unsur hara mikro bagi tanaman.docx
DESCRIPTION
UNSUR HARA MIKRO BAGI PERTUMBUHAN TANAMANTRANSCRIPT
UNSUR HARA MIKRO BAGI TANAMAN
Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah yang tinggi merupakan
salah satu cara yang sudah lama dikenal dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman
tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman
(Radjagukguk, 1983).
Kemasaman tanah dianggap sebagai parameter yang paling kritis dalam pengaturan
ketersediaan unsur hara mikro (Sims, 1986). Ketersediaan unsur hara mikro (Cu dan Zn)
dalam larutan tanah relatif tinggi pada pH yang rendah, dan kebanyakan kation ini berada
dalam bentuk yang dapat dipertukarkan dan dalam fraksi organik (Sims and Patrick, 1978).
Pengapuran juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn.
Penambahan kapur dapat menurunkan kelarutan unsur mikro karena terjadi peningkatan pH,
yang menyebabkan terjadinya pengendapan unsur mikro tersebut. Pengapuran yang
berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur mikro, terutama Fe,
Mn, Cu dan Zn karena peningkatan nilai pH tanah mengakibatkan bentuk kation berubah
menjadi hidroksida yang tidak larut (Nyakpa et al., 1988). Peningkatan pH dapat
meningkatkan muatan negatif pada mineral lempung yang bermuatan tidak tetap.
Peningkatan muatan negatif ini akan meningkatkan kapasitas jerapan kation sehingga mampu
menjerap kation dalam jumlah yang lebih banyak. Proses pengendapan dan jerapan ini akan
mengurangi konsentrasi unsur mikro dalam larutan tanah.
Setiap kation dari unsur hara mikro dapat berkombinasi dengan senyawa organik. Senyawa
organik yang bereaksi dengan kation-kation tersebut terdiri dari protein, asam amino,
penyusun humus dan asam-asam seperti sitrat dan tartrat. Reaksi kombinasi antara kation-
kation ini dengan senyawa organik disebut kelasi, sedangkan senyawa komplek hasil
bentukannya disebut kelat. Senyawa kelat disamping sebagai pemasok unsur hara mikro, juga
melindungi dari pengendapan unsur tersebut misalnya oleh ion hidroksil (OH) (Nyakpa et al.,
1988).
Berdasarkan penelitian Indahsari dan Abdul (2006) mengenai “Pengaruh Pemberian Pupuk
Kandang dan Unsur Hara Mikro Terhadap Pertumbuhan Jagung Pada Ultisol Yang Dikapur”
membuktikan bahwa terjadi interaksi antara pupuk kandang, takaran kapur dan unsur hara
mikro dalam mempengaruhi parameter-parameter yang diamati. Pemberian pupuk kandang
dan kapur menurunkan ketersediaan maupun konsentrasi unsur hara mikro di jaringan,
meningkatkan berat basah dan berat kering akar maupun trubus. Pengapuran menurunkan Al-
dd dan kejenuhan Al tetapi meningkatkan KPK maupun pH tanah. Pemberian unsur hara
mikro meningkatkan unsur hara mikro baik ketersediaan dalam tanah maupun konsentrasinya
dalam jaringan tanaman.
MOLIBDENUM (Mo)
Molibdenum dapat membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik tanah. Ikatan ini
dikenal dengan khelat yang bermanfaat melindungi Mo dari fiksasi oleh lempung. Senyawa
organik yang mengikat Mo tersebut adalah gugus ortho hidroksil yang meliputi alkohol,
fenol, asam hidroksi dan asam organik mono basis. Mo dalam tanah juga dapat bergabung
dengan senyawa yang mengandung N, misalnya tirosin, tiramin, lisitin, dan protein (Mendel
dan Hansch, 2002).
Gadner et al. (1991) mengemukakan bahwa molibdenum mungkin berasal dari pelapukan
sejumlah mineral yang meliputi MoS2 (tereduksi), komplekoksida seperti CaMoO4 dan
bentuk terhidrasi. Molibdenum diserap oleh akar tanaman dalam bentuk anion divalen
(MoO42-). Fungsi molibdenum dalam tumbuhan yang paling dikenal baik adalah menjadi
bagian dari enzim nitratreduktase yang mereduksi ion nitrat menjadi ion nitrit. Mo berperan
sebagai katalitis dan hanya ada dalam satu atau beberapa senyawa (enzim) saja. Fungsi Mo
dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitratreduktase, dan xantine
oksidase. Kemungkinan gejala defisiensi Mo pada tanaman sangat bervariasidan gejala yang
sering timbul adalah klorosis atau daun berwarna kekuning-kuningan. Gejala yang timbul
karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati, pembentukan bunga
terlambat, dan pembentukan benang sari berkurang (Roesmarkam dan Yuwono, 2002).
Defisiensi Molibdenum lebih sering ditemukan pada tanaman leguminosa, sebab molibdenum
merupakan bagian dari enzim nitrogenase, yang esensial dalam proses penambatan nitrogen,.
Ketersediaan Mo dalam tanah dipengaruhi oleh adanya kemasaman tanah, perubahan suasana
reduksi oksidasi, mikroorganisme, dan harkat Mo tersedia. Berdasarkan penelitian pemberian
unsur hara Mo pada tanaman kembang telang berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar
dan berat segar bintil akar. Rataan jumlah bintil akar tanaman kembang telang yang diberi
unsur hara Mo lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan tanpa Mo. Demikian juga halnya
dengan berat segar bintil akar. Keadaan ini menunjukkan bahwa keberadaan Mo pada tanah
bagi tanaman kembang telang sangat penting dalam membentuk bintil akar (Armiadi, 2007)
BESI (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion ferri (Fe3+) ataupun ferro
(Fe2+). Besi merupakan unsur hara esensial karena merupakan bagian dari enzim-enzim
tertentu dan merupakan bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada
fase terang fotosintesis dan respirasi (Lakitan, 1993).
Besi berperan terutama dalam sintesis klorofil dan enzim-enzim yang berfungsi dalam sistem
transfer elektron. Kekurangan Fe menyebabkan terhambatnya pembentukan klorofil,
penyusunan protein menjadi tidak sempurna dan penurunan jumlah ribosom. Kekurangan Fe
juga menyebabkan penurunan kadar pigmen, dan mengakibatkan pengurangan aktivitas
enzim. Tanaman yang keracunan Fe akan menunjukkan gejala-gejala seperti daun berwarna
coklat kemerah-merahan, menguning atau orange.Selain itu, fungsi besi dalam tanaman
tergabungdengan sistem enzim pernafasan tertentu seperti katalase, paraoksidase dan
sitokrom a, sitokrom b, sitokrom c, feredoksin, ferikrome dan suksinik dehidrogenase
(Marschner, 1986). Oleh karena itu, peningkatan konsentrasi Fe diduga dapat membuat
metabolisme pada tanaman berjalan optimal sehingga bahan kering yang dihasilkan lebih
banyak.Semakin tinggi konsentrasi Fe yang diberikan cenderung meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah daun, serta luas daun akan tetapi tidak berpengaruh terhadap diameter
batang. Fe bukan merupakan bagian penyusun molekul klorofil, akan tetapi keberadaannya
mempengaruhi tingkat klorofil karena Fe dibutuhkan dalam pembentukan ultrastruktur
kloroplas. Defisiensi Fe menyebabkan berkurangnya jumlah dan ukuran kloroplas. pengaruh
penambahan Fe terhadap pertumbuhan, hasil, serta kandungan Fe pada tanaman selada.
Diduga semakin tinggi konsentrasi Fe yang diberikan maka dapat meningkatkan hasil
tanaman serta kandungan Fe pada daun selada
Semakin tinggi konsentrasi Fe yang diberikan cenderung meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah daun, serta luas daun akan tetapi tidak berpengaruh terhadap diameter batang.
Semakin banyak jumlah daun maka daun juga semakin luas. Dengan jumlah daun yang lebih
banyak serta lebih luas (tidak saling menaungi) energi matahari yang dapat ditangkap untuk
proses fotosintesis juga lebih banyak sehingga asimilat yang dihasilkan juga lebih tinggi.
Semakin tinggi konsentrasi Fe yang diberikan maka semakin besar bobot segar daun dan
bobot segar total yang dapat dihasilkan. Penambahan Fe pada larutan nutrisi diharapkan
mampu meningkatakan kandungan Fe dalam daun selada.
MANGAN (Mn)
Mangan berfungsi sebagai aktifator berbagai enzim yang berproses dalam perombakan
karbohidrat dan metabolisme nitrogen. Mangan bersama dengan besi membantu terbentuknya
klorofil sehingga bisa mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua. Diperlukan
oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C. Berperan sebagai
enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim.
Mn menurut Lakitan (1993) berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim, selain itu juga
berperan dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis. Mangan
juga merupakan komponen struktural dari sistem membran kloroplas. Hal ini menjelaskan
bahwa Mn lebih berperan pada tajuk dibanding akar sehingga serapan Mn pada tajuk lebih
tinggi dibanding serapan pada akar.
SENG
Pada tanaman Zn berperan dalam proses redoks, pada pembuatan klorofil dan auxin (suatu
substansi pertumbuhan) dan pada sintesis asam arnino triptopan. Unsur seng bagi tanaman
berperan mengaktifkan sebagian besar enzim yang terlibat dalam pertumbuhan dan
reproduksi tanaman, mendukung terjadinya sintesis dan merangsang terbentuknya klorofil,
serta terlibat dalam sistem hormon dan bertindak sebagai katalis untuk pengatur pertumbuhan
tanaman, auksin (Leovini, 2012).
TEMBAGA
Unsur tembaga berperan sebagai unsur yang esensial yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
beberapa enzim yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, mendukung terjadinya proses
fotosintesis sehingga meningkatkan pemanfaatan energi, terlibat dalam memproduksi lignin
untuk dinding sel, biji, dan perkembangan buah, serta meningkatkan resistensi terhadap
penyakit tanaman.
Pemupukan Cu yang berlebih dari yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan yang
normal akan mengakibatkan terjadinya keracunan selain itu pH tanah yang rendah akan
memperbesar kelarutan Cu, sehingga dapat meracuni tanaman (Soepardi, 1979).
BORON
Boron berperan dalam mempengaruhi perkembangan sel dengan mengendalikan transpor
gula dan pembentukan polisakarida (Gardner et al., 1991). Fungsi lain dari boron dalam
tanaman yaitu berperan dalam penggabungan dan struktur dinding sel, metabolisme asam
nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Di samping itu juga berperan dalam
pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan
serbuk sari (Ginta, 2005; Marschner, 1986). Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis
RNA yaitu bahan dasar pembentukan sel (Salisbury and Ross, 1995). Boron berperan
mengatur kebutuhan air dalam tanaman, membentuk serat dan biji dan merangsang proses
penuaan tanaman sehingga bunga dan hasil panen cepat meningkat (Novizan, 2005). Selain
itu boron mempunyai pengaruh dalam perkembangan bagian-bagian tanaman untuk tumbuh
aktif dan yang paling nyata adalah perannya dalam menaikkan mutu tanaman sayuran dan
tanaman buah (Lingga dan Marsono, 2002).
Pada tanaman kapas boron mendorong pertumbuhan tinggi tanaman secara nyata (Oosterhius
and Zhao, 2001 cit. Wijaya, 2008). Berdasarkan penelitian Ashari (2008) mengenai
“Peningkatan Kualitas Anthurium hookeri melalui Pemberian Unsur Boron (B)”
membuktikan bahwa, aplikasi boron 0,3 ppm meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun,
dan luas daun pada Anthurium hookeri merah. Sementara aplikasi boron 0,9 ppm
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun pada Anthurium hookeri hijau.
KLOR
Unsur klor berperan sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah
kehilangan air yang tidak seimbang, dan memperbaiki penyerapan ion lain.
DAFTAR PUSTAKA
Armiadi. 2007. Efektivitas Penambatan Nitrogen Udara oleh Bakteri Rhizobium dengan
Penambahan Unsur Hara Molybdenum pada Tanaman Leguminosa Herba.
Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 144 hlm.
Gardner, F.P., R.B. Pearce And R.L. Mitchell. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya.
Diterjemahkan oleh:SUSILO, H. Terjemahan dari: Physiology of CropPlants.
Universitas Indonesia Press, Jakarta. 425 hlm.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mendel, r.r. And r. Hansch. 2002. Molybdoenzymes and molybdenum cofactor in plants. J.
Exp. Botany 53: 1689 – 1698.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press Inc., London.
Roesmarkam, a. Dan n.w. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Kanisius Yogyakarta. 224
hlm.
Ashari, Putri Reza. 2008. Peningkatan Kualitas Anthurium hookeri melalui Pemberian Unsur
Boron (B). Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan
Agronomi.
Gardner, F. , R. Brent Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
(terjemahan). UI Press. Jakarta.
Ginta, J. 2005. Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Tanaman.
www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. Diakses tanggal 23 Oktober 2007.
Indrasari, Ainil dan Abdul Syukur. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Unsur
Hara Mikro Terhadap Pertumbuhan Jagung Pada Ultisol Yang Dikapur. Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan. 6 (2). 116-123.
Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka. Tangerang.
Nyakpa, Yusuf., A. M. Lubis, M. A. Pulung, G. Amran, A. Munawar, Go Ban Hong. 1988.
Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Radjagukguk, B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam di Indonesia. Makalah
Seminar Masalah Tanah Mineral Masam di Indonesia. Fakultas Pertanian. UGM.
Yogyakarta.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross .1995. Fisiologi Tumbuhan (terjemahan). Penerbit ITB.
Bandung.
Sims, J. T. and H. Patrick. 1978. The Distribution of Micronutrient Cations in Soil under
Condition of Varying Redox Potensial and pH. Soil Sci Soc Am J. Vol 42 : 258-262.
Soepardi, G. 1979. Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia. Departemen Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wijaya, A. K. 2008. Nutrisi Tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta