umn+lmn

Upload: nadia-anggry-liani

Post on 11-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

saraf

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan

    lower motor neuron (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan

    saraf-saraf motorik yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik

    sampai inti-inti motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior.

    Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam

    susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari

    traktus kortikospinal dan traktus kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya

    untuk geraakan-gerakan otot kepala dan leher, sedangkan traktus kortikospinal

    fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak. Sedangkan lower

    motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang berasal

    dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai otot dalam

    tubuh seseorang.

    Dari otak medula spinalis turun ke bawah kira-kira ditengah punggung dan

    dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan serebrospinal. Medula spinalis terdiri

    dari berjuta-juta saraf yang mentransmisikan informasi elektrik dari dan ke

    ekstremitas, badan, oragan-organ tubuh dan kembali ke otak. Otak dan medula

    spinalis merupakan sistem saraf pusat dan yang mehubungkan saraf-saraf medula

    spinalis ke tubuh adalah sistem saraf perifer. Medula spinalis terdiri atas traktus

    ascenden (yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak seperti rangsang

  • 2

    raba, suhu, nyeri dan gerak posisi) dan traktus descenden (yang membawa

    informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).

    Kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap atau suatu

    kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu

    disebut dengan parese. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk

    satu atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas

    bagian yang terkena. Kelemahan/kelumpuhan yang mengenai keempat anggota

    gerak disebut dengan tetraparese. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak,

    kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra

    cervikalis), kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit

    otot. kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi

    motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai. Penyebab khas

    pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh atau sport injury)

    atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina bifida).

    Tetraparese berdasarkan topisnya dibagi menjadi dua, yaitu : Tetrapares

    spastik yang terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN),

    sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni dan tetraparese

    flaksid yang terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN),

    sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni. Tetraparese dapat

    disebabkan karena adanya kerusakan pada susunan neuromuskular, yaitu adanya

    lesi. Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit. Lesi komplit dapat

    menyebabkan kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari bagian

  • 3

    dibawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan otot

    ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik.

    Kerusakan susunan neuromuskular baik kerusakan pada upper motor

    neuron (UMN) atau kerusakan pada lower motor neuron (LMN) atau kerusakan

    pada keduanya. Kerusakan pada upper motor neuron (UMN) dapat disebabkan

    adanya lesi medula spinalis setinggi servikal atas. Sedangkan kerusakan pada

    lower motor neuron (LMN) dapat mengenai motoneuron, radiks dan saraf perifer,

    maupun pada otot itu sendiri. Jika kerusakan mengenai Upper motor neuron

    (UMN) dan Lower motor neuron (LMN ) maka lesinya pada Low cervical cord.

    Pada beberapa keadaan dapat kita jumpai tetraparese misalnya pada

    penyakit infeksi (misalnya mielitis transversa, poliomielitis), Sindrom Guillain

    Barre (SGB), Polineuropati, Miastenia Grafis, atau Amyotrophic Lateral Sclerosis

    (ALS).

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Fisiologi

    Sistem motorik berhubungan dengan sistem neuromuskular. sistem

    neuromuskular terdiri atas Upper motor neurons (UMN) dan lower motor neuron

    (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik

    yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti

    motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior medula spinalis.

    Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam

    susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari

    traktus kortikospinal dan traktus kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya

    untuk geraakan-gerakan otot kepala dan leher, sedangkan traktus kortikospinal

    fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak 1.

    Melalui lower motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-

    saraf motorik yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan

    ke berbagai otot dalam tubuh seseorang. Kedua saraf motorik tersebut mempunyai

    peranan penting di dalam sistem neuromuscular tubuh. Sistem ini yang

    memungkinkan tubuh kita untuk bergerak secara terencana dan terukur 1.

    Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang

    membentuk punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada

    manusia, 7 tulang cervical, 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal,

  • 5

    5 tulang sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Sebuah tulang

    punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan

    tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus

    vertebrae 2.

    Gambar 1. Tulang belakang

    Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran

    sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Dari otak medula

    spinalis turun ke bawah kira-kira ditengah punggung dan dilindungi oleh cairan

    jernih yaitu cairan serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari berjuta-juta saraf

    yang mentransmisikan informasi elektrik dari dan ke ekstremitas, badan, oragan-

    organ tubuh dan kembali ke otak. Otak dan medula spinalis merupakan sistem

  • 6

    saraf pusat dan yang mehubungkan saraf-saraf medula spinalis ke tubuh adalah

    sistem saraf perifer 3,4

    .

    Medula spinalis mulai dari akhir medulla oblongata di foramenmagnum

    sampai konus medullaris di level Tulang Belakang L1-L2. Medulla Spinalis

    berlanjut menjadi Kauda Equina (di Bokong) yang lebih tahan terhadap cedera.

    Medula spinalis terdiri atas traktus ascenden (yang membawa informasi di tubuh

    menuju ke otak seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi) dan traktus

    descenden (yang membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol

    fungsi tubuh) 3,4

    .

    Medula spinalis diperdarahi oleh 2 susunan arteri yang mempunyai

    hubungan istemewa, yaitu arteri spinalis dan arteri radikularis. Arteri spinalis

    dibagi menjadi arteri spinalis anterior dan posterior yang berasal dari arteri

    vertebralis, sedangkan arteri radikularis dibagi menjadi arteri radikularis posterior

    dan anterior yang dikenal juga ramus vertebromedularis arteria interkostalis 5.

    Medula Spinalis disuplai oleh arteri spinalis anterior dan arteri spinalis

    posterior. Nervus spinalis/akar nervus yang berasal dari medula spinalis melewati

    suatu lubang di vertebra yang disebut foramen dan membawa informasi dari

    medula spinalis samapi ke bagian tubuh dan dari tubuh ke otak. Ada 31 pasang

    nervus spinalis dan dibagi dalam empat kelompok nervus spinalis, yaitu 3,4,5

    :

    a. nervus servikal : (nervus di leher) yang berperan dalam pergerakan dan

    perabaan pada lengan, leher, dan anggota tubuh

    bagian atas

  • 7

    b. nervus thorak : (nervus di daerah punggung atas) yang

    mempersarafi tubuh dan perut

    c. nervus lumbal dan nervus sakral : (nervus didaerah punggung bawah)

    yang mempersarafi tungkai,

    kandung kencing, usus dan

    genitalia.

    Ujung akhir dari medula spinalis disebut conus medularis yang letaknya di L1 dan

    L2. Setelah akhir medula spinalis, nervus spinalis selanjutnya bergabung

    membentuk cauda equina 3,4

    .

    Gambar 2. Hubungan nervus spinalis dengan vertebra

  • 8

    2.2 Definisi

    2.2.1 Parese

    Parese adalah kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap

    atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan

    terganggu. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih

    kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.

    Parese pada anggota gerak dibagi mejadi 4 macam, yaitu 6:

    Monoparese adalah kelemahan pada satu ekstremitas atas atau

    ekstremitas bawah.

    Paraparese adalah kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.

    Hemiparese adalah kelemahan pada satu sisi tubuh yaitu satu

    ekstremitas atas dan satu ekstremitas bawah pada sisi yang sama.

    Tetraparese adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.

    2.2.2 Tetraparese

    Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang keduanya

    merupakan parese dari keempat ekstremitas.Tetra dari bahasa yunani sedangkan

    quadra dari bahasa latin. Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang

    disebabkan oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan

    hilangnya sebagian fungsi motorik pada keempat anggota gerak, dengan

    kelumpuhan/kelemahan lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan

    tungkai. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang

  • 9

    belakang pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan

    sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot. kerusakan

    diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi motorik pada

    keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai. Penyebab khas pada kerusakan

    ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh atau sport injury) atau karena

    penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina bifida) 6,7

    .

    Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan kemampuan

    dalam mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual, pengosongan saluran kemih

    dan rektum, sistem pernafasan atau fungsi otonom. Selanjutnya, dapat terjadi

    penurunan/kehilangan fungsi sensorik. adapun manifestasinya seperti kekakuan,

    penurunan sensorik, dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi

    kelumpuhan pada keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih

    dapat digunakan atau jari-jari tangan yang tidak dapat memegang kuat suatu

    benda tapi jari-jari tersebut masih bisa digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan

    tangan tapi lengannya masih bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas

    tidaknyanya kerusakan 6,7

    .

    2.3 Etiologi Tetraparese

    Tabel 1. Penyebab umun dari tetraparesis 8:

    - Complete/incomplete transection of cord with fracture

    Prolapsed disc

    Cord contusion-central cord syndrome, anterior cord

  • 10

    syndrome

    - Guillain-Barre Syndrome (post infective polyneuropathy)

    - Transverse myelitis Acute myelitis

    - Anterior spinal artery occlusion

    - Spinal cord compression

    - Haemorrhage into syringomyelic cavaty

    - Poliomyelitis

    2.4 Epidemiologi

    Tetraparese salah satunya disebabkan karena adanya cedera pada medula

    spinalis. menurut Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National

    Spinal Cord Injury Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru

    cedera medula spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi

    paralisis komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per 100.000 penduduk,

    dengan angka tetraparese 200.000 per tahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor

    merupakan penyebab utama cedera medula spinalis 9.

    Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet

    berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini

    penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya.. Data di

    Amerika Serikat menunjukkan urutan frekuensi disabilitas neurologis karena

    cedera medula spinalis traumatika sbb : (1) tetraparese inkomplet (29,5%), (2)

  • 11

    paraparese komplet (27,3%), (3) paraparese inkomplet (21,3%), dan (4)

    tetraparese komplet (18,5%) 9.

    2.5 Klasifikasi Tetraparese

    Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya 4:

    a. Tetrapares spastik

    Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor

    neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau

    hipertoni.

    b. Tetraparese flaksid

    Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor

    neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni.

    2.6 Patofisiologi Tetraparese

    Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron

    (UMN) atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN). Kelumpuhan/kelemahan

    yang terjadi pada kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) disebabkan karena

    adanya lesi di medula spinalis. Kerusakannya bisa dalam bentuk jaringan scar,

    atau kerusakan karena tekanan dari vertebra atau diskus intervetebralis. Hal ini

    berbeda dengan lesi pada LMN yang berpengaruh pada serabut saraf yang

    berjalan dari horn anterior medula spinalis sampai ke otot 10,11,12

    .

    Pada columna vertebralis terdapat nervus spinalis, yaitu nervus servikal,

    thorakal, lumbal, dan sakral. Kelumpuhan berpengaruh pada nervus spinalis dari

  • 12

    servikal dan lumbosakral dapat menyebabkan kelemahan/kelumpuhan pada

    keempat anggota gerak. Wilayah ini penting, jika terjadi kerusakan pada daerah

    ini maka akan berpengaruh pada otot, organ, dan sensorik yang dipersarafinya

    11,12.

    Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit. Lesi komplit dapat

    menyebabkan kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari bagian

    dibawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan otot

    ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik. Lesi pada UMN dapat

    menyebabkan parese spastic sedangkan lesi pada LMN menyebabkan parese

    flacsid 4,11,12

    .

    Gambar 3. Lesi pada Lower motor neuron (LMN).

    2.6.1 Lesi di Mid- or upper cervical cord

    Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal

    lateral menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot

  • 13

    bagian tubuh yang terletak di bawah tingkat lesi. Lesi transversal medula spinalis

    pada tingkat servikal, misalnya C5 mengakibatkan kelumpuhan Upper Motor

    Neuron (UMN) pada otot-otot tubuh yang berada dibawah C5, yaitu sebagian

    otot-otot kedua lengan yang berasal yang berasal dari miotom C6 sampai miotom

    C8, lalu otot-otot thoraks dan abdomen serta segenap otot kedua tungkai yang

    mengakibatkan kelumpuhan parsial dan defisit neurologi yang tidak masif di

    seluruh tubuh. Lesi yang terletak di medula spinalis tersebut maka akan

    menyebabkan kelemahan/kelumpuhan keempat anggota gerak yang disebut

    tetraparese spastik 1,5

    .

    2.6.2 Lesi di Low cervical cord

    Lesi transversal yang merusak segmen C5 ke bawah itu tidak saja

    memutuskan jaras kortikospinal lateral, melainkan ikut memotong segenap

    lintasan asendens dan desendens lain. Disamping itu kelompok motoneuron yang

    berada didalam segmen C5 kebawah ikut rusak. Ini berarti bahwa pada tingkat lesi

    kelumpuhan itu bersifat Lower Motor Neuron (LMN) dan dibawah tingkat lesi

    bersifat Upper Motor Neuron (UMN). Dibawah ini kelumpuhan Lower Motor

    Neuron (LMN) akan diuraikan menurut komponen-komponen Lower Motor

    Neuron (LMN) 1.

    Motoneuron-motoneuron berkelompok di kornu anterius dan dapat

    mengalami gangguan secara selektif atau terlibat dalam satu lesi bersama dengan

    bangunan disekitarnya, sehingga di dalam klinik dikenal sindrom lesi di kornu

    anterius, sindrom lesi yang selektif merusak motoneuron dan jaras kortikospinal,

  • 14

    sindrom lesi yang merusak motoneuron dan funikulus anterolateralis dan sindrom

    lesi di substantia grisea sentralis . Lesi ini biasanya disebabkan karena adanya

    infeksi, misalnya poliomielitis. Pada umumnya motoneuron-motoneuron yang

    rusak didaerah intumesensia servikal dan lumbalis sehingga kelumpuhan LMN

    adalah anggota gerak 1.

    Kerusakan pada radiks ventralis (dan dorsalis) yang reversibel dan

    menyeluruh dapat terjadi. Kerusakan itu merupakan perwujudan reaksi

    imunopatologik. walaupun segenap radiks (ventralis/dorsalis) terkena, namun

    yang berada di intumesensia servikalis dan lumbosakralis paling berat mengalami

    kerusakan. Karena daerah ini yang mengurus anggota gerak atas dan bawah. Pada

    umumnya bermula dibagian distal tungkai kemudian bergerak ke bagian

    proksimalnya. Kelumpuhannya meluas ke bagian tubuh atas, terutama otot-otot

    kedua lengan. Kelainan fungsional sistem saraf tepi dapat disebabkan kelainan

    pada saraf di sumsum tulang belakang atau kelainan sepanjang saraf tepi sendiri.

    Salah satu penyakit dengan lesi utama pada neuron saraf perifer adalah

    polineuropati 1.

    Lesi di otot dapat berupa kerusakan struktural pada serabut otot atau

    selnya yang disebabkan infeksi, intoksikasi eksogen/endogen, dan degenerasi

    herediter. Karena serabut otot rusak, kontraktilitasnya hilang dan otot tidak dapat

    melakukan tugasnya. Penyakit di otot bisa berupa miopati dan distrofi, dapat

    menyebabkan kelemahan di keempat anggota gerak biasanya bagian proksimal

    lebih lemah dibanding distalnya. Pada penderita distrofia musculorum enzim

    kreatinin fosfokinase dalam jumlah yang besar, sebelum terdapat manifestasi dini

  • 15

    kadar enzim ini di dalam serum sudah jelas meningkat. akan tetapi mengapa

    enzim ini dapat beredar didalam darah tepi masih belum diketahui 1.

    Di samping kelainan pada sistem enzim, secara klinis juga dapat

    ditentukan kelaian morfologik pda otot. jauh sebelum tenaga otot berkurang sudah

    terlihat banyak sel lemak (liposit) menyusup diantara sel-sel serabut otot. Ketika

    kelemahan otot menjadi nyata, terdapat pembengkakan dan nekrosis-nekrosis

    serabut otot. Seluruh endoplasma serabut otot ternyata menjadi lemak. Otot-otot

    yang terkena ada yang membesar dan sebagian mengecil. Pembesaran tersebut

    bukan karena bertambahnya jumlah serabut otot melainkan karena degenerasi

    lemak 1.

    Kelemahan otot (atrofi otot) dapat kita jumpai pada beberapa penyakit.

    kelemahan otot dapat kita kelompokkan dalam regio anggota gerak sebagai

    berikut 14

    :

    Tabel 2. Kategori kelompok otot per regio anggota gerak

    Region Muscle Groups Myotomes

    Upper cervical region Shoulder abduction, elbow flexion, elbow

    extension

    C5-C7

    Lower cervical region Wrist flexion, wrist extension, extension of

    fingers, flexion of fingers, spreading of

    fingers, abduction

    of thumb, adduction of thumb, and

    opposition of thumb

    C8-Th1

    Upper lumbosacral Hip flexion, hip adduction, knee extension, L1-L3

  • 16

    region hip extension, hip abduction

    Lower lumbosacral

    region

    Knee flexion, plantar flexion of foot,

    flexion of toes, dorsiflexion of foot,

    extension of toes

    L4-S1

    Central cord syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah trauma

    hiperekstensi. Sering terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis

    cervicalis. Predileksi lesi yang paling sering adalah medula spinalis segmen

    servikal, terutama pada vertebra C4-C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh

    adanya kerusakan tulang. Mekanisme terjadinya cedera adalah akibat penjepitan

    medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi osteofit atau

    material diskus dari anterior. Bagian medula spinalis yang paling rentan adalah

    bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian sentral. Pada

    Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat

    mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat

    meluas sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera 8,9,15

    .

    Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih

    prominen pada ekstremitas atas (tipe LMN) dibanding ektremitas bawah (tipe

    UMN). Pemulihan fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat, sementara pada

    ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitas

    neurologik permanen. Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera paling

    sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medula

    spinalis C6 dengan ciri LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa

    kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral neurologis lokalis pada

  • 17

    pasien cedera medula spinalis mengacu pada panduan dari American Spinal Cord

    Injury Association/ AISA 8,9,15

    .

    Tabel 3. Rekomendasi AISA untuk pemeriksaan neurologi lokal 9

    Motorik

    Otot (asal inervasi) Fungsi

    M. deltoideus dan biceps brachii (C5)

    Abduksi bahu dan fleksi siku

    M. extensor carpi radialis longus dan

    brevis

    (C6)

    Ekstensi pergelangan tangan

    M. flexor carpi radialis (C7) Fleksi pergelangan tangan

    M. flexor digitorum superfisialis dan

    profunda (C8)

    Fleksi jari-jari tangan

    M. interosseus palmaris (T1)

    Abduksi jari-jari tangan

    M. illiopsoas (L2)

    Fleksi panggul

    M. quadricep femoris (L3)

    Ekstensi lutut

    M. tibialis anterior (L4) Dorsofleksi

    kaki

    M. extensor hallucis longus (L5)

    Ekstensi ibu jari kaki

    M. gastrocnemius-soleus (S1)

    Plantarfleksi kaki

  • 18

    2.7 Tetraparese dengan Hemiparese bilateral

    Tetraparese dengan hemiparese bilateral (bihemiparese) mempunyai arti

    yang sama yaitu kelemahan pada keempat anggota gerak. Namun, pada

    bihemiparese kelemahan/kelumpuhannya tidak terjadi langsung pada keempat

    anggota gerak. Bihemiparese bersifat kerusakan pada upper motor neuron, yaitu

    adanya infark di hemispere serebral bilateral dapat disebabkan karena dua lesi

    iskemik didaerah kedua arteri serebri (anterior/media) atau di kedua kapsula

    interna. Lesi pada arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada daerah

    mesensefalon. Lesi ini dapat disebabkan oleh adanya arterosklerosis, emboli,

    aneurisma, dan inflamasi 8,13,16,17

    .

    Pada awal stroke terjadi hemiparese unilateral karena infark di hemisfer

    serebral unilateral yang disebabkan adanya lesi pada arteri serebri

    (anterior/media) atau di kapsula interna unilateral. Lama kelamaan lesi ini juga

    dapat ditemukan pada arteri serebri (anterior/media) atau kapsula interna yang

    lain, sehingga terjadi infark pada hemisfer serebral bilateral. Oklusi pada arteri

    basilaris juga dapat menyebabkan hemiparese bilateral 16,17

    .

    2.8 Tetraparese dapat dijumpai pada beberapa keadaan

    a. Penyakit infeksi

    - Mielitis transversa

    Dapat menyebabkan satu sampai dua segmen medula spinalis rusak

    sekaligus, infeksi dapat langsung terjadi melalui emboli septik, luka terbuka

  • 19

    ditulang belakang, penjalaran osteomielitis atau perluasan proses meningitis

    piogenik. Istilah mielitis tidak hanya digunakan jika medula spinalis mengalami

    peradangan, namun juga jika lesinya mengalami peradangan dan disebabkan oleh

    proses patologik yang mempunyai hubungan dengan infeksi. Adakalanya reaksi

    imunologik timbul di medula spinalis setelah beberapa minggu sembuh dari

    penyakit viral. Pada saat itu sarang-sarang reaksi imunopatologik yang berukuran

    kecil tersebar secara difus sepanjang medula spinalis. Serabut-serabut asenden dan

    desenden panjang dapat terputus oleh salah satu lesi yang tersebar luas, sehingga

    dapat menimbulkan kelumpuhan parsial dan defisit sensorik yang tidak masif di

    seluruh tubuh atau yang dikenal dengan istilah tetraparese 1.

    - Poliomielitis

    Poliomielitis adalah peradangan pada daerah medula spinalis yang

    mengenai substantia grisea. Jika lesi mengenai medula spinalis setinggi servikal

    atas maka dapat menyebabkan kelemahan pada anggota gerak atas dan bawah .

    Pada umumnya kelompok motoneuron di segmen-segmen intumesensia servikal

    dan lumbalis merupakan substrat tujuan viral. Tahap kelumpuhan bermula pada

    akhir tahap nyeri muskular. Anggota gerak yang dilanda kelumpuhan LMN

    adalah ekstremitas 1.

    b. Polineuropati

    Polineuropati adalah kelainan fungsi yang berkesinambungan pada

    beberapa saraf perifer di seluruh tubuh. Penyebab karena infeksi bisa

    menyebabkan polineuropati, kadang karena racun yang dihasilkan oleh beberapa

  • 20

    bakteri (misalnya pada difteri) atau karena reaksi autoimun, bahan racun bisa

    melukai saraf perifer dan menyebabkan polineuropati atau mononeuropati (lebih

    jarang), kanker bisa menyebabkan polineuropati dengan menyusup langsung ke

    dalam saraf atau menekan saraf atau melepaskan bahan racun, kekurangn gizi dan

    kelainan metabolik juga bisa menyebabkan polineuropati.

    Kekurangan vitamin B bisa mengenai saraf perifer di seluruh tubuh, penyakit

    yang bisa menyebabkan polineuropati kronik (menahun) adalah diabetes, gagal

    ginjal dan kekurangan gizi (malnutrisi) yang berat. Polineuropati kronik

    cenderung berkembang secara lambat (sampai beberapa bulan atau tahun) dan

    biasanya dimulai di kaki (kadang di tangan) 18

    .

    Kelainan pada saraf perifer dijumpai sebagai berikut : tiga sampai empat

    hari pertama pembengkakan dan menjadi irreguler dari selubung myelin. Hari ke

    lima terjadi desintegrasi myelin dan pembengkakan aksis silinder. Pada hari ke

    sembilan timbul limfosit, hari ke sebelas timbul fagosit dan pada hari ketiga belas

    proliferasi Schwan sel. Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan

    untuk merasakan getaran atau posisi lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala

    utama dari polineuropati kronik. Nyeri seringkali bertambah buruk di malam hari

    dan bisa timbul jika menyentuh daerah yang peka atau karena perubahan suhu.

    Ketidakmampuan untuk merasakan posisi sendi menyebabkan ketidakstabilan

    ketika berdiri dan berjalan. Pada akhirnya akan terjadi kelemahan otot dan atrofi

    (penyusutan otot). Kelumpuhan biasanya timbul sesudah tidak ada panas,

    kelumpuhan otot biasanya bilateral dan simetris dengan tipe "lower motor neuron

    dengan penyebaran kelumpuhan yang bersifat ascending yaitu mulai dari

  • 21

    ekstrimitas bawah yang menjalar ke ekstrimitas atas, tetapi bisa pula descending

    yaitu mulai dari ekstrimitas atas yang turun ke ekstrimitas bawah 18

    .

    c. Sindrom Guillain Barre (SGB)

    Sindroma Guillain Barre (SGB) adalah suatu kelainan sistem saraf akut

    dan difus yang mengenai radiks spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang

    juga saraf kranialis, yang biasanya timbul setelah suatu infeksi. Manifestasi klinis

    utama dari SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe lower motor neuron

    dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka 19,20

    .

    Akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang mendahului SGB akan

    timbul autoantibodi atau imunitas seluler terhadap jaringan sistim saraf-saraf

    perifer. Infeksi-infeksi meningokokus, infeksi virus, sifilis ataupun trauma pada

    medula spinalis, dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan selaput araknoid. Di

    negara-negara tropik penyebabnya adalah infeksi tuberkulosis. Pada tempat-

    tempat tertentu perlekatan pasca infeksi itu dapat menjirat radiks ventralis

    (sekaligus radiks dorsalis). Karena tidak segenap radiks ventralis terkena jiratan,

    namun kebanyakan pada yang berkelompokan saja, maka radiks-radiks yang

    diinstrumensia servikalis dan lumbosakralis saja yang paling umum dilanda

    proses perlekatan pasca infeksi. Oleh karena itu kelumpuhan LMN paling sering

    dijumpai pada otot-otot anggota gerak, kelompok otot-otot di sekitar persendian

    bahu dan pinggul. Kelumpuhan tersebut bergandengan dengan adanya defisit

    sensorik pada kedua tungkai atau otot-otot anggota gerak 19,20

    .

  • 22

    Secara patologis ditemukan degenerasi mielin dengan edema yang dapat

    atau tanpa disertai infiltrasi sel. Infiltrasi terdiri atas sel mononuklear. Sel-sel

    infiltrat terutama terdiri dari sel limfosit berukuran kecil, sedang dan tampak pula,

    makrofag, serta sel polimorfonuklear pada permulaan penyakit. Setelah itu

    muncul sel plasma dan sel mast. Serabut saraf mengalami degenerasi segmental

    dan aksonal. Lesi ini bisa terbatas pada segmen proksimal dan radiks spinalis atau

    tersebar sepanjang saraf perifer. Predileksi pada radiks spinalis diduga karena

    kurang efektifnya permeabilitas antara darah dan saraf pada daerah tersebut 19,20

    .

    Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe

    lower motor neuron. Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai dari

    kedua ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asenden ke badan, anggota

    gerak atas dan saraf kranialis. Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerak

    dikenai secara serentak, kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis.

    Kelumpuhan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia.

    Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih berat dari bagian

    distal, tapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal lebih berat dari bagian

    proksimal 20

    .

    d) Miastenia Grafis

    Miastenia grafis adalah penyakit neuromuskular yang menyebabkan otot

    skelet menjadi lemah dan lekas lelah. Kelelahan/kelemahan ini disebabkan karena

    sirkulasi antibodi yang memblok acetylcholine receptors pada post sinaptik

    neuromuscular junction, stimulasi penghambatan ini berpengaruh pada

  • 23

    neurotransmiter asetilkolin. Manifestasi klinisnya dapat berupa kelemahan pada

    otot yang mengatur pergerakan mata, kelemahan otot pada lengan dan tungkai,

    perubahan ekspresi wajah, disfagia, dan disartria 18,21

    .

    e) Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)

    Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah suatu kelainan yang

    progresif dari sistem saraf yang banyak terjadi pada orang dewasa dengan

    penyakit motoneuron. Kondisi tersebut menyebabkan degenerasi saraf motorik

    bagian atas (brain) dan saraf motorik bagian bawah (spinal cord) dengan

    kombinasi tanda upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN).

    Penurunan kualitas saraf ini, menyebabkan Kelemahan pada otot dan dapat

    berakhir pada kematian 14,22,23

    .

    Proses degenerasi hanya menyerang pada neuron motorik, yaitu sel-sel

    saraf yang mengatur pergerakkan otot. Akibat kelemahan itu, kemampuan tubuh

    untuk mengatur gerakan otot yang disadari akan hilang secara perlahan-lahan.

    Misalnya, memegang, menjentik, menggaruk, dan sebagainya. Namun penyakit

    ini tidak mempengaruhi saraf sensoris (perasa) dan fungsi mental. Meskipun

    penyebab pasti ALS belum diketahui, teori yang dikenal saat ini menyatakan

    neurotransmiter glutamat (suatu zat kimia yang menghantarkan impuls atau

    sinyal ke sel-sel saraf) kemungkinan memegang peranan sebagai penyebab

    matinya sel-sel saraf motorik. Zat-zat kimia lainnya, seperti molekul radikal bebas

    dan kalsium kemungkinan juga ikut terlibat 22,23

    .

  • 24

    Penyakit ALS mengakibatkan sistem neuromuscular tidak berfungsi

    karena kedua saraf motorik penderita ALS telah rusak. Seiring berjalannya

    waktu, penyakit ALS menyebabkan sarafsaraf motorik yang berada di otak dan

    batang tubuh mengecil, dan pada akhirnya menghilang. Akibatnya, otot otot

    tubuh tidak lagi mendapat sinyal untuk bergerak. Karena otot yang berada dalam

    tubuh kehilangan pemasok nutrisinya, sehingga otototot yang menjadi lebih kecil

    dan melemah. Saraf-saraf di dalam sistem neuromuscular yang memberi nutrisi

    ke otot-otot tersebut terlokalisir, sehingga menyebabkan tumbuhnya jaringan yang

    rusak mengantikan sarafsaraf yang normal 14,22,23.

  • 25

    BAB III

    PENUTUP

    Parese merupakan kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak

    lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau

    gerakan terganggu. Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan

    oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian

    fungsi motorik pada keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan

    lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Tetraparese dapat

    disebabkan karena adanya kerusakan pada Upper motor neuron (UMN) atau

    kerusakan pada Lower Motor Neuron (LMN) atau kerusakan di keduanya.

    Kerusakan pada Upper motor neuron (UMN) dapat disebabkan adanya lesi

    di medula spinalis setinggi servikal atas, kerusakan pada Lower motor neuron

    (LMN ) bisa mengenai motorneuronya, radiks, maupun pada otot itu sendiri. Jika

    kerusakan mengenai Upper motor neuron (UMN) dan Lower motor neuron (LMN)

    maka lesinya pada Low cervical cord.

    Tetraparese berbeda dengan hemiparese bilateral, walaupun keduanya

    mempunyai arti kelemahan pada keempat angggota gerak. Namun, Tetraparese

    disebabkan adanya lesi di medula spinalis sedangkan hemiparese bilateral

    disebabkan karena lesi pada hemisfer serebral bilateral dan biasanya pada

    serangan pertama baru terjadi hemiparese unilateral dan setelah serangan kedua

    baru terjadi hemiparese bilateral. Tetraparese dapat ditemukan pada beberapa

    keadaan seperti ; penyakit infeksi (misalnya mielitis transversa, poliomielitis),

  • 26

    polineuropati, sindrom Guillain Barre, Miastenia gravis, atau pada Amyotrophic

    Lateral Sclerosis (ALS).