skripsi aluminium
TRANSCRIPT
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
1/94
KARAKTERISTIK KEKUATAN FATIK
PADA PADUAN ALUMINIUM TUANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata I
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
Nama : Charis Sonny Harsono
NIM : 5250401053
Program Studi : Teknik Mesin S1
Jurusan : Teknik Mesin
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
2/94
ii
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisis, mekanis dan
karakteristik kekuatan fatik pada paduan aluminium tuang, baik yang material
dasar (raw material) ataupun material yang sudah mengalami proses remelting.
Bahan yang digunakan adalah sekrap aluminium terpilih dari pelek mobil
atau motor bekas. Bahan dilebur dan dituang dengan suhu 725C dengan cetakan
logam, kemudian dibuat spesimen standar ASTM E.8 untuk pengujian tarik dan
JIZ Z2201 No.14 A untuk pengujian fatik. Remelting dilakukan setelah material
dasar (raw material) dibuat dengan kondisi penuangan yang sama. Pengujian fatik
dilakukan dengan menggunakan 2 variasi bahan, yaitu material dasar (raw
material) dan paduan aluminium setelah mengalami proses remelting. Pengujian
fatik dilakukan dengan menggunakan tegangan yang sama pada masing-masing
jenis kelompok spesimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remelting mengakibatkan terjadinya
perubahan sifat fisis paduan aluminium yang ditandai dengan bertambahnya
porositas pada struktur mikro tetapi relatif tidak mengubah komposisi kimia.
Remelting mempengaruhi sifat mekanis paduan aluminium, yaitu terdapat
penurunan kekerasan (raw material = 59,06 BHN dan remelting = 58,1 BHN),
penurunan kekerasan ini sebesar 1,62 %. Remelting juga mengakibatkan
penurunan terhadap siklus (N) fatik raw material dengan persamaan S = 476,6
EMBED Equation.3 setelah di lakukan remelting persamaannya menjadi S
= 409,26 EMBED Equation.3 . Jika hal ini dilakukan pada level tegangan
tinggi sebesar 103,488 MPa yang sama antara raw material dan paduan aluminium
setelah dilakukan proses remelting, maka terjadi penurunan siklus (N) sebanyak
19,8 %. Sedangkan pengujian tarik dilakukan hanya untuk mendapatkan besarnya
tegangan yang diperlukan untuk penentuan beban pada pengujian fatik, besaran
itu adalah 143,76 Mpa.
Kata kunci: Struktur komposisi bahan, remelting, foto struktur mikro dan
makro, kekerasan, tarik dan fatik.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
3/94
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
YAKINLAH semua usaha yang pernah kita
lakukan tidak akan pernah sia-sia.
Suatu kegagalan adalah tolak ukur dari sebuah
keberhasilan
Jangan takut GAGAL apabila ingin mencapai suatu
kesuksesan
IKHTIARlah kepada Allah bila kita telah berusaha
keras
Segala sesuatu ada waktunya, apapun yang tercipta
merupakan jawaban dari putaran waktu yang Tuhan
telah berikan. Emosi, ego, luapan tawa, tetes air
mata dan impian semua lebur jadi satu, menjadi
pengakuan penuh arti buat perjalanan hidup ini.
Mungkin terasa sederhana, namun ini adalah sisi
hidup yang harus kita jalani.
Persembahan :Ayah nan jauh di alam sana dan ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang dan
doanya
Keluarga besarku semua tercinta
Spesial untuk Nok Eecha
Teman-teman angkatan 2001, 2002 dan 2003 serta sahabat-sahabatku
Almamaterku.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
4/94
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil 'alamiin syukur pada Allah SWT, atas selesainya
penyusunan skripsi yang berjudul "Karakteristik Kekuatan Fatik Pada Paduan
Aluminium Tuang Skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
derajat Sarjana S-1 di Program Studi Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.
Remelting merupakan kasus yang terdapat di industri kecil dengan memanfaatkan
bahan sekrap (bekas). Dengan keterbatasan alat dan teknologi yang dimiliki,
namun produk yang dihasilkan harus sudah diteliti memalui perhitungan-
perhitungan yang matang dan diperlukan perencanaan produksi yang baik,
sehingga dihasilkan produk yang mcmpunyai kualitas tinggi. Melalui skripsi ini,
penulis berusaha mengungkap fenomena yang terjadi pada kasus tersebut.
Dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Soesanto, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas NegeriSemarang.
2. Bapak Drs. Pramono, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas NegeriSemarang.
3. Bapak Ir. Jamasri, Ph.D. atas bimbingan yang telah diberikan.4. Bapak Drs. Aris Budiyono, M.T. atas bimbingan yang telah diberikan.5. Bapak Heri Yudiono, S. Pd, M.T. atas pengarahan yang diberikan.6. Bapak Widi Widayat, S.T., M.T atas revisinya.7. Bapak Sunhaji, selaku teknisi di Laboratorium Bahan Teknik, Teknik Mesin
Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Pimpinan lndustri Pengecoran "Kripton Gama Jaya" Banguntapan
Bantul, atas bantuan dan kerjasamanya.
Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas
bantuannya
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
5/94
v
penulis dimasa yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Semarang, 12 Agustus 2006
Charis Sonny Harsono
Penulis
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
6/94
vi
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL ................................................................................. i
ABSTRAK ..................................................................................... ........... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... .......... iv
KATA PENGANTAR .................................................................... .......... v
DAFTAR ISI .................................................................................. .......... vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... .......... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. ........... xii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................... ........... 1
A. Latar Belakang ......................................................... ............ 1B. Batasan Masalah ....................................................... ........... 2C. Tujuan Penelitian ...................................................... ........... 3D. Manfaat Penelitian .................................................... ........... 3E. Penegasan Istilah .................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................... ............ 5
A. Aluminium ................................................................ ........... 51. Aluminium dan Paduannya ............................... ............... 5
2. Remelting .......................................................... ............... 13
B. Sifat-sifat Bahan ................................................................... 171. Komposisi ......................................................... ............... 17
2. Kekuatan Tarik ................................................................. 17
3. Kekerasan ......................................................................... 23
4. Struktur Mikro .................................................................. 26
5. Fatique .............................................................................. 27
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 33
A. Bahan Penelitian ................................................................... 33
B. Alat-alat Penelitian .................................................. ............ 34
C. Proses Pengecoran ................................................................ 35
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
7/94
vii
D. Langkah-langkah Pengujian ................................................. 36
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 44
F. Diagram Alur Penelitian ............................................. ......... 46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN................ .......... 47
Hasil Penelitian ............................................................... ........... 47
1. Komposisi Kimia ................................................ ............. 47
2. Struktur Mikro .................................................................. 48
3. Uji Kekerasan ................................................................... 52
4. Uji Tarik ........................................................................... 54
5. Uji Fatik ............................................................. .............. 55
BAB V. PENUTUP .................................................................................. 59
A. Simpulan .................................................................... .......... 59
B. Saran ..................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... .......... 61
LAMPIRAN .............................................................................................. 62
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
8/94
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Sifat mekanik aluminium ... 6
Tabel 2. Klasifikasi paduan aluminium tempaan ......................... 6
Tabel 3. Klasifikasi perlakuan bahan ........................................... 7
Tabel 4. Penggunaan diameter penetrator 25
Tabel 5. Nilai kekerasan brinell pada masing-masing beban .. 25
Tabel 6. Gaya maksimal masing-masing diameter penetrator 25
Tabel 7. Lembar pengamatan uji tarik .... 44
Tabel 8. Lembar pengamatan uji fatik 45
Tabel 9. Hasil Uji Komposisi raw material ................................ 47
Tabel 10. Hasil Uji Komposisi setelah di remelting...................... 48
Tabel 11. Spesimen raw material ................................................ 53
Tabel 12. Spesimen paduan aluminium setelah di remelting ...... 53
Tabel 13. Data hasil uji tarik ....................................................... 55
Tabel 14. Data hasil uji tarik ....................................................... 55
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
9/94
ix
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Pengaruh suhu pada kelarutan hidrogen dalam aluminium .. 7
Gambar 2. Diagram fasa Al-Si dan perbaikan sifat-sifat mekanik
oleh modifikasi Al-Si ....................................................... .... 11
Gambar 3. Pembebanan tarik ............. 18
Gambar 4. Diagram tegangan-regangan . ........... 19
Gambar 5. Penentuan tegangan luluh dengan metode offset 0,2%......... 22
Gambar 6. Prinsip Uji kekerasan brinell (Dieter : 1986) ............ ........... 24
Gambar 7. Grafik kegagalan material setelah mengalami beban
dengan siklus tak hingga .............. 28
Gambar 8. Gambar komponen alat uji fatik ........................................... 29
Gambar 9. Gambar kurfa fatik aluminium tipe S-N .. ............ 29
Gambar 10. Alat uji fatik . ............ 30
Gambar 11. Sketsa alat uji Fatik .. ............ 30
Gambar 12. Ilustrasi tekanan berulang . ........... 32
Gambar 13. Dimensi uji fatik JIS Z2201 No. 14 A .. ........... 33
Gambar 14. Dimensi uji tarik ASTM E8 ...................................... ........... 34
Gambar 15. Urutan proses pengecoran aluminium .............. 35
Gambar 16. Mesin foto struktur mikro ......................................... ........... 38
Gambar 17. Mesin uji kekerasan brinell ....................................... ........... 39
Gambar 18. Mesin uji tarik servopulser ................................................... 41
Gambar 19. Mesin uji fatik Rotary Bending ............ 41
Gambar 20. Alur penelitian .............. 46
Gambar 21. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali .......... ............ 49
Gambar 22. Foto mikro raw material perbesaran 500 kali ........... ........... 49
Gambar 23. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting
dengan perbesaran 200 kali .................................................. 50
Gambar 24. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting
dengan perbesaran 500 kali .................................................. 50
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
10/94
x
Gambar 25. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali yang
menunjukkan porositas .................................... .................... 51
Gambar 26. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting
perbesaran 200 kali yang menunjukkan porositas ... ............ 52
Gambar 27. Nilai kekerasan paduan aluminium ......................... ............. 54
Gambar 28. Kurva S N hasil pengujian lelah ........................................ 56
Gambar 29. Penampang patah lelah pada spesimen raw material ............ 58
Gambar 30. Penampang patah lelah pada spesimen remelting ................ 58
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
11/94
xi
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1. Komposisi Kimia Paduan Aluminium raw material ... ..... 62
Lampiran 2. Komposisi Kimia Paduan Aluminium remelting ............. 62
Lampiran 3. Data dan Perhitungan Kekerasan ................................. .... 64
Lampiran 4. Data dan Perhitungan Uji Tarik ................................... .... 69
Lampiran 5. Data dan Perhitungan Uji Fatik ........................................ 79
Lampiran 6. Foto Makro ....................................................................... 81
Lampiran 7. Tabel Paduan dan sifat mekanik paduan aluminium
(Ramsden, 2004) .......................................................... .... 83
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
12/94
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
13/94
2
digunakan dapat mengalami beban berulang-ulang dan kadang-kadang
mengalami beban kejut sehingga pelek tersebut harus mendapatkan jaminan
terhadap kerusakan akibat retak-lelah, sehingga aman dalam penggunaan atau
bahkan mempunyai usia pakai lebih lama.
Semua perpatahan yang disebabkan kelelahan melalui tahapan proses :
terjadinya retak - perambatan lelah - patahan, oleh karenanya perlu dilakukan
pencegahan pada setiap tahapan proses tersebut dibagian yang paling efektif.
Broek (1986) dalam bukunya menulis bahwa sebagian besar kerusakan
konstruksi disebabkan oleh beban yang berulang atau berfluktuasi.Jika
fluktuasi tegangan ini cukup besar dan berulang-ulang, kegagalan struktur
dapat terjadi walaupun tegangan maksimal yang terjadi pada elemen struktur
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan materialnya. Kegagalan ini
dikatakan sebagai fatik atau kelelahan. Jadi kelelahan adalah proses peretakan
kemudian merambat dibawah beban yang berulang atau berfluktuasi.
Berdasarkan ulasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang sifat lelah yang dimiliki oleh paduan aluminium tuang, dan penulis
mengambil judul Karakteristik Kekuatan Fatik pada Paduan Aluminium
Tuang.
B.Batasan MasalahPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis material
dari produk industri kecil untuk bahan paduan aluminium, maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut :
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
14/94
3
1. Sebagai raw material di ambil dari bahan paduan Al yang dituangpertama, selanjutnya dilakukan remelting.
2. Pada saat remelting tidak ditambahkan unsur paduan apapun sehinggaprosesnya tetap sama dengan raw material.
C.Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sifat fisis, mekanis dan kekuatan fatik paduanaluminium.
2. Untuk mengetahui karakteristik kekuatan fatik/lelah pada paduanaluminium tuang yang di cor kembali (remelting).
D.Manfaat PenelitianDengan adanya penelitian mengenai karakteristik retak lelah pada paduan
Aluminium tuang ini dapat diambil manfaat antara lain :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha pengecoran aluminiumdalam pemilihan bahan, proses pengecoran dan tindakan yang diperlukan
untuk memperoleh sifat mekanis sesuai dengan permintaan pengguna
produk.
2. Memberi masukan ilmiah tentang pengujian bahan logam untukmengetahui karakteristik kekuatan fatik pada paduan aluminium tuang
yang kemudian di cor kembali (remelting).
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta memperkaya khasanahilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pengujian bahan logam.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
15/94
4
4. Untuk mengetahui kualitas paduan aluminium tuang sehingga dapatdiaplikasikan sesuai dengan sifat-sifatnya.
E.Penegasan IstilahPenegasan istilah digunakan untuk menghindari kemungkinan salah
pengertian atau salah penafsiran terhadap arti kata-kata yang menjadi judul
skripsi ini.
1. Karakteristik
Sesuatu yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan
tertentu (KBBI, 1989)
2. Fatik
Proses peretakan kemudian merambat dibawah beban yang
berulang atau berfluktuasi.
3. Paduan Aluminium Tuang
Campuran dari beberapa jenis unsur logam dan aluminium murni
yang disatukan dengan cara pengecoran (penuangan). Aluminium adalah
logam putih perak, ringan, dan molar; unsur dengan nomor atom 13,
lambang Al dan bobot atom 26,9815. Aluminium merupakan logam ringan
yang mempunyai ketahanan korosi dan hantaran listrik yang baik serta
sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam (Surdia dan Saito, 2000).
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
16/94
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aluminium
1. Aluminium dan PaduannyaAluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan
korosi yang baik. Material ini digunakan dalam bidang yang luas bukan hanya
untuk peralatan rumah tangga saja tetapi juga dipakai untuk kepentingan
industri, misalnya untuk industri pesawat terbang, mobil, kapal laut dan
konstruksi-konstruksi yang lain.
Neff (2002) dalam papernya menjelaskan bahwa untuk memenuhi tuntutan
pasar dari aluminium tuang dewasa ini harus memfokuskan pada peningkatan
kualitas logam dengan pengembangan pada proses peleburan. Proses
difokuskan pada eliminasi berbagai kotoran yaitu inklusi yang mcrupakan
problem serius dalam memproduksi hasil coran yang berkualitas. Inklusi yang
dimaksud adalah gas hidrogen yang dapat larut pada aluminium cair yang
menyebabkan porositas pada pengecoran. Daya larut hidrogen meningkat bila
temperatur naik. Tingkat kelarutan hidrogen pada paduan aluminium tidak
sama. Pada saat pembekuan, gas hidrogen masih tersisa sehingga pada hasil
pengecoran terdapat cacat. Dijelaskan pula bahwa tidak semua porositas
diakibatkan oleh gas hidrogen tetapi disebabkan pula oleh penyusutan.
Penyusutan yang terjadi pada saat aluminium membeku sebesar 6% dari
volume ketika aluminium bertransformasi dari cair ke padat.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
17/94
6
Adapun sifat-sifat mekanis aluminium dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
Tabel 1. Sifat mekanik aluminium
Kemurnian Al (%)
99,996 >99,0Sifat-sifat
Di anil 75% dirol dingin Di anil H18
Kekuatan tarik (kg/mm2
) 4,9 11,6 9,3 16,9
Kekuatan mulur (0,2) (kg/mm
2
)1,3 11,0 3,5 14,8
Perpanjangan 48,8 5,5 35 5
Kekerasan Brinell 17 27 23 44
Tabel 2. Klasifikasi paduan aluminium tempaan.
Standar AA Standar Alcoa
terdahulu
Keterangan
1001
1100
2010-2029
3003-3009
4030-4039
5050-5086
6061-6069
7070-7079
1S
2S
10S-29S
3S-9S
30S-39S
50S-69S
70S-79S
Al murni 99,5% atau diatasnya
Al murni 99,0% atau diatasnya
Cu merupakan unsur paduan utama
Mn merupakan unsur paduan utama
Si merupakan unsur paduan utama
Mg merupakan unsur paduan utama
Mg2Si merupakan unsur paduan utama
Zn merupakan unsur paduan utama
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
18/94
7
Tabel 3. Klasifikasi perlakuan bahan.
Tanda Perlakuan
-F
-O
-H
-H 1n
-H 2n
-H 3n
-T
-T2
-T3
-T4
-T5
-T6
-T7
-T8
-T9
-T10
Setelah pembuatan
Dianil penuh
Pengerasan regangan
Pengerasan regangan
Sebagian dianil setelah pengerasan regangan
Dianil untuk penyetabilan setelah pengerasan regangan n=2 (1/4
keras), 4 (1/2 keras), 6 (3/4 keras), 8 (keras), 9 (sangat keras)
Perlakuan panas
Penganilan penuh (hanya untuk coran)
Pengerasan regangan setelah perlakuan pelarutan
Penuaan alamiah penuh setelah perlakuan pelarutan
Penuaan tiruan (tanpa perlakuan pelarutan)
Penuaan tiruan setelah perlakuan pelarutan
Penyetabilan setelah perlakuan pelarutan
Perlakuan pelarutan, pengerasan regangan, penuaan tiruan
Perlakuan pelarutan, penuaan tiruan, pengerasan regangan
Pengerasan regangan setelah penuaan tiruan
Gambar 1. Pengaruh suhu pada kelarutan hidrogen dalam aluminium
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
19/94
8
Hal-hal yang mempengaruhi sifat-sifat paduan aluminium antara lain
adalah unsur-unsur sebagai berikut :
a. Silisium (Si)
Unsur Si dalam paduan aluminium mempunyai pengaruh positif :
Mempermudah proses pengecoran Meningkatkan daya tahan terhadap korosi Memperbaiki sifat-sifat atau karakteristik coran Menurunkan penyusutan dalam hasil corPengaruh negatif yang ditimbulkan unsur Si berupa :
Penurunan keuletan bahan terhadap beban kejut dan Hasil cor akan rapuh jika kandungan silikon terlalu tinggi.b. Tembaga (Cu)
Pengaruh baik yang dapat timbul oleh unsur Cu dalam paduan aluminium
akan:
Meningkatkan kekerasan bahan Memperbaiki kekuatan tarik Mempermudah proses pengerjaan dengan mesin.Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh unsur Cu akan :
Menurunkan daya tahan terhadap korosi Mengurangi keuletan bahan dan Menurunkan kemampuan dibentuk dan dirol
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
20/94
9
c. Unsur Magnesium (Mg)
Magnesium memberikan pengaruh baik yaitu :
Mempermudah proses penuangan Meningkatkan kemampuan pengerjaan mesin Meningkatkan daya tahan terhadap korosi Meningkatkan kekuatan mekanis Menghaluskan butiran kristal secara efektif Meningkatkan ketahanan beban kejut/impak.Pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh unsur Mg :
Meningkatkan kemungkinan timbulnya cacat pada hasil pengecorand. Unsur besi (Fe)
Pengaruh baik yang dapat ditimbulkan oleh unsur Fe ada1ah :
mencegah terjadinya penempelan logam cair pada cetakan selama prosespenuangan.
Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan unsur paduan ini adalah :
Penurunan sifat mekanis Penurunan kekuatan tarik Timbulnya bintik keras pada hasil coran Peningkatan cacat porositas.Paduan aluminium utama adalah :
a. Al-Cu
Sebagai paduan coran dipergunakan paduan yang mengandung 4-5%
Cu. Ternyata dari fasanya ini mempunyai daerah luas dari pembekuannya,
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
21/94
10
penyusutan yang besar, risiko besar pada kegetasan panas dan mudah
terjadi retakan pada coran. Adanya Si 4-5%sangat berguna untuk
mengurangi keadaan itu dan penambahan Ti sangat efektif untuk
memperhalus butir. Paduan dalam system ini terutama dipakai sebagai
bagian-bagian motor mobil, meteran dan rangka utama dari katup-katup.
b. Al-Si
Paduan Al-Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan
bagus sekali, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran,
sebagai tambahan, ia mempunyai ketahanan korosi yang baik, sangat
ringan, koefisien pemuaian yang kecil dan sebagai penghantar yang baik
untuk listrik dan panas. Karena mempunyai kelebihan yang mencolok,
paduan ini sangat banyak dipakai. Paduan Al-12%-Si sangat banyak
dipakai untuk paduan cor cetak. Paduan yang memerlukan perlakuan panas
ditambah dengan Mg juga Cu serta Ni untuk memberikan kekerasan pada
saat panas, bahan ini biasa dipakai untuk torak motor.
Peleburan aluminium-silium
Gambar 2 menunjukkan diagram fasa dari sistim ini. Ini adalah tipe
eutektik yang sederhana yang mempunyai titik eutektik pada 577
o
C,
11,7%Si, larutan padat terjadi pada sisi Aluminium, karena batas kelarutan
padat sangat kecil maka pengerasan penuaan sukar diharapkan.
Kalau paduan ini didinginkan pada cetakan logam, setelah cairan
logam diberi natrium flourida kira-kira 0,05-1,1% kadar logam natrium,
tampaknya temperatur eutektik meningkat kira-kira pada 14%. Hal ini
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
22/94
11
biasa terjadi pada paduan hipereuektik seperti 11,7-14% Si, Si mengkristal
sebagai kristal primer, tetapi karena perlakuan yang disebut di atas
Aluminium mengkristal sebagai kristal primer dan struktur eutektiknya
menjai sangat halus. Ini dinamakan struktur yang idmodifikasi. Sifat-sifat
mekaniknya sangat diper-baiki yang ditunjukkan pada gambar 2.
Fenomena ini ditemukan oleh A. Pacz tahun 1921 dan paduan yang telah
diadakan perlakuan tersebut dina-makan silumin.
Gambar 2. Diagram fasa Al-Si dan perbaikan sifat-sifat mekanik oleh modifikasi Al-
Si
c. Al-Mg
Paduan Al-Mg mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik, sejak
lama disebut hidronalium dan dikenal sebagai paduan yang tahan korosi.
Cu dan Fe sangat berbahaya bagi ketahanan korosi, terutama Cu sangat
memberikan pengaruhnya. Maka perlu perhatian khusus terhadap
tercampurnya unsur pengotor. Paduan aluminium yang mengandung
magnesium 4% sampai 10% mempunyai kekuatan tarik diatas 30
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
23/94
12
kgf/mm 2 dan perpanjangan diatas 12%. Paduan ini biasanya dipakai untuk
alat-alat industri kimia, kapal laut dan pesawat terbang.
d. Paduan aluminium tahan panasPaduan ini terdiri dari Al-Cu-Ni-Mg yang kekuatannya tidak
berubah sampai 300 0 C, sehingga paduan ini dipakai untuk torak dan tutup
silinder.
Paduan Al diklasifikasikan dalam berbagai standar oleh berbagai
standar oleh berbagai negara di dunia. Saat ini klasifikasi yang sangat
terkenal dan sempurna adalah standar Aluminium Association di Amerika
(AA) yang didasarkan atas standar terdahulu dari Alcoa (Aluminium
Company of America). Paduan tempaan dinyatakan dengan satu atau dua
angka S, sedangkan paduan coran dinyatakan dengan 3 angka. Standar
AA menggunakan penandaan dengan 4 angka sbb: Angka pertama
menyatakan sistim paduan dengan unsur-unsur yang ditambahkan, yaitu:1.
Al murni, 2. Al-Cu,3: Al-Mn, 4. AL-Si, 5. Al-Mg, 6. Al-Mg-Si dan 7: Al-
Zn, sebagai contoh, paduan Al-Cu. Dinyatakan dengan angka 2000. Angka
pada tempat kedua menyatakan kemurnian dalam paduan yang
dimodifikasi dan Al murni sedangkan angka ketiga dan keempat
dimaksudkan untuk tanda Alocoa terdahulu kecuali S, sebagai contoh, 3 S
sebagai 3003 dan 63S sebagai 6063. Al dengan kemurnian 99,05% atau di
atasnya dengan ketakmurnian terbatas (2S) dinyatakan sebagai 1100. Tabel
2 menunjukkan hubungan tersebut.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
24/94
13
2.RemeltingDapur peleburan aluminium tuang dilakukan pada tanur krus besi cor,
tanur krus dan tanur nyala api. Bahan-bahan logam yang akan dimasukkan
pada dapur terdiri dari sekrap (remelt) dan bahan murni (aluminium ingot).
Untuk menjaga standar paduan yang telah ditentukan maka sekrap dari
bermacam-macam logam tidak boleh dicampurkan bersama ingot tetapi harus
dipilih terlebih dahulu. Penambahan unsur yang mempunyai titik lebur rendah
seperti seng dan magnesium dapat ditambahkan dalam bentuk elemental
sedangkan logam yang mempunyai titik lebur tinggi seperti Cu, Mg, Ni, Mn,
Si, Ti, dan Cr adalah paling baik ditambahkan sebagai paduan. Dalam praktek
peleburan yang baik mempersyaratkan dapur dan logam yang dimasukan
dalam keadaan bersih (Heini dkk, 1981).
Sebelum dilakukan peleburan di dalam tungku sebaiknya logam dipotong-
potong menjadi kecil-kecil, hal ini bertujuan untuk menghemat waktu
peleburan dan mengurangi kehilangan komposisi karena oksidasi. Setelah
material mencair, fluks dimasukkan ke dalam coran, yang bertujuan untuk
mengurangi oksidasi dan absorbsi gas serta dapat bertujuan untuk mengangkat
kotoran-kotoran yang menempel pada aluminium. Selama pencairan,
permukaan harus ditutup fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu
untuk mencegah segresi (Surdia dan Chijiiwa, 1991). Kemudian kotoran yang
muncul di ambil dan dibuang. Setelah pada suhu kurang lebih 725 0 C
aluminium di tuang ke dalam cetakan. Adapun untukremelting, material hasil
peleburan di atas dilebur kembali.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
25/94
14
Pengecoran merupakan proses tertua yang dikenal manusia dalam
pembuatan benda logam. Proses pengecoran dengan menggunakan pasir cetak
meliputi : pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan
logam cair kedalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang pasir
cetakan. Berikut ini adalah proses pengecoran pada aluminium tuang :
a.Pembuatan PolaPola merupakan bagian yang penting dalam proses pembuatan benda
cor, karena itu pulalah yang akan menentukan bentuk dan ukuran dari
benda cor. Pola yang digunakan untuk benda cor biasanya terbuat dari
kayu, resin, lilin dan logam. Kayu dapat dipakai untuk membuat pola
karena bahan tersebut harganya murah dan mudah dibuat dibandingkan
pola logam. Oleh karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk cetakan
pasir. Biasanya kayu yang dipakai adalah kayu seru, kayu aras, kayu
mahoni, kayu jati dan lain-lain (Surdia, 1982:62).
b.Pembuatan IntiMenurut (Surdia, 1982: 104) mengatakan bahwa inti adalah suatu
bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan, fungsi dari inti
adalah untuk mencegah pengisian logam pada bagian-bagian yang
berbentuk lubang atau rongga suatu coran. Inti harus memiliki kekuatan
yang memadai dan juga mempunyai polaritas (Amstead, 1990:99).
Disamping itu inti harus mempunyai permukaan yang halus dan tahan
panas. Inti yang mudah pecah harus diperkuat dengan kawat, selain itu
harus dicegah kemungkinan terapungnya inti dalam logam cair.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
26/94
15
c.Pembuatan CetakanCetakan berfungsi untuk menampung logam cair yang akan
menghasilkan benda cor. Macam-macam cetakan adalah :
1. Cetakan pasirCetakan dibuat dengan jalan memadatkan pasir, pasir yang akan
digunakan adalah pasir alam atau pasir buatan yang mengandung
tanah lempeng. Pasir ini biasanya dicampur pengikat khusus, seperti
air, kaca, semen, resin ferol, minyak pengering. Bahan tersebut akan
memperkuat dan mempermudah operasi pembuatan cetakan (Surdia:
1982: 3).
2. Cetakan logamCetakan ini dibuat dengan menggunakan bahan yang terbuat dari
logam. Cetakan jenis logam biasanya dipakai untuk industri-industri
besar yang jumlah produksinya sangat banyak, sehingga sekali
membuat cetakan dapat dipakai untuk selamanya. Cetakan logam
harus terbuat dari bahan yang lebih baik dan lebih kuat dari logam
coran, karena dengan adanya bahan yang lebih kuat maka cetakan
tidak akan terkikis oleh logam coran yang akan di tuang.
d.Peleburan (pencairan logam)Untuk mencairkan bahan coran diperlukan alat yang namanya dapur
pemanas. Dalam proses peleburan bahan coran ada dua dapur pemanas
yang digunakan yaitu dengan menggunakan dapur kupola atau dengan
menggunakan dapur tanur induksi. Kedua jenis dapur tersebut yang sering
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
27/94
16
digunakan oleh industri adalah tanur induksi frekuensi rendah karena
mempunyai beberapa keuntungan (Surdia, 1982: 145). Keuntungan
tersebut adalah mudah mengontrol komposisi yang teratur, kehilangan
logam yang sedikit, kemungkinan menggunakan logam yang bermutu
rendah, efisiensi tenaga kerja, dapat memperbaiki persyaratan kerja.
e.PenuanganMenuang adalah memindahkan logam cair dari dapur pemanas ke
dalam cetakan dengan bantuan alat yang disebut ladel, kemudian
dituangkan ke dalam cetakan. Ladel berbentuk kerucut dan biasanya
terbuat dari plat baja yang terlapisi oleh batu tahan api. Saat penuangan
diusahakan sedekat mungkin dengan dapur sehingga dapat menghindari
logam coran yang membeku sebelum sampai ke cetakan yang diinginkan.
f.Membongkar dan Membersihkan CoranPada prinsipnya pembongkaran hasil pengecoran logam dari cetakan
dilakukan secara langsung atau mekanis. Setelah benda cetakan membeku
atau dingin sampai temperatur rendah., cetakan dibongkar, tempat
pembongkaran harus memiliki sarana ventilasi udara yang baik.
g.Pemeriksaan Coran
Pada proses pengecoran pemeriksaan hasil coran mempunyai tujuan
yang memelihara kualitas dan penyempurnaan teknik. Dari pemeriksaan
maka akan diketahui kekurangan suatu proses yang telah dilakukan,
dimana adanya kekurangan tersebut akan meningkatkan hasil yang
berkualiatas.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
28/94
17
Untuk mendapatkan sifat aluminium yang baru biasa dilakukan dengan
jalan menambahkan unsur-unsur paduan kedalam aluminium murni. Namun
ada juga yang melakukan penggabungan beberapa paduan aluminium dengan
jalan pengecoran (penuangan) untuk memperoleh sifat mekanis bahan yang
lebih baik.
B. Sifat-sifat Bahan
1. Komposisi
Uji komposisi merupakan pengujian yang berfungsi untuk mengetahui
seberapa besar atau seberapa banyak jumlah suatu kandungan yang terdapat
pada suatu logam, baik logam ferro maupun logam non ferro. Uji komposisi
biasanya dilakukan ditempat pabrik-pabrik atau perusahaan logam yang
jumlah produksinya besar, ataupun juga terdapat di Instititut pendidikan yang
khusus mempelajari tentang logam.
Proses pengujian komposisi berlangsung dengan pembakaran bahan
menggunakan elektroda dimana terjadi suhu rekristalisasi, dari suhu
rekristalisasi terjadi penguraian unsur yang masing-masing beda warnanya.
Penentuan kadar berdasar sensor perbedaan warna. Proses pembakaran
elektroda ini tidak lebih dari tiga detik. Pengujian komposisi dapat dilakukan
untuk menentukan jenis bahan yang digunakan dengan melihat persentase
unsur yang ada.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
29/94
18
2. Kekuatan Tarik
Proses pengujian tarik mempunyai tujuan utama untuk mengetahui
kekuatan tarik bahan uji. Bahan uji adalah bahan yang akan digunakan sebagai
konstruksi, agar siap menerima pembebanan dalam bentuk tarikan.
Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan
memberikan gaya yang berlawanan pada benda dengan arah menjauh dari titik
tengah atau dengan memberikan gaya tarik pada salah satu ujung benda dan
ujung benda yang lain diikat.
Gambar 3. Pembebanan tarik
Penarikan gaya terhadap bahan akan mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk (deformasi) bahan tersebut. Kemungkinan ini akan diketahui melalui
proses pengujian tarik. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah
proses pergeseran butiran-butiran kristal logam yang mengakibatkan
melemahnya gaya elektromagnetiksetiap atom logam hingga terlepasnya ikatan
tersebut oleh penarikan gaya maksimum. Penyusunan butiran kristal logam
yang diakibatkan oleh adanya penambahan volume ruang gerak dari setiap
butiran dan ikatan atom yang masih memiliki gaya elektromagnetik, secara
otomatis bisa memperpanjang bahan tersebut.
Hasil yang diperoleh dari proses pengujian tarik adalah grafik tegangan-
regangan, parameter kekuatan dan keliatan material pengujian dalam prosen
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
30/94
19
perpanjangan, kontraksi atau reduksi penampang patah, dan bentuk permukaan
patahannya.
Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelan-pelan
bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai
perpanjangan yang dialami benda uji. Kemudian dapat dihasilkan kurva
tegangan dan regangan.
Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang
mula-mula benda uji.
oA
P= ..(1)
Dimana :
= Tegangan nominal )(2
mm
kg
P = Gaya tarik aksial (kg)
oA = Luas penampang normal (mm2 )
Gambar 4. Diagram tegangan-regangan
a.Bahan tidak ulet, tidak ada deformasi plastis, contoh: besi corb.Bahan ulet dengan titik luluh, misalnya pada baja carbn rendahc.Bahan ulet tanpa titk luluh yang jelas, misalnya aluminiumd.Kurva tegangan sesungguhnya remangan-tegangan nominalp : kekuatan patah f : regangan sebelum patah
u : kekuatan tarik x : titik patah
y : kekuatan luluh YP : titik luluh
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
31/94
20
Untuk menghitung luas penampang normal ( oA ) suatu spesimen dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
2
4dAo
= ..................................(2)
Dimana :
d = Diameter spesimen
Prosentase pertambahan panjang (regangan) diartikan sebagai
perpanjangan tiap satuan panjang, yang diperoleh dengan membagi
perpanjangan panjang ukur L mula-mula benda uji.
%1001 xL
LL
L
Le
o
o
o
=
= ................(3)
Dimana :
e = Regangan (%)
L 1 = Panjang akhir (mm)
oL = Panjang awal (mm)
Pembebanan tarik dilakukan secara menerus dengan menambahkan beban
sehingga akan mengakibatkan perubahan bentuk pada benda berupa
pertambahan panjang dan pengecilan serta bila diteruskan akan
mengakibatkan kepatahan pada bahan. Prosentase pengecilan yang terjadi
dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
%1001 xA
AA
A
Aq
o
o
o
=
= (4)
Dimana :
q = Reduksi penampang (%)
oA = Luas penampang mula (mm2)1A = Luas penampang terkecil setelah patah (mm
2)
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
32/94
21
Pengujian tarik dilaksanakan dengan mesin pengujian tarik Servopulser
yang selama pengujian akan mencatat setiap kondisi bahan sampai terjadinya
tegangan ultimate )( u , juga sekaligus akan menggambarkan diagram tarik
dari benda uji, adapun panjang L 1 akan diketahui sete1ah benda uji patah
dengan menggunakan pengukuran secara manual. Tegangan ultimate adalah
beban tertinggi yang bekerja pada luas penampang semula.
o
uu
AP= ..(5)
Dimana :
u = Tegangan Ultimate )(
2mm
kg
uP = Beban tertinggi yang bekerja (kg)
oA = Luas penampang semula (mm2)
Tegangan luluh ( y ) hasilnya haruslah lebih kecil dari tegangan maksimal
atau tegangan Ultimate ( u ), sedangkan tegangan luluh dinyatakan dengan
rumus :
o
y
yA
P= ........................................(6)
Dimana :
y = Tegangan luluh )( 2mm
kg
yP = Beban luluh yang bekerja (kg)
oA = Luas penampang semula (mm2)
Bahan yang liat biasanya memiliki grafik uji tarik dimana titikyield
langsung dapat diketahui. Bahan yang tidak liat biasanya titikyield-nya tidak
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
33/94
22
dapat dilihat secara langsung. Dengan memberikan tambahan beban, maka
regangan mulai bertambah. Akibatnya kurva tegangan-regangan akan
memiliki kemiringan (slope) tertentu, kemudian kemiringannya berubah
menjadi keeil sehingga kurvanya mendatar dan terjadi perpanjangan yang
besar tanpa tambahan gaya tarik. Gejala ini dikenal sebagai peluluhan
(yielding) bahan dan tegangan pada daerah ini disebut tegangan luluh (yield
stress) atau merupakan kekuatan luluh bahan. Akhirnya pembebanan
mencapai harga maksimum dan tegangannya disebut tegangan tertinggi
(ultimate stress) atau merupakan kekauatan tarik bahan. Kondisi selanjutnya
diikuti pengurangan beban dan akhirnya putus (failure).
Apabila suatu bahan seperti paduan aluminium tidak memiliki titik luluh
yang jelas dan masih mengalami regangan-regangan besar setelah batas luluh
terlewati, maka suatu tegangan luluh sembarang dapat ditentukan melalui
metoda offset(offsetmethod) (lihat gambar 5. Disini sebuah garis lurus ditarik
sejajar dengan bagian awal kurva yang linier pada diagram tegangan-regangan
yang berjarak 0,2% sampai 0,35% dari grafik keseluruhan (Suherman, 1987:
14). Perpotongan garis offset dengan kurva tegangan-regangan (titik A pada
gambar 5) didefinisikan sebagai tegangan luluh ( y ).
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
34/94
23
Gambar 5. Penentuan tegangan luluh dengan metode offset 0,2%
Kebanyakan bahan memiliki suatu daerah awal pada diagram tegangan-
regangan dimana bahan berkelakuan secara elastis dan linier. Jenis kelakuan
ini sangat penting dalam rekayasa dan mesin didesain untuk berfungsi pada
tegangan yang rendah dan agar menghindari terjadinya deformasi plastis.
Hubungan linier antara tegangan dan regangan dikenal sebagai hukum Hooke
(Shackelford, 1996) serta dinyatakan oleh persamaan :
E= (7)
dimana E adalah konstanta pembanding yang dikenal sebagai modulus
elastisitas dari bahan. Modulus elastisitas adalah kemiringan dari diagram
tegangan-regangan dalam daerah elastis linier, dan harganya tergantung pada
bahan.
3. Kekerasan
Pengujian kekerasan adalah satu pengujian dari sekian banyak pengujian
yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang relatif kecil
tanpa kesukaran mengenai spesifikasi benda uji. Pengujian yang banyak
dipakai adalah dengan cara menekankan penekanan tertentu kepada benda uji
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
35/94
24
dengan beban tertentu dan mengukur bekas hasil penekanan yang terbentuk di
atasnya (Surdia, 2000).
Terdapat tiga jenis umum mengenai ukuran kekerasan yang tergantung
pada cara melakukan pengujian. Ketiga jenis tersebut adalah kekerasan
goresan, kerasan lekukan dan kekerasan pantulan. Akan tetapi pengujian yang
sering dilakukan adalah pengujian penekanan. Pada pengujian penekanan
terdapat beberapa alat ujiyang dapat digunakan, antara lain dengan alat ujiBrinell,Vickers danRockwell.
Uji kekerasan Brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola yang
terbuat dari baja cram yang telah disepuh ke permukaan benda uji tanpa
sentakan. Tekanan yang digunakan berupa gaya tekan statis. Bola Brinell
mempunyai standart dengan diameter (D) sama dengan 10 mm dengan
penyimpangan maksimum saat beban tekan bekerja 0.005 mm. Selain itu
masih ada bola lain dengan diameter 0.65 mm, I mm, 1.25 mm, 2 mm, 2.5
mm, dan 5 mm. Pengujian kekerasan harus dilakukan sampai pada batas
plastis suatu benda uji, karena bila masih berada pada batas elastis benda uji
maka dikhawatirkan bekas pijakan akan kembali lagi, walaupun tidak pada
kondisi semula.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
36/94
25
Gambar 6. Prinsip Uji kekerasan brinell (Dieter : 1986)
Pada pengujian BHN ( Brinell Hardness Number), besar beban yang
bekerja tcrgantung pada diameter bola dan jenis benda uji, sedangkan untuk
penetrator diameternya tergantung dari tebal benda uji tersebut.
Tabel 4. Penggunaan diameter penetrator
Tebal benda uji (mm) Diameter penetrator (mm)
1 33 6
>6
D = 2,5D = 5,0
D = 10
Tabel 5. Nilai kekerasan brinell pada masing-masing beban
HB rata-rata2
D
P
Bahan
20 80
80 160
160
5
10
30
Aluminium,Tembaga
Kuningan, Paduan Cu
Baja, Besi cor
Tabel 6. Gaya maksimal masing-masing diameter penetrator
Penetrator
D (mm)
52=
D
P10
2=
D
P30
2=
D
P
Gaya (kg)
2,5
5
10
31,25
125
500
62,5
250
1000
187,5
750
300
Untuk mengetahui besarnya nilai kekerasan Brinell, maka digunakan
rumus sebagai berikut :
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
37/94
26
BHNinjakanbekaspenampangLuas
penetratorpadaGayaHB = (8)
BHNdDDD
PHB
)(
.2
22
=
Dimana :
HB = Harga kekerasanBrinell (BHN)
P = Gaya pada penetrator (kg)
D = Diameeter identor (mm)
d = Diameter bekas injakan (mm)
4. Struktur Mikro
Struktur mikro adalah struktur terkecil yang terdapat dalam suatu bahan
yang keberadaannya tidak dapat di lihat dengan mata telanjang, tetapi harus
menggunakan alat pengamat struktur mikro diantaranya; mikroskop cahaya,
mikroskop electron, mikroskop field ion, mikroskop field emission dan
mikroskop sinar-X. Penelitian ini menggunakan mikroskop cahaya, adapun
manfaat dari pengamatan struktur mikro ini adalah:
1. Mempelajari hubungan antara sifat-sifat bahan dengan struktur dan cacatpada bahan.
2. Memperkirakan sifat bahan jika hubungan tersebut sudah diketahui.Langkah-langkah untuk melakukan pengamatan struktur mikro adalah
pemotongan spesimen menjadi ukuran yang kecil kurang lebih seukuran 10mm
x 10mm x 10mm, penempatan spesimen ke dalam cetakan dan cetakan tadi di
isi resin yang bertujuan untuk memermudah dalam proses penghalusan,
pengampelasan dengan menggunakan amplas halus secara berurutan, mulai
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
38/94
27
dari yang paling kasar (nomor kecil) sampai yang halus (nomor besar),
pemolesan dengan menggunakan bubuk penggosok ataupun pasta diamond.
Pemeriksaan struktur mikro memberikan informasi tentang bentuk struktur,
ukuran butir dan banyaknya bagian struktur yang berbeda.
5. Fatigue
Patahan lelah disebabkan oleh tegangan yang berfluktuasi, dan juga
dijumpai pada tegangan kurang dari 1/3 kekuatan tarik statik pada bahan
struktur tanpa konsentrasi tegangan. Dalam keadaan dimana pemusatan
tegangan diperhitungkan, mungkin bahan akan putus pada tegangan yang
lebih rendah. Jadi kelelahan memegang peranan utama dalam putusnya bahan
secara mendadak pada penggunaan suatu struktur atau komponen.
Semua patahan yang disebabkan kelelahan melalui tahapan proses :
1. Terjadi keretakan lelah.
2. Perambatan retakan lelah.
3. Patahan statik terhadap luas penampang.
Oleh karena itu pencegahan masing-masing perlu dilakukan pada setiap
tahapan proses tersebut dibagian yang paling efektif. Dengan pembebanan
statis, retak dapat diinisiasi sebagai hasil dari deformasi plastis berulang.
Walaupun tegangan nominal masih dalam batas elastis secara lokal tegangan
dapat diatas luluh karena konsentrasi tegangan pada cacat atau takikan
mekanis. Konsekuensinya deformasi plastis terjadi secara lokal pada skala
mikro.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
39/94
28
Material yang mengalami siklus tegangan bolakbalik dapat mengalami
kegagalan pada tegangan yang relatif lebih rendah (dibawah kekuatan elastis
material). Batas daya tahan material adalah tegangan satuan maksimum
dimana material dapat menahan dengan siklus tak hingga tanpa mengalami
kegagalan .
Salah satu sifat mekanis material adalah kelelahan (fatique). Sifat ini
merupakan kekuatan material yang juga berpengaruh terhadap patahnya suatu
logam. Dengan pembebanan tunggal kita bisa mengkarakterisasi sifat material
logam, misalnya dengan uji tarik dan uji impak. Namun pada kenyataannya,
beberapa aplikasi yang ada sering memunculkan adanya beban siklik (cyclic
loading) dari pada beban statis. Dan dengan begitu akan muncul masalah yang
khusus dalam penggunaan suatu material. Kekuatan fatik adalah fenomena
umum dari kegagalan material setelah beberapa siklus pembebanan diberikan
pada tingkat tegang di bawah tegangan tarik maksimal (ultimate tensile
strenght). Di bawah ini adalah contoh grafik kegagalan material setelah
mengalami beban dengan siklus tak hingga.
Gambar 7: Grafik kegagalan material setelah mengalami
beban dengan siklus tak hingga
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
40/94
29
Untuk mengetahui besar pembebanan untuk uji fatik ini sebelumnya
dilakukan dahulu pengujian tarik, langkah ini di maksudkan untuk mengetahui
tegangan tarik maksimal suatu material , karena dalam pengujian fatik ini
harga tegangan harus dibawah tegangan ultimate gambar dibawah ini
menggambarkan uji laboratorium yang digunakan untuk memprediksi nilai
tegangan (stress -level) sebelum dikenakan uji fatik.
Gambar 8: Gambar komponen alat uji fatik
Salah satu jenis kurva fatik dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Gambar 9: Gambar kurfa fatik aluminium tipe S-N dengan tanpa ada
titik batas lelah (Easley, and Rolfe 1981, Figure 14.14)
Data tersebut menunjukkan bahwa material pada saat tegangan 40 ksi
siklus yang didapatkan adalah5
10 , saat pembebanan 30 ksi siklus yang
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
41/94
30
didapatkan adalah 610 , saat pembebanan 20 ksi siklus yang didapatkan adalah
710 lebih, dan pada pembebanan 10 ksi siklus yang didapatkan adalah 810 .
Hal ini menunjukkan bahwa material aluminium tidak mempunyai titik batas
(endurance limit).
Setelah mendapatkan nilai tegangan ultimate/tegangan maksimal dari
proses pengujian tarik maka tegangan ultimate ( u ) digunakan untuk
menentukan beban yang akan di berikan pada proses pengujian fatik, yaitu
dengan cara:
Gambar 10. Alat uji fatik
Gambar 11. Sketsa alat uji Fatik
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
42/94
31
I
CM.= ..(9)
Rumus tersebut di atas dapat di jabarkan menjadi :
4.64
2.
2
.
d
daP
= ...(10)
Untuk mencari beban (P) yang akan digunakan, maka persamaan tersebut
menjadi :
4.64
2.
2
.
d
daP
=
2.
2
..
64. 4
daPd =
2.
2..64
. 4
aPd
d
=
Jadi beban (P) :
ad
d
P.
2.2..4
. 4
= ........(11)
Dimana :
P = Beban yang akan digunakan (kg)
= Tegangan (2
mm
kg)
d = Diameter benda uji (mm)
a = Panjang dari bearing ke dudukan (felerum) (mm)
L = Panjang dari dudukan (felerum) ke dudukan berikutnya (mm)
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
43/94
32
M = Momen puntir berlawanan (mm
kg)
C = Constanta empiris (2
d)
I = Momen Inersia bahan ( 4mm )
Endurance limit(batas daya tahan material) adalah ciri khas dari logam-
logam yang mengandung Ferro. Pada logam-logam non ferro batas daya tahan
material ini tidak jelas terlihat bahkan tidak ada. Demikian halnya dengan
paduan Al. Logam ini tidak mempunyai endurance limit (batas daya tahan
material), walaupun pada kenyataannya jika diturunkan maka akan
memberikan jumlah siklus yang lebih banyak. Dibawah ini adalah gambar dari
suatu ilustrasi bagaimana tekanan berulang dapat menghasilkan kelainan
bentuk plastik dipermukaan campuran logam secara cepat.
Gambar 12: Ilustrasi tekanan berulang
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
44/94
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian adalah cara yang dipakai dalam suatu kegiatan
penelitian, sehingga mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis dan ilmiah. Bahan yang akan diteliti adalah paduan aluminium dari
sekrap (pelek mobil bekas) yang terdapat pada industri pengecoran pelek Kripton
Gama Jaya produsen pelek kendaraan merek POWER Kecamatan
Banguntapan Kabupaten Bantul.
A. Bahan Penelitian
Spesimen dibuat dari bahan yang berasal dari pelek mobil bekas yang
kemudian di cor kembali. Sebagai bahan spesimen uji komposisi, foto mikro dan
makro, uji tarik, uji kekerasan dan uji fatik/lelah. Dimensi spesimen pengujian
untuk uji fatik geometrinya dibuat sesuai dengan manual pada, Schenck Rotary
Bending Machine PUPN (Simplex) yang menggunakan standar JIS Z2201 No.14
A. Sedangkan pada uji tarik menggunakan standar ASTM E8. Berikut ini adalah
dimensi spesimen uji fatik dan uji tarik:
Gambar 13. Dimensi uji fatik JIS Z2201 No. 14 A
33
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
45/94
34
Gambar 14. Dimensi uji tarik ASTM E8
Jumlah spesimen dalam pengujian ini adalah 28 batang. Untuk uji tarik
disediakan 4 batang dan diberi beban sama sejumlah 4 ton per spesimen.
Sedangkan untuk uji fatik disediakan 24 batang yang terdiri dari 12 batang R1
(raw material) dan 12 batang R2 (R1 yang dicor kembali/remelting) dengan
beban yang berbeda-beda.
B. Alat-Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mesin uji komposisi.
b. Mesin gergaji.
c. Mesin uji Fatik tipe Schenck Rotary Bending Machine PUPN (Simplex).
d. Mesin uji tarik Servopulser.
e. Dapur crusibel tanah.
f. Mesin bubut.
g. Mesin Frais.
h. Kamera foto struktur mikro.
i. Kamera foto struktur makro.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
46/94
35
C. Proses Pengecoran
Pengecoran dilakukan di pabrik Kripton Gama Jaya produsen pelek
kendaraan merek POWER Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Bahan
baku berasal dari sekrap pelek mobil bekas yang di cor kembali dalam dapur
crusibel tanah sederhana dengan menggunakan minyak tanah sebagai bahan
bakunya dan ditempatkan dalam tabung udara serta diberikan tekanan
menggunakan udara. Berikut ini adalah cara pengecoran aluminium yang akan di
buat menjadi spesimen :
a. Pembersihan Cetakan b. Peleburan pelekmobil c.Fluk/pembersih
kotoran
d. Fluks dimasukkan e.Ditahan pada suhu 725 C0 f. Suhu cetakan 300 C0
g. Memasukkan logam h. Pendinginan i. Dapur crusible tanah
Gambar 15. Urutan proses pengecoran aluminium
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
47/94
36
Langkah proses pengecoran aluminium dengan menggunakan cetakan
logam adalah sebagai berikut :
a. Sebelum cetakan di gunakan, cetakan harus dibersihkan dulu serta di
semprotkan kapur cair ke dalam permukaannya agar bersih serta pada saat
akan mengambil coran tidak lengket pada cetakan.
b. Peleburan pelekaluminium bekas sebagai bahan dasar.
c. Setelah aluminium mencair semua kemudian masukkan fluks. Fluks
berguna untuk mengangkat kotoran pada saat proses pengecoran.
d. Setelah bersih, tahan pada suhu sekitar 725 0 C
e. Panaskan cetakan pada suhu 300 C0 agar pada saat penuangan logam coran
tidak membeku sebelum memenuhi cetakan.
f. Masukkan logam coran ke dalam cetakan, usahakan cetakan jangan terlalu
jauh letaknya dengan dapur pengecoran.
g. Setelah itu buka cetakan dan keluarkan hasilnya dari cetakan serta
dinginkan dengan pendingin udara.
D.Langkah-langkah Pengujian :
1. Uji Komposisi
Uji komposisi dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia yang
terkandung dalam bahan spesimen atau prosentase dari tiap unsur pembentuk
bahan spesimen misalnya C, Si, Fe, Cu, Mg, Al dan unsur lainnya. Langkah
pengujian komposisi adalah sebagai berikut :
a. Spesimen yang telah dipotong minimal sepanjang 15 mm dibersihkan
permukaannya dengan dibubut muka terlebih dulu sampai halus dan rata.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
48/94
37
b. Spesimen diletakkan pada beddan dibakar dengan semacam elektroda atau
sinar laser hingga bahan mengalami pencairan atau rekristalisasi. Proses
pembakaran elektroda ini tidak lebih dari tiga detik Alat uji komposisi
akan menangkap wama sensor cahaya hasil dari proses rekristalisasi dan
diteruskan ke dalam program komputer dan mencatat hasilnya.
2. Pembuatan Spesimen
Pembuatan spesimen dilakukan dalam beberapa tahapan permesinan yang
tertuang dalam langkah-langkah pembuatan di bawah ini :
a. Proses pembuatan fatik spesimen menurut standar JIS Z220 I No. 14 A1) Memotong bahan ukuran 15 X 230 mm sebanyak 12buah dengan
mesin gergaji.
2) Membubut bahan hingga berukuran 11,8 X 225 mm sesuai bentuk
standar JIS Z2201 No. 14 A
b. Proses pembuatan tarik spesimen menurut standar ASTM E81) Memotong bahan ukuran 20 X 130 mm sebanyak 12buah dengan
mesin gergaji.
2) Membubut bahan hingga berukuran 17,5 X 125 mm sesuai bentuk
standar ASTM E8
c. Pembuatan spesimen untuk Foto mikro dan uji kekerasan dengan 20mm
d. ProsesfinishingFinishing atau penghalusan spesimen dengan kertas ampelas pada mesin
bubut.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
49/94
38
3. Foto mikro
Langkah sebelum melakukan pengujian foto mikro adalah pemolesan.
Pemolesan dilakukan baik pada raw materials ataupun spesimen yang di
remelting dengan menggunakan ampelas mulai dari ampelas no. 800 sampai no.
1500 kemudian diberi autosol agar lebih halus dan mengkilap. lni dilaksanakn
di laboratorium bahan S1 UGM dengan mesin ampelas. Setelah pemolesan
selesai, baru melaksanakan foto mikro terhadap bahan tersebut dengan mesin
mesin foto struktur mikro.
Gambar 16. Mesin foto struktur mikro
Langkah-langkah pengujian struktur mikro :
a. Spesimen yang akan dilakukan uji foto mikro harus rata terhadap bidangukur, sehingga spesimen tersebut diampelas dengan menggunakan ampelas
halus, kemudian melakukan finishing dengan menggosok spesimen
menggunakan autosol.
b. Nyalakan mikroskop dengan menekan ON pada power switch .c. Letakan spesimen pada stage.d.
Pilih cahaya yang sesuai dengan memutar light intensity control knop.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
50/94
39
e. Pilih perbesaran lensa objektif dengan memutar revolving nosepiece.f. Lihat gambar pada eyepieceyaitu pada lensa okuler.g. Fokuskan gambar.h. Pilih lokasi yang akan diinginkan deengan memutar stage drive control
knop.
i. Pemotretan: masukan film pada kamera, pilih spesifik gambar yang akandiambil denganphoto unit adjuster dial, dan tekan exposeuntuk melakukan
pemotretan.
4. Pengujian KekerasanBrinell
Gambar 17. Mesin uji kekerasan brinell
Langkah pengujian kekerasanBrinell :
a. Siapkan spesimen yang akan diuji, yaitu dengan mengampelasspesimen sampai dengan nomor ampelas 1500, kondisikan rata dan
tegak lurus pada benda uji.
b. ON-kan mesin uji kekerasanBrinell.c. Tentukan tekanan yang akan diberikan oleh mesin sesuai dengan
spesifikasi benda uji tersebut.
d. Tempatkan benda uji pada stage. Fokuskan gambar.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
51/94
40
e. Pilih lokasi yang akan diinginkan dengan memutar stage drivecontrolknop.
f. Geser tuasnya sehingga bergerak ke atas (bola Brinell bekerjamenekan).
g. Jika tuas sudah berhenti, tarik dan kembalikan pada posisi semula.h. Ukur diameter jejak bolaBrinell pada layar mikroskop.i. Catat hasilnya.
5. Pengujian TarikPengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik dari
material sebelum dilakukan pengujian fatik. Dengan demikian akan dapat
diketahui kekuatan atau beban maksimun dari material yang selanjutnya dapat
diketahui kekuatan atau beban luluhnya. Beban luluh inilah yang digunakan
sebagai patokan pembebanan pada pengujian fatik, dimana berkisar antara (20 -
80) % dari kekuatan luluh tersebut.
Langkah-langkah pengujian tarik adalah :
1. Siapkan spesimen yang akan diuji, yaitu dengan mengampelas spesimensampai dengan nomor ampelas 1500, tempatkan benda pada mesin
Servopulserdan jepit kedua ujung batang secara tegak lurus.
2. Siapkan milimeter book pada ploter yang sudah tersedia dalam mesin uji.3. Atur skala beban sesuai dengan yang kita kehendaki.4. Penarikan dimulai dari beban nol dengan penambahan beban perlahan-lahan
dan merata sehingga tidak terjadi beban kejutan.
5. Selama penarikan berlangsung, berarti terjadi perpanjangan dan pengecilanspesimen hingga putus.
6. Hasil dari pengujian dapat dilihat pada kertas milimeter book yang telah dipasang di dalam ploteryang berupa grafik, serta penunjuk beban maksimal
pada alat Servopulser.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
52/94
41
Gambar 18. Mesin uji tarikservopulser
6.Pengujian Fatik5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4
Gambar 19. Mesin uji fatikRotary Bending
Keterangan :
1.Handle pengatur beban.
2. Skala penunjuk beban.3.Handle penahan saat mengatur beban.
4. Tombol penanda ON/OFF.
5. Cekam kiri.
6. Pemberat kiri.
7. Benda kerja.
8. Pemberat kanan.
9. Cekam kanan.
10. Motor listrik
11. Meteran penunjuk siklus (N)
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
53/94
42
Pengujian fatik ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lelah dari
material sebelum dan sesudah dilakukan remelting. Dengan demikian dilakukan
dua macam pengujian yaitu untuk raw material dan remelting material.
Banyaknya pengujian untuk spesimen tanpa remelting adalah 12 buah dan untuk
spesimen yang telah mengalami remelting adalah 12 buah untuk tiap variasi
beban.
Langkah-Iangkah yang dilakukan dalm pengujian fatik yaitu :
a. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti: mesin uji fatik, bandul
beban, kunci-kunci pendukung (cekam), obeng (-) dan (+) dan lembar
pengamatan (pulpen dan stopwatch)
b. Membuka tutup pengaman mesin uji yang terbuat dari fiber glass.
sehingga transparan dan letakkan di tempat yang aman.
c. Netralkan/nol (0) kan beban dengan menggunakan handle pengatur
beban dan lihat jarum penunjuk bebannya.
d. Melepas spesimen contoh yang terpasang di alat dari cekam sebalah kiri
dan kanan dengan menariknya keluar.
e. Memasang spesimen yang kita buat ke mesin fatik dengan memasukkan
kedalam cekam sebelah kiri ke cekam sebelah kanan dengan pengunci
cekam yang dilonggarkan.
f. Atur besar beban yang sesuai dengan perhitungan dengan memutar
handle putar beban sambil memperhatikan jarum penenjuk beban.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
54/94
43
g. Memulai dengan beban yang terbesar terlebih dulu. Beban berasl dari
0,2 - 0,8 dikalikan dengan kekuatan luluh rata-rata pada pengujian tarik
raw matreial (20-80% y ).
h. Menutup mesin dengan tutup pelindung dan mencatat data siklus (N)
yang tertera pada meteran pada mesin sebelah kanan.
i. Menghidupkan mesin uji dengan menekan tombol ON, kemudian handle
beban kita lepaskan secara perlahan agar tidak terjadi beban kejut.
j. Setelah spesimen patah, catat hasil pada meteran siklus (N), mesin secara
otomatis akan berhenti atau mati dengan sendirinya.
k. Melepas spesimen yang telah patah caranya hampir sama dengan saat
memasang spesimen. Buka tutup mesin, lepaskan cekam kiri bersama
spesimen yang telah patah dan melepas spesimen dari cekam kanan
dengan mengendorkan mur pengunci cekam. Kemudian memasang
spesimen berikutnya dengan beban yang lebih rendah dari sebelunmya.
l. Penurunan beban berikutnya dapat dilakukan secara berurutan atau jika
pada beban terbesar siklus yang diperoleh sedikit atau cepat patah, maka
beban bisa diturunkan ke yang terendah atau tengah-tengah.
m. Setelah raw materials selesai, maka lanjutkan pengujian pada spesimen
yang dikenakan pengecoran kembali (remelting). Sesekali memeriksa
atau menambahkan grease yang terdapat pada bantalan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Lembar pengamatan sangat diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah ini
akan mempermudah dalam proses pengolahan data selanjutnya. Dengan
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
55/94
44
menggunakan lembar pengamatan tersebut diharapkan penelitian yang dilakukan
dapat berjalan dengan lancar dan tertib serta data yang didapat tercatat dengan
baik. Wawancara dengan ahli metalurgi akan, memberikan gambaran umum
mengenai penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu perlu konsultasi dengan
pakar/ahli metalurgi sebelum melakukan penelitian dan persiapan bahan serta
instrumen lainnya. Adapun lembar pengamatan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 7. Lembar pengamatan uji tarik
Kekuatan (kg/mm 2 ) Perpanjangan (%) Kontraksi (%)Parameter
Spesimeny
u oL 1L e oA 1A q
1
2
3
4
Keterangan :
y = Kekuatan luluh (yield).
u = Kekuatan tarik.
oL = Panjang sebelum ditarik.
1L = Panjang.setelah ditarik.
e = Prosen perpanjangan (regangan).
oA = Luas penampang sebelum putus.
1A = Luas penampang setelah putus.
q = Prosen kontraksi (reduksi penampang).
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
56/94
45
Tabel 8. Lembar pengamatan uji fatik
Spesimen
()
TeganganMaksimal
(MPa)
Jumlah Siklus
(N)
Beban )( uP
(kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan :
(.) dapat diisi :Raw material (R1)
Material R1 yang telah di cor kembali/remelting
(R2)
F. Diagram Alur Penelitian
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
57/94
46
Gambar 20. Alur penelitian
Pengecoran ke I
(raw material)
Pengecoran ke II
( remelting)
KekerasanFoto mikro
dan makro
TarikKomposisi Fatiq
Hasil
Analisis data
Simpulan
Bahan Paduan
Alumunium
Spesimen
Spesimen
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
58/94
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang akan diuraikan meliputi : komposisi
unsur kimia, pengamatan struktur mikro dan makro, kekerasan, kekuatan tarik,
serta kelelahan/fatik.
A. HASIL PENELITIAN1. Komposisi Kimia
Hasil penguji komposisi raw material dan aluminium setelah
remelting pada penelitian ini dituangkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Komposisi raw material
Unsur (%)
Si 6,80888
Fe 0,14908
Cu 0,0315
Mn 0,00707
Mg 0,24992
Zn 0,02003
Ti 0,13718
Cr 0,00268
Ni 0,00309
Pb -
Sn 0,00283
Na -Sb 0,00223
Al 92,58575
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
59/94
48
Tabel 10. Hasil Uji Komposisi setelah di remeltingUnsur (%)
Si 6,73Fe 0,1701
Cu 0,072
Mn 0,0029
Mg 0,2323
Zn 0,0456
Ti 0,1349
Cr 0,0024
Ni 0,003
Pb 0,0021
Sn 0,0034
Na -Sb -
Al 92,60
Berdasarkan pada tabel nomer 2 atau sesuai dengan klasifikasi
paduan aluminium tempaan hasil pengujian komposisi pada bahan
aluminium tuang raw material dan paduan aluminium remelting seperti
ditunjukkan pada Tabel 9 dan 10 maka aluminium tuang tersebut diatas
termasuk ke dalam kelompok 4030-4039 atau menurut standar Alcoa
(Aluminium Company of America) dapat digolongkan pada kelompok 30S-
39S, yang terdiri dari AlSi. Sedangkan menurut Ramsden (2004)
membentuk paduan aluminium 357.0 F.
2. Struktur mikroSetiap spesimen yang akan di lakukan pengujian seharusnya
dilakukan foto mikro dahulu, tujuannya adalah untuk menganalisa struktur
pada benda uji atau spesimen agar kita nantinya dapat menentukan langkah
selanjutnya dalam pengujian tarik dan fatik.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
60/94
49
Gambar 21. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali
Gambar 22. Foto mikro raw material perbesaran 500 kali
Foto mikro yang ditunjukkan pada gambar raw material perbesaran
200 kali dan foto mikro raw material perbesaran 500 kali diatas
menunjukkan larutan padat yang banyak, menyebar merata dan berukuran
sedang. Larutan yang berwarna hitam berbintik-bintik dan mengendap serta
Al
Si
Al
Si
Mg
100
20
Si
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
61/94
50
mengelilingi warna keabu-abuan (Mg) adalah larutan Si. Larutan yang
berwarna kelabu dan kedudukannya didalam Si adalah Mg.
Gambar 23. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting
dengan perbesaran 200 kali
Gambar 24. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting
dengan perbesaran 500 kali
Foto mikro yang ditunjukkan pada gambar paduan aluminium setelah
di remelting dengan perbesaran 200 kali dan 500 kali menunjukkan bahwa
Al
Si
Cu
Mg
Al
Si
100
20
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
62/94
51
larutan padat yang sedikit, posisinya menyebar dan berukuran sedang.
Larutan Si berwarna hitam bintik-bintik dan mengendap serta mengelilingi
warna keabu-abuan (Mg). Untuk Mg letaknya di dalam Si dan berwarna
abu-abu. Sedangkan untuk larutan Cu memiliki warna abu-abu agak
kemerah-merahan. Larutan Si dalam paduan aluminium setelah di remelting
tidak sebanyak paduan aluminium raw material, sehingga menyebabkan
spesimen paduan aluminium setelah di remelting kurang bagus ketahanan
korosinya dibandingkan raw material dan spesimen ini mudah untuk
dikerjakan dalam permesinan karena banyak terdapat Cu.
Gambar 25. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali
yang menunjukkan porositas.
Porositas
100
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
63/94
52
Gambar 26. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting
perbesaran 200 kali yang menunjukkan porositas.
Dari gambar foto mikro raw material perbesaran 200 kali dan foto
mikro paduan aluminium setelah di remelting, menunjukkan bahwa paduan
aluminium setelah di remelting mempunyai porositas yang lebih besar bila
di bandingkan dengan bahan pengecoran dasar (raw material). Hal ini
disebabkan oleh adanya gas hidrogen yang dapat larut pada aluminium cair
kemudian setelah logam membeku gas hydrogen tersebut terjebak serta oleh
adanya pula penyusutan logam yang terjadi pada saat logam bertransformasi
dari fase cair ke padat. Ini sesuai dengan pernyataan Neff (2002) yang di
tulis dalam papernya.
3. Uji kekerasanUji kekerasan dalam spesimen ini menggunakan uji kekerasan brinell,
sehingga menghasilkan data nilai kekerasan (BHN). Hasil kekerasan brinell
ditunjukkan dengan tabel berikut ini:
Porositas
100
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
64/94
53
Tabel 11. Spesimen raw material
No. D (mm) Harga KekerasanBrinell
1 0,82 57,6
2 0,80 60,6
3 0,81 59,0
Rata-rata06,59
3
2,177=
Tabel 12. Spesimen paduan aluminium setelah di remelting
No. D (mm) Harga KekerasanBrinell
1 0,83 56,1
2 0,80 60,6
3 0,82 57,6
Rata-rata1,58
3
3,174=
Pengujian dilakukan menggunakan beban 31,25 kg dengan diameter
penetrator 2,5 mm. Pengujian sebanyak 3 titik per spesimen, posisi titik dari
tepi ke tengah. Dilihat dari tabel 9 dan 10 maka nilai kekerasan brinell pada
spesimen yang telah di remelting mengalami penurunan sebanyak 1,62 %.
Walaupun tidak begitu signifikan hal ini menunjukkan bahwa spesimen raw
material lebih keras daripada spesimen yang dikerjakan dengan proses
remelting, hal ini dapat dilihat dengan diagram batang berikut ini :
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
65/94
54
59,06 58,1
0
10
20
30
40
50
60
Kekerasan(BHN)
Raw material Spesimen setelah di
remelting
Spesimen
Gambar 27. Nilai kekerasan paduan aluminium
4. Uji TarikPengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari
material aluminium tuang sebagai material uji dalam penelitian ini. Hasil
pengujian tarik pada umumnya adalah parameter kekuatan (kekuatan tarik
dan kekuatan luluh), parameter keliatan/keuletan yang ditunjukkan dengan
adanya prosen perpanjangan (e) dan prosen kontraksi atau reduksi (q)
penampang patah dan bentuk-bentuk penampang patah.
Pengujian dengan menggunakan mesin servopulser pada skala beban
4 ton dan menggunakan spesimen standar untuk pengujian tarik ASTM E8.
Pengujian tarik ini bertujuan untuk mendapatkan data kekuatan tarik
maksimal atau tegangan Ultimate yang akan digunakan untuk penentuan
besarnya beban pada pengujian fatik. Dari hasil pengujian tarik didapatkan
data sebagai berikut:
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
66/94
55
Tabel 13. Data hasil uji tarik
Benda Pembebananyang diberikan
(ton)
Beban(%)
Beban(kg)
0L (mm)
1L (mm) )(mm
L
0d (mm)
1d )(mm
d )(mm
1 4 43,0% 1720 49,98 52,88 2,9 12,28 12,20 0,08
2 4 45,7% 1828 49,97 53,12 3,15 12,27 12,18 0,09
3 4 41,9% 1676 50 52,99 2,99 12,35 12,24 0,11
Tabel 14. Data hasil uji tarik
SpesimenuP
(kg)
yP
(kg)
oA
( 2mm )
1A
( 2mm )
y
(Mpa)
u
(MPa)
e
(%)
q
(%)
1 1720 1495,65 118,37 116,8 123,774 142,39 5,8 1,3
2 1828 1056,64 118,18 116,45 87,61 151,50 6,3 1,46
3 1676 1297,5 119,73 117,6 106,13 137,2 5,98 1,77
Jadi tegangan maksimal (Ultimate) rata-rata yang akan berguna untuk
penentuan beban fatik adalah :
3
321 uuu
u ratarata
++
=
= 2)3
1446,1553,14
( mm
kg++
= 14,672
mm
kg= 143,76 MPa................(12)
5. Uji FatikPengujian kelelahan yang dilakukan dalam penelitian ini dipergunakan
untuk mengetahui umur lelah material paduan aluminium tuang sebagai
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
67/94
56
spesimen pengujian yang digunakan adalah aluminium dari pelek mobil
ataupun motor. Penelitian ini menggunakan dua jenis spesimen uji lelah
yang terdiri dari spesimen raw material dan spesimen pengecoran ulang
(remelting).
Metode penyajian data hasil pengujian dengan menggunakan kurva S-
N. Kurva S-N hasil pengujian untuk material paduan aluminium tuang
ditunjukkan pada gambar 26.
Hubungan antar level tegangan dan siklus pembebanan tersebut seperti
yang dinyatakan dalam persamaan 12.
p
a NC
= . .................................................................(12)
atau N. pa = CpCCuntuk
1
=
Dimana : a = amplitudo tegangan
N = jumlah putaran hingga terjadi kegagalan
C dan p= konstanta empiris bahan
S2 = 409,26N-0,1331
S1 = 476,6N-0,1422
0
20
40
60
80
100
120
10000 100000 1000000 10000000
SIKLUS (N)
TEGANGAN(
MPa)
Remelting
Raw material
Pow er ( Remelting)
Pow er (Raw material)
Gambar 28. Kurva S N hasil pengujian lelah.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
68/94
57
Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hubungan persamaan level
tegangan dan siklus pembebanan sebagai berikut :
a. Persamaan untuk spesimen raw materialS = 476,6 1422,0N ...................................................(13)
b. Persamaan untuk spesimen paduan aluminium setelah di remeltingS = 409,26 1331,0N .................................................(14)
Dari grafik di atas tergambar bahwa proses remelting mempunyai
persamaan grafik yang berada di bawah persamaan grafik raw material.
Pada level tegangan tinggi sebesar 103,488 MPa yang sama setelah
dilakukan proses remelting terjadi penurunan siklus (N) sebanyak 19,8 %,
sehingga hal ini membuktikan bahwa perlakuan remelting dapat
menurunkan siklus (N) fatik yang diterima oleh suatu paduan aluminium, ini
dikarenakan oleh adanya cacat pada waktu pengecoran yaitu terjadinya
porositas ataupun penyusutan.
Hasil penampang patah spesimen uji lelah juga menunjukkan adanya
karakteristik patah lelah, seperti pembentukan retak awal (initial crack),
daerah perambatan retak (beach mark), dan daerah patah tiba-tiba/statis
( final fracture), kondisi tersebut seperti ditunjukkan pada gambar 29 dan
gambar30. Daerah perambatan retak digambarkan seperti pada garis pantai.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
69/94
58
Gambar 29. Penampang patah lelah pada spesimen raw material
Gambar 30. Penampang patah lelah pada spesimen remelting
Patah
statis/tiba-tiba
Daerah
perambatan retak
Retak awal
Patah
statis/tiba-tiba
Retak awal
Daerah
perambatan retak
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
70/94
59
BAB V
PENUTUP
A. SimpulanDari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Aluminium dalam penelitian ini termasuk dalam paduan Al-Si, karena92,60% adalah aluminium, 6,73% Si dan sisanya adalah paduan unsur
lain. Setelah dilakukan foto mikro ternyata paduan aluminium yang telah
di remelting mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan
raw material, sedangkan untuk unsur-unsur paduannya tidak begitu
banyak mengalami perubahan yang signifikan. Porositas disebabkan oleh
peningkatan gas hidrogen pada saat peleburan dan penyusutan pada saat
logam bertransformasi dari fasa cair ke padat, tetapi unsur-unsur
paduannya relatif tidak mengalami perubahan.
2. Proses remelting mempengaruhi sifat mekanis pada paduan alumunium,yaitu terdapat penurunan kekerasan sebesar 1,62% (raw material
mempunyai harga kekerasan Brinell = 59,06 BHN sedangkan paduan
alumunium dengan proses remelting mempunyai harga kekerasan brinell
sebesar = 58,1 BHN). Pada pengujian tarik hanya dilakukan untuk langkah
menuju ke pengujian fatik, sehingga hanya diambil dari data benda raw
material saja. Tegangan ultimate raw material aluminium paduan ini
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
71/94
60
adalah sebesar 143,76 MPa, sedangkan untuk tegangan luluhnya sebesar
109,56 MPa.
3. Kekuatan fatik pada paduan aluminium yang telah mengalami prosesremelting mengalami penurunan siklus (N) sebesar 19,8 % dari yang
semula mempanyai persamaan sebesar S = 476,6 1422,0N menjadi S =
409,26 1331,0N . Hal ini dapat dilihat pada level tegangan tinggi sebesar
103,488 MPa yang sama. Jadi proses remelting dapat merubah kekuatan
fatik menjadi menurun. Hal ini dikarenakan oleh adanya cacat pada waktu
pengecoran yaitu terjadinya porositas ataupun penyusutan pada saat logam
yang sedang ber-transformasi dari fasa cair ke padat.
B. SaranData yang disajikan dalam penelitian ini masih sangat terbatas, tetapi
setelah penelitian ini justru muncul pemikiran-pemikiran baru sehingga perlu
diadakan penelitian lebih lanjut misalnya pemulihan (recovery) terhadap
penurunan sifat fisis maupun mekanis yang terjadi akibat proses remelting.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
72/94
61
DAFTAR PUSTAKA
Barsom, J .M. dan Rolfe, ST., 1999, Fracture and Fatigue Control in
Structures:
Applications of Fracture Mechanics, Third Edition, Butterworth--
Heinemann, Philadelphia
B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga,
Jakarta, 1987.
E. P Propov, Mekanika Teknik, Terjemahan Zainul Astamar Msc, Erlangga,
Jakarta, 1984.
.Ferdinand L. Singer, Andrew Pytel, Kekuatan Bahan, Terjemahan Ir. Darwin
Sebayang, Erlangga, Jakarta, 1980.
George E. Dieter, Metalurgi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga,
Jakarta, 1988.
Ing M Hirt, Elemen Mesin, Terjemahan Ir Anton Budiman, Ir Bambang
Priambodo, Erlangga, Jakarta, 1986.
Joseph E. Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, Terjemahan Ghandhi Harahap,
M.Eng, Erlangga Jakarta.
Neff, D.V.,2002, Understanding Aluminium Degassing, Modern Casting, May
2002, p.24-26.
Ramsden, 2004, Mechanical Properties of Aluminium Casting Alloys,
http://www.ramsden.on.ca/alloys.htm
Surdia, T. dan Cijiiwa K, 1991, Teknik Pengecoran Logam, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Surdia, T. dan Shinroku, 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
73/94
62
Lampiran 1. Komposisi Kimia Paduan Aluminiumraw material
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
74/94
63
Lampiran 2. Komposisi Kimia Paduan Aluminiumremelting
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
75/94
64
Lampiran 3. Data dan Perhitungan Kekerasan
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
76/94
65
Perhitungan uji kekerasanBrinell padaRaw Material
Skala pengujian :Brinell
Beban pengujian : 31,25 kgf
Diameter identor (D) : 2,5 mm
Pengukuran diameter injakan : Mikrroskop, skala 1mm = 38 strip
Perbesaran 100 X
1. Kekerasan padaRaw Material (1)P = 31,25 kgf
D = 2,5 mm
d = 0,82 mm
)(
2
22dDDD
PBHN
=
)82,05,25,2(5,214.3
25,312
22= xx
x
BHN
BHN= 57,6
2. Kekerasan padaRaw Material (2)P = 31,25 kgf
D = 2,5 mm
d = 0,80 mm
)(
2
22dDDD
PBHN
=
)80,05,25,2(5,214.3
25,312
22
=
xx
xBHN
BHN= 60,6
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
77/94
66
3. Kekerasan padaRaw Material (3)P = 31,25 kgf
D = 2,5 mm
d = 0,81 mm
)(
2
22dDDD
PBHN
=
)81,05,25,2(5,214.3
25,312
22
=
xx
xBHN
BHN= 59,0
Rata-rata BHNraw material:
BHN =3
0,596,606,57 ++
BHN =3
2,177
BHN = 59,06
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
78/94
67
Perhitungan uji kekerasanBrinell padaMaterial Remelting
1. Kekerasan pada hasil remelting (1)P = 31,25 kgf
D = 2,5 mm
d = 0,83 mm
)(
2
22dDDD
PBHN
=
)83,05,25,2(5,214.3
25,312
22
=xx
xBHN
BHN= 56,1
2. Kekerasan pada hasil remelting (2)P = 31,25 kgf
D = 2,5 mm
d = 0,80 mm
)(4
22dDDxDx
PBHN
=
)80,05,25,2(5,24
25,31
22
=
xx
BHN
BHN= 60,6
3. Kekerasan pada hasil remelting (3)P = 31,25 kgf
D = 2,5 mm
d = 0,81 mm
)(
2
22dDDD
PBHN
=
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
79/94
68
)82,05,25,2(5,214.3
25,312
22
=
xx
xBHN
BHN= 57,6
Rata-rata BHNremelting:
BHN =3
6,576,601,56 ++
BHN =3
3,174
BHN = 58,1
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
80/94
69
Lampiran 4. Data dan Perhitungan Uji Tarik
Grafik pengujian tarik :
Alat uji : Mesin uji tarik universal Servopulser
Standar spesimen : ASTM E8
Beban pengujian : 4000 kg
Dari hasil pengujian tarik didapatkan data sebagai berikut:
Benda Pembebanan yang
diberikan(ton)
Beban(%)
Beban(kg)
0L
(mm)
1L
(mm) )(mm
L
0d
(mm)
1d
)(mm
d )(mm
1 4 43,0% 1720 49,98 52,88 2,9 12,28 12,20 0,08
2 4 45,7% 1828 49,97 53,12 3,15 12,27 12,18 0,09
3 4 41,9% 1676 50 52,99 2,99 12,35 12,24 0,11
Spesimenu
P
(kg)
y
P
(kg)
o
A
( 2mm )
1
A
( 2mm )
y
(Mpa)
u
(MPa)
e
(%)
q
(%)
1 1720 1495,65 118,37 116,8 123,774 142,39 5,8 1,3
2 1828 1056,64 118,18 116,45 87,61 151,50 6,3 1,46
3 1676 1297,5 119,73 117,6 106,13 137,2 5,98 1,77
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
81/94
70
(a) Grafik uji tarikraw material I
(b) Grafik uji tarikraw material II
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
82/94
71
(c) Grafik uji tarikraw material III
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
83/94
72
Perhitungan data benda uji I
uP = 43,0 %
= 43,0 % * 4000 kg
= 1720 kg
yP = mmmm
kg30*
5,34
1720
= 1495,65 kg
0A =2
4 d
= 0,785 * (12,28) 2 mm
= 118,37 mm 2
Tegangan luluh :
y =
o
y
A
P
= 237,118
65,1495
mm
kg
= 12,632
mm
kgatau 123,774 MPa
Kekuatan Tarik / Tegangan Ultimate :
u =
0A
Pu
=2
37,118
1720
mm
kg
= 14,532
mm
kgatau 142,39 Mpa
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
84/94
73
Persentase pertambahan panjang atau regangan (e)
e = %1001 xL
LL
LL
o
o
o
=
e = %10098,49
98,4988,52x
e = 5,8 %
Pengecilan/reduksi penampang (q)
q = %1001 xA
AA
A
A
o
o
o
=
q = %10037,118
8,11637,118x
q = 1,3 %
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
85/94
74
Perhitungan data benda uji II
uP = 45,7 %
= 45,7 % * 4000 kg
= 1828 kg
yP = mmmm
kg50*
5,86
1828
= 1056,64 kg
0A =2
4 d
= 0,785 * (12,27) 2 mm
= 118,18 mm2
Tegangan luluh :
y =
o
y
A
P
= 218,118
64,1056
mm
kg
= 8,942
mm
kgatau 87,61 MPa
Kekuatan Tarik / Tegangan Ultimate :
u =
0A
Pu
=2
18,118
1828
mm
kg
= 15,462
mm
kgatau 151,50 Mpa
-
8/7/2019 Skripsi Aluminium
86/94
75
Persentase pertambahan pa