the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

250
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompleksitas dan perubahan telah menjadi ciri penting masyarakat industri masa kini. Kompleksitas yang memasuki semua aspek kehidupan, seperti sistem perdagangan, pemasaran global, komunikasi jarak jauh via jaringan elektronik sangat canggih, semuanya membuat dunia ini semakin sempit. Globalisasi dalam kaitannya dengan produk yang akan menguasai pasar adalah produk-produk yang memiliki mutu dan harga global. Produk-produk yang yang tidak disajikan dengan `mutu dan harga global akan cenderung ditinggalkan dan tersingkir dari pasar (Baswir, 1999 : 83). Usaha kecil terus mengalami peminggiran yang pada akhirnya akan membuat masyarakat kecil semakin terdesak oleh usaha-usaha yang jauh lebih bermodal dengan pelayanan yang sangat instan.Kalau dicermati laporan yang dikeluarkan oleh United Nations bahwa 60,7 % penduduk Indonesia akan berada di kota, maka sebagian besar wilayah Indonesia akan menjadi kosong. Desa-desa akan menjadi kosong karena 39,3 % penduduk akan tinggal wilayah yang sangat luas. Transformasi sosial ekonomi dan budaya ini sangat menarik untuk dikaji. Adanya penduduk yang terfokus di kota, seperti halnya negara menimbulkan berbagai persoalan karena begitu banyak orang memperebutkan tempat tinggal, kesempatan kerja, fasilitas transportasi, dan ruang untuk kegiatan sosial. Integrasi ekonomi ketatanan global telah menyebabkan integrasi sosial budaya ke dalam suatu tatanan masyarakat. Revolusi teknologi elektronik dan teknologi komunikasi/transportasi

Upload: leminh

Post on 31-Dec-2016

290 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kompleksitas dan perubahan telah menjadi ciri penting masyarakat industri

masa kini. Kompleksitas yang memasuki semua aspek kehidupan, seperti sistem

perdagangan, pemasaran global, komunikasi jarak jauh via jaringan elektronik

sangat canggih, semuanya membuat dunia ini semakin sempit. Globalisasi dalam

kaitannya dengan produk yang akan menguasai pasar adalah produk-produk yang

memiliki mutu dan harga global. Produk-produk yang yang tidak disajikan dengan

`mutu dan harga global akan cenderung ditinggalkan dan tersingkir dari pasar

(Baswir, 1999 : 83).

Usaha kecil terus mengalami peminggiran yang pada akhirnya akan

membuat masyarakat kecil semakin terdesak oleh usaha-usaha yang jauh lebih

bermodal dengan pelayanan yang sangat instan.Kalau dicermati laporan yang

dikeluarkan oleh United Nations bahwa 60,7 % penduduk Indonesia akan berada di

kota, maka sebagian besar wilayah Indonesia akan menjadi kosong. Desa-desa akan

menjadi kosong karena 39,3 % penduduk akan tinggal wilayah yang sangat luas.

Transformasi sosial ekonomi dan budaya ini sangat menarik untuk dikaji. Adanya

penduduk yang terfokus di kota, seperti halnya negara menimbulkan berbagai

persoalan karena begitu banyak orang memperebutkan tempat tinggal, kesempatan

kerja, fasilitas transportasi, dan ruang untuk kegiatan sosial. Integrasi ekonomi

ketatanan global telah menyebabkan integrasi sosial budaya ke dalam suatu tatanan

masyarakat. Revolusi teknologi elektronik dan teknologi komunikasi/transportasi

Page 2: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

2

telah merupakan jembatan yang menghubungkan berbagai belahan dunia. Sebagai

akibatnya akan tumbuh kecenderungan “consumer culture” di kota-kota. Dalam

proses ini konsumsi merupakan faktor penting di dalam mengubah tatanan nilai dan

tatanan simbolis. Dalam kecenderungan ini identitas dan subjektivitas mengalami

transformasi, baik menyangkut masalah integrasi maupun nasionalisme.

Logika kapitalisme lanjut tidak lagi memproduksi benda-benda kebutuhan

sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin, tetapi memproduksi

kebutuhan lewat penciptaan citra (image) oleh biro iklan. Budaya massa atau budaya

pop adalah budaya yang diproduksi untuk orang-orang kebanyakan. Orang

kebanyakan dalam pendekatan ini dianggap sebagai pangsa pasar, sekelompok

konsumen dalam fokus budaya pop yang dideskripsikan komoditas-komoditas

tertentu (Adlin, 2006:121).

Dalam masyarakat konsumen dewasa ini berkembang berbagai logika baru

konsumsi yang secara mendasar mengubah model hubungan antara konsumen dan

objek atau produk. Dalam masyarakat objek berkembang sedemikian rupa sehingga

tidak lagi terikat pada logika utilitas, fungsi, dan kebutuhan (need), tetapi terikat

pada apa yang disebut sebagai logika tanda-tanda (logic of sign) dan logika citra

(logic of image)

Konsep pembangunan nasional sekarang ini tetap mengacu pada

pertumbuhan, tetapi pelaksanaannya harus serasi dengan pembangunan nasional

yang berintikan pada manusia pelakunya. Konsep inilah yang dikenal dengan

ekonomi kerakyatan. Untuk meningkatkan kesejahteraaan masyarakat,

pembangunan ekonomi yang berbasis rakyat perlu diberikan prioritas sehingga

sektor ekonomi dan perdagangan kecil semestinya mendapat perlindungan dari

Page 3: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

3

pihak terkait khususnya pemerintah daerah Kota Denpasar. Kenyataan yang ada saat

ini Pemda Kota Denpasar memberikan izin pendirian minimarket yang jumlahnya

semakin banyak. Keberadaan minimarket dengan berbagai nama berkembang subur

di Kota Denpasar. Pengembangan konsep ekonomi kerakyatan diupayakan sejalan

dengan keinginan untuk membangun ekonomi yang berorientasi kerakyatan adalah

kemandirian dalam ekonomi. Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan

berbagai kebijaksanaan yang berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga konsep

ini lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat

dalam pembangunan ekonomi merupakan suatu strategi yang merangkum nilai-nilai

sosial. Konsep ini merupakan paradigma baru yang bersifat people-centered

(berpusat pada masyarakat, partisipatory (partisipasi) dan empowering

(pemberdayaan).

Denpasar sebagai kota metropolis dan sekaligus sebagai pusat pariwisata

Bali, sudah tentu mengalami berbagai perkembangan sosial budaya dan ekonomi

yang begitu cepat. Untuk pemenuhan kebutuhan dari masyarakat, yang aktivitas

ekonominya hampir hidup 24 jam, maka kebutuhan masyarakat tidak bisa dipenuhi

oleh toko-toko kelontong atau warung-warung yang jam operasionalnya kebanyakan

dari pagi sampai sore, sehingga untuk pemenuhan pada malam hari kebutuhannya

bisa dipenuhi dengan berbelanja di minimarket Circle K yang buka 24 jam.

Konsumen di perkotaan tidak saja membeli produk untuk fungsional semata, tetapi

juga pencitraan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pemilik modal dengan

membuka minimarket, dengan standar produk dan pelayanan yang instan. Proses

konsumsi sekarang didominasi oleh prinsip-prinsip kenikmatan, di mana makna

hidup dalam eksistensinya tidak lagi mendapat tempat karena telah tersingkir. Suatu

Page 4: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

4

komoditas menjadi populer adalah bukan untuk siapa barang itu diproduksi,

melainkan bagaimana barang itu diinterpretasikan dalam makna cultural. Suatu

komoditas ditentukan dalam proses sosial ekonomi.

Di Denpasar jumlah minimarket, baik yang franchaising maupun yang

berdiri sendiri, bertebaran di mana-mana. Dari segi jarak antara satu minimarket dan

yang lainnya banyak berdekatan. Itu berarti bahwa akan ada persaingan di antara

minimarket dan lebih khusus lagi terhadap para pedagang kecil yang dari historisnya

sudah ada lebih dahulu. Persaingan yang begitu tajam sudah tentu akan

menguntungkan pihak minimarket. Hal itu terjadi karena pedagang kecil dari segi

manajemen pengelolaan, permodalan, dan berbagai macam pelayanan serta kualitas

produk yang dijual kecenderungannya lebih rendah.

Hal ini sangat berbeda dengan minimarket yang menjual produk-produk

terstandardisasi, manajemen pengelolalan yang baik, pelayanan dan kebersihan

sangat diperhatikan sehingga semuanya mampu memengaruhi persepsi, pemahaman

,dan tingkah laku konsumen yang lebih mementingkan pencitraan. Untuk kaum

muda perkotaan citra minimarket sudah melekat sehingga tidak jarang ditemukan

anak muda yang tidak mau membeli barang di kios-kios kecil, pasar tradisional yang

mempunyai pencitraan “tidak gaul”, malahan dengan bangga berbelanja di

minimarket. Hal itu dilakukan karena ia merasa mendapat kenikmatan secara

objektif dan subjektif, mampu mendongkrak pencitraan terhadap diri bahwa mereka

telah menjadi masyarakat modern. Sebagai akibatnya, pedagang kecil yang lebih

banyak dilakoni oleh masyarakat kecil lama- kelamaan terdesak, tidak kuat bersaing,

dan akhirnya gulung tikar. Kapitalisme global telah meningkatkan kemiskinan dan

ketidakadilan sosial, tak hanya mengubah hubungan antara modal dan tenaga kerja,

Page 5: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

5

tetapi juga melalui proses peminggiran sosial (social exclusion) yang merupakan

suatu konsekuensi langsung struktur jaringan ekonomi baru.

Dari uraian di atas, jelas adanya inkonsisten dalam penyelenggaraan aktivitas

ekonomi karena usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat kecil kebanyakan

mengalami kemunduran. Sebaliknya, minimarket dengan berbagai jargonnya yang

mewakili kapitalis tetap eksis dan jumlahnya meningkat. Untuk itulah peneliti

tertarik ada apa dalam penyelenggaraan unit bisnis minimarket khususnya perizinan,

hegemoni birokrasi, yang meminggirkan usaha pedagang kecil. Salah satu

minimarket yang tersebar di Denpasar adalah Circle K khususnya yang berlokasi di

Kecamatan Denpasar Selatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1) Bagaimana bentuk marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya

Minimarket Circle K di Denpasar?

2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan pedagang kecil mengalami

marginalisasi dengan tumbuhnya Minimarket Circle K di Denpasar?

3) Apakah dampak dan makna marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya

Minimarket Circle K di Denpasar?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus.

Page 6: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

6

1.3.1 Tujuan Umum

Judul penelitian ini adalah “ Marginalisasi Pedagang Kecil dengan

Tumbuhnya Minimarket Circle K di Kota Denpasar”. Tujuan umum penelitian

adalah untuk memahami keberadaan perkembangan ekonomi terutama pedagang

kecil di Denpasar yang hingga saat ini masih mengalami marginalisasi sebagai

akibat tumbuhnya minimarket. Proses perkembangan ini banyak dikeluhkan oleh

pedagang. Di pihak lain pemerintah belum memberikan pengaruh yang berarti

sehingga terjadi proses pemiskinan pedagang kecil yang jumlahnya sangat banyak.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan khusus

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui tentang bentuk marginalisasi yang dihadapi oleh

pedagang kecil dengan tumbuhnya Minimarket Circle K di Kota Denpasar.

2) Untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan termarginalnya pedagang

kecil dengan tumbuhnya Minimarket Circle K di Kota Denpasar.

3) Untuk menginterpretasi dampak dan makna marginalisasi pedagang kecil

dengan tumbuhnya Minimarket.Circle K di Kota Denpasar.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik secara teoretis

maupun praktis sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak

tertentu dalam mengambil berbagai kebijakan, terutama menyangkut pedagang kecil

dan minimarket. Adapun manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Page 7: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

7

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat dari penelitian ini adalah seperti di bawah ini.

1) Mengembangkan konsep-konsep dan teori yang berhubungan dengan

marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya minimarket

2) Sumber inspirasi bagi peneliti lain yang tertarik dalam mengkaji masalah yang

terkait dengan pedagang kecil dan minimarket.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut.

1) Menggugah masyarakat untuk memiliki pandangan yang kritis terhadap

proses pembangunan di bidang ekonomi.

2) Mengenal lebih dekat proses kehidupan pedagang kecil dalam mengadakan

interaksi dengan lingkungannya yang telah mengalami perubahan.

3) Memberikan dorongan kepada pemerintah untuk melakukan penegakan

hukum secara lebih tegas dalam izin pendirian minimarket. Di samping itu,

mendorong untuk menindak para investor yang tidak mematuhi peraturan dan

perundang-undangan sehingga tidak merugikan pedagang kecil

Page 8: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1. Kajian Pustaka

Tulisan-tulisan yang mengambil topik usaha mikro, kecil, dan minimarket

dapat dijumpai dalam beberapa bentuk makalah, jurnal, tesis, disertasi, ataupun

karya ilmiah lainnya. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) perlu

diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai peran dan

potensi strategis dalam menunjang perekonomian nasional. Pemberdayaan usaha ini

dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara

sinergis sehingga diharapkan mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri. Pedagang kecil yang merupakan bagian dari usaha mikro

banyak digeluti oleh masyarakat sebagai mata pencaharian. Dalam

perkembangannya di daerah perkotaan tumbuhlah minimarket sebagai salah satu

ritel modern.

Penelitian dilakukan pada dua belas toko K-Mart dengan judul “Memajang

Barang Dagangan Mempengaruhi Penjualan”. K-Mart adalah gerai utama bagi

produk alat-alat tulis. Sebuah percobaan dirancang di dua belas toko K-Mart. Enam

toko diacak ditugaskan untuk menerapkan sistem baru dalam memajang barang

dagangan, sedangkan enam toko lainnya memajang barang dagangan dengan cara

lama. Percobaan ini dilakukan selama enam bulan. Simpulannya; Bahwa penjualan

produk yang menerapkan sistem baru mempunyai penjualan tujuh persen lebih

tinggi dibandingkan dengan penjualan toko yang menggunakan sistem lama

Page 9: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

9

(Malhotra, 2005 :101). Dalam riset yang dilakukan terhadap Toko Serba Ada

dirumuskan bahwa tujuannya adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan

(kreteria pemilihan) yang digunakan rumah tangga dalam memilih toserba, (2)

mengidentifikasi apa yang dianggap sebagai toko yang bersaing untuk kategori

produk tertentu, (3) mengidentifikasi karakteristik psikologi konsumen yang

mungkin memengaruhi perilaku kunjungan toserba, dan (4) mengidentifikasi aspek

perilaku pemilihan oleh konsumen lainnya yang relevan dengan kunjungan toko

(Malhotra, 2005:166).

Penelitian di atas dapat digunakan sebagai pedoman di dalam mengadakan

penelitian minimarket karena karakteristiknya di dalam pengelolaan Toserba

mempunyai kesamaan dalam pengaturan barang-barang dagangan, adanya sistem

operasional yang sudah baku khususnya dalam pengadaan barang dagangan dari

penyalur yang memengaruhi penjualan adalah sangat relevan dengan keadaan pada

minimarket Circle K, yaitu barang ditempatkan dalam etalase dengan rapi.

Perbedaannya terletak bahwa penelitian ini lebih fokus pada perubahan yang terjadi

akibat banyaknya tumbuh minimarket dari kajian budaya.

Dalam Journal of Product & Brand Management Vol 15 No 2 dinyatakan

bahwa kesadaran merek dan image berdampak positif terhadap kepuasan dan

kepercayaan terhadap merek tersebut sehingga mampu meningkatkan penjualan

pada masa depan. Hal ini tampak pada (1) kesadaran akan merek berdampak positif

terhadap kepuasan akan merek, (2) kesadaran akan merek berdampak positif

terhadap kepercayaan akan merek, (3) image terhadap merek berdampak positif

terhadap kepuasan akan merek dan (4) image terhadap merek berdampak positif

Page 10: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

10

terhadap kepercayaan akan merek (Franz Rudolf Esch and Tobian Lagner et, al.,

2006 :98--105).

Penelitian ini mempunyai kesamaan, yaitu Minimarket Circle K sangat

mengandalkan kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap merek. Barang

dagangan yang dijual di minimarket adalah barang yang telah memiliki merek dan

telah dikenal di masyarakat. Sebaliknya, perbedaannya bahwa penelitian ini

dikaitkan dengan memarginalkan pedagang kecil. Relevansinya bahwa pedagang

kecil sangat perlu memahami bahwa kepuasan konsumen sangat bergantung dari

kepercayaan terhadap merk.

Dalam European Journal of Marketing Vol.40 No ½ dinyatakan bahwa salah

satu hal amat penting dalam membina hubungan antara penjual dan pembeli adalah

“trust”(kepercayaan). Kepercayaan timbul dari suatu proses pembinaan yang cukup

lama sampai kedua belah pihak saling memercayai. Pihak yang lain akan jujur, adil,

dan bisa diandalkan dalam menjalankan kegiatan pada masa depan. Dalam

hubungan penjual dan pembeli tingginya tingkat kepercayaan dipengaruhi oleh (1)

meningkatnya komitmen, (2) mempererat kerja sama, (3) menjamin kepuasan, dan

(4) mengurangi konflik ( Leonidas.C. et.al., 2006: 145).

Penelitian ini memiliki kesamaan dalam hal bisnis, baik pedagang kecil

maupun minimarket Circle K harus tetap mengedepankan kepercayaan dari pembeli

ataupun pejual, sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian. Penelitian

ini sangat relevan karena memberikan informasi tentang bagaimanan membangun

hubungan dengan konsumen.

Luc Sels. et.al., (2006: 83--101) mengadakan penelitian berjudul Linking

HRM and Small Business Performance: An Examination of the Impact of HRM

Page 11: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

11

Intensity on Productivitu an Financial Performance of Small Businesess.Tema

penelitian adalah keuangan, sumber daya manusia, dan manajemen usaha kecil.

Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa hubungan pengembangan sumber daya

manusia dengan usaha kecil sangatlah erat. Ada beberapa faktor yang dominan

dalam pengembangan sumber daya manusia pada usaha kecil, yaitu seleksi,

pelatihan, penggajian, karier, pengelolaan manajemen, dan partisipasi.

Penelitian itu sangat relevan dengan proses pengembangan sumber daya

manusia pada Minimarket Circle K, sedangkan perbedaannya terletak pada jumlah

dan jenis barang yang dijual, Pada minimarket item barang yang dijual dari 1.500

item ke atas, sedangkan pada pedagang kecil jumlah item barang yang dijual lebih

sedikit bergantung besar kecilnya usaha tersebut. Barang yang dijual pada

minimarket tidak selalu sama dengan yang dijual pada pedagang kecil karena ada

produk-produk yang hanya dijual pada minimarket yang biasanya memiliki merek

sendiri, teknik penjualannya, dan sarana yang digunakan sebagai pendukung.

Pedagang kecil cendrung tidak melakukan pengembangan sumber daya manusia

secara berkesinambungan. Relevansinya adalah untuk memberikan gambaran lebih

jelas tentang pentingnya proses pengembangan tenaga kerja, yaitu pedagang kecil

dalam menghadapi persaingan.

Analisis tentang marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya mini

market dipengaruhi oleh logika kapitalisme lanjut, tidak lagi memproduksi benda-

benda kebutuhan sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin, tetapi

membangun pencitraan (image) oleh biro iklan. Aktivitas pengiklanan sebuah

produk tergolong dalam budaya pop. Budaya massa atau budaya pop adalah budaya

yang diproduksi untuk orang-orang kebanyakan. Orang kebanyakan dalam

Page 12: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

12

pendekatan ini dianggap sebagai pangsa pasar, sekelompok konsumen dalam fokus

budaya pop yang dideskripsikan komoditas-komoditas tertentu (Adlin, 2001:121).

Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan yang sedang dilakukan, yaitu

sama-sama mengeksplorasi kapitalis yang mengarah pada gaya hidup konsumen,

Minimarket Circle K juga merupakan produk dari kapitalisme baru yang lebih

menilai sebuah produk tidak haniya dari nilai objektifnya, tetapi lebih merupakan

pendiktean pencitraan dan selera.. Perbedaannya bahwa penelitian Adlin

menekankan pada gaya hidup konsumeristis, yaitu masyarakat disulap menjadi

masyarakat konsumeristis di mana gaya hidup belanja adalah ideal menggantikan

kebajikan-kebajikan klasik. Belanja adalah sebuah keutamaan baru. Gaya hidup

menyembunyikan apa yang sesungguhnya berupa akumulasi modal, paling tidak

modal budaya dan simbolik (Adlin, 2001 : 26. Sedangkan penelitian ini menekankan

pada marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya Minimarket Circle K. Adapun

relevansinya adalah sebagai informasi awal dalam penelitian cultural studies.

Minimarket Circle K merupakan jenis usaha waralaba yang sedang tumbuh

di Denpasar. Sri Subawa (2009) dalam penelitiannya “Waralaba Pendidikan Non

Formal sebagai Ekspansi Ekonomi Global di Kota Denpasar” mengemukakan bahwa

makna waralaba lembaga nonformal meliputi (1) makna ekspansi kapitalisme, (2)

makna saling percaya, (3) makna interaksi budaya, dan (4) makna hak kekayaan

intlektual, (5) makna kewirausahaan, (6) makna periode pengembalian, (7) makna

kepatuhan, (8) makna investasi, (9) makna pencerdaskan bangsa, (10) makna

kesejahteraan, (11) makna kapitalisme, (12) makna kekerasan simbolik, dan (13)

makna ekonomi global.

Page 13: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

13

Penelitian ini mempunyai kesamaan, yaitu bagaimana bisnis Minimarket

Circle K merupakan produk dari adanya ekspansi global yang merupakan strategi

baru dalam mencari pasar baru untuk memenangkan persaingan ekonomi (

distribusi dan konsumsi) global dengan menggunakan capital (modal) yang dimiliki

dan kebebasan pelaku ekonomi untuk memeroleh laba. Proses ekspansi yang

dilakukan ke berbagai tempat di seluruh dunia merupakan bagian dari karakteristik

ekonomi global. Perbedaannya terletak pada jenis produknya. Dalam penelitian ini

yang diperdagangkan adalah produk (barang), sedangkan di pihak lain adalah jasa

(pendidikan). Relevansinya adalah sebagai informasi awal dari dampak globalisasi

di bidang pendidikan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Wana Pariartha (2010) yang berjudul

“Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Denpasar

Selatan Kota Denpasar Sebuah Kajian Budaya”. Penelitian ini sama-sama meneliti

pedagang, sedangkan perbedaannya bahwa penelitian ini meneliti pedagang kecil

dan minimarket dan di pihak lain meneliti pedagang kaki lima. Relevansinya adalah

memberikan informasi awal karakteristik pedagang. Hasil penelitian Wana Pariartha

(2010) mengemukakan bahwa tidak adanya koordinasi antara pimpinan dan yang

dipimpin sehingga yang dipimpin merasa diayomi. Dalam hal ini ada keberpihakan

terhadap mereka yang lemah/terpinggirkan sehingga akan menumbuhkan rasa

memiliki serta ikut bertanggung jawab atas keberhasilan program yang telah disusun

Penelitian yang dilakukan oleh Enciety Focus – 37 dengan judul “Menggarap

Perubahan Gaya Hidup Kota Besar” berlokasi di Surabaya menyimpulkan bahwa

perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya di kota-kota besar harusnya

menjadikan toko tradisional harus mengubah pola bisnisnya secara cerdas.

Page 14: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

14

Perkembangan convenience store, apalagi minimarket tidak hanya mengharuskan

penyesuaian jam operasional, tetapi juga penyesuaian cara mendapatkan dan

pembayaran barang dagangan. Artinya, penerapan supply chain sebagai

alternatifnya. Skala usaha toko tradisional menurut variasi barang dagangan yang

dijual adalah < 20 produk sejumlah 7,1%, 21 s.d 25 produk sejumlah 66,3%, dan >

25 produk sebesar 26,5% (Enciety Focus – 37 dalam Jawa Post, 2010)

Penelitian ini mempunyai kesamaan, yaitu membahas usaha toko tradisional,

sedangkan perbedaannya terletak pada luasnya penelitian karena di sini kajiannya

tidak hanya dari ekonomi, tetapi juga dari budaya. Relevansinya adalah memberikan

gambaran awal bagaimana mengelola skala usaha toko tradisional di tengah

kemajuan minimarket.

Penelitian tentang marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya

minimarket mempunyai permasalahan yang sangat perlu mendapatkan penyelesaian,

baik melalui berbagai kebijakan maupun tindakan yang bisa menempatkan kondisi

yang sinergis bagi kedua pelaku ekonomi tersebut.

2.2 Konsep

Keberadaan konsep dalam penelitian sangat penting karena erat kaitannya

dengan fenomena yang diteliti. Mengingat sifat fenomena itu luas, maka

keberadaannya harus dibatasi sedemikian rupa sehingga tampak jelas oleh pengamat

atau peneliti. Sehubungan dengan itu, maka penggunaan konsep dapat dilakukan

dengan membahasnya dari yang sifatnya abstrak ke dalam bentuk yang secara

operasional mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan perbedaan interpretasi.

Menurut Singarimbun dkk. (1989 : 34), konsep adalah abstraksi mengenai suatu

Page 15: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

15

fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik

kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Yang menjadi konsep dalam

penelitian ini adalah 1) marginalisasi pedagang kecil 2) Minimarket Circle K 3),

dan 4) Globalisasi.

2.2.1 Minimarket Circle K

Tumbuhnya minimarket diartikan berkembangnya jumlah minimarket secara

kuantitas terus mengalami penambahan. Minimarket sering diartikan sebagai

convenience store , yaitu toko serba ada yang berisi berbagai macam kebutuhan se-

hari-hari dan berlokasi di daerah tertentu yang strategis. Disebut “convenience”

karena hampir semua barang yang dibutuhkan masyarakat ada di dalamnya sehingga

tidak perlu repot pergi ke berbagai tempat belanja, ditambah lokasi yang mudah

dijangkau oleh masyarakat.

Ciri-ciri minimarket adalah menjual barang yang langsung dapat dipakai

dan atau cepat saji, jam operasinya biasanya 18 --24 jam, dalam satu shift, biasanya

hanya mempekerjakan 1--3 orang, berlokasi di dekat perumahan atau wilayah yang

padat penduduk, biasanya memiliki lahan parkir yang sempit, bahkan ada yang tidak

memiliki lahan parkir sama sekali (http://www.scribd.com/doc//CircleK).

Circle K termasuk convenience store yang berasal dari Amerika. Cicle K

mulai membuka cabang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Circle K

hadir di tengah-tengah masyarakat di perkotaan besar untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang terbilang “emergency” pada mal m hari. Segmen pelanggan adalah

karyawan, mahasiswa, dan orang-orang yang bekerja sampai larut malam atau

melakukan perjalanan pada malam hari yang tergolong menegah ke atas. Makanan

Page 16: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

16

yang disajikan pada Cirle K hanya untuk memenuhi produk-produk food dan non

food yang segera digunakan (immediate consumption)

(http://www.scribd.com/doc//CircleK).

Kegiatan ritel terdiri atas kegiatan bisnis yang termasuk penjualan barang-

barang nyata (produk) dan barang-barang tidak nyata (layanan) kepada konsumen

akhir. Tahap akhirnya berada dalam proses distribusi. Dalam menjalankan bisnis

ritel digunakan konsep ritel terpadu, CARE (customer, activities, relation dan

enterprising). Hal itu menyiratkan perspektif yang mendalam. Perspektif ini

berangkat dari fokus pada kebutuhan konsumen, mengkoordinasi kegiatan ritel yang

memengaruhi konsumen, dan mencetak laba dengan membangun hubungan dengan

konsumen dalam jangka panjang berdasarkan kepuasan serta nilai konsumen (Lynda

dan Cynthia, 2001 : 7).

Circle K menghadirkan jumlah item produk terkini (terfavorit) dan produk

untuk dikonsumsi segera, artinya sifatnya mendesak dan hanya sedikit yang

menyuguhkan produk-produk kelontong karena setiap outlet maksimal menyediakan

1.500 item produk. Circle K masuk ke Indonesia pertama tahun 1986 di Jakarta di

Jalan Panglima Polim Raya oleh Yayasan Trisakti. Kemudian diambil alih oleh PT

Cirleka Indonesia Waserba pada tahun 1989 (http://www.scribd.com/doc//CircleK).

Sejak tahun 2003 dimiliki oleh jaringan Couche Tard, sehingga strategi

pengembangannya mengalami perubahan, yaitu dengan mengadopsi konsep Store

2000 yang dicanangkan oleh Couche Tard; yakni memberikan pengalamam

berbelanja yang mengesankan kepada customer. Rencana pertumbuhan Circle K

juga makin agresif dengan menambah store 20 -- 30 setiap tahun. Dalam rencana

pertumbuhan tersebut, pembangunan brand menjadi bagian utama yang harus

Page 17: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

17

dilakukan untuk meningkatkan brand equity, baik customer, partner, karyawan,

maupun share holder. Dengan sendirinya orientasi kerja di perusahaan ini

mengalami perubahan (www.circlek.com).

Pengelolaan bisnis minimarket adalah dengan waralaba. Falsafah dalam

waralaba adalah memindahkan keberhasilan usaha satu lokasi ke lokasi lain dengan

pemilik/pengelola yang berbeda. Waralaba adalah suatu sistem bagi distribusi

selektif barang dan/jasa di bawah suatu nama merek melalui tempat penjualan yang

dimiliki oleh pengusaha independen yang disebut franchisees walaupun pemberi

franchise (franchisor) memasok franchisee dengan pengetahuan atau identifikasi

merek secara terus- menerus, franchisee menikmati hak atas profit yang diperoleh

dan menanggung risiko kerugian (Suseno, 2005 : 7).

Waralaba adalah suatu sistem pemasaran yang berkisar pada perjanjian sah

antara dua pihak yang salah satunya (franchisee) diberi hak istimewa untuk

menjalankan bisnis sebagai pemilik pribadi. Akan tetapi, dengan syarat perusahaan

dijalankan menurut metode dan terminologi yang dispesifikasikan oleh pihak yang

laian (franchisor). Longenecker dalam Amirullah (2005) mengungkapkan bahwa

franchisee melibatkan pengaturan yang formal dan suatu tatanan hubungan yang

memerintahkan cara suatu bisnis harus dijalankan. Perusahaan franchisee biasanya

ditandai oleh sistem (franchisee) tersebut dengan nama, logo, prosedur

pengoperasian, dan lain-lain.

Terdapat tiga tipe atau tingkatan dari sistem franchisee yang menawarkan

berbagai hubungan antara pengusaha dan franchisor. Pada tingkat pertama produsen

(franchisor) memberikan franchisee kepada penjual. Sistem ini biasa digunakan

dalam industri minuman dingin. Perusahaan Coca Cola adalah salah satu contohnya.

Page 18: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

18

Dalam bentuk yang kedua, penjualnya adalah berkisar pada supermarket dan toko-

toko barang dagangan umum. Sistem franchisee yang ketiga adalah franchisor

sebagai produsen atau pencipta, di mana franchisor bertindak sebagai pendiri retail

seperti restoran makanan siap saji.

Menurut Kepmenperindag Nomor 259/MPP/Kep/7/1997, 30 Juli 1997

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba yang

dimaksudkan dengan waralaba (franchisee) adalah perikatan di mana salah satu

pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan Hak Atas

Kekayaan Inlektual (HAKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak

lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak tersebut,

dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.

Pemberi waralaba (franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang

memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan atau menggunakan HAKI

atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba. Penerima

waralaba (franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk

memanfaatkan dan atau menggunakan HAKI atau penemuan atau ciri khas usaha

yang dimiliki penerima waralaba.

Jika bisnis waralaba seperti menjadi pilihan, maka perlu dipertimbangkan

beberapa kelebihan dan kekurangan franchising. Kelebihannya adalah ( 1) pelatihan

formal, (2) bantuan keuangan, ( 3) metode pemasaran yang telah terbukti, (4)

bantuan manajemen, (5) jangka waktu permulaan bisnis lebih cepat dan ( 6) tingkat

kegagalan keseluruhan lebih rendah. Sebaliknya kekurangannya adalah (1) pajak

franchisee, (2) royalty yang harus dibayarkan, (3) adanya batas pertumbuhan, (4)

Page 19: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

19

kurangnya kebebasan dalan beroperasi, dan (5) franchisor mungkin penyalur

tunggal dari beberapa perlengkapan ( Amirrullah, 2005 : 76).

Berbelanja di minimarket dipandang sebagai gaya hidup atau life style dapat

didefinisikan sebagai pola penggunaan ruang, waktu, dan barang-barang

karakteristik kelompok sosial tertentu. Dengan demikian gaya hidup adalah

bagaimana kelompok sosial tertentu menggunakan ruang, waktu, dan barang dengan

pola, gaya, atau kebiasaan tertentu, yang dilakukan secara berulang-ulang di dalam

ruang-waktu tertentu. Bila dikaitkan dengan dengan geografi-waktu, maka gaya

hidup adalah bagaimana pola, kebiasaan, dan gaya kelompok sosial tertentu dalam

melakukan rutinitas praktik sosial sehari-hari di dalam ruang-waktu (Piliang, 2004 :

60).

Gaya hidup dapat diartikan sebagai pola tindakan dari golongan masyarakat

modern. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan

menggunakan gagasan gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya, baik sendiri

maupun orang lain. Dalam interaksi sehari-hari dapat diterapkan suatu gagasan

mengenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud. Di samping itu, d

benar-benar tertantang serta mungkin sulit menemukan deskripsi umum mengenai

hal-hal yang merujuk pada gaya hidup. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang

membedakan antara satu orang dan orang lain atau gaya hidup adalah seperangkat

praktik dan sikap yang masuk akal dalam konteks tertentu (Chaney, 2009 : 40--41).

Page 20: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

20

2.2.2 Marginalisasi Pedagang Kecil

Dilihat dari etimologinya marginalisasi berasal dari kata marginal yang

berarti berhubungan dengan tepi atau berada di pinggir (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2008:879). Berkenaan dengan itu maka marginalisasi dapat diartikan

sebagai usaha atau proses yang membatasi atau meminggirkan peran suatu

kelompok tertentu. Pengertian marginalisasi dalam kajian budaya juga dikenal

dengan istilah the other ( yang lain). Menurut Minawati (2009:4), marginalisasi

diartikan suatu posisi atau sisa atau korban dalam hubungannya dengan oposisi biner

(binary oposition) dari paham modernism. Dalam kaitan ini pedagang kecil sebagai

kelompok yang lemah dibandingkan dengan Minimarket Circle K.

Pedagang kecil termasuk dalam usaha mikro, yaitu usaha produktif milik

perseorangan yang memliliki kekayaan bersih paling banyak lima puluh juta rupiah

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sebaliknya, yang dimaksud

dengan pedagang tradisional adalah pedagang yang melakukan aktivitas dagangnya

di pasar-pasar tradisional atau tempat lain, yang dalam aktivitasnya dilakukan

sendiri oleh pemilik atau keluarganya, tidak banyak menggunakan bantuan

teknologi, dalam praktiknya seperti pedagang kaki lima.

Usaha kecil adalah usaha produktif milik perseorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak/cabang perusahaan dari usaha menengah atau usaha

besar dengan kekayaan bersih lebih dari lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha.

Pendapat lain mengatakan bahwa usaha kecil adalah bentuk usaha atau bisnis

yang diselenggarakan dengan batas kemampuan yang terbatas serta modal kerja

yang terbatas pula. Usaha kecil sebagai suatu bentuk usaha yang tidak bergantung

Page 21: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

21

pada pemilik dan manajemennya serta tidak menguasai/mendominasi pasar di mana

ia berada. Usaha kecil tidak menjadi bagian dari bisnis lainnya sehingga sebagai

perusahaan kecil tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pasar di mana ia

berada (Lupiyoadi dan Wacik ,1998 : 23).

Sesuai dengan Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah Pasal 6 menyatakan sebagai berikut.

(1) Kreteria Usaha Mikro adalaha sebagai berikut.

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

(2) Kreteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)

Pedagang kecil dalam bentuk toko kelontong atau warung kelontong

termasuk pada usaha mikro. Dikatakan usaha mikro karena dari segi kekayaan

bersihnya berada di bawah Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan

Page 22: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

22

tempat usaha. Di samping itu memiliki hasil penjualan bersih tahunan paling

banyak Rp 300.000.000,00.

Usaha mikro, kecil mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Secara umum peran usaha kecil mampu memberikan

kontribusi dalam mengatasi masalah ekonomi makro, seperti pengangguran dan

supplay bahan baku bagi usaha menengah dan besar. Peran lainnya adalah

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan inovasi, dan menopang perusahaan

menengah dan besar.

2.2.3 Globalisasi

Menurut Toffler pakar ekonomi dunia (dalam Baswir Revrisond. 1999: 81),

abad 21 sebagai era informasi, yaitu suatu era di mana kekuasaan lebih banyak

ditentukan oleh luas dan dalamnya penguasaan informasi, bukan atas luasnya

jarahan teritorial atau banyaknya emas yang dimiliki. Kini dunia tengah dilanda oleh

gelombang perubahan kedua dan ketiga (second and third waves). Kecenderungan

lain adalah adanya semacam penolakan terhadap keseragaman (countertrend) yang

ditimbulkan oleh kebudayaan global (kebudayaan asing) sehingga muncul hasrat

untuk menegaskan keunikan kultur dan bahasa sendiri. Dalam era global sekarang

ini muncul kecenderungan bahwa masyarakat ingin memahami kebudayaan lain di

luar budayanya.

John Gray, seorang profesor dari LSE (London School of Economics) (dalam

Prasesetyantoko. 2001: 3) menyimpukan bahwa krisis finansial global yang terjadi

baru-baru ini telah meruntuhkan bangunan kapitalisme global. Prinsip pasar bebas

yang begitu diagungkan pada masa lalu itu kini terbukti menimbulkan kekacauan,

Page 23: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

23

perang, konflik etnik, kerusakan lingkungan, dan kerugian yang sangat besar.

Selama dekade terakhir abad kedua puluh, tumbuh suatu kesadaran di antara para

wisatawan, politikus, ilmuwan sosial, pemimpin masyarakat, aktivis akar rumput,

seniman, ahli sejarah budaya, dan orang-orang biasa dari berbagai bidang bahwa

sedang muncul suatu dunia baru dan kebudayaan baru. ”Globalisasi” menjadi istilah

yang digunakan untuk meringkaskan segala perubahan luar biasa dan momentum

yang tampak tak tertahan, yang dirasakan jutaan orang (Capra, 2009:145).

Konsep globalisasi menurut Robertson dalam Barker (2006:113) mengacu

kepada penyempitan dunia secara intensif dan peningkatan kesadaran manusia atas

dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman terhadap

mereka. Penyempitan dunia ini dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas,

sementara intensifikasi kesadaran dunia secara reflektif dapat dipersepsikan secara

lebih baik secara budaya.

Globalisasi yang memfokuskan pada faktor-faktor ekonomi cenderung

menekankan arti penting ekonomi dan efeknya yang bersifat homogenizing terhadap

dunia. Mereka umumnya melihat globalisasi sebagai penyebaran ekonomi pasar ke

seluruh kawasan dunia yang berbeda-beda. Sebaliknya, orientasi

politik/institusional dengan memfokuskan pada penyebaran model nation-state di

seluruh dunia dan munculnya bentuk isomorfis dari tata pemerintahan di seluruh

dunia atau tumbuhnya model tata pemerintahan di seluruh dunia yang kurang lebih

serupa. Bahkan, Appadurai dalam Ritzer dan Goodman (2008:598) menyebutkan

lima ciri dari arus global, yaitu ethnoscapes, mediascapes, technoscapes,

financescapes dan ideoscapes.

Page 24: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

24

Menurut Anne Krueger (Wolf, 2007 : 16--17), globalisasi adalah suatu

fenomena di mana agen-agen ekonomi di bagian mana pun di dunia jauh lebih

terkena dampak peristiwa yang terjadi di tempat lain di dunia daripada sebelumnya.

Globalisasi sebagai pergerakan bebas barang, jasa, buruh, dan modal, sehingga

menciptakan satu pasar tunggal dalam hal masukan dan keluaran. Di samping itu

perlakuan bersifat nasional terhadap investor asing (serta warga nasional yang

bekerja di luar negeri) sehingga, dari segi ekonomi tidak ada orang asing. Secara

singkat, globalisasi adalah sebuah rentangan proses yang kompleks, yang digerakkan

oleh berbagai pengaruh politis dan ekonomis (Giddens, 2000 : 38).

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Struktur Generatif

Teori ini dikemukakan oleh Pierre Felix Bourdieu (1930--2002) seorang

pemikir Prancis. Karya-karyanya lahir dari pengamatan emperis, berpijak pada

kehidupan sehari-hari sebagai sosiologi budaya atau sebagai teori praktik. Teori

struktur generatif menerangkan praktik sosial, yaitu (habitus x modal) + ranah =

praktik. Relasi antara individu dan struktur dengan relasi antara habitus dan ranah

yang melibatkan modal. Boudieu (dalam Harker dkk., 2009:13) menyatakan bahwa

habitus adalah suatu sistem disposisi yang berlangsung lama dan berubah-ubah

(durable, transposible disposition) yang berfungsi sebagai basis generatif bagi

praktik-praktik yang terstruktur dan terpadu secara objektif.

Habitus sebagai sistem disposisi dipandang sebagai sikap, kecenderungan

dalam mempersepsi, merasakan, melakukan, dan berpikir, yang diinternalisasikan

oleh individu berkat kondisi objektif seseorang. Sehubungan dengan itu, disposisi

Page 25: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

25

pada hakikatnya mencakup kecenderungan-kecenderungan yang berlangsung lama

dan dapat diterapkan dalam berbagai ranah berbeda. Selain itu, habitus menurut

Bourdieu (dalam Fashri, 2007 : 92) dapat dilihat sebagai produk sejarah karena

terikat pada ruang dan waktu serta kondisi material yang mengelilinginnya.

Pengaruh masa lalu tidak disadari sepenuhnya dan dianggap sesuatu yang alamiah

atau wajar. Ketidaksadaran kultural yang melekat dalam habitus senantiasa

diawetkan dari generasi ke generasi berikutnya dan terus- menerus diproduksi ulang

bagi pembentukan praksis kehidupan sehari-hari

Ranah diartikan sebagai jaringan relasi antarposisi objektif dalam suatu

tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaran dan kehendak individual. Ranah

juga diartikan sebagai arena kekuatan yang di dalamnya terdapat perjuangan untuk

memperebutkan sumber daya (modal) dan memeroleh akses tertentu yang dekat

dengan kekuasaan. Ranah juga merupakan tempat pertarungan di mana mereka yang

menempatinya dapat mempertahankan atau mengubah konfigurasi kekuasaan yang

ada. Sehubungan dengan, itu ranah dapat dianalogikan sebagai arena permainan

yang di dalamnya terdapat kompetisi atau persaingan antar pemain, adanya

manuver-manuver untuk mencapai tujuan, dan mengandung konskuensi menang-

kalah.

Bourdieu (dalam Haryatmoko, 2003 : 12) mengatakan bahwa modal

ekonomi, budaya, sosial, dan simbolik memungkinkan untuk membentuk struktur

lingkup sosial. Modal ekonomi yang terakumulasi dalam investasi dan modal yang

dapat memberikan keuntungan sesuai dengan kesempatan yang dimiliki. Modal

budaya merupakan pengetahuan yang sudah diperoleh, kode budaya, cara berbicara,

kemampuan menulis, cara pembawaan, cara bergaul, dan sebagainya yang berperan

Page 26: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

26

dalam penentuan dan reproduksi kedudukan sosial. Modal sosial adalah hubungan

dan jaringan hubungan yang merupakan sumber daya yang berguna dalam

penentuan dan reproduksi kedudukan sosial. Modal simbolik tidak lepas dari

kekuasaan simbolik, bisa berupa kantor yang luas di daerah mahal, dan sebagainya.

Teori struktur generatif Bourdieu dalam penelitian ini digunakan untuk

menjawab pertanyaan pertama berkenaan dengan bentuk marginalisasi yang dialami

oleh pedagang kecil dengan tumbuhnya minimarket di Denpasar. Praktiknya

dijumpai bahwa adanya ketidakberdayaan dari pedagang kecil dalam berkompetisi.

Hal ini dapat dilihat dari bidang modal , cara pengelolaan dan jaringan usaha.

Secara sosial, budaya, dan simbolik keberadaannya minimarket di masyarakat

perkotaan telah menjadi simbul status dari konsumennya, yang dapat mengubah

image bahwa berbelanja di minimarket adalah modern dan gaul sehingga status di

mata masyarakat lebih tinggi

Baudrillard (2009: 13) menjelaskan bahwa konsumsi bukan sekadar nafsu

untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan satu fungsi

individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan atau konsumsi objek.

Konsumsi berada dalam satu tatanan pemaknaan pada satu ”panoply” objek, satu

sistem, atau kode, tanda, satu tatanan manipulasi tanda, manipulasi objek sebagai

tanda, satu sistem komunikasi (seperti bahasa); satu sistem penukaran (seperti

kekerabatan primitif), satu moralitas yaitu satu sistem pertukaran ideologis, produksi

perbedaan, satu generalisasi proses fashion secara kombinatif; menciptakan isolasi

dan mengindividu; satu pengekang orang bawah sadar, baik dari sistem tanda, dan

dari sistem sosio-ekonomi-politik, maupun satu logika sosial.

Page 27: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

27

Baudrillard (dalam Martyn. 2006: 40) mengatakan bahwa logika nilai tanda

melambangkan kemenangan akhir kapitalisme dalam upaya menerapkan tatanan

budaya yang selaras dengan permintaan produksi komoditas berskala besar. Individu

dalam hal ini direduksi menjadi sekadar konsumen. Konsumen tidak lain adalah

jembatan transmisi perbedaan terkendali dan telah ditentukan sebelumnya antara

objek-objek konsumen yang berfungsi mengklasifikasikan dunia sosial menurut

permintaan iklan dan media massa. Jadi, apa yang dikonsumsi, bukanlah objek

konsumsi itu sendiri, melainkan makna dan nilai tandanya.

Sebagai grand theory dalam penelitian ini, teori struktur generatif Bourdieu

digunakan untuk menjawab pertanyaan pertama berkenaan dengan bentuk

marginalisasi yang dialami oleh pedagang kecil dengan tumbuhnya minimarket di

Denpasar

2.3.2 Teori Hegemoni

Teori hegemoni Gramsci adalah salah sebuah teori politik paling penting

abad XIX. Teori ini dibangun di atas premis pentingnya ide dan tidak mencukupinya

kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik. Agar yang dikuasai mematuhi

penguasa, yang dikuasai tidak hanya harus merasa mempunyai dan

menginternalisasi nilai-nilai serta norma penguasa, tetapi lebih dari itu mereka juga

harus memberikan persetujuan atas subordinasi mereka. Inilah yang dimaksud

Gramsci dengan ”hegemoni” atau menguasai dengan ”kepemimpinan moral dan

intelektual” (Gramsci, 2006 : 31).

Hegemoni satu kelompok terhadap kelompok lain tidak berdasarkan

paksaan, tetapi melalui konsensus. Dia juga mengatakan bahwa secara esensial

Page 28: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

28

hegemoni bukan hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan

relasi kesepahaman antara negara dan masyarakat dengan menggunakan politik dan

ideologi. Jadi dari teori hegemoni Gramsci tidak ada dominasi satu kelompok

terhadap kelompok lainnya. Namun, lebih ditentukan karena adanya relasi

kesepahaman atara kelompok yang menghegemoni dan yang terhegemoni.

Menurut Gramsci, konsep hegemoni dapat dielaborasi melalui penjelasan

tentang basis dari supremasi kelas. Supremasi sebuah kelompok mewujudkan diri

dalam dua cara, yaitu sebagai ”dominasi” dan sebagai” kepemimpinan intelektual

dan moral ”. Di satu pihak, sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-

kelompok oposisi untuk ”menghancurkan” atau menundukkan mereka, bahkan

mungkin dengan menggunakan kekuatan bersenjata; di pihak lain, kelompok sosial

memimpin kelompok-kelompok kerabat dan sekutu mereka. Sebuah kelompok

sosial dapat, bahkan harus sudah menerapkan ”kepemimpinan” sebelum

memenangkan kekuasaan pemerintahan (Nesar Patria dkk., 2003 : 117).

Terkait dengan konsensus hegemoni muncul melalui komitmen aktif atas

kelas sosial yang secra historis lahir dalam hubungan produksi. Untuk itu, Gramsci

mengatakan secara tak langsung konsesnsus sebagai ”komitmen aktif” yang

didasarkan pandangan bahwa posisi tinggi yang sah (legitimate). Konsensus ini

secara historis lahir (disebabkan oleh) karena prestasi yang berkembang dalam dunia

produksi. Sebuah konsensus diterima oleh kelas pekerja pada dasarnya bersifat pasif.

Teori Gramsci menunjuk pada suatu rantai kemenangan yang didapat melalui

mekanisme konsensus, bukan melalui penindasan terhadap kelas sosial lainnya.

Caranya dapat dilakukan melalui institusi yang ada di masyarakat yang menentukan

secara langsung atau struktur-struktur kognitif masyarakat (Gramsci, 1976: 144).

Page 29: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

29

Pada praktiknya ada tiga tingkatan hegemoni yang dikemukakan oleh

Gramsci. Pertama, hegemoni integral ditandai dengan afiliasi massa yang

mendekati totalitas. Masyarakat menunjukkan tingkat kesatuan moral dan intelektual

yang kokoh. Ini tampak dalam hubungan organisasi antara pemerintah dan yang

diperintah. Hubungan tersebut tidak diliput dengan kontradiksi dan antagonisme,

baik secara sosial maupun etis. Kedua, hegemoni yang merosot (decadent

hegemony). Dalam masyarakat kapitalis modern, dominasi ekonomi borjuis

menghadapi tantangan berat. Dia menunjukkan adanya potensi disintegrasi di sana.

Dengan sifat potensial ini dimaksudkan bahwa disintegrasi itu tampak dalam konflik

yang tersembunyi” di bawah permukaan kenyataan sosial”. Artiny, sekalipun sistem

yang ada telah mencapai kebutuhan atau sasarannya, ”mentalitas” massa tidak

sungguh-sungguh selaras dengan pemikiran yang dominan dari subjek hegemoni.

Oleh karena itu, integrasi, baik budaya maupun politik, mudah runtuh. Situasi

demikianlah yang disebut decadent hegemony. Ketiga, hegemoni minimum. Bentuk

ketiga ini merupakan bentuk hegemoni yang paling rendah dibandingkan dengan

dua bentuk di atas.

Dilihat dari fakta di lapangan, banyaknya minimarket yang tumbuh di

Denpasar tidak terlepas dari adanya praktik kerja sama yang melibatkan kelompok

dominan ekonomi yang diwakili oleh para penanam modal, yaitu jaringan

minimarket dan dominan politik yang diwakili oleh pemerintah untuk pendirian

minimarket, seperti adanya izin minimarket dengan memakai izin untuk toko

kelontong (Jawa Post, 2010). Selanjutnya melalui cara kerja tertentu dicoba untuk

merasionalkan tindakan yang dilakukan sehingga dapat meyakinkan masyarakat.

Kekuasaan berkaitan dengan praktik yang terjadi dalam ruang lingkup tertentu di

Page 30: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

30

mana di dalamnya banyak posisi yang secara strategis berkaitan antara satu dan

lainnya yang senantiasa mengalami pergeseran.

Teori hegemoni digunakan untuk menganalisis permasalahan yang kedua,

menyangkut mengkritisi fenomena yang ada di balik konsep pengetahuan yang

dibuat oleh kelompok dominan tertentu, seperti wacana pendirian minimarket dapat

menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak sehingga mengurangi

pengangguran. Pendirian minimarket yang tidak terkendali berdampak terhadap

persaingan yang semakin ketat di antara pelaku usaha.

2.3.3 Teori Kekuasaan dan Pengetahuan

Teori diskursus yang digunakan dalam penelitian ini mengetengahkan relasi

kekuasaan Michail Foucault (1926--1984). Teori ini lahir dari inspirasi pandangan

Foucault tentang diskursus kekuasaan dan pengetahuan, terutama dalam hal

bagaimana diskursus dan pengetahuan mampu menjadi alat penguasa. Diskursus

menghasilkan pengetahuan beserta praktik sosial yang menyertainya, bentuk

subjektivitas yang terbentuk darinya, relasi kekuasaan yang ada di balik

pengetahuan, dan praktik sosial serta saling keterkaitan di antara semua aspek

tersebut (Foucault, 2002 :9).

Diskursus memuat kepentingan pembuatnya sehingga merupakan akumulasi

konsep ideologis, yang didukung oleh tradisi, kekuasaan, lembaga, dan berbagai

macam modus penyebaran pengetahuan. Diskursus lebih luas pengertiannya

daripada wacana atau pernyataan yang berupa kata-kata yang sifatnya hanya di

permukaan. Teori diskursus kekuasaan/pengetahuan termasuk dalam ranah teori

Posstrukturalisme. Posstrukturalisme secara sederhana dapat dikatakan berarti

Page 31: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

31

melawan sehingga posstrukturalisme ini pada intinya melawan teori-teori yang

sudah lama, menguasai khazanah pengetahuan.

Foucault (2012 :13) menyatakan bahwa posstrukturalisme merupakan reaksi

terhadap strukturalisme yang membongkar setiap klaim akan oposisi pasangan,

hierarki, dan validitas kebenaran universal. Sebaliknya, menjungjung tinggi

permainan bebas tanda serta kestabilan makna kategori intelektual. Dalam analisis

geneologi posstrukturalis, yang diadopsi dari Nettsch, dibahas hubungan antara

kekuasaan dan pengetahuan serta jalinan hubungan dalam formasi diskursif. Hal ini

berarti bahwa dalam geneologi ada kerangka kerja konseptual yang memungkinkan

diterimanya beberapa moda pemikiran lainnya. Lebih lanjut Storey (2003 :132) juga

mengemukakan bahwa analisis geneologi berkaitan dengan hubungan antara

kekuasaan dan pengetahuan.

Foucault (dalam Fakih, 2008 :41) mengatakan bahwa kekuasaan dan

pengetahuan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, melainkan proses

pendisiplinan dan normalisasi. Di samping itu, proses penggunaan pengetahuan dan

kekuasaan, telah diterapkan pada berbagai aspek. Dengan demikian, bagi Foucault,

bentuk perjuangan tidak hanya melawan eksploitasi ekonomi ataupun dominasi

(etnis, seksual, agama), tetapi juga subyection (yakni bentuk penyerahan seseorang

sebagai individu, seperti hubungan psikiater dan pasien). Selanjutnya Foucault

(dalam Barker, 2008 :85) menekankan hubungan timbal balik yang saling

membangun antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga pengetahuan tidak dapat

dipisahkan dengan kekuasaan. Pengetahuan terbangun di dalam praktik kekuasaan

serta membangun perkembangannya, perbaikan, dan proleferasi teknik baru

kekuasaan. Bagi Foucault, wacana tidak hanya mengatur apa yang boleh dan bisa

Page 32: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

32

dibicarakan di bawah batasan-batasan kondisi sosial dan kultural, tetapi mengatur

penyelidikan historis tentang kekuasaan dan produksi subjek-subjek lewat

kekuasaan tersebut.

Foucault ( dalam Mills, Sara, (2003 :33) berfokus pada analisis dari dampak-

dampak yang ditimbulkan berbagai institusi kepada kelompok orang dan peranan

yang dimainkan orang-orang tersebut dalam menegaskan atau melawan dampak-

dampak tersebut. Inti dari semua ini adalah analisis kekuasaan. Karya-karya

Foucault sangat kritis, terutama pada bagian dimana kekuasaan hanya berkonsentrasi

pada menindas dan mendesak. Kekuasaan ada dalam hubungan sehari-hari antara

orang dan institusi. Kekuasaan harus dianalisis sebagai sesuatu yang berputar atau

sesuatu yang hanya berfungsi dalam bentuk mata rantai. Kekuasaan diterapkan

dalam organisasi yang berbentuk seperti jaring yang saling terkait. Individu adalah

alat dari kekuasaan itu sendiri. Individu tidak hanya dilihat sebagai penerima dari

dampak kekuasaan, tetapi juga tempat di mana kekuasaan itu diterapkan dan

dilawan.

Foucault (dalam Pilliang, 2009 :224) menyatakan bahwa kekuasaan bersifat

produktif, kekuasaan menghasilkan dan menyebabkan munculnya objek-objek

pengetahuan baru, serta mengakumulasikan informasi baru. Dalam hal ini tidak ada

kekuasaan tanpa menghasilkan pengetahuan. Sebaliknya tidak ada pengetahuan yang

tidak secara terus menerus memberikan efek pada kekuasaan. Pengetahuan itu

terimplikasi pada kekuasaan dan tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan. Hal ini

terlihat dalam konsep kuasa/pengetahuan, artinya ada hubungan timbal balik yang

saling membentuk antara pengetahuan dan kekuasaan sehingga pengetahuan tidak

dapat dipisahkan dari rezim-rezim kekuasaan. Pengetahuan terbentuk dalam

Page 33: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

33

konteks-konteks kekuasaan selanjutnya pengetahuan memengaruhi tindak kekuasaan

yang berasal dari daerah marginal tidak lagi mempunyai konotasi negatif sebagai

salah satu mekanisme represif. Sebaliknya, mempunyai efek positif karena dapat

menghasilkan sesuatu, yakni memproduksi pengetahuan dan melipatgandakan

diskursus itu sendiri di masyarakat.

Kekuasaan dipahami sebagai suatu kekuatan yang digunakan individu atau

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan atau kepentingan mereka melawan

kehendak di pihak lawan. Foucault menekankan bahwa kekuasaan itu bersifat

produktif dan memberdayakan sehingga kekuasaan beredar pada setiap level

masyarakat dan segala lembaga relasi sosial khususnya hubungan relasi antara

minimarket dan pedagang kecil

Berkaitan dengan penelitian ini, teori kekuasaan dan pengetahuan

dipergunakan untuk menganalisis bagaimana pola peminggiran pedagang kecil

dengan tumbuhnya minimarket di Kecamatan Denpasar Selatan. Teori ini juga tepat

digunakan untuk melihat kekuasaan dalam pengelolaan minimarket yang berkaitan

dengan akses dan pengawasan terhadap inovasi atau pengetahuan aktivitas ekonomi

yang terlibat. Dengan demikian, teori ini sangat tepat untuk membongkar faktor-

faktor penyebab marginalisasi pedagang kecil.

2.3.4 Teori Perilaku Konsumen

Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan tidaklah sederhana.

Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka, tetapi bertindak

sebaliknya. Pelanggan mungkin tidak memahami motivasi mereka yang lebih dalam.

Disini lah tugas pemasaran bagaimana memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta

Page 34: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

34

keinginan pelanggan. Perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu,

kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta, memanfaatkan

barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan

hasrat mereka. Mempelajari konsumen akan memberikan petunjuk bagi

pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan

iklan, dan elemen bauran pemasaran. Faktor utama yang memengaruhi konsumen

adalah ( 1) faktor budaya yang terdiri atas budaya, sub subbudaya, kelas sosial; (2)

faktor sosial yang termasuk di dalamnya adalah kelompok acuan, keluarga, peran,

dan status; ( 3) faktor pribadi, karakteristik pribadi yang meliputi usia dan tahap

siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep

diri pembeli; dan (4) faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi,

pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian (Kotler: 2002: 181).

Engel dkk. (1994: 3) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menkonsumsi dan menghabiskan

produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli

tindakan itu. Dikemukakannya bahwa perilaku keputusan konsumen dipengaruhi

oleh ( 1) lingkungan yang terdiri atas budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,

keluarga, dan situasi; ( 2) perbedaan individu yang termasuk di dalamnya sumber

daya konsumen, motivasi dan keterlibatan pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya

hidup, demografi; ( 3) proses keputusan termasuk pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi atrenatig, pembelian, hasil; dan (4) proses psikologis yang

terdiri atas pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan, dan sikap perilaku.

Usmara (2003: 159) mengatakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh

empat paradigma, yaitu (1) tingkat penerimaan yang berorientasi pada tujuan, (2)

Page 35: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

35

penyampaian pesan, (3) representasi, dan (4) pengolahan informasi. Perilaku

konsumen erat sekali hubungannya dengan pengukuran tingkat kepuasan

konsumen terhadap barang dan jasa. Supranto (2006: 3) mengemukakan bahwa

pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi pimpinan bisnis, yaitu untuk mengetahui

dengan baik bagaimana jalannya atau bekerjanya proses bisnis, mengetahui di mana

harus melakukan perubahan untuk memuskan pelanggan, dan menentukan apakah

perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan.

Kotler (2002: 250) mendefinisikan konsep industri tentang persaingan

adalah sekelompok perusahaan yang menawarkan suatu produk atau kelas produk

yang merupakan substitusi dekat satu sama lain. Industri-industri dikelompokkan

menurut jumlah penjual tingkat diferensiasi produk; ada atau tidaknya hambatan-

hambatan masuk, mobilitas keluar, struktur biaya, tingkat integrasi vertikal, dan

tingkat globalisasi. Selain itu, pendekatan industri dapat mengidentifikasi pesaing

dengan menggunakan pendekatan pasar. Para pesaing adalah perusahaan-perusahaan

yang memuaskan kebutuhan pelanggan yang sama.

Dalam disertasi ini, teori perilaku konsumen relevan digunakan dalam

memahami proses keputusan konsumen melakukan proses pembelian. Di samping

itu, untuk mengetahui hal-hal apa yang mendorong konsumen menkonsumsi barang

dan jasa, khususnya dalam hal ini memahami konsumen melakukan pembelian pada

minimarket atau pada pedagang kecil

2.4 Model Penelitian

Model penelitian menggambarkan apa yang dilakukan dalam penelitian

tentang marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya minimarket di Denpasar.

Page 36: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

36

Model ini juga memberikan kerangka operasional dalam aktivitas pengumpulan data

dalam penelitian ini. Adapun model penelitian tampak pada gambar berikut.

Model Penelitian

Keterangan:

: Memengaruhi secara langsung

: Memengaruhi secara tidak langsung

Dari model penelitian di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut. Dalam

era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan di segala bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi khususnya informasi dan komunikasi mengakibatkan dunia tidak ada

lagi sekat-sekat yang memisahkan. Peran negara dalam bidang sosial, budaya, dan

MINIMARKET CIRCLE K PEDAGANG KECIL

Pencitraan,gaya hidup,entrepreneurship

Bentuk marginalisasiMinimarket Circle Kterhadap pedagang kecildi Kota Denpasar

Faktor-faktor apa yangmengakibatkan terjadinyamarginalisasi pedagang kecildi Kota Denpasar

Rekomendasi

Makna marginalisasibagi pedagang kecildengan tumbuhnyaMinimarket Circle K

Tradisional, etos kerja,manajemenpengelolaan

MARGINALISASIPEDAGANG KECIL

Page 37: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

37

politik sangat dipengaruhi oleh perkembangan di berbagai belahan dunia.

Kebijakan-kebijakan negara khusunya dalam bidang ekonomi tidak bisa terlepas dari

konsep kapitalisme. Faktor struktur global capital, daya dorong terhadap

pertumbuhan kapitalisme terjadi karena faktor peranan negara yang turut

menentukan kecepatan akumulasi capital.

Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia tidak luput dari proses kapitalisme

global yang tengah terjadi. Berkembang dan tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi

menuntut adanya model pelayanan yang serba cepat dengan mutu produk yang

terstandardisasi. Minimarket sebagai salah satu bisnis yang sedang menjamur di

Denpasar merupakan sebuah bisnis yang dipandang mampu mendukung

pengembangan perekonomian. Di sisi lain pedagang kecil yang secara historis

keberadaannya lebih dulu, semakin lama semakin terdesak

Sesuai dengan Peraturan Wali Kota Nomor 9, Tahun 2009 tentang izin toko

modern, Perda No 6, Tahun 2001 tentang izin bangunan dan Perda No 7, Tahun

2005 tentang izin tempat usaha, Ternyata terdapat minimarket yang berada di Kota

Denpasar melanggar aturan tersebut. Kondisi ini memperparah keberadaan

pedagang kecil yang semakin lama semakin terdesak keberadaannya. Banyaknya

keluhan dari pedagang kecil termasuk adanya beberapa demo dari para pedagang

kecil menandakan bahwa keberadaan mereka terus tergerus oleh tumbuhnya

minimarket. Berdasarkan fenomena di atas penelitian ini mencoba menelusuri lebih

dalam tentang bentuk-bentuk marginalisasi yang dialami oleh pedagang kecil,

faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya marginalisasi pedagang kecil dengan

tumbuhnya Minimarket Circle K. Selanjutnya temuan penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak-pihak tertentu dalam mengambil kebijakan.

Page 38: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum

penelitian dilaksanakan. Kegiatan merencanakan mencakup komponen-komponen

penelitian yang diperlukan. Menurut Moleong (1991 : 236), rancangan penelitian

diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan

perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dengan perencanaan yang saksama.

Perencanaan ini mengikuti pola logika yang sama yang berisikan seperangkat

petunjuk yang disusun secara sistematis. Meskipun demikian, suatu perencanaan

mempunyai sifat yang sementara, artinya perubahan atau penyesuaian selalu

mungkin asal syarat-syarat dan nilai-nilai ilmiah dipertahankan ( Mulyana, 2001 :

16). Penelitian tentang marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya minimarket

di Denpasar merupakan penelitian kualitatif. Timbulnya metode kualitatif dipicu

oleh pemahaman bahwa gejala kehidupan terdiri atas dua unsur yang berbeda, yaitu

unsur yang terindra dan tak terindra. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai

bentuk jasmani dan rohani, fisik dan nonfisik, konkret dan abstraks, kasar dan halus,

nyata dan tidak nyata. Kedua gejala selalu dan secara terus-menerus memengaruhi

kehidupan manusia. Bahkan, manusia itu sendiri terbentuk atas dasar kedua gejala

tersebut ( Ratna, 2010 : 90). Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri dominan yaitu,

(1) sumber datanya langsung berupa data situasi alami dan peneliti adalah instrumen

Page 39: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

39

kunci, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih menekankan pada makna proses daripada

hasil, (4) analisis datanya bersifat induktif, dan (5) makna merupakan perhatian

utama dalam pendekatan penelitian (Danim, 2002 :60--64). Ciri-ciri tersebut sejalan

dengan ciri-ciri umum kajian budaya termasuk kajian yang dilakukan dalam

penelitian ini.

Menurut Mariyah (2009 : 17) karakteristik penelitian kualitatif adalah (1)

penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sumber data, (2) data diperoleh dengan

mendatangi tempat-tempat yang menjadi tempat aktivitas untuk menyatu dengan

kegiatan, (3) perilaku informan dapat dimengerti secara baik apabila diobservasi

dalam setting di mana peristiwa terjadi. Barker (2000 : 3) mencatat kapan budaya

merupakan (1) bidang interdisipliner tentang hubungan antara kebudayaan dan

kekuasaan; (2) seluruh praktik, institusi, dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam

nilai-nilai partikular, kepercayaan, kompetensi, kebiasaan hidup, dan bentuk bentuk

kebiasaan tindakan; (3) bentuk-bentuk kekuasaan yang beragam, seperti gender, ras,

kelas, kolonialisme, dan sebagainya; dan (4) kaitan-kaitan dengan luar dunia

akademis serta gerakan-gerakan sosial dan politik, para pekerja di institusi budaya

dan manajemen budaya.

Penelitian ini selain memaparkan secara etnografis masyarakat yang diteliti

di lokasi penelitian, sekaligus mencoba untuk membongkar dan memahami gagasan

atau ide-ide tersembunyi di balik terjadinya marginalisasi pedagang kecil dengan

tumbuhnya minimarket di Kecamatan Denpasar Selatan. Untuk menganalisis

permasalahan tersebut digunakan teori struktur generatif, hegemoni, kekuasaan dan

pengetahuan, prilaku konsumen, dan teori lainnya yang diterapkan secara eklektik.

Page 40: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

40

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Denpasar Selatan. Pemilihan Lokasi

ini didasarkan pada hal-hal berikut.

1) Kecamatan Denpasar Selatan merupakan salah satu kecamatan yang

paling banyak memiliki minimarket dan masyarakat masih banyak

menggantungkan mata pencahariannya sebagai pedagang kecil.

2) Adanya fenomena bahwa pedagang kecil merasa termarginalisasi

dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya dengan tumbuhnya

minimarket

3) Ditemukannya bukti-bukti fisik bahwa tumbuhnya minimarket di

daerah ini masih ada yang belum memenuhi perizinan dan perundang-

undangan yang berlaku.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang

didukung oleh data kuantitatif sebagai penunjang yang sifatnya melengkapi. Data

kualitatif diperoleh dari beragam informasi, baik informan maupun kegiatan

observasi yang dilakukan. Sebaliknya data kuantitatif adalah dalam bentuk catatan

statistik yang ditemukan di lokasi penelitian.

Sumber data dalam penelitian ini juga ada dua macam, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder. Data primer diperoleh dari pelaku masyarakat

yang terlibat secara langsung dalam kegiatan berdagang seperti 10 orang pedagang

kecil, 5 orang pengelola minimarket, 7 orang dari instansi terkait sehingga secara

keseluruhan berjumlah 22 orang, dan 30 orang konsumen sebagai responden.

Page 41: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

41

Data sekunder didapat dari artikel, buku-buku atau literature, internet, dokumen, dan

tulisan lainnya yang menunjang penelitian ini. Selain itu, data sekunder juga

diperoleh dari data yang tersimpan di kantor desa, kantor camat, kantor tramtib, dan

instansi lainnya.

3.4 Penentuan Informan dan responden

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat pedagang kecil yang tersebar

di Kecamatan Denpasar Selatan. Informan ditunjuk secara purposive yang dipilih

dengan mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang masalah-masalah yang

ditelaah dan dianggap dapat mewakili strata sosial tertentu di lokasi tersebut.

Penentuan informan lebih banyak menggunakan pertimbangan realitas sosial,

artinya informan yang terpilih dapat mewakili kelompoknya yang telah dipilih

berdasarkan kriteria tertentu. Informan juga berasal dari tokoh masyarakat, instansi

terkait, dan masyarakat konsumen yang dapat memberikan informasi mengenai

keberadaan pedagang kecil dan minimarket. Proses pemilihannya diawali dengan

menunjuk informan utama. Selanjutnya informan ini memberikan informasi tentang

informan berikutnya. Pola semacam ini terus berlanjut (snow ball) dan semakin lama

semakin bertambah besar sehingga sampai pada tingkat kejenuhan. Sehubungan

dengan itu, informan dalam penelitian ini tidak dibatasi. Penentuan responden

dilakukan secara random.

Informan tambahan untuk melengkapi penelitian ini berasal dari kalangan

tertentu terkait dengan masalah, yaitu Dinas Perizinan Kota Denpasar, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Camat Denpasar Selatan.

Page 42: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

42

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang paling utama adalah berupa pedoman wawancara

menyangkut beberapa pertanyaan yang telah dirumuskan dengan baik menyangkut

pokok permasalahan yang diteliti. Wawancara yang dilakukan dalam waktu yang

cukup lama sering mengakibatkan peneliti kehabisan atau kehilangan kontrol dalam

wawancara. Untuk menghindari terjadinya hal ini sebaiknya disusun pedoman

wawancara yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian

tersebut. Untuk melengkapi hasil wawancara perlu juga disiapkan alat perekam, foto

kamera, dan video kamera.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menekankan pada dua jenis teknik pengumpulan data, yakni

(1) pengamatan terlibat (participant observation) dan (2) wawancara mendalam

(indepth interview). Wawancara mendalam dan wawancara berstruktur dilakukan

pada informan dan responden. Untuk melengkapi data digunakan teknik

dokumentasi dan studi kepustakaan

.

3.6.1 Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau

wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak

terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono,199 : 138).

Observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.

Page 43: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

43

Menurut Wibisono (2003:96) observasi ilmiah merupakan suatu proses pencatatan

yang sistematis terhadap pola perilaku orang, objek, dan kejadian-kejadian tanpa

bertanya atau berkomunikasi dengan orang atau objek atau kejadian tersebut.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara langsung mengamati

perilaku objek penelitian pedagang kecil, pengelola minimarket, dan konsumennya,

selama enam bulan.

3.6.2 Wawancara

Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara sebagai bentuk

komunikasi langsung antara peneliti dan subyek penelitian. Komunikasi

berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka sehingga gerak

dan mimik informan merupakan pola media yang dilengkapi kata-kata secara verbal

(Gulo, 2003 : 119). Wawancara dapat dilakukan secara sistematis, artinya dapat

berupa pertanyaan yang sudah disiapkan dan tersusun yang berkaitan dengan

penelitian sehingga diperlukan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini

wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait, seperti pedagang kecil, pengelola

minimarket, konsumen, dan departemen terkait dengan bantuan alat perekam (tape

recorder) selanjutnya data direduksi.

3.6.3 Dokumen

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder, yakni data yang

telah ada di masyarakat atau lembaga tertentu. Di dalam penelitian ini berbagai

dokumen dikumpulkan, seperti Peraturan Wali Kota, Perundang-undangan,

Monografi Kecamatan Denpasar Selatan, dokumen tertulis melalui kegiatan

mencatat, mengkopi, atau memfoto.

Page 44: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

44

3.6.4 Studi Kepustakaan

Untuk memperkaya dan memperluas kajian berkenaan dengan masalah yang

dikaji dilakukan studi terhadap beberapa buku pustaka atau literature tertentu yang

sifatnya mendukung penelitian ini baik yang terkait dengan usaha kecil, bisnis retail,

minimarket, pemasaran, sosiologi, politik, maupun materi lain yang dapat

menguatkan data yang diperoleh di lapangan.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam disertasi ini, data yang berhasil dikumpulkan dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan interpretatif. Analisis dilakukan sejak

pengumpulkan data di lapangan. Deskriptif mengacu pada transformasi dari data-

data mentah ke dalam bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan (Wibisono,

2003: 134).

Analisis merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk

menentukan bagian-bagianya, hubungan antarabagian, dan hubungan bagian itu

dengan keseluruhannya. Pengetahuan budaya seorang informan yang semuanya

secara sistematik berhubungan dengan kebudayaan secara keseluruhan (Spradley,

1977 : 117--118). Menurut Moleong (2005:6), mengemukakan penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.

Hal tersebut dideskripsikan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Page 45: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

45

Serangkaian konsep, teori, dan metodologi diharapkan dapat mengidentifikasi,

menkategorisasi atau mengklasifikasi, menyeleksi dan menganalisis berbagai

informasi yang diperoleh di lapangan. Selanjutnya dilakukan interpretasi berupa

pemberian makna terhadap fakta sosial yang muncul melalui keterkaitan antar

gejala. Dengan demikian, diharapkan kompleksitas gejala sosial budaya dapat

dideskripsikan dan dijelaskan sehingga kualitasnya mendekati realitas.

Proses-proses analisis kualitatif dapat dijelaskan melalui tiga langkah sebagai

berikut.

1) Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2) Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan dan

pengambilan tindakan.

3) Menarik simpulan dan verifikasi dari permulaan pengumpulan data,

seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti (makna) setiap gejala

yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan, pola penjelasan, dan

konfigurasi – konfigurasi yang mungkin ada, alur sebab akibat dan

proposisi.

3.8 Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara informal

(naratif) dengan bahasa ragam ilmiah, narasi, deskripsi kata-kata. Di samping itu,

juga secara formal berupa bagan, tabel, foto, bentuk gambar hasil perhitungan

Page 46: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

46

statistik dan sebagainya. Penyampaian dalam bentuk verbal dengan teknik deskriptif

interpretatif, artinya hasil analisis dipaparkan sedemikian rupa dan pada bagian

tertentu diinterpretasikan sesuai dengan teori atau kerangka pikiran yang berlaku

umum. Dengan cara tersebut diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mendalam

tentang penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk

laporan ilmiah berupa disertasi, yang uraiannya terdiri atas beberapa bab. Setiap bab

terdiri atas beberapa subbab sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Page 47: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

47

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam bagian ini dibahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian yang

berkitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini, yaitu Kota Denpasar khususnya

Kecamatan Denpasar Selatan, gambaran umum pedagang kecil dan Minimarket

Circle K, serta profil konsumennya.

4.1 Letak Geografis Kecamatan Denpasar Selatan

Kota Denpasar merupakan ibu kota Provinsi Bali, pusat pemerintahan,

pendidikan, dan berbagai aktivitas ekonomi berkembang dengan pesat bersamaan

dengan menggeliatnya perkembangan pariwisata Bali. Dengan adanya Bandara

Internasional Ngurah Rai maka Denpasar dapat dikatakan kota yang telah mendunia.

Tersedianya infrastruktur yang memadai, seperti pelabuhan laut di Benoa dan akses

hubungan antara Jawa dan Lombok melalui Kota Denpasar. Daya beli masyarakat

Kota Denpasar tergolong tinggi. Kondisi ini membawa daya tarik terhadap

datangnya investor, baik domestik maunpun asing.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20, Tahun 1978, Denpasar secara

resmi menjadi kota administratif yang mewilayahi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan

Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Barat, dan Kecamatan Denpasar Selatan.

Dalam usaha meningkatkan pelayanan serta memenuhi kebutuhan masyarakat,

penataan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana berbagai fasilitas perkotaan,

maka diusulkan perubahan status menjadi kota Madya. Pada 27 Februari 1992

diresmikanlah Kota Madya Denpasar oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan

Undang-Undang Nomor I, Tahun 1992. Berdasarkan Perda Kota Denpasar No. 14,

Page 48: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

48

tahun 2004 terjadi pemekaran kecamatan di Kota Denpasar dari tiga kecamatan

menjadi empat kecamatan, yaitu Kecamatan Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar

Selatan, Kecamatan Denpasar Barat, dan Kecamatan Denpasar Utara, yang secara

definitif berlaku mulai tahun 2006.

Kecamatan Denpasar Selatan mempunyai batas-batas wilayah, yaitu sebelah

utara Kecamatan Denpasar Timur, di sebelah selatan Samudra Indonesia, di sebelah

barat Kecamatan Denpasar Barat, dan sebelah Timur Laut, yaitu Selat Badung.

Kecamatan Denpasar Selatan terdiri atas enam kelurahan dan empat desa. Lokasi

penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah tersebar di lima kelurahan,

yaitu Kelurahan Pedungan, Sesetan, Panjer, Renon, Sanur, sedangkan Kelurahan

Serangan tidak termasuk karena tidak adanya Circle K. Di samping itu, juga di

empat desa, yaitu Desa Pemogan, Desa Sanur Kauh, Sanur Kaja, dan Sidakarya.

Dari segi astronomis letak Kota Denpasar di antara 08--3531 Lintang

Selatan, 115-- 1023* dan 115-- 1627 Bujur Timur. Kecamatan Denpasar Selatan dari

segi geografis terletak di sisi selatan Kota Denpasar yang memiliki daerah laut

(pesisir pantai) dan salah satu wilayah kelurahannya di sebuah pulau, yaitu

Kelurahan Serangan. Adapun luas wilayah Kecamatan Denpasar Selatan adalah

4.999 ha yang terdiri atas tanah sawah 935 ha, tanah kering 2.591 ha, tanah basah

230 ha, tanah hutan (bakau) 59 ha, tanah perkebunan 21 ha, serta tanah untuk

keperluan umum 983 ha. Selengkapnya, luas wilayah menurut penggunaan tanah

tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.1

Page 49: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

49

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah

Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

No Desa/KelurahanLuas(Km)

Penggunaan tanah dalam Hekto Are

Sawah Tegal Pekarangan Perkebunan Kuburan Lainnya

1. Pemogan 9.71 225 30 448 10 1 257

2. Pedungan 7.49 236 37 381 5 1 89

3. Sesetan 7.39 14 41 448 - 1 235

4. Serangan 4.81 - 75 22 - 1 383

5. Sidakarya 3.89 144 - 234 - 1 10

6. Panjer 3.69 68 22 220 - 1 48

7. Renon 2.54 100 - 120 - 1 33

8. Sanur Kauh 3.86 78 15 203 6 1 29

9. Sanur 4.02 - 10 351 - 1 40

10. Sanur Kaja 2.69 59 - 170 - 1 39

Jumlah 49.99 924 230 2.597 21 10 1.163

Sumber : Monografi Kecamatan Denpasar Selatan

Tabel 4.1 memberikan gambaran bahwa penggunaan tanah yang paling

banyak adalah sebagai tanah pekarangan. Ini memberikan petunjuk bahwa

kepadatan penduduk cukup tinggi. Lahan pekarangan adalah lahan tempat tinggal

penduduk, tempat penduduk mendirikan rumah tinggal dan melakukan aktivitas

kesehariannya. Sawah sebagai tempat aktivitas pertanian terus mengalami

penurunan. Pada tahun 2008 jumlah sawah tercatat 935 ha dan tahun 2009 susut

menjadi 924 ha. Sementara dalam tahun yang sama jumlah pekarangan naik dari

2.591 ha menjadi 2.597ha. Ini menandakan bahwa alih fungsi lahan di Kecamatan

Page 50: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

50

Denpasar Selatan cukup tinggi. Lahan perkebunan yang ada di sini adalah hutan

bakau yang tersebar sepanjang pantai selatan di sepanjang Jalan Gusti Ngurah Rai.

Keberadaannya amat penting sebagai paru-paru kota serta menjaga abrasi yang

terus- menerus serta mampu menjaga kelestarian ekosistem. Desa Pemogan dan

Kelurahan Pedungan memiliki luas persawahan yang terbesar, yaitu 225 ha dan

236 ha.

Penggunaan tanah yang cukup besar di Kecamatan Denpasar Selatan adalah

untuk penggunaan lainnya, meliputi tempat-tempat perhotelan, pertokoan, pasar,

dan tempat ibadah dari semua agama yang mendiaminya. Sebagai daerah

permukiman dan pusat perkembangan pariwisata dalam hal ini adalah Desa Sanur

Kauh, Desa Sanur Kaja, dan Kelurahan Sanur dan letaknya yang berdekatan dengan

Kuta dan jalur ke Nusa Dua maka penduduknya sangat heterogen, baik dari daerah

asal, agama, maupun suku. Oleh karena itu status desa/kelurahan hampir semuanya

menempati perkotaan, kecuali Kelurahan Serangan yang letaknya agak di pinggir

dan sekarang telah mengalami kemajuan semenjak dibukanya jalan darat sehingga

mobilitas masyarakatnya tidak mengalami hambatan.

4.2 Keadaan Penduduk Kecamatan Denpasar Selatan

Pengertian penduduk (demografi) yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi

pada demografi formal atau demografi teknik (Asnawi, 2003: 55). Demografi formal

berfokus pada jumlah, struktur, dan perubahan penduduk. Dalam hal ini jumlah

menunjukkan banyaknya penduduk, sedangkan distribusi menunjukkan penempatan

penduduk dalam suatu ruang dan waktu tertentu secara geografis atau berbagai

daerah tempat tinggal. Struktur mencakup distribusi penduduk menurut jenis

Page 51: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

51

kelamin dan kelompok umur. Perubahan penduduk meliputi penambahan dan

pengurangan penduduk dalam satuan ruang dan waktu atau perubahan pada salah

satu struktur penduduk.

Dalam proses pembangunan, penduduk tidak pasif, tetapi dinamis.

Penduduk tidak saja merupakan subjek pembangunan, tetapi juga merupakan objek

pembangunan. Sebagai subjek pembangunan, penduduk terlibat mulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sebagai objek pembangunan,

penduduk merupakan sasaran pembangunan itu sendiri. Bagi daerah perkotaan,

seperti Denpasar maka penduduk sangat memerlukan perhatian, khususnya dalam

pengendalian pertambahan penduduk, baik secara alami maupun migrasi dalam

bentuk urbanisasi. Kegagalan pengendalian kependudukan banyak memberikan

dampak negatif dalam proses pembangunan, seperti permukiman kumuh,

kriminalitas, dan masalah sosial lainnya.

Sampai akhir tahun 2009 jumlah penduduk Kecamatan Denpasar Selatan

tercatat 186. 330 jiwa, terdiri atas 94.155 jiwa laki-laki dan 92.175 jiwa

perempuan dengan kepadatan 3.890 jiwa/km2 (BPS Kota Denpasar, 2009). Dari

seluruh penduduk Kecamatan Denpasar Selatan tercatat 345 jiwa adalah orang asing,

yang terdiri atas 219 jiwa laki-laki dan 126 jiwa perempuan. Mayoritas penduduk di

Kecamatan Denpasar Selatan adalah beragama Hindu berjumlah 126.256 jiwa, Islam

berjumlah 45.742 jiwa, Kristen 7.222 jiwa, Katolik 4.836 jiwa, dan sisanya agama

Budha 2.273. Fasilitas peribadatan cukup memadai, yakni 79 pura, 10 mesjid, 4

gereja dan 3 vihara. Kehidupan keagamaan berjalan cukup baik demikian juga

kerukunan hidup antarumat beragama cukup baik. Para pemeluk agama berbaur

dalam kesatuan desa/kelurahan dan tidak pernah terjadinya konflik antarumat.

Page 52: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

52

Sistem kelembagaan adat yang masih berlaku, antara lain desa pekraman,

banjar adat, subak, sekaa kesenian, sekaa teruna dan sebagainya. Di Kecamatan

Denpasar Selatan saat ini ada 11 desa pekraman dan 87 banjar adat. Di dalam desa

pekraman terdapat komponen-komponen, seperti sekaa teruna, LPD, 10 subak, dan

sekaa kesenian yang perlu dilestarikan dan terus dibina dalam menunjang

perkembangan kebudayaan lokal. Luas wilayah bila dibandingkan jumlah

penduduk, maka akan tampak seperti pada table 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2

Luas Wilayah, Jumlah Wilayah, Rumah Tangga, Penduduk

serta Kepadatan Penduduk Tahun 2009

No Desa/Kelurahan Luas BlokRumahTangga

PendudukKepadatanRata-rata

1. Pemogan 9.71 71 5.850 27.308 2.812

2. Pedungan 7.49 53 4.503 23.179 3.095

3. Sesetan 7.39 73 7.819 40.267 5.449

4. Serangan 4.81 7 1.754 3.602 749

5. Sidakarya 3.89 24 5.035 15.057 3.871

6. Panjer 3.69 39 6.886 25.682 7.154

7. Renon 2.54 25 3.410 12.364 4.868

8. Sanur Kauh 3.86 15 3.674 13.960 3.617

9. Sanur 4.02 35 3.700 16.089 4.002

10. Sanur Kaja 2.69 16 3.608 8.822 3.280

Jumlah 49.99 358 46.239 186.330 3.890

Sumber: SP 2000 BPS (data diolah) tahun 2009

*: dalam kilometer persegi (km2)

Page 53: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

53

Desa/kelurahan yang mempunyai jumlah penduduk terpadat adalah

Kelurahan Panjer yang luasnya 5.59 km2 dengan jumlah penduduk 25.682 jiwa. Hal

ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduknya 7.154 jiwa/km2. Disusul

kelurahan Sesetan yang luasnya 7.39 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 40.267

jiwa. Hal ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduknya mencapai 5.449 jiwa/

km2. Desa/kelurahan yang paling jarang penduduknya adalah Kelurahan Serangan,

dengan luas wilayah 4.81 km2 dihuni oleh 3.602 jiwa. Hal ini berarti bahwa tingkat

kepadatan penduduknya 749 jiwa/km2.

4.2.1 Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Gambaran penduduk menurut komposisi jenis kelamin adalah secara

keseluruhan penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

penduduk perempuan, yaitu 94.155 jiwa berbanding 92.175 jiwa. Walaupun secara

total perbandingan jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan,

apabila dilihat dari kelompok umur, ternyata pada beberapa kelompok umur

ditemukan lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki, yaitu pada

kelompok umur 20 --24 tahun, yaitu 10.052 jiwa berbanding dengan 9.728 jiwa,

menyusul kelompok umur 25 -- 29 tahun yang perbedaannya sangat tipis, yaitu

10.965 jiwa berbanding 10.052 jiwa. Perbedaan lebih menonjol terlihat pada

kelompok umur 70 -- 74 tahun, yaitu 1.024 jiwa berbanding 926 jiwa, dan juga pada

kelompok umur 75--tahun ke atas, yaitu 982 jiwa berbanding 757 jiwa.

Perbandingan ini disebabkan oleh angka harapan hidup laki-laki lebih rendah

dibandingkan dengan angka harapan hidup perempuan. Selengkapnya gambaran

penduduk menurut komposisi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Page 54: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

54

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

NoKelompok

Umur

Jenis KelaminJumlah

Rasio JenisKelaminLaki-Laki Perempuan

1. 0 - 4 9.401 8.932 18.333 105

2. 5 - 9 7.100 6.697 13.797 106

3. 10-14 5.737 5.355 11.090 107

4. 15-19 9.220 4.736 13.956 195

5. 20-24 9.728 10.052 19.780 97

6. 25-29 10.667 10.963 21.630 97

7. 30-34 11.456 11.073 22.529 103

8. 35-39 12.816 6.031 18.847 213

9. 40-44 7.790 6.767 14.557 115

10. 45-49 5.771 4.972 10.743 116

11. 50-54 3.940 3.314 7.254 119

12. 55-59 2.338 1.986 4.324 118

13. 60-64 1.662 1.409 3.031 115

14. 65-69 1.388 1.383 2.771 100

15. 70-74 926 1.024 1.950 90

16. 75+ 757 982 1.738 77

Jumlah 94.155 92.175 186.330 102

Sumber : Monografi Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

Page 55: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

55

4.2.2 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Salah satu langkah strategis dalam proses pembangunan adalah melalui

perbaikan di bidang pendidikan baik yang bersifat formal, informal, maupun non-

formal. Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan dan keberhasilan suatu

wilayah dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Secara lebih khusus

pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dalam mengembangkan potensi diri

melalui proses pembelajaran. Pendidikan bersifat menyeluruh dan terpadu sehingga

pada era globalisasi ini pendidikan dipandang sebagai aset yang terus- menerus

harus ditingkatkan, baik dari segi kesempatan memeroleh pendidikan maupun

kualitas pendidikan sehingga sumber daya manusia dapat lebih kompetitif dalam

persaingan global.

Keberhasilan dunia pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara

pemerintah, swasta, dan masyarakat. Oleh karenanya penyediaan fasilitas dan

sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Denpasar Selatan juga diselenggarakan

oleh pemerintah dan sektor swasta. Jenjang lembaga pendidikan di Kecamatan

Denpasar Selatan sangat lengkap, mulai dari taman kanak-kanak sampai jenjang

perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta.

Untuk memberikan gambaran tentang banyaknya sekolah serta kepemilikannya dari

tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.4 di

bawah ini.

Page 56: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

56

Tabel 4.4

Fasilitas Sekolah Menurut Status Kepemilikan

di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

No. Desa/Kelurahan

Status KepemilikanTK(N) TK(S) SD(N) SD(S) SLTP(N) SLTP(S) SMU(N) SMU(S) PTN PTS

1. Pemogan - 7 7 3 - 1 - - - -

2. Pedungan - 4 5 - - 1 - 1 - -

3. Sesetan - 11 8 1 1 2 - 2 1 -

4. Serangan - 1 2 - 1 - - - - -

5. Sidakarya - 4 4 - - - 2 - - 1

6. Panjer - 6 6 1 - 2 1 2 - 5

7. Renon - 3 2 1 - - - 2 1 -

8. Sanur Kauh - 2 3 - - - 1 - - -

9. Sanur - 3 6 - 1 1 1 - - -

10. Sanur Kaja - - 3 - - - - - - -

Jumlah 41 46 6 3 7 5 7 2 6

Sumber: Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Denpasar Selatan,Tahun 2009

Majunya dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dari keikutsertaan

masyarakat dalam penyediaan prasarana pendidikan yang memadai. Faktor sarana

sebagai pendukung pelayanan dan proses belajar sangat mendukung terjadinya

peningkatan mutu pendidikan. Di Kota Denpasar telah terjadi perkembangan yang

cukup menarik untuk dicermati, yaitu adanya penurunan jumlah sekolah dasar

akibat adanya penggabungan beberapa sekolah di samping adanya perkembangan

lainnya. Sampai akhir tahun 2007 telah terdapat 183 TK dengan 675 guru dan

11.485 murid, sekolah dasar berjumlah 210 dengan 2.765 guru dan 70.785 murid,

48 SLTP swasta dan negeri dengan 2.104 orang guru dan 25.384 siswa serta 50

Page 57: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

57

buah SMTA negeri dan swasta dengan 2.466 guru dan menampung 27.475 murid.

Untuk jenjang pendidikan tinggi yang terdiri atas universitas, sekolah tinggi,

institute, dan akademi terdapat sebanyak 26 buah, baik yang berstatus negeri

maupun swasta dengan jumlah dosen 3.754 orang dan mahasiswa sebanyak 15.790

orang (Denpasar dalam Angka, 2008)

Dari Tabel 4.4 diperoleh gambaran bahwa jumlah fasilitas sekolah sangat

memadai, baik sekolah yang dikelola oleh pemerintah (negeri) maupun sekolah yang

dikelola oleh swasta (S). Jumlah sekolah taman kanak-kanak berjumlah 41 buah

semuanya berstatus swasta, sedangkan sekolah dasar berjumlah 52 buah yang terdiri

atas 46 buah status negeri dan 6 buah swasta. Di tingkat SLTP jumlahnya 10 buah

terdiri atas 3 buah negeri dan 7 buah swasta, sedangkan di tingkat SLTA berjumlah

12 buah yaitu 5 buah berstatus negeri dan 7 buah swasta. Untuk pendidikan tinggi

terdapat 2 perguruan tinggi negeri dan 6 perguruan tinggi swasta. Pada jenjang

pendidikan taman kanak-kanak belum ada TK negeri sehingga keseluruhannya

dikelola oleh swasta. Dari gambaran di atas tampak bahwa dari segi sarana

pendidikan masyarakat di Kecamatan Denpasar Selatan sudah cukup memadai

sehingga usaha untuk memerangi kebodohan dan pemerataan di bidang pendidikan

khususnya peningkatan kualitas dapat tercapai yang pada akhirnya terjadi

peningkatan produktivitas masyarakat.

Tersedianya berbagai falisitas pendidikan mendorong masyarakat untuk

memeroleh pendidikan yang layak. Seiring dengan berbagai kebijakan dalam dunia

pendidikan dan kebijakan di bidang ketenagakerjaan maka yang masih banyak

terpaku pada ijazah formal, maka pendidikan di Kecamatan Denpasar Selatan

Page 58: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

58

khususnya dalam pendidikan formal terus mengalami peningkatan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase1. Belum Sekolah 17.035 9,112. Belum Tamat SD 42.307 23,183. Tamat SD 36.283 19,824. Tamat SMP/Sederajat 31.194 17,045. Tamat SMU/Sederajat 37.055 20,246. Sarjana Muda/Diploma (I,II,III) 14.853 8,117. Sarjana/Diploma IV 9.359 5,11

Jumlah 183.086 100,0

Sumber: Monografi Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

Tabel 4.5 terlihat bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Denpasar

Selatan berpendidikan sekolah dasar (SD) sampai dengan SMP, yaitu mencapai

59,15 persen, sedangkan kalau sampai SMU, tingkat pencapaiannnya 79,39 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa jenjang pendidikan formal yang telah diraih oleh

penduduk cukup memadai. Tingkat pendidikan tinggi untuk Kecamatan Denpasar

Selatan sangat baik, yaitu mencapai 13,22 persen. Keberhasilan dalam bidang

pendidikan ini tidak bisa dilepaskan dari tersedianya fasilitas dan sarana.

Pembangunan dalam bidang pendidikan adalah pembangunan yang bersifat

menyeluruh dan terpadu. Selain itu, menyentuh semua lapisan masyarakat sehingga

pemerataan untuk mendapatkan pendidikan merupakan amanah dari sistem

pendidikan di Indonesia.

Page 59: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

59

Konsumen Minimarket Circle K terdiri atas anak-anak usia sekolah sampai

dengan perguruan tinggi. Banyaknya sekolah di Denpasar Selatan merupakan salah

satu faktor yang mendukung keberhasilan Circle K. Seperti tampak dalam gambar

di bawah ini, yaitu anak-anak muda sedang menikmati belanjaannya di depan

Circle K.

Gambar 4.1

Anak Muda Konsumen Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2011

Konsumen minimarket merasa lebih puas berbelaja di Circle K karena

tempatnya berada di jalan besar yang biasanya dilalui setiap hari. Selain itu, juga

tersedia tempat duduk untuk beristirahat setelah penat belajar.

Page 60: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

60

Tabel 4.6

Jenis dan Jumlah Sekolah, Siswa, dan Guru

di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru1. Taman Kanak-kanak 41 4.482 2762. Sekolah Dasar 57 19.817 9033. SLTP 11 7.150 4494. SLTA 15 8.847 7035. Ibtidaiyah 1 62 17

Jumlah 125 40.358 2.048

Sumber: Monografi Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2009

Dari Tabel 4.6 diperoleh gambaran bahwa jumlah sekolah mulai dari taman

kanak-kanak sampai jenjang SLTA telah tersedia dengan cukup memadai. Jumlah

sekolah 125 buah yang terdiri atas 41 TK yang mampu menampung jumlah siswa

4.482 orang dengan jumlah guru 276 orang. sekolah dasar berjumlah 57 buah

dengan menampung 19.817 siswa yang diasuh oleh 903 orang guru. Jenjang SLTP

berjumlah 11 buah dengan 7.150 siswa dan 449 orang guru, sedangkan tingkat

SLTA dan Ibtidaiyah berjumlah 16 buah dengan menampung 8.909 siswa yang

diasuh oleh 720 guru. Kondisi di atas mencerminkan bahwa penduduk di Kecamatan

Denpasar Selatan sudah cukup maju. Hal ini dapat dilihat dari jumlah murid yang

dapat ditampung apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah

(5 – 19 tahun), yaitu 38.843 orang dibandingkan dengan jumlah siswa yang

bersekolah di Kecamatan Denpasar Selatan berjumlah 40.358 siswa. Hal ini dapat

dipahami bahwa ada sebagian siswa yang bersekolah di Kecamatan Denpasar

Selatan berasal dari wilayah lain.

Page 61: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

61

4.2.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sampai akhir tahun 2009 jumlah penduduk Kecamatan Denpasar Selatan

tercatat 186. 330 jiwa, yang terdiri 94. 155 jiwa laki-laki dan 92. 175 jiwa

perempuan dengan kepadatan 3.890 jiwa/km2 (BPS Kota Denpasar, 2009).

Tabel 4.7

Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Utama

di Kecamatan Denpasar Selatan

No. Sumber Mata Pencaharian Utama Jumlah Jiwa

1. Pertanian 688

2. Peterna.kan 1.279

3. Perikanan 1048

4. Perdagangan 6.631

5. Industri 2.755

6. Pertambangan / Penggalian 25

7. Listrik dan Air Minum 227

8. Angkutan dan Komunikasi 1.762

9. Perbankan dan Lembaga Keuangan 1.081

10. Pemerintahan / Jasa-jasa 10.350

11. Lainnya 6.682

Jumlah 32.504

Sumber: Kepala Penyuluhan Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Denpasar Selatan, 2009

Page 62: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

62

4.3 Gambaran Umum Pedagang Kecil

Jenis usaha yang dilakukan oleh pedagang kecil di Kecamatan Denpasar

Selatan beraneka ragam. Dari hasil observasi ditemukan bermacam usaha yang

dilakukan, yaitu pedagang makanan dan minuman, pedagang pakaian/kain,

pedagang buah-buahan, pedagang alat-alat rumah tangga, pedagang perlengkapan

upacara, pedagang sembako, pedagang hasil bumi, pedagang mainan anank-anak,

pedagang cendera mata. Dalam analisis penelitian ini jenis usaha yang diteliti

adalah pedagang yang melakukan usaha dagangnya dengan membuka warung/toko

kelontong yang menjual barang yang kebanyakan sama jenisnya dengan Minimarket

Circle K. Dari hasil observasi diketahui bahwa kebanyakan pedagang kelontong

menjual item barang lebih sedikit, yang terdiri atas barang kebutuhan sehari-hari,

tidak hanya menjual barang-barang camilan, minuman, tetapi juga ditemukan toko

yang menjual sembako, minyak tanah, dan berbagai sayuran.

Ada kesan bahwa pedagang kecil kumuh dan tidak menjaga kebersihan.

Pengaturan barang belum tertata dengan rapi. Penyebab hal ini adalah tempat

berusaha rata-rata kecil sehingga barang-barang bertumpuk atau kurang rapi.

Kondisi ini membuat konsumen kesulitan mencari barang yang akan dibeli, seperti

tampak pada gambar di bawah ini. Adanya tampilan perform pedagang tradisional

(kecil) seperti di atas berakibat pada sikap dan perilaku konsumen beraralih ke toko

modern (Circle K).

Page 63: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

63

Gambar 4.2Toko Kelontong

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2011

Pedagang toko kelontong yang termasuk dalam usaha mikro mengalami

berbagai permasalahan, yaitu masalah kelemahan aspek manajerial, kendala

keuangan (modal), dan pemasaran produk. Kelemahan manajerial yang paling

tampak adalah kemampuan untuk mengelola karena tidak memiliki catatan-catatan

yang mendetail mengenai jumlah barang, stok barang, termasuk tidak mengadakan

pembukuan secara baik, yang biasanya terwujud dalam bentuk laporan rugi/laba.

Kelemahan manajerial ini berimbas pada masalah permodalan karena laporan

keuangan merupakan salah satu syarat yang penting di dalam pengajuan kredit.

Di bidang pemasaran pedagang kecil tidak agresif. Pedagang kecil bersifat

menunggu konsumen. Hal ini diakui oleh pedagang bahwa mereka tidak melakukan

Page 64: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

64

promosi/iklan, seperti pengakuan yang diberikan oleh, Wayan Aryani yang

diwawancarai tentang kegiatan promosi diungkapkan seperti berikut.

“ Selama ini dia tidak pernah melakukan promosi dalam bentuk iklan,publisitas karena kalau toko kecil promosi, maka kebayakan biaya yangdikeluarkan, tetapi yang dilakukan terbatas pada promosi yang diberikanoleh agen melalui penempelan reklame di depan toko. Permodalan yangdipergunakan berasal dari tabungan sendiri dan pinjaman dari lembaga lain,seperti koperasi, LPD, dan bank” (wawancara 20 September 2011).

Di Kecamatan Denpasar Selatan kelompok pedagang ini tersebar hampir di

seluruh wilayah dalam bentuk pedagang-pedagang yang berada di pasar desa yaitu

pasar yang dibangun dan dikelola oleh pihak desa. Tempat usaha berupa toko, kios,

los, tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya

masyarakat dengan usaha skala kecil dan modal kecil, yang biasanya transaksi

barang dagangan dengan tawar menawar.

Pasar-pasar tradisional, yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh

pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah

termasuk kerja sama dengan swasta. Tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda

yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau

koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang

dagangan melalui tawar-menawar (Pasal 1 Perwali No. 9, Tahun 2009).

Sebagai usaha, masih melekat kesan kumuh dan tidak teratur pada pasar

tradisional. Penjual biasanya menempatkan barang dagangannya begitu rupa di

lapak-lapak. Barang yang dijual kebanyakan untuk kebutuhan sehari-hari, yaitu

sembako, sayuran, buah-buahan, dan barang konsumsi lainnya, seperti tampak

dalam gambar berikut ini.

Page 65: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

65

Gambar 4.3Pasar Tradisional

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2012

Adapun daerah yang memiliki pasar desa adalah Kelurahan Sanur,

Kelurahan Sesetan, dan Kelurahan Pedungan. Jumlah masyarakat yang menekuni

perdagangan khususnya yang berdagang telah memiliki/menyewa toko sebagai

tempat usaha dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 66: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

66

Tabel 4.8

Tempat Pemasaran Pedagang Kecil sebagai Tempat Usaha

di Kecamatan Denpasar Selatan

No Desa/Kelurahan Pasar Umum Pertokoan Jumlah

1. Pemogan 4 195 199

2. Pedungan 4 264 268

3. Sesetan 3 251 254

4. Serangan 1 119 120

5. Sidakarya 2 138 140

6. Panjer 1 377 378

7. Renon 2 27 29

8. Sanur Kauh 1 248 249

9. Sanur 1 525 526

10. Sanur Kaja 1 102 103

Jumlah 20 2.246 2.266

Sumber : Monografi Kecamatan Denpasar Selatan, 2009

Bila dilihat dari penduduk yang menggantungkan diri dari berdagang,

diperoleh jumlah masyarakat yang berdagang cukup tinggi. Mata pencaharian

berdagang digeliti oleh masyarakat pribumi dan masyarakat pendatang. Jumlah

pendatang pada tahun 2008 adalah 3.656 jiwa, sedangkan penduduk yang pindah

berjumlah 1.748 jiwa. Kondisi ini masih berlangsung pada tahun 2009, yaitu jumlah

pendatang 3.574 jiwa, sedangkan yang pindah berjumlah 1.047 jiwa. Dari beberapa

hasil penelitian diperoleh bahwa penduduk yang melakukan migrasi kebayakan

berusia muda, yaitu di bawah 45 tahun (Pariartha, 1998: 76). Dalam observasi secara

Page 67: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

67

keseluruhan diperoleh rentang umur yang berada dalam usia produktif, yaitu 17

tahun sampai dengan 65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia produktif banyak

berkecimpung menjadi pedagang kecil.

4.5 Gambaran Umum Minimarket Circle K

Circle K di Bali telah mulai beroperasi pada tahun 1996 dan merupakan ritel

yang mengalami kemajuan cukup pesat. Circle K ini mempunyai daya tarik

penjualan yang unik, yaitu kenyamanan yang ditawarkan kepada pembeli dengan

buka non–stop. Hal ini berpengaruh pada jam buka dan lokasi toko. Harganya

berada di atas harga rata-rata dan jenis barangnya terbatas, transaksi pembeliannya

kecil, tetapi frekuensi pembeliannya tinggi.

Circle K termasuk ritel yang aktif mengadakan ekspansi, dengan membuka

gerai baru. Ritel adalah suatu bentuk usaha yang menjual barang dan jasa kepada

konsumen. Ritel juga merupakan bentuk usaha yang memberikan nilai tambah

kepada produk atau jasa yang dijual kepada konsumen. Usaha ritel ini termasuk

Consumer Goods Retailer, yaitu retailer yang menjual kebutuhan pokok dan sehari-

hari kepada konsumen atau yang dikenal juga dengan FMCG (Fast Moving

Consumers Goods). Dalam beberapa buku yang ada, consumer goods retailer ini

sering juga disebut “Food Retailer”.

Menurut Sugiarta (2011 :4) macam dan bentuk usaha ritel, bisa dilihat dari

beberapa sudut pandang, seperti di bawah ini.

1. Usaha Ritel yang berbasis Toko dan Tidak

Page 68: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

68

a. Usaha ritel yang berbasis toko memungkinkan konsumen

mengunjungi secara langsung toko yang menjual produk yang

dibutuhkan. Artinya, ada wujud fisik tokonya.

b. Usaha ritel yang tak berbasis toko, yaitu usaha ritel yang menjual

produk tanpa adanya toko yang secara spesifik bisa dikunjungi setiap

saat oleh konsumen. Misalnya, belanja on line via internet

2. Kepemilikan Usaha Ritel (Types of Ownership)

a. Toko individu, usaha ritel yang dimiliki oleh individu yang dikelola

secara mandiri oleh si pemilik. Jenis toko ini sangat banyak termasuk

toko kelontong

b. Toko ritel jaringan, tipe usaha ritel yang dikelola oleh sebuah perusahaan

secara professional dengan begitu banyak aneka ragam produk, strategi

harga dan promosi yang menarik, serta pelayanan yang baik. Toko ritel

jaringan ini bisa mengoperasikan sampai ribuan toko.

c. Toko waralaba (Franchise Store), tipe usaha ritel yang dimiliki oleh

individu atau jaringan melalui perjanjian waralaba antara pemilik usaha

waralaba dan pembeli hak waralaba untuk satu atau beberapa toko

dengan menggunakan merek dagang dan sistem dari pemilik waralaba

dalam jangka waktu yang disepakati. Salah satu dari jenis ini adalah

Minimarket Circle K

3. Jenis Produk

Berdasarkan jenis produk yang dijual, usaha ritel dapat dibedakan menjadi

beberapa tipe, seperti di bawah ini.

Page 69: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

69

a. Consumers Goods Retailer, yaitu retailer yang menjual kebutuhan

pokok dan sehari-hari kepada konsumen atau yang dikenal juga

dengan FMCG (Fast Moving Consumers Goods) Retailer. Retailer

ini memiliki beberapa tipe, dilihat dari sisi luas ruangan yang

digunakan dan jumlah varian barang yang dijual serta layanan yang

diberikan.

- Hypermarket (luas area penjualan sekitar > 5.000 m2

- Supermarket (luas area penjualan sekitar 400 s.d. 5.000 m2

- Minimarket (luas area penjualan sekitar 100 s.d. 400 m2

- Convinience (luas area penjualan sekitar 100 s.d. 200 m2

b. General Merchandise Retailer, jenis usaha ritel yang menyediakan

produk-produk yang bersifat umum dan kebanyakan bukan

kebutuhan pokok yang dikonsumsi sehari-hari. Salah satu yang

sangat populer adalah Departement Store yang menjual produk

pakaian/fashion, misalnya Matahari.

c. Service Retailer, ritel yang menitikberatkan penjualan produk berupa

jasa, seperti jasa penjualan tiket pesawat, jasa angkutan travel,

restoran.

Menurut Peraturan Wali Kota Denpasar dalam pasal 3 tahun 2009,

berdasarkan luas lantai penjualan toko modern adalah sebagai berikut.

1. Minimarket kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi)

2. Supermarket, toko serba ada, swalayan 400 m2 (empat ratus meter persegi)

sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter persegi)

3. Hypermarket di atas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi)

Page 70: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

70

4. Departement store dan mall di atas 400 m2 (empat ratus meter persegi)

5. Perkulakan di atas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi).

Perkembangan bisnis retail consumer goods di Indonesia di samping

mempunyai sisi negative, yaitu mengancam pedagang kecil karena kalah bersaing

juga memiliki sisi positif bagi perekonomian, di mana konsumen mempunyai pilihan

atau alternatif tempat berbelanja sesuai dengan kebutuhannya. Di samping itu,

menjadi salah satu sektor penting dalam penyerapan tenaga kerja sehingga

mengurangi pengangguran. Sisi positif lainnya adalah perkembangan bisnis ini

memicu terjadinya perubahan regulasi, baik di tingkat nasional maupun di daerah.

Pemerintah memandang perlu mengeluarkan kebijakan untuk melindungi pasar

tradisional akibat pesatnya pertumbuhan industri retail consumer goods ini. Melalui

Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008, telah diatur

penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan pasar modern

yang berisi beberapa kebijakan.

Dalam pasal 2 menyangkut pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan,

dan toko modern disebutkan sebagai berikut:

(1) Lokasi untuk pendirian pasar tradiosional, pusat perbelanjaan, dan toko

modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

dan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, termasuk

peraturan zonasinya.

(2) Kabupaten/kota yang belum memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

tidak diperbolehkan memberikan izin lokasi untuk membangun pasar

tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern

Page 71: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

71

Sebaliknya, yang menyangkut pembinaan dan pengawasan terdapat pada

pasal 18 Permendag No 53/M-DAG/PER/12/2008 yang berisi hal-hal

berikut.

(1) Menteri menetapkan kebijakan pembinaan dan pengawasan terhadap

pengelolaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern

(2) Menteri menugasi Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri untuk

mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaan

pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern dilakukan oleh

bupati/walikota atau gubernur untuk Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu

Kota Jakarta.

Adapun keberadaan dan penyebaran toko modern di Kota Denpasar dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9Penyebaran Toko Modern di Kota Denpasar

No Wilayah Kecamatan Minimarket Supermarket Hypermarket Jumlah

1. Denpasar Selatan 121 10 2 133

2. Denpasar Barat 64 16 - 80

3. Denpasar Timur 38 1 - 39

4. Denpasar Utara 48 12 - 60

Jumlah 271 39 2 312

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, 2011

Page 72: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

72

Di Denpasar ada 271 minimarket yang tersebar di empat kecamatan.

Minimarket yang menduduki sepuluh besar ditinjau dari jumlah outlet yang dimiliki

adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10

Sepuluh Besar Jumlah Minimarket di Kota Denpasar

Sumber : Dinas Perijinan Kota Denpasar, 2011

Dari tabel di atas, diketahui bahwa jumlah Minimarket Circle K di

Kecamatan Denpasar Selatan paling banyak, yaitu 48 buah yang disusul oleh

Indomaret 33 buah, dan Alfamart 21 buah. Circle K paling banyak tersebar di

Kecamatan Denpasar Selatan karena daerah ini merupakan daerah yang dari segi

tempat sangat strategis sebagai pusat pengembangan ekonomi dan pariwisata Bali.

Misalnya, ada jalur Denpasar menuju daerah Kuta sebagai sebagai daerah tujuan

wisata, Bandara Ngurah Rai sebagai bandara internasional, daerah Nusa Dua, dan

No. Nama Minimarket Jumlah

1. Circle K 48

2. Indomaret 33

3. Alfamart 21

4. Lotus Mart 9

5. Alfa Midi 8

6. Alfa Express 8

7. Mini Mart 6

8. Petto Mart 3

9. Cahaya Minimarket 3

10. Inti Mart 2

Page 73: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

73

Kawasan Sanur. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan yang beroperasi hampir 24

jam. Hal ini menyebabkan kebutuhan para pekerja, pelancong akan bisa terpenuhi

dengan hadirnya Circle K. Pada malam hari pedagang kecil, toko kelontong sudah

tutup. Dari demografi diketahui bahwa Kecamatan Denpasar Selatan pada tahun

2008 memiliki penduduk 180.350 jiwa. Jumlah penduduk yang besar merupakan

pangsa pasar yang sangat potensial.

Minimarket Circle K memiliki symbol, yaitu huruf K di dalam lingkaran,

seperti tampak di bawah ini.

Gambar 4.4

Simbol Minimarket Circle K

Sumber : http://www.franchise-circlek.com/site/photo-galler

Visi dan Misi Circle K

1. Visi Circle K

Untuk menjadi pemimpin pasar convenience store di Indonesia dengan

mengutamakan kepuasan pelanggan dan pengembangan jaringan yang

didukung oleh sistem dan organisasi yang tangguh.

2. Misi Cirle K

Page 74: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

74

Menciptakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan melalui pemilihan

barang dan kegiatan promosi yang kreatif serta menciptakan lingkungan

berbelanja yang aman dan nyaman.

Selain itu, Circle K juga secara terus-menerus menambah jaringan toko

melalui metode yang terstruktur dan menggali semua potensi yang mungkin untuk

menjamin pertumbuhan yang sehat. Secara internal Circle K menciptakan proses

kerja yang terintegrasi di antara fungsi-fungsi di dalam organisasi dan secara terus-

menerus meningkatkan kemampuan (kapabilitas) sumber daya manusia.

Hal yang membedakan Circle K dengan convenience store yang lain ada tiga

aspek, yaitu sebagai berikut.

1. Lama waktu operasional. Circle K memiliki komitmen untuk memberikan

layanan selama 24 jam sehari selama 7 hari dalam seminggu.

2. Jenis barang yang tersedia Store Circle K tergolong convinience store yang

memfokuskan diri kepada penyediaan dan penjualan barang-barang makanan

dan minuman untuk dikonsumsi segera (immediate consumption) dan menjual

sedikit barang kelontong (groceries)

3. Kepuasan pelanggan. Konsep layanan Circle K adalah untuk memaksimalkan

kepuasan pelanggan dengan menekankan kepada kecepatan pelayanan,

kebersihan dan kerapian store, keramahan karyawan, dan suasana store yang

menyenangkan.

Hubungan usaha (persyaratan ) Circle K ada tiga, yaitu seperti di bawah ini.

1. Franchise: persyaratan sejumlah uang tertentu yang telah disepakati oleh kedua

belah pihak.

Page 75: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

75

2. New Share: hasil keuntungan bersih dibagi dua antara pemilik tempat usaha

dan pihak Circle K

3. Kontrak: perusahaan tetap milik Circle K karena semua modal dan biaya

dikeluarkan oleh Circle K.

Keberadaan Minimaket Circle K di Kota Denpasar adalah paling banyak dan

penyebaran wilayahnya dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini.

Tabel 4.11

Penyebaran Lokasi Minimarket Circle K di Kota Denpasar

No Wilayah Kecamatan Jumlah1. Kecamatan Denpasar Selatan 192. Kecamatan Denpasar Barat 143. Kecamatan Denpasar Timur 64. Kecamatan Denpasar Utara 9

Jumlah 48

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, 2011

Dari total 19 Minimarket Circle K yang tersebar di Kecamatan Denpasar

Selatan, 8 buah berada di wilayah Kelurahan/ Desa Sanur. Ini dapat dipahami karena

sasaran pemasaran Circle K selain para pekerja, mahasiswa, juga wisatawan, baik

mancanegara maupun domestik. Berdasarkan hasil pengamatan malahan ada satu

Minimarket Circle K, yaitu CK 81 yang beralamat di Jalan Pantai Sindhu, berada di

pinggir pantai di kompleks hotel, yang memiliki pangsa pasar hampir 70%

wisatawan yang sedang menikmati liburan dan yang tetap menginap di sekitar

kawasan tersebut. Sebaliknya toko kelontong sebagai pesaingnya hampir tidak ada.

Hal ini dipicu karena sewa toko tidak terjangkau oleh pedagang kecil. Lokasi yang

kedua adalah di Kelurahan Panjer dengan jumlah empat CK. Seperti diketahui

bahwa Kelurahan Panjer dikenal dengan banyaknya sekolah, perguruan tinggi, dan

Page 76: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

76

usaha lainnya serta didukung oleh jumlah penduduknya yang cukup padat, yaitu

24.858 jiwa. Adapun lokasi Minimarket Circle K di Kecamatan Denpasar Selatan

tersebar sebagai berikut.

Tabel 4.12

Lokasi Minimarket Circle K di Kecamatan Denpasar Selatan

No Lokasi Toko (SKTU)(1)

Nama Toko(2)

IUTM(3)

1 Jl. Danau Buyan, Link.Taman Kel. Sanur

Danau Buyan (Franchise) Done,no.57/16/8046/DT/DP/2010berlaku s.d 13/12/2015

2 Kompleks Pertokoan SanurArcade, Jl. Danau Tamblingan

Sanur Bali (CK 58)

Danau Tamblingan -

3 Jl. By Pass Ngurah Rai No.45Sanur (Kopi Bali) (CK 108)

Kopi Bali (Franchise) -

4 Jl. Danau Tamblingan No. 67Kel. Sanur (CK 81)

Danau Tamblingan 85 -

5 Jl. Pantai Sindhu, Kel. Sanur(CK 81)

Pantai Sindhu -

6 Jl. By Pass I Gusti Ngurah RaiKel. Sanur (Hotel Sanur

Garden) (CK 125)

Sanur Garden -

7 Jl. Danau Toba No. 1 Sanur(CK 166)

Danau Toba -

8 Jl. Danau Poso, Kel. SanurKauh (CK 61)

Danau Poso -

9 Jl. Tukad Pakerisan No. 77AKel. Panjer (CK 98)

Pakerisan Done,no:57/07/7106/DT/DP/2010Berlaku s.d 11 Oktober 2015

10 Jl. Waturenggong No.62(CK 133)

Waturenggong 62(Franchise)

-

11 Jl. Tukad Yeh Aya, Panjer(CK 131)

Tukad Yeh Aya -

12 Jl .Waturenggong 159 (CK104)

Waturenggong Done,no:57/12/7358/DT/DP/2010Berlaku s.d. 20 Oktober 2015

13 Jl. Raya Sesetan No.310,Banjar Kaja, Kel. Sesetan

(CK 117)

Sesetan 310 -

14 Jl. Raya Sesetan No.161Kel. Sesetan (CK 103)

Sesetan (Franchise) -

15 Jl.Teuku Umar No. 106 C,Kel. Pedungan

Teuku Umar 106(Franchise)

Done,no:57/11/1879/DT/DP/2010Berlaku s.d. 20 Oktober 2015

16 Jl. Diponegoro, Kel.Pedungan (CK 117)

Pesanggaran (Franchise) -

17 Jl. Gunung Sari (Pemogan)CK 163

Gunung Sari -

18 Jl. Pulau Bungin No.108,Desa Pemogan

Pulau Bungin 108 -

19 Jl. Letda Made Putra No.15,Renon (CK 161)

Letda Made Putra Done,no:57/16/8046/DT/DP/2010Berlaku s.d 15 Nov 2016

Sumber : Dinas Perizinan Kota Denpasar, tahun 2010

Page 77: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

77

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa selain penyebaran Circle K

terpusat di daerah Sanur. Hal ini terjadi karena Sanur sebagai daerah tujuan wisata

dan aktivitasnya sangat padat baik siang maupun malam. Di samping itu, juga

dapat dilihat bahwa dari delapan buah Circle K yang berlokasi di Sanur baru satu

yang memiliki Izin Usaha Toko Modern (IUTM). Itu berarti bahwa hanya 12 persen,

sedangkan untuk yang berada di Denpasar Selatan Circle K yang memiliki IUTM

adalah lima buah. Itu berarti baru 26 persen. Kondisi ini sudah tentu sangat

merugikan pemerintah. Pemerintah sulit melakukan pembinaan.

“ Masalah pelanggaran berusaha dengan tidak mengantongi izin yaitu IUTM,diakuai oleh Bapak Nyoman Puja, S.H., Kepala Bidang Penegakan PerdaMenurutnya bahwa banyak minimarket yang belum memiliki izin sudahberusaha. Termasuk Minimarket Circle K. Langkah yang telah diambil, yaitudengan melakukan pembinaan supaya mengurus perlengkapan izin . Secararepresif juga dilakukan penyegelan dan pembongkaran”(wawancara, 22 Juli2011)

4.6 Profil Konsumen Pedagang Kecil dan Minimarket Circle K

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa karakteristik konsumen

pedagang kecil dan Minimarket Circle K masing-masing mempunyai segmen. Para

konsumen pedagang kecil kebanyakan terdiri atas ibu-ibu atau masyarakat umum

yang berada pada golongan masyarakat bawah dan sebagian kecil berada pada

tingkat menengah yang tidak terlalu terikat pada merek barang akan dibeli.

Sebaliknya, konsumen minimarket adalah para pekerja, siswa, mahasiswa, dan

orang kantoran sehingga digolongkan masyarakat menengah dan sebagian golongan

atas. Konsumen ini dalam melakukan pembelian berorientasi pada merek barang.

Kondisi ini bisa dipahami karena minimarket menjual barang-barang yang langsung

bisa dipakai.

Page 78: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

78

Gambar 4. 5

Profil Konsumen Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2012

Penyebaran lokasi tempat usaha minimarket berada di jalan-jalan umum dan

pusat keramaian. Keberadaan Minimarket Circle K di daerah objek wisata Desa

Sanur memiliki segmentasi para pelancong, baik domestik maupun internasional.

Konsep bisnis 24 jam, Circle K sudah mengawali dan menjadi pelopor bisnis

convenience store di Indonesia. Brand Circle K begitu kuat menancap di benak

konsumen berkat kualitas pelayanannya. Berbelanja pada malam hari terus

mengalami peningkatan seiring dengan aktivitas ekonomi di Denpasar Selatan yang

merupakan jalur padat menuju Kuta, Nusa Dua, Sanur, Bandara Ngurah Rai.

Seperti yang diungkapkan oleh Agus Darmadi, seperti berikut.

“Adanya minimarket circle k yang berlokasi di berbagai tempat yangstrategis memudahkan untuk dapat berbelanja, khususnya di malam hari,karyawannya dalam memberikan pelayanan sangat baik. Adanya berbagaifasilitas dapat mengurangi kejenuhan sehingga merasa lebih nyaman “(wawancara 12 Agustus 2012).

Page 79: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

79

Ungkapan di atas didukung oleh beberapa konsumen sebagai responden yang

diuraikannya sebagai berikut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 orang konsumen Circle K tentang

pelayanan dengan pertanyaan Apakah karyawan Circle K cepat dan tanggap dalam

melayani konsumen diperoleh jawaban; 22 orang menjawab sangat puas (66%), 8

orang menjawab puas (34%) sedangkan alternatif jawaban cukup puas, kurang puas,

dan tidak puas adalah 0.

Kepemilikan pedagang kecil biasanya dilakukan secara perseorangan dan

dioperasikan oleh pemiliknya. Orang ini bertanggung jawab atas keseluruhan harta

kekayaan perusahaan dan mempunyai hak atas keseluruhan keuntungan hasil

usaha. Namun, dia juga memiliki kewajiban yang tidak terbatas terhadap utang

yang ditanggung oleh perusahaan apabila mengalami kerugian. Hal ini terjadi karena

seluruh harta kekayaan pribadinya berada dalam status jaminan bagi usaha yang

akan dijalankan.

Secara individu perusahaan perseorangan memulai suatu usaha hanya untuk

kebutuhan mereka sendiri, baik dalam mengatasi kondisi ekonomi (keperluan

kebutuhan rumah tangga) maupun membantu dalam mengatasi masalah

pengangguran. Mereka kemudian diminta secara resmi untuk mendaftarkan diri pada

lembaga resmi (Departemen Prindustrian dan Perdagangan) untuk memeroleh

pembinaan.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2008, yaitu pasal 3

dinyatakan usaha mikro, kecil, dan menengah bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Page 80: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

80

Prinsip pemberdayaan usaha mikro,kecil, dan menengah adalah sebagai

berikut.

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha mikro

kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri

b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan

c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

denganb konpetensi usaha mikro, kecil, menengah

d. Peningkatan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu

(Pasal 4, UU RI Nomor 20, Tahun 2008).

Dari isi pasal 4 mengenai pemberdayaan ini diketahui bahwa sebenarnya

pemerintah wajib mengembangkan usaha mikro yang di dalamnya termasuk

pedagang kecil, toko kelontong, dan warung kelontong yang biasanya diusahakan

oleh masyarakat setempat. Konsumen pedagang kecil kebanyakan adalah

masyarakat sekitar dengan menyediakan barang-barang konsumsi dan kebutuhan

lainnya. Pola pembelian biasanya dengan adanya tawar-menawar dengan

pembayaran tunai dan kredit. Pada pedagang kecil masih dijumpai adanya

pembelian kredit dengan membayar pada saat gajian atau mempunyai uang. Cara

kredit ini tidak dijumpai pada pembelian di Minimarket Circle K.

Profil konsumen pedagang kecil yang kebanyakan para ibu rumah tangga

tampak pada gambar di bawah ini

Page 81: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

81

Gambar 4.6

Profil Konsumen Pedagang Kecil (Toko Kelontong)

Sumber : Adnyana, Agustus 2011

Tampak dalam gambar bahwa profil konsumen pedagang kecil/kelontong

adalah seorang ibu rumah tangga yang sedang memilih barang untuk dibeli.

Penempatan barang bercampur antara makanan dan di sebelahnya ada sabun dan

obat nyamuk. Pengaturan barang tidak sesuai dengan fungsinya atau barang-barang

bergantungan yang menghalangi konsumen untuk melihat barang lain secara jelas.

Page 82: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

82

BAB V

BENTUK MARGINALISASI PEDAGANG KECIL

1.1 Marginalisasi Ekonomi

Industri ritel merupakan industri yang strategis dalam kontribusinya terhadap

perekonomian Indonesia. Digolongkan sebagai industri karena peritel mampu

meningkatkan nilai produk dan jasa. Ritel menunjukkan upaya untuk memecah

barang atau produk yang dihasilkan atau didistribusikan oleh produsen dalam

jumlah besar dan massal agar dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir dalam jumlah

kecil sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam konteks global, potensi pasar ritel Indonesia tergolong cukup besar.

Industri ritel memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan Gross

Domestic Product (GDP) setelah industri pengolahan. Selain itu, dilihat dari sisi

pengeluaran, GDP yang ditopang oleh pola konsumsi juga memiliki hubungan erat

dengan industri ritel. Hal inilah yang diyakini menjadi daya dorong pemulihan

pertumbuhan ekonomi Indonesia pascakrisis tahun 1998. Selain itu, industri ritel

pun memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia khususnya

masyarakat Indonesia. Industri ritel menempatkan diri sebagai industri kedua

tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja Indonesia setelah industri pertanian. Hal

ini mengindikasikan bahwa banyak orang menggantungkan hidupnya pada industri

ritel.

Kemudian sejak tahun 1998, peta industri ritel mengalami perubahan besar

terutama setelah pemerintah melakukan liberalisasi. Liberalisasi ditandai dengan

ditandatanganinya letter of intent dengan IMF yang memberikan peluang investasi

Page 83: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

83

kepada pihak asing untuk masuk dalam industri ritel. Sejak saat itu pula, peritel-

peritel asing mulai berdatangan dan meramaikan industri ritel Indonesia. Peritel

asing sangat aktif untuk melakukan investasi terutama dalam skala besar seperti

hypermarket, minimarket, dan department store. Beberapa contoh adalah

Continent, Carrefour, Hero, Circle K, Alfamart, Walmart, Yaohan, Lotus, Mark &

Spencer, Sogo, Makro, Seven Eleven, dll.

Berdasarkan data lembaga riset di bidang ekonomi AC Nielsen (2008),

diketahui bahwa pertumbuhan ritel modern setiap tahun mencatat kisaran angka

10% hingga 30%. Hal ini ditunjukkan dengan ekspansi ritel modern sangat agresif

hingga masuk ke wilayah permukiman rakyat. Ritel tradisional, baik yang berada

di wilayah pedesaan maupun permukiman rakyat pun terkena imbas dengan

berhadapan langsung dengan ritel modern tersebut. Persaingan di antara keduanya

pun tidak terhindari. Tidak hanya itu, karena minimnya aturan zonasi dari

pembangunan ritel modern tersebut, maka ritel-ritel tradisional yang berada di

kota-kota besar pun terkena imbasnya. Persaingan head to head akibat

menjamurnya ritel modern membawa dampak buruk terhadap keberadaan ritel

tradisional. Salah satu dampak nyata dari kehadiran ritel modern di tengah-tengah

ritel tradisional adalah berkurangnya pedagang kecil serta menurunnya omzet dari

pedagang kecil tersebut.

Faktor-faktor pemicu pertumbuhan ritel modern, baik dari segi perputaran

uang, jumlah gerai, jumlah pemain maupun variasi format gerai dipicu oleh

berbagai fakto. Faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Page 84: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

84

1. Pertumbuhan ekonomi, ditandai dengan meningkatnya pendapatan per

kapita penduduk, arus investasi, baik asing maupun domestik,

pertumbuhan lapangan pekerjaan, perputaran uang, dan lain-lain.

2. Besar populasi dan pertumbuhan jumlah penduduk, dengan jumlah

populasi lebih dari 230 juta orang, Indonesia jelas merupakan pasar yang

sangat menjanjikan. Perttumbuhan jumlah penduduk per tahun pun masih

relatif besar (> 2%).

3. Perilaku belanja konsumen, adanya kecenderungan masyarakat pindah

berbelanja dari ritel yang bersifat tradisional ke ritel modern

4. Kebijakan pemerintah, pemerintah memberikan kemudahan terhadap

investasi asing ataupun lokal, termasuk industri ritel, bahkan peritel

modern terkesan sangat leluasa untuk mengembangkan bisnis mereka

sehingga sering kali mengundang protes dari peritel tradisional.

5. Tren industri, ritel modern trade merupakan suatu industry yang

pertumbuhannya dipengaruhi dan memengaruhi industri terkait dengan

yang lainnya. Misalnya, dengan industri properti, industri makanan dan

minuman, dan lain-lain.

6. Tekonologi, berkembangnya teknologi informasi dan komputer

memberikan andil terhadap pertumbuhan ritel modern.

7. Persaingan usaha, persaingan akan semakin tajam antara ritel tradisional

dan ritel modern.

8. Masuknya para peritel asing dapat turut memicu pertumbuhan peritel

modern (Sujana, 2012: 31).

Page 85: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

85

Gencarnya pertumbuhan ritel modern yang dibangun dengan kurang

memerhatikan aturan kebijakan pemerintah seperti membangun di dekat pasar

tradisional atau jarak antara gerai ritel modern terlalu dekat (kurang dari 1 km).

Kondisi ini berdampak terhadap persaingan yang pada akhirnya dimenangkan oleh

pemilik modal dengan pengelolaan yang professional, seperti lokasi keberadaan

minimarket cirle k yang berada di desa Sesetan yang letaknya berdekatan dengan

pasar tradisional.

Gambar 5.1

Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2011

Keberadaan ritel modern menyebabkan pendapatan serta keuntungan yang

diperoleh peritel tradisional menurun. Kenyamanan berbelanja yang ditawarkan

ritel modern membuat konsumen lebih cendrung memilih berbelanja di ritel

modern. Ritel tradisional dari waktu ke waktu tidak menunjukkan pertumbuhan

Page 86: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

86

yang positif, bahkan ditemukan pertumbuhan ritel tradisional terus menurun

dengan persentase 8% per tahun, sedangkan pertumbuhan ritel modern kian

meningkat, yaitu 31,4% per tahun.

Permasalahan pun semakin bertambah seiring dengan perubahan pola

masyarakat, yang mulai lebih suka berbelanja kepada industri ritel modern

daripada ritel tradisional. Hal tersebut berdampak besar terhadap penjualan ritel

tradisional. Berbagai upaya dilakukan oleh mereka seperti meminta perlindungan

kepada pemerintah agar ritel modern tidak memakan konsumen mereka. Bahkan,

tidak jarang di beberapa daerah dapat ditemukan ritel modern bahkan

bersebelahan dengan ritel tradisional. Di sisi lain, perlindungan ini juga penting

dilakukan mengingat sebagian besar pedagang dalam industri ritel merupakan

pedagang kecil atau UKM yang perlu diberdayakan untuk mengurangi

pengangguran.

Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Perpres No. 112, Tahun 2007

yang mengatur ritel tradisional dan ritel modern khususnya yang terkait dengan

zoning yang membatasi pembangunan pasar modern dan mereduksi dampaknya

terhadap pasar tradisional. Di samping itu, dibahas pula mengenai jam buka,

perizinan, sampai dengan masalah trading term (syarat perdagangan), yaitu syarat-

syarat dalam perjanjian kerja sama antara pemasok dan toko modern/pengelola

jaringan minimarket yang berhubungan dengan pemasokan produk-produk yang

diperdagangkan.

Permasalahan yang terjadi adalah sejauh mana aturan tersebut efektif

diterapkan dan berdampak bagi pelaku usaha ritel. Tidak hanya itu, kemudian pada

akhir tahun 2008 pemerintah mengeluarkan aturan pendukung dari Perpres,

Page 87: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

87

112/2007, yaitu Permendag No. 53, Tahun 2008. Dalam aturan ini lebih terperinci

lagi diatur mengenai masalah zoning serta trading term (syarat-syarat

perdagangan) Namun, kemudian menjadi tidak ada artinya jika aturan-aturan

tersebut tidak diikuti dengan aturan-aturan pelaksana di daerah. Sebagaimana

tercantum dalam Perpres 112/2007 bahwa pemerintah daerah memiliki peranan

yang sangat penting dalam perkembangan industri ritel di daerahnya. Pemda

memiliki wewenang terkait dengan masalah perizinan, zonasi, dan jam buka toko.

Selain itu, beberapa waktu terakhir juga muncul isu mengenai rencana pemerintah

untuk merumuskan undang-undang perdagangan sebagai ujung tombak

pelaksanaan kegiatan perdagangan di Indonesia termasuk industri ritel di

dalamnya.

1) Peraturan Presiden Nomor 112, Tahun 2007

Peraturan Presiden No. 112, Tahun 2007 dikeluarkan secara resmi. Beberapa

isu utama yang mendorong dikeluarkannya peraturan perpasaran tersebut adalah

sebagai berikut.

1.Ritel Tradisional vs Hipermarket

Jarak antara ritel tradisional dan hipermarket yang saling berdekatan menjadi

persoalan tersendiri. Meskipun hasil penelitian KPPU (Komisi Pengawas

Persaingan Usaha) memperlihatkan bahwa terdapat segmen pasar yang

berbeda antara keduanya, lokasinya yang sangat berdekatan dengan ritel

kecil/tradisional dapat menjadi permasalahan tersendiri. Di beberapa daerah

tidak jarang ditemukan ritel modern, bahkan bersebelahan dengan ritel

tradisional.

2. Ritel Tradisional vs Minimarket

Page 88: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

88

Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki oleh pengelola jaringan) ke

wilayah permukiman berdampak buruk bagi ritel tradisional yang telah ada

di wilayah tersebut. Keberadaan minimarket menggeser toko-toko tradisional

dan toko kecil lainnya yang termasuk dalam jenis UKM yang berada di

wilayah permukiman.

3. Pemberdayaan ritel tradisional

Ritel tradisional secara fisik sangat tertinggal. Inilah salah satu alasan mengapa

konsumen lebih memilih untuk berpindah ke ritel modern. Kondisi ritel tradisional

harus dibenahi dari segi kenyamanan, keamanan, dan kebersihan agar tidak kalah

saing dengan ritel modern. Upaya pemerintah untuk membenahi ritel tradisional

sangat diperlukan mengingat sampai saat ini pengelola ritel tradisional sebagian

besar dipegang oleh pemda setempat. Dengan berbagai permasalahan yang ada

sebelumnya diharapkan dapat mulai menemukan titik cerah setelah Perpres No. 112,

Tahun 2007 ini dikeluarkan. Adapun arah kebijakan Perpres No. 112, Tahun 2007,

yaitu seperti berikut

a. Pemberdayaan ritel tradisional agar dapat tumbuh dan berkembang serasi,

saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan

b. Memberikan pedoman bagi penyelenggaraan ritel tradisional, pusat

perbelanjaan, dan toko modern

c. Memberikan pedoman yang saling menguntungkan dalam hubungan antara

pemasok barang dengan toko modern dalam hal-hal berikut.

(a) Pengembangan kemitraan dengan usaha kecil sehingga tercipta tertib

persaingan,

Page 89: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

89

(b) Keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, toko modern, dan

konsumen.

Secara prinsip bahwa Peraturan Presiden Nomor 112, Tahun 2007 berisi

tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern. Pertimbangan mendasar terbitnya peraturan ini adalah sebagai

berikut.

1. Pemberdayaan pasar atau ritel tradisional agar dapat tumbuh dan

berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling

menguntungkan dengan pasar atau ritel modern, baik skala kecil, menengah,

maupun besar yang telah, sedang, dan semakin berkembang.

2. Penataan hubungan industrial dan perdagangan dari hulu ke hilir yang

memenuhi norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa

tekanan, khususnya antara pemasok dan toko modern. Selain itu, juga

pengembangan kemitraan dengan usaha kecil sehingga mendorong

terciptanya tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen,

pemasok, toko modern, dan konsumen (Sujana, 2012 : 48).

2) Keberadaan Perlakuan Hipermarket, Pusat Perbelanjaan, Supermarket

dan Department Store terkait dengan Sistem Jaringan Jalan

Dalam Perpres 112/2007, dinyatakan bahwa lokasi ritel modern diatur agar

tidak berbenturan dengan ritel tradisional. Namun, aturan tersebut masih belum

nyata karena aturan yang lebih detail mengenai lokasi tersebut diatur oleh

pemerintah daerah. Adapun ritel modern yang diatur keberadaan lokasinya dalam

perpres ini adalah sebagai berikut.

Page 90: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

90

1) Pertokoan hanya boleh berlokasi pada atau akses sistem jaringan

jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder. Toko adalah

bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk

menjual barang yang terdiri atas hanya satu penjual. Sebaliknya,

toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual

berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket,

supermarket, departement store, hypermarket ataupun grosir yang

berbentuk perkulakan.

2) Hipermarket dan pusat perbelanjaan

Hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau

kolektor, tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau

lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan. Hypermarket

adalah sebuah kombinasi antara toko yang menjual produk umum dan

supermarket dengan total item sekitar 25.000 -- 50.000-an yang

berada di area sekitar 5.000 -- 12.000 m2 (gross area). Barang yang

dijual lebih banyak dengan harga yang lebih rendah. Pada umumnya

barang yang dijual adalah produk makanan, produk elektronika,

kebutuhan rumah tangga termasuk produk kesehatan dan kecantikan.

3) Supermarket dan Department Store

Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan, tidak

boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di

dalam kota/perkotaan . Departemen store merupakan jenis ritel yang

menjual produk yang luas dan berbagai macam dengan menggunakan

beberapa staf, seperti layanan pelanggan (customer service).

Page 91: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

91

Pembelian biasanya dilakukan pada setiap bagian pada satu area.

Setiap bagian diperlakukan sebagai pusat pembelian terpisah dengan

segala aktivitas promosi, pelayanan, dan pengawasan.

4) Minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan,

termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan

lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan. Minimarket adalah

gerai dengan luas sekitar 100 -- 200 m2 yang umumnya berlokasi di

kawasan yang padat atau jalan raya. Jumlah item yang dijual kurang

dari 5.000 item dan memiliki maksimal dua orang kasir. Umumnya

tipe ini menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dalam jenis dan

jumlah terbatas.

Hal yang disayangkan dalam Perpres ini adalah aturan keberadaan minimarket

yang tetap diperbolehkan berada dalam wilayah permukiman. Di samping itu, juga

diperkuat dengan ketentuan jam buka yang hanya diberlakukan bagi hypermarket,

department store, dan supermarket, tidak pada minimarket. Berdasarkan hal itu

dikhawatirkan keberadaan toko tradisional di permukiman makin terpuruk.

Perluasan usaha Minimarket Circle K menggunakan sistem waralaba. Salah satu

cara dalam pengembangan unit usaha baru dengan bekerja sama dengan pihak lain

yang memiliki modal secara ekonomi. Sehubungan dengan itu, perusahaan dapat

dikembangkan sesuai dengan standardisasi perusahaan yang diwaralabakan, baik

dalam lingkup satu negara maupun internasional. Bisnis waralaba di bidang ritel

khususnya Minimarket Circle K berkembang sangat pesat di Denpasar Selatan. Ini

dapat dilihat dari jumlah gerainya yang paling banyak, yaitu 19 buah. Bahkan

untuk di Kota Denpasar berjumlah 48 buah. Konsep waralaba tidak semata hanya

Page 92: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

92

Circle K, tetapi masih ada ritel-ritel yang lain sepert group Alfa dan Indomaret.

Pengelolaan usaha Circle K di Denpasar sebagian besar dengan konsep waralaba.

Akan ada juga yang bagi hasil serta dengan sistem kontrak yang dilakukan oleh

pusat Circle K.

Kriteria waralaba sesuai dengan pasal 3 Peraturan Pemerintah No.42, Tahun

2007 tentang Waralaba, Dalam pasal itu disebutkan bahwa pegembangan usaha

dengan konsep waralaba harus memenuhi enam kriteria, seperti dijelaskan berikut.

1. Memiliki ciri khas usaha. Artinya, suatu usaha yang memiliki

keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan

dengan usaha lain sejenis dan membuat konsumen selalu mencari ciri

khas dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan

pelayanan, penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik

khusus dari pemberi waralaba. Dalam penelitian ini Circle K memiliki

ciri khas sendiri. Hal ini dapat dilihat dari branding (logo), lay out,

tampilan outlet, desain interior, dan jenis barang yang dijual.

Penyebaran minimarket circle k, tidak hanya terbatas pada lingkungan

jalan besar, tetapi sudah masuk ke berbagai lingkungan bisnis. Tampak

minimarket circle k yang berada di pantai Sindu, desa Sanur yang

lokasinya tepat berada di pinggir jalan setapak. Strategi yang dilakukan

adalah berusaha mendekati konsumen, baik para pelancong domestik

maupun mancanegara. Seperti tampak pada gambar di bawah ini

Page 93: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

93

Gambar 5. 2

Minimarket Circle K Pantai Sindu Sanur

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2011

2. Terbukti sudah memberikan keuntungan. Artinya, adalah menunjuk

pada pengalaman pemberi waralaba yang telah dimiliki kurang lebih

lima tahun. Selain itu, telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi

masalah-masalah dalam perjalanan usahanya. Hal ini terbukti dengan

masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan

menguntungkan. Dalam penelitian ini Circle K masuk ke Indonesia

mulai tahun 1986 di Jalan Panglima Polim Raya oleh Yayasan Trisakti,

Kemudia diambil alih oleh PT CIRCLEKA INDONESIA WASERBA

pada tahun 1989. Itu berarti bahwa telah berkembang dalam kurun

waktu yang lama ( sekitar 25 tahunan). Dari hasil wawancara dengan

pengelola Circle K diketahui bahwa jumlah penjualan per hari rata-rata

bergerak dari 6 juta sampai dengan 12 juta rupiah.

Page 94: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

94

3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/jasa yang ditawarkan

yang dibuat secara tertulis. Hal ini dimaksudkan agar penerima

waralaba/terwaralaba dapat melaksanakan usahanya dengan jelas dan

sistematis. Dalam hal ini standar pelaksanaannya dapat berupa Standard

Operating Prosudure (SOP) yang dimiliki usaha waralaba.

4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan. Artinya, usaha waralaba tersebut

mudah dilaksankan sehingga terwaralaba/ penerima waralaba yang

belum memiliki pengalaman atau pengetahuan dalam usaha tersebut

dapat melakukannya dengan baik sesuai dengan SOP, bimbingan, dan

pendampingan pewaralaba. Terwaralaba Circle K telah dibimbing mulai

dari riset lokasi penentuan tempat usaha, perekrutan karyawan termasuk

pelatihannya, dan standar pengelolaannya.

5. Adanya dukungan yang berkesinambungan. Artinya, adanya dukungan

dari pewaralaba kepada terwaralaba secara terus-menerus, seperti

pelatihan, bimbingan operasional, promosi, manajemen, dan lainnya.

Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pewaralaba dalam

mengelola usahanya, kemudian ditularkan kepada terwaralaba untuk

diimplementasikan dalam usaha waralaba. Hal tersebut merupakan

wujud bantuan dan dukungan dalam menjalankan usaha. Dalam

penelitian ini Kantor Pusat Circle K secara terus- menerus memberikan

dukungan.

6. Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar. Artinya, usaha yang

diwaralabakan harus didaftarkan berkaitan dengan usahanya, seperti

merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang.

Page 95: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

95

Dari sisi permodalan untuk pendirian sebuah Minimarket Circle K diperlukan

dana berkisar dari 400 juta sampai dengan 1 miliar rupiah bergantung dari luasnya

toko.

1.2 Marginalisasi Jaringan Bisnis

Keberadaan pedagang kecil dalam menjalankan operasionalnya tidak

mempunyai jaringan yang khusus karena pemasok barang biasanya menawarkan

sendiri barangnya ke pedagang. Seandainya dicapai kata sepakat, maka barangnya

dibeli. Kondisi ini bukanlah merupakan jaringan yang akan memasok setiap

kebutuhan barang yang dijual secara kontinu karena tidak ada perjanjian secara

tertulis. Ketepatan waktu kunjung dan ketersediaan barang tidak terjamin.

Minimarket Circle K mempunyai jaringan yang sangat kuat untuk menyuplai

barang-barang secara tepat dan cepat. Jaringan toko melalui metode yang terstruktur

dan menggali semua potensi yang mungkin untuk menjamin pertumbuhan yang

sehat. Menciptakan proses kerja yang terintegrasi di antara fungsi-fungsi dalam

organisasi dan secara terus-menerus meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia

secara teratur.

Untuk menjaga ketersediaan barang maka pihak Minimarket mengadakan

kerja sama dengan supplier yang akan memasok produk-produknya. Ada barang-

barang dikirim ke toko pusat yang selanjutnya baru didistribusikan ke setiap

minimarket, tetapi ada juga langsung dibawa ke minimarket yang bersangkutan.

Pemasok (supplie ) adalah merupakan salah satu bagian penting dalam mata

rantai binis ritel. Keberadaannya sangat diperlukan dalam menunjang kelancaran

usaha toko modern. Minimarket akan lebih banyak dapat menghemat waktu

Page 96: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

96

dibandingkan dengan mencari, membeli, dan mengangkutnya sendiri. Dengan

mempergunakan. Supplier datang sendiri menawarkan barangnya dengan harga

yang relatif kompetitif.

Hubungan ritel modern dengan supplier adalah hubungan kerja sama bisnis

yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Minimarket membutuhkan

barang yang cepat dengan harga yang bersaing, sedangkan supplier ingin agar

barang dagangannya dibeli. Minimarket sebagai ritel modern yang berjaringan

memiliki bagian pembelian secara terpusat yang selanjutnya didistribusikan ke

setiap toko. Namun, ada pula barang-barang yang dipasok supplier hanya di-

daftarkan di kantor pusat menyangkut item produk dan kode supplier-nya.

Sebaliknya untuk toko kelontong penawaran produk bisa dilakukan secara langsung

kepada pemilik ritel atau petugas toko.

Manajemen jaringan persediaan adalah suatu proses penyatuan bisnis dari

pemakai akhir melalui para penyalur asli yang menyediakan produk, jasa, dan

informasi untuk menambah nilai pelanggan. Ritel merupakan mata jaringan yang

paling utama dalam jaringan persediaan karena ritel akan berinteraksi secara

langsung dengan konsumen akhir ( Utami. 2010 : 164).

Pedagang ritel bertanggung jawab menganalisis keinginan dan kebutuhan

pelanggan sehingga apa yang menjadi kebutuhan akan tersedia pada saat di

inginkannya. Sehubungan dengan itu, harus terbentuk suatu jaringan persediaan

yang efisien. Hal itu penting karena minimal memiliki dua manfaat bagi pelanggan,

yaitu (1) untuk memenuhi kepentingan dalam pemenuhan persediaan barang yang

mempunyai sifat cepat habis dan (2) memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap

pemilihan barang dagangan sesuai dengan apa yang dinginkan pelanggan serta di

Page 97: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

97

mana menginginkannya. Manfaat ini dirasakan pula pada penjualan yang lebih

besar dan perputaran persediaan yang lebih tinggi.

Jaringan bisnis antara pedagang kelontong dan penyalur biasanya langsung

dengan sebuah kesepakatan antara kedua belah pihak. Toko kelontong yang

kebanyakan milik keluarga atau biasa disebut dengan ritel tradisional sering berada

pada posisi kekuasaan para pemasok yang lebih besar daripada mereka.

Karena ketidakmampuan pedagang kecil sering tidak melakukan analisis

keinginan dan kebutuhan pelanggan, tetapi biasanya menjual barang sesuai dengan

pertimbangan kebiasaan, intuisi. Pada suatu saat hal ini bisa berdampak persediaan

barang yang dibutuhkan tidak ada atau sebaliknya ada barang yang kedaluwarsa

sehingga merugikan pedagang itu sendiri. Di samping itu, di pihak lain juga

merugikan konsumen sehingga bisa menimbulkan kekurangpercayaan konsumen

terhadap barang-barang yang dijual.

Pada Minimarket Circle K yang melakukan pengelolaan/ menjual dan

mengoperasionalkan adalah pihak manajemen Circle K. Hal ini sesuai dengan jenis

usaha yang berbentuk waralaba. Dengan demikian menjadi tanggung jawab

pemegang merek untuk mengoperasionalkan, mulai dari penentuan tempat usaha,

pengelolaan, promosi, dan pengembangan pegawai.

Pendirian minimarket, baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi

dengan pusat perbelanjaan atau bangunan lain wajib memerhatikan:

a. kepadatan penduduk;

b. perkembangan pemukiman baru;

c. aksebilitas wilayah (arus lalu lintas);

d. dukungan ketersediaan infrastruktur; dan

Page 98: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

98

e. keberadaan pasar tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang

lebih kecil dari minimarket tersebut (Ps. 5 Perwali No.9, Tahun 2009).

Menurut Sujana (2012 :61), pemilihan dan penilaian lokasi minimarket

harus memerhatikan beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.

1. Lokasi

Keputusan lokasi amat penting karena berkaitan dengan potensi

penjualan dan keuntungan, daya saing, dan kesinambungan usaha.

Kesalahan dalam keputusan penentuan lokasi bisa berakibat sangat fatal.

Bisa berarti kegagalan investasi karena tingkat penjualan di bawah garis

yang telah ditentukan sehingga keuntungan kotor tidak mampu menutup

biaya operasional.

2. Pasar Sasaran

Pasar sasaran adalah kelompok konsumen pada suatu

wilayah/kawasan/lokasi tertentu yang disasar peritel untuk dilayani dan

disediakan kebutuhannya. Untuk mengetahui potensi pasar sasaran

dilihat dari karakteristik populasi, permukiman, perilaku belanja, dan

karakteristik lingkungannya. Pendekatan pertama adalah potensi pasar.

Pendekatan ini biasanya digunakan dalam memasuki suatu wilayah atau

kawasan baru. Pendekatan kedua yaitu pendekatan kebutuhan operasi

ritel adalah mempertimbangkan faktor-faktor operasional seperti faktor

distribusi, kompetisi, promosi, dan pemasaran serta aspek legal.

3. Nilai penting aspek lahan ritel

Lahan ritel adalah tempat aktual dari lokasi niaga yang digunakan untuk

menggarap pasar sasaran. Kriteria penilaian lahan ritel, ini antara lain (a)

Page 99: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

99

ketersediaannya, merujuk pada ada atau tidaknya tempat yang dapat

digunakan; (b) kecocokan, merujuk pada kesesuaian karakteristik

bangunan/ruang dengan usaha yang akan dijalankan; (c)

keterjangkauan, adalah menyangkut kesesuaian nilai kompensasi

penggunaan bangunan/ruang, serta (d) keberlangsungan, berkenaan

dengan peluang eksistensi atau penggunaan bangunan/ruang dalam

jangka waktu yang lama”.

4. Konsep caverage area

Area di mana suatu toko ritel secara individual dapat

menjangkau/melayani konsumennya. Untuk ukuran toko minimarket

coverage area ini mencakup wilayah pada radius sejauh satu hingga dua

km dengan toko minimarket yang bersangkutan sebagai titik pusat.

Coverage area ini sangat penting keberadaannya bagi aktivitas iklan dan

promosi toko.

5. Evaluasi lokasi niaga ritel (minimarket)

Evaluasi atau penilaian lokasi merupakan bagian dari kegiatan studi

kelayakan usaha. Kegiatan penilaian lokasi ini digunakan untuk

mengukur nilai strategis dan kelayakan lokasi terkait dengan tempat

usaha ritel modern/minimarket. Hal-hal yang prinsip menjadi penilaian

lokasi minimarket, antara lain demografi, lalu lintas, dan aksebilitas,

persaingan, karakteristik lahan ritel, karakteristik lokasi, dan lingkungan,

faktor-faktor biaya.

Page 100: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

100

Gambar 5.3Penataan dan Jenis Barang pada Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2012

Khusus Circle K, awalnya pemilihan lokasi selalu menyasar tipe lokasi yang

termasuk dalam kriteria bisnis distrik, night life area, tourism area (kawasan

wisata). Akan tetapi, dalam perkembangannya memasuki pasar permukiman atau

resident area (Sugiarta, 2011 : 26). Circle K sangat terkenal dengan menawarkan

produk-produk bermerek dan berkualitas dengan pelayanan yang cepat dan ramah

ditambah dengan store yang bersih dan suasana yang menyenangkan. Circle K

menciptakan pengalaman berbelanja yang sangat berbeda dengan konsep untuk

diadaptasi di market lokal.

Pelanggan merupakan salah satu kunci untuk kesuksesan Circle K di

Denpasar Selatan. Menurut Direktur Operasi Circle K Indonesia, Gusti Lanang

Ngurah Bisama didampingi Legal Manajer Circle K Bali, Kadek Nuartama, kepada

sejumlah media di Denpasar, pemilik Circel K di Denpasar dan kabupaten lainnya

di Bali mayoritas adalah warga lokal. Angkanya tidak kurang dari 80 persen, baik

lewat waralaba maupun kerja sama. Ia mencontohkan bahwa saat ini di Denpasar

Page 101: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

101

terdapat 48 unit toko. Circle K hanya memiliki 20 persen, sedangkan sisanya 39

unit milik warga lokal.

1.3 Marginalisasi Teknologi

Marginalisasi di bidang tekonologi dapat diartikan bahwa pedagang kecil

dalam mengelola usahanya masih jauh tertinggal dari minimarket. Berdasarkan

hasil pengamatan dan wawancara dengan 20 orang pedagang diperoleh bahwa 70 %

penggunaan teknologi hanya menggunakan mesin hitung/kalkulator. Pengaturan

tata letak barang dagangan masih konvensional, artinya barang diletakkan begitu

saja dengan tidak mengadakan pembagian tempat yang jelas sehingga konsumen

sering mengalami hambatan pada saat memilih barang. Penerangan yang kurang

serta bau apek dan panas merupakan pemandangan yang lazim kalau berbelanja di

toko-toko kelontong. Pada Minimarket Circle K tata letak dan pencahayaan sangat

serius diperhatikan. Peralatan teknologi yang sudah digunakan atau terakses adalah

sebagai berikut.

a. Air Conditioning : sehingga memberikan kenyamanan pada saat berbelanja.

Dengan perasaan nyaman maka konsumen betah berada di dalam toko. Ini akan

memberikan kesempatan untuk memilih produk-produk untuk dibeli.

b. Internet: Wi-Fi bagi konsumen yang senang tinggal berlama-lama diberikan

menggunakan internet secara gratis. Dari hasil wawancara yang dilakukan

kepada konsumen diketahui bahwa faktor ini merupakan salah satu alasan yang

kuat mengapa mereka berbelanja di Circle K.

c. Kartu Kredit Visa dan Master Card, Kartu Debet, Flash dari BRI

mempermudah konsumen untuk bertransaksi, karena tidak perlu lagi membawa

Page 102: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

102

uang kontan tetapi cukup menggesek urusan selesai. Visa dan Master Card di

Indonesia sangat luas digunakan. Ini tidak lepas dari komitmen setiap pihak

yang menangani pemasaran, yaitu dengan mengimplementasikan program-

program marketing pada bank-bank penerbit kartu kredit. Di samping itu,

investasi yang ditanamkan dalam bidang teknologi informasi cukup besar

sehingga sangat membantu peningkatan pelayanan dan kemudahan bagi para

pemegang kartu.

d. Peralatan komputer untuk kasir dan peralatan pendukung lainnya, seperti kertas

struk, pita printer, bak pengesat uang, stempel lunas, money detector digunakan

untuk mendeteksi uang palsu. Selain itu juga tersedia kulkas, dispenser untuk

pembuatan air hangat yang bisa digunakan untuk membuat coffe, mie instan.

Gambar 5. 4

Mesin ATM pada Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2012

Page 103: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

103

Selain mesin ATM Minimarket Circle K juga bisa dengan teknik pembayaran

menggunakan kartu kredit Visa yang telah mulai sejak diluncurkan pertama kali

September 2010 lalu. Kini para pelanggan Circle K dapat menggunakannya untuk

berbelanja di 300 gerai Circle K di seluruh Indonesia. Untuk transaksi pembelian di

Circle K tidak dilayani pembayaran kredit, seperti apa yang sering terjadi pada cara

pembayaran di toko kelontong.

“Country Manager Indonesia Visa Ellyana Fuad mengatakan kerja samaantara Circle K dengan Visa ini diharapkan bisa menjadi jawaban dariharapan pelanggan untuk mendapatkan cara bayar yang cepat, nyaman, danaman. Pelanggan tidak perlu membawa uang tunai banyak. Cukup dengankartu visa mereka bisa menikmati transaksi belanja yang mudah dan nyaman.Sementara Operation Director Circle K Indonesia I Gusti Lanang NgurahBisama menegaskan penggunaan kartu visa diharapkan mampumeningkatkan kunjungan pelanggan ke Circle K sehingga belanja harianpelanggan lebih aman dan menyenangkan”(Jawa Post 21 Februari 2012).

Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh Circle K, seperti tersedianya

tas untuk pengambilan barang, penempatan barang yang telah teratur dengan tata

cahaya yang terang, sistem pembayaran, dan pelayanan dari karyawan yang ramah

maka konsumen merasa dimanjakan. Hal yang paling banyak diminati dalam kaitan

dengan teknologi adalah tersedianya iternet yang bebas sehingga konsumen bisa

berlama-lama duduk di tempat yang telah disediakan. Seperti yang diungkapkan

oleh Kadek Subadiasa, seperti berikut.

“Berbelanja di minimarket circle k tempatnya sangat nyaman, mudahditemukan dan buka sampai larut malam, sehingga pulang kerja malam haribisa berbelanja. Walaupun harganya lebih mahal, saya tidakl keberatankarena fasilitas lengkap seperti tempat parker, etmpat duduk, danpelayanannya baik” (wawancara, 15 Juli 2011)

Pendapat di atas didukung oleh beberapa responden yag diwawancarai alasan

mereka berbelanja sebagai berikut.

Page 104: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

104

Alasan berbelanja di Circle K adalah 75% mengatakan bahwa berbelanja di

Circle K adalah tempatnya yang nyaman terutama pada malam hari sepulang kerja,

apalagi Circle K buka 24 jam penuh. Untuk akses kemudahan menemukan 70%

mengatakan mudah untuk menemukan karena tempatnya dipinggir jalan raya

memudahkan untuk mencarinya. Circle K sangat asik dipergunakan untuk

nongkrong sambil internetan sama teman-teman. Barang yang dijual juga banyak

dan lengkap, semuanya ada disini tempatnya juga nyaman” Nongkrong berlama-

lama di malam minggu tidak perlu khawatir di usir oleh pengelola toko. Menyangkut

harga yang lebih tinggi dari harga biasanya hampir 90% konsumen sudah

mengetahuinya dan tidak keberatan untuk membelinya, walaupun lebih mahal

sedikit tidak masalah. Belanja di Circle K sering juga memberikan bonus jika

membeli satu produk tertentu, dan tidak akan ditemukan kalau berbelanja di toko-

toko kelontong.

Fenomena di atas sesuai dengan pendapatnya Sugiarta (2011 :110). Bahwa

desain area penjualan dan bagian muka sebuah toko, meliputi desain tampak muka,

interior desain, desain penerangan, suara music dan suhu ruangan dan sarana

komunikasi visual yang dimanfaatkan untuk memberikan gambar produk dan harga

Pemanfaatan teknologi pada pedagang kecil (kelontong) tidaklah terlalu

diperhatikan. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa alat yang digunakan sebagai

alat bantu hitung-menghitung terbatas pada kalkulator dan tersedia di beberapa

toko seperti kulkas untuk menjual minuman. Dengan tidak tersentuh oleh pengunaan

komputer pedagang kecil sering tidak melakukan pencatatan secara sistematis, baik

menyangkut keberadaan barang, stock barang, maupun yang menyangkut keuangan.

Page 105: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

105

Data keuangan dalam bentuk laporan rugi/laba, neraca, kebanyakan tidak

memilikinya. Kondisi ini membuat pedagang kecil sulit mendapatkan suntikan dana

dari pihak perbankan. Hal itu terjadi karena untuk bisa mencari kredit di bank,

biasanya pihak bank meminta laporan rugi/laba sebagai dasar penentuan jumlah

kredit. Pedagang minimal harus sudah berusaha selama enam bulan dan pihak bank

meminta jaminan bisa berupa tempat usaha atau barang tetap lainnya. Untuk

pemenuhan modal ini selain dari tabungan juga ada dari pinjaman dari beberapa

Lembaga Perkreditan Desa (LPD), koperasi setempat atau kalau ke perbankan

mendapatkan jumlah yang maksimal Rp 20.000.000,00 yang berupa Kredit Usaha

Rakyat.

1.4 Marginalisasi Pengelolaan dan Manajemen

Pengelola jaringan minimarket adalah pelaku usaha yang melakukan

kegiatan usaha bidang minimarket melalui satu kesatuan manajemen dan sistem

pendistribusian barang ke outlet yang merupakan jaringannya. Sebaliknya pemasok

adalah pelaku usaha yang secara teratur memasok barang kepada toko modern

dengan tujuan untuk dijual kembali melalui kerja sama usaha. Minimarket Circle K

dalam pengelolaannya telah menerapkan konsep manajemen modern yang tercantum

dalam standar operasional. Di sana sudah diatur secara jelas tugas dan wewenang

setiap bagian.

Berdasarkan hasil wawancara kepada pengelola Circle K didapat penjelasan

bahwa untuk modal usaha franchise senilai Rp 500 Juta, sedangkan untuk sewa

tempat Rp15 Juta per tahun yang disewa dalam sepuluh tahun dengan pembayaran

di muka sehingga mengeluarkan dana lagi Rp 150 juta. Untuk keuntungan barang

Page 106: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

106

dan produk langsung dari perusahaan. Pembagiannya adalah 30% untuk pemilik

modal dan 70% perusahaan.

Jumlah karyawan setiap Circle K berbeda mulai dari lima orang sampai

dengan tujuh orang atau lebih sesuai dengan besar/ luasnya dengan waktu kerja

dibagi tiga ship. Pengaturan waktu kerja sesuai dengan standar operasional

perusahaan Circle K, sebagai berikut.

Shift I, yaitu pagi hari mulai pukul 7.00 -- 15.00

Shift II, yaitu sore mulai pukul 15.00 -- 23.00

Shift III, yaitu malam mulai pukul23.00 -- 07.00

Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan lima orang karyawan Circle

K, yang tersebar di Kecamatan Denpasar Selatan diperoleh bahwa waktu kunjungan

konsumen untuk berbelanja paling ramai adalah pada malam hari sampai dengan

pukul 03.00 pagi, sedangkan hari yang paling ramai adalah Sabtu dan Minggu.

Gaji karyawan dan supervisor adalah sebagai berikut:

Gaji Supervisor terdiri atas;

Gaji pokok Rp. 1.225.000,00

Transportasi Rp. 90.000,00

Kehadiran Rp. 69.000,00

Jabatan Rp. 100.000,00

Kendaraan Rp. 230.000,00

Total Rp. 1.714.000,00

Untuk karyawan perinciannya sebagai berikut;

Gaji pokok Rp. 1.225.000,00

Kehadiran Rp. 63.000,00

Page 107: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

107

Total Rp. 1.288.000,00

Untuk pedagang kecil kebanyakan pengelolaannya dilakukan oleh pemilik

sendiri dibantu oleh keluarga. Pedagang yang telah berkembang dibantu oleh

karyawan yang berkisar satu sampai dengan dua orang. Jam buka dari pagi sampai

sore hari.

Perbedaan karakteristik ritel modern dengan ritel tradisional terletak pada

paradigma ritel tradisional dan ritel modern. Paradigma ritel tradisional merupakan

pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan

konvensional dan tradisional. Melalui pendekatan dan paradigm konvensional dan

tradisional, bisnis dikelola dengan cara-cara yang lebih menekankan pada hal yang

bisa disiapkan oleh pengusaha, tetapi kurang berfokus pada bagaimana kebutuhan

dan keinginan konsumen dipahami, bahkan dipenuhi. Paradigma ritel modern

merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan

pendekatan modern, yaitu konsep pengelolaan peritel lebih ditekankan dari sisi

pandang pemenuhan kebutuhan konsumen yang menjadi pasar sasarannya ( Utami,

2010 : 8)

Pola perilaku belanja pelanggan yang sedikit demi sedikit berubah perlu

direspons secara aktif oleh peritel untuk dapat mempertahankan keberlanjutan

usahanya dalam jangka panjang. Pelanggan sangat serius memerhatikan hal-hal yang

terkait dengan nilai tambah terhadap kenyamanan dalam melakukan aktivitas

berbelanja, mengingat berubahnya pandangan bahwa belanja merupakan aktivitas

rekreasi, dan pemenuhan kebutuhan dalam satu lokasi.

Page 108: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

108

Tabel 5.1

Perbedaan Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional dan Modern

Paradigma Ritel Tradisional(1)

Paradigma Ritel Modern(2)

Kurang memilih lokasi Pemilihan lokasi sangat diperhatikanTidak memperhitungkan potensi pembeli Potensi pembeli diprediksi dan terus

dievaluasiJenis barang dagangan tidak terarah Jenis barang dagangan terfokus dan

disesuaikan dengan target pasarTidak ada seleksi merek Seleksi merek dagangan ketatKurang memerhatikan pemasok Ketat melakukan seleksi kepada

pemasokPencatatan penjualan sangat sederhana Penjualan dicatat dan dipelajariKeuntungan per produk tidak dievaluasi Keuntungan per produk dievaluasi untuk

menetapkan strategi bauran ritelMelayani utang Penjualan dengan tunai atau kartu kreditKurang memerhatikan efisiensi Sangat memerhatikan efisiensiArus kas tidak terencana Arus kas sangat terencanaKeuangan tercampur dengan keuangankeluarga

Keuangan terpisah jelas dengankeuangan keluarga

Pengembangan bisnis tidak terencana Pengembangan bisnis terencanaSumber : Utami, 2010 : 12

Perbedaan antara ritel modern dan ritel tradisional juga tampak pada

karakteristiknya yang meliputi hal-hal berikut.

1. Open Display ( Pemajangan secara terbuka )

Barang bisa dipilih, dilihat, dipegang, dan dicoba sebelum memutuskan

untuk membeli. Konsumen memiliki lebih banyak pilihan.

2. Fixed Price (Harga Tetap)

Harga telah tertera pada setiap produk sehingga memberikan kepastian

kepada konsumen sehingga dapat memperkirakan atau menyesuaikan

anggaran belanja dengan tepat sebelum memutuskan untuk membeli. Harga

tidak bisa ditawar-tawar seperti pada ritel tradisional.

Page 109: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

109

3. Self Service (Swalayan)

Konsumen diberikan kebebasan untuk memilih, mencoba, dan melihat-lihat

selanjutnya mengambil sendiri barang-barang yang dibeli dengan

memasukkan ke tas atau tempat lainnya yang sudah disediakan. Setelah itu

membawa ke kasir untuk melakukan pembayaran ( Sujana. 2012 : 22)

Untuk menjaga kontinuitas ketersediaan barang dan produk pada minimarket

maka kerja sama dengan pemasok tetap dipentingkan. Hal itu dilakukan dengan

tidak mengurangi prinsip-prinsip kebebasan berkontrak, syarat-syarat perdagangan

antara pemasok dan toko modern harus jelas, wajar, berkeadilan, dan saling

menguntungkan serta disepakati kedua belah pihak tanpa tekanan. Sesuai dengan

pasal 7, ayat 2 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-

DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal,

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dalam rangka mewujudkan prinsip-prinsip di

atas maka wajib memenuhi pedoman berikut.

a. Potongan harga reguler (reguler discount) berupa potongan harga yang

diberikan oleh pemasok kepada toko modern pada setiap transaksi jual beli.

Potongan harga reguler ini tidak berlaku bagi pemasok yang memberlakukan

sistem harga netto yang dipublikasikan secara transparan ke semua toko

modern dan disepakati toko modern

b. Potongan harga tetap (fixed rabate) berupa potongan harga yang diberikan

oleh pemasok kepada toko modern tanpa dikaitkan dengan target penjualan

yang dilakukan secara periodik maksimum tiga bulan yang besarnya

maksimum 1%

Page 110: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

110

c. Jumlah, baik potongan harga reguler (reguler discount) maupun potongan

harga tetap (fixed rebate) ditentukan berdasarkan persentase terhadap

transaksi penjualan dari pemasok ke toko modern, baik pada saat transaksi

maupun secara periodik

d. Potongan harga khusus (conditional rebate) berupa potongan harga yang

diberikan oleh pemasok apabila toko modern dapat mencapai atau melebihi

target penjualan sesuai dengan perjanjian dagang dengan kriteria penjualan

seperti di bawah ini.

(1) Mencapai jumlah yang ditargetkan sesuai dengan perjanjian sebesar

100% mendapat harga potongan khusus paling banyak sebesar 1%.

(2) Melebihi jumlah yang ditargetkan sebesar 101% sampai dengan 115%,

maka kelebihannya mendapat potongan harga khusus 5%.

(3) Melebihi jumlah yang ditargetkan di atas 115%, maka kelebihannya

mendapat potongan harga khusus paling banyak sebesar 10%.

e. Potongan harga promosi (promotion discount) diberikan oleh pemasok

kepada toko modern dalam rangka kegiatan promosi, baik yang diadakan

oleh pemasok maupun oleh toko modern, yang diberikan, baik kepada

pelanggan maupun konsumen akhir dalam waktu yang dibatasi sesuai dengan

kesepakatan antara toko modern dan pemasok

f. Biaya promosi (promotion cost), yaitu biaya yang dibebankan kepada

pemasok oleh toko modern sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak

yang terdiri atas hal-hal berikut.

Page 111: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

111

(1) Biaya promosi melalui media massa atau cetakan seperti brosur atau

mailer, yang ditetapkan secara transparan dan wajar sesuai dengan tarif

harga dari media dan biaya-biaya kreativitas lainnya

(2) Biaya promosi pada toko setempat (in-store promotion) dikenakan

hanya untuk area promosi di luar display/pajangan reguler toko, seperti

floor display, gondola promosi, block selving, tempat kasir (check out

counter), wing gondola, papan reklame di dalam dan di luar toko, dan

tempat lain yang memang digunakan untuk tempat promosi

(3) Biaya promosi yang dilakukan atas kerja sama dengan pemasok, untuk

melakukan kegiatan untuk mempromosikan produk pemasok seperti

sampling, demo produk, hadiah, games, dan lain-lain

(4) Biaya yang dikurangkan atau dipotongkan atas aktivitas promosi

dilakukan maksimal tiga bulan setelah acara berdasarkan konfirmasi

kedua belah pihak. Biaya promosi yang belum terpakai harus

dimanfaatkan untuk aktivitas promosi lainnya, baik pada periode yang

bersangkutan maupun untuk periode berikutnya.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengelolaan kelembagaan

pedagang kecil umumnya ditangani sendiri oleh pemiliknya. Sistem pengelolaannya

terdesentralisasi di mana setiap pedagang mengatur sistem bisnisnya masing-masing.

Sebaliknya, Minimarket Circle K dikelola oleh profesional dengan pendekatan

bisnis, sistem pengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat

mengatur standar pengelolaan bisnisnya. Inilah perbedaan prinsip pengelolaan antara

toko tradisional dan toko modern.

Page 112: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

112

Dalam rangka memberikan pengalaman berbelanja yang mengesankan

kepada pelanggan, perusahaan melakukan perubahan mind set (cara pandang)

seluruh karyawan untuk selalu memberikan hasil yang terbaik untuk pelanggan. Hal

ini dilakukan secara terus-menerus melalui meeting internal karyawan, meeting

regional, sampai dengan meeting direksi. Direksi mendapat masukan dari komisaris

International Franchise Director tentang hal apa yang harus dilakukan ke depan

menghadapi perubahan brand platform.

Karyawan Circle K yang berada di toko dinamakan Customer Service

Representative merupakan ujung tombak yang secara langsung berhadapan dengan

pelanggan. Untuk itu dibutuhkan seorang CSR yang memiliki jiwa pelayanan yang

baik. Selain harus memberikan salam, seorang CSR harus pula dapat melayani

pelanggan dengan posisi berdiri. Hal ini untuk memperlihatkan kepada pelanggan

tentang kesiapan karyawan toko dalam menerima dan melayani yang datang dan

akan berbelanja.

Keramahan dan pelayanan yang baik merupakan kunci sukses dalam bisnis

ritel. Untuk itu karyawan yang direkrut harus memiliki syarat tertentu, yakni usia

maksimal 25 tahun, berpenampilan menarik, berpendidikan minimal SMA. Circle K

juga menerima karyawan paruh waktu, yang bekerja sambil kuliah.

Untuk pencapaian hal tersebut Circle K menyiapkan dukungan sistem untuk

menunjang pelaksanaannya;

1. Store set Up Support

Sejak awal franchisee akan membangun tokonya, Circle K telah

menempatkan seorang manajer untuk membantu pemilik franchisee

Page 113: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

113

menyusun rencana proyek, yaitu dari menyusun anggaran hingga jadwal

kerja

2. Marketing and Merchandising Support

Circle K membuat program-program promosi dan memberikan material-

material promosi yang diperlukan oleh franchisee. Selain itu, juga

memberikan panduan pemajangan barang berupa planogram termasuk

perubahan-perubahannya.

3. Grand Opening Support Circle K memberikan bimbingan/pendampingan

selama masa pembukaan store sampai dengan hari ke -14 sesudah Circle K

akan membantu franchisee membuat rencana grand opening, menyususn

time table, serta memberikan segala material yang diperlukan yang

berhubungan dengan program grand opening.

4. HR Development Support

Sumber daya manusia juga menjadi hal penting dalam bisnis layanan 24 jam

365 hari. Itu sebabnya, Circle K juga mensyaratkan bahwa pelatihan

pengembangan karyawan menjadi paket yang tidak bisa lepas dari kontrak

franchisee.

5. System Support

Setiap toko akan didukung dengan sistem proses order secara otomatis dari

setiap toko ke gudang distribusi untuk menjamin pengadaan barang yang

cepat dan efisien

6. Business Consultation Support

Page 114: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

114

Franchise Business Consultant akan membantu dalam mengevaluasi

performance store dan mengembangkan rencana kerja untuk mencapai target

pertumbuhan bisnis convinience store

7. Financing Management Support dua tahun pertama program franchise,

Circle K membantu mengelola keuangan dengan mengelola rekening

franchise yang dikuasakan kepada Circle K untuk mengontrol uang

penjualan, biaya-biaya, dan utang-utang yang terjadi. Circle K memberikan

standar proses akunting dan cost control, baik dalam bentuk training maupun

sofware yang dapat digunakan oleh franchise.

8. Monitoring Support

Circle K melakukan pengawasan terhadap kualitas pelaksanaan operasional

(monitoring) dan pemeliharaan image dengan mengunjungi store secara

berkala. Pengawasan yang optimal harus mulai dari perencanaan program,

selanjutnya pelaksanaan aktivitas perusahaan. Pelaksanaan monitoring

dilakukan secara berkala, biasanya dari harian, mingguan dan bulanan.

Berdasarkan hasil survey KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) di

beberapa kota, model-model pengembangan kelembagaan pasar tradisional

masih dilakukan dengan pola tidak jelas, cenderung menggunakan pendekatan

birokrasi yang mengedepankan peran pemerintah di atas segalanya, sedangkan

pedagang dan pasar hanya menjadi objek. Pola yang tersedia masih belum

mendukung terjadinya pemberdayaan pasar tradisional demi membangun

keunggulan bersaing dengan ritel modern (Jawa Post, 2011 :4).

Kondisi di atas juga ditemukan pada pedagang kecil di Kecamatan Denpasar

Selatan, yaitu dalam pengelolaannya masih lebih banyak mengandalkan

Page 115: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

115

pengalaman dan intuisi dibandingkan dengan konsep-konsep manajemen mulai

dari perencanaann, pengelolaan, dan pengawasan. Pedagang kecil di hadapan

peritel modern cenderung tidak berdaya

1.5 Marginalisasi Sosial dan Politik

Peminggiran di bidang sosial dan politik yang dirasakan oleh pedagang kecil

di Kecamatan Denpasar Selatan dengan tumbuhnya minimarket adalah dalam hal

pembinaan yang dilakukan oleh instansi terkait.

“Berdasarkan hasil wawancara terhadap sepuluh orang pedagang toko

kelontong/warung kelontong diperoleh jawaban terhadap pertanyaan apakah

mereka dapat pembinaan secara berkala? Pedagang kecil mengatakan bahwa mereka

tidak pernah diberikan pembinaan oleh instansi terkait mengenai sistem pengelolaan

dan manajemen, pengelolaan keuangan dan pelaporan” (wawancara, 12 juli 2011)

Tidak adanya pembinaan yang sistematis dan baik diakui oleh Kepala Seksi

Pembinaan Usaha Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, yaitu I G.

A. L. Saraswat, S.S. Menurutnya pembinaan lebih difokuskan pada toko modern

karena sekarang mengalami perkembangan yang pesat, sedangkan untuk pembinaan

pedagang kecil tidak ada. Menurutnya untuk pembinaan pedagang kecil karena

mereka terdaftar di desa/kelurahan, maka pembinaannya berada pada aparat

desa/kelurahan” (wawancara, 20 Juli 2011).

Setelah diadakan penelusuran di Kecamatan Denpasar Selatan, ternyata

pembinaan pedagang kecil juga tidak ditemukan. Hal ini didukung oleh Kasi

Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Denpasar Selatan, yaitu I Ketut Listrik,

Page 116: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

116

B.B.A. yang mengatakan bahwa tidak ada program pembinaan untuk pedagang kecil

(wawancara, 2 Agustus 2011).

Tumbuhnya minimarket yang tidak terkendali menyebabkan adanya

dorongan dari Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendesak diberlakukannya

moratorium minimarket, sebagai upaya memberikan perlindungan dan

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Rapat Badan

Legislasi (Baleg) DPRD Bali telah membahas arah perda inisiatif dewan untuk

UMKM dan Koperasi. Koordinator konsep Raperda Perlindungan dan

Pemberdayaan UMKM dan Koperasi, yaitu anggota Komisi II, Nyoman Sugawa

Korry. Menurut Sugawa Korry saat ini minimarket begitu bebas, bahkan satu

minimarket bisa mematikan usaha masyarakat tradisional di radius 500 meter di

sekitar mereka (Radar Bali, 24 Agustus 2011).

Gubernur Bali Made Mangku Pastika akhirnya juga merespons usulan

DPRD Bali untuk segera melaksanakan moratorium minimarket di Bali, menyusul

maraknya pertumbuhan minimarket di Bali (Radar Bali, 25 Agustus 2011).

Kondisi di lapangan sangat berbeda, yaitu minimarket terus tumbuh dan

banyak yang tidak memiliki izin. Untuk melegalkan usaha toko modern di Denpasar

Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar memberikan deadline atau batas waktu kepada

para pengusaha toko modern yang sudah terdaftar, tetapi belum berizin untuk

melengkapi izinnya enam bulan ke depan. Jika selama batas waktu yang ditentukan

sejak diberlakukannya SK para pengelola belum mengurus persyaratan yang sudah

ditentukan, maka secara otomatis tokonya dinyatakan tidak bisa beroperasi lagi. Hal

tersebut tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Wali Kota Denpasar No.

188.45/495/HK/2011, 9 September 2011 tentang Penataan Toko Modern.

Page 117: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

117

Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkot Denpasar, I. B. Rahoela,

mengatakan pengelola yang telah memiliki izin lengkap akan diberikan izin

permanen. Sebaliknya, kalau sudah ada itikad baik untuk mengurus segala perizinan

dan persyaratan, tetapi masih ada beberapa persyaratan yang belum terpenuhi,

maka akan diberikan izin sementara, yakni bisa beroperasi selama lima tahun, tetapi

tidak bisa diperpanjang.

5.5.1 Marginalisasi Sosial

Dalam menjalin hubungan sosial antara konsumen dan Circle K sehingga

konsumen merasa mendapat pelayanan yang optimal, Circle K memiliki standar

operasional. Dalam hal pelayanan pihak minimarket menerapkan yang dikenal

dengan pelayanan wall service, yaitu sebagai berikut.

1. Welcoming sevice, yaitu dengan mengucapkan selamat pagi, siang, sore, atau

malam dengan senyuman pada saat konsumen datang untuk berbelanja.

2. Offering service, yaitu karyawan menawarkan bantuan kepada pelanggan

dengan senang hati dan senyuman.

3. Wrapping transaction, yaitu karyawan Circle K menawarkan produk

promosi yang sedang berlangsung kepada para pelanggan sekaligus melayani

pembayaran dengan memberikan struk belanja dan menyebutkan jumlah

nominal uang.

4. Wonderful service, yaitu karyawan mengucapkan terima kasih dengan tulus

kepada pelanggan sambil mencakupkan tangan sebagai salam.

Page 118: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

118

Gambar 5. 5

Karyawan Bagian Kasir Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2011

Dalam penelitian ini, model sosial pelayanan di atas tidak ditemukan pada

pedagang kecil. Bentuk hubungan yang ditemukan pada pedagang kecil adalah

adanya rasa kebersamaan karena antara pembeli dan penjual sering sudah kenal-

mengenal. Hal itu terjadi karena pembeli kebanyakan berasal dari lingkungan

sekitar. Hubungan ini juga tampak adanya kegiatan tawar-menawar yang

menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli. Sistem tawar menawar dalam

transaksi jual beli menciptakan suatu komunikasi dan hubungan tersendiri antara

pedagang dan pembeli yang tidak akan ditemukan di minimarket. Harga barang

sudah ditetapkan sehingga tidak perlu lagi dikomunikasikan antara pedagang dan

pembeli. Pedagang kecil yang banyak berjualan di pasar tradisional memiliki

berbagai kelemahan yang sangat sulit diubah. Pasar tradisional identik dengan

kondisi yang kumuh, kotor, dan bau sehingga memberikan atmosfer yang tidak

nyaman dalam berbelanja.

Page 119: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

119

Dalam Manajemen Minimarket (Sujana, 2012 : 38) dijelaskan bahwa fasilitas

fisik mempunyai peran penting untuk memosisikan gerai ritel dalam benak

konsumen. Contoh, sebuah peritel yang ingin memosisikan dirinya sebagai gerai

berskala atas akan menggunakan penampilan yang mewah dan canggih untuk

menarik minat konsumen untuk datang dan berbelanja. Fasilitas fisik dibagi menjadi

tiga bagian, yaitu seperti di bawah ini.

1. Lokasi

Para peritel modern berlomba-lomba untuk membangun gerai di lokasi-

lokasi strategis. Minimarket memilih untuk membuka gerai di kawasan-

kawasan perumahan yang padat penduduknya.

Pemilihan lokasi yang tepat, yang sesuai dengan target pasar sangat

memengaruhi kelangsungan usaha. Kesalahan dalam menentukan lokasi

berakibat tidak tercapainya target laba.

2. Tata Letak

Penataan gerai dirancang dan dibuat setelah lokasi gerai dipilih. Semuanya

ini bertujuan untuk memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi

konsumen dalam berbelanja.

3. Desain Gerai

Desain ini dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, desain eksterior yang

merupakan tampilan luar yang harus dapat menarik perhatian konsumen

untuk masuk ke minimarket yang meliputi: penempatan pintu masuk,

penerangan pada bagian luar, penempatan papan reklame, pengaturan

jendela, dan dinding. Kedua, desain interior, yaitu tampilan dalam gerai,

Page 120: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

120

meliputi ketinggian langit-langit, penerangan dalam gerai, pengaturan

warna, dan temperatur dalam ruangan.

Lingkungan yang nyaman dapat memengaruhi perilaku konsumen.

Lingkungan fisik memengaruhi persepsi konsumen melalui mekanisme sensor

penglihatan, pendengaran, penciuman, bahkan sentuhan. Pengelolaan lingkungan

fisik sangat penting sehingga dapat memengaruhi perilaku, sikap, dan keyakinan

konsumen ke arah yang diinginkan. Selanjutnya dijelaskan, persepsi keamanan

merupakan faktor lain yang sebagian dikendalikan oleh lingkungan fisik. Lahan

parkir yang luas, penerangan luar yang cukup, dan ruang terbuka menambah rasa

aman bagi orang yang berbelanja. Kondisi ini sangat diperhatikan oleh Circle K.

Penyediaan tempat parkir sehingga tidak mengganggu lalu lintas dan adanya

penerangan yang cukup, baik di dalam maupun di luar toko.

Menurut Minor ( 2001 : 133--140), persepsi keamanan merupakan faktor

lain yang sebagian dikendalikan oleh lingkungan fisik terhadap persepsi dan

perilaku konsumen, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh keadaan yang berdesakan. Keadaan berdesakan terjadi apabila

seseorang melihat/merasa bahwa gerakannya tidak leluasa karena ruang

yang terbatas. Hal ini dapat disebabkan oleh terlalu banyaknya masyarakat,

bidang fisik yang terbatas, atau gabungan keduanya. Apabila konsumen

mengalami keadaan yang berdesakan, maka mereka akan bereaksi dengan

mengurangi waktu berbelanja atau mengubah pemakaian informasi dalam

toko atau mengurangi komunikasi dengan para pegawai toko. Secara

potensial, keadaan yang berdesakan akan menambah kecemasan orang yang

berbelanja dan secara negatif memengaruhi citra toko.

Page 121: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

121

2. Pengaruh lokasi. Lokasi memengaruhi konsumen dari beberapa perspektif.

Luas perdagangan yang mengelilingi toko memengaruhi keseluruhan

jumlah masyarakat yang mungkin tertarik pada toko tersebut, selain jarak

aktual, jarak yang dilihat juga dapat memengaruhi seleksi toko. Riset yang

dilakukan menunjukkan bahwa konsumen mempunyai “peta-peta kognitif”

dari geografi sebuah kota. Hal yang menarik, “peta-peta” konsumen dari

lokasi toko mungkin tidak sesuai dengan kenyataan. Faktor-faktor seperti

tersedianya lahan parkir, kualitas barang, dan mudahnya perjalanan ke pusat

pertokoan dapat menjadikan jarak lebih pendek atau lebih panjang dari pada

yang sesungguhnya.

3. Pengaruh tata ruang. Tata ruang toko dapat memengaruhi reaksi konsumen

dan perilaku pembelian. Misalnya, penempatan lorong-lorong memengaruhi

arus lalu lintas. Lokasi item-item dapat secara dramatis memengaruhi

penjualan.

4. Pengaruh atmospherics berhubungan dengan bagaimana para pengelola

dapat memanipulasi desain bangunan, ruang interior, tata ruang lorong-

lorong. Tekstur karpet dan dinding, bau, warna, bentuk, dan suara yang

dialami para pelanggan (semuanya untuk mencapai pengaruh tertentu).

Bahkan, susunan barang-barang, jenis pameran/pertunjukkan dapat

memengaruhi persepsi konsumen atas suasana toko. Unsur-unsur ini

disatukan oleh Philip Kotler, yang menggambarkan atmospherics sebagai

usaha merancang lingkungan membeli untuk menghasilkan pengaruh

emosional khusus kepada pembeli yang kemungkinan meningkatkan

pembeliannya. Para peneliti berpendapat bahwa atmosfer (suasana)

Page 122: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

122

memengaruhi sejauh mana konsumen menghabiskan uang di luar tingkat

yang direncanakan pada sebuah toko. Suasana toko memengaruhi keadaan

emosional konsumen yang kemudian mendorong untuk meningkatkan atau

mengurangi belanja. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap Circle K,

komponen-komponen di atas sangat diperhatikan mulai dari penentuan

lokasi toko, kenyamanan konsumen sehingga tidak berdesakan, penempatan

barang-barang, dan suasana nyaman tetap dijadikan rujukan dalam

operasionalnya. Hal ini sulit ditemukan pada pedagang kecil, utamanya

penempatan barang-barang dan kenyamanan konsumen sehingga jumlah

kunjungan akan berkurang. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Nani, seperti

berikut.

“Berdirinya minimarket yang semakin banyak, dan letaknya salingberdekatan dengan toko kelontong/pedagang kecil, jelas merugikan sebabpembeli banyak yang pindah berbelanja, sehingga hasil penjualan sayasetiap hari berkurang, kalau terus-terusan begini, bisa jadi sayarugi”(wawancara, 21 Juli 2011).

Ungkapan di atas diperkuat oleh beberapa pedagang kecil yang

diwawancarai seperti berikut.

Pengakuan pemilik toko yang letaknya berdekatan dengan Circle K Dari

10 orang pedagang yang tersebar di Kecamatan Denpasar Selatan 70%

berpendapat; “Bahwa banyaknya Minimarket di sekitar lingkungan kami,

secara tidak langsung menurunkan jumlah penjualan sehingga pendapatan

menurun. Ia berharap pemerintah lebih ketat lagi memberi izin

pembangunan minimarket karena kami merasa resah dengan menurunnya

angka penjualan.

Page 123: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

123

Menurut Sujana (2012 :211) diuraikan loyalitas konsumen pada

dasarnya adalah loyalitas terhadap toko dimana mereka mendapatkan

barang tersebut. Kenyataannya kini nama toko dan segala yang

berhubungan dengannya dipersepsikan sebagai merek.

Dari pemaparan di atas, bahwa minimarket lebih bisa menjaga loyalitas

konsumen dibandingkan dengan pedagang kecil. Hal ini bisa dipahami

mengapa pelanggan atau konsumen pedagang kecil pindah berbelanja ke

minimarket. Pedagang kecil tidak melakukan usaha secara teratur untuk

membina hubungan dengan para pelanggan. Sebaliknya minimarket secara

bersungguh-sungguh mengatur strategi pemasaran sehingga loyalitas

konsumen dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.

5.5.2 Marginalisasi Politik

Dalam menjalankan bisnis, baik pedagang kecil maupun minimarket, harus

mendapat kepastian hukum , yaitu menyangkut berbagai aturan yang mengaturnya.

Peraturan Wali Kota Denpasar No 9, Tahun 2009 yang digunakan sebagai landasan

dalam menjalankan usaha minimarket sering sekali tidak diikuti dengan baik, seperti

tidak memiliki izin atau menjual barang-barang di luar yang diperuntukkan seperti

menjual sembako.

Kondisi ini tentu sangat merugikan pedagang kecil yang kebanyakan

bergelut di bidang penjualan sembako. Penempatan minimarket yang boleh berlokasi

pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada

kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan, dianggap oleh

pedagang kecil/kelontong kurang memberikan keadilan bagi mereka. Dalam hal

Page 124: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

124

pembinaan dan pengawasan. Sebagai pengelola juga harus memenuhi perizinan

yang diwajibkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala

Bidang Penegakan Perda, Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Satuan Polisi

Pamong Praja, Nyoman Puja, S.H. diketahui bahwa dari 19 Minimarket Circle K

yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Selatan baru lima buah yang mengantongi

Izin Usaha Toko Modern (IUTM). Adapun langkah pembinaan sudah dilakukan,

baik yang bersifat represif yang berupa penyegelan dan pembongkaran maupun

persuasif berupa pembinaan yang sifatnya lebih halus, yaitu berupa pemanggilan,

saran, dan teguran.

“Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan untuk melakukanpembinaan sehingga mau mencari izin adalah sebagai berikut.1. Pemanggilan diberikan waktu satu bulan, setelah itu membuat surat

pernyataan kesediaan untuk mengurus perizinan2. Seandainya tahap ini tidak diperhatikan maka akan dilakukan teguran3. Setelah teguran tidak juga mendapatkan respons, maka B A P diajukan

ke pengadilan dengan acara tipiring4. Adanya keputusan, untuk ditindaklanjuti. Misalnya, penyegelan atau

pembongkaran” ( Wawancara dengan Ketut Gde Gunawan, S.H., KasiKetertiban Perizian, 20 Juli 2011).

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol P P) tugasnya melakukan pengawasan

dan pembinaan sebaliknya pengeluaran izin dilakukan oleh Dinas Perizinan Kota

Denpasar. Pendirian Minimarket Circle K dipandang tidak mengikuti peraturan

perizinan tentang bangunan, yaitu adanya ornamen tradisional Bali di bagian depan

bangunan. Hal ini disebabkan oleh Minimarket Circle K memiliki bentuk dan desain

bangunan yang telah terstandar, baik tampilan, maupun warna.

Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa bangunan Minimarket Circle K tidakmenempatkan ornamen tradisional Bali, Keadaan ini diakui oleh “KepalaBidang Monitoring Evaluasi dan Informasi Dinas Perizinan Kota Denpasar;Drs. I Komang Sugiarta, M.Si. Ditambahkan pula bahwa Peraturan WalikotaDenpasar No 9, Tahun 2009, belum mampu memberikan sanksi yang beratkarenanya perlu dibuat setingkat Perda sehingga sanksinya bisa lebih berat.

Page 125: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

125

Hal ini berkaitan dengan banyaknya Minimarket Circle K yang belummengantongi Izin Usaha Toko Modern (IUTM)” (wawancara 1 Agustus2011)

Berkaitan dengan lokasi telah diatur pada pasal 7, Perwali Tahun 2009, yaitu

sebagai berikut.

(1).Persyaratan penentuan jarak pendirian pasar tradisional, pusat

pembelanjaan, dan toko modern, harus mempertimbangkan lokasi

yang harus dipenuhi.

a. Lokasi pendirian hypermarket atau pasar tradisional dengan

hypermarket atau pasar tradisional yang sudah ada sebelumnya;

b. Iklim usaha yang sehat antara hypermarket dan pasar tradisional;

c. Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas)

d. Dukungan/ ketersediaan infrastruktur

e. Perkembangan permukiman baru.

(2) Penentuan jarak pusat pembelanjaan dan toko modern (kecuali

minimarket) tidak diperkenankan pada radius kurang dari satu kilo meter

dari pasar tradisional, pusat pembelanjaan, dan/atau toko modern yang

sudah ada.

(3) Jarak minimum pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern (kecuali

minimarket) terhadap persimpangan jalan dan atau traffic light paling

kurang pada jarak 250 meter.

Dalam praktiknya hal ini masih ada yang dilanggar, khususnya berkaitan

dengan jarak (zonasi).

Page 126: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

126

Selanjutnya proses franchise Minimarket Circle K sebagai bentuk pencarian

relasi, sosial, jaringan bisnis, dan perluasan melalui ekspansi atas kepentingan

ekonomi sebagai modal yang dipertukarkan dengan pengetahuan yang dimiliki

franchisor tentang franchise, pengalaman dalam berbisnis, dan usaha yang memiliki

kekuasaan simbolis yang dapat menarik perhatian masyarakat. Di samping itu, juga

sebagai daya tarik tersendiri dalam pengembangannya untuk ikut memiliki

perusahaan tersebut.

Keterpinggiran pedagang kecil oleh minimarket disebabkan oleh ekspansi

secara besar-besaran dengan pendirian minimarket yang melebihi kuota sehingga

jarak antara minimarket satu dan yang lain sangat dekat begitu juga dengan jarak

pedagang toko kelontong. Sebagai akibatnya persaingan akan semakin ketat

sehingga pedagang kecil akan semakin tersisih.

Di masyarakat juga diberikan berbagai pemahaman melalui iklan dan media

lainnya bahwa sebuah produk tidak hanya memiliki nilai instrinsik fungsional,

tetapi juga memiliki nilai simbolik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

oleh Bourdieu, seorang pemikir Prancis, yang terkenal sebagai seorang yang

antiglobalisasi. Ia mendefinisikan simbolik sebagai sesuatu yang bersifat material.

Namun, tidak dikenali sebagai hal demikian (selera berpakaian, logat, yang baik,

gaya), dan yang menghasilkan efektivitasnya bukan hanya dari kematerialannya,

melainkan dari salah pengenalan ini.

Modal simbolik - suatu bentuk modal ekonomi fisikal yang telah mengalami

tranformasi. Selain itu, telah tersamarkan menghasilkan efeknya sepanjang dan

hanya sepanjang menyembunyikan fakta bahwa ia tampil dalam bentuk-bentuk

Page 127: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

127

modal material yang pada hakikatnya dan sumber efek-efeknya juga (Bourdieu

dalam Harker dkk., 2009: 6).

Dalam teori struktur generatif yang menerangkan praktik sosial, habitus dapat

diartikan sebagai suatu kecenderungan-kecenderungan yang berlangsung lama dan

dapat diterapkan dalam berbagai ranah berbeda. Konsep ini sejalan bahwa

Minimarket Circle K yang asalnya dari Amerika dengan pola bisnis yang

terstandardisasi dapat diterapkan di berbagai belahan dunia termasuk di Denpasar.

Sebaliknya, ranah yang dapat dipandang sebagai permainan yang di dalamnya

terjadi kompetisi atau persaingan. Sejalan dengan konsep itu maka persaingan di

dunia bisnis utamanya minimarket dengan pedagang kecil, yang pada akhirnya akan

dimenangkan oleh minimarket yang mempunyai kekuatan modal ekonomi, budaya,

social, dan simbolik.

Dalam hal ini Foucault (dalam Haryatmoko, 2002: 11), seorang cendekiawan

Prancis, melalui teori Wacana Pengetahuan Kekuasaan mengatakan bahwa

hubungan kekuasaan tidak bisa dipisahkan dari hubungan-hubungan yang ada dalam

proses ekonomi dan penyebaran pengetahuan. Lebih lanjut, Foucault

mengemukakan bahwa setiap pengetahuan memungkinkan dan menjamin

pelaksanaan kekuasaan.

Dalam kaitan dengan penelitian ini pengetahuan yang dimiliki oleh

pewaralaba Minimarket Circle K telah menghasilkan keuntungan yang besar melalui

terwaralaba untuk mengadakan ekspansi dengan membuka minimarket di berbagai

wilayah. Tumbuhnya minimarket yang pesat dengan kurang terkendali khususnya di

dalam perizinan dan zona pendirian seakan memberikan gambaran bahwa kekuasaan

memberikan struktur kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat. Di samping itu,

Page 128: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

128

selalu rentan terhadap perubahan yang disebut institusionalisasi kekuasaan, yakni

keseluruhan struktur hukum dan politik serta aturan-aturan sosial yang

melanggengkan suatu dominasi dan menjamin reproduksi kepatuhan.

Mengacu pada teori Hegemoni, Gramsci (dalam Nesar Patria dkk., 2003: 117)

menyatakan bahwa konsep hegemoni dapat dielaborasi melalui penjelasan tentang

basis dari supremasi kelas, supremasi sebuah kelompok mewujudkan diri dalam dua

cara, sebagai “dominasi” dan sebagai “kepemimpinan intelektual dan moral”. Di

satu pihak, sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk

“menghancurkan” dan atau menundukkan mereka.

Dalam praktiknya di lapangan tumbuhnya minimarket di Denpasar tidak

terlepas dari adanya praktik kerja sama antara penanam modal, yaitu pemilik Circle

K dan pemerintah yang dalam hal ini kurang tegasnya dalam hal pembinaan

minimarket khusunya kelengkapan perizinan (IUTM).

Adanya perubahan pola masyarakat dalam berbelanja. Jika awalnya

masyarakat sangat setia berbelanja di ritel tradisional, yaitu ritel yang menekankan

pengelolaan yang menggunakan paradigma konvensional dan tradisional (toko

kelontong, warung ) maka masyarakat kini berubah dengan berbelanja di ritel

modern, yaitu ritel yang pengelolaannya dengan menggunakan pendekatan modern

yang lebih menitikberatkan pada kebutuhan konsumen, terlebih lagi dengan berbagai

fasilitas dan kemudahan yang diberikan peritel modern.

Perubahan perilaku konsumen ini sangat relevan dicermati, seperti apa yang

dikemukakan oleh Engel dkk. (1994: 3) bahwa perilaku konsumen sebagai tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menkonsumsi, dan menghabiskan

produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli

Page 129: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

129

tindakan itu. Perubahan perilaku konsumen itu sangat penting. Adanya

kecenderungan mengonsumsi barang dan jasa tidak semata karena fungsinya, tetapi

juga karena dapat meningkatkan image/citra menjadi masyarakat modern dan

kekinian. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berorientasi pada citra maka

pendirian minimarket di perkotaan tumbuh pesat.

Page 130: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

130

BAB VI

FAKTOR – FAKTOR MARGINALISASI PEDAGANG KECIL

Setiap perusahaan, baik yang berskala besar, menengah, maupun keci,

akan berinteraksi dengan lingkungan di mana perusahaan itu berada. Lingkungan itu

sendiri selalu mengalami perubahan-perubahan yang begitu cepat. Dengan

demikian, untuk bisa tetap bertahan menjalankan usaha harus bisa menyesuaikan

diri dengan perubahan lingkungan. Sebaliknya, usaha akan mengalami kemandekan,

bahkan kehancuran apabila perusahaan tidak memerhatikan perkembangan dan

perubahan lingkungan. Lingkungan perusahaan (business environment) dapat

diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang memengaruhi, baik secara langsung

maupun tidak langsung, kinerja perusahaan (Amirullah. 2005 :19). Dalam

praktiknya lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi dua, kategori, yaitu lingkungan

internal dan lingkungan eksternal. Kedua faktor ini dikaji sumbangannya terhadap

termarginalkannya pedagang kecil.

6.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan aspek-aspek yang ada dalam perusahaan dan

sifatnya dapat dikontrol oleh perusahaan. Faktor internal ini berpengaruh secara

langsung terhadap kinerja perusahaan. Mata pencaharian sebagai pedagang yang

banyak digeluti oleh masyarakat kebanyakan dari mencoba-coba mulai dari yang

kecil dan lambat laun terus berkembang. Biasanya kegiatan dikelola oleh pemiliknya

tanpa melibatkan orang lain dalam hal ini karyawan. Bertambahnya jenis barang

yang dijual juga berjalan secara alami dengan mengandalkan naluri bisnis dan

pengalaman.

Page 131: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

131

Di Bali pola dagangan ada yang dikenal dengan istilah nyeraken yang berarti

item barang yang dijual bermacam-macam dengan jumlah per kesatuan kecil. Pola

ini mengalami perkembangan selanjutnya dengan mencari tempat jualan yang lebih

luas (toko kelontong) sehingga barang-barang yang dijual bisa lebih lengkap.

Kegiatan ini sering kali hanya bermodalkan tekad, keuletan, dan sedikit modal.

Sekecil apa pun usaha yang dijalankan berpeluang untuk menjadi besar. Namun,

sering kali pedagang kecil itu mengabaikan bagaimana manajemen pengelolaaan

usaha.

Perkembangan ekonomi global membawa dampak perkembangan di bidang

perdagangan yang mengacu pada modernisasi pelayanan, yaitu dengan berdirinya

berbagai jenis toko modern termasuk minimarket. Dalam buku “The Globalization

of Nothing oleh Ritzer dikemukakan bahwa globalisasi sebagai penyebaran

kebiasaan-kebiasaan yang mendunia, ekspansi hubungan yang melintasi benua,

organisasi dari kehidupan sosial pada skala global, dan pertumbuhan dari sebuah

kesadaran global bersama. Karena telah mulai digunakan, gagasan tentang

globalisasi mencakup sejumlah proses transnasional yang dapat dipisahkan satu

sama lainnya walaupun dapat dilihat sebagai hal yang mengglobal dalam capaian

mereka (Ritzer, 2006 : 96).

Globalisasi mengacu pada pasar bebas di mana sekat-sekat administrasi

sudah tidak berlaku lagi. Dalam Teori Kritis oleh Habermas (2009: 479) disebut

prinsip pengendali pasar. Jadi, tidak ada ketidaksesuaian yang niscaya logis antar-

berbagai kepentingan dalam perencanaan kapitalisme global dan kebebasan

investasi, kebutuhan akan perencanaan dan pengabaian intervensi, dan kemandirian

aparatur negara dari segala kepentingan individu.

Page 132: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

132

Dalam bidang ini dapat digunakan pendekatan bidang dari Bourdieu dan

memusatkan perhatian pada bidang ekonomi benda-benda simbolik; kondisi

penyediaan (suplay) dan permintaan (demand) untuk barang-barang itu, proses

kompetisi dan monopolisasi, serta perebutan kekuasaan antara kelompok yang

mapan dan kelompok yang tersisih (Featherstone, 2008: 22).

Cara ini relevan dengan penelitian ini, yaitu dengan pemberian perhatian

pada pemberian nama yang dalam hal ini Minimarket Circle K sebagai suatu strategi

penting dari kelompok-kelompok yang terlibat dalam persaingan dengan kelompok-

kelompok lain seperti pedagang kecil. Postmodernisme dalam kaitannya dengan

“level” budaya kedua ini perlu melihat bidang seni, intelektual, dan akademis

sebagai ahli dalam pembentukan simbolik dan menilai hubungan mereka dengan

ahli simbolik lain dalam bidang media. Di samping itu, juga bidang-bidang lain

yang terlibat dalam budaya konsumen, budaya popular, dan pekerjaan dalam bidang

fashion.

Hal ini sesuai dengan pandangan Bourdieu (1984) sebagai “new cultural

intermediaries” (perantara budaya baru), yang dengan cepat mensirkulasi informasi

di antara berbagai bidang budaya yang sebelumnya tertutup rapat. Selain itu, pada

pemunculan saluran-saluran komunikasi baru dalam kondisi persaingan yang sangat

intensif.

Terjadinya pergeseran perilaku konsumen di perkotaan dari kebiasaan

berbelanja pada pedagang kecil dan pasar tradisional ke berbagai jenis toko modern

termasuk Minimarket Circle K dapat dipandang sebagai perubahan budaya baru bagi

konsumen. Tumbuhnya minimarket yang pesat membawa efek terhadap keberadaan

Page 133: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

133

pedagang kecil. Dari 10 orang pedagang kecil yang diwawancarai mengenai

penurunan pengunjung dan penurunan omzet penjualan diketahui sebagai berikut.

“Dua orang mengatakan bahwa penurunan pengunjung dan penurunan omzetterjadi 25 %, empat pedagang mengatakan 33%, dan tiga orang berpendapatpenurunan itu berkisar 15%. Hasil penjualan dengan tumbuhnya minimarketmengalami penurunan, khususnya makanan ringan dan minuman. Hal inisecara langsung menurunkan tingkat pendapatan. Kalau dirata-ratakan, makapenurunan jumlah omzet dan pengunjung terjadi 25,2%. Bervariasinya angkaini disebabkan karena jarak antara minimarket dengan keberadaan dagangtersebut. Semakin jauh maka akan semakin kecil pengaruhnya dibandingkandengan yang jaraknya dekat.”(wawancara 9 November 2011).

Adanya minimarket telah menjalankan usaha sebelum mengantongi izin resmi

dari pemerintah menandakan bahwa pengawasan masih lemah. Pendirian

minimarket yang melebihi kuota yang dipersyaratkan di Denpasar Selatan jelas

merupakan bentuk hegemoni yang dilakukan oleh pengelola minimarket secara

halus melalui wacana pembangunan di bidang ekonomi, tersedianya kesempatan

kerja bagi masyarakat, dan memandang minimarket sebagai kebutuhan masyarakat

perkotaan. Dalam praktiknya, wacana hegemoni biasanya akan dilengkapi dengan

adanya dominasi yang sifatnya represif (Althousser, 2004).

Tumbuhnya minimarket di Denpasar Selatan disikapi yang berbeda antara

pemilik atau pengelola minimarket dan para pedagang kecil yang merasakan

imbasnya. Berikut ini beberapa pendapat yang disampaikan oleh karyawan.

“Menjawab bagaimana pandangan terhadap banyaknya minimarket diDenpasar Selatan, diungkapkan oleh Tu De seorang karyawan Circle K,dengan banyaknya minimarket itu bagus, berarti kesempatan kerja bagi parapengangguran akan terbuka. Pendapat ini diperkuat oleh Sudi seorangkaryawan Circle K yang berada di Jalan Waturenggong, diungkapkannyaselain membuka kesempatan kerja bagi para pengangguran, denganbanyaknya minimarket yang ada dapat mempermudah para konsumen untukmencari makanan dan minuman ringan yang mereka perlukan, baik siangmaupun di malam hari (wawancara, 9 November 2011).

Page 134: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

134

Ungkapan di atas menggambarkan bahwa keberadaan minimarket dapat

menjawab apa yang dibutuhkan oleh masyarakat kota, yaitu terbukanya kesempatan

kerja. Selain itu, adanya pilihan yang beragam dalam pemenuhan kebutuhan

tersebut.

Baudrillard (dalam Martyn. 2006: 40) mengatakan bahwa logika nilai tanda

melambangkan kemenangan akhir kapitalisme dalam upaya menerapkan tatanan

budaya yang selaras dengan permintaan produksi komoditas berskala besar. Individu

dalam hal ini direduksi menjadi sekadar konsumen. Konsumen tidak lain adalah

jembatan transmisi perbedaan terkendali dan telah ditentukan sebelumnya antara

objek-objek konsumen yang berfungsi mengklasifikasikan dunia sosial menurut

permintaan iklan dan media massa. Jadi, apa yang dikonsumsi, bukanlah objek

konsumsi itu sendiri, melainkan makna dan nilai tandanya.

Di sisi lain para pedagang kecil di Denpasar Selatan merasakan hal yang

berbeda, yaitu semakin banyaknya minimarket yang ada maka berdampak secara

langsung terhadap hasil penjualan dan jumlah keuntungan yang didapatkan. Hal ini

dapat dipahami bahwa dengan banyaknya pelaku usaha yang berusaha di tempat

yang sama serta menjual barang-barang yang sejenis maka persaingan jelas akan

semakain ketat. Para pedagang sebenarnya ingin menolak keberadaan minimarket

yang menjamur, belum lagi juga adanya swalayan dan toko grosiran yang berlokasi

di Denpasar Selatan. Akan tetapi, hal ini tidak bisa dilakukan karena ketidak-

berdayaan, baik dari pengetahuan maupun akses ke pemerintahan. Hal itu seperti

apa yang diungkapkan salah seorang pedagang, Ibu Agung Ade, yang beralamat di

Jalan Waturenggong 157, Denpasar. Ibu Agung menjawab pertanyaan tentang

Page 135: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

135

bagaimana hasil penjualan dagangannya dengan hadirnya Circle K di tempatnya

berdagang?

“Sebelum hadirnya Circle K para pembeli cukup ramai, tetapi sekarangdengan hadirnya Circle K maka saya hanya dapat jualan maksimal satu jutalima ratus ribu rupiah. Kalau dulu bisa sampai dua juta rupiah”. Pendapat inidiperkuat oleh sesama pedagang, yaitu Ibu Raka yang berdagang di Jln.Tukad Pancoran No 5, Denpasar. “ Ia mengatakan bahwa dengan banyaknyaminimarket maka ia dapat berdagang lebih sedikit karena banyak yangmemilih minimarket. Jumlah penjualan turun kurang lebih 20% -- 30%.Biasanya anak-anak sekolahan lebih memilih minimarket” (wawancara , 9September 2011).

Dari jawaban di atas tampak jelas bahwa pedagang kecil merasakan dampak

langsung dengan banyaknya minimarket khususnya di Kecamatan Denpasar

Selatan. Hal yang dirasakan adalah berkurangnya jumlah penjualan dan

penghasilan. Hal itu secara otomatis akan mengurangi laba yang diperoleh.

6.1.1 Sumber Daya Manusia

Setiap organisasi dikelola oleh faktor manusia yang menjalankan aktivitas

bisnis tersebut. Sumber daya manusia memilki peranan kunci dalam menentukan

survival (keberlangsungan), efektivitas, dan daya saing suatu organisasi bisnis.

Lebih jauh keberadaan karyawan yang baik akan membantu mendukung strategi

suatu organisasi dan memberikan nilai pelanggan (customer value). Dalam jangka

panjang keunggulan pengelolalan manusia/karyawan akan memberikan kontribusi

yang tinggi dalam pencapaian kinerja perusahaan.

Menurut Kaswan (2012 : 2) keunggulan kompetitif yang kuat memiliki enam

karakteristik, yaitu sebagai berikut.

Page 136: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

136

1. Keunggulan kompetitif didorong oleh keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Suatu organisasi memberikan nilai kepada pelanggannya yang tidak

diberikan oleh kompetitornya.

2. Keunggulan kompetitif memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

kesuksesan bisnis.

3. Keunggulan kompetitif menyesuaikan sumber daya organisasi yang unik

dengan kesempatan yang ada di lingkungan. Tidak ada dua perusahaan

mempunyai dua sumber daya yang sama; strategi yang baik menggunakan

sumber daya itu dengan efektif.

4. Keunggulan kompetitif itu awet, lama, dan sulit ditiru oleh pesaing.

Departemen Penelitian dan Pengembangan yang unggul secara konsisten

dapat mengembangkan produk atau proses baru agar tetap di depan para

pesaingnya.

5. Keunggulan kompetitif memberikan dasar untuk perbaikan lebih lanjut.

6. Keunggulan kompetitif memberikan arah dan motivasi terhadap organisasi

secara keseluruhan.

Pada era sekarang perusahaan dituntut memiliki keunggulan dalam

pengelolaan karyawan sehingga dapat memaksimalkan potensi-potensi yang

dimiliki yang pada akhirnya dapat mempercepat pengembalian investasi. Dalam

lingkungan yang kompleks, dinamis maka pengelolaan sumber daya manusia yang

efektif dan efesien didasarkan pada pengelolaan dengan orientasi layanan,

pengelolaan yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada karyawan

untuk berpartisipasi aktif dalam perusahaan, dan pengelolaan yang mampu

menumbuhkembangkan jiwa kewiraswastaan dalam diri setiap individu.

Page 137: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

137

Pada pengelolaan karyawan di minimarket, faktor keunggulan yang bersifat

kompetitif sangat diperhatikan karena setiap karyawan bertindak telah ada petunjuk

pelaksanaan dari tugas masing-masing. Jumlah karyawan pada setiap minimarket

dipengaruhi oleh besar kecilnya area penjualan, besar kecilnya volume penjualan,

dan kondisi lingkungan (tingkat kerawanan dari pencurian).

Perusahaan adalah bisnis yang dalam pengelolaannya dilakukan secara

modern sehingga keberadaan tekonologi sebagai pendukung pengelolaan amat

dibutuhkan. Penerapan teknologi lebih berorientasi kepada pemberian pelayanan

kepada konsumen. Untuk itu faktor tenaga kerja menjadi amat penting untuk

dikelola dengan baik. Manajemen sumber daya manusia dapat menjadi dasar untuk

mendapatkan keuntungan yang kompetitif, dengan tiga alasan sebagai berikut.

1. Perhitungan tenaga kerja termasuk sebagai salah satu komponen dalam biaya

total ritel. Oleh karena itu, mengelola karyawan yang efektif dapat

menghasilkan keuntungan dalam penghematan biaya total ritel.

2. Pengalaman yang dimiliki kebanyakan pelanggan terhadap ritel bisa

ditentukan dari aktivitas karyawan yang menyeleksi barang dagangan,

menyediakan informasi dan bantuan, dan keterampilan dalam memajang stok

barang dagangan.

3. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan mewujudkan kinerja

operasional karyawan ritel yang baik pula dan dapat mewujudkan

keuntungan potensial bagi ritel ( Utami, 2010 :109)

Manajemen sumber daya manusia menyasar pada produktivitas karyawan

(employee productivity) di setiap divisi yang ada. Secara sederhana dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 138: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

138

Produktivitas karyawan = sales (profit)/employee cost

Tingginya produktivitas karyawan membuat fungsi HRM dalam pengelolaan tenaga

kerja perusahaan berjalan dengan baik. Target finansial perusahaan tak akan tercapai

jika karyawan mengalami hal-hal berikut.

1. Penurunan motivasi kerja dan upaya lainnya. Motivasi merupakan

seperangkat sikap yang memungkinkan seseorang cenderung bertindak

dalam suatu cara yang diarahkan oleh tujuan yang spesifik. Dengan

demikian, motivasi adalah keadaan batin yang memberikan kekuatan,

menyalurkan, dan melestarikan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan.

Fokus perhatian saat ini adalah pada pentingnya motivasi individu dalam

pencapaian tujuan organisasi dan individu. Karyawan yang menunjukkan

orientasi dan motivasi kerjan (menjadi) ke arah bekerja keras, maka sistem

kompensasi insentif akan memungkinkan membawanya ke arah

produktivitas dan kualitas kerja yang lebih tinggi. Para manajer

menggunakan pengetahuannya tentang motivasi individu untuk memilih

program-program sebaik mungkin.

2. Penurunan kualitas pelayanan. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya

pengaturan jam kerja kurang baik.

3. Kepuasan kerja rendah akan berpengaruh terhadap turunnya produktivitas

karyawan.

4. Tingginya turn over (pindah kerja) karyawan (Sugiarta, 2001; 113).

Dalam bagian ini dibahas seputar kriteria dan kebutuhan sumber daya,

perekrutan, tugas dan tanggung jawab, pelatihan dan pengaturan waktu kerja dalam

operasional minimarket.

Page 139: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

139

1. Kebutuhan dan Kriteria SDM

Dengan ukuran Minimarket Circle K 200 m2, jumlah karyawan yang

dibutuhkan paling banyak lima orang sampai dengan tujuh orang atau lebih

sesuai dengan luasnya. Mereka terdiri atas satu orang kepala toko, satu

orang administrasi toko, dan lima orang pramuniaga yang harus dapat

berfungsi sebagai kasir dan helper ( Sujanan, 2012 :146).

Agus Sunarta karyawan Circle K mengungkapkan seperti di bawah ini.

“Bahwa karyawan Circle K biasanya setiap tahun dipindahtugaskandengan status pegawai Circle K. Untuk shift work dibagi menjadi tiga,yaitu pagi jam 7 sampai jam 15, sore jam 15 sampai jam 23, dan malamjam 23 sampai jam 7 pagi. Yang paling dianggap pesaing adalahsesama minimarket seperti alfa dan Indomaret, sedangkan pedagangkecil menurutnya kurang karena posisinya memang sudah lebih lemah(wawancara 20 Juli 2011).

Jumlah dan komposisi karyawan tersebut dengan waktu buka 24 jam

yang terbagi menjadi tiga shift kerja. Shift pertama (pagi) bekerja dari pukul

07.00 hingga pukul 15.00, dan shift kedua bekerja dari pukul 15.00 hingga

pukul 23.00, dan shift ketiga dari pukul 23.00 sampai kembali pagi hari

pukul 07.00. Semakin kecil ukuran minimarket, jumlah karyawan yang

dibutuhkan juga akan relatif berkurang. Berdasarkan hasil pengamatan

bahwa jumlah karyawan Minimarket Circle K paling kecil terdiri atas lima

orang dan terbanyak delapan orang. Seorang supervisor merangkap menjadi

administrasi.

Implementasi sistem kumputerisasi yang semakin canggih dan keharusan

untuk rangkap tugas/fungsi pekerjaan (multi-tasking) menyebabkan

karyawan toko minimarket juga harus memiliki kemampuan berhitung di

samping kemampuan berbahasa Inggris. Hal ini sangat dibutuhkan karena

Page 140: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

140

pendirian Minimarket Circle K banyak di daerah pariwisata. Dalam

penelitian ini berlokasi di kawasan Sanur. Dari 19 Minimarket Circle K yang

ada di Denpasar Selatan delapan buah berkedudukan di Sanur. Untuk daerah

Sanur, Circle K tersebar di jalur pariwisata dan di daerah pantai. Dari segi

tempat kebanyakan berada di daerah yang sangat strategis

Seorang karyawan harus memliki kualitas internal yang sejalan dan

mendukung peranannya sebagai penjual. Kualitas ini meliputi kepribadian

(threat), sikap (attitude), motivasi, dan nilai-nilai (values).

Dalam Manajemen Minimarket (Sujana, 2012), dikatakan bahwa

kualitas-kualitas individu yang cocok untuk bekerja di toko minimarket

adalah harus memenuhi hal-hal di bawah ini.

1. Memiliki kepribadian yang positif; jujur, amanah, rajin, cekatan, dan

sebagainya.

2. Memiliki sikap yang baik: mau belajar, bekerja sama, kerja keras, dan

sikap positif lainnya.

3. Memiliki motivasi yang lebih dari sekadar menukar waktu dengan uang,

tetapi menunjukkan rasa syukur atas diperolehnya kesempatan bekerja.

4. Memiliki nilai atau kualitas kolektif yang didasarkan atas norma dan

keyakinan yang dianut; misalnya nilai kepatutan, etiket/ kesopanan,

ketaatan, dan sebagainya.

Dalam menjalankan bisnisnya, Circle K berpedoman pada peraturan

perusahaan. Peraturan itu yang secara tegas telah memberikan batas bagi ketentuan-

ketentuan tentang sayarat-sayarat kerja dan tata tertib untuk menjalin hubungan

Page 141: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

141

kerja yang sehat, memelihara dan meningkatkan ketenangan, keserasian dan

kepuasan kerja untuk mencapai tujuan bersama.

Adapun kewajiban dan hak pengusaha yang tercantum pada pasal 4

Peraturan Perusahaan No.Kep.288/PHIJSK-PKKAD/PP/IV/2012 adalah sebagai

berikut.

1. Pengusaha berkewajiban untuk membayar/memberikan gaji/upah sesuai

dengan aturan yang berlaku, memerhatikan kesejahteraan karyawan,

serta memperlakukan sesuai dengan peraturan perusahaan dengan

ketentuan-ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Pengusaha berkewajiban tidak mempekerjakan karyawan tanpa

persetujuan dari yang bersangkutan pada perusahaan bukan miliknya atau

yang dikuasai olehnya, kecuali pada cabang dari perusahaannya.

3. Pengusaha berkewajiban, bila sebagai akibat dari ekonomi perusahaan

kekurangan aktivitas, penutupan atau penggabungan persahaan d dengan

perusahaan lainnya, dapat mengakibatkan pemindahan atau

pemberhentian sejumlah karyawan, untuk pada waktunya mengadakan

persiapan dan pengaturan seperlunya hingga dapat dihindarkan adanya

karyawan menjadi korban karenanya.

4. Pengusaha berhak melaporkan dan menuntut karyawan ke pihak yang

berwajib atau pengadilan bilamana melakukan tindakan kriminal atau

tindakan yang bisa merugikan perusahaan atau konsumen.

5. Memberikan upah lembur kepada karyawan yang telah melaksanakan

kerja lembur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan peraturan perusahaan.

Page 142: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

142

6. Memberikan fasilitas kesehatan, istirahat, olahraga, dan tempat ibadah

bagi karyawan.

7. Memberikan tunjangan hari raya keagamaan.

8. Menetapkan peraturan tata tertib untuk kelangsungan jalannya

perusahaan dalam semua aspeknya dan keharmonisan karyawan.

Dengan diaturnya kewajiban dan hak pengusaha, maka diharapkan adanya

perlindungan bagi karyawan. Dengan demikian, karyawan akan dengan sepenuh hati

melakukan pekerjaannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan.

6.1.2 Perekrutan Karyawan

Rekrutmen sumber daya manusia adalah bagaimana memilih orang-orang

yang bersedia bekerja keras sehingga mampu menciptakan keunggulan bagi

perusahaan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi

kualifikasi. Rekrutmen didefinisikan sebagai praktik atau aktivitas yang dilakukan

organisasi dengan tujuan utama mengidentifikasi dan memikat pegawai yang

potensial/qualified. Aktivitas rekrutmen dirancang untuk memengaruhi. Jumlah

orang yang melamar lowongan kerja, jenis orang yang melamar dan kemungkinan

mereka yang melamar lowongan kerja itu akan menerima posisi jika ditawarkan.

Langkah awal dalam pemenuhan karyawan adalah “perekrutan”, Calon

karyawan bisa berasal dari kalangan internal (keluarga) pemilik atau dari luar, yaitu

kalangan umum, masyarakat luas. Perekrutan dilakukan dengan tahapan-tahapan

sebagai berikut (Sujana, 2012: 148). Perekrutan karyawan bisa dilakukan secara

internal, yaitu merekrut karyawan dari kalangan sendiri yang lebih bisa memberikan

rasa aman dan kepercayaan. Perekrutan juga dapat dilakukan dari eksternal sehingga

Page 143: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

143

mampu bertindak lebih profesional dan mempertimbangkan kebutuhan bisnis

sebagai faktor utama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang karyawan minimarket

circle k, menjawab pertanyaan bagaimana ia bisa bekerja pada minimarket circle k.

Seperti yang diungkapkan oleh Tyas Indrawati, seperti berikut.

“Saya mendapatkan informasi dari teman, bahwa pada minimarket ini sedangmembutuhkan karyawan baru. Selanjutnya saya mengajukan lamaran kerjadengan mengikuti persyaratan yang telah ditentukan. Berselang beberapalama saya dipanggil untuk mengikuti testing dan setelah pengumuman sayadinyatakan lulus, dan sampai sekarang saya masih bekerjadisini”(wawancara, 12 Nopember 2012).

Perekrutan karyawan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut

(terlebih dahulu dengan menyusun jadwal sederhana)

1. Membuka lowongan kerja dengan menyusun redaksi dengan singkat, jelas,

dan padat. Buat dalam bentuk poster, brosur, ataupun spanduk. Bisa juga

melalui media massa dan jangan lupa memberikan persyaratan administrasi.

2. Seleksi aplikasi; pilah berkas lamaran kerja yang masuk berdasarkan kode

jabatan yang dipilih, periksa kelengkapan dokumennya. Selanjutnya berkas

yang memenuhi persyaratan dicatat dan selanjutnya dibuatkan jadwal untuk

proses seleksi.

3. Seleksi/tes tertulis, yang diperuntukkan untuk menguji dan mengukur

kemampuan berhitung dan logika sederhana. Hal ini penting dilakukan

karena pramuniaga bertanggung jawab untuk melakukan stock-opname dan

penghitungan order barang.

Page 144: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

144

4. Pemeriksaan kesehatan, calon karyawan menyertakan keterangan sehat yang

menyatakan kondisi kesehatan. Hal ini amat penting menyangkut kinerja

dan kesiapan pelayanan konsumen.

5. Wawancara/interview dilakukan untuk mengetahui kondfisi fisik dan

penampilan pelamar di samping kualitas internalnya. Hal-hal yang dinilai

meliputi (a) penampilan, (b) sikap, (c) komunikasi (cara berbicara), (d)

motivasi, dan (e) wawasan. Selain itu, wawancara juga menyangkut jaminan

dan kesanggupan kontrak kerja serta negosiasi gaji.

6. Keputusan penerimaan; berdasarkan seleksi tertulis dan wawancara dapat

dibuat keputusan penerimaan pegawai baru, yang terdiri atas pegawai yang

diterima dan cadangan.

7. Kontrak kerja, merupakan bentuk pengikatan komitmen antara karyawan dan

pihak perusahaan. Bagi karyawan, kontrak kerja akan menjadi pegangan

yang memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam bekerja. Sementara

bagi pihak perusahaan, kontrak kerja ini merupakan bagian dari penegakan

disiplin terhadap peraturan dan jaminan bagi perolehan kinerja sesuai dengan

yang diharapkan

Dalam peraturan perusahaan yang menyangkut hubungan kerja, pada pasal 6

tentang penerimaan karyawan tetap disebutkan sebagai berikut.

1. Untuk diterima sebagai karyawan harus dipenuhi beberapa syarat berikut ini.

a. Memenuhi syarat administrasi sebagai calon karyawan

b. Lulus seleksi/tes

c. Lulus seleksi kesehatan

d. Bersedia mematuhi isi PP

Page 145: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

145

e. Apabila diperlukan, perusahaan dapat mempekerjakan karyawan dengan

status perjanjian kerja/kesepakatan kerja untuk waktu tertentu sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pengusaha berhak dan berkewajiban menetapkan/mengadakan perjanjian

hubungan kerja dengan karyawan sepanjang ketetapan-ketetapan tersebut tidak

bertentangan dengan undang-undang.

3. Setiap karyawan harus terlebih dahulu menjalankan masa percobaan paling lama

tiga bulan berturut-turut dihitung sejak pertama mulai diterima bekerja di

perusahaan.

4. Selama masa percobaan, baik perusahaan maupun karyawan, dapat memutuskan

hubungan kerja pada setiap saat. Dalam hal karyawan diberhentikan oleh

perusahaan tidak akan diberikan uang pesangon apabila karyawan

mengundurkan diri mengacu pasal 63 PP ini.

5. Sesudah masa percobaan berakhir dan menurut perusahaan karyawan dapat

memenuhi syarat-syarat ditetapkan oleh perusahaan, maka karyawan tersebut

akan diangkat oleh perusahaan menjadi karyawan tetap, menurut status

penggolongannya berdasarkan surat pengangkatan dan masa kerjanya dihitung

sejak mulai bekerja.

6. Dalam surat pengangkatan itu selain dimuat penempatan pada jabatan dan

persyaratan mengenai pendapatan, juga dilampirkan pernyataan diri yang

bersangkutan tentang ketaatannya pada peraturan perusahaan ini.

7. Perusahaan berhak melakukan uji kesehatan kepada calon karyawan berdasarkan

jabatan tertentu dan mempunyai hak menolak mengikat perjajian kerja bila uji

Page 146: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

146

kesehatannya tidak memenuhi syarat yang diatur dalam ketentuan tersendiri

oleh departemen sumber daya manusia.

Selain menerima karyawan tetap perusahaan juga dapat mengadakan

hubungan kerja melalui perjanjian kerja khusus kepada karyawan untuk jangka

waktu tertentu. Hubungan kerja itu harus didasari dengan syarat-syarat kerja dan

ketentuan lainnya yang dinyatakan secara khusus dalam perjanjian kerja yang

diadakan antara karyawan yang bersangkutan dan perusahaan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pemenuhan karyawan minimarket lebih berorientasi pada

kemampuan, tampilan, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan pelanggan.

Khusus untuk daerah-daerah wisata seperti Sanur maka kemampuan bahasa asing

menjadi sangat penting. Pada kegiatan pedagang kecil untuk pemenuhan tenaga

kerja biasanya dilakukan sendiri oleh pemiliknya dan dibantu oleh keluarga. Ada

beberapa toko kelontong yang mempekerjakan karyawan, biasanya jumlahnya kecil

paling antara satu orang sampai dua orang, dan jam kerjanya langsung dari mulai

buka pada pagi hari sampai dengan tutup pada sore hari.

6.1.3 Pelatihan Karyawan

Setelah proses rekrutmen berjalan dengan baik maka langkah selanjutnya

adalah melakukan penempatan karyawan dengan sebelumnya mengadakan

pelatihan. Pelatihan akan bersifat induksi, pengenalan dunia ritel sampai pada hal

teknis pengetanhuan barang dan pengoperasian aplikasi program. Pekerjaan terus

berubah setiap saat akibat perkembangan teknologi dan adanya perputaran di bidang

Page 147: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

147

kerja. Dengan demikian, organisasi harus memiliki komitmen untuk terus- menerus

melatih dan mendidik sehingga karyawan memiliki kesiapan untuk bekerja.

Program pendidikan dan pelatihan wajib diikuti oleh karyawan yang baru

masuk. Artinya, setiap karyawan baru diharuskan untuk mengikuti program

orientasi karyawan baru sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan.

Pengusaha melakukan latihan kerja yang diarahkan untuk membekali dan

mengembangkan potensi kerja guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan

produktivitas kerja. Pendidikan dan pelatihan juga diharapkan mampu meningkatkan

profesionalisme dan penyelenggaraannya bisa dilakukan, baik dalam lingkungan

perusahaan maupun di luar perusahaan. Karyawan yang telah mengikuti pendidikan

dan pelatihan digunakan sebagai pertimbangan khusus untuk jenjang karier pada

masa yang akan datang. Pelatihan juga diberikan kepada karyawan yang ada untuk

pekerjaan baru karena akan lebih efektif biayanya daripada menghentikan mereka

dan mempekerjakan karyawan baru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan minimarket circle k Tyas

Indrawati diungkapkan sebagai berikut.

“Setelah saya dinyatakan lulus seleksi, maka sebelum mulai bekerjadiberikan pelatihan-pelatihan menyangkut materi pengetahuan umum tentang bisnisritel, bagaimana melayani konsumen, pengetahuan tentang tata tertib dan peraturanperusahaan, dan menyangkut berbagai hal tentang operasionalminimarket”(wawancara, 12 Nopember 2012).

Beberapa kecenderungan yang memengaruhi bisnis saat ini berimplikasi

terhadap pelatihan seperti tampak pada tabel 6.1.

Page 148: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

148

Tabel 6.1

Kekuatan Utama yang Memengaruhi Bisnis dan Implikasinya terhadap Pelatihan

Kekuatan Implikasi Pelatihan

Meningkatnya kompetisi

global dan domestik

Kebutuhan lebih besar untuk strategi kompetitif. Para

pekerja harus terampil dalam aspek teknik

pekerjaannya. Para manajer perlu dilatih dalam teknik

manajemen dan memaksimumkan produktivitas

karyawan.

Perubahan yang cepat

dalam teknologi dan

komputerisasi

Para karyawan perlu dilatih agar memiliki keterampilan

teknologi yang lebih tinggi dan dapat beradaptasi

terhadap perubahan dalam operasi, rancangan

pekerjaan, dan arus kerja

Perubahan dalam tenaga

kerja

Para manajer perlu dapat berhubungan dengan isu-isu

yang dihadapi karyawan yang lebih majemuk dan

bekerja secara koperatif dengan mereka. Mereka perlu

memastikan bahwa karyawan mampu lebih

berpartisipasi dalam keputusan organisasi

Tuntutan yang lebih

besar terhadap waktu

manajemen

Manajer perlu dilatih dapat membuat keputusan cepat

dan akurat

Merger, akuisisi, dan

divestasi yang semakin

luas

Rencana pelatihan jangka panjang dibutuhkan yang

menghubungkan rencana dan strategi bisnis korporat

Keusangan pekerjaan

dan munculnya

pekerjaan baru

Perubahan yang lebih besar terhadap pekerjaan

menuntut kebijakan pelatihan yang fleksibel yang dapat

mencegah turunnya produktivitas dan meningkatnya

pergantian karyawan

Sumber : Bernadin dan Russell ( 2003: 296)

Page 149: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

149

Pelatihan ini amat penting untuk menyatukan persepsi di antara karyawan.

Adapun materi yang disampaikan dalam pelatihan induksi karyawan minimarket

adalah sebagai berikut.

1. Pengantar umum meliputi pengenalan bisnis ritel serta tujuan perusahaan

dan lingkungan perusahaan.

2. Pengetahuan dan penanganan barang meliputi dasar-dasar

merchandising, penanganan barang, manajemen kategori, klasifikasi dan

identifikasi barang, proses inventori/stock opname.

3. Prosedur operasional meliputi proses buka – tutup toko, proses

pemeliharaan dan penanganan aset, proses penanganan barang,

penanganan keuangan, administrasi, dan personalia.

4. Pelayanan konsumen meliputi memahami kebiasaan konsumen,

kepedulian terhadap konsumen, dan salesmanship.

5. Pengoperasian aplikasi ritel meliputi modul operasi kasir, modul back –

office.

6. Pengelolaan keuangan dan administrasi toko meliputi pengelolaan

setoran, tukaran, kas kecil, jurnal harian prosedur SO& tutup buku.

Dalam proses pelatihan juga disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan

pola pengaturan waktu kerja. Berdasarkan hasil observasi penelitian

pada Minimarket Circle K diperoleh seperti di bawah ini.

Saat weekend di mana orang-orang kantoran, mahasiswa, pelajar

libur, orang toko justru lembur. Kondisi ini adalah kondisi khas bisnis ritel,

sebagai konskuensi bisnis layanan. Untuk mensiasati kondisi ini dilakukan

pengaturan jadwal kerja karyawan dengan baik, tegas, tetapi tetap fleksibel.

Page 150: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

150

Hal ini penting dilakukan untuk mampu meng-cover kebutuhan tenaga kerja

yang sejalan dengan fluktuasi tingkat keramaian toko.

Menurut pengakuan pengelola Minimarket Circle K di kawasan Sesetan dan

Jln. Waturenggong, Bapak Yudhi Setianugraha, adalah sebagai berikut.

“Dalam urusan gaji (salary), untuk meningkatkan produktivitas karyawandikembangkan skema pemberian insentif yang menarik, yang berlaku kepadasemua karyawan. Insentif diberikan dengan memperhatikan kinerjakaryawan, bukan berdasarkan senioritas dan juga bukan berdasarkan jamkerja. Insentif dapat diberikan berupa financial dan non-financial.(wawancara, 9 November 2011).

Ungkapan di atas sesuai denga peraturan perusahaan bab VI pasal 25 tentang

gaji dan upah sebagai berikut.

1. Gaji/upah adalah imbalan untuk karyawan yang diterima dari pengusaha

karena ada hubungan kerja.

2. Gaji/upah bagi jabatan dan golongan seperti tercantum pada lampiran II

ditetapkan lebih lanjut oleh pengusaha, dengan catatan bahwa gaji/upah

terendah akan mengikuti ketentuan pemerintah tentang gaji dan upah

pada lokasi dimana perusahaan berdomisili.

3. Sistim pengupahan berdasarkan golongan dengan prinsip bahwa untuk

klasifikasi pekerjaan yang sama, tidak tertutup adanya perbedaan nilai

nominal, dikarenakan perbedaan kompetensi dan atau performance

karyawan.

4. Gaji/upah karyawan dimuat dalam surat pengangkatan atau dapat

ditetapkan dalam surat penetapan secara tersendiri.

5. Gaji/upah karyawan tidak akan lebih rendah dari ketentuan upah

minimum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Page 151: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

151

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa karyawan perusahaan selain menerima

gaji/upah juga diberikan tunjangan hari raya keagamaan, bagi karyawan yang telah

bekerja dua belas bulan lebih. Sebaliknya pekerja pada pedagang kecil biasanya

hanya menerima upah, dan jumlahnya biasanya berdasarkan kesepakatan pada saat

baru mulai bekerja.

Kecenderungan organisasi bertanggung jawab menyediakan sarana yang

mendukung dan mendorong perubahan dan individu yang bertanggung jawab

memeroleh manfaat yang maksimum dan kesempatan belajar yang diberikan. Hal ini

melibatkan penguasaan informasi, keterampilan, sikap baru, dan pola-pola perilaku

sosial melalui pelatihan dan pengembangan.

6.1.4. Pengelolaan Toko Minimarket

Kompleksitas pengelolaan toko ritel adalah sangat beragam, tergantung dari

besar tidaknya organisasi, apakah Hypermarket, supermarket ataupun Minimarket.

Menurut I Nyoman Sugiarta (2011:92) dalam Panduan Praktis & Strategis

Retail Consumer Goods, manajemen pengelolaan minimarket menyangkut empat

hal yang sangat penting yaitu sebagai berikut.

1. Proses kerja (system) penegelolaan semua aktivitas kerja, baik fisik

maupun administrasi, untuk memastikan semua produk dan layanan ke

konsumen dapat menciptakan penjualan yang diharapkan. Proses kerja

ini meliputi alur kerja, jadwal kerja, penataan toko,dan perawatan

fasilitas kerja.

2. Karyawan (work force), pengelolaan sumber daya manusia atau tim

kerja toko secara optimal untuk memastikan semua proses kerja berjalan

Page 152: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

152

dengan baik, seperti training, supervisi, benefit, kompensasi, dan

penentuan target penjualan.

3. Inventory, pengelolaan atas semua jenis barang dagangan, baik yang di

area penjualan maupun di gudang toko. Secara umum inventory ini

meliputi order barang, jumlah barang yang di- order, masa order, stock

ofname barang dagangan, pencegahan kerusakan ,dan kehilangan barang.

4. Quality service, yaitu bagaimana tim toko harus mengelola kualitas

produk, pelayanan, dan menjaga suasana toko yang menyokong

penjualan. Misalnya, standar pelayanan, standar display, kebersihan,

kenyamanan area toko, kontrol kualitas barang.

Semua faktor di atas bertujuan untuk menciptakan penjualan secara efisiensi

dan efektif, yang berarti bagaimana proses penjualan dapat dioptimalkan dengan

biaya yang seefisiennya. Tampilan toko/minimarket merupakan fungsi sebagai

media untuk menciptakan penjualan. Hal itu penting karena barang yang tersedia di

toko tidak terjual dengan sendirinya, tetapi dipersiapkan sedemikian rupa sehingga

konsumen akan terangsang melakukan pembelian.

Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa tidak setiap orang mampu menjadi

pengelola minimarket. Seorang kepala toko haruslah mempunyai pengetahuan

(knowledge) yang cukup dan kemampuan/kepiawaian (skill) yang mumpuni. Harus

memiliki wawasan tentang ritel dan memahami proses bisnisnya. Kemampuan

manajer minimarket juga harus memliki jiwa kepemimpinan, mampu membuat

perencanaan, pengorganisasian, dan pengaturan kerja sehingga dapat dipastikan

pekerjaan dikerjakan sesuai dengan yang diharapkan dan akhirnya melakukan

pengawasan.

Page 153: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

153

Pengelolaaan Minimarket Ciercle K sangat memperhatikan hal-hal di atas.

Misalnya, dikemukakan oleh pengelola minimarket Bapak Yudi Setianugraha

sebagai berikut.

Menjawab pertanyaan tentang bagaimana mengelola usaha minimarket makaia menyatakan :”Seorang harus mampu mengkombinasikan kualitas internaldan eksternal maksudnya apa yang ada di pihak perusahaan harus bisadisinergikan dengan faktor luar yang mempengaruhi usaha kita, sehinggayang mampu menjadi keteladanan, pemikiran dan mampu memotivasibawahan. Keteladanan adalah kemampuan untuk memberikan contoh baikdalam sikap dan perilaku keseharian sehingga dapat menjadi panutan.Pemikirannya harus mampu kreatif, kritis, dan mampu menganalisis keadaansecara cepat dan tepat yang akhirnya mampu mendongkrak penjualan (wawancara, 9 November 2011).

Ada beberapa fungsi yang harus dijalankan oleh seorang Store Manager atau

Store Supervision: Menurut I Nyoman Sugiarta (2011: 93) disebutkan adalah

sebagai berikut.

1. Pengelolaan karyawan toko, dalam bisnis ritel yang padat kerja, berarti bahwa

pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan menjadi salah satu kunci

keberhasilan. Pengelolaan karyawan bisa berupa hal-hal berikut.

a. Pemberian training yang memadai untuk karyawan baru meliputi training

mengenai kebijakan perusahaan, sistem atau proses bisnis atas pekerjaan

yang kelak menjadi tanggung jawabnya, prosudur penerimaan barang dan

retur.

b. Memberikan motivasi kerja, konsultasi, dan mencontohkan sikap positif

dalam bekerja di toko.

c. Membantu personel toko untuk mencapai performa toko dengan memberikan

supervisi setiap saat.

d.Menyusun dan memberikan insentif atas kinerja yang baik.

Page 154: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

154

2. Pelayanan konsumen setiap personel toko. Setiap karyawan harus mampu

memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap konsumen, mampu meyakinkan

konsumen bahwa barang yang dibeli sesuai dengan keinginan mereka. Selalu

menyapa konsumen dengan santun serta gesit melayani konsumen di kasir agar

tidak tercipta antrean yang panjang.

3. Pengendalian biaya. Beberapa jenis biaya yang terjadi di toko yang harus

dicermati oleh manajer toko adalah;

a. Biaya tenaga kerja, berarti berapa jumlah karyawan yang ideal. Untuk itu

perlu memerhatikan:

(a). jumlah jam kerja (berapa shift)

(b). seberapa tinggi traffict konsumen di toko (customer per day)

(c). bagaimana kondisi toko dari kerawanan pencurian dan gangguan lainnya

(d) berapa luasan toko (selling space), beberapa retailer membagi toko dalam

sejumlah tipe berdasarkan luas selling space.

b. Biaya perawatan toko, atas biaya perbaikan fasilitas sehingga tidak

mengganggu pelayanan kepada konsumen atau menghambat proses kerja,

antara lain pengecatan ulang, perbaikan pendingin ruangan, perbaikan

pendingan minuman (chiller), shop, sign, single pole, perbaikan area parker,

dan lainnya.

c. Biaya listrik, termasuk biaya yang secara rutin yang menyedot pengeluaran

yang cukup besar. Untuk itu karyawan harus benar-benar memahami hemat

energi. Mulai dari desain toko sedemikian rupa sehingga pada siang hari bisa

mengurangi penyalaan lampu, pengaturan titik lampu yang tepat.

Page 155: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

155

d. Biaya kehilangan barang (inventory loss). Kehilangan barang di toko juga

sangat memengaruhi perolehan laba. Kehilangan barang sebagian besar

disebabkan oleh;

(a) kesalahan pencatatan antara fisik barang yang diterima dan yang dicatat

atau tercantum di stock barang dagangan (komputer)

(b).kesalahan pengiriman barang dari supplier atau dari distribution center

(c).pencurian yang dilakukan oleh karyawan toko itu sendiri

(d).pencurian yang dilakukan oleh orang luar (konsumen)

(e).kesalahan pencatatan pada saat stock opname.

Pencegahan kehilangan barang ini biasanya dilakukan dengan cara berikut.

a. Trainning karyawan mulai dari proses penerimaan barang dan pengecekan

yang tepat dan akurat. Teknik pengawasan konsumen dengan tetap

melayani serta memberikan pengenalan tentang ciri-ciri pencuri dari pihak

luar serta memberikan peringatan dan sanksi yang tegas atas pencurian yang

dilakukan oleh pihak karyawan sendiri.

b. Desain atau penataan toko harus sudah mempertimbangkan kemungkinan

kehilangan beberapa jenis barang, misalnya barang yang mahal, barang

kecil.

c.Tipe barang lain yang harus dipajang pada tempat khusus yang mudah

diawasi oleh kasir atau karyawan toko lainnya.

d. Penambahan alat-alat keamanan seperti CCTV dipasang di area penjualan

atau area luar toko (parkir) serta penyediaan tenaga keamanan.

Untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pelanggan maka Circle K

telah menyediakan tempat parkir dan berbagai fasilitas. Keberadaan Circle K yang

Page 156: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

156

buka 24 jam membuat minimarket ini cukup berisiko khususnya pada malam hari.

Keadaan yang sepi dan jumlah karyawan biasanya yang bertugas dua orang

dimanfaatkan oleh perampok. Hal ini pernah dialami oleh Circle K di Jalan Letda

Reta pada 21 Desember 201. Pada saat itu yang sedang bertugas adalah I Komang

Ardi seorang diri. Dia dirampok oleh lima orang dengan kerugian 5,3 juta dan dua

HP miliknya (Radar Bali, 22 Desember 2011).

Resiko yang lain adalah karena Circle K mendapat izin untuk menjual

minuman beralkohol dengan klasifikasi A, kalau konsumen minum terlalu banyak,

juga bisa menyebabkan mabuk. Hal ini pernah terjadi di depan toko modern di Jalan

Hayam Wuruk Denpasar pada hari Minggu dini hari (23/10/2011). Pada waktu itu

terjadi kasus tawuran di depan toko modern.

6.1.5 Tradisi dan Budaya Kerja.

Mata pencaharian sebagai pedagang berkembang secara alamiah, yaitu mulai

mencoba mengadu keberuntungan dan pada akhirnya digeluti sebagai profesi.

Berdagang secara tradisional banyak dilakoni oleh penduduk di Kecamatan

Denpasar Selatan. Jumlah penduduk yang mata pencahariannya sebagai pedagang

berjumlah 6.631 jiwa. Jumlah itu nempati rangking dua setelah mata pencaharian di

bidang pemerintahan /jasa yang berjumlah 10.350 jiwa dari total penduduk 32. 504

jiwa. Itu berarti 31 persen dari total penduduk.

Tempat untuk menjual barang dagangannya tersebar di 20 pasar umum dan di

berbagai lokasi, baik dalam bentuk toko kelontong, minimarket, maupun lapak-

lapak yang biasanya berada di dekat permukiman penduduk.

Page 157: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

157

Berdagang memerlukan keterampilan yang lebih dibandingkan dengan

pekerjaan agraris. Seiring dengan terjadinya perkembangan ekonomi dan banyak

pengembangan daerah pariwisata dan permukiman, menyebabkan lahan pertanian

berkurang. Hal itu mengakibatkan petani beralih pekerjaan.

Pola kehidupan pedagang kebanyakan kental dengan tradisi masih banyak

diikat oleh tatanan upacara dan upakara yang bersifat keagamaan. Permasalahan

akan muncul bahwa spirit berdagang adalah harus lebih banyak mengoptimalkan

waktu dan mengejar apa yang dikenal efisiensi sebagai muara untuk pencapaian

laba. Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh orang pedagang kecil yang ada

di Kecamatan Denpasar Selatan,Diketahui bahwa total hari berdagang dalam satu

bulan tidak lebih dari 24-- 26 hari mereka bisa membuka toko/warung. Hal ini

disebabkan oleh adanya berbagai kepentingan yang berkaitan, dengan tradisi

maupun upacara keagamaan (wawancara 11 November 2011).

Perkembangan ekonomi yang menuntut adanya tingkat pertumbuhan yang

lebih tinggi menuntut juga cara kerja yang lebih efesien dengan lebih mengagungkan

apa yang dikenal dengan manajemen. Penekanan efisiensi hakikatnya merambah

berbagai ranah kerja. Penekanan itu sendiri sebenarnya tidak lepas dari kehadiran

ide manajemen ilmiah Taylor. Dalam kajian “waktu dan gerak” didesain

menggantikan apa yang disebut Taylor dengan metode “aturan jempol” yang tidak

efisien. Artinya, kerja dalam hari, hari didominasi apa yang dinilainya sebagai

“satu cara terbaik”. yaitu sarana optimal mengakhiri sebuah pekerjaan ( Ritzer, 2002

:79).

Perkembangan Minimarket Circle K yang dari awalnya memang telah

mengusung kapitalisme, sebagai salah satu jenis usaha yang telah secara terus

Page 158: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

158

menerus menggunakan pedoman-pedoman pengelolaan sebuah toko modern.

Peranan budaya organisasi yang merupakan makna atau sistem yang dianut oleh

anggota dalam hal ini adalah para karyawan, supervisor dan pemilik minimarket.

Unsur-unsur yang ada dalam budaya organisasi ini adalah sistem nilai, lingkungan

bisnis, pahlawan, jaringan budaya, pola ritual keyakinan, perilaku, gaya manajemen,

sistem dan prosedur manajemen, norma-norma dan prosedur serta pedoman perilaku

( Tika, 1999 ;7).

Perkembangan toko modern di Denpasar yang terus menerus bertambah banyak

dipandang sebagai kecederungan (trend). Bagi para pengusaha mengenali dan

memanfaatkan trend merupakan sesuatu yang penting. Circle K merupakan salah

satu toko modern yang memanfaatkan momentum itu Circle K memahami sebuah

produk dapat memiliki signifikansi di luar fungsi dan bentuk, yaitu produk menjadi

simbol di dalam masyarakat sehingga produk itu merupakan ikon.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola minimarket Circle K,

diketahui bahwa selain memperoleh gaji sesuai dengan yang dimuat dalam surat

pengangkatan atau dalam surat penetapan secara tersendiri, karyawan juga diberikan

tunjangan hari raya keagamaan (THR) sebagai wujud kebersamaan untuk

menyelenggarakan aktivitas budaya, yaitu hari raya agamanya.

Page 159: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

159

Gambar 6.1Lay Out Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2012

Dalam gambar di atas tampak sangat jelas bagaimana Minimarket Circle K

menempatkan peralatan, barang-barang dan penerangan sebagai satu cara menarik

konsumen.

Minimarket yang telah masuk ke daerah pemukiman merupakan ancaman bagi

pedagang kecil di sekitarnya, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ambara sebagai

berikut.

“Tumbuhnya minimarket sampai ke pelosok-pelosok pemukiman termasuk keSesetan merupakan ancaman bagi warung, pedagang kecil, dan toko kelontongdisekitarnya. Jarak antara minimarket yang satu dengan yang lain sangatberdekatan, malahan ada yang berhadap-hadapan, apalagi di sekitarnya jugabanyak berdiri toko kelontong dan pedagang kecil lainnya. Seperti toko saya,sejak adanya minimarket, orang yang datang ke sini berbelanja berkurang.Mereka lebih memilih berbelanja ke minimarket karena barang yang ditawarkanlebih lengkap, apalagi di sana ada internet gratis, maka kalangan remaja lebihtertarik ke situ” (wawancara, 3 September 2011)

Page 160: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

160

Ungkapan di atas didukung oleh beberapa konsumen (responden) yang

diwawancarai mengenai mengapa mereka memilih berbelanja di Circle K. Hasil

wawancara berstruktur dari responden diuraikanya sebagai berikut.

Berkisar 60% menjawab bahwa berbelanja di Circle K jauh lebih praktis,

lebih hieginis, dan pelayanannya juga ramah. Selain itu, ada Free Wifi, bukanya

juga 24 jam. Bisa dengan cepat membeli apa yang kita perlukan terutama makanan

dan minuman ringan. Lain halnya kalau belanja di toko kelontong kita harus

mencari-cari tempat barangnya, agak lambat, dan pelayanannya kurang, juga

bukanya kan tidak lama. Seandainya semua kebutuhan disediakan di sini,

kemungkinan saya akan membeli semua di sini, biar sekalian. Sisanya lagi 40%

konsumen mengatakan bahwa dia berbelanja di Circle K karena tempat tinggalnya

dekat. Di samping buka 24 jam parkirannya juga dekat dengan tokonya. Jadi, dapat

menghemat waktu, terutama untuk orang yang dikejar waktu seperti saya. Selain itu,

di bagian kasir juga tidak pernah antre lama. Pokoknya Circle K memberikan

pelayanan yang baik dan memuaskan.Untuk masalah harga hanya selisih Rp 500,00

s.d. Rp 1.000,00 dengan minimarket lain atau warung kecil dan ia tidak keberatan

karena dia lebih cepat.

Dari informan dan responden di atas menunjukkan adanya kekhawatiran

dari pemilik toko atas kehadiran minimarket terhadap keberlangsungan warung atau

toko kelontong yang ada di sekitarnya, dan dapat dipahami bahwa konsumen sangat

membutuhkan barang tidak saja karena fungsinya, tetapi di mana barang itu dibeli.

Dalam kaitan ini pembelian di Circle K dapat memberikan simbol bahwa barang dan

tempatnya menaikkan gengsi dalam pergaulan sosialnya. Terbukti walaupun harga

barang di Circle K lebih mahal, ia tetap belanja di sana. Kondisi ini memberikan

Page 161: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

161

gambaran bahwa konsumen Circle K berada di kelompok kemampuan ekonomi

menengah ke atas karena konsumen yang kondisi ekonominya lemah akan sangat

bergantung dari harga produk tersebut. Artinya, di mana lebih murah maka mereka

akan melakukan pembelian di tempat itu. Konsumen dengan tipe inilah biasanya lari

ke pedagang kecil/kelontong karena di sana dapat harga lebih murah dan adanya

interaksi sosial dalam bentuk tawar-menawar.

Fenomena di atas sesuai dengan teori Kotler (2002: 181), yaitu faktor utama

yang memengaruhi konsumen adalah (1) faktor budaya yang terdiri atas budaya,

sub-sub- budaya, kelas sosial; (2) faktor sosial yang termasuk di dalamnya adalah

kelompok acuan, keluarga, peran, dan status; (3) faktor pribadi, karakteristik pribadi

tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya

hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli; dan (4) faktor psikologis yang

terdiri atas motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.

Menurut Engel (1994 : 66) diuraikan bahwa Cara utama budaya

memengaruhi yang Anda beli dan digunakan setidaknya tiga efek utama. Pertama,

budaya memengaruhi konsumsi-institusi-institusi yang tersedia untuk pemasaran.

Kedua, budaya memengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan. Ketiga,

budaya adalah variabel utama di dalam penciptaan dan komunikasi makna di dalam

produk.

Page 162: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

162

Gambar 6. 2Konsumen Minum Minuman Beralkohol Depan Minimarket Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2012

Pertimbangan konsumen melakukan pembelian dari toko tertentu, apakah

karena bisa menawar, apakah karena adanya pilihan barang-barang yang beragam.

Inilah yang dikenal dengan citra toko, seperti yang dikemukakan oleh, Lynda Wee

Keng Neo, Cynthia Ng-Tang Lai Mun ( 2001:40) bahwa citra toko adalah apa yang

dinilai oleh konsumen tentang Anda dalam kegiatan mereka.

Ini merupakan soal pemetaan anggapan dan persepsi konsumen. Hal itu

merupakan fakta bahwa konsumen menilai dan memilih peritel berdasarkan citra

Page 163: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

163

yang diproyeksikan. Beberapa konsumen percaya bahwa di mana mereka berbelanja

sama pentingnya dengan apa yang sesungguhnya dibeli. Oleh karena itu, penting

untuk memahami apa yang menjadi citra toko dan bagaimana mengolah serta

mengomunikasikan citra yang tepat kepada konsumen.

6.2 Faktor Eksternal

Bisnis ritel di Indonesia menngalami perkembangan yang cukup pesat pada

beberapa tahun terakhir dengan berbagai macam format dan jenisnya. Hal ini

disebabkan, baik oleh adanya perkembangan manufaktur dan peluang pasar yang

cukup terbuka maupun upaya pemerintah untuk mendorong perkembangan bisnis

ritel. Secara eksternal perkembangan industri ritel tidak terlepas dari pengaruh tiga

faktor utama, yaitu (1) ekonomi, (2) demografi, dan (3) sosial budaya.

Pertama, faktor ekonomi adalah kondisi perekonomian negara yang

memengaruhi prestasi kerja suatu perusahaan meliputi tingkat pertumbuhan

ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat, perubahan selera, dan pola pengeluaran

konsumen yang diakibatkan dari perubahan pendapatan. Faktor-faktor tersebut

memengaruhi baik secara langsung dan tidak langsung, praktik perusahaan.

Perusahaan perlu mengamati perkembangan indikator-indikator ekonomi sehingga

dapat menerapkan strategi yang efektif.

Kotler (2002 :165) mengemukakan bahwa daya beli yang ada di suatu

perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan, utang, dan

ketersediaaan kredit saat ini. Oleh karena, itu pemerintah bersama-sama dengan

masyarakat harus berusaha mempertahankan dan meningkatkan kondisi ekonomi

agar menjadi lebih baik sehingga pelaku bisnis dapat memajukan bisnisnya. Untuk

Page 164: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

164

itu ada beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian, yaitu siklus bisnis,

ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga produk dan jasa,

produktivitas, dan tenaga kerja.

Kedua adalah demografi. Isu penting yang perlu diamati oleh pelaku bisnis

adalah perubahan tentang struktur umur penduduk, permasalah jenis kelamin, ras,

peluang kerja dan pengangguran, serta masalah-masalah yang menyangkut

urbanisasi. Dalam bisnis ritel salah satu cara dalam menentukan target pasar adalah

melalui demografi. Sesuai dengan pendapat Sugiarta (2011 : 13) bahwa segmentasi

demografi adalah penetapan segmentasi pasar berdasarkan data kependudukan,

wanita atau pria pada rentang usia tertentu, serta rata-rata jumlah anggota keluarga

dalam satu rumah tangga. Hal lainnya adalah seberapa tinggi pertumbuhan

penduduk di area tersebut minimal dalam setahun. Data ini sangat dibutuhkan untuk

memprediksi pertumbuhan pasar di wilayah tersebut.

Ketiga adalah faktor sosial budaya masyarakat. Perubahan sosial masyarakat

hendaknya dapat diantisipasi oleh pihak perusahaan. Masyarakat dan budaya

merupakan kekuatan yang secara umum memengaruhi kehidupan perusahaan dan

yang tercermin dari persepsi, nilai-nilai kemasyarakatan dan agama, perilaku dan

kepercayaan. Manajer harus menyesuaikan praktik bisnis dengan harapan

masyarakat konsumen yang terus berubah-ubah. Pada cita rasa berubah maka

manajer harus pula berubah. Kotler (2002 :173) menyatakan bahwa orang-orang

membeli produk, merek, dan jasa sebagai sarana ekspresi diri. Mereka membeli

mobil impian dan liburan, menghabiskan banyak waktu dan uang untuk kesenangan

pribadi. Manajer harus memiliki perhatian yang tajam terhadap pergeseran budaya

pada suatu saat sehingga dapat mengantisipasi peluang dan ancaman yang timbul.

Page 165: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

165

Dalam menjalankan usaha, baik berdagang di pasar, toko kelontong, maupun

modern yang termasuk di dalamnya minimarket, supermarket sampai hypermarket,

maka tiga faktor di atas sangat perlu diperhatikan karena sangat memengaruhi

keberlangsungan usaha. Faktor yang amat penting untuk keberlangsungan bisnis

adalah mampu menghadapi persaingan dan faktor pemerintah yang menyangkut

penyediaan fasilitas, pemberian perlindungan, seperti peraturan perundang-

undangan dan berbagai regulasi yang menjadi kewenangannya.

6.2.1 Persaingan

Adanya persaingan dalam dunia bisnis dapat memengaruhi kebijakan dan

kinerja perusahaan. Artinya, dalam persaingan yang oligopoli perusahaan

mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk memengaruhi pasar, sedangkan pada

pasar persaingan sempurna sangat ditentukan oleh jumlah kompetitor yang dilihat

dari beberapa sisi seperti jumlah, ukuran, dan kekuatannya. Kotler (2002 : 247)

mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang jelek mengabaikan pesaing;

perusahaan rata-rata akan meniru pesaing; perusahaan yang menang menggungguli

pesaing. Sehubungan dengan itu, para pembisnis harus selalu menganalisis

kekuatan-kekuatan para pesaingnya. Ancaman persaingan bisa timbul dari

beberapa kekuatan seperti di bawah ini.

1. Ancaman persaingan segmen yang ketat. Suatu segmen menjadi tidak

menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat, atau agresif. Ia

bahkan menjadi lebih tidak menarik jika segmen tersebut stabil atau

menurun. Kondisi ini bisa menyebabkan perang harga, perang iklan, dan

pengenalan produk baru.

Page 166: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

166

2. Ancaman pendatang baru. Daya tarik suatu segmen berbeda-beda menurut

tingginya penghalang untuk masuk dan keluarnya. Segmen yang paling

menarik adalah segmen yang memiliki penghalang untuk masuk yang tinggi

dan penghalang untuk keluar yang rendah.

3. Ancaman produk substitusi. Suatu segmen menjadi tidak menarik jika

terdapat substitusi aktual atau potensial dari suatu produk. Substitusi

membatasi harga dan laba yang dihasilkan.

4. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli. Suatu segmen menjadi

tidak menarik jika pembeli memiliki posisi tawar yang kuat atau semakin

meningkat. Pembeli akan berusaha untuk memaksa agar harga diturunkan,

meminta lebih banyak pelayanan sehingga menjadi beban profitabilitas

penjual.

5. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok. Suatu segmen

menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan

harga atau mengurangi kuantitas yang dipasok. Pemasok cenderung menjadi

lebih kuat (Kotler, 2002 : 248).

Pesaing dalam arti ekonomi adalah usaha yang sejenis atau menjual barang

yang sama atau barang yang dapat menggantikan fungsinya. Dalam bisnis ritel,

termasuk minimarket terdapat empat tipe persaingan (Sujana, 2012 : 20) sebagai

berikut.

1. Direct competition, bersaing langsung dengan kompetitor sejenis dengan

target market dan lokasi yang sama. Contohnya Minimarket Alfamat dan

Indomaret, bersaing dalam lokasi yang sama, berdampingan, bahkan

berhadap-hadapan.

Page 167: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

167

2. Internal competition, bersaing dengan toko lain yang masih satu

group/perusahaan. Contoh : persaingan antara minimarket ternama dalam

satu group/merek dalam satu coverage area, kurang dari 500 meter.

3. Horizontal competition, persaingan dalam target market yang berbeda

walaupun dalam kategori barang dan lokasi yang sama. Contoh persaingan

antara sebuah minimarket murni dengan convenience store dalam suatu

lokasi yang sama atau berdekatan.

4. Vertical competition, persaingan dalam satu jalur distribusi yang sama

secara vertikal. Contoh persaingan sebuah grosir modern dengan

minimarket yang ada di dekatnya, dalam radius kurang dari 500 meter.

Pemasar harus selalu menyesuaiakan diri dengan kebutuhan, keinginan, dan

harapan pelanggan. Di samping itu, harus memiliki hubungan baik dengan

pemasok, distributor, pemerintah, dan lain-lain.

Dalam Marketing Manajemen Pendekatan pada nilai-nilai pelanggan

(Tanjung, 2004 : 38) dinyatakan bahwa persaingan saat ini sudah mulai bergeser,

dari yang bersifat biasa-biasa (general) menjadi agresif. Pada akhirnya untuk

mengatasi persaingan yang semakin kompetitif itu, perusahaan harus mempunyai

kemampuan (capability).

Untuk menghadapi persaingan, perusahaan harus memiliki produk unggulan

dan memberikan value yang tinggi kepada konsumen. Selain itu, harus memadukan

dengan service. Inilah yang disebut dengan TQS (Total Quality Service). Artinya,

produk dan layanan merupakan kesatuan yang tak terpisahkan (Tanjung, 2004 :32)

Berdasarkan konsep di atas dapat dilihat bagaimana persaingan antara

pedagang kecil dan hadirnya minimarket dan seterusnya bagaimana persaingan itu

Page 168: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

168

berjalan di antara pelaku pasar yang lain. Potensi pasar yang ada selalu

diperebutkan oleh para pelaku pemasaran berusaha untuk memeroleh pangsa pasar

yang lebih besar.

Sujana (2012: 203) menyebutkan bahwa posisi pasar sebuah entitas ritel

modern secara eksternal dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

1. Orientasi pasar (M), yaitu bagaimana peritel melakukan segmentasi,

menargetkan, dan melakukan penyesuaian, format, produk, dan layanan.

2. Kompetisi (C), yaitu ritel modern bersaing pada kedua sisi pasar, pasar

konsumen dan sumber daya, bagaimana peritel menempatkan diri dalam

persaingan, apakah sebagai pemimpin, pengikut, atau penantang.

3. Informasi (I), yaitu kini peritel yang unggul adalah mereka yang menguasai

informasi; teknologi informasi, dan komunikasi

4. Globalisasi (G), yaitu pengaruh globalisasi tidak bisa dihindari. Mereka

yang survive dan mampu berkembang adalah yang mampu beradaptasi dan

mengadopsi iptek, seperti pemain global, menyetarakan kapasitas dan

kompetensinya.

Dalam aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh minimarket,

pengelolanya menempatkan diri sebagai pemimpin dalam persaingan

utamanya dengan para pedagang kecil dan toko kelontong. Dengan modal

yang lebih besar, pelayanan yang memuaskan, dan berbagai fasilitas

pendukung serta penataan barang dan promosi, seperti tampak pada gambar

berikut.

Page 169: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

169

Gambar 6.3

Bentuk Promosi Circle K

.

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2011

Dalam gambar di atas tampak bentuk promosi merek rokok terkenal, yaitu

Marlboro, di kaca depan juga tertempel Free Wi-Fi, dan iklan lainnya seperti

“Tersedia Pulsa Ulang”.

Minimarket melakukan banyak strategi untuk memperebutkan konsumen

terutama melalui informasi, yaitu iklan. Konsep ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Bell dalam buk Ritzer (2004: 292). Ia menyatakan bahwa

masyarakat-masyarakat praindustrial menggunakan sebuah permainan melawan

alam. Artinya, orang-orang menyerap segala sesuatu dari alam dalam bidang

pertambangan, perikanan, kehutanan, dan pertanian.

Masyarakat industrial memusatkan perhatian pada ”permainan melawan

alam yang diolah di pabrik,” yaitu masyarakat yang didominasi oleh mesin dan

Page 170: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

170

kebutuhan yang ada digunakan untuk koordinasi, jadwal, memprogram, dan

mengatur segala sesuatu hingga ke tingkat yang tinggi. Karena didominasi oleh

pelayanan, maka masyarakat posindustri adalah sebuah “permainan antarperson”

sebuah permainan yang sangat banyak memanfaatkan perbedaan dalam

pengetahuan.

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pedagang tradisional dalam

menjalankan usahanya tidak terlalu memerhatikan, baik model pelayanan maupun

menyebarkan bentuk-bentuk informasi, seperti brosur, iklan, discount, dan lainnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Solihati, seperti berikut.

“Berdirinya minimarket yang semakin banyak, dan kurang memperhatikanjarak dengan toko kelontong dan pedagang kecil lainnya, malahan tokosaya berjarak sekitar lebih 15 meter, maka Circle K dianggap sebagaipesaingnya. Beberapa tahun sebelum Circle K dibuka penjualannyamencapai 3 jutaan per hari, dan sekarang hasil penjualannya turun drastiskurang lebih penjualannya 2 jutaan. Ia meminta pemerintah supaya tidaklagi mengizinkan pendirian minimarket karena akan bisa mengalahkanpedagang kecil dalam berjualan” (wawancara, 12 Juli 2011).

Dari pemaparan di atas tampak jelas bahwa posisi minimarket sebagai usaha

yang dipandang kapitalis akan berbenturan dengan usaha rakyat. Dalam hal ini para

pedagang kecil tergeser pangsa pasarnya atau minimal ceruk pasarnya direbut oleh

para pemilik minimarket. Fenomena di atas diakui oleh Salah seorang supervisor

pada Circle K, yaitu Luh Emi Sandra Gilianti, sebagai berikut.

“Untuk mengantisipasi persaingan dalam menggaet pelanggan denganmelakukan strategi pemasangan iklan dan promo. Di areal pintu masuk dijejerberbagai produk untuk menarik minat konsumen untuk membeli.Meningkatkan pelayanan agar konsumen merasa nyaman saat berbelanja. Danbagi mereka yang ingin menikmati minuman dan makanan disediakan tempattongkrongan yang nyaman di areal parkir toko. Bagi mereka yang inginmenikmati minuman beralkohol, Circle K juga memiliki izin khusus menjualminuman keras”(wawancara 12 Juli 2011).

Page 171: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

171

Ungkapan di atas menggambarkan bahwa persaingan antara minimarket

dengan pedagang kecil terus-menerus terjadi, yang pada akhirnya posisi pedagang

kecil semakin terdesak. Fenomena ini sesuai dengan teori Kotler (2002: 263), yaitu

strategi dalam memimpin pasar. Untuk bertahan sebagai nomor satu, perusahaan

dituntut untuk melakukan tindakan di tiga bidang. Pertama, perusahaan harus

menemukan cara untuk memperbesar permintaan pasar keseluruhan. Kedua,

perusahaan harus melindungi pangsa pasarnya sekarang melalui tindakan defensif

dan ofensif yang tepat. Ketiga, perusahaan harus berusaha meningkatkan pangsa

pasarnya lebih jauh. Iklan dan promosi dapat dilihat pada gambar 6.4

Gambar 6.4Jenis Iklan Coca Cola dan Kartu Visa

Sumber: Dokumentasi Adnyana, 2011

Menurut Indriyo (2010: 181), di uraikan bahwa proses pemasaran adalah

proses tentang bagaimana pengusaha dapat mempengaruhi konsumen agar para

Page 172: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

172

konsumen tersebut menjadi tahu, senang lalu membeli produk yang ditawarkan dan

akhirnya konsumen menjadi puas sehingga mereka akan selalu membeli produk

perusahaan itu.

Strategi pemasangan iklan dan promo yang dilakukan oleh minimarket,

merupakan langkah untuk menarik konsumen se banyak-banyaknya. Pedagang kecil

kurang melakukan promosi dan iklan untuk menambah kunjungan konsumen.

Kondisi terus berkembangnya minimarket yang mengarah pada convenience store

terus semakin diminati. Hal ini seiring dengan perubahan pola masyarakat

perkotaan yang menginginkan kepraktisan membuat perkembangan toko ritel

semakin pesat. Fenomena di atas diakui oleh Ketua DPD Aprindo Jatim, Abraham

Ibnu, seperti berikut.

“Model minimarket yang digabungkan dengan tempat nongkrong(conviniece store) saat ini semakin menjamur, sebut saja 7 Eleven, Circle K,dan yang terbaru Lawson. Dia menambahkan , tahun lalu total transaksisektor ritel di Indonesia berkisar 80 triliun, dan diproyeksikan tahun inimencapai 100 triliun “(Jawa Post, 18 Agustus 2012).

Dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa ritel modern pertumbuhannya

sangat cepat, model minimarket yang disertai dengan berbagai fasilitas, dan

pelayanan seperti tempat duduk untuk santai merupakan pilihan bagi konsumen

perkotaan. Kondisi ini sesuai denga pendapatnya Engel (1994: 50), di uraikan

bahwa produk mempunyai nilai simbolis yang berada jauh di luar pertimbangan

ekonomi yang dikenal dengan motif emosional. Benda-benda yang dibeli dipandang

mempunyai makna pribadi dan sosial selain fungsi mereka. Barang modern dikenal

sebagai benda psikologis, sebagai symbol dan sifat dan tujuan pribadi, sebagai

simbol dari pola dan perjuangan sosial.

Page 173: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

173

Menurut Martyn (2006: 44), di uraikan dalam proses menuju pasar dan

transformasi dari komoditas untuk keperluan konsumsi menjadi objek konsumsi,

komoditas berubah dari nilai guna dan makna ideal menjadi objek material dan

simbolis dari pengalaman hidup. Namun bukan berarti proses komodifikasi

membiarkan objek ini tetap tak tersentuh, makna dan nilai simbolis yang

mengelilingi komoditas pada awal kontekstualisasinya dalam desain, iklan dan

pemasaran tidaklah sirna ketika digunakan.

Motivasi pelanggan membeli suatu produk dan variable-variabel produk yang

dianggap bernilai oleh pelanggan. Dengan berbelanja pada minimarket memberikan

kepastian kualitas, dan halal, sehingga para konsumen merasa citra sosialnya telah

meningkat. Sebaliknya berbelanja pada pedagang kecil yang kesannya kumuh,

kurang nyaman, dan barang yang dijual terbatas, ini akan berpengaruh terhadap

pergeseran masyarakat konsumen untuk berbelanja.

6.2.2 Pemerintah

Peran pemerintah dalam pembangunan ritel di Indonesia khususnya di Kota

Denpasar sangat besar, seperti apa yang termuat dalam resume Forum Diskusi

“Kebijakan Persaingan Sehat dalam Industri Ritel” yang diselenggarakan di

Denpasar pada 29 Juli 2010. Forum ini dihadiri oleh perwakilan instansi

pemerintah, akademisi, KADIN, Asosiasi, dan pelaku usaha dari Kota Denpasar.

Kebijakan adanya persaingan yang sehat dalam industri ritel. Adanya

interpretasi dan pemahaman yang sama dari pemerintah daerah terhadap kebijakan

sektor ritel pascapemberlakuan Perpres No. 112/2007 dan Permendag No. 53/208

yang dapat digunakan sebagai landasan operasional.

Page 174: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

174

Regulasi mengenai ritel, khususnya yang mengatur keberadaan ritel modern

dan ritel tradisional tertuang dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Perindustrian

dan Perdagangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 145/MPP/Kep/5/97 tentang

penataan dan pembinaan pasar dan pertokoan. Setiap tahun ritel modern khususnya

yang dimiliki oleh asing semakin membanjiri Indonesia. Hal inilah kemudian yang

membuat beberapa ritel tradisional mulai merasakan ketidaknyamanan, bahkan

beberapa ritel tradisional terancam tutup.

Sejak tahun 2000 peritel modern semakin agresif dalam mengadakan

ekspansi. Secara nasional pertumbuhan ekonomi semakin membaik yang ditandai

dengan meningkatnya pengeluaran masyarakat dari sisi konsumsi. Di pihak lain

juga diikuti dengan perubahan pola masyarakat dalam berbelanja.

Permasalahan di atas juga muncul di Kota Denpasar, yaitu adanya perubahan

pola masyarakat dalam berbelanja. Jika mulanya masyarakat sangat setia berbelanja

di ritel tradisional, seperti toko-toko kelontong, maka masyarakat berubah dengan

berbelanja ke ritel modern. Hal ini didukung oleh wawancara yang dilakukan kepada

25 orang. Pengakuan konsumen Minimarket Circle K yang penulis wawancarai

adalah sebagai berikut.

“Menjawab pertanyaan kenapa ia berbelanja di Circle K, 15 orang (60%)menyebutkan bahwa dibandingkan dengan berbelanja di pedagang kelontongmaka ia lebih memilih Circle K karena praktis dalam artian cepat mencaritempat barangnya dan telah tesusun rapi, pelayannya murah senyum,tempatnya nyaman dan bersih dan kalau ada sisa waktu bisa duduk-duduksambil membuka laptop, karena gratis Wifi. Berkaitan dengan pertanyaanapakah dia tahu tentang aturan yang mengatur zona tempat berjualan antaraminimarket dengan pedagang kecil/kelontong. Kebanyakan konsumen tidakmengetahui, hampir 70% tidak mengetahui secara jelas aturan mengenaiminimarket” (wawancara, 1 Juni 2011).

Page 175: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

175

Terkait dengan upaya mengantisipasi tumbuhnya toko modern di Kota

Denpasar yang sangat cepat, maka Wali Kota Denpasar mengeluarkan Perwali No.

9 Tahun 2009, tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan, dan Toko Modern. Di dalamnya dengan jelas sudah diatur bahwa

untuk lokasi pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib mengacu pada

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang, termasuk peraturan

zonasinya. Yang menjadi permasalahan di lapangan bahwa pemerintah belum

sepenuhnya memiliki RTRWK sehingga zoning untuk penataan menjadi tidak

teratur.

Sesuai dengan pasal 6 Perwali No. 9, Tahun 2009 ayat 5 minimarket boleh

berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan

lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam

kota/perkotaan. Syarat ini hampir sama dengan persyaratan lokasi pasar tradisional

dalam ayat 1, yaitu pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan

jalan, termasuk sistem jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan

pelayanan bagian kota atau lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota.

Adanya tempat berusaha yang sama antara minimarket dan pedagang

kecil/kelontong membawa dampak pedagang kecil akan mengalami kerugian. Hal

itu terjadi karena dari sisi permodalan termasuk modal sosial berupa jaringan adalah

kurang.

Mengacu pada teori struktur generatif Bourdieu dapat diiterpretasikan bahwa telah

terjadi praktik-praktik yang terstruktur.

Minimarket Circle K sebagai terwaralaba memiliki modal ekonomi yang

lebih kuat sehingga mampu memeroleh modal lainnya, misalnya (1) modal

Page 176: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

176

simbolik, yaitu dengan membeli merek usaha yang sudah terkenal di masyarakat,

baik lokal maupun inetrnasional, dalam hal ini simbol Circle K (huruf K berada di

dalam lingkaran); (2) modal budaya, berupa pengalaman dan pengetahuan dalam

mengelola usaha dengan SOP yang jelas dan terperinci mulai dari bentuk bangunan,

lay out, peralatan sampai pelayanan; (3) modal sosial, yaitu melalui jaringan yang

luas dan sudah terkenal dan terpercaya secara internasional sehingga pertumbuhan

Minimarket Circle K sangat cepat; (4) modal ekonomi, yaitu modal berupa uang

yang diinvestasikan akan mampu memeroleh pendapatan yang menguntungkan.

Jarak pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern (kecuali

minimarket) tidak diperkenankan pada radius kurang dari satu kilometer dari pasar

tradisional, pusat perbelanjaan dan /atau toko modern yang sudah ada (pasal 7 ayat

2). Sebaliknya, pada ayat 3. diatur tentang jarak minimum pendirian pusat

perbelanjaan dan toko modern (kecuali minimarket) terhadap persimpangan jalan

atau traffic light paling kurang pada jarak 250 meter.

Kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa jarak antara ritel tradisional dan

ritel modern, yaitu saling berdekatan, malahan bersebelahan. Ini merupakan

persoalan tersendiri, khususnya dalam persaingan barang-barang dagangan.

Mengacu pada teori hegemoni Gramsci bahwa konsep hegemoni dapat

dielaborasi melalui penjelasan tentang basis dan supremasi kelas. Supremasi sebuah

kelompok mewujudkan diri dalam dua cara, yaitu sebagai “dominasi” dan sebagai

“kepemimpinan intelektual dan moral”. Di sini dapat diiterpretasikan bahwa

Minimarket Circle K mendominasi dalam hal berusaha dan bersaing terhadap

pedagang kecil yang pada akhirnya pertumbuhan pedagang kecil akan semakin

lemah.

Page 177: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

177

Argumen ini didasarkan dari penjelasan Dinas Perizinan Kota Denpasar,

Bapak Suryawan, bahwa untuk Kota Denpasar batas total toko modern yang

diizinkan adalah 28 unit. Pertimbangan jumlah itu disesuaikan dengan letak, zonasi,

lahan parkir, serta jarak dengan traffic light. Kenyataannya di lapangan pengusaha

melabrak peraturan. Artinya di lapangan ada salah satu toko berjaringan yang

memiliki 48 toko.

Terkait dengan hal itu, dia minta supaya dewan membuat peraturan daerah

(Perda) karena Perwali tidak mempan menangkal. Hal itu terjadi karena jenis

pelanggaran yang bisa ditangani sebatas tindak pidana ringan (tipiring). Hal ini

diperkuat oleh Anggota Komisi C, Anak Agung Susruta Ngurah Putra, mencurigai

para pemilik waralaba tersebut nakal. Mereka memanfaatkan celah aturan ibu kota.

Dikhawatirkan pesatnya pertumbuhan toko modern tersebut akan menjadi tameng

bagi pengusaha. Di sisi lain keberadaan minimart-minimart tersebut secara tidak

langsung juga telah mematikan usaha rakyat (Radar Bali, 16 Juni 2010).

Dari hasil observasi peneliti dan penjelasan dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Denpasar diketahui bahwa 48 toko modern yang dimaksud adalah

Circle K’. Keberadaan pedagang kecil kian terdesak akibat pemerintah tidak mampu

mengendalikan pertumbuhan toko modern.

“Menurut Bapak Nyoman Puja, S.H., Kepala Bidang Penegakan Perda DinasKetenteraman dan Satuan Polisi Pamong Praja, puluhan toko modern 24 Jamilegal, di mana ijin hanya untuk toko Kelontong sehingga mereka tidakmengajukan IMB (izin mendirikan bangunan) untuk toko. Sementara masalahzonasi ada toko modern tanpa izin langsung beroperasi dan menurutnyapembukaan toko modern ini sangat cepat, berapa hari sebelumnya masihkosong tapi beberapa saat kemudian sudah berdiri toko modern. Ia mengambilcontoh bahwa di mana ada Alfamart maka tidak jauh dari sana akan berdiriIndomaret”(wawancara, 20 Juli 2011).

Page 178: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

178

Berkaitan dengan pengawasan pedagang kecil lebih banyak dilakukan oleh

desa/kelurahan dan hanya wajib mendaftarkan usahanya. Adanya celah-celah aturan

yang dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk menjalankan usahanya ataupun

memanfaatkan kelemahan aparat pemerintah dalam pengawasan maka dipandang

perlu adanya penataan ulang/perbaikan/penyesuaian aturan-aturan yang mengatur

keberadaan pasar tradisional/toko kelontong dengan toko modern dalam hal ini

minimarket.

Mengacu kepada kekuasaan dan pengawasan yang dilakukan oleh

pemerintah, maka sesuai dengan teori Foucault (2012 :13) yang menyatakan bahwa

posstrukturalisme merupakan reaksi terhadap strukturalisme yang membongkar

setiap klaim akan oposisi pasangan, hirarki, dan validitas kebenaran universal.

Sebaliknya, menjunjung tinggi permainan bebas tanda serta kestabilan makna

kategori intelektual. Dalam analisis geneologi posstrukturalis, yang diadopsi dari

Nettsch, dibahas hubungan antara kekuasaan dan pengetahuan serta jalinan

hubungan dalam formasi diskursif. Hal ini berarti bahwa dalam geneologi ada

kerangka kerja konseptual yang memungkinkan diterimanya beberapa moda

pemikiran lainnya. Lebih lanjut Storey (2003 :132) juga mengemukakan bahwa

analisis geneologi berkaitan d enganhubungan antara kekuasaan dan pengetahuan.

Menurut Foucault (dalam Fakih, 2008 :41) kekuasaan dan pengetahuan adalah

dua hal yang tidak bisa dipisahkan, tetapi merupakan proses pendisiplinan dan

normalisasi serta proses penggunaan pengetahuan, kekuasaan telah diterapkan pada

berbagai aspek. Selanjutnya Foucault (dalam Barker, 2008 :85) menekankan

hubungan timbal balik yang saling membangun antara kekuasaan dengan

Page 179: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

179

pengetahuan sehingga pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan.

Pengetahuan terbangun di dalam praktik kekuasaan. Di samping itu, membangun

perkembangan, perbaikan, dan proleferasi teknik baru kekuasaan.

Kekuasaan dan pengetahuan telah menjadi dasar dalam pengelolaan

minimarket sementara pedagang kecil sebagai mata pencaharian yang banyak

digeluti oleh masyarakat kurang mendapatkan perlindungan dari pemerintah

sehingga keberadaannya semakin terdesak. Pemerintah dengan berbagai kekuasaan

yang melekat dalam kenyataanya lebih banyak memberikan bimbingan dan

pengawasan terhadap keberadaan minimarket dibandingkan dengan melakukan

pemberdayaan bagi pedagang kecil.

Page 180: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

180

BAB VII

DAMPAK DAN MAKNA MARGINALISASI

DENGAN TUMBUHNYA MINIMARKET CIRCLE K

7.1 Dampak

Dalam penelitian ini dampak dan makna marginalisasi Minimarket Circle K

terhadap pedagang kecil dapat bersifat negatif. Akan tetapi, ada juga yang bersifat

positif yang bisa berpengaruh terhadap keberadaan, baik subjek maupun objek

penelitian. Di samping itu, bisa juga dalam konteks,baik individu maupun

kelompok masyarakat. Pembahasan mengenai dampak dimaksudkan untuk

mengetahui secara lebih detail pengaruh dari marginalisasi pedagang kecil dengan

tumbuhnya Minimarket Circle K. Sebaliknya, pembahasan makna dapat disebutkan

sebagai nilai-nilai yang lebih abstrak dari kehidupan masyarakat.

7.1.1 Dampak Ekonomi

Circle K menyimbolkan kesuksesan sebuah minimarket yang telah tersebar di

berbagai belahan dunia, termasuk di Bali khususnya Denpasar sebagai pusat

kegiatan pemerintahan dan ekonomi. Daya tarik serta luasnya jaringan pasar

merupakan salah satu minimarket yang paling banyak dijumpai di Kecamatan

Denpasar Selatan. Upaya menjaga agar Circle K tetap menjadi berita melalui

berbagai iklan, promosi, dan kegiatan lainnya merupakan salah satu strategi

mengonstruksi ikon Circle K.

Rogers (2009: 122) mengatakan bahwa secara umum yang dimaksud dengan

konstruksi sosial sebuah realitas adalah semua keyakinan atau pandangan yang

Page 181: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

181

diterima secara luas pada dasarnya berasal dari proses interaksi terus-menerus

dalam tradisi, kebiasaan dan hasrat untuk menghindari hukuman dan mendapatkan

imbalan. Dalam kaitan ini bagaimana Circle K berusaha menguasai pikiran dan

mengontrol citra produk dan layanan terhadap konsumen. Bagi masyarakat

perkotaan yang berada pada golongan menengah ke atas masalah pencitraan adalah

amat penting. Sementara masyarakat bawah yang masih berkutat dengan kebutuhan

dasar lebih berorientasi pada fungsi sebuah benda atau produk. Golongan ini yang

biasanya berbelanja di sektor informal, pasar tradisional, pedagang kaki lima,

termasuk toko dan warung kelontong.

Gambar 7.1

Pengaturan Barang Dagangan Toko Kelontong

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2012

Saat ini keberadaan fungsi dan peranan UMKM amat penting karena sektor ini

tidak saja sebagai sumber mata pencaharian orang banyak, tetapi juga menyediakan

Page 182: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

182

secara langsung lapangan kerja bagi mereka yang tingkat pengetahuan dan

keterampilannya rendah. Keberadaan pedagang kecil di Denpasar Selatan bila

ditinjau dari tingkat pendidikannya adalah mulai dari tamat sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, dan paling banyak tamatan sekolah menegah atas, sementara

pemilik minimarket Circle K kebanyakan tamatan sarjana.

Permasalahan internal usaha mikro, kecil, dan menengah meliputi (a)

rendahnya profesionalisme tenaga pengelola usaha UMKM; (b) keterbatasan

permodalan dan kurangnya akses terhadap perbankan dan pasar; serta (c)

kemampuan penguasaan teknologi yang masih kurang. Sebaliknya permasalahan

eksternalnya, yakni (a) iklim usaha yang kurang menguntungkan bagi

pengembangan usaha kecil; (b) kebijaksanaan pemerintah yang belum berjalan

sebagaimana diharapkan; (c) kurang dukungan; dan (d) masih kurangnya

pembinaan, bimbingan manajemen, dan peningkatan sumber daya manusia

(Yustika, 2006: 41). Di samping banyaknya permasalahan yang dihadapi, di pihak

lain harus mempertahankan diri dari para pesaing usaha sejenis, baik usaha besar

maupun usaha toko berjaringan, seperti minimarket. Sebaliknya, di sisi lain karena

keterbatasan modal dan pengetahuan, lay out pengaturan barang dagangan pada

toko kelontong sering tidak baik sehingga kurang menarik dan konsumen

mengalami kesulitan menemukan barang yang akan dibeli. Dengan demikian,

berpengaruh terhadap keinginan konsumen untuk membeli.

Page 183: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

183

Gambar 7.2

Pengaturan Lay Out Toko Kelontong

Sumber : Dokumentasi Adnyana. 2012

Pengembangan pedagang yang tergolong usaha mikro merupakan bagian dari

pengembangan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam

pembangunan harus menjadi bagian dari kebijakan pemerintah. Dampak yang

paling kentara dengan tumbuhnya minimarket yang tidak sesuai dengan jumlah dan

zona yang telah ditentukan dalam Perwali No.9, Tahun 2009 adalah sebagai

berikut.

Jumlah melebihi dari ketentuan, yaitu perbandingan minimarket dengan sistem

jaringan reguler, waralaba, dan operator mandiri pada setiap kecamatan adalah 1

jaringan reguler: 2 jaringan waralaba : 4 operator mandiri (untuk setiap merek

usaha jaringan). Selain dengan sistem jaringan minimarket tidak dikenai ketentuan

kuota. Berdasarkan laporan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar,

diketahui terdapat 121 buah minimarket, 10 buah supermarket dan 2 buah

Page 184: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

184

hypermarket. Kondisi ini jauh dari ideal untuk dapat berusaha. Banyaknya toko

modern berjaringan ini akan mempertajam persaingan usaha di antara pelaku bisnis.

Toko kelontong/pedagang kecil mengalami penurunan pengunjung dan omzet

penjualan. Semakin dekan letaknya dengan minimarket maka semakin besar kena

pengaruhnya.

Pandangan banyaknya minimarket dalam satu wilayah disampaikan oleh Pak

Andra, seorang pemilik Circle K, di Jalan Raya Sesetan sebagai berikut.

“Banyaknya minimarket sekarang ini menyebabkan persaingan antarapengusaha minimarket cukup ketat. Bagaimana tidak demikian, dalam satuwilayah bisa terdapat 10 minimarket dan letaknya juga berdekatan, bahkanbersebelahan. Menjawab pertanyaan siapa yang menjadi pesaingnya, iamengatakan bahwa pesaing utama adalah sesama minimarket, yaitu Alfamart,Indomaret dan minimarket lainnya, sedangkan dengan pedagangkecil/kelontong persaingan kurang tajam karena dianggap jauh lebihlemah”(wawancara, 25 Juli 2011).

Pemilik minimarket memandang bahwa pedagang kecil tidak merupakan

ancaman. Hal ini berbanding terbalik dengan pengakuan seorang pedagang, yaitu

Bapak I Wayan Agustina, di Jalan Dewata Sidakarya

“ Menjawab pertanyaan bagaimana persaingan antara toko kelontong/pedagangkecil denga minimarket, ia mengatakan dulu pada waktu belum banyak adaminimarket di sekitar tokonya maka hasil penjualannya cukup lumayan, tetapisekarang sepi sehingga untuk dipakai pencaharian pokok tidak mencukupikebutuhan sehari-hari. Sekarang terpaksa saya bekerja lain sebagai tukangmasak di restoran, yang berdagang istri saya”(wawancara, 25 Juli 2011).

Pendapat di atas menggambarkan pandangan yang berbeda. Berdasarkan hasil

kajian akademik minimarket di kota Denpasar yang dilakukan oleh Tim Fakultas

Ekonomi Unud tentang pendapat pengelola minimarket mengenai tudingan ekses

negatif terhadap warung/pasar tradisional adalah sebagai berikut.

Page 185: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

185

1. 54,5% pengelola minimarket menyatakan ada pengaruh negatif minimarketterhadap warung/pasar tradisional.

2. 40,9% pengelola minimarket menyatakan tidak ada pengaruh negatifminimarket terhadap warung/pasar tradisional.

3. 4,5% pengelola minimarket tidak memberikan pendapat.

Dari uraian di atas jelas tampak bahwa marginalisasi pedagang kecil dalam

praktek bisnis disadari oleh para pengelola minimarket khususnya berkurangnya

jumlah omzet penjualan dan berkurangnya kunjungan.

7.1.2 Dampak Sosial Budaya

Konsep pembangunan yang dikemukakan oleh F. W. Rostow mengenai

tahapan pertumbuhan ekonomi dan teori modernisasi dari MCClelland banyak

dianut oleh LSM dan pemerintah pada tahun 1980- an. Teori modernisasi, bahkan

terus dikembangkan di bawah judul program pengembangan masyarakat, usaha

bersama, pengembangan industri kecil, dan peningkatan kewirausahaan dan

industri kecil. Pada masa ini apa yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan

LSM hampir sama. Dengan kata lain Indonesia telah mendorong perkembangan

kapitalisme dengan meletakkan dan membangun dasar kewiraswastaan yang

dilengkapi dengan perubahan sikap mental para perajin dan pedagang kecil yang

menjadi binaan. Pada era selanjutnya lebih dikedepankannya teori penyerapan

tenaga kerja yang merupakan revisi dari teori pertumbuhan. Sekarang ini konsep

pembangunan kerakyatan, artinya bagaimana partisipasi rakyat dalam

pembangunan ekonomi cukup tinggi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembangunan lebih memihak para

pemilik modal dan yang memiliki akses ke pusat kekuasaan. Tumbuhnya

Page 186: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

186

minimarket yang tak terkendali di Denpasar Selatan sebagai salah bukti bahwa

modal memegang peranan yang amat penting. Di sisi lain pedagang kecil yang

kebanyakan dilakoni oleh masyarakat kecil keberadaannya semakin terdesak.

Terpinggirkannya pedagang kecil ini berimplikasi pada tingkat pendapatan rata-rata

yang dapat dicapai semakin menurun. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Solihati,

seperti berikut.

“Tersebarnya minimarket yang ada, dan letaknya dengan pedagang kecilseperti toko saya ini sangat berdekatan, akan menyebabkan turunnya omzetpenjualan, dan ini mengakibatkan pekerjaan saya sebagai pedagangterancam, karena terus menurunnya jumlah penjualan. Kalau iniberlangsung lama bisa-bisa saya rugi, lalu bagimana saya menghidupikeluarga”(wawancara, 23 Oktober 2011).

Ungkapan di atas didukung oleh beberapa pedagang yang diwawancarai.

Dari 10 orang pedagang kecil yang diwawancarai, 4 orang mengatakan

bahwa penurunan itu sampai 20 persen, empat orang mengatakan turunnya omzet

adalah 25 persen, dan sisanya 2 orang mengatakan 30 persen, maka jumlah omzet

penjualan mereka rata-rata turun 24 persen. Ini akan berdampak terhadap taraf

hidup para pedagang, dan berpengaruh terhadap kapabilitasnya di masyarakat.

Dampak sosial budaya berupa pergeseran nilai-nilai sosial yang dialami oleh

para pedagang kecil, yaitu adanya perasaan kurang percaya diri untuk menekuni

mata pencaharian sebagai pedagang karena berbagai kendala yang dihadapi. Nilai

sewa toko yang begitu tinggi di jalan arteri menyebabkan para pemilik yang

awalnya berdagang sekarang banyak disewakan sehingga terjadi pergeseran

pemanfaatan. Berdasarkan hasil pengamatan di daerah Sesetan jumlah toko yang

dialihkan ke pihak penyewa cukup banyak. Hal ini disampaikan oleh Kepala

Lingkungan Banjar Lantang Bejuh, Bapak Dudy.

Page 187: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

187

“Menjawab pertanyaan seberapa besar orang lokal yang menekuni pekerjaanberdagang kelontong atau toko modern, ya mengatakan bahwa toko-toko yangberderet di jalan Sesetan sudah kebanyakan disewa oleh orang luar. Wargayang dulunya berdagang merasa lebih menguntungkan dengan menyewakankarena dipandang tidak berisiko, dibandingkan dengan ia berdagang sekarangini banyak persaingan dan minimarket jumlahnya banyak dan juga adaSwalayan Hardys. Pengaruh sosial budaya juga nampak pada perubahanbentuk rumah yang secara adat ada, di mana setiap tanah yang menghadap kejalan raya dirubah menjadi ruko, warung, pertokoan, dan bangunan yangberfungsi ekonomis”(wawancara, 25 Oktober 2011).

Kecamatan Denpasar Selatan merupakan daerah yang aktivitas ekonominya

sangat tinggi karena di sana ada Desa Sanur sebagai pusat pariwisata di Bali.

Banyaknya hotel yang berdiri di sana membawa dampak pada masyarakat berupa

tempat bekerja dan menekuni pekerjaan yang berkaitan dengan pengembangan

wisata. Yang menonjol adalah tingginya harga lahan atau sewa lahan termasuk

tempat-tempat berjualan untuk pedagang kecil. Dari hasil pengamatan di daerah ini

jumlah toko kelontong sedikit karena sudah kebanyakan digunakan sebagai toko-

toko yang berkaitan dengan usaha lain seperti usaha travel, kafé, perkantoran, dan

toko modern.

Dalam bisnis ritel yang menjadi target pasar atau yang lebih sering disebut

“market segmentation” adalah orang-orang yang memutuskan dan memilih toko

dan barang-barang yang dibutuhkan. Di samping itu, faktor apa saja yang

memengaruhi mereka mengambil keputusan untuk membeli produk yang

dibutuhkan. Pada dasarnya untuk menentukan pasar sasaran harus dipahami apa

yang menjadi kebutuhan calon konsumen, apa yang diinginkan, serta apa yang

harus disediakan sesuai dengan daya belinya.

Penentuan target pasar menurut Sugiarta (2011 :13) dipengaruhi oleh

beberapa faktor Pertama, adalah geographic segmentation, yaitu penetapan

Page 188: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

188

segementasi pasar berdasarkan wilayah tempat tinggal. Selain itu yang juga perlu

diperhatikan adalah seberapa tinggi pergerakan penduduk. Kedua, demographic

segmentation, yaitu penempatan segmen pasar berdasarkan data kependudukan,

jenis kelamin, faktor usia serta rata-rata jumlah anggota keluarga. Ketiga

pscyhographic atau segmentasi berdasarkan gaya hidup sekelompok orang. Ini bisa

dilihat dari cara mereka menghabiskan uang dan waktu mereka saat bekerja atau

saat usai berkerja.

Dari hasil survei di lapangan diperoleh data bahwa berdasarkan jenis kelamin

maka jumlah laki-laki berbelanja berbelanja ke Circle K lebih banyak

dibandingkan dengan perempuan, yaitu dengan perbandingan 80% untuk laki-laki

dan 20% perempuan. Dari segi golongan usia diperoleh bahwa usia di bawah 20

tahun yang berbelanja sebesar 52%, usia antara 21 tahun sampai dengan 30 tahun

berjumlah 40%, dan usia di atas 30 tahun jumlahnya 8%. Dari data ini dapat

dipahami bahwa yang menjadi pasar sasaran adalah orang yang berusia muda dan

jenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan oleh usia muda yang mobilitasnya tinggi

dan sangat memerhatikan kenyamanan berbelanja. Di samping itu, Circle K buka

24 jam sehingga merupakan pilihan untuk berbelanja pada malam hari setelah toko-

toko yang lainnya tutup.

Pergeseran tempat berbelanja yang dulunya pada pedagang kecil, yaitu

pedagang di pasar dengan suasana akrab dan disertai tawar-menawar berubah

menjadi situasi yang kaku. Masuk ke pusat-pusat belanja dari hypermarket,

supermarket dan minimarket sepertinya para konsumen sudah dipersiapkan untuk

berbelanja tanpa interaksi sosial yang tinggi. Harga barang sudah tertera jelas, rak

Page 189: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

189

telah diatur sedemikian rupa untuk tempat barang, dan telah mengikuti

katagorisasi. Konsumen tinggal mengambil dan memasukkan ke tas atau malahan

troly dan selanjutnya pergi ke kasir membayar dengan tunai atau juga bisa kartu

kredit. Pembayaran dengan kartu kredit telah mengubah kebiasaan masyarakat

membawa uang tunai menjadi membawa kartu. Konsumen diberikan keleluasaan

berbelanja dengan tidak membawa uang tunai. Hal ini mengubah kebiasaan dari

berbelanja harus mempunyai uang tunai dengan berbelanja dengan utang. Yang

terjadi adalah pada tanggal jatuh tempo dana yang dibayar sering membengkak

dengan tanpa disadari.

Tumbuhnya Minimarket Circle K di objek wisata juga berdampak terhadap

pergaulan sosial. Artinya, para pelanggan tidak saja terdiri atas orang local, tetapi

juga para pelancong dari mancanegara. Transaksi kadang juga memakai dolar US

diterima oleh minimarket karena untuk menukarkannya juga dekat dan tidak ada

hambatan.

Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Simmel dalam Chaney ( 2009 : 99)

dengan membuat beberapa poin mengenai teorinya tentang hakikat uang (the

nature of money) karena tiga alasan. Pertama, mengarahkan pada diskusi lebih

menyeluruh tentang organisasi sosial dalam penggunaan benda-benda dan

khususnya institusi fashion. Kedua, karakter tertentu dari bagaimana Simmel

membuat teori uang juga memperkenalkan tanggapan-tanggapan yang paling sering

dilemparkan terhadap karakter karyanya-bahwa tak ada satu pun hal yang hadir

dan memiliki makna yang murni dengan sendirinya. Semua fenomena sosial adalah

bentuk-bentuk hubungan. Selain itu, juga dan secara simultan hadir sebagai muatan

Page 190: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

190

(content) dari bentuk-bentuk asosiasi atau pergaulan lainnya. Ketiga, dari

permulaan dengan teori uang, ia juga memperkenalkan tema-tema modernitas yang

merupakan latar belakang esensial dari seluruh aspek lain

Penggunaan bahasa tidak terbatas pada bahasa Indonesia, tetapi bahasa Inggris

sebagai bahasa interrnasional juga sering digunakan. Penggunaan bahasa asing

dalam berinteraksi, baik dengan konsumen maupun dalam pergaulan sosial

merupakan salah satu dampak dari Bali sebagai tujuan wisata internasional, seperti

tampak salah seorang konsumen Circle K di bawah ini.

Gambar 7. 3

Profile Konsumen Circle K

Sumber : https://foursquare.com/v/circle-k/4bef4a4d5e4aa59333dc58bb

Salah satu dampak negatif dari keberadaan minimarket Circle K adalah anak-

anak remaja sering tinggal sampai larut malam sambil mengonsumsi minuman

beralkohol. Minimarket Circle K memang memiliki izin khusus untuk bisa menjual

Page 191: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

191

minuman beralkohol tipe A. Dari pengamatan di lapangan diketahui bahwa

minuman ini terdiri atas bir, vodka yang beralkohol 4,8 %.

Gambar 7.4

Minuman Beralkohol pada Circle K

Sumber : Dokumentasi Adnyana, 2011

Berkaitan dengan minum alkohol di mana benda-benda material dapat

menjadi simbol. Dalam studi yang dilakukan oleh Mary Douglas (1987)

dikumpulkan sejumlah studi mengenai pecandu alkohol berdasarkan hal-hal yang

melekat dalam organisasi sosial dan realitas lokal. Kemudian beralih dari fokus

patologis yang lebih konvensional yang melihat “minum” sebagai hal yang

menyimpang atau merusak. Dalam hal ini alkohol dipandang sebagai unsur

integral dalam organisasi peristiwa-peristiwa sosial. Dalam studi ini penggunaan

alkohol tidak dipaparkan melalui konsep gaya hidup sehingga lebih mudah

diperkenalkan bagaimana benda-benda material dapat menjadi simbol alternatif-

alternatif utopia. Dari hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa kebiasaan

minum alkohol pada masyarakat sering lebih diartikan perbuatan yang negatif

Page 192: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

192

karena melihat efek yang ditimbulkan, seperti keributan atau mabuk yang

menyebabkan tidak mampu mengontrol perbuatan sehingga bisa merugikan orang

lain.

Pemanfaatan waktu yang berlebihan untuk berbelanja sambil bersantai juga

menyebabkan adanya waktu yang hilang untuk belajar bagi pelajar dan mahasiswa

dan waktu kerja bagi yang sudah bekerja. Kenyataan ini memperlihatkan etos kerja

masyarakat masih rendah, ingin bersantai-santai dan melupakan kerja keras dan

usaha keras. Etos kerja yang rendah ini banyak digunakan sebagai peluang oleh

masyarakat dari luar, seperti dari Jawa dan Lombok yang mencari pekerjaan di

Denpasar. Perilaku siswa yang tinggal di depan toko lengkap dengan seragam

sekolah juga merupakan gambaran bahwa disiplin dan kepatuhan terhadap aturan

sekolah kurang diperhatikan. Kenyamanan untuk berbelanja sambil internetan

menyebabkan ada anak yang sampai bolos sekolah. Adanya kecendrungan

berbelanja sambil duduk lama-lama berdampak terhadap produktivitas dan

pengeluaran uang untuk aktivitas konsumsi.

7. 2 Makna

Barthes dalam Baker (2009 :74) memberikan pengertian tentang makna,

yaitu dari dua sistem signifikansi: denotasi dan konotasi. Denotasi adalah level

makna deskriptif dan literal yang secara virtual dimiliki semua anggota suatu

kebudayaan. Pada level kedua makna konotasi, makna terbentuk dengan

mengisyaratkan penanda dengan aspek-aspek kultural yang lebih luas; keyakinan,

sikap, kerangka kerja, dan ideologi suatu formasi sosial.

Page 193: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

193

7.2.1 Makna Kapitalis

Perubahan sosial modernisasi dan pembanguna/ pertumbuhan pada umumnya

di bangun di atas landasan kapitalis. Pandangan ini bersumber dan berakar pada

pandangan filsafat ekonomi klasik, terutama ajaran Adam Smith yang dituangkan

dalam karyanya Wealth of Nation (1776) ( dalam Mansour Fakih, 2009 :46).

Pandangan ini memengaruhi perubahan sosial di kemudian hari yang disebabkan

oleh beberapa hal. Pertama, adanya kepercayaan akan laissez faire, yakni

kebebasan dalam bidang ekonomi yang memberikan isyarat perlunya membatasi

atau memberikan peranan sangat minimum kepada pemerintah dalam bidang

ekonomi. Kedua, mereka percaya terhadap ekonomi pasar yang diletakkan di atas

sistem persaingan atau kompetisi bebas dan kompetisi sempurna. Ketiga, mereka

percaya pada kondisi full employment jika tanpa intervesi pemerintah. Keempat,

mereka percaya memenuhi kepentingan individu akan berarti memenuhi

kepentingan masyarakat. dan Kelima, mereka menitikberatkan pada kegiatan

ekonomi.

Konsep kapitalis yang diusung oleh perdagangan bebas melalui globalisasi

memberikan kebebasan bagi sektor ekonomi untuk menjalankan aktivitas

ekonominya, membuka jaringan yang bersifat internasional. Kapitalis mendapatkan

kritik yang tajam dari karya Marx dalam analisisnya tentang dinamika kapitalisme,

suatu cara produksi yang didasarkan pada kepemilikan pribadi atas sarana produksi.

Kapitalisme bertujuan meraih keuntungan dan dia melakukannya dengan mengisap

nilai lebih dari pekerja. Jadi nilai tenaga yang digunakan untuk menghasilkan satu

Page 194: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

194

produk menjadi milik kelas borjuis, kurang dari yang diterima pekerja atas kerja

yang dilakukannya. Realisasi nilai surplus ke dalam bentuk uang diperoleh dengan

menjual produk (yang mengandung, baik nilai guna maupun nilai tukar) sebagai

komoditas (Baker, 2009 :14). Komoditas inilah yang nantinya dijual di pasar

dengan persaingan di antara produsen dengan kekuatan kapital (modal) sehingga

yang kuat akan semakin kuat dan yang lemah akan cenderung semakin lemah.

Masuknya minimarket, supermarket, hypermarket dari berbagai negara ke

Indonesia termasuk ke Denpasar, seperti Circle K, Sogo, Correfour, dan yang

lainnya sebagai bukti kapitalis telah menjadi bagian dari pembangunan bidang

ekonomi, khususnya dalam perdagangan. Minimarket Circle K dalam

operasionalnya memerlukan dana untuk pendiriannya cukup tinggi sehingga

kekuatan kapital (modal) sebagai faktor produksi yang paling urgen, terbinanya

jaringan yang luas mulai dari vendor, supplier, atau principle, yaitu perusahaan

yang menyediakan barang dagangan yang akan dijual. Circle K terus berusaha

menciptakan efisiensi dan bersamaan dengan itu mengajak masyarakat konsumen

berubah sesuai dengan cara-cara yang dikehendaki. Ini bisa dilakukan dengan

mengadakan promosi yang terus- menerus sehingga membuat calon konsumen akan

berubah keinginannya dari awalnya memerlukan barang tertentu berubah menjadi

membutuhkan barang tersebut. Satu minimarket dengan minimarket lainnya juga

terjadi persaingan yang amat ketat. Siapa yang mampu menciptakan efisiensi di

berbagai bidang dia akan memenangkannya. Hal ini sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh Ritzer yang menelaah tentang gelombang McDonalisasi.

Beberapa di antara restorant fast-food, bahkan saling memangsa serta menyokong

Page 195: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

195

pembentukan restorant fast-food. Bila tidak demikian, mereka berperan dalam

muasal efisiensi kerja yang dikembangkan McDonald (Ritzer, 2002 :63).

McDonald termasuk ritel modern yang fokus pada sajian fast-food dalam

bentuk restoran. Konsep-konsep yang diterapkan hampir sama dengan konsep-

konsep dalam ritel modern lainnya yang mengacu pada efisiensi. Efisiensi berarti

memilih sarana optimal bagi tujuan akhir yang telah ditetapkan. Optimal dalam hal

ini bermakna upaya mendapatkan dan memanfaatkan sarana sebaik mungkin.

Efisiensi jelas akan menguntungkan pengusaha karena pekerjaan berhasil

dilakukan dengan baik serta pelayanan terhadap konsumen dapat dilkukan secara

efisien. Hal ini bisa dilihat, baik di McDonal maupun di Circle K, konsumen

langsung mengambil sarana sendiri dan mengambil barang juga sendiri.

Berbisnis dalam bingkai kapitalis membuat pihak lemah semakin tidak berdaya.

Misalnya, pedagang kecil yang pola bisnisnya lebih berorientasi pada ekonomi

kerakyatan, dengan modal kecil, jaringan masih terbatas, pengelolaan yang kurang

efisien membawanya pada situasi yang kurang menguntungkan. Pola kapitalis

berpijak dari pola pikir “cost and benefit ratio”, yaitu selalu berusaha

mengoptimalkan faktor-faktor produksi, seperti tanah, modal, tenaga kerja, dan

keahlian untuk mencapai keuntungan. Kekhasan sistem ekonomi kapitalis dari segi

proses kapitalisme adalah sistem ekonomi yang hanya mengakui satu hokum yaitu

hukum tawar-menawar di pasar. Jadi, kapitalis adalah ekonomi yang bebas, bebas

dari pelbagai pembatasan oleh raja dan penguasa lain (orang boleh membeli dan

menjual barang di pasar mana pun), bebas dari pembatasan produksi (orang bebas

mengerjakan dan memproduksikan apa pun yang dikehendakinya), bebas dari

Page 196: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

196

pembatasan tenaga kerja (orang bebas mencari pekerjaan di mana pun, ia tidak

terikat pada desa atau tempat kerjanya). Hal yang menentukan adalah semata-mata

keuntungan yang lebih besar (Suseno, 2000 :164).

Selanjutnya pandangan kapitalis dari sistem produksi bahwa nilai yang ingin

dihasilkan oleh para peserta pasar adalah nilai tukar, bukan nilai pakai.

Maksudnya, orang memproduksi atau membeli sesuatu bukan karena ia mau

menggunakannya, melainkan karena ia ingin menjualnya lagi dengan keuntungan

setinggi mungkin. Keuntungan itu amat penting karena kalau mendapat laba yang

cukup besar, maka para pengusaha akan dapat bertahan dan dapat memenangkan

persaingan. Secara sederhana tujuan sistem ekonomi kapitalis adalah uang, bukan

barang yang diproduksi. Persaingan adalah salah satu strategi yang dikembangkan

oleh kapitalis. Strategi global dalam persaingan meliputi persaingan dalam industri

global, struktur persaingan dari berbagai segmen ekonomi, persaingan yang tajam

di antara pelaku ekonomi, dan ketergantungan negara-negara lemah dari negara-

negara yang kuat (Kotabe, Helsen, 1998 : 215).

Perkembangan kapitalis pada akhirnya tidak saja berpengaruh dalam

kehidupan ekonomi, tetapi juga memengaruhi perilaku masyarakat yang

mengagungkan pasar dan uang sehingga terjadilah kegiatan memproduksi

kebutuhan yang berlimpah dengan bantuan media massa, iklan, TV. Di sini jelas

terlihat bahwa hasrat kapitalisme tidak hanya sekadar memproduksi kebutuhan,

tetapi lebih dari itu. Untuk pencapaian tingakat keuntungan yang lebih tinggi

Minimarket Circle K selain menjual produk luar yang sudah terkenal juga menjual

produk yang memiliki label Circle K. Menjual merek sendiri dapat meningkatkan

Page 197: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

197

omzet/keunggulan. Adapun keunggulannya terletak pada menjual produk merek

sendiri lebih unggul dalam persaingan dengan produk lain yang tidak memiliki

merek sendiri. Menjual merek sendiri juga berarti dapat mengatur spesifikasi atau

kandungan dari sebuah produk dan selanjutnya dapat menentukan kualitas produk

tersebut. Selain itu, memungkinkan mengadakan berbagai inovasi dalam produk,

baik yang bersifat diversifikasi maupun bentuk produk. Akhirnya, dapat

membonceng ketenaran merek terkenal dengan cara memajang barang produk

merek sendiri dengan produk merek terkenal. Di samping itu, melakukan promosi

juga dapat dihemat karena anggaran promosi cukup sekali, tetapi sudah mencakup

gerai dan merek.

Strategi penggunaan merek (branding) dihadapkan pada bayak pilihan. Ritel

dapat membeli merek yang sudah terkenal atau dapat mengembangkan merek

privat ataupun dapat mengembangkan bauran dari keduanya. Merek adalah sebuah

nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, bahkan kombinasi dari semuanya,

yang dimaksudkan untuk menyebutkan barang-barang atau jasa dari seseorang atau

sekelompok penjual agar terbedakan dari para pesaing. Sebaliknya merek

pedagang adalah bagian merek yang mendapat perlindungan hukum.

Merek dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Merek pabrik, juga dikenal dengan merek nasional adalah produk yang

dirancang, diproduksi, dan dipasarkan oleh penjual. Pabrik bertanggung

jawab untuk mengembangkan barang dan menjaga citra merek tersebut.

Promosi untuk merek pabrik memerlukan biaya yang lebih kecil karena

pabrik telah mempromosikan sendiri barang tersebut.

Page 198: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

198

2. Merek lisensi adalah merek di mana ritel ataupun pihak yang membeli dan

menandatangani surat kontrak dengan sebuah pemilik merek yang terkenal

untuk mengembangkan, memproduksi, dan menjual merek tersebut.

3. Merek privat adalah merek produk yang dibuat dan hanya tersedia untuk

dijual oleh ritel tersebut. Jumlah ritel yang menggunakan label privat relatif

kecil karena konsekuensinya ritel tersebut harus mempromosikan produk

sendiri (Utami, 2010:220).

Dalam kehidupan zaman modern, tingkat ekonomi tercermin dari tingkat

pendapatan/penghasilan masyarakat mendominasi kehidupan sosial berupa status

sosial di masyarakat. Hal itu sekarang banyak dinilai dari seberapa besar

seseorang memiliki harta benda atau kekayaan, kekuasaan dan keuntungan sosial

juga banyak dimiliki oleh orang yang memiliki kekayaan karena dia akan semakin

mudah menggerakkan masyarakat untuk pencapaian tujuannya. Di sini tampak

bahwa kepentingan individu yang selalu didasarkan pada prinsip untung-rugi

menjadi pegangan hidup masyarakat. Kapitalisme meletakkan kepentingan pribadi

di atas kewajiban moral dan dengan terus menghasilkan penemuan baru yang

mengganti satu teknologi dengan teknologi baru. Kapitalisme menghancurkan

ikatan-ikatan yang telah dibangun selama berabad-abad dalam masyarakat manusia

dan tidak menyisakan apa pun, kecuali kepentingan pribadi sebagai perekat

masyarakat (Fukuyama, 2005 :308).

Masyarakat Kota Denpasar tidak terlepas dari penggunaan uang pada aktivitas

ekonomi juga pada kehidupan sosial budaya. Uang digunakan sebagai alat ukur

kekayaan juga alat tukar dalam berbagai transaksi. Kehidupan dengan uang tunai

Page 199: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

199

belakangan telah mengalami pergeseran dengan berbagai fasilitas, seperti kartu

debet, ATM, Flash. Semuanya menambah pilihan masyarakat untuk berbelanja

memenuhi kebutuhannya. Dalam praktiknya bisnis minimarket sangat kental

dengan konsep-konsep kapitalis, yaitu waktu awal pendiriannya memerlukan para

investor yang memiliki modal yang cukup besar, pola pengelolalaan yang

mengagungkan efisiensi adalah sebagai salah satu ciri kapitalis, mempunyai

jaringan bisnis yang begitu kuat dan persaingan yang tajam di antara pelaku bisnis.

Dalam masyarakat kapitalis pertukaran diadakan melalui serangkaian transaksi

simbolis yang telah dikodekan sebagai “nilai”, yaitu dikenal dengan nilai guna dan

nilai tukar.

Dalam perkembangannya strategi pembangunan yang berorientasi pada pasar

banyak mengalami keruntuhan dari apa yang tampaknya menjadi sebuah

konsensus. Para pendukung reformasi, seperti Bank Dunia dan IMF mulai

meragukan kemujaraban reformasi berorientasi pasar untuk menyelesaikan

problem-problem yang dihadapi negara berkembang. Salah satu perwujudan paling

nyata keretakan dalam konsesnsus itu adalah penerbitan Studi Bank Dunia

mengenai kesuksesan negara-negara Asia Timur dengan judul The Asian Miracle

(1993). Studi ini dilaksanakan setelah Jepang mendesak agar Bank Dunia

memberikan perhatian khusus pada keberhasilan negara-negara Asia Timur yang

dalam pandangan Jepang tidak sejalan dengan model perekonomian laisssez – faire

(Sugiono, 2006 :176). Ironis walaupun ada kecenderungan untuk merevisi adopsi

dan aplikasi reformasi ekonomi yang berorientasi pasar, dukungan terhadap

liberalisasi, privatisasi, deregulasi, dan kebijakan-kebijakan lain yang masih kuat

Page 200: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

200

terhadap ekonomi pasar, termasuk di Indonesia. Globalisasi telah menghilangkan

sekat-sekat negara berkat kemajuan di bidang informasi. Salah satu ciri globalisasi

adalah informasi yang sangat penting dalam merespons setiap perkembangan

terutama di bidang ekonomi. Bila suatu daerah mampu menangkap setiap informasi

yang lengkap yang kemudian dapat memanfaatkan dan menganalisis ketahanan

ekonomi, maka daerah tersebut akan terhindar dari strategi pertumbuhan yang

direkayasa oleh pihak asing (Yustika, 2006 : 92).

Kehidupan yang lebih berorientasi pada materialistik, cenderung sebagai

masyarakat konsumeris mendorong pola pikir pada keserakahan yang dikendalikan

oleh aspek ekonomi. Masyarakat mempunyai keyakinan bahwa semakin banyak

memiliki harta, benda-benda berharga, maka ia akan merasa dihargai lebih dalam

pergaulan sosialnya. Kehidupan masyarakat yang materialistik mendorong tindakan

manusia untuk mencari harta sebagai tujuan utama. Selanjutnya baru memikirkan

unsur kehidupan yang lain. Rasa solidaritas akan berkurang, ketakwaan juga

mengalami kemerosotan, dan kekeluargaan akan semakin renggang.

Krisis pembangunan kapitalisme yang terjadi di negara-negara Asia Timur

yang menganut teori pembangunan kapitalisme sangat mengejutkan, menginagt

krisis terjadi pada negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tercepat di

dunia, sekaligus krisis yang tercepat dan tidak dapat diramalkan. Bank Dunia (

1993) mengakui bahwa pusat-pusat pertumbuhan itu ada di delapan tempat, yakni

Jepang dan “Empat Macan Asia”, yakni ; Hongkong, Korea Selatan, Singapura,

dan Taiwan. Di samping itu, juga Newly Industrial Economics (NIEs) di Asia

Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Page 201: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

201

Richard Robinson (dalam Fakih, 2009 :87) melihat bahwa struktur

kapitalisme di Indonesia pada tahun 1992 yang didukung oleh negara, militer, Orde

Baru melalui kebijakan reformasi perdagangan, kebijakan kemudahan investasi,

dan pengembangan penguatan jaringan industri hilir, serta dikuatkan lagi dengan

kebijakan proses produksi murah untuk ekspor telah menaikkan volume investasi

dan menguatkan teknokrat sebagai patron utama. Ditambah lagi dengan tumbuhnya

kronisme yang tidak efisien. Ketika negara lepas kontrol terhadap struktur yang

disintegrasi, mereka mulai dipaksa menerima investasi kapitalisme asing demi

pertumbuhan, maka sebenarnya Indonesia secara cepat telah terjebak dalam sistem

kapitalisme global. Pembangunan berhasil meningkatkan pertumbuhan yang cepat,

tetapi di dalamnya juga tertanam benih-benih yang akan menghancurkan sistem dan

model pembangunan itu sendiri. Itulah model “pembangunan pertumbuhan cepat”

(rapid growth development model), yakni suatu model pertumbuhan yang tidak

didukung oleh tabungan dan investasi domestik

Proses globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan paham

kapitalisme, yakni kian terbuka dan mengglobal peran pasar, investasi, dan proses

produksi dan perusahaan-perusahaan transnasional, yang kemudian dikuatkan oleh

ideologi dan tata dunia perdagangan baru di bawah suatu aturan yang ditetapkan

oleh organisasi perdagangan bebas secara global. Globalisasi mulai berjalan setelah

berhasil ditandatanganinya kesepakatan internasional tentang perdagangan pada

April 1994 di Marrakesh, Maroko, yakni suatu perjanjian internasional

perdagangan yang dikenal dengan General Agreement on Tariff and Trade (GATT).

Pada tahun 1995 suatu organisasi pengawasan perdagangan dan kontrol

Page 202: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

202

perdagangan dunia yang dikenal dengan World Trade Organizations (WTO)

didirikan, yang beranggotakan 75 negara. Anggota GATT ditambah dengan

anggota Uni Eropa menjadi anggota pendiri WTO pada 1 Januari 1995. 52 negara

anggota GAAT lainnya masuk menjadi anggota WTO dua tahun kemudian, yang

terakhir adalah di Kongo pada tahun 1997. Sampai saat ini tercatat 153 negara

anggota WTO. Organisasi global ini sejak didirikan mengambil alih GATT. WTO

akan bertindak berdasarkan komplain yang diajukan oleh anggotanya. Dengan

demikian, lembaga ini merupakan salah satu aktor dan forum perundingan antara

perdagangan dan mekanisme globalisasi. Selain itu, juga muncul beberapa

perjanjian dengan area yang lebih kecil, misalnya Asia Pasific Economic

Conference (APEC), di mana Indonesia menjadi salah satu anggotanya. ASEAN

Free Trade Area (AFTA) adalah satu perjanjian dagang untuk mendorong

manufaktur di seluruh negara anggota ASEAN. Perjanjian ini ditandatangani 28

Januari 1992 di Singapura. Saat ini ASEAN beranggotakan sepuluh negara yakni

Brunai, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand (penanda tangan

awal pendiriannya), selanjutnya Vietnam masuk pada tahun 1995, Laos dan

Myanmar pada tahun 1997, dan Kamboja pada tahun 1999 (Nehen, 2012 : 532)

Dalam millenium ini tingkat pertumbuhan ekonominya Asia cukup tinggi

dicapai oleh negara India, Cina, dan Indonesia, sedangkan di Amerika Latin

pertumbuhan pembangunannya yang cukup tinggi adalah Brasilia. Globalisasi tidak

dalam kondisi terancam dibuktikan oleh Cina dan India. Dua negara raksasa yang

berkembang, yaitu India yang menganut sosialis dan birokratik dan Cina yang

menganut komunis telah menganut teori perekonomian liberal dan perdagangan

Page 203: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

203

bebas. Globalisasi membawa kemakmuran bagi keduanya sedemikian rupa

sehingga hasil ekspor keduanya meroket tinggi, pekerjaan berteknologi tinggi

memudahkan jalan keduanya, kemiskinan berkurang, dan kelas menengah

meningkat. Misalnya, keruntuhan Asia 1997, baik India maupun Cina tidak runtuh.

Kenyataannya mereka berhasil mengatasinya dengan lebih baik daripada negara-

negara lain selama krisis. Hal ini bisa terjadi karena mereka melakukan kontrol

modal dan beragam pembatasan yang lain terhadap gerak perekonomian dan

invesatasi. Secara umum mereka meraih sukses dengan modernisasi perekonomian

dengan tidak mengikuti prinsip-prinsip perekonomian globalisasi. Apa pun

reformasi pasar yang terjadi, reformasi tersebut muncul dalam konteks kepentingan

negara – bangsa (Saul, 2008 :369).

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, yaitu 237 juta, dan dengan

wilayah yang sangat luas merupakan pangsa pasar yang cukup baik bagi barang-

barang produksi internasional. Di sinilah peran pemerintah dalam hal perluasan

ekonomi harus mampu memberikan perlindungan terhadap aktivitas ekonomi

kerakyatan sehingga pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat banyak, tidak

hanya dinikmati oleh kelompok atau golongan tertentu.

7.2.2 Makna Konsumerisme

Kegiatan konsumsi sebagai akibat adanya pertumbuhan produksi yang tinggi

dalam konsep kapitalis merupakan sesuatu yang dianggap sebagai logika, di mana

adanya jumlah barang yang ditawarkan akan disertai dengan adanya permintaan.

Page 204: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

204

Konsumsi sebagai kegiatan yang menghabiskan suatu benda/jasa secara sekaligus

atau perlahan- lahan lebih diorientasikan pada kegiatan konsumsi karena kegunaan

sebuah produk. Akan tetapi, pada masyarakat modern, kegiatan konsumsi sudah

berkembang di samping karena “utilitas” juga karena adanya pencitraan dari

sebuah produk.

Menurut Gervasi (dalam Baudrillard, 2009 : 74) kebutuhan-kebutuhan saling

bergantung satu sama lain dan merupakan akibat dari pembelajaran (lebih dari

perhitungan rasional). Pilihan-pilihan tidak dibuat secara kebetulan, tetapi

terkontrol secara sosial, dan menggambarkan model budaya yang dibuat. Tujuan

ekonomi tidaklahlah memaksimalkan produk untuk individu, tetapi maksimalisasi

produk yang berhubungan dengan sistem nilai masyarakat. Di sini jelas tampak

adanya perbedaan perspektif pandangan, yaitu di satu sisi tindakan konsumsi pada

masyarakat berkaitan dengan rasionalitas dan di pihak lain kegiatan konsumsi

tidak semata rasionalitas, tetapi berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut di

masyarakat. Kegiatan mengonsumsi barang oleh konsumen dengan berbelanja di

minimarket juga tidak bisa dilepaskan dari pandangan bahwa mengonsumsi tidak

semata karena fungsi barang untuk memenuhi kebutuhan tetapi ada nilai yang lebih

dengan berbelanja di minimarket, yaitu nilai gengsi/pencitraan di masyarakat lebih

tinggi dibandingkan dengan berbelanja di toko kelontong.

Budaya konsumen dalam pandangan postmodernisme dapat ditinjau dari tiga

hal. Pertama, pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan ekspansi

produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-besaran budaya

dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat belanja dan konsumsi.

Page 205: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

205

Kedua, pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan yang berasal dari benda-

benda berhubungan dengan akses benda-benda itu yang terstruktur secara sosial

dalam suatu peristiwa yang telah ditentukan yang di dalamnya terdapat kepuasan

dan status. Ketiga, adanya masalah kesenangan emosional untuk konsumsi, mimpi-

mimpi dan keinginan yang ditempatkan dalam bentuk tamsil budaya konsumen dan

tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara beragam memunculkan kenikmatan

jasmaniah langsung serta kesenangan estetis (Featherstone, 2008 :29).

Kegiatan konsumsi masyarakat Denpasar Selatan sangat jelas tampak pada

persfektif ketiga, di mana masyarakat dengan slogan berbagai kemudahan,

kenyamanan, pelayanan yang memuaskan telah mengalami pergeseran dalam

berbelanja dari yang tergolong toko tradisional ke toko modern, yaitu minimarket,

supermarket termasuk hypermarket. Dalam kaitan dengan barang konsumsi terjadi

pergeseran ke produksi barang-barang simbolik, image dan informasi. Artinya,

masyarakat dengan sukarela membelanjakan uangnya pada barang yang mampu

memberikan simbol tertentu, seperti status sosial, membawa image yang tinggi di

mata masyarakat karena dengan berbelanja di minimarket citranya lebih berkelas,

lebih modern, dan tergolong masyarakat kekinian. Sebaliknya informasi

dimaksudkan masyarakat yang menguasai media informasi, seperti iklan, promosi,

teknologi dipandang sebagai golongan masyarakat yang peka terhadap kemajuan

iptek.

Kecamatan Denpasar Selatan dengan wilayah seluas 49,99 km2 dan penduduk

yang heterogen berjumlah 186. 330 jiwa, berari tingkat kepadatannya 749 jiwa

/km2. Jumlah rumah tangga 46. 239 KK. Di Wilayah Denpasar Selatan terdapat

Page 206: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

206

banyak berdiri perusahaan, perhotelan, dan aktivitas ekonomi lainnya. Di samping

itu, terdapat banyak sekolah dari tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi. Hal

itu menyebabkan banyak pekerja di sektor ini sehingga sangatlah tepat banyak

Minimarket Circle K, yaitu 18 buah beroperasi di wilayah ini.

Menurut Walter Benyamin (dalam Featherstone, 2008 :55), pasar-pasar

swalayan dan arcade-arcade baru yang muncul di Paris dan kemudian di berbagai

kota besar lainnya sejak pertengahan abad kesembilan belas dan abad-abad

selanjutnya merupakan “dunia mimpi” yang efektif. Fantasmagoria besar-besaran

dari berbagai komoditas yang dipertunjukkan, yang secara konstan diperbarui

sebagai bagian dari dorongan kapitalis dan modernis ke arah kebaruan. Semua itu

merupakan sumber image mimpi yang menghendaki berbagai asosiasi serta ilusi

yang setengah dilupakan, disebut oleh Benjamin sebagai allegori. Hal ini sesuai

dengan pendapat de Certeau (1984 :31), Tentang dikotomi antara produksi dan

konsumsi. Pada kenyataannya, produksi rasional, ekspansionis, terpusat,

spektakuler, dan mencolok dihadapkan pada jenis produksi yang sepenuhnya

berbeda, yang disebut dengan konsumsi, yang dicirikan oleh fragmentasi (akibat

dari situasi yang ada), melampaui batas dan diam-diam, aktivitas yang tiada kenal.

Namun, perlahan, sifatnya semu, gaib karena produksi tidak menunjukkan diri

dalam produknya sendiri. Akan tetapi dalam seni menggunakan hal-hal yang

dipaksakan kepadanya (Martyn, 2006 :88).

Minimarket sebagai salah satu ikon budaya masyarakat modern dapat

mempresentasikan penanda budaya massa pada tataran yang paling rendah. Namun,

saat ini disadari bahwa karakter multibentuk ikon budaya beragam. Hal ini sesuai

Page 207: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

207

dengan pendapat Rogers dalam Barbie Culture Ikon Budaya Konsumerisme yang

mengatakan bahwa tidak ada ikon yang hanya mempresentasikan satu dimensi atau

satu aksi kebudayaan. Sebaliknya, ikon memiliki beragam represensi karena

karakter yang cerdas, maknanya yang berlapis-lapis, kemampuannya beradaptasi

dengan berbagai kondisi atau keinginan individu, ambiguitasnya yang tinggi, dan

kodratnya yang senantiasa bersifat terbuka. Pada suatu saat yang sama, ia

melahirkan karakter kebersamaan sekaligus perbedaan. Ikon budaya memberikan

sebuah titik acuan yang sama bagi anggota-anggota sebuah masyarakat seraya

menyesuaikan dirinya dengan perbedaan budaya yang ada di antara anggota-

anggota masyarakat tersebut (Roger, 2009 :11).

Masyarakat Kota Denpasar memandang minimarket sebagai ikon budaya yang

mempresentasikan dirinya sebagai masyarakat modern dan kekinian.

Kecenderungan konsumerisme yang paling tinggi berada pada kelompok

masyarakat yang berpenghasilan menengah. Penduduk Kota Denpasar sebagian

besar berada pada posisi ini. Sementara masyarakat yang tergolong miskin masih

berkutat dengan kepentingan pemenuhan kebutuhan pokok (basic need), seperti

pangan, sandang, dan papan. Pada saat berbelanja mereka memilih barang secara

bebas sesuai dengan selera, warna, merek, mode, dengan pelayanan impersonal,

barang dibeli tidak semata karena nilai guna, tetapi juga nilai simbolik. Pemenuhan

hasrat konsumsi terus diproduksi melalui berbagai upaya iklan, diskon, dan

pemunculan secara terus-menerus di berbagai media, seperti TV dan koran.

Adanya tanggapan dari 25 orang konsumen Circle K tentang produk-

produk yang dijual di Circle K terjamin hygienes sangat tinggi, yaitu 95% (19

Page 208: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

208

orang). Di samping itu, jaminan penggantian produk baru atas kesalahan yang

dilakukan oleh karyawan Circle K menunjukkan 85 % (17 orang) konsumen sangat

puas. Hal ini memberikan arti bahwa sebagian besar konsumen yang berbelanja di

Circle K telah memiliki pemahaman tentang kesehatan dan hak-hak konsumen.

Kondisi ini dipahami oleh masyarakat golongan menengah ke atas (wawancara, 24

Oktober 2011).

Minimarket Circle K selain menjual barang-barang merek yang sudah terkenal

juga telah mengeluarkan label sendiri (private label) atau sering juga dikenal

dengan house brand, yang secara agresif terus- menerus menambah jumlah private

label-nya disetiap kategori produk. Private label merupakan rangkaian produk

dengan satu merek khusus yang hanya dijual di satu jaringan modern trade tertentu,

seperti berbagai jenis makanan kecil dan produk lain yang tidak termasuk makanan.

Merek tersendiri akan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, yaitu, merek

yang mempunyai nilai yang baik akan meningkatkan citra gerai dan hubungan

pelanggan dapat ditingkatkan karena kepercayaan mereka terhadap merek, maka

kredibilitas gerai meningkat. Jadi, memelihara citra toko merupakan hal amat

penting karena akan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan sehingga omzet

penjualan dapat ditingkatkan yang pada gilirannya meningkatkan laba.

7.2.3 Makna Interaksi Sosial

Upaya memahami konsumen bagi kalangan minimarket telah diterapkan

melalui pemahaman karakter, kebiasaan, dan harapan-harapan konsumen yang di-

Page 209: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

209

sasar. Berdasarkan hasil pengamatan di lima buah Circle K tentang wujud

pelayanan yang diberikan untuk tetap dapat bertahan dan berkelanjutan, diketahui

bahwa Minimarket Circle K telah mengupayakan strategi pelayanan yang bersifat

budaya yang pada dasarnya adalah sikap dan perilaku para karyawan. Dari segi

tampilan karyawan menggunakan seragam yang rapi dan bersih dengan model yang

menarik. Ini akan memberikan kesan pertama yang memikat dan memberikan

kepercayaan kepada konsumen mengenai pelayanan. Dalam tata perilaku

diterapkan apa yang dikenal dengan enam S ( senyum, salam, sapa, sopan, santun,

dan sigap ). Kalau berbelanja ke Circle K, baru masuk toko telah diberikan tiga

tindakan, yaitu senyum, salam, dan sapa. Setelah di dalam pelayan tetap sopan,

santun, dan sigap, yaitu seandainya konsumen perlu bantuan.

Setiap personel toko harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik

kepada konsumen, Pelayanan yang diberikan harus di atas standar pelayanan yang

diinginkan oleh konsumen. Percakapan standar yang dilakukan, baik oleh kasir

maupun karyawan toko yang lain (Sugiarta, 2011 :94) adalah sebagai berikut.

1. Menyapa pada saat konsumen memasuki toko dengan “selamat

pagi/siang/malam, selamat datang di toko kami”

2. Memberikan keranjang belanja pada saat konsumen memilih produk ke-

dua (kecuali dari awal konsumen sudah mengambil keranjang belanja

sendiri)

3. Memberikan penjelasan mengenai manfaat produk, khususnya untuk

produk yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut (product knowledge).

Page 210: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

210

4. Memberikan salam pada saat transaksi sudah selesai dengan

mengucapkan terima kasih Pak/Ibu, senang melayani Anda.

Para pemikir sosial sering kali berbicara tentang konstruksi sosial sebuah

realitas. Apa yang secara umum dimaksudkan adalah semua keyakinan atau

pandangan yang diterima secara luas pada dasarnya berasal dari proses interaksi.

Selain itu, terbentuk dari interaksi terus-menerus dalam tradisi kebiasaan serta

hasrat untuk menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan. Belajar dari

kesuksesan perkembangan produk Barbie yang luar biasa sebagai salah satu ikon

budaya, dibutuhkan kerja sama besar antar perusahaan, yang disahkan secara legal

melalui perjanjian lisensi. Ketika Mattel memberikan lisensi kepada perusahaan

lain untuk menggunakan nama atau citra Barbie, Mattel setidaknya memeroleh

empat macam keuntungan. Pertama, dapat mengontrol nama merek produknya.

Kedua, dapat memperluas pasarnya. Ketiga, dapat mengumpulkan pendapatan

dalam bentuk royalty. Keempat, dapat mengatur persaingan produknya (Roger,

2009 : 127).

Dalam bisnis Minimarket Circle K apa yang didapat Mattel juga didapat dalam

bisnis ini. Dengan ikon Circle K, untuk kelancaran usaha juga melakukan berbagai

kerja sama antara perusahaan distributor , supplier, rekanan yang menyediakan

barang untuk memperluas pasarnya dengan memberikan waralaba. Bersamaan

dengan itu juga dapat mengontrol berbagai produk dan sistem dengan penerapan

sistem standar operasioanl. Dengan demikian, akan tercipta royalty dan persaingan

dapat dikontrol.

Page 211: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

211

Apa yang dilakukan oleh para karyawan akan memberikan makna bahwa

konsumen adalah raja yang sering dikenal dengan istilah counsumer is king.

Perilaku yang demikian memang sangat sulit dijumpai pada pedagang

kecil/kelontong. Hal ini terjadi karena di samping ketidaktahuan strategi untuk

menggaet pelanggan, juga mereka beranggapan bahwa perilaku apa adanya sudah

cukup. Para pedagang kecil ditemukan akan menanyakan barang yang akan dibeli

pada saat pembeli masuk ke toko, tetapi biasanya tidak memberikan kebebasan

untuk melihat-lihat. Ini bisa dipahami karena letak barang tidak beraturan. Ada nilai

positif yang dapat dilihat, yaitu terjadi hubungan impersonal. Artinya suatu

hubungan yang lebih menekankan kekeluargaan, kekerabatan, masih terjadi tawar-

menawar antara pembeli dan penjual. Kepuasan dapat menawar merupakan salah

satu penyebab para konsumen berbelanja di pedagang kecil.

Interaksi social berpengaruh terhadap budaya perusahaan, yang meliputi

budaya organisasi, yang dituangkan dalam bentuk visi dan misi perusahaan. Dalam

pencapain visi dan misi inilah Minimarket Circle K terus berupaya memberikan

yang terbaik kepada para pelanggan. Misalnya, dimulai dari penempatan lokasi

bisnis, yang biasanya berada pada daerah-daerah padat penduduk dan tingkat

mobilitas penduduk yang tinggi, berada di pinggir jalan besar sehingga

memudahkan konsumen berbelanja, tersedianya tempat parkir, dan tempat duduk

yang biasanya berada di depan toko. Di samping itu, bentuk bangunan dan warna

serta pemajangan barang sesuai dengan standar yang ditentukan pewaralaba. Hal

lain adalah di depan toko ada simbol Circle K sebagai branding sebuah usaha

yang sudah terkenal. Berkaitan dengan pengaturan waktu kerja, karena Circle K

Page 212: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

212

buka 24 jam, maka pengaturan waktu kerja telah memerhatikan jenis kelamin

karyawan.Artinya, untuk waktu malam diberikan kepada karyawan laki-laki,

sedangkan dari pagi sampai malam adalah pegawai perempuan. Perubahan waktu

kerja secara sosial juga berpengaruh pada kehidupan sosial karyawan dan kebiasaan

tidur. Masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya tidak lagi hanya pada siang

hari,tetapi malam haripun bisa melakukan pembelian. Denpasar Selatan banyak

dilalui oleh para pekerja di sektor pariwisata yang jam kerjanya juga biasanya

sampai malam, sehingga para karyawan ini tidak lagi mengalami kesulitan untuk

pemenuhan kebutuhannya. Fenomena nilai yang berubah dan gaya hidup

memberikan pengaruh pada persepsi konsumen dalam menentukan kebutuhan dan

tempat mendapatkannya, yang sesuai dengan status dan daya belinya.

Berman & Evan (dalam Sujana, 2012 :164) menyebutkan ada empat kelompok

persepsi konsumen, yaitu sebagai berikut.

1. Subjective, mempersepsikan realitas dengan cara yang sesuai dengan keadaandunianya. Mereka cenderung menyoroti hal-hal yang mencolok, berprasangka.

2. Selective, menginterpretasi pesan dan informasi dengan selektif dan mencobamemaknainya.

3. Temporal, persepsi yang berubah-ubah, bergantung kepada pendapat orang,mudah terpengaruh, tidak berpendirian.

4. Summative, cenderung mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi,walaupun terkadang lambat atau susah untuk mengambil keputusan.

Persepsi konsumen Minimarket Circle K sangat dipengaruhi oleh keberadaan

dan kondisi barang yang terjamin baru dan pasti ada, pengalaman belanja

sebelumnya, status sosial, informasi, waktu yang tersedia, tingkat harga sehingga

persepsi ini memengaruhi keputusan konsumen. Di sinilah pentingnya karyawan

minimarket mengetahui keinginan konsumen walaupun tidak bisa diramal secara

Page 213: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

213

persis. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada konsumen, ada

beberapa kaidah umum mengenai harapan konsumen, yaitu mereka ingin dihargai,

merasa nyaman dan tidak tertekan, berharap tidak ditaksir kemampuan belinya,

ingin diperhatikan lebih dari segala aktivitas aturan, dan konsumen tidak senang

diacuhkan oleh karyawan.

Dari sepuluh orang konsumen pada pedagang kecil/kelontong diwawancarai

mengatakan bahwa 60% atau enam orang mengatakan bahwa pedagang tidak

memberikan salam “selamat pagi/siang/malam (wawancara , 24 0otober 2011).

Harapan konsumen di atas sering diabaikan oleh pedagang kecil/kelontong,

Konsumen yang baru datang sering kurang dihargai, misalnya dengan tidak

menyapa atau malahan sebaliknya konsumen terus diikuti sehingga tidak

memberikan kebebasan untuk memilih barang. Perilaku ini membuat rasa tidak

nyaman karena aktivitasnya terus diamati yang pada gilirannya konsumen kurang

puas dalam berbelanja.

Interaksi sosial pada pedagang kecil secara bumum lebih mengandalkan

hubungan impersona, yaitu hubungan akibat saling mengenal. Hal ini

memungkinkan karena yang berbelanja pada pedagang kecil/kelontong lebih

banyak berasal dari lingkungan di mana tempat usaha itu berada. Dalam transaksi

tetap menggunakan uang sebagai alat bayar. Bahkan, tidak jarang dengan

pembayaran di kemudian hari atau pada tanggal gajian bagi pegawai, yang sudah

tentu pada pedagang kecil tidak dijumpai alat bayar dengan kartu kredit, ATM.

Biasanya dalam proses pembayaran inilah terjadi interaksi antara pedagang dan

pembeli. Percakapan tidak akan terjadi pada minimarket karena setiap kegiatan

Page 214: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

214

karyawan telah diatur sesuai dengan pedoman standar operasional. Hubungan lebih

mendasarkan pada hubungan antara penjual dan pembeli sehingga kelihatan

menjadi renggang. Konsumen Minimarket Circle K baru masuk areal toko sudah

terbiasa mengambil tas untuk mengambil barang. Selanjutnya konsumen memilih

barang yang akan dibeli. Setelah itu membawa ke kasir dan langsung membayar,

baik tunai maupun dengan fasilitas yang lain seperti kartu kredit dan ATM.

7.2.4 Makna Kekerasan Simbolik

Kekerasan simbolik merupakan sebuah bentuk kekerasan yang halus dan tak

tampak, yakni di baliknya menyembunyikan pemaknaan dominasi. Adanya kelas

baru, yaitu kelas yang dalam masyarakat kapitalis dikenal dengan masyarakat

konsumen memungkinkan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang berperan

dalam objektivitas identitas kelompok yang ada di kalangan kelas konsumen baru.

Menurut Zizek (2008 : 270) membagi praktik kekerasan menjadi kekerasan

subjektif dan kekerasan objektif. Kekerasan subjektif dapat diartikan sebagai

tindakan nyata suatu kekerasan yang dilakukan agen yang mudah diidentifikasi.

Kekerasan ini bisa berupa, baik kekerasan fisik maupun nonfisik, berbentuk

pemaksaan, intimidasi, ancaman, gertakan, atau teror terhadap pihak lain di dalam

medan sosial, politik, dan ekonomi. Kekerasan macam ini tampak dalam aneka

wacana debat atau tindakan,baik elite-elite politik maupun massa politik di

berbagai tempat dan situasi. Kekerasan objektif dapat diartikan sebagai kekerasan

yang terjadi sebagai latar belakang semua kejadian objek dan sistem yang

Page 215: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

215

menyebabkan terjadinya kekerasan subjektif. Kekerasan subjektif lebih mudah

diidentifikasi karena selalu terhubung dengan imajinasi yang beranggapan bahwa

kekerasan itu ada. Kekerasan subjektif itu hanya sebuah gangguan biasa, sedangkan

kekerasan objektif menjadi dasar kekerasan di dalam masyarakat. Kekerasan

objektif dikategorikan berdasarkan bentuk objek kekerasannya, yakni kekerasan

simbolik dan kekerasan sistemik. Kekerasan simbolik merupakan kekerasan melalui

medium bahasa yang tersirat dalam wicara dan berbagai macam variannya yang

terjadi karena adanya dominasi-dominasi sosial dalam tindak tutur yang dapat

memanipulasi pemahaman makna sebuah kata dari sebuah bahasa. Bahasa dan

simbol digunakan untuk merendahkan dan menyakitkan berdasarkan ukuran

kesantunan sosial. Kekerasan bahasa dan simbol ini tidak merusak tubuh atau fisik,

tetapi melukai hati, menghancurkan keluhuran dan harga diri manusia.

Bagaimana kekerasan melekat dalam bahasa. Zizek berpendapat bahwa

“membangun dan memaksakan modal simbolik tertentu merupakan fakta dasar

bahasa”. Aspek melanjutkan eksistensi dan bahasa merupakan hal terbesar ketika

ada perbedaan kekuasaan antara pembicara. Jika tidak ada perbedaan, maka tidak

akan muncul sebuah diferensial kekuatan yang lebih besar daripada yang diperoleh

orang tua dan bayi. Tidak hanya orang tua yang menikmati kekuatan yang jauh lebih

besar atas kehidupsn dan kematian anak, tetapi dia juga menikmati kekuatan yang

lebih besar atas bahasa itu sendiri. Kekerasan sistemik adalah kekerasan yang

diterima sebagai konsekuensi dari sistem ekonomi dan politik. Kekerasan sistemik

ini bisa terjadi karena objek dari kekerasan ini. Keberadaannya dianggap penting

untuk melanjutkan eksistensi dan keberhasilan di dalam dunia politik. Kekerasan

Page 216: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

216

sistemik mempunyai ciri khas, yaitu irasional. Suatu tindakan irasional dilakukan

dan dianggap masuk akal oleh agen yang melakukannya, dipilih sebagai bentuk

adanya jarak di antara dirinya dan sistem di sekitarnya. Tindakan irasional dalam

kekerasan sistemik pada umumnya muncul secara fisik sehingga ciri ini

membuatnya lebih terlihat daripada yang lainnya. Kekerasan sistemik merusak

tatanan paling fundamental dari sistem sosial, kultural, atau spiritual. Di samping itu,

secara esensial menguras modal sosial terutama bagi masyarakat dengan kultur

komunal tradisional. Misalnya, kebebasan berpendapat, individualistik yang diusung

di dalam sistem demokrasi (liberal) telah merongrong tatanan dan sistem etika sosial

yang berbasis komunal. Semangat individualisme dan narsisisme yang dirayakan

oleh demokrasi liberal merongrong sistem persaudaraan dan asketisisme yang

dibawa oleh ajaran agama (Zizek, 2008 : 272).

Bahaya terjerumusnya ke dalam kondisi ilegitimasi kultural menjadikan

jelasnya objektivikasi habitus kelas konsumsi baru dan ruang sosial dikuasai oleh

gaya hidup spesifik yang sepenuhnya kritis. Kelas konsumsi baru tidak memiliki

asal usul spesifik sebagai sebuah kelompok kultural dalam bangunan sosial kelas

pekerja, kelas menengah, atau kelas atas. Sebagai konsekuensinya mereka

mendapat dirinya terhampar pada arena sosial yang secara umum tidak lazim bagi

persepsi kelompok sosial lain. Dari arena ini mereka harus memperluas ruang

pengakuan kultural bagi mereka sendiri. Selanjutnya ini dapat digunakan untuk

memasukkan bentuk-bentuk simbolis yang pas, yang diperlukan untuk

menyimpang, mereproduksi, dan menetapkan nilai modal kultural kelompok

tersebut (Martyn, 2006 :286).

Page 217: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

217

Kekerasan simbolik dalam kaitan penelitian ini diartikan bagaimana

Minimarket Circle K melakukan berbagai upaya dalam bisnis sehingga mampu

menggaet konsumen yang lebih banyak, menjual produk yang lebih banyak,

memenangkan persaingan bisnis dengan pedagang kecil/kelontong sehingga secara

kasat mata tidak kelihatan. Akan tetapi, melalui media yang intesif dan berbagai

fasilitas, hal ini terjadi. Untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas konsumen

David Aaker (dalam Sujana, 2012 :211) berpendapat bahwa loyalitas pada

dasarnya adalah loyalitas terhadap merek suatu barang atau terhadap toko di mana

mereka mendapatkan barang tersebut. Kenyataannya kini nama toko, bendera

(banner), dan segala yang berhubungan dengannya dipersepsikan sebagai merek.

Dengan demikian, pada dasarnya loyalitas konsumen terukur dari loyalitasnya

terhadap nama yang terkait dengan produk (barang/jasa) yang bersangkutan.

Menurut Aaker (dalam Sujana, 2012 :212), tingkat loyalitas yang paling dasar

adalah konsumen tidak loyal yang sama sekali tidak peduli terhadap merek atau

entitas toko atau semua merek dianggap sama saja. Mereka hanya peduli terhadap

harga sehingga apa pun yang murah, cocok di hati maka dibeli. Kedua adalah para

pembeli yang puas dengan produk sehingga tidak ada alasan untuk pindah toko atau

produk lain. Konsumen macam ini dikenal dengan pembeli kebiasaan atau yang

terbiasa. Ketiga adalah pembeli yang cukup puas, tetapi masih mempertimbangkan

kompensasi untuk beralih ketika toko lain menawarkan keuntungan yang lebih.

Mereka disebut pembeli yang puas, tetapi oportunis. Keempat, terdapat para

pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek. Preferensi mereka karena

pengalaman atau kesan kualitas yang tinggi atau keberpihakan emosional. Mereka

Page 218: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

218

disebut sebagai “brand lovers atau friend of the brand”. Kelima atau teratas

ditempati oleh mereka yang layak disebut sebagai loyalis. Mereka yang fanatik

terhadap entitas dan merek toko. Mereka bangga terhadap toko dan bangga

terhadap merek toko. Pada dirinya sudah muncul bukan saja kepercayaan,

melainkan kebanggaan.

Minimarket Circle K berusaha dengan berbagai strategi di bidang produk,

harga, promosi, dan pelayanan membuat konsumen berada pada tataran loyal

terhadap merek dan toko Circle K. Membuat konsumen terus memercayai sehingga

mereka secara berulang-ulang tetap berbelanja di Circle K yang pada akhirnya

menimbulkan rasa bangga. Sebagian besar konsumen minimarket berada pada

tingkatan kedua hingga tingkatan keempat. Mereka adalah konsumen yang sangat

memerhatikan berbagai keuntungan dari toko, seperti discount dan merek

sehingga bisa dipahami bahwa promosi dalam bisnis minimarket adalah napas

kehidupan toko. Konsumen selalu memerhatikan “promo yang digelar oleh

minimarket” dan sering dicatat. Akhirnya, datang sudah dengan kepastian untuk

membeli barang tertentu.

Dalam kaitan dengan terjadinya kekerasan simbolik terhadap pedagang kecil

dengan tumbuhnya Minimarket Circle K di Kota Denpasar, tampaknya perubahan

berbelanja ke minimarket sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan.

Pernyataan Chaney (2009 : 96) menolak untuk membuat perbedaan yang prinsip

antara penampilan, gaya hidup, dan kemampuan interpretatif yang

menginformasikan pilihan-pilihan tersebut. Penekanan pada karakter refleksif

praktik gaya hidup dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa makna gaya hidup

Page 219: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

219

yang berbeda terbentuk melalui praktik yang terbuka. Konsumsi harus dipandang

sebagai bagian integral dari sistem sosial yang sama yang menerangkan dorongan

untuk bekerja. Gaya hidup sebagai cara-cara memediasikan teknologi, struktur

hubungan, dan makna simbolik. Simbol-simbol digunakan dalam praktik gaya

hidup, yaitu dalam jaringan pertukaran simbolik. Tindakan mengkonsumsi barang

yang dijual di minimarket dapat dipandang sebagai cara-cara produksi budaya

(modes of cultural production). Artinya melalui manipulasi dan diskriminasi di

antara benda-benda, dibentuk tipe-tipe hubungan sosial yang khusus dengan

logikanya sendiri.

7.2.5 Makna Kepastian Hukum

Dalam dunia bisnis kepastian hukum yang mengatur berbagai aspek aktivitas

bisnis, seperti perjanjian-perjanjian, persyaratan berdirinya usaha, pengaturan serta

pengelolaannya, sampai bagaimana sebuah bisnis pailit harus diatur secara hukum.

Artinya, masyarakat pelaku usaha wajib mengikuti aturan-aturan yang telah

dituangkan dalam produk hukum sehingga dijauhkan dari sanksi. Dasar hukum

utama bagi usaha toko ritel modern adalah Perpres No. 112, Tahun 2007 yang

secara operasionalnya diatur dalam Permendag No. 53, Tahun 2008. Untuk di

Daerah Kota Denpasar mengikuti Perwali No. 9, Tahun 2009.

Usaha toko/ritel modern bernaung di bawah ketentuan Peraturan Presiden

No. 112, Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat

perbelanjaan, dan toko modern. Secara operasional diatur dalam Permendag No

Page 220: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

220

53, Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan, dan Toko Modern. Pertimbangan yang paling mendasar penerbitan

peraturan ini adalah pemberdayaan pasar dan atau ritel tradisional agar dapat

tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling

menguntungkan dengan pasar atau ritel modern, baik skala kecil, menengah,

maupun skala besar yang sedang dan akan berkembang. Selanjutnya menyangkut

hubungan industrial dan perdagangan dari hulu ke hilir yang memenuhi norma-

norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan, khususnya antara

pemasok dan toko modern. Di samping itu juga pengembangan kemitraan dengan

usaha kecil sehingga mendorong terciptanya tertib persaingan dan kepentingan

produsen, pemasok, toko modern, dan konsumen.

Dalam Perpres ini tidak diatur jam buka/operasi toko modern, yang diaturhanya jam buka /operasi hypermarket, supermarket dan departement store. Halini tertuang dalam Pasal 7; (1) Jam kerja hypermarket, departement store dansupermarket adalah sebagai berikut.

a. Untuk Senin sampai dengan Jumat, pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00waktu setempat.

b. Untuk Sabtu dan Minggu, pukul 10.00 sampai dengan pukul 23.00 waktusetempat.

c. Untuk hari besar keagamaan, libur nasional, atau hari tertentu lainnya,bupati/walikota atau gubernur untuk Pemerintah Provinsi Daerah KhususIbu Kota Jakarta dapat menetapkan jam kerja melampaui pukul 22.00 waktusetempat (Pasal 7 Perpres No 112, Tahun 2007).

Dalam Permendag No. 53, Tahun 2008 tidak diatur mengenai jam kerja untuk

usaha hypermarket, supermarket, departemen store dan minimarket. Itu berarti

mengikuti Perpres N0.112, Tahun 2007. Pengaturan jam kerja hypermarket,

departemen store, supermarket, toko serba ada, dan swalayan dalam Perwali No. 9,

Page 221: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

221

Tahun 2009 diatur mengikuti Perpres. Itu berarti tidak ada pengaturan jam kerja

bagi minimarket. Peluang inilah yang banyak dimanfaatkan oleh pengusaha

minimarket yang membuka tokonya sampai 24 jam, seperti Minimarket Circle K.

Dari hasil pengamatan dalam kaitannya dengan kepastian hukum di Denpasar

ditemukan; (1) banyak pengusaha ritel modern yang masih tidak memenuhi izin

dengan mengopersionalkan terlebih dahulu usahanya daripada proses pengurusan

prosedur perizinan. (2) masih ada ritel modern yang membuka waktu operasionalnya

tidak sesuai dengan aturan yang ada, (3) ada ritel modern yang tidak menggunakan

sistem kemitraan dengan pemasok usaha kecil, (4) pendirian toko modern melebihi

kuota yang ditentukan, (5) adanya toko modern atau minimarket yang tetap buka

walaupun telah melanggar Perwali dengan dikenai sanksi disegel.

Pemerintah Daerah Kota Denpasar mengadakan pengendalian dan pengawasan

yang dilakukan oleh Dinas Perizinan dan Dinas Tramtib Kota Denpasar yang

disajikan pada Tabel 7.1 di bawah ini.

Page 222: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

222

Tabel 7.1Rekapitulasi Pengendalian dan Pengawasan

Pelaksanaan Perizinan di Kecamatan Denpasar Selatan

No NamaUsaha

Jalan/Lokasi

Dinas Perizinan Dinas Tramtib Ket.IUTMI II III SP Tipiring

1 K Circle Raya Sesetan159

SP I SP II SP III SP - Blmada

2 Circle K Pesanggaran SP I SP II SP III - - Blmada

3 MiniMart

Danau Poso78

SP I SP II SP III - Tipiring /disegel

Blmada

4 MiniMart

Ngurah Rai SP I SP II SP III - Tipiring /disegel

Blmada

5 Circle K Waturenggong82

- - - - - Blmada

6 Circle K Waturenggong159

- - - - - Sdhada

7 MiniMart

Waturenggong65

SP I SP II SP III - Tipiring Blmada

8 Circle K T.Pakerisan77

- - - - Tipiring Sdhada

9 Inti Mart T. Pakerisan68

- - - - - Blmada

10 Indomaret T. Pakerisan84

SP I SP II SP III - Tipiring Blmada

11 LuckyMart

T. Pakerisan85A

- - - - - Blmada

12 Circle K Danau Buyan SP I SP II SP III - Tipiring Blmada

13 AdhoraMini

St. MerdekaR.G

- - - - - Sdhada

14 FamilyMart

T. Yeh Aya127

SP I SP II - - - Blmada

15 Nitamas T. Badung 7 - - - - - Sdhada

16 Shita 2 T. Yeh Aya 68 SP I - - - - Sdhada

17 AM/PM PuputanRenon

SP I SP II - - - Blmada

18 Alfa Midi T. Yeh Aya158

- - - - Disegel Blmada

Sumber : Dinas Perizinan Kota Denpasar. Update 1 Desember 2010Keterangan : SP = Surat Peringatan

IUTM = Izin Usaha Toko Modern

Page 223: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

223

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengawasan dan pengendalian yang

dilakukan masih mengalami permasalahan, yaitu besarnya angka Surat Peringatan

I, II, III yang dikelurkan oleh Dinas Perizinan Kota Denpasar, yaitu masing-

masing 55%, 50%, 38%. Angka Surat Peringatan yang dikeluarkan oleh Dinas

Tramtib adalah 11%, sedangkan yang telah disidangkan perkara Tipiring adalah

33% dan sampai disegel 3 buah atau 16%. Banyaknya toko modern yang tidak

memiliki izin usaha toko modern adalah 72% , yaitu 13 buah dari 18 buah toko

yang diawasi.

“Maraknya toko modern, mendapat reaksi yang beragam. Asosiasi PengusahaRitel (Aprindo) menyesalkan sikap Pemkot Denpasar yang tidak komunikatif.Menurutnya, pihaknya tidak pernah diajak bicara tentang penataan tokomodern di Denpasar. Katanya janji Pemkot tentang stop toko modern yangdituangkan dalam Surat Keputusan (SK) N0. 188.45.495/HK/2011 cuma lipsservice. Pengamat tata ruang kota, Putu Rumawan Salain, mengatakanDenpasar memang butuh investasi, tapi kesepakatan yang sudah dibuat (untukmengatur toko modern) harus tetap ditaati ini sangat penting agar tidak terjadipresenden buruk belakangan hari, tegasnya jumlah toko modern di Denpasarsaat ini jumlahnya sudah lebih dari cukup, Jika terus ditambah, maka eksistensipasar tradisional dan usaha mikro kecil, menengah (UMKM) terancam gulungtikar karena kalah bersaing. Sanksi segel untuk minimarket yang tidakmemenuhi persyaratan telah dilakukan misalnya terhadap enam Minimarketyang menurut Kadis Tramtib Satpol PP Kota Denpasar, I Ketut Nick NathaWibawa, yaitu Alfa Midi di Jalan Nusa Kambangan, Alfa Midi di Pulau Moyo,Indomaret di Penatih, Indomaret di Kebo Iwa, Indomaret di Jalan NangkaUtara, dan Indomaret Jalan Ahmad Yani Utara. Menurutnya Satpol PP belumpernah menindak dengan alasan tidak ada IUTM, melainkan hanyamendasarkan tidak adanya IMB yang melanggar Perda 6/2001 tentang IzinMendirikan Bangunan dan Perda 7/2005 tentang Surat Izin TempatUsaha”(Radar Bali, 4 Januari 2011)

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa ada minimarket yang sudah

disegel, tetapi tetap buka. Hal ini terjadi pada Minimarket Indomaret yang

beralamat di Jalan Teuku Umar dan Pulau Kawe. Manajemen toko ini nekat

memindahkan segel permanen, bahkan nekat beroperasi tanpa izin dari Dinas

Page 224: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

224

Tramtib dan Satpol PP Kota Denpasar. Hal ini sering dikeluhkan oleh para

pedagang.

Gambar 7.5

Tim Yustisi Pemkot Denpasar dikawal Satpol PP

Sumber : Radar Bali, 2012

Menurut para pedagang Satpol PP kurang tegas. Untuk mengetahui bagaimana

sebenarnya posisi Satpol PP Kota Denpasar, penulis mengadakan wawancara

dengan Bapak Nyoman Puja, S.H.

“Bapak Nyoman Puja, S.H., sebagai Kepala Bidang Penegakan Perda,menyatakan bahwa adanya pengusaha yang menjalankan usahanya sebelumngurus izin atau berjalan dulu baru ngurus izin, telah diambil tindakan berupapembinaan sehingga segera melengkapi perizinannya dan secara represifdengan memberikan Surat Peringatan, dan seandainya tidak juga dilaksanakanmaka diajukan dalam perkara Tipiring, dan terakhir sampai penyegelan.Menjawab pertanyaan mengapa toko masih berstatus disegel, tetapi dibukakembali dan beroperasi seperti biasa. Ia menjawab bahwa sebenarnya telah di-datangi dan dibina supaya tidak buka, alasan para pengusaha buka adalah untukmenyalurkan barang-barang yang mudah rusak atau kedaluwarsa, seperti buah-buahan, sayuran, ice cream. Yang kedua desakan karyawan karena kalau tutupmaka akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), Ketiga bahwa parapengusaha minimarket kebanyakan orang lokal sehingga ada perasaan kasihan.

Page 225: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

225

Dan kadang masalahnya menjadi mentok, artinya tidak bisa diselesaikan. Olehkarenanya, beliau mengusulkan untuk pengaturan toko modern, minimarketsupaya diatur dalam Perda sehingga sanksi hukumnya lebih keras bukan hanyaPerwali”(wawancara, 22 Juli 2011).

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa kepastian hukum,

dalam hal ini adalah aturan-aturan tentang toko modern dalam tatanan praktik

masih ada tidak sesuai dengan apa yang tertuang dalam Perpres, Permendag dan

Perwali. Di sisi lain ketidakpastian hukum ini akan berimbas kepada banyaknya

minimarket yang tumbuh dengan tidak mengantongi IUTM. Kondisi ini akan

merugikan keberadaan pedagang kecil khususnya toko kelontong. Mereka akan

semakin terdesak yang disebabkan oleh berbagai keunggulan minimarket.

Di Kota Denpasar telah dilakukan pembinaan terhadap keberadaan

toko modern, tetapi tetap saja ada yang masih membandel sehingga dilakukan

tindakan penyegelan. Untuk di Kecamatan Denpasar Selatan berdasarkan laporan

dari Dinas Perizinan Kota Denpasar telah menyegel tiga minimarket, yaitu dua

Mini Mart yang berlokasi di Jalan Danau Poso 78 dan di Jalan Ngurah Rai,

sedangkan yang satu lagi adalah Alfa Midi yang berlokasi di Jalan Tukad Yeh Aya

158. Gambar di bawah ini adalah proses penyegelan pada salah satu minimarket.

yaitu Indomaret.

Page 226: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

226

Gambar 7.6

Penyegelan Minimarket di Pemkot Denpasar

Sumber : Radar Bali, 2012

Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa kepastian hukum yang diidamkan oleh

pelaku usaha, khususnya pedagang kecil/kelontong untuk mendapat perlindungan

dari pemerintah dalam hal ini adalah persaingan usaha dengan toko modern

belumlah memadai, seperti apa yang telah menjadi wacana bahwa minimarket di

Kota Denpasar sementara distop.

7.3 Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa temuan yang

diperoleh yaitu sebagai berikut.

1. Pedagang kecil yang dalam hal ini adalah pedagang toko kelontong sangat

merasakan dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan banyaknya minimarket

yang berdiri, termasuk Minimarket Circle K. Dampak tersebut tampak pada

Page 227: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

227

penurunan pengunjung dan omzet penjualan yang pada gilirannya menurunkan

tingkat laba. Pedagang kecil merasakan sebelum banyaknya minimarket berdiri

di sekitar tokonya jumlah pembeli cukup banyak sehingga mereka mampu

mengandalkan mata pencaharian berdagang sebagai mata pencaharian pokok.

Akan tetapi, belakangan di antara pedagang ada yang mencari pekerjaan lain,

seperti bekerja di sektor pariwisata. Beralihnya mata pencaharian dapat

dipandang sebagai tindakan yang rasional karena berdagang tidak lagi

menjanjikan kehidupan yang lebih layak. Keberadaan pedagang kecil dalam

bentuk toko kelontong semakin terdesak karena sewa toko yang setiap tahun

mengalami kenaikan. Oleh karena itu, di kawasan tertentu, seperti di Sanur

karena tidak mampu membayar sewa, pedagang kelontong pindah berdagang

ke pasar-pasar tradisional.

2. Ada hal yang menarik, yaitu bahwa pengelola minimarket mengakui bahwa

keberadaan minimarket akan berpengaruh negatif terhadap pedagang kecil.

Mereka berpendapat bahwa pedagang kecil mungkin menjual barang-barang

yang tidak bersaing dengan barang-barang minimarket. Ternyata dalam hal

persaingan pengelola minimarket tidak memandang pedagang kecil sebagai

pesaingnya, tetapi malahan yang dianggap pesaingnya adalah sesama

minimarket dan supermarket atau swalayan. Di sisi lain pedagang kecil

memandang bahwa Minimarket sebagai pesaingnya yang paling tinggi karena

keberadaan minimarket dekat dengan tokonya. Memang diakui oleh pedagang

bahwa keberadaan minimarket memberikan inspirasi untuk menata tokonya

lebih bersih, nyaman, dan penataan barang dagangannya. Ini adalah faktor

Page 228: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

228

positif dari keberadaan minimarket yang perlu terus diupayakan sehingga kesan

pedagang kecil yang tidak teratur dan kurang nyaman dapat dikurangi. Dampak

negatif dengan dibukanya Minimarket Circle K 24 jam dan diberikan izin

untuk menjual minuman beralkohol adalah sering digunakan sebagai tempat

minum-minum, khususnya pada malam hari. Waktu yang paling ramai adalah

pada malam Minggu yang menyebabkan pengunjung mabuk sehingga

melakukan tindakan yang tidak terkontrol. Selain itu, juga dimanfaatkan oleh

para penjahat, seperti terjadinya perampokan Circle K pada malam hari.

3. Marginalisasi yang dialami oleh pedagang kecil dengan tumbuhnya Minimarket

Circle K, bukan hanya dalam bidang ekonomi, yaitu kepemilikan modal,

melainkan juga dalam hal jaringan bisnis yang menyebabkan terjadinya

hegemoni dari pengelola Minimarket Circle K dan lembaga pemerintah yang

terkait, seperti perundang-undangan atau peraturan-peraturan tentang

pengelolaan toko modern dan pasar tradisional. Dalam hal pembinaan usaha

pemerintah lebih fokus pada pembinaan toko modern dengan alasan karena

sekarang sedang berkembang pesat, sementara pedagang kecil, yaitu para

pedagang toko kelontong kurang mendapatkan pembinaan. Kondisi ini

memperlemah posisi pedagang kecil. Keberadaan minimarket yang

diperbolehkan didirikan sampai ke lingkungan perumahan juga memberikan

andil yang cukup terhadap peminggiran pedagang kecil.

4. Dalam penegakan aturan, khususnya mengenai perizinan dan penindakan

pelanggaran oleh Satpol PP Kota Denpasar masih adanya keraguan untuk

menindak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tumbuhnya minimarket yang

Page 229: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

229

terus bertambah melebihi kuota yang dipersyaratkan, masih adanya minimarket

yang beroperasi mendahului dari pengurusan izin, artinya beroperasi tanpa izin,

serta adanya minimarket yang tidak menjalin kemitraan dengan UMKM. Hal

terakhir adalah tetap beroperasinya minimarket setelah mendapatkan sanksi

disegel memberikan bukti bahwa kepastian hukum dalam berbisnis belum

berjalan maksimal. Keraguan ini muncul tatkala petugas dihadapkan pada

pilihan, minimarket yang sudah disegel kedapatan beroperasi dengan berbagai

alasan, seperti barang-barang yang cepat rusak, tuntutan pegawai supaya tidak

terjadinya pemutusan hubungan kerja, sampai keberadaan pengelola/pemilik

adalah orang lokal.

7.4 Refleksi

Pedagang kecil yang dalam hal ini adalah para pedagang toko kelontong

merupakan mata pencaharian yang telah ditekuni oleh sebagian masyarakat sejak

lama. Keberadaannya sudah menyatu dengan lingkungannya. Perkembangan

masyarakat perkotaan yang begitu pesat membawa banyak perubahan dalam

kehidupannya. Adanya keinginan yang terus berkembang mendorong berbagai

kebutuhan untuk memuaskan segera dipenuhi. Keberadaan Minimarket Circle K

tumbuh dan berkembang sebagai sebuah kebutuhan bagi masyarakat perkotaan.

Dengan dalih meningkatkan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja,

kebutuhan sektor pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat, minimarket tumbuh

dengan tidak terkendali. Tumbuhnya minimarket yang berjaringan dan nonjaringan

di Kota Denpasar membawa permasalahan yang cukup pelik karena berdampak pada

terpinggirkannya para pedagang kecil yang dilakoni oleh rakyat kecil. Hadirnya

Page 230: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

230

minimarket tidak bisa dilepaskan dari kapitalisme, yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan dengan terus merangsang tumbuhnya berbagai keinginan

dan kebutuhan yang harus terpenuhi. Masyarakat dijejali dengan hadirnya barang

dan jasa sebagai pemuas. Praktik-praktik budaya kapitalisme dengan industri

budayanya akan meminggirkan masyarakat kecil yang tidak berdaya dan terus

tumbuh dengan mengesampingkan keberadaan kelompok-kelompok kecil.

Marginalisasi itu timbul sebagai akibat hegemoni dari negara dengan investor

melalui berbagai aturan sehingga masyarakat menerima kehadiran minimarket

Circle K sebagai sebuah unit bisnis. Konsep hegemoni dalam kaitan ini adanya

dominasi satu kelompok terhadap kelompok lain, yaitu kelompok pengusaha

Minimarket mendominasi pangsa pasar terhadap pedagang kecil. Dalam masyarakat

kapitalis modern, dominasi ekonomi borjuis menghadapi tantangan, yaitu adanya

potensi disintegrasi yang tampak dalam konflik yang tersembunyi, di bawah

permukaan kenyataan social. Artinya, walaupun berdirinya minimarket sebagai

kelompok dominan, kelompok pedagang kecil secara mentalis tidak sungguh-

sungguh menerimanya.

Dalam penelitian ini pedagang kecil memiliki modal terbatas, dan jaringan

bisnis lemah karena berada dalam posisi yang lemah dibandingkan dengan para

penyalur. Pedagang kecil tidak memiliki jaringan seperti toko modern yang

berjaringan, tetapi hanya melakukan perjanjian distribusi barang dengan beberapa

supplier, penyerapan teknologi masih kurang, dan manajemen pengelolaan bisnis

masih lemah akan terus terpinggirkan dengan tumbuhnya minimarket sebagai

penjelmaan kapitalis. Untuk dapat mengembangkan pedagang kecil pemerintah

Page 231: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

231

harus mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui berbagai cara,

misalnya mewajibkan minimarket menjadi mitra kerja usaha mikro, kecil, dan

menengah, mengadakan pembinaan secara berkala, dan memberikan bantuan

fasilitas permodalan dalam bentuk kredit. Pedagang kecil masih merasakan sulit

memeroleh kredit pada lembaga keuangan perbankan karena untuk mendapatkan

kredit mereka harus memenuhi persyaratan. Dari penelitian terungkap bahwa pihak

perbankan sangat hati-hati menyalurkan kredit kepada pedagang kecil karena

sering usahanya dinilai kurang layak dari kelayakan usaha, pedagang sering tidak

mengadakan pembukuan secara baik sehingga menyulitkan pihak perbankan

mengetahui untung atau ruginya, terjadi kekhawatiran pedagang tidak mampu

membayar cicilan dan bunga sehingga terjadi tunggakan. Untuk menanggulangi ini

sebenarnya para pedagang bisa secara bersama-sama membentuk koperasi simpan

pinjam sehingga tidak hanya dapat keluar dari masalah permodalan, tetapi juga

dapat meningkatkan solidaritas.

Minimarket sebagai toko modern yang kehadirannya diterima oleh konsumen

perkotaan, malahan dipandang sebagai tempat berbelanja yang dapat memenuhi

kebutuhan akan barang tidak semata berdasarkan fungsi barang, tetapi mampu

membangun citra di dalam masyarakat. Masyarakat kota yang setiap hari dijejali

oleh beragam informasi melalui media massa, koran, TV, berbagai ragam diskon

atau potongan harga dengan brosur-brosur yang sangat menarik mendapat berbagai

tawaran, seperti mambership dari beberapa minimarket mendorong masyarakat

untuk mengonsumsi secara berlebihan yang dikenal dengan konsumerisme.

Konsumerisme sudah menjadi ciri masyarakat perkotaan yang dipandang dapat

Page 232: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

232

merepresentasikan gaya hidup masyarakat kota. Berbelanja ke minimarket

dipandang memiliki berbagai keuntungan, selain kualitas barang-barang terjamin

karena menjual barang yang bermerek, ketersediaan barang sudah pasti ada,

penempatan barang yang telah tertata dengan baik, pelayanannya yang memuaskan,

dan tersedia berbagai fasilitas yang memanjakan konsumen, seperti Wifi, parkir, dan

tempat duduk. Semakin terdesaknya pedagang kecil, mengharuskan pemerintah

mengambil kebijaksanaan yang berpihak pada masyarakat banyak. Pedagang kecil

sebagai warisan budaya leluhur wajib dipertahankan keberadaannya. Selain sebagai

wadah bagi ekonomi kerakyatan juga dapat meningkatkan rasa persaudaraan

sehingga ada kesempatan untuk berinteraksi dengan warga melalui aktivitas tawar-

menawar. Untuk itulah program revitalisasi pasar tradisional untuk Kota Denpasar

sangat penting dan segera dilakukan karena beberapa alasan yaitu (1) secara umum

barang lebih berkualitas karena tanpa pengawet, (2) mempererat persaudaraan

melalui interaksi tawar-menawar, (3) berpihak kepada rakyat kecil karena pelakunya

rakyat kecil, (4) membantu pencapaian swasembada pangan karena barang-barang

yang dijual berasal dari hasil masyarakat, dan (5) merupakan warisan budaya

leluhur. Revitalisasi pasar tradisional dapat mendukung pertumbuhan ekonomi

secara lebih berimbang.

Untuk mampu memberikan peran yang lebih besar dalam bidang perekonomian

terhadap pedagang kecil maka perlu disertai dengan deregulasinya, yaitu aturan-

aturan yang mendukungnya. Petugas di lapangan perlu diberikan pemahaman yang

jelas sehingga pelaksanaan sebuah peraturan tidak hanya sebatas wacana, tetapi

betul-betul dilaksanakan. Artinya, kepastian hukum harus dijaga.

Page 233: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

233

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan di dalam bab-bab sebelumnya

dapat ditarik simpulan yang disampaikan secara deskriptif, yaitu dengan

menggambarkan secara singkat dan padat hasil penelitian. Di samping itu, juga

saran yang merupakan harapan-harapan yang mungkin dapat dipandang sebagai

alternatif solusi, baik secara teori maupun praktis, sehingga berdaya guna bagi

masyarakat.

8.1 Simpulan

Bertitik tolak dari permasalahan dan analisis yang telah dilakukan, hasil

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya Minimarket Circel K

menyangkut keterpinggiran ekonomi, yaitu berupa berkurangnya jumlah

kunjungan pembeli dan turunnya nilai penjualan yang secara langsung

menurunkan perolehan laba. Hal ini disebabkan oleh persaingan yang begitu

ketat yang akhirnya dimenangkan oleh minimarket. Hal itu terjadi karena

ditemukan minimarket yang letaknya bersebelahan dengan pedagang kecil/toko

kelontong. Dalam operasionalnya bisnis minimarket memiliki jaringan yang

sangat luas dan andal. Sebaliknya, pedagang kecil biasanya tidak memiliki

jaringan yang khusus sehingga waktu kedatangan barang kadang tidak tepat

dan berdampak pada penyediaan barang. Berkembangnya Minimarket Circle K

Page 234: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

234

sangat didukung oleh ketersediaan teknologi mulai dari AC untuk kenyamanan

pengunjung, internet, Wi-fi gratis bagi pengunjung sambil duduk/duduk santai.

Peralatan komputer untuk kasir serta kemudahan pembayaran selain dengan

tunai juga bisa melalui kartu kredit Visa dan Master Card, kartu debet, flash dari

BRI sehingga mempermudah konsumen untuk bertransaksi. Pengelolaan dan

manajemen minimarket melalui satu kesatuan manajemen dengan standar

operasional yang sudah baku dan teruji sehingga memudahkan pengelolaannya.

Keterpinggiran pedagang kecil juga dirasakan dari bidang sosial dan politik.

Tidak adanya pembinaan yang sistematis terhadap pedagang kecil, malahan

pembinaan itu lebih banyak diberikan kepada pengusaha minimarket dengan

alasan minimarket sedang berkembang pesat di Kota Denpasar. Hubungan sosial

antara konsumen dan Minimarket Circle K terus dijaga melalui pelayanan yang

optimal sehingga konsumen merasa dihargai. Di bidang politik juga dirasakan

khususnya mengenai aturan yang mengatur keberadaan minimarket, yaitu

Perwali No. 9, Tahun 2009, tetapi dalam praktiknya minimarket sering

melanggar, misalnya beroperasi tanpa izin, menjual barang di luar ketentuan, dan

kurangnya pengawasan sehingga minimarket tumbuh dengan pesat melampaui

ketentuan zonasi.

2. Ada beberapa faktor yang menyebabkan marginalisasi pedagang kecil dengan

tumbuhnya Minimarket Circle K, yaitu sebagai berikut. (1) Faktor internal,

yaitu adalah faktor yang berada di dalam perusahaan dan dapat secara langsung

berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan. Adapun faktor-faktor itu meliputi

sumber daya manusia adalah hal yang sangat menentukan keberhasilan

Page 235: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

235

minimarket. Ketersediaannya karyawan yang mempunyai motivasi yang tinggi

untuk meningkatkan produktivitas, memiliki kualitas internal yang sejalan dan

mendukung peranannya sebagai penjual. Kualitas ini meliputi kepribadian,

sikap, motivasi, dan nilai-nilai positif. Untuk mendapatkan tenaga yang terampil

dan andal mulai dari perekrutan karyawan bisa berasal dari kalangan internal

(keluarga) dan luar perusahaan tetap menggunakan pertimbangan profesional

kebutuhan bisnis. Selanjutnya dengan melakukan pelatihan-pelatihan, baik yang

bersifat induksi maupun hal teknis seperti aplikasi program. Pelatihan ini amat

penting untuk menyatukan persepsi di antara karyawan. Pengelolaan toko

minimarket sebagai faktor internal yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan

laba usaha melalui penjualan secara efisien dan efektif. Budaya organisasi yang

dianut oleh karyawan, supervisor, pemilik dalam bentuk sistem nilai, lingkungan

bisnis, jaringan budaya, perilaku, dan gaya kepemimpinan serta pedoman

berprilaku terus dipakai sebagai pegangan organisasi. (2) Faktor eksternal, yaitu

faktor di luar perusahaan yang berpengaruh terhadap jalannya bisnis. Faktor ini

terdiri atas persaingan yang dalam arti ekonomi adalah usaha yang sejenis atau

menjual barang yang sama atau barang yang dapat menggantikan fungsinya.

Persaingan pada hakikatnya bagaimana perusahaan dapat memperebutkan

konsumen. Minimarket Circle K melakukan banyak strategi untuk memenangkan

persaingan melaui berbagai promosi, iklan, potongan harga, dan brosur sehingga

konsumen didorong hasrat konsumsinya. Peran pemerintah melalui regulasi

peraturan perundang-undangan yang mengatur keberadaan toko modern dan

pasar tradisional dalam praktiknya perlu ditegakkan secara lebih tegas sehingga

minimarket tidak tumbuh tanpa terkendali.

Page 236: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

236

3. Marginalisasi bagi masyarakat Kecamatan Denpasar Selatan memiliki dampak

dan memberikan pemaknaan tertentu dalam kehidupannya. Dampak yang

ditimbulkannya adalah sebagai berikut. (1) Dampak ekonomi, yaitu turunnya

para pengunjung yang menyebabkan turunnya tingkat penjualan sehingga laba

yang diperoleh pedagang kecil berkurang. Semakin dekat letaknya dengan

minimarket maka pengaruhnya semakin besar. Pengembangan pedagang yang

tergolong usaha mikro sebagai bagian dari pengembangan ekonomi kerakyatan.

Pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam pembangunan harus menjadi bagian

dari kebijakan pemerintah. Dampak yang paling kentara dengan tumbuhnya

minimarket yang tidak sesuai dengan jumlah dan zona yang telah ditentukan

dalam Perwali adalah banyaknya toko modern berjaringan ini akan mempertajam

persaingan usaha di antara pelaku bisnis. (2) Dampak sosial budaya berupa

pergeseran nilai-nilai sosial yang dialami oleh para pedagang kecil, yaitu adanya

perasaan kurang percaya diri untuk menekuni mata pencaharian sebagai

pedagang karena berbagai kendala yang dihadapi. Nilai sewa toko yang begitu

tinggi di jalan arteri menyebabkan para pemilik yang awalnya berdagang, tetapi

sekarang banyak disewakan sehingga terjadi pergeseran pemanfaatan.

Pergeseran tempat berbelanja dari pedagang kecil ke minimarket juga memiliki

dampak dalam interaksi sosial, hubungan antara konsumen dan karyawan di

minimarket terbatas pada hubungan bisnis. Artinya karyawan berinteraksi

terbatas sesuai dengan petunjuk operasional. Sementara pada pedagang kecil

hubungan ini lebih akrab karena interaksi itu muncul pada saat tawar-menawar.

Dampak negatif yang muncul karena minimarket diberikan menjual minuman

beralkohol. Akibatnya, peminum bisa mabuk sehingga melakukan tindakan

Page 237: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

237

yang tidak terkontrol. Sebaliknya, makna dari termarginalkannya pedagang kecil

menyangkut hal-hal berikut. (1) Makna kapitalis, yaitu beroperasinya

minimarket tidak bisa terlepas dari kapitalis, dalam hal ini permodalan, jaringan

bisnis, dan berbagai kemudahan yang bermuara bagaimana mampu menciptakan

tingkat keuntungan yang optimal. (2) Makna konsumerisme, yaitu dengan

berbagai strategi dalam hal pemasaran, melalui promosi, iklan, brosur,

minimarket terus berupaya memproduksi kebutuhan bagi masyarakat sehingga

masyarakat melakukan pembelian barang-barang melebihi dari kebutuhannya.

Konsumerisme bagi konsumen juga dengan membeli barang yang tidak semata

untuk memenuhi nilai guna atau fungsi barang tersebut, tetapi di dalamnya

terkandung bagaimana pencitraan dibentuk melalui berbelanja di minimarket

dengan produk-produk bermerek. Hal ini dipandang dapat menginterpretasikan

diri dalam masyarakat modern. (3) Makna interaksi sosial berpengaruh

terhadap budaya perusahaan, yang meliputi budaya organisasi, yang dituangkan

dalam bentuk visi dan misi perusahaan. Dalam pencapain visi dan misi inilah

Minimarket Circle K terus berupaya memberikan yang terbaik kepada para

pelanggan. Hal itu dimulai dari penempatan lokasi bisnis, yang biasanya berada

pada daerah-daerah padat penduduk dan tingkat mobilitas penduduk yang tinggi,

berada di pinggir jalan besar sehingga memudahkan konsumen berbelanja,

tersedianya tempat parkir, dan tempat duduk yang biasanya berada di depan

toko, bentuk bangunan dan warna serta pemajangan barang sesuai dengan

standar yang ditentukan pewaralaba. Selain itu, di depan toko ada simbol Circle

K sebagai branding sebuah usaha yang sudah terkenal. Berkaitan dengan

pengaturan waktu kerja, Circle K buka 24 jam. Perubahan waktu kerja secara

Page 238: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

238

sosial juga berpengaruh pada kehidupan sosial karyawan, kebiasaan tidur dan

aktivitas lainnya. (4) Makna kekerasan simbolik merupakan sebuah bentuk

kekerasan yang halus dan tak tampak, yakni dibalik nya tersembunyi

pemaknaan dominasi. Artinya, bagaimana Minimarket Circle K melakukan

berbagai upaya dalam bisnis sehingga mampu menggaet konsumen yang lebih

banyak, menjual produk yang lebih banyak, memenangkan persaingan bisnis

dengan pedagang kecil/kelontong sehingga secara kasat mata tidak kelihatan,

tetapi melaui media yang intesif dan berbagai fasilitas hal ini dapat terjadi. (5)

Makna kepastian hukum dimaksudkan bagaimana pemerintah mampu

memberikan kepastian hukum sehingga para investor dan masyarakat pedagang

memahami dan tunduk kepada aturan dan perundangan yang berlaku. Kepastian

hukum dalam praktiknya masih dianggap lemah, baik dalam pembinaan

maupun pengendaliannya.

8.2 Saran

Bertolak dari hasil penelitian sebagaimana telah dibahas sebelumnya, maka

dapat disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Mengingat dampak marginalisasi sangat dirasakan oleh para pedagang kecil,

maka mau tidak mau pedagang kecil harus juga memberdayakan dirinya sendiri

melalui pendirian koperasi, melakukan pembenahan secara internal, yaitu

dengan mengadopsi berbagai keunggulan minimarket. Misalnya toko harus

Page 239: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

239

selalu tampak rapi, bersih, nyaman. Di samping itu, menjual barang-barang

yang berkualitas sehingga konsumen tidak bergeser ke minimarket.

2. Pemerintah dalam hal ini pihak pemerintah Kota Denpasar diharapkan dapat

memberikan perhatian yang lebih terhadap pedagang kecil. Misalnya, melalui

pembinaan yang terstruktur, memberikan bimbingan usaha, dan perlindungan

hukum melalui peningkatan status dari Perwali yang selama ini digunakan

sebagai landasan operasional toko modern dan pasar tradisional menjadi

Peraturan Daerah sehingga kekuatan hukumnya lebih tinggi.

3. Peneliti lain yang berminat mengadakan kajian lebih luas terhadap

marginalisasi pedagang kecil dengan tumbuhnya Minimarket Circle K

diharapkan dapat menelusuri lebih mendalam praktik-praktik yang dilakukan

oleh pihak-pihak tertentu yang dapat merugikan para pedagang.

Page 240: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

240

DAFTAR PUSTAKA

Alfathri, Adlin..2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Gaya Hidup.Yogyakarta: JalaSutra.

......................, 2007. Spiritualitas dan Realitas Kebudayaan Kontemporer, Yogjakarta:Jala Sutra.

Amirullah & Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu

Ardiyanto, Gunawan. 2011. 10 Biang Untung Usaha Kecil Menengah. Solo : Tiga SeangkaiPustaka Mandiri

Barker, Chris. 2009. Cultural Studies Teori dan Praktik. ( Nurhadi, Penerjemah).Yogyakarta: Kreasi Wacana

Baswir, Revrison. 1999. Dilema Kapitalisme Perkoncoan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baudrillard J. P. 2009. Masyarakat Konsumsi ( Wahyunto, Penerjemah). Yogjakarta: KreasiWacana.

Bernardin, H. John dan J.E.A. Russell. 2003. Human Resource Management. Singapore :McGraw Hill.

Bourdieu, Pierre. 1990. (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. (Richard Harker CheelenMahar. Chris Wilker, ed.) (Pipit Maizier. Penerjemah). Yogyakarta: Jala Sutra.

.........................1998. Practical Reason On the Theory of Action. California: StanfordUniversity Press.

Chaney, David. 2009. Lifestyle: Sebuah Pengantar Komprehensif (Nurhaeni, Penerjemah).Yogyakarta: Jalasutra.

Deddy, Mulyana. .2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya

Engel James F. dkk. 1994. Prilaku Konsumen (Budiyanto, Alih Bahasa). Jakarta : BinarupaAksara.

Fakih, Mansour. 2009. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset.

Featherstone. Mike. 2008. Postmodernisme dan Budaya Konsumen.(Misbah Zulfa Elizabet,penerjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Foucault, Michel. 2002. Pengetahuan dan Metode Karya-Karya Penting Foucault.Yogyakarta: Jalasutra.

Foucault, Michel. 1984. The Faucault Reader. Edited by Paul Rabinow, New York :Pantheon Books.

Page 241: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

241

Fritjof. Capra. 2009. The Hidden Connections (Andya Primanda, penerjemah).Yogyakarta :Jala Sutra..

.Fukuyama, F. 2005. Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru (MasriMaris. Penerjemah) Jakarta : PT Ikar Mandiriabadi

Giddens, Anthony. 2000. The Third Way, Jalan Ketiga Pembaharuan Demokrasi Sosial.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gramsci, Antonio.1976. Selection from the Prison Notebooks. Quintin Hoare and NowelSmith (ed). Newyork : International Publisher.

Habermas, J. 2009. Teori Kritis Jurgen Habermas (Nurhadi, Penerjemah). Bantul : KreasiWacana Offset.

Hartoko, Alfa. 2010. 40 Tool Dahsyat untuk Mengelola Bisnis UKM. Yogyakarta : PT AlexMedia Komputindo Kompas Gramedia

Kaswan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Lynda, W.K.N. dan Cyinthia, T.L.M. 2005. Managing the Brick-and-Mortar Retail Stories.Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Mariyah, Emeliana, 2009. ”Pemahaman Proses Penelitian Metode Penelitin dan MetodologiKajian Budaya”, Denpasar: Program Kajian Budaya.

MCQuillan, Martin. 2007. The Politic of Deconstruction : Jacques Derrida and the Other ofPhilosopy. London : Pluto Press.

Magnis Suseno.F. 2000. Pemikiran Karl Marx.Dari Sosialisme Utopis ke PerselisihanRevisionisme .Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum

Malhotra, Naresh K. 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. Jakarta : PT Indeks.

Martyn, J.Lee. 2006. Budaya Konsumen Terlahir Kembali. Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Mill, Sara. 2003. Michel Foucault. Routledge : London.

Minawati, Rosta, 2009. ”Keterpinggiran Komunitas Hindu dalam Pruralitas Agama diKabupaten Karo Sumatra Utara”. (Disertasi). Denpasar: Universitas Udayana.

Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Morton, Adam David. 2007. Unravellining Gramsci : Hegemony and Passive Revolution inThe Global Political Economy. London : Pluto Press.

Mowen, Hohm C. dan Minor, Michael. 2001. Perilaku Konsumen. Jakarta: PT PenerbitErlangga.

Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar : Udayana University Press

Page 242: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

242

Pariartha, Wana. 2010. ”Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) diKecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar, Sebuah Kajian Budaya ”(Disertasi).Denpasar : Universitas Udayana.

Patria, Nesar&Andi Arief. 2003. Antoni Gramsci Negara & Hegemoni. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Philip, Kotler 2002. Manajemen Pemasaran (Hendra Teguh dkk. Penerjemah). Jakarta : PTPrenhallindo.

Piliang, Yasraf Amir. 1999. Hiper-Realitas Kebudayaan.Yogyakarta: LkiS.

---------------. 2006. Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan.Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

----------------.2008. Multiplisitas dan Diferensiasi. Yogyakarta: Jala Sutra.

---------------. 2009. Hipersemiotika. Yogyakarta: JalaSutra

Prasetyantoko, A. 2001. Arsitektur Baru Ekonomi Global. Jakarta : Gramedia.

Ralston Saul, John. 2008. Runtuhnya Globalisme dan Penemuan Kembali Dunia (Dariyatno,Penerjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ratna, Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: PustakaPelajar.

-----------------.2010. Metodologi Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniorapada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern (Alimandan, AlihBahasa) Jakarta:. Kencana.

-----------------.2002. Ketika Kapitalisme Berjingkrak Telaah Kritis terhadap GelombangMcDonaldisasi (Solichin, Didik P. Yuwono, Penerjemah) .Yogyakarta : PustakaPelajar.

----------------.2006. Mengkonsumsi Kehampaan di Era Globalisasi ( Lucinda, HeruNugroho, Alih Bahasa). Yogyakarta : Universitas Atmajaya.

Roger, Mary. F. 2009. Barbie Culture Ikon Budaya Konsumerisme. Jogjakarta : Relief.

Simon, Roger. 1999. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: INSIST dan PustakaPelajar.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Storey. John.2008. Cultur Studies dan Kajian Budaya (Penerjemah,Layli Rahmawati).Yogyakarta :Jala Sutra.

Subawa, Sri. 2009. ”Waralaba Lembaga Pendidikan Nonformal Sebagai Ekspansi EkonomiGlobal di Kota Denpasar” (Disertasi). Denpasar : Universitas Udayana.

Page 243: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

243

Sugiarta, I Nyoman. 2011. Panduan Praktis dan Strategis Retail Consumer Goods. Jakarta:Expose.

Sugiono, Muhadi.1999. Kritik Antonio Gramsci terhadap Pembangunan Dunia Ketiga.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sujana Asep ST, 2012. Manajemen Minimarket, Jakarta: Raih Asa Sukses (RAS).

Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar.Jakarta: Reneka Cipta.

Sutaji, Deni. 2012. Sistem Inventory Minimarket dengan PHP & JQUERY. Yogyakarta :Penerbit Lokomedia

Tan, Andrew.2012. Sukses Menjadi Supplier Toko Modern: Jakarta: Sinar Ilmu.

Tanjung, Jenu Wijaya. 2004. Marketing Management Pendekatan Pada Nilai-NilaiPelanggan. Malang :Bayu Media

Thwaites, Tony., et al. 2009. Introducing Cultural and Media Studies: Sebuah PendekatanSemiotik. ( Penterjemah Saleh Rahmana). Yogyakarta&Bandung: Jalasutra.

Usmara, A. 2003. Strategi Baru Manajemen Pemasaran. Jogjakarta: Amara Books.

Utami. Christina Whidya. 2010. Manajemen Ritel, Strategi dan Implikasi OperasionalBisnis Ritel Modern Di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Wolf, Martin.2007. Globalisasi Jalan Menuju Kesejahteraan. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Yustika, Ahmad Erani. 2006. Perekonomian Indonesia. Malang : Bayumedia Publishing.

Zizek. AuthorSlavoy. 2008. Violence. Publischer Picador.

Kamus

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta

Jurnal/Majalah

Leonidas C, Leonidou, Dayananda Palihawadana, Marios Theodosious. 2006. An IntegratedModel of The Behavioural Dimensions of Industrial Buyer-Seller Relationships.European Journal of Marketing/ Vol. 40 No. 1/2

Luc Sels, Sophie De Winne, Jeroen Delmotte, John Maes, Dries Faems, Anneleen Forrier,2006. Linking HRM and Small Business Performance: An Examinination of theImpact of HRM Intensity on the Productivity and Financial Performance of SmallBusinesses. Research Center for Organization Studies Departement of AppliedEconomics Katholieke Universiteit Leuven

Page 244: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

244

Rudolf Esch,Franz and Tobias Lagner,B erd H. Schmitt, Patrick Geus,2006. Are brandsforever? How brand knowledge and relationships affect current and future purchases.Journal of Product & Brand Management. Vol.15. No.2

Peraturan

Camat Denpasar Selatan, 2010. ”Monografi Kecamatan Denpasar Selatan”.

Dinas Perizinan Kota Madya Denpasar, 2009. ”Peraturan Wali Kota Denpasar Nomor 9,Tahun 2009 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat pembelanjaan,dan toko modern.

Enciety Focus-37,2010. ”Menggarap Perubahan Gaya Hidup Kota Besar”, Jawa Post: 7September 2010.

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah R.I.2008. ”Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 31-M-Dag/Per/8/2008 TentangPenyelenggaraan Waralaba.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No: 53/M-DAG/PER/12/2008 TentangPedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan TokoModern

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112, Tahun 2007 tentang Penataan danPembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42, Tahun 2007 tentang Waralaba.

Peraturan Perusahaan PT Circleka Indonesia Utama No.KEP. 288/PHIJSK-PKKAD/PP/IV/2012.

Tim Fakultas Ekonomi. 2011. Kajian Akademik Mini Market di Kota Denpasar. UniversitasUdayana.

Surat Kabar/Koran

Tim Redaksi Jawa Post. Enciety Focus-37,2010. ”Menggarap Perubahan Gaya Hidup KotaBesar” 7 September 2010.

Tim Redaksi Radar Bali. 2010. “Minimarket Sisihkan Usaha Rakyat”, 16 Juni 2010.

Tim Redaksi Jawa Post. 2010 b. “Pemkot Segel Tujuh Minimarket”, 13 Juli 2010.

Tim Redaksi Radar Bali 2011c. “Izin Toko Modern Distop” , 8 April 2011.

Tim Redaksi Radar Bali “Dewan Desak Moratorium Minimarket, 24 Agustus 2011.

Tim Redaksi Jawa Post. 2011.” Ritel Asing v Pasar Tradisional, 16 Desember 2011.

Tim Redaksi Radar Bali.” Minimarket Baru Jalan Terus, Pemkot Lembek Bertindak”. 7November 2012.

Page 245: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

245

Tim Redaksi Radar Bali.” Lawson Cuek, Satpol Berang, Teta Buka Dinilai Melecehkan”.7Nopember 2012.

Tim Redaksi Radar Bali. ” Badung Segera Perketat Toko Modern”, 7 Agustus 2012

Tim Redaksi Radar Bali ” Warga Melawan Toko Modern”. 5 Februari 2013

Sumber Internet

http://www.google.com, 01 – 06 - 2010

tp://www.alfamartku.com/page/read/p1/sejarah-perusahaan, 12 – 05 - 2011

http://www.franchise-circlek.com/site/photo-galler, 20 – 05 – 2011

http://bursafranchise.com/circle-k-minimarket-indonesia.htm, 03 – 03 – 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba, 19 – 03 – 2011

http://www.scribd.com/doc//Circle-K, 22 – 09 – 2011

Page 246: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

246

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

A Profil Kecamatan Denpasar Selatan sebagai Daerah Penelitian

1. Bagaimana kondisi dan lingkungan alam wilayah kecamatan DenpasarSelatan?

2. Potensi alam, geografis yang mendukung kecamatan Denpasar Selatansebagai kawasan perdagangan?

3. Bagaimana mata pencaharian penduduk di kecamatan ini?

4. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang mendukung di kecamatan ini?

5. Bagaimana potensi ekonomi, khususnya perdagangan di kecamatan ini?

6. Apakah ada pergeseran pekerjaan yang dilakoni oleh masyarakat denganmaraknya tumbuh minimarket?

B Bentuk-bentuk marginalisasi pedagang kecil

1. Bisakah Bapak/Ibu membandingkan keadaan ekonomi sebelum dan sesudahtumbuhnya Minimarket Circle K di Kecamatan Denpasar Selatan?

2. Bisakah Bapak/Ibu membandingkan pendapatan hasil penjualan sebelum dansesudah tumbuhnya MinimarketCircle K di Kecamatan Denpasar Selatan?

3. Apakah keberadaan Minimarket Circle K di wilayah Bapak/Ibu mengancamusaha yang sedang digeluti. Apa saja peralatan yang digunakan?

4. Dari pengamatan dapatkah Bapak/Ibu membandingkan harga eceran padapedagang kecil dengan barang di minimarket?

5. Menurut Bapak/Ibu bagaimana prospek pedagang ke depan, apakah masihbisa dipakai sebagai tumpuan mata pencaharian atau akan semakin terdesakdengan tumbuhnya minimarket?

6. Dari pengamatan Bapak/Ibu, adakah pelanggan yang pindah berbelanja keminimarket Circle K?

7. Apa usaha Bapak/Ibu untuk menanggulangi persaingan dengan MinimarketCircle K?

Page 247: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

247

C Faktor marginalisasi pedagang kecil

1. Bagaimanakah bentuk pengelolaan usaha dagang yang Bapak/Ibu lakukan ?

2. Menurut pandangan Bapak/Ibu, apa yang menjadi daya tarik konsumenberbelanja di Minimarket Circle K?

3. Bagaimana cara pengadaan barang dagangan, dan adakah Bapak/Ibumelakukan promosi penjualan?

4. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap persaingan yang terjadi?

5. Adakah selama ini Bapak/Ibu mendapat pelatihan tentang pengelolaan usaha?

6. Peran apa saja yang telah dilakukan pemerintah untuk memajukan usahadagang?

7. Langkah apa yang telah dilakukan untuk menarik konsumen?

8. Adakah hambatan yang Bapak/Ibu temukan selama berdagang, denganbanyaknya minimarket?

D Implikasi dan Makna marginalisasi bagi pedagang

1. Apakah berdagang merupakan pekerjaan pokok atau sambilan, mohondijelaskan!

2. Apakah hasil dari berdagang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, mohondijelaskan!

3. Apakah perubahan nilai sosial budaya yang terjadi dari pertumbuhanminimarket?

4. Apakah Bapak/Ibu rasakan pengaruh banyaknya minimarket terhadappekerjaan yang ditekuni?

5. Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan pembeli yang menjadi langganan?

6. Adakah bentuk pemberdayaan yang dilakukan untuk meningkatkankesejahteraan pedagang?

7. Bandingkan kepuasan yang Anda dapatkan dari berbelanja di pedagang Kecildengan di Minimarket Circle K!

Page 248: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

248

Lampiran 2

A. DAFTAR INFORMAN

No Nama Umur Pekerjaan/ Jabatan Alamat

1I.G.A. L. Saraswati,S.S. 39 tahun

PNS/ Kasi Pembinaan UsahaPerdagangan KantorPerdagangan

Jalan Melati No.31,Denpasar

2 I Made Suryawan, S.E. 46 tahun

PNS/ Kabid Bina Usaha KantorPerindustrian dan PerdaganganKota Denpasar

Jalan Melati No.31,Denpasar

3 Nyoman Puja, S.H. 51 tahunKepala Bidang PenegakanPerda Satpol PP Denpasar

Sidakarya/081338711456

4 Ketut Gd Gunawan 47 tahunKasi Ketertiban PerizinanSatpol PP Denpasar

Jalan Debes No.8,Denpasar /081558631967

5Drs. I Km. Sugiarta,M.Si. 46 tahun

Kepala Bidang MonitoringEvaluasi dan Informasi DinasPerizinan Dinas Perizinan

6 I Ketut Listrik, B.B.A. 52 tahun

Kasi PemberdayaanMasyarakat KecamatanDenpasar Selatan Kantor Camat Densel

7 Dody 45 tahunKepala Lingkungan Br.Lantang Bejuh, Sesetan

Br. Lantang BejuhSesetan

8 Ibu Raka 55 tahun Pedagang KecilJalan TukadPancoran

9 Ibu Berniawati 33 tahun Pedagang KecilJalan TukadPakerisan

10 I Wayan Agustina 31 tahun PedagangJalan Dewata No.19,Sidakarya Denpasar

11 Ibu Agung Ade 60 tahun PedagangJalan WaturenggongNo. 157, Denpasar

12 I Made Sutena 41 tahunPedagang Kelontong UD. SariMerta Jalan Pulau Moyo,

13 I Wayan Aryani 30 tahunPedagang Kelontong UD.Aryani

Jalan Pulau Bungin,Br. Pitik Denpasar

14 Ni Wayan Soli 45 tahunPedagang Kelontong UD.Krisna

Jalan Pulau Bungin,Br. Sama Denpasar

15 Ketut Arianta -Pedagang Kelontong TokoKing

Jalan Waturenggong,Denpasar

16 Nani - Pedagang Toko Sumber BaruJalan WaturenggongNo. 151, Denpasar

17 Ambara 38 tahun Pedagang KecilJalan Raya SesetanNo. 245, Denpasar

18 Agus Sunarta 22 tahun Pegawai Circle KJalan Subak DalemGang XXII

19 Putu Tyas Indrawati 26 tahun Pegawai Circle KJalan Lembu SoraGang Suta No.2

20 Yudhi Setianugraha - Wiraswasta/ Pemilik Circle KJalan WaturenggongNo. 62

21 Andra - Wiraswasta/ Pemilik Circle K Jalan Raya Sesetan

22 A.A Indraprasta - Wiraswasta/ Pemilik Circle K Jalan Gunung Sari.

Page 249: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

249

B. DAFTAR RESPONDEN

No Nama Umur Pekerjaan/ Jabatan Alamat

1 Kadek Subadiasa 23tahun Mahasiswa UnudJalan Tukad Pakerisan,Denpasar

2 Agus Antara 30 tahun Pegawai SwastaJalan Bedugul GangNuri No.1

3 Ibu Sita 28 tahun Ibu Rumah Tangga

Jalan Sidakarya No.165, Denpasar

4 Adam 20 tahun Mahasiswa Jalan Raya Sesetan

5 Edo 17 tahun Siswa Sesetan

6 Deam 25 tahun Pegawai Tegalwangi

7 Satya 16 tahun Pelajar Pedungan

8 Arina 21 tahun Mahasiswi STIKES Pemogan

9 Septian 21 tahun Mahasiswa STIKOM Sanglah

10 Gek Erna 30 tahun Pegawai Swasta Sesetan

11I Dw. Kd. Dwi ArtaGangga 17 tahun Pelajar

Jalan Pulau Bali No.19, Denpasar

12 I Putu Raditya 15 tahun Pelajar

Jalan Tukad YehSungi No.44,Denpasar

13 Agus Darmadi 23 tahun Pegawai SwastaGraha Wisata No. 17,Denpasar

14 Karunia Mahardika 22 tahun MahasiswaJalan WaturenggongNo. 108 B, Denpasar

15 I Putu Agus Santika 25 tahun Pegawai Swasta Jalan Raya Sesetan

16 Sinta Trisnadewi 22 tahun MahasiswiJalan Pulau KaweNo.44

17 Aloysius Suselo 25 tahun Pegawai SwastaJalan Palapa III/21,Sidakarya

18 I Wayan Kamayasa 20 tahun Swasta Jalan Waturenggong

19 I Gde Raka Ariana 15 tahun Pelajar Panjer

20 Wayan Adiana Utama 19 tahun Mahasiswa Sesetan

21 Ni Putu Ariani 19 tahun Mahasiswi Jalan Pulau Riau

22Fety Dwi PrasetyaningW. 25 tahun Pegawai BUMN

Jalan Letda TantularGang Garuda No. 1Renon

23 Ayu Astiti Pendit 26 tahun Pegawai Swasta Jalan Tukad Yeh Aaya

24 Pande Astawa 19 tahun Mahasiswa Jalan Raya Sesetan

25 Melva Yusmawati 27 tahun Pegawai BUMN Jalan Raya Sesetan

26 I Wayan Kamayasa 20 tahun Pegawai Swasta Jalan Waturenggong

27 I Gede Raka Aryana 15 tahun Pelajar Panjer

28 Komang Ary Triatnata 19 tahun Mahasiswa Sanur

29 I Wayan Brian 20 tahun Penjaga lingkungan Sanur

30 Wayan Yudiartha 23 tahun Mahasiswa Pedungan

Page 250: the growing of circle k minimarket and the marginalization of small

250

Lampiran 01 Lampiran 02 Lampiran 03 Lampiran 04

Lampiran 05 Lampiran 06 Lampiran 07 Lampiran 08

252 253 254 255 256 257 258 259 260 261

262 263 264 265 267 268 269 270

271 272 273 274 275 276 277 278

279 280 281 282 283 284 285

286 287 288 289 290 291 292

293 294 295 296 297 298

299 300

1 8 40 49 84 130

176 232 239