im Tojin, dan Lan Lau Suthai.

Page 18: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 18/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

18

Setelah hal ini diumumkan, maka ramailah orang-orang muda itu mendaftarkan namamasing-masing. Akan tetapi tidak semua ikut mendaftarkan diri. Diantara mereka, yangmerasa bahwa kepandaian sendiri masih kurang sempurna, tidak berani mendaftarkandiri, karena takut kalau-kalau mendapat malu. Mereka maklum bahwa yang berkumpul diwaktu itu adalah ahli-ahli silat pilihan karena kalau tidak memiliki kepandaian tinggi tidaknanti diutus sebagai wakil golongan masing-masing.

Setelah semua nama peserta, maka ternyata bahwa dari partai Go-bi terdapat dua orangpeserta, yakni Lo Sun Kang, murid pertama Pek Bi Hosiang, dan sumoinya yangbernama Cui Hai Eng. Dari Kun-lun-pai yang ikut adalah Bong Hin dan Bong Le, kakakberadik yang juga merupakan murid pertama dan kedua dari perguruan Kun-lun-pai,sedangkan Gui Im Tojin adalah susiok (paman guru) mereka.

Siauw-lim-pai diwakili oleh seorang hwesio muda bernama Hwat Siu Hwesio, seorangkepala gundul yang pendiam dan tak banyak bicara, akan tetapi sepasang matanya yangtajam menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli lweekeh yang tangguh.

Partai Bu-tong-pai diwakili oleh Ong Hwat Seng, seorang pemuda berusia dua puluhtahun lebih yang tampan dan gagah, akan tetapi yang mempunyai watak amat sombongdan tekebur. Dari pihak Thai-san-pai, keluarlah dua orang gadis cantik dan gagahbernama Tan Bi Nio dan Kui Ek Li, kedua-duanya murid Lan Lau Suthai yang hadir disitu.

Selain wakil-wakil dari partai, ada juga beberapa orang yang tidak mewakili partai, ataupeserta luar yang juga diperbolehkan mengikuti pibu ini. Diantara mereka terdapat duaorang yang perlu dikemukakan, yakni seorang pemuda bernama Kam Sui Hong, danseorang dara jelita yang tadi dikagumi oleh Bwee Hiang, dan yang mendaftarkannamanya sebagai Gu Sian Kim.

Juga Ciauw In, Ong Su, dan Bwee Hiang mendaftarkan namanya hingga dari fihak partaiyang terbanyak adalah partai Hoa-san ini. Dengan demikian maka jumlah peserta adalima belas orang. Tentu saja mereka ini adalah orang-orang pilihan, karena pada waktuitu yang datang memenuhi ruangan tidak kurang dari lima puluh orang dari berbagaigolongan.

Ketika para peserta itu dipersilakan untuk bersiap dan karena agaknya mereka ini masihmerasa malu-malu ketika diminta seorang di antaranya naik ke panggung akan tetapitidak ada yang muncul. Pek Bi Hosiang sebagai tuan rumah lalu menyuruh muridnyayang kedua mendahului mereka.

Ciu Hai Eng, gadis bermuka kuning murid Go-bi-pai ini mentaati perintah suhunya dandengan gerakan ringan sekali ia melompat ke atas panggung. Munculnya gadis ini disambut oleh tepuk tangan para penonton, yakni penduduk dusun dan kota yang sengajadatang menonton karena mereka yang telah menanti-nanti dari pagi tadi maklum bahwakini pertandingan akan segera dimulai.

Melihat gadis Go-bi-pai itu telah melompat naik ke panggung, maka murid kedua dariThai-san-pai, yakni Kui Ek Li yang bertubuh kecil langsing dan bermuka manis, lompatmenyusul, disambut dengan tempik sorak pula. Kui Ek Li mengangkat kedua tangannya

kepada Ciu Hai Eng yang tersenyum dan membalas penghormatannya.

“Cici, bagaimanakah kita bertanding, bertangan kosong, atau bersenjata?" tanya Kui EkLi dengan senyum manis, kepada Hai Eng yang lebih tua darinya itu. Memang tadi telahditetapkan bahwa dalam pertandingan ini, kedua peserta boleh berunding sendiri apakahmereka akan bertanding dengan tangan kosong atau bersenjata.

"Adik yang manis,” jawab Hai Eng sambil tersenyum pula, "telah lama aku mendengartentang kehebatan ilmu golok Thai–san-pai ingin sekali aku mencobanya."

Page 19: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 19/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

19

Sambil berkata demiklan, Ciu Hai Eng mengeluarkan pedangnya, sedangkan Kui Ek Lisegera mencabut keluar goloknya yang kecil dan tipis dari pinggang.

"Berlakulah murah hati kepadaku, cici," katanya sambil memasang kuda-kuda dansetelah saling mengangguk, kedua orang gadis itu mulai bersilat dan saling serang.

Ciu Hai Eng segera mengeluarkan ilmu pedang cabang Go-bi-pai yang tangguh dan

cepat gerakannya itu, sedangkan Kui Ek Li juga tidak mau kalah. Goloknya berkelebatanmerupakan sinar putih yang lebar dan panjang, menyerang dengan hebatnya. Bagi parapenonton yang tidak mengerti ilmu silat, tentu saja pertandingan ini membuat hati merekaberdebar tegang dan cemas karena kuatir kalau-kalau seorang di antara kedua gadis ituakan terbacok golok atau tertusuk pedang.

 Akan tetapi bagi mereka yang mengikuti pertandingan itu dan mengerti akan ilmu silattinggi, tidak ada kekuatiran ini di dalam hati. Mereka maklum bahwa orang yang telahmemiliki ilmu kepandalan silat tinggi, dapat menguasai gerakan senjata merekasepenuhnya hingga mereka takkan kesalahan tangan membunuh atau melukai hebatkepada lawan, sungguhpun setiap serangan dilakukan dengan sungguh-sungguh danhebat, karena mereka telah cukup gesit untuk menghindarkan diri dari setiap serangan,dan juga andaikata lawan kurang cepat mengelak, mereka ini masih dapat menguasaisenjata dan menahan serangan hingga tidak sampai mendatangkan luka yangmematikan.

Setelah kedua orang gadis itu bertempur selama dua puluh jurus lebih, maka bagi matapara ahli yang berada di situ, ternyatalah bahwa gerakan pedang Ciu Hai Eng lebih kuatdan matang hingga perlahan-lahan golok Kui Ek Li mulai terdesak. Akan tetapi hal initentu saja tidak diketahui olen para penonton yang tidak rnengerti ilmu silat tinggi, olehkarena mereka hanya melihat betapa kedua gadis itu bergerak cepat sekali hinggabayangan tubuh mereka lenyap tertelan sinar pedang dan golok.

Kui Ek Li juga maklum akan kehebatan ilmu pedang lawannya, maka untuk menjaganama perguruan dan untuk rnemperoleh kemenangan, tiba-tiba ia melakukan seranganyang luar biasa hebatnya, yakni dengan tipu Hong-sauw-pat-yab atau Angin Sapu DaunRontok. Goloknya benar-benar merupakan angin taufan yang berkelebatan dan

menyambar-nyambar dengan ganas sekali.Diam-diam Ciu Hai Eng merasa kagum melihat kegesitan gadis muda itu, akan tetapi iamemang lebih kuat dan lebih tenang hingga menghadapi serangan hebat ini ia tidakmenjadi gugup. Dengan ketenangan disertai kegesitannya yang mengagumkan, Ciu HaiEng lalu mainkan tipu silat Seng-siok-hut-si atau Musim Panas Kebut Kipas. Pedangnyaterputar melindungi tubuhnya dari depan hingga tiap tusukan dan babatan goloklawannya selalu tertangkis dengan kuatnya, bahkan ia lalu membalas dengan seranganHui-pau-liu-cwan atau Air Terjun Bertebaran. Karena memang ia menang kuat dalam haltenaga lweekang, maka serangannya ini membuat Kui Ek Li merasa kewalahan dansetelah terdesak mundur dengan hebat, ia melompat sambil berseru.

“Cici, ilmu pedangmu hebat sekali!"

Kalau para penonton di luar menganggap Ek Li mengalah, adalah para ahli yang

melihatnya maklum bahwa tadi dalam pertempuran terakhir, ujung pedang Hai Eng telahberhasil membabat putus ujung ikat pinggang Ek Li yang melambai ke bawah!

Menurut peraturan, maka untuk dapat memasuki babak kedua, Ciu Hai Eng harusmenangkan satu pertandingan lagi. Oleh karena itu, ia masih berdiri seorang diri di ataspanggung setelah EK Li turun dan dengan tenang menanti datangnya lawan kedua.

Melihat kelihaian Ciu Hai Eng, Ong Su menjadi tertarik. Ia dulu pernah bertemu denganseorang anak murid dari Go-bi-pai yang mengantarkan surat untuk suhunya dan menurutpandangannya, ilmu kepandaian pengantar surat itu walaupun cukup baik, akan tetapi

Page 20: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 20/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

20

tidak setinggi ilmu silat gadis bermuka kuning dari Go-bi-pai ini. Setelah mendapatpersetujuan suheng dan sumoinya, ia lalu melompat naik ke atas panggung sambilmembawa toyanya. Mendengar nama Ong Su sebagai murid Hoa-san-pai disebut olehPek Bi Hosiang, semua orang memandang dengan penuh perhatian.

Ong Su menjura kepada Ciu Hai Eng dan berkata,

"Enci yang gagah perkasa, perkenankanlah aku merasai kelihaian ilmu pedang cabangGo-bi-pai!” katanya dengan suaranya yang nyaring sesuai dengan tubuhnya yang kuatdan tegap itu.

Ciu Hai Eng maklum akan ketangguhan lawan ini, akan tetapi ia merasa agak heranmelihat pemuda ini memegang sebatang toya.

"Saudara yang baik,” katanya, “telah lama aku mendengar bahwa Hoa-san-pai memilikiilmu pedang yang jarang tandingannya di dunia ini dan tadi aku telah merasa amatgembira mendengar bahwa aku mendapat kehormatan untuk merasakan kehebatanHoa-san Kiam-hwat. Akan tetapi mengapa kau membawa-bawa toya?”

Ong Su tertawa, suara ketawanya bebas lepas menandakan kejujuran dan kepolosanhatinya.

“Enci yang gagah, semenjak belajar ilmu silat, aku lebih suka memegang toya ini danilmu pedang yang kupelajari belum cukup untuk menandingi ilmu pedangmu tadi. Selainilmu pedang, Hoa-san-pai juga memiliki ilmu toya dan marilah kita main-main sebentaruntuk menambahkan pengetahuanku yang amat dangkal."

Karena memang wataknya amat jujur, maka biarpun merendahkan diri namun ucapanOng Su terdengar kaku.

Sambil tersenyum Ciu Hai Eng lalu memasang kuda-kuda dan berkata,

"Saudara Ong yang baik, silakan menyerang!”

Ong Su tidak sungkan-sungkan lagi dan segera menggerakkan toyanya dan terkejutlahCui Hai Eng melihat gerakan toya yang benar-benar hebat itu. Ia maklum bahwa dalamhal tenaga, ia tidak dapat mengimbangi tenaga lawan yang kuat bagaikan seekor

harimau muda ini, maka ia berlaku hati-hati sekali dan memutar pedangnya dengancepat untuk mendesak Ong Su dengan ginkangnya yang tinggi. Akan tetapi, kembali iaterkejut karena biarpun tubuhnya besar dan kuat, namun gin-kang dari Ong Su cukuplihai dan tidak berada di sebelah bawah ginkangnya sendiri!

Pertempuran kali ini lebih hebat dari pertempuran tadi sehingga penonton bersorak-sorakgembira. Memang benar-benar mengagumkan gerakan kedua orang itu. Toya di tanganOng Su bergerak-gerak kuat bagaikan gelombang ombak samudera yang bergulung-gulung memukul pantai, sedangkan Ciu Hai Eng dengan amat gesitnya berkelebatdengan sinar pedangnya diantara gulungan gelombang sinar toya itu!

Kalau diukur, kepandaian kedua orang muda ini memang seimbang. Ong Su memangboleh dibilang menang tenaga, akan tetapi dalam hal kegesitan, ia masih kalah sedikit.Hal ini bukan hanya disebabkan oleh ginkang, karena ilmu meringankan tubuh mereka

setingkat, hanya karena senjata di tangan gadis itu lebih ringan dan dipegang di ujungtangan, maka dapat digerakkan lebih cepat dari pada gerakan toya yang dipegang olehkedua tangan. Dalam hal mempertahankan diri, memang senjata toya lebih bermanfaatdan praktis, akan tetapi dalam penyerangan, kalah ganas oleh gerakan pedang. Hal inidapat dilihat dengan baik oleh para ahli yang berada di situ, dan bagi mereka juga amatsukar untuk menentukan siapakah yang lebih unggul diantara kedua orang muda yangsedang bertempur itu.

Page 21: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 21/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

21

Ciu Hai Eng yang sudah mulai lelah, segera mengeluarkan ilmu pedangnya yang palinghebat, yakni ia menggunakan gerak tipu Dewi Kwan Im Menyebar Bunga. Gerakanpedangnya kali ini benar-benar cepat sekali sehingga Ong Su merasa amat terkejut.Seakan-akan berubah menjadi dua batang, pedang di tangan gadis itu dengan secaratiba-tiba dan bertubi-tubi menyerang dengan tusukan ke arah lehernya lalu diteruskanmembacok dadanya!

Ong Su menggerakkan toyanya menangkis, akan tetapi ketika dua kali serangan inidapat ia tangkis, tahu-tahu pedang gadis itu telah terpental dan langsung menusuk keperutnya! Ong Su merasa terkejut dan tak tempat menangkis lagi. Akan tetapi, tiba-tibapedang di tangan Hai Eng berubah gerakannya karena gadis ini tidak mau melukailawannya dan kini pedang itu meluncur ke pinggir perut Ong Su dan hanya menyerempetbajunya saja.

Pada saat itu toya Ong Su yang ditangkisnya tadi telah tiba dan menghantam pedang itusekerasnya hingga pedang di tangan Hai Eng terlepas dari pegangan!

ONG SU adalah seorang yang jujur. Ia maklum bahwa kalau mau, tadi gadis itu telahdapat mengalahkannya, dan bahwa gadis itu telah berlaku mengalah, maka kini melihatbetapa pedang gadis itu terlepas dari pegangan karena sampokan toyanya, iapun lalumelepaskan toyanya itu dari pegangan hingga jatuh ke atas lantai panggung!

Ciu Hai Eng tersenyum dan menjura.

"Ong-enghiong, tenagamu besar sekali, aku mengaku kalah."

Ong Su buru-buru membalas dengan menjura dalam. Ketika para penonton menyambutkemenangannya dengan tepuk sorak, ia lalu mengangkat kedua tangannya ke atas danberkata dengan suara keras.

“Bukan siauwte yang menang, akan tetapi nona inilah yang menang! Aku mengakukalah!”

Setelah berkata demikian, ia menjura lagi kepada Hai Eng dan berkata.

“Enci yang gagah, aku benar-benar mengaku kalah dan terima kasih atas kemurahanhatimu tadi!”

Setelah berkata demikian, Ong Su mengambil toyanya dan melompat turun kembali ketempat duduknya semula di dekat Ciauw In dan Bwee Hiang.

"Ji-suheng, sikapmu tadi benar-benar baik dan membanggakan hatiku," kata BweeHiang.

Sedangkan Ciauw In hanya mengangguk-angguk dan berkata,

“Dia memang lihai ilmu pedangnya."

Para juri yang terdiri dari Pek Bi Hosiang, Gui Im Tojin, dan Lan Lau Suthai juga tahuakan hasil pertempuran tadi, maka dalam babak pertama ini, Ciu Hai Eng dinyatakan

keluar sebagai pemenang dan ia diperbolehkan duduk mengaso dan menanti untukmasuk dalam babak kedua! Tepuk-sorak ramai menyambut kemenangan Hai Eng ini dangadis itu lalu duduk di tempatnya sendiri dan diam-diam merasa kagum akan kejujuranhati Ong Su, murid Hoa-san-pai yang lihai ilmu toyanya itu.

Ketika peserta lain dipersilakan naik, wakil Bu-tong-pai yang bernama Ong Hwat Sengpemuda yang menjadi wakil tunggal dari partai Bu-tong itu melompat ke atas panggung.Ia sengaja melakukan gerak lompat Garuda Sakti Melayang Naik, sebuah gerakan yangamat indah dipandang. Sambil melompat, ia membuka kedua lengannya ke kanan kiri

Page 22: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 22/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

22

bagaikan sayap garuda, kedua kakinya ditekuk ke atas seakan-akan cakar garudahendak menyambar dan tubuhnya seakan-akan telungkup di udara. Ketika tubuhnyaturun ke atas papan panggung luitai (panggung tempat bersilat), kedua kakinyaditurunkan dan hinggap di atas papan, demikian ringannya bagaikan seekor burung kecilsaja! Tentu saja gerakannya ini disambut oleh tepuk sorak penonton yang merasa kagumsekali.

Dengan lagak dibuat-buat, pemuda ini lalu menjura ke empat penjuru, kemudian berdirimengangkat dada dan bertolak pinggang, menanti datangnya lawan! Ong Hwat Sengmemang tampan dan gagah orangnya, serta mempunyai kesombongan besar. Hal iniadalah karena ia masih amat muda, belum lebih dari dua puluh tahun dan karena iamemang berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya, maka sifat ini tak begitumengherankan. Akan tetapi, harus diakui bahwa ia memiliki bakat baik sekali dan ilmusilatnya amat lihai sehingga Bu-tong-pai merata bangga mempunyai seorang murid mudaseperti dia.

Seorang peserta lain yang tidak mewakili partai, yakni Kam Sui Hong, ketika melihatlagak pemuda di atas pangpung, tidak dapat menahan hatinya lagi. Sambil berkata"maaf!” ia melompat naik ke atas panggung dan menghadapi Ong Hwat Seng sambilmenjura.

“Saudara Ong dari Bu-tong-pai, siauwte Kam Sui Hong minta pengajaran!” katanya.

"Saudara Kam Sui Hong. baru tadi aku mengenal namamu, akan tetapi aku belummengerti dari manakah kau berasal, dan kau mewakili cabang persilatan manakah?”

Pertanyaan ini diajukan dengan senyum dikulum, dan nampaknya Ong Hwat Seng inimemandang rendah sekali.

Melihat lagak ini, Bwee Hiang yang melihat betapa Ong Su memandang dengan mata taksenang, segera menggoda ji-suhengnya itu.

"Ong suheng, saudaramu itu benar-benar memalukan!"

Ong Su memandang kepada Bwee Hiang dengan merengut.

"Saudara siapakah? Siapa sudi mempunyai saudara seperti dia?”

Bwee Hiang tersenyum.

“Dia juga she Ong, sama seperti shemu sendiri, setidak-tidaknya kau masih adahubungan saudara dengan dia.”

Makin panaslah hati Ong Su. la bangkit berdiri dan hendak melompat ke atas panggung,akan tetapi tangannya segera dipegang oleh suhengnya.

"Sute, kau hendak pergi ke manakah?" tanya Ciauw In.

“Biar aku naik ke panggung dan melawan orang sombong itu!"

“Hush! Jangan kau begitu, sute. Kau tadi sudah mengaku kalah, dan karenanya kau tidakberhak lagi untuk naik ke panggung. Kau lihat, orang sombong itu kurasa tidak akan kuatmenghadapi Kam Sui Hong itu!”

Juga Bwee Hiang membujuk dan berkata,

“Ong-suheng, aku tadi hanya bicara main-main saja, apakah kau tidak bisa memaafkan?”

Luluh lagi kemarahan Ong Su dan dinginlah rasa panas yang membakar hatinya ketikamendengar ucapan Bwee Hiang ini, maka ia menarik napas panjang dan duduk kembalidi tempatnya.

Page 23: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 23/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

23

Sementara itu, Kam Sui Hong ketika mendengar pertanyaan Ong Hwat Seng yangsombong, lalu tersenyum dan menjawab.“Saudara Ong Hwat Seng, kau mewakili partai Bu-tong-pai yang ternama, maka tentukau lihai sekali. Akan tetapi, aku tidak mewakili siapapun juga, kecuali diriku sendiri. Akuhanyalah seorang perantau bodoh yang karena gembira melihat pertemuan ini,melupakan kebodohan sendiri dan ingin menambahkan pengalaman dalam pertandingan

pibu persahabatan ini.""Sayang sekali, kalau begitu, aku berada dalam keadaan dan kedudukan yang rugi.Kalau menang, maka kemenangan itu tidak dapat mengharumkan nama partaiku, kalaukalah, aku akan malu sekali."

Bukan main panas hati Kam Sui Hong mendengar ini.

"Tak usah kau merasa ragu-ragu, saudara Ong. Ketahuilah, biarpun bodoh, akan tetapiaku adalah keturunan langsung dari Kam Ek locianpwe yang mencipta ilmu silat Ang-sin-tiauw-kun-hwat (Ilmu Silat Rajawali Merah).”

Mendengar pengakuan ini, kagetlah Ong Hwat Seng dan juga semua orang kini menaruhperhatian besar kepada Kam Sui Hong karena nama Ang-sin-tiauw-kun-hwat bukanlahnama ilmu silat yang tidak terkenal.

“Bagus, kalau begitu biarlah aku belajar kenal dengan Ang-sin-tiauw-kun-hwat!" seru OngHwat Seng dengan suara garang dan ia lalu maju menyerang.

Kam Sui Hong berlaku waspada dan segera mengelak lalu membalas dengan serangantak kalah hebatnya. Pertempuran kali ini berbeda dengan yang tadi-tadi, oleh karenadilakukan dengan tangan kosong. Biarpun mereka bertempur dengan tangan kosong,akan tetapi tidak kalah ramainya dengan pertempuran yang sudah-sudah. Kedua orangitu sama kuat, sama cepat, dan ilmu silat keduanya memang tinggi.

Ilmu silat Bu-tong-pai mempunyai gerakan dan tendangan kaki yang kuat dan lihai makaOng Hwat Seng mempunyai ilmu tendang yang amat berbahaya. Selain kepandaianmenendang ini, iapun ahli tiam-hwat (ilmu menotok jalan darah) dari Bu-tong-pai yangdisebut coat-meh-hoat. Ilmu tiam-hwat (totok) ini berbeda dengan ilmu totok dari cabang

Siauw-lim-pai yang disebut Tiam-hwee-louw, oleh karena kalau tiam-hwat dari Siauw-lim-pai digunakannya harus tepat dan mencari urat-urat penting, adalah coat-meh-hoat dariBu-tong-pai tidak mencari urat dan di mana saja totokan itu mengenai tubuh akanmendatangkan kelumpuhan pada lawan.

 Akan tetapi, ilmu silat turunan yang dimiliki oleh Kam Sui Hong bukanlah ilmu silat biasasaja dan Ang-sin-tiauw-kun-hwat ini telah mengandung pukulan-pukulan lihai dari Hun-kin-coh-kut atau ilmu pukulan untuk memutuskan otot dan melepaskan tulang lawan, jugapemuda ini telah mempelajari ilmu kebal Tiat-pouw-san (Baju Besi) yang membuatnyakebal terhadap segala totokan yang tidak tepat dan kuat datangnya. Bahkan senjatatajam yang mengenai badannya, asal datangnya tidak telak sekali dan tidak dilakukandengan tenaga lweekang yang tinggi, takkan dapat melukainya!

Maka dapat dibayangkan betapa hebatnya pertempuran itu, Sebetulnya, menurut

imbangan kepandaian mereka, Ong Hwat Seng seharusnya mendapat kemenangan,oleh karena ilmu kepandaiannya masih tinggi setingkat, juga gerakannya mempunyaibanyak variasi yang tak terduga. Akan tetapi, oleh karena ia sombong, maka iamemandang rendah dan juga ia terlalu banyak melagak dan mendemonstrasikangerakannya agar supaya nampak indah.

Sudah tiga kali ia berhasil memasukkan jari tangannya dan mengirim serangan totokan,akan tetapi, totokan-totokan ini dapat ditahan oleh kekebalan tubuh Kam Sui Honghingga meleset dan tidak melukainya. Hal itu membuat Ong Hwat Seng menjadipanasaran dan marah maka sambil berseru keras ia lalu mengeluarkan kepandaian

Page 24: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 24/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

24

simpanannya, yakni tendangan berantai Siauw-cu-twi. Tendangan yang amat lihai inidilakukan dengan kedua kaki dipentang sedikit dengan badan agak merendah ke bawah,kemudian secara tiba-tiba ia melompat ke atas kira-kira satu setengah kaki tinggi,kemudian kaki kirinya menendang dengan lutut ditekuk, lalu disusul dengan sambarantendangan kaki kanan, terus berulang-ulang dan bergantian, bertubi-tubi ditujukan kearah anggauta berbahaya fihak lawan! Inilah tendangan maut yang amat berbahaya dan

sekali saja tendangan itu mengenai sasaran, jiwa Kam Sui Hong takkan tertolong lagi!Kam Sui Hong yang melihat keganasan serangan lawan yang seakan-akan lupa bahwamereka hanya berpibu secara bersahabat itu, dengan terkejut lalu mencoba mengelak,akan tetapi ia merasa kewalahan menghadapi tendangan berantai yang lihai, itu, makasambil menggunakan kedua tangan untuk menyampok tiap tendangan yang datang, iaterhuyung mundur dan satu kali tendangan itu meleset mengenai pahanya hinggamerasa sakit sekali.

Menurut patut, Ong Hwat Seng harus menghentikan serangannya karena denganterdesaknya lawan dan berhasilnya tendangan ke arah paha sudah boleh dianggapmenang. Akan tetapi, pemuda ini agaknya masih belum puas kalau belum merobohkanlawan, maka ia tidak mau berhenti dan terus melancarkan serangan tendangannya!

Kam Sui Hong yang tertendang pahanya, menjadi lemas sebelah kakinya maka iaterjatuh berlutut dan ini merupakan satu pembelaan diri yang tidak disengaja, oleh karenauntuk menghadapi tendangan Siauw-cu-twi memang paling tepat harus merendahkan diridan menyembunyikan tubuh bagian bawah yang berbahaya. Dengan keadaan itu, makatendangan Ong Hwat Seng menyambar ke atas kepalanya dan kesempatan itudipergunakan dengan baiknya oleh Kam Sui Hong yang segera mengulur tangan,menangkap belakang kaki lawan dan mendorongnya sekuat tenaga ke depan hinggaOng Hwat Seng yang sedang menendang itu tidak ampun lagi lalu telempar sampaiterjatuh di bawah panggung!

Tepuk sorak riuh rendah menyambut kemenangan Kam Sui Hong oleh karena semuaorang diam-diam berfihak kepadanya dan tidak senang melihat lagak Ong Hwat Sengyang terbanting ke bawah panggung, setelah merayap bangun dengan muka meringis,lalu berjalan cepat meninggalkan tempat itu sambil setengah berlari-lari!

"Ong-sicu, tunggu .....!” Pek Bi Hosiang berteriak memanggil pemuda itu, akan tetapi OngHwat Seng hanya menengok sebentar dan menjawab,

"Aku sudah kalah, mau apa lagi!" dan terus berlari pergi!

Pek Bi Hosiang menghela napas dan berkata.

"Ah, mengapa Bu-tong-pai mengirim seorang murid seperti dia?"

 Akan tetapi, ia lalu menarik muka gembira dan memberi tanda agar supaya pertandinganpibu dilangsungkan.

Kam Sui Hong biarpun mendapat kemenangan, akan tetapi ia telah menderita luka padapahanya yang walaupun tidak berbahaya, akan tetapi tak memungkinkan kepadanyauntuk menghadapi seorang lawan baru, maka sambil menjura kepada Pek Bi Hosiang ia

berkata.

"Locianpwe, teecu yang bodoh telah membuat onar, maka harap suka dimaafkan danteecu menganggap bahwa barusan teecu tidak berada di fihak menang. Biarlahselanjutnya teecu menjadi penonton saja, karena untuk menghadapi seorang saudaralain, teecu tidak kuat lagi."

Orang-orang memuji sikap pemuda yang halus dan sopan ini, bahkan ketiga murid Hoa-san-pai memandangnya dengan kagum.

Page 25: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 25/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

25

"Seorang pendekar muda yang gagah perkasa dan patut dicontoh," kata Ong Su.

Oleh karena dalam pertandingan yang baru terjadi tidak ada fihak yang dianggapmenang, maka lalu muncul jago muda dari Kun-lun-pai yang bernama Bong Lee, yaknimurid kedua dari Kun-lun-pai.

Bong Lee berada di atas panggung, tiba-tiba berkelebat bayangan orang gundul dan

ternyata bahwa Hwat Sui Hwesio wakil dari Siauw-lim-pai telah berada di atas panggungmenghadapi Bong Lee sambil menjura dengan sikap hormat. Hwesio ini biarpun masihmuda, akan tetapi pada wajahnya nampak kesabaran besar seakan-akan ia telahpuluhan tahun menjalani penghidupan suci.

"Sahabat dari Kun-lun-pai, marilah pinceng melayanimu main-main sebentar untukmenambah kegembiraan," katanya.

Dari gerakannya ketika melompat ke atas panggung tadi saja sudah diketahui bahwahwesio muda ini tak boleh dipandang ringan, maka Bong Lee sambil membalas menjuralalu berkata.

“Siauw-suhu, harap berlaku murah hati kepadaku."

Kemudian, ia maju menyerang sambil mengeluarkan ilmu silat Kun-lun-pai yang cepat.

Kedua kakinya tiada hentinya berlompat-lompatan ke kanan kiri dengan gerakan cepat,sedangkan kedua tangannyapun bergerak-gerak membingungkan lawan dengan banyakpukulan-pukulan pancingan dan palsu. Inilah ilmu silat Pek-wan-sin-na atau Ilmu SilatLutung Putih yang benar-benar luar biasa. Ilmu silat ini tidak mengandalkan keteguhankedudukan kaki, akan tetapi mengandalkan kecepatan dan keringanan kaki untukmelakukan serangan mendahului lawan dengan mempunyai banyak sekali gerakan-gerakan palsu untuk memancing dan membingungkan lawan!

Sebetulnya apabila menghadapi seorang yang kurang tenang hatinya, biarpun orang itumemiliki kepandaian yang lebih tinggi, ilmu silat ini mungkin akan dapatmengalahkannya. Akan tetapi dalam menghadapi hwesio muda itu, ternyata Bong Leetelah salah taksir. Ia tidak tahu bahwa Hwat Sui Hwesio telah lama menjadi hwesio dansetiap hari meyakinkan ilmu batin dan samadhi hingga ia menjadi tenang sekali. Maka,

ketika melihat betapa lawannya menggunakan ilmu silat yang amat cepat danmembingungkan, ia persatukan seluruh perhatiannya dan berlaku waspada sambilmainkan ilmu silat Lo-han-kun-hwat, yakni ilmu silat cabang Siauw-lim-pai yang sudahterkenal keteguhannya itu. Dengan gerakan-gerakan yang mantap dan penuh tenaga,walaupun nampak tidak cepat, akan tetapi setiap kali pukulan asli dari lawan menyambar,dengan enak dan mudah saja Hwat Sui Hwesio dapat mengelak atau menangkis, bahkanmembalas dengan serangan-serangan cukup berbahaya.

 Akibatnya Bong Lee harus mengakui keunggulan jago dari Siauw-lim itu ketika sebuahgerakan kaki yang menyapu membuatnya terguling dan dengan cepat hwesio itu lalumenggunakan kedua tangannya untuk membangunkan lawannya.

“Terima kasih atas pengajaranmu, Siauw-suhu,” kata Bong Lee yang segeramengundurkan diri.

Setelah Bong Lee, murid kedua dari Kun-lun-pai ini melompat turun, maka berkelebatlahbayangan hijau dari bawah panggung dan tahu-tahu seorang gadis berpakaian serbahijau telah berdiri di depan Hwat Siu Hwesio. Inilah pendekar wanita Tan Bi Nio, muridpertama dari Thai-san-pai atau suci (kakak seperguruan) dari Kui Ek Li yang telahdikalahkan oleh Ciu Hai Eng murid Go-bi-pai tadi. Kalau dibandingkan dengankepandaian Kui Ek Li, maka kepandaian Tan Bi Nio ini menang jauh dan setingkat lebihtinggi. Dengan sikap sopan ia mengajak pibu hwesio Siauw-lim-si itu denganmenggunakan senjata.

Page 26: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 26/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

26

Hwat Sui Hwesio segera menyetujuinya dan mengeluarkan senjatanya, sebatang toya. Adapun Tan Bi Nio adalah seorang ahli senjata siang-kek, yakni sepasang tombakpendek yang ujungnya bercagak. Pertempuran kali ini benar-benar mengagumkankarena keduanya memiliki ketenangan yang sama dan juga lweekang masing-masingagaknya setingkat. Akan tetapi kemudian ternyata bahwa Tan Bi Nio masih lebih ungguldalam hal kecepatan gerakan. Hwat Sui Hwesio mainkan ilmu toya Hok-houw-kun-hwat,

yakni ilmu toya penakluk harimau yang amat terkenal dari cabang Siauw-lim. Akan tetapilawannya yang telah banyak mengalami pertempuran itu tahu bagaimana harusmenghadapi toyanya dan setelah pertempuran berjalan dengan amat serunya selamahampir lima puluh jurus, sebatang tombak bercagak di tangan kirinya berhasil merobekujung lengan baju hwesio itu yang segera melompat mundur dan menjura mengakukalah.

Sambutan penonton terhadap kemenangan ini meriah sekali karena semua orangmerasa suka sekali melihat Tan Bi Nio yang selain cantik, juga tinggi ilmu silatnya dantidak sombong lagaknya. Adapun Hwat Sui Hwesio, setelah mengaku kalah, lalu dudukkembali ke tempat semula dengan, tenang. dan sikap biasa. Dari fihak Siauw lim hanyadia sendri yang datang oleh karena sesungguhnya fihak Siauw-lim tidak begitu bernafsuuntuk ikut dalam pibu ini. Kedatangan Hwat Sui Hwesio hanyalah untuk menghormat dan

memenuhi undangan Pek Bi Hosiang saja.Setelah wakil Siauw-lim-si kalah, naiklah seorang peserta lain yang tidak mewakilicabang persilatan, akan tetapi sebagai perseorangan lain, hendak mencari pengalamandan persahabatan. Peserta ini adalah seorang tinggi besar dengan muka hitam. Diaadalah seorang penduduk di kaki bukit Kui-san yang bertenaga besar.

 Akan tetapi ternyata bahwa peserta ini hanya bertenaga besar saja dan tidak memilikiilmu silat yang tinggi, maka setelah bertempur dengan tangan kosong melawan Tan BiNio, baru belasan jurus saja ia sudah terlempar lagi turun ke bawah panggung!

Dengan kemenangan berturut-turut ini, Tan Bi Nio berhak memasuki babak kedua daniapun lalu melompat turun untuk mengaso dan menanti sampai babak kedua dimulai.

Pemenang-pemenang selanjutnya dalam babak pertama ini adalah Bong Hin murid

pertama dari Kun-lun-pai yang merobohkan dua orang peserta dari luar, dan juga Lo SunKang murid pertama dari Go-bi-pai telah mengalahkan seorang peserta dari luar. KetikaLo Sun Kang masih berdiri menanti, dan Ciauw In hendak melompat naik untukmenghadapi murid Go-bi-pai yang lihai itu, tiba-tiba bayangan hitam yang amat gesitgerakannya melompat naik menghadapi Lo Sun Kang dengan tersenyum manis.Bayangan ini bukan lain ialah gadis baju hitam yang tadi dikagumi oleh Bwee Hiang,karena bersikap gagah dan berwajah cantik jelita.

Memang, dara baju hitam ini benar-benar manis dan jelita sekali. Rambutnya panjanghitam digelung menjadi dua bukit rambut di kanan kiri, diikat dengan sutera kuning yangmelambai ke bawah. Kulit mukanya yang putih kemerahan itu nampak lebih putih danmenarik oleh karena pakaiannya yang hitam seluruhnya. Hidungnya mancung danmulutnya kecil dengan bibir berbentuk indah dan berwarna merah segar. Terutamasepasang matanya amat indah bentuknya dan bening sekali, akan tetapi dari situ

terpancar sinar yang tajam berpengaruh.

Para penonton memandang kagum dan juga Lo Sun Kang merasa agak sungkan danmalu-malu menghadapi nona cantik ini. Ia segera menjura dengan hormat, sementara itusuara Pek Bi Hosiang yang memperkenalkan tiap peserta yang naik panggung, terdengarmenyebut nama peserta ini sebagai Gu Sian Kim.

"Bolehkah siauwte mengetahui, lihiap ini anak murid dari manakah?” tanya Lo Sun Kang.

Sambil tetap bersenyum manis, Sian Kim menjawab,

Page 27: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 27/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

27

"Lo-taihiap, sebetulnya memalukan sekali untuk menuturkan keadaanku, dansesungguhnya aku amat lancang dan tak tahu kebodohan sendiri berani naik ke sini,karena sesungguhnya aku tidak mewakili cabang persilatan dari manapun juga.Kepandaianku hanyalah ilmu silat pasaran belaka dan kedatanganku ini mohonpengajaran darimu."

Lo Sun Kang adalah seorang murid terpandai dari Pek Bi Hosiang yang telah banyakmerantau hingga ia banyak kenal orang-orang pandai di dunia persilatan, akan tetapi iabelum pernah mendengar nama Sian Kim, maka ia memandang sambil menduga-duga.Ia maklum bahwa orang yang sekali-kali tidak boleh dipandang rendah tentang ilmusilatnya ialah orang-orang yang nampaknya lemah seperti para pendeta dan para wanita,lebih-lebih apabila mereka ini pandai merendahkan diri. Maka melihat Sian Kim, iamendapat dugaan bahwa dara ini tentu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.

"Lihiap harap jangan terlalu merendahkan diri,” katanya. "Tidak tahu lihiap hendakmengadakan pibu dengan tangan kosong atau bersenjata?”

"Aku pernah mempelajari sedikit permainan pedang dan karena telah lama mendengarbahwa perguruan Go-bi-pai memberi pelajaran delapan belas macam senjata yang lihaikepada murid-muridnya, harap taihiap sudi memberi pelajaran kepadaku dengansemacam senjata yang biasa kau gunakan, agar pengalamanku lebih luas dan terbukamataku yang bodoh dan sempit pandangan.”

Sambil berkata demikian, Sian Kim meloloskan pedang yang tergantung di pinggangnyadan semua orang berseru kagum karena ternyata bahwa pedangnya mengeluarkancahaya tanda bahwa pedang itu adalah sebuah pedang pusaka yang ampuh. Lo SunKang makin merasa yakin akan kelihaian lawan ini, maka ia lalu mengambil senjatanyayang paling diandalkan, yakni sebatang tombak yang disebut Coa-kut-chio atau TombakTulang Ular karena tombak ini melengkung-lengkung seperti tubuh ular dan padaujungnya terpecah dua seperti bentuk mulut ular yang terbuka. Ujung yang bercabang inigunanya untuk menggigit atau menangkap senjata lawan untuk diputar dan dirampasnyadan dalam hal permainan tombak ini Lo Sun Kang benar-benar merupakan seorang ahli

yang lihai.Sementara itu, diantara semua orang yang memandang ke arah Sian Kim dengankagum, terdapat pula seorang pemuda yang tiba-tiba merasa betapa dadanya berdebarkeras. Pemuda ini adalah Ciauw In, murid Hoa-san-pai itu.

Selama ini, belum pernah Ciauw In tertarik kepada seorang wanita, bahkan sumoinyasendiri, Bwee Hiang, yang ia tahu menaruh hati kepadanya, diterimanya dengan dingin. Akan tetapi, semenjak saat Sian Kim melompat naik ke atas panggung, ia memandangdengan mata terbelalak dan terbakarlah hatinya oleh api asmara. Ia memandang kepadadara baju hitam itu bagaikan melihat seorang bidadari baru turun dari kahyangan. Gadisitu benar-benar merupakan kenyataan dari pada gadis impiannya, demikian cantik jelitadan terutama sekali kerlingan mata gadis itu membuat ia roboh betul-betul.

Bwee Hiang memang tiada hentinya memandang kepada suhengnya yang telah mencuri

hatinya ini, maka gadis inipun dapat melihat betapa cahaya dalam mata Ciauw Inberubah ketika dara baju hitam itu naik ke panggung. Sebagai seorang wanita yangberperasaan halus, Bwee Hiang dengan hati kuatir dapat menduga bahwa suhengnya initertarik kepada Sian Kim, maka diam-diam ia merasa panas hati.

Sementara itu, kedua orang muda di atas panggung telah mulai bertempur dan segerasetelah keduanya menggerakkan senjata di tangan masing-masing, terdengar sorakanpenonton yang merasa amat gembira karena kepandaian kedua orang itu benar-benarhebat luar biasa. Tak lama kemudian, sorakan-sorakan itu tiba-tiba terhenti dan mereka

Page 28: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 28/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

28

ini memandang dengan mulut ternganga dan napas tertahan! Ternyata bahwa ilmupedang dara baju hitam itu benar-benar mentakjubkan sekali karena setelah bertempurkurang lebih lima belas jurus, tiba-tiba gadis itu berseru nyaring dan gerakan pedangnyaberubah sedemikian rupa hingga kini sinar pedangnya berkelebat dan menyambar-nyambar demikian ganas hingga tubuhnya sama sekali tertutup dan sinar pedang itu kinimengurung Lo Sun Kang dengan ganasnya!

Ciauw In mengeluarkan seruan tertahan karena ia merasa heran dan kagum sekali, akantetapi ada juga perasaan ngeri dalam hatinya karena ilmu pedang gadis itu benar-benarganas sekali. Setiap gerakan merupakan serangan maut yang sukar ditangkis! Kalausaja yang manghadapinya bukan Lo Sun Kang murid pertama dari Pek Bi Hosiang, tentudalam beberapa gerakan saja ia akan roboh! Akan tetapi Lo Sun Kang melakukanperlawanan sekuat tenaga dan tombak tulang ular di tangannya digerakkan secepatnyauntuk mengimbangi serangan lawan yang datang bergelombang itu.

 Akan tetapi, ia hanya dapat bertahan saja oleh karena sama sekali tidak diberikesempatan untuk membalas. Pedang Sian Kim terlalu cepat gerakkannya hingga tidakada ketika sama sekali bagi Lo Sun Kang untuk mengadakan serangan balasan. Tiap kalitombaknya dapat menangkis pedang lawan, maka pedang yang tertangkis itu bukanterpental kembali kepada sipemegang, akan tetapi terpental miring merupakan serangan

susulan yang otomatis!

Belum pernah Lo Sun Kang menghadapi lawan setangguh ini, maka ia benar-benarmerasa gugup dan kagum. Namun, sebagai seorang murid pertama dari cabangpersilatan Go-bi-pai, murid Pek Bi Hosiang yang telah terkenal sebagai tokoh besar,tentu saja ia ingin menjaga nama perguruannya. Sayang sekali bahwa Lo Sun Kangorangnya berhati lemah dan ia tidak tega untuk membalas dengan serangan kejamterhadap lawannya yang cantik jelita ini.

Perasaan bahwa ia sedang bertanding menghadapi seorang lawan wanita dalam sebuahpertandingan persahabatan, selalu mencegahnya untuk bersikap keras dan kejam. Iatidak ingat bahwa lawannya tidak menggunakan perasaan macam ini, dan bahwalawannya selalu menyerangnya dengan sungguh-sungguh. Andaikata ia jugamenggunakan kenekatan ini, belum tentu ia akan dapat menang, apalagi karena ia

berlaku sungkan-sungkan, tentu saja makin lama ia makin terdesak hebat.

 Adapun Sian Kim makin lama makin ganas ilmu pedangnya dan mendesak hebat sekali,sama sekali tidak mau memberi kelonggaran. Pada suatu ketika, Lo Sun Kang melihatpedang lawan membacok ke arah kepalanya dengan gerakan cepat, segeramenggunakan ujung tombaknya untuk "menangkap" pedang itu dan segera tombakdiputar cepat untuk merampas pedang. Akan tetapi, pada saat itu, dengan gerakan takterduga dan cepat sekali, kaki kiri dara baju hitam itu bergerak mendupak ke arahdadanya dengan kecepatan luar biasa!

Lo Sun Kang yang sedang mengerahkan seluruh perhatian untuk merampas pedanglawan yang berbahaya itu, tidak menduga sama sekali dan tidak berdaya menghindarkandiri dari dupakan ini, maka cepat ia mengerahkan lweekangnya untuk melindungidadanya yang disambar kaki! "Duk!” tendangan tepat mengenai dada dan tubuh Lo Sun

Kang terhuyung-huyung mundur dan wajahnya menjadi pucat sekali! Pemuda ini lalumenjura di depan Sian Kim dan berkata.

"Lihiap, kau benar-benar lihai aku Lo Sun Kang mengaku kalah!”

Kemudian, tanpa menanti jawaban, ia melompat turun ke bawah panggung dan setelahtiba di depan Pek Bi Hosiang, ia muntahkan darah merah dan roboh pingsan!

Dengan tenang dan masih tersenyum, Pek Bi Hosiang berkata kepada murid-rnurid lain.

“Bawa ia ke dalam dan beri kim-tan (obat)!"

Page 29: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 29/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

29

Sementara itu, Sian Kim yang mendapat kemenangan dan menerima tepuk tanganpujian dari para penonton, berdiri dengan tenang dan senyumnya tak pernahmeninggalkan mulutnya. Ia mengangguk-angguk keempat penjuru sambil mengangkatkedua tangan memberi hormat sebagai pernyataan terima kasih atas pujian parapenonton. Ia belum mau turun oleh karena maklum bahwa untuk dapat memasuki babakkedua, ia harus menangkan sebuah pertandingan lagi.

Cauw ln sudah merasa gatal-gatal tangannya untuk dapat mencoba kepandaian bidadariyang menarik hatinya itu, dan ia sudah bangkit berdiri hendak melompat naik kepanggung. Akan tetapi, tiba-tiba Bwee Hiang telah mendahuluinya dan gadis ini telahmelompat ke atas panggung terlebih dulu, menghadapi Sian Kim yang memandangnyadengan mata tajam.

Terpaksa Ciauw In duduk kembali dengan kecewa, dan ia berkata kepada Ong Su.

“Mengapa kau tidak melarang dia nalk? Gadis baju hitam itu lihai sekali dan sumoi takkandapat menang terhadapnya!"

Ong Su yang ditegur rnenarik napas panjang dan menjawab,

"Sumoi agaknya marah sekali dan penasaran melihat cara bertempur yang kejam darigadis baju hitam itu!”

Ciauw In mengerutkan kening. Kejam? menurut pandangannya, Sian Kim tidak kejam,akan tetapi menggunakan taktik untuk mencapai kemenangan yang sudah wajardilakukan dalam sebuah pertandingan! Memang, hati seorang muda yang sudah tergodaasmara, takkan melihat atau tidak mau melihat keburukan orang yang dicintainya! Ia jadiingin naik ke panggung menghadapi Sian Kim bukan dengan maksud hendak merebutkemenangan, akan tetapi untuk dapat berhadapan dan menguji kepandaian gadis yangmenarik hatinya itu.

Sementara itu, begitu berhadapan dengan Sian Kim, Bwee Hiang segera meloloskansepasang pedangnya dan berkata keras menahan marahnya,

"Sobat yang gagah perkasa, biarlah aku mencoba ilmu pedangmu yang ganas itu!"

Ketika Pek Bi Hosiang menyebut nama Bwee Hiang untuk memperkenalkannya kepadapenonton, berubahlah air muka Sian Kim. Gadis baju hitam ini seakan-akan kurang jelasmendengar nama yang disebut oleh tokoh Go-bi-pai itu, maka dengan suaranya yangmerdu dan halus ia bertanya kepada Bwee Hiang,

“Nona manis, siapakan namamu tadi? Tadi kurang jelas terdengar olehku.”

“Aku adalah Gak Bwee Hiang, anak murid Hoa-san-pai!” jawab Bwee Hiang.

Semua orang yang berada di situ, yang merasa kagum akan kelihaian Sian Kim,menduga-duga siapakah adanya gadis ini dan siapa pula gurunya. Biarpun Pek BiHosiang sendiri tidak tahu ilmu pedang apakah yang dimainkan oleh dara baju hitamyang telah berhasil mengalahkan murid pertamanya itu. Juga Ciauw In yang menduga-duga dengan hati tertarik tidak pernah menduga bahwa sebetulnya dara baju hitam inibukan lain ialah pangcu atau ketua dari Hek-lian-pang!

Gadis inilah yang menjadi ketua Hek-lian-pang yang telah diobrak-abrik olehnya dankedua orang saudara seperguruannya, bahkan Gu Mo Ong yang tewas dalam tanganBwee Hiang. Itu adalah ayah dari Sian Kim! Ilmu pedang yang dimainkannya tadi adalahilmu pedang ciptaan seorang pengemis tua yang menjadi guru Sian Kim, pengemisperantau bertubuh tinggi yang sekarang telah meninggal dunia. Dengan demikian, makailmu pedangnya ini adalah ilmu pedang tunggal yang tidak dikenal orang lain dan hanyadapat dimainkan oleh Sian Kim sendiri!

Page 30: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 30/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

30

Dara baju hitam ini telah setahun lamanya memimpin Hek-lian-pang, menggantikanayahnya yang sudah tua dan oleh karena memang ilmu silatnya jauh lebih tinggi daripada ilmu silat ayahnya, maka baik ayahnya sendiri maupun para anggauta Hek–lian-pang mengangkatnya menjadi ketua perkumpulan. Akan tetapi, Gu Sian Kim inimempunyai darah perantau dan karena semenjak kecil ia ikut suhunya merantau, makaia tidak tahan untuk berdiam saja di rumah. Kedudukan sebagai ketua perkumpulan Hek-

lian-pang tidak menarik hatinya, maka seringkali ia pergi meninggalkan ayah dan anakbuahnya untuk merantau.

Kettka ia kembali ke Ban-hong-cun, ia mendengar tentang kematian ayahnya dan banyakanak buahnya. Ketika mendengar bahwa yang membasmi perkumpulan Hek-lian-pangdan yang membunuh ayahnya adalah seorang anak murid Hoa-san-pai yang bernamaGak Bwee Hiang beserta kedua orang suhengnya yang bernama Lie Ciauw In dan OngSu, ia merasa marah sekali. Ia bersumpah untuk mencari dan membalas dendam sakithati ini, hendak membunuh ketiga orang murid Hoa-san-pai!

Oleh karena itu, ketika tadi ia melihat dan mendengar nama Ong Su naik ke ataspanggung, diam-diam ia memperhatikan. Ia datang ke tempat ini bukan sengaja mencariketiga orang musuhnya, akan tetapi hanya untuk mencari nama dan mencobakepandaian. Tidak tersangka sama sekali bahwa di tempat ini ia akan bertemu dengan

ketiga orang yang dicari-carinya, maka sudah tentu saja ia diam-diam merasa girangbukan main.

Kini menghadapi Gak Bwee Hiang yang menjadi pembunuh ayahnya dan menjadi musuhbesarnya, ingin sekali terjang ia membunuh musuh ini, akan tetapi kecerdikan otaknyamembuat ia berlaku tenang dan membatasi diri, menahan kemarahannya yangmemuncak dan yang membuat sepasang matanya yang indah itu seakan-akanmengeluarkan cahaya berapi sehingga Bwee Hiang sendiri merasa terkejut.

Sian Kim maklum bahwa ia berada diantara orang-orang gagah yang tak boleh dibuatpermainan, maka kalau saja ia berlaku keras dan kasar terhadap musuh besarnya ini dansampai membunuhnya, tentu tokoh-tokoh besar seperti Pek Bi Hosiang, Gui Im Tojin,Lan Lau Suthai dan yang lain-lain takkan tinggal diam dan kalau sampai terjadi hal ini,maka keadaannya akan berbahaya sekali! Ia merasa jerih untuk dianggap musuh oleh

sekalian orang gagah dari dunia kang-ouw, maka ia manahan kemarahan hatinyaseberapa dapat.

Sian Kim merasa lega ketika tadi melihat dan menyaksikan kepandaian Ong Su yangbiarpun cukup lihai, akan tetapi tidak teralu berbahaya baginya dan ia sanggup untukmembinasakan pemuda itu dalam sebuah pertempuran. Kini ia hendak mengujiketinggian ilmu pedang musuh besar yang berada dihadapannya, kemudian setelahmencoba lagi kepandaian murid pertama dari Hoa-san, barulah ia akan turun tangan,akan tetapi tidak di tempat ini!

Demikianlah, setelah mendapat jawaban yang memastikan bahwa yang beradadihadapannya adalah musuh besarnya yang bernama Gak Bwee Hiang, untukmelenyapkan keraguannya, ia berkata sambil memaksa sebuah senyum manis.

"Adikku yang baik, ketika aku menuju ke tempat ini, aku mendengar tentang tiga orangmuda anak murid Hoa-san-pai yang membuat nama besar di kota Ban-hong-cun, tidaktahu apakah mereka yang gagah perkasa itu kau dan saudara-saudaramu?”

Melihat sikap Sian Kim yang mengajaknya mengobrol ini, Bwee Hiang merasa heran dan juga tidakk sabar.

"Betul, betul aku dan kedua suhengku. Sobat, marilah kita mulai, sekarang bukanwaktunya untuk mengobrol!"

Sian Kim tersenyum dan mencabut pedangnya.

Page 31: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 31/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

31

"Baik, baik. Kau majulah!”

Bwee Hiang yang merasa tak senang kepada dara jelita berbaju hitam ini, tanpasungkan-sungkan lagi lalu mainkan siangkiamnya dan menyerang hebat. Sian Kimmenangkis dan ia hanya mempertahankan diri saja oleh karena hendak mengukursampai di mana kelihaian musuh besarnya ini. Setelah bertempur belasan jurus, tahulahia mengapa ayahnya tewas di tangan Bwee Hiang, oleh karena ilmu pedang Hoa-san-paiyang dimainkan oleh sepasang pedang gadis ini benar-benar tangguh.

Setelah mengukur kehebatan serangan Bwee Hiang, Sian Kim lalu membalas dan kinipedangnya terputar hebat mendesak sepasang pedang Bwee Hiang dengan amatkuatnya. Bwee Hiang terkejut dan cepat ia membela diri oleh karena kini lawannya telahmengeluarkan ilmu pedangnya yang ganas dan yang telah merobohkan murid tertua dariGo-bi-pai! Diam-diam Bwee Hiang mengakui keunggulan ilmu pedang lawannya yanganeh ini, dan betapapun ia mainkan sepasang pedangnya dengan cepat, tetap saja iaterdesak hebat!

Sebaliknya, Sian Kim yang melihat pertahanan lawannya ini, tahu bahwa biarpun kalaumenghadapi seorang lawan seorang, ia pasti akan dapat merobohkan mereka ini, akantetapi kalau mereka berrdua maju mengeroyoknya, Bwee Hiang dengan siang-kiamnyadan Ong Su dengan toyanya, belum tentu ia akan menang! Belum lagi diperhitungkanseorang suheng mereka yang belum ia ketahui sampai di mana tingkat kepandaiannya.Mengingat akan hal ini, Sian Kim berlaku hati- hati dan ia tidak mau membinasakanBwee Hiang dalam pertandingan ini, karena biarpun ia akan berhasil membunuh musuhbesar ini, tentu ia takkan kuat menghadapi keroyokan kedua suheng dari Bwee Hiang!

Ia hanya mengeluarkan ilmu pedang yang disebutnya sendiri Hek-lian-kiamsut, danmempergunakan keunggulan permainannya untuk mendesak keras dan mempermainkanBwee Hiang. Pada jurus ketiga puluh satu, ia berhasil menggunakan ujung pedangnyauntuk menowel pita rambut Bwee Hiang sehingga pita itu terputus dan rambut BweeHiang terurai di atas pundaknya.

 Akan tetapi, hal ini bahkan menambahkan kemarahan Bwee Hiang yang menganggapbahwa lawannya terlalu menghina dan mempermainkan. Dengan nekad ia maju

menyerbu dengan sepasang pedangnya, akan tetapi kembali Sian Kim mengeluarkankepandaiannya. Pedangnya berkelebat dan “bret!” ujung pedang itu berhasil mampir dibaju Bwee Hiang di bagian dada hingga robek!

Bukan main marahnya Bwee Hiang oleh karena perbuatan ini hampir saja mendatangkanmalu besar kepadanya. Untung bahwa yang terobek hanyalah baju luar dan tidakmenembus baju dalamnya yang berwarna merah. Kalau baju dalamnya ikat terobek,tentu akan terlihatlah dadanya! Hal ini dianggapnya penghinaan yang luar biasabesarnya, maka sambil memekik marah ia lalu menyerang dengan lebih hebat,mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk mengadu nyawa!

Menghadapi amukan ini, terpaksa Sian Kim juga mengerahkan kepandaiannya, olehkarena ia hanya lebih unggul setingkat dari Bwee Hiang dan tak mungkin baginya untukmempermainkan gadis itu sesuka hatinya. Setelah ia mengerahkan tenaga dan ilmu

pedangnya, perlahan akan tetapi tentu, Bwee Hiang mulai mundur-mundur dan berkelahisambil mundur terputar. Beberapa kali ia terdesak sampai ke pinggir panggung hinggatiap saat ia dapat tergelincir jatuh!

Para penonton yang melihat pertandingan ini, menjadi tegang dan cemas sekali. Biarpunmereka yang tidak mengerti ilmu silat, dapat merasa bahwa pertandingan kali ini diantara dua orang gadis yang merupakan harimau betina itu, bukanlah pertandinganmain-main belaka.

Page 32: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 32/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

32

Juga Ciauw In merasa gelisah sekali melihat hal ini. Pemuda ini sudah berdiri dari tempatduduknya dan memandang penuh kekuatiran. Ia merasa menyesal mengapa sumoinyabegitu keras hati dan tidak tahu diri. Sudah seharusnya sumoinya itu melompat turun daripanggung menerima kalah. Mengapa sumoinya menjadi demikian pemarah dan tidakmau mengalah?

Sian Kim merasa penasaran juga melihat kebandelan Bwee Hiang dan karena serangan-serangan Bwee Hiang juga amat berbahaya, terpaksa ia mendesaknya lagi dan mengirimserangan-serangan mematikan. Pada suatu saat, serangan Sian Kim demikian cepatdatangnya sehingga ketika tertangkis, api memancar keluar dari kedua pedang yangsedang bertemu.

Bwee Hiang merasa betapa tangannya gemetar dan selagi ia hendak membalasserangan itu, Sian Kim mendahuluinya dengan serangan kilat pada lehernya! BweeHiang masih dapat menangkis serangan ini, akan tetapi ia terhuyung dan hampir jatuh,sedangkan Sian Kim tidak mau memberi hati dan menubruk!

Pada saat itu, terdengar suara keras, "Sumoi, kau sudah kalah!" dan Sian Kim merasabetapa pundaknya ditolak orang sehingga ia terdorong mundur sampai tiga langkah,sedangkan orang yang datang memisah itu, sekali pegang tangan Bwee Hiang telahberhasil menarik gadis itu melompat turun panggung. Kemudian orang itu melompatkembali ke atas panggung menjura kepadanya dan berkata dengan halus,

“Nona, harap kau maafkan sumoiku yang keras hati itu."

Sian Kim memandang dan ia tertegun. Yang berdiri dihadapannya adalah seorangpemuda yang tampan sekali, bersikap sopan-santun dan memiliki sepasang mata yangamat tajam bagaikan sepasang bintang pagi! Sian Kim memang mempunyai kelemahanterhadap pemuda-pemuda tampan, maka tak terasa lagi hatinya tergoncang.

 Akan tetapi ia teringat bahwa pemuda ini tentulah suheng dari Bwee Hiang yangbernama Lie Ciauw In. Diam-diam ia merasa terkejut dan mengeluh oleh karena daridorongan pemuda tadi saja sudah membuktikan akan kelihaiannya dan kekuatanlweekangnya yang luar biasa. Maka ia membalas menjura dan berkata,

“Tidak ada yang harus minta maaf, sudah biasa terjadi perebutan kemenangan dalamsebuah pibu!”

Setelah berkata demikian, Sian Kim lalu melompat turun dan duduk di tempat semula,menanti dimulainya pertandingan babak kedua sebagai hasil kemenangannya dua kaliberturut- turut itu, Ia mengharapkan untuk dapat bertanding dan mengukur kepandaianCiauw In dalam babak kedua nanti.

Sementara itu, Ciauw In yang belum bertanding, berdiri menanti datangnya lawan.Kebetulan sekali masih ada dua orang peserta yang tidak mewakili partai persilatan, danseorang diantara mereka lalu melompat naik ke panggung. Akan tetapi ternyata bahwa iabukanlah lawan Ciauw In yang lihai dan dalam sebuah pertempuran pendek, dalambelasan jurus saja peserta ini dapat dikalahkan oleh Ciauw In yang berhasil menotokpundaknya!

Peserta kedua dan yang terakhir melompat naik dan mengajak Ciauw In bertandingpedang. Ciauw In mencabut pedangnya dan semua orang, juga Pek Bi Hosiang,memandang penuh perhatian oleh karena ia ingin sekali melihat lihainya Hoa-san Kiam-hwat ciptaan Ho Sim Siansu yang belum diperlihatkan itu.

ketika Bwee Hiang bermain siang-kiam, walaupun gerakan ini menurut ilmu pedang Hoa-san, akan tetapi telah banyak dirobah dengan permainan sepasang pedang, karenasesungguhnya Hoa-san Kiam-hwat harus dimainkan dengan pedang tunggal makapermainan Bwee Hiang tidak sangat mengesankan.

Page 33: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 33/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

33

Lawan Ciauw In ternyata memiliki ilmu pedang campuran yang cukup tangguh dangerakannya kuat. Akan tetapi, menghadapi ilmu pedang yang dimainkan Ciauw ln, iatidak berdaya dan belum sampai dua puluh jurus, pedangnya telah dapat dibikin terpentalke udara oleh babatan Ciauw In!

Tepuk-sorak menyambut kemenangan Ciauw In ini, dan juga Pek Bi Hosiang diam-diammemuji kehebatan ilmu pedang Hoa-san, sungguhpun ia belum mendapat bukti yang jelas akan kehebatan ilmu pedang itu karena Ciauw In belum mendapat kesempatanuntuk mainkan ilmu pedang ini sampai sehebat-hebatnya, berhubung lawannya tadibukanlah merupakan lawan yang cukup kuat untuk mengimbangi kepandaiannya.

Maka selesailah sudah babak pertama dan orang-orang yang keluar sebagai pemenangada lima orang, yaitu Ciu Hai Eng, murld perempuan dari Go-bi-pai, Bong Hin muridpertama dari Kun-lun-pai, Tan Bi Nio murid perempuan dari Thai-san-pai, Gu Sian Kim,dan Lie Ciauw In, jadi tiga pendekar wanita dan dua pendekar pria!

Pek Bi Hosiang yang bijaksana lalu mengadakan keputusan bahwa cli antara kelimaorang itu, harus bertanding menurut kelamin masing-masing untuk menetapkanpemenang pria dan wanita yang kemudian akan berhadapan untuk memperebutkan gelar juara!

Ciu Hai Eng lalu melompat ke atas panggung, disusul oleh Tan Bi Nio. Pek Bi Hosiangmerasa kecewa sekali bahwa yang menang dalam babak pertama tadi adalah muridnyakedua ini, karena kalau yang menang itu murid pertamanya yaitu Lo Sun Kang yangdikalahkan oleh Sian Kim, tentu kedudukan Go-bi-pai lebih kuat. Kini Ciu Hai Eng yangmenghadapi Tan Bi Nio, murid pertama dari Thai-san-pai, mendapatkan lawan yangberat sekali.

Benar saja, setelah keduanya mulai menggerakkan senjata masing-masing, yakni CiuHai Eng menggerakkan pedangnya dan Tan Bi Nio mainkan siang-kek atau sepasangtombak pendek bercagak yang lihai, terlihatlah bahwa kepandaian Tan Bi Nio lebihmenang setingkat. Sepasang siang-keknya mendesak pedang Ciu Hai Eng denganhebat, dan biarpun Hai Eng mempertahankan diri dan nama perguruannya sekuattenaga. Akan tetapi pada jurus ketiga puluh setelah bertempur mati-matian, siangkek di

tangan kanan Tan Bi Nio berhasil menjepit pedang lawan dan memutarnya sedemikianrupa sehingga terpaksa Ciu Hai Eng malepaskan pedangnya dan mengaku kalah!

Gu Sian Kim lalu menggantikan Ciu Hai Eng dan kedatangannya disambut oleh parapenonton dengan tepuk sorak riuh rendah! Hampir semua orang yang terdiri laki-lakisemua itu, merasa kagum melihat kepandaian dan terutama sekali melihat kecantikanSian Kim, dan kini karena yang dihadapinya juga seorang gadis cantik seperti Tan Bi Nio,sudah tentu mereka yang menonton merasa senang dan gembira sekali. Mereka sudahmenyaksikan kelihaian Tan Bi Nio dan sudah dibikin kagum pula oleh permainan pedangSian Kim, maka dapat menduga bahwa kini pasti akan terjadi pertempuran yang luarbiasa ramainya!

Sementara itu, Ciauw In yang kembali ke tempat duduknya, disambut oleh Bwee Hiang

dengan muka merengut. Gadis ini hampir menangis dan sedang dihibur oleh Ong Sudengan bisikan-bisikan perlahan. Ciauw In ingin sekali menegur sumoinya ini, akan tetapiia tidak mau membikin malu sumoinya di depan umum, maka menunda niatnya dan akanmenegur setelah mereka meninggalkan tempat itu. Sedangkan Bwee Hiang juga diamsaja, bahkan tidak mau memandang muka Ciauw In. Gadis ini merasa tak enak hati danmarah sekali, karena hatinya telah dipengaruhi oleh rasa iri dan cemburu besar terhadapSian Kim.

Page 34: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 34/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

34

Sementara itu, pertempuran antara Tan Bi Nio dan Sian Kim telah mulai berlangsungdengan hebatnya. Sepasang siang-kek dari murid Thai-san-pai itu memang lihai sekalidan mempunyai gerakan yang kuat dan cepat, sedangkan ilmu pedang Sian Kimmemang mempunyai gerakan istimewa cepatnya, maka tentu saja setelah kedua oranggadis gagah ini mengeluarkan kepandaian masing-masing, sinar senjata merekaberkelebatan menyilaukan mata yang menontonnya!

Sian Kim adalah seorang gadis yang mempunyai kecerdikan luar biasa. Ia tidakmempunyai permusuhan dengan Tan Bi Nio dan tidak ingin pula menanam permusuhandengan gadis ini oleh karena, ia tahu bahwa Tan Bi Nio adalah anak murid Thai-san-paiyang tersohor dan ternama. Kalau ia sampai menjatuhkan Tan Bi Nio dengan ilmupedangnya yang ganas tanpa mengenal ampun, setidaknya tentu ia akan dibenci olehTan Bi Nio dan golongannya. Oleh karena itu, kini menghadapi Tan Bi Nio, biarpun kalauia mau, ia dapat mendapatkan kemenangan dengan cepat, akan tetapi ia sengajamenyimpan tipu-tipu silatnya yang terlihai dan ganas, dan hanya mainkan pedangnyadengan gerakan lemah gemulai dan indah serta sedap dipandang. Memang ia cantik jelita dan mempunyai potongan tubuh yang menggiurkan, maka kini setelah iamengeluarkan gaya gerakan yang indah, tentu saja ia mendapat sambutan tepuk tanganyang riuh rendah.

Pada jurus kelima puluh, setelah keduanya merasa cukup lelah, Tan Bi Nio yang merasa,penasaran oleh karena biasanya sepasang siang-keknya paling baik untuk melawanorang berpedang, kini ternyata tak berdaya menghadapi permainan pedang Sian Kim,lalu berseru keras.

“Awas serangan!”

Dan benar saja, siang-keknya kini berubah gerakannya, menjadi kuat dan cepat. Siang-kek itu bertubi-tubi menghujani serangan. Senjata tombak pendek di tangan kiri selalumemancing-mancing dan menyerang hebat, akan tetapi ini hanyalah merupakanserangan palsu belaka. Ketika senjata di tangan kiri meluncur ke arah iga Sian Kim,gadis baju hitam ini menangkis dengan pedang, akan tetapi tiba-tiba senjata itu ditarikmundur dan tombak di tangan kanannya yang menyerang hebat, menyerampangpinggang Sian Kim yang ramping!

Sian Kim tidak menjadi gugup menghadapi serangan tiba-tiba yang berbahaya ini, sambilberseru keras dan nyaring, tiba-tiba tubuhnya mencelat ke atas dengan gerak loncat Pek-liong-seng-thian atau Naga Putih Terbang ke Langit! Tubuhnya berjungkir balik dengankepala di bawah dan kaki di atas, dan dari atas ia melayang turun dengan seranganhebat yang mirip dengan serangan pedang Sin-liong-pok-cui atau Naga SaktiMenyambar Air. Bukan main indahnya gerakan serangan ini. Ikat pinggang Sian Kimyang berwarna merah itu berkibar di udara, sedangkan sebagian rambutnya terlepas darisanggulnya sehingga berkibar-kibar pula amat indahnya. Semua orang menjadi kagummelihatnya.

Tan Bi Nio yang bersikap tenang menerima serangan ini dan mempergunakankesempatan yang amat baik ini untuk mengelak ke kiri, kemudian selagi tubuh Sian Kimmeluncur turun, ia membarengi dengan serangan kedua siang-kek ke arah leher dan

pinggang lawan sambil membarengi mengangkat kaki menendang!

Bukan main hebatnya serangan Tan Bi Nio ini dan Ciauw In yang melihatnyamengeluarkan seruan tertahan karena kuatir akan keselamatan dara jelita itu hinggaBwee Hiang menjadi makin merenggut dan cemburu. Akan tetapi, semua penonton yangtadinya menahan napas dengan berkuatir sekali, tiba tiba bersorak-sorak memuji karenaSian Kim mendemonstrasikan kepandaiannya yang benar-benar mengagumkan. Ketikatubuhnya meluncur turun karena serangannya dengan gerak tipu yang mirip dengan Sin-liong-pok-cui tadi gagal, tiba-tiba ia menekuk tubuhnya dan dengan gerakan loh-be yakni

Page 35: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 35/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

35

gerakan membalik dengan cepat, ia telah mencelat lagi ke atas sebelum tubuhnya tiba dibawah!

Gerakan ini menggagalkan tendangan Tan Bi Nio dan juga sekaligus mengelakkansambaran senjata lawan pada lehernya. Sedangkan sambaran senjata tombak padapinggangnya dapat didupaknya dengan sebelah kakinya! Cepat bukan main gerakan inihingga Bi Nio sendiri tak pernah menyangkanya, maka tendangan kaki lawan itu tepatmengena jari tangan yang memegang senjata tombak, maka tanpa dapat dicegah lagi,tombaknya terlepas dan ia melompat mundur dengan muka merah.

"Aku menerima kalah!" katanya.

Sian Kim yang telah melompat turun, lalu menghampiri Bi Nio, memungut tombaklawannya dan mengembalikannya lalu memeluk pundak Bi Nio sambil berkata dengansenyum manis.

"Cici, ilmu siang-kekmu benar-benar membuat aku kagum sekali. Maafkankelancanganku tadi."

Melihat sikap ini, Tan Bi Nio merasa terharu dan juga girang. Ia balas memeluk danberkata.

“Ah, betapapun juga, kepandaianku masih belum dapat dibandingkan dengan kehebatanilmu pedangmu."

Keduanya lalu turun dari panggung bersama-sama untuk memberi tempat kepadapeserta lain.

Menurut keputusan Pek Bi Hosiang, maka kini Ciauw In harus menghadapi Bong Hin,murid kepala dari Kun-lun-pai. Tentu saja Bong Hin sebagai murid kepala termuda dariKun-lun-pai, memiliki ilmu silat tinggi sekali sebagaimana yang telah dibuktikannya tadisehingga dengan amat mudahnya ia mengalahkan dua orang peserta luar.

Diam-diam Bong Hin tadi memperhatikan gerakan pedang Ciauw In dan mendapatkenyataan bahwa Hoa-san Kiam-hwat dari pemuda itu benar-benar tangguh maka iamerasa bahwa dalam hal kepandaian dalam main senjata, belum tentu ia akanmemperoleh kemenangan. Oleh karena ini, ia mendapatkan akal. Ia adalah seorang ahlidalam ilmu Thiat-ciang-kang, yakni Telapak Tangan Besi. Kedua telapak tangannya telahdilatih semenjak ia masih kecil sehingga telapak tangannya memiliki kekuatan dankehebatan yang tidak takut menghadapi serangan senjata tajam. Ia berani memapakibacokan golok dengan telapak tangannya dan merampas golok itu!

Maka, mengandalkan ilmu silat tangan kosong dari Kun-lun-pai dan ilmu Thiat-ciang-kang ini, ia lalu mendahului Ciauw In dengan kata-kata ramah.

“Saudara gagah dari Hoa-san, karena perguruan kita saling bersahabat, maka marilahkita main-main sebentar dengan bertangan kosong saja.”

Ciauw In tersenyum dan ia dapat menduga bahwa lawannya ini tentulah mempunyai satukeistimewaan yang khusus dalam kepandaian silat tangan kosong. Setelah melihat danmemandang dengan teliti, ia dapat melihat telapak tangan lawan yang kehitam-hitaman

itu, maka diam-diam ia terkejut. Akan tetapi, sebagai seorang murid Hoa-san-pai yangmenjunjung tinggi nama perguruan sendiri, tentu saja ia tidak menjadi gentarmenghadapi lawan ini. Sambil menganggukkan kepala ia meloloskan sarung pedangnyadan melemparkannya ke arah Ong Su yang menyambutnya. Kemudian dengan tenang iamenghadapi Bong Hin dan memasang kuda-kuda dengan gerakan Heng-Pai-koan-imatau Memuja Dewi Kwan Im Dengan Tangan Miring!

Melihat betapa lawannya telah memasang bhesi, Bong Hin tidak berlaku sungkan lagi,maka sambil berseru,

Page 36: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 36/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

36

“Awas pukulan!” ia lalu majukan kakinya dan menyerang dengan gerak tipu Pai-in-cut-suiatau Dorong Awan Keluar Puncak! Ia mendorong dengan telapak tangannya yangmengandung tenaga Thiat-ciang-kang hingga belum juga dorongannya mengenai tubuhCiauw In, angin dorongan itu telah terasa kekuatannya!

Ciauw In cepat mengelak dan miringkan tubuh dan membalas dengan pukulan tangankiri dengan gerak tipu Hong-tan-tiam-ci atau Burung Hong Pentang Sebelah Sayap.Pukulannya tidak keras, akan tetapi di dalamnya mengandung tenaga lweekang yangmenggetarkan dada Bong Hin walaupun pukulan itu belum mengenai tubuhnya!

Bong Hin merasa terkejut sekali karena tak pernah disangkanya bahwa lawannya inimemiliki lweekang yang hebat. Ia tidak tahu bahwa Ciauw In disamping ilmu pedangnyayang lihai, juga mendapat gemblengan dan latihan Ho Sim Siansu sehingga memiliki ilmupukulan Kim-san-ciang atau Tangan Bubuk Emas! Tenaga luar biasa yang telah beradadi kedua tangannya ini dapat dipergunakan untuk menghadapi ilmu-ilmu kekuatan tanganseperti Thiat-ciang-kang, Ang-see-jiu dan lain-lain!

Dengan cepat Bong Hin mengelak sambil menggunakan tangannya menyampok lenganCiauw In. Akan tetapi Ciauw In tidak membiarkan lengan tangannya beradu dengantelapak tangan lawan yang lihai itu, maka ia memutar lengannya dan mempergunakantelapak tangannya untuk membentur telapak tangan lawan ini! Dua telapak tanganberadu, membawa tenaga raksasa yang akibatnya membuat mereka terpental mundursampat tiga langkah! Keduanya terkejut dan maklum akan kelihaian lawan, terutamasekali Bong Hin yang tadinya tidak menyangka akan ilmu yang dimiliki Ciauw In.

Maka setelah benturan telapak tangan ini, ia maklum bahwa ia tak dapat mengandalkanThiat-ciang-kang untuk merobohkan lawan, dan berlaku amat hati-hati dalamgerakannya.

Ternyata bahwa dalam hal kepandaian silat tangan kosong, mereka berimbang sekali,sungguhpun harus diakui bahwa ginkang atau ilmu meringankan tubuh Ciauw In lebihtinggi setingkat sehingga gerakannya lebih gesit. Akan tetapi ilmu silat Kun-lun-pai amattangguhnya, terutama sekali dalam daya tahan seakan-akan Ciauw In menghadapitembok baja yang kokoh kuat saja!

Pukulan demi pukulan dikeluarkan, tendangan melayang silih berganti, siasat dilawantipu, kekuatan beradu kekuatan dan banyak sekali gerakan silat mereka keluarkan dalamusaha menjatuhkan lawan. Akan tetapi mereka sama kuatnya sehingga lima puluh jurustelah lewat tanpa ada tanda-tanda siapa yang akan menang!

Bong Hin menjadi penasaran sekali dan perasaan inilah yang membuat dia akhirnyamenderita kekalahan. Karena penasaran, maka ia menjadi nekat dan melakukanserangan yang berbahaya, tidak saja berbahaya bagi lawan, akan tetapi juga berbahayabagi dirinya sendiri. Ia mempergunakan serangan yang disebut Pai-san-to-hai atauMenolak Gunung Menguruk Laut! Gerakan ini luar biasa hebatnya, oleh karena dilakukandengan kedua tangan mendorong disertai sebelah kaki menendang sekaligus ada tigaserangan dilancarkan kepada lawannya!

Ciauw In berlaku waspada dan cepat menjatuhkan diri ke kiri untuk menghindarkan diri

dari serangan berbahaya itu dan karena ia melihat kesempatan terbuka, secepat kilatkakinya menendang ke arah lutut kaki kiri Bong Hin yang masih berdiri. Ketika itu, kakikanan Bong Hin masih terangkat dalam tendangannya tadi maka ketika lutut kaki kirinyaditendang, tak ampun lagi ia roboh terguling!

Dengan jujur, jago muda dari Kun-lun-pai ini mengakui keunggulan Ciauw In dan turundari panggung dengan kaki terpincang-pincang. Ciauw In berdiri di atas panggungdengan gembira sekali, tidak karena tepukan tangan para penonton yang memujinya,

Page 37: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 37/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

37

akan tetapi oleh karena dengan kemenangannya ini ia mempunyai kesempatanmenghadapi Sian Kim, dara jelita yang menarik hatinya itu!

Sebaliknya, Sian Kim juga merasa girang oleh karena kini ia mendapat kesempatan pulauntuk menghadapi pemuda yang menjadi seorang diantara tiga orang musuh besarnya,dan dapat mengukur kepandaian lawan ini! Segera setelah mendapat tanda dari Pek BiHosiang, ia melompat ke atas panggung, disambut dengan senyum malu-malu olehCiauw In.

“Lie-taihiap, harap kau suka perlihatkan Hoa-san Kiam-hwat kepadaku!” kata nona bajuhitam itu sambil mencabut keluar pedangnya yang berkilau tajam.

"Nona, aku hanya minta kau berlaku murah hati kepadaku!" jawab Ciauw In sambilmemberi tanda ke bawah, Ong Su mencabut keluar pedang suhengnya lalumelemparkan pedang itu ke arah Ciauw In.

Semua penonton terkejut melihat betapa pedang yang dilempar oleh Ong Su itumeluncur bagaikan anak panah menuju ke tubuh Ciauw In! Akan tetapi, dengantersenyum tenang, Ciauw In mengulurkan tangan kanan dan menyambut pedang itubukan pada gagangnya, akan tetapi pada ujungnya yang runcing, dengan jalan menjepitdiantara jari-jari tangannya!

Tepuk tangan menyambut demonstrasi yang hebat ini. Ong Su memang sengajamelakukan hal ini untuk memberi “muka terang" kepada suhengnya dan mereka ini dipuncak Hoa-san memang sering mengadakan latihan menyambut pedang terbang ini!

"Gerakan Kwan lm Menjepit Jarum itu sungguh bagus!" Sian Kim memuji dan Ciauw Inmerasa kagum melihat betapa nona cantik itu mengenal gerakan tangannya, maka iaberlaku amat hati-hati karena maklum bahwa kini ia menghadapi seorang lawan yangmemiliki ilmu pedang luar biasa lihainya. Juga para penonton termasuk tokoh-tokohbesar yang hadir di situ, maklum bahwa pertandingan terakhir yang akan menentukansiapa juara ahli silat muda pada pertemuan ini, memandang dengan hati amat tertarik.Ilmu pedang yang tadi dimainkan oleh Sian Kim memang mereka kagumi sebagai ilmupedang lihai yang tak pernah terlihat oleh mereka, sedangkan ilmu pedang Ciauw Inadalah ilmu pedang baru dari Hoa-san-pai yang juga belum pernah mereka saksikan,

sungguhpun setiap tokoh persilatan telah tahu dan mendengar akan kehebatan ilmupedang ciptaan Ho Sim Siansu itu.

Sekali lagi Sian Kim mengangguk sambil mengerling dengan matanya yang indah danbibirnya tersenyum memikat hati, kemudian ia lalu berseru.

"Lie-taihiap, lihat pedang!"

Dan mulailah ia membuka serangannya sambil tidak menghentikan senyum manis yangmenghias bibirnya.

Ciauw In menangkis dan segera membalas serangan itu dengan gerak tipu Kong-ciak-kai-bwee atau Burung Merak Buka Ekor, pedangnya digoyang-goyang di depan mukalawan untuk membingungkan lawannya lalu secepat kilat ia melanjutkan serangannyadengan gerak tipu Ayam Emas Mematuk Permata. Pedangnya meluncur cepat ke arah

tenggorokan lawannya!

Kedua gerak, ini ia lakukan untuk mencoba kecepatan dan kewaspadaan Sian Kim yangmerasa kagum melihat gerakan ini lalu iapun bergerak cepat dan melakukan gerak tipuDewi Cantik Mengebut Kipas. Gerakan ini sekaligus menangkis serangan lawan danmembarengi dengan pedang yang terpental karena tangkisan itu diluncurkan ke bawahmembabat pingggang Ciauw In.

Pemuda ini berseru memuji kecepatan Sian Kim dan cepat mengelak sambil melompatmundur, juga Sian Kim setelah serangannya digagalkan, mundur dua langkah untuk

Page 38: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 38/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

38

mencari posisi yang baik. Ia maklum akan kehebatan ilmu pedang lawan, maka tidakberani berlaku sembrono dan tidak mau menyerang dulu, menanti saja diserang olehlawan untuk kemudian membalas dengan reaksi dan gaya reflex yang mengagumkan.Dengan jalan demikian, ia tidak terlalu menaruh diri di tempat dan kedudukan berbahaya,karena itu dapat mengukur dan menimbang keadaan lawannya daripada kalaumenyerang dulu dan tidak dapat melihat perubahan gerakan lawan.

 Adapun Ciauw In bukan karena jerih, akan tetapi oleh karena memang hatinya tidak tegauntuk mendesak nona cantik itu! Akan tetapi, ketika melihat betapa gadis itupunmelangkah mundur, ia maklum bahwa gadis itu amat hati-hati, maka ia lalu tersenyumdan mulai menyerang dengan desakan hebat. Ia mulai keluarkan tipu-tipu yang palinghebat dari Hoa-san Kiam-hwat untuk menguji lawannya ini.

Sebaliknya Sian Kim dengan penuh perhatian melihat perubahan gerakan pedang CiauwIn dan mengimbanginya dengan permainan yang sama cepatnya sehingga sebentar sajatubuh kedua orang ini seakan-akan menjadi satu, tertutup oleh dua gulungan sinarpedang yang bergulung-gulung dan bergumul seakan-akan dua ekor naga saling lilitdengan hebatnya!

Pecahlah sorak sorai dari para penonton, bahkan para tokoh besar yang menyaksikanpertempuran ini diam-diam merasa kagum sekali karena ilmu pedang kedua orang mudaitu benar-benar merupakan ilmu pedang yang sukar dicari tandingannya. Akan tetapi,Bwee Hiang dan Ong Su yang telah faham akan Hoa-san Kiam-hwat ketika melihatgerakan-gerakan Ciauw In, diam-diam merasa kecewa sekali.

Terutama sekali Bwee Hiang, dengan muka pucat ia memandang jalannya pertempurandan ia merasa hatinya sakit sekali karena ternyata bahwa Ciauw In agaknya sengajaberlaku lambat dan lunak dan tidak mengeluarkan kepandaian seluruhnya! Gadis inimaklum kalau suhengnya itu benar-benar menghendaki kemenangan, tidak sukarbaginya. Akan tetapi, suhengnya itu sengaja berlaku lambat-lambatan, seakan-akan takutkalau-kalau pedangnya melukai lawannya! Hal ini hanya dapat disebabkan oleh satu halsaja, yakni bahwa suhengnya telah jatuh hati kepada gadis baju hitam yang cantik jelitaitu!

Dan hal ini memang benar! Biarpun ilmu pedang Sian Kim luar biasa sekali, cepat,ganas, dan kuat gerakannya, akan tetapi ia masih belum berdaya menghadapi Hoa-sanKiam-hwat. Gadis yang cerdik inipun maklum akan hal itu, dia sendiri merasa heranmengapa pada tiap kali lawannya telah terdesak hebat dan terdapat kesempatan untukmerobohkannya, tiba-tiba tekanan pedang lawan itu mengendur sehingga ia mendapatketika untuk memperbaiki posisi dan kedudukannya!

 Akhirnya ia dapat juga menduga banwa tentu pemuda yang tampan ini tidak tega untukmelukainya! Diam-diam hatinya berdebar keras dengan perasaan girang dan gembirasekali. Tadinya Sian Kim mengeluh di dalam hati karena memang ternyata ilmu pedangCiauw In ini amat hebat dan dalam hal lweekang serta ginkang, ia masih kalah sedikitoleh pemuda ini, maka harapannya untuk menuntut balas atas kematian ayahnyamenipis.

 Akan tetapi, setelah timbul dugaannya bahwa pemuda ini agaknya tertarik olehkecantikannya, ia mulai menggunakan siasat lain. Dengan bibir selalu tersenyum, iapunmendesak Ciauw In dan sengaja menarik kembali pedangnya sebelum pedang itumendekat tubuh lawannya, dan gerakan ini ia maksudkan untuk memberi tanda kepadaCiauw In bahwa iapun merasa tidak tega melukai pemuda itu!

Dan Ciauw In terkena oleh muslihat ini! Ia percaya bahwa gadis baju hitam ini membalasperasaannya dan diam-diam ia merasa girang dan berbahagia sekali! Ia lalu sengajamengeluarkan kepandaiannya, dan bergerak cepat sekali. Pada saat Sian Kimmenyerangnya dengan tipu Hui-eng-bok-thou atau Elang Terbang Menyambar Kelinci, ia

Page 39: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 39/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

39

sengaja membiarkan sampai pedang nona itu berada dekat dengan lehernya, kemudiantiba-tiba ia memutar pedangnya yang segera menempel pada pedang nona itu karenatenaga lweekangnya ia kerahkan untuk “menyedot” pedang lawan, kemudian selagi SianKim mengerahkan tenaga untuk membetot kembali pedangnya, Ciauw In mengulurtangan kirinya yang seakan-akan hendak menyerang leher lawannya.

Sian Kim terkejut sekali dan menyangka bahwa benar-benar pemuda itu hendakmencelakainya, akan tetapi ketika ia memandang, ternyata tangan Pemuda itu melayangnaik ke arah kepalanya dan menyendal pita rambutnya yang berwarna merah! Kalau iamau, gadis ini dapat mengelak dan menundukkan kepalanya, akan tetapi sambiltersenyum ia sengaja membiarkan pitanya terampas. Kemudian keduanya melompatmundur dan dengan muka kemerah-merahan dan mata mengerling disertai bibirtersenyum semanis-manisnya, ia berkata dengan suara merdu.

"Lie-taihiap, aku mengaku kalah!"

Lie Ciauw In seakan-akan tidak mendengar suara tepuk sorak para penonton yangmenyambut kemenangannya ini, olen karena hatinya penuh dengan kegembiraan dangairah ketika melihat betapa gadis itu sengaja tidak mau mengelak, seakan-akanmembiarkan pitanya terampas, kemudian melihat kerling dan senyum itu, hatinya benar-benar termasuk dalam perangkap asmara!

Terdengar suara Pek Bi Hosiang yang mengumumkan bahwa Ciauw In, anak murid Hoa-san-pai menjadi juara atau pemenang, maka ia lalu menghampiri orang tua itu untukmenghaturkan terima kasih sambil menjura penuh hormat. Sementara itu, Sian Kimmelompat turun dan kembali ke tempat duduknya.

"Cuwi," kata Pek Bi Hosiang dengan suara keras hingga terdengar oleh semua orangsungguhpun bagi Ciauw In, Sian Kim, dan Bwee Hiang suara itu terdengar setengahnyasaja!

"Dengan berakhirnya pertandingan tadi, maka habis pulalah pibu persahabatan ini.Sebagai mana cuwi saksikan sendiri, maka Lie Ciauw In murid Ho Sim Siansu di Hoa-sanmendapat kemenangan dan oleh karena ilmu pedangnya memang hebat, maka patutlahia mendapat kemenangan ini dan dianggap sebagai jago muda yang paling pandai!”

Terdengar suara tepuk tangan riuh menyambut pengumuman ini, akan tetapi tetap sajabagi ketiga orang muda yang sedang tenggelam dalam lamunan masing-masing itu,pidato ketua Go-bi-pai tidak begitu menarik perhatian. Ciauw In masih berdebar-debarkarena girang dan beberapa kali ia melirik ke arah tempat duduk Sian Kim, sedangkanSian Kim yang memang selain tertarik oleh wajah cakap pemuda itu juga sengaja hendakmenjalankan siasat mempergunakan kecantikannya untuk mencapai maksudnya, yaknimembalas dendam, sedang duduk termenung memikirkan bagaimana akal yang harusdigunakan selanjutnya. Sementara itu, Bwee Hiang yang melihat dengan jelas bahwatwa-suhengnya yang ia cinta itu betul-betul telah jatuh hati kepada Sian Kim, dudukdengan wajah muram dan ia menahan-nahan kesedihan hatinya.

"Cuwi sekalian yang mulia," terdengar Pek Bi Hosiang melanjutkan kata-katanya."Dengan kemenangan jago muda Lie Ciauw In itu, maka sudah sepatutnya kalau pinceng

atas nama semua cabang persilatan yang diwakili oleh cuwi sekalian, memberi nama julukan Hoa-san Taihiap kepadanya!”

Kemudian, sekali lagi Pek Bi Hosiang menghaturkan terima kasih kepada mereka yangtelah datang meramaikan pertemuan persahabatan ini dan memesan kepada semuapendekar-pendekar muda itu untuk menyampaikan hormat dan terima kasih kepadasuhu-suhu mereka. Maka, berangsur-angsur bubarlah semua tamu, kembali ke tempatmasing-masing.

Page 40: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 40/101

Page 41: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 41/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

41

Sian Kim balas memandang kepada Bwee Hiang dan kalau saja pertemuan ini terdapatpada waktu siang hari, tentu ketiga murld dari Hoa-san itu akan melihat betapa sepasangmata Sian Kim yang indah itu mengeluarkan cahaya yang mengerikan ketika iamemandang kepada Bwee Hiang. Cahaya kebencian yang besar, pandangan mata yangdipenuhi nafsu membunuh! Akan tetapi Sian Kim cepat menundukkan kepala danmenjawab.

“Aku kuatir sekali bahwa kedatanganku ini tidak dikehendaki. Kalau memang betul,biarlah, aku pergi saja .......” ucapannya ini terdengar amat mengharukan, seakan-akan iaberada dalam kesedihan besar.

"Ah, sama sekali tidak, nona. Katakanlah keperluanmu kepadaku, karena kau telah kamianggap sebagai teman sendiri, mengapa berlaku sungkan-sungkan? Kami merasa girangsekali dapat bertemu dengan kau!" kata Ciauw In sedangkan Ong Su yang berhati jujuritu berkata juga.

“Nona Gu, diantara sesama orang gagah tidak ada sungkan-sungkan, kalau adakepentingan, lebih baik berterus terang. Kalau hanya ingin bertemu saja, kamipunmerasa gembira dan kita bisa bercakap-cakap tentang pertandingan-pertandingan yangterjadi kemarin!”

Nampaklah perubahan pada muka Sian Kim yang menjadi girang sekali.

“Kalian memang baik sekali," katanya tanpa memandang kepada Bwee Hiang."Sebetulnya aku datang untuk mohon bantuanmu!”

Bukan main girangnya rasa hati Ciauw ln mendengar ini. Tidak ada hal yang akan lebihmenggembirakan hatinya pada saat itu daripada mengulurkan tangan membantu nonayang diam-diam ia cinta ini!

“Aku bersedia membantumu!” katanya, lupa bahwa ia bukan seorang diri sehinggamenyebut “aku" dan tidak "kami"!

"Kalau memang kami kuasa membantumu, tentu saja kami suka membantu," kata pulaOng Su, sama sekali tidak tahu bahwa Bwee Hiang mendengar semua percakapan inidengan hati dingin.

Sian Kim nampak ragu-ragu dan berkata perlahan.

"Betul-betulkah kalian suka membantuku?"

 Agaknya ia merasa sungkan untuk melanjutkan kata-katanya sehingga Ciauw Inmendesak.

"Katakanlah, nona. Kesukaran apakah yang kauhadapi?"

Ditanya demikian dengan suara yang mengandung penuh perhatian, tiba-tiba Sian Kimmenangis sedih! Air matanya mengalir keluar bagaikan banjir dan ia menggunakansehelai saputangan warna hijau untuk menyusuti air mata itu dari kedua pipinya yangkemerah-merahan. Ketika gadis ini mengeluarkan saputangannya itu dari balik bajubagian dada, terciumlah bau harum yang luar biasa sedapnya oleh Ciauw In dan Ong Su.

Sedangkan Bwee Hiang yang melihat betapa tiba-tiba Sian Kim menangis dengan amatsedihnya, menjadi heran dan menaruh perhatian pula.

“Cici, mengapakah kau menangis dan bersedih? Urusan apakah yang begitumenyusahkan hatimu?"

Betapapun Bwee Hiang adalah seorang wanita yang berperasaan halus, maka tentu sajamelihat lain orang wanita menangis ia merasa terharu dan kasihan.

Dengan amat pandainya, Sian Kim perhebat tangisnya ketika mendengar pertanyaan ini,kemudian dengan susah-payah, dapat juga ia berkata.

Page 42: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 42/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

42

"Aku memang bernasib malang ...... hanya mengharapkan bantuan ...... sam-wi yangmulia ..... untuk membalas sakit hatiku ....... yang amat besar ini .......”

"Tenanglah, nona, dan ceritakanlah terus terang. Aku bersumpah akan membantupadamu sekuat tenagaku,” kata Ciauw In, sama sekali tidak ingat bahwa ucapannya inimelampaui batas. Ia belum kenal baik kepada Sian Kim, belum tahu asal usulnya danbelum tahu pula urusan apakah yang gadis itu ingin ia bantu, akan tetapi ia telah beranibersumpah untuk membantunya!

Ong Su tentu saja merasa heran melihat sikap suhengnya ini, maka untuk membetulkanucapan suhengnya yang dianggap salah dan hanya menurutkan hati iba, ia lalumenyambung.

"Ceritakanlah, nona. Setelah kami mengetahui duduknya persoalan, barulah kami akanmempertimbangkan apakah kami akan dapat membantumu!"

Dengan suara sedih yang sewajarnya dan mengharukan hati ketiga pendengarnya, SianKim lalu menceritakan riwayat bohong. Ia menuturkan bahwa ia adalah puteri tunggalseorang hartawan di utara, dan bahwa semenjak kecil ia mempelajari ilmu silat dariseorang pengemis tua yang merantau dan memiliki kepandaian tinggi. Bahkan ataskehendak suhunya, ia ikut pula merantau sampai sepuluh tahun hingga memiliki ilmu silat

seperti sekarang ini, akan tetapi suhunya itu meninggal dunia dalam perantauan karenaterserang penyakit jantung.

Kemudian ia pulang ke kota ayahnya dan hidup dengan tenteram, Ayahnya juga seorang jago silat yang kenamaan dan mempunyai banyak kenalan. Di antara sahabat-sahabatayahnya itu, terdapat tiga orang jago tua yang disebut Hopak Sam-eng atau TigaPendekar dari Hopak yang berilmu tinggi. Seorang diantara Hopak Sam-eng inimempunyai seorang putera dan pada suatu hari Hopak Sam-eng datang melamar SianKim untuk dijodohkan dengan pemuda itu. Ayahnya setuju dan menerima lamaran itu,akan tetapi ia sendiri tidak suka dan menolak, hingga setelah ayahnya terpaksamembatalkan perjodohan itu, timbullah perasaan bermusuh dan sakit hati dari fihakHopak Sam-eng.

Pada suatu hari, pemuda yang tergila-gila kepadanya itu datang menggoda hingga ia

menjadi marah dan melukainya. Hal ini membuat Hopak Sam-eng menjadi marah danmereka bertiga datang menantang ke rumah orang tuanya. Dalam pertempuran hebat,ayahnya terbunuh oleh mereka, sedangkan ia sendiri setelah berhasil melukai seorang diantara Hopak Sam-eng, dapat melarikan diri dan merantau.

Demikianlah, Sian Kim mengarang cerita bohong dan menceritakannya sambil menangissedih.

"Apakah dayaku? Mereka itu lihai .....” katanya sambil menyusut air mata. "Dan aku tidaksanggup menghadapi mereka seorang diri saja. Telah berkali-kali aku menyerbu, akantetapi selalu aku dipukul mundur, bahkan menerima hinaan-hinaan dari pemuda itu!"

Ia mengepal tinju dengan muka marah. "Tadinya karena aku berhasil membalas dendam,aku ingin membunuh diri saja untuk mengakhiri penderitaan dan kekecewaanku.

Kemudian aku mendengar tentang pertemuan dan pibu yang diadakan oleh fihak Go-bi-pai, maka timbul kembali harapanku. Aku sengaja datang dan ikut bertanding untukmencari kawan yang kiranya dapat membantuku. Setelah mellhat kalian bertiga yangberkepandaian tinggi dan berbudi mulia, maka aku merasa yakin bahwa kalian sajalahyang dapat membantuku, terutama sekali kau, Lie-taihiap."

Sambil berkata demikian, tiba-tiba Sian Kim menjatuhkan dirl berlutut di depan Ciauw In!

Tentu saja Ciauw In merasa gugup sekali melihat hal ini dan dengan sentuhan halus iamemegang pundak Sian Kim untuk mengangkatnya bangun.

Page 43: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 43/101

Page 44: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 44/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

44

"Kau keliru, sumoi. Biarpun persoalan itu tadinya merupakan soal pribadi yang tidakharus kita campuri, akan tetapi setelah ketiga jago tua itu menurunkan tangan jahatmembunuh mati orang yang tidak berdosa, bahkan menghina seorang gadis yang telahmereka bunuh ayahnya, maka sudah selayaknya kalau kita turun tangan!"

Bwee Hiang memandang kepada Ong Su minta pertimbangan dan bantuan.

"Bagaimana, ji-suheng? Menurut pendapatmu, kita harus pergi memberi laporan dulukapada suhu, ataukah langsung pergi membantu Sian Kim?"

Ong Su merasa serba bingung dan tidak tahu harus menjawab bagaimana. Iamenggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, kemudian setelah batuk-batuk beberapakali, terpaksa ia menjawab,

"Aku menjadi bingung ...... membantu orang memang perlu dan baik, akan tetapimelaporkan kepada suhu juga penting sekali .......”

"Jawablah yang betul, sute, jangan bercabang dua! Kau setuju dengan keputusanku atausetuju dengan keputusan sumoi?"

Ketika Ong Su merasa ragu-ragu dan tidak dapat menjawab, hanya memandang merekadengan bergantian, Bwee Hiang berkata gemas,

"Ji-suheng, kau benar-benar tidak mempunyai pendirian yang tetap!"

Ditegur dari kanan kiri, Ong Su makin gugup dan bingung. Ia lalu bangkit berdiri danberkata,

"Sudahlah ...... lebih baik aku pergi tidur saja. Kuserahkan kepada kalian berdua untukmengambil keputusan dan aku akan menurut saja keputusan apa yang kalian ambil!"Lalu ia pergi memasuki kamarnya untuk tidur!

Bwee Hiang dan Ciauw In saling pandang.

"Sumoi, betapapun juga, aku harus menolong Sian Kim! Mengapakah kau agaknyademikian benci kepadanya?”

"Karena ...... karena pandang matamu kepadanya begitu ...... begitu ...... mesra! Dan

sikapnya kepadamu itu .... ah .....” Tiba-tiba Bwee Hiang menutupi kedua matanyadengan tangan untuk mencegah keluarnya air mata, akan tetapi tetap saja air matanyatak dapat dibendung dan mengalir di sepanjang kedua pipinya.

Melihat sumoinya menangis, hati Ciauw In menjadi terharu. Pemuda ini maklum apayang terasa dalam hati gadis ini, maka sambil memegang lengan Bwee Hiang, ia berkatadengan suara gemetar.

”Sumoi, kita telah semenjak kecil berkumpul, maka baiklah aku berterus terang sajakepadamu. Dengarlah bahwa selain merasa kasihan kepada Sian Kim, aku.. ..... akumencinta padanya ..... entah mengapa, hatiku amat tertarik ...... belum pernah terasaseperti ini dalam hatiku ..... aku cinta padanya, sumoi."

Makin keraslah tangis Bwee Hiang mendengar pengakuan ini.

"Aah ...... twa-suheng, sudah kuduga .... sudah kuduga hal ini akan terjadi .... dan aku ....aku yang bodoh .... aku ....”

Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena tangisnya membuat kerongkongannyaseakan-akan tersumbat.

"Aku tahu perasaan hatimu, sumoi. Maafkan aku ..... kau kuanggap sebagai adikkusendiri. Aku harus menolong dan membantu Sian Kim membalas musuh-musuhnya,besok aku akan pergi bersama dia mencari Hopak Sam-eng .....”

Page 45: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 45/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

45

"Dan .... dan aku bagaimana .....?"

Pertanyaan ini keluar bagaikan seorang anak kecil yang hendak ditinggal pergi orangtuanya, dan hati Ciauw ln tertusuk sekali. Ia merasa kasihan kepada sumoinya ini, akantetapi cinta yang mengamuk dalam hatinya itu lebih besar pengaruhnya.

"Kau dan sute boleh kembali ke Hoa-san, memberi laporan kepada suhu tentang pibu di

Kui-san itu. Setelah aku berhasil membantu Sian Kim, aku akan menyusul ke Hoa-sandan mengaku terus terang kepada suhu tentang perasaanku terhadap Sian Kim."

Dengan wajah pucat sekali Bwee Hiang lalu bangkit berdiri dengan tubuh lemas, laluberkata tetap.

"Baiklah, suheng, semoga kau berbahagia."

Kemudian dengan isak tangis tertahan, gadis yang malang ini lalu lari ke kamarnya,meninggalkan Ciauw In yang termenung seorang diri di ruang depan hotel itu.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Bwee Hiang sudah keluar dari kamarnya,demikianpun Ciauw In karena sesungguhnya kedua orang muda ini semalam suntuktidak tidur sama sekali. Ketika Ong Su bangun dan bertanya tentang keputusan mereka,Bwee Hiang menjawab dengan singkat.

“Twa-suheng akan pergi membantu Sian Kim, sedangkan kau dan aku kembali ke Hoa-san untuk memberi laporan kepada suhu."

"Ya, demikianlah keputusannya, sute. Kalau sudah selesai urusanku membantu nonaGu, aku akan menyusul cepat ke Hoa-san,” kata Ciauw In.

Ong Su tidak mau banyak bicara karena dari sikap kedua orang ini, ia maklum tentu telahterjadi pertentangan. Terutama sekali ia melihat betapa wajah Bwee Hiang amat pucatdan masih nampak tanda-tanda bekas air mata di bawah pelupuk matanya yang merah.Setelah berpamit, kedua orang muda ini lalu pergi melanjutkan perjalanan menuju keHoa-san.

Di tengah perjalanan, Ong Su berkata kepada sumoinya yang melakukan perjalanantanpa bicara sedikitpun seperti sebuah patung hidup.

"Sumoi, agaknya terjadi perselisihan antara suheng dan kau!”

“Tidak ada perselisihan apa-apa. Twa-suheng memaksa untuk pergi membantu ........perempuan itu!”

Ong Su menarik napas panjang.

"Sumoi, kau ...... agaknya amat membenci Sian Kim, berbeda sekali dengan suheng.”

“Memang twa-suheng ....... cinta kepada perempaan itu!”

"Apa?”

Ong Su terheran juga karena hal ini belum pernah ia pikirkan.

"Twa-suheng mencinta Sian Kim." Bwee Hiang mengulang. “dan itulah sebabnya

mengapa ia membantu perempuan itu. Malam tadi twa-suheng mengaku terus terangkepadaku."

Kembali gadis ini menahan isaknya.

Tiba-tiba Ong Su menghentikan tindakan kakinya dan menarik napas panjang. BweeHiang juga berhenti dan memandang kepada pemuda itu,

“Kasihan sekali kau, sumoi ....... “ katanya. "Aku tahu akan keadaan hatimu. Kita memangsenasib, menjatuhkan cinta kasih kepada orang yang tak dapat membalasnya!”

Page 46: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 46/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

46

Untuk sesaat mereka saling berpandangan dan Bwee Hiang yang dapat menangkapmaksud kata-kata suhengnya ini, mengulang ucap¬an Ciauw In yang diucapkankepadanya malam tadi.

“Maafkan aku, suheng ........"

Hanya itulah yang dapat ia ucapkan dan keduanya lalu melanjutkan perjalanan dengan

membisu, tenggelam dalam lamunan masing-masing yang penuh kepahitan.o0o

Sementara itu, dengan hati berdebar dan tergesa-gesa, Lie Ciauw In meninggalkan hoteldan keluar menuju ke jurusan barat. Ketika tiba di pintu dusun, benar saja ia melihatbayangan Sian Kim dengan bentuk tubuhnya yang langsing itu telah menanti di situ.

Gadis itu duduk di atas sebuash batu besar dan ketika melihat ia datang, segeramelompat bangun dan lari menyambut. Mereka berdiri berhadapan, berseri gembira padawajah mereka. Dari sepasang mata gadis yang indah itu kelihatan dua titik air mata, akantetapi mulutnya tersenyum girang.

"Ah, taihiap, kau betul-betul datang membantuku,” katanya dengan suara yang merdudan gembira.

Ciauw In tertegun memandang. Matanya menatap dengan kagum sekali. Pada pagi harlini, Sian Kim nampak lebih cantik lagi, bagaikan bidadari fajar. Gadis jelita ini masihmengenakan pakaian berwarna hitam seluruhnya, akan tetapi pakaiannya terbuatdaripada sutera halus dan yang amat menggiurkan hati Ciauw In ialah belahan baju padabagian leher depan agak terlalu rendah hingga nampak membayang kemontokan dadagadis itu. Pita rambutnya berwarna merah muda, demikianpun ikat pinggangnya yangmelambai-lambai ke bawah. Sepatunya juga berwarna hitam berkembang merah. Padarambut kepala sebelah kiri terhias dengan setangkai bunga merah yang segar danberbau harum!

“Maafkan bahwa sute dan sumoiku tak dapat ikut membantumu, nona, karena mereka ituharus segera kembali ke Hoa-san melaporkan hasil pibu itu kepada suhu."

"Tidak apa, taihiap, dengan dikawani oleh kau seorangpun sudah cukup bagiku! SeorangHoa-san Taihiap lebih berharga bagiku dari pada seratus orang kawan yang membantu?”

”Ah, kau terlampau melebih-lebihkan, nona."

“Selama hidupku, aku takkan lupa akan budimu ini, taihiap."

"Nona, mengapa kau berkata demikian? Bantuan belum kuberikan, dan belum tentu pulaaku akan berhasil mengalahkan musuh-musuhmu. Kemanakah sekarang kita harus pergimencari mereka?”

"Mereka itu telah lama pindah dari kota kelahiranku dan kini mereka berada di Kiang-sun-ok, kota di sebelah barat yang letaknya kurang lebih seratus li dari sini."

Kedua orang ini lalu berangkat menuju ke barat. Sian Kim pandai sekali mengambil hati,mengajak kawannya bercakap-cakap dengan amat gembira hingga Ciauw In sebentar

saja telah lupa kepada Bwee Hiang yang menimbulkan kasihan di dalam hatinya. Iamakin terpikat kepada gadis ini dan merasa bahwa selama ini belum pernah ia menikmatikebahagiaan dan kegembiraan hidup. Pohon-pohon dan kembang-kembang yangdilihatnya kini nampak berbeda dari biasanya, dan segala apa yang nampakmendatangkan kesedapan pada matanya. Ia merasa seakan-akan hidup baru disampinggadis jelita ini.

Sian Kim sengaja melakukan perjalanan dengan lambat, akan tetapi hal ini tidakmenjadikan keberatan bagi Ciauw In, bahkan pemuda inipun menghendaki agar ia dapat

Page 47: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 47/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

47

berkumpul selama mungkin dengan kekasih hatinya ini. Gadis baju hitam ini memangtelah mempunyai banyak pengalaman dan tahu cara-cara memikat hati laki-laki.Sedikitpun Ciauw In tak pernah menyangka bahwa dara jelita yang kini melakukanperjalanan bersama dia ini adalah seorang manusia berbahaya, seorang wanita yangseperti seekor ular berbisa yang berbahaya sekali!

la tak pernah mengira bahwa semua cerita gadis itu adalah cerita yang sengaja diputar-balikkan dari kenyataan. Memang Sian Kim mempunyai permusuhan besar denganHopak Sam-eng, akan tetapi sebab-sebab permusuhan bukanlah seperti yangdiceritakannya pada malam hari itu. Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, marikita menengok riwayat Sian Kim, gadis cantik yang menjadi ketua dari Hek-lian-pang itu.

 Ayah Sian Kim, yakni Gu Ma Ong, semenjak masih muda telah menjadi seorangperampok yang ganas dan lihai. Berkat ilmu silatnya yang cukup tinggi, ia malang-melintang dan melakukan banyak kejahatan sehingga namanya amat terkenal dikalangan liok-lim atau rimba raya, yakni dunia orang-orang yang melakukan pekerjaansebagai perampok dan begal.

Dalam kejahatannya, Gu Ma Ong berhasil menculik seorang gadis cantik puteri seorangpembesar dan memaksanya menjadi isterinya. Wanita ini diajak hidup di dalam hutan dimana Gu Ma Ong mempunyai banyak kawan-kawan atau anak buahnya dan biarpuntinggal di dalam hutan, namun ia hidup dengan mewah sekali. Akan tetapi, tentu sajaisteri paksaan ini tidak dapat menikmati hidup bahagia dengan suaminya yang jahat itu,dan setahun kemudian, nyonya muda yang bernasib malang ini meninggal dunia padasaat ia melahirkan seorang anak perempuan.

 Anaknya ini kemudian dipelihara oleh Gu Ma Ong yang mengambil isteri lain lagi, dananak inilah yang diberi nama Gu Sian Kim. Karena memang sifatnya jahat dan kejam, GuMa Ong tidak memperdulikan puterinya ini sehingga hidup Sian Kim semenjak kecil amatsengsara, di bawah asuhan seorang ibu tiri yang kejam dan galak.

Kemudian ia terlihat oleh seorang pengemis tua yang bertubuh kurus kering. Ternyatabahwa pengemis ini adalah seorang luar biasa yang memiliki ilmu silat tinggi sekali.

Melihat Sian Kim, pengemis sakti ini timbul rasa suka karena ia memang belummempunyai murid. Dimintanya anak itu dari Gu Ma Ong, akan tetapi sudah tentu saja GuMa Ong yang menjadi kepala rampok kaya raya itu tidak suka anaknya diambil muridoleh seorang pengemis.

Ia merasa terhina dan diserangnya pengemis iru. Akan tetapi, biarpun semua anakbuahnya maju mengeroyok, mereka tidak kuat menghadapi pengemis itu dan akhirnyaGu Ma Ong yang memang tidak begitu perduli lagi kepada puterinya, mengalah danmemberikan puterinya dibawa pergi oleh pengemis sakti yang berjuluk Pat-chiu-sian-kaiatau Pengemis Dewa tangan Delapan itu!

Sian Kim dibawa merantau oleh Pat-chiu-sian-kai sambil diberi latihan silat tinggi. Padawaktu itu, Sian Kim baru berusia enam tahun dan selama sepuluh tahun ia menjadi muridPat-chiu-sian-kai yang berilmu tinggi, setelah ia menjadi dewasa, ternyata bahwa Sian

Kim mewarisi kecantikan ibunya, bahkan ia lebih jelita dari pada ibunya! Akan tetapisayang sekali bahwa ia memiliki watak seperti ayahnya, yakni jahat dan kejam!

Pat-chiu-sian-kai merasa kecewa dan berduka sekali melihat watak muridnya ini. Iaterlalu sayang dan cinta kepada muridnya yang cantik jelita, maka ia tidak tega untukmencelakainya, sungguhpun ia merasa kuatir melihat tanda-tanda tentang kejahatangadis itu. Karena sedihnya, maka pengemis tua ini jatuh sakit dan serangan sakit jantungmengantarkannya ke alam baka.

Page 48: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 48/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

48

Pada waktu itu, Sian Kim telah berusia enam belas tahun, bagaikan bunga mulai mekar,harum semerbak cantik jelita menggairahkan. Ia telah mendapat tahu dari suhunyabahwa ia adalah anak tunggal dari Gu Ma Ong, seorang kepala berandal yang ditakutiorang Sian Kim tidak tertarik hatinya mendengar keadaan ayahnya ini, maka setelahsuhunya meninggal dunia, ia merupakan seekor kuda tanpa kendali!

Mulailah ia melakukan perantauan sendiri dan ia menjadi binal benar-benar sepertiseekor kuda liar! Dengan kepandaiannya yang tinggi, ia merobohkan banyak oranggagah, dan seperti juga ayahnya, ia menganggap harta benda orang seperti milik sendirisaja. Setiap saat apabila ia membutuhkan uang untuk biaya perjalanan, ia merampasdari siapa saja yang dijumpainya! Ia merampok tanpa pilih bulu!

Beberapa tahun ia merantau dan sementara itu, ia menjadi makin dewasa. Dan agaknya,sifat "mata keranjang" dari ayahnya menular pula kepada gadis yang makin cantik jelitaini, hingga tiap kali melihat seorang pemuda yang tampan dan cakap, hati Sian Kimmerasa tertarik sekali!

Ketika ia berusia tujuh belas tahun, ia tiba di kota Kiang-sun-ok, dan karena iakekurangan uang untuk biaya karena uangnya hasil curian beberapa hari yang lalu telahhabis diobral untuk membeli pakaian-pakaian indah dan mahal serta untuk hidup secararoyal, maka ia lalu mencari kurban! Ia mendengar nama Hopak Sam-eng yang selainterkenal hartawan juga sebagai tiga orang jago ternama, maka hati mudanya yang tidakmau kalah terhadap siapapun juga itu menjadi panas. Pada malam hari, didatangilahgedung Hopak Sam-eng ini untuk dicuri hartanya!

 Akan tetapi kali ini ia membentur batu karang! Hopak Sam-eng ternyata benar-benargagah dan sungguhpun kalau melawan seorang demi seorang Sian Kim takkan kalah,akan tetapi setelah dikeroyok tiga, bahkan dikeroyok empat dengan seorang pemudaputera seorang diantara ketiga jago itu, ia menyerah dan tertangkap!

 Akan tetapi, ia tertolong oleh pemuda itu, yakni yang bernama Liok Seng, karenapemuda ini merasa tertarik sekali melihat kecantikan maling wanita ini! Juga Sian Kimyang mata keranjang itu jatuh hati kepadanya, sehingga akibat dari pada pertempuran inibahkan membuat mereka menjadi sahabat baik! Untuk berbulan-bulan Sian Kim tinggal

di rumah gedung Hopak Sam-eng dan menjadi kekasih Liok Seng, hidup serba mewahdan senang, bercinta-cintaan dengan pemuda yang terkenal sebagai seorang pemudahidung belang itu!

Hopak Sam-eng selain kaya raya dan berpengaruh, juga disegani dan ditakuti olehpenduduk Kiang-sun-ok, oleh karena mereka ini memang terkenal berwatak keras dantinggi. Juga mereka yang memiliki banyak tanah dan terkenal sebagai tuan-tuan tanah ituberlaku amat keras dan memeras para petani yang menjadi buruh tani mereka!

Seperti juga watak ayahnya, setelah beberapa bulan hidup dengan penuh kasih sayangdengan Liok Seng, Sian Kim mulai menjadi bosan dan ia mulai sering meninggalkanrumah untuk mulai dengan perantauannya, bahkan berani bermain gila dengan pemuda-pemuda lain yang cukup ganteng. Hal ini tentu saja amat menyakitkan hati Liok Seng,dan sungguhpun pemuda ini bukan menjadi suami yang sah, akan tetapi Liok Seng amat

mencinta Sian Kim dan tidak suka melihat kekasihnya bermain gila dengan pemuda lain.Ia menegurnya, akan tetapi Sian Kim tidak ambil perduli hingga akhirnya keduanyabertempur! Akan tetapi, Liok Seng bukanlah lawan Sian Kim, di dalam beberapa jurussaja Liok Seng telah dilukai pundaknya oleh pedang Sian Kim yang meninggalkanpemuda itu sambil menghinanya dengan kata-kata pedas.

Liok Seng adalah putera Liok Bu Tat, atau saudara termuda dari Hopak Sam-eng, makatentu saja ketika mendengar hal ini, Liok Bu Tat menjadi marah sekali. Demikian pulakedua jago Hopak itu yang bernama Liok Sui dan Liok Ban, mereka ini merasa amat

Page 49: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 49/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

49

marah mendengar betapa keponakan mereka dilukai dan bahkan dihina oleh Sian Kimyang dianggap tak kenal budi.

Ketiga Hopak Sam-eng lalu mengejar Sian Kim dan menyerangnya dengan hebat, SianKim membela diri dan mengadakan perlawanan mati-matian, akan tetapi akhirnya ia tidakdapat menghadapi ketiga jago tua itu dan segera melarikan diri. Ketika ketiga orang jagoitu berhasil menyusulnya sehingga pertempuran itu terjadi, Sian Kim sedang beradaberdua dengan seorang pemuda lain yang tampan sekali. Kini melihat Sian Kim dapatmelarikan diri, Hopak Sam-eng segera menumpahkan kemarahannya kepada pemuda ituyang lalu dibunuhnya.

Ketika Sian Kim mendengar berita bahwa kekasih barunya itu dibunuh oleh Hopak Sam-eng, ia menjadi sakit hati sekali dan menganggap ketiga orang jago tua itu sebagaimusuh besar yang harus dibalas sewaktu-waktu.

Demikianlah sebetulnya peristiwa yang terjadi hingga menimbulkan permusuhan antaraSian Kim dan Hopak Sam-eng, akan tetapi yang diputar-balikkan ketika gadis inimenceritakannya kepada Ciauw In dan dua orang adik seperguruannya.

Setelah menderita kekalahan dari Hopak Sam-eng, Sian Kim lalu mencari ayahnya.Gadis jelita yang kejam dan juga amat cerdik dan jahat ini, ketika melihat betapa ayahnya

menjadi ketua dari Hek-lian-pang dan betapa ibu tirinya yang dulu amat bengiskepadanya, lalu menyerbu dan membunuh ibu tirinya! Ayahnya marah sekali danmenyerangnya, akan tetapi Gu Ma Ong tidak dapat mengalahkan puterinya sendiri,bahkan kena dirobohkan!

Sian Kim lalu mengangkat diri sendiri sebagai kepala Hek-lian-pang yang baru danmenurunkan kedudukan ayahnya menjadi wakilnya! Semua anak buah Hek-lian-pangtidak ada yang berani membantah oleh karena memang mereka telah menyaksikansendiri bahwa gadis manis ini benar-benar lihai! Mereka bahkan merasa gembiramendapatkan seorang ketua vang demikian cantik jelitanya dan semenjak Sian Kimberada di situ, banyak diantara anak buahnya yang tampan menjadi teman baiknya.

Gu Ma Ong yang melihat betapa puterinya bertukar-tukar kekasih dan hidup dengan hinasekali bagi seorang wanita, hanya dapat menarik napas panjang dan merasa menyesal

sekali. Ayah manakah yang takkan merasa berduka melihat anak perempuannya hidupseperti seorang pelacur yang memalukan sekali?

Gu Ma Ong tidak teringat akan perbuatannya sendiri dan tidak sadar bahwa anaknya ituternyata mempunyai watak yang diwariskan olehnya. Memang demikianlah sifat seorangmanusia, betapapun jahatnya dia, akan tetapi ia tidak rela dan tidak suka melihatanaknya menjadi jahat pula. Namun Gu Ma Ong tidak berdaya, karena ilmukepandaiannya kalah jauh dan ia tidak berkuasa terhadap puterinya itu.

Semenjak Sian Kim menjadi ketua Hek-lian-pang, ia lalu bertukar pakaian dan selalupakaiannya berwarna hitam. Nama perkumpulan ini yang berarti Teratai Hitam, terasacocok sekali olehnya dan ia merasa seakan-akan ia merupakan setangkai bunga terataihitam, maka ia selalu berpakaian serba hitam.

 Apalagi ketika para kekasihnya memuji-mujinya dan menyatakan bahwa gadis jelita inipantas sekali mengenakan pakaian hitam hingga kulitnya yang putih bersih itu nampakmakin menyolok, ia lalu tak pernah mengganti pakaiannya dengan warna lain! Iapun lalumengeluarkan para anggauta yang sudah tua dan mengganti anak buahnya denganpemuda-pemuda yang tampan dan bahkan ia melatih silat kepada mereka!

Namun, tetap saja ia merasa bosan dengan segala kemewahan dan kesenangan ini. Iatidak tahu bahwa memang demikianlah sifat kesenangan duniawi, yakni membosankan!Tidak tahu bahwa kebahagiaan abadi tidak terletak di dalam kesenangan duniawi. Iamulai merantau lagi dan hanya memimpin perkumpulannya selama setahun.

Page 50: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 50/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

50

Kemudian, setelah ia kembali ke tempat itu dan mendengar bahwa ayahnya terbunuhmati oleh tiga murid Hoa-san, bahkan betapa banyak anggauta perkumpulannyaterbasmi pula, ia segera mengejar ketiga murid Hoa-san itu dan selanjutnyamenggunakan siasat untuk menjebak hati Ciauw In yang amat lihai untuk dapatdiperalatnya!

Demikianlah riwayat singkat dari Sian Kim, gadis cantik jelita yang telah bernasilmenjatuhkan hati Ciauw In. Tentu orang akan bergidik kalau telah mengetahui riwayatgadis yang penuh kekotoran itu, akan tetapi siapa saja yang bertemu dengannya,memandang wajah yang ayu dan potongan tubuh yang menggiurkan, pasti takkan adayang mengira bahwa dara jelita ini adalah seorang wanita yang jahat, kotor, dan kejam.

Hanya Bwee Hiang saja yang mempunyai perasaan halus hingga dapat meragukannya,akan tetapi Ciauw In tak dapat disalahkan. Setiap orang laki-laki, baik ia masih mudamaupun sudah tua, pasti tergiur melihat dara ini.

o0o

Ciauw In adalah seorang pemuda yang baru saja keluar dari tempat perguruan dan barusaja turun gunung menceburkan diri dalam dunia ramai, maka ia dapat diumpamakansebagai seekor anak burung yang baru saja turun dari sarang dan baru belajar terbang.

Ia amat bodoh dan tidak berpengalaman sama sekali, sehingga lebih mudahlah bagi SianKim untuk menjalankan tipu muslihatnya, walaupun terdapat pula kesukaran bagi gadisini dalam siasatnya menghadapi Ciauw In.

Kesukaran ini justeru timbul oleh kebodohan Ciauw In. Kalau saja pemuda ini tidaksehijau itu, tentu ia akan dapat mengerti segala pernyataan cinta kasih Sian Kim dantentu akan menyambutnya dengan hati girang. Akan tetapi, Ciauw In terlalu bodoh danmalu-malu, demikianlah Sian Kim sering mengomel seorang diri, hingga biarpun pemudaitu memandangnya dengan mata kagum dan penuh perasaan cinta yang besar, namunbelum pernah terlompat dari bibir pemuda ini tentang perasaannya yang nampak daripandangan matanya itu.

Sian Kim cukup cerdik untuk tidak mempergunakan sikap yang terlalu menyolok dankasar dan ia tetap bersikap malu-malu pula bagaikan seorang gadis, baik-baik. Dari

gerak-gerik dan pandangan matanya, ia membayangkan sejelas-jelasnya akan perasaanhatinya terhadap Ciauw In, sungguhpun ia tidak berani pula berterus terang sepertilayaknya dilakukan oleh seorang gadis sopan. Ia memang pandai bermain sandiwarasehingga Ciauw In betul-betul terpikat, menganggap bahwa Sian Kim adalah seoranggadis yatim piatu yang malang dan yang mencintainya seperti ia mencinta gadis ituhingga diam-diam Ciauw In merasa luar biasa gembira dan bahagianya.

Ia mengambil keputusan di dalam hati untuk segera mengajukan hal ini kepada suhunyadan minta orang tua itu untuk mengajukan pinangan! Ia sendiri tidak kuasa membukamulut menyatakan perasaan hatinya maka iapun diam saja dan hanya gerak bibir danpandang matanya saja yang bicara dalam seribu bahasa dan yang dimengerti baik olehSian Kim.

Selama dalam perjalanan menuju ke Kiang-sun-ok tempat tinggal Hopak Sam-eng, Sian

Kim menjaga dengan hati-hati hingga selalu tidak memperlihatkan sikap yang kurangsopan. Mereka bermalam di sebuah hotel terbesar dengan kamar berhadapan. Padamalam hari itu mereka bermalam di hotel "Lok-pin" di kota Siang-yu, sebelah timur Kiang-sun-ok. Setelah makan malam mereka bercakap-cakap di ruang depan sampai jauhmalam, lalu masuk ke kamar masing-masing untuk tidur.

Kira-kira menjelang tengah malam, Ciauw In yang masih belum tidur karena diam-diammemikirkan keadaan Sian Kim dengan hati amat beruntung, tiba-tiba mendengar suarakaki menginjak genteng hotel itu, tidak jauh di atas kamarnya. Ia cepat mengambil

Page 51: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 51/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

51

pedangnya dan melompat keluar kamar dari jendelanya dan langsung melompat ke atasgenteng. Dilihatnya bayangan hitam berkelebat cepat, maka segera ia mengejar danmengintai dari belakang.

 Alangkah herannya ketika ia melihat bahwa bayangan itu adalah Sian Kim sendiri! Iahendak memanggil, akan tetapi timbul keinginannya hendak mengetahui dengan diam-diam apakah yang hendak dilakukan oleh kawan baru ini, maka ia lalu mengikutinyadengan diam-diam tanpa diketahui oleh Sian Kim.

Ciauw In terlalu memandang rendah kepada Sian Kim kalau ia menyangka bahwa gadisitu tidak tahu bahwa ia sedang mengikutinya, karena sesungguhnya Sian Kim sudah tahubahwa Ciauw In berada tak jauh di belakangnya. Gadis ini diam-diam tersenyum manisseorang diri dan berlaku seakan-akan ia tidak melihatnya. Gadis ini terus menuju kesebuah gedung besar, tempat seorang hartawan di kota i tu.

Sesungguhnya, gadis ini telah kehabisan uang bekal dan seperti biasa hendak mencariuang dari gedung itu. Ia maklum bahwa hal ini dapat ia lakukan dengan hati tenang, olehkarena "meminjam uang" seorang hartawan memang sudah biasa dilakukan oleh orang-orang kang-ouw yang kehabisan bekal di dalam perjalanan, hingga ia tak perlu merasamalu-malu kepada pemuda itu. Bahkan ia ingin melihat bagaimana sikap Ciauw In dalamhal ini.

 Akan tetapi, ia tidak tahu bahwa malam itu kebetulan sekali ia akan bertemu denganseorang penjahat lain! Ketika ia berhenti di atas genteng rumah hartawan itu, tiba-tibamatanya yang tajam dapat melihat bayangan hitam berkelebat turun dari genteng danmenuju ke ruang dalam gedung itu. Ia segera mengejarnya dan mengintai, tahu bahwa dilain tempat tak jauh dari situ, Ciauw In juga sedang mengintai pula!

Bayangan hitam ini adalah bayangan seorang laki-laki tinggi besar yang mengenakanpakaian serba hitam dan orang itu dengan hati-hati sekali menghampiri jendela sebuahkamar, lalu dengan goloknya membuka daun jendela dengan gerakan cepat dan cermat,tanda bahwa ia memang ahli dalam hal membongkar jendela kamar orang!

Setelah jendela terbuka, orang itu lalu mengeluarkan sebuah bungkusan kuning yangpanjang dari punggungnya. Ternyata bahwa di dalam bungkusan itu terdapat beberapa

batang hio (dupa) dan setelah dibakarnya, ia menaruh hio itu di dalam jendela danmeniupkan asap hio ke dalam kamar!

Ciauw In yang masih hijau itu, tidak tahu apakah maksud penjahat ini denganperbuatannya itu, maka diam-diam iapun lalu mengintai ke dalam kamar. Kamar itu indahdan mewah sekali, dan di dalamnya terdapat sebuah tempat tidur yang kelambunyatertutup, akan tetapi sepasang sepatu kain yang tersulam indah berwarna merahmembuat ia dapat menduga bahwa di dalam kelambu itu tentu berbaring seorang gadis,puteri tuan rumah yang sedang tidur!

Selain pembaringan ini, terdapat pula banyak barang-barang indah dan mahal serta yangmenandakan bahwa penghuni kamar ini memang seorang wanita. Pemuda ini berpikirheran mengapa penjahat ini membakar hio yang asapnya ditiupkan ke dalam kamar.Kalau ia hendak mencuri, setelah membuka jendela, mengapa tidak langsung masuk

saja dan mengambil barang-barang berharga?

 Akan tetapi, Sian Kim tahu dengan baik apa artinya perbuatan itu, karena dengan marahsekali ia lalu membentak halus.

"Penjahat cabul, jangan berani main gila di depan nonamu!”

Sambil berkata demikian, gadis ini melompat keluar dari tempatnya mengintai. Penjahatitu terkejut dan segera melompat ke atas genteng, ketika mendapat kenyataan bahwaperbuatannya ketahuan orang. Akan tetapi Sian Kim mengejar dengan lompatan yang

Page 52: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 52/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

52

 jauh lebih cepat daripada penjahat itu hingga ia mendahuluinya mencegat di atasgenteng. Sementara itu, Ciauw In juga menyusul dan mengintai dengan diam-diam.

Sementara itu, bukan main terkejutnya penjahat tinggi besar itu ketika melihat betapawanita yang menegurnya tadi kini tahu-tahu telah berada dihadapannya, dankekagetannya ini berubah menjadi ketakutan setelah ia memandang kepada Sian Kim.

"Kau .....? Kau ..... di ..... sini ......?" tanyanya gagap.“Penjahat cabul tukang petik bunga! Setelah bertemu dengan aku jangan harapmendapat ampun!” teriak Sian Kim memotong ucapannya dan langsung pedangnyamenyerang.

Penjahat itu dengan tubuh gemetar terpaksa menangkis dengan goloknya dan suaranyamenggigil ketika ia berkata pula.

"Ampunkan aku ..... ampunkan ..... Hek ......"

 Akan tetapi ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya, oleh karena pedang Sian Kim telahmenyambar dan tepat sekali menabas batang lehernya hingga batang leher penjahat ituhampir putus! Ia tak sempat mengeluarkan teriakan dan tubuhnya roboh berdarah di atasgenteng!

Ciauw In merasa ngeri dan terkejut sekali, maka ia tak dapat pula menahan hatinya dansegera melompat keluar.

"Nona, mengapa kau tidak mau ampunkan dia?”

Sian Kim pura-pura baru melihat Ciauw In, maka dengan membuka mata lebar-lebar iaberkata,

"Eh, eh ...... taihiap, mengapa pula tahu-tahu kau telah berada di sini?"

Ditanya demikian Ciauw In menjadi malu sendiri dan menjawab sejujurnya,

"Aku tak dapat tidur dan melihat kau keluar, akupun menyusul karena ingin tahu apakahyang hendak kau lakukan pada waktu seperti ini. Mengapa kau bunuh penjahat inisedangkan ia belum melakukan kejahatan apa-apa? Dan apakah yang ia lakukan

dengan pembakaran hio itu?"Diam-diam Sian Kim merasa geli hatinya melihat kebodohan Ciauw In dan tiba-tibatimbul keinginannya untuk mencoba keteguhan hati pemuda ini.

“Ia adalah seorang jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga),” katanya.

Ciauw In benar-benar belum pernah mendengar akan hal ini, maka ia bertanya,

"Jai-hwa-cat? Apakah maksudnya sebutan ini? Mengapa seorang penjahat memetikbunga ? Bunga apakah?”

Merahlah muka Sian Kim mendengar pertanyaan ini dan ia lalu menundukkan kepaladengan bibir tersenyum malu-malu dan mengerling dengan matanya yang tajam,membuat aksi seakan-akan seorang gadis mendengar kata-kata yang membuatnyamerasa malu sekali!

“Taihiap, benar-benarkah kau belum pernah mendengar tentang hal ini?”

Ciauw In menggeleng kepala.

"Kau jelaskanlah, nona. Kalau tidak, selamanya aku akan merasa menyesal mengapakau begitu kejam membunuh seorang yang belum diketahui kedosaannya.”

“Taihiap, ketahuilah, hio yang dibakarnya tadi mempunyai pengaruh memabokkan orangyang sedang tidur. Kalau hio itu asapnya memenuhi kamar, orang yang tidur di dalamnya

Page 53: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 53/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

53

takkan dapat mendengar sesuatu ataupun merasa sesuatu karena ia telah tidur pulassekali bagaikan pingsan!"

Ciauw In mengangguk-angguk.

“Tentu saja seorang maling suka mempergunakan itu agar mudah baginya mengambilbarang-barang penghuni kamar."

"Kau keliru, taihiap. Penjahat hina ini tidak bermaksud mengambil barang-barangberharga, akan tetapi bermaksud memetik bunga.”

“Apa maksudmu?”

"Aduh, sukar sekali bagiku untuk memberitahukan hal ini, taihiap. Bagaimanakah akuharus menceritakannya?”

Kemudian gadis yang cantik ini menggigit-gigit bibir dan tiba-tiba ia mendapat sebuahpikiran bagus.

"Kau hendak tahu maksudnya? Baiklah, mari kau ikut aku taihiap!”

Setelah berkata demikian, Sian Kim lalu melompat turun dari genteng, diikuti oleh CiauwIn yang terheran-heran. Gadis itu melompat ke depan jendela kamar yang dibongkar

penjahat tadi, dan setelah melihat Ciauw In melompat turun pula, ia lalu memberi tandaagar pemuda itu mengikutinya masuk ke dalam kamar melalui jendela.

Ciauw Ia mencium bau harum sekali di dalam kamar itu hingga hatinya berdebar karenamaklum bahwa ia telah memasuki kamar gadis. Ia merasa malu sekali, akan tetapi olehkarena hendak melihat apakah yang akan dilakukan oleh Sian Kim, ia mendekati gadisitu. Sian Kim lalu menghampiri kelambu yang tertutup sambil memberi tanda kepadaCiauw ln yang mendekatinya pula.

Sian Kim lalu mengunakan kedua tangannya membuka kelambu itu dengan serentak dannampaklah tubuh seorang gadis rebah telentang di atas pembaringan dan dalamkeadaan tidur nyenyak.

Gadis yang sedang berbaring telentang itu cantik manis dan di dalam tidurnya tersenyumhingga menimbulkan pemandangan yang amat menggairahkan, apalagi karena dalamketidaksadarannya, pakaiannya amat kusut dan tidak karuan letaknya.

Ciauw In memandang kepada Sian Kim dengan terkejut dan heran, karena ia tidakmengerti apakah maksud gadis itu membuka kelambu orang. Ketika Sian Kimmemandangnya dan melihat sinar kebodohan di wajah Ciauw In serta matanya yangmengandung penuh pertanyaan, lalu tertawa kecil dan berkata,

“Taihiap, inilah kembang yang kumaksudkan tadi."

Ciauw In menjadi bengong karena masih belum mengerti, maka sambil menahan gelihatinya, Sian Kim berkata lagi.

“Kembang yang begini indah mengharum, siapa yang tak ingin memetik? Apakah kau juga tak ingin memetiknya, taihiap?”

Barulah sekarang Ciauw In mengerti akan maksud sebutan penjahat pemetik bunga tadi,maka wajahnya tiba-tiba menjadi pucat dan tanpa berkata sesuatu ia lalu melesat darikamar itu! Sian Kim juga keluar dari kamar setelah tangannya menyambar kantung uangemas yang berada di atas meja dekat pembaringan. Ia mengejar Ciauw In yangnampaknya marah.

“Taihiap, tunggu dulu," katanya dan terpaksa Ciauw In menahan larinya yang cepat.

“Mengapa kau cemberut, apakah kau marah kepadaku?”

Page 54: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 54/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

54

Ciauw In memandang dan di dalam hati ia mengaku bahwa ia tak dapat marah terhadapgadis ini, maka ia menggeleng kepala dan berkata,

"Aku merasa sebal mendengar kata-katamu tadi dan kalau kau tidak telah membunuhbajingan itu, tentu aku yang akan membunuhnya! Sekarang aku mengerti mengapa kaumembunuh dia."

“Jadi kau tidak menganggap aku kejam lagi?”“Tidak, tidak! Hukuman itu sudah pantas bagi seorang jahat seperti dia. Akan tetapi akutidak mengerti mengapa penjahat itu agaknya kenal kepadamu dan apakah artinyasebutannya kepadamu tadi?"

"Sebutan bagaimana?" tanya Sian Kim dengan hati berdebar gelisah.

“Aku tadi mendengar ia hendak menyebutmu dengan sebuah kata-kata Hek (hitam). Apakah artinya itu?"

"Taihiap, kau benar-benar bermata tajam dan bertelinga tajam pula. Memang,sesungguhnya aku harus mengaku sejak kemarin kepadamu. Ketahuilah bahwa dalamperantauanku yang sudah-sudah. banyak aku membinasakan para penjahat sehingganamaku agak terkenal diantara mereka dan karena aku memang paling suka berpakaianserba hitam, maka mereka menyebutku Hek-lian-niocu (Nona Teratai Hitam )."

Ciauw In mengangguk-angguk dan tanpa disengaja mulutnya berkata perlahan.

"Memang kau.... cantik sekali memakai pakaian hitam.”

Sebetulnya Sian Kim sudah cukup mendengar ucapan ini, akan tetapi ia pura-pura tidakdengar dan bertanya mendesak.

"Apa katamu taihiap?”

Merahlah wajah Ciauw In mendengar pertanyaan ini dan ia lalu berkata lagi.

“Sesungguhnya kau ..... pantas mengenakan pakaian serba hitam."

"Benarkah .....?" Sambil tersenyum manis Sian Kim melirik."Nona, ada satu hal lagi yang masih belum kuketahui, yakni mengapakah kau malam-malam meninggalkan kamar dan pergi ke gedung itu?”

"Untuk mengambil ini!” kata Sian Kim dengan lagak centil dan tersenyum-senyum sambilmengangkat kantung yang tadi diambilnya dari kamar gadis itu.

"Apakah itu ?"

Sian Kim tidak menjawab, hanya membuka kantung itu dan memperlihatkan isinya, yaknisejumlah uang perak dal emas.

"Eh, eh kau ...... kau mencuri uang itu?"

“Hush, jangan kau bilang mencuri, taihiap. Lebih baik kau menggunakan istilah kang-

ouw, yakni meminjam untuk biaya perjalanan." Ketika melihat Ciauw In agaknya kurangsetuju, ia segera menyambung, "Hal ini bukanlah hal yang amat penting dan tak perludisusahkan, taihiap, lagi pula, bukankah aku telah menolong gadis itu dari satu bahayayang melebihi hebatnya daripada maut? Sudah sepantasnya kalau ia memberi hadiahuang tak berapa banyaknya ini kepadaku!”

Ia lalu tertawa dan suara ketawanya demikian halus dan gembira sehingga mau tidakmau Ciauw In juga ikut tertawa.

"Kau benar-benar aneh dan ..... nakal, nona," katanya.

Page 55: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 55/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

55

Pada saat itu mereka telah tiba di depan hotel dan keduanya lalu masuk kembali kedalam hotel melalui genteng dan sebelum mereka kembali ke kamar masing-masing,Sian Kim memandang dengan mata penuh daya memikat. Akan tetapi Ciauw In hanyaberkata.

"Nona, kuharap kau tidak menyebutku taihiap lagi. Kita telah menjadi sahabat baik dantidak enak kalau kau memanggilku orang yang baru berkenalan saja, kau membuat akumenjadi sungkan."

Ucapan ini saja sudah merupakan kemenangan setindak bagi Sian Kim, maka sambilmemandang dengan muka semanis-manisnya, ia berkata dan tersenyum,

“Baiklah, kalau begitu, biarlah aku menyebutmu twako (kakak) saja. Nah, selamat malamdan selamat bermimpi, Lie-twako!”

Setelah berkata demikian, sambil berlari-lari dan tertawa-tawa kecil ia memasukikamarnya dan sebelum menutup pintu kamar, kembali ia mengerling ke arah Ciauw Indengan penuh arti.

Ciauw la memasuki kamarnya sendiri dan setelah mengganti pakaian, ia merebahkan diridi atas pembaringan dan benar saja, malam itu ia bermimpi melihat kamar gadishartawan yang dimasukinya tadi, akan tetapi yang rebah di atas pembaringan bukanlahgadis itu, melainkan Sian Kim! Sian Kim dengan memakai baju pengantin dan ia sendirimemasuki kamar dalam pakaian mempelai laki-laki!

Sama sekali ia tidak tahu bahwa penjahat yang mendatangi gedung itu dan yang telahdibunuh oleh Sian Kim, sebenarnya adalah seorang bekas anak buah Hek-lian-pang,bahkan pernah pula menjadi kekasih Sian Kim! Oleh karena inilah maka penjahat tadimerasa takut dan terkejut melihat Sian Kim muncul, karena gadis baju hitam ini selalumengancam kepada setiap laki-laki kekasihnya untuk dibunuh apabila berani-bermaindengan wanita lain!

o0o

Semenjak peristiwa malam itu, sikap Sian Kim terhadap Ciauw In makin berani danmakin menggiurkan hati Ciauw In. Gadis ini selalu menyebutnya "Lie-twako” dengan

suara yang mempunyai nada istimewa halus dan merdunya, panggilan yang hanya dapatdiucapkan oleh mulut seorang kekasih yang tercinta. Perjalanan mereka pada keesokanharinya lebih menggembirakan dan kata-kata yang dikeluarkan di antara mereka makinmesra, juga lirikan mata masing-masing makin penuh arti dan perasaan.

Ketika mereka tiba dl kota Kiang-sun-ok, dengan mudah saja mereka mencari gedungtempat tinggal Hopak Sam-eng. Untuk membuat Ciauw In percaya, dengan sengaja SianKim mencari keterangan kepada pelayan hotel di mana tempat tinggal Hopak Sam-eng,pada hal tentu saja ia tahu di mana letak gedung itu, oleh karena sudah berbulan-bulania tinggal di dalam gedung itu sebagai kekasih Liok Seng.

Ciauw In mengajak Sian Kim untuk segera mendatangi musuh-musuh besar itu danmembuat perhitungan, akan tetapi Sian Kim menolak dan berkata,

"Lie-twako, tak perlu kita tergesa-gesa. Hopak Sam-eng merupakan tritunggal yang lihaisekali, ditambah pula dengan bangsat muda Liok Seng itu, mereka benar-benarmerupakan lawan tangguh. Kalau kita datang terang-terangan waktu siang danmenghadapi mereka aku kuatir kalau-kalau kita akan gagal dan tak berhasil merobohkanmereka. Lebih baik kita datang menyerbu di waktu malam dan menyerang mereka selagimereka tidak bersedia."

Ciauw In tidak setuju dengan pendapat ini dan sebetulnya Sian Kim hanya mengeluarkanucapan ini untuk membakar hatinya saja,

Page 56: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 56/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

56

“Nona, hal seperti itu tidak layak dilakukan oleh orang-orang gagah. Lebih baik kitadatang secara berterang, dan betapapun juga, kau jangan kuatir. Aku akan membantumusekuat tenaga, biarpun aku harus berkurban jiwa!”

“Terima kasih, Lie-twako, kau memang seorang yang berhati mulia. Kalau begitu, biarlahaku mengirim surat tantangan kepada mereka i tu!”

Sebelum Ciauw In menjawab, Sian Kim lalu menulis sebuah surat dan memberikan itukepada pelayan hotel sambil memberi hadiah beberapa potong uang perak.

“Berikan surat ini kepada Hopak Sam-eng!" perintahnya.

Pelayan itu merasa gembira sekali oleh karena hadiah yang ia terima untuk tugas itu jumlahnya lebih besar daripada gajinya sebulan di hotel itu! Ia membungkuk-bungkukmenerima surat sambil menghaturkan terima kasihnya, lalu pergi dengan cepat untukmenyampaikan surat itu kepada Hopak Sam-eng yang tinggal di sebelah utara, di dalamsebuah gedung yang mempunyai pekarangan amat luasnya.

Setelah beberapa lama, pelayan itu datang kembali dengan muka pucat dan datang-datang ia menuturkan pengalamannya dengan suara masih diliputi ketakutan.

“Aduh, siocia, hampir saja aku tak dapat pulang! Liok toaya yang menerima suratmu

menjadi marah-marah dan memaki-maki kalang kabut. Bahkan hampir saja iamemukulku karena dikatakan berani membawa surat itu kepadanya, kalau saja tidak adasiauwya yang menghalangi kehendaknya. Ia terus memaki-maki dan akhirnyamenyatakan bahwa besok jam delapan ia menanti siocia di depan rumahnya!”

Sian Kim tersenyum saja mendengar ini dan menyuruh pelayan itu pergi.

“Lie-twako, mereka telah bersiap sedia dan selanjutnya aku yang bodoh hanyamengharapkan bantuanmu.”

"Jangan kuatir, nona. Aku akan membelamu terhadap mereka," jawab Ciauw In dengantenang.

Pada keesokan harinya, setelah makan pagi, Ciauw In dan Sian Kim berangkat menujuke rumah Hopak Sam-eng. Dari jauh mereka telah melihat empat orang berdiri di depan

rumah besar itu sambil bertolak pinggang dan memandang ke arah Sian Kim denganmata menyatakan kemarahan besar. Sian Kim dari jauh menunjuk mereka danmemperkernalkan mereka kepada Ciauw In.

“Twako, mereka itu adalah Liok Sui, Liok Ban dan Liok Bu Tat, Hopak Sam-eng yanglengkap. Sedangkan orang muda itu adalah bajingan yang telah menghinaku, yangbernama Liok Seng, putera dari Liok Bu Tat."

Ciauw In memandang dengan penuh perhatian. Ketiga jago dari Hopak itu semuabertubuh tinggi besar dan berwajah keren dan galak sekali. Jelas terlihat bahwa merekaitu memiliki tenaga yang amat kuat. Liok Sui dan Liok Ban memegang sebatang toyasedangkan Liok Bu Tat membawa pedang yang tergantung di pinggangnya. Liok Sengadalah seorang muda yang berwajah tampan dan berpakaian merah, sikapnya lemahlembut, akan tetapi sepasang matanya galak seperti ayahnya.

Begitu mereka tiba di depan Hopak Sam-eng, Liok Bu Tat menuding kepada Sian Kimdan membentak sambil tersenyum sindir.

“Bagus, Gu Sian Kim! Kau datang mengantar nyawamu!"

Juga Liok Sui dan Liok Ban memandang dengan marah, bahkan Liok Sui, saudara tertuadari Hopak Sam-eng yang terkenal berwatak keras dan galak, segera memaki.

Page 57: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 57/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

57

"Perempuan rendah! Agaknya bebarapa kali hajaran dari kami itu masih belum membuatkau kapok! Kini kau datang lagi hendak mengacau, maka sudah sepatutnya kali ini kaudibikin mampus!"

Sementara itu, Liok Seng ketika melihat betapa bekas kekasihnya ini nampak makin jelitasaja, menjadi panas hati ketika melihat Sian Kim datang bersama seorang pemuda yangtampan. Ia mencabut pedangnya dengan marah berkata,

"Perempuan sundal! Kau datang membawa kekasihmu yang baru?” Sambil berkatademikian, ia melangkah maju dan menudingkan pedangnya ke arah muka Ciauw In.

Ciauw In semenjak tadi menahan-nahan marahnya, akan tetapi ketika mendengarucapan Liok Seng ini, ia tidak tahan lagi dan segera membentak.

"Tutup mulutmu yang kotor!"

"Ha, ha, ha!" Liok Seng tertawa. "Bagus sekali, Sian Kim. Kekasihmu ini benar-benarberani membelamu dan bahkan agaknya seorarg yang sopan-santun sekali!”

"Ini adalah Lie twako atau Hoa-san Taihiap, seorang pemuda sopan dan mulia, tidakseperti kau, bajingan rendah Sian Kim balas memaki, akan tetapi Liok Seng yangdimakinya hanya tertawa bergelak dan berkata,

"Bagus, bagus! Kau memang pandai memilih kekasih, akan tetapi sebentar saja kautentu akan merasa bosan pula kepada kekasih sopan ini!"

"Bangsat bermulut busuk! Kalau kau tidak berhenti memaki, akan kupukul mulutmu yang jahat!" kembali Ciauw In membentak dengan marah sekali.

Kini Liok Seng maju dua langkah dan menghadapi Ciauw In sambil menggerak-gerakkanbadannya,

"Kau disebut Hoa-san Taihiap? Ha, jangan kau menjadi sombong karena bisa menjadikekasih perempuan sundal ini, sobat! Kau tahu, sebelum kau kenal padanya, akulahyang lebih dulu menjadi sahabatnya yang baik sekali. Bukan hanya kau yang dapatmemiliki perempuan ini! Ha, ha, ha, karena itu jangan kau berlagak sombong."

"Bangsat bermulut keji!" Sian Kim berteriak sambil mencabut pedangnya. "Lie-twako, kau jagalah tiga orang tua bangka ini, biar aku memberi hajaran kepada anjing ini!"

Setelah berkata demikian, Sian Kim lalu melompat dengan pedangnya, menyerang LiokSeng yang segera menangkis.

Hopak Sam-eng melihat betapa Liok Seng diserang oleh Sian Kim, maklum bahwa orangmuda itu bukanlah tandingan Sian Kim, maka mereka segera menggerakkan senjatamasing-masing dan melompat untuk menghadapi Sian kim, akan tetapi tiba-tiba merekamelihat cahaya pedang berkelebat dan tahu-tahu pemuda yang disebut Hoa-san Taihiapitu telah menghadang di depan mereka dengan pedang di tangan!

“Ha, ha, ha! Agaknya kaupun ingin mampus!” kata Liok Sui yang segera menyerangdengan toyanya.

Serangan ini hebat sekali datangnya karena ia ingin sekali pukul membikin roboh lawanini atau setidaknya ingin mendesaknya agar supaya kedua adiknya dapat membantu LiokSeng yang didesak oleh Sian Kim. Serangan toya ini adalah gerak tipu Ouw-liong-chut-tong atau Naga Hitam Keluar Gua, sebuah gerakan dari cabang persilatan Siauw-lim-si.Toyanya menyabet pinggang dan ujung yang dipegangnya siap untuk dibalikkan danmemukul dada apabila sabetan itu dapat ditangkis atau dielakkan!

Sementera itu, Liok Ban dan Liok Bu Tat maklum bahwa kakak mereka itu cukup kuatmenghadapi pemuda itu, maka mereka tidak bantu mengeroyok, melainkan segeramelompat untuk menerjang Sian Kim.

Page 58: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 58/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

58

 Akan tetapi, baik Liok Sui, maupun kedua orang adiknya itu, menjadi terkejut sekali ketikatiba-tiba tubuh Ciauw In berkelebat dan lenyap dari depan Liok Sui dan sekaligus ia telahmemutar pedangnya di depan Liok Ban dan Liok Bu Tat! Gerakan Ciauw In ini cepatsekali hingga ketiga orang she Liok itu menjadi tercengang. Ternyata bahwa Ciauw Inbenar-benar memenuhi permintaan dan dapat menahan tiga jago Hopak itu!

Mereka menjadi marah sekali dan maklum pula bahwa pemuda ini tidak boleh dipandangringan, maka sekaligus mereka lalu maju menyerang dengan hebat dari tiga jurusan!Ketiga orang jago Hopak ini memang pernah mempelajari ilmu silat Siauw-lim-si dan jugailmu silat Bu-tong-pai, maka kepandaian mereka cukup tangguh dan kuat.

 Akan tetapi, menghadapi Ciauw In mereka kecele sekali karena ternyata bahwa setelahpemuda itu mainkan ilmu pedangnya, pedang di tangan pemuda itu seakan-akanberubah menjadi puluhan batang dan yang sekaligus dapat menghadapi mereka denganganasnya. Inilah kehebatan Hoa-san kiam-hwat yang ketika dimainkan di puncak Kui-santelah membikin kagum banyak jago-jago silat dari seluruh cabang persilatan!

Sementara itu, Liok Seng yang didesak hebat oleh Sian Kim, merasa sibuk sekali. Iamencoba untuk mempertahankan diri dengan pedangnya sambil mengharap-harapdatangnya ayah atau kedua adiknya untuk membantu. Akan tetapi, jangankan hendakmembantunya, baru membela diri mereka tendiri dari sambaran-sambaran pedang CiauwIn saja mereka telah merasa repot sekali!

Telah dua kali Liok Seng mendapat tusukan yang menyerempet pada pundak danpahanya hingga pakaian di bagian itu telah penuh darah. Ia menjadi ketakutan dangelisah sekali, maka tanpa malu-malu ia lalu berseru,

"Ayah ....... pek-hu ...... tolonglah ........!”

Sian Kim tertawa bergelak yang tentu akan membuat Ciauw ln merasa serem sekalikalau saja ia tidak sedang mencurahkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi tiga jago Hopak yang kosen itu.

"Liok Seng, kau boleh merengek-rengek minta tolong, ha, ha, ha, akan tetapi, sekarangpasti kau akan mampus di tanganku!”

Sambil berkata demikian, Sian Kim memperhebat gerakan pedangnya, melancarkanserangan-serangan maut ke arah Liok Seng!

"Sian Kim .... ingatlah ...... kau tahu bahwa aku mencintaimu! Tegakah kau membunuhkuyang pernah pula kau cinta ......?”

 Akan tetapi oleh karena kuatir kalau ucapan Liok Seng ini terdengar oleh Ciauw In, SianKim menjawab ucapan ini dengan tusukan-tusukan yang lebih hebat pula. Tentu sajakepandaian Sian Kim yang jauh lebih tinggi ini, ditambah oleh nafsunya membunuh,membuat Liok Seng tak berdaya lagi dan ketika pedang di tangan Sian Kim dengan tepatsekali menusuk dan menembusi dadanya, ia memekik ngeri dan roboh, terus tewas padasaat itu juga!

Ketiga jago Hopak mendengar pekik dan melihat betapa anak muda itu roboh dan tewas

di tangan Sian Kim, menjadi marah dan segera mengerahkan seluruh tenaga untukmengalahkan Ciauw In. Liok Sui dan Liok Ban mainkan toya mereka dengan cepathingga kedua batang toya itu seakan-akan merupakan dua ekor ular besar yang hidupdan bergulung-gulung hendak menelan tubuh Ciauw In, sedangkan Liok Bu Tat yangmerasa marah dan sedih melihat putera tunggalnya binasa, segera memutar-mutarpedangnya, mencari kesempatan untuk meninggalkan Ciauw In dan menerjang SianKim.

 Akan tetapi, Ciauw In yang tahu akan hal lni, segera menjaga dengan pedangnya danserangan-serangan balasannya yang cukup cepat itu membuat Liok Bu Tat tidak

Page 59: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 59/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

59

mempunyai kesempatan untuk menyerang Sian Kim. Kemudian, ia mencurahkan seluruhperhatiannya untuk mendesak Ciauw In, oleh karena ia pikir lebih baik mengalahkanpemuda lihai ini dulu sebelum mengeroyok Sian Kim.

Hopak Sam-eng adalah jago-jago golongan tua yang selain bertenaga besar danberkepandaian tinggi, juga telah mempunyai banyak sekali pengalaman pertempuran,maka kini karena mereka bertempur secara nekad dan mati-matian, maka desakanmereka luar biasa hebatnya sehingga sibuk juga bagi Ciauw In untuk mengalahkanmereka. Terpaksa ia mainkan ilmu pedang Hoa-san kiam-hwat sebaik-baiknya,mengeluarkan tipu-tipu yang terlihai dari ilmu pedang itu. Pedangnya terputar cepat dantubuhnya tertutup sama sekali oleh sinar pedangnya yang putih dan berkilauancahayanya.

Sementara itu, aneh sekali, Sian Kim setelah berhasil membunuh Liok Seng, lalu dudukdi bawah pohon, menonton pertempuran yang sedang berjalan itu dan sama sekali tidakbermaksud membantu Ciauw In! Memang aneh bagi ketiga jago Hopak melihat hal ini,sungguhpun mereka merasa lega, karena kalau Sian Kim maju pula membantu Ciauw In,mereka pasti akan roboh dalam waktu singkat! Adapun Ciauw In tidak merasa menyesalmelihat hal ini oleh karena ia memang hendak memperlihatkan kepandaian danpembelaannya kepada gadis yang dicintainya itu.

Sebetulnya, hal ini memang disengaja oleh Sian Kim. Kalau seandainya Ciauw Interbinasa dalam pertempuran ini, berarti ia akan kehilangan seorang musuh yang amattangguh dan ditakuti hingga selanjutnya ia akan mudah menghadapi Bwee Hiang danOng Su. Juga sebetulnya ia tidak mempunyai permusuhan besar dengan Hopak Sam-eng, karena dibunuhnya kekasihnya dulu itupun kini telah merupakan hal yang hampirterlupa olehnya.

Kini pertempuran terjadi dengan benar-benar seru dan ramai. Biarpun ilmu pedangCiauw In benar-benar hebat, namun tandingan kali ini merupakan tandingan yangterhebat dan terkuat baginya. Pemuda ini belum memiliki cukup pengalaman dalampertempuran menghadapi musuh-musuh tangguh dan ketiga orang musuhnya telahmemiliki kepandaian tinggi, baik lweekangnya maupun gerakan ilmu toya dan pedangnyakuat sekali. Pemuda itu diam-diam mengeluh dan tidak heranlah ia mengapa Sian Kim

yang lihai tidak dapat mengalahkan mereka ini.

Juga pengeroyokan mereka dilakukan dengan teratur sekali. Kedudukan merekamerupakan segi tiga yang bergerak hidup, karena tiap kali seorang di antara merekamengubah kedudukan, dua yang lainnya selalu cepat mengatur kedudukan masing-masing hingga selalu mereka merupakan segi tiga yang mengurungkan secara rapatsekali.

Liok Sui dan Liok Ban yang memegang toya selalu berusaha menyerang dari jarak jauh,sedangkan Liok Bu Tat yang merasa sakit hati dan nekad karena kematian puteranya itu,menyerang dari jarak dekat dengan mendapat perlindungan dan bantuan kedua orangkakaknya. Diserang secara begini, sibuk juga Ciauw In menghadapi mereka. Telah iakeluarkan seluruh kepandaiannya dan hanya dengan mengandalkan ginkang atau ilmumeringankan tubuh yang lebih tinggi tingkatnya dari ketiga orang lawannya, barulah ia

dapat menjaga dan tidak dapat dirobohkan, sungguhpun ia merasa amat lelah karenamenghadapi tiga senjata yang menyerangnya secara bergantian dan bertubi-tubi.

Ciauw In mulai mencari siasat. Diantara ketiga lawannya, yang paling dekat dengannyadan mudah dicapai hanyalah Liok Bu Tat seorang. Ia maklum bahwa mereka bertiga itusaling membantu dan saling menjaga hingga kalau ia menyerang seorang, maka duaorang yang lain lalu serentak menyerangnya untuk menggagalkan serangannya kepadaorang pertama.

Page 60: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 60/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

60

Ia dapat memperhitungkan bahwa kalau ia terus menerus menjaga diri, ia akan kalahkarena tentu ia akan kehabisan tenaga. Maka ia lalu mengambil keputusan nekad untukmencari kemenangan. Setelah beberapa kali memperhatikan cara serangan mereka,akhirnya tibalah kesempatan itu.

Pada saat itu, pedang Liok Bu Tat menusuk dadanya dari depan, sedangkan toya ditangan Liok Sui menyerampang kakinya, toya dari Liok Ban menghantam ke arahbelakang kepalanya! Melihat kedudukan mereka ketika melakukan penyerangan ini,Ciauw In cepat mengambil keputusan nekad.

Ia menangkis pedang Liok Bu Tat dengan menggetarkan pedangnya, lalu membalasdengan tusukan sambil melompat ke atas untuk menghindarkan diri dari serampangantoya Liok Sui. Adapun pada saat itu, toya Liok Ban telah menghantam ke arah belakangkepalanya. Kalau ia harus menangkis atau mengelak kemplangan toya terpaksa ia harusmenarik kembali serangannya terhadap Liok Bu Tat dan ia tidak mau melakukan hal ini.

Sebaliknya, ia lalu miringkan kepalanya dan menerima kemplangan toya itu dengan bahukirinya pada pangkal lengan yang berdaging sambil mengerahkan lweekangnya! Iamemperhitungkan dengan cepat dan cermat sehingga ketika tusukan pedangnya padaLiok Bu Tat dapat dielakkan oleh lawan dan toya Liok Ban menghantam bahunya dengankeras, tubuhnya terlempar ke arah Liok Bu Tat dengan tepat sekali dan ia lalumenggerakkan pedangnya, meminjam tenaga dorongan toya yang menghantambahunya itu untuk menubruk Liok Bu Tat yang sama sekali tidak menyangka akan hal ini!

Hampir berbareng terjadinya hal itu, yakni ketika toya mengemplang bahunya, tubuhnyalalu terpelanting dan sesaat kemudian pedangnya berhasil menusuk leher Liok Bu Tatyang roboh mandi darah dan tewas di saat itu juga! Akan tetatpi, Ciauw In merasa betapabahunya menjadi sakit dan linu sehingga tangan kirinya menjadi kaku dan sukardigerakkan lagi! Akan tetapi ia telah mendapat hati karena berhasil merobohkan Liok BuTat, maka ia lalu maju kembali dan memutar pedangnya secara hebat dan ganas.

Sebaliknya, Liok Ban yang tadinya merasa girang karena berhasil menghantam bahulawan dengan toya, menjadi terkejut sekali melihat betapa pemuda itu seakan-akan tidakmerasa dan tidak terluka sama-sekali, padahal kemplangan toyanya tadi cukup keras

untuk menghancurkan batu karang! Ia hanya merasa betapa toyanya membal kembaliseakan-akan memukul karet. Dan lebih terkejut lagi ketika ia melihat betapa hasilkemplangannya ini bahkan dipergunakan oleh pemuda lihai itu untuk menewaskanadiknya! Juga Liok Sui merasa kaget dan karena ini, kedua saudara she Liok itu menjadikacau permainan toyanya.

Tanpa adanya Liok Bu Tat yang merupakan penyerang dekat dari bagian depan, makapermainan mereka menjadi kacau balau dan dengan mudah Ciauw In akhirnya berhasilmempergunakan gerak tipu Tiang-ging-king-thian atau Pelangi Panjang Melengkung DiLangit dan merobohkan Liok Ban. Pedangnya telah melukai pundak Liok Ban hinggaorang ini roboh dengan pundak hampir putus!

Liok Sui yang paling lihai diantara ketiga Hopak Sam-eng, dengan marah dan nekadmengadakan perlawanan dan segera mengeluarkan ilmu toya Hok-houw-kun-hwat yaitu

Ilmu Toya Penakluk Harimau dari cabang Siauw-lim-si, akan tetapi tentu saja denganseorang diri ia merupakan lawan yang lunak bagi Ciauw In, sungguhpun pemuda ini telahmerasa lelah sekali dan bahu kirinya seakan-akan telah mati! Dengan kertak gigi danbergerak cepat, Ciauw In mengirim serangan-serangan yang paling lihai dari Hoa-sanKiam-hwat, dan akhirnya berhasil pula membuat toya lawannya terpental ke atas dansebuah tendangan kakinya ke arah perut membuat Liok Sui jatuh terguling-guling dan takberkutik lagi.

Page 61: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 61/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

61

Ciauw In terhuyung-huyung karena kini setelah ketiga lawannya roboh baru terasabahunya yang amat sakit itu dan juga kelelahan tubuhnya, Sian Kim memburu danmemeluk pundaknya.

“Bagaimana, twako, sakitkah pundakmu?" tanya gadis ini.

Sambil menahan sakit, Ciauw In memandang kepada wajah gadis ini dengan mesra, lalu

berkata perlahan,"Tidak apa-apa, biar berkurban nyawapun aku bersedia untuk membelamu .....”kemudian ia roboh pingsan dalam pelukan Sian Kim!

Gadis ini segera melepaskan tubuh Ciauw In yang roboh terguling di atas tanah, iamencabut pedangnya dan melompat ke arah tubuh Liok Ban dan Liok Sui yang masihpingsan akan tetapi belum mati. Dua kali ia menggerakkan pedang untuk membunuh duaorang itu, kemudian, dengan pedang yang sudah berlumur darah di dalam tangan, iamenghampiri tubuh Ciauw In yang masih menggeletak tak bergerak !

la angkat pedangnya dan telah siap untuk menutuk dada Ciauw In. Kesempatan itumemang baik sekali baginya. Sekali saja ia menusuk, akan tamatlah riwayat Ciauw Indan ia tak usah terlalu takut menghadapi dua orang murid Hoa-san yang lain, yang telahmembunuh ayahnya dan menghancurkan Hek-lian-pang.

 Akan tetapi, senyum di bibir Ciauw In membuat ia menunda tusukannya dan ia berpikir.Pemuda ini telah masuk ke dalam perangkapnya, dan baru tadi sebelum pingsanmenyatakan bersedia berkurban nyawa untuk membelanya! Bukankah itu merupakansebuah pernyataan cinta kasih yang besar? Kalau dipikir-pikir lagi, yang menjadi musuhbesarnya sesungguhnya hanya Bwee Hiang seorang diri. Ciauw In hanya terbawa-bawaoleh sumoinya itu.

Dan daripada membunuh pemuda yang lihai ini, lebih baik kalau ia dapat memperalatnyauntuk menjaga dirinya dan bahkan kalau mungkin, untuk mengalahkan Bwee Hiang danOng Su! Dan pula, demikian Sian Kim berpikir sambil menatap wajah pemuda yangtampan itu, sukar, mendapatkan seorang kekasih setampan segagah pemuda pendekarHoa-san ini!

 Akhirnya Sian Kim memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung pedang dan ketikaia hendak mengangkat tubuh Ciauw In yang masih pingsan, tiba-tiba pemuda itumenggerakkan tubuhnya dan siuman dari pingsannya. Sian Kim cepat membantunyabangun dan sekelebatan saja Ciauw In dapat melihat bahwa dua orang lawannya yangtadi ia robohkan, kini telah tewas akibat tusukan pedang yang dapat ia duga tentulahperbuatan Sian Kim. Selagi ia hendak menegur, datanglah orang-orang dari kota ituketika mendengar tentang terjadinya perkelahian yang mengurbankan jiwa empat orangmanusia. Melibat hal ini, Sian Kim lalu memegang tangan Ciauw In dan berkata perlahan,

“LIE-TWAKO, mari kita lari cepat-cepat dari sini!"

Ciauw In melarikan diri, setengah ditarik-tarik tangannya oleh Sian Kim sehingga merekatiba di luar kota dan berhenti di dalam hutan. Karena telah mempergunakan sisatenaganya yang telah hampir habis, Ciauw In merasa lelah dan lemas sekali, maka ia lalumenjatuhkan diri di atas rumput.

Sian Kim segera berlutut dan mengeluarkan sehelai saputangan hijau yang harumbaunya. Dengan mesra ia lalu menyusut muka pemuda itu yang penuh peluh dengansaputangannya dan Ciauw In mencium bau yang amat harum sehingga hatinyaberguncang keras.

Page 62: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 62/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

62

"Twako ...... kau telah membalaskan sakit hatiku. Budi yang amat besar ini selama hiduptakkan kulupa .........," sambil berkata demikian, Sian Kim merobek ujung bajunya dandengan cekatan sekali ia lalu membuka baju Ciauw In dan memeriksa bahunya yang taditerpukul.

Hampir saja Ciauw In berseru kesakitan, akan tetapi dengan lemah-lembut Sian Kim lalumenggunakan ujung jari tangannya untuk menyentuh bahu yang telah menjadi biru itu,kemudian ia membalut bahu Ciauw In sambil mulutnya yang berada dekat dengan mukapemuda itu berbisik merayu.

"Koko yang baik ...... sampai mati aku Sian Kim takkan lupa akan budimu yang besar......."

Ketika Ciauw In memandang, ia melihat betapa dua titik air mata yang bening tergantungdi bulu mata gadis itu dan Sian Kim mengejap-gejapkan mata untuk mengusir dua titik airmata dari bulu matanya.

Melihat betapa gadis yang jelita dan yang amat dikasihinya itu berlulut dekat sekali danbetapa rawatan Sian Kim penuh dengan kemesraan dan cinta kasih, tak tertahan lagiCiauw In lalu menggunakan jari tangannya menjamah pipi Sian Kim dengan gerakanhalus dan mesra sambil berbisik.

"Sian Kim .... kau... cantik sekali .......”

Warna merah menjalar ke atas dari leher gadis itu, membuat seluruh mukanya menjadimerah sampai ke telinga, kemudian dengan kerling memikat dan senyum malu, ia pura-pura menolak tangan itu dan berbisik kembali.

“Koko...... kau juga tampan sekali .......”

Demikian mesra keadaan mereka hingga Ciauw In makin mabok dan tenggelam makindalam, sedikitpun tidak sadar bahwa ia telah masuk ke dalam perangkap yang amatberbahaya. Sian Kim memang pandai sekali merayu hati pemuda yang masih hijau itu,dan setelah selesai membalut pundak Ciauw In dan membereskan pakaian pemuda itu,ia kembali mengeluarkan saputangannya yang harum dan berwarna hijau, disapu-sapukan ke muka sendiri, kemudian ia menyapu muka Ciauw In pula dan sengaja

beberapa kali manyapukan saputangan di bawah hidung pemuda itu hingga Ciauw Inmakin tenggelam dalam pengaruh keharuman yang melekat pada saputangan.

Ia sama sekali tidak tahu bahwa saputangan itu bukanlah saputangan sembarangan olehkarena bau harum itu sebenarnya adalah bau semacam bunga yang beracun dan yangdapat meracuni tubuh orang secara berangsur-angsur dan tanpa disadari ataudirasainya, tubuh orang yang seringkali menciumnya telah kemasukan racun yangberbahaya! Sian Kim sendiri sudah memakai obat penawar hingga baginya, kembangberacun itu merupakan kembang harum yang tidak berbahaya.

“Twako, mengapa kau begitu memperhatikan nasibku dan demikian mulia hatimu untukmenolong dan membelaku?" suaranya penuh rayu dan cumbu.

Ciauw In memegang kedua tangan gadis itu dan sambil menatap kedua mata yang jeli

itu, ia berkata dengan suara menggetar."Moi-moi, aku .... aku cinta padamu."

Tiba-tiba Sian Kim merenggutkan kedua tangannya dan memalingkan mukanya.

"Mengapa, moi-moi ......? Marahkah kau .......?”

Sian Kim menggeleng kepala, dan ketika ia memandang kembali kepada pemuda itu,Ciauw In melihat betapa kedua mata gadis itu menjadi basah oleh air mata.

"Koko, benar-benarkah ucapanmu tadi?”

Page 63: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 63/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

63

"Mengapa tidak benar? Aku bersumpah, demi kehormatanku sebagai seorang gagah!"

“Benar-benarkah kau mencintaku, sungguhpun akan kau ketahui bahwa aku adalahseorang bekas penjahat .......?”

Ciauw In terkejut, akan tetapi dengan suara pasti ia berkata.

"Adapun yang telah terjadi atau akan terjadi, aku tetap mencintamu, moi-moi, mencintasepenuh jiwaku. Sebagai seorang laki-laki yang menjunjung tinggi kegagahan, aku tidakpernah jatuh cinta, akan tetapi sekali aku memberikan hatiku, aku akan tetapmempertaruhkan jiwaku demi cinta kasihku."

“Takkan berubahkah hatimu apabila kelak kau ketahui bahwa aku adalah seorang yangmempunyai banyak dosa?"

"Aku tidak percaya, moi-moi. Kau adalah seorang yang mulia, cantik dan ...... yangkucinta semenjak pertemuan kita pertama kali."

"Terima kasih, Koko, kau memang baik dan mulia sekali. Sudah sepatutnya kalau akuyang menerima budimu, merasa bersyukur bahwa kau pemuda yang gagah perkasaternyata mencinta seorang gadis hina dan bodoh seperti aku."

Dengan amat girang, Ciauw In menerima kepala dengan rambut harum itu yangdisandarkan ke dadanya. Mereka berdua tidak bergerak, tenggelam dalam laut asmarayang memabokkan.

“Koko, dulu kau telah merampas ikat rambutku, di manakah saputangan itu sekarang?”

Ciauw In merogoh sakunya dan mengeluarkan saputangan itu.

“Lihat, semenjak saat itu, aku tak pernah terpisah dari saputangan ini, kekasihku,”katanya berbisik.

Sian Kim mengambil saputangan itu dari tangan Ciauw In dan menukarnya dengansaputangannya sendiri yang berbau harum.

"Selanjutnya, kau pakailah saputanganku ini, koko!"

Ciauw In menerima saputangan hijau itu dan menempelkannya di depan hidungnya.

"Alangkah harumnya saputanganmu ini, entah bunga apakah yang demikian harumbaunya."

Berulang-ulang ia menyedot bau harum itu sepuas-puasnya, tidak tahu bahwa dengan jalan demikian, makin banyaklah racun yang terisap olehnya dan meracun paru-parunya.

"Koko, kalau kau benar-benar mencintaku, harap kau jangan kembali dulu ke Hoa-san."

"Kenapa begitu, adikku? Aku ingin sekali cepat-cepat pulang untuk minta kepada suhuagar supaya segera meminangmu dan agar kita dapat segera menjadi suami-isteri yangsah!"

 Akan tetapi Sian Kim menggeleng kepala.

“Jangan dulu, koko. Aku masih ingin merantau, merantau berdua dengan kau, menikmatikebahagiaan ini."

Terpaksa Ciauw In menurut. Pemuda ini sudah tunduk betul-betul dan ia merupakantanah lempung yang lunak dalam tangan Sian Kim yang mulai menjalankan siasatnyayang kejam dan penuh tipadaya ini.

o0o

Orang yang pernah melihat dan memperhatikan cara seekor laba-laba menangkapkurbannya, tentu akan tahu betapa setelah kurban itu tertangkap oleb jaring laba-laba,

Page 64: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 64/101

Page 65: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 65/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

65

Hal ini membuat hati gadis itu menjadi makin penasaran dan gemas, sungguhpun diam-diam ia merasa kagum kepada Ciauw In yang teguh menjaga kesopanan. Alangkah jauhbedanya pemuda ini dengan pemuda-pemuda lain yang pernah dikenalnya!

"Sebetulnya kau Hendak mengajak aku merantau kemanakah, moi-moi?" tanya Ciauw Inbeberapa hari kemudian setelah mereka merantau jauh ke selatan.

“Aku ingin mengunjungi Ouwciu di Propinsi Kwisai, dan mencari Hui Kok Losu," jawabSian Kim.

"Ada keperluan apakah dengan dia dan siapa pula Hui Kok Losu itu?"

“Dia adalah ciangbunjin (ketua) dari perkumpulan Kim-hauw-bun di Ouwciu."

Ciauw In memang belum luas pengetahuannya, maka ia tidak kenal nama ini.

"Bolehkah aku mengetahui apa maksudmu mencari dia?”

Sian Kim tersenyum manis.

"Tentu saja kau boleh tahu. Semua urusanku adalah urusanmu juga, bukan? Tak perluaku menyimpan rahasia. Juga kurasa sekarang sudah waktunya bagiku untuk membukarahasiaku sendiri. Koko, kuharap kau jangan kaget dan lebih-lebih kuharap jangan kau

membenciku setelah mendengar ini.""Adikku yang manis, betapapun juga, aku takkan dapat membencimu. Kau telah tahuakan hal ini dan sudah beberapa kali kukatakan kepadamu. Cintaku kepadamu tak dapatdiukur besarnya.”

Sian Kim tersenyum lagi, kemudian ia maju dan memegang lengan tangan pemuda itudengan gaya manis.

“Koko, benar-benar kau tidak akan marah?”

Ciauw In menggunakan tangannya untuk membelai rambut yang hitam halus dan berbauharum itu, lalu berkata,

“Tidak, Kim-moi, aku berjanji takkan marah."

"Dulu, lama sekali kira-kira dua tahun yang lalu." Sian Kim mulai menuturkan riwayatnyadengan amat hati-hati, “aku pernah menjadi ketua dari sebuah perkumpulan."

“Ketua yang amat cantik seperti kau jarang terdapat," kata Ciauw In sambil menatapwajah yang makin cantik saja baginya itu.

"Sebagaimana seringkali terjadi," Sian Kim melanjutkan ceritanya, “perkumpulan sukabentrok dengan perkumpulan lain. Demikian pula telah terjadi bentrokan antaraperkumpulanku dengan perkumpulan Kim-houw-bun. Soalnya biasa saja, antaraanggauta dengan anggauta, ketika mereka sedang main barongsai di waktu hari tahunbaru. Aku sebagai ketua perkumpulan tentu saja membela anggauta sendiri, demikianpula Hui Kok Losu, ciangbun dari Kim-houw-bun. Bentrokan ini akhirnya menjadipertempuran pibu (adu kepandaian) antara aku dan ciangbun dari Kim-houw-bun itu danaku kalah!"

Perhatian Ciauw In sebagian besar ditujukan untuk mengagumi bibir indah yangbergerak-gerak bicara itu dan mata bintang yang memandangnya dengan sayu merayuhingga ia hanya dapat menangkap sebagian saja daripada yang diceritakan oleh SianKim. Akan tetapi mendengar kekalahan ini, ia merasa heran juga. Bukan sembarangorang dapat mengalahkan kekasihnya ini.

“Lalu bagaimana?" tanyanya mulai menaruh perhatian.

Page 66: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 66/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

66

"Ketika dikalahkan, aku berjanji bahwa pada suatu hari aku akan mengunjunginya diOuwciu untuk mengadu kepandaian sekali lagi dan aku mengandalkan bantuanmu untukmenebus kekalahan itu."

Ciauw In tersenyum.

“Ah, hal ini tak perlu disusahkan. Jangankan baru menghadapi seorang ciangbunjin,

biarpun harus menghadapi sepuluh orang ketua perkumpulan, aku bersedia untukmembelamu."

Sian Kim dengan muka girang sekali dan berseri-seri lalu meremas tangan Ciauw Insambil berkata.

"Kokoku yang baik, aku ........aku cinta padamu ........."

Ciauw In makin mabok dan merasa seakan-akan ia menjadi seorang yang palingberbagia di dunia ini.

Mereka lalu melanjutkan perjalanan ke Ouwciu yang tidak begitu jauh lagi letaknya darisitu. Ciauw In yang sudah tergila-gila itu sampai lupa untuk mendesak dan mengetahuilebih banyak tentang keadaan perkumpulan Sian Kim, dan sama sekali ia belum pernahmenduga bahwa gadis ini adalah ketua perkumpulan Hek-lian-pang dan menjadi puteri

dari Gu Ma Ong musuh besar Bwee Hiang!Dan Sian Kim yang sudah membuka sedikit rahasianya itu, masih belum berani untukmembuka lebih lebar dan belum berani mengaku bahwa sebetulnya ia mempunyaidendam permusuhan besar dengan adik seperguruan pemuda itu.

Sebetulnya apa yang ia ceritakan kepada Ciauw In tadi memang ada benarnya, yaknibahwa perkumpulan Kim-houw-bun ada permusuhan dengan Hek-lian-pang dan dengandia pada khususnya. Akan tetapi, sebab-sebab permusuhan itu kembali ia putar-balikkan.Memang terjadi permusuhan dan adu kepandaian antara dia dan Hui Lok Losu, akantetapi sama sekali bukan karena permainan barongsai. Pertempuran yang terjadi antaraanak buah Hek-lian-pang dan anak buah Kim-houw-bun terjadi sebagai akibat sajadaripada sebab-sebab pertama.

Pada waktu itu, seperti biasa di waktu perayaan pesta menyambut datangnya musimsemi (musim Chun) yang juga disebut Tahun Baru, banyak pemain-pemain barongsaidari kota lain datang untuk bermain barongsai di kota tempat tinggal Hek-lian-pang. SianKim yang melihat betapa di antara pemain-pemain anggauta Kim-houw-bun ini terdapatseorang pemuda yang amat gagah dan tampan, lalu timbul hatinya yang dikuasai olehnafsu jahat dan segera mengadakan perhubungan dengan pemuda Kim-houw-bun itu.

Hal ini diketahui oleh para anggautanya yang segera menjadi marah kepada pemuda itudan timbullah benci dalam hati mereka terhadap Kim-houw-bun. Maka ketika kedua fihakbertemu dalam waktu bermain barongsai, tak dapat dicegah lagi timbul pertempuranhebat.

Sian Kim tadinya tidak mau ambil perduli tentang hal ini, akan tetapi tidak demikiandengan ketua Kim-houw-bun. Sebagai ketua perkumpulan pendatang, tentu saja ia tidak

mau para anggautanya mendapat hinaan dari orang lain, apalagi ketika ia mendengarbahwa hal itu terjadi oleh karena kecabulan ketua Hek-lian-pang, maka ia segera datangdan menantang ketua perkumpulan Hek-lian-pang. Dalam pertempuran yang hebatsekali, akhirnya Sian Kim harus mengakui keunggulan Kim-houw-ciang-hwat (IlmuTombak Harimau Emas) dari ketua Kim-houw-bun (Perkumpulan Harimau Emas) itu danberjanji akan menuntut balas.

Sebetulnya, perkumpulan Kim-houw-bun adalah sebuah perkumpulan yang terkenal dansemua penduduk memandang tinggi perkumpulan yang dipimpin oleh Hui Kok Losu, olehkarena perkumpulan itu memang telah banyak melakukan perbuatan baik yang

Page 67: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 67/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

67

menolong penduduk kota Ouwciu dan sekitarnya. Juga nama Hui Kok Losu sebagaiseorang ahli tombak telah banyak dikenal di dunia kang-ouw dan ia dianggap sebagaiseorang lo-enghiong (orang tua gagah) yang disegani dan dihormati.

Kepandaian ilmu tombaknya adalah ilmu tombak keturunan dan yang berasal dari ilmutombak Lian-hoan-coa-kut-chio (Tombak Tulang Ular) yang pernah menggemparkandunia persilatan. Hui Kok Losu adalah murid tunggal dari Sin-chio Siauw Kiat Si TombakMalaikat, yakni pencipta dari ilmu tombak Lian-hoan-coa-kut-chio dan karena Hui KokLosu juga mempelajar berbagai macam ilmu silat, maka ia lalu mencipta semacam ilmutombak yang dijadikan ilmu tombak keturunan keluarga Hui, yakni ilmu tombak Kim-houw-ciang-hwat itu.

Pada waktu Sian Kim dan Ciauw In datang ke rumah perkumpulan Kim-houw-bun,kebetulan sekali Hui Kok Losu sedang keluar kota, mengunjungi seorang sahabatbaiknya di sebuah dusun tak jauh dari kota Ouwciu. Sahabatnya inipun seorangpendekar tua yang kenamaan, bernama Ma Sian dan bergelar Lui-cin-tong (Pacul Kilat)dan menjadi seorang petani setelah mengundurkan diri dari dunia kang-ouw. Seringkalikedua orang tua itu saling kunjung-mengunjungi untuk mengobrol sambil minum arak danmain tioki (catur).

Ketika Sian Kim dan Ciauw In tiba di depan rumah besar yang memakai papan besardengan tulisan yang amat indah dan gagah "Kim-houw-bun-kwan" atau RumahPerkumpulan Macan Emas, Sian Kim lalu berkata dengan senyum sindir.

"Sekarang boleh menjadi macan emas, akan tetapi sebentar lagi kau akan menjadimacan mampus!"

Setelah berkata demikian, ia melompat ke atas dan sekali ia ayun tangan memukuldengan telapak tangannya, terdengar suara keras “praak!" dan papan itu terpukul pecahmenjadi beberapa potong dan jatuh ke atas tanah.

Pada waktu itu, di ruang depan perkumpulan duduk beberapa orang pemuda anggautaKim-houw-bun yang menjadi anak murid Hui Kok Losu. Tadi merekapun melihatdatangnya seorang gadis cantik berpakaian hitam bersama seorang pemuda tampanyang berhenti di depan rumah perkumpulan mereka, maka seperti biasanya para

pemuda melihat wanita muda yang cantik jelita, mereka menghentikan percakapan danmemandang kepada Sian Kim dengan kagum.

 Akan tetapi, alangkah terkejut hati mereka ketika melihat betapa nona cantik itu telahmelompat dan sekali pukul menghancurkan papan nama perkumpulan mereka! Dengancepat empat orang pemuda itu segera memburu keluar. Mereka merasa marah sekali,akan tetapi ketika mereka sudah datang dekat, seorang diantara mereka mengenal nonabaju hitam ini oleh karena ia dulu juga ikut dalam permainan barongsai ketikaperkumpulannya melawat ke kota Ban-hong-cun dan terjadi pertempuran denganperkumpulan Hek-lian-pang.

"Siapakah kau yang telah berani mengacau di sini?" seorang diantara merekamembentak.

 Akan tetapi pemuda yang telah mengenal Sian Kim, lalu berkata sambil tersenyum penuharti oleh karena iapun maklum akan kecabulan nona ini yang dulu telah mengadakanhubungan gelap dengan seorang murid Kim-houw-bun sehingga timbul permusuhan,berkata kepada Sian Kim.

"Hek-lian Niocu, apakah kau datang hendak mencari Gan-suheng!" sambil berkatademikian, ia tersenyum-senyum.

Page 68: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 68/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

68

Yang disebutnya Gan-suheng adalah pemuda yang dulu mengadakan perhubungandengan Sian Kim, maka tentu saja Sian Kim menjadi marah sekali karena kuatir kalau-kalau rahasia ini akan terbuka di depan Ciauw In.

"Aku tidak kenal dengan segala suhengmu!" Sian Kim membentak dan sebelum pemudaitu membuka mulut lagi, ia telah mendahului. "Suruh tuabangka she Hui keluar agar iamembayar penghinaannya dahulu kepadaku!"

"Kau sudah menjadi pecundang, mengapa datang-datang berlagak sombong danmerusak papan nama perkumpulan kami?" orang itu berkata lagi dan ia melakukankesalahan besar dengan ucapan yang memandang rendah ini karena tiba-tiba tanganSian Kim bergerak dan pemuda itu menjerit kesakitan sambil menggunakan keduatangan menutup mulutnya yang berdarah. Ternyata tamparan Sian Kim telah membuatpipinya bengkak dan beberapa buah giginya copot!

Tiga orang kawannya menjadi marah dan karena mereka ini termasuk orang-orang barudi Kim-houw-bun, maka mereka belum mengenal adanya Sian Kim. Dengan cepatmereka mencabut pedang dan menyerang Sian Kim.

 Akan tetapi gadis itu dengan gerakan kilat mendahului mereka dan tiga kali iamenyerang, tiga orang itu terlempar dan mengaduh-aduh karena masing-masing telah

menerima persenan berupa pukulan dan tendangan yang membuat mereka roboh takdapat bangun kembali!

Ciauw In melihat semua ini sambil tersenyum saja, oleh karena ia telah dapat dibujukoleh Sian Kim yang menceritakan bahwa semua anggauta Kim-houw-bun terdiri dariorang-orang jahat. Dan memang tadi ia melihat lagak pemuda yang memandang rendahdan kurang ajar terhadap Sian Kim yang dicintainya.

Teriakan kesakitan dari empat orang yang telah merasai bekas tangan Sian Kimterdengar oleh orang-orang di dalam rumah perkumpulan itu maka tak lama kemudianserombongan anggauta Kim-houw-bun yang terdiri dari dua belas orang menyerbukeluar. Di antara mereka ini terdapat empat orang murid yang sudah setengah tua danyang memiliki kepandaian lumayan, bahkan mereka sering mewakili Hui Kok Losumengajar murid-murid yang baru.

Melihat empat orang murid muda menggeletak sambil merintih-rintih dan seorang nonabaju hitam berdiri bertolak pinggang didampingi seorang pemuda yang cakap, merekasegera berlari menghampiri.

Empat orang murid kepala itu segera mengenal Sian Kim dan tanpa bertanya merekatahu bahwa nona ini tentu datang untuk membalas kekalahannya yang dulu dan telahmerobohkan empat orang kawan mereka. Mereka menjadi marah sekali dan dua orangdiantaranya lalu berlari masuk lagi mengambil empat batang tombak yang segeradiberikan kepada kawan-kawannya.

“Hek Lian Niocu kau sungguh kurang ajar!” teriak seorang diantaranya dan segera iamendahului kawan-kawannya menggerakkan tombak menyerang Sian Kim.

Serangannya lihai dan ia telah menggunakan gerak tipu Yan-cu-liok-sui (Burung WaletMemukul Air). Ujung tombaknya menusuk ke arah perut Sian Kim dengan gerakan yangamat kuat hingga ujung tombak ini menggetar dan mengeluarkan angin cukup keras!

 Akan tetapi Sian Kim sambil tertawa berkata,

“Tikus kecil, kau berani menghadapi aku?”

Pada saat ujung tombak menyambar perut, tiba-tiba Sian Kim bahkan melangkahkankaki kiri ke depan sambil miringkan tubuh dan mengganti kedudukan kakinya.

Page 69: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 69/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

69

Gerakannya cepat dan hatinya tabah sekali hingga tombak itu meluncur dekat sekalidengan perutnya, hanya terpisah satu dim saja! Akan tetapi oleh karena ia melangkahmaju, maka ia berada dekat dengan lawannya dan sebelum lawan itu mendapatkesempatan menarik kembali tombaknya, Sian Kim telah bergerak mendahuluinyadengan gerak tipu Bi-jin-to-hwa (Wanita Cantik Mametik Bunga).

Tangan kanan cepat memegang batang tombak dan menariknya ke belakang hinggatenaga tusukan lawan yang belum ditarik kembali itu ditambah dengan tenaga tarikannyamembuat tubuh lawan terbungkuk ke depan. Sian Kim menggunakan tangan kirinyauntuk dipukulkan ke arah dada orang!

Lawannya menjadi terkejut sekali akan tetapi sebagai murid kepala dari Hui Kok Losu,tentu saja ia tidak membiarkan dirinya dijatuhkan dalam segebrakan saja. la cukupmemiliki kegesitan hingga dengan cepat sambil mengeluarkan seruan keras ia berjungkirbalik ke belakang dengan gerakan Koat-hoan-sin (Siluman Naga Berjungkir Balik) hinggatubuhnya terluput dari pukulan Sian Kim, akan tetapi tentu saja ia harus melepaskantombaknya!

Sian Kim tersenyum manis dan sekali ia menekuk tangannya, tombak itu melengkungdan "trak!!" patahlah tombak itu pada tengah-tengahnya. Sian Kim melempar potongantombak ke atas tanah sambil tersenyum menghina, lalu berkata.

"Tikus-tikus kecil jangan membikin ribut saja. Lekas panggil keluar tua bangka she Huiuntuk menerima beberapa gamparan!”

"Perempuan cabul jangan bertingkah!" teriak seorang murid kepala Kim-houw-bun dansegera ia bersama kawan-kawannya maju menggerakkan tombaknya.

Marahlah hati Sian Kim mendengar makian ini, maka ia menggerakkan tangannya dan"sret!" pedangnya telah ditarik keluar. Matanya berapi-api dan mukanva menjadi merah.

"Bangsat-bangsat Kim-houw-bun! Kalau hari ini aku tidak berhasil membasmi kalian kutu-kutu busuk, jangan panggil aku Gu Sian Kim lagi!”

Sehabis berkata demikian, tubuhnya berkelebat didahului sinar pedang di tangannyayang bergerak bagaikan kilat halilintar membagi maut! Beberapa batang golok dan

pedang para pengeroyok dapat dibikin terpental atau bahkan terlempar berikut sebelahtangan yang tadi memegangnya akan tetapi yang kini terbabat putus oleh pedang SianKim! Jerit kesakitan terdengar susul menyusul dan tubuh para pengeroyok roboh seorangdemi seorang dengan cepatnya.

Ilmu silat murid-murid Kim-houw-bun bukanlah rendah, akan tetapi menghadapi ilmupedang Hek-lian-kiam-hwat yang ganas dan lihai, mereka itu tidak berdaya sama sekali.Sebentar saja, tujuh orang anak murid yang kepandaiannya belum tinggi betul telahroboh mandi darah, bahkan tiga orang diantara mereka telah tewas pada saat itu juga!

Ciauw In semenjak tadi hanya menonton saja oleh karena ia maklum bahwa nonakekasihnya itu tak perlu dibantu. Akan tetapi melihat betapa para pengeroyok telahmenjadi kurban keganasan ilmu pedang Sian Kim, sungguhpun ia menganggap merekasebagai orang-orang jahat yang perlu diberi hajaran, akan tetapi hatinya merasa tidak

tega juga. Maka ia cepat melompat dan menggerakkan tangannya hingga dua batangtombak di tangan murid-murid tua dapat terampas olehnya.

"Tahan dan mundur semua!” teriak Ciauw In.

Tiga orang murid kepala yang belum roboh ketika melihat betapa dua batang tombakmereka dapat dirampas oleh pemuda itu dengan sekali renggut saja, menjadi terkejutdan segera mundur dengan jerih. Tak mereka sangka bahwa pemuda kawan Sian Kimitu mempunyai kelihaian yang bahkan lebih hebat daripada kepandaian nona yang ganas

Page 70: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 70/101

Page 71: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 71/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

71

tentu benar-benar lihai hingga kegembiraannya makin bertambah untuk segera mencobakepandaian ketua Kim-houw-bun itu.

Kalau saja ia tidak sedang mabok asmara dan memiliki lebih banyak pengalaman hinggasudah kenal atau mendengar bahwa Oei Sam yang disebut oleh Sian Kim itu adalahseorang perampok jahat yang amat kejam, tentu setidaknya akan timbul keheranan didalam hatinya mengapa Hui Kok Losu yang disebut jahat oleh Sian Kim itu sampai bisabertempur mengalahkan Oei Sam! Seorang yang memusuhi penjahat besar biasanyahanya orang-orang yang menjunjung tinggi kegagahan dan menjadi pembela rakyat sertapembasmi kejahatan. Akan tetapi sayang, Ciauw In tidak berpikir sejauh itu hingga iamasih saja belum sadar.

Mereka berdua tak usah lama menanti oleh karena tak lama kemudian, terdangar suarakaki kuda mendatangi dan dua orang penunggang kuda memasuki pintu gerbangpekarangan itu.

“Nah, yang berbaju biru itu adalah Kim-houw-ciang-bun Hui Kok Losu!” kata Sian Kim."Orang kedua entah siapa karena aku belum pernah melihatnya."

Ciauw In memandang dengan penuh perhatian dan melihat bahwa orang yang disebutKim-houw ciangbunjin (Ketua Perkumpulan Macan Emas) adalah seorang laki-laki

berusia lima puluh tahun lebih, bertubuh sedang dengan memiliki sepasang mata yangamat tajam berpengaruh. Sikapnya gagah sekali dan biarpun sudah tua, akan tetapiketika ia melompat turun dari kudanya, gerakannya masih sigap sekali.

Orang kedua juga bukan orang sembarangan, karena walaupun usianya bahkan lebihtua dari Hui Kok Losu dan pakaiannya sederhana sebagai seorang petani yang bertopibesar, akan tetapi ketika turun dari kuda, ia bergerak dengan tubuh ringan sekali.Sehingga dengan mudah Ciauw In dapat menduga bahwa ia tentulah seorang yangmemiliki ilmu ginkang yang sudah amat tinggi tingkatnya. Orang kedua ini bukan lainialah Lui cin tong Ma Sian si Pacul Kilat.

Gagang paculnya yang kecil nampak di belakang punggungnya dan melihat benda ini,Ciauw In makin terheran karena biarpun ia pernah mendengar dari suhunya bahwa paculyang menjadi alat pertanian ini memang dapat digunakan sebagai senjata akan tetapi

kalau tidak memiliki ginkang dan kepandaian tinggi, senjata ini bukanlah senjata yangberbahaya, bahkan sukar sekali dimainkannya. Maka ia dapat menduga bahwa petanitua ini tentu seorang yang lihai hingga ia makin bersikap hati-hati.

Sementara itu, seorang murid kepala yang menyambut kedatangan Hui Kok Losu, lalubicara berbisik-bisik kepada suhunya yang mukanya berubah menjadi pucat. Hui KokLosu hanya sekali saja melirik ke arah Sian Kim tanpa memandang kepada Ciauw Inkemudian langsung berlari masuk ke dalam gedungnya, diikuti oleh petani tua tadi.Ciauw In dan Sian Kim maklum bahwa orang tua itu tentu mendengar tentang kekalahanmuridnya dan kini hendak melihat keadaan murid-muridnya itu.

Dengan tenang Sian Kim menanti, sedangkan di dalam hatinya, Ciauw In berdebar-debarkarena ia maklum bahwa apabila ketua Kim-houw-bun itu melihat murid-muridnya yangmati dan terluka, tentu ia akan marah sekali dan perkelahian yang akan ditempuh ini

tentu akan merupakan pertempuran mati-matian!

Benar saja dugaannya, tak lama kemudian Hui Kok Losu keluar lagi dengan muka merahdiikuti oleh murid-muridnya dan didampingi pula oleh Lui-cin-tong Ma Sian yang jugaamat marah melihat kekejaman musuh yang datang.

Setelah berhadapan dengan Sian Kim, Hui Kok Losu lalu menuding ke arah muka nonaitu dan berkata,

Page 72: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 72/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

72

"Hek-lian-niocu! Kau benar-benar tak tahu malu! Dulu adalah aku yang merobohkan kaudan kalau kau datang hendak mengadakan pembalasan dan menyelesaikan perhitunganlama, mengapa kau mengganggu murid-muridku, bahkan melukai tujuh orang danmenewaskan tiga nyawa?”

"Orang she Hui! Mudah saja kau bicara. Lupakah kau bahwa dulu juga banyak sekalianggauta-anggauta perkumpulanku yang tewas karena murid-muridmu? Kematian tigaorang anggauta Kim-houw-bun anggaplah saja sebagai penebusan dosa yang dulu.Pula, kalau orang-orangmu yang kurang ajar itu tidak mengeluarkan kata-kata busuk,akupun tak sudi mengotorkan tangan membunuh kutu-kutu busuk itu. Sekarang tak perlukau banyak cakap, kita telah berhadapan dan aku membawa seorang kawan untukmenghadapimu, membalas kekalahan yang dulu!”

Hui Kok Losu mengalihkan pandang matanya yang penuh hawa marah kepada Ciauw Inyang masih bersikap tenang. Melihat sikap pemuda yang nampak lemah ini, ia maklumbahwa pemuda ini tentulah seorang yang memiliki kepandaian tinggi, karena makinlemah nampaknya seorang ahli silat, makin tinggilah ilmu kepandaiannya. Pula, ia tahuakan kelihaian Sian Kim yang hanya kalah pengalaman apabila dibandingkan dengan diasendiri, maka setelah kini gadis itu membawa seorang pembantu, tentulah pembantu inilebih tinggi daripada Sian Kim! Ia lalu menjura dan bertanya kepada Ciauw In.

"Bolehkah aku mengetahui namamu yang gagah?"

Sebelum Ciauw In sempat menjawab, ia didahului oleh Sian Kim yang tertawa sambilmenjawab pertanyaan itu.

"Hui Kok Losu! Kami bukanlah jago-jago kawakan seperti kau yang sudah memiliki namatinggi! Kawanku ini adalah Hoa-san Taihiap Lie Ciauw In yang sungguhpun namanyatidak sebesar namamu, akan tetapi aku tanggung dalam beberapa jurus saja tombakkaratan di tanganmu akan patah-patah oleh pedangnya!"

Hui Kok Losu terkejut mendengar bahwa pemuda itu adalah seorang murid Hoa-san-pai.Ia telah mendengar kebesaran nama Ho Sim Siansu yang selain gagah dan sakti, jugaamat terkenal sebagai seorang tua bijaksana yang amat dikagumi dunia persilatan. Makaia segera berkata lagi kepada Ciauw In.

“Ah, kiranya seorang murid dari Ho Sim Siansu! Akan tetapi sungguh heran mengapaseorang murid Hoa-san-pai dapat bersama-sama dengan seorang perempuan hina dinaseperti Hek-lian-niocu?”

Marahlah hati Ciauw In mendengar ini, maka ia lalu menjawab,

"Lo enghiong (orang tua gagah), seorang gagah tidak sudi mencampuri urusan pribadiorang lain dan kiranya aku bebas untuk bergaul dengan siapapun juga! Pula tidak patutbagi seorang tua yang mengaku diri gagah perkasa untuk mengeluarkan makian kotorterhadap seorang gadis pendekar seperti kawanku ini!”

Sian Kim juga segera mencabut pedangnya dan berkata,

"Hui Kok Losu! Jangan kau lepaskan lidahmu yang tua tapi busuk itu! Bilang saja bahwa

kau gentar mendengar nama Hoa-san Taihiap dan tidak berani menghadapinya! Kalaukau memang takut kepada kawanku ini, biarlah aku sendiri yang maju. Biarpun aku akankalah, akan tetapi nama besarmu akan hancur oleh karena baru menghadapi seorangpemuda saja, kau telah terkencing-kencing ketakutan tanpa berani mencobakepandaiannya!"

Bukan main tajam dan pedasnya ucapan dari Sian Kim yang sengaja membakar hatimusuhnya itu, maka sambil berseru keras Hui Kok Losu lalu menanggalkan jubahnyadan menerima tombaknya dari tangan seorang murid yang sengaja membawa senjata itukepada suhunya.

Page 73: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 73/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

73

"Siapa bilang takut? Orang yang telah menjadi sahabatmu tentu bukan orang baik-baik!”

Kemudian ia menuding kepada Ciauw In dan membentak,

"Orang muda, kau tentulah seorang kekasih perempuan hina ini! Kau majulah kalauhendak mengenal Kim-houw-ciang-hwat!"

 Akan tetapi pada saat itu, petani tua tadi maju menghalangi Hui Kok Losu sambil berkata,

"Losu, biarlah aku mencoba-coba dulu kepandaian Hoa-san Taihiap?"

Kemudian ia menghadapi Ciauw In dan berkata sambil tersenyum,

"Orang muda, belum lama ini aku mendengar bahwa yang menjadi juara dalam pibu dipuncak Kui-san adalah seorang pemuda murid Hoa-san-pai yang mendapat gelar Hoa-san Taihiap! Tadinya aku menjadi kagum, akan tetapi setelah melihat kau dalamkeadaan seperti sekarang ini, kekagumanku lenyap sama sekali! Entah bagaimanadengan kepandaianmu, maka sekarang perlihatkanlah kepandaianmu untuk kulihatapakah akupun akan kecewa melihatnya!"

Ciauw In merasa panas hatinya mendengar sindiran ini dan ia menganggap orang tua iniketerlaluan. Yang bermusuh dengan Sian Kim adalah Hui Kok Losu maka tidakmengherankan apabila Hui Kok Losu memaki-maki Sian Kim yang menjadi musuhnyadan bahkan yang telah membunuh muridnya, akan tetapi petani tua ini mengapa datang-datang juga menghina Sian Kim?

Dengan mengatakan bahwa melihat keadaannya membuat kekagumannya lenyap,berarti bahwa setelah melihat dia datang bersama Sian Kim, petani tua itu memandangrendah kepadanya dan hal ini secara tidak langsung berarti penghinaan bagi diri SianKim! Akan tetapi, ia masih menahan marahnya dan bertanya,

"Orang tua, sudah selayaknya bagi orang-orang yang biasa bertempur untuk mencobakepandaian. Tentu saja aku bersedia untuk melayanimu setelah kau memberitahukannamamu kepadaku.”

Petani tua itu tersenyum dan menduga bahwa sikap anak muda itu tentu akan berubahsetelah mendengar namanya yang cukup terkenal di kalangan kang-ouw, maka ia lalu

menjawab sambil mengangkat dada,

"Aku bernama Ma Sian, akan tetapi kawan-kawan di kalangan kang-ouw memberi namaLui-cin-tong (Pacul Kilat) kepadaku."

 Akan tetapi orang tua ini kecele kalau ia menyangka bahwa pemuda itu akan merasaterkejut mendengar namanya, karena sesungguhnya Ciauw In sama sekali belum pernahmendengar nama ini, dan sikapnya sama saja kalau seandainya ia menyebutkannamanya sebagai Pacul Karatan atau Pacul Butut! Pemuda itu hanya tersenyum danberkata.

"Kalau begitu, kau tentu bukan seorang petani tulen!”

"Mengapa kau berkata demikian, anak muda!” tanya Ma Sian dengan terheran-heran.

"Seorang petani sejati hanya mempergunakan paculnya untuk berbuat kebaikan,mencangkul tanah menanam padi gandum. Akan tetapi kau yang berpakaian petani danmembawa-bawa pacul, ternyata mempergunakan alat pertanian yang mulia itu untukmencangkul kepala orang!”

Merahlah muka Ma Sian mendengar ini.

"Pemuda buta! Ketahuilah bahwa paculku ini hanya suka menyangkul kepala orang jahat!Dan kau bersama kekasihmu itu bukan termasuk orang baik-baik! Majulah danperlihatkan kepandaianmu."

Page 74: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 74/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

74

Sambil berkata demikian, tangannya bergerak ke belakang dan kini paculnya telahdipegang dengan kedua tangan lalu memasang kuda-kuda yang mirip dengan seorangpetani siap hendak mencangkul tanah.

Ciauw In juga mencabut pedangnya dan Ma Sian yang melihat berapa pemuda itu telahbersiap sedia, lalu menyerang dengan gerakan cepat. Cangkulnya menghantam ke arahkepala Ciauw In dengan gerak tipu Petani Mencangkul Batu. Pukulan ini keras sekalidatangnya dan digerakkan dengan kecepatan luar biasa. Ciauw In maklum akankepandaian lawan, maka ia berlaku hati-hati. Dengan sigapnya ia melangkah mundurmenghindarkan diri dari terkaman pacul yang tajam itu, ialu maju pula untuk membalasdengan tusukan pedang ke arah leher lawan. Akan tetapi Ma Sian benar-benar cepatgerakannya oleh karena ia sudah dapat menarik kembali paculnya dan kini ia menangkisserangan Ciauw In dengan senjatanya yang luar biasa itu.

Hoa-san Taihiap lalu memperlihatkan kepandaiannya yang aseli karena merasa bahwamenghadapi lawan yang lihai ini ia tidak boleh berlaku lambat. Pedangnya berkelebatcepat bagaikan seekor naga sakti mengamuk hingga Ma Sian diam-diam merasa kagumdan juga terkejut.

Petani tua ini lalu mengeluarkan gerakan yang disebut Petani Membabat Rumput.Paculnya juga bergerak cepat sedangkan kakinya maju dengan tetap dan cepat dalamgerak langkah Cin-po-lian-hoan (Majukan Kaki Secara Berantai). Mata paculnya yangtajam itu berkilauan putih, menyambar-nyambar ke arah bagian tubuh lawan yangberbahaya.

 Akan tetapi Ciauw In ternyata menang gesit dan ilmu pedangnya Hoa-san Kiam-hwatbenar-benar memiliki gerakan yang aneh dan tak terduga. Ketika pacul di tangan MaSian menyambar ke arah leher untuk menabas putus batang lehernya, ia lalu menangkisdengan pedangnya. Keduanya mengerahkan tenaga dalam dan ketika kedua senjata ituberadu, terdengar suara keras dan bunga api beterbangan, sedangkan Ma Sian merasabetapa tangan yang memegang pacul menjadi kesemutan.

Dalam saat kedua senjata bertemu, Ciauw In mempergunakan gerak tipu Po-in-kian-jit(Sapu Awan Lihat Matahari). Yakni ketika pedangnya bertemu dengan mata pacul, ia

miringkan sedikit pedangnya hingga mengenai belakang pacul dan segera dilanjutkanmelalui sepanjang gagang pacul itu membabat ke arah tangan yang memegang gagang!

Ma Sian sama sekali tidak pernah menyangka bahwa pedang lawan itu akan dapatbergerak sedemikian cepatnya, yakni setelah senjata bertemu terus menyerang, maka iatak dapat mengelak lagi. Terpaksa ia berseru keras dan melepaskan paculnya karenakalau tidak, pasti kedua tangannya akan terbabat pedang musuh! Ia melompat mundurdengan muka merah!

Sebelum Ma Sian dapat berkata sesuatu, bayangan tubuh Hui Kok Losu yang memilikigerakan cepat sekali telah menyambar dan menghadapi Ciauw In. Orang tua ini marahsekali melihat kawannya dikalahkan dalam sebuah pertempuran yang belum berjalanlama, maka kini dengan tombak di tangan ia membentak,

“Hoa-san Taihiap, kau mengandalkan kepandaian untuk melakukan pengacauan.Majulah!” Sambil berkata demikian ia menggerakkan tombaknya dan Ciauw In diam-diamterkejut melihat betapa ujung tombak itu melakukan gerakan melingkar dan tergetarujungnya sampai berubah menjadi delapan!

Ia maklum akan kelihaian orang tua ini, karena menurut penuturan suhunya, seorang ahlitombak dapat menggetarkan ujung tombaknya sampai menjadi lima atau enam, akantetapi kakek ini dapat menggetarkan tombaknya hingga ujungnya nampak menjadi

Page 75: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 75/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

75

delapan buah! Dapat dimengerti bahwa lweekang dari kakek ini tak boleh dibuatpermainan.

la tidak mau didahului, dan segera maju menyerang dengan gerak tipu Sian-jin-til-lou(Dewa Menunjuk Jalan). Pedangnya meluncur cepat ke arah ulu hati lawannya danketika Hui Kok Losu menggerakkan tombak menangkis dengan gerakan yang amat kuatdan cepat.

Ciauw In menarik pedangnya dan merobah gerakannya menjadi gerak tipu Liong-ting-ti-cu (Ambil Mutiara di Kepala Naga). Dengan gerak tipu ini ia membacok ke arah kepalalawan, akan tetapi kembali sekali menggerakkan kedua tangan, tombak di tangan HuiKok Losu telah menangkis pedang yang menyambar kepalanya.

Setelah menangkis untuk kedua kalinya, mulailah kakek itu membalas dengan gerak tipuTeng-miau-po-ci (Kucing Sakti Terkam Tikus). Tombaknya dari atas mengemplang kebawah menuju kepala Ciauw In dan ketika pemuda itu mengelak ke kiri, ujung tombak ituditeruskan dengan sebuah tusukan maut ke arah perutnya! Kalau ujung tombakmengenai sasaran, maka perut pemuda itu tentu akan tertembus tombak sampai kepunggung!

 Akan tetapi tentu saja Ciauw In tidak membiarkan dirinya dijadikan daging untuk disate,

maka cepat ia molompat ke atas dengan gerak loncat Kera Sakti Memetik Buah,kemudian ketika ia berada di atas, ia lalu membuat gerakan loh-be (berjumpalitan) danmenyerang dari atas dengan tusukan Garuda Terbang Menyambar Ikan.

Menghadapi Ciauw In yang memiliki ginkang yang demikian lihainya, Hui Kok Losumaklum bahwa pemuda ini benar-benar memiliki ilmu pedang yang jauh lebih lihaidaripada Sian Kim, maka ia lalu mengeluarkan ilmu tombaknya Kim-houw-ciang-hwat(Ilmu Tombak Harimau Emas) yang lihai dan mengerahkan tenaga, kegesitan dankepandaiannya.

Pertempuran kali ini berjalan seru dan ramai sekali karena ternyata bahwa Kim-houw-ciang-hwat benar benar merupakan ilmu tombak yang jarang terdapat di daerah selatan.Ciauw In merasa seakan-akan menghadapi dinding baja yang amat kuat dan sukar sekaliditembuskan. Akan tetapi sebaliknya, menghadapi Hoa-san Kiam-hwat, ketua dari Kim-

houw-bun itupun merasa bo-hwat (tak berdaya) karena ilmu pedang ini selain cepat dankuat, juga mempunyai gerakan perubahan yang amat aneh dan tak terduga. Keduanyasama-sama maklum akan kelihaian lawan dan karena dalam hal lweekang merekasetingkat, tentu saja sukar bagi keduanya untuk saling merobohkan.

Hui Kok Losu mengambil keputusan untuk mengadu keuletan dan napas oleh karena iapikir bahwa seorang pemuda yang bergaul dengan Sian Kim tentulah pemudapemogoran yang bertubuh lemah. Oleh karena itu, maka ia lalu mainkan tombaknyadengan ilmu tombak Membuat Dinding Baja Menutup Diri, sebuah bagian ilmu tombakKim-houw-ciang-hwat yang kegunaannya untuk menjaga diri.

Ciauw In ketika melihat betapa gerakan lawannya berubah menjadi gerakan yangdititikberatkan kepada pertahanan saja, maklum bahwa lawannya hendak mengadukeuletan dan menunggu sampai ia kehabisan napas dan kelelahan untuk segera

merobohkannya. Maka ia diam-diam tersenyum girang karena hal inipun menjadikeinginannya. Ia merasa betapa sukarnya merobohkan kakek yang menjadi ciangbunjin(ketua) dari Kim-houw-bun ini maka iapun ingin mendapatkan kemenangan dari keuletandan kekuatan napas. Ia merasa bahwa dalam hal ini ia tidak perlu kuatir untuk dapatdikalahkan oleh orang tua yang sudah lanjutusianya itu.

Pertempuran berjalan terus sampai hampir seratus jurus dan setelah merasa lelah,barulah Hui Kok Losu sadar akan kesalah-dugaannya. Ia tidak tahu bahwa biarpun

Page 76: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 76/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

76

Ciauw In tergila-gila kepada Sian Kim, namun Hoa-san Taihiap ini adalah seorang laki-laki sejati dan seorang pemuda yang masih terkumpul sepenuhnya semua tenaga dalamtubuh, maka tentu saja ia yang sudah tua tak kuat untuk mengadu keuletan tenaga dannapas. Kalau ia sudah mulai terengah-engah dan keringat telah memenuhi jidatnya,adalah Ciauw In masih bermain pedang dengan tenang, sedikitpun belum pernah lelah!

Melihat kesalahannya ini, Hui Kok Losu lalu hendak mempergunakan kesempatan yangmasih ada. Ia mulai merobah gerakan tombaknya dan kini melancarkan serangan-serangan yang paling berbahaya. Tombaknya berkelebatan cepat dan mendatangkanangin dingin, menyambar-nyambar ke arah tubuh Ciauw In sehingga pemuda ini merasaterkejut sekali.

Hal ini sama sekali tak pernah diduganya, karena dalam keadaan sedemikian lelah,orang tua itu ternyata masih dapat melakukan serangan yang demikian cepat danmembutuhkan tenaga besar. Maka iapun lalu memutar-mutar pedangnya lebih cepat lagiuntuk menangkis setiap serangan dan hatinya merasa di dalam benturan senjata betapaternyata lawannya sudah mulai banyak berkurang! Ia maklum bahwa lawannya inibetapapun juga sudah mulai lelah dan hampir kehabisan tenaga, maka ia segera berserukeras dan mendesak dengan serangan-serangan mematikan.

Benar saja, Hui Kok Losu mulai payah dan terdesak hebat. Beberapa kali ketika iamenyampok pergi pedang lawan, sebelah tangannya sampai terlepas dari pegangangagang tombak dan hanya karena ia memegang tombak dengan kedua tangan sajamaka senjatanya itu tidak sampai terlempar!

Melihat keadaan suhunya ini, para anggauta Kim-houw-bun merasa kuatir sekali dantanpa diperintah lagi, mereka lalu menyerbu dan mengeroyok Ciauw In untuk membantuguru mereka! Hui Kok Losu sebetulnya hendak mencegah hal ini, akan tetapi di dalamkelelahannya, ia tidak berani membuka mulut, oleh karena ia sedang mengerahkantenaga terakhir, kalau ia membuka mulut dan bicara, tentu ia takkan kuat menahan lagi!

Juga Ma Sian si Cangkul Kilat ketika melihat keadaan Hui Kok Losu, tentu saja tidak relakalau kawannya yang gagah perkasa ini sampai roboh di tangan seorang penjahat muda,maka ia segera mengangkat paculnya menyerbu! Akan tetapi, Sian Kim sambil tertawa

menghina berkata.“Orang-orang Kim-houw-bun memang pengecut!”

Lalu ia memutar-mutar pedangnya menghadapi Ma Sian! Pertempuran menjadi makinramai karena kini terpecah menjadi dua bagian. Ciauw In menghadapi Hui Kok Losuyang dibantu oleh para murid kepala yang jumlahnya tujuh orang, sedangkan Sian Kimbertempur melawan Ma Sian dan dikeroyok oleh delapan orang murid muda.

 Akan tetapi, Ciauw In tetap saja berada di fihak yang menyerang. Pemuda ini merasamarah sekali melihat kecurangan fihak lawan yang mengeroyok, karena sesungguhnyatadi ia tidak berniat mencelakai Hui Kok Losu, hanya ingin mengalahkannya saja. Tadi iabelum dapat merobohkan Hui Kok Losu oleh karena ia hendak mencari jalan bagaimanaia dapat mengalahkan orang tua gagah itu tanpa menewaskannya atau mendatangkanluka berat. Kalau ia bermaksud membunuh, dari tadipun ia dapat menjatuhkan tangan

kejam.

Sekarang melihat datangnya para anggauta Kim-ouw-bun yang mengeroyok, timbullahmarahnya dan sekali ia berseru keras dan pedangnya berkelebat, pedangnya meluncurcepat menuju tenggorokan Hui Kok Losu. Ciangbunjin ini masih berusaha untukmenangkis, akan tetapi ia benar-benar telah kehabisan tenaga dan napas makatangkisannya kurang kuat dan ujung pedang masih langsung menyerang dan secaratepat dan tanpa disengaja, ujung pedang Ciauw In menancap di jalan darahnya dekat

Page 77: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 77/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

77

leher, Hui Kok Losu menjerit ngeri dan roboh. Ia tewas bukan hanya karena seranganCiauw In, akan tetapi sebagian besar karena telah kehabisan napas dan tenaga!

Ciauw In merasa agak menyesal melihat betapa ia telah kesalahan tangan, akan tetapioleh karena para pengeroyoknya kini menjadi makin sengit dan nekad, ia merasakepalang kalau tidak bergerak terus. Ia mengamuk dan sebentar saja tiga orangpengeroyoknya telah roboh oleh pedangnya!

Sementara itu, pertempuran di bagian lain lebih ramai karena kini menghadapi Sian Kim,Ma Sian dapat memperlihatkan kelihaiannya. Sungguhpun kalau bertempur satu lawansatu, belum tentu ia akan dapat mengalahkan ilmu pedang Sian Kim yang juga lihai danganas, akan tetapi karena kini ia dibantu oleh delapan orang anak murid Kim-houw-bun,ia dapat mendesak Sian Kim yang mulai terdesak mundur.

Sian Kim menjadi marah sekali, pedangnya berkelebat makin ganas dan beberapa kaliterdengar jerit kesakitan karena pedang gadis baju hitam itu telah mendapat kurban.Namun jumlah pengeroyoknya tidak berkurang karena jatuh seorang, maju pulapenggantinya yang masih banyak menanti mencari lowongan! Juga Sian Kim telahmendapat luka pada pundak kirinya oleh pukulan pacul Ma Sian yang walaupun hanyamenyerempet dan merobek bahunya serta melukai kulitnya saja, akan tetapi darah yangkeluar cukup banyak, membasahi lengan baju sebelah kiri.

Setelab menjatuhkan enam orang, para pengeroyok Ciauw In yang makin bertambah jumlahnya itu mulal menjadi gentar dan mereka mengundurkan diri untuk mengeroyokSian Kim yang sudah amat terdesak.

"Koko, bantulah aku ....." gadis itu berseru dan Ciauw In cepat menyerbu membantukekasihnya.

Tiga orang sekaligus roboh karena serbuannya ini sehingga semua pengeroyoknyakecuali Ma Sian, menjadi makin gentar. Kesempatan ini digunakan secara baik oleh SianKim yang mengirim tusukan maut ke arah Ma Sian dengan gerakan Harimau LaparMenubruk Kambing.

Ma Sian tidak melihat jalan keluar menghadapi serangan ini, maka ia lalu berlaku nekad

hendak mengadu nyawa. Ia tidak menangkis atau mengelak, akan tetapi lalumengangkat cangkulnya dan menghantam kepala Sian Kim sekuat tenaga dengansenjatanya itu. Kalau Sian Kim meneruskan serangannya, tentu ia akan terpukulkepalanya oleh pacul itu.

 Akan tetapi, Ciauw In tentu saja tidak dapat berpeluk tangan melihat kepala Sian Kimyang bagus itu dihancurkan, maka ia segera menangkis dengan pedangnya sedangkanpedang Sian Kim terus meluncur dan “Crat!!” ujung pedangnya masuk ke dalam dada MaSian sampal tembus di punggung! Ketika gadis itu mencabut senjatanya, Ma Sian masihsempat menggunakan tenaga terakhir melontarkan paculnya ke arah Ciauw In yangsegera membungkuk hingga pacul itu menghantam tembok! Tubuh Ma Sian terhuyung-huyung, kemudian rebah dan tewas!

Keadaan makin menjadi kacau dan tiba-tiba dari luar datang menyerbu penjaga-penjaga

keamanan kota yang dikepalai oleh seorang perwira. Mereka ini mendapat laporan dariseorang anggauta Kim-houw-bun tentang datangnya dua orang pengacau, maka karenaperkumpulan ini amat dihormat, juga oleh petugas-petugas negara, segera serombonganpetugas lari menyerbu untuk membantu menangkap dua orang pengacau itu.

Melihat serbuan ini, Ciauw In segera berseru,

"Moi-moi, mari kita lari!”

 Akan tetapi, Sian Kim kini sedang bergembira membabat para anggauta Kim-houw-bun.Setelah Hui Kok Losu dan Ma Sian tewas, maka sisa orang yang mengeroyoknya

Page 78: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 78/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

78

merupakan tahu empuk baginya dan tiap kali pedangnya berkelebat, robohlah seoranganggauta Kim-houw-bun. Gadis ini tidak takut melihat kedatangan para penjagakeamanan bahkan ia lalu melompat mendekat dan menyambut mereka dengan seranganpedang yang berhasil merobohkan dua orang penjaga keamanan dengan sekali serangsaja. Oleh karena ini, ia dalam kegembiraannya menyebar maut, ia tidak mendengarseruan Ciauw In.

Pemuda ini melihat betapa lengan kiri Sian Kim penuh darah, dan juga melihat betapa jumlah penjaga keamanan yang menyerbu dari luar makin banyak jumlahnya, maka ialalu melompat mendekati Sian Kim, menyambar pinggang kekasihnya itu dan melompatke atas genteng!

Setelah berada di atas ganteng, barulah Sian Kim merasa betapa pundaknya perihsekali, maka iapun lalu melarikan diri bersama Ciauw In, melalui wuwungan rumah-rumah penduduk dan sebentar saja mereka telah berada di luar kota. Akan tetapi,barisan penjaga dan sisa-sisa anak buah Kim-houw-bun tetap mengejar mereka, biarpuntelah ketinggalan jauh hingga Ciauw In dan Sian Kim tidak mendapat kesempatan untukmengaso. Mereka ini terpaksa berlari terus ke selatan, dikejar-kejar dari belakang olehpara penjaga yang menunggang kuda!

Ciauw In sudah merasa lelah, dan Sian Kim merasa lelah apalagi karena luka kulitpundaknya terasa perih dan ngilu, maka tentu saja keadaan ini membuat mereka menjadibingung. Tiba-tiba dari jurusan depan datang sebuah kendaraan beroda tiga yang ditarikoleh empat ekor kuda besar. Seorang laki-laki yang duduk di dalam kendaraan itu,membuka tirai kereta dan melongok keluar. Ketika melihat Ciauw In dan Sian Kim, iasegera berseru.

“Ah, tidak tahunya jiwi enghiong (dua orang gagah) yang sedang mendapat kesukaran.Lekas masuk ke dalam keretaku!”

Tadinya Ciauw In dan Sian Kim tidak mengenali muka ini dan merasa amat heran melihatseorang pemuda tampan dan hartawan menegur dan hendak menolong mereka, akantetapi melihat senyumnya, tiba-tiba Sian Kim teringat.

“Dia adalah Ong Hwat Seng murid Bu-tong-pai!” katanya kepada Ciauw In yang juga

teringat.

Pernah ia melihat pemuda ini di puncak Kui-san ketika terjadi pertandingan persahabatandiantara orang-orang gagah. Inilah pemuda sombong yang dulu mewakili Bu-tong-paidan sungguhpun Ciauw In tidak suka kepada pemuda mewah dan sombong itu, akantetapi dalam keadaan terdesak sedemikian rupa, dan pula karena Sian Kimmendahuluinya melompat ke dalam kereta, terpaksa iapun lalu melompat ke dalamkereta, menduduki bangku berhadapan dengan Ong Hwat Seng. Sian Kim duduk didekat pemuda itu dan Ciauw In duduk dihadapan mereka. Pemuda itu lalu memberiperintah kepada pengemudi kereta,

“Lekas putar kembali kendaraan dan kita pulang!”

Pengemudi kereta menurut perintah. Empat ekor kuda itu lalu diputar kembali dan segera

kereta dikaburkan pesat. Akan tetapi, tak lama kemudian para pengejar yang terdiri daripetugas-petugas kota Ouwciu dapat menyusul kendaraan itu dan dengan suara garangmemerintahkan pengemudi untuk berhenti.

Sementara itu, Ong Hwat Seng memberi tanda kepada Ciauw In dan Sian Kim untuktidak mengeluarkan suara, kemudian ketika kereta diperintahkan berhenti, ia lalumelongok dari tirai.

“Ada apakah maka kendaraan berhenti?” tanyanya keras-keras kepada pengemudinya."Siapa yang berani menahan keretaku?"

Page 79: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 79/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

79

Sementara itu, para pengejar yang terdiri dari anggauta-anggauta Kim-houw-bun danpara penjaga keamanan kota Ouwciu, ketika melihat Ong Hwat Seng, segera lenyapkeraguan mereka dan dengan mengangkat tangan memberi hormat dan tersenyummereka lalu mendekati pemuda itu. Pemimpin mereka, perwira yang bertubuh tinggibesar, segera turun dari kuda dan menjura.

“Ah, tidak tahunya Ong-siauwya (Tuan muda Ong) yang berada di dalam kereta!MaafKan kami yang tidak tahu dan telah mengganggu siauwya!”

Ong Hwat Seng memperlihatkan muka manis ketika berkata.

"Tidak apa, tidak apa! Akan tetapi ada keperluan apakah maka kalian sampaimembalapkan kuda ke tempat ini dan menahan kereta? Agaknya ada hal yang amatpenting terjadi!”

“Celaka, Ong-siauwya!” kata perwira itu. "Di kota kami datang dua orang penjahat besaryang telah membasmi Kim-houw-bun, membunuh banyak orang, bahkan Hui Kok Lo-enghiong juga tewas dalam tangan mereka."

"Aduh, hebat benar ......” Ong Hwat Seng menggeleng-geleng kepalanya dan melebarkanmatanya.

"Kami mengejar kedua penjahat itu, seorang pemuda dan seorang gadis, akan tetapiketika tiba di tempat ini mereka tiba-tiba lenyap!”

Ong Hwat Seng memperlihatkan muka tidak senang mendengar ini. Ia mengeluarkansuara menghina dan berkata keras.

“Jadi karena itukah kalian menghentikan keretaku? Kalian menyangka bahwa akumenyembunyikan kedua orang jahat dalam kendaraanku? Ah, sungguh menyebalkan!Mari, kalian periksalah di dalam kereta!"

Tentu saja perwira itu merasa amat malu dan juga gugup mendengar ucapan ini danmelihat betapa Ong Hwat Seng menjadi tak senang hati. Ong Hwat Seng mereka kenalbaik, seorang pemuda kaya raya di kota Ouw-san yang tak jauh letaknya dari Ouwciu,dan selain kaya raya dan berpengaruh besar di kalangan pembesar karena pemuda iniadalah putera dari seorang bekas pembesar tinggi yang telah meninggal dunia, iapunterkenal sebagai seorang pemuda berkepandaian tinggi dan bahkan menjadi kenalanbaik dari mendiang Hui Kok Losu! Sudah tentu ia tidak berani berlaku kurang ajar untuktidak mempercayai omongan pemuda bangsawan yang kaya raya dan berkepandaiantinggi itu.

"Maaf, Ong-siauwya. Tadi kami tidak menyangka bahwa kendaraan ini milik Ong-siauwya. Sama sekali kami tidak berani berlaku lancang dan sudah tentu saja kami tidakpernah menyangka bahwa siauwya menyembunyikan orang jahat. Akan tetapi, besarharapan kami semoga siauwya suka memberitahu kalau-kalau tadi melihat ke manalarinya dua orang yang sedang kami kejar-kejar itu!"

"Hm, kalau aku melihat mereka, apa kaukira mereka dapat lari jauh?" jawab Ong HwatSeng dengan sombongnya. "Aku tidak melihat mereka, akan tetapi sesampainya di

rumah, aku akan melaporkan hal ini kepada kawan-kawanku pembesar setempat agarikut membantu mencari dan menangkap mereka."

Perwira itu lalu menjura lagi dengan hormat sekali.

"Terima kasih, siauwya, dan sekali lagi harap maafkan kami yang telah berlaku lancang."

Kemudian rombongan berkuda itu melarikan kuda mereka ke lain tempat untuk mencaridua orang penjahat yang tiba-tiba lenyap itu.

Page 80: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 80/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

80

Ong Hwat Seng masuk dan duduk lagi di dalam kereta sambil memerintahkan kusirnyamelanjutkan kereta menuju ke Ouw-san, ia berkata kepada kusirnya.

"Akai, awas kau! Jangan kau menceritakan kepada siapapun juga tentang peristiwa tadi.Kedua tuan muda dan nona ini adalah sahabat-sahabat baikku yang datang dari Bi-hok,tahu kau?'

"Baik, siauwya, saya tahu."Ong Hwat Seng lalu memandang kepada Sian Kim dan Ciauw In sambil tersenyumbangga. "Nah, bukankah beres sudah?"

"Kau telah menolong kami," kata Ciauw In sederhana, sedangkan Sian Kim yangmeringis kesakitan, memaksa tersenyum manis sambil berkata.

“Ong-Siauwya, kau benar-benar cerdik dan baik hati. Aku berterima kasih kepadamu,"kata ini ditutup dengan kerlingan mata menyambar hingga membuat Ong Hwat Sengmenatap wajah jelita itu tanpa berkejap!

Hal ini membuat hati Ciauw In tak enak sekali dan rasa tidak sukanya kepada pemudakaya ini makin meluap, akan tetapi ia pura-pura tidak melihatnya karena ia telah ditolongmaka tidak seharusnya ia memperlihatkan muka tak senang.

Sementara itu, ketika Ong Hwat Seng melihat pundak kiri Sian Kim, ia hampir menjeritkarena kaget dan kagum. Kaget melihat darah telah membuat pakaian gadis itu menjadimerah dan kagum karena dari balik baju yang robek itu ia melihat kulit lengan yang halusdan putih menggiurkan hatinya. Harus diketahui bahwa jago muda dari Bu-tong-pai iniselain kaya raya dan berdarah bangsawan, juga terkenal mata keranjang dan gila wajahcantik. Maka melihat kecantikan Sian Kim dan lirikan mata yang tajam serta senyum dibibir yang mungil dan manis itu, tentu saja semenjak tadi hatinya telah berdebar-debarkeras.

"Ah, kalian terlampau sungkan," katanya, “bukankah kita sudah saling bertemu di puncakKui-san? Kita adalah orang orang segolongan, maka tak perlu bersungkan-sungkan.Sudah sewajarnya kita saling menolong. Nona, pundakmu terluka, kau perlu mendapatrawatan yang baik, akan tetapi jangan kuatir, sesampainya di rumah, aku akan panggil

seorang tabib yang pandai dan ahli dalam hal mengobati luka-luka." la tersenyum lalumenambahkan dengan sikap ceriwis sekali. “Kecuali luka di dalam hati yang tidak adaobatnya!”

Kalau saja ia tidak berada dalam perlindungan dan pertolongan pemuda ini, tentu CiauwIn sudah menggerakkan tangan menampar mulutnya, akan tetapi ia menahankesabarannya dan ketika ia mengerling ke arah kekasihnya, ternyata Sian Kimtersenyum mendengar ucapan yang ceriwis itu! Kembali ia merasa tidak enak dan dalammaboknya, ia tidak mempersalahkan Sian Kim yang tidak seharusnya menghadapikeceriwisan itu dengan tersenyum, bahkan ia menimpakan seluruh kejengkelannyakepada pemuda itu!

Rumah Ong Hwat Seng merupakan sebuah bangunan gedung besar yang mewah danindah. Pemuda ini hanya tinggal dengan ibunya yang sudah tua, akan tetapi pemuda ini

benar-benar seorang anak yang amat jahat dan tidak berbakti terhadap orang tuanya.

Ia berlaku sewenang-wenang terhadap ibunya dan ibu sudah tua ini melihat betapaanaknya makin lama makin binal dan lama sekali tidak menghormat ataumenghiraukannya, menjadi amat berduka dan selalu menyembunyikan diri di dalamkamarnya. Jarang sekali ia keluar dari kamarnya, karena sekali ia keluar, tentu timbulpercekcokan mulut dengan puteranya itu.

Pernah dulu ia menegur puteranya dengan kata-kata pedas.

Page 81: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 81/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

81

“Hwat seng, kau adalah putera tunggal dari keluarga Ong, dan ayahmu terkenal sebagaiseorang pembesar yang dihormati orang. Akan tetapi, apa jadinya dengan kau? Ketikadisuruh mempelajari kesusasteraan, kau bahkan mempelajari ilmu silat yang kasar. Apakah kau hendak menjadi tukang pukul? Dan sekarang, setelah ayahmu meninggaldunia, kau tidak menjadi baik bahkan makin menggila. Kau setiap hari hanya berpelesirsaja, bergaul dengan segala buaya darat, menghabiskan uang seperti melempar-lempar

pasir, sama sekali tidak ingin mencari kedudukan baik, atau berusaha sesuatu. Kalaukelak harta peninggalan ayahmu habis, kau akan hidup dari apa?”

Seperti biasa, Ong Hwat Seng cemberut dan anak yang dulunya terlalu dimanja bahkanmembentak ibunya.

“Ibu, kau sudah tua, untuk apa masih suka cerewet saja? Biasanya orang tua mencari jalan terang untuk menungggu matinya, akan tetapi kau setiap hari selalu marahmengumbar hawa nafsu, tidak tahu bahwa yang kau marahi adalah anakmu sendiri. Akusudah dewasa dan mencari sedikit kesenangan, mengapa kau marah-marah? Apakahkau iri hati?"

Terbelalak mata nyonya tua itu karena marah dan terkejut karena biarpun biasanya anaktunggalnya itu suka membantah, akan tetapi belum pernah sekasar itu.

“Bagus, Hwat Seng!” katanya dengan air mata mengalir turun ke atas pipinya. "Setelahayahmu meninggal, kau berani terhadap ibumu, ya? Begitukah sikap seorang anakterhadap ibunya? Kau seorang anak puthauw (tidak berbakti), tidak membalas cinta kasihibu, bahkan berani bersikap dan bicara kasar jadi kau ingin melihat ibumu lekas mati?"

Melihat ibunya menangis, Hwat Seng bahkan lalu tersenyum yang merupakan seringaimengejek,

“Ibu, aku hanya berkata sebenarnya, karena siapakah orangnya yang akhirnya takkanmati? Aku sendiri kelak tentu akan mati. Dan tentang bakti atau tidak berbakti, hal iniadalah ucapan palsu yang digunakan oleh para orang tua untuk menakut-nakutianaknya. Bila aku menghabiskan uang juga bukan dari penghasilan ibu, akan tetapimendiang ayah yang dulu mencarinya! Ibu hanya menumpang diri, seperti aku pula.Kalau ibu hendak memakai uang peninggalan ayah dan hidup bersenang-senang,

silakan, aku tidak melarang!”

"Thian Yang Maha Agung!" ibu yang hancur hatinya itu mengeluh sambil mendekapdadanya, "mengapa aku mempunyai anak semacam ini? Percuma saja kau kukandungberbulan-bulan dan kupelihara dengan susah payah, kupertaruhkan jiwaku ketikamelahirkanmu .......” nyonya ini menangis lagi makin sedih.

“Sudahlah, sudahlah ....." Hwat Seng anak durhaka itu mencela, dengan mukamemperlihatkan kesebalan hatinya, “betapapun juga, ibu harus ingat bahwa aku dulutidak minta dikandung, tidak minta dilahirkan, dan juga tidak minta dipelihara .........!”

Setelah mengeluarkan ucapan-ucapan yang hanya patut keluar dari mulut iblis nerakaini, anak itu lalu meninggalkan ibunya. Dan semenjak saat itulah maka nyonya Ong takpernah keluar dari kamarnya, setiap hari termenung memikirkan nasibnya, berprihatin

menanti saatnya tiba untuk menyusul suaminya oleh karena biarpun hidup di tengah-tengah harta benda dan kemewahan, akan tetapi ia tidak merasakan kebahagiaan hidup.

o0o

Dengan amat ramah tamah, Ong Hwat Seng lalu memberi perintah kepada para pelayanmenyediakan dua buah kamar untuk Ciauw In dan Sian Kim. Gadis itu mendapat sebuahkamar yang amat indah dan mewah, karena inilah kamar Hwat Seng sendiri yang iaberikan kepada nona manis itu, sedangkan Ciauw In mendapat sebuah kamar di ruangbelakang, agak jauh dari kamar Sian Kim. Kemudian ia mendatangkan seorang tabib

Page 82: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 82/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

82

yang terkenal pandai di kota Ouw-san untuk merawat luka di pundak Sian Kim yangbiarpun terasa sakit, akan tetapi sebetulnya tidak berbahaya.

Ciauw In dan Sian Kim mendapat pelayanan yang luar biasa manisnya dari Hwat Seng,bahkan setiap hari kedua orang tamu itu mendapat jamuan makan yang serba mewah.Sian Kim nampak kerasan dan senang sekali tinggal di rumah gedung yang indah itu,dan wajahnya selalu berseri-seri. Ia tidak banyak bicara dengan Ciauw In, bahkan hanyabertemu di waktu makan, bersama dengan tuan rumah, atau bercakap-cakap di ruangtamu yang terhias perabot-perabot mahal dan indah.

"Lie-heng dan Gu-siocia," kata Hwat Seng pada hari kedua ketika mereka sedangmenghadapi meja makan yang penuh dengan hidangan serba mahal, "semenjak turundari Kui-san, tiada hentinya aku mengagumi kalian karena akupun telah mendengarbetapa Lie-heng (saudara Lie) keluar sebagai pemenang dan juara. Nama Hoa-sanTaihiap telah kudengar dan membuat hatiku amat kagum! Juga aku telah mendengarakan kelihaian Gu-siocia yang boleh dibilang menduduki tempat kedua. Telah lama akumerasa rindu dan ingin bertemu, siapa tahu sekarang kita dapat bertemu dan bahkanmakan di satu meja dan tidur di bawah satu wuwungan! Ah, bukankah ini namanya jodoh? Kuharap saja jiwi (kalian berdua) suka tinggal lebih lama di rumahku yang burukini untuk bercakap-cakap."

“KAU baik sekali, saudara Ong. Akan tetapi, kami berdua masih mempunyai banyakurusan, maka setelah nona Gu sembuh, terpaksa kami bermohon diri melanjutkanperjalanan," kata Ciauw In.

“Ah, mengapa terburu buru?” Hwat Seng berseru kaget. "Ketahuilah Lie-heng bahwapada waktu ini menurut penyelidikan orang-orangku keadaan kalian berdua telah menjadipembicaraan orang dan semua petugas dan alat negara telah dikerahkan untuk mencaridan menangkap kalian berdua. Tidak itu saja, bahkan orang-orang kang-ouw yangmenjadi sahabat-sahabat baik dari Hui Kok Losu dan Lui-cin-tong Ma Sian yang tewasdalam tangan kalian itu, kini keluar pula untuk mencarimu dan membalas dendam. Hal ini

berbahaya sekali. Kalau jiwi tinggal di sini, kutanggung takkan ada orang yang beranidatang mengganggu karena takkan ada yang menaruh curiga kepadaku, sedangkanpara pelayanku dapat dipercaya sepenuhnya. Kelak, kalau keadaan tidak demikianpanas lagi dan nafsu mereka telah menjadi dingin, barulah kalian boleh melanjutkanperjalanan dan bahaya tidak begitu besar lagi.”

Sebelum Ciauw In menjawab, Sian Kim mendahuluinya.

"Memang betul juga ucapan Ong-siauwte ini. Lie-twako, terpaksa kita harus menurutpetunjuknya." Kemudian, sambil memandang kepada tuan rumah yang muda lagi tampanitu dengan sepasang matanya yang indah dan bening, nona baju hitam itu berkata. “Ong-siauwya, budimu sungguh besar, entah bagaimana kami harus membalasnya.”

Hwat Seng tertawa senang dan mainkan bibirnya untuk menambah kegagahan mukanya.

"Siocia, jangan bicara tentang budi, membikin aku merasa tidak enak saja!”

Setelah berkata demikian, dengan ramah tamah ia lalu mempersilakan kedua orangtamunya mengambil makanan yang lezat-lezat.

Telah sepekan lamanya Ciauw In dan Sian Kim tinggal di gedung itu. Makin lama, hatiCiauw In makin merasa tidak enak dan tidak senang. Ia ingin cepat-cepat pergi dari situuntuk melakukan perjalanan bersama Sian Kim, untuk mereka berdua saja dengan yangdicintainya itu.

Page 83: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 83/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

83

Di dalam gedung ini ia merasa seakan-akan ia dipisahkan dari Sian Kim. Bahkan sudahdua hari ini ia jarang bertemu kekasihnya dan seakan-akan gadis itu sengajamenjauhkan dirinya. Juga Ong Hwat Seng jarang muncul, kecuali di waktu makan. Padasaat mereka makan bersamapun, Sian Kim dan Hwat Seng nampak pendiam dan tidakbanyak bicara. Akan tetapi, yang membuat hati Ciauw In merasa makin gelisah adalahsinar mata Sian Kim yang bersinar-sinar pada waktu gadis itu mengerling ke arah tuan

rumah!Pada malam hari kedelapan, Ciauw In merasa gelisah. Kamar yang lega itu nampaksempit baginya dan keindahan kamar berubah menjadi amat membosankan hatinya. Iamerasa rindu sekali kepada Sian Kim sungguhpun gadis itu berada di bawah satuwuwungan dengannya. Ia tak dapat tidur dan segera keluar dari kamar, berjalan-jalansepanjang deretan kamar dan ruang yang amat luas di gedung. Maksudnya hendakmencari pintu belakang dan masuk ke dalam taman bunga besar yang berada dibelakang gedung itu.

Ketika ia lewat di depan sebuah kamar di bagian belakang, tiba-tiba ia mendengar suarawanita menangis. Ciauw In merasa heran sekali dan ia berhenti melangkah, mendekatipintu kamar itu dan memasang telinga baik-baik. Terdengar olehnya betapa suaratangisan itu disertai keluhan yang amat sedih,

"Suamiku ..... tidakkah rohmu melihat betapa anakmu menjadi tersesat ....? Lindungilahdia dan insafkanlah hatinya ..... suamiku, kalau Hwat Seng tidak segera insaf ....... iatentu akan mengalami malapetaka ..... dan aku ..... aku yang disia-siakannya, ..... akutetap tidak tega ......”

Kemudian terdengar lagi suara wanita itu menangis

Ciauw In merasa heran sekali dan tak terasa pula ia mendorong daun pintu yang ternyatatidak terkunci dari dalam. Ketika daun pintu terbuka, ia melihat seorang wanita tua,sedang berlutut di depan meja sembahyang di dalam kamar itu dan sepasang lilinnampak bernyala di atas meja sembahyang dan kamar itu penuh dengan asap hio yangharum.

Wanita itu mendengar kedatangan orang segera berdiri dan memandang. Ketika ia

melihat Ciauw In, matanya mengeluarkan sinar marah. Tangannya dengan gemetarmenuding kepada pemuda itu dan ia berkata,

"Kau, .... kau penjahat yang meracun anakku .... apakah kau datang hendakmembunuhku dan merampas harta benda kami?"

Bukan main kaget hatinya ketika Ciauw ln mendengar tuduhan ini, maka ia lalumenjawab dengan gagap.

“Lo-hujin, kau tentu ibu dari saudara Ong Hwat Seng," ia lalu menjura memberi hormat,"akan tetapi mengapakah kau marah-marah kepadaku? Aku bukan orang jahat dan akutidak bermaksud jahat terhadap siapapun juga ........"

“Bohong! Kau datang membawa perempuan jahat untuk memikat hati puteraku hingga iatergila-gila. Mereka main gila di dalam rumahku yang bersih! Mereka mengotorkan rumah

ini mencemarkan nama keluarga kami yang terhormat! Dan kau mau berkata bahwa kaudan kawanmu itu tidak bermaksud jahat?"

Ciauw In terkejut sekali.

"Apa katamu ? Kawanku adalah seorang baik-baik, seperti aku pula. Kami tidakmempunyai maksud serendah itu!”

Tiba-tiba wanita tua itu tersenyum menghina.

Page 84: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 84/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

84

"Apa kau anggap aku buta? Biarpun aku sudah tua, akan tetapi aku tidak mudah ditipuoleh bajingan-bajingan muda seperti kau! Pergi! Pergilah kau dari sini!"

Wanitu itu melangkah maju hendak mencakar muka Ciauw In yang segera melompatkeluar dengan hati berdebar. tidak perdulikan lagi wanita itu karena pikirannya penuhdengan dugaan yang membuat mukanya menjadi pucat dan dadanya berdebar keras.Cemburu yang amat besar mendesak hatinya dan seperti orang kalap ia lalu berlarimasuk kembali ke dalam kamar, mengambil buntalan pakaian dan pedangnya, lalu lari kearah kamar Sian Kim. Ia hendak paksa kawannya itu untuk meninggalkan gedung ini. Iatelah diusir oleh ibu Hwat Seng dan nyonya tua itu telah mengeluarkan tuduhan-tuduhanyang amat keji terhadap dirinya, terutama sekali terhadap Sian Kim!

Saking marahnya, ketika tiba di depan pintu kamar Sian Kim, ia mempergunakan tenagadalam untuk mendorong daun pintu hingga daun pintu itu terpentang lebar danpalangnya copot! Ketika ia melompat masuk, hampir saja ia berteriak karena marah danterkejut! Ia melihat Ong Hwat Seng berada di kamar Sian Kim duduk menghadapi arakdan daging, sedangkan gadis itu duduk pula di dekatnya. Mereka nampak sedang makanminum dengan amat gembira dan wajah Sian kim nampak berseri-seri!

"Apa artinya ini?" Ciauw In membentak marah sambil mencabut pedangnya!

Kalau ada kilat menyambar ke dalam kamar pada waktu itu, belum tentu Hwat Seng danSian Kim akan menjadi sekaget itu. Hwat Seng segera melompat dan sebelum iaberkata-kata, Ciauw In sudah menerkamnya dengan tusukan pedang

Pemuda she Ong itu mengelak cepat dan mencabut pedangnya pula, lalu balasmenyerang.

 Akan tetapi dalam kegemasannya, Ciauw In bergerak cepat. Sebuah tendanganmembuat meja yang tadi dihadapi Hwat Seng terpental ke arah pemuda she Ong ituhingga Hwat Seng terpaksa melompat ke pinggir. Akan tetapi Ciauw In mengejarnya dankembali pemuda ini menyerang dengan tusukan kilat dan ketika Hwat Seng mencobauntuk menangkis, tiba-tiba Ciauw In merobah serangannya dengan bacokan ke arahleher!

Ong Hwat Seng menjadi terkejut sekali dan cepat miringkan tubuhnya, akan tetapi tetapsaja pundaknya terbacok hingga mendapat luka. Hwat Seng menjerit keras, melompat kearah dinding sebelah kiri dan sekali ia menekan tempat rahasia, dinding itu terbuka dania melompat masuk! Ketika Ciauw In mengejar, dinding itu tertutup kembali.

Sementara itu, Sian Kim yang tadi hanya berdiri bengong dan muka pucat, segeraberseru.

"Koko, jangan .....!"

 Akan tetapi Ciauw In tidak mau mendengarkan cegahannya dan cepat melompat keluarkamar untuk mencari Ong Hwat Seng, karena ia tidak akan puas sebelum membunuhpemuda itu! Hatinya panas sekali dan matanya menjadi gelap! Cemburu yang amatbesar telah membuat ia berlaku nekad untuk membunuh Hwat Seng. Ia mengejar ke arahdi mana pemuda itu masuk ke dalam dinding rahasia dan ketika ia melihat bayangan

pemuda itu berkelebat jauh di depan, ia terus mengejar. Ternyata bahwa pemuda ituberlari ke dalam kamar ibunya!

Ciauw In berseru dan mengejar terus dengan pedang di tangan. Ia tendang pintu kamarnyonya tua tadi dan melihat betapa Ong Hwat Seng berlutut merangkul kaki ibunyasambil gemetaran seluruh tubuhnya. Ciauw In mengangkat pedangnya, akan tetapi tiba-tiba Nyonya Ong menubruk anaknya dan melindungi dengan tubuhnya.

Page 85: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 85/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

85

"Sicu (tuan yang gagah), jangan kau bunuh anakku ..... jangan. .......! Kalau mau bunuh,bunuhlah aku .... kalau anakku melakukan kesalahan, biarlah aku ibunya yang menebusdosanya dengan nyawaku ......!"

Sikap seorang ibu yang demikian nekad melindungi puteranya, sungguhpun putera ituadalah seorang putera durhaka, membuat Ciauw Ia tertegun dan ragu-ragu.

"Ong Hwat Seng," katanya dengan suara marah, "memandang muka ibumu, akumemberi ampun kepadamu!" Kemudian ia membalikkan tubuh meninggalkan kamar itu.

"Lie-heng, kau salah sangka ....." terdengar suara Ong Hwat Seng, akan tetapi Ciauw lntidak memperdulikan padanya. Ketika ia tiba di luar kamar, ia melihat Sian Kim telahberada di situ, lengkap dengan buntalan pakaiannya. Gadis ini biarpun berwajah pucat,akan tetapi masih nampak amat cantik jelita dan ketika melihat Ciauw In, ia berkatasingkat.

"Koko, kau terburu nafsu. Mari kita tinggalkan gedung ini dan akan kujelaskan kelak!"

Ciauw In tiba-tiba menjadi girang sekali karena tak pernah disangkanya bahwa gadis ituakan pergi bersama dia meninggalkan gedung. Tadinya ia khawatir kalau-kalau gadis ituterpikat hatinya oleh kemewahan tempat itu dan tidak mau ikut pergi. Maka ia hanyamengangguk dan keduanya lalu melompat keluar dan pergi dari gedung itu di waktumalam gelap.

o0o

"Twako, kau benar-benar terlalu terburu nafsu dan menjadi buta karena cemburu. Aku..... aku tidak melakukan perbuatan apa-apa yang melanggar batas kesusilaan denganOng Hwat Seng. Dia datang dan mengajakku makan-minum untuk merayakankemenangannya bermain dadu. Tadinya ia hendak mengajak kau, akan tetapi olehkarena kamarmu sudah tertutup pintunya, ia takut bahwa kau sudah tidur dan akanmengganggumu. Kebetulan ketika itu aku berada di luar kamar, maka ia mengajak akumakan-minum dan tentu saja aku tidak dapat menolaknya untuk membikin senanghatinya. Bukankah kita sudah berhutang budi padanya?”

"Akan tetapi ..... kau dan dia di dalam kamarmu ..... makan-minum bersama ........"

Ciauw In tidak dapat melanjutkan kata-katanya, hanya memandang wajah Sian Kimdengan ragu-ragu. Betapapun juga, ia tak dapat membenci gadis ini, dan kebenciannyaia tumpahkan seluruhnya kepada Hwat Seng.

Sian Kim tersenyum dan menggunakan kedua tangannya untuk memeluk Ciauw In.

“Kau terlalu cemburu, koko yang baik! Biarpun kami berada di dalam kamar, akan tetapikami hanya makan minum belaka. Apa salahnya itu! Apakah kau tidak percayakepadaku? Ah, aku tidak begitu buta dan gila untuk salah pilih, koko yang baik. Seratusorang Hwat Seng masih belum dapat menandingi seorang Ciauw In yang kucintasepenuh hati dan jiwaku!”

Sambil berkata demikian, gadis itu dengan lagak yang amat memikat lalu menyandarkankepala dengan rambutnya yang harum di dada Siauw In.

Pemuda ini memang telah berhari-hari merasa rindu kepada kekasihnya, maka kinimelihat sikap Sian Kim, luluhlah seluruh kemarahannya dan ia lalu balas memelukdengan hati amat bahagia. Ia merasa seakan-akan mendapatkan kembali mustika yangdisangkanya hilang.

"Nyonya tua itu ..... ibu Hwat Seng, ia membuat aku cemburu dan gelap mata!" katanyaseakan-akan mengatakan kemenyesalan dan maafnya atas perbuatannya tadi. “Ia bilangbahwa kau dan anaknya melakukan ... hal-hal yang tidak selayaknya ......"

Page 86: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 86/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

86

Sian Kim merenggutkan kepalanya dari dada Ciauw In dan sinar matanya menyatakanbahwa ia marah sekali. Bibirnya yang manis itu cemberut.

“Nyonya gila itu .....? Koko, apakah kau lebih percaya kepada seorang nyonya giladaripada aku, kekasihmu yang amat mencintamu? Kalau begitu, akan kubunuh nyonyaitu sekarang juga!" Gadis ini membuat gerakan seakan-akan hendak lari kembali kegedung Ong Hwat Seng.

Melihat sikap ini, makin besar kepercayaan Ciauw In terhadap kesucian kekasihnya,maka ia segera menubruk dan menggunakan kedua lengannya untuk memeluk pinggangSian Kim.

"Jangan, moi-moi, tak usah kau melakukan hal itu! Thian yang menjadi saksi bahwa akupercaya kepadamu. Maafkan perbuatanku yang bodoh tadi!”

Sian Kim dengan masih cemberut lalu mengerling tajam, marah sekali.

”Lain kali jangan kau meragukan cintaku, koko, kalau kau memang tidak percaya, biarlahsekarang juga kita berpisah dan selamanya tak bertemu pula. Aku rela menderita danpatah hati, asal tidak membuat kau gelap pikiran dan mengamuk tidak karuan sepertiorang gila ......”

Ciauw In merasa terharu dan memeluk lebih erat."Maafkan aku, moi-moi, aku memang bersalah. Biarlah lain kali aku minta maaf kepadaHwat Seng.”

 Akan tetapi di dalam batinnya Ciauw In maklum bahwa berapapun juga, kebenciannyaterhadap Hwat Seng takkan dapat lenyap.

Tentu saja Ciauw In tak pernah mengira bahwa memang sesungguhnya, semenjaktinggal di gedung keluarga Ong, Sian Kim mengadakan hubungan gelap dengan OngHwat Seng! Nona ini karena menjadi penasaran dan jengkel melihat sikap Ciauw In yangbersopan-sopan selalu itu, kini bertemu dengan seorang pemuda yang selain tampandan kaya raya, juga yang memiliki sifat sama dengan dia sendiri, maka tentu saja merekamerupakan pasangan yang amat cocok. Di dalam kamar Sian Kim terdapat sebuah pinturahasia dan melalui pintu inilah Hwat Seng mengadakan pertemuan dengan Sian Kim.

Setelah Sian Kim dan Ciauw In meninggalkan rumahnya, Hwat Seng merasa amatmarah dan sakit hati. Ia benci sekali kepada Ciauw In yang selain memutuskanhubungannya dengan Sian Kim, juga menghinanya dan melukai pundaknya. Iabersumpah untuk membalas dendam, maka pada keesokan harinya, cepat ia menyebarorang-orangnya untuk memberitahukan kepada para petugas pemerintah yang sedangmencari-cari kedua orang itu dan juga kepada para jago kang-ouw yang merasa marahmendengar betapa Hek-lian-niocu dan Hoa-san Taihiap telah membunuh orang baik-baikdan membuat kekacauan besar.

Terbunuhnya Hopak Sam-eng beserta putera mereka, dan terbunuhnya Hui Kok Losu,Lu-cin-tong Ma Sian dan banyak anggauta perkumpulan Kim-houw-bun, membuat orang-orang gagah merasa heran dan juga marah sekali terhadap Hoa-san Taihiap. Sebentar

saja menjadi buah bibir kalangan kang-ouw bahwa Hoa-san Taihiap menjadi jahat karenapengaruh Hek Lian Niocu yang sudah terkenal jahat dan menjadi pemimpin dariperkumpulan Hek-lian-pang yang juga bernama busuk itu.

Maka ketika Ong Hwat Seng, jago muda Bu-tong-pai, memberi kabar bahwa kedua orangmuda yang dicari-cari itu telah mendatangi rumahnya, merampok dan melukaipundaknya, mereka segera memburu dan mengadakan pengejaran. Dalam kemarahandan dendamnya, Ong Hwat Seng melakukan usaha yang amat luas. Ia bahkan memberikabar kepada Ho Sim Siansu, tokoh Hoa-san-pai atau guru dari Ciauw In. Ia memberisurat yang membuka semua kejahatan Ciauw In bersama Sian Kim!

Page 87: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 87/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

87

Setelah meninggalkan rumah gedung Ong Hwat Seng dan mengalami peristiwa itu, hatiCiauw In tidak berubah terhadap Sian Kim, bahkan makin besar rasa cinta kasihnya dania makin tergila-gila. Apalagi sekarang Sian Kim berusaha sekuat tenaga untuk menarikhati pemuda itu dengan lagak yang amat menggiurkan hati. Namun, betapapun juga, iatidak dapat meruntuhkan keteguhan iman Ciauw In dan pemuda itu masih dapatmempertahankan diri dan tidak melakukan pelanggaran yang melampaui batas-batas

kesusilaan.Sementara itu, di dalam tubuh Ciauw In telah mengalir racun kembang yang berasal darisaputangan hijau pemberian kekasihnya dulu. Racun ini memang berjalan lambat sekali,dan dalam waktu kira-kira satu bulan barulah orang yang terkena racun ini akan menjadikurban yang takkan dapat tertolong jiwanya lagi. Dengan muslihat yang cerdik dan licin,Sian Kim mengganti pula saputangannya dan memberi Ciauw In saputangan yang barudan yang lebih harum baunya karena mengandung racun lebih banyak. Ciauw In yangtidak menduga sesuatu menganggap pemberian saputangan-saputangan ini sebagaitanda cinta yang lebih besar dari gadis itu!

Tiga hari kemudian, bertemulah mereka dengan orang-orang kang-ouw pertama yangberusaha mencari mereka. Orang-orang ini bukan lain ialah Bong Hin, anak muridpertama darl Kun-lun-pai yang dulu ikut pula berpibu (mengadu kepandaian) di puncak

Kui-san dan pemuda yang gagah perkasa ini dikawani oleh Gui Im Tojin, tokoh nomortiga dari Kun-lun-pai! Gui Im Tojin, adalah susiok (paman guru) dari Bong Hin dan ilmukepandaiannya tinggi serta namanya telah tersohor sebagai seorang pendekar tingkattua.

Gui Im Tojin dan Bong Hin kebetulan berada di dekat tempat itu ketika merekamendengar berita yang ditebar oleh Ong Hwat Seng bahwa Hoa-san Taihiap dan Hek-lian Niocu berada di sekitar Ouwciu dan kebetulan sekali ketika mereka melihat Ciauw Induduk di bawah sebatang pohon siong dan Sian Kim dengan gaya yang manja sekalisedang berbaring di atas rumput dengan kepala berbantal paha pemuda itu!

Ciauw In dengan mesra sekali membelai rambut kekasihnya yang hitam, panjang, danberbau harum. Pemuda ini merasa amat berbahagia dan lupalah sudah ia akan segalaperistiwa yang dialaminya bersama Sian Kim hingga membuat ia menanam bibit

permusuhan dengan banyak orang gagah dan menimbulkan rasa benci kepada seluruhorang-orang kang-ouw.

Ciauw In membelai rambut kekasihnya sambil mencium-cium saputangan hijau. Iaseka¬rang tak dapat terpisah dari saputangan itu karena seringkali ia merasa tubuhnyalemas kalau tidak mencium keharuman kembang yang menempel pada saputangan itu.Kalau ia sudah mencium saputangan itu sambil memandang wajah Sian Kim, ia merasabetapa keharuman itu seakan-akan menjalar di seluruh tubuhnya dan membuatnvamerasa segar!

Memang, racun kembang itu mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan racunmadat, dan yang membuat orang menjadi ketagihan. Hanya bedanya, kalau madathanya merusak kesehatan dan membuat tubuh orang menjadi kurus kering, sebaliknyaracun kembang ini membuat orang merasa segar dan sehat, akan tetapi diam-diam paru-

paru mereka terkena racun yang dapat merenggut jiwa tanpa disadari dalam waktusebulan!

"Koko yang manis, kau tahu bahwa aku mempanyai banyak sekali musuh. Agaknyasemua orang sengaja hendak memusuhi aku. Ah, sungguh malang nasibku ....”terdengar Sian Kim berkata perlahan sambil menarik napas panjang.

"Jangan bersedih, kekasihku. Betapapun juga, masih ada aku yang mencintamu danhendak membelamu."

Page 88: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 88/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

88

"Hanya itulah pegangan hidupku, koko. Akan tetapi ada satu hal yang selalu tak dapatkukatakan padamu karena aku kuatir kalau-kalau kaupun akan memusuhiku setelahmendengar itu."

“Apakah hal itu, moi-moi? Katakanlah, kau tahu betul bahwa aku takkan merasa bencikepadamu, apapun yang telah dan akan terjadi."

"Sebetulnya, akupun dimusuhi oleh golonganmu, dan bahkan .... tanpa kausadari,akupun.. ..... menjadi musuhmu pula!”

Ciauw In terkejut dan memandang wajah yang didongakkan dari bawah memandangkepadanya itu.

”Moi-moi, apakah maksudmu?”

Kembali Sian Kim ragu-ragu. Biarpun ia sudah merasa pasti bahwa kini Ciauw In telahberada dalam genggaman tangannya, akan tetapi ia masih berkuatir kalau-kalau pemudaini akan berubah pikirannya apabila ia membuka rahasianya. Maka ia lalu bangkit dudukdan berkata.

"Koko, kau peluklah aku, karena aku tidak berani membuka rahasia ini tanpa merasabahwa kau betul-betul takkan menggangguku!”

Ciauw In tersenyum dan merangkul pundaknya.

"Katakanlah adikku yang manis."

"Lie-twako, ketahuilah bahwa dulu aku pernah menjadi ketua dari perkumpulan."

"Kau sudah memberitahukan hal itu kepadaku dulu."

"Benar, akan tetapi kau tidak tahu perkumpulan apakah itu. Aku adalah pangcu (ketua)dari Hek-lian-pang yang dulu kau obrak-abrik bersama kedua adik seperguruanmu!”

Kali ini Ciauw In benar-benar terkejut kedua tangannya yang merangkul pundak Sian Kimgemetar.

“Jadi kau ..... kau adalah anak ......”

"Ya, Gu Mo Ong yang dibinasakan oleh sumoimu itu adalah ayahku sendiri, walaupun..... hanya ayah angkat saja!" Sian Kim membohong.

Keduanya berdiam, dan tangan Ciauw In turun dari pundak Sian Kim. Gadis itumemandang dengan hati penuh kekuatiran, dan untuk beberapa lama mereka salingpandang. Akan tetapi, akhirnya Ciauw In kalah. Cintanya terhadap Sian Kim sudah terlalumendalam hingga tak mungkin baginya untuk merobah perasaannya itu.

"Bagaimana, twako? Apakah sekarang kau membenciku? Kalau kau membenci danhendak membunuh, silakan, koko. Kau cabutlah pedangmu dan tusuk dadaku. Akutakkan melawan dan aku rela mati di dalam tanganmu."

Ciauw In diam saja, kemudian dengan napas sesak ia berkata,

"Sungguh tak kusangka sama sekali, moi-moi. Gu Ma Ong begitu jahat dan .....

karenanya aku membantu sumoiku untuk membunuhnya dan memukul hancurperkumpulannya."

Sian Kim menarik napas lega. la maklum bahwa pemuda ini takkan berubahpendiriannya terhadap dirinya, maka ia berkata,

"Karena mereka jahat maka aku meninggalkan perkumpulan itu. Harus kau ketahuibahwa setelah tamat belajar silat, baru aku kembali ke kota kelahiranku dan seperti telahkuceritakan dulu, ayahku tewas dalam tangan Hopak Sam-eng. Kemudian aku pergi ke

Page 89: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 89/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

89

Kiang-sin-ok untuk membalas dendam, akan tetapi aku dikalahkan dan di kota Ban-hong-cun aku bertemu dengan Gu Ma Ong dan perkumpulannya Hek-lian-pang. Merekahendak menggangguku, akan tetapi aku dapat mengalahkannya, hingga aku diangkatsebagai ketua dan Gu Ma Ong sendiri mengangkat aku sebagai anak angkatnya. Akantetapi, setelah kulihat bahwa perkumpulan itu kurang baik, aku lalu meninggalkan merekadan datanglah kau dan kedua adik seperguruanmu yang membasmi mereka!"

Untuk beberapa lama Ciauw In tak dapat mengeluarkan kata-kata. Hatinya menjadibingurg sekali.

"Kalau begitu ..... kau ... kau menaruh dendam kepada sumoi dan suteku dan jugakepadaku yang telah menewaskan ayah angkatmu dan menghancurkanperkumpulanmu?"

Sian Kim menjandarkan kepalanya pada dada Ciauw In dengan gaya memikat.

"Koko, bagaimana kau bisa berkata demikian? Kalau aku menaruh dendam kepadamu,mungkinkah aku bisa mencintamu? Tidak, aku tidak dendam kepadamu!”

"Dan juga tidak kepada sumoi dan suteku?"

Sampai lama Sian Kim tak dapat menjawab.

"Hal ini terus terang saja tak dapat kuputuskan sekarang. Kau tahu bahwa ayah angkatkuitu amat baik terhadapku sehingga aku telah berhutang budi kepadanya. Kini ia dibunuholeh sumoimu, maka ...... bagaimanakah aku harus bersikap kepadanya? Ah, koko, halini jangan kita sebut-sebut dulu dan kalau saja sumoi dan sutemu mau berlaku manisterhadapku, mungkin aku akan dapat melupakan urusan itu, oleh karena mereka ituadalah saudara-saudaramu, koko."

Ciauw In menarik napas.

“Mudah-mudahan kau dan mereka tidak akan bermusuhan. Kau maafkanlah mereka,moi-moi."

Pada saat Bong Hin dan Gui Im Tojin telah datang dekat dan Bong Hin segeramembentak.

"Orang-orang tak tahu malu! Kalian telah bertemu dengan kami, hendak menyerah baik-baik atau harus dirobohkan dengan senjata?"

Ciauw In dan Sian Kim melompat bangun dan melihat mereka berdua, Ciauw In terkejutsekali.

“Saudara Bong Hin!" ia berseru karena pernah bertanding kepandaian dengan jago mudadari Kun-lun-pai itu. "Apakah maksud kata-katamu?”

Bong Hin tersenyum sindir.

"Tak kusangka bahwa Hoa-san Taihiap hanyalah seorang pemuda hidung belang yanglemah! Kau masih hendak bertanya lagi? Kau dan perempuan tak tahu malu ini telahmembunuh banyak orang gagah tanpa alasan-alasan kuat, bahkan kalian telah beranimembunuh Hui Kok Losu dan Ma Sian Lo-enghiong. Lalu melarikan diri danmengganggu gedung Ong Hwat Seng. Sungguh tak kusangka sama sekali.”

Sian Kim melangkah maju dan menuding dengan pedangnya yang tadi telah dicabutketika melihat kedatangan mereka.

"Orang sombong! Kau mengandalkan apamu maka berani membuka mulut secarasembarangan saja?"

Sedangkan Ciauw In juga menjawab,

Page 90: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 90/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

90

“Saudara Bong Hin, aku sebagai seorang yang menjunjung tinggi kegagahan, membantuGu-siocia membasmi orang-orang jahat, apa kau mencela?”

“Hm, bagus! Kalian telah membunuh ketua Kim-houw-bun dan juga Lui-cin-tong beranimenyatakan membasmi orang-orang jahat!”

"Orang Kun-lun-pai!” Sian Kim membentak. "Urusanku dengan Kim-houw-bun adalah

urusan pribadi dan mereka itu mampus dalam sebuah pibu! Sudah layak seorang terlukaatau mati dalam pertandingan silat, apa perlunya kau datang membuat ribut?”

Kini Gui Im Tojin, tosu (Pendeta To) yang tenang sikapnya itu berkata,

"Hek-lian-niocu, memang sudah jamak orang terbunuh dalam sebuah pibu, akan tetapikalian berdua telah menjatuhkan tangan kejam kepada orang-orang lain. Banyak anakbuah Kim-houw-bun kau bunuh secara kejam. Apakah inipun termasuk pibu?”

"Kami mempunyai permusuhan pribadi, apa hubungannya dengan kamu orang-orangKun-lun-pai?”

“Tidak hanya kami, akan tetapi semua orang gagah mencela kejahatan kalian berdua,terutama kau sebagai ketua Hek-lian-pang yang terkenal jahat. Maka kami sengaja turungunung membantu pemerintah untuk menangkap kalian. Menyerahlah dengan baik-baik

kalau kalian tidak mau merasakan kelihaian kami dari Kun-lun-pai!" kata Bong Hin yangbiarpun telah merasai kelihaian Ciauw In, akan tetapi dengan adanya paman gurunya, iatidak merasa takut.

"Bangsat hina dina! Kaukira aku takut padamu,” Sian Kim berseru dan menerkam denganpedangnya yang segera ditangkis oleh pedang Bong Hin.

Ciauw In tadinya ingin berdamai dengan orang-orang Kun-lun-pai itu, akan tetapi melihatbetapa pertempuran telah terjadi, terpaksa iapun mencabut pedang untuk menjaga diri.

“Siancai, siancai, sungguh sayang Hoa-san Taihiap harus menderita kesesatansedemikian jauh!" kata Gui lm Tojin sambil mengeluarkan tongkatnya yang berkepalanaga. Inilah Liong-thouw-koai-tung atau Tongkat Iblis Kepala Naga yang membuatnamanya tersohor untuk puluhan tahun lamanya.

“Sekali lagi, kau menyerahlah saja, anak muda!" katanya sambil menggerakkantongkatnya.

 Akan tetapi Ciauw In tidak mau banyak bicara lagi dan segera maju sambil memutarpedangnya. Pertempuran segera terjadi dengan hebatnya, terpecah menjadi duarombongan, yakni Sian Kim melawan Bong Hin, sedangkan Ciauw In menghadapi Gui ImTojin yang lihai.

Pertempuran antara Sian Kim dan Bong Hin berjalan luar biasa seru dan sengitnya olehkarena keduanya memang menggerakkan senjata dengan maksud membunuh. Bong Hinbenci kepada Sian Kim setelah didengarnya tentang riwayat yang kotor dari gadis bajuhitam ini, maka senjatanya bergerak mengarah bagian yang mematikan sedangkan SianKim memang memiliki ilmu pedang yang ganas dan setiap serangan mengandung hawamaut bagi lawannya.

Ilmu kepandaian Bong Hin telah terbukti kelihaiannya ketika ia maju ke panggung luitai(panggung adu silat) menghadapi lawan-lawannya hingga akhirnya ia dikalahkan olehCiauw In dengan susah payah. Kalau saja ia bertanding melawan Sian Kim dengantangan kosong, agaknya akan amat sukarlah bagi Sian Kim untuk mendapatkankemenangan. Akan tetapi kini mereka bertempur dengan pedang dan biarpun Bong Hinsebagai murid kepala telah mewarisi ilmu pedang Kun-lun Kiam-hwat yang lihai, namunmenghadapi ilmu pedang Sian Kim yang amat ganas dan hebat itu, akhirnya ia terdesak juga!

Page 91: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 91/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

91

Sian Kim tidak mau memberi hati kepada lawannya dan pada suatu saat ia menyerangdengan gerak tipu Coan-jiu-cion-kiam (Lonjorkan Tangan Sembunyikan Pedang) yakniserangan yang tadinya dilakukan dengan pukulan tangan kanan dengan pedangtersembunyi di bawah lengan, akan tetapi tiba-tiba dengan gerakan jari yang amat cepatdan kuat, pedang itu meluncur keluar dari tempat persembunyian dan tidak manyerangke arah dada yang dipukul tangan, akan tetapi dengan tak tersangka-sangka meluncur

ke bawah menusuk pusar!Bong Hin terkejut sekali melihat datangnya serangan yang ganas ini, dan karena keduatangannya telah berada di atas dalam usaha menangkis pukulan tadi, maka tubuh bagianbawah menjadi kosong dan ia tidak sempat menangkis lagi. Hanya dengan gerakan Yo-cu-hoan-sin (Burung Elang Memutar Badan) barulah ia dapat menghindarkan seranganpedang. Tubuhnya berjungkir balik cepat sekali ke belakang dan ia cepat memasangkuda-kuda lagi untuk menghadapi lawannya yang amat lihai itu. Kini ia bertempur denganamat hati-hati dan biarpun ia terus didesak, akan tetapi untuk sementara waktu ia dapatmenjaga dirinya dengan baik sambil mengharapkan untuk segera mendapat bantuan darisusioknya.

 Akan tetapi, pertempuran yang terjadi antara Gui Im Tojin dan Ciauw In juga berjalandengan amat serunya hingga pendeta itu tidak mempunyai ketika sedikitpun juga untuk

membantu murid keponakannya yang terdesak hebat. Tadinya ia dan Ciauw In hanyabertempur dengan maksud mengalahkan lawan saja tanpa maksud membunuh, akantetapi setelah bertempur puluhan jurus, mereka maklum bahwa ilmu kepandaian merekaseimbang hingga tak mungkin akan mendapat kemenangan tanpa mengeluarkanserangan-serangan yang paling lihai dan berbahava. Kini mereka bertempur dengansungguh-sungguh, sedikitpun tidak mau mengalah lagi.

Karena merasa penasaran tidak dapat mengalahkan Hoa-san Taihiap yang biarpunberilmu tinggi akan tetapi setidaknya mempunyai tingkat yang lebih rendah dari padanya.Gui Im Tojin merasa malu kalau tidak dapat mengalahkan Ciauw In, maka ia lalu berserukeras dan tongkatnya berputar-putar mengeluarkan angin keras. Ia mengeluarkan ilmusilat Hok-thian-hok-te (Membalikkan Langit dan Bumi) yakni semacam ilmu pukulan yangmenjadi kepandaian khusus dari ilmu tongkatnya dan yang hanya dimengerti dan

dipelajari oleh tokoh-tokoh Kun-lun-pai tingkat atas saja.Ciauw In merasa kagum dan terkejut melihat perubahan serangan ini dan ia segeraterdesak mundur. Baiknya Hoa-san Kiam-hoat memang mempunyai gerakan yang cepatdan bagian pertahanannya amat kokoh kuat, maka ia dapat menjaga diri sungguhpunserangan lawan yang mainkan Hok-thian-hok-te ini membuat ia sukar untuk mengirimserangan balasan. Kalau tadi yang digunakan oleh Gui Im Tojin untuk menyerang hanyaujung tongkatnya saja, sedangkan bagian gagang yang berkepala naga hanya untukmenangkis, adalah kini pendeta itu memutar-mutar tongkatnya sedemikian rupa sehinggakedua ujung tongkat terputar dan bergantian melancarkan serangan kilat yang dilakukandengan dorongan tenaga lweekang sepenuhnya hingga tiap kali ujung tongkat menyapudekat tanah, debu mengebul ke atas karena sambaran angin tongkat!

Ciauw In mempertahankan diri sedapat mungkin, akan tetapi tiba-tiba ia merasa

tubuhnya amat lemas dan lemah dan timbul keinginan keras untuk mencium keharumanyang timbul dari saputangannya! Keinginan ini datangnya demikian tiba-tiba dan hebatdan yang membuat seluruh tubuh terasa lemas dan semangat bertempur menjadiberkurang! Akan tetapi lawannya yang tangguh itu tidak memberi kesempatan padanyauntuk mengeluarkan saputangan hijau dan menciumnya!

Sementara itu, Sian Kim sudah dapat mendesak Bong Hin kesatu sudut di mana tumbuhbanyak pohon. Dengan serangan yang ganas dan cepat, ia membuat pemuda itu kinihanya kuat menggerakkan pedang menangkis saja dan karena ia merasa sibuk sekali,

Page 92: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 92/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

92

gerakan kakinya tidak tetap. Tiba-tiba ia berseru keras karena kakinya ketika bergerakmundur itu tersandung sebuah akar pohon yang melintang di belakangnya.

Pada saat itu pedang Sian Kim menyambar ke arah leher, maka terpaksa ia mendorongtubuh ke belakang hingga tak dapat dicegah lagi, karena kedua kakinya terganjal akar, iaroboh terguling ke belakang. Sebelum ia sempat melompat bangun, Sian Kim telahmenerkam dengan pedangnya dan "cepp!" pedang itu menembus ulu hati Bong Hin yangtewas pada saat itu juga!

Setelah berhasil menewaskan Bong Hin, Sian Kim dengan mata beringas lalu berbalikdan melihat betapa Ciauw In didesak hebat dan agaknya pemuda itu menjadi bingungsekali, ia lalu berseru keras.

"Jangan kuatir, koko! Aku akan membantumu membikin mampus tosu siluman ini!"

Ia lalu menerjang Gui Im Tojin sehingsa Ciauw In mendapat ketika untuk mencabutsaputangan hijaunya dan menciuminya berulang-ulang! Aneh, tubuhrya yang lemah taditiba-tiba menjadi segar kembali dan kegembiraan serta semangatnya timbul. Ia maju lagidan sebentar saja keadaan menjadi terbalik. Kini Gui Im Tojin yang terdesak hebat olehkedua orang muda yang memiliki ilmu pedang luar biasa itu!

Sian Kim ketika melihat keadaan Ciauw In, diam-diam merasa terkejut sekali. Tanda-tanda yang diperlihatkan oleh pemuda tadi menunjukkan bahwa racun yang keluar darisaputangannya itu telah mulai menyerang jantung dan paru-paru Ciauw In! Akan tetapi,ia tidak sempat memikirkan hal ini oleh karena perhatiannya harus dikerahkan untukmendesak tosu yang benar-benar tangguh itu. Keroyokan Ciauw In dan Sian Kim benar-benar tak boleh dipandang ringan dan kalau saja yang dikeroyok bukan Gui Im Tojin,tokoh Kun-lun-pai yang besar, jarang ada orang dapat menghadapi mereka sampaidemikian lama!

 Akan tetapi, setelah bertahan selama lima puluh jurus, perlahan-lahan pendeta tua inimerasa lelah juga dan terdesak makin hebat. Pada saat Ciauw In menyerangnya dengangerak tipu Angin Taufan Meniup Rumput dan pedang itu membabat dengan cepatnyadan berkali-kali ke arah kaki pendeta itu, Sian Kim membarengi dengan gerak tipu ElangSakti Menyambar Ular, yakni serangan yang dilakukan dengan lompatan tinggi dan

pedangnya menyambar-nyambar arah kepala Gui Im Tojin.

Diserang sekaligus dari atas dan bawah oleh pedang yang gerakannya demikiancepatnya, Gui Im Tojin merasa sibuk juga. Ia dapat menggunakan tongkatnya untukmemukul pedang Ciauw In sekerasnya hingga pedang pemuda itu terlepas daripegangan, akan tetapi pedang Sian Kim berhasil membacok lehernya sampai hampirputus! Gui Im Tojin, tokoh Kun-lun-pai yang ternama itu roboh tanpa dapat berteriak lagidan tewas pada saat itu juga.

 Akan tetapi, berbareng dengan robohnya Gui Im Tojin, Ciauw In yang pedangnya telahterpental, juga terhuyung-huyung ke belakang dan segera ia mencabut saputangan hijaudan didekapnya di muka hidung lalu disedotnya keras-keras seakan-akan seorang yangtadinya tenggelam ke dalam air mendapat hawa udara baru! Kesehatannya kembali puladan ia memungut pedangnya.

Sian Kim menghampiri Ciauw In dan melihat betapa pucat wajah pemuda itu, tiba-tibagadis ini merasa terharu dan amat berduka! Entah dari mana timbulnya perasaan ini,akan tetapi dia yang tadinya sengaja hendak meracun pemuda itu, dengan girang melihatbetapa Ciauw In masuk ke dalam perangkapnya, akan tetapi sekarang setelah berkali-kali pemuda itu membelanya dan melihat betapa racun saputangan itu mulai bekerja,tiba-tiba ia merasa tidak tega, kasihan, dan takut ditinggal mati oleh Ciauw In! Iamenubruk Ciauw In, merangkulnya sambil menangis terisak!

Ciauw In memandang dengan mata terbelalak heran.

Page 93: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 93/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

93

"Moi-moi, kau kenapakah? Apakah kau terluka?"

 Akan tetapi Sian Kim tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala dan tetap menangisdi pundak pemuda itu.

"Moi-moi, jangan kau kuatir," kata Ciauw In yang menyangka bahwa gadis itu merasakuatir dimusuhi sekian banyak orang gagah, “selama aku masih hidup, aku takkan

membiarkan siapapun juga menghinamu!”Mendengar ucapan ini, bagaikan diiris-iris jantung Sian Kim rasanya. Ia menjadi makinsedih dan didekapnya dada pemuda itu sambil mengeluh.

"Koko ....... koko ..........”

Ciauw In menggandeng tangan Sian Kim, diajak pergi dari tempat itu, meninggalkanmayat kedua orang tokoh Kun-lun-pai yang tewas dalam tangan mereka itu.

o0o

Kita lihat keadaan Bwee Hiang dan Ong Su, kedua adik seperguruan Ciauw In yangkembali ke Hoa-san untuk melaporkan hasil pertemuan besar di Kui-san itu kepada HoSim Siansu, guru mereka.

Bwee Hiang di sepanjang jalan nampak bermuram durja, tanda dari kemurungan hatinyayang benar-benar merasa sedih melihat keadaan Ciauw In, suheng yang ia cinta itu. Ataspermintaan Bwee Hiang, keduanya berhenti dulu di Ban-hong-cun, tempat di mana dulumereka berdua bersama Ciauw In mengobrak-abrik sarang Hek-lian-pang. Bwee Hiangmasih merasa penasaran dan hendak mencari keterangan kalau-kalau ketua Hek-lian-pang yang baru sudah berada di situ untuk sekalian dibasmi. Mencabut pohon busukharus dengan semua akar-akarnya, demikian pendiriannya.

Dan di kota ini mereka berdua mendengar sesuatu yang membuat keduanya salingpandang dengan muka pucat. Ternyata dari penuturan penduduk kota Ban-hong-cunyang amat berterima kasih kepada mereka, bahwa yang menjadi ketua baru atau anakmendiang Gu Ma Ong yang mereka tewaskan, bukan lain adalah Gu Sian Kim!

"Celaka! Kalau begitu siluman perempuan itu tentu tidak bermaksud baik terhadap

suheng!” kata Bwee Hiang dengan muka pucat.

"Kita harus susul mereka!" kota Ong Su yang merasa amat kuatir akan nasib suhengnya.

 Akan tetapi Bwee Hiang membantahnya.

"Tak perlu! Kalau memang Sian Kim berniat buruk, mengapa kepada twa-suheng?seharusnya ia membalas kepadaku! Lagipula, sudah terbukti bahwa kepandaian suhenglebih tinggi daripadanya, maka ia akan dapat berbuat apakah?? Lebih baik memberilaporan kepada suhu lebih dulu, baru kita minta pendapat suhu tentang hal ini."

Sesungguhnya Bwee Hiang merasa demikian kecewa hingga ia hendak membiarkandulu Ciauw In kecele, yakni menjatuhkan cintanya kepada seorang gadis yang ternyataadalah seorang penjahat perempuan yang kejam dan ganas!

Mereka melakukan perjalanan dengan cepat tanpa mampir dulu di lain tempat dan ketikamereka telah tiba di puncak Hoa-san dan menceritakan semua pengalaman merekakepada Ho Sim Siansu, orang tua ini mengangguk-angguk senang, mendengar betapaCiauw In berhasil menjunjung tinggi nama Hoa-san-pai.

"Dan mengapa ia tidak ikut pulang ke sini?” tanyanya.

Bwee Hiang dengan bernafsu lalu menuturkan tentang munculnya Sian Kim dan setelahHo Sim Siansu mendengar bahwa Sian Kim adalan Hek-lian-pangcu yang jahat danmenjadi musuh besar Bwee Hiang berkerutlah jidat orang tua itu.

Page 94: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 94/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

94

"Ciauw In adalah seorang laki-laki yang memiliki kekerasan hati, dan sekali iamenjatuhkan cintanya, sukarlah untuk mencabutnya kembali. Aku kuatir.... benar-benaraku kuatir ...... Akan tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sudah dewasa dan segalaperbuatannya harus ia pertanggung-jawabkan sendiri. Kalian tak perlu mencari dia danbiarlah dia insaf sendiri. Sekarang lebih baik kalian pulang ke tempat tinggal orang tuamudan biar aku yang menanti kembalinya Ciauw In."

Kemudian, sambil memandang kepada Bwee Hiang dengan sinar mata tajam, ia berkata,

"Bwee Hiang, selanjutnya tentang keadaanmu, kau harus menurut segala petunjuk orangtuamu dan jangan membawa kehendak sendiri. Kau masih muda dan orang-orang mudaselalu berpemandangan sempit dan mudah terjerumus."

Kedua orang murid itu lalu mengundurkan diri dan pada keesokan harinya setelahberistirahat, mereka lalu kembali ke rumah orang tua masing-masing. Ong Su kembali kedusun Kee-cin-bun dan membantu pekerjaan orang tuanya bertani, sedangkan BweeHiang menuju ke kota Kang-sin untuk tinggal bersama ibunya, yakni nyonya Gak Sengyang sudah menjadi janda.

Beberapa hari setibanya Ong Su di dusun orang tuanya, kedua orang tuanya itu kembalimendesak kepada puteranya tentang perjodohan yang mereka rencanakan dengan

Bwee Hiang, gadis cantik dan gagah yang mereka suka. Ong Su merasa serba salah,untuk menyetujui ke hendak orang tuanya, ia kuatir kalau-kalau pinangannya ditolakkarena ia maklum bahwa sumoinya i tu sebetulnya mencinta twa-suhengnya. Akan tetapiuntuk menolak kehendak orang tuanya, iapun tidak tega dan tidak berani.

 Akhirnya, ayah ibunya berhasil membujuknya untuk bersama-sama pergi ke kota Kang-sin untuk mengunjungi Bwee Hiang dan ibunya, serta untuk membicarakan tentangperjodohan itu atau ringkasnya mengajukan pinangan. Dengan adanya perlindungan OngSu yang gagah perkasa, perjalanan mereka tidak mendapat gangguan sesuatu danmereka tiba di kota Kang-sin dengan selamat.

Kedatangan mereka ini tentu saja mendapat sambutan hangat dari Bwee Hiang danibunya, akan tetapi Ong Su mendapat warta yang benar-benar mengagetkan hatinya.Ketika ia tiba di situ, ia melihat bahwa suhunya telah berada di situ pula! Dan ia merasa

amat terkejut ketika mendengar dari suhunya yang menerima surat laporan dari OngHwat Seng tentang kesesatan suhengnya, yakni tentang segala perbuatan Ciauw In danSian Kim yang telah menewaskan banyak orang gagah, semata-mata untuk menurutikehendak wanita jahat itu!

Sementara itu, Ho Sim Siansu yang mendengar tentang maksud pinangan dari orang tuaOng Su kepada Bwee Hiang, sambil tersenyum berkata,

“Kalau kedua fihak setuju, aku sendiri akan merasa gembira melihat kedua orangmuridku ini terangkap jodoh!

Bwee Hiang yang ditanya pendapatnya, menundukkan mukanya dan ia tak dapatmenahan mengalirnya air matanya karena teringat kepada Ciauw In yang sekarang telahmasuk dalam perangkap siluman wanita Gu Sian Kim itu. Dengan gemas ia lalu berkata

perlahan.“Aku tak dapat memutuskan tentang perjodohan sebelum dapat mencari dan membunuhwanita iblis Gu Sian Kim itu!”

Ho Sim Siansu yang waspada maklum bahwa muridnya ini mencinta Ciauw In, maka ialalu berkata.

“Bwee Hiang dan kau Ong Su. Kedatanganku ini sebenarnyapun hendak memberi tugaskepada kalian berdua. Sekarang telah tiba waktunya bagi kalian untuk menyusul danmencari Ciauw In, dan memanggil dia untuk datang ke Hoa-san. Kukira ia akan suka

Page 95: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 95/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

95

mendengar kalian mengingat hubungan persaudaraan. Kalau kalian tak berhasilmemanggilnya, terpaksa aku sendiri akan mencarinya dan turun tangan!"

Setelah berkata demikian dengan suara sedih, kakek sakti itu lalu berpamit dan kembalike Hoa-san.

Maka diputuskanlah kepada kedua orang tua Ong Su untuk menunda urusan perjodohan

itu untuk sementara waktu dan kedua orang muda itu segera berangkat mencari Ciauw Inuntuk memenuhl pesan suhu mereka. Kedua orang tua Ong Su menanti kembalinyaputera mereka itu di rumah ibu Bwee Hiang.

Menurut petunjuk Ho Sim Siansu, Ong Su dan Bwee Hiang menuju ke Ouwciu dalamusaha mereka mencari Ciauw In. Hati mereka makin menjadi gelisah lagi ketikamendengar berita terakhir betapa Clauw In telah menambah kesesatannya denganmembunuh Gui lm Tojin dan Bong Hin, dua tokoh Kun-lun-pai itu sehingga kini tokoh-tokoh Kun-lun-pai turun gunung untuk membalas sakit hati! Mereka berdua, terutamaBwee Hiang, ingin sekali bertemu dengan suheng mereka dan ingin sekali memberihajaran kepada Sian Kim, ketua Hek-lian-pang yang agaknya telah membuat Ciauw Inmenjadi tergila-gila.

Mereka bertemu dengan orang-orang kang-ouw yang menceritakan riwayat kotor dari Gu

Sian Kim hingga makin benci dan gemaslah hati Bwee Hiang.

“Ong-suheng, ternyata apa-apa yang kukuatirkan dulu terbukti. Perempuan rendah ituternyata bukanlah perempuan baik-baik seperti yang kusangka dulu."

Ong Su menarik napas panjang.

"Kasihan twa-suheng, kalau saja kami laki-laki mempunyai perasaan tajam sepertiperempuan .....”

Mereka melanjutkan perjalanan, mencari jejak Ciauw In dan Sian Kim.

Sian Kim merasa menyesal benar-benar ketika kini racun telah mulai mempengaruhiparu-paru dan jantung Ciauw In yang menyebabkan pemuda itu harus seringkalimenyedot saputangannya. Pemuda ini sendiri merasa heran dan tidak mengertimengapa seringkali ia terserang di bagian dadanya oleh perasaan yang membuatnyalemas dan lemah baik tubuh maupun semangatnya dan baru merasa segar kembalimencium bau harum kembang dari saputangan Sian Kim itu.

Telah dua puluh hari lebih ia terserang racun yang hebat ini tanpa menyadarinya dannyawanya hanya tinggal beberapa hari saja dapat bertahan. Akan tetapi hal ini ia tidaktahu, dan Sian Kim yang tahu dengan baik merasa tersiksa hatinya. Tanpa disengaja dandisadarinya, gadis ini ternyata telah mencintanya dengan sungguh-sungguh bukan cintaberdasarkan nafsu busuknya!

Pemuda ini amat jauh bedanya dengan semua pemuda yang mencintanya, karena cinta

pemuda ini kepadanya bukan berdasarkan nafsu, akan tetapi benar-benar cinta murniyang membuat pemuda itu rela berkurban nyawa untuknya. Dan ia menjadi terharu danbersedih. Ia telah banyak ditolong oleh Ciauw In dan sekarang keadaannya telah terjepit,orang-orang gagah di kalangan kang-ouw memusuhi dan sedang mencari-carinya.Dengan Ciauw In disampingnya ia akan menghadapi semua itu dengan tabah, akantetapi bagaimana kalau Ciauw In tewas karena racun itu?

Dua hari lamanya mereka melarikan diri semenjak mereka berhasil merobohkan Gui ImTojin dan Bong Hin, dan pada waktu itu mereka tiba di sebuah dusun dan bermalam didalam hotel kecil. Kembali Ciauw In terserang oleh racun itu hingga ia rebah tak berdaya,

Page 96: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 96/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

96

sedangkan Sian Kim duduk menangis disampingnya sambil menggunakan saputanganbaru yang masih keras bau kembangnya untuk membuat pemuda itu segar kembali.

“Moi-moi, entah penyakit apa yang menyerang diriku, akan tetapi jangan kau bersedih. Aku akan sembuh kembali," kata pemuda itu sambil menggenggam tangan Sian Kimdengan hati terharu dan mencinta.

Ia mengira bahwa Sian Kim menangis karena besarnya cinta kasih gadis itu kepadanya,tidak tahu bahwa gadis itu sedang menyesali perbuatannya sendiri.

 Akhirnya Ciauw In tertidur dengan Sian Kim masih duduk di pinggir pembaringan. Melihatwajah pemuda yang gagah perkasa itu, bukan main sedih dan terharunya hati Sian Kim.Ia sendiri tak dapat tidur, hanya menatap wajah Ciauw In dengan air mata berlinang-linang. Ciauw In, jangan kau tinggalkan aku ...... demikian hatinya bersambatan. Akantetapi rintihan hatinya ini tak terdengar oleh siapapun juga. Setelah pemuda ini mendekatisaat yang akan membuatnya menghembuskan nafas terakhir, baru ia tahu bahwasebetulnya ia mencinta pemuda ini dengan sepenuh hatinya.

Cinta yang belum pernah terasa olehnya, karena cintanya kepada sekian banyak kekasihyang dulu-dulu hanyalah cinta main-main belaka.

Tiba-tiba ia mendengar suara kaki menginjak genteng di atas kamarnya itu dan dengancepat Sian Kim meniup padam api lilin yang bernyala di atas meja. Ia menggoyang-goyang tubuh Ciauw In dan ketika pemuda itu bangun, ia berbisik dengan suara penuhketakutan.

"Koko, ada orang di atas genteng .......”

Kini Ciauw In telah sehat kembali berkat saputangan hijau yang seringkali ditempelkanpada hidungnya oleh Sian Kim, maka cepat mereka mengambil pedang dan melompatkeluar dari jendela kamar dan terus melompat ke atas genteng. Dengan hati terkejutmereka melihat banyak orang di atas genteng itu dan terdengar seorang di antaramereka berseru,

“Penjahat-penjahat kejam, kalian hendak lari ke mana?” dan setelah tangan orang yangberseru itu bergerak, melayanglah tiga batang piauw ke arah Ciauw In dan Sian Kim.

 Akan tetapi dengan mudah sekali Ciauw In dan Sian Kim memukul jatuh piauw itudengan pedang mereka dan tak lama kemudian mereka telah dikeroyok oleh enam orangyang ternyata adalah tokoh-tokoh Kun-lun-pai yang datang hendak membalas dendamatas kematian Gui Im Tojin dan Bong Hin!

Mereka ini adalah suheng dan sute dari Gui Im Tojin dan tingkat mereka di Kun-lun-paitelah menduduki tingkat kedua dan ketiga, maka tentu saja kepandaian mereka hebatdan tangguh. Ciauw In segera membetot tangan Sian Kim dan mengajak kekasihnya itumelompat turun dari genteng untuk melarikan diri.

"Penjahat Hoa-san dan perempuan rendah! Kalian hendak lari ke mana?”

Orang-orang Kun-lun-pai itu mengejar, akan tetapi tiba-tiba dari tempat gelap di manakedua orang muda tadi berlari, menyambar segenggam Hok-lian-ciam (Jarum Teratai

Hitam) ke arah mereka. Ternyata bahwa senjata senjata rahasia yang amat lembut inidilepas oleh Sian Kim yang jarang mempergunakannya kalau tidak amat terdesak. Parapengejar itu cepat mengelak, akan tetapi dua orang telah kena terserang jarum yangamat berbahaya itu karena mengandung racun yang amat jahat hingga mereka berteriakkeras dan roboh terguling. Ciauw In dan Sian Kim mempergunakan kesempatan ini untukberlari terus di dalam gelap.

“Jangan kuatir, Kim-moi, aku akan membelamu .....” demikianlah ucapan Ciauw Interdengar berkali-kali ketika keduanya berlari cepat, sedangkan jawaban Sian Kimhanyalah isak tangis tertahan. Mereka berlari terus, tidak berani menunda sebentarpun

Page 97: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 97/101

Page 98: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 98/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

98

"Pinto adalah Kim Kong Tojin dari Kun-lun-pai dan tentu tak perlu pinto jelaskan lagi dosaapa yang telah kalian perbuat terhadap Kun-lun-pai.”

Sambil berkata demikian, tosu itu mencabut pedangnya dari pinggang.

Mendengar ini, Ciauw In maklum bahwa kali ini ia harus bertempur mati-matian untukmenentukan mati atau hidup, maka ia segera berkata kepada Sian Kim.

"Kim-moi, kau larilah, biar aku yang menghadapi totiang ini. Kau masih mempunyaikesempatan, larilah secepatnya dari sini dan mintalah perlindungan kepada suhuku diHoa-san. Beliau seorang yang berhati mulia, tentu akan menolong seorang yang telahinsaf dari kesalah-kesalahannya. Larilah, kekasihku, jangan sampai kau menjadi korbanpula.”

Bukannya menurut permintaan Ciauw In ini, Sian Kim bahkan tiba-tiba menangis terisak-isak dengan amat sedihnya. Hatinya hancur luluh mendengar ucapan ini dan sadarlah iabetapa ia membikin celaka pemuda ini, telah melakukan perbuatan yang amat jahat.Pemuda semulia ini telah ia seret ke dalam jurang kehinaan, dan cinta pemuda inikepadanya benar-benar suci murni! Ah, ia menyesal sekali, akan tetapi telah terlambat.Maka ia lalu membentak tosu itu sambil menyerang.

"Tosu keparat! Jangan banyak cakap, kalau kau ada kepandaian, bunuhlah kamiberdua."

Tosu itu tersenyum mengejek dan menangkis dengan pedangnya. Tangkisan inidemikian kuatnya hingga tangan Sian Kim terasa bagaikan lumpuh hingga gadis itumerasa amat kaget dan buru-buru menarik kembali pedangnya lalu menyerang lagidengan ganas akan tetapi hati-hati. Ciauw In maklum bahwa kekasihnya takkan dapatmenangkan tosu itu, maka iapun lalu maju menyerang.

Biarpun dikeroyok dua, tosu itu ternyata benar-benar lihai sekali. Ilmu pedang Kun-lunKiam-hwat memang belum tentu dapat menandingi Hoa-san Kiam-hwat dalam halkecepatan dan kelihaiannya. Akan tetapi dalam hal lweekang dan ginkang, tosu inimemiliki kepandaian yang lebih tinggi tingkatnya daripada kepandaian dua orang anakmuda itu, maka pedangnya merupakan sinar yang bercahaya menyambar-nyambar dan

mendesak Sian Kim dan Ciauw In!Sementara itu, teriakan-teriakan para pengejar makin lama makin terdengar jelas daritempat pertempuran itu! Ciauw In merasa putus harapan mendengar itu. Untuk melarikandiri dari tosu ini bukanlah hal yang mudah, maka ia lalu berkata kepada Sian Kim.

"Moi-moi, mari kita mengadu jiwa dengan tosu ini!”

Sian Kim maklum akan maksud Ciauw In maka ia membarengi pemuda itu membuatserangan yang nekad kepada tosu itu tanpa memperdulikan pertahanan sendiri!Diserang secara hebat oleh dua orang yang memiliki ilmu pedang cukup tinggi, tentu sajaKim Kong Tojin merasa terkejut dan sibuk.

Ia menangkis pedang Sian Kim dan rangsekan pedang Ciauw In ke arah pergelangantangannya membuat ia terpaksa melepaskan pedangnya dan mengirim pukulan dengan

tangan kiri ke arah Ciauw In, yang tentu akan tepat mengenai dada pemuda itu kalautidak Sian Kim menolongnya dengan lemparan segenggam jarum teratai hitam ke arahtosu itu! Kim Kong Tojin cepat menggulingkan diri ke atas tanah untuk mengelaksambaran senjata halus yang amat berbahaya ini dan saat itu digunakan oleh Sian Kimdan Ciauw In untuk melarikan diri ke dalam hutan!

Melihat kenekadan dua orang yang tak segan-segan mengadu jiwa itu, dan mengingatpula akan bahayanya jarum-jarum beracun dari Sian Kim, Kim Kong Tojin merasa ragu-ragu untuk mengejar karena hutan itu memang liar dan penuh pohon-pohon hinggamudah bagi yang dikejar untuk melakukan serangan tiba-tiba. Ia memungut pedangnya

Page 99: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 99/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

99

dan menanti datangnya para pengejar lain, tiada hentinya mengagumi ilmu pedangkedua orang muda itu.

Sementara itu, dengan napas tersengal-sengal, Ciauw In dan Sian Kim berlari terus danketika mereka tiba di sebuah padang rumput, tiba-tiba Ciauw In roboh terguling!

Sian Kim menjerit dan menubruk pemuda itu.

"Koko .... kau kenapakah? Apakah kau terluka?"

Ciauw In menggelengkan kepalanya.

"Tidak ..... moi-moi, aku tidak terluka ..... akan tetapi .... penyakit lama ..... isi dadakuterasa lemas ..... kosong ....” pemuda itu merebahkan kepalanya sambil memandangkepada Sian Kim yang menangis tersedu-sedu dan memeluki dadanya.

"Koko ..... koko .... ampunkan aku, koko ..... akulah yang membuatmu begini ......”

Ciauw In mengangkat tangannya yang lemas dan merangkul pinggang Sian Kim.

"Hush ..... jangan berkata begitu, adikku .... aku sayang padamu .... kau .... larilah cepat-cepat tinggalkan aku ..... kau masih terlampau muda dan .... cantik untuk tewas di sini ...."

"Koko...!" Sian Kim tak dapat mengeluarkan kata-kata lain lagi karena ia merasa lehernyaseakan-akan tercekik.

Kemudian ia dapat menekan perasaannya dan berkata dengan mata penuh air mata.

“Koko, dengarlah pengakuanku. Aku ..... akulah pembunuhmu, aku ... aku tahu bahwahari ini adalah hari terakhir bagimu. Akulah yang menyebabkan kematianmu, koko, akuyang membunuhmu dengan ini......" ia mengeluarkan saputangan hijau dari balik baju dibagian dadanya.

Ciauw In tersenyum, mengulurkan tangan yang lemas dan mengambil saputangan ituyang terus ditempelkan pada hidungnya hingga ia menjadi agak kuat lagi.

"Kau boleh bilang ..... sesuka hatimu, moi-moi .... akan tetapi aku ..... aku tetap cintapadamu sampai nafas terakhir......”

Saat itu merupakan saat yang paling sengsara dan menghancurkan hati bagi Sian Kim,perasaan yang belum pernah dirasai selama hidupnya. Ia menyesal sekali, menyesalbukan main.

Kalau dulu-dulu ia dapat insaf dan menjadi orang baik-baik, ia tentu akan dapat hidupsebagai seorang isteri yang amat berbahagia di samping seorang suami seperti Ciauw Inini .....! Ia dicinta sepenuh jiwa oleh pemuda ini dan ternyata ..... iapun mencinta Ciauw Indiluar kemauan dan kesadarannya sendiri. Dan ia mengetahui hal ini setelah terlambat,setelah pemuda ini sekarang berada dalam cengkeraman maut dan tak dapat ditolonglagi! Sian Kim tak kuat menahan kesedihan hatinya dan makin hancur hatinya melihatbetapa air muka Ciauw In makin lama makin membiru!

“Koko, jangan kau tinggalkan aku ......!!"

Ia menjerit dan sambil mendekap kepala pemuda itu pada dadanva ia menangis keras.

Pada saat itu, datanglah dua orang ke tempat itu dan memandang Sian Kim denganmuka penuh rasa benci.

"Perempuan keparat! Akhirnya kami dapat bertemu dengan kau di sini!” terdengarbentakan keras dan ketika Sian Kim manengok, ia melihat Bwee Hiang dan Ong Suberdiri di situ dengan senjata di tangan! Dua orang musuh besarnya, bahkan ketiga-tiganya dengan Ciauw In, telah berada di hadapannya!

Page 100: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 100/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

100

Juga Ciauw In mendengar dan mengenal bentakan Bwee Hiang tadi maka ia lalumenggerakkan kepalanya menengok. Biarpun ia tak dapat menggerakkan tubuhnya lagi,akan tetapi ia masih dapat menggerakkan leher untuk menengok dan ketika melihatkepada kedua adik seperguruannya, ia berkata dengan lemah kepada Sian Kim.

"Kim-moi ..... kau larilah ..... jangan kau lawan mereka .... jangan kau ganggu sumoi dansuteku .... larilah kau, kekasihku .... selamat .... selamat ....”

Dan tiba-tiba leher Ciauw In lemas dan kedua matanya tertutup lalu kepalanya terkulai!

"Koko .....!!”

Sian Kim menjerit ngeri dan menubruk Ciauw In yang telah menghembuskan nafasterakhir. Kemudian dengan muka pucat Sian Kim bangkit berdiri dengan pedang ditangan. Pada saat itu, para pengejar yang dipimpin oleh Kim Kong Tojin juga sudah tibadi tempat itu dan mereka semua lalu mengurung Sian Kim dengan senjata siap di tanganmasing-masing.

Sian Kim memandang kepada mereka semua dengan mata sayu dan muka pucat,kemudian ia menatap muka Bwee Hiang dan suaranya terdengar tak bernada ketika iaberkata.

"Bwee Hiang, aku tahu bahwa kau dan semua orang datang hendak menangkap ataumembunuhku! Sekarang, setelah terlambat, kuakui bahwa aku telah hidup sebagaiseorang jahat! Kau telah membunuh ayahku dan sekarang terbuka mataku bahwaayahku memang jahat pula! Kau semua berhak membunuhku dan memang orang sepertiaku pantas dibunuh, akan tetapi .... dia ini ....” ia menunjuk ke arah mayat Ciauw In yangmenggeletak di bawah kakinya, "dia ini seorang gagah .... seorang yang melakukankejahatan bukan atas kehendak sendiri .... Dia mencintaku ..... dengarkah kalian semua?Dia mencintaku! Mencinta dengan tulus ikhlas dan suci murni! Dan aku .... aku yangmembunuhnya ..... aku yang meracuninya ...." air matanya jatuh berderai, "akan tetapiaku cinta padanya .....! Ya, aku cinta padanya dan aku ingin mati sebagai mempelainya.....! Kalian jangan sia-siakan jenazahnya, jangan sla-siakan jenazah Hoa-san Taihiap,suamiku .....! Kuburlah jenazahnya baik-baik, tentang mayatku, aku tak perduli. Akuseorang jahat, kalian boleh hancurkan mayatku kalau kalian kehendaki, aku beri makan

kepada anjing, aku tak perduli!”

Setelah berkata demikian, ia menggerakkan pedangnya dan Kim Kong Tojin berseru.

"Tahan dia!”

 Akan tetapi terlambat, pedang di tangan Sian Kim telah membabat leher sendiri sehinggahampir putus dan tubuhnya terguling roboh di atas tubuh Ciauw In! Darah menyemburkeluar dari lehernya, membasahi tubuhnya sendiri dan tubuh Ciauw In. Bwee Hiangmenggunakan kedua tangan untuk menutupi matanya dan ia menangis terisak-isak,sedangkan Ong Su mengepal-ngepal tinjunya. Pikirannya tak keruan dan hatinya merasagemas, marah, menyesal, dan juga kasihan dan bersedih.

Bwee Hiang lalu mempergunakan saputangannya menyusuti air matanya lalu sambilmenghadapi semua orang, terutama Kim Kong Tojin, ia menjura dan barkata.

"Cuwi sekalian yang mulia! Kita sama-sama mendengar ucapan terakhir dari perempuanyang jahat dan biangkeladi semua malapetaka ini dan karenanya tentu cuwi sekalianmaklum pula bahwa betapapun besarnya kesalahan yang telah dilakukan oleh suhengkuyang kini telah tewas, namun sama sekali tidak ada sangkutpautnya dengan perguruankami Hoa-san-pai! Orang yang berdosa telah menemui ajalnya dan kami berdua muridHoa-san-pai mewakili suhu menghaturkan maaf sebanyaknya atas segala dosa yangtelah dilakukan oleh mendiang suheng kami itu!”

Page 101: V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

8/15/2019 V - Seri Bebas - Pendekar Dari Hoasan

http://slidepdf.com/reader/full/v-seri-bebas-pendekar-dari-hoasan 101/101

Koleksi Segoro Mas http://cersil-khopinghoo.blogspot.com 

Kemudian, sambil menahan mengucurnya air mata, Bwee Hiang melanjutkan kata-katanya.

“Dan kami mohon kepada cuwi sekalian untuk mengijinkan kami berdua mengurus kedua jenazah ini baik-baik."

Kim Kong Tojin menarik napas panjang dan berkata.

"Ah, memang orang-orang muda harus berhati-hati terhadap perasaan sendiri, terutamamenjaga nafsu jahat yang selalu hendak menonjolkan diri, menguasai hati dan fikiran.Kalau iman kurang teguh dan kuat, maka beginilah jadinya, seperti Hoa-san Taihiap yangtadinya terkenal gagah perkasa dan budiman, ternyata runtuh imannya menghadapiseorang wanita cantik yang jahat! Anak-anak muda, tentu saja kami tidakmenghubungkan kejadian ini dengan perguruan Hoa-san-pai hanya pinto merasa ikutmenyesal atas kegagalan Ho Sim Siansu memilih murid ....”

Setelah berkata demikian, tosu ini lalu meninggalkan tempat itu, diikuti oleh semua tokohKun-lun-pai dan juga para tentara pemerintah yang melakukan pengejaran segerameninggalkan tempat itu untuk membuat laporan kepada atasan mereka.

Ong Su dan Bwee Hiang lalu mengubur jenazah Sian Kim dan Ciauw In, dijadikan duamakam yang berdampingan. Diam-diam Ong Su makin kagum terhadap sumoinya yangselain gagah perkasa, juga berbudi mulia ini.

Dan Bwee Hiang diam-diam juga mengakui bahwa apabila dibandingkan, biarpun OngSu tidak segagah dan setampan Ciauw In, akan tetapi ji-suhengnya ini lebih jujur,sederhana, dan beriman teguh sehingga tak mungkin tersesat seperti Ciauw In!

Mereka lalu kembali untuk membuat laporan kepada Ho Sim Siansu dan ketika pertapatua itu mendengar peristiwa itu, ia memeramkan matanya untuk beberapa lama danmempergunakan kekuatan batinnya untuk menahan gelora kedukaan yangmenggelombang di dalam dadanya. Suaranya terdengar lemah ketika ia berkata.

“Jadikanlah peristiwa suhengmu ini sebagai contoh, Bwee Hiang dan Ong Su. Memangtidak selamanya kepandaian itu mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan, semuatergantung dari orang yang memiliki kepandaian itu. Lebih berguna seorang

berkepandaian rendah yang berhati bersih daripada seribu orang berkepandaian tinggiyang berhati kotor, karena kepandaiannya itu hanya akan mendatangkan kejahatan danmalapetaka belaka. Oleh karena itu, kelak didiklah anak-anakmu agar menjadi orangyang beriman teguh dan berbatin bersih, kuat menghadapi segala macam godaan duniayang akan menjerumuskan diri sendiri ke jurang kesesatan!”

Setelah banyak menerima petuah dari Ho Sim Siansu, Bwee Hiang dan Ong Su lalumenuju ke kota Keng-sin untuk memberi keputusan tentang perjodohan mereka kepadaorang t a masing masing ang telah lama menanti nanti di kota it Dan kep t san