susunan dewan redaksi - simdos.unud.ac.id · membantu dalam proses pemecahan protein. pemanfaatan...
TRANSCRIPT
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: [email protected]
Vol. 6 No. 2 (2018): Mei - Agustus 2018
Artikel
KECERNAAN NUTRIEN DARI AYAM KAMPUNG YANG DIBERI RANSUM
ISO ENERGI DENGAN TINGKAT PROTEIN BERBEDA . Sugiarta I M. P., A. W.
Puger, I M. Nuriyasa 198-207
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus L.
Merr) MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM
LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Putri S. H., I M. Suasta, I G. N. G.
Bidura 208-221
RESPON RUMPUT LOKAL PADA PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS PUPUK
UREA Rifais A., A. A. A. S. Trisnadewi, I W. Wirawan 22
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynus
L. Merr) MELALUI AIR MINUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR AYAM
LOHMANN BROWN UMUR 22 – 30 MINGGU Vicky A. R., N. W. Siti, I G. N. G.
Bidura 237-252
PENGARUH SUPLEMENTASI CAMPURAN LISIN, METIONIN DAN KOLIN
DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN BABI BALI JANTAN Sulastri N.
N., I K. Sumadi, I P. A. Astawa 253-263
ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBIBITAN BABI DI PETERNAKAN
BAPAK I MADE SUKARATA, DESA PADANGSAMBIAN KAJA, DENPASAR
Gunawa I D. P. W., I M. Mudita, I W. Sukanata 264-270
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR(Moringa oleifera)
MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN
BROWN UMUR 22-30 MINGGU Luki Ananta I M. D., I M. Suasta, A. A. P. P.
Wibawa 271-282
o 7. artikel eJPT_I Made Dwi Luki Ananta et al
SUBSTITUSI PUPUK UREA DENGAN PUPUK BIO-SLURRY SAPI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT Stenotaphrum secundatum
Sri Wahyuni S. S., I K. M. Budiasa, I W. Suarna 283-297
DIMENSI TUBUH BABI BALI JANTAN YANG DIBERIKAN RANSUM
DENGAN SUPLEMENTASI LISIN, METIONIN, DAN KOLIN Yuliyanti N. N., I
K. Sumadi, I M. Suasta 298-308
EXTERNAL OFFAL ITIK BALI BETINA UMUR 26 MINGGU YANG DIBERI
RANSUM DENGAN SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN PEPAYA FERMENTASI
Prasetia D. M. R., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati 309-317
o
KECERNAAN NUTRIEN PADA SAPI BALI YANG DIBERI RANSUM
TERFERMENTASI INOKULAN BAKTERI LIGNOSELULOLITIK KOLON SAPI
DAN SAMPAH ORGANIK Sobari M., I M. Mudita, I G. L. O. Cakra 318-334
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN MENGKUDU (Morinda
citrifolia L.) MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM
LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Widoretno H. H., I. A. P. Utami, I
G. N. G. Bidura 335-349
EDIBLE OFFAL AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL
DENGAN TAMBAHAN PROBIOTIK STARBIO Novandy S. S. I G., I N. T.
Ariana, I W. Wijana 350-359
PENGARUH DAUN PEPAYA TERFERMENTASI TERHADAP
KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAGING ITIK BALI BETINA UMUR 10
MINGG Pangestu A. T., N. W. Siti, N. M. Sukmawati 360-371
PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN EKSTRAK AIR BAWANG PUTIH (Allium
sativum) MELALUI AIR MINUM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN,
LEMAK DAN KOLESTEROL KUNING TELUR AYAM LOHMANN BROWN
Astiari N. M. R., I G. N. G. Bidura, D. A. Warmadewi 372-386
o
PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI SELULOLITIK B-6 MELALUI AIR
MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR
40-48 MINGGU Wedana I G. R., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati 387-399
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN KELOR (Moringa Oleifera)
MELALUI AIR MINUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR AYAM
LOHMAN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Atmaja I G. A. R., I G. N. G. Bidura,
D. A. Warmadewi 400-411
POTONGAN KARKAS KOMERSIAL ITIK BALI BETINA UMUR 26 MINGGU
YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG DAUN PEPAYA
FERMENTASI Astika I P. E., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati 412-424
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT Paspalum notatum cv. Competidor
PADA BERBAGAI KOMBINASI LEVEL PUPUK N, P, DAN Ca Stephanie B. M.
M, I. B. G. Partama, I W. Wirawan 425-439
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK SACCHAROMYCES Spp. Gb-7 DAN
Gb-9 DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN
BROWN UMUR 40-48 MINGGU Sujana I K., D. P. M. A. Candrawati, I G. N. G.
Bidura
440-449
Managemen Pakan Pada Peternakan Babi Pembibitan milik Bapak I Made Sukarata di
Br. Batu Paras, Desa Padangsambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat, Kota
Denpasar Sulastri N.N, I M. Mudita, I W. Sukanata 450-457
MANAJEMEN PAKAN AYAM ARAB PETELUR DI UD. DARMA PURI FARM
DESA TANGKAS, KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG
Manubawa I K. V., I M. Mudita, N. G. K. Roni 458-461
KUALITAS TELUR AYAM RAS YANG DISIMPAN SELAMA 14 HARI PADA
BERBAGAI BAHAN TEMPAT PENYIMPANAN TELUR Ulfa M., I K. A.
Wiyana, M. Wirapartha 462-476
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum)
MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN
BROWN UMUR 22-30 MINGGU Hasanah N., I G. N. G. Bidura, E. Puspani 477-
488
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI SELULOLITIK B-6
MELALUI AIR MINUM TERHADAP KADAR PROTEIN, LEMAK,
KOLESTEROL DAN WARNA KUNING TELUR AYAM LOHMANN BROWN
UMUR 40-48 MINGGU Dananjaya I. B. P. O., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A.
Candrawati 489-500
PENGARUH LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BABI DI UPT
BIBD PROVINSI BALI Simarmata Y. N. S., N. L. G. Sumardani, N. M.
ArtiningsihRasna 501-508
KOMPARASI PEJANTAN MELALUI KUALITAS SEMEN BEKU YANG
DIHASILKAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS BALAI INSEMINASI BUATAN
DAERAH BATURITI Ashari ., I N. Ardika, N. P. Sarini 509-518
KUALITAS TELUR AYAM RAS YANG DISIMPAN PADA KOTAK KAYU,
KOTAK KAWAT DAN EGG TRAY KARTON SELAMA 7 HARI Fransiska N. R.,
M. Wirapartha, G. A. M. K. Dewi 519-528
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
309
EXTERNAL OFFAL ITIK BALI BETINA UMUR 26 MINGGU YANG
DIBERI RANSUM DENGAN SUPLEMENTASI TEPUNG
DAUN PEPAYA FERMENTASI
PRASETIA, D. M. R., N. W. SITI, DAN N. M. S. SUKMAWATI
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman, Denpasar, Bali
E-mail : [email protected] Telp. 081936295717
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun pepaya
fermentasi dalam ransum terhadap berat external offal itik bali betina umur 26 minggu telah
dilaksanakan di kandang milik Bapak I Ketut Sunatra yang berlokasi di Jalan Bingin Nambe,
Kediri, Tabanan. Penelitian dilaksanakan selama 14 minggu pada bulan September sampai
desember 2017 mulai dari persiapan dan pemotongan. Itik yang digunakan adalah itik bali betina
sebanyak 18 ekor dengan rata-rata berat awal berkisar 1286,63 ± 92,88 gram. Desain penelitian
yang digunakan adalah Rancangan Acak Legkap (RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dan 3
ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah P0 (Ransum tanpa suplementasi daun pepaya
fermentasi), P1 (Ransum yang disuplementasi 8% daun pepaya fermentasi) dan P2 (Ransum yang
disuplementasi 16% daun pepaya fermentasi). Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu
berat kepala, kaki, leher, darah dan bulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ransum
dengan suplementasi tepung daun pepaya fermentasi tidak memberikan pengaruh yang nyata
(P>0,05) terhadap berat organ luar (kepala, kaki, leher, darah dan bulu) itik bali betina umur 26
minggu. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi tepung daun
pepaya fermentasi sebanyak 8% dan 16% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap external
offal itik bali betina umur 26 minggu dan dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif karena
menyebabkan harga ransum yang lebih murah.
Kata kunci: External offal, itik bali, daun pepaya fermentasi
EXTERNAL OFFAL BALI DUCK 26 WEEKS AGES FED RATION WITH
FERMENTED PAPAYA LEAF MEAL SUPPLEMENTATION
ABSTRACT
This study aims to determine the external offal of bali duck 26 weeks were given feed
with fermented papaya leaf meal supplementation has been implemented in the enclosure
belonging to Mr. I Ketut Sunatra located at Jalan Bingin Nambe, Kediri, Tabanan. The study was
conducted for 14 weeks from September to December 2017 start of preparation until finished.
Ducks used are a total of 18 bali ducks with an average initial weight ranges 1286,63 ± 92,88
Submitted Date: Juny 28, 2018 Accepted Date: July 2, 2018
Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 310
gram. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) which consist
of 3 treatments and 3 replications. The treatments were P0 (ration without supplementation of
papaya leaf meal fermented), P1 (ration with supplementation of 8% papaya leaf meal fermented),
and P2 (ration with supplementation of 16% papaya leaf meal fermented). The variables observed
were weight of the head, legs, neck, blood and feathers. The results showed that the ration with
fermented papaya leaf meal supplementation did not give a significant effect (P> 0.05) to the
weight of the external offal (head, legs, neck, blood and feathers) bali ducks age 26 weeks. Based
on these results it can be concluded that supplementation of 8% and 16% flour fermented papaya
leaves in ration does not affect the external offal of the bali duck 26 weeks and the ration can be
used as an alternative feed ingredient because a cheaper price ration.
Keywords: external offal, duck bali, fermented papaya leaf
PENDAHULUAN
Pada saat ini daging itik mulai digemari oleh masyarakat lokal maupun mancanegara,
terbukti dengan berkembangnya rumah makan dan restoran bahkan pedagang kaki lima yang
menyediakan menu olahan daging itik seperti betutu dan bebek goreng. Direktorat Jenderal
Peternakan Republik Indonesia (2016) melaporkan bahwa produksi daging itik di Bali meningkat
setiap tahunnya rata-rata 16,24% dari tahun 2012 sampai 2016. Hal ini menunjukan bahwa itik
bali mempunyai peluang besar untuk dikembangkan sebagai penyedia protein hewani. Namun
yang menjadi masalah dalam beternak itik adalah tingginya biaya pakan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan
limbah pertanian. Salah satu jenis limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan pakan
alternatif adalah daun pepaya, karena memiliki nilai nutrisi yang cukup tinggi dan mengandung
enzim papain yang dapat membantu pemecahan protein pakan. Daun pepaya juga memiliki
kekurangan yaitu menimbulkan rasa pahit pada daging karena adanya senyawa carpain. Oleh
karena itu perlu dilakukan fermentasi. Fermentasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pakan
dan berfungsi sebagai probiotik.
Daun pepaya memiliki kandungan nutrsi yang cukup tinggi yaitu protein kasar 27,40%;
serat kasar 9,8%; lemak kasar 10,0%; abu 9,98%; air 8,6%, dan BETN 35,22% dan juga
mengandung papain yang merupakan salah satu enzim proteolitik, yaitu sejenis enzim yang
membantu dalam proses pemecahan protein. Pemanfaatan limbah pertanian seperti daun pepaya
memiliki keterbatasan karena berpotensi menurunkan produktivitas ternak mengingat limbah ini
mudah mengalami pembusukan. Untuk mengatasi permasalah tersebut, maka salah satu usaha
yang bisa ditempuh adalah dengan memanfaatkan teknologi fermentasi menggunakan mikroba
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 311
efektif seperti bakteri fotosintetik, jamur Actinomycetes, ragi atau yeast dan Laktibacillus sp.
Fermentasi bertujuan untuk meningkatkan pakan dari limbah pertanian yang berkualitas rendah
menjadi pakan yang berkualitas tinggi. Pemberian pakan daun pepaya dalam bentuk fermentasi
dapat memberikan beberapa keuntungan diantaranya ransum menjadi lebih awet dan memiliki
kandungan bakteri asam laktat yang berperan sebagai probiotik.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun pepaya
fermentasi dalam ransum terhadap berat external offal itik bali betina umur 26 minggu yang telah
dilaksanakan di kandang milik Bapak I Ketut Sunatra yang berlokasi di Jalan Bingin Nambe,
Kediri, Tabanan. Penelitian dilaksanakan selama 14 minggu pada bulan September sampai
desember, mulai dari persiapan dan pemotongan. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kandang sistem “Battery Colony” yang terbuat dari bambu sebanyak 9 unit dengan ukuran
kandang setiap unitnya: p x l x t adalah 80 cm x 65 cm x 50 cm. Kandang “Battery Colony” di
tempatkan pada sebuah bangunan dengan ukuran bangunan kandang 7,96 m x 4,98 m. Bagian
atap kandang terbuat dari asbes dan lantai terbuat dari beton.
Itik yang digunakan adalah itik bali betina sebanyak 18 ekor dengan rata-rata berat awal
berkisar 1286,63 ± 92,88 gram. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dan 3 ulangan yang nantinya pada saat itik berumur 26
minggu, semua itik dalam tiap unit percobaan ditimbang kemudian dicari berat rata-ratanya. Dari
2 ekor itik dalam satu unit percobaan, diambil salah satu yang beratnya mendekati berat rata-rata
untuk digunakan sebagai sampel dan diuji sesuai dengan variabel yang diamati. Jumlah itik yang
dipotong adalah sebanyak 9 ekor.
Ransum yang diberikan pada penelitian ini merupakan campuran bahan-bahan yang
terdiri atas CP 511B (sebagai sumber protein), ampok jagung dan pollard (sebagai sumber energi
atau karbohidrat) pada perlakuan P0, dan ditambah daun pepaya fermentasi dengan level berbeda
sesuai perlakuan yang diberikan (pada perlakuan P1 dan P2). Ketiga perlakuan tersebut adalah P0
(Ransum tanpa suplementasi daun pepaya fermentasi), P1 (Ransum yang disuplementasi 8% daun
pepaya fermentasi) dan P2 (Ransum yang disuplementasi 16% daun pepaya fermentasi), dengan
komposisi seperti Tabel 1 dan kandungan nutrien pada Tabel 2.
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 312
Tabel 1 Komposisi bahan penyusun ransum
Bahan Pakan Ransum Perlakuan
P0 P1 P2
CP 511B (%) 50 49 46
Dedak Jagung (%) 33 28 24
Pollard (%) 17 15 14
Daun Pepaya Fermentasi (%) 0 8 16
Total 100 100 100 Keterangan:
P0 = Ransum tanpa suplementasi daun pepaya fermentasi
P1 = Ransum yang disuplementasi 8 % daun pepaya fermentasi
P2 = Ransum yang disuplementasi 16 % daun pepaya fermentasi
Tabel 2 Kandungan nutrien dalam ransum
Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan
1)
Standar 2)
P0 P1 P2
Energi Metabolik (Kkal/kg) 2700 2707 2711 2700
Protein Kasar (%) 18,05 18,55 18,81 18
Lemak Kasar (%) 5,11 5,60 6,10 7
Serat Kasar (%) 5,17 5,70 6,27 7
Ca (%) 0,30 0,40 0,51 0,6-1,0
P (%) 0,10 0,10 0,11 0,40
Keterangan:
1) P0 = Ransum tanpa suplementasi daun pepaya fermentasi
P1 = Ransum yang disuplementasi 8 % daun pepaya fermentasi
P2 = Ransum yang disuplementasi 16 % daun pepaya fermentasi
2) Sumber: Sinurat (2000)
Perhitungan berdasarkan Scot et al. (1982)
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu berat kepala yang ditentukan dengan
menimbang kepala itik yang telah dipisahkan dengan leher itik, dengan memotong atlanto
occipitalis (pertautan antara tulang atlas (os vertebrae 1) dengan tulang tengkorak bagian
belakang) dan memotong tulang leher terakhir (os vertebrae cervicalis) dengan tulang punggung
pertama (os vertebrae thoracalis), berat kaki yang ditentukan dengan menimbang kaki itik yang
dipotong pada pertautan os tarsal dengan os tibia, berat leher yang ditentukan dengan
pemotongan pada bagian tulang leher terakhir (os vertebrae cervicalis) dengan tulang punggung
pertama (os vertebrae thoracalis), berat darah yang ditentukan dengan menimbang darah itik
yang sudah ditampung dari penyembelihan, dan berat bulu yang ditentukan dengan cara
mengurangi berat potong dengan berat darah ditambah berat tanpa bulu.
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 313
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam menggunakan program Micosoft
Excel. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata (P<0,05) di antara perlakuan, analisis
dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Hasil analisis sidik ragam secara keseluruhan menunjukkan bahwa
suplementasi tepung daun pepaya fermentasi dalam ransum sebanyak 8% dan 16% belum
memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap berat organ luar itik bali betina umur 26
minggu. Tetapi dari data yang diperoleh, ada beberapa variabel yang nilainya cenderung
meningkat sejalan dengan meningkatnya level tepung daun pepaya fermentasi yang diberikan,
yaitu pada berat kaki, darah, dan bulu. Berat kepala menunjukkan hasil yang sama, sementara
berat leher nilainya cenderung menurun (Tabel 3).
Tabel 3 Pengaruh suplementasi tepung daun pepaya fermentasi dalam ransum terhadap organ
luar itik bali betina umur 12-26 minggu
Variabel yang diamati Perlakuan 1)
SEM 2)
P0 P1 P2
Berat Kepala (g) 72,00a 3)
72,00a 72,00
a 3,57
Berat Kaki (g) 31,33a 35,00
a 36,00
a 2,14
Berat Leher (g) 102,67a 99,67
a 82,00
a 9,58
Berat Darah (g) 68,67a 70,00
a 71,67
a 1,75
Berat Bulu (g) 66,33a
68,33a 75,67
a 7,55
Keterangan:
1) P0 = Ransum tanpa suplementasi daun pepaya fermentasi
P1 = Ransum yang disuplementasi 8 % daun pepaya fermentasi
P2 = Ransum yang disuplementasi 16 % daun pepaya fermentasi
2) SEM (Standard Error of the Treatment Means)
Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05)
Rataan berat kepala itik bali betina pada perlakuan P0 (ransum tanpa suplementasi tepung
daun pepaya fermentasi), P1 (ransum yang disuplementasi 8% tepung daun pepaya fermentasi)
dan P2 (ransum yang disuplementasi 16% tepung daun pepaya fermentasi) nilainya sama yaitu
sebesar 72,00 g (Tabel 3), secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Data pada penelitian ini
menunjukkan bahwa konsumsi ransum relatif sama. Meskipun kandungan nutrisi dalam ransum
masing-masing perlakuan berbeda, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa berat kepala
adalah sama. Berdasarkan teori yang ada, pakan tidak berpengaruh terhadap kecepatan
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 314
pertumbuhan tulang kepala. Pernyataan ini diperkuat oleh Irham (2012) yang melaporkan bahwa
kecepatan pertumbuhan tulang terlepas dari pengaruh pakan, tetapi dipengaruhi oleh umur ternak.
Rata-rata berat kaki itik bali betina yang mendapat perlakuan P0 adalah 31,33 g (Tabel 3),
sedangkan pada pada perlakuan P1 dan P2 masing-masing 11,70% dan 14,89% tidak nyata
(P>0,05) lebih tinggi dari perlakuan P0. Perlakuan P2 2,86% lebih tinggi dari perlakuan P1, tetapi
secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Kaki merupakan organ luar yang berfungsi untuk
menopang tubuh dan bergerak. Seperti halnya kepala, kaki juga tersusun oleh banyak jaringan
tulang. Suplementasi tepung daun pepaya fermentasi dalam ransum sebanyak 8% (P1) dan 16%
(P2) ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap berat kaki itik, tetapi
nilainya cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya tepung daun pepaya yang diberikan
dibandingkan dengan kontrol. Berat kaki tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (36,00 g), diikuti
oleh P1 (35,00 g) dan P0 (31,33 g). Terjadinya peningkatan berat kaki sebesar 11,70% pada
perlakuan P1 dan 14,89% pada perlakuan P2 disebabkan karena kandungan Ca dan P pada ransum
yang diberikan tepung daun pepaya fermentasi lebih tinggi dibandingkan kontrol. Ketaren (2010)
melaporkan bahwa mineral Ca dan P merupakan mineral makro yang dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak oleh tubuh untuk proses pembentukan tulang.
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukan bahwa berat leher itik bali betina yang
mendapat perlakuan P0 adalah sebesar 102,67g. Suplementasi 8% dan 16% tepung daun pepaya
fermentasi nilainya lebih rendah masing-masing sebesar 2,92% dan 20,13%, Perlakuan P2 lebih
rendah 17,73% dibandingkan dengan perlakuan P1, tetapi secara statistik berbeda tidak nyata (P >
0,05). Dilihat dari angka yang diperoleh menunjukkan bahwa berat leher cenderung menurun
dengan adanya suplementasi tepung daun pepaya. Hal itu disebabkan karena konsumsi ransum
itik dari ketiga perlakuan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa berat leher pada penelitian ini dipengaruhi oleh kandungan nutrien
utamanya kandungan serat kasar yang terkandung di dalam ransum yang diberikan. Semakin
banyak tepung daun perpaya fermentasi yang diberikan pada ternak, maka berat leher akan
semakin menurun. Hal tersebut karena serat kasar yang terkandung dalam ransum dapat
menurunkan kadar lemak termasuk kulit. Leher itik sebagian besar tersusun dari tulang dan kulit,
sedangkan daging hanya sedikit. Citrawidi et al. (2012) menyatakan bahwa daun pepaya
mengandung enzim lipase serta lisin dan arginin yang mampu menurunkan lemak daging. Hal ini
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 315
didukung oleh Siti (2013) bahwa pemberian tepung daun pepaya pada level 2, 4 dan 6% secara
tidak nyata menurunkan bobot dan persentase lemak subkutan termasuk kulit pada itik jantan.
Rataan berat darah pada itik yang mendapat perlakuan P0 adalah 68,67 g (Tabel 3). Berat
darah pada perlakuan P1 dan P2 tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi masing-masing sebesar 1,94%
dan 4,37% dibandingkan dengan perlakuan P0. Perlakuan P2 2,38% lebih tinggi dari perlakuan P1,
tetapi secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Peningkatan berat darah pada perlakuan P1
dan P2 disebabkan oleh terserapnya zat-zat makanan dalam ransum dengan baik akibat adanya
enzim papain yang mampu menghidrolisis protein ransum menjadi asam amino sebagai salah
satu prekursor pembentuk protein (hemoglobin) pada darah. Sosrodihardjo (1982), menyatakan
bahwa enzim papain memiliki fungsi yang sama dengan enzim proteolitik, yaitu melonggarkan
ikatan-ikatan peptida pada protein sehingga meningkatkan kecernaan protein. Pendapat yang
sama diungkapkan oleh Grollman (1986) bahwa papain bekerja seperti pepsinogen dan
tripsinogen dalam lambung hewan, sehingga zat-zat makanan lebih mudah dicerna, terutama
sangat bermanfaat bagi ternak berlambung tunggal (monogastrik).
Berat bulu itik bali betina pada perlakuan P0 adalah 66,33 g (Tabel 3), sedangkan yang
mendapat perlakuan P1 dan P2 berbeda tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi masing-masing sebesar
3,02% dan 14,07% dibandingkan dengan perlakuan P0. Perlakuan P2 10,73% lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan P1 tetapi secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini
disebabkan oleh kandungan protein ransum yang semakin meningkat, akibat penambahan daun
pepaya fermentasi. Selain kandungan protein yang cukup tinggi, daun pepaya juga mengandung
senyawa alkaloida, beta karoten, dan beberapa enzim seperti proteolitik, papain, khimopapain
dan lisozim (Widyastuti, 2009). Sukmawati et al. (2015) menambahkan bahwa enzim papain
yang terkandung pada daun pepaya membantu pencernaan protein dalam ransum. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pemberian daun pepaya fermentasi
dalam ransum itik merupakan salah satu faktor yang dapat memacu pertumbuhan bulu sehingga
berat bulu semakin meningkat. Kondisi tersebut menunjukan bahwa pemberian suplementasi
tepung daun pepaya fermentasi dapat dijadikan sebagai pakan alternatif untuk ternak itik bali
betina umur 12 sampai 26 minggu dengan harga ransum yang relatif lebih murah.
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 316
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa suplementasi tepung daun pepaya
fermentasi sebanyak 8% dan 16% dalam ransum tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap berat
external offal itik bali betina umur 26 minggu, tetapi dapat dijadikan sebagai pakan alternatif
karena memanfaatkan limbah sebagai bahan pakan dan harga ransum yang lebih murah. Serta,
disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada variabel lainnya seperti kualitas kimia
daging dan kolesterol untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir Ni Wayan Siti, M,Si dan Ibu Ni
Made Suci Sukmawati S,Pt, M,Si yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penulisan
karya ilmiah ini dari awal sampai akhir penulisan ini. Penulis juga menucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Udayana serta Bapak dan Ibu dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang
telah ikut membantu memberikan masukan dan saran dalam penulisan karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Citrawidi, T. A., W. Murningsih, dan V. D. Y. B. Ismadi. 2012. Pengaruh pemeraman ransum
dengan sari daun pepaya terhadap kolesterol darah dan lemak total ayam broiler. Anim.
Agric. J. (1): 529-540.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Produksi Daging Itik Menurut
Provinsi. Departemen Pertanian. Jakarta.
Grollman, A. 1986. Pharmacology. 5-th.Ed. Lea and Febiger, Philadelpia.
Irham, M. 2012. Pengaruh Pengunaan Enceng Gondok (Eichornia crassipes) Fermentasi dalam
Ransum terhadap Persentase Karkas, Nonkarkas dan Lemak Abdominal Itik Lokal Jantan
Umur Delapan Minggu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ketaren, P. P., L. H. Prasetyo, dan A. R. Setioko. 2004. Pengaruh Status Nutrisi terhadap
Pertumbuhan dan Reproduksi Itik dan Entok Pejantan. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian
APBN Tahun Anggaran 2004, Buku II: Ternak Non Ruminansia. Balai Penelitian Ternak
Ciawi. Bogor.
Siti, N. W. 2013. Pengaruh Suplementasi Tepung Daun Papaya (Carica papaya L.) dalam
Ransum Komersial terhadap Penampilan, Kualitas Karkas serta Profil Lipida Darah
Sinurat, A. P. 2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras dan Itik. Pelatihan Proyek Pengembangan
Agribisnis Peternakan. Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni 2000.
Prasetia et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 309 - 317 Page 317
Sukmawati, N. M. S., I P. Sampurna, M. Wirapartha, N. W. Siti, dan I N. Ardika. 2015.
Penampilan dan komposisi fisik karkas ayam kampung yang diberi jus daun papaya
terfermentasi dalam ransum komersial. Majalah Ilmiah Peternakan. 18 (2): 39-43.
Sosrodihardjo. 1982. Enzim Papain. Sub Balai Penelitian Tanaman. Pasar Minggu. Jakarta
Steel, R. G. D. dan Torrie, J. H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik (Terjemahan: Bambang Sumantri). PT. Gramedia. Jakarta.
Widiastuti, T. 2009. Pemanfaatan tepung daun papaya (Carica papaya L. Less) dalam upaya
peningkatan produksi dan kualkitas telur ayam sentul. J. Agroland. 16 (3): 268-273.