tugas akhir bab 1-3!!!

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pemanfaatan Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata) sebagai Bahan Aktif Tablet Antibakteri B. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya kurang memperhatikan penyakit-penyakit yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti diare. Penyakit diare yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berbahaya (patogen) yakni Escherichia coli (E.coli), apabila tidak diberikan penanganan yang cepat dan tepat dapat mengakibatkan dampak yang buruk, bahkan dapat berujung pada kematian. Berdasarkan data Departeman Kesehatan Republik Indonesia (2000-2010), insiden diare berkisar antara 301 kasus per 1000 penduduk (2000), 374 kasus per 1000 penduduk (2003), 423 kasus per 1000 penduduk (2006), dan 411 kasus per 1000 penduduk (2010). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare masih sering terjadi. Pada tahun 2008 KLB diare sebanyak 8.133 orang, dengan kematian 239 orang. Tahun 2009 KLB diare sebanyak 5.756 orang, dengan kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010 KLB diare sebanyak 4.204 orang, dengan kematian 73 orang (Anonim, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa faktor resiko terkena diare tergolong tinggi. Terlebih didukung oleh pola makan dan gaya hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan. Penanganan terhadap kasus yang telah terjadi dilakukan dengan pemberian bahan-bahan kimia yang mampu mengendalikan mikroorganisme berbahaya (patogen), seperti antibakteri. Dengan demikian antibakteri sangat penting dalam penanganan diare. Salah satu kendala yang dihadapi dari penggunaan antibakteri dalam upaya pengendalian mikroorganisme berbahaya (patogen) adalah terjadinya resistensi

Upload: yamma-michi-micheoso

Post on 22-Jan-2016

113 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. JudulPemanfaatan Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata) sebagai Bahan Aktif

Tablet Antibakteri

B. Latar Belakang MasalahMasyarakat pada umumnya kurang memperhatikan penyakit-penyakit

yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti diare. Penyakit diare yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berbahaya (patogen) yakni Escherichia coli (E.coli), apabila tidak diberikan penanganan yang cepat dan tepat dapat mengakibatkan dampak yang buruk, bahkan dapat berujung pada kematian. Berdasarkan data Departeman Kesehatan Republik Indonesia (2000-2010), insiden diare berkisar antara 301 kasus per 1000 penduduk (2000), 374 kasus per 1000 penduduk (2003), 423 kasus per 1000 penduduk (2006), dan 411 kasus per 1000 penduduk (2010). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare masih sering terjadi. Pada tahun 2008 KLB diare sebanyak 8.133 orang, dengan kematian 239 orang. Tahun 2009 KLB diare sebanyak 5.756 orang, dengan kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010 KLB diare sebanyak 4.204 orang, dengan kematian 73 orang (Anonim, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa faktor resiko terkena diare tergolong tinggi. Terlebih didukung oleh pola makan dan gaya hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan. Penanganan terhadap kasus yang telah terjadi dilakukan dengan pemberian bahan-bahan kimia yang mampu mengendalikan mikroorganisme berbahaya (patogen), seperti antibakteri. Dengan demikian antibakteri sangat penting dalam penanganan diare.

Salah satu kendala yang dihadapi dari penggunaan antibakteri dalam upaya pengendalian mikroorganisme berbahaya (patogen) adalah terjadinya resistensi terhadap bahan-bahan antibakteri yang digunakan. Resistensi mikroorganisme yang awalnya peka terhadap antibakteri, disebabkan oleh mutasi pada kromosom atau pertukaran materi genetik antar mikroorganisme. Secara biokimiawi, resistensi bakteri terhadap antibakteri dapat terjadi melalui mekanisme berkurangnya permeabilitas bakteri terhadap obat, inaktivasi antibakteri oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri, modifikasi reseptor obat, dan meningkatnya sintesis senyawa yang bersifat antagonis terhadap obat (Lamapaha dan Rupilu, 2008). Untuk mengatasi hal tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang pengembangan sediaan antibakteri berbahan aktif senyawa-senyawa tanaman yang dapat memberikan efek antibakteri.

Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia telah memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk diantaranya dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Penelitian tentang bahan kimia alam dewasa ini semakin banyak dieksplorasi untuk pengembangan obat tradisional. Hal tersebut didukung oleh keanekaragaman struktur kimia yang dihasilkan tanaman. Bahan alam biasanya mengurangi efek samping yang tidak diinginkan dan mudah didapat

Page 2: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

2

(Pawarta dan Dewi, 2008). Salah satu tanaman yang telah lama dipergunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan obat tradisional adalah lengkuas merah (Alpinia purpurata) (Yuharmen dkk, 2002).

Ada dua kultivar lengkuas yang ditanam ataupun tumbuh liar, yaitu lengkuas merah dan lengkuas putih. Lengkuas putih biasa digunakan sebagai penyedap makanan, sedangkan lengkuas merah walaupun lebih harum bila digunakan sebagai penyedap makanan, umumnya digunakan sebagai obat (Dalimartha,2009). Hal tersebut didukung oleh penelitian Dewi (2010) yang telah membuktikan bahwa minyak atsiri rimpang lengkuas merah mampu memberikan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dengan zona yang lebih besar pada konsentrasi yang sama dibandingkan minyak atsiri rimpang lengkuas putih hasil penelitian Pawarta dan Fanny (2008). Pemanfaatan lengkuas merah sebagai bahan obat tradisional didukung oleh kondisi sosial ekonomi Indonesia sebagai negara agraris. Selain itu didukung pula oleh potensi geografis Indonesia sebagai negara tropis yang merupakan habitat yang baik bagi tanaman rempah-rempah termasuk lengkuas merah. Bahkan di Indonesia tanaman lengkuas merah banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan semak belukar. Artinya, tanaman lengkuas merah mudah tumbuh dan mudah didapat. Dengan demikian dapat menjamin ketersediaan bahan baku yang senantiasa meruah.

Berdasarkan penelitian Lamapaha dan Rupilu tahun 2008, lengkuas merah memiliki senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder, antara lain flavonoid, fenol, terpenoid asetoksicavikol asetat dan minyak atsiri, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan Escherichia coli disebabkan oleh kemampuan dari zat aktif lengkuas merah untuk merusak membran dan dinding sel bakteri. Kemampuan antibakteri meniadakan kehidupan mikroorganisme sangat tergantung dari konsentrasi bahan antibakteri. Pada penelitian tersebut ekstrak lengkuas merah pada konsentrasi 20% mampu memberikan daya hambat yang paling baik.

Melalui penelitian yang akan dilakukan, ekstrak lengkuas merah hendak diformulasi menjadi sediaan tablet. Bentuk tablet dipilih karena dapat memberikan berbagai keuntungan, diantaranya lebih stabil dibandingkan sediaan cair, mampu diberikan dalam dosis tepat dan seragam, praktis dalam distribusi, penyimpanan, dan penggunaan, sehingga akan lebih mudah untuk dapat dilakukan kontrol uji dalam penelitian.

Ekstrak lengkuas merah yang akan digunakan dalam penelitian diperoleh dari hasil ekstraksi rimpang lengkuas merah dengan metode soxhletasi. Suatu ekstrak tidak mudah untuk langsung diformulasi ke dalam bentuk sediaan tablet. Kestabilan serta karakteristik ekstrak akan sangat berpengaruh dalam metode pembuatan tablet, antara lain kestabilan ekstrak terhadap pemanasan, kelembaban, sifat alir, serta kompresibilitasnya. Hal tersebut digunakan untuk menentukan metode yang akan digunakan dalam pembuatan tablet.

Meskipun efektivitas ekstrak lengkuas merah sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh Lamapaha dan Rupilu (2008) namun tablet antibakteri lengkuas merah perlu dilakukan uji efektivitas antibakteri dan uji kualitas fisik tablet. Uji efektivitas antibakteri dimaksudkan untuk mengetahui apakah senyawa aktif dalam lengkuas merah mampu memberikan efek antibakteri ketika telah

Page 3: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

3

diformulasi dalam bentuk sediaan tablet. Sedangkan uji kualitas fisik tablet dimaksudkan untuk mengetahui apakah tablet antibakteri yang dibuat mampu memenuhi persyaratan kualitas fisik tablet, sehingga layak untuk digunakan.

C. Perumusan MasalahPemanfaatan ekstrak lengkuas merah sebagai bahan aktif tablet antibakteri

belum pernah dilakukan. Melalui penelitian ini akan diketahui apakah tablet antibakteri berbahan aktif ekstrak lengkuas merah mampu memberikan efektivitas yang baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu, melalui penelitian ini akan diketahui pula apakah tablet antibakteri berbahan aktif ekstrak lengkuas merah mampu memenuhi syarat kualitas fisik tablet, meliputi uji keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.

D. TujuanTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas tablet ekstrak

lengkuas merah sebagai antibakteri dan untuk mengetahui apakah sediaan tablet ekstrak lengkuas merah mampu memenuhi syarat uji kualitas fisik tablet.

E. Luaran yang DiharapkanMelalui penelitian ini akan diperoleh tablet antibakteri berbahan aktif

ekstrak lengkuas merah yang mampu memberikan efektivitas baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan memenuhi persyaratan kualitas fisik tablet. Adapun hasil penelitian akan dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian dan dipublikasikan dalam bentuk artikel ilmiah.

F. KegunaanPenelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bahwa rimpang

lengkuas merah dapat diformulasi dalam bentuk sediaan tablet antibakteri, sehingga memenuhi persyaratan farmasetis, memberikan kontribusi dalam pengembangan sediaan obat berbahan aktif herbal, dan mengangkat nilai ekonomis rimpang lengkuas merah.

Page 4: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lengkuas Merah Berdasarkan toksonominya, tanaman lengkuas merah termasuk dalam

kingdom Plantae, subkingdom Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi Spermatophyta (menghasilkan biji), divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas Liliopsida (berkeping satu/monokotil), subkelas Commelinidae, ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae (suku jahe-jahean), genus Alpinia, dan spesies Alpinia purpurata (Vieill.) K. Sch (Anonim, 2008).

Lengkuas merah merupakan tanaman berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter, bahkan dapat mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Rasanya pedas dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya (Anonim, 2008).

Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-siamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, dan lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid dan lain-lain (Anonim, 2008).

Berdasarkan penelitian terdahulu, diketahui bahan aktif yang terkandung dalam lengkuas merah mampu memberikan efek antibakteri. Hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Lamapaha dan Rupilu (2009) tentang potensi lengkuas sebagai antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa tumbuhan lengkuas mempunyai senyawa-senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, antara lain fenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka daya hambat antibakteri yang dihasilkan semakin besar. Pada konsentrasi 10% daya hambat antibakteri 17,45 mm, konsentrasi 15% daya hambat antibakteri 24,88 mm, dan konsentrasi 20% daya hambat antibakteri 26,89 mm. Penelitian yang dilakukan oleh Pawarta dan Fanny (2008) tentang isolasi dan uji antibakteri minyak atsiri rimpang lengkuas (Alpinia purpurata), menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm minyak atsiri mampu menunjukkan daya hambat terhadap bakteri E.coli dengan sebesar 7 mm dan 9 mm. Penelitian lainnya dilakukan oleh Dewi (2010) tentang daya hambat minyak atsiri rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata) terhadap bakteri E.coli. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang lengkuas merah memiliki daya hambat terhadap

Page 5: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

5

pertumbuhan bakteri E.coli dengan diameter sebesar 2,6 cm untuk konsentrasi 1000 ppm dan 1,2 cm untuk konsentrasi 100 ppm.

B. TabletTablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata

atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1987). Sediaan ini dicetak dari serbuk kering, kristal, atau granulat. Garis tengah tablet pada umumnya berukuran 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voight, 1994). Dalam formulasi sediaan tablet diperlukan adanya bahan tambahan. Pada dasarnya bahan tambahan tablet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa, dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voight, 1994). Terdapat empat bahan tambahan pembuatan tablet sebagai zat tambahan, diantaranya bahan pengisi (diluents), bahan pengikat (binder), bahan penghancur (disintegran), dan bahan pelicin (lubrikan).

Bahan pengisi menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (0,1-0,8) g. Yang umum digunakan adalah jenis pati (pati kentang, gandum dan jagung) dan laktos. Bahan pengisi lainnya adalah glukosa, manitol dan levulosa. Bahan pengisi berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak (Voight, 1994).

Bahan pengikat berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Kelompok bahan tambahan ini dimaksudkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain : gula dan jenis pati gelatin, turunan selulosa, gom arab, dll (Voight, 1994).

Bahan penghancur berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Sebagai bahan tablet, bahan penghancur memiliki arti yang khusus. Oleh karena jenis tablet apapun harus cepat hancur dalam air atau cairan lambung (Voight, 1994). Contoh bahan penghancur seperti amilum, avicel, asam alginate, metilselulosa, explotab, dan CMC.

Bahan pelicin berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan, serta memudahkan pengeluaran tablet keluar dari ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Contoh bahan pelicin seperti magnesium stearat, talk, natrium benzoat, dan natrium lauril sulfat.

Metode pembuatan tablet dibagi menjadi tiga yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pada granulasi basah bahan yang akan dicetak dilembabkan pada suatu cairan yang cocok, sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Kelembaban pada akhirnya akan dihilangkan kembali (Voight,1994).

Granulasi kering juga dinyatakan sebagai briketasi atau kompaktasi yang sering digunakan dalam industri. Cara ini sangat tepat untuk tabletasi zat-zat peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil dengan adanya air (Voight, 1994).

Kempa langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan-bahan tambahan obat berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal. Metode ini dinilai sangat memuaskan, dimana proses kerjanya lebih praktis sehingga lebih ekonomis dari pada pencetakan granulat. Cara ini sangat tepat untuk zat-zat yang

Page 6: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

6

peka lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu apabila dilakukan dengan cara granulasi (Voight, 1994).

C. EkstrakJika ekstrak tumbuhan (umumnya konsentrasi etanolnya berbeda-beda)

bahan pengekstraksinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka akan diperoleh ekstrak yang dapat dikelompokkan atas dasar sifatnya menjadi 4 jenis ekstrak, yaitu ekstrak encer (extractum tenue), ekstrak kental (extractum spissum), ekstrak kering (extractum siccum), dan ekstrak cair (extractum fluidum).

Ekstrak encer memiliki konsistensi semacam madu yang dapat dituang. Akan tetapi pada saat ini ekstrak encer sudah tidak terpakai lagi (Voight, 1994).

Ekstrak kental liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang, kandungan airnya berjumlah 30%. Tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan obat (cemaran bakteri) dan bahan aktifnya (penguraian secara kimia). Ekstrak kental sulit ditakar (penimbangan dan sebagainya) (Voight, 1994).

Ekstrak kering adalah sediaan berbentuk serbuk yang dibuat dari ekstrak tumbuhan melalui penguapan bahan pelarutnya. Ekstrak kering biasanya diperoleh melalui cara perkolasi. Sebagai cairan pengekstraksinya digunakan etanol dalam berbagai konsentrasi dengan air (Voight, 1994). Ekstrak kering dan ekstrak cair merupakan komponen sediaan obat yang hanya tercantum dalam farmakope (Voight, 1994).

D. SoxhletasiSoxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontinyu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantong ekstraksi (kantong saring) di bagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu (perkolator). Wadah gelas yang mengandung kantong diletakkan diantara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Keuntungan menggunakan metode soxhletasi antara lain tidak membutuhkan banyak penyari, jumlah penyarinya tetap, waktu yang dibutuhkan lebih singkat, dibanding dengan metode maserasi, hasil ekstraksinya lebih maksimal (Voight, 1994).

E. AntibakteriAntibakteri ialah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang

merugikan manusia. Dalam pembicaraan disini, yang dimaksud bakteri terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit (Sulistia dkk., 1995). Mekanisme kerja obat antibakteri dapat dibahas dalam empat bahasan yaitu: inhibisi sintesis dinding sel, fungsi membran sel, sintesis protein, dan inhibisi sintesis asam nukleat.

Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku, yaitu dinding sel. Dinding sel mempertahankan bentuk dan ukuran mikroorganisme yang mempunyai tekanan osmotik internal tinggi. Cidera pada dinding sel atau inhibisi pada pembentukannya dapat menyebabkan sel menjadi lisis (Jawetz, et al., 2005).

Sitoplasma semua sel bakteri yang hidup diikat oleh membran sitoplasma yang bekerja sebagai barier permeabilitas selektif. Fungsinya sebagai transport

Page 7: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

7

aktif, sehingga mengontrol komposisi internal sel. Jika intergritas fungsional membran sitoplasma terganggu, makro molekul dan ion dapat keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel (Jawetz, et al., 2005).

Untuk kehidupannya sel bakteri perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua subunit yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 3OS dan 5OS. Agar berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS ( Sulistia, 1995).

F. Escherichia coliBerdasarkan toksonominya, bakteri E.coli termasuk ke dalam super

domain Phylogenetica, filum Proterobacteria, kelas Gamma Proteobacteria, ordo Enterobacteriales, famili Enterobacteriaceae, genus Escherichia, dan species Escherichia coli (Anonim, 2008).

Ukuran dengan panjang 2,0 – 6,0 µm dan lebar 1,1 – 1,5 µm. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora E.coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic fakultatif. E.coli merupakan penghuni normal usus yang sering kali menyebabkan infeksi (Anonim, 2008).

G. Metode Difusi PadatMetode disc diffusion (Test Kirby & Bauer) digunakan untuk menentukan

aktivitas agen antibakteri. Piringan yang berisi agen antibakteri diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antibakteri pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008).

H. HipotesisTablet antibakteri berbahan aktif ekstrak lengkuas merah mampu

memberikan efektifitas yang baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri sekaligus mampu memenuhi syarat kualitas fisik tablet.

BAB III

Page 8: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

8

METODE PENELITIAN

A. Desain PenelitianPenelitian yang akan dilakukan tergolong dalam jenis penelitian

eksperimental. Pada penelitian ini tablet antibakteri akan diformulasi dari bahan aktif ekstrak lengkuas merah pada berbagai konsentrasi. Tablet yang dihasilkan, kemudian akan dilakukan uji efektifitas antibakteri dan uji kualitas fisik tablet. Hasil uji efektifitas antibakteri dan uji kualitas fisik tablet akan digunakan untuk penarikan kesimpulan.

B. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini digunakan 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak lengkuas merah yang diformulasi menjadi tablet, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil uji efektifitas antibakteri dan hasil uji kualitas fisik tablet lengkuas merah.

C. Model yang DigunakanModel yang digunakan adalah rimpang lengkuas merah yang diperoleh

dari Pasar Caringin Bogor. Rimpang yang dibutuhkan sebanyak 100 kg dengan spesifikasi umur 3-5 bulan, diameter rimpang 2-3 cm, serta kulit dan daging rimpang berwarna merah.

D. Rancangan Penelitian1. Kerangka pikir

2. Cara kerjaa. Pembuatan ekstrak kering

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Page 9: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

9

Cuci bersih rimpang lengkuas, keringkan. Potong tipis-tipis secara melintang, kemudian potong kembali hingga berbentuk kotak dengan lebar ± 1 cm. Keringkan kemudian diserbuk dengan mesin penyerbuk dan diayak dengan ayakan no. 60 hingga diperoleh serbuk.

Serbuk kering lengkuas merah kemudian akan diekstraksi dengan metode soxhletasi menggunakan penyari etanol 95% sehingga akan dihasilkan ekstrak lengkuas merah (Alpinia purpurata). Ekstrak cair yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan bantuan rotary evaporator pada suhu 500C hingga diperoleh ekstrak kental. Pembuatan ekstrak kering dilakukan dengan penambahan aerosil 5% pada ekstrak kental kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 500C hingga mencapai bobot konstan.

b. Uji sifat alir Ekstrak Kering Uji sifat alir ekstrak kering meliputi :

1) Uji kecepatan alir metode corong Timbang 10 g serbuk ekstrak kering lengkuas merah. Tuangkan perlahan-

lahan ke dalam corong pengukur. Penuangan dilakukan lewat tepi corong secara perlahan-lahan dan melingkar. Buka tutup coron, biarkan serbuk ekstrak kering lengkuas mengalir keluar. Catat waktu yang diperlukan agar semua serbuk ekstrak kering lengkuas mengalir keluar lewat mulut corong. Sifat alir yang baik diperoleh jika serbuk mampu keluar dari corong dengan kecepatan tidak kurang dari 10 g/detik.

2) Uji sifat alir metode sudut diam Timbang 10 g serbuk ekstrak kering lengkuas merah. Tuangkan perlahan-

lahan ke dalam corong pengukur. Penuangan dilakukan lewat tepi corong secara perlahan-lahan dan melingkar. Buka tutup coron, biarkan serbuk ekstrak kering lengkuas mengalir keluar. Sudut diam diamati dari sudut yang terbentuk antara permukaan bebas tumpukan serbuk ekstrak kering yang tertuang terhadap alas bidang datar.Dinyatakan dalam rumus :

Tg α =hr

Yang artinya α adalah sudut diam (derajat), h adalah ketinggian kerucut serbuk ekstrak kering (cm) dan r adalah jari-jari serbuk ekstrak kering (cm).sifat alir dinyatakan baik jika tumpukan ekstrak kering memiliki sudut diam ….

c. Rancangan formula Apabila ekstrak kering lengkuas merah memiliki sifat alir yang baik, maka

tablet dibuat dengan metode kempa langsung dengan formula mengacu pada tabel 1.

Page 10: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

10

Tabel 1. Rancangan Formula Tablet Metode Kempa Langsung

Bahan Formula I Formula II Formula IIIEkstrak kering lengkuas merah

100 mg 175 mg 250 mg

Amilum 8% 40 mg 40 mg 40 mgMg. Stearat 1% 5 mg 5 mg 5 mgAvicel PH 101 355 mg 280 mg 205 mg

Masing-masing tablet dibuat 500 mg tiap tabletDibuat 250 tablet untuk masing-masing formula

Sediaan tablet dibuat 3 formula dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda. Formula I dengan konsentrasi ekstrak 20 % Formula II dengan konsentrasi ekstrak 35 %, dan Formula III dengan konsentrasi ekstrak 50 %. Masing-masing formula dibuat tablet dengan replikasi 4 kali, sebanyak 250 tablet untuk tiap replikasi.

Tabel 2. Rancangan Formula Tablet dengan metode granulasi basah

Bahan Formula I Formula II Formula IIIEkstrak kering lengkuas merah

100 mg 175 mg 250 mg

Mucilago amilum 5% 25 mg 25 mg 25 mgMg. Stearat 1% 5 mg 5 mg 5 mgAvicel PH 101 370 mg 295 mg 220 mg

Masing-masing tablet dibuat 500 mg tiap tabletDibuat 250 tablet untuk masing-masing formula

Sediaan tablet dibuat 3 formula dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda. Formula I dengan konsentrasi ekstrak 20 % Formula II dengan konsentrasi ekstrak 35 %, dan Formula III dengan konsentrasi ekstrak 50%. Masing-masing formula dibuat tablet dengan replikasi 4 kali, sebanyak 250 tablet untuk tiap replikasi.

d. Pembuatan tablet 1) Metode kempa langsung

Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung dilakukan dengan mencampurkan zat aktif yaitu ekstrak kering lengkuas merah dengan amilum sebagai bahan penghancur, Mg Stearat sebagai bahan pelicin, dan avicel sebagai bahan pengisi serta bahan pengikat. Kemudian dicampur dan diayak pada ayakan mesh 30. Kemudian serbuk ekstrak kering dicetak dengan ukuran tablet 500 mg. Dibuat masing-masing formula 250 tablet.2) Metode granulasi basah

Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dilakukan dengan mencampurkan zat aktif yaitu ekstrak kering lengkuas merah dengan avicel PH 101 sebagai bahan pengisi dan juga sebagai penghancur. Ditambahkan mucilago amilum sebagai bahan pengikat. Dicampurkan hingga membentuk massa granul lembab dan diayak dengan ayakan no. 60. Keringkan ke dalam oven pada suhu 50°C, setelah kering tambahkan magnesium stearat sebagai bahan pelicin kedalam

Page 11: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

11

granul. Kemudian granul dicetak dengan ukuran tablet 500 mg. Dibuat masing-masing formula 250 tablet.

e. Uji kualitas fisik tablet 1) Uji Keseragaman Ukuran

Ukur diameter dan tebal tablet. Lakukan terhadap 10 tablet. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.2) Uji Keseragaman Bobot

Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu-persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dari kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B. Data penyimpangan bobot tablet dapat dilihat seperti pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 3. Data Penyimpangan Bobot Tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %A B

25 mg atau kurang 15 3025 mg sampai 150 mg 10 2015 mg sampai 300 mg 7,5 15Lebih dari 300 mg 5 10

3) Uji Ke kerasan Tablet Tablet ditekan diujung alat dengan posisi vertikal. Putar sekrup diujung

yang lain sehingga tablet tertekan. Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah. Tekanan tablet dibaca pada skala. Lakukan terhadap 10 tablet dan hitung puratanya. Batas kekerasan tablet tidak bersalut adalah 4-6 kg. 4) Uji Kerapuhan Tablet

Sejumlah tablet dibebasdebukan dengan aspirator. Timbang sejumlah 20 tablet dengan neraca analitik kemudian masukan friabilator. Pengujian dilakukan selama 4 menit atau sebanyak 100 putaran (25 rpm). Keluarkan tablet dari alat, bebas debukan lagi dan timbang. Kerapuhan dinyatakan dalam persen yang mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian yaitu selisih berat tablet sebelum dan sesudah pengujian dibagi berat mula-mula dikalikan 100%. Kerapuhan tablet tidak boleh lebih dari 0,8%. 5) Uji Waktu Hancur

Masukan 5 tablet kedalam keranjang disintegration tester di mana tiap tabung diisi 1 tablet. Masukkan ke dalam penganas air dengan temperatur 36-38º C. Ketinggian air penganas sama dengan posisi lubang ayakan pada bagian bawah alat saat tabung naik pada kedudukan tertinggi. Naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kassa, artinya semua fraksi pecahan tablet melewati ayakan

Page 12: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

12

yang terletak dibagian bawah alat, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Catat waktu yang diperlukan sebagai waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.

f. Uji Efektifitas antibakteri Uji antibakteri menggunakan antibiotik Ciprofloxacine yang digunakan

sebagai kontrol uji. Terlebih dahulu membuat media Natrium Agar. Masing-masing diinokulasikan bakteri Escherichia coli dengan dioleskan secara merata diatas permukaan media Natrium Agar. Tablet ekstrak lengkuas merah digerus kemudian dilarutkan kedalam etanol 95%. Dengan digunakan kontrol uji menggunakan tablet Ciprofloxacine yang diperlakukan sama dengan tablet ekstrak lengkuas merah yang digerus dan kemudian dilarutkan kedalam etanol 95%. Masing-masing disc kosong dicelupkan kedalam larutan tablet. Letakkan disc yang sudah dicampur dengan larutan tablet diatas media yang sudah diinokulasi bakteri Escherichia coli. Kemudian masukan media agar yang sudah diinokulasikan kedalam inkubator, kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data1. Uji sifat alir ekstrak kering lengkuas merah

Ekstrak kering lengkuas merah yang diperoleh akan dilakukan uji sifat alir dengan replikasi 3 kali. Apabila uji sifat alir ekstrak kering lengkuas merah memberikan hasil yang baik, maka tablet dibuat dengan metode kempa langsung. Sedangkan, bila uji sifat alir kurang baik maka tablet dibuat dengan metode granulasi basah.

2. Uji kualitas fisik tabletTablet yang dihasilkan akan dilakukan uji kualitas fisik selama 5 minggu,

dengan waktu pengujian pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28, 35. Hasil uji kualitas fisik tablet akan dipaparkan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan kurva sehingga dapat dipilih formula tablet yang memiliki hasil uji kualitas fisik yang paling baik.

3. Uji efektivitas antibakteriUji efektivitas antibakteri dilakukan dengan metode Kirby bouer selama ±

24 jam. Diameter daya hambat antibakteri kemudian diukur. Hasil uji efektifitas antibakteri dianalisis menggunakan software SPSS 16 dengan taraf kepercayaan 95%.

F. Cara Penafsiran dan Penarikan KesimpulanHasil uji kualitas fisik tablet dan uji efektifitas antibakteri dari masing-

masing formula dapat dilihat dari hasil analisis uji dari waktu yang telah ditentukan. Formula yang paling baik adalah formula yang mampu menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan kualitas fisik, dengan diameter daya hambat terbesar

Page 13: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

13

G. Jadwal Kegiatan

Tabel. Jadwal Kegiatan

H.

Rancangan Biaya

NO Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp)

Total (Rp)

1. Bahan Yang dipakaiLengkuas Merah 100 kg 10.000/kg 1.000.000

Ethanol 95% 45 L 30.000/L 1.350.000Avicel PH 101 3 kg 100.000/kg 300.000

Amilum 3 kg 7.000/kg 21.000Mg Stearat 3 kg 118.000/kg 354.000

Media NA Plate 6 buah 18.000/buah 108.000Media NA Miring 3 buah 9.000/buah 27.000

Media Deret Gula-gula 1 set 27.000/set 27.000NaCl 2 buah 3.000/buah 6.000

2. Peralatan PenunjangAlat Soxhlet 96 jam 2.000/jam 192.000

Alat Pencetak Tablet 12 formula 50.000/formula

600.000

Oven 120 jam 5.000/jam 600.000Friabilator 12 formula 5.000/jam 60.000

Hardness tester 12 formula 5.000/jam 60.000Incubator 24 jam 5.000/jam 120.000

Disintegration tester 12 formula 5.000/jam 60.000Rotary Evaporator 12 jam 5000/jam 600.000

3. Transport dan akomodasi perjalanan Solo-Bogor

2 orang 3.000.000

4. Lain – lainKertas 2rim 36.000/rim 36.000

Jilid + fotokopi 163.750Tinta printer 2 set 20.000/set 20.000

Total Biaya 8.704.750

Page 14: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008.Definisi Lengkuas. http://www.id.online.org.

Anonim. 2008. Definisi Escherichia coli, penemu, morfologi. http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/escherichia-coli2.p

Anonim. 2011. Buletin Jendela data dan Informasi Kesehatan.Jakarta:Kementrian Kesehatan.

Anief.1987.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Dalimartha, Setiawan.2009.Atlas Tumbuhan Obat Jilid 6.Jakarta:Pustaka Bunda.

Dewi, Puspita.2010.Daya Hambat Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata ) terhadap bakteri E.coli.KTI.Jurusan Obat Tradisional. Surakarta:Akademi Farmasi Nasional Surakarta

Jawetz, Melnick.2006.Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta:EGI.

Jufri,Mahdi, dkk.2008. Pembuatan Tablet Pare dengan Metode Cetak Langsung. Jurnal. Departemen Farmasi FMIPA.Jakarta:Universitas Indonesia.

Lamapaha,Rupilu.2008.Potensi Lengkuas (Lengkuas galangga) sebagai Antimikroba (Studi in vitro pada bakteri gram negatif).Jurnal.Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-Unpatti dan PPS Universitas Negeri Malang

Pawarta, O.A., Fanny S.D.2008.Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia purpurata).Jurnal.Jurusan Kimia.FMIPA.Denpasar : Universitas Udayana.

Pratiwi, S.T.2008. Mikrobiologi Farmasi,Yogyakarta:Erlangga.

Sulistia, 6 dkk .1995.Farmakologi dan terapi.Jakarta:UI Press.

Voight.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.Yuharmen, dkk.2002.Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galangal).Jurnal.Jurusan Kimia,FMIPA.Universitas Riau.

Page 15: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

15

LAMPIRAN

Nama dan Biodata Ketua dan Anggotaa. Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap : Deka Prajekna Dyas ArthaNIM : 09208FJurusan : FarmasiInstitusi : Akademi Farmasi Nasional SurakartaAlamat Rumah dan No.tlp/Hp : Jl. Mawar Raya no. 17 Sanggrahan

RT. 06 RW Grogol Sukoharjo. 087835035955

b. Anggota Pelaksana 1 Nama Lengkap : Shinta Widya S.P.NIM : 10272 FAJurusan : FarmasiInstitusi : Akademi Farmasi Nasional SurakartaAlamat Rumah dan No.tlp/Hp : Jl.Salak, RT.01 RW.03 Giripurwo

Wonogiri. 085642379449

c. Anggota Pelaksana 2 Nama Lengkap : Sih HandayaniNIM : 10273 FAJurusan : Farmasi Institusi : Akademi Farmasi Nasional SurakartaAlamat Rumah dan No.tlp/Hp : Jl.Hasanudin RT.01 RW.07

Mangkubumen Surakarta. 083877350600

d. Nama dan Biodata Dosen PembimbingNama Lengkap dan Gelar : C.E. Dhurhania S. Farm, M.Si. NIDN : 0606058001Institusi : Akademi Farmasi Nasional SurakartaAlamat Rumah dan No.tlp/HP : Jatimalang RT 01 RW 02, Mojolaban,

Sukoharjo. 08121509720

Shinta Widya S.P Deka Prajekna D.A Sih Handayani NIM.10272FA NIM.09208F NIM.10273FA

Page 16: Tugas Akhir Bab 1-3!!!

16

C.E. Dhurhania S. Farm, M.Si. NIDN.0606058001