skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii...

111
COK BAKAL DALAM PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT WONOSALAM (Studi di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S. HI) Oleh: Choirul Anshoruddin. S NIM 03210088 JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG APRIL, 2008

Upload: duongthu

Post on 11-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

COK BAKAL DALAM PERKAWINAN ADAT

MASYARAKAT WONOSALAM

(Studi di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S. HI)

Oleh:

Choirul Anshoruddin. S NIM 03210088

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MALANG

APRIL, 2008

Page 2: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap terhadap pengembangan

keilmuan, penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

COK BAKAL DALAM PERKAWINAN ADAT

MASYARAKAT WONOSALAM

(Studi di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang)

Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada

kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka

skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi

hukum.

Malang, 19 April 2008

Penulis,

Choirul Anshoruddin. S NIM. 03210088

Page 3: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S, NIM 03210088,

mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah

membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi,

maka skripsi yang bersangkutan dengan judul:

COK BAKAL DALAM PERKAWINAN ADAT

MASYARAKAT WONOSALAM

(Studi di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang)

Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada

majelis dewan penguji.

Malang, 19 April 2008

Pembimbing,

Drs. Roibin, M. HI NIP 150 294 456

Page 4: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

iv

COK BAKAL DALAM PERKAWINAN ADAT

MASYARAKAT WONOSALAM

(Studi di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang)

SKRIPSI

Nama : Choirul Anshoruddin. S Nim : 03210088 Jurusan : Ahwal Al-Syahshiyyah Fakultas : Syari’ah

Tanggal, 19 April 2008

Yang mengajukan

Choirul Anshoruddin. S 03210088/S-1

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Drs. Roibin M.HI. NIP.150 294 456

Mengetahui,

Dekan

Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag. NIP. 150 216 425

Page 5: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

v

PENGESAHAN SKRIPSI

Dewan penguji saudara Choirul Anshoruddin. S, NIM 03210088, Mahasiswa

Fakultas Syari’ah angkatan tahun 2003, dengan judul :

COK BAKAL DALAM PERKAWINAN ADAT

MASYARAKAT WONOSALAM

(Studi di Desa Wonosalam Kec. Wonosalam Kab. Jombang)

telah dinyatakan LULUS dan berhak menyandang gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Dewan Penguji :

1

Dr. Umi Sumbulah, M.Ag. NIP. 150 289 266

( ) (Penguji Utama)

2

Drs. Murtadho, MHI NIP. 150 368 792

( ) (Ketua Penguji)

3

Drs. Roibin, M. HI NIP 150 294 456

( )

(Pembimbing)

Malang, 19 April 2008 Dekan

Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag

NIP. 150 216 425

Page 6: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

Orang-orang yang paling berjasa dalam hidupku

Yang telah memberikan arti bagi kehidupanku

1. Kepada orang tuaku Ayahanda H. Syaiful Hidayat dan Ibunda Hj. Dzur

Rohma Dengan kasih sayang, ketulusan dan doanya telah membekaliku untuk

mengarungi samudra kehidupan ini.

2. Adik Albin Badrus Surury, sebagai sumber semangat yang menjadikan hidupku

lebih berarti, semoga aku mampu membimbing kalian menjadi putra-putri

harapan dan kebanggaan keluarga.

3. Kepada guru-guruku yang telah memberikan ilmunya kepadaku.

4. Keluargaku semuanya yang turut serta memberikan do’a dan semangat selama

ini, menjadikan hidupku begitu indah dan bermakna.

5. Sahabat-sahabat sejatiku mustaqim, syaifuddin, arif om yusuf serta sahabat

kosku di joyosuko 60B terima kasih telah membuatku merasa percaya diri dan

tetap semangat .

6. Teman-teman di UKM Pagar Nusa yang membuatku merasa bangga menjadi

teman sehebat kalian, kalian lebih berarti daripada medali sekalipun.

Kupersembahkan

karya yang sederhana ini kepada kalian semua, doaku;

“Semoga Allah SWT. memberikan kekuatan dan kemampuan kepadaku

untuk bisa mewujudkan apa yang kalian titipkan selama ini

Dan semoga aku bisa membahagiakan kalian semua”

Amin Ya Robbal Alamin.

Page 7: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

vii

MOTTO

��� ا ا���� ا�����

ة ما مل خيالف النصمالعادة حمك

"Adat kebiasaan bisa dijadikan Hukum

selama tidak bertentangan dengan nash”.

(Nasrun Haroen)

Page 8: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrohim

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. dimana atas

limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang dilimpahkan serta dengan dibekali

kesehatan lahir dan batin, sehingga penulis dapat menyusun sebuah skripsi dengan

judul: Cok Bakal Dalam Pekawinan Adat Masyarakat Wonosalam (Studi di Desa

Wonosalam Kec. Wonosalam Kab. Jombang), yang masih jauh dari kesempurnaan

dan akan dijadikan persyaratan untuk memperoleh gelar S. HI (Sarjana Hukum

Islam).

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita

baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, shahabat dan para pengikutnya, yang

telah membawa petunjuk kebenaran bagi seluruh umat manusia yaitu Ad-Dinul Islam

dan yang kita harapkan safa’atnya di dunia dan di akhirat.

Dalam penulisan skripsi ini banyak yang telah membantu penulis

menyelesaikan dan menjadikan sebuah karya ilmiah, oleh karena itu sudah

sewajarnya jika penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Malang.

2. Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam

Negeri Malang (UIN).

3. Roibin M.HI, selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktunya

dengan sabar untuk memberikan bimbingan, kritikan, pengarahan dan motivasi

dalam penulisan skripsi ini.

4. Ayahanda dan ibunda tercinta, H. Syaiful Hidayat dan Hj. Dzur rohma yang telah

memberikan dorongan moral maupun spiritual dengan curahan kasih sayang dan

Page 9: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

ix

do’anya kepada peneliti dalam menuntut ilmu. Serta adik-adikku Albin Badrus

Surury, sebagai sumber semangatku.

5. Kepada guru-guruku yang telah memberikan ilmunya kepadaku, semoga Allah

membalas kebaikanmu semua.

6. Pejabat daerah penelitian setempat yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengadakan penelitian di lingkungannya.

7. Sahabat-sahabat sejatiku Syaifuddin, Mustaqim, Arif Prof, Match Stick, Ubed,

om Yusuf, Surur, Nanang, Zigzag 45, serta sahabat kosku Joyo Suko 60B

khususnya sahabat UKM Pagar Nusa yang tidak pernah bosan-bosan

membantuku dan TETAP SEMANGAT & TETAP KOMPAK.

8. Semua keluarga dan pihak yang telah turut serta dalam membantu terselesainya

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dan

banyak kekurangan di sana sini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik saran

yang membangun demi perbaikan karya tulis selanjutnya. Mudah-mudahan tulisan

ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga khususnya penulis pribadi.

Malang, 12 Februari 2008

Penulis

Page 10: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Pernyataan Keaslian Skripsi............................................................................. ii

Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................. iii

Halaman Persetujuan ....................................................................................... iv

Halaman Pengesahan ....................................................................................... v

Halaman Persembahan..................................................................................... vi

Motto................................................................................................................ vii

Kata Pengantar ................................................................................................. viii

Daftar Isi.......................................................................................................... x

Daftar Transliterasi........................................................................................... xiii

Daftar lampiran ................................................................................................ xv

Abstrak ............................................................................................................. xvi

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

D. Batasan Masalah.......................................................................... 6

E. Definisi Operasional.................................................................... 7

F. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

G. Kegunaan Penelitian.................................................................... 8

H. Sistematika Pembahasan ............................................................. 9

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11

A. Penelitian Terdahulu ................................................................ 11

B. Pengertian Tradisi, Tipe dan Maknanya Bagi Masyarakat. 13

1. Pengertian Tradisi ................................................................. 13

2. Pernikahan Adat Jawa........................................................... 15

3. Makna Tradisi Bagi Masyarakat ........................................... 26

Page 11: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

xi

C. Perkawinan Menurut Hukum Islam ....................................... 28

1. Pengertian Pernikahan Dalam Islam ..................................... 28

2. Rukun Dan Syarat Pernikahan .............................................. 29

3. Larangan Pernikahan Dalam Islam ....................................... 31

BAB III: METODE PENELITIAN .......................................................... 42

1. Paradigma Penelitian............................................................. 43

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................ 43

3. Sifat Penelitian ...................................................................... 45

4. Sumber Data......................................................................... 45

5. Metode Pengumpulan Data.................................................. 47

6. Metode Pengolahan Data ..................................................... 48

7. Metode Analisis Data........................................................... 49

BAB IV: PAPARAN DAN ANALISIS DATA ......................................... 50

A. Kondisi Objektif Masyarakat Wonosalam ............................. 50

1. Keadaan Geografis ................................................................ 50

2. keadaan penduduk................................................................. 52

3. Keadaan pendidikan...............................................................54

4. Keadaan keagamaan...............................................................55

5. Kondisi sosial kuktural masyarakat........................................56

B. Tradisi Cok Bakal Dalam Perkawinan Masyarakat

Islam Wonosalam Jombang.................................................. 57

1. Bagaimana Pandangan Masyarakat Wonosalam Terhadap

Tradisi Perkawinan Cok Bakal.............................................. 57

2. Dampak Diamalkannya Tradisi Cok Bakal Bagi Masyarakat

Wonosalam............................................................................ 63

Page 12: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

xii

C. Analisis Data.................................................................................68

1. Pandangan Masyarakat Wonosalam Terhadap Tradisi

Cok Bakal.................................................................................68

2. Dampak Diamalkannya Tradisi Cok Bakal Bagi Masyarakat

Wonosalam............................................................................ ..78

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... ..83

A. Kesimpulan................................................................................ ..83

B. Saran-saran................................................................................ ..84

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

xiii

TRANSLITERASI

Di dalam naskah ini banyak di jumpai nama dan istilah teknis yang berasal dari

bahasa Arab dengan huruf Latin. Pedoman yang digunakan untuk penulisan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

th ط Tidak dilambangkan ا

dh ظ b ب

(koma terbalik) ‘ ع t ت

gh غ ts ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م dz ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

y ي sy ش

,t (bila ditengah kalimat) ة sh صh (bila diakhir kalimat)

dl ض

Page 14: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

xiv

ا/ ء= Apabila terletak diawal mengikuti vokal, tapi apabila terletak ditengah

atau diakhir kata maka dilambangkan dengan tanda koma diatas (’ ),

berbalik dengan koma (‘ ) pengganti lambang “ع”.

2. Vokal, Panjang Dan Diftong

Vokal Panjang Diftong (misal)

a

i

u

= Fathah

= Kasrah

= Dlommah

â

î

û

= a panjang

= i panjang

= u panjang

ــ�

ــ�ــ

= aw

= ay

Page 15: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

xv

ABSTRAK

Choirul Anshoruddin. S 2008. Cok Bakal Dalam Perkawinan Adat Masyarakat Wonosalam (Studi di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang). Skripsi. Jurusan Ahwal Ash-Syakhsiyyah. Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Dosen Pembimbing: Drs. Roibin M.HI.

Kata Kunci: Tradisi, Cok Bakal, Perkawinan Adat Jawa.

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab perkawinan tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudara, bahkan keluarga mereka masing-masing. Cok Bakal di desa Wonosalam sudah menjadi tradisi yang wajib untuk diamalkan. Pembuatan sesajen dan sepen merupakan sebuah media untuk meminta restu kepada leluhur agar kedua mempelai dan masyarakat sekitar dijauhkan dari mara bahaya yang akan menimpa. Ini yang kemudian peneliti rasa menjadi penting untuk diketahui lebih jauh, hingga pantas kiranya untuk ditelusuri: 1) Bagaimana pandangan masyarakat Wonosalam terhadap tradisi Cok Bakal? 2) Apakah tradisi Cok Bakal memiliki dampak langsung bagi perkawinan adat masyarakat Wonosalam?

Penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial dengan jenis penelitian deskriftif kualitatif sebagai pendekatan, serta deskriptif analitik sebagai sifatnya. Sedangkan sumber data berupa data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian diolah melalui tiga tahapan yaitu editing, classifaying dan verifying. Selanjutnya data dianalisis dengan mengunakan teori interaksi simbolik dengan mengamati aktifitas manusia seperti komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna, sehingga dapat menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat yang tidak perlu dikuantifikasi.

Adapun hasil dari penelitian ini antara lain bahwa dalam memandang tradisi Cok Bakal masyarakat Wonosalam beranggapan bahwa ini merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan dan wajib untuk dilaksanakan. Sedangkan pihak yang tidak setuju dengan alasan karena tradisi tersebut sedikit menyimpang dari ajaran Islam. Sedangkan faktor-faktor penyebab tradisi ini tetap eksis yaitu: karena faktor kebersamaan dan kemaslahatan, adanya rasa patuh terhadap orang tua dan leluhur, terjadinya musibah yang berimplikasi bagi yang tidak melaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan kontribusi dilaksanakannya tradisi Cok Bakal bagi masyarakat Wonosalam semata-mata untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat dan untuk mempererat hubungan dalam bermasyarakat. Karena dengan dilaksanakannya tradisi Cok Bakal ini secara tidak langsung akan semakin mempererat tali silatur rahim antara penduduk yang satu dengan yang lain dan akan semakin membangun rasa gotong royong sesama pelaku tradisi atau kebudayaan.

Page 16: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

xvi

COK BAKAL DALAM PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT

WONOSALAM JOMBANG

(Studi Di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang)

1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Cok Bakal.

2. Apakah Cok Bakal merupakan adat murni masyarakat Desa Wonosalam.

3. Sejak kapan acara Cok Bakal mengakar dimasyarakat Desa Wonosalam.

4. Kapan pelaksanaan Cok Bakal digelar.

5. Dari manakah sumber nilai adat Cok Bakal.

6. Bagaimana prosesi seremoni adat Cok Bakal.

7. Apa saja sarana yang dibutuhkan untuk menggelar tradisi adat Cok Bakal.

8. Mengapa masyarakat masih mengamalkan adat lokal disamping mengamalkan

ajaran Islam sebagai agama yang diyakini kebenarannya.

9. Apa makna filosofis yang terkandung di dalam Cok Bakal sehingga

pengamalannya tetap dipertahankan.

10. Bagaimanakah pandangan atau pemaknaan masyarakat Wonosalam terhadap cok

bakal yang selalu diamalkan sebagai tradisi lokal.

11. Adakah sanksi moral, atau sanksi hukum serta sanksi sosial yang didapat

seseorang sebagai akibat tidak diamalkannya Cok Bakal sebagai budaya lokal.

12. Apakah Cok Bakal sejalan dengan Islam ataukah sebaliknya.

Page 17: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan akad yang paling sakral dan agung dalam sejarah

perjalanan hidup manusia yang dalam Islam disebut sebagai mîtsâqan ghalîdhan

yaitu akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.1 Adapun kata nikah/kawin menurut arti asli ialah hubungan

seksual tetapi menurut arti majzi (mathaporic) atau arti hukum ialah aqad

(perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara

seorang pria dengan seorang wanita.2

1Kompilasi Hukum Islam Bab II Tentang Dasar-dasar Perkawinan Pasal 2. 2Idris Ramulyo (1996). Tinjauan Beberapa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam. Jakarta; Ind-Hillco. Hal. 1

1

Page 18: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

2

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seseorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3 Perkawinan merupakan suatu

dambaan setiap manusia, sebagai umat Islam kita telah dianugrahi oleh Allah swt

pasangan dalam mengarungi kehidupan di muka bumi ini. Jika kita telah merasa

mampu, maka hendaklah kita cepat menikah sesuai dengan anjuran Rasulullah dan

melangsungkan proses ikatan formal antara calon suami dan istri. Karena dengan

pernikahan yang baru saja dilakukan oleh kedua pasangan ini bahtera rumah tangga

dapat tewujud. Dan sejak itulah tanggung jawab orang tua telah tuntas yaitu yang di

mulai dari melahirkan, merawat, membesarkan, menyekolahkan serta menikahkan.

Sejak itulah tanggung jawab seorang suami terhadap istrinya dimulai.

Adapun hadis dari Abi Hurairah, dari Nabi saw. bersabda:4

�ات ا�� �� ��� ��اك���� ا���أ ة � ر� ���� �� !� و�&%$!� و�#���!� و����!� � �

Artinya: "Orang berkawin kepada perempuan, karena empat perkara: karena hartanya, dan karena kecantikannya dan karena agamanya. Oleh karena itu, dapatilah perempuan yang mempunyai agama, (karena jika tidak) binasalah dua tanganmu".

Perkawinan adalah sunnatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan

oleh manusia, hewan, bahkan oleh tumbuh-tumbuhan. Allah SWT berfirman:

z≈≈≈≈ yy yyssss öö öö6666 ßß ßß™™™™ ““““ ÏÏ ÏÏ%%%% ©© ©©!!!! $$ $$#### tt tt,,,, nn nn==== yy yy{{{{ yy yyllll≡≡≡≡ uu uuρρρρ øø øø———— FF FF{{{{ $$ $$#### $$$$ yy yyγγγγ ‾‾ ‾‾==== àà àà2222 $$$$ ££ ££ϑϑϑϑ ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ àà ààMMMM ÎÎ ÎÎ7777 // //ΨΨΨΨ èè èè???? ÞÞ ÞÞÚÚÚÚ öö öö‘‘‘‘ FF FF{{{{ $$ $$#### ôô ôô ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ uu uuρρρρ óó óóΟΟΟΟ ÎÎ ÎÎγγγγ ÅÅ ÅÅ¡¡¡¡ àà àà����ΡΡΡΡ rr rr&&&& $$$$ ££ ££ϑϑϑϑ ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ uu uuρρρρ ŸŸ ŸŸωωωω tt ttββββθθθθ ßß ßßϑϑϑϑ nn nn==== ôô ôôèèèè tt ttƒƒƒƒ ∩∩∩∩⊂⊂⊂⊂∉∉∉∉∪∪∪∪

3Undang-undang perkawinan di Indonesia. Surabaya; Arkola. Hal. 5 4A, Ahmad (1978), Bulughul Maram. Bandung: CV. Diponogoro. Hal. 483

Page 19: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

3

Artinya: "Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui".

ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ uu uuρρρρ ÈÈ ÈÈ ee ee≅≅≅≅ àà àà2222 >> >> óó óó xx xx«««« $$$$ oo ooΨΨΨΨ øø øø)))) nn nn==== yy yyzzzz ÈÈ ÈÈ ÷÷ ÷÷ yy yy` ÷÷ ÷÷ρρρρ yy yy———— ÷÷ ÷÷//// ää ää3333 ªª ªª==== yy yyèèèè ss ss9999 tt ttββββρρρρ ãã ãã���� ©© ©©.... xx xx‹‹‹‹ ss ss???? ∩⊆∪

Artinya: "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah".

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria

bakal mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya,

bahkan keluarga-keluarga mereka masing-masing.

Sementara itu, dalam hukum adat perkawinan bukan hanya merupakan

peristiwa penting bagi mereka yang masih hidup saja, tetapi perkawinan juga

merupakan peristiwa yang sangat berarti serta yang sepenuhnya mendapat perhatian

dan diikuti oleh arwah-arwah para leluhur kedua belah pihak. Dan dari arwah-arwah

para leluhur kedua belah pihak beserta seluruh keluarga mengharapkan juga restunya

bagi mempelai berdua, hingga mereka ini setelah nikah selanjutnya dapat hidup

rukun bahagia sebagai suami istri sampai "kaken-kaken ninen-ninen" (istilah jawa

yang artinya sampai sang suami menjadi kaki-kaki dan isteri menjadi nini-nini yang

bercucu-cicit). Oleh karena perkawinan mempunyai arti yang demikian pentingnya,

maka pelaksanaannya senantiasa dimulai dan seterusnya disertai dengan berbagai

macam upacara lengkap dengan "sesajen-sesajennya". Ini semua barangkali dapat

dinamakan takhayul, tetapi ternyata sampai sekarang hal-hal itu sangat meresap pada

Page 20: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

4

kepercayaan sebagian besar rakyat Indonesia dan oleh karenanya juga masih tetap

dilakukan dimana-mana. 5

Seperti yang ada di Jombang tepatnya di Desa Wonosalam Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Jombang, terdapat prosesi seremoni yang sangat menarik

yang salalu diselenggarakan sebelum akad nikah oleh mayoritas masyarakat Desa

Wonosalam. Seremoni tersebut di kenal dengan Cok Bakal.6

Cok Bakal secara sederhana dapat diartikan sebagai Tradisi melakukan ritual-

ritual tertentu sebelum dilaksanaknnya perkawinan, seperti melakukan sesajen serta

do’a kepada arwah leluhur. Secara analitis kata Cok Bakal di ambil dari kata Cikal

Bakal karena dalam seremoni tersebut ada dua hal yaitu:

a) Mengadakan acara tasyakuran dan ruwatan kepada calon

pengantin/mempelai,

b) Mengirim doa kepada arwah para leluhur yang telah menggunakan Cok Bakal

sebagai tradisi sebelum melakukan perkawinan.7

Adapun tradisi yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat di desa

Wonosalam sangatlah kental, sehingga sudah selayaknya kita sebagai makhluk sosial

untuk menghormati dan menghargai adanya kepercayaan semacam itu. Karena kita

sebagai manusia memang tidak dapat hidup sendiri. Sedangkan adat kebiasaan yang

dilakukan oleh masyarakat Wonosalam sebelum acara perkawinan dilangsungkan,

tuan rumah yang akan menyelenggarakan hajat perkawinan akan datang kepada para

tetangga-tetangga yang berada disekitarnya untuk dapat membantunya dalam

mempersiapkan segala sesuatunya dalam hajat perkawinan anaknya tersebut, yang

5Soerojo Wignjodipoero (1995) Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Hal. 122. 6Herlambang, Wawancara (Carang Wulung Wonosalam Jombang, 10 Oktober 2006) 7Pardi, Wawancara (Tukum Wonosalam Jombang, 10 Oktober 2006)

Page 21: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

5

berupa bantuan tenaga seperti yang dikenal pada masyarakat Jawa yaitu ”rewang”.

Sebelum perkawinan di desa Wonoalam dilaksanakan, mereka melakukan tradisi

Cok Bakal yaitu yang mempunyai arti: " Tradisi melakukan ritual-ritual tertentu

sebelum dilaksanaknnya pernikahan, seperti melakukan sesajen serta do’a kepada

arwah leluhur. Asal-muasalnya dinamakan Cok Bakal adalah tradisi yang dipakai

dan digunakan para leluhur untuk keselamatan orang yang akan melaksanakan

perkawinan dan warga setempat, sehingga bila ada salah satu diantara mereka yang

mempunyai hajat perkawinan mereka harus melakukan ritual Cok Bakal (sesajen)

tersebut. 8

Penelitian ini menjadi penting bagi peneliti khususnya dan bagi orang yang

masih memperhatikan hukum Islam sehingga perlu dilakukan karena menyangkut

eksistensi hukum perkawinan Islam khususnya di desa Tukum Wonosalam Jombang.

Penelitian ini berorientasi kepada mencari klarifikasi dalam melihat fenomena Cok

Bakal yang terjadi sebelum acara perkawinan. Apakah perkawinan tersebut memang

tidak dipermasalahkan di sana, ataukah ada faktor-faktor lain yang melatarbelakangi

mengapa tradisi tersebut masih ada hingga saat ini, ataukah ada makna lain di balik

tradisi Cok Bakal itu masih dilakukan hingga saat ini.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ialah mengemukakan beberapa masalah yang mungkin

timbul dari tema penelitian.9

8Mulyono, Wawancara (Tukum Wonosalam Jombang, 14 Oktober 2006) 9Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah : Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 2001), 35.

Page 22: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

6

Memahami latar belakang masalah di atas, maka akan muncul beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses dilakukannya tradisi Cok Bakal dalam perkawinan di desa

Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang?

2. Bagaimana pendapat tokoh masyarakat dan warga Desa Wonosalam

Kecamatan. Wonosalam Kabupaten. Jombang?

3. Bagaimana tinjauan Hukum Islam tentang tradisi Cok Bakal di desa

Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupten Jombang?

4. Bagaimana dampak atau manfaat tradisi Cok Bakal bagi perkawinan Adat

masyarakat Wonosalam

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pandangan Masyarakat Wonosalam Terhadap Tradisi Cok Bakal?

2. Apakah Tradisi Cok Bakal Memiliki Dampak Bagi Perkawinan Adat

Masyarakat Wonosalam?

D. Batasan masalah

Membatasi masalah ialah suatu kegiatan melihat bagian demi bagian dari

masalah-masalah yang ada dan mempersempit lingkupnya sehingga dapat dipahami

secara benar.10

10Husin Sayuti, Pengantar Metodologi Riset (Jakarta: Fajar Agung, 1989), 28.

Page 23: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

7

Nana Sudjana memberikan definisi batasan masalah yaitu, menetapkan satu

atau dua masalah dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi serta ruang

lingkupnya.11

Pembatasan dalam masalah penelitian ini adalah melihat beberapa masalah

yang ada dalam identifikasi masalah kemudian memilih beberapa masalah yang akan

dijadikan rumusan masalah.

Masalah-masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini adalah seputar

pendapat masyarakat tentang tradisi Cok Bakal dan hal-hal yang melatarbelakangi

sehingga tradisi Cok Bakal itu dilakukan.

Untuk kepentingan pembatasan masalah, maka penulis merasa perlu untuk

mencantumkan definisi konseptual dari judul penelitian ini, sebagai berikut:

Cok Bakal adalah tradisi melakukan ritual-ritual tertentu sebelum dilaksanakannya

pernikahan.

E. Definisi Operasional

1. Tradisi adalah kebiasaan turun-temurun.12

2. Cok Bakal adalah suatu adat atau kebiasaan yang diyakini masyarakat

Wonosalam, bahwasanya jika tidak dilakukan ritual-ritual tertentu sebelum

dilaksanaknnya pernikahan, seperti melakukan sesajen serta do’a kepada

arwah leluhur, maka hal ini tidak dibolehkan karena diyakini adanya petaka

yang akan menimpa anggota keluarganya.

11Nana Sudjana, Op. Cit., 35. 12 M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994 ),756

Page 24: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

8

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ialah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu

hal yang hendak diperoleh setelah penelitian selesai dilakukan.13

Hal-hal yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah ingin menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah tersebut yang telah

dipaparkan diatas. Dengan demikian, maka tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pendapat tokoh masyarakat tentang tradisi Cok Bakal di

desa Wonosalam Wonosalam Jombang

2. Untuk mengetahui Dampak digunakannya tradisi Cok Bakal bagi

masyarakat Wonosalam

G. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dalam menyikapi realita yang ada di masyarakat.

b. Dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya demi pengembangan

khazanah keilmuan yang berkaitan dengan hukum Islam sebagai

fenomena dan realita sosial.

13Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2002). Hal. 51.

Page 25: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

9

2. Secara praktis

a. Untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat Islam di wilayah

Kabupaten Jombang khususnya masyarakat Wonosalam tentang tradisi

Cok Bakal sesuai hukum Islam.

b. Sebagai bahan atau referensi dalam menyikapi hal-hal di masyarakat

terhadap tradisi Cok Bakal yang sesuai dengan hukum Islam.

H. Sistematika Pembahasan

Sebelum penulis mengeksplorasi lebih jauh lagi, penulis akan menguraikan

sistematika pembahasan dalam penelitian ini, dengan harapan akan mempermudah

dalam memahami alur dan isi yang termaktub di dalamnya. Adapun perinciannya

adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari: Pendahuluan, dalam bab satu ini dibahas

tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang berisi: bahasan mengenai pertama penelitian

terdahulu, pengertian tradisi, tipe dan maknanya bagi masyarakat,

mengemukakan gambaran umum tentang perkawinan dalam hukum Islam

yang memuat: pengertian perkawinan, dasar hukum perkawinan, asas

perkawinan, tujuan perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, dan larangan

perkawinan. Dan yang kedua mengemukakan gambaran umum tentang

perkawinan menurut hukum adat istiadat (‘urf) dalam hukum islam yang

Page 26: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

10

memuat: definisi adat istiadat (‘urf) , macam-macam adat istiadat (‘urf),

kehujjahan adat istiadat (‘urf) dan peranannya dalam hukum Islam.

Bab III Metode Penelitian, yang terdiri dari: jenis dan pendekatan penelitian,

sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik

analisis data.Pradigma, Pendekatan, dan Jenis Metode Penelitian, jenis dan

Sumber Data, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.

Pada umumnya dalam penelitian lapangan (sosiologis), Metode Penelitian

akan diletakkan pada bab III setelah Tinjauan Pustaka.

Bab IV Paparan dan Analisis Data, berisi tentang: kondisi objektif lokasi penelitian,

pendapat tokoh masyarakat setempat tentang tradisi Cok Bakal, dan faktor-

faktor yang melatarbelakangi ditaatinya tradisi perkawinan “Cok Bakal” di

masyarakat Wonosalam dan tinjauan ‘Urf terhadap tradisi perkawinan “Cok

Bakal ” di masyarakat Wonosalam.

Bab V Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Dalam sekmen ini peneliti akan membahas tentang hal-hal yang

berhubungan dengan hasil penelitian sesuai dengan apa yang ada pada

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Kemudian akan

dipaparkan tentang saran-saran untuk tokoh dan warga masyarakat di desa,

serta memuat beberapa usulan bagi kaum intelektul dan para peneliti yang

lain di Desa Wonosalam Kec Wonosalam Kab Jombang.

Page 27: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang tradisi dalam ruang lingkup perkawinan, dapat dikatakan

telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adalah sangat penting untuk

meletakkan satu perbedaan dengan peneliti terdahulu untuk menjamin orisinilitas

hasil karya penulis ini. Adapun sebagian peneliti tersebut adalah:

Muhammad Subhan pada tahun 2004 dengan judul “Tradisi Perkawinan

Masyarakat Jawa Di Tinjau dari Hukum Islam (Kasus di Kelurahan Kauman Kec.

Mojosari Kab. Mojokerto)” adat yang diteliti adalah Petungan/ petung bulan untuk

mantu yaitu pemilihan bulan untuk menentukan bulan tertentu untuk melangsungkan

pernikahan. Adapun hasil penelitian ini adalah: Bagi sebagian masyarakat Jawa yang

mempunyai hajat perkawinan tidak hanya melakukan perkawinan begitu saja, tetapi

11

Page 28: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

12

ada proses yang sangat menarik yaitu proses pemilihan bulan yang diharapkan akan

membawa keberuntungan dan keselamatan dari mara-bahaya, juga hidup kekal dan

bahagia bersama pasangannya. Karena sebagian masyarakat percaya bahwa semua

yang diawali dengan kebaikan, maka yang akan didapatkan pun baik. Pemilihan

bulan yang disandarkan pada “petungan” sebenarnya tidak bertentangan dengan

syari’at Islam karena sebagian sudah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Penelitian yang dilakukan oleh Choirul dengan judul "Hukum Perkawinan Adat Di

Tinjau Dari Sudut Hukum Islam (Studi Kasus Di Daerah Samin Desa Jipang

Kecamatan Cepu Kabupaten Blora)”. Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti

tentang hukum perkawinan adat khususnya pada masyarakat Samin Desa Jipang

Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, yang mana dalam melakukan perkawinan mereka

memiliki adat dan ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan. Dan dari situ penulis

ingin meneliti apakah peraturan-peraturan perkawinan adat di daerah Samin tersebut

dapat diakui sebagai suatu hukum. Selain itu juga meneliti tentang faktor-faktor yang

menghambat dalam pelaksanaan perkawinan menurut hukum Islam, serta proses

pelaksanaan perkawinannya. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis

adalah metode wawancara, observasi dan dokumenter. Penulis melakukan penelitian

dengan bentuk studi kasus, lapangan dengan berpedoman pada metode deduksi,

induksi, komparasi dan dokumenter. Dan menggunakan pendekatan perspektif

dengan melalui konsep-konsep yang bersumber dari petunjuk ajaran agama Islam.14

Penelitian yang dilakukan oleh Wasid dengan judul "Prosesi Perkawinan Adat

Sunda Perspektif Fiqih (Studi Di Kelurahan Karang Mekar Kecamatan Cimahi

14Abdul Wasid, Hukum Perkawinan Adat Di Tinjau Dari Sudut Hukum Islam (Studi Kasus Di Daerah

Samin Desa Jipang Kecamatan Cepu Kabupaten Blora) (Syari’ah: UIN MALANG, 2005), NIM: 00210097

Page 29: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

13

Tengah Kabupaten Bandung)”. Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin meneliti

tentang prosesi perkawinan adat sunda yang di tinjau dari fiqih. Di kelurahan Karang

Mekar Kecamatan Cimahi Tengah Kabupaten Bandung memiliki adat dalam

pelaksanaan pernikahan mulai dari peminangan sampai acara puncak yakni

walimahan. Untuk mendukung keutuhan penelitian ini peneliti menggunakan metode

interview dan dokumentasi, sebagai bahan kajian teori, sedangkan untuk menganalisa

data yang telah terkumpul peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu

analisis yang dilakukan dengan cara mengamati langsung ke lapangan. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa tidak semua proses pelaksanaan perkawinan adat

Sunda sesuai dengan hukum Islam.15

Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu belum ada yang

memfokuskan pada tema yang akan penulis teliti. Dan untuk penelitian yang

dilakukan oleh penulis, memfokuskan pada penelitian “Cok Bakal Dalam

Perkawinan Adat Masyarakat Wonosalam” (Studi di Desa Wonosalam Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Jombang).

B. Pengertian Tradisi, Tipe dan Maknanya Bagi Masyarakat

1. Pengertian Tradisi

Pembahasan mengenai masalah tentang seputar pengertian tradisi,

Titik Insyiroh dalam Skripsinya menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-

hari, istilah tradisi sering di pergunakan. Ada tradisi jawa, tradisi kraton,

15Choirul Istiqomah, Prosesi Perkawinan Adat Sunda Perspektif Fiqih (Studi Di Kelurahan Karang

Mekar Kecamatan Cimahi Tengah Kabupaten Bandung), (Syari’ah: UIN MALANG, 2002), NIM: 97250025.

Page 30: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

14

tradisi petani, tradisi pesantren dan lain-lain. Sudah tentu masing-masing

dengan identitas arti dan kedalaman makna tersendiri, tetapi istilah “tradisi” ,

biasanya secara umum di maksudkan untuk menunjuk kepada suatu nilai,

norma dan adat kebiasaan yang berbau lama, dan yang lama tersebut hingga

kini masih di terima, diikuti bahkan di pertahankan oleh kelompok

masyarakat tertentu.16

Menurut khazanah bahasa indonesia, tradisi berarti segala sesuatu

seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya, yang turun temurun dari nenek

moyang. Ada pula yang menginformasikan, bahwa tradisi berasal dari kata

traditium, yaitu segala sesuatu yang di transmisikan, diwariskan oleh masa

lalu ke masa sekarang. Berdasarkan dua sumber tersebut jelaslah bahwa

tradisi, intinya adalah warisan masa lalu yang dilestarikan terus hingga

sekarang. Warisan masa lalu itu dapat berupa nilai, norma sosial, pola

kelakuan dan adat kebiasaan lain yang merupakan wujud dari berbagai aspek

kehidupan.17

Menurut Hasan Hanafi, tradisi (turats) adalah segala warisan masa

lampau (baca tradisi) yang sampai kepada kita dan masuk kedalam

kebudayaan yang sekarang berlaku. Dengan demikian, bagi Hanafi turats

tidak hanya merupakan persoalan meninggalkan sejarah, tetapi sekaligus

merupakan persoalan kontribusi jaman kini dalam berbagai tingkatannya.18

Secara terminologi perkataan tradisi mengandung suatu pengertian

tersembunyi tentang adanya kaitan antara masa lalu dengan masa kini. Ia

16Titik Insyiroh, Tradisi Siaran Bawaan Pada Pesta Pernikahan, "Skripsi", (Malang: UIN, 2006) 10 17Imam Bawani, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al- Ikhlas, 1990)hal: 23 18Moh Nur Hakim, Islam Tradisi Dan Reformasi “Pragmatisme”Agama Dalam Pemikiran Hasan Hanafi, (Malang: Bayu Media publishing, 2003) hal: 29

Page 31: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

15

menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih

berwujud dan berfungsi pada masa sekarang. Sewaktu orang berbicara

tentang tradisi Islam atau tradisi kristen secara tidak sadar ia sedang

menyebut serangkaian ajaran atau doktrin yang dikembangkan ratusan atau

ribuan tahun yang lalu, tetapi masih hadir dan malah tetap berfungsi sebagai

pedoman dari kehidupan sosial pada masa kini. Ajaran Islam atau Kristen

tersebut masih berfungsi hingga saat ini, karena adanya proses pewarisan

sejak awal berdirinya ajaran tersebut, melewati berbagai kurun generasi dan

diterima oleh generasi sekarang. Oleh karena itulah tradisi dalam pengertian

yang paling elementer adalah sesuatu yang di transmisikan atau di wariskan

dari masa lalu ke masa kini.19

Dari sini Penulis memahami tradisi “Cok Bakal” sebagai tradisi yang

diwariskan sejak masa nenek moyang dan di pertahankan sampai saat ini,

sehingga penulis merasa perlu memaparkan tentang definisi tradisi tersebut.

2. Pernikahan Adat Jawa

a. Makna dan Tujuan Pernikahan Bagi Masyarakat

Pernikahan merupakan satu hal yang sangatlah sakral, agung dan

monumental bagi setiap pasangan hidup. Karena itu pernikahan bukan hanya

sekedar mengikuti agama dan meneruskan naluri para leluhur, untuk

membentuk sebuah keluarga dalam ikatan hubungan yang sah antara laki-laki

dan perempuan. Namun juga memiliki arti yang sangat mendalam dan luas

19M. Bambang Pranowo, Islam Faktual Antara Tradisi Dan Relasi Kuasa, (Yogyakarta: Adi Cita Karya nusa, 1998) hal: 4

Page 32: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

16

bagi kehidupan manusia dalam menuju bahtera kehidupan seperti yang dicita-

citakannya.

Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin antara laki-laki dan

perempuan sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk suatu keluarga

bahagia dan kekal berdasarkan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana

dari pasangan tersebut akan terlahir keturunan-keturunan yang pada akhirnya

mengisi dan mengubah warna kehidupan dunia ini.

Pernikahan menurut masyarakat Jawa adalah hubungan cinta kasih yang

tulus antara seorang pemuda dan pemudi, yang pada dasarnya terjadi karena

sering bertemu antara kedua belah pihak, yakni perempuan dan laki-laki.

Dalam suatu pepatah jawa mengatakan "tresno jalaran soko kulino" yang

artinya cinta kasih itu tumbuh karena terbiasa. Dalam hukum adat,

pernikahan selain merupakan suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan

sebagai suami istri, yang bertujuan untuk mendapatkan keturunan dan

membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga

berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari

pihak istri dan pihak suami.20

Terjadinya pernikahan, berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk

dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun

dan damai.21 Dalam buku “Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat” Soerojo

Wignjodipoero mengatakan bahwa pernikahan merupakan peristiwa yang

sangat penting dalam penghidupan masyarakat kita, karena pernikahan itu

20Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat.(Bandung: Citra Aditiya Bakti. 1995) hal. 69 21Ibid., 69.

Page 33: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

17

tidak hanya menyangkut laki-laki dan perempuan saja, namun juga

melibatkan orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan

keluarga-keluarga mereka masing-masing.22 Selain itu dalam pelaksanaan

pernikahan adat, terdapat ketentuan-ketentuan yang merupakan suatu budaya

yang selalu dilakukan, yang mana ini sudah dilakukan sejak dulu. Dari situ

dapat diartikan bahwa campur tangan dari orang tua sangatlah berpengaruh.

Meskipun demikian pihak orang tua masih menginginkan agar dalam

mencari jodoh, anak-anak mereka memperhatikan beberapa hal sebagaimana

dikatakan orang Jawa “bibit, bobot, dan bebet” dari si laki-laki atau

perempuan yang bersangkutan. Apakah bibit seseorang itu berasal dari

keturunan yang baik, yang dapat dilihat dari sifat watak perilaku dan

kesehatannya, sebagaimana keadaan orang tuanya, apakah anak itu bukan

anak nakal dan sebagainya. Dan bagaimana pula bobotnya, harta kekayaan

dan kemampuan serta ilmu pengetahuannya, apakah anak itu bukan anak

yang tidak jelas asal usulnya dan sebagainya. Bagaimana pula bebetnya yakni

apakah pria itu mempunyai pekerjaan, jabatan dan martabat yang baik.23

Dalam pernikahan adat jawa juga dikenal adanya selamatan dan ritual

kebudayaan seperti yang di jelaskan oleh Ijmaliyah dalam skripsinya

menjelaskan bahwa selamatan adalah suatu upacara makan yang terdiri atas

sesajian, makanan simbolik, sambutan resmi, dan doa. Selamatan merupakan

peristiwa yang sangat sederhana yang mana peserta upacara selamatan

22Soerojo Wignjodipoero, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat. (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. 1995) Hal. 122. 23Hilman Hadikusuma, Op. Cit. hal. 70

Page 34: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

18

memandangnya sebagai bagian integral dari kehidupan mereka sebagai

makhluk sosial.24

Adapun tujuan selamatan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera,

aman, dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata maupun halus atau untuk

mencapai keselamatan hidup. Bahkan, dari berbagai jenis selamatan,

sebagaimana yang telah dilukiskan oleh Dr. Geertz, dapat diselenggarakan

hanya untuk memenuhi ketentuan adat budaya daerah, oleh karena dalam

keadaan-keadaan tertentu orang diharapkan untuk mengadakan upacara-

upacara tertentu. Dengan kata lain, banyak sekali ritual keagamaan telah

melalui proses perubahan dan menjadi pola-pola yang sekuler, oleh karena itu

ritual-ritual tersebut masih diharuskan akan tetapi sudah kehilangan isi

keagamaannya. Dengan cara itu beberapa selamatan yang dilakukan di desa-

desa yang tadinya bersifat keagamaan telah berubah menjadi selamatan adat.

Hal ini bertujuan untuk mempererat kesetiakawanan kelompok, untuk

menyebarkan kabar gembira, untuk memperoleh legitimasi bagi usaha-usaha

tertentu serta sebagai rasa syukur (pemujaan terhadap Tuhan). Menurut Mark

Woodward bahwa ritual selamatan disamping untuk memenuhi ketentuan

adat juga sebagian besar didalamnya terkandung doa-doa Islami yang diambil

dari sumber kitab-kitab Islam dan atas dasar aksesori Jawa-lokal.25

Menurut teori antropologi kebudayaan, bila kita memperhatikan suatu

masyarakat, maka dapat dilihat bahwa para warganya, walaupun mempunyai

sifat-sifat individual yang berbeda, akan memberi reaksi yang sama pada

24Ijmaliyah, Mitos ”Segoro Getih” Sebagai Larangan Penentuan Calon Suami Atau Isteri Di

Masyarakat Ringinrejo Kediri (Studi Akulturasi Mitos Dan Syari’at), (Syari’ah: UIN MALANG, 2002) hal. 15

25Ibid., 33-34.

Page 35: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

19

gejala-gejala tertentu. Sebab dari reaksi yang sama itu adalah karena mereka

memiliki sikap-sikap umum yang sama, nilai-nilai yang sama dan perilaku

yang sama. Hal-hal yang dimiliki bersama itulah yang dalam antropologi

budaya dinamakan kebudayaan. Kebudayaan menjadi milik manusia melalui

proses belajar, bahwa kebudayaan adalah hal-hal yang dimiliki bersama

dalam suatu masyarakat tertentu.26 Dalam setiap masyarakat disamping

terdapat pola-pola budaya yang nyata-nyata merupakan kebiasaan, juga

terdapat pola-pola budaya ideal, yaitu hal-hal yang menurut warga

masyarakat harus dilakukan, atau norma-norma. Dalam kenyataannya norma

dalam banyak hal tidak sesuai dengan perilaku aktual.27

Konsep daerah kebudayaan menurut teori antropologi adalah suatu

daerah kebudayaan atau culture area merupakan suatu penggabungan atau

penggolongan (yang dilakukan oleh ahli-ahli antropologi) dari suku-suku

bangsa yang dalam masing-masing kebudayaannya yang beraneka warna

mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa.28

Sistem penggolongan daerah kebudayaan yang sebenarnya merupakan

suatu sistem klasifikasi yang mengklasifikasikan beraneka warna suku bangsa

yang terbesar disuatu daerah atau benua besar, kedalam golongan

berdasarkan atas beberapa persamaan unsur dalam kebudayaannya. Hal ini

untuk memudahkan gambaran menyeluruh dalam hal penelitian analisa atau

26T.O.Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 13. 27TH.Fischer, Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia (Jakarta: Pustaka Sarjana, 1980), 18. 28Abdurrahmat Fathoni, Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), 52-53.

Page 36: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

20

penelitian komperatif dari suku-suku bangsa di daerah atau benua yang

bersangkutan.29

b. Asas-Asas dalam Pernikahan Adat Jawa

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa pernikahan itu bukan

hanya berarti suatu ikatan suami istri saja, akan tetapi merupakan suatu ikatan

yang bertujuan untuk mendapatkan keturunan dan membangun serta

membina kehidupan rumah tangga. Yang dari situ akan kita ketahui bahwa

pernikahan itu bukan hanya merupakan hubungan antara suami istri saja

tetapi menyangkut hubungan para anggota kerabat baik dari pihak suami dan

pihak istri. Dan dari hubungan tersebut akan menghasilkan keturunan yang

sah menurut hukum Islam, Negara dan hukum adat, dan ini sesuai dengan

asas-asas pernikahan menurut hukum adat yakni sebagai berikut:

1. Pernikahan bertujuan membentuk keluarga rumah tangga dan hubungan

kekerabatan yang rukun dan damai bahagia dan kekal.

2. Pernikahan tidak saja harus sah dilaksanakan menurut hukum agama dan

atau kepercayaan, tetapi juga harus mendapat pengakuan dari para

anggota kerabat.

3. Pernikahan juga harus didasarkan atas persetujuan orang tua dan anggota

kerabat. Masyarakat adat dapat menolak kedudukan suami atau istri yang

tidak diakui masyarakat adat.

4. Pernikahan dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang belum

cukup umur atau masih anak-anak. Begitu pula walaupun sudah cukup

umur pernikahan harus berdasarkan izin orang tua / keluarga dan kerabat.

29Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1 (Jakarta: UI-Press, 1987), 110.

Page 37: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

21

5. Perceraian ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan.

Karena akibat yang ditimbulkan oleh sebuah perceraian adalah pecahnya

hubungan kekerabatan antara dua keluarga. 30

c. Syarat-Syarat Pernikahan Adat Jawa

Sahnya suatu pernikahan menurut hukum adat Jawa dapat dilaksanakan

apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mempelai laki-laki

2. Mempelai perempuan

3. Wali, orang tua dari mempelai perempuan yang akan menikahkannya

atau dapat digantikan dengan saudara kandung yang laki-laki dan juga

wali hakim apabila orang tuanya sudah meninggal

4. Perangkat desa yang kedatangannya dianggap sebagai saksi atas

pernikahan tersebut.

5. Saksi, diambil dari suara dari kedua mempelai masing-masing.

6. Keluarga kedua belah pihak, yang mana harus hadir ketika diresmikan

sebuah pernikahan tersebut untuk memberikan restu terhadap kedua

mempelai.

7. Mahar, yang dapat berupa uang atau barang yang digunakan oleh

calon istri.

Dalam hal syarat-syarat pernikahan sebenarnya antara hukum adat dan

hukum Islam itu tidak jauh berbeda. Karena untuk dapat terlaksananya suatu

pernikahan itu syarat utama yakni harus ada mempelai laki-laki dan

perempuan. Selain itu antara kedua belah pihak harus mengetahui bagaimana

30Hilman Hadikusuma, Op. Cit. hal. 71

Page 38: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

22

keadaan dan kebiasaan keduanya. Kemudian harus diketahui pula apakah

perempuan itu masih sendiri dalam arti belum menikah ataupun dalam

pinangan seseorang, apakah si perempuan itu mau menikah dan tidak merasa

terpaksa untuk menikah. Selain itu kehadiran seorang wali sangat dibutuhkan,

karena seorang perempuan tidak bisa menikah sendiri harus ada wali

nikahnya, meskipun wali nikah/ayahnya meninggal dapat digantikan saudara

laki-lakinya.

Untuk terlaksananya suatu pernikahan juga dibutuhkan dua orang saksi

diambil dari yang masih ada hubungan famili dengan kedua mempelai

misalnya saudaranya atau pamannya. Selain itu kehadiran seorang perangkat

desa juga sangat diperlukan karena kehadirannya itu juga dianggap sebagai

saksi pernikahan. Dan inilah fungsi dari kehadiran keluarga atau kerabat

yakni untuk menyaksikan pernikahan tersebut. Satu lagi yang tidak kalah

pentingnya yakni adanya mahar berupa uang atau barang yang dapat

digunakan oleh calon istri, yang dalam hukum Adatnya disebut dengan

peningset.31 Mahar atau dapat disebut dengan mas kawin adalah pemberian

yang diberikan oleh calon suami kepada calon istri diwaktu datang pertama

kali ke rumahnya dengan tujuan ingin menikahinya.32

Hukumnya wajib bagi laki-laki memberi mahar (maskawin) kepada

wanita calon istrinya, baik berupa uang, barang maupun jasa, sebagaimana

difirmankan Allah:

31Ibid., 51. 32Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tantang Perkawinan (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1974),77

Page 39: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

23

(#θ è?#u uρ u !$ |¡ ÏiΨ9$# £ ÍκÉJ≈ s%߉|¹ \' s#øtÏΥ 4 βÎ* sù t÷ ÏÛ öΝä3s9 tã & óx« çµ÷ΖÏiΒ $ T¡ø�tΡ çνθè=ä3sù $ \↔ÿ‹ ÏΖyδ

$ \↔ÿƒÍ÷£∆ ∩⊆∪

Artinya: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.

Mahar merupakan pemberian yang pertama dari seorang laki-laki kepada

calon istrinya sebagai cermin dari kebulatan tekadnya untuk hidup bersama.

Jadi, sama sekali bukan harga bagi seorang wanita. Namun meskipun

hukumnya wajib, mahar tidak termasuk rukun nikah, karena itu seandainya

dalam akad nikah tidak disebutkan, nikahnya tetap dihukumi sah.33

d. Tujuan Pernikahan Adat Jawa

Bagi masyarakat Jawa pernikahan bukan hanya merupakan ikatan lahir

batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dalam pembentukan

suatu keluarga bahagia, kekal dan sejahtera berdasarkan Tuhan Yang Maha

Esa. Akan tetapi adanya pernikahan tersebut bertujuan untuk mendapatkan

keturunan yang akan menjadi penerus silsilah keluarga dan kerabat, menurut

garis ayah atau ibu atau garis orang tua. Karena adanya silsilah yang

menggambarkan kedudukan seseorang sebagai anggota kerabat, adalah

merupakan barometer dari asal usul keturunan seseorang yang baik dan

teratur.34

Selain harus jelas bibit, bobot dan bebetnya bagi si calon pasangan,

berbagai perhitungan ritual lain harus pula diperhitungkan agar pernikahan itu

bisa lestari, bahagia, dan dimurahkan rizkinya oleh Tuhan Yang Maha Esa, 33A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan (nikah, talak, cerai, dan rujuk) (jakarta: Al Bayan.1994), 44 34Hilman Hadikusuma, Op. Cit. hal. 70.

Page 40: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

24

dan pada akhirnya akan melahirkan anak-anak yang cerdas, patuh kepada

kedua orang tuanya, serta taat beribadah.

Tujuan-tujuan pernikahan yang terpenting adalah sebagai berikut:

1) Memperoleh Ketenangan

Keadaan jasmani, rohani, dan pola piker seseorang akan mengalami

perubahan ketika mencapai usia balig. Dan semua itu memunculkan

kebutuhan terhadap pernikahan.

Pada fase ini, hendaklah seseorang memenuhi kebutuhan alamiahnya.

Pengabaian terhadapnya hanya akan menimbulkan guncangan jiwa yang tak

kunjung reda. Kecuali jika orang yang dimaksud mendapatkan teman hidup

yang sesuai. Ya, pada saat itu ia akan merasakan ketenangan dan

kedamaian.

Jadi, salah satu tujuan pernikahan adalah memperoleh ketenangan jiwa,

fisik, pikiran, dan akhlak. Dalam kehidupan bersama, hendaklah pasangan

suami-isteri selalu berusaha meneguhkan keadaan tersebut, sehingga

memungkinkan keduanya tumbuh sempurna.

2) Saling Mengisi

Tatkala mencapai usia balig, para jejaka dan gadis pasti merasakan

adanya kekurangan. Perasaan semacam ini akan lenyap sewaktu mereka

menikah, membina kehidupan bersama, dan saling mengisi satu sama lain.

Semua itu mencapai puncaknya ketika anak pertama dari pasangan sumi

istri terlahir ke dunia ini.

Pernikahan memberikan pengaruh sangat besar dan sangat penting

terhadap perilaku seseorang. Sejak itu, dimulailah fase kematangan dan

Page 41: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

25

kesempurnaan yang mampu menutupi ketidakharmonisan dalam

beraktifitas dan bergaul (di mana msing-masing pihak berusaha merelakan,

meluruskan dan menasehati satu sama lain).

Dengannya, niscaya akan tercipta hubungan kemanusiaan nan mulia

yang pada gilirannya akan mendorong pasangan suami-isteri melangkah

menuju kesempurnaan yang didamba.

3) Memelihara Agama

Lantaran mengikuti dorongan hawa nafsu, banyak kaum muda yang

kehilangan akidah sucinya untuk kemudian terjerembab ke kubangan dosa.

Dalam hal ini, mahligai pernikahan akan menjauhkan seseorang dari bibir

jurang kegekapan yang sungguh berbahaya dan mematikan. Sebuah hadis

menyebutkan, “Barang siapa yang menikah, telah memelihara separuh

agamanya…..”

Pernikahan tidak hanya menyelamatkan seseorang dari kejatuhan (ke

lembah dosa). Lebih dari itu, memungkinkan dirinya menghadap dan

beribadah kepada Allah Swt. Selain pula akan memuaskan nalurinya secara

wajar sehingga menjadikan jiwanya tenteram dan damai. Semua itu tentu

sangat dipentingkan dalam kehidupan beragama.

Adapun pernikahan yang berbahaya bagi keberagamaan seseorang

adalah pernikahan yang menghindarkan seseorang dari pusaran instink

seksual lalu menjatuhkan ke dalam pusaran lain, seperti kebohongan

penghianatan dan kebiasaan dengan hal-hal yang diharamkan. Hal itu

bukanlah pernikahan, melainkan tak lebih dari perangkap penderitaan baru.

Pernikahan semacam itu hanya akan mendatangkan problem pertengkaran

Page 42: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

26

yang melukai hati masing-masing pihak dari pasangan suami-isteri.

Pernikahan yang mengotori kejernihan nilai-nilai kekerabatan dan

persahabatan tak lebih dari ajang penyiksaan belaka.

4) Kelangsungan Keturunan

Allah Swt telah menumbuhkan keinginan dalam diri seseorang untuk

melanjutkan keturunan. Namun, bagi sebagian pasangan suami-isteri yang

hanya bermaksud mencari kelezatan dan kesenangan hidup semata,

kelahiran anak yang merupakan buah pernikahan dipandang sebagai

menyusahkan dan sama sekali tidak diinginkan. Karenanya, dimensi

spiritual dari pernikahan hendaknya dijadikan pegangan hidup. Pada

gilirannya, semua itu akan mendorong masing-masing pihak (suami dan

isteri) untuk mau saling mengisi dan melangkahkan kaki di jalan

kesempurnaan.

Betapa banyak pernikahan yang berakhir dengan kegagalan disebabkan

keringnya dimensi spiritual yang seharusnya terkandung di dalamnya. Amat

disayangkan, banyak gadis dan jejaka yang menikah hanya lantaran

kekayaan, kecantikan atau kemasyhuran.35 Keadaan tersebut niscaya akan

menggiring mereka menuju kepahitan hidup dan menenggelamkan ke

dalam lautan kesulitan.

3. Makna Tradisi Bagi Masyarakat

Sudah jelas tidak mungkin terbentuk untuk bertahan masyarakat atau

kelompok tradisional dengan kecenderungan tradisionalismenya, kecuali

35Ali Qaimi, Singgasana para pengantin (Bogor, 2002), hal. 10.

Page 43: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

27

fihak tersebut menganggap bahwa tradisi yang mereka pertahankan, baik

secara obyektif maupun subyektif dalah sesuatu yang bermakna, berarti atau

bermanfaat bagi kehidupan mereka dalam penjelasan yang agak rinci. Makna

tradisi bagi masyarakat adalah sebagai berikut:36

a. Sebagai Wadah Ekspresi Keagamaan

Tradisi mempunyai makna sebagai wadah penyalur keagamaan masyarakat,

hampir ditemui pada setiap agama. Dengan alasan, agama menurut pengalaman

secara rutin dikalangan pemeluknya. Dalam rangka pengamalan itu, ada tata cara

yang sifatnya baku, tertentu dan tidak bisa dirubah-rubah. Sesuatu yang tidak pernah

dirubah-rubah dan terus menerus dilakukan dalam prosedur yang sama dari hari

kehari bahkan dari masa kemasa, akhirnya identik dengan tradisi. Berarti tradisi bisa

muncul dari alamiah dari keagamaan, baik yang dilakukan kelompok maupun

perseorangan.

b. Sebagai Alat Pengikat Kelompok

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk kelompok. Bagi manusia hidup

berkelompok adalah suatu keniscayaan, karena memang tidak ada orang yang

mampu memenuhi segala keperluannya sendirian. Atas dasar ini, dimana dan

kapanpun selalu ada upaya untuk menegakkan dan membina ikatan kelompok,

dengan harapan agar menjadi kokoh dan terpelihara kelestariannya. Adapun cara

yang ditempuh antara lain melalui alat pengikat termasuk yang berwujud tradisi.

c. Sebagai Benteng Pertahanan Kelompok

dalam dunia ilmu-ilmu sosial, kelompok tradisionalis cenderung

diindentikkan dengan stagnasi (kemandekan), suatu sikap yang secara teoritis

36Imam Bawani, Op. Cit., 34-35

Page 44: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

28

bertabrakan dengan progres (kemajuan dan pembaharuan). Padahal, pihak progres

yang didukung dan dimotori oleh sains dan teknologi, yang dengan daya tariknya

sedemikian memikat, betapapun pasti berada di posisi yang lebih kuat. Karenanya

adalah wajar bila pihak tradisionalis mencari benteng pertahanan termasuk dengan

cara memanfaatkan isi tradisi itu sendiri.

Secara umum, adat dapat dipahami sebagai tradisi lokal (local custom) yang

mengatur interaksi masyarakat. Dalam ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah

“kebiasaan” atau “tradisi” masyarakat yang telah dilakukan berulang kali secara

turun temurun. Kata “adat” di sini lazim dipakai tanpa membedakan mana yang

mempunyai sanksi, seperti “hukum adat”, dan mana yang tidak mempunyai sanksi,

seperti disebut adat saja.37 Adapun yang dikehendaki dengan kata adat dalam karya

ilmiah ini adalah adat yang tidak mempunyai sanksi yang disebut dengan adat saja.

Dalam literatur Islam, adat disebut العادة atau العـرف yang berarti adat atau

kebiasaan.38 Menurut Abdul Wahâb Khalâf urf adalah:39

وفي لسان الشرعيين الفرق . العرف هو ما تعارفه الناس وساروا عليه من قول أو فعل أو ترك ويسمى العادة

.بين العرف والعادة

Artinya: Al-‘Urf adalah sesuatu yang telah diketahui oleh orang banyak dan dikerjakan oleh mereka, yang berupa perkataan, perbuatan atau sesuatu yang ditinggalkan. Hal ini dinamakan pulah dengan al-‘âdah. Dalam bahasa ahli syara’ tidak ada perbedaan antara al-‘urf dan al-‘âdah.

37Ensiklopedi Islam, Jilid I ( Cet.3; Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), 21. 38Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia(Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996), 1258, 1284. 39Abdul Wahâb Khalâf, ‘Ilmu Ushûl al-Fiqih (Cet. 12;tt: Al-Nashr Wal-Tauzîk, 1978/1398), 89.

Page 45: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

29

Menurut Al-Jurjânîy yang dikutip oleh Abdul Mudjib, al-‘âdah adalah:40

ه ما إليوادعل وقوعكم الملى حه عليع اسالنرمتااسة مادالعرأخ دعة بر

Artinya: Al-‘âdah adalah sesuatu (perbuatan maupun perkataan) yang terus-menerus dilakukan oleh manusia, karena dapat diterima oleh akal, dan manusia mengulang-ulanginya secara terus-menerus. Adapun terhadap al-‘urf diartikan:

رل العقوبالع ائعالطب هتلقتل وقوة العادهه بشليع سفوت النقرتااسم إلـى . ف عـرأس ها لكنضة أيجح وهو

.الفهم بعد أخرى

Artinya:

Al-‘urf adalah sesuatu (perbuatan maupun perkataan) yang jiwa merasa

tenang dalam mengerjakannya, karena sejalan dengan akal sehat dan

diterima oleh tabiat. Al-‘urf juga merupakan hujjah, bahkan lebih cepat

untuk dipahami.

Memperhatikan definisi-definisi di atas, dan juga definisi yang diberikan oleh

ulama-ulama yang lain, dapat dipahami bahwa Al-‘Urf dan Al-‘Âdah adalah searti,

yang mungkin serupa perbuatan atau perkataan. Dan secara sederhana dapat

dipahami bahwa adat harus:

a. Diketahui banyak orang atau harus memasyarakat.

b. Diamalkan secara terus menerus dan berulang.

40Abdul Mujib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh (Cet. 3; Jakarta: Kalam Mulia, 1999), 44.

Page 46: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

30

Mengenai kajian adat dalam Islam, dan dari beberapa literatur yang

peneliti dapatkan menyatakan bahwasanya menurut al-Zarqa’ yang dikutip

oleh Nasrun Haroen, ‘Urf (adat kebiasaan) dibagi pada tiga macam: 41

a) Dari segi obyeknya ‘urf dibagi pada al-‘urf al-lafzhî (adat

istiadat/kebiasaan yang menyangkut ungkapan) adalah adat atau

kebiasaan masyarakat dalam mempergunakan ungkapan tertentu dalam

meredaksikan sesuatu, sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami

dan terlintas dalam fikiran masyarakat. dan al-‘urf al-‘amali (adat

istiadat/ kebiasaan yang berbetuk perbuatan). adalah kebiasaan

masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa atau muamalah

keperdataan, yang dimaksud dengan “perbuatan biasa” adalah perbuatan

masyarakat dalam masalah kehidupan mereka yang tidak terkait dengan

kepentingan orang lain.

b) Dari segi cakupannya, ‘urf dibagi dua, yaitu al-‘urf al-‘âm (adat yang

bersifat umum) adalah kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas

diseluruh masyarakat dan diseluruh daerah. Dan al’urf al-khâsh (adat

yang bersifat khusus). adalah kebiasaan yang berlaku di daerah dan

masyarakat tertentu.

c) Dari segi keabsahannya dari pandangan syara’, ‘urf dibagi dua yaitu: al-

‘urf al-shâhih (adat yang dianggap sah) adalah kebiasaan yang berlaku

ditengah-tengah masyarakat yang tidak bertentangan dengan nâsh (ayat

atau hadits), tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, dan tidak pula

membawa mudarat kepada mereka. Dan al-‘urf al-fâsid (adat yang

41Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I (Cet.2; Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1997),139-141.

Page 47: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

31

dianggap rusak) adalah kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil

syara’ dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam syara’.

Berlatar belakang dari penjelasan di atas, para ulama ushul fiqh

sepakat bahwa al-‘urf al-shâhih baik yang menyangkut al-‘urf al-lafzhî, al-

‘urf al-‘amali maupun menyangkut al-‘urf al-‘âm dan al’urf al-khâsh, dapat

dijadikan hujjah dalam menetapkan hukum syara’. Menurut Imam al-Qarafi

(ahli fiqh Maliki) yang dikutip oleh Harun Nasroen menyatakan bahwa

seorang mujtahid dalam menetapkan suatu hukum harus terlebih dahulu

meneliti kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat setempat, sehingga

hukum yang ditetapkan itu tidak bertentangan atau menghilangkan

kemasalahatan yang menyangkut masyarakat tersebut.42 Dengan mengutip

pendapat Imam al-Syathibi (ahli ushul fiqh Maliki) dan Ibn Qayyim al-Jauzi

(ahli ushul fiqh Hanbali) Nasrun Haroen juga menyatakan bahwa seluruh

ulama mazhab menerima dan menjadikan ‘urf sebagai dalil syara’ dalam

menetapkan hukum apabila tidak ada nash yang menjelaskan hukum masalah

yang sedang dihadapi.43 Misalnya, seseorang menggunakan jasa pemandian

umum dengan harga tertentu, padahal lamanya ia di dalam kamar mandi dan

berapa jumlah air yang terpakai tidak jelas. Sesuai dengan ketentuan hukum

syari’at Islam dalam suatu akad, kedua hal ini harus jelas. Akan tetapi,

perbuatan seperti itu telah berlaku luas ditengah-tengah masyarakat, sehingga

seluruh ulama mazhab menganggap sah akad ini. Alasan mereka adalah adat

perbuatan yang berlaku.

42Ibid, 142. 43Ibid.

Page 48: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

32

Dari sini bisa dikatakan bahwasanya adat bisa dijadikan sebagai salah

satu dalil dalam menetapkan hukum syara’ apabila memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:44

a. Berlaku secara umum

b. Telah memasyarakat ketika persoalan yang akan ditetapkan

hukumnya itu muncul.

c. Tidak bertentangan dengan yang diungkapkan secara jelas dalam

suatu transaksi.

d. Tidak bertentangan dengan nash.

Maka dari berbagai kasus adat yang dijumpai, para ulama’ ushul fiqih

merumuskan kaidah-kaidah fiqh yang berkaitan dengan adat, diataranya adalah:

أ�.�دة +&��, +��* �(��) ا��'

Adat kebiasaan bisa dijadikan Hukum selama tidak bertentangan dengan nash.

C. Perkawinan Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Pernikahan dalam Islam

Menurut bahasa, nikah berarti penggabungan dan percampuran.

Sedangkan menurut istilah syari’at, nikah berarti akad antara laki-laki dan

perempuan yang karenanya hubungan badan menjadi halal.

Nikah berarti akad dalam arti yang sebenarnya dan berarti hubungan

badan dalam arti majazi (metafora). Demikian itu berdasarkan firman Allah

Azza wa Jalla berikut ini:

44Nasrun Haroen, Op.Cit., 143-144.

Page 49: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

33

£èδθ ßs Å3Ρ$$ sù ÈβøŒ Î* Î/ £Îγ Î=÷δ r& ∩⊄∈∪

Artinya: “Karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka” (an-

Nisa’ : 25).45

Kehidupan berkeluarga terjadi lewat pernikahan yang sah, baik

menurut hukum agama maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dari sini akan tercipta kehidupan yang harmonis, tentram dan sejahtera lahir

batin yang didambakan oleh setiap insan yang normal. Dalam agama Islam,

dasar pernikahan telah jelas digariskan al-qur’an dan As-Sunnah.

Allah berfirman:

(#θ ßsÅ3Ρr& uρ 4‘yϑ≈ tƒ F{ $# óΟä3ΖÏΒ tÅs Î=≈ ¢Á9$#uρ ô ÏΒ ö/ ä.ÏŠ$ t6 Ïã öΝà6Í←!$ tΒ Î)uρ 4 βÎ) (#θçΡθ ä3tƒ

u !#t� s)èù ãΝÎγ ÏΨøóムª! $# ÏΒ Ï&Î#ôÒ sù 3 ª! $#uρ ììÅ™≡ uρ ÒΟŠÎ=tæ ∩⊂⊄∪

Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.

)ا�$(�رى روا; (+�9 678 01�2 �5 ر34 و+� 01�2 +� ا����ح

Artinya: Nikah adalah sebagian dari sunnahku, barang siapa tidak suka terhadapku, maka tidak termasuk golonganku (HR Bukhari).

Maka jelaslah, bahwa melaksanakan pernikahan berarti mengikuti

sunnah Rasul yang mulia. Para ulama berpendapat, hukum asal nikah adalah

sunnah muakkadah bagi setiap muslim yang mempunyai keinginan dan

45Hasan Ayyub, Fikih Keluarga (Jakarta Timur, 2001), hal. 3.

Page 50: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

34

kemampuan untuk menikah. Namun jika hubungannya seorang laki-laki dan

perempuan telah menjurus pada perbuatan berdekat-dekat dengan zina,

hukum nikah menjadi wajib. Sebaliknya jika nikah disalahgunakan untuk

tujuan-tujuan yang bertentangan dengan ajaran agama, maka hukum nikah

menjadi haram.

2. Rukun dan Syarat Pernikahan

Suatu pernikahan adalah sah menurut hukum Islam, jika memenuhi

seluruh rukun dan syarat perkawinan. Tidak terpenuhinya ketentuan-

ketentuan mengenai rukun dan syarat tersebut akan membuat suatu

perkawinan menjadi tidak sah. Rukun perkawinan adalah unsur yang harus

ada dalam setiap perkawinan

Rukun-rukun dalam pernikahan itu ada lima yaitu: calon suami, calon

istri, wali, dua orang saksi dan ijab qabul. Namun dari kelima rukun

pernikahan tersebut yang paling penting adalah ijab qabul antara yang

mengakadkan dengan yang menerima akad tersebut. Sedangkan syarat-syarat

pernikahan adalah syarat yang bertalian dengan rukun-rukun pernikahan,

yaitu syarat-syarat yang menyangkut bagi calon mempelai, wali, saksi dan

ijab qabul. Rukun dalam pernikahan itu antara lain:

1. Calon suami

2. Calon istri

3. Wali

4. Dua orang saksi

5. Ijab qobul

Page 51: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

35

Kompilasi hukum Islam pasal 14 menentukan bahwa rukun atau unsur

yang harus terpenuhi ketika perkawinan dilangsungkan adalah: calon suami,

calon istri, wali nikah, dua orang saksi, dan ijab kabul (ijab qobul). Menurut

jumhur ulama’ rukun nikah itu adalah ijab dan kabul, calon istri, calon suami,

dan wali. sedangkan saksi-saksi hanya dimasukkan sebagai syarat, seperti

juga mahar dan maskawin. Rukun tersebut memerlukan sejumlah persyaratan

agar suatu perkawinan dapat dilaksanakan dengan sah. Tidak terpenuhinya

syarat-syarat tersebut dapat mengakibatkan batalnya suatu perkawinan,

sehingga perkawinan itu tidak mempunyai akibat hukum.

Pada garis besarnya, syarat sah perkawinan itu ada dua yaitu: 46

a. Laki-laki dan perempuannya sah untuk dinikahi. Artinya kedua calon

pengantin adalah orang yang bukan haram dinikahi, baik karena

haram untuk sementara atau selamanya.

b. Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi.

3. Larangan Pernikahan Dalam Islam

Tidak semua perempuan boleh dinikahi, tetapi syarat perempuan yang

boleh dinikahi hendaklah dia bukan orang yang haram bagi laki-laki yang

akan menikahinya. Larangan pernikahan dengan seorang perempuan itu ada

dua macam, pertama larangan muabbad, yaitu larangan untuk dinikahi

selamanya. Kedua, larangan muaqqat, yaitu larangan pernikahan dengan

seorang perempuan selama perempuan tersebut masih dalam keadaan

tertentu. Apabila keadaan itu berubah maka larangan itu tercabut dan

perempuan itu menjadi halal untuk dinikahi.

46Slamet Abidin, Amirudin, Fiqih Munakahat 1, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 63

Page 52: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

36

Ada bermacam-macam larangan menikah (kawin) dalam Islam yang

antara lain:

1. Larangan perkawinan karena berlainan agama;

Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan

wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman sesungguhnya

wanita budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun

dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah

mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah

menerangkan perintah-perintah-Nya kepada manusia, supaya mereka

mengambil pelajaran.

2. Larangan perkawinan karena hubungan darah yang terlampau dekat;

Dari sudut ilmu kedokteran (kesehatan keluarga), perkawinan

antara keluarga yang berhubungan darah yang terlalu dekat itu akan

mengakibatkan keturunannya kelak kurang sehat dan sering cacat

bahkan kadang-kadang inteligensinya kurang cerdas.

a. Ibu kandung kamu.

b. Anak perempuan kandungmu.

c. Saudara kandungmu yang perempuan.

d. Anak perempuan dari saudara laki-laki kandungmu.

e. Dilarang kamu menikahi anak perempuan dari saudara perempuan

kandungmu.

f. Dilarang (laki-laki) menikahi saudara kandung perempuan dari

ibumu

Page 53: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

37

g. Dilarang kamu (laki-laki) menikahi saudara kandung perempuan

dari ayah kamu.

3. Larangan perkawinan karena hubungan susuan

Maksudnya ialah bahwa seorang laki-laki dengan wanita yang

tidak mempunyai hubungan darah, tetapi pernah menyusu (menetek)

dengan ibu (wanita) yang sama dianggap mempunyai hubungan

sesusuan, oleh karenanya timbul larangan menikah antara keduanya

karena alasan sesusu (sesusuan).

Ada dua pendapat tentang masalah tersebut:

Pendapat pertama mengatakan bahwa walaupun menyusu

(menetek) itu satu kali saja tetapi sampai kenyang, maka telah timbul

larangan perkawinan antara anak laki-laki yang menyusu itu bahkan

juga berlaku larangan bagi anak laki-laki itu kelak dengan anak dari

ibu (wanita) tempat dia menyusu itu pendapat ini adalah pendapat

Hanafi beserta pengikut-pengikut madzhab Hanafiah tersebut, seperti

juga Imam Hambali dan Imam Malik.

Pendapat yang kedua ialah bahwa menyusu itu minimal lima kali

sampai kenyang setiap kali menyusu itu, dengan tidak dipersoalkan

kapan waktu-waktu menyusu itu, apakah sehari itu menyusu lima kali

itu, atau berjarak dua atau tiga hari atau seminggu. Maka barulah

timbul larangan perkawinannya. Pendapat Imam syafi’i dengan para

penganutnya.

Page 54: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

38

4. Larangan perkawinan karena hubungan semenda

Hubungan semenda artinya ialah setelah hubungan perkawinan

yang terdahulu, misalnya kakak/adik dari istri kamu (laki-laki). Laki-

laki (kamu) telah menikahi kakaknya yang perempuan atau adiknya

yang perempuan maka timbullah larangan perkawinan antara suami

dari kakak/adik perempuan itu dengan kakak/adik perempuan itu.

Lazimnya di Indonesia disebut kakak/adik ipar, demikian juga

hubungan antara anak tiri dengan bapak tiri, antara ibu tiri dengan

anak tiri.

5. Larangan perkawinan poliandri

Jangan kamu laki-laki menikahi wanita yang sedang bersuami.

Dari sudut wanita ketentuan itu adalah berupa larangan melakukan

poliandri (seorang wanita yang telah bersuami menikah dengan laki-

laki lain).

6. Larangan perkawinan terhadap wanita yang li’an

Li’an diatur dalam al-qur’an surah XXIV ayat 4 dan ayat 6 atau

surah An-Nuur (cahaya).

tÏ% ©!$#uρ tβθãΒ ö� tƒ ÏM≈ oΨ|Áós ßϑø9 $# §ΝèO óΟ s9 (#θè?ù' tƒ Ïπyèt/ö‘r' Î/ u!#y‰pκà− óΟ èδρ߉Î=ô_ $$ sù

tÏΖ≈ uΚ rO Zοt$ ù#y_ Ÿωuρ (#θ è=t7ø)s? öΝçλ m; ¸οy‰≈ pκy− # Y‰t/r& 4 y7 Í×‾≈ s9 'ρé& uρ ãΝèδ tβθà)Å¡≈ x�ø9 $# ∩⊆∪

Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.

Page 55: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

39

tÏ% ©!$#uρ tβθ ãΒ ö�tƒ öΝßγ y_≡ uρø— r& óΟ s9 uρ ä3tƒ öΝçλ °; â !#y‰pκà− Hω Î) öΝßγ Ý¡ à�Ρr& äοy‰≈ yγ t±sù

óΟÏδ ωtn r& ßìt/ö‘r& ¤N≡ y‰≈ uηx© «!$$ Î/ � … çµ‾ΡÎ) z Ïϑs9 šÏ%ω≈ ¢Á9 $# ∩∉∪

Artinya: Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar.

Akibat istri yang di li’an maka mereka bercerai untuk selama-

lamanya, dan tidak dapat, baik rujuk lagi maupun menikah lagi antara

bekas suami istri itu. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan hanya

mempunyai hubungan dengan ibunya.

7. Larangan perkawinan (menikah) wanita/pria pezina

Tujuan perkawinan sifatnya adalah suci. Ia harus dicegah dari

segala unsur penodaan, pengotoran karena itulah ia menjadi lembaga

keagamaan. Haramlah yang tidak melindungi, mengawal dan

mengamankan kesucian perkawinan. Perkawinan yang didasarkan

sekuler saja (menurut apa adanya saja, kebudayaan saja) tidak akan

dapat menjaga atau tidak akan mampu menjaga kesucian itu, seperti

tang di jelskan dalam al-qur’an XXXIV : 3 (surah Al-Nuur Ayat 3).

’ÎΤ# ¨“9 $# Ÿω ßxÅ3Ζtƒ āω Î) ºπ uŠÏΡ#y— ÷ρr& Zπ x.Î�ô³ãΒ èπu‹ ÏΡ# ¨“9 $#uρ Ÿω !$ yγ ßsÅ3Ζtƒ āω Î) Aβ#y— ÷ρr& Ô8Î�ô³ãΒ 4 tΠ Ìh� ãm uρ y7Ï9≡ sŒ ’ n?tã tÏΖÏΒ ÷σßϑø9 $# ∩⊂∪

Artinya:

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh

Page 56: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

40

laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.

8. Larangan perkawinan dari bekas suami terhadap wanita (bekas istri

yang ditalak tiga)

Yang ditalak tiga kecuali perempuan bekas istri tersebut telah

dinikahi lebih dahulu oleh laki-laki lain secara sah kemudian tertalak

lagi serta habis tenggang waktu iddah (menunggu).

Kemudian apabila di suami menalaknya (sesudah talak yang

kedua, maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia

menikah dengan suami yang lain. Kemudian apabila suami yang lain

itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami

pertama dan bekas istri itu) untuk menikah kembali, apabila keduanya

berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.

9. Larangan kawin bagi pria yang telah beristri empat

Bahwa prinsipnya pekawinan menurut hukum Islam itu adalah

monogami. Tetapi demi untuk melindungi atau untuk kepentingan

anak yatim yang berada di bawahpengawasan dan pemeliharaan kamu

bolehlah menikahi ibu tiri dari anak yatim tersebut dua, tiga atau

maksimal 4 empat orang.

Dari beberapa penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa pernikahan

adalah merupakan suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang

laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan

kewajiban antara keduanya.

Page 57: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

41

Pernikahan bertujuan membentuk keluarga sakinah yang diliputi rasa

saling cinta mencintai dan rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

Keluarga yang seperti inilah yang akan merupakan batu-bata, semen, pasir,

kapur dan sebagainya dari bangunan umat yang dicita-citakan oleh agama

Islam. Karena itu rasulullah s.a.w melarang hidup menyendiri dengan tidak

kawin-kawin, yang menyebabkan hilangnya keturunan, keluarga dan

melenyapkan umat.

Page 58: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

42

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan

data penelitian dan dibandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan.47

Seorang peneliti yang akan melakukan proyek penelitian, sebelumnya ia dituntut

untuk mengetahui dan memahami metode serta sistematika penelitian, jika peneliti

tersebut hendak mengungkapkan kebenaran melalui suatu kegiatan ilmiah. Adapun

dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik atau metode penelitian yang

meliputi:

47Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),126-127.

42

Page 59: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

43

1. Paradigma Penelitian

Paradigma ialah sebuah framework tak tertulis, berupa lensa mental atau peta

kognitif dalam mengamati dan memahami sesuatu yang dapat mempertajam

pandangan terhadap dan bagaimana memahami data.48

Dalam rangka menghadapi aneka fenomena sosial yang hadir ke permukaan

kehidupan masyarakat yang perlu disikapi, maka penulis menggunakan paradigma

Definisi Sosial yaitu paradigma yang diaplikasikan dalam penelitian kualitatif, sebab

penelitian dalam skripsi ini membawa penulis pada sebuah kerangka pemahaman

bagaimana metode atau teknik untuk memasuki dunia konseptual para subyek

penelitian sedemikian rupa, sehingga berkompeten dalam memahami kehidupan

sehari-hari khususnya pada saat penulis berinteraksi dengan obyek penelitian.

Paradigma Definisi Sosial adalah sebuah kerangka yang berusaha memahami

perilaku manusia dari segi kerangka pemikirannya dan tindakannya. 49

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Menentukan jenis penelitian sebelum terjun ke lapangan adalah sangat

signifikan, sebab jenis penelitian merupakan payung yang akan digunakan sebagai

dasar utama pelaksanaan riset. Oleh karenanya penentuan jenis penelitian didasarkan

pada pilihan yang tepat karena akan berimplikasi pada keseluruhan perjalanan riset.50

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah field research (penelitian

lapangan), yang mana penelitian ini menitik beratkan pada hasil pengumpulan data

48Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Malang, Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Cet. I; Malang: t.p., 2005), 10. 49Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: SuatuPendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 12. 50Saifullah, Buku Panduan Metodologi Penelitian (Hand Out, Fakultas Syari'ah UIN Malang, t.t),t.h.

Page 60: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

44

dari informan yang telah ditentukan.51 Penelitian lapangan (field research) adalah

penelitian secara langsung obyek yang diteliti yaitu masyarakat Wonosalam untuk

mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pembahasan yang dibahas. Dalam hal

ini adalah mengenai Tradisi Perkawinan “Cok Bakal” pada masyarakat Wonosalam

Kec. Wonosalam Kab. Jombang.

Berangkat dari rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka

pendekatan yang dipergunakan adalah proses pengumpulan data sistematik dan

intensif untuk memperoleh data tentang fenomena sosial dan merubah fenomena

sosial dengan mengunakan pengetahuan dari fenomena sosial itu sendiri. Dengan

bahan pertimbangan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang

terdapat di lokasi penelitian yaitu fenomena tradisi perkawinan “Cok Bakal” pada

masyarakat Wonosalam Kec. Wonosalam Kab. Jombang.

Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu yang

terdapat pada orang-orang yang jadi obyek penelitian. Menurut kaum fenomelogis

penelitian ini ditekankan pada aspek subyektif dari prilaku seseorang. Mereka masuk

ke dalam dunia konseptual para subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga

mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh

mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.52 Sehingga dalam penelitian

kualitatif hasilnya bisa berubah-rubah sesuai penelitian yang dilakukan.

Bogdan Taylor seperti dikutip oleh Lexi J. Moleong mendefinisikan motode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Lexy juga

51Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya, 2002), 135. 52Ibid., 1.

Page 61: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

45

menulis dalam bukunya bahwa Kirk dan Miller memberikan kerangka definisi

penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara

fundamental yang bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

kawasannya maupun dalam peristilahannya.53

3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah “deskriptif analitik” yaitu penelitian

yang menggambarkan realitas yang ada dan menganalisa tradisi perkawinan “Cok

Bakal” pada masyarakat Wonosalam Kec. Wonosalam Kab. Jombang.

4. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian. Kesalahan

dalam menggunakan dan memahami serta memilih sumber data, maka data yang

akan diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Oleh karenanya, peneliti

harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan dalam

penelitiannya itu. Ada dua jenis sumber data yang biasanya digunakan dalam

penelitian dan yang digunakan dalam skripsi ini adalah: 54

1. Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber

utama yakni para pihak yang menjadi obyek dari penelitian ini. Data primer

dalam penelitian ini adalah data yang dihasilkan melalui wawancara secara

53Ibid, 3. 54Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga Press, 2001),129.

Page 62: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

46

langsung dengan informan terutama informan yang menjadi subyek dari yang

melakukan tradisi perkawinan Cok Bakal.

No. Nama Umur Sebagai Desa / Dusun

1 H. Mulyono 70 Tokoh Adat Sumberejo

2 Pardi 50 Kepala Dusun Tukum

3 K.H Suyono 52 Kiai Wonokerto

4 K.H Muhadi 60 Kiai Tukum

5 Herlambang 63 Sesepuh Carang wulung

6 Syaifullah 47 TNI Wonosalam

7 Hj. Sati’ul Inayah

61 Ustadzah Wonosalam

8 Siti masrufah 53 Carik Tukum

9 Sutopo 66 Sesepuh Galengdowo

10 Basori 54 Masyarakat Wonomerto

2. Sumber Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh dari sumber kedua yang

merupakan pelengkap, meliputi buku-buku yang menjadi referensi terhadap tema

yang diangkat.

Menurut Soerjono Soekanto sumber data dibagi menjadi tiga yaitu: sumber

data primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier. Sumber Data Tersier

adalah data-data penunjang, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk dan

Page 63: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

47

penjelasan terhadap data primer dan sumber data sekunder, diantaranya kamus dan

ensiklopedia.55

5. Metode Pengumpulan Data

Kualitas data sangat ditentukan oleh kualitas alat atau metode

pengumpulannya. Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam pengumpulannya,

digunakan dua metode yaitu:

a. Metode Observasi

Observasi sering diartikan dengan pengamatan, pengamatan adalah alat

pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara

sistematik gejala-gejala yang diselidiki.56 Sesungguhnya yang dimaksud observasi di

sini adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti

dengan menggunakan panca indera.57

Metode observasi dilakukan dalam suasana alamiah yang wajar. Pada tahap

awal, penulis lebih bersifat tersamar. Ketersamaran dalam pengamatan ini dikurangi

sedikit demi sedikit seirama dengan semakin akrabnya hubungan antara penulis

dengan informan. Ketika suasana akrab dan terbuka sudah tercipta, penulis bisa

mengkonfirmasikan hasil pengamatan melalui wawancara dengan informan.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

55Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Pres, 1986), 12. 56Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 70. 57Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga Press, 2001)142.

Page 64: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

48

informan terkait.58 Jenis wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara

bebas terpimpin atau bebas terstruktur dengan menggunakan panduan pertanyaan

yang berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah.59

Metode wawancara ini dilakukan kepada informan yang banyak mengetahui, juga

terhadap pelaku pelanggaran dan yang mentaati tradisi tersebut.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian. Penelaahan dokumentasi dilakukan khususnya untuk mendapatkan

data-data dalam segi konteks. Kajian dokumentasi dilakukan terhadap catatan yang

berkorelasi dengan permasalahan penelitian.

6. Metode Pengolahan Data

Untuk mempermudah dalam memahami data yang diperoleh dan agar data

terstruktur secara baik, rapi dan sistematis, maka pengolahan data dengan beberapa

tahapan menjadi sangat urgen dan signifikan. Adapun tahapan-tahapan pengolahan

data adalah:

a. Editing

Tahap pertama dilakukan untuk meneliti kembali data-data yang telah

diperoleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta

relevansinya dengan kelompok data yang lain dengan tujuan apakah data-data

tersebut sudah mencukupi untuk memecahkan permasalahan yang diteliti dan untuk

58M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 193-194. 59Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Op.Cit., 85.

Page 65: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

49

mengurangi kesalahan dan kekurangan data dalam penelitian serta untuk

meningkatkan kualitas data.

b. Classifaying

Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan mengklasifikasikan data

yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau permasalahan tertentu untuk

mempermudah pembacaan dan pembahasan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

c. Verifying

Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk menjamin validitas data

yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara menemui sumber data

(informan) dan memberikan hasil wawancara dengannya untuk ditanggapi apakah

data tersebut sesuai dengan yang diinformasikan olehnya atau tidak.

7. Metode Analisis Data

Setelah data yang masuk diolah maka proses selanjutnya adalah

menganalisisnya. Dalam mengalisis data penelitian ini, maka peneliti menggunakan

teori Interaksi Simbolik yaitu suatu aktifitas yang merupakan ciri khas manusia,

yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.60 Sehingga dapat

menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat,

mengenai pandangan serta kontribusi tradisi Cok Bakal terhadap masyarakat

Wonosalam.

60Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komuniksi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),68.

Page 66: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

50

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Kondisi Objektif Masyarakat Wonosalam

Penelitian ini dilakukan di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam

Kabupaten Jombang. Oleh karenanya dalam mendeskripsikan lokasi penelitian ini,

penulis membagi beberapa pemaparan yaitu:

1. Keadaan Geografis

Desa yang dijadikan obyek penelitian adalah desa Wonosalam. Desa ini

terletak disebelah utara Desa Mojowarno, disebelah selatan berbatasan dengan Desa

Bareng, sebelah barat Desa Galungdowo dan disebelah timur Desa Jabung. Jarak

yang ditempuh menuju pusat pemerintahan kecamatan adalah 2 km. jarak dari

Ibukota/kota adalah 30 km. Dari Kec. Wonosalam Menuju ke desa Wonosalam ini

bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, melalui jalan yang

50

Page 67: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

51

sudah diaspal dengan baik. Jalan yang diaspal hanya terletak di jalan menuju Desa

Wonosalam, sementara jalan menuju dusun-dusun pedalaman tidak diaspal cukup

diberi makadam saja.

Desa Wonosalam terdiri dari 9 dusun dengan luas wilayah 13.905,075 Ha,61

yang terdiri dari sawah, ladang, perumahan, jalan, pemakaman, perkebunan dan

sarana umum lainnya. Hampir semua lahan yang ada di desa ini merupakan tanah

yang subur akan tetapi sangat minim akan irigasinya. Wilayah desa ini berada pada

dataran tinggi dengan bukit-bukit kecil yang sudah dihuni oleh penduduk, disela-sela

bukit-bukit terletak lahan pertanian atupun perkebunan penduduk, berupa tanah

kering yang sangatlah luas. Di tanah inilah penduduk melakukan kegiatan pertanian

ataupun perkebunan yang merupakan mata pencaharian utama penduduk desa

Wonosalam.

Iklim di desa Wonosalam termasuk iklim tropis, dengan dua musim yaitu

musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan daerah ini cukup memberikan

kenyamanan pada penduduk karena dengan air hujan penduduk dapat melakukan

aktifitas pertanian dan perkebunan sebagai mata pencaharian utama dan juga pada

musim ini, sumber mata air yang keluar dari perbukitan melimpah ruah dan dapat

memudahkan penduduk untuk mendapatkan air bersih sebagai kebutuhan sehari-hari.

Namun, pada musim kemarau penduduk mulai kekurangan pasokan air, pertanian

banyak yang gagal, sumur-sumur pun banyak yang kering, ketika ini terjadi pada

umumnya penduduk hanya mengantungkan hidupnya dalam memperoleh air bersih

dengan bergantian mengalirkan air bersih yang bersumber dari pegunungan ke desa-

desa. Setiap dusun hanya akan dialiri air bersih selama 3 jam setiap harinya. Musim

61Sumber monografi Desa Wonosalam Kec. Wonosalam, tanggal 1 November 2007

Page 68: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

52

kemarau merupakan masa-masa sulit bagi kehidupan penduduk desa Wonosalam.

Usaha pertanian banyak gagal panen, karena kekurangan air. Hujan yang dinantikan

tidak kunjung turun sehingga yang dapat diandalkan adalah tanaman perkebunan

yang dapat dipanen secara tahunan yaitu cengkeh, kopi, venili, durian, mangga

rambutan dan salak pondoh.

2. Keadaan Penduduk

Pada waktu penelitian ini dilakukan, penduduk desa Wonosalam tercatat

berjumlah 7320 jiwa yang terdiri dari laki-laki 3545 orang dan perempuan 3775

orang. Penduduk ini kemudian terbagi dalam 2032 KK (Kepala Keluarga). Yang

bermukim di 17 Rukun Warga.62 Setiap kepala keluarga rata-rata mempunyai empat

sampai lima orang anggota keluarga.

Keadaan alam desa Wonosalam yang tidak begitu ramah dalam menyediakan

sarana kehidupan ekonomi masyarakat, telah menjadi pendorong yang kuat bagi

penduduk untuk melakukan mobilitas luar pedesaan. Kebutuhan ekonomi yang

semakin meningkat untuk mendukung kebutuhan hidup para penduduk, telah

mendorong penduduk untuk melakukan migrasi keluar desa atupun keluar kota,

terutama pada penduduk berusia muda.

Seperti umumnya masyarakat pedesaan di Wonosalam, mayoritas penduduk

hidup sebagai petani, walaupun ada yang bekerja sebagai wiraswasta, petukangan,

buruh panen, kuli ataupun serabutan. Jenis tanaman yang diusahakan oleh petani di

desa adalah duren, cengkeh, kopi, vanili dan juga salak pondoh, sedangkan padi

hanya ditanam ketika diperkirakan air hujan memadai turun, karena musim

penghujan pada umumnya berlangsung cukup lama sekitar enam bulan lamanya.

62 Sumber Monografi Desa Wonosalam Kec. Wonosalam, tanggal 1 November 2007

Page 69: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

53

Secara umum penduduk Desa Wonosalam agak kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi mereka dari kegiatan pertanian yang terdiri dari persawahan dan

perkebunan. Oleh karena itu, mereka mayoritas pergi keluar negeri sebagai Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) di Malasyia atupun pergi keluar kota di surabaya bahkan

keluar lintas Provisi di Sumatera atau Kalimantan sebagai solusi untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi rumah tangga mereka.

Tabel Mata Pencaharian Masyarakat Wonosalam

Buruh tani 1960 Orang

Petani 3510 Orang

Pedagang/wiraswasta/Pengusaha 58 Orang

Pengrajin 25 Orang

PNS 30 Orang

TNI/Polri 9 Orang

Penjahit 16 Orang

Montir 12 Orang

Sopir 63 Orang

Pramuwisa 13 Orang

Karyawan Swasta 180 Orang

Kontraktor 3 Orang

Tukang Kayu 39 Orang

Tukang Batu 29 Orang

Guru Swasta 20 Orang

Dalam masalah pendidikan, sebagian besar penduduk desa Wonosalam hanya

berpendidikan tingkat Sekolah Dasar bahkan ada yang tidak tamat SD. Memang ada

sebagian kecil yang memperoleh pendidikan sampai SLTP, SLTA dan Perguruan

Page 70: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

54

tinggi, namun semua bisa dihitung dengan jari. Terdapat kesan yang kuat bahwa hal

ini berkaitan dengan rendahnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membiayai

pendidikan anak-anaknya ketingkat yang lebih tinggi disamping tempat sekolah yang

jauh dari rumah-rumah penduduk dan kesadaran akan pendidikan sangat minim.

3. Keadaan Pendidikan

Tingkat Pendidikan Masyarakat Wonosalam

Jumlah penduduk buta hurup 145 orang

Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat 135 orang

Jumlah penduduk tamat SD/sederajat 3825 orang

Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat 1070 orang

Jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat 776 orang

Jumlah penduduk tamat D-1 25 orang

Jumlah penduduk tamat D-2 9 orang

Jumlah penduduk tamat D-3 17 orang

Jumlah penduduk tamat S-1 22 orang

Jumlah penduduk tamat S-2 5 orang

Jumlah penduduk tamat S-3 1 orang

Sarana pendidikan yang tersedia di wilayah tidaklah cukup memadai, dua

buah Taman Kanak-Kanak, lima buah Sekolah Dasar dan tiga buah Madrasah

Ibtidaiyah, dua buah Sekolah Lanjutan Tinggat Pertama dan satu buah Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas. Disamping kurang memadainya sarana, minat untuk

melanjutkan sekolah sangat rendah karena tekanan akan kehidupan ekonomi

keluarga dan juga adanya kecenderungan untuk mengawinkan anak sebelum pada

waktunya.

Page 71: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

55

4. Keadaan Keagamaan

Hampir seluruh warga penduduk Desa Wonosalam mengaku memeluk Islam

sebagai agamanya yang berhaluan pada Ahlussunnah wal jama’ah. Secara

keseluruhan masyarakat Wonosalam adalah sebagai warga Nahdhatul Ulama’ (NU)

dan sebagian LDII (lemkari). Meskipun semua penduduk Wonosalam memeluk

Islam, akan tetapi suasana keagamaan kurang begitu mewarnai kehidupan mereka.

Tingkat kepatuhan masyarakat Wonosalam terhadap doktrin-doktrin agama boleh

dikatakan sedikit rendah. Masyarakat mengamalkan agamanya hanya sebatas pada

suatu perkara-perkara yang diwajibkan saja, itupun tingkatannya masih di bawah

rata-rata dari penduduk keseluruhan, sementara perkara-perkara yang berpredikat

anjuran kurang begitu diperhatikan dan diindahkan oleh warga masyarakat Desa

Wonosalam.

Dilihat dari sarana peribadatan, saat ini desa Wonosalam memiliki sarana

ibadah 5 (lima) buah masjid dan ± 17 (tujuh belas) Musholla yang tersebar

diberbagai dusun. Pada umumnya meskipun terdapat 5 (lima) masjid dan ± 17

Musholla, ketika adzan dikumandangkan tempat-tempat ibadah tersebut sepi dari

warga yang shalat jama’ah, yang shalat jama’ah hanyalah orang-orang tertentu dan

yang terdekat dengan tempat tersebut. Masjid hanya ramai hanya ketika sholat jum’at

dan sholat hari raya Idul Fitri/Adha (Idul Fitri)saja.

Adapun kegiatan tahlil serta yasinan di desa Wonosalam masih ada yang

menyelenggarakannya, akan tetapi dilakukan hanya pada ketika ada orang meninggal

dunia saja selain itu, suara tahlilan dan yasinan hampir tidak terdengar. Momen

pembacaan tahlil serta yasin hanya dilaksanakan ketika ada orang yang meninggal

saja, yasinan bukan merupakan agenda rutinan tengah bulanan, mingguan dan kamis

Page 72: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

56

malam jum’at masyarakat Wonosalam. Oleh karenanya dapat dipahami bahwasannya

seandainya tidak ada orang yang meninggal dunia di desa Wonosalam, maka dapat

dipastikan bahwasanya suara tahlilan dan yasinan tidak akan pernah terdengar sama

sekali. Umumnya masyarakat desa Wonosalam masih banyak yang memegang dan

mempertahankan kepercayaan tradisional seperti mempercayai roh-roh leluhur dan

kekuatan gaib yang terdapat benda-benda tertentu dan kekuatan yang berasal dari

nenek moyang atau orang jawa biasa dengan istilah (klenik).

5. Kondisi Sosial Kultural Masyarakat

Masyarakat Desa Wonosalam selalu mengindahkan tradisi yang telah ada di

tengah-tengah mereka, termasuk juga dalam mempertahankan tradisi Cok Bakal,

yaitu tradisi yang dilakukan masyarakat Wonosalam sebelum melakukan

perkawinan. Dimana seorang mempelai laki-laki dan mempelai perempuan harus

melakukan ruwatan sebelum acara perkawinan dilangsungkan.

Rasa peduli masyarakat terhadap tradisi setempat memberikan satu labelisasi

bahwasannya masyarakat desa Wonosalam bisa dikatakan sebagai masyarakat

tradisional, pada umumnya dalam mengamalkan tradisi lokalnya, masyarakat desa

Wonosalam kurang memperhatikan atau tidak tahu apakah tradisi tersebut sesuai

dengan Islam atau tidak, ini disebabkan oleh tingkat pendidikan mereka yang sangat

minim dan juga karena kurangnya perhatian dari beberapa tokoh agama dan dalam

memberikan penyuluhan keagamaan yang berkorelasi dengan tradisi setempat.

Disamping itu juga yang jadi penyebabnya adalah karena tingkat kepatuhan terhadap

agama yang sangat minim sehingga dalam pengamalan tradisi lokalnya masyarakat

desa Wonosalam tidak mempersoalkan tradisi tersebut apakah sesuai dengan agama

yang mereka yakini atau tidak.

Page 73: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

57

Dalam pengamalan tradisi, yang terpenting bagi mayarakat desa Wonosalam

adalah bisa melestarikan dan rasa puas yang didapat dalam mematuhi tradisi tersebut.

Bagi masyarakat desa Wonosalam, tradisi yang selama ini dilestarikannya adalah

merupakan ciri khas dari daerah mereka yang tentunya memiliki nilai yang sangat

positif dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka, karena dalam situasi yang

sudah bisa dikatakan moderen yang penuh dengan arus globalisasi ini, masyarakat

desa Wonosalam masih bisa dalam mempertahankan tradisi lokalnya.

Masyarakat desa Wonosalam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, ini

bisa dilihat dengan antusiasme mereka dalam bantu-membantu serta bahu-membahu

saat para saudara kerabat, tetangga, sanak famili yang mempunyai hajatan baik

pembangunan rumah dan perbaikannya maupun hajatan lainnya. Bantuan mereka

tanpa diminta, akan tetapi jiwa-jiwa sosial mereka merasa terpanggil dengan

sendirinya disaat yang lain membutuhkan. Menjunjung tinggi nilai-nilai sosial di

kalangan masyarakat sudah mengakar dan sudah tertanam sejak dahulu kala sehingga

telah menjadi kebudayaan tersendiri dikalangan mereka.

B. Tradisi “Cok Bakal” Dalam Perkawinan Masyarakat Islam Wonosalam

Jombang

1. Pandangan Masyarakat Wonosalam Terhadap Tradisi Perkawinan ”Cok

Bakal”

Adapun pengertian “Cok Bakal” sebenarnya telah dipaparkan di latar

belakang masalah, namun agar kajian ini terbangun secara sistematis, maka saji

ulang tentang pengertian tradisi perkawinan “Cok Bakal” dianggap merupakan

sesuatu yang sangat penting dan signifikan demi terciptanya pemahaman yang

Page 74: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

58

sempurna terkait permasalahan tersebut. “Cok Bakal” secara bahasa berasal dari kata

Cikal Bakal, sedangkan secara sederhana dapat diartikan sebagai "Tradisi melakukan

ritual-ritual tertentu sebelum dilaksanaknnya pernikahan, seperti melakukan sesajen

serta do’a kepada arwah leluhur". 63

Prosesi “Cok Bakal” ini dilaksanakan sebelum acara ijab qobul, satu hari

sebelum acara pernikahan dilaksanakan, tepatnya setelah ba’da maghrib tradisi

sesajen atau dengan istilah Cok Bakal ini diselenggarakan oleh masyarakat serta di

pimpin oleh ketua adat yang biasa memimpin setiap acara ini berlangsung. Mulanya

di awali dengan kalimat pembuka, setelah itu acara dapat dilangsungkan dengan

sama-sama mengucapkan kalimat tahlil serta istighosah dan ditutup dengan doa.

Setelah acara doa bersama ini selesai maka selanjutnya dilanjutkan dengan acara

(kenduren) dalam istilah jawa yaitu makan bersama ditempat tuan rumah tersebut.

Saat bersamaan itulah tuan rumah mulai menyajikan sesajen ditempat-tempat

tertentu seperti pada: setiap sudut rumah, tempat menanak nasi, tempat makanan

serta tempat pengeras suara (sound sistem). Disamping itu pula ditengah-tengah

rumah disediakan sesajen yang dinamakan Sepen. Ini semua dimaksudkan agar

keluarga tersebut dijauhkan dari marabahaya dan dijauhkan dari bala’ yang diyakini

apabila tidak dilakukan acara tersebut maka, akan terjadi malapetaka ataupun bala’.

Mbah Mulyono mengungkapkan bahwasanya:

Tradisi Cok Bakal niki sampun dilaksanaaken turun menurun milai jaman Mojopahit lan di damel ngantos sakniki kalian tiang khususe masyarakat Wonosalam. sien nate wonten warga masyarakat Wonosalam nate ngelaksanaaken pernikahan tap mboten ndamel acara ruwatan Cok Bakal, padahal masyarakat meriki sedoyo sampun percados, menawi mboten ndamel Cok Bakal niku bakale kantuk musibah, Selang pinten sasi

63Mulyono.,op.cit Wawancara (Wonosalam 10 Nonember 2007)

Page 75: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

59

sak mantune pernikahan akhire manten estri pejah. Nah niki saget didamel salah satu bukti lek cok bakal niku sampun adate tiang mriki. 64

Mbah Mulyono sebagai tokoh adat mengatakan bahwasanya taradisi Cok

Bakal sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak jaman kerajaan Majapahit dan

dipakai hingga saat ini khususnya pada masyarakat Wonosalam. Beliau menekankan

bahwasanya hal ini sudah menjadi adat kebiasaan yang wajib dilakukan. Mbah

Mulyono menceritakan bahwasanya dahulu pernah ada warga masyarakat

Wonosalam yang melaksanakakan pernikahan akan tetapi tidak menggunakan

ruwatan Cok Bakal, padahal masyarakat disini semua sudah percaya, jika tidak

menggunakan Cok Bakal itu akan mendapatkan musibah, dalam waktu beberapa

bulan setelah pernikahan pengantin wanita yang telah menikah meninggal. Menurut

mbah Mulyono sebagai sesepuh adat ini adalah salah satu bukti kalau Cok Bakal itu

sudah menjadi adat masyarakat Wonosalam.

Bapak Pardi mengungkapkansebagai kepala dusun:

Ten meriki poro masyarakat Wonosalam sedoyo percados lek taradisi Cok Bakal niku awale saking jaman kerajaan Mojopahit seng dibeto kalian sesepuh jaman sien. Ten mriki wonten pesareane utawi makam mbah Wali Wono Segaran ing pucuk gunung Kuncung. Mbah Wali Wono Segaran niku pegawai ndalem kraton mojopahit ing masa eneme sien, ing masa-masa tugase mbah wali wono segaran diutus kalean ndalem damel njagi perbatasan Mojopahit kalian Kediri. Lan ngantos akhir hayate mbah Wali Wono Segaran sedo ten perbatasan Mojopahit (biyen) celak candi Ngrimbi yen sakniki di jenengne Wonosalam iki. Sien nate wonten tiang Wonosalam nikahan, tapi mboten ndamel Cok Bakal, duko niku supe nopo pancen mboten purun ndamel, sing jelas yugane nopo putrane niku akhire pegatan selang pinten-pinten sasi. 65 Pardi selaku kepala dusun mengatakan bahwasanya masyarakat Wonosalam

semua percaya kalau tradisi Cok Bakal berawal dari jaman kerajaan Majapahit yang

64Mulyono.,op.cit Wawancara (Wonosalam 10 Nonember 2007) 65Herlambang, Wawancara (Wonosalam 7 Nonember 2007)

Page 76: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

60

di bawa oleh sesepuh jaman dahulu. Di Wonosalam ini ada makam mbah wali

Wonosegaran di puncak gunung Kuncung. Mbah wali Wonosegaran pada masa

mudanya itu adalah pegawai ndalem kraton Majapahit yang menjaga perbatasan

Majapahit dengan Kediri. sampai pada akhir hayatnya beliau mengabdikan pada

kraton Majapahit. Pada akhirnya dimakamkan di desa Wonosalam pada puncak bukit

gunung Kuncung dekat dengan Candi Ngrimbi. Bapak Pardi menambahkan

bahwasanya dahulu ada orang Wonosalam menikah, akan tetapi tidak menggunakan

Cok Bakal, entah itu lupa atau memang tidak mau memakai, yang jelas anak/

puteranya pada akhirnya mengalami musibah yang berakhir dengan perceraian

dalam waktu beberapa bulan.

Bapak Herlambang mengungkapkan bahwasanya:

Tradisi Cok Bakal niku dilaksanaaken sak derenge akad nikah utawi Ijab Qobul, sedinten sak derenge nikah. Acara ritual Cok Bakal dilaksanaaken ngagem ndungo kalian keluargo, kalian undangan sami-sami munajat dining gusti Allah Ta’ala lan moco istighosah lan tahlil, sak mantune niku sesajen Cok Bakal diselap ten panggene pawonan, tempat jajan, ngajeng nggriyo lan ten tempat salon. Sepen diselap ten nggriyo tengah damel ndungak’aken arwah-arwah poro leluhur lan makhluk ghoib sekne lancar. Mbinjinge dilaksanaaken acara siraman ten manten kaleh. Tradisi niki patut dilaksaaken kalean tiang Wonosalam, yen sopo wonge ora gelem ngelaksanaaken tradisi iki, akeh sangsi seng bakal di terimo yoiku balak utawo musibah loro, sedo lan ora di anggep karo poro masyarakat lan tanggi-tanggine.66 Herlambang mengungkapkan tradisi Cok Bakal itu dilaksanakan sebelum

acara akad Nikah atau acacra Ijab Qobul, sehari sebelum pernikahan berlangsung.

Acara ritual Cok Bakal dilaksanakan dengan berdo’a bersama keluarga, dan para

undangan sama-sama berdo’a kepada Allah Ta’ala dan membaca istighosah dan

tahlil, setelah itu sesajen Cok Bakal ditaruh di dapur, tempat menaruh makanan kecil,

66Herlambang, Wawancara (Wonosalam 7 November 2007)

Page 77: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

61

depan rumah dan tempat salon atau sound system. Sepen ditaruh di ruang tengah

rumah yang berfungsi sebagai sesajen yang ditujukan kepada arwah-arwah para

leluhur dan makhluk ghoib agar proses acara pernikahan dapat berjalan dengan

lancar. Keesokan harinya dilaksanakan acara siraman terhadap pasangan calon

pengantin. Tradisi ini harus dilaksakan bagi masyarakat Wonosalam, dan barang

siapa saja yang tidak mau melaksanakan tradisi ini, banyak sangsi yang akan

diterima yaitu, musibah penyakit, kematian dan juga tidak dianggap serta diacuhkan

oleh masyarakat dan juga para tetangga.

K.H Muhadi mengungkapkan bahwasanya:

Menurut kulo, tradisi Cok Bakal niku sae maksud lan tujuane ndungakne calon manten. Ten mriku nggeh wonten acara istighosah lan tahlil serta sareng-sareng ndungo dining gusti Allah. Tapi kito kedah noto niat supoyo gak salah niate, niate shodaqoh maring masyarakat lan njogo kerukunan serta melestarikan tradisi. Amrih sesajen niku lek didamel tumbal utawi nyuguhi barang ghoib niku sing mboten kantuk, lek damel sekedar melestarikan tradisi Cok Bakal niku nggeh mboten nopo-nopo Masalah musibah, kematian, rezeki,jodoh niku nggeh sampun diatur kalian gusti Allah dados mboten usah ajreh.67 Menurut KH. Muhadi mengungkapkan tradisi Cok Bakal itu pada dasarnya

baik yaitu mendoakan calon pengantin. Disitu terdapat acara istighosah dan tahlil

serta bersama-sama berdo’a kepada Allah. Tapi kita harus menata niat supaya tidak

salah dalam niat, niatnya adalah shodaqoh kepada masyarakat dan menjaga

kerukunan serta melestarikan tradisi. Untuk sesajen itu kalau niatnya dipakai sebagai

tumbal atau menyuguhkan kepada makhluk ghaib itu yang tidak diperbolehkan, jika

hanya sekedar untuk melestarikan tradisi Cok Bakal itu ya tidak apa-apa. Masalah

musibah, kematian, rezeki, jodoh niku sudah diatur oleh Allah jadi tidak usah takut.

67Muhadi, Wawancara (Wonosalam 7 Nonember 2007)

Page 78: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

62

K.H Suyono juga mengungkapkan bahwasanya: Tradisi Cok Bakal niku sak temene ngoten sae lan saget ngelestareaken adat seng sampun berjalan lami saking nenek moyang lan poro leluhur. Saking, niat sing perlu ditoto yoiku diniati shodaqoh lan mempererat seduluran. Sesajen nikukan Cuma simbol lan tradisi adat seng wonten milai sien jamane poro leluhur, dadose nggeh pun mboten nopo-nopo saking nggeh niku wau ditoto niate pun ngantos dadi syirik ajrih marang liyane gusti Allah.68 Tradisi Cok Bakal itu sebenarnya mempunyai tujuan baik dan dapat

melestarikan adat yang sudah berjalan lama dari nenek moyang dan para leluhur.

Jadi niatlah yang harus ditata yaitu diniati shodaqah dan mempererat kekeluargaan.

Sesajen itu Cuma simbol dan tradisi adat yang ada mulai jaman nenek moyang atau

para leluhur dahulu, jadi melakukan tradisi itu ya tidak apa-apa akan tetapi harus

menata niat agar jangan sampai menjadi syirik yaitu takut kepada selain Allah.

Ibu Satiul Inayah dalam pelaksanaan tradisi “Cok Bakal” ada beberapa hal

atau bahan yang harus disediakan sebagai sesajen seperti: 69

Pisang, Cermin, Sisir, Telor, Suro, Kembang, Kendi kecil, Nasi procot, Kemiri, Kencur, Jeruk purut, Cabe, Kunir, Kelapa, Gula merah, Bawang merah dan putih, Laos, Merica, Ketumbar, Minyak wangi, Ikan di tusuk, Kluwek.

Bapak Saifullah mengungkapkan Sedangkan bahan-bahan dari sepen antara

lain:70

Nasi, Teh, Air putih, Kopi, Soro, Kenang, Apem, Ikan, Jajan, Sambel goring, Rokok, Bumbu kenang, Lampu/lilin.

Pada umumnya semua informan mengatakan bahwa Tradisi “Cok Bakal”

adalah tradisi masyarakat Wonosalam murni yang eksis sejak dari nenek moyang

yang di bawa oleh mbah Wali Wono Segaran yang ada pada jaman Majapahit hingga

68Suyono, Wawancara (Wonosalam 7 Nonember 2007) 69Satiul Inayah, Wawancara (Wonosalam 7 Nonember 2007) 70Syaifullah, Wawancara (Wonosalam 8 Nonember 2007)

Page 79: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

63

saat ini, ada pula yang mengatakan bahwa Tradisi “Cok Bakal” merupakan bentuk

kepatuhan dan keta’dziman masyarakat kepada nenek moyang atau leluhur. Dalam

memandang eksistensi Tradisi “Cok Bakal” ini, ternyata pandangan masyarakat desa

Wonosalam terbagi pada dua golongan, yaitu antara golongan yang sepakat dan yang

tidak sepakat, kedua pandangan ini berasal dari golongan sesepuh dan kaum muda

desa.

2. Dampak/Manfaat Digunakannya Tradisi Cok Bakal Bagi Masyarakat

Wonosalam

Bapak Sutopo mengungkapkan, Masyarakat Wonosalam menginformasikan

bahwasannya ada beberapa faktor yang sangat urgen hingga membuat masyarakat

Wonosalam tetap melaksanakan atau mengamalkan tradisi yang ada di desa mereka

hingga saat ini, adapun faktor-faktor tersebut secara umum ada dua yaitu:71

1. Faktor tradisi atau kebiasaan dari nenek moyang

2. Faktor kebersamaan dan kemaslahatan bagi kehidupan bermasyarakat

Bapak Basori mengungkapkan, secara khusus juga ada dua faktor yang

mempengaruhi masyarakat yaitu:72

1. Karena adanya rasa patuh serta taat terhadap orang tua dan nenek moyang

(para leluhur mereka) hingga bagaimanapun mereka harus tetap

melaksanakan tradisi tersebut.

71 Sutopo, Wawancara (Wonosalam 8 Nonember 2007)

72 Basori, Wawancara (Wonosalam 8 Nonember 2007)

Page 80: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

64

2. Karena adanya fakta (kejadian) yang mendukung, hal ini juga yang

menjadikan masyarakat bisa mempercayai dan mentaati serta melaksanakan

tradisi Cok Bakal.

Ibu Siti Masrufah mengungkapkan makna filosofis di laksanakannya tradisi

Cok Bakal ini antara lain:73

1. Mendoakan kepada calon mempelai agar nantinya dalam membina keluarga

dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.

2. Memberi Woro-Woro atau pengumuman kepada masyarakat setempat

bahwasanya besok akan dilaksanakannya pernikahan.

3. Mempererat tali silaturrahmi dan tali persaudaraan karena saat

dilaksanakannya tradisi cok bakal semua sanak keluarga dan sanak famili

semua berkumpul untuk bersama mendoakan agar proses acara yang

dilaksanakan pada keesokan harinya dapat berjalan lancar tanpa kurang satu

apapun.

4. Sebagai tanda rasa syukur atas terjadinya peristiwa yang membahagiakan

dan diberikannya kemampuan dalam menikahkan putera mereka.

Mbah Mulyono menambahkan:

Tradisi niki bagi tiang Wonosalam sampun lami dilaksanaaken turun temurun milai poro leluhur lan buyut-buyut kito, masyarakat mriki mboten wantun melanggar lan mboten gadah kewantunan damel nggantos utawi merubahipun, Nopo meleh tujuanepun sae ndungakne calon manten lan mempererat tali silatturahmi antara keluarga dan tetangga dalam bermasyarakat.74

73 Siti Masrufah, Wawancara (Wonosalamr 8 November 2007)

74 Mulyono.,op.cit Wawancara (Wonosalam 10 Nonember 2007

Page 81: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

65

Mbah Mulyono menambahkan saat meneliti mengadakan wawancara

bahwasanya tradisi ini sudah berlangsung lama dan berlangsung secara turun

temurun sehingga masyarakat tidak mempunyai keberanian untuk mengganti

ataupun merubahnya, apalagi tujuannya bagus mendoakan calon pengantin juga

mempererat tali silatturrahmi antara keluarga dan para masyarakat.

Bapak Saifullah menambahkan:

Tradisi niki sampun dados kewajiban bagi masyarakat Wonosalam sing mboten kantuk ditinggal atau dilaksanaaken sak derenge acara nikah, minimal seminggu sak derenge acara nikah bahan-bahan damel acara ritual sampun dipersiapaken kados kendil alit Cermin, Sisir, Minyak wangi lan bokor damel acara ruwatan. Sak lintune kados Pisang, Telor, Suro, Kembang, Nasi procot, Kemiri, Kencur, Jeruk purut, Cabe, Kunir, Kelapa, Gula merah, Bawang merah dan putih, Laos, Merica, Ketumbar , Ikan di tusuk, Kluwek saget di persiapaken sedinten sak derenge acara mulai dilaksanaaken.75 Bapak Saifullah menambahkan saat wawancara, bahwasanya tradisi ini sudah

menjadi kewajiban bagi masyarakat Wonosalam yang tidak boleh ditinggal atau

dilaksanakan sebelum acara nikah, minimal seminggu sebelum acara nikah bahan-

bahan untuk persiapan acara ritual sudah dipersiapkan seperti kendil kecil, cermin,

sisir, minyak wangi dan bokor untuk acara ruwatan. Selain itu seperti pisang, telor,

kembang, nasi procot, kemiri, kencur, jeruk purut, cabe, kunir, kelapa, gula merah,

bawang merah serta bawang putih, laos merica, ketumbar, ikan ditusuk, kluwek

saget dipersiapkan sehari sebelum acara mulai dilaksanakan.

Mbah Sutopo menambahkan saat wawancara: Mulai sien tradisi niki sampun wonten lan di damel kalian poro masyarakat Wonosalam. Mulai kulo alit ngantos sakniki acara lan tradisi

75 Saifullah.,op.cit Wawancara (Wonosalam 10 Nonember 2007

Page 82: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

66

niki mboten berubah lan mboten wonten tiang sing wantun ngerubah, amergo minurut wargo Wonosalam acara niki nggadah makna sing sakral sanget. Acara ritual cok bakal niku dilaksanakan sak derenge acara ijab qobul, sedinten sak derenge acara pernikahan, sakmantune sholat maghrib tradisi cok bakal dilaksanaaken lan dipimpin kalian ketua adat sing biasane mimpin setiap acara niki berlangsung. Awale dimilai kalian kalimat pembuka, setelah niku acara saget diterusaken kalian sami-sami maos tahlil lan istighosah lan di tutup kalian ndungo. Sakmantune acara ndungo bersama niki mantun selanjute diterusaken kalian acara kenduren ing daleme manten jaler utawi tuan rumah. Lan sakmantune kenduren tuan rumah biasane milai ngedalaken sesajen lan diselap pojok'an griyo, pawon, tampat panganan jajan-jajan cilik lan ten ngandape salon. Saklintune niku wonten meleh sasajen sing diselap ten tengah griyo, asmane Sepen sing diantarane wonten lampu lilin utawi lampu templek lan rokok, kopi, teh lan tuyo pethak. Niki sedanten supoyo keluargo tersebut tebeh kalian musibah dan tebeh kalian bala' sing diyakini menawi mboten dilaksanaaken ing daleme acara tersebut, bakale kantuk musibah lan bala'. Mbah sutopo menegaskan menawi wonten tiang nggadah hajat pernikahan lan mboten ndamel tradisi niki moko masyarakat Wonosalam mboten purun ndugi senajan dibayar76 Mbah Sutopo menceritakan bahwasanya tradisi ini sudah berlangsung sangat

lama oleh masyarakat secara turun-temurun. Bahkan sejak kecil mbah Sutopo sudah

mengetahui acara Cok Bakal sudah dilaksanakan. Sebelum dilaksanakan acara Ijab

Qobul, terlebih dahulu satu hari sebelum acara pernikahan dilaksanakan, tepatnya

setelah ba’da maghrib tradisi sesajen ini atau dengan istilah cok bakal dilaksanakan

yang di pimpin oleh ketua adat yang biasa memimpin setiap acara ini berlangsung.

Mulanya di awali dengan kalimat pembuka, setelah itu acara dapat dilangsungkan

dengan sama-sama mengucapkan kalimat tahlil serta istighosah dan ditutup dengan

doa. Setelah acara doa bersama ini selesai maka selanjutnya dilanjutkan dengan

acara (kenduren) dalam istilah jawa yaitu makan bersama ditempat tuan rumah

tersebut. Saat bersamaan itulah tuan rumah mulai menyajikan sesajen ditempat-

tempat tertentu seperti pada: setiap sudut rumah, tempat menanak nasi, tempat

76 Saifullah.,op.cit Wawancara (Wonosalam 10 Nonember 2007

Page 83: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

67

makanan serta tempat salon. Disamping itu pula ditengah-tengah rumah disediakan

sesajen yang dinamakan Sepen diantaranya terdapat lampu penerangan yang berupa

lilin ataupun lampu Templek dalam istilah jawa serta disediakan rokok,kopi,teh dan

air putih. Ini semua dimasudkan agar keluarga tersebut dijauhkan dari marabahaya

dan dijauhkan dari bala’ yang diyakini apabila tidak dilakukan acara tersebut maka,

akan terjadi malapetaka ataupun bala’. Mbah sutopo menegaskan apabila ada orang

yang mengadakan hajat pernikahan dan tidak memakai ritual Cok Bakal maka,

masyarakat Wonosalam tidak akan mau membantu serta datang kepada orang yang

sedang melangsungkan pernikahan meskipun dibayar dengan uang.

Bapak Basori menambahkan bahwasanya:

Tradisi Cok Bakal niki selain mendoakan kepada calon mempelai lan kito sedoyo wargo sekitar Cok Bakal niki nggadah makna tersendiri sing kudu kito lestarikan, supados budayo saking poro leluhur mboten ical lan luntur. Kito sebagai poro penerus keturunan kedah bangga lan podo njogo ngelestareaken sami-sami budaya sing taseh wonten, toh niki maksud lan tujuane sae.77

Bapak Basori menambahkan bahwasanya tradisi ini selain mendoakan

kepada calon pengantin dan kita semua warga sekitar karena Cok Bakal memiliki

makna tersendiri yang harus kita lestarikan, supaya budaya dari para leluhur tidak

hilang dan luntur. kita sebagai para penerus keturunan harus bangga dan sama-sama

menjaga serta melestarikan budaya-budaya yang masih ada, karena Cok Bakal ini

memiliki tujuan yang baik.

77Basori.,op.cit Wawancara (Wonosalam 10 Nonember 2007

Page 84: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

68

Andri sebagai anggota remaja msjid memaparkan bahwasanya:

Tradisi Cok Bakal memang sampun dilampai milai zamane mbah-mbah sien

lan dilaksanaaken ngantos sakniki, maksud lan tujuane memang sae inggih meniko

ngadaaken istighosah lan tahlil serta dinungo dining gusti Allah ta’ala sekne

diparingi keselametan dumateng keluargo lan masyarakat setempat. Nanging

sesajen niku seng bakale nggarahi syirik lan ndadeake panganan mubadzir. Kulo

pribadi mboten setuju dilaksanaaken tradisi niki amergo kathah dampak negatif

seng dilampahi, ten syari’at Islam inggih mboten wonten dalil seng nganjuraken

tradisi kados mekaten, inggih meniko Cok Bakal.

Andri sebagai anggota remaja masjid memaparkan pendapatnya bahwa

tradisi Cok Bakal memang sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu dan dilaksanakan

sampai sekarang, maksud dan tujuane memang bagus yaitu ngadaaken istighosah

dan tahlil serta brr’doa kepada Allah ta’ala agar diberi keselametan kepada keluarga

dan masyarakat setempat. Akan tetapi sesejen itulah yang nantinya membuat syirik

dan menjadikan makanan mubadzir. Saya berpendapat tidak setuju dilaksakannya

tradisi ini dikarenakan banyak dampak negatif yang akan dilaksanakan, di syari’at

Islam juga tidak ada dalil yang menganjurkan tradisi Cok Bakal seperti ini.

Bapak Sabran mengungkapkan selaku pegawai KUA:

Tradisi Cok Bakal niki tujuane sae ndunga’aken calon manten, keluargo lan

masyarakat sedanten, tapi sesajen niki saget ndamel tiang syirik lan nggaraaken

panganan dadi mubadzir, langkung sae panganan niku diparingaken tiang lan

masyarakat sekitar sekne mboten sia-sia. Ten syari’at Islam inggih mboten wonten

Page 85: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

69

dalil sing nganjuraken ngelaksanaaken Cok Bakal. Dadose sakniki kito kedah

wangsul ingatase syari’at Islam seng bener.

Bapak Sabran selaku pegawai KUA mengungkapakan bahwa Cok Bakal

mempunyai tujuan yang baik yaitu mendoakan calon pengantin, keluarga dan

masyarakat semua, akan tetapi ini bisa membuat orang menjadi syirik dan membuat

makanan menjadi mubadzir, lebih baik makanan iti diberikan kepada masyarakat

sekitar agar tidak mubadzir. Di syari’at Islam juga tidak ada dalil yang

menganjurkan untuk melaksanakan Cok Bakal. Jadi sekarang kita harus kembali

kepada syari’at Islam yang benar.

Melaksanakan tradisi Cok Bakal ini merupakan satu kewajiban bagi setiap

penduduk pribumi desa Wonosalam. Karena mereka mempercayai bahwa ketika ada

yang melanggar atau tidak mengamalkan tradisi “Cok Bakal” tersebut Akan

mendapatkan musibah baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini menjadi

kenyakinan bagi masyarakat dikarenakan memang sudah banyak fakta dan realita

yang terjadi, yaitu ketika seseorang tidak melaksanakan tradisi “Cok Bakal” maka

dia akan mengalami banyak cobaan dan rintangan bahkan bisa ditimpa musibah

dalam kehidupan rumah tangganya, selain dari itu juga mereka mengatakan bahwa

ketika mereka tidak mematuhi tradisi tersebut maka mereka akan menjadi gunjingan

oleh masyarakat sekitar bahkan mereka bisa tidak diterima dalam masyarakat

tersebut.

Page 86: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

70

C. Analsis Data

Pada dasarnya yang disebut dengan analisis data adalah mendialogkan antara

hasil penelitian dengan kerangka teori yang dijadikan pisau analisisnya yang dalam

skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang

bersifat menggambarkan dari awal hingga akhir dengan tidak menggunakan

formulasi statistik.

Analisis deskriptif kualitatif dalam skripsi ini di urut sesuai dengan rumusan

masalah yang akan dicarikan jawabannya, yaitu yang terdiri dari:

1. Pandangan Masyarakat Wonosalam Terhadap Tradisi Perkawinan “Cok

Bakal” .

Masyarakat Wonosalam secara sederhana mengartikan tradisi Cok Bakal ini

sebagai Cikal Bakal bagi kedua mempelai yang akan melaksanakan perkawinan

dalam mengarungi bahtera rumah tangga mereka di kemudian hari. Tradisi Cok

Bakal ini merupakan suatu kewajiban bagi masyarakat pribumi (penduduk asli)

dalam mengamalkannya. Dengan maksud menghilangkan bala' musibah yang

mungkin akan menimpa kedua pasangan yang menikah tersebut.

Pada dasarnya keberadaan tradisi perkawinan “Cok Bakal” telah diakui oleh

masyarakat Desa Wonosalam sebagai tradisi yang telah eksis dan diamalkan secara

turun-temurun oleh warga setempat dengan beberapa tujuan tertentu seperti telah

dikemukakan Pada penjelasan sebelumnya. Akan tetapi ketika dilihat dari segi

pengamalan atau penerapan tradisi tersebut, sesuai dengan perkembangan jaman dan

perkembangan pengetahuan saat ini mereka mulai terbagi kepada dua bagian, yaitu

ada yang sepakat dan ada yang tidak sepakat terhadap diberlakukannya tradisi

Page 87: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

71

perkawinan “Cok Bakal” di tengah-tengah masyarakat Wonosalam. Adapun yang

menjadi alasan dari kedua belah fihak tersebut antara lain :

a. Masyarakat yang setuju dilaksanakannya tradisi Cok Bakal

Dari pihak yang sepakat terhadap tradisi perkawinan “Cok Bakal”

tersebut, kebanyakan kelompok ini terdiri dari orang-orang tua dan sesepuh

desa yang faham betul akan tradisi Cok Bakal, atau bisa dikatakan bahwa

mereka ini adalah dari kelompok primitif (abangan), mereka beranggapan

bahwa tradisi ini sangatlah sakral bahkan sudah eksis dan telah diamalkan

oleh nenek moyang mereka bahkan sampai turun temurun hingga saat ini, dan

orang-orang yang menyelenggarakannya adalah Islam Walaupun memang

tradisi ini tidak diperintah oleh Islam, akan tetapi yang paling penting bagi

mereka adalah bahwasannya tradisi yang mereka taati tersebut tidaklah

berseberangan dengan Islam, jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

b. Masyarakat yang tidak setuju dilaksanakannya tradisi Cok Bakal

Adapun alasan dari pihak yang tidak sepakat terhadap tradisi Cok

Bakal yaitu yang terdiri dari kaum-kaum pemuda Desa Wonosalam yang

sudah banyak mengenyam pendidikan atau pengetahuan dari luar daerah

mereka seperti di pondok pesantren bahkan di kampus-kampus, kelompok ini

beranggapan bahwa dengan diamalkannya tradisi perkawinan “Cok Bakal”

tersebut dianggap mereka (yang mentaati) telah menghamburkan makanan

begitu saja, seperti meletakkan sesajen di sembarang tempat dan ini tidak

sesuai dengan yang diajarkan Islam, bahkan lebih jauh golongan tersebut

sudah tidak percaya lagi terhadap akibat atau implikasi yang akan diterima

bagi mereka yang tidak mentaati tradisi “Cok Bakal”. Yang lebih parah lagi

Page 88: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

72

banyak dari pemuda desa Wonosalam tersebut yang tidak faham tentang apa

tradisi perkawinan “Cok Bakal” itu sendiri, hal ini disebabkan karena mereka

sudah tidak begitu menghiraukan lagi tradisi yang ada di desa mereka.

Menelusuri dua sudut pandang yang berbeda tersebut, maka melihat tingkat

pengetahuan atau pendidikan mereka sangatlah penting untuk mengidentifikasi

mengapa mereka sepakat dan mengapa mereka tidak sepakat. Seperti dalam

pembahasan sebelumnya, tepatnya mengenai tingkat pendidikan masyarakat

Wonosalam, memang dari data tersebut sudah terindikasi dengan jelas bahwa masih

banyak dari warga masyarakat Wonosalam yang masih tertinggal dalam hal

pendidikan bahkan masih banyak yang buta huruf, dalam hal keagamaan mereka

ternyata juga masih berada dibawah rata-rata, nuansa keagamaan masih kurang

begitu melekat dalam diri mereka, berangkat dari sini yang dikutip oleh Imam

Bawani, secara teoritis membagi masyarakat tradisionalis menjadi empat tipe model

masyarakat.

Berdasarkan kategorisasi tersebut, ternyata kelompok masyarakat yang

sepakat terhadap Tradisi “Cok Bakal” termasuk kepada kaum Tradisionelis yang

sifatnya leluhurisme, Sebutan ini secara khusus diperuntukkan bagi masyarakat yang

mempunyai kepercayaan akan perlunya senantiasa menjalin hubungan dengan para

leluhur, hal itu akan di pegang teguh sebagai norma kehidupan untuk setiap generasi.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tipe ini biasanya selalu menghubungkan

kondisi baik dan buruk, nasib untung dan rugi juga sebagai peristiwa yang mereka

alami, dengan ada atau tidaknya restu dari para leluhur, yang dalam

perkembangannya memadukan antara kepercayaan lokal dengan Islam, hal ini dapat

dilihat dari aktivitas kehidupan keberagamaan mereka sehari-hari. Sedangkan

Page 89: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

73

kelompok yang tidak setuju dengan tradisi tersebut adalah kelompok modernis yaitu

kelompok yang terdiri dari para pemuda desa dan mereka sudah banyak mengetahui

pengetahuan dari daerah lain, hingga mereka lebih dipengaruhi oleh pola berfikir

moderen yang tidak percaya lagi terhadap tradisi atau adat itiadat yang ada.

Terlepas dari adanya golongan yang tidak sependapat dengan

diberlakukannya tradisi Cok Bakal di desa Wonosalam tersebut, pada kenyataannya

tradisi ini masih eksis sampai sekarang dan masih menjadi kepercayaan bagi

sebagian besar masyarakat Wonosalam untuk mengamalkan tradisi tersebut.

Di samping itu, pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia

sudah semestinya memiliki makna dan dasar mengapa perbuatan tersebut

dilaksanakan dan dipatuhi, begitu juga seperti kepatuhan masyarakat Wonosalam

terhadap tradisi perkawinan ”Cok Bakal” yang didasari oleh beberapa faktor. Secara

umum ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu:

1) Faktor Tradisi atau Kebiasaan

Yang dimaksud dengan tradisi adalah bahwasannya perkawinan ”Cok Bakal”

di Desa Wonosalam tersebut merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh

para leluhur atau nenek moyang, kebiasaan ini sudah menjadi suatu

kepercayaan atau keyakinan yang harus dipatuhi, dan kemudian diwariskan

kepada keturunan atau anak cucunya hingga saat ini.

Dalam hal ini peneliti berpendapat seperti yang dikatakan oleh Imam Bawani

dalam bukunya bahwa secara umum tradisi tersebut di maksudkan untuk

menunjuk kepada suatu nilai, norma dan tradisi kebiasaan yang berbau lama,

dan yang lama tersebut hingga kini masih di terima, diikuti bahkan di

Page 90: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

74

pertahankan oleh kelompok masyarakat tertentu. Bahkan lebih spesifik lagi

dijelaskan dalam khazanah Bahasa Indonesia kalau tradisi itu berarti segala

sesuatu seperti tradisi, kebiasaan, ajaran dan sebagainya, yang turun temurun

dari nenek moyang. Ada pula yang menginformasikan, bahwa tradisi berasal

dari kata traditium, yaitu segala sesuatu yang di transmisikan, diwariskan

oleh masa lalu ke masa sekarang.

Berdasarkan beberapa sumber tersebut jelaslah bahwa tradisi intinya adalah

warisan masa lalu yang dilestarikan terus-menerus sampai saat ini. Warisan

masa lalu itu dapat berupa nilai, norma sosial, pola kelakuan dan tradisi

kebiasaan lain yang merupakan wujud dari berbagai aspek kehidupan.

Beberapa hal inilah yang mungkin membuat masyarakat Wonosalam tetap

melaksanakan tradisi perkawinan “Cok Bakal” hingga saat ini.

2) Faktor Kebersamaan dan Kemaslahatan

Adapun yang dimaksud dengan kebersamaan disini yaitu bahwa masyarakat

desa Wonosalam beranggapan kalau tradisi ini adalah merupakan sebuah

wujud kekompakan dari mereka dan juga merupakan suatu simbol atau ciri

khas dari desa mereka, jadi menurut pandangan mereka tradisi tersebut tidak

boleh ditinggalkan begitu saja dan harus tetap dipatuhi sampai kapanpun.

Menyikapi hal tersebut maka ketika peneliti meminjam pendapat dari Imam

Bawani yang mengatakan bahwasanya tidak mungkin bertahan sutau

masyarakat atau kelompok (Tradisional) keculai mereka tetap berpegang

teguh kepada tradisi yang mereka miliki dan mereka percayai, baik secara

obyektif maupun subyektif adalah sesuatu yang bermakna, berarti atau

bermanfaat bagi kehidupan mereka. Sedangkan Menurut kodratnya manusia

Page 91: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

75

adalah makhluk kelompok, bagi manusia hidup berkelompok adalah suatu

keniscayaan, karena memang tidak ada orang yang mampu memenuhi segala

keperluannya sendirian. Atas dasar ini, dimana dan kapanpun selalu ada

upaya untuk menegakkan dan membina ikatan kelompok, dengan harapan

agar menjadi kokoh dan terpelihara kelestariannya. Adapun cara yang

ditempuh antara lain melalui alat pengikat termasuk yang berwujud tradisi itu

sendiri.

Sedangkan yang dimaksud dengan kemaslahatan disini adalah sampai saat ini

masyarakat Wonosalam tetap beranggapan bahwasannya dengan

dilaksanakannya tradisi “Cok Bakal” akan memberikan ketenangan dan

ketentraman bagi semua keluarga bahkan warga yang ada di desa tersebut,

dan ini sudah terbukti sejak diberlakukannya tradisi itu oleh nenek moyang

mereka dahulu kala.

Sedangkan secara khusus juga terdapat dua faktor yang dianggap anggap

sangatlah mempegaruhi terhadap keberlangsungan tradisi tersebut yaitu:

1) Faktor Adanya Rasa Patuh Terhadap Orang Tua dan Leluhur

Diamalkannya tradisi Cok Bakal memang tidak terlepas dari pada kepatuhan

mereka kepada orang tua dan leluhur yang telah mewariskan tradisi tersebut

kepada masyarakat. Ini merupakan salah satu ciri dari masyarakat tradisional

yang selalu menganggap bahwa petuah orang tua itu haruslah dipatuhi dan

dilaksanakan, mereka cenderung stagnan dalam hal pemikiran seperti dalam

masalah tradisi itu sendiri. Adapun yang mempengaruhi pemikiran stagnan

masyarakat tersebut disebabkan oleh karena mereka memang kurang

mempunyai akses atau hubungan dengan dunia luar, bisa dikatakan kalau

Page 92: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

76

mereka ini termasuk dari kelompok masyarakat Isolates yaitu masyarakat

kecil bersahaja yang secara ekonomis dapat memenuhi kebutuhan hidup

sebagai kelompok, mempunyai kebudayaan sendiri yang hampir tak pernah

terjadi perubahan. Karena mereka hanya mempunyai hubungan yang amat

terbatas dengan dunia luar, juga mereka cenderung selalu memegang teguh

apa yang menjadi petuah atau wejangan dari orang tua mereka. Dari sinilah

bisa disimpulkan bahwasannya masyarakat tersebut akan selalu mematuhi

dan mejalankan tradisi yang ada di desa mereka itu.

2) Faktor Adanya Implikasi Bagi yang Tidak Melaksanakan

Sementara itu, yang juga membuat masyarakat Wonosalam tetap

melaksanakan tradisi Cok Bakal disebabkan oleh kepercayaan mereka bahwa

yang melanggar atau tidak mengamalkan tradisi “Cok Bakal” tersebut Akan

mendapat musibah baik secara langsung maupun tidak langsung hal ini

menjadi kenyakinan bagi masyarakat dikarenakan memang sudah banyak

fakta dan realita yang terjadi, yaitu ketika seseorang tidak melaksanakan

“Cok Bakal” maka dia akan mengalami banyak cobaan dan rintangan bahkan

bisa ditimpa musibah dalam kehidupan rumah tangganya, selain dari pada itu

bahwa ketika mereka tidak mematuhi tradisi tersebut maka mereka akan

menjadi gunjingan oleh masyarakat sekitar dan mereka bisa tidak diterima

dalam kehidupan bermasyarakat.

Menelusuri permasalahan tersebut, memang terdapat pengakuan bahwa ada

salah satu orang yang tidak melaksanakan tradisi dan ternyata dalam

kehidupan keluarganya setelah menikah banyak mengalami rintangan dan

cobaan, akan tetapi yang perlu kita tegaskan adalah benarkah cobaan yang

Page 93: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

77

terjadi itu memang benar dikarenakan tidak dijalankannya tradisi atau tidak,

karena peneliti rasa yang punya kekuasaan untuk menurunkan musibah itu

hanyalah Allah dan bukan suatu tradisi atau kebiasaan dalam masyarakat, hal

inilah yang mungkin perlu dibangun dalam pola pikir masyarakat

Wonosalam.

Dalam hal ini kita bisa merujuk pada ajaran Email Durkheim (1858-

1918)—seorang sosiolog Prancis—tentang faham ritus dalam masyarakat. Di sini

kesucian sebagai nilai ultim suatu komunitas bukan hanya dipelihara dengan

punishment atau pengecualian dan cap-cap negatif melainkan juga dengan ritus.

Perayaan-perayaan festival dan acara-acara budaya dalam masyarakat seperti

kematian, perkawinan, dan lain sebagainya. Ritus diadakan secara kolektif dan

regular agar masyarakat disegarkan kembali dan dikembalikan atas pengetahuan dan

makna-makna kolektif. Ritus menjadi mediasi bagi anggota masyarakat untuk tetap

berakar pada the sacred (keramat). Dalam hal ini, saraf-saraf kesadaran disentuhkan

pada hal-hal yang keramat, karena biasanya sesuatu yang keramat lebih mudah

diterima, tidak dipertanyakan, kalau sudah dijadikan mitos yang sesungguhnya di

dalam ritus itu terdapat nilai-nilai dan makna kolektif yang disakralkan.78

Adapun tentang bagaimana tradisi ”Cok Bakal”ditinjau dari hukum Islam.

Dalam Hukum Islam kita mengenal istilah 'Urf. 'Urf ialah sesuatu yang telah sering

dikenal oleh manusia dan telah menjadi tradisinya, baik berupa ucapan atau

perbuatan dan keharusan untuk meninggalkan sesuatu. 'Urf juga sering diartikan

sebagai adat. Oleh karena Ulama' berpendapat bahwa "adat itu adalah syari'at yang

78Johannes Supryono, "Paradigma Kultural Masyarakat Durkhaemien", dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (ed.) et. al, Teori-Teori Kebudayaan (Cet. 1; Yogyakarta: Kanisius, 2005), 96-97.

Page 94: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

78

dikukuhkan sebagai hukum", maka 'Urf menurut syara' juga mendapat pengakuan.

selama 'Urf itu tidak bertentangan dengan Syara', atau menghalalkan yang haram,

dan membatalkan yang wajib.79

Ketika tradisi perkawinan ”Cok Bakal” ini ditinjau dari sudut pandang Islam,

maka dalam Ensiklopedi disebutkan bahwa tradisi adalah “kebiasaan” atau “adat”

masyarakat yang telah dilakukan berulang kali secara turun temurun. Juga

sebagaimana yang telah di formulasikan oleh Al-Jurjânîy yang dikutip Abdul Mudjib

mengatakan bahwa:

ل وقوعكم الملى حه عليع اسالنرمتااسة مادالعرأخ دعة بره ما إليوادع

Artinya:

Al-‘âdah adalah sesuatu (perbuatan maupun perkataan) yang terus-menerus dilakukan oleh manusia, karena dapat diterima oleh akal, dan manusia mengulang-ulanginya secara terus-menerus.

Adapun yang di konsepkan oleh Abdul Wahâb Khalâf mengatakan bahwa:

العرف هو ما تعارفه الناس وساروا عليه من قول أو فعل أو ترك

Artinya:

Tradisi adalah sesuatu yang telah diketahui oleh orang banyak dan dikerjakan oleh mereka, yang berupa perkataan, perbuatan atau sesuatu yang ditinggalkan.

Maka dari kedua pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa “Cok

Bakal” merupakan adat atau tradisi, hal ini diindikasikan oleh beberapa hal

yaitu:

a. “Cok Bakal” telah dipercaya, diamalkan dan dipertahankan oleh masyarakat

Desa Wonosalam secara terus menerus dan berulang-ulang dalam 79Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh) (Cet. VI; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996), 135.

Page 95: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

79

pengamalan suatu perbuatan dalam suatu perkawinan menjadi syarat yang

sangat urgen untuk bisanya suatu perbuatan dikatakan sebagai suatu tradisi,

karena jika perbuatan tersebut hanya diamalkan sesekali, maka perbuatan itu

gagal untuk berpredikat tradisi. Terus menerusnya pengamalan “Cok Bakal”

bisa di buktikan dengan keterangan informan yang diinterview oleh peneliti

yang secara keseluruhan mereka memberikan keterangan atau informasi

bahwa “Cok Bakal” telah diamalkan dan dipertahankan secara turun-

temurun dan telah mengakar sejak dahulu kala.

b. “Cok Bakal” telah diketahui oleh seluruh masyarakat Desa Wonosalam pada

khususnya dan mereka sebagian besar mengamalkan kebiasaan ini, disamping

itu juga dilihat dari bentuknya kebiasaan ini berupa kegiatan dan perbuatan

yang berbentuk ucapan sebagaimana dalam konsep Abdul Wahâb Khalâf

tentang pengertian tradisi merupakan komponen atau wujud dari sesuatu yang

dikerjakan yang apabila dikerjakan secara terus menerus, maka akan bisa

dikatakan sebagai tradisi.

Seperti yang sudah di jelaskan dalam halaman sebelumnya tepatnya pada

bagian paparan data hasil wawancara, disana dijelaskann bahwa yang dimaskud

dengan tradisi “Cok Bakal” itu adalah Tradisi melakukan ritual-ritual tertentu

sebelum dilaksanaknnya perkawinan, seperti melakukan sesajen serta do’a kepada

arwah leluhur.

Berdasarkan keterangan tersebut yang perlu kita ketahui bahwasannya ada

sebuah kaidah fiqhiyyah yang mengatakan bahwa:

أألصل فى األ شياء اإلباحة حتى يدل الدليل على تحريمها

Page 96: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

80

Pada dasarnya setiap sesuatu hukumnya boleh sebelum ada dalil yang jelas

yang menunjukkan keharaman sesuatu tersebut. Bersandar pada kaidah di atas, maka

pada dasarnya tradisi perkawinan “Cok Bakal” tersebut hukumnya boleh, mengenai

permasalahan ini para ulama’ ushul fiqih merumuskan suatu kaidah fiqh yang

berkaitan dengan adat, yang berbunyi: ة ما مل خيالف النصمالعادة حمك (Adat kebiasaan bisa

dijadikan Hukum selama tidak bertentangan dengan nash).80

2. Dampak atau Manfaat Diamalkannya Tradisi Cok Bakal Bagi Masyarakat

Wonosalam

Pembahasan tradisi secara terminologi mengandung suatu pengertian

tersembunyi tentang adanya kaitan antara masa lalu dengan masa kini. Ia menunjuk

kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih berwujud dan berfungsi

pada masa sekarang. Sewaktu orang berbicara tentang tradisi Islam atau tradisi

kristen secara tidak sadar ia sedang menyebut serangkaian ajaran atau doktrin yang

dikembangkan ratusan atau ribuan tahun yang lalu, tetapi masih hadir dan malah

tetap berfungsi sebagai pedoman dari kehidupan sosial pada masa kini. Ajaran Islam

atau Kristen tersebut masih berfungsi hingga saat ini, karena adanya proses

pewarisan sejak awal berdirinya ajaran tersebut, melewati berbagai kurun generasi

dan diterima oleh generasi sekarang.

Sementara itu, pernikahan menurut masyarakat Jawa adalah hubungan cinta

kasih yang tulus antara seorang laki-laki dan perempuan, yang pada dasarnya terjadi

karena sering bertemu antara kedua belah pihak. Dalam suatu pepatah jawa

80 Nasrun Haroen.,Op.Cit. hal.143.

Page 97: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

81

mengatakan "tresno jalaran soko kulino" yang artinya cinta kasih itu tumbuh karena

terbiasa. Dalam hukum adat, pernikahan selain merupakan suatu ikatan antara laki-

laki dan perempuan sebagai suami istri, yang bertujuan untuk mendapatkan

keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi

juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari

pihak istri dan pihak suami.

Diamalkannya tradisi perkawinan Cok Bakal pada masyarakat Wonosalam ini

tentu memiliki makna dan tujuan di dalamnya, makna dan tujuan yang terkandung ini

diharapkan bisa memberikan kontribusi kepada semua masyarakat yang mentaati dan

melaksanakan tradisi Cok Bakal tersebut. Adapun makna filosofis dan tujuan yang

terkandung dari dilaksankannya tradisi ini adalah:

a. Makna filosofis dilaksanakannya tradisi Cok Bakal

Terdapat beberapa makna dilaksanakannya tradisi Cok bakal bagi

masyarakat Wonosalam yang diantaranya:

1) Mendoakan kepada calon mempelai agar nantinya dalam membina

keluarga dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.

Seperti pengadaan sesajen yang terbuat dari pisang, cermin, sisir, telor,

suro, kembang, kendi kecil, nasi procot, kemi, kencur, jeruk purut, cabe,

kunir, kelapa, gula merah, bawang merah dan putih, laos, merica,

ketumbar, minyak wangi, ikan di tusuk, kluwek. Semua ini di buat

sebagai media untuk mendoakan kedua mempelai agar terhindar dari

mara bahaya yang akan menimpa mereka baik secara langsung ataupun

tidak.

Page 98: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

82

2) Memberi Woro-Woro atau pengumuman kepada masyarakat setempat

bahwasanya akan dilaksanakannya pernikahan. Hal ini dikarenakan

penyelenggaraan tradisi ini melibatkan para saudara dan masyarakat

setempat hingga mereka bisa mengetahui kalau mau diadakannya acara

pernikahan.

3) Mempererat tali silaturrahmi dan tali persaudaraan karena saat

dilaksanakannya tradisi cok bakal semua sanak keluarga dan sanak famili

semua berkumpul untuk bersama mendoakan agar proses acara yang

dilaksanakan pada keesokan harinya dapat berjalan lancar tanpa kurang

satu apapun.

4) Sebagai tanda rasa syukur atas terjadinya peristiwa yang membahagiakan

dan diberikannya kemampuan dalam menikahkan putera mereka, hingga

dalam tradisi ini diadakan makan-makan bersama dalam satu ruangan

demi menjaga kerukunan bermasyarakat dan bersyukur kepada tuhan.

b. Maksud dan tujuan dilaksanakannya tradisi Cok Bakal

Adapun maksud dan tujuan diamalkannya tradisi Cok Bakal oleh masyarakat

Wonosalam ini adalah:

a. Untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat

Yang dimaskud kesejah teraan disini adalah bahwasanya dilaksanakannya

tradisi Cok Bakal ternyata bukanlah semata-mata hanya untuk kelanggengan

kedua mempelai saja, akan tetapi do'a-do'a yang di panjatkan juga di tujukan

kepada masyarakat umum yang ada dalam wilayah tersebut. Mereka berharap

dengan diadakannya tradisi tersebut bisa memberikan ketenangan dan

Page 99: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

83

kesejahteraan bagi kedua mempelai dan juga bagi masyarakat yang ada di

sekelilingnya.

b. Untuk mempererat hubungan dalam bermasyarakat

Dalam hal ini, yang tidak kalah penting dari diamalkannya tradisi tersebut

adalah untuk mempererat tali silatur rahim atau hubungan antara masyarakat

yang ada dalam satu wilayah tersebut. Dengan adanya tradisi ini diharapkan

bisa menjadi media bagi masyarakat untuk lebih mempererat hubungan antara

satu dengan yang lain, juga supaya bisa menumbuhkan rasa solidaritas untuk

saling membantu antara sesama pelaku adat tersebut.

Dari penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa maksud dan tujuan

diamalkannya tradisi perkawinan “Cok Bakal” tidak lain hanya semata-mata untuk

kemaslahatan kehidupan berkeluarga bagi kedua mempelai dan masyarakat di

sekitarnya. Karena ketika tradisi tersebut tidak dilaksanakan maka dipercaya pasti

akan terjadi musibah bagi pelanggar tersebut baik itu musibah secara langsung

maupun tidak dan mereka cenderung akan sulit diterima dimasyarakat, juga dengan

diamalkannya tradisi tersebut akan menjadikan sebagai benteng pertahanan bagi

kelompok mereka dari arus budaya modernisasi yang semakin merajalela dengan

segala dampak negatifnya, dari situ tidak ada jalan lain sebagai pemersatu kelompok

kecuali dengan menjaga kemurnian tradisi yang mereka miliki. Dari sini bisa kita

lihat bahwasanya pelaksanaan tradisi Cok Bakal ini ternyata mepunyai kontribusi

yang cukup besar bagi kehidupan bermayarakat di desa Wonosalam itu sendiri.

Page 100: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan analisisnya sebagaimana telah

disajikan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Tradisi Cok Bakal menurut sebagian besar masyarakat Wonosalam merupakan

warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan dan wajib untuk

dilaksanakan. Sedangkan pihak yang tidak setuju dengan alasan karena tradisi

tersebut menyimpang dari ajaran Islam. Ada beberapa faktor hingga tradisi ini

masih tetap eksis yaitu: faktor tradisi atau kebiasaan, kebersamaan dan

kemaslahatan, adanya rasa patuh terhadap orang tua dan leluhur, adanya

implikasi bagi yang tidak melaksanakan baik langsung ataupun tidak.

84

Page 101: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

85

Sedangkan dari tinjauan Urf bisa dikatakan bahwa Cok Bakal ini bisa dikatakan

sebagai tradisi, karena ia sudah dipercaya dan diamalkan bahkan telah diketahuai

oleh semua masyarakat Wonosalam.

2. Dampak atau manfaat dilaksanakannya tradisi Cok Bakal bagi masyarakat

Wonosalam adalah: Untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat dan untuk

mempererat hubungan dalam bermasyarakat. Karena dengan dilaksanakannya

tradisi Cok Bakal ini akan semakin mempererat tali silatur rahim antara penduduk

yang satu dengan yang lain dan akan semakin membangun rasa gotong royong

sesama pelaku tradisi atau kebudayaan.

B. Saran-saran.

1. Dalam pelaksanaan suatu tradisi, masyarakat hendaknya memperhatikan alur dari

prosesinya dan memberikan kritik keagamaan agar terhindar dari hal-hal yang

secara jelas dilarang oleh agama yang diyakini kebenaran doktrin-doktrinnya

dengan atas nama melestarikan dan mengamalkan adat lokal dan hendaklah

dalam pengamalan adat masyarakat mengacu pada dasar filsafat tradisi

Minangkabau �Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”””” makna dari

ungkapan ini bahwa semua tradisi yang berseberangan dengan Islam harus

ditinggalkan.

2. Mahasiswa Fakultas Syari’ah sebagai mahasiswa yang berbasic ke-Islaman

hendaklah mempunyai dedikasi yang mendalam untuk meneliti adat-adat yang

hidup ditengah-tengah masyarakat dan merumuskan akulturasinya dengan Islam

dengan jalan penetapan atau modifikasi agar berjalan sesuai dengan koridor

Islam atau agar lebih kelihatan Islami.

Page 102: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

86

3. Masyarakat Desa Wonosalam hendaklah memodifikasi sesajen kepada hal-hal

yang lebih bermanfaat, seperti memberikan makanan-makanan terebut kepada

yang membutuhkan agar pengamalan tradisi Cok Bakal kedepan bisa sejalan

dengan Islam sebagai agama yang diyakini masyarakat Wonosalam dan juga

mendapatkan legalisasi secara keagamaan

Page 103: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

DARTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahnya. A, Ahmad (1978), Bulughul Maram. Bandung: CV. Diponogoro. Al-Barry, M. Dahlan (1994) Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola. Achmadi, Abu Cholid Narbuko (2005) Metode Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara. Ahmad Zuhdi Muhdhor, Atabik Ali (1996) Kamus Kontemporer Arab-Indonesia

Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Ahmad Zuhdi Muhdhor (1994) Memahami Hukum Perkawinan (nikah, talak, cerai,

dan rujuk) Jakarta: Al Bayan. Arikunto, Suharsimi (1993) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta. Bawani, Imam (1990) Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, Surabaya: Al-

Ikhlas. Ayyub, Hasan (2001) Fikih Keluarga Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. Abidin, Slamet Amirudin (1999) Fiqih Munakahat 1 Bandung: CV. Pustaka Setia. Bungin, Burhan (2001) Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif Surabaya: Airlangga Press. Ensiklopedi Islam, (1999) Jilid I Cet.3; Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Malang (2005) Buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah Cet. I; Syariah UIN Malang. Fischer, TH (1980) Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia Jakarta: Pustaka

Sarjana. Fathoni, Abdurrahmat (2006) Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar (Jakarta:

PT.Rineka Cipta. Haroen, Nasrun (1997) Ushul Fiqh I Cet.2; Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu Hakim, Moh Nur (2003) Islam Tradisi Dan Reformasi “Pragmatisme”Agama

Dalam Pemikiran Hasan Hanafi, Malang: Bayu Media publishing.

Page 104: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Hadikusuma, Hilman (1995) Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditiya Bakti.

Istiqomah, Choirul, (2002) Prosesi Perkawina Adat Sunda Perspektif Fiqih (Studi di

Kelurahan Karang Mekar Kecamatan Cimahi Tengah Kabupaten Bandung), Syari'ah: UIN Malang.

Insyiroh, Titik (2006) Tradisi Siaran Bawaan Pada Pesta Pernikahan, "Skripsi",

Syari'ah: UIN Malang. Ijmaliyah, Mitos ”Segoro Getih” Sebagai Larangan Penentuan Calon Suami Atau

Isteri Di Masyarakat Ringinrejo Kediri (Studi Akulturasi Mitos Dan Syari’at), (Syari’ah: UIN MALANG, 2002)

Ihromi, T.O (2006) Pokok-Pokok Antropologi Budaya Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia. Koentjaraningrat, (1987) Sejarah Teori Antropologi 1 Jakarta: UI-Press. Moleong, Lexy J. (2002) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosda

Karya. Muhtal, Kamal (1993) Asas-Asas Hukum Islam dalam Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang Nazir, M (2003) Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia. Mulyana, Deddy (2001) Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komuniksi dan Ilmu Sosial Lainnya Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mujib, Abdul (1999) Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh Cet. 3; Jakarta: Kalam Mulia. Pranowo, M. Bambang (1998) Islam Faktual Antara Tradisi Dan Relasi Kuasa,

Yogyakarta: Adi Cita Karya nusa. Presiden Republik Indonesia (t. th) Kompilasi Hukum Islam (INPRES NO. 1 Tahun

1991). Surabaya: Karya Anda. Qaimi, Ali (2002) Singgasana Para Pengantin Bogor: Cahaya. Ramulya, Mohammad, Idris (1996) Hukum Perkawinan Islam: Studi Analisis dari

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Soekanto, Soerjono (1986) Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press

Page 105: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Saifullah, Buku Panduan Metodologi Penelitian Hand Out, Fakultas Syari'ah UIN Malang

Sayuti, Husin (1989) Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Supryono, Johannes (2005) "Paradigma Kultural Masyarakat Durkhaemien", dalam

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (ed.) et. al, Teori-Teori Kebudayaan Cet. 1; Yogyakarta: Kanisius.

Sumber Monografi (2007) Desa Wonosalam Kec. Wonosalam, Kab. Jombang. Sudjana, Nana (2001) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah : Makalah, Skripsi, Tesis,

Disertasi Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo. Wasid, Abdul, ( 2005) Hukum Perkawinan Adat Ditinjau dari Sudut Hukum Islam

(Studi kasus di daerah Samin Desa Jipang Kec. Cepu Kab. Blora), Syari'ah: UIN Malang.

Wignjodipoero, Soerojo (1995) Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: PT.

Toko Gunung Agung. Wahab Khallaf, Abdul (1996) Kaidah-kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh) Cet.

VI; Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Page 106: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Sesajen yang dinamakan Cok Bakal

Sesajen Yang Dinamakan Sepen

Page 107: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Ritual Cok Bakal Sehari Sebelum Dilaksanakannya Acara Pernikahan

Wawancara Dengan Calon Mempelai Laki-Laki Sehari Sebelum Pernikahan

Page 108: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Upacara Menginjak Telur (Wiji Dadi)

Pengantin Putri Membasuh Kaki Pengantin Putra

Wawancara Dengan Bapak Pardi Sebagai Kepala Desa

Page 109: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Wawancara Dengan Tokoh Adat Sesaat Setelah Ritual Cok Bakal Selesai

Wawancara Dengan Ibu Siti Masrufah

Page 110: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Wawancara Dengan KH. Muhadi

Wawancara Dengan KH. Suyono

Page 111: skripsi jadi ans revisi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4267/1/03210088.pdfiii PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Choirul Anshoruddin. S,

Wawancara Dengan Ibu Sati’ul Inayah

Wawancara Dengan Bapak Saifullah