skripsi analisis keuntungan dan nilai tambah...

90
SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBIKAYU (Manihot Esculenta) MENJADI TELA-TELA (STUDI KASUS USAHA TELA STEAK DI KELURAHAN MANDONGA KECAMATAN MANDONGA KOTA KENDARI) Oleh: ISRAWAN IMANI NIM. D1A1 10 135 JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016

Upload: dohuong

Post on 06-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

SKRIPSI

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN

UBIKAYU (Manihot Esculenta) MENJADI TELA-TELA

(STUDI KASUS USAHA TELA STEAK DI KELURAHAN MANDONGA

KECAMATAN MANDONGA KOTA KENDARI)

Oleh:

ISRAWAN IMANI

NIM. D1A1 10 135

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

Page 2: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN

UBIKAYU (Manihot Esculenta) MENJADI TELA-TELA

(STUDI KASUS USAHA TELA STEAK DI KELURAHAN MANDONGA

KECAMATAN MANDONGA KOTA KENDARI)

Skripsi

diajukan kepada Fakultas Pertanian

untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi pada Jurusan Agribisnis

Oleh:

ISRAWAN IMANI

NIM. D1A1 10 135

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

Page 3: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

iii

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, APABILA

DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA

SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIBLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA

MENERIMA SANKSI SESUAI YANG PERATURAN YANG BERLAKU.

Kendari, 15 Juli 2016

ISRAWAN IMANI

D1A1 10 135

Page 4: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu

(Manihot Esculenta) Menjadi Tela- tela (Studi Kasus Usaha

Tela Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga

Kota Kendari)

Nama : Israwan Imani

NIM : D1A1 10 135

Jurusan : Agribisnis

Minat : Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S Dr. Ine Fausayana, S.E., M.Si

NIP. 19620204 198703 1 004 NIP. 19670528 199003 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Plt. Ketua Jurusan/Program Studi

Universitas Halu Oleo Agribisnis

Dr. Ir. M. Tufaila, M.P Abdul Gafaruddin, S.P., M.Si.

NIP. 19660705 199103 1 004 NIP. 19750814 200604 1 001

Tanggal Lulus : 29 Juli 2016

Page 5: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

v

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA PENGUJI

Judul : Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu

(Manihot Esculenta) Menjadi Tela- tela (Studi Kasus Usaha

Tela Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga

Kota Kendari)

Nama : Israwan Imani

NIM : D1A1 10 135

Jurusan : Agribisnis

Minat : Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)

Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi, dan telah diperbaiki sesuai

saran-saran saat ujian.

Kendari, 29 Juli 2016

Tim Penguji :

Ketua : Prof. Dr. Ir. Bahari, M.S Tanda Tangan :……………...

Sekretaris : Dr. Ine Fausayana, S.E., M.Si Tanda Tangan :……………...

Anggota : Yusna Indarsyih, S.P., M.S Tanda Tangan :……………...

Page 6: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

vi

ABSTRAK

Israwan Imani (D1A1 10 135) ”Analisis Keuntungan Dan Nilai Tambah

Pengolahan Ubikayu (Manihot Esculenta) Menjadi Tela-tela (Studi Kasus Usaha

Tela Steak Di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga Kota Kendari)”

dibimbing Usman Rianse selaku pembimbing I dan Ine Fausayana selaku

pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya nilai tambah dan

keuntungan yang diperoleh pengolah dalam usaha pengolahan ubikayu menjadi

tela-tela di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Penelitian

ini dilakukan pada bulan September - Oktober 2015. Penentuan daerah penelitian

berdasarkan pertimbangan bahwa, di kelurahan tersebut terdapat pengolahan

ubikayu menjadi tela-tela. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik usaha

Tela Steak di Kelurahan Mandonga. Penentuan responden dilakukan secara

purposive. Analisis yang digunakan adalah perhitungan Rugi-Laba dan nilai

tambah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha pengolahan ubikayu

memberikan keuntungan sebesar Rp 30.828.000 per dua puluh tiga kali proses

produksi selama satu bulan dan menciptakan nilai tambah sebesar Rp 15.498 per

kg bahan baku. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 72,56%. Artinya

untuk setiap Rp 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp 72. Nilai tambah

menunjukkan nilai yang besar.

Kata Kunci : Pengolahan, Keuntungan, Nilai Tambah, Tela-Tela.

Page 7: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

vii

ABSTRACT

Israwan Imani (D1A1 10 135) “The Analysis the Benefits and Value-Added

Processing of Cassava (Manihot Esculenta) become Tela-Tela (The Studies Case

of Tela Steak Businesses in Kelurahan of Mandonga, Mandonga Subdistrict

Kendari City)” guided by Usman Rianse as the firs guide Ine Fausayana as the

second guide.

The purpose of this research is to analyze the magnitude of value-added

and the benefits that the processing get in the businesses of processing cassava

become tela-tela in Kelurahan of Mandonga, Mandonga’s Subdistrict Kendari

City. This processing is done on September – Oktober 2015. The determination of

the research area based on the consideration that, in this Kelurahan there is the

processing of cassava become tela-tela. The respondents in this research is the

owner of Tela Steak businesses in Kelurahan of Mandonga. The respondents

determination is done in purposive. The analysis that used are the calculation of

income and value-added.

The result of this research showed that the businesses of processing

cassava give the benefits as big as Rp 30.828.000 per twenty three times process

during on month and to make value-added as big as Rp 15.498 per kg raw

material. The ratio of value-added toward the value-product as big as 72,56%. It

means that for every Rp 100 value-product will get value-added Rp 72. The value-

added showed a big value.

Keyword : Processing, Benefit, Value-added, Tela-Tela.

Page 8: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

viii

RIWAYAT HIDUP

Atas berkah Allah SWT dan kasih sayang dari kedua orang

tua Ayahanda tercinta La Kamorangku dan Ibunda tercinta

Norma, maka terlahirlah penulis dengan Nama Israwan Imani

yang lahir pada tanggal 7 Mei 1992, yang merupakan anak ke

tujuh dari delapan bersaudara.

Pada Tahun 1998 penulis mengawali pendidikanya di SD Negeri 20

Mandonga dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di SMPS KARTIKA Kota Kendari dan lulus pada tahun 2007,

kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Kendari jurusan

Administrasi Perkantoran dan lulus pada Tahun 2010. Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan pada Perguruan Tinggi Universitas Halu Oleo

Kendari, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Negeri (SNMPTN) gelombang kedua. Selama menempuh

pendidikan di Universitas Halu Oleo, Penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa

Jurusan Agribisnis (HIMJAGRI) Faperta UHO sebagai anggota.

Page 9: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

ix

UCAPAN TERIMAKASIH

Assalamua’alikum.Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan amanah dan

segala kewajiban sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Keuntungan dan Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu (Manihot Esculenta) Menjadi

Tela-Tela (Studi Kasus Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan

Mandonga Kota Kendari)”. Skripsi ini disusun sebagai salah syarat untuk

menyelesaikam pendidikan Program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas

Pertanian Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Terimakasih atas segala kritik

dan saran yang bersifat membangun dan penulis akan terima. Teriring salam dan

do’a penulis ucapkan terimakasih dan penghargaan kepada Ayahanda

La Kamorangku dan Ibunda Norma tercinta yang telah melahirkan penulis,

membesarkan dan mendidik dengan segala bentuk cinta dan kasih sayang serta

senantiasa memanjatkan do’a untuk keselamatan dunia dan akhirat, yang telah

menberikan kasih sayang, dukungan, perhatian dan motivasi untuk kemudahan

dalam segala urusanku sehingga penulis dapat menyelesaikan tanggungjawab ini.

Penulis menghanturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak

Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S selaku dosen pembimbing I dan Ibu

Dr. Ine Fausayana, SE, M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan

waktunya, tenaga, motivasi dengan segala ketelitian dan kesabaran dalam

Page 10: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

x

mengarahkan penulis agar senantiasa berfikir logis dan sistematis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa batuan

berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan di Universitas Halu Oleo.

4. Dosen pembimbing, dosen penguji dan seluruh dosen pengajar di lingkungan

Jurusan Agribisnis khususnya dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah

memberikan masukan.

5. Seluruh pegawai administrasi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian atas

urusan administrasi yang mendukung penulis dalam menyelesaikan segala

urusan administrasi yang berkaitan dengan penelitian.

6. Kepada pengolah tela-tela sebagai responden penelitian yang telah membantu

penulis selama dalam melakukan penelitian.

7. Kepada Lurah Mandonga beserta staf-staf kantor Kelurahan Mandonga yang

telah membantu penulis memberikan data dan informasi mengenai lokasi

penelitian.

8. Kakak tercinta Murniati, Isna wati, Jumiati, Amna, Ansyarulah, Irna dan adik

serta kemenakan yang saya sayangi, dan seluruh Keluarga Besar dari keluarga

Page 11: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

xi

Ayahanda dan Ibunda terimakasih atas, do’a dan motivasi serta bantuan

materi kepada penulis dalam menempuh pendidikan.

9. Sahabat-sahabatku Jumadi, Dafat, Ardin dan Sulfitrah, serta teman-teman

RT 18 Kelurahan Mandonga terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

10. Teman-Teman seangkatan 2010, Nadiyah Al Atas SP, Selviana Amin SP,

Helga Paseno Cornelia SP, Ela Sarmianti SP, Rahmatia Baduddin SP,

Eviriastuti SP, Indriana Melisa SP, Martiti SP, Indrwati SP, Dewi Indriani SP,

Leksi Muksin SP, Muhammad Ashar SP, Agusalim Rahim SP, Ikra Saputra

SP, Imam Yanwar Ibrahim SP, Suhendrawan Saputra SP, Dedi Amrin SP,

Ade Salepara Tahir SP, Erwin SP, Firman Koende SP, Asrawan SP, Parto SP,

Neli Desrawanti, Saiful Irvan, Eri Irianto, Samino, Nur Madan, dan lain-lain

yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu terimakasih atas

dukungan, semangat, motivasi dan kebersamaan yang berkesan selama

menempuh pendidikan semoga kebersamaan kita tetap berlanjut sampai

kapanpun.

11. Semua pihak yang telah membantu selama kuliah ataupun pada saat menulis

skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut membantu do’a,

tenaga maupun materi. Saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kendari, Juni 2016

Penulis

Page 12: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAM JUDUL ..................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................... vi

ABSTRACT .............................................................................................................. vii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. viii

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

D. Kegunaan Penelitian....................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ............................................................................................... 6

1. Ubikayu ................................................................................................... 6

2. Agroindustri ............................................................................................ 9

3. Konsep Biaya ......................................................................................... 11

4. Pengolaha Ubikayu ................................................................................. 13

5. Nilai Tambah ........................................................................................... 16

6. Penerimaan .............................................................................................. 19

7. Harga Pokok Produksi ............................................................................ 22

8. Beban ...................................................................................................... 25

9. Keuntungan ............................................................................................ 27

B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 30

C. Kerangka Pikir ............................................................................................... 35

Page 13: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

xiii

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 37

B. Responden Penelitian ..................................................................................... 37

C. Sumber Data .................................................................................................. 37

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 38

E. Variabel Penelitian ........................................................................................ 38

F. Analisis Data .................................................................................................. 38

G. Konsep Operasional ....................................................................................... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Usaha Tela Steak ............................................................ 44

B. Identitas Pengolah Usaha Tela Steak ........................................................... 44

1. Umur Pengolah ...................................................................................... 44

2. Tingkat Pendidikan ................................................................................ 45

3. Jumlah Tanggungan Keluarga ................................................................ 46

4. Pengalaman Berusaha Responden Pengolah Ubikayu Menjadi .............

Tela-tela ................................................................................................. 47

C. Karakteristik Usaha ....................................................................................... 47

1. Penyediaan Bahan Baku ......................................................................... 47

2. Proses Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-tela ...................................... 48

3. Harga Pokok Produksi ........................................................................... 50

4. Beban ..................................................................................................... 55

5. Produksi ................................................................................................. 55

6. Harga Jual dan Pemasaran Produk Tela-tela .......................................... 57

D. Penerimaan dan Keuntungan ....................................................................... 58

E. Nilai Tambah ............................................................................................... 59

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................... 63

B. Saran .............................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 64

LAMPIRAN ............................................................................................................. 67

Page 14: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi Tanaman Pangan Kota Kendari .......................................................... 2

2. Format Perhitungan Rugi-laba untuk Satu Bulan .............................................. 39

3. Format Analisis Nilai Tambah .......................................................................... 40

4. Identitas Pengolah Ubikayu Menjadi Tela-tela Pada Usaha Tela Steak ...........

di Kelurahan Mandonga .................................................................................... 44

5. Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Selama Satu Bulan ........................... 52

6. Biaya Penggunaan Peralatan Selama Satu Bulan .............................................. 54

7. Perhitungan Harga Pokok Produksi Usaha Tela Steak ......................................

di Kelurahan Mandonga ..................................................................................... 54

8. Hasil Produksi Tela-Tela Selama Satu Bulan .................................................... 56

9. Keuntungan Usaha Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-tela .............................

pada Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga ............................................... 58

10. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-tela

Selama Satu Bulan Metode Hayami, et al (1987) .............................................. 60

Page 15: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................... 36

2. Tahapan Proses Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-Tela ................................. 50

Page 16: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Identitas Responden Pengolah Ubikayu Menjadi Tela-Tela Pada Usaha ......

Tela Steak di Kelurahan Mandong Tahun 2015 ............................................ 68

2. Jumlah Jam dan Hari Kerja Tenaga Kerja Pengolah Ubikayu Menjadi ........

Tela-Tela Pada Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga Tahun 2015 ...... 69

3. Jumlah Upah Pengolah Ubikayu Menjadi Tela-Tela Pada Usaha Tela Steak

di Kelurahan Mandonga Tahun 2015 ........................................................... 70

4. Biaya Bahan Baku yang dikeluarkan Pengolah Ubikayu menjadi Tela-Tela

pada Industri Rumahtangga di Kelurahan Mandonga Tahun 2015 .............. 71

5. Hasil Produksi dan Harga Jual serta Pendapatan Pengolahan Ubikayu ........

Menjadi Tela-Tela Selama Satu Bulan Pada Usaha Tela Steak ....................

di Kelurahan Mandonga Tahun 2015 ............................................................ 72

6. Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Selama Satu Bulan pada Usaha

Tela Steak di Kelurahan Mandonga Tahun 2015 .......................................... 73

7. Biaya Penyusutan dan Penggunaan Peralatan yang dikeluarkan Pengolah

Ubikayu menjadi Tela-Tela pada Usaha Tela Steak di Kelurahan ...............

Mandonga Tahun 2015 ................................................................................. 74

Page 17: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

1

I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Ubikayu atau singkong telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh

sebagian besar masyarakat pedesaan maupun di daerah pinggiran perkotaan di

seluruh wilayah Indonesia, tetapi bila akan dikembangkan memerlukan faktor-

faktor pendukung yang ada pada masing-masing daerah seperti areal, sarana dan

prasarana, industri yang akan mengolah ubikayu, permintaan pasar, akses dan

sebagainya. Hal ini penting artinya dikarenakan pengembangan suatu daerah yang

akan dialokasikan menjadi sentra produksi haruslah merupakan satu kesatuan

seluruh tataruang pembangunan daerah dan diperuntukkan untuk kesejahteraan

masyarakat (Hafsah, 2003).

Saat ini, pembangunan pertanian tidak lagi beriorientasi semata-mata pada

peningkatan produksi tetapi kepada peningkatan produktivitas dan nilai tambah

karenanya efisiensi usaha haruslah dipertimbangkan. Petani diharapkan tidak

hanya bekerja di lahan pertaniannya saja tetapi diarahkan dan dituntut bagaimana

menumbuh-kembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan serta dapat mengolah

produk yang dihasilkan menjadi produk stengah jadi. Hal ini penting artinya

karena tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan kesejahtraan petani

beserta keluarganya (Hafsah, 2003).

Tanaman ubikayu adalah salah satu hasil komoditi pertanian di Indonesia

yang dipakai sebagai bahan makanan. Ubikayu masih memberikan hasil bahkan

pada tanah yang kurang subur, dimana tanaman lainnya tidak lagi memberikan

hasil. Tanaman ubikayu mudah menyesuaikan diri dengan tempat tumbuhnya.

Page 18: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

2

Kelebihan lainnya dapat diperoleh dengan berbagai cara untuk dijadikan produk

makanan dan hingga saat ini ubikayu digunakan sebagai salah satu bahan

makanan pokok oleh golongan masyarakat tertentu. Sedangkan masyarakat

golongan menengah ke atas umumnya mengkonsumsi ubikayu dalam bentuk

berbagai makanan tambahan.

Kota Kendari merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yang

cukup memiliki potensi sumberdaya pertanian dan agroklimat yang sesuai untuk

pengembangan tanaman pangan seperti ubikayu. Dari data BPS Kota Kendari,

terlihat 7 produksi tanaman pangan yang dihasilkan (padi, jagung, ubikayu, ubi

jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau). Produksi tanaman pangan

ubikayu dengan pada tahun 2014 yaitu 5.017 ton dengan luas lahan 266 ha. Dapat

di lihat pada Tabel 1 yaitu sebagai brikut :

Tabel 1. Produksi Tanaman Pangan Kota Kendari

No Uraian Luas panen

(Ha)

Produksi (Ton) Produktivitas

(Ton/Ha)

1 Padi 1.555 7.112 4,57

2 Jagung 474 1.396 2,94

3 Ubikayu 266 5.017 18,86

4 Ubi Jalar 99 907 9,16

5 Kacang Tanah 103 64 0,62

6 Kacang Kedelai 0 0 0

7 Kacang Hijau 0 0 0

Sumber : Kota Kendari dalam Angka, 2015

Dengan melihat hasil produksi ubikayu yang cukup besar di Kota Kendari

maka peran pemerintah dan masyarakat dalam pengembangan agroindustri sangat

di perlukan. Industi pengolahan ubikayu yang saat ini sedang berkembang di

Page 19: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

3

Kota Kendari terutama di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga adalah

industri pengolahan ubikayu menjadi Tela-Tela yang dikelola oleh Bapak Sofian.

Usaha ini merupakan contoh industri pengolahan ubikayu yang berada di

Kelurahan Mandonga. Pengolahan ubikayu menjadi Tela-Tela adalah usaha yang

potensial untuk dikembangkan di Kota Kendari karena mengingat produksi

ubikayu yang cukup besar. Dengan adanya pengolahan ubikayu diharapkan dapat

memberikan keuntungan yang besar dan menciptakan nilai tambah.

Keuntungan di hitung dari besarnya penerimaan dikurangi dengan harga

pokok produksi, beban, dan pajak penghasilan sehingga memperoleh keuntungan.

Nilai tambah (added value) adalah suatu perubahan nilai yang terjadi karena

adanya perlakuan terhadap suatu input pada suatu proses pengolahan. Perhitungan

nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi Tela-Tela bertujuan untuk mengetahui

pertambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi.

Nilai tambah dihitung dari selisih antara nilai output (penerimaan) dan

nilai input (biaya total) yang dikeluarkan dalam proses pengolahan. Seluruh

komponen analisis diukur dan dinyatakan dalam satuan satu kilogram (kg) bahan

baku. Hal ini dilakukan agar diketahui besarnya pertambahan nilai dari 1 kg bahan

baku yang dibentuk oleh kegiatan pengolahan. Hal tersebutlah yang mendorong

penulis untuk melakukan penelitian sehingga dapat mengetahui lebih lanjut

mengenai keuntungan dan nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi Tela-Tela

pada usaha tela steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga

Kota Kendari.

Page 20: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai brikut :

1. Berapa besar keuntungan yang diterima dari pengolahan ubikayu menjadi

Tela-Tela pada Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan

Mandonga Kota Kendari ?

2. Berapa besar nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi Tela-Tela pada Usaha

Tela Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga Kota Kendari ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diterima dari pengolahan

ubikayu menjadi Tela-Tela pada Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga

Kecamatan Mandonga Kota Kendari.

2. Untuk menganalisis seberapa besar nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi

Tela-Tela pada Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan

Mandonga Kota Kendari.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Bagi pengolah Tela-Tela, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan informasi mengenai keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh

dari usaha yang dijalankan.

Page 21: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

5

2. Bagi pemerintah dan pihak yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan

kebijakan terhadap pengembangan strategi dalam membina dan

mengembangkan subsektor produk tela-tela.

3. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan

pengalaman dan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang

relevan dengan hasil penelitian ini.

Page 22: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

Deskripsi teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan

suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep

gagasan, pandangan, sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan

nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses

hubungan situasional, hubungan kondisional, atau hubungan fungsional di antara

hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tertentu.

1. Ubikayu (Manihot Esculenta)

Ubikayu berasal dari Berazilia, dari Brazil ubikayu di perkirakan

menyebar ke benua Afrika, Mandagaskar, India, Hindia belakang terus ke

Tiongkok dan akhirnya ke Indonesia. Penyebaran ubikayu menurut rampius

seorang ahli tumbuhan bahwa pada abad ke 17 ubikayu telah samapai ke kawasan

Ambonia dan Maluku, sedangkan di pulau Jawa menurut Juanghua diperkirakan

tahun 1938, walaupun masih terbatas hanya sebagai tanaman pekarangan (Lingga

dkk, 1986).

Tahun 1852, kebun Raya Bogor telah memasukan ubikayu dari suriname,

du tahun kemudian tanaman ubikayu telah merakyat di seluruh karesidenan pulau

Jawa, tetapi hanya di Banten, Jepara dan Semarang saja yang banyak peminatnya.

Kawasan lain yang di luar pulau Jawa, penanamannya mulai diingatkan sejak

tahun 1914-1918, tepat ketika Indonesia dilanda kesulitan memperoleh beras dari

luar negri. Sampai saat ini belum diketahui dengan tepat siapa yag menjadi

Page 23: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

7

pelopor tanaman ubikayu di Indonesia dan yang pasti dari sejak masuknya

ubikayu ke Indonesia, telah menjadi tanaman rakyat yang serba mudah

penanaman dan pengolahannya (Hafsah, 2003).

Jenis ubikayu yang berkembang di Indonesia adalah Manihot Esculenta

Crantz yang termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Di duia perdagangan nama

ubikayu cukup banyak, misalnya Cassava (Ingris), Yuka (Sepanyol), Mandioca

(Portugal), Cassave (Belanda), Tapioca (Amerika Serikat). Nama lokalpun cukup

bervariasi, di Jawa Tengah dan Jawa Timur bernama Kaspe dan Telo Puhung,

sedangkan di Jawa Barat dinamakan Sampeu, Dangdeur atau Singkong (Hafsah,

2003).

Ubikayu merupakan komoditas tanaman pangan yang penting setelah

komoditas padi dan jagung sebagai penghasil sumber bahan pangan karbohidrat

dan bahan baku industri makanan, kimia dan pakan ternak. Kandungan utama

ubikayu adalah karbuhidrat sebagai komponen terpenting sumber kalori, di mana

karbohidratnya mengandung aci/pati sebanyak 64-75 persen dan patinya

mengandung amilose 17-20 persen (Hafsah, 2003).

Pada daerah-daerah yang beriklim kering, berkapur dan tandus sebagian

besar masyarakatnya sudah lama mengenal dan mengkonsumsi ubikayu rebus atau

dalam bentuk gatot, tiwul yang telah dicampur dengan nasi atau jagung. Tanaman

ini bagi petani seringkali dijadikan lumbung pangan yang disimpan di bawah

tanah. Bahkan apabila terjadi kegagalan panen pada komoditas padi dan jagung

akibat kemarau panjang atau musim penceklik maka peranan ubikayu sangat

membantu di dalam mengatasi kondisi tersebut (Hafsah, 2003).

Page 24: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

8

Sebagai sumber bahan pangan ubikayu kaya akan karbohidrat dan vitamin

C dan zat besi (Fe). Selain ubi segar, daun ubikayu muda dapat dimanfaatkan

sebagai sayur karena kaya akan vitamin A dan mengandung Fe (zat besi), Ca (zat

kapur) dan vitamin B dan C. dengan diolah menjadi tepung gaplek dan tapioka

sebagai sumber bahan pangan dan industri makanan dalam bentuk mie, bihun roti,

kue basah dan kering maupun tiwul instant, gatot instant dan tiwul nasi siap saji

akan semakin diterima masyarakat luas dan pada saat ini sudah mulai di

kembangkan untuk meningkatkan cita rasa dan citranya (Hafsah, 2003).

Sebagai bahan baku industri, umbi ubikayu dapat diolah menjadi berbagai

produk antara lain tapioka, glukosa, fruktosa, sorbitol, high fructose syrup (HFS),

dektrin, alcohol, etanol, asam sitrat dan monosodium glutamate. Bahkan ampas

dari tepung tapioka dijadikan sebagai bahan baku obat nyamuk bakar. Seabagai

bahan pakan ubikayu dapat digunakan mulai dari daun sampai umbi segarnya.

Industri pakan yang menggunakan bahan baku dari ubikayu dipandang lebih

murah biayanya dibandingkan dengan jagung dan kedelai. Sedangkan dari industri

pakan dari gaplek maupun sisa dari pengolahan tepung tapioka yang berupa

ampas tapioka yang diperkaya dengan bahan lain. Pada saat ini yang berkembang

untuk pembuatan industri pakan ternak dibuat dari pellet ubikayu dikarenakan

harganya lebih murah dan mudah transportasinya dan perawatannya (Hafsah,

2003).

Ubikayu sebagai komoditi tanaman bahan pangan mempunyai peranan dan

prospek sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri untuk industri bahan

pangan, kimia dan pakan, mengusahakan ubikayu dapat mejadi sumber

Page 25: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

9

pendapatan dan menyerap tenaga kerja baik di sub sistem hulu, tengah (usahatani)

dan hilir, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa Negara melalui

mningkatkan ekspor dan menekan impor. (Hafsah, 2003).

Tanaman ubikayu (manihot utilissima) merupakan salah satu hasil

komoditi pertanian di Indonesia yang biasanya dipakai sebagai bahan makanan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, maka ubi kayu ini bukan hanya

dipakai sebagai bahan makanan saja tetapi juga dipakai sebagai bahan baku

industri. Selain itu ubi kayu juga dapat dijadikan sebagi bahan makanan

pengganti misalnya saja keripik ubikayu. Pembuatan keripik ubikayu ini

merupakan salah satu cara pengolahan ubikayu untuk menghasilkan suatu

produk yang relatif awet dengan tujuan untuk menambah jenis produk yang

dihasilkan (Prasasto, 2007).

2. Agroindustri

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai

bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan

tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh

Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari

tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan

mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,

penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat

merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan

baku industri lainnya.

Page 26: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

10

Membicarakan perkembangan industri tentunya tidak saja ditujukan

hanya kepada industri-industri besar dan sedang tetapi perhatian yang sepadan

harus pula diarahkan kepada industri-industri kecil atau rumah tangga.

Sebab pada kenyataannya, industri jenis ini masih sangat diperlukan

sampai waktu tidak tertentu untuk memberikan kesempatan kerja sekaligus

pemerataan pendapatan (Todaro, 1994).

Menurut Aristanto (1996), sektor industri di Indonesia dibagi

menjadi empat kelompok yaitu :

a. Industri besar yaitu industri yang proses produksinya secara

keseluruhan sudah menggunakan mesin dengan tenaga kerja lebih dari

100 orang.

b. Industri sedang yaitu industri yang proses produksinya menggunakan

mesin sebagian dan tenaga kerja yang digunakan berkisar 20-99 orang.

c. Industri kecil yaitu umumnya memakai sistem pekerja upahan, dengan

jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

d. Industri rumah tangga yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja

kurang dari 5 orang dan terdapat dipedesaan.

Menurut Soekartawi (1990), industri skala rumah tangga dan indusri kecil

yang mengolah hasil pertanian mempunyai peranan penting yaitu :

a. Meningkatkan nilai tambah

b. Meningkatkan kualitas hasil

c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

d. Meningkatkan ketrampilan produsen

Page 27: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

11

e. Meningkatkan pendapatan produsen

Kegiatan industri kecil lebih-lebih rumah tangga yang jumlahnya

sangat banyak di Indonesia memiliki kaitan yang dekat dengan mata pencaharian

pertanian di daerah pedesaan, serta tersebar diseluruh tanah air. Kegiatan ini

umumnya merupakan pekerjaan sekunder para petani dan penduduk desa yang

memiliki arti sebagai sumber penghasil tambahan dan musiman (Rahardjo,

1986).

3. Konsep Biaya

(Padangaran, 2013) mengatakan bahwa secara umum biaya adalah semua

dana yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pada proses produksi,

biaya pada umumnya terdiri dari harga input atau bahan baku, penyusutan dari

asset-aset tetap dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang tidak termaksud pada

harga bahan baku dan biaya penyusutan. Sementara pada perusahaan perdagangan

biaya-biaya terdiri dari harga barang dagangan, biaya pengangkutan, biaya

perlakuan dan biaya retribusi, serta biaya penyusutan asset jngka panjang.

Hubungan kedua jenis biaya tersebut dengan jumlah produk atau output akan

berbeda baik dalam hal jumlah dan jenisnya maupun dalam hal bentuk persamaan

atau fungsi biayanya. Fungsi biaya antara perusahaan yang melakukan proses

produksi akan berbeda dengan fungsi biaya pada perusahaan perdagangan. Oleh

karena itu, diperlukan pula teknis analisis yang berbeda antar keduanya .

Hafsah (2003) mengatakan bahwa Biaya produksi usahatani ialah semua

pengeluaran yang digunakan di dalam mengorganisai dan melaksanakan proses

produksi (termaksud di dalamnya modal, input-input dan jasa-jasa yang

Page 28: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

12

digunakan di dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk tersebut,

itulah yang disebut biaya produksi. Biaya produksi dapat diklasifikasikan menjadi

4 (empat) katagori/kelompok biaya yaitu sebagai berikut :

1. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam

satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah output yang

diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi.

Komponen biaya tetap antara lain : pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan

bangunan pertanian, pemeliharaan tenaga ternak, pemeliharan pompa air,

traktor, biaya kredit/pinjaman dan lai sebagainya. Tenaga kerja keluarga

dapat dikelompokkan pada biaya tetap, bila tidak ada biaya imbangan dalam

penggunaannya atau tidak adanya penawaran untuk itu (terutama untuk

usahatani maupun di luar usahatani).

2. Biaya variabel atau biaya tidak tetap (variable cost). Besar kecilnya sangat

tergantung kepada biaya skala produksi. Komponen biaya variabel antara lain

: pupuk, benih/bibit, pestisida, tenaga kerja upahan, panen, pengolahan, tanah

dan sewa tanah. Jadi biaya produksi atau total cost merupakan penjumlahan

fixed cost dengan variable cost (TC = FC + VC).

3. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak tanah dan pajak air,

sedangkan biaya tunai yang sifatnya variable antara lain berupa : biaya untuk

pemakaian benih/bibit, pupuk, pestisida dan tenaga luar keluarga (tenaga

upahan).

4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi biaya tetap seperti : sewa lahan,

penyusutan alat-alat pertanian, bunga kredit dan lain-lain. Sedangkan biaya

Page 29: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

13

yang diperhitangkan dari biaya variable antara lain biaya tenaga kerja, biaya

panen dan pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang

dipakai.

Disaping itu, dikenal pula adanya biaya langsung atau biaya tidak

langsung. Biaya langsung ialah semua biaya-biaya yang langsung digunakan

dalam proses produksi (actual cost). Ada yang mengatakan bahwa biaya produksi

yang betul-betul dikeluarkan oleh petani produsen disebut juga farm expensif yang

biasanya dipakai untuk mencari pendapatan petani (farm income = pendapatan

petani). Biaya tidak langsung (imputed cost) adalah biaya-biaya seperti :

penyusutan dan lain sebagainya (Hafsah, 2003).

Biaya-biaya produksi yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin, dan

equipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang

bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung

berhubungan dengan proses produksi (Mulyadi, 1991).

4. Pengolahan Ubikayu

Produk-prodok yang yang dihasilkan oleh industri kecil dan home industri

(tela-tela, kripik singkong, krupuk singkong, tape, makanan tradisional, dan ewah)

sebagian besar mutu, cita rasa, kemasan masi rendah. Demikian pula promosi dan

sosialisasi produk tersebut masi terbatas, padahal sosialisasi dan promosi

merupakan kunci dalam pemasaran. Seyogyanya lebih gencar mempromosikan

dan mensosialisasikan produk tersebut, apakah melalui media masa maupun

Page 30: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

14

media elektronik ataupun pameran, agar supaya diversifikasi mengkonsumsi

produk ubikayu dapat semakin meningkat (Hafsah, 2003).

Produk-produk olahan ubikayu memang belum sepenuhnya didukung oleh

standar mutu. Standar mutu suatu produk ditetapkan oleh pemerintah melalui

Badan Standarnisasi Nasional (BSN) dengan tanda SNI (Standar Nasional

Indonesia) yang berlaku seara Nasional. Tujua pencantuman tanda SNI adalah

untuk mewujudkan jaminan mutu hasil pertanian yang mengarah kepeningkatan

daya saing dan ekspor dan memberikan perlindungan kepada konsumen. Produk-

produk olahan ubikayu yang telah ditetapkan standar mutunya oleh Badan

Standarnisasi Nasional (BSN) adalah Gaplek (SNI No.01.2905.1992), Tapioka

(SNI No.01.3451.1994), Tepung Singkong (SNI 01.2997.1996), Keripik Singkong

(SNI 01.4305.1996) (Hafsah, 2003)

Sebagai bahan baku untuk pakan ternak ubikayu dimanfaatkan untuk

makanan ternak. Pemanfaatan limbah industri ubikayu sebagai bahan baku

pakan ternak bermutu tinggi, akan dapat menekan biaya tinggi dan memenuhi

kebutuhan yang besar akan pakan ternak. Peternak unggas yang ingin

menggunakan ubikayu sebagai makanan/ransum digunakan dalam bentuk yang

sudah dijemur/terkena panas atau ubikayu sudah dicampur dengan bungkil kelapa,

dedak halus dan jagung. Sebagai bahan energi ubikayu mempunyai peluang besar

menjadi bahan baku ethanol yang berfungsi sebagai additive BBM pengganti

timbal (logam timah hitam) (Prasasto, 2008).

Pengolahan hasil produksi ubi kayu yang baik, diharapkan petani dapat

meningkatkan penerimaan usahanya. Kegiatan pengolahan ubi kayu menjadi

Page 31: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

15

kerupuk kepang merupakan tindak lanjut dari rangkaian kegiatan pertanian dalam

arti luas karena mekanisme produksi pertanian tidak terhenti sampai memproduksi

bahan mentah, tetapi harus ditingkatkan menjadi bahan yang bernilai tinggi

(Narti, 2010).

Tela-tela adalah sebuah camilan terbuat dari ubikayu, dimana ubikayu

tersebut dipotong kecil-kecil memanjang kemudian digoreng dan ditaburi oleh

bumbu serbuk siap saji aneka rasa seperti balado, keju, rasa jagung bakar dan lain-

lain. Menariknya bumbu tersebut juga cukup mudah untuk bisa kita dapatkan

ditoko-toko dengan kemasan tertentu dengan harga yang juga cukup beragam.

Kudapan seperti ini juga mudah untuk bisa kita didapatkan dikampung-

kampung, selain itu penggemar dari makanan dari singkong ini adalah dari anak-

anak hingga orang dewasa dan harganyapun juga murah meriah. Sebagai sebuah

makanan dari singkong tentu jika camilan ini cukup bisa untuk menunda rasa

lapar kita, terlebih lagi bagi anda yang pernah mencicipinya tentu anda sendiri

juga tahu karena ketika menyantabnya serasa tidak ingin berhenti hingga habis.

Adapun bahan dan cara pembuatan tela-tela yaitu sebagai berikut : bahan

untuk membuat Tela-Tela yaitu siapakan 500 gram ubikayu, 300 gram minyak

goreng, 100 gram mentega, dan Bumbu tela-tela dengan rasa sesuai selera yang

bisa didapatkan ditoko-toko (Kiostips, 2013).

Sedangkan cara membuatnya yaitu :

1. Kupas singkong kemudian bersihkan

2. Kukus kira-kira 20 menit hingga empuk

3. Potong singkong kukus seperti stik memanjang dengan ukuran sesuai selera

Page 32: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

16

4. Siapkan wajan dan minyak, jika sudah agak panas masukan mentega hingga

mencair

5. Gorenglah singkong kukus yang sudah dipotong-potong, hingga kuning

kecokelatan

6. Jika sudah tiriskan, masukan kedalam wadah tertutup (bisa stoples) dan taburi

dengan bumbu dengan rasa sesuai selera anda, kocok toples agar bumbu

tercampur rata dan Tela-Tela siap disantap.

5. Nilai Tambah

Menurut Gittinger (1986), nilai tambah dari setiap industri adalah

harga pasar dari barang atau jasa yang diproduksi dikurangi dengan harga barang

atau jasa material dan jasa yang dibeli dari pihak lain, yaitu selisih antara output

bruto dengan nilai konsumsi sementara. Nilai tambah itu bisa berbentuk bruto

maupun netto. Nilai tambah bruto meliputi pajak, bunga atas pinjaman, sewa,

keuntungan usaha, cadangan untuk penyusutan, dan balas jasa untuk manajemen

dan pegawai termasuk pada tunjangan sosial. Nilai tambah bruto di seluruh

industri yang produktif bila dijumlahkan akan menghasilkan produk domestik

bruto.

Dari analisis nilai tambah dapat diketahui besarnya imbalan yang

diterima oleh pengusaha dan tenaga kerja. Analisis nilai tambah juga

berguna untuk mengetahui berapa tambahan nilai yang terdapat pada satu satuan

output yang dihasilkan (nilai tambah produk). Pada prinsipnya nilai tambah ini

merupakan keuntungan kotor sebelum dikurangi biaya tetap (Purba, 1986).

Page 33: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

17

Menurut Hayami (1987) ada dua cara menghitug nilai tambah, (1) Nilai

untuk pengolahan dan ; (2) Nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang mempengaruhi adalah

kapasitas produk, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja, sedangkan

faktor pasar yang mempengaruhi adalah harga output, upah tenaga kerja, harga

bahan baku dan nilai input lain selain bahan baku dan tenaga kerja.

Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa pengolahan hasil pertanian

merupakan komponen kedua dari kegiatan agribisnis setelah proses produksi hasil

pertanian. Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena

pertimbangan meninggkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil,

meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen,

dan meningkatkan pendapatan produsen.

Konsekuensi logis dari hasil olahan yang lebih baik yang dilakukan

produsen adalah dapat menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Jika

memungkinkan, sebaiknya petani mengolah sendiri hasil-hasil pertaniannya guna

mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya lebih tinggi dan

akhirnya mendatangkan total penerimaan dan keuntungan yang tinggi pula.

Penentuan kapasitas olah harus memperhatikan kesediaan bahan baku, baik

kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Selanjutnya analisis ketersediaan

bahan baku harus dikaitkan dengan kemampuan petani untuk menghasilkan

produk tersebut, luas lahan yang tersedia, tenaga kerja yang digunakan, pengadaan

bibit, pupuk, serta faktor pendukung lainnya.

Page 34: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

18

Nilai tambah didapatkan dari nilai prduk akhir dikurangi biaya antara

(intermediate cost) yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dalam

melakukan proses produksi. Komoditi pertanian pda umumnya dihasilkan sebagai

bahan mentah dan mudah rusak (perishable), sehingga perlu langsung

dikonsumsi. Proses pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan guna

komoditi pertanian. Salah satu konsep yang sering digunakan membahas

pengolahan komoditi ini adalah nilai tambah (Riyan, 2009).

Marimin dan Magfiroh (2010) mengemukakan bahwa konsep nilai tambah

adalah suatu perubahan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan terhadap suatu

input pada suatu proses produksi. Arus penigkatan nilai tambah komoditas

pertanian terjadi disetiap matarantai pasok dari hulu ke hilir yang berawal dari

petani dan berakhir pada konsumen akhir. Nilai tambah pada setiap anggota rantai

pasok berbeda-beda tergantung dari input dan perlakuan oleh setiap anggota rantai

pasok tersebut.

Darius dalam Asmiati, (2012) mengemukakan bahwa nilai tambah

diartikan sebagai (1) besarnya output suatu usaha setelah dikurangi

pengeluaran/biaya antaranya; (2) jumlah nilai akhir suatu produk yang bertambah

pada setiap tahapan produksi; (3) nilai output dikurangi dengan input bahan baku

yang di beli dan nilai depresiasi yang disisikan oleh perusahaan. Nilai tambah

merupakan selisih nilai penjualan dikurangi harga bahan baku dan pengeluaran-

pengeluaran lain yang bersifat internal.

Berasarkan definisi nilai tambah diatas dapat disimpulkan bahwa nilai

tambah merupakan nilai produk akhir setelah adanya perlakuan suatu input pada

Page 35: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

19

proses produksi dimana input yang dimaksudkan adalah bahan baku, bahan

penolong, jasa industri dan jasa non industri sehingga menghasilkan output yang

merupakan nilai keluaran atau produk akhir. Dasar perhitungan dari analisis nilai

tambah adalah per kg hasil, standar harga yang digunakan untuk bahan baku dan

produksi ditingkat pengolah/produsen. Nilai tambah menggambarkan imbalan

bagi tenaga kerja, modal dan manajemen, secara matematis faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tambah dapat yaitu ebagai berikut:

Nilai Tambah = f (K, B, T, U, H, h, L)

Keterangan: K = Kapasitas produksi (Kg)

B = Bahan baku yang digunakan (Kg)

T = Tenaga kerja yang digunakan (HOK)

U = Upah tenaga kerja (Rp)

H = Harga output (Rp/Kg)

h = Harga bahan baku

L = Nilai input lain

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilka keterangan sebagai berikut:

1. Perkiraan nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah (%)

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp)

4. Imbalan bagi modal dan manajemen (Rp)

6. Penerimaan

Penjualan merupakan total jumlah yang dibebankan kepada pelanggan atas

barang daganganyang dijual perusahaan, baik meliputi penjualan tunai maupun

Page 36: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

20

penjualan secara kredit. Total ini seharusnya tidak termasuk pajak penjualan yang

di mana perusahaan (penjual) diharuskan untuk memungutnya dari pelanggan

(pembeli) atas nama negara. Pajak penjualan ini akan diakui sebagai kewajiban

lancar (yaitu utang pajak penjualan) dalam pembukuan perusahaan dan akan

segera dibayarkan atau diteruskan ke kas negara. Penjualan dikurangi dengan retur

dan penyesuaian harga jual dan potongan penjualan akan di peroleh penjualan

bersih (Hery, 2009).

Penjualan menunjukan nilai semua produk dan jasa yang dinyatakan

dengan nilai uang yang terjual dalam periode perhitungan rugi-laba tertentu.

Penjualan ini bisa secara tunai atau secara kredit. Kadang-kadang para pelanggan

mengembalikan produk yang telah dibelinya. Nilai dari semua pengembalian atau

retur ini dikurangkan dari semua nilai penjualan. Kadang-kadang dicatat dalam

satu ayat yang terpisah. Beberapa pelanggan mungkin mendapat potongan harga

untuk barang atau jasa yang mereka beli. Harga yang disajikan dalam perhitungan

rugi-laba bisa berupa harga penuhatau harga yang dalam telah dipotong. Apabila

harga penuh digunakan, harus ada ayat khusus untuk memperlihatkan berapa

potongan yang telah diberikan (Downey dan Erickson, 1988).

Hernanto (1988) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besarnya

penerimaan adalah produktivitas usahatani, harga pesanan produk, waktu

pemasaran, dan kualitas hasil. Oleh karena itu untuk menigkatkan penerimaan

petani perlu meningkatkan hasil produksi usahatani, meningkatkan kualitas, dan

harga pasar terjamin.

Page 37: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

21

Soekartawi (1995) mengatakan bahwa penerimaan adalah hasil perkalian

antara banyaknya produk yang dihasilkan dengan harga jual. Pendapatan bersih

(net farm income) adalah selisih antara pendapatan usahatani dan pengeluaran

total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh

keluarga tani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan

modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani.

Pendapatan kotor usahatni adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang

digunakan dalam usahatani, sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran total

usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam

produksi, tetapi tidak termaksud tenaga kerja keluarga petani.

Menurut Soekartawi (1995), Penerimaan adalah perkalian antara output

yang dihasilkan dengan harga jual. Secara sistematis dapat ditulis sebagai

berikut:

TR = Q x P

Dimana :

TR = Penerimaan total (total revenue)

Q = Jumlah produk yang dihasilkan (quantity)

P = Harga (price)

Penerimaan usahatani ialah besarnya nilai total produksi, yaitu semua

output yang dihasilkan dari suatu usahatani dikalikan dengan harga per unit

output. Dalam prakteknya, petani dalam mengusahakan lahannya tidak hanya satu

macam usahatani saja, sehinga penerimaan yang diperoleh juga lebih dari satu

sumber. Cara mengusahakannyapun sangat beragam, ada yang secara monokultur,

Page 38: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

22

tumpangsari bahkan ada yang mengusahakan secara terpadu. Dengan demikian,

maka penerimaan yang diperoleh petani juga merupakan penjumlahan semua

penerimaan dari hasil usahataninya yang diusahakan di atas lahanya (Hafsah,

2003).

7. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah semua biaya yang telah dikorbankan dalam

proses produksi atau kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk selesai yang

meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik. Pengertian harga pokok produk menurut Ikatan Akuntan Indonesia adalah:

Harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan langsung yang

dipakai, upah langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan perhitungan

saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan.

(Supriyono, 1999) mendefinisikan harga pokok produksi sebagai berikut:

Jumlah biaya produksi yang melekat pada produk atau barang yang dihasilkan

yang diukur dalam satuan mata uang dalam bentuk kas yang dibayarkan atau nilai

jasa yang diserahkan atau dikorbankan, atau hutang yang timbul, atau tambahan

modal yang diperlukan perusahaan dalam rangka proses produksi baik pada masa

lalu maupun masa yang akan datang.

dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan semua biaya

yang telah dikorbankan dalam proses produksi atau kegiatan mengubah bahan

menjadi produk jadi yang meliputi baiya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya yang tidak berhubungan dengan unit yang

masuk dalam penentuan harga pokok produksi merupakan biaya non produksi.

Page 39: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

23

Menurut (Mulyadi, 2009) Tujuan penentuan harga pokok produksi adalah

untuk:

a. Menentukan harga jual produk

dengan diketahuinya harga pokok produksi, maka perusahaan dapat juga

menentukan harga jual produknya. Selain itu, manajemen juga harus

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berperan dalam penentuan harga

jual produk, seperti keadaan pasar dan campur tangan pemerintah.

b. Memantau realisasi biaya produksi

Manajemen membutuhkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya

dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi. Umtuk itu akuntansi biaya

dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang

dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses

produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan ang

diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi untuk jangka

waktu tertentu tersebut dilakukan dengan menggunakan harga pokok proses.

c. Menghitung laba rugi periodik

Manajemen membutuhkan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan

untuk memproduksi produk dalam periode tertentu, agar dapat mengetahui

apakah kegiatan produksi dan pemasaran dalam periode mampu

menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto. Informasi laba rugi

bruto periodik dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi produk dalam

menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba rugi.

Page 40: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

24

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses

yang disajikan dalam neraca.

Didalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan

produk jadi dan harga pokok produksi yang pada tanggal neraca masih dalam

proses untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan

biaya produksi tiap periode. Biaya produksi yang melekat pada produk jadi

yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai

harga pokok persediaan produk dalam proses.

Secara ekstrim pola pengumpulan harga pokok dapat dikelompokan

menjadi dua, yaitu: metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses

(Supriyono, 1999). Penetapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung

pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang

akan mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan.

a. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)

Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok

produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap jenis pesanan atau kontrak

atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan

identitasnya.

b. Metode harga Pokok Proses (Process Costing)

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk

dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misaln ya

bulan, triwulan, semester, tahun. Metode ini cocok digunakan untuk

Page 41: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

25

perusahaan yang menghasilkan produk homogen, bentuk produk standar, dan

tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

Metode penentuan harga pokok produksi merupakan cara untuk

memasukan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.

Dalammenentukan harga pokok produksi dikenal dua pendekatanm yaitu

pendekatan full costing atau metode harga pokok penuh dan pendekatan variable

costing atau metode haraga pokok variabel.

a. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)

Semua unsur biaya produksi diperhitungkan dalam penentuan harga pokok

produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik. Sehingga harga pokok produksi menurut metode harga

pokok penuh ini terdiri dari unsur biaya produksi.

b. Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)

Metode harga pokok variabel hanya memperhitungkan biaya produksi yang

berprilaku variabel saja, baik untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, maupun biaya overhead pabrik. Dengan demikian menurut

pendekatan ini harga pokok produksi terdiri dari unsur biaya produksi.

8. Beban

Beban operasi menggambarkan biaya yang ada kaitannya dengan transaksi

penjualan tertentu dalam periode yang bersangkutan dalam perhitungan rugi-laba

lebih mudah menginterpretasi beban atau ongkos-ongkos ini bila dibagi ke dalam

kelompok-kelompok utama seperti beban pemasaran yang meliputi : penjualan,

upah, gaji, komisi, ongkos angkutan, iklan dan promosi. Beban administrasi yang

Page 42: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

26

meliputi : honor angkutan pemeriksaan (auditor), kompensasi untuk para direktur,

gaji pimpinan, beban kantor, ongkos perjalanan dan beban umum yang meliputi :

penyusutan, asuransi, pajak (pajak atas laba bersih), sewa, perbaikan dan utilitas

(Downey dan Erickson, 1988).

Beban penjualan terdiri dari sejumlah jenis beban, yang sebagian terdirir

dari biaya tetap dan sebagian lagi beban variabel. Beban tetap yang paling pokok

adalah beban gaji dan penyusutan, dan beban variabel yang paling pokok seperti

beban komisi dan beban iklan didasarkan pada jumlah rupiah penjualan, dan oleh

karena itu secara langsung berubah sesuai dengan hasil penjualan (Polimeni et al,

1988).

Beban operasional dapat di bedakan menjadi dua yaitu beban penjualan

dan beban umum dan administrasi. Beban penjualan adalah beban-beban yang

terkait langsung dengan aktivitas toko atau aktifitas yang mendukung operasional

penjualan barang dagangan, contohnya adalah beban gaji/upah kariawan toko

(bagian penjualan), komisis penjualan, beban pengiriman barang, beban iklan,

beban perlengkapan/keperluan took, dan beban penyusutan peralatan toko.

Adapun beban umum dan administrasi dikeluarkan dalam rangka mendukung

aktivitas/urusan kantor (administrasi) dan operasi umum, contohnya adalah beban

gaji/upah kariawan kantor, beban perlengkapan kantor, beban utilitas kantor, dan

beban penyusutan perlengkapan kantor (Hery, 2009).

Beban pajak penghasilan adalah total jumlah pajak yang dikenakan atas

seluruh transakasi yang dilakukan perusahaan sepanjang satu tahun. Beban pajak

penghasilan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan pada

Page 43: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

27

umumnya timbul dari dua kewajiban, yaitu : (1) kewajiban pajak saat ini, yang

terutang sebagai konsekuensi dari besarnya laba kena pajak untuk periode

berjalan, dan (2) kewajiban pajak yang ditangguhkan, sebagai konsekuensi dari

besarnya jumlah kena pajak di mana yang akan datang (Hery, 2009).

Bunga pada dasarnya adalah beban. Dalam bab laporan arus kas, beban

Bunga dikategorikan sebagai arus kas operasi, walaupun sifat dasarnya adalah

pendanaan. Sementara itu dalam laporan laba/rugi, bunga dikelompokkan sebagai

beban non operasi, di bawah laba operasi karena dianggap beban non operasi.

Pengelompokan ini mengandung asumsi bisnis berjalan secara normal. Dalam

kondisi tertentu, seperti pembangunan suatu pabrik, gedung atau jalan tol,

biasanya perusahaan memerlukan pinjaman. Pinjaman menimbulkan beban bunga.

Masa konstruksi memerlukan waktu tertentu, dari hitungan bulan sampai beberapa

tahun. Bunga selama masa konstruksi ini bias dikelompokan sebagai bagian dari

bangunan tersebut.

Konsep yang dianut disini adalah bahwa seluruh biaya yang timbul dalam

rangka membuat (memperoleh) asset hingga siap dipakai merupakan bagian dari

nilai asset tersebut. Inilah yang disebut dengan kapasitas beban bunga. Dengan

demikian beban bunga selama masa konstruksi menjadi bagian dari arus kas

investasi. Lengkap sudah posisi beban bunga di dalam laporan arus kas, yaitu bias

di kas operasi, investasi maupun pendanaan.

9. Keuntungan

Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima

oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan biaya- biaya produksi, atau dengan

Page 44: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

28

kata lain, laba pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya-

biaya produksi. Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara

penerimaan yang diterima produsen dari penjualan produksi keripik ubikayu dari

sumber yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Jika biaya lebih besar

dari pada penerimaan berarti labanya negatif, situasi seperti disebut rugi

(Lipsey et al, 1990).

Untuk itu dalam usahatani ubikayu di samping penggunaan pupuk,

pestisida, penggunaan bibit yang baik dan varietas potensi produksi tinggi serta

penerapan teknologi harus mendapatkan perhatian agar produksi yang dihasilkan

maksimal sehingga berdampak pada pendapatan bersih/keuntungan.

Laba/keuntungan merupakan unsure kunci dalam sistem pasar bebas hingga

sistem tersebut akan gagal beroprasi tanpa laba dan motif laba. Laba dan motif

laba memainkan peran kunci yang menjadi semakin penting dalam alokasi

sumberdaya ekonomi yang efektif (Pappas dan Hirschey, 1989).

Marjin kotor menggambarkan perbedaan antara jumlah penjualan dan

harga pokok penjualan. Marjin kotor adalah uang yang tersedia ungtuk menutup

biaya operasi dan sisanya merupakan laba. Bila marjin kotor tidak cukup banyak

untuk menutup biaya operasi bisnis, maka perusahaan akan rugi. Marjin kotor

terutama penting bagi agribisnis eceran karena bisnis semacam itu secara relatif

tidak mengendalikan harga pokok penjualan (Downey dan Erickson, 1988).

Laba operasi bersih yang juga disebut marjin operasi, merupakan jumlah

yang tersisah apabila beban operasi dikurangkan dari marjin kotor. faktor-faktor

yang mempengaruhinya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi marjin

Page 45: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

29

kotor ditambah dengan factor-faktor yang mempengaruhi beban usaha. Sedangkan

laba bersih sebelum pajak atau pendapatan bersih merupakan jumlah yang tersisa

setelah semua pendapatan atau beban non-operasi diperhitungkan. Pendapatan

non-operasi akan meliputi semua pendapatang yang diperoleh dari sumber-sumber

lain, seperti bunga atau deviden yang didapat dari penanaman modal di luar

(Downey dan Erickson, 1988).

Mubyarto (1994) menyatakan bahwa pendapatan/keuntunga adalah uang

yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi

yang diserahkan sebagai balas jasa dari penyerahan prestasi tersebut untuk

mempertahankan hidupnya. Hendrikson (1999) menyatakan bahwa keuntungan

atau pendapatan adalah merupakan arus masuk aktiva atau pasiva bersih ke

dalam usaha sebagai hasil penjualan barang atau jasa. Supriyono (1999)

menyatakan bahwa pendapatan perkapita rata-rata masyarakat kita sampai saat ini

masih tergolong rendah sehingga hampir seluruh pendapatan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah pendapatan seseorang yang

diperoleh sehari-hari sangat tergantung dari jenis pekerjaan itu sendiri dan tingkat

pendidikannya juga.

Pendapatan usahatani ditentukan oleh tingkat produksi dan harga jual

umbi segar. Semakin tinggi produksi dan harga jual umbi segar akan memberikan

pendapatan yang besar. Tingkat produksi ditentukan oleh penerapan teknologi

sedangkan harga jual umbi segar sangat dipengaruhi oleh mekanisme pasar,

dimana pada saat panen raya umumnya harga jual ubikayu rendah dan sebaliknya

di luar periode tersebut harga cukup baik karena produksi terbatas. Mengingat

Page 46: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

30

harga merupakan variabel yang masi sulit dikendalikan oleh petani, maka petani

harus mengupayakan pencapaian tingkat produktivitas yang tinggi melalui

penerapan teknologi tinggi tanpa menyampingkan aspek efisiensi (Hafsah, 2003).

B. Penelitian Terdahulu

Elinda dan Hamidi (2008) melakukan Penelitian tentang studi agroindustri

rengginang ubi kayu di kabupaten kampar, telah dilaksanakan pada bulan Agustus

sampai Desember 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur

biaya, pendapatan, efisiensi dan nilai tambah dari pengolahan ubi kayu menjadi

rengginang ubi kayu. Penelitian ini merupakan studi kasus pada usaha

agroindustri rengginang ubi kayu desa Bukit Sembilan, dengan responden semua

pengrajin rengginang ubi kayu yaitu sebanyak 6 orang. Hasil penelitian

menunjukkan : komponen biaya terbesar adalah biaya tenaga kerja (90%),

kemudian biaya bahan baku (26,31%), pendapatan bersih sebesar Rp 204.513,69,-

per proses produksi, RCR sebesar 2,05 dan nilai tambah sebesar Rp 7.000,- per kg

ubi kayu. Untuk meningkatkan pendapatan disarankan pengrajin meningkatkan

kapasitas produksi dan mengurangi biaya produksi, serta meningkatkan kualitas

produk dari segi rasa, daya tahan dan kemasan.

Ilchaidir (2011) melakukan penelitian dengan analisis nilai tambah produk

jambu mete di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi kasus UD. Mete

Mubaraq Lombe Kota Kendari) dengan permasalahan berapa besar nilai tambah

yang tercipta dari kegiata pengolahan produk jambu mete (mete goring manis dan

mete goring asin) yang dilakukan industri rumah tangga, menunjukan bahwa nilai

tambah yang tercipta sebesar Rp. 24.882 per kg per bahan baku dan sumbangan

Page 47: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

31

input lain, rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 67,87%. Artinya untuk

setiap Rp 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar 67. Nilai tambah

yang tercipta menunjukan suatu nilai yang cukup besar. Hal ini disebabkan

tingginya nilai produk, sementara harga bahan baku dan bahan penolong tidak

begitu besar.

Saediman dkk (2012) melakukan penelitian tentang tingkat keuntungan

dan nilai tambah dari pengolahan singkong menjadi kaopi berdasarkan jenis parut

yang digunakan di Kecamatan Batauga dari Kabupaten Buton di Sulawesi

Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan singkong menjadi

kaopi menguntungkan dan prosesnya menambahkan nilai yang signifikan, namun

tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk proses menggunakan parutan

mekanik yaitu Rp 622 dibandingkan mereka yang menggunakan parutan manual

yaitu Rp 329. Sedangkan untuk nilai tambah, proses yang menggunakan mesin

manual lebih tinggi yaitu Rp1004 / kg dibandingkan pada proses yang

menggunakan mesin mekanik Rp 996 / kg.

Penelitian yang dilakukan oleh Alkim (2012) dengan judul analisis nilai

tambah dan kelayakan finansial usaha pengolahan rumput laut pada kelompok tani

tunas bahari di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari. Terlihat

bahwa nilai tambah yang terbentuk oleh kegiatan pengolahan dipengaruhi pula

oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam perlakuan-perlakuan yang diberikan

terhadap bahan baku yang diolah. Pada pengolahan rumput laut mentah menjadi

dodol rumput laut siap saji oleh pengusaha, dengan menggunakan teknologi

sederhana dan dilakukan secara manual telah dapat menciptakan nilai tambah

Page 48: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

32

sebesar Rp 92.930 per Kg bahan baku. Angka inimerupakan selisih antara nilai

produk dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain, rasio nilai tambah

terhadapa produk sebesar 92,93%. Artinya, untuk setiap Rp 100 nilai produk akan

diperoleh nilai tamabah Rp 92. Nilai tambah yang tercipta menunjukan suatu nilai

yang besar. Hal ini disebabkan tingginya nilai produk, semestara harga bahan

baku dan sumbangan input lain tidak begitu besar.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Asmiati (2012) dengan judul

analisis nilai tambah pengolahan ubikayu di Kecamatan Batauga Kabupaten

Buton. Tahap-tahap pembuatan kaopi yaitu dimulai dari ubikayu glondongan yang

dilakukan pengupasan kulit, pencucian, pemarutan, kemudian dilakukan

pembersihan dimana serat-serat ubikayu yang tidak bisa dihaluskan dipisahkan.

Selanjutnya dilakukan pengepresan dimana bagian yang tekah halus dimasukan ke

dalam karung sebagai penyaring untuk dikeringkan airnya. Setelah kering

dilakukan pengemasan, dengan ukuran diameter 10 cm x 20 cm dan berat rata-rata

5,5 kg per kaopi oleh petani, dengan menggunakan yang manual dan seni mekanis

telah menciptakan nilai tambah sebesar Rp 858,93 per kilo gram bahan baku.

Angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku dan

sumbangan input lain. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 46,82%.

Artinya, untuk setiap Rp 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp

4.682. Nilai tambah yang tercipta menunjukan suatu nilai yang besar. Hali ini

disebabkan tingginya nilai produk, semestara harga bahan baku dan sumbangan

input lain tidak begitu besara.

Page 49: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

33

Penelitian yang dilakukan oleh Nurmedika dkk (2012) dengan judul

analisis pendapatan dan nilai tambah keripik nangka pada industri rumah tangga

tiara di kota palu dengan tujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan,

pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah nangka

menjadi keripik nangka pada industri rumah tangga Tiara di Kota Palu. Penelitian

ini dilakukan pada Bulan Juni-Agustus Tahun 2012. Penentuan sampel dalam

penelitian ini ditetapkan secara purposive, karena industri rumah tangga Tiara

merupakan industri yang berproduksi secara kontinyu dan produksinya besar.

Responden sebanyak 4 orang, yaitu 1 orang pimpinan dan 3 orang tenaga kerja.

Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan wawancara

dan data sekunder dari instansi terkait. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis

dengan analisis pendapatan dan analisis nilai tambah metode Hayami. Hasil

penelitian menunjukan bahwa penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga

Tiara dalam memproduksi keripik nangka selama Bulan Juli Tahun 2012 sebesar

Rp 58.500.000, pendapatan sebesar Rp 36.307.614,25 dan nilai tambah sebesar

Rp 33.169/kg.

Penelitian yang dilakukan oleh Ishak dkk (2012) dengan judul analisis

nilai tambah, keuntungan, dan titik impas pengolahan hasil rengginang ubi kayu

(renggining) skala rumah tangga di kota Bengkulu. Penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui nilai tambah, tingkat keuntungan, dan titik impas

dalam pengolahan renggining skala rumah tangga. Lokasi penelitian pada

Kelompok Wanita Tani Melati Jaya I di Kelurahan Sawah Lebar Lama,

Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan September 2012. Data yang

Page 50: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

34

dikumpulkan adalah input dan output pengolahan produk renggining melalui

pengamatan proses produksi renggining dan wawancara dengan wanita tani

pengolah renggining. Data dianalisis menggunakan analisis nilai tambah

mengikuti Metode Hayami, analisis R/C ratio, dan analisis titik impas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah produk renggining sebesar Rp

9.335/kg dengan rasio nilai tambah 59,74% atau Rp 7.085/kg yang diperoleh

Kelompok Wanita Tani. Marjin yang didapatkan dalam pengolahan renggining

adalah Rp 12.625/kg, dengan R-C ratio sebesar 2,14. Titik impas (BEP)

pengolahan produk renggining bila dilihat dari nilai produksi sebesar 204,55 kg,

sedangkan BEP biaya adalah Rp. 5.113.636,36.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2013) dengan judul analisis nilai

tambah pengolahan ubikayu menjadi keripik ubikayu pada UD. Sukses Abadi di

Desa Langgomea Kecamatan Uepai Kabupaten Konawe dengan hasil penelitian

menunjukan bahwa usaha penholahan ubikayu memberikan pendapatan atau

keuntungan sebesar Rp 12.213.800 perbulan (18 kali proses produksi) dan

menciptakan nilai tambah sebesar Rp 13.255 per kg bahan baku. Rasio nilai

tambah terhadapa nilai produk sbesar 65,30%, artinya untuk setiap Rp 100 nilai

produk akan diperoleh nilai tambah Rp 65. Nilai tambah yang tercipta

menunjukan suatu nilai yang relatif cukup besar. Hal ini disebabkan tingginya

nilai produk, semetara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu

besar.

Page 51: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

35

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar keuntungan dan nilai

tambah yang diperoleh dari pengolahan ubikayu menjadi tela-tela. Usaha

pengolahan ubikayu menjadi tela-tela pada usaha tela steak, untuk melakukan

proses produksi tentunya dibutuhkan input atau masukan yang memerlukan biaya-

biaya yang menunjang kelancaran proses produksi. Biaya-biaya tersebut meliputi

biaya bahan baku, biaya peralatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya. Dari

proses pengolahan ubikayu akan menghasilkan produk tela-tela yang kemudian

akan di hitung untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh.

Keuntungan dihitung melalui penerimaan dikurang dengan harga pokok produksi,

dikurang dengan beban, dikurang dengan pajak penghasilan sehingga

mendapatkan keuntungan. Dan untuk nilai tambah, diharapkan memperoleh nilai

yang besar karena mengingat harga jual produk olahan saat ini mempunyai selisih

yang cukup tinggi dengan harga bahan baku (ubikayu glondongan). Kerangka

pikir pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 52: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

36

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Penerimaan Nilai Tambah

Tela-tela

Proses Produksi

Input Produksi (biaya)

(biaya)

Usaha Tela Steak

Harga Pokok Produksi

Beban

Keuntungan

Pajak Penghasilan

Page 53: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

37

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2015 pada Usaha

Tela Steak yang bertempat di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga Kota

Kendari. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan

pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut terdapat usaha pengolahan ubikayu

menjadi tela-tela.

B. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah pengolah tela-tela pada Usaha Tela

Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga Kota Kendari yang

berjumlah satu orang. Penentuan responden dilakukan secara purposive.

C. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Data Primer, diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan

kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis pada

responden untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan informasi yang

diperlukan oleh peneliti.

2. Data Sekunder, diperoleh melalui pencatatan pada instansi atau lembaga

terkait dengan penelitian ini serta literatur yang menunjang dan memiliki

hubungan dengan penelitian ini.

Page 54: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

38

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan responden

yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan

kuisioner (daftar pertanyaan).

2. Metode kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literatur-

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini, melalui pencatatan data dan

informasi yang tersedia pada intansi terkait, serta internet.

E. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Identitas Pengolah yang meliputi umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan

keluarga, anggota keluarga yang terlibat dalam produksi, lama

mengusahakan.

2. Karakteristik usaha meliputi: proses pengolahan ubikayu menjadi tela-tela,

harga pokok produksi, beban, pajak penghasilan, harga jual dan pemasaran

produk, nilai produk, nilai tambah, rasio nilai tambah, dan keuntungan.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui proses pengolahan

ubikayu menjadi Tela-Tela yang dilakukan oleh Usaha Tela Steak di Kelurahan

Mandonga Kecamatan Mandonga Kota Kendari digunakan analisis deskriptif.

Page 55: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

39

Sedangkan analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan

dan nilai tambah digunakan analisis sebagai berikut :

1. Menghitung keuntungan atau pendapatan bersih usaha pengolahan ubikayu

menjadi tela-tela .

Tabel 2. Format Perhitungan rugi-laba untuk satu bulan

Sumber : Downey dan Erickson (1988).

Perhitungan Rugi-Laba untuk Satu Bulan

Penerimaan Rp

Harga Pokok Produksi Rp

Marjin Kotor Rp

Beban Operasi :

Beban Penjualan Rp

Beban Umum Rp

Jumlah Beban Operasi Rp

Keuntungan Bersih dari Operasi Rp

Beban lainnya :

Beban Bunga Rp

Keuntungan Bersih sebelum Pajak Rp

Pajak Penghasilan Rp

Keuntungan Bersih setelah Pajak Rp

Page 56: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

40

2. Menghitung nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi tela-tela.

Tabel 3. Format analisis nilai tambah.

No.

Daftar output, input dan harga (satuan)

1 Hasil Produksi tela-tela (Kg/bulan)

2 Bahan Baku (Kg/bulan)

3 Tenaga Kerja (hk/bulan)

4 Faktor Konversi (1) / (2)

5 Koefisien Tenaga Kerja (3) / (2)

6 Harga Produk Rata-Rata (Rp/kg)

7 Upah Rata-Rata (Rp/hari)

Pendapatan Dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg)

9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg)

10 Nilai Produk = (4) x (6) (Rp/kg)

11 a). Nilai Tambah (10) – (8) – (9)

b). Rasio Nilai Tambah (%) (11a) / (10)

12 a). Imbalan Tenaga Kerja (5) x (7) (Rp/kg)

b). Bagian Tenaga Kerja (%) (12a) / (11a)

13 a). Keuntungan (11a) – (12a) (Rp/kg)

b). Tingkat Keuntungan (%) (13a) / (11a)

Sumber : Hayami, et al (1987)

G. Konsep Operasional

Konsep operasional adalah pengertian, batasan, dan ruanglingkup

penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang

berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil-hasil pengamatan variabel

yang ada, yaitu:

1. Responden yaitu pengolah yang memproduksi dari bentuk ubikayu

gelondongan hingga menjadi tela-tela.

2. Umur responden yaitu usia dihitung sejak lahir sampai saat penelitian

dilaksanakan (tahun).

Page 57: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

41

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang pernah diikuti atau dilalui

responden (tahun).

4. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua orang yang berada di dalam

rumah atau di luar rumah tetapi kehidupannya di biayai oleh responden (jiwa)

5. Pengalaman mengolah usaha adalah lama responden melakukan kegiatan

usahanya (tahun).

6. Tela-tela adalah sebuah camilan terbuat dari ubikayu, dimana ubikayu

tersebut dipotong kecil-kecil memanjang kemudian digoreng dan ditaburi

oleh bumbu serbuk siap saji aneka rasa seperti balado, keju, rasa jagung bakar

dan lain-lain.

7. Gambaran pengolahan ubikayu menjadi tela-tela yaitu mulai dari penyediaan

bahan baku, Pengupasan, Pencucian, Pengukusan, Pemotongan,

Penggorengan, Penirisan, Pemberian bumbu, sampai dengan Pengemasan.

8. Bahan baku bahan dasar tela-tela yaitu ubikayu gelondongan yang digunakan

dalam pengolahan (kg).

9. Hasil produksi adalah ubikayu yang telah diolah menjadi tela-tela (kg).

10. Tenaga kerja adalah jumlah dari semua tenaga kerja yang dilibatkan dalam

pengolahan tela-tela (jiwa).

11. Faktor konversi adalah perbandingan dari hasil produksi dengan bahan baku

yang digunakan dalam kegiatan produksi.

12. Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan tenaga kerja dan bahan baku

yang digunakan dalam proses produksi.

Page 58: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

42

13. Harga produk rata-rata adalah perbandingan antara nilai penjualan (total

penjualan) dengan jumlah produk yang dijual (Rp/kg).

14. Upah rata-rata adalah perbandingan antara jumlah upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja dengan hari kerja (Rp/kg).

15. Harga bahan baku adalah harga pembelian ubikayu (Rp/kg).

16. Sumbangan input lain adalah perbandingan antara total biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian input lain dengan bahan baku yang digunakan

dalam produksi (Rp/kg).

17. Nilai produk adalah perkalian antara faktor konversi dengan harga produk

rata-rata (Rp/kg).

18. Harga adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi pengolahan

ubikayu pada saat penelitian (Rp/kg).

19. Nilai tambah adalah kenaikan nilai ubikayu dari gelondongan yang diolah

lebih lanjut menjadi tela-tela (Rp/kg).

20. Rasio nilai tambah adalah nilai tambah dibagi nilai produksi (%).

21. Penerimaan adalah hasil dari perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan

dengan harga produk (Rp).

22. Harga pokok produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber

ekonomi yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang

diukur dengan rupiah (Rp).

23. Beban adalah biaya non produksi utama yang ditampilkan dalam laporan laba

rugi yang diukur dengan rupiah (Rp).

Page 59: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

43

24. Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang

digunakan dalam pengolahan ubikayu menjadi tela-tela (Rp).

Page 60: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Usaha Tela Steak

Usaha tela steak adalah usaha pengolahan ubikayu menjadi tela-tela yang

bertempat di Kelurahan Mandonga dan dikelolah oleh Bapak Sofian yang mulai

berdiri pada tahun 2009 samapai sekarang dan awalnya dia hanya ikut-ikutan

dengan temannya, namun setelah memiliki modal yang cukup dia mulai berusaha

sendiri, kemudian dia memiliki 2 (dua) orang tenaga kerja, dan sekarang sudah

beranggotakan 6 (Enam) orang tenaga kerja dengan luas tempat usaha 3 x 9 m

persegi panjang.

B. Identitas Pengolah Usaha Tela Steak

Identitas pengolah ubikayu menjadi tela-tela meliputi: umur, lama

pendidikan, pengalaman berusaha, dan tanggungan keluarga. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Identitas Pengolah Ubikayu Menjadi Tela-tela Pada Usaha Tela Steak

di Kelurahan Mandonga

No Uraian Hasil

1 Umur Pengolah ( Tahun) 31

2 Lama Pendidikan (Tahun) 12

3 Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) 2

4 Jumlah Anggota Keluarga yang

Terlibat dalam Produksi (Orang) 1

5 Lama Mengusahakan (Tahun) 7

1. Umur Pengolah

Pada umumnya orang yang relatif lebih muda lebih dinamis dalam

bertindak, mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan mempunyai keberanian

Page 61: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

45

dalam mengambil suatu keputusan serta berani mengambil resiko terhadap

kegagalan dalam melaksanakan usaha didalam keluarganya. Sedangkan orang

yang berusia lebih tua mempunyai cara berusaha yang lebih matang dan

berpengalaman serta lebih berhati-hati dalam bertindak.

Pengelompokan umur dalam penelitian berdasarkan klasifikasi dari Badan

Pusat Statistik (2002) yakni penduduk usia kerja yaitu penduduk yang berumur

antara 10 – 64 tahun dan penduduk bukan usia kerja yaitu penduduk yang

berumur dibawah 10 tahun dan lebih dari 64 tahun. Hasil penelitian menunjukan

umur pengolah ubikayu menjadi tela-tela adalah 31 tahun. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa responden penelitian termasuk kategori penduduk usia kerja

dalam melakukan usaha pengolahan ubikayu menjadi tela-tela dan tergolong

memiliki usia lebih dinamis dalam bertindak, mempunyai kemampuan fisik yang

kuat dan keberanian dalam mengambil suatu keputusan serta berani mengambil

resiko terhadap kegagalan dalam melakukan usaha.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan

seseorang lebih cenderung dinamis yang tercermin melalui cara kerja, pola pikir

dan mudah tidaknya dalam menerima informasi. Semakin tinggi pendidikan

formal responden, maka pengetahuan dan wawasannya semakin luas serta cara

berpikirnya akan semakin rasional. Dengan demikian akan mempercepat proses

adopsi inovasi dan informasi dalam upaya mengembangkan usaha yang

dikelolanya.

Page 62: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

46

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolah memiliki tingkat

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan formal diharapkan dapat

mendukung dalam menyerap berbagai informasi tentang kegiatan yang terkait

dengan nilai tambah maupun bidang usaha.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Menurut Tohir (1991) apabila terdapat tiga orang jumlah tanggungan

keluarga dikatakan keluarga kecil, empat sampai enam orang dikatakan keluarga

sedang dan keluarga besar lebih dari enam orang. Jumlah tanggungan keluarga

yang produktif tentunya akan menyediakan jumlah tenaga kerja keluarga yang

besar pula dalam berusaha sehingga akan berpengaruh pada pendapatan keluarga.

Tetapi jika jumlah anggota keluarga yang besar dan belum berusia produktif,

maka akan menjadi beban tanggungan keluarga dalam penyediaan pangan,

sandang kesehatan dan lain-lain.

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah anggota keluarga responden

pengolah ubikayu menjadi tela-tela adalah 2 orang, keadaan tersebut

menggambarkan bahwa responden pengolah termasuk keluarga kecil. Dengan

jumlah anggota keluarga yang demikian, maka diharapkan sebagian anggota

keluarga sudah berada pada usia produktif, sehingga dapat menjadi sumber tenaga

kerja untuk membantu responden pengolah dalam mengelola usahanya.

Konsekuensi besarnya jumlah anggota keluarga yang demikian tentunya

berdampak pada alokasi pendapatan responden yang cukup besar untuk memenuhi

kebutuhan keluarga baik untuk konsumsi maupun untuk kepentingan lain seperti

pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Page 63: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

47

4. Pengalaman Berusaha Pengolah Ubikayu Menjadi Tela-tela

Menurut Soehardjo dan Patong (1984), ada tiga kriteria pengalaman dalam

menjalankan suatu usaha, yaitu cukup berpengalaman 5 - 10 tahun,

berpengalaman lebih dari 10 tahun dan kurang dari 5 tahun kurang

berpengalaman. Semakin lama seorang pengolah aktif dalam kegiatan usaha maka

semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh, sehingga

pengolah tersebut lebih dapat mengatasi masalah secara logis dan rasional

dibandingkan pengolah yang belum atau kurang berpengalaman. Hasil penelitian

menunjukan bahwa pengalaman pengolah dalam usahanya adalah 7 tahun (cukup

berpengalaman), hal ini menunjukkan bahwa responden pengolah sudah memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang cukup baik terkait nilai tambah dan bidang

usaha.

C. Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha meliputi: penyediaan bahan baku, proses pengolahan

ubikayu menjadi tela-tela, harga pokok produksi (biaya bahan penunjang, tenaga

kerja dan upah bagian tenaga kerja, biaya peralatan serta penyusutan), beban,

produksi, harga jual dan pemasaran produk.

1. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tela-tela pada dasarnya

adalah sama pada tiap-tiap pembuatan tela-tela lainnya. Hasil penelitian

menunjukan bahwa bahan-bahan yang digunkan dalam proses pengolahan

ubikayu menjadi tela-tela yaitu ubikayu sebagai bahan baku utama dan bumbu

Page 64: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

48

jadi serta minyak goreng sebagai bahan penunjang. adapun pemakaiannya

sebagai berikut : misalkan dalam setiap satu kali proses produksi untuk 150 kg

ubikayu, bahan penunjang (bumbu jadi dan minyak goreng) yang dibutuhkan 5 kg

bumbu jadi dan 18 kg minyak goreng. Jumlah bahan tambahan atau penunjang ini

bisa disesuaikan menurut bahan baku yang digunakan.

2. Proses Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-tela

Proses pengolahan ubikayu menjadi tela-tela melalui beberapa tahapan

dengan tujuan untuk menghasilkan tela-tela yang lebih baik, adapun tahapan

proses pengolahan ubikayu menjadi tela-tela yaitu :

a. Pengupasan

Ubikayu yang telah dibeli dikupas tetapi sebelumnya di potong terlebih

dahulu pada masing-masing ujungnya. Lalu pengupasan kulit ubukayu dilakukan

digarit dengan ujung pisau, kemudian kulit tersebut mulai dikelupas sampai

bersih.

b. Pencucian

Ubikayu yang telah dikupas kemudian dicuci dengan air sehingga bersih

dari seluruh kotoran. Kemudian dibilas lagi dengan air bersih sehingga kotoran

yang melekat pada ubikayu benar-benar bersih.

c. Pengukusan

Ubikayu yang telah dicuci bersih kemudian dikukus selama 20 menit, hal

ini bertujuan untuk memudahkan proses pemotongan ubikayu menjadi stik

memanjang dan membuat ubikayu terasa empuk serta tidak mudah hancur pada

saat proses penggorengan.

Page 65: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

49

d. Pemotongan

Ubikayu yang telah dikukus selama 20 menit kemudian di potong-potong

menjadi stik memanjang atau bisa disebut tela-tela dengan ukuran 4-6 cm. hal ini

juga bertujuan agar pnampilan ubikayu terlihat lebih menarik.

e. Penggorengan

Ubikayu yang telah dipotong-potong atau tela-tela kemudian digoreng

menggunakan minyak goreng dengan api yang kecil. Penggorengan di lakukan

sampai potongan ubikayu berwarna kuning atau selama 5 menit.

f. Penirisan

Hasil penggorengan ubikayu atau tela-tela kemudian ditiriskn terlebih

dahulu untuk memisahkan sisa-sisa minyak yang masi ada. Penirisan dilakukan

tela-tela tidak bnyak mngandung minyak/basah.

g. Pemberian bumbu

Jika sudah ditiriskan, masukan tela-tela kedalam wadah tertutup dan taburi

dengan bumbu dengan rasa yang sesuai selera, kocok wadah tersebut agar bumbu

tercampur dengan rata.

h. Pengemasan

Tela-tela yang sudah tercampur dengan bumbu, kemudian dimasukan

kedalam kemasan kertas ukuran 15 cm x 10 cm dengan harga Rp 3.000

perbungkusnya dengan berat 1 ons. Sedangkan untuk harga perkilogramnya

dikenakan harga sebesar Rp 30.000.

Adapun tahapan proses pengolahan ubikayu menjadi tela-tela yang

dilakukan oleh usaha tela steak dapat dilihat pada gambar 2 brikut ini.

Page 66: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

50

Gambar 2. Tahapan Proses Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-tela

Gambar 2 memperlihatkan bahwa proses pengolahan ubikayu yang

dilakukan oleh Bapak Sofian tergolong sederhana, karena masih belum

menggunakan proses quality control dan penggudangan. Proses quality control

sangat penting untuk dilakukan agar mutu ubikayu tetap terjaga karena ubikayu

yang didistribusikan akan disortasi terlebih dahulu, dimana dari ubikayu tersebut

pasti ada salah satu yang mengalami kerusakan, pahit, dan lain-lain yang tidak

masuk standar bahan baku perusahaan. Proses penggudangan juga dilakukan agar

ubikayu terhindar dari matahari yang bisa mengakibatkan ubikayu menjadi layu.

3. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah semua biaya yang telah dikorbankan dalam

proses produksi atau kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk selesai.

Perhitungan harga pokok produksi dapat digunakan untuk menentukan harga jual

yang akan diberikan kepada pelanggan sesuai dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi. Pertama kali yang dilakukan adalah

menjumlahkan biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja serta biaya overhead pabrik (biaya bahan penolong atau bahan

penunjang dan penyusutan) sehingga diperoleh biaya yang dibebankan pada

periode bersangkutan.

Pengupasan

Pencucian

Ubikayu

Penggorengan

Penirisan

Pemotongan

Pengukusan

Pemberian bumbu Pengemasan

Page 67: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

51

1. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku adalah nilai dari seluruh input usaha yang dikeluarkan

dalam pengolahan ubikayu menjadi tela-tela. Menurut Riadi (2012) biaya bahan

baku (direct material cost) merupakan biaya bahan yang secara langsung

digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap

untuk dipasarkan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa biaya bahan baku yang

dikeluarkan oleh pengolah ubikayu menjadi tela-tela adalah sebesar Rp 2.000/kg.

dalam satu bulan bahan baku yang digunakan adalah 3.450 kg dengan rata-rata

150 kg/proses produksi. besarnya biaya bahan baku yang dikeluarkan tergantung

dari jumlah bahan baku yang digunakan. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh

pengolah untuk biaya bahan baku selama satu bulan adalah sebesar Rp 6.900.000

dengan rata-rata Rp 300.000/proses produksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Lampiran 4.

2. Jumlah dan Upah Tenaga Kerja

Dalam penelitian ini usaha pengolahan ubikayu menjadi tela-tela pada

usaha tela steak mempunyai tenaga kerja sebanyak 6 orang. Dari jumlah tersebut,

seluru tenaga kerja merupakan tenaga kerja pria. Para pekerja ini hampir setiap

hari melakukan proses produksi. Dalam satu bulan penelitian terdapat 23 hari

kerja aktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran jam kerja dalam satu

bulan produksi adalah 124 jam dengan jumlah hari kerja (hk) sebanyak 84

hk/bulan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hasil penelitian menunjukan bahwa upah kerja dihitung per kg produk

tela-tela yaitu sebesar Rp 1.500/kg untuk satu pekerja. Jadi, dalam satu bulan upah

Page 68: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

52

kerja yaitu sebesar Rp 3.689.400/pekerja dengan rata-rata Rp 160.408,7/proses

produksi, sehingga biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pemilik usaha

pengolahan ubikayu menjadi tela-tela untuk 6 pekerja adalah Rp 22.136.400/bulan

dengan rata-rata Rp 962.452,17/proses produksi, sedangkan upah rata-rata per hari

kerja yaitu Rp 241.957/hk, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang tidak langsung terhadap

produk dan tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja.

Contoh biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dari pemakaian bahan

penolong atau penunjang, biaya peralatan serta penyusutan. Adapun biaya

overhead pabrik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a. Biaya bahan penolong atau penunjang

Bahan penunjang yang dimaksud adalah bahan-bahan di luar bahan baku

yang turut membentuk produk tela-tela. Biaya bahan penunjang yang digunakan

dalan proses pengolahan ubikayu menjadi tela-tela pada usaha tela steak di

Kelurahan Mandonga dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Selama Satu Bulan

No.

Bahan Penunjang

Jumlah

Satuan

Total Pengunaan

Per bahan baku

Harga

(Rp/Kg)

Jumlah

(Rp)

1 Bumbu jadi 5 Kg 23 55.000 6.325.000

2 Minyak goring 18 Kg 23 10.000 4.140.000

3 Gas Elpiji 9 Kg 23 6.000 1.242.000

4 Arang 6 Kg 23 2.500 345.000

5 Kertas bungkus 7 Kg 23 7.000 1.127.000

Jumlah Biaya Bahan Penunjang 13.179.000

Ket : * Bahan penunjang tersebut di atas digunakan untuk proses produksi dengan

menggunakan bahan baku ubikayu sebanyak 150kg

Page 69: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

53

Tabel 5 menunjukan bahwa produksi tela-tela menggunakan bahan

penunjang berupa bumbu jadi, minyak goreng, gas elpiji, arang, dan kertas

bungkus. Berdasarkan hasil penelitian biaya yang dikeluarkan oleh pengolah

untuk biaya bahan penunjang dalam satu kali proses produksi 150 kg bahan baku

yaitu bumbu jadi yang digunakan sebanyak 5 kg adalah sebesar Rp 55.000/kg,

minyak goreng yang digunakan sebanyak 18 kg dengan harga Rp 10.000/kg, gas

elpiji yang digunakan sebanyak 9 kg dengan harga Rp 6.700/kg, arang yang

digunakan sebanyak 6 kg dengan harga Rp 2.500/kg, kertas bungkus yang

digunakan sebanyak 7 kg dengan harga Rp 7.000/kg.

Dalam satu bulan proses produksi, total penggunaan bahan penunjang per

bahan baku adalah sebanyak 23 kali yaitu 3.450 kg ubikayu, sehingga total biaya

bahan penunjang yang di keluarkan untuk bumbu jadi sebesar Rp 6.325.000,

minyak goreng sebesar Rp 4.140.000, gas elpiji sebesar Rp 1.242.000, arang

sebesar Rp 345.000 dan kertas bungkus sebesar Rp 1.127.000. Total keseluruhan

biaya bahan penunjang yang dikeluarkan oleh usaha pengolahan ubikayu menjadi

tela-tela pada usaha tela steak di Kelurahan Mandonga adalah sebesar

Rp 13.179.000.

b. Biaya peralatan dan penyusutan

Perencanaan pengadaan peralatan dari bahan baku yang efektif dan efisien

dapat menjadikan kegiatan produksi berjalan lancar serta dapat meningkatkan

hasil dan keuntungan bagi usaha pengolahan ubikayu menjadi tela-tela. Rincian

biaya penggunaan peralatan pada usaha pengolahan ubikayu menjadi tela-tela

pada usaha tela steak di Kelurahan Mandonga dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Page 70: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

54

Tabel 6. Biaya Penggunaan Peralatan Selama Satu Bulan.

No Jenis Alat Jumlah

(Unit)

Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya (Rp)

Umur

Ekonomis

(Thn)

Nila Sisa Penyusutan

(Rp/bulan)

1 Pisau 10 10.000 100.000 2 50.000 2.083

2 Baskom 3 25.000 75.000 2 45.000 1.250

3 Dandang 2 200.000 400.000 2 300.000 4.167

4 Wajan 6 45.000 270.000 2 180.000 3.750

5 Tungku 2 50.000 100.000 5 50.000 833

6 Kompor 6 400.000 2.400.000 5 1.800.000 10.000

7 Toples 54 5.000 270.000 2 162.000 4.500

8 Gerobak 6 1.000.000 6.000.000 5 4.800.000 20.000

Jumlah 9.615.000 7.387.000 46.600

Tabel 6 memperlihatkan bahwa total biaya peralatan yang dikeluarkan

oleh usaha pengolahan ubikayu menjadi tela-tela pada usaha tela steak di

Kelurahan Mandonga adalah Rp 9.615.000. Biaya peralatan yang terbesar untuk

pembelian gerobak, dengan harga Rp 1.000.000. dan biaya terendah yang

dikeluarkan untuk pembelian toples dengan harga Rp 5000. Secara keseluruhan

nilai penyusutan peralatan sebesar Rp 46.583 per bulannya.

Untuk jumlah harga pokok produksi dalam penelitian ini adalah jumlah

biaya bahan baku ditambah jumlah upah tenaga kerja dan ditambah jumlah biaya

overhead pabrik (biaya bahan pnunjang dan biaya peralatan serta penyusutan)

dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Perhitungan Harga Pokok Produksi Usaha Tela Steak di Kelurahan

Mandonga

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya bahan baku 6.900.000

2 Upah tenaga kerja 22.136.400

3 Biaya overhead pabrik :

- Biaya bahan penunjang 13.179.000

- Penyusutan 46.600

Jumlah 42.262.000

Page 71: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

55

4. Beban

Beban dalam penelitian ini yaitu beban operasi yang menggambarkan

biaya yang ada kaitannya dengan transaksi penjualan tela-tela. Beban operasi

terbagi atas tiga yaitu beban penjualan yang meliputi : pemasaran, ongkos angkut,

iklan dan promosi. Beban administrasi yang meliputi : kompensasi untuk para

direktur, gaji pimpinan, ongkos perjalanan dan beban umum yang meliputi :

asuransi, pajak, sewa bangunan, penerangan dan air bersih.

Beban yang terdapat dalam penelitian ini hanyalah beban umum yang

mencakup sewa bangunan pemilik usaha, penerangan dan air bersih. Adapun

beban umum yang dikeluarkan dalam pengolahan ubikayu menjadi tela-tela pada

usaha tela steak di Kelurahan Mandonga yaitu : untuk sewa bangunan pemilik

usaha mengeluarkan biaya sebear Rp 600.000/bulan, sedangkan untuk biaya

penerangan dan air bersih pemilik usah mengeluarakan biaya Rp 100.000/bulan.

Jadi, total beban umum yang dikeluarkan dalam pengolahan ubikayu menjadi

tela-tela adalah sebesar Rp 700.000/bulan.

5. Produksi

Produksi adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan dan

menambahkan keragaman makanan atau barang dan jasa. Produksi merupakan

pendapatan kotor dalam bentuk fisik dari suatu proses produksi (Zulkifli, 2012).

Menurut Partidirejo (1985) produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan

atau menambah nilai guna suatu benda dan oleh segala kegiatan yang ditujukan

untuk memuaskan orang lain lewat pertukaran.

Page 72: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

56

Produksi merupakn hasil akhir yang diperoleh dari proses pengolahan

ubikayu menjadi tela-tela yang dinyatakan dalam kilogram (kg). Hasil penelitian

menunjukan bahwa untuk memenuhi permintaan pelanggan, dalam satu bulan

pengolah melakukan pengolahan sebanyak 23 kali proses produksi dengan hasil

produksi yang berbeda-beda tiap satu kali produksi. Hal ini dipengaruhi oleh

kerusakan yang terdapat pada bahan baku. Adapun keadaan produksi pada

pengolahan ubikayu menjadi tela-tela pada usaha tela steak di Kelurahan

Mandonga dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hasil Produksi Tela-tela Selama Satu Bulan

Proses

Produksi

Bahan Baku yang digunakan (kg) Hasil Produksi

per Proses (kg)

1 2 3

1 150 104,5

2 150 105,5

3 150 100

4 150 105

5 150 105

6 150 109

7 150 108,1

8 150 113

9 150 107

10 150 106

11 150 110

12 150 107

13 150 102

14 150 102

15 150 102

16 150 99

17 150 110

18 150 121

19 150 114

20 150 113,5

21 150 112

22` 150 112

23 150 92

Jumlah 3.450 2.459,6

Rata-rata 150 106,94

Page 73: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

57

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah tiap satu kali produksi

berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, produksi dengan menggunakan bahan

baku yang sama memiliki hasil yang berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh

kualitas bahan baku yang digunakan. Dari jumlah bahan baku ubikayu yang

digunakan selama satu bulan yaitu 3.450 kg, setelah malalui proses proses

produksi jumlah bahan baku yang digunakn selama satu bulan berkurang menjadi

2.459,6 kg. Hal ini dikarenakan adanya bagian-bagian ubikayu yang tidak terpakai

dalam pengolahan ubikayu menjadi tela-tela.

6. Harga Jual dan Pemasaran Produk Tela-tela

Harga merupakan jumlah nilai yang ditukarkan oleh pedagang dengan

manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Dengan

demikian bagi seorang produsen harga merupakan faktor utama yang harus

diperhatikan, karena harga memegang peranan penting dalam menentukan besar

kecilnya keuntungan yang akan diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa

harga Produk tela-tela untuk 1 onsnya yaitu Rp 3.000/bungkus jika dihitung dalam

satuan kilogram harganya sebesar Rp 30.000/kg.

Pemasaran merupakan distribusi yang dilalui suatu produk dari produsen

sampai kepada konsumen akhir. Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah distribusi yang dilalui produk tela-tela dari pengolah sampai kepada

konsumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam setiap kali produksi,

produk tela-tela yang dihasilkan kemudian di distribusikan langsung kepada

konsumen dengan menggunakan gerobak ke berbagai Sekolah-sekolah dan

perumahan yang berada di Kota Kendari.

Page 74: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

58

D. Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan merupakan hasil dari perkalian antara jumlah produksi tela-

tela yang dihasilkan dengan harga jual dengan satuan rupiah dalam proses

produksi. Dari rumus penerimaan tersebut, dapat ditentukan jumlah penerimaan

yang diperoleh dari penjualan produk tela-tela yaitu : 2.459,6 kg x Rp 30.000 =

Rp 73.788.000. Hasil tersebut akan dikurangkan dengan biaya-biaya yang

menyangkut proses pengolahan ubikayu menjadi tela-tela sehingga mendapatkan

keuntungan bersih. Dalam penelitian ini untuk menghitung keuntungan bersih,

digunakan rumus perhitungan rugi-laba selam satu bulan dapat dilihat pada Tabel

9 berikut ini.

Tabel 9. Keuntungan Usaha Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-tela pada Usaha

Tela Steak di Kelurahan Mandonga

Perhitungan Rugi-Laba untuk Bulan September 2015

Penerimaan Rp 73.788.000

Harga Pokok Produksi Rp 42.262.000 _

Marjin Kotor Rp 31.526.000

Beban Operasi :

Beban Penjualan Rp -------

Beban Umum Rp 700.000 +

Jumlah Beban Operasi Rp 700.000 _

Keuntungan Bersih dari Operasi Rp 30.828.000

Beban lainnya :

Beban Bunga Rp ------- _

Keuntungan Bersih sebelum Pajak Rp 30.828.000

Pajak Penghasilan Rp ------- _

Keuntungan Bersih setelah Pajak Rp 30.828.000

Page 75: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

59

Tabel 9 menjelaskan bahwa harga pokok produksi merupakan komponen

biaya terbesar dalam pengolahan ubikayu menjadi tela-tela yaitu sebesar

Rp 42.262.000 dari kseluruhan biaya yang dikeluarkan. Sedangkan beban operasi

yang meliputi sewa bangunan, penerangan dan air bersih sebesar Rp 700.000 dan

untuk beban bunga serta pajak penghasilan tidak ada biaya yang dikenakan,

karena dari hasil penelitian pengelolah ubikayu menjadi tela-tela meyatakan

bahwa dalam usahanya tidak dikenakan biaya bunga atau pinjaman dan juga tidak

ada potongan pajak dari usahanya.

Hasil perhitungan pada Tabel 9 meperlihatkan bahwa untuk mendapatkan

keuntungan bersih, nilai pendapatan dari penjualan dikurang dengan harga pokok

produksi kemudian dikurang dengan beban oprasi serta dikurang dengan beban

bunga dan pajak penghasilan. Jadi, keuntungan bersih yang diperoleh dari

pengolahan ubikayu menjadi tela-tela pada usaha teala steak di Kelurahan

Mandonga adalah sebesar Rp 30.828.000/bulan.

E. Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa

yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai biaya antara. Nilai

yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi

dalam proses produksi. Perhitungan nilai tambah pengolahan ubi kayu bertujuan

untuk mengetahui penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi

tela-tela. Nilai tambah dihitung dari selisih antara nilai output (penerimaan) dan

nilai input (biaya total) yang dikeluarkan dalam proses pengolahan. Seluruh

komponen analisis diukur dan dinyatakan dalam satuan satu kilogram (1 kg)

Page 76: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

60

bahan baku. Hal ini dilakukan agar diketahui besarnya pertambahan nilai dari 1 kg

bahan baku yang dibentuk oleh kegiatan pengolahan. Gambaran mengenai

besarnya nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi tela-tela dapat dilihat pada

Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu Menjadi Tela-tela

Selama Satu Bulan Metode Hayami, et al (1987)

No.

Daftar output, input dan harga (satuan)

Hasil

1 Hasil Produksi tela-tela (Kg/bulan) 2.459,6

2 Bahan Baku (Kg/bulan) 3.450

3 Tenaga Kerja (hk/bulan) 84

4 Faktor Konversi (1) / (2) 0,712

5 Koefisien Tenaga Kerja (3) / (2) 0,024

6 Harga Produk Rata-Rata (Rp/kg) 30.000

7 Upah Rata-Rata (Rp/hk) 241.957

Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 2.000

9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 3.862

10 Nilai Produk = (4) x (6) (Rp/kg) 21.360

11 a). Nilai Tambah (10) – (8) – (9) (Rp/kg) 15.498

b). Rasio Nilai Tambah (%) (11a) / (10) 72,56

12 a). Imbalan Tenaga Kerja (5) x (7) (Rp/kg) 5.807

b). Bagian Tenaga Kerja (%) (12a) / (11a) 37,46

13 a). Keuntungan (11a) – (12a) (Rp/kg) 9.691

b). Tingkat Keuntungan (%) (13a) / (11a) 62,53

Dari hasil penelitian ini terdapat bahan baku ubikayu sebanyak 3.450

kg/bulan sehingga menghasilkan produk tela-tela sebanyak 2.459,6 kg/bulan

dalam 23 kali produksi. Kisaran hari kerja berlangsung selama 4-6 hari kerja,

sehingga hari kerja yang dicurahkan oleh 6 orang tenaga adalah 84 hari kerja

sebulan.

Faktor konversi merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh

dengan banyak bahan baku yang digunakan dan bernilai 0,712. Artinya, untuk

setiap satu kg ubikayu yang diolah akan diperoleh 0,712 kg tela-tela. Koefisien

Page 77: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

61

tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan baku yang

diolah. Hasil perhitungan diperoleh koefisien tenaga kerja sebesar 0,024 yang

diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam 1 hari kerja mampu mengolah bahan

baku sebanyak 0,024 kg.

Harga rata-rata produk tela-tela dalam pemasarannya Rp 30.000/kg.

Harga rata-rata bahan baku sebesar Rp 2.000/kg. Sumbangan input lain atau bahan

penunjang bernilai Rp 3.862/kg bahan baku. Nilai produk merupakan perkalian

antara faktor konversi dengan harga produk sebesar Rp 21.360/kg bahan baku.

Nilai produk ini dipengaruhi oleh besarnya nilai faktor konversi.

Nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi tela-tela sebesar Rp 15.498/kg

bahan baku. Angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan

baku dan sumbangan input lain. Besarnya nilai tambah produk yang diperoleh

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya biaya sumbangan input lainnya

selain biaya bahan baku. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar

72,56%. Artinya, untuk setiap Rp 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah

Rp 72. Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan tingginya

nilai produk, sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu

besar.

Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 5.807/kg bahan baku. Sedangkan

bagian tenaga kerja adalah rasio antara ibalan tenaga kerja dengan nilai tambah

yang juga bernilai 37,46%. Keuntungan yang diperoleh dari proses pengolahan

ubikayu menjadi tela-tela sebesar Rp 9.691/kg bahan baku.

Page 78: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

62

Berdasarkan hasil analisis, nilai tambah yang diperoleh dari kegiatan

pengolahan ini mencapai 72,56% dan dapat menguntungkan bagi pengolah

ubikayu menjadi tela-tela pada usaha tela steak. Walaupun demikian kegiatan

pengolahan ini dinilai masih relatif kecil. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tenaga

kerja pengolahan ubikayu menjadi tela-tela masih sangat sedikit.

Page 79: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

63

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan dalam

penelitian ini:

1. Pengolah ubikayu menjadi tela-tela pada usaha tela steak di Kelurahan

Mandonga memperoleh keuntungan sebesar Rp 30.828.000per dua puluh tiga

kali proses produksi selama satu bulan.

2. Pengolah ubikayu menjadi tela-tela pada usaha tela steak di Kelurahan

Mandonga menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 15.498/kg bahan baku.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diajukan

adalah sebagai berikut :

1. Usaha pengolahan ubikayu menjadi tela-tela yang dilakukan pengolah perlu

terus dikembangkan dengan meningkatkna jumlah bahan baku yang diolah,

menambah jumlah tenaga kerja, pemberian label kemasan produk karena

terbukti usaha tersebut mampu menberikan keuntungan dan nilai tambah yang

tinggi serta perlu membuat PIRT untuk usaha tersebut.

2. Kepada pemerintah diharapkan agar selalu memperhatikan para pengusaha

kecil khususnya dalam hal permodalan sehingga usaha-usaha kecil yang sejenis

dapat terus berkembang, hal ini dikarenakan usaha ini mampu memberikan

keuntungan dan membuka lapangan pekerjaan bagi pengolah ubikayu menjadi

tela-tela maupun masyarakat

Page 80: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

64

DAFTAR PUSTAKA

Alkim. 2012. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan

Rumput Laut pada Kelompok Tani Tunas Bahari di Kelurahan

Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari. Universitas Halu Oleo.

Kendari (skripsi tidak dipublikasikan).

Andriani. 2013. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu Menjadi Keripik

Ubikayu di Desa Langgomea Kecamatan Uepai Kabupaaten Konawe.

Universitas Halu Oleo. Kendari (skripsi tidak dipublikasikan).

Aristanto. 1996. Pemberdayaan Usaha Kecil. Science Journal No: 25 Desember

Universitas Merdeka. Malang.

Asmiati. 2012. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu di Kecamatan

Batauga Kabupaten Boton. Universitas Haluoleo. Kendari (skripsi tidak

dipublikasikan).

Bagus, D. 2009. Laporan Keuangan Perusahaan Dagang . http://jurnal-

sdm.blogspot. com/2009/03/laporan-keuangan-perusahaan-

dagang.html.(diakses 2 Februari 2015)

Bambang, G, dan Kartasapoetra. 1992. Kalkulasi dan pengenalan biaya produksi.

Rineka Cipta. Jakarta.

BPS Kota Kendari, 2015. Kota Kendari Dalam Angka 2015. Statistik Sulawesi

Tenggara. Kendari.

BPS Kecamatan Mandonga. 2015. Kecamatan Mandonga Dalam Angka 2015.

Statistik Sulawesi Tenggara. Kendari.

BPS Kelurahan Mandonga. 2015. Kelurahan Mandonga Dalam Angka 2015.

Statistik Sulawesi Tenggara. Kendari.

Downey, W.D, dan Erickson, SP. 1988. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta.

Elinda, S, dan Hamidi, W. 2008. Analisis Pendapatan Agroindustri Rengginang

Ubikayu. (Online). Volume 17. Nomor 2. http://download.portalgaruda.

org/article.php?article=31398&val=2268. (diakses 2 Februari 2015)

Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI

Press. Jakarta

Hafsah, MJ. 2003. Bisnis Ubikayu Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Page 81: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

65

Hayami. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A

Perspective From a Sunda Village, CGPRT. Bogor.

Hernanto, F. 1988. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hery. 2009. Teori Akuntansi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Ilchaidir. 2011. Analisis Nilai Tambah Produk Jambu Mete di Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi Kasus UD. Mubaraq Lombe Kota

Kendari. Universitas Halu Oleo. Kendari (skripsi tidak dipublikasikan).

Ishak, A, dkk. 2012. Analisisi Nilai Tambah, Keuntungan, dan Titik Impas

Pengolahan Hasil Renginang Ubikayu (renggining) Skala Rumah

Tangga. (Online).http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/doku

men/publikasi/Makalah%20renggining.pdf. (diakses 2 Februari 2015)

Kiostips. 2013. Cara Membuat Camilan Tela-Tela. http://kiostips.blogspot.com/

2013/09/cara-membuat-camilan-tela-tela.html. (diakses 2 Februari 2015)

Lingga, P, dkk. 1986. Bertanam Umbi-Umbian. PT. Penebar Swadaya Jakarta.

Lipsey, G. R, Peter, O. P. dan Douglas, D.P. 1990. Pengantar Mikroekonomi I

jilit I. Diterjemahkan oleh Jaka, A. W dan Kirbrandoko. Erlamgga.

Jakarta.

Marimin, dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan

dalam Manajemen Rantai. IPB Press. Bogor.

Mulyadi. 1991. Akutansi Biaya. PT. Aditiya Media Yogyakarta. Yogyakarta.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Nurmedika, dkk. 2012. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Keripik Nangka

Pada Industri Rumah Tangga. (Online). http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/

index.php/ Agrotekbis/article/download/1911/1215. (diakses 2 Februari

2015)

Padangaran, AM. 2013. Analisis Kuantitatif (Pembiayaan Perusahaan Pertanian).

IPB Press. Bogor.

Polimeni, RS. 1988. Akuntansi Biaya (Konsep dan Aplikasi Untuk Pengambilan

Keputusan. Erlangga. Jakarta.

Prasasto, S. 2007. Aspek Produksi Keripik Singkong Dalam Analisis Nilai

Tambah Agroindustri Keripik Ubi. Universitas Malikulssaleh. Aceh

Utara.

Page 82: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

66

Purba, R. 1986. Manajemen Manunggal Bagi Wiraswasta. Pustaka Dian.

Jakarta.

Rahardjo, P. 1986. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan

Kerja. UI Press. Jakarta.

Riadi, Muchlisin. 2012. Biaya Produksi. Kajian Pustaka. Jakarta

Riyan, Hidayat. 2009. Analisis Nilai Tambah Pisang Awak (Musa paradisiacal,

L) dan Distribusinya pada Perusahaan Na Raseuki dan Berkah di

Kabupaten Bireun, Pemerintah Aceh. Institut Pertanian Bogor.

Saediman, dkk. 2012. Profitability and Value Addition in Cassava Processing.

http://dx.doi.org/10.5539/jsd.v8n1p226. (diakses 8 Februari 2015)

Soeharjo A dan Patong D, 1984. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Universitas

Hassanuddin. Ujung Pandang.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok-Pokok Bahasan

Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UT. Press. Jakarta.

Supriyono, R.A. 1999. Akuntansi Biaya. BPFE, Yogyakarta.

Todaro, M. P. 1994. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Jilid 2.

Erlangga. Jakarta.

Tohir, K.A, 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta.

Jakarta

Web, Admin. 2014. Kapasitas Beban Bunga. http://keuanganlsm.com/kapasitas-

beban-bunga/. (diakses 8 Februari 2015)

Page 83: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

67

LAMPIRAN

Page 84: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

68

Lampiran 1. Identitas Responden Pengolah Ubikayu Menjadi Tela-tela Pada

Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandong Tahun 2015

No Uraian Hasil

1 Nama Soyan Hadi

2 Umur 31 Tahun

3 Pendidikan Formal SMA

4 Jumlah Anggota Keluarga 3 Orang

5 Pengalaman Berusaha 7 Tahun

6 Berapa kali Produksi dalam Sebulan Dua Puluh Tiga Kali (23)

Page 85: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

69

Lampiran 2. Jumlah Jam dan Hari Kerja Tenaga Kerja Pengolah Ubikayu Menjadi

Tela-tela Pada Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga Tahun

2015

Hari Kerja = waktu kerja x tenaga kerja

8

Hari

kerja

Proses

produksi

(kali)

Waktu kerja

(jam)

Tenaga

kerja

Total waktu

Kerja (jam)

Hari kerja

(Hk)

1 2 3 4 5=3x4 6

1 1 6 6 36 4,5

2 1 6 6 36 4,5

3 1 4 6 24 3

4 1 5 6 30 3,75

5 1 5 6 30 3,75

6 1 6 6 36 4,5

7 1 6 6 36 4,5

8 1 6 6 36 4,5

9 1 5 6 30 3,75

10 1 5 6 30 3,75

11 1 6 6 36 4,5

12 1 5 6 30 3,75

13 1 4 6 24 3

14 1 6 6 36 4,5

15 1 5 6 30 3,75

16 1 4 6 24 3

17 1 6 6 36 4,5

18 1 6 6 36 4,5

19 1 6 6 36 4,5

20 1 6 6 36 4,5

21 1 6 6 36 4,5

22 1 6 6 36 4,5

23 1 4 6 24 3

Jumlah 23 124 138 744 84

Page 86: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

70

Lampiran 3. Jumlah Upah Pengolah Ubikayu Menjadi Tela-tela Pada Usaha Tela

Steak di Kelurahan Mandonga Tahun 2015

No

Produksi

Hasil

Produksi

Per Proses

(kg)

Upah/kg

(Rp/Org)

Jumlah

Upah per

Pekerja

(Rp/TK)

Tenaga

Kerja

Total

Upah

Pekerja

Hari

Kerja

(hk)

Upah

rata-rata

(Rp/hk)

1 2 3 4 = 2 x 3 5 6 = 4 x 5 7 8 = 6 : 7

1 104,5 1500 156.750 6 940.500 4,5 209.000

2 105,5 1500 158.250 6 949.500 4,5 211.000

3 100 1500 150.000 6 900.000 3 300.000

4 105 1500 157.500 6 945.000 3,75 252.000

5 105 1500 157.500 6 945.000 3,75 252.000

6 109 1500 163.500 6 981.000 4,5 218.000

7 108,1 1500 162.150 6 972.900 4,5 216.200

8 113 1500 169.500 6 1.017.000 4,5 226.000

9 107 1500 160.500 6 963.000 3,75 256.800

10 106 1500 159.000 6 954.000 3,75 254.400

11 110 1500 165.000 6 990.000 4,5 220.000

12 107 1500 160.500 6 963.000 3,75 256.800

13 102 1500 153.000 6 918.000 3 306.000

14 102 1500 153.000 6 918.000 4,5 204.000

15 102 1500 153.000 6 918.000 3,75 244.800

16 99 1500 148.500 6 891.000 3 297.000

17 110 1500 165.000 6 990.000 4,5 220.000

18 121 1500 181.500 6 1.089.000 4,5 242.000

19 114 1500 171.000 6 1.026.000 4,5 228.000

20 113,5 1500 170.250 6 1.021.500 4,5 227.000

21 112 1500 168.000 6 1.008.000 4,5 224.000

22 112 1500 168.000 6 1.008.000 4,5 224.000

23 92 1500 138.000 6 828.000 3 276.000

Jumlah 2.459,6 34.500 3.689.400 138 22.136.400 84 5.565.000

Rata- rata 106,94 1.500 160.408,7 6 962.452,17 3,65 241.957

Page 87: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

71

Lampiran 4. Biaya Bahan Baku yang dikeluarkan Pengolah Ubikayu menjadi

Tela-tela pada Industri Rumahtangga di Kelurahan Mandonga Tahun

2015

No Produksi Bahan Baku

yang digunakan

(kg)

Harga

Bahan Baku

per kg (Rp)

Jumlah Biaya Bahan Baku

yang digunakan

(Rp/proses produksi)

1 2 3 4

1 150 2.000 300.000

2 150 2.000 300.000 3 150 2.000 300.000

4 150 2.000 300.000

5 150 2.000 300.000

6 150 2.000 300.000

7 150 2.000 300.000

8 150 2.000 300.000

9 150 2.000 300.000

10 150 2.000 300.000

11 150 2.000 300.000

12 150 2.000 300.000

13 150 2.000 300.000

14 150 2.000 300.000

15 150 2.000 300.000

16 150 2.000 300.000

17 150 2.000 300.000

18 150 2.000 300.000

19 150 2.000 300.000

20 150 2.000 300.000

21 150 2.000 300.000

22 150 2.000 300.000

23 150 2.000 300.000

Jumlah 3.450 46.000 6.900.000

Rata-rata 150 2.000 300.000

Page 88: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

72

Lampiran 5. Hasil Produksi dan Harga Jual serta Pendapatan Pengolahan Ubikayu

Menjadi Tela-tela Selama Satu Bulan Pada Industri Rumahtangga di

Kelurahan Mandonga Tahun 2015

Proses

Produksi

Bahan Baku

yang

digunakan

(kg)

Hasil

Produksi

per Proses

(kg)

Haraga Jual

(Rp/kg)

Jumlah

(3 x 4)

(Rp)

1 2 3 4 5

1 150 104,5 30.000 3.135.000 2 150 105,5 30.000 3.165.000

3 150 100 30.000 3.000.000

4 150 105 30.000 3.150.000

5 150 105 30.000 3.150.000

6 150 109 30.000 3.270.000

7 150 108,1 30.000 3.243.000

8 150 113 30.000 3.390.000

9 150 107 30.000 3.210.000

10 150 106 30.000 3.180.000

11 150 110 30.000 3.300.000

12 150 107 30.000 3.210.000

13 150 102 30.000 3.060.000

14 150 102 30.000 3.060.000

15 150 102 30.000 3.060.000

16 150 99 30.000 2.970.000

17 150 110 30.000 3.300.000

18 150 121 30.000 3.630.000

19 150 114 30.000 3.420.000

20 150 113,5 30.000 3.405.000

21 150 112 30.000 3.360.000

22 150 112 30.000 3.360.000

23 150 92 30.000 2.760.000

Jumlah 3.450 2.459,6 690.000 73.788.000

Rata-rata 150 106,94 30.0000 3.208.174

Page 89: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

73

Lampiran 6. Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Selama Satu Bulan pada

Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga Tahun 2015

No.

Bahan Penunjang

Jumlah

Satuan

Total

Pengunaan

Per bahan

baku

Harga

(Rp/Kg)

Jumlah

(Rp)

1 Bumbu jadi 5 Kg 23 55.000 6.325.000

2 Minyak goring 18 Kg 23 10.000 4.140.000

3 Gas Elpiji 9 Kg 23 6.000 1.242.000

4 Arang 6 Kg 23 2.500 345.000

5 Kertas bungkus 7 Kg 23 7.000 1.127.000

Jumlah Biaya Bahan Penunjang 13.179.000

Ket : * Bahan penunjang tersebut di atas digunakan untuk proses produksi dengan

menggunakan bahan baku ubikayu sebanyak 150kg

Page 90: SKRIPSI ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A110135_sitedi_ISRAWAN IMANI.pdf · Ketua Jurusan/Program ... kemudian penulis melanjutkan pendidikan

74

Lampiran 7. Biaya Penyusutan dan Penggunaan Peralatan yang dikeluarkan

Pengolah Ubikayu menjadi Tela-tela pada Usaha Tela Steak di

Kelurahan Mandonga Tahun 2015.

No Jenis

Alat

Jumlah

(Unit)

Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya (Rp)

Umur

Ekonomis

(Thn)

Nila Sisa Penyusutan

(Rp/Tahun)

Penyusutan

(Rp/Bulan)

1 Pisau 10 10.000 100.000 2 50.000 25.000

2.083

2 Baskom 3 25.000 75.000 2 45.000 15.000

1.250

3 Dandang 2 200.000 400.000 2 300.000 50.000

4.167

4 Wajan 6 45.000 270.000 2 180.000 45.000

3.750

5 Tungku 2 50.000 100.000 5 50.000 10.000

833

6 Kompor 6 400.000 2.400.000 5 1.800.000 120.000

10.000

7 Toples 54 5.000 270.000 2 162.000 54.000

4.500

8 Gerobak 6 1.000.000 6.000.000 5 4.800.000 240.000

20.000

Jumlah 9.615.000 7.387.000 559.000

46.600

Metode Garis Lurus :

Nilai Penyusutan = Harga Awal Peralatan – Nilai Sisa

Umur Ekonomis (Tahun)