tinjauan yuridis terhadap perjanjian kerja bersama …eprints.ums.ac.id/76304/1/naskah...
TRANSCRIPT
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA
BERSAMA ANTARA PTP NUSANTARA IX DENGAN SP BUN
NUSANTARA IX PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
NIRMALA KUSUMADEWI
C100150017
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA BERSAMA
ANTARA PTP NUSANTARA IX DENGAN SP BUN NUSANTARA IX
(PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Nirmala Kusumadewi
C100150017
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
(Septarina Budiwati, S.H., M.H., C.N.)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA BERSAMA
ANTARA PTP NUSANTARA IX DENGAN SP BUN NUSANTARA IX
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
OLEH:
NIRMALA KUSUMADEWI
C100150017
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Septarina Budiwati, S.H., M.H., C.N.
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Kelik Wardiono, S.H
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Darsono, S.H
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, SH., M. Hum)
NIK. 537 / NIDN.0727085803
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 06 Agustus 2019
Penulis
NIRMALA KUSUMADEWI
C100150017
1
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA BERSAMA
ANTARA PTP NUSANTARA IX DENGAN SP BUN NUSANTARA
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN
Abstrak
Agar menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan dan kesempatan
serta perlakuan tanpa diskriminasi untuk mensejahterakan pekerja maka perjanjian
kerja antara perusahaan dan pekerja yang dibuat wajib mengacu pada Undang-
undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Apabila perjanjian kerja yang
dibuat bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku maka dapat
mengakibatkan perjanjian kerja tersebut dapat batal demi hukum. Penelitian ini
bertujuan Untuk mengetahui kesesuaian antara perjanjian kerja bersama PTP
Nusantara IX dan SP BUN Nusantara dengan UU No. 13 Tahun 2003, Untuk
mengetahui bentuk perlindungan, pengupahan, dan kesejahteraan yang diberikan
kepada pekerja dalam perjanjian kerja bersama PTP Nusantara IX dengan SP
BUN Nusantara. Penelitian ini menggunakan pendekatan “yuridis normatif”
(doctrinal normative) karena dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai
apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga
Negara yang berwenang. Jenis penelitian deskriptif, karena bermaksud
menggambarkan dan menjelaskan tentang Perjanjian Kerja Bersama yang
dilakukan antara PTP Nusantara IX dengan SP BUN Nusantara di Surakarta,
dilihat dari aspek Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
di dalam data perjanjian kerja tersebut semua unsur sudah memenuhi syarat yang
sesuai dengan undang – undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan Terhadap Pekerja dalam Perjanjian
Kerja Bersama PTP Nusantara IX dengan SP BUN Nusantara sesuai dengan UU
No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Kata Kunci : perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, ketenagakerjaan.
Abstract
In order to guarantee the basic rights of workers and guarantee equality and
opportunity and treatment without discrimination for the welfare of workers, the
work agreement between the company and workers made obliged to refer to Law
No. 13 of 2003 concerning employment. If the work agreement is made in
contravention of the applicable laws, it can result in the employment agreement
being null and void. This study aims to determine the compatibility between the
joint employment agreement PTP Nusantara IX and SP BUN Nusantara with Law
No. 13 of 2003, to find out the forms of protection, remuneration, and welfare
given to workers in the joint employment agreement of PTP Nusantara IX with SP
BUN Nusantara. This study uses a "normative juridical" approach (doctrinal
normative) because in this study, the law is conceptualized as what is written in
the laws and regulations made by the authorized State institutions. This type of
research is descriptive, because it intends to describe and explain the Collective
2
Labor Agreement carried out between PTP Nusantara IX and SP BUN Nusantara
in Surakarta, seen from the aspect of the Civil Code and Law No. 13 of 2003
concerning Manpower. The results of the study show that in the data on the
employment agreement all elements have met the requirements in accordance
with law number 13 of 2003 concerning employment. Protection, remuneration,
and welfare for workers in the Collective Labor Agreement of PTP Nusantara IX
with SP BUN Nusantara in accordance with Law No. 13 of 2003 concerning
Labor.
Keywords: work agreement, collective labor agreement, employment.
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk di Indonesia semakin
meningkat begitu pula dengan kebutuhan ekonomi masyarakat yang semakin
tinggi. Maka dari itu timbul lah lapangan pekerjaan yang semakin banyak, salah
satunya adalah didirikannya perusahaan-perusahaan. Perusahaan membuka
kesempatan kerja guna mensejahterakan perekonomian dan pembangunan
masyarakat Indonesia. Dengan adanya perusahaan ini maka perekonomian dapat
berjalan seimbang dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Salah satu bentuk
dari perusahaan adalah Perseroan Terbatas. Bentuk badan usaha PT merupakan
bentuk perusahaan yang paling banyak digunakan oleh para pelaku bisnis di
Indonesia dalam menjalankan kegiatan usaha di berbagai bidang.
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta pelaksanaannya (Harahap, 2009).
PTP Nusantara IX merupakan perusahaan perseroan yang didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perkebunan XV-XVI dan Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perkebunan XVII Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan
Nusantara IX. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2014
PTP Nusantara IX berubah menjadi perseroan terbatas yang tunduk sepenuhnya
pada Undang-Undang No 40 tahun 2007. Suatu Perseroan harus mempunyai
3
maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal 2
UUPT 2007.
Agar Perseroan tersebut berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan
didirikannya, maka perusahaan berbadan hukum tersebut dikelola oleh tenaga
kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja dengan alat produksi berupa
tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun fikiran. Dalam UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan pasal 104 ayat (1) setiap pekerja berhak membentuk dan
menjadi anggota serikat pekerja. Serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk
dari, oleh, dan untuk pekerja baik di perusahaan maupun luar perusahaan guna
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningakatkakn
kesejahteraan pekerja dan keluarganya. SP BUN Nusantara IX adalah serikat
pekerja perkebunan nusantara dalam lingkup PT Perkebunan Nusantara IX yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan perjanjian kerja bersama oleh masing-masing
anggota dari seleruh kewajiiban atau hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan perjanjian kerja bersama.
Perusahaan berhak memilih calon karyawannya dan memperkerjakan
kandidat terpilih yang menurutnya mampu untuk bekerja sesuai kemampuan yang
dibutuhkan. Untuk terlaksananya hubungan kerja antara pekerja dengan
perusahaan maka diadakan suatu perjanjian secara tertulis maupun tidak tertulis.
Perjanjian tertulis yaitu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak secara
tertulis yang berisi kata-kata kesepakatan dalam ikatan perjanjian berkaitan
dengan tindakan dan harta kekayaan dan dapat dijadikan alat bukti yang memiliki
kekuatan hukum yang mengikat kedua belah pihak. Sedangkan perjanjian tidak
tertulis adalah perjanjian yang dilaksanakan secara lisan dan sah selama
memenuhi ketentuan dalam KUH Perdata pasal 1320 mengenai syarat sahnya
suatu perjanjian, namun apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi dan
gugatan diajukan ke pengadilan maka perjanjian tidak tertulis tersebut tidak dapat
dijadikan sebagai alat bukti. Apabila perjanjian ini telah dilahirkan maka pihak-
pihak yang bersepakat wajib melaksanakannya dengan itikad baik, artinya
pelaksanaannya tidak boleh merugikan pihak yang bersangkutan dan bertujuan
untuk saling menguntungkan. Para pihak yang bersepakat untuk mengadakan
4
perjanjian memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Berarti, disini
perusahaan memiliki hak dan kewajiban begitupun juga dengan pekerja
perusahaan tersebut.
Perjanjian yang dilakukan antara pihak perusahaan dengan pekerja
merupakan perjanjian kerja. Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak.. Sedangkan perjanjian kerja bersama merupakan hasil
perundingan antara serikat pekerja/ serikat buruh yang tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha yang mencakup
syarat-syarat kerja, tata tertib perusahaan, hak, dan kewajiban masing-masing
pihak. Disini ada perbedaan bahwa pada perjanjian kerja pada umumnya hanya
dibuat dan ditetapkan oleh pihak pengusaha atau majikan saja. Sedangkan dalam
perjanjian kerja bersama, pekerja diwakili oleh serikat pekerja langsung dilibatkan
dalam proses perjanjian sehingga masing-masing pihak dapat mengetahui hak dan
kewajibannya.
Perjanjian kerja adalah awal dari hubungan antara pekerja dengan
perusahaan yaitu suatu peristiwa dimana pihak yang satu berjanji kepada pihak
yang lain untuk melakukan atau melaksanakan suatu hal yang mana akibat dari
perjanjian ini menimbulkan suatu hubungan hukum antara kedua belah pihak yang
dinamakan perikatan (Kansil, 2001). Berdasarkan pasal 1 angka 15 UU
Ketenagakerjaan, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/ buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan,
upah, perintah. Unsur pekerjaan memiliki maksud adanya suatu pekerjaan
menurut kemampuan yang dibutuhkan dan ditentukan oleh perusahaan dan harus
dilakukan oleh pekerja. Definisi upah ialah hak pekerja yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari perusahaan kepada pekerja
dan dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja dan kesepakatan atas jasa yang
telah dan atau yang akan dilakukan. Unsur perintah artinya adanya pihak yang
memberikan perintah dan adanya pihak yang wajib melakukan perintah, antara
lain adalah pekerja.
5
Permasalahan perlindungan hukum adalah perlindungan bagi yang
berkedudukan lemah terhadap yang berkedudukan kuat. Dalam hubungan
kekuasaan ekonomi yang berkedudukan lemah adalah tenaga kerja dan yang
berkedudukan kuat adalah perusahaan atau pengurus perusahaan. Menurut pasal
31 UU No 13 Tahun 2003 dikatakan bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak
dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan
dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri. Namun
pada kenyataannya ada sebagian pekerja yang tidak mendapatkan hak-haknya
sebagaimana mestinya. Seringkali pekerja dirugikan oleh peraturan-peraturan
perusahaan yang bersifat memaksa tanpa memperhatikan kesejahteraan
pekerjanya. Hal itu dikarenakan oleh perjanjian kerja yang tidak sesuai dengan
apa yang ada pada UU Ketenagakerjaan.
Islam memberi peringatan keras kepada para majikan yang menzalimi
pembantunya atau pegawainya. Dalam hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan, bahwa Allah berfirman:
ورجل استأجر أجيرا فاستوفى منه ولم يعط أجره … ثالثة أنا خصمهم يوم القيامة
“Ada tiga orang, yang akan menjadi musuh-Ku pada hari kiamat: … orang
yang mempekerjakan seorang buruh, si buruh memenuhi tugasnya, namun dia
tidak memberikan upahnya (yang sesuai).” (HR. Bukhari 2227 dan Ibn Majah
2442).
Secara teoritis ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu perlindungan sosial,
perlindungan teknis, perlindungan ekonomis. Perlindungan sosial atau kesehatan
kerja yaitu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan yang
memungkinkan pekerja mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia
pada umumnya khususnya sebagai anggota masyarakat dan keluarga.
Perlindungan teknis atau keselamatan kerja yaitu perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk menjaga agar pekerja terhindar dari bahaya kecelakaan
yang ditimbulkan dari alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Sedangkan yang
dimaksud dengan perlindungan ekonomis atau jaminan sosial ialah perlindungan
yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu
6
penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baginya dan
keluarganya (Bambang, 2013).
Agar menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan dan
kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi untuk mensejahterakan pekerja
maka perjanjian kerja antara perusahaan dan pekerja yang dibuat wajib mengacu
pada Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Apabila
perjanjian kerja yang dibuat bertentangan dengan perundang-undangan yang
berlaku maka dapat mengakibatkan perjanjian kerja tersebut dapat batal demi
hukum.
Dari uraian diatas dapat diambil pelajaran bahwa pentingnya pembuatan
perjanjian kerja antara perusahaan dengan tenaga kerja berdasarkan Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Hal tersebut guna mencegah
adanya eksploitasi tenaga kerja dan juga untuk memberi perlindungan hukum
terhadap serikat pekerja. Berdasarkan hal-hal tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai perlindungan hukum yang terdapat dalam
perjanjian kerja sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dengan mengambil judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN
KERJA BERSAMA ANTARA PTP NUSANTARA IX DENGAN SP BUN
NUSANTARA IX PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN”.
2. METODE
Metode penelitian menggunakan metode pendekatan “yuridis normatif” (doctrinal
normative) karena dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai apa yang
tertulis dalam peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga Negara
yang berwenang. Menggunakan jenis penelitian deskriptif, karena bermaksud
menggambarkan dan menjelaskan tentang Perjanjian Kerja Bersama yang
dilakukan antara PTP Nusantara IX dengan SP BUN Nusantara di Surakarta,
dilihat dari aspek Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
7
Menggunakan jenis data Data sekunder merupakan data-data yang diperolah
oleh penulis melalui bahan hukum sekunder seperti: Karya Ilmiah, Jurnal Hukum,
Buku-Buku yang berkaitan tentang Perjanjian, hukum ketenagakerjaan, hukum
perusahaan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang
Ketenagakerjaan, dan website yang berkenaan dengan lingkup penelitian.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen tertulis yang
berkaitan dengan objek yang diteliti yaitu perjanjian kerja bersama antara PTP
Nusantara IX dengan SP BUN Nusantara. Teknik pengumpulan data melalui
Observasi dan studi kepustakaan. Metode analisis menggunakan metode analisis
secara metode kualitatif yaitu data yang diperoleh dari peraturan perundang-
undangan, bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan kemudian
dengan data yang diperoleh dari PTP Nusantara IX sehingga dapat ditarik
kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kesesuaian antara Perjanjian Kerja Bersama PTP Nusantara IX dan SP
BUN Nusantara IX dengan UU No. 13 Tahun 2003
Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan
antara serikat pekerja/ serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/ buruh yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.Di dalam pejanjian kerja
bersama ini terdapat dua pihak yang berkepentingan langsung yaitu PTP
Nusantara IX selaku perusahaan dan SP BUN Nusantara IX selaku serikat
pekerja.
Subyek hukum dalam perjanjian kerja bersama tersebut sudah sesuai dengan
pasal 116 Undang – undang nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
dimana dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa perjanjian kerja bersama dibuat
berdasarkan hasil perundingan antara pengusaha atau beberapa pengusaha dengan
serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang tercatat pada instansi di bidang
ketenagakerjaan. Dalam perjanjian kerja bersama antara PTP Nusantara IX
8
dengan SP BUN Nusantara IX sudah memenuhi subyek yang disebutkan dalam
Undang-Undang dan serikat pekerja sudah tercatat pada instansi di bidang
ketenagakerjaanyaitu Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Surakarta dengan Surat Keputusan Nomor: 93/PNCT/II/2002. Sehingga sudah
sesuai dengan UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Perjanjian kerja bersama harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan
menggunakan bahasa Indonesia hal tersebut dijelaskan dalam pasal 116 Undang –
undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Berdasarkan hasil
penelitian, perjanjian kerja bersama antara PTP Nusantara IX dengan SP BUN
Nusantara IX dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa
Indonesia sehingga perjanjian kerja bersama tersebut sudah sesuai dengan Undang
– undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Berdasarkan pasal 124 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa perjanjian
kerja bersama peling sedikit memuat hak dan kewajiban pengusaha, hak dan
kewajiban pekerja, jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja
bersama dn tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama. Dalam
perjanjian kerja bersama pasal 4 memuat kewajiban para pihak yaitu perusahaan
dan pekerja.Sedangkan dalam pasal 6 dan pasal 8 memuat hak SP BUN
Nusantara.Sehingga perjanjian kerja bersama tersebut sudah sesuai dengan
Undang – undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dalam UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, masa berlaku
perjanjian kerja bersama diatur dalam pasal 123 yang mana masa berlakunya
perjanjian kerja tersebut paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang masa
berlakunya paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara
pengusaha dengan serikat pekerja. Berdasarkan hasil penelitian, Perjanjian kerja
bersama ini mulai berlaku sejak 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember
2015.Setelah jangka waktu yang telah disebutkan berakhir maka PKB ini
dianggap diperpanjang untuk jangka waktu 1 tahun berikutnya. Maka masa
berlakunya perjanjian tersebut 2 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun sehingga
sudah sesuai dengan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
9
Meskipun data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan perjanjian kerja
bersama periode tahun 2014-2015, namun berdasarkan penelitian pada hari Senin
tanggal 22 Juli 2019 pukul 09.30 WIB di PTP Nusantara IX, Surakarta dengan
sumber yang bernama Bapak Jarwanto yang bekerja di bidang Sumber Daya
Manusia (SDM), substansi yang ada pada perjanjian kerja bersama antara PTP
Nusantara IX dengan SP BUN Nusantara IX dari tahun ke tahun tidak jauh
berbeda.
3.2 Bentuk Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan Terhadap
Pekerja dalam Perjanjian Kerja Bersama PTP Nusantara IX dengan SP
BUN Nusantara IX Perspektif UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
Perlindungan terhadap perempuan diatur dalam Bab X bagian kesatu paragraph
ketiga pasal 76 UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menjelaskan
bahwaPekerja/ buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas)
tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00. Selain itu
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/ buruh perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00 wajib memberi makanan dan minuman bergizi dan
wajib menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. Pengusaha wajib
menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/ buruh perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
Berdasarkan hasil penelitianperjanjian kerja bersama antara PTP Nusantara IX
dengan SP BUN Nusantara IX tidak memuat tentang perlindungan terhadap
perempuan namun dalam lingkup kerja PTP Nusantara IX mayoritas pekerja
adalah laki-laki sehingga hak perempuan dan laki-laki disamaratakan dan tidak
ada perbedaan gender, maka sesuai dengan UU No 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Perlindungan waktu kerja diatur dalam bab X bagian kesatu paragraph 4
(empat) pasal 77 sampai dengan pasal 85 UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa Setiap pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Selain itu 8
10
(delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Dan apabila pekerja bekerja melebihi
batas waktu yan telah ditentukan maka pekerja berhak mendapatkan upah kerja
lembur dengan syarat adanya persetujuan pekerja/ buruh yang bersangkutan dan
waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1
(satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.Pengusaha wajib
memberi cuti kepada pekerja sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari dalam 1
(satu) tahun.Selain itu pekerja berhak mendapat kesempatan untuk keadaan
tertentu yaitu pada saat ibadah, haid, melahirkan, dan menyusui. Sebelum saatnya
melahirkan anak, pekerja perempuan berhak mendapatkan istirahat selama 1,5
(satu setengah) bulan dan 1,5 (satu setengah bulan) sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan. Lamanya istirahat melahirkan dapat
diperpanjang berdasarkan surat keterangan dokter kandungan atau bidan. Apabila
pekerja perempuan mengalami keguguran kandungan, ia berhak memperoleh
istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter
kandungan atau bidan. Sedangkan pekerja perempuan yang sedang dalam masa
menyusui anaknya harus diberi kesempatan untuk mendapatkan waktu menyusui
anaknya apabila hal tersebut harus dilakukan selama waktu kerja.
Berdasarkan hasil penelitian, Perjanjian kerja bersama ini memiliki waktu
kerkerja dimana hari kerja perusahaan dalam satu minggu adalah enam hari kerja
dan jam kerja dalam satu hari adalah tujuh jam dan empat puluh jam dalam
seminggu.Perjanjian kerja bersama tersebut juga memuat pembebasan dari
kewajiban bekerja seperti hari libur, cuti, dan tidak masuk kerja karena keadaan
tertentu sehingga sudah sesuai dengan UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
4. PENUTUP
Bahwa di dalam pejanjian kerja bersama ini terdapat dua pihak yang
berkepentingan langsung yaitu PTP Nusantara IX selaku perusahaan dan SP BUN
Nusantara IX selaku serikat pekerja, Perjanjian Kerja Bersama telah disepakati
dan ditandatangani oleh kedua pihak. Dalam perjanjian kerja bersama tersebut
11
telah memuat subyek hukum, objek hukum, hak dan kewajiban kedua pihak, serta
masa berlakunya perjanjian kerja bersama. Setelah melakukan penelitian, penulis
menyimpulkan bahwa di dalam data perjanjian kerja tersebut semua unsur sudah
memenuhi syarat yang sesuai dengan undang – undang nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan.
Dalam Perjanjian Kerja bersama antara PTP Nusantara IX dengan SP BUN
Nusantara IX hanya memuat perlindungan terhadap waktu kerja, keselamatan dan
kesehatan kerja, pengupahan, serta kesejahteraan pekerja saja. Sedangkan dalam
Bab X yang diatur dalam Undang-Undang No 13 tahun 2003 memuat
perlindungan terhadap penyandang cacat, anak, perempuan, waktu kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja. Namun tidak disebutkan bahwa perlindungan
terhadap penyandang cacat, anak, dan perempuan tersebut wajib ada dalam
perjanjian kerja bersama dan disebutkan hanya pengusaha yang mempekerjakan
saja. Setelah melakukan analisis, peneliti menyimpulkan bahwa Perlindungan,
Pengupahan, dan Kesejahteraan Terhadap Pekerja dalam Perjanjian Kerja
Bersama PTP Nusantara IX dengan SP BUN Nusantara sesuai dengan UU No 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Setelah melakukan analisis pada PTP Nusantara IX diharapkan dalam
perjanjian kerja bersama tersebut mengatur tentang perlindungan terhadap pekerja
perempuan karena di PTP Nusantara IX mempekerjakan perempuan namun tidak
memberikan ketentuan perlindungan seperti yang ada pada pasal 76 UU No 13
tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Budiono, Abdul R. (2009). Hukum Perburuhan, Jakarta: PT Indeks
Asyhadie, Zaeni. (2007). Hukum kerja: hukum ketenagakerjaan bidang hubungan
kerja, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Kansil, C.S.T. (2001). Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta: PT Pradnya
Paramita
12
Ash-Shiddieqy, Hasbi. (2009). Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: Pustaka
Rizqi Putra
Husni, Lalu. (2000). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Harahap, M. Yahya. (2009). Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika
Bambang, R. Joni. (2013). Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: CV Pustaka Setia
Rusli, Hardijan. (2004). Hukum ketenagakerjaan 2003, Jakarta: Ghalia Indonesia
Soekamto, Soerjono. (1983). Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta
UNDANG-UNDANG
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan