skripsi aluminium

Upload: topan-sandi

Post on 08-Apr-2018

254 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    1/94

    KARAKTERISTIK KEKUATAN FATIK

    PADA PADUAN ALUMINIUM TUANG

    SKRIPSI

    Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata I

    Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    Disusun Oleh :

    Nama : Charis Sonny Harsono

    NIM : 5250401053

    Program Studi : Teknik Mesin S1

    Jurusan : Teknik Mesin

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2006

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    2/94

    ii

    ABSTRAK

    Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisis, mekanis dan

    karakteristik kekuatan fatik pada paduan aluminium tuang, baik yang material

    dasar (raw material) ataupun material yang sudah mengalami proses remelting.

    Bahan yang digunakan adalah sekrap aluminium terpilih dari pelek mobil

    atau motor bekas. Bahan dilebur dan dituang dengan suhu 725C dengan cetakan

    logam, kemudian dibuat spesimen standar ASTM E.8 untuk pengujian tarik dan

    JIZ Z2201 No.14 A untuk pengujian fatik. Remelting dilakukan setelah material

    dasar (raw material) dibuat dengan kondisi penuangan yang sama. Pengujian fatik

    dilakukan dengan menggunakan 2 variasi bahan, yaitu material dasar (raw

    material) dan paduan aluminium setelah mengalami proses remelting. Pengujian

    fatik dilakukan dengan menggunakan tegangan yang sama pada masing-masing

    jenis kelompok spesimen.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa remelting mengakibatkan terjadinya

    perubahan sifat fisis paduan aluminium yang ditandai dengan bertambahnya

    porositas pada struktur mikro tetapi relatif tidak mengubah komposisi kimia.

    Remelting mempengaruhi sifat mekanis paduan aluminium, yaitu terdapat

    penurunan kekerasan (raw material = 59,06 BHN dan remelting = 58,1 BHN),

    penurunan kekerasan ini sebesar 1,62 %. Remelting juga mengakibatkan

    penurunan terhadap siklus (N) fatik raw material dengan persamaan S = 476,6

    EMBED Equation.3 setelah di lakukan remelting persamaannya menjadi S

    = 409,26 EMBED Equation.3 . Jika hal ini dilakukan pada level tegangan

    tinggi sebesar 103,488 MPa yang sama antara raw material dan paduan aluminium

    setelah dilakukan proses remelting, maka terjadi penurunan siklus (N) sebanyak

    19,8 %. Sedangkan pengujian tarik dilakukan hanya untuk mendapatkan besarnya

    tegangan yang diperlukan untuk penentuan beban pada pengujian fatik, besaran

    itu adalah 143,76 Mpa.

    Kata kunci: Struktur komposisi bahan, remelting, foto struktur mikro dan

    makro, kekerasan, tarik dan fatik.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    3/94

    iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto :

    YAKINLAH semua usaha yang pernah kita

    lakukan tidak akan pernah sia-sia.

    Suatu kegagalan adalah tolak ukur dari sebuah

    keberhasilan

    Jangan takut GAGAL apabila ingin mencapai suatu

    kesuksesan

    IKHTIARlah kepada Allah bila kita telah berusaha

    keras

    Segala sesuatu ada waktunya, apapun yang tercipta

    merupakan jawaban dari putaran waktu yang Tuhan

    telah berikan. Emosi, ego, luapan tawa, tetes air

    mata dan impian semua lebur jadi satu, menjadi

    pengakuan penuh arti buat perjalanan hidup ini.

    Mungkin terasa sederhana, namun ini adalah sisi

    hidup yang harus kita jalani.

    Persembahan :Ayah nan jauh di alam sana dan ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang dan

    doanya

    Keluarga besarku semua tercinta

    Spesial untuk Nok Eecha

    Teman-teman angkatan 2001, 2002 dan 2003 serta sahabat-sahabatku

    Almamaterku.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    4/94

    iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi Robbil 'alamiin syukur pada Allah SWT, atas selesainya

    penyusunan skripsi yang berjudul "Karakteristik Kekuatan Fatik Pada Paduan

    Aluminium Tuang Skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

    derajat Sarjana S-1 di Program Studi Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.

    Remelting merupakan kasus yang terdapat di industri kecil dengan memanfaatkan

    bahan sekrap (bekas). Dengan keterbatasan alat dan teknologi yang dimiliki,

    namun produk yang dihasilkan harus sudah diteliti memalui perhitungan-

    perhitungan yang matang dan diperlukan perencanaan produksi yang baik,

    sehingga dihasilkan produk yang mcmpunyai kualitas tinggi. Melalui skripsi ini,

    penulis berusaha mengungkap fenomena yang terjadi pada kasus tersebut.

    Dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari

    berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Soesanto, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas NegeriSemarang.

    2. Bapak Drs. Pramono, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas NegeriSemarang.

    3. Bapak Ir. Jamasri, Ph.D. atas bimbingan yang telah diberikan.4. Bapak Drs. Aris Budiyono, M.T. atas bimbingan yang telah diberikan.5. Bapak Heri Yudiono, S. Pd, M.T. atas pengarahan yang diberikan.6. Bapak Widi Widayat, S.T., M.T atas revisinya.7. Bapak Sunhaji, selaku teknisi di Laboratorium Bahan Teknik, Teknik Mesin

    Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

    Pimpinan lndustri Pengecoran "Kripton Gama Jaya" Banguntapan

    Bantul, atas bantuan dan kerjasamanya.

    Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas

    bantuannya

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak

    kekurangan dan masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    5/94

    v

    penulis dimasa yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

    semua pihak.

    Semarang, 12 Agustus 2006

    Charis Sonny Harsono

    Penulis

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    6/94

    vi

    DAFTAR ISI

    HalamanHALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    ABSTRAK ..................................................................................... ........... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

    MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... .......... iv

    KATA PENGANTAR .................................................................... .......... v

    DAFTAR ISI .................................................................................. .......... vii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................... .......... x

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. ........... xii

    BAB I. PENDAHULUAN .......................................................... ........... 1

    A. Latar Belakang ......................................................... ............ 1B. Batasan Masalah ....................................................... ........... 2C. Tujuan Penelitian ...................................................... ........... 3D. Manfaat Penelitian .................................................... ........... 3E. Penegasan Istilah .................................................................. 4

    BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................... ............ 5

    A. Aluminium ................................................................ ........... 51. Aluminium dan Paduannya ............................... ............... 5

    2. Remelting .......................................................... ............... 13

    B. Sifat-sifat Bahan ................................................................... 171. Komposisi ......................................................... ............... 17

    2. Kekuatan Tarik ................................................................. 17

    3. Kekerasan ......................................................................... 23

    4. Struktur Mikro .................................................................. 26

    5. Fatique .............................................................................. 27

    BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 33

    A. Bahan Penelitian ................................................................... 33

    B. Alat-alat Penelitian .................................................. ............ 34

    C. Proses Pengecoran ................................................................ 35

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    7/94

    vii

    D. Langkah-langkah Pengujian ................................................. 36

    E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 44

    F. Diagram Alur Penelitian ............................................. ......... 46

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN................ .......... 47

    Hasil Penelitian ............................................................... ........... 47

    1. Komposisi Kimia ................................................ ............. 47

    2. Struktur Mikro .................................................................. 48

    3. Uji Kekerasan ................................................................... 52

    4. Uji Tarik ........................................................................... 54

    5. Uji Fatik ............................................................. .............. 55

    BAB V. PENUTUP .................................................................................. 59

    A. Simpulan .................................................................... .......... 59

    B. Saran ..................................................................................... 60

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... .......... 61

    LAMPIRAN .............................................................................................. 62

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    8/94

    viii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Sifat mekanik aluminium ... 6

    Tabel 2. Klasifikasi paduan aluminium tempaan ......................... 6

    Tabel 3. Klasifikasi perlakuan bahan ........................................... 7

    Tabel 4. Penggunaan diameter penetrator 25

    Tabel 5. Nilai kekerasan brinell pada masing-masing beban .. 25

    Tabel 6. Gaya maksimal masing-masing diameter penetrator 25

    Tabel 7. Lembar pengamatan uji tarik .... 44

    Tabel 8. Lembar pengamatan uji fatik 45

    Tabel 9. Hasil Uji Komposisi raw material ................................ 47

    Tabel 10. Hasil Uji Komposisi setelah di remelting...................... 48

    Tabel 11. Spesimen raw material ................................................ 53

    Tabel 12. Spesimen paduan aluminium setelah di remelting ...... 53

    Tabel 13. Data hasil uji tarik ....................................................... 55

    Tabel 14. Data hasil uji tarik ....................................................... 55

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    9/94

    ix

    DAFTAR GAMBAR

    HalamanGambar 1. Pengaruh suhu pada kelarutan hidrogen dalam aluminium .. 7

    Gambar 2. Diagram fasa Al-Si dan perbaikan sifat-sifat mekanik

    oleh modifikasi Al-Si ....................................................... .... 11

    Gambar 3. Pembebanan tarik ............. 18

    Gambar 4. Diagram tegangan-regangan . ........... 19

    Gambar 5. Penentuan tegangan luluh dengan metode offset 0,2%......... 22

    Gambar 6. Prinsip Uji kekerasan brinell (Dieter : 1986) ............ ........... 24

    Gambar 7. Grafik kegagalan material setelah mengalami beban

    dengan siklus tak hingga .............. 28

    Gambar 8. Gambar komponen alat uji fatik ........................................... 29

    Gambar 9. Gambar kurfa fatik aluminium tipe S-N .. ............ 29

    Gambar 10. Alat uji fatik . ............ 30

    Gambar 11. Sketsa alat uji Fatik .. ............ 30

    Gambar 12. Ilustrasi tekanan berulang . ........... 32

    Gambar 13. Dimensi uji fatik JIS Z2201 No. 14 A .. ........... 33

    Gambar 14. Dimensi uji tarik ASTM E8 ...................................... ........... 34

    Gambar 15. Urutan proses pengecoran aluminium .............. 35

    Gambar 16. Mesin foto struktur mikro ......................................... ........... 38

    Gambar 17. Mesin uji kekerasan brinell ....................................... ........... 39

    Gambar 18. Mesin uji tarik servopulser ................................................... 41

    Gambar 19. Mesin uji fatik Rotary Bending ............ 41

    Gambar 20. Alur penelitian .............. 46

    Gambar 21. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali .......... ............ 49

    Gambar 22. Foto mikro raw material perbesaran 500 kali ........... ........... 49

    Gambar 23. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting

    dengan perbesaran 200 kali .................................................. 50

    Gambar 24. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting

    dengan perbesaran 500 kali .................................................. 50

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    10/94

    x

    Gambar 25. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali yang

    menunjukkan porositas .................................... .................... 51

    Gambar 26. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting

    perbesaran 200 kali yang menunjukkan porositas ... ............ 52

    Gambar 27. Nilai kekerasan paduan aluminium ......................... ............. 54

    Gambar 28. Kurva S N hasil pengujian lelah ........................................ 56

    Gambar 29. Penampang patah lelah pada spesimen raw material ............ 58

    Gambar 30. Penampang patah lelah pada spesimen remelting ................ 58

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    11/94

    xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    HalamanLampiran 1. Komposisi Kimia Paduan Aluminium raw material ... ..... 62

    Lampiran 2. Komposisi Kimia Paduan Aluminium remelting ............. 62

    Lampiran 3. Data dan Perhitungan Kekerasan ................................. .... 64

    Lampiran 4. Data dan Perhitungan Uji Tarik ................................... .... 69

    Lampiran 5. Data dan Perhitungan Uji Fatik ........................................ 79

    Lampiran 6. Foto Makro ....................................................................... 81

    Lampiran 7. Tabel Paduan dan sifat mekanik paduan aluminium

    (Ramsden, 2004) .......................................................... .... 83

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    12/94

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    13/94

    2

    digunakan dapat mengalami beban berulang-ulang dan kadang-kadang

    mengalami beban kejut sehingga pelek tersebut harus mendapatkan jaminan

    terhadap kerusakan akibat retak-lelah, sehingga aman dalam penggunaan atau

    bahkan mempunyai usia pakai lebih lama.

    Semua perpatahan yang disebabkan kelelahan melalui tahapan proses :

    terjadinya retak - perambatan lelah - patahan, oleh karenanya perlu dilakukan

    pencegahan pada setiap tahapan proses tersebut dibagian yang paling efektif.

    Broek (1986) dalam bukunya menulis bahwa sebagian besar kerusakan

    konstruksi disebabkan oleh beban yang berulang atau berfluktuasi.Jika

    fluktuasi tegangan ini cukup besar dan berulang-ulang, kegagalan struktur

    dapat terjadi walaupun tegangan maksimal yang terjadi pada elemen struktur

    tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan materialnya. Kegagalan ini

    dikatakan sebagai fatik atau kelelahan. Jadi kelelahan adalah proses peretakan

    kemudian merambat dibawah beban yang berulang atau berfluktuasi.

    Berdasarkan ulasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    tentang sifat lelah yang dimiliki oleh paduan aluminium tuang, dan penulis

    mengambil judul Karakteristik Kekuatan Fatik pada Paduan Aluminium

    Tuang.

    B.Batasan MasalahPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis material

    dari produk industri kecil untuk bahan paduan aluminium, maka dilakukan

    pembatasan masalah sebagai berikut :

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    14/94

    3

    1. Sebagai raw material di ambil dari bahan paduan Al yang dituangpertama, selanjutnya dilakukan remelting.

    2. Pada saat remelting tidak ditambahkan unsur paduan apapun sehinggaprosesnya tetap sama dengan raw material.

    C.Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui sifat fisis, mekanis dan kekuatan fatik paduanaluminium.

    2. Untuk mengetahui karakteristik kekuatan fatik/lelah pada paduanaluminium tuang yang di cor kembali (remelting).

    D.Manfaat PenelitianDengan adanya penelitian mengenai karakteristik retak lelah pada paduan

    Aluminium tuang ini dapat diambil manfaat antara lain :

    1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha pengecoran aluminiumdalam pemilihan bahan, proses pengecoran dan tindakan yang diperlukan

    untuk memperoleh sifat mekanis sesuai dengan permintaan pengguna

    produk.

    2. Memberi masukan ilmiah tentang pengujian bahan logam untukmengetahui karakteristik kekuatan fatik pada paduan aluminium tuang

    yang kemudian di cor kembali (remelting).

    3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta memperkaya khasanahilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pengujian bahan logam.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    15/94

    4

    4. Untuk mengetahui kualitas paduan aluminium tuang sehingga dapatdiaplikasikan sesuai dengan sifat-sifatnya.

    E.Penegasan IstilahPenegasan istilah digunakan untuk menghindari kemungkinan salah

    pengertian atau salah penafsiran terhadap arti kata-kata yang menjadi judul

    skripsi ini.

    1. Karakteristik

    Sesuatu yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan

    tertentu (KBBI, 1989)

    2. Fatik

    Proses peretakan kemudian merambat dibawah beban yang

    berulang atau berfluktuasi.

    3. Paduan Aluminium Tuang

    Campuran dari beberapa jenis unsur logam dan aluminium murni

    yang disatukan dengan cara pengecoran (penuangan). Aluminium adalah

    logam putih perak, ringan, dan molar; unsur dengan nomor atom 13,

    lambang Al dan bobot atom 26,9815. Aluminium merupakan logam ringan

    yang mempunyai ketahanan korosi dan hantaran listrik yang baik serta

    sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam (Surdia dan Saito, 2000).

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    16/94

    5

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Aluminium

    1. Aluminium dan PaduannyaAluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

    korosi yang baik. Material ini digunakan dalam bidang yang luas bukan hanya

    untuk peralatan rumah tangga saja tetapi juga dipakai untuk kepentingan

    industri, misalnya untuk industri pesawat terbang, mobil, kapal laut dan

    konstruksi-konstruksi yang lain.

    Neff (2002) dalam papernya menjelaskan bahwa untuk memenuhi tuntutan

    pasar dari aluminium tuang dewasa ini harus memfokuskan pada peningkatan

    kualitas logam dengan pengembangan pada proses peleburan. Proses

    difokuskan pada eliminasi berbagai kotoran yaitu inklusi yang mcrupakan

    problem serius dalam memproduksi hasil coran yang berkualitas. Inklusi yang

    dimaksud adalah gas hidrogen yang dapat larut pada aluminium cair yang

    menyebabkan porositas pada pengecoran. Daya larut hidrogen meningkat bila

    temperatur naik. Tingkat kelarutan hidrogen pada paduan aluminium tidak

    sama. Pada saat pembekuan, gas hidrogen masih tersisa sehingga pada hasil

    pengecoran terdapat cacat. Dijelaskan pula bahwa tidak semua porositas

    diakibatkan oleh gas hidrogen tetapi disebabkan pula oleh penyusutan.

    Penyusutan yang terjadi pada saat aluminium membeku sebesar 6% dari

    volume ketika aluminium bertransformasi dari cair ke padat.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    17/94

    6

    Adapun sifat-sifat mekanis aluminium dapat dilihat pada tabel dibawah ini

    :

    Tabel 1. Sifat mekanik aluminium

    Kemurnian Al (%)

    99,996 >99,0Sifat-sifat

    Di anil 75% dirol dingin Di anil H18

    Kekuatan tarik (kg/mm2

    ) 4,9 11,6 9,3 16,9

    Kekuatan mulur (0,2) (kg/mm

    2

    )1,3 11,0 3,5 14,8

    Perpanjangan 48,8 5,5 35 5

    Kekerasan Brinell 17 27 23 44

    Tabel 2. Klasifikasi paduan aluminium tempaan.

    Standar AA Standar Alcoa

    terdahulu

    Keterangan

    1001

    1100

    2010-2029

    3003-3009

    4030-4039

    5050-5086

    6061-6069

    7070-7079

    1S

    2S

    10S-29S

    3S-9S

    30S-39S

    50S-69S

    70S-79S

    Al murni 99,5% atau diatasnya

    Al murni 99,0% atau diatasnya

    Cu merupakan unsur paduan utama

    Mn merupakan unsur paduan utama

    Si merupakan unsur paduan utama

    Mg merupakan unsur paduan utama

    Mg2Si merupakan unsur paduan utama

    Zn merupakan unsur paduan utama

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    18/94

    7

    Tabel 3. Klasifikasi perlakuan bahan.

    Tanda Perlakuan

    -F

    -O

    -H

    -H 1n

    -H 2n

    -H 3n

    -T

    -T2

    -T3

    -T4

    -T5

    -T6

    -T7

    -T8

    -T9

    -T10

    Setelah pembuatan

    Dianil penuh

    Pengerasan regangan

    Pengerasan regangan

    Sebagian dianil setelah pengerasan regangan

    Dianil untuk penyetabilan setelah pengerasan regangan n=2 (1/4

    keras), 4 (1/2 keras), 6 (3/4 keras), 8 (keras), 9 (sangat keras)

    Perlakuan panas

    Penganilan penuh (hanya untuk coran)

    Pengerasan regangan setelah perlakuan pelarutan

    Penuaan alamiah penuh setelah perlakuan pelarutan

    Penuaan tiruan (tanpa perlakuan pelarutan)

    Penuaan tiruan setelah perlakuan pelarutan

    Penyetabilan setelah perlakuan pelarutan

    Perlakuan pelarutan, pengerasan regangan, penuaan tiruan

    Perlakuan pelarutan, penuaan tiruan, pengerasan regangan

    Pengerasan regangan setelah penuaan tiruan

    Gambar 1. Pengaruh suhu pada kelarutan hidrogen dalam aluminium

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    19/94

    8

    Hal-hal yang mempengaruhi sifat-sifat paduan aluminium antara lain

    adalah unsur-unsur sebagai berikut :

    a. Silisium (Si)

    Unsur Si dalam paduan aluminium mempunyai pengaruh positif :

    Mempermudah proses pengecoran Meningkatkan daya tahan terhadap korosi Memperbaiki sifat-sifat atau karakteristik coran Menurunkan penyusutan dalam hasil corPengaruh negatif yang ditimbulkan unsur Si berupa :

    Penurunan keuletan bahan terhadap beban kejut dan Hasil cor akan rapuh jika kandungan silikon terlalu tinggi.b. Tembaga (Cu)

    Pengaruh baik yang dapat timbul oleh unsur Cu dalam paduan aluminium

    akan:

    Meningkatkan kekerasan bahan Memperbaiki kekuatan tarik Mempermudah proses pengerjaan dengan mesin.Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh unsur Cu akan :

    Menurunkan daya tahan terhadap korosi Mengurangi keuletan bahan dan Menurunkan kemampuan dibentuk dan dirol

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    20/94

    9

    c. Unsur Magnesium (Mg)

    Magnesium memberikan pengaruh baik yaitu :

    Mempermudah proses penuangan Meningkatkan kemampuan pengerjaan mesin Meningkatkan daya tahan terhadap korosi Meningkatkan kekuatan mekanis Menghaluskan butiran kristal secara efektif Meningkatkan ketahanan beban kejut/impak.Pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh unsur Mg :

    Meningkatkan kemungkinan timbulnya cacat pada hasil pengecorand. Unsur besi (Fe)

    Pengaruh baik yang dapat ditimbulkan oleh unsur Fe ada1ah :

    mencegah terjadinya penempelan logam cair pada cetakan selama prosespenuangan.

    Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan unsur paduan ini adalah :

    Penurunan sifat mekanis Penurunan kekuatan tarik Timbulnya bintik keras pada hasil coran Peningkatan cacat porositas.Paduan aluminium utama adalah :

    a. Al-Cu

    Sebagai paduan coran dipergunakan paduan yang mengandung 4-5%

    Cu. Ternyata dari fasanya ini mempunyai daerah luas dari pembekuannya,

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    21/94

    10

    penyusutan yang besar, risiko besar pada kegetasan panas dan mudah

    terjadi retakan pada coran. Adanya Si 4-5%sangat berguna untuk

    mengurangi keadaan itu dan penambahan Ti sangat efektif untuk

    memperhalus butir. Paduan dalam system ini terutama dipakai sebagai

    bagian-bagian motor mobil, meteran dan rangka utama dari katup-katup.

    b. Al-Si

    Paduan Al-Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan

    bagus sekali, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran,

    sebagai tambahan, ia mempunyai ketahanan korosi yang baik, sangat

    ringan, koefisien pemuaian yang kecil dan sebagai penghantar yang baik

    untuk listrik dan panas. Karena mempunyai kelebihan yang mencolok,

    paduan ini sangat banyak dipakai. Paduan Al-12%-Si sangat banyak

    dipakai untuk paduan cor cetak. Paduan yang memerlukan perlakuan panas

    ditambah dengan Mg juga Cu serta Ni untuk memberikan kekerasan pada

    saat panas, bahan ini biasa dipakai untuk torak motor.

    Peleburan aluminium-silium

    Gambar 2 menunjukkan diagram fasa dari sistim ini. Ini adalah tipe

    eutektik yang sederhana yang mempunyai titik eutektik pada 577

    o

    C,

    11,7%Si, larutan padat terjadi pada sisi Aluminium, karena batas kelarutan

    padat sangat kecil maka pengerasan penuaan sukar diharapkan.

    Kalau paduan ini didinginkan pada cetakan logam, setelah cairan

    logam diberi natrium flourida kira-kira 0,05-1,1% kadar logam natrium,

    tampaknya temperatur eutektik meningkat kira-kira pada 14%. Hal ini

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    22/94

    11

    biasa terjadi pada paduan hipereuektik seperti 11,7-14% Si, Si mengkristal

    sebagai kristal primer, tetapi karena perlakuan yang disebut di atas

    Aluminium mengkristal sebagai kristal primer dan struktur eutektiknya

    menjai sangat halus. Ini dinamakan struktur yang idmodifikasi. Sifat-sifat

    mekaniknya sangat diper-baiki yang ditunjukkan pada gambar 2.

    Fenomena ini ditemukan oleh A. Pacz tahun 1921 dan paduan yang telah

    diadakan perlakuan tersebut dina-makan silumin.

    Gambar 2. Diagram fasa Al-Si dan perbaikan sifat-sifat mekanik oleh modifikasi Al-

    Si

    c. Al-Mg

    Paduan Al-Mg mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik, sejak

    lama disebut hidronalium dan dikenal sebagai paduan yang tahan korosi.

    Cu dan Fe sangat berbahaya bagi ketahanan korosi, terutama Cu sangat

    memberikan pengaruhnya. Maka perlu perhatian khusus terhadap

    tercampurnya unsur pengotor. Paduan aluminium yang mengandung

    magnesium 4% sampai 10% mempunyai kekuatan tarik diatas 30

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    23/94

    12

    kgf/mm 2 dan perpanjangan diatas 12%. Paduan ini biasanya dipakai untuk

    alat-alat industri kimia, kapal laut dan pesawat terbang.

    d. Paduan aluminium tahan panasPaduan ini terdiri dari Al-Cu-Ni-Mg yang kekuatannya tidak

    berubah sampai 300 0 C, sehingga paduan ini dipakai untuk torak dan tutup

    silinder.

    Paduan Al diklasifikasikan dalam berbagai standar oleh berbagai

    standar oleh berbagai negara di dunia. Saat ini klasifikasi yang sangat

    terkenal dan sempurna adalah standar Aluminium Association di Amerika

    (AA) yang didasarkan atas standar terdahulu dari Alcoa (Aluminium

    Company of America). Paduan tempaan dinyatakan dengan satu atau dua

    angka S, sedangkan paduan coran dinyatakan dengan 3 angka. Standar

    AA menggunakan penandaan dengan 4 angka sbb: Angka pertama

    menyatakan sistim paduan dengan unsur-unsur yang ditambahkan, yaitu:1.

    Al murni, 2. Al-Cu,3: Al-Mn, 4. AL-Si, 5. Al-Mg, 6. Al-Mg-Si dan 7: Al-

    Zn, sebagai contoh, paduan Al-Cu. Dinyatakan dengan angka 2000. Angka

    pada tempat kedua menyatakan kemurnian dalam paduan yang

    dimodifikasi dan Al murni sedangkan angka ketiga dan keempat

    dimaksudkan untuk tanda Alocoa terdahulu kecuali S, sebagai contoh, 3 S

    sebagai 3003 dan 63S sebagai 6063. Al dengan kemurnian 99,05% atau di

    atasnya dengan ketakmurnian terbatas (2S) dinyatakan sebagai 1100. Tabel

    2 menunjukkan hubungan tersebut.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    24/94

    13

    2.RemeltingDapur peleburan aluminium tuang dilakukan pada tanur krus besi cor,

    tanur krus dan tanur nyala api. Bahan-bahan logam yang akan dimasukkan

    pada dapur terdiri dari sekrap (remelt) dan bahan murni (aluminium ingot).

    Untuk menjaga standar paduan yang telah ditentukan maka sekrap dari

    bermacam-macam logam tidak boleh dicampurkan bersama ingot tetapi harus

    dipilih terlebih dahulu. Penambahan unsur yang mempunyai titik lebur rendah

    seperti seng dan magnesium dapat ditambahkan dalam bentuk elemental

    sedangkan logam yang mempunyai titik lebur tinggi seperti Cu, Mg, Ni, Mn,

    Si, Ti, dan Cr adalah paling baik ditambahkan sebagai paduan. Dalam praktek

    peleburan yang baik mempersyaratkan dapur dan logam yang dimasukan

    dalam keadaan bersih (Heini dkk, 1981).

    Sebelum dilakukan peleburan di dalam tungku sebaiknya logam dipotong-

    potong menjadi kecil-kecil, hal ini bertujuan untuk menghemat waktu

    peleburan dan mengurangi kehilangan komposisi karena oksidasi. Setelah

    material mencair, fluks dimasukkan ke dalam coran, yang bertujuan untuk

    mengurangi oksidasi dan absorbsi gas serta dapat bertujuan untuk mengangkat

    kotoran-kotoran yang menempel pada aluminium. Selama pencairan,

    permukaan harus ditutup fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu

    untuk mencegah segresi (Surdia dan Chijiiwa, 1991). Kemudian kotoran yang

    muncul di ambil dan dibuang. Setelah pada suhu kurang lebih 725 0 C

    aluminium di tuang ke dalam cetakan. Adapun untukremelting, material hasil

    peleburan di atas dilebur kembali.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    25/94

    14

    Pengecoran merupakan proses tertua yang dikenal manusia dalam

    pembuatan benda logam. Proses pengecoran dengan menggunakan pasir cetak

    meliputi : pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan

    logam cair kedalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang pasir

    cetakan. Berikut ini adalah proses pengecoran pada aluminium tuang :

    a.Pembuatan PolaPola merupakan bagian yang penting dalam proses pembuatan benda

    cor, karena itu pulalah yang akan menentukan bentuk dan ukuran dari

    benda cor. Pola yang digunakan untuk benda cor biasanya terbuat dari

    kayu, resin, lilin dan logam. Kayu dapat dipakai untuk membuat pola

    karena bahan tersebut harganya murah dan mudah dibuat dibandingkan

    pola logam. Oleh karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk cetakan

    pasir. Biasanya kayu yang dipakai adalah kayu seru, kayu aras, kayu

    mahoni, kayu jati dan lain-lain (Surdia, 1982:62).

    b.Pembuatan IntiMenurut (Surdia, 1982: 104) mengatakan bahwa inti adalah suatu

    bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan, fungsi dari inti

    adalah untuk mencegah pengisian logam pada bagian-bagian yang

    berbentuk lubang atau rongga suatu coran. Inti harus memiliki kekuatan

    yang memadai dan juga mempunyai polaritas (Amstead, 1990:99).

    Disamping itu inti harus mempunyai permukaan yang halus dan tahan

    panas. Inti yang mudah pecah harus diperkuat dengan kawat, selain itu

    harus dicegah kemungkinan terapungnya inti dalam logam cair.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    26/94

    15

    c.Pembuatan CetakanCetakan berfungsi untuk menampung logam cair yang akan

    menghasilkan benda cor. Macam-macam cetakan adalah :

    1. Cetakan pasirCetakan dibuat dengan jalan memadatkan pasir, pasir yang akan

    digunakan adalah pasir alam atau pasir buatan yang mengandung

    tanah lempeng. Pasir ini biasanya dicampur pengikat khusus, seperti

    air, kaca, semen, resin ferol, minyak pengering. Bahan tersebut akan

    memperkuat dan mempermudah operasi pembuatan cetakan (Surdia:

    1982: 3).

    2. Cetakan logamCetakan ini dibuat dengan menggunakan bahan yang terbuat dari

    logam. Cetakan jenis logam biasanya dipakai untuk industri-industri

    besar yang jumlah produksinya sangat banyak, sehingga sekali

    membuat cetakan dapat dipakai untuk selamanya. Cetakan logam

    harus terbuat dari bahan yang lebih baik dan lebih kuat dari logam

    coran, karena dengan adanya bahan yang lebih kuat maka cetakan

    tidak akan terkikis oleh logam coran yang akan di tuang.

    d.Peleburan (pencairan logam)Untuk mencairkan bahan coran diperlukan alat yang namanya dapur

    pemanas. Dalam proses peleburan bahan coran ada dua dapur pemanas

    yang digunakan yaitu dengan menggunakan dapur kupola atau dengan

    menggunakan dapur tanur induksi. Kedua jenis dapur tersebut yang sering

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    27/94

    16

    digunakan oleh industri adalah tanur induksi frekuensi rendah karena

    mempunyai beberapa keuntungan (Surdia, 1982: 145). Keuntungan

    tersebut adalah mudah mengontrol komposisi yang teratur, kehilangan

    logam yang sedikit, kemungkinan menggunakan logam yang bermutu

    rendah, efisiensi tenaga kerja, dapat memperbaiki persyaratan kerja.

    e.PenuanganMenuang adalah memindahkan logam cair dari dapur pemanas ke

    dalam cetakan dengan bantuan alat yang disebut ladel, kemudian

    dituangkan ke dalam cetakan. Ladel berbentuk kerucut dan biasanya

    terbuat dari plat baja yang terlapisi oleh batu tahan api. Saat penuangan

    diusahakan sedekat mungkin dengan dapur sehingga dapat menghindari

    logam coran yang membeku sebelum sampai ke cetakan yang diinginkan.

    f.Membongkar dan Membersihkan CoranPada prinsipnya pembongkaran hasil pengecoran logam dari cetakan

    dilakukan secara langsung atau mekanis. Setelah benda cetakan membeku

    atau dingin sampai temperatur rendah., cetakan dibongkar, tempat

    pembongkaran harus memiliki sarana ventilasi udara yang baik.

    g.Pemeriksaan Coran

    Pada proses pengecoran pemeriksaan hasil coran mempunyai tujuan

    yang memelihara kualitas dan penyempurnaan teknik. Dari pemeriksaan

    maka akan diketahui kekurangan suatu proses yang telah dilakukan,

    dimana adanya kekurangan tersebut akan meningkatkan hasil yang

    berkualiatas.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    28/94

    17

    Untuk mendapatkan sifat aluminium yang baru biasa dilakukan dengan

    jalan menambahkan unsur-unsur paduan kedalam aluminium murni. Namun

    ada juga yang melakukan penggabungan beberapa paduan aluminium dengan

    jalan pengecoran (penuangan) untuk memperoleh sifat mekanis bahan yang

    lebih baik.

    B. Sifat-sifat Bahan

    1. Komposisi

    Uji komposisi merupakan pengujian yang berfungsi untuk mengetahui

    seberapa besar atau seberapa banyak jumlah suatu kandungan yang terdapat

    pada suatu logam, baik logam ferro maupun logam non ferro. Uji komposisi

    biasanya dilakukan ditempat pabrik-pabrik atau perusahaan logam yang

    jumlah produksinya besar, ataupun juga terdapat di Instititut pendidikan yang

    khusus mempelajari tentang logam.

    Proses pengujian komposisi berlangsung dengan pembakaran bahan

    menggunakan elektroda dimana terjadi suhu rekristalisasi, dari suhu

    rekristalisasi terjadi penguraian unsur yang masing-masing beda warnanya.

    Penentuan kadar berdasar sensor perbedaan warna. Proses pembakaran

    elektroda ini tidak lebih dari tiga detik. Pengujian komposisi dapat dilakukan

    untuk menentukan jenis bahan yang digunakan dengan melihat persentase

    unsur yang ada.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    29/94

    18

    2. Kekuatan Tarik

    Proses pengujian tarik mempunyai tujuan utama untuk mengetahui

    kekuatan tarik bahan uji. Bahan uji adalah bahan yang akan digunakan sebagai

    konstruksi, agar siap menerima pembebanan dalam bentuk tarikan.

    Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan

    memberikan gaya yang berlawanan pada benda dengan arah menjauh dari titik

    tengah atau dengan memberikan gaya tarik pada salah satu ujung benda dan

    ujung benda yang lain diikat.

    Gambar 3. Pembebanan tarik

    Penarikan gaya terhadap bahan akan mengakibatkan terjadinya perubahan

    bentuk (deformasi) bahan tersebut. Kemungkinan ini akan diketahui melalui

    proses pengujian tarik. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah

    proses pergeseran butiran-butiran kristal logam yang mengakibatkan

    melemahnya gaya elektromagnetiksetiap atom logam hingga terlepasnya ikatan

    tersebut oleh penarikan gaya maksimum. Penyusunan butiran kristal logam

    yang diakibatkan oleh adanya penambahan volume ruang gerak dari setiap

    butiran dan ikatan atom yang masih memiliki gaya elektromagnetik, secara

    otomatis bisa memperpanjang bahan tersebut.

    Hasil yang diperoleh dari proses pengujian tarik adalah grafik tegangan-

    regangan, parameter kekuatan dan keliatan material pengujian dalam prosen

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    30/94

    19

    perpanjangan, kontraksi atau reduksi penampang patah, dan bentuk permukaan

    patahannya.

    Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelan-pelan

    bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai

    perpanjangan yang dialami benda uji. Kemudian dapat dihasilkan kurva

    tegangan dan regangan.

    Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang

    mula-mula benda uji.

    oA

    P= ..(1)

    Dimana :

    = Tegangan nominal )(2

    mm

    kg

    P = Gaya tarik aksial (kg)

    oA = Luas penampang normal (mm2 )

    Gambar 4. Diagram tegangan-regangan

    a.Bahan tidak ulet, tidak ada deformasi plastis, contoh: besi corb.Bahan ulet dengan titik luluh, misalnya pada baja carbn rendahc.Bahan ulet tanpa titk luluh yang jelas, misalnya aluminiumd.Kurva tegangan sesungguhnya remangan-tegangan nominalp : kekuatan patah f : regangan sebelum patah

    u : kekuatan tarik x : titik patah

    y : kekuatan luluh YP : titik luluh

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    31/94

    20

    Untuk menghitung luas penampang normal ( oA ) suatu spesimen dapat

    ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

    2

    4dAo

    = ..................................(2)

    Dimana :

    d = Diameter spesimen

    Prosentase pertambahan panjang (regangan) diartikan sebagai

    perpanjangan tiap satuan panjang, yang diperoleh dengan membagi

    perpanjangan panjang ukur L mula-mula benda uji.

    %1001 xL

    LL

    L

    Le

    o

    o

    o

    =

    = ................(3)

    Dimana :

    e = Regangan (%)

    L 1 = Panjang akhir (mm)

    oL = Panjang awal (mm)

    Pembebanan tarik dilakukan secara menerus dengan menambahkan beban

    sehingga akan mengakibatkan perubahan bentuk pada benda berupa

    pertambahan panjang dan pengecilan serta bila diteruskan akan

    mengakibatkan kepatahan pada bahan. Prosentase pengecilan yang terjadi

    dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

    %1001 xA

    AA

    A

    Aq

    o

    o

    o

    =

    = (4)

    Dimana :

    q = Reduksi penampang (%)

    oA = Luas penampang mula (mm2)1A = Luas penampang terkecil setelah patah (mm

    2)

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    32/94

    21

    Pengujian tarik dilaksanakan dengan mesin pengujian tarik Servopulser

    yang selama pengujian akan mencatat setiap kondisi bahan sampai terjadinya

    tegangan ultimate )( u , juga sekaligus akan menggambarkan diagram tarik

    dari benda uji, adapun panjang L 1 akan diketahui sete1ah benda uji patah

    dengan menggunakan pengukuran secara manual. Tegangan ultimate adalah

    beban tertinggi yang bekerja pada luas penampang semula.

    o

    uu

    AP= ..(5)

    Dimana :

    u = Tegangan Ultimate )(

    2mm

    kg

    uP = Beban tertinggi yang bekerja (kg)

    oA = Luas penampang semula (mm2)

    Tegangan luluh ( y ) hasilnya haruslah lebih kecil dari tegangan maksimal

    atau tegangan Ultimate ( u ), sedangkan tegangan luluh dinyatakan dengan

    rumus :

    o

    y

    yA

    P= ........................................(6)

    Dimana :

    y = Tegangan luluh )( 2mm

    kg

    yP = Beban luluh yang bekerja (kg)

    oA = Luas penampang semula (mm2)

    Bahan yang liat biasanya memiliki grafik uji tarik dimana titikyield

    langsung dapat diketahui. Bahan yang tidak liat biasanya titikyield-nya tidak

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    33/94

    22

    dapat dilihat secara langsung. Dengan memberikan tambahan beban, maka

    regangan mulai bertambah. Akibatnya kurva tegangan-regangan akan

    memiliki kemiringan (slope) tertentu, kemudian kemiringannya berubah

    menjadi keeil sehingga kurvanya mendatar dan terjadi perpanjangan yang

    besar tanpa tambahan gaya tarik. Gejala ini dikenal sebagai peluluhan

    (yielding) bahan dan tegangan pada daerah ini disebut tegangan luluh (yield

    stress) atau merupakan kekuatan luluh bahan. Akhirnya pembebanan

    mencapai harga maksimum dan tegangannya disebut tegangan tertinggi

    (ultimate stress) atau merupakan kekauatan tarik bahan. Kondisi selanjutnya

    diikuti pengurangan beban dan akhirnya putus (failure).

    Apabila suatu bahan seperti paduan aluminium tidak memiliki titik luluh

    yang jelas dan masih mengalami regangan-regangan besar setelah batas luluh

    terlewati, maka suatu tegangan luluh sembarang dapat ditentukan melalui

    metoda offset(offsetmethod) (lihat gambar 5. Disini sebuah garis lurus ditarik

    sejajar dengan bagian awal kurva yang linier pada diagram tegangan-regangan

    yang berjarak 0,2% sampai 0,35% dari grafik keseluruhan (Suherman, 1987:

    14). Perpotongan garis offset dengan kurva tegangan-regangan (titik A pada

    gambar 5) didefinisikan sebagai tegangan luluh ( y ).

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    34/94

    23

    Gambar 5. Penentuan tegangan luluh dengan metode offset 0,2%

    Kebanyakan bahan memiliki suatu daerah awal pada diagram tegangan-

    regangan dimana bahan berkelakuan secara elastis dan linier. Jenis kelakuan

    ini sangat penting dalam rekayasa dan mesin didesain untuk berfungsi pada

    tegangan yang rendah dan agar menghindari terjadinya deformasi plastis.

    Hubungan linier antara tegangan dan regangan dikenal sebagai hukum Hooke

    (Shackelford, 1996) serta dinyatakan oleh persamaan :

    E= (7)

    dimana E adalah konstanta pembanding yang dikenal sebagai modulus

    elastisitas dari bahan. Modulus elastisitas adalah kemiringan dari diagram

    tegangan-regangan dalam daerah elastis linier, dan harganya tergantung pada

    bahan.

    3. Kekerasan

    Pengujian kekerasan adalah satu pengujian dari sekian banyak pengujian

    yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang relatif kecil

    tanpa kesukaran mengenai spesifikasi benda uji. Pengujian yang banyak

    dipakai adalah dengan cara menekankan penekanan tertentu kepada benda uji

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    35/94

    24

    dengan beban tertentu dan mengukur bekas hasil penekanan yang terbentuk di

    atasnya (Surdia, 2000).

    Terdapat tiga jenis umum mengenai ukuran kekerasan yang tergantung

    pada cara melakukan pengujian. Ketiga jenis tersebut adalah kekerasan

    goresan, kerasan lekukan dan kekerasan pantulan. Akan tetapi pengujian yang

    sering dilakukan adalah pengujian penekanan. Pada pengujian penekanan

    terdapat beberapa alat ujiyang dapat digunakan, antara lain dengan alat ujiBrinell,Vickers danRockwell.

    Uji kekerasan Brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola yang

    terbuat dari baja cram yang telah disepuh ke permukaan benda uji tanpa

    sentakan. Tekanan yang digunakan berupa gaya tekan statis. Bola Brinell

    mempunyai standart dengan diameter (D) sama dengan 10 mm dengan

    penyimpangan maksimum saat beban tekan bekerja 0.005 mm. Selain itu

    masih ada bola lain dengan diameter 0.65 mm, I mm, 1.25 mm, 2 mm, 2.5

    mm, dan 5 mm. Pengujian kekerasan harus dilakukan sampai pada batas

    plastis suatu benda uji, karena bila masih berada pada batas elastis benda uji

    maka dikhawatirkan bekas pijakan akan kembali lagi, walaupun tidak pada

    kondisi semula.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    36/94

    25

    Gambar 6. Prinsip Uji kekerasan brinell (Dieter : 1986)

    Pada pengujian BHN ( Brinell Hardness Number), besar beban yang

    bekerja tcrgantung pada diameter bola dan jenis benda uji, sedangkan untuk

    penetrator diameternya tergantung dari tebal benda uji tersebut.

    Tabel 4. Penggunaan diameter penetrator

    Tebal benda uji (mm) Diameter penetrator (mm)

    1 33 6

    >6

    D = 2,5D = 5,0

    D = 10

    Tabel 5. Nilai kekerasan brinell pada masing-masing beban

    HB rata-rata2

    D

    P

    Bahan

    20 80

    80 160

    160

    5

    10

    30

    Aluminium,Tembaga

    Kuningan, Paduan Cu

    Baja, Besi cor

    Tabel 6. Gaya maksimal masing-masing diameter penetrator

    Penetrator

    D (mm)

    52=

    D

    P10

    2=

    D

    P30

    2=

    D

    P

    Gaya (kg)

    2,5

    5

    10

    31,25

    125

    500

    62,5

    250

    1000

    187,5

    750

    300

    Untuk mengetahui besarnya nilai kekerasan Brinell, maka digunakan

    rumus sebagai berikut :

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    37/94

    26

    BHNinjakanbekaspenampangLuas

    penetratorpadaGayaHB = (8)

    BHNdDDD

    PHB

    )(

    .2

    22

    =

    Dimana :

    HB = Harga kekerasanBrinell (BHN)

    P = Gaya pada penetrator (kg)

    D = Diameeter identor (mm)

    d = Diameter bekas injakan (mm)

    4. Struktur Mikro

    Struktur mikro adalah struktur terkecil yang terdapat dalam suatu bahan

    yang keberadaannya tidak dapat di lihat dengan mata telanjang, tetapi harus

    menggunakan alat pengamat struktur mikro diantaranya; mikroskop cahaya,

    mikroskop electron, mikroskop field ion, mikroskop field emission dan

    mikroskop sinar-X. Penelitian ini menggunakan mikroskop cahaya, adapun

    manfaat dari pengamatan struktur mikro ini adalah:

    1. Mempelajari hubungan antara sifat-sifat bahan dengan struktur dan cacatpada bahan.

    2. Memperkirakan sifat bahan jika hubungan tersebut sudah diketahui.Langkah-langkah untuk melakukan pengamatan struktur mikro adalah

    pemotongan spesimen menjadi ukuran yang kecil kurang lebih seukuran 10mm

    x 10mm x 10mm, penempatan spesimen ke dalam cetakan dan cetakan tadi di

    isi resin yang bertujuan untuk memermudah dalam proses penghalusan,

    pengampelasan dengan menggunakan amplas halus secara berurutan, mulai

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    38/94

    27

    dari yang paling kasar (nomor kecil) sampai yang halus (nomor besar),

    pemolesan dengan menggunakan bubuk penggosok ataupun pasta diamond.

    Pemeriksaan struktur mikro memberikan informasi tentang bentuk struktur,

    ukuran butir dan banyaknya bagian struktur yang berbeda.

    5. Fatigue

    Patahan lelah disebabkan oleh tegangan yang berfluktuasi, dan juga

    dijumpai pada tegangan kurang dari 1/3 kekuatan tarik statik pada bahan

    struktur tanpa konsentrasi tegangan. Dalam keadaan dimana pemusatan

    tegangan diperhitungkan, mungkin bahan akan putus pada tegangan yang

    lebih rendah. Jadi kelelahan memegang peranan utama dalam putusnya bahan

    secara mendadak pada penggunaan suatu struktur atau komponen.

    Semua patahan yang disebabkan kelelahan melalui tahapan proses :

    1. Terjadi keretakan lelah.

    2. Perambatan retakan lelah.

    3. Patahan statik terhadap luas penampang.

    Oleh karena itu pencegahan masing-masing perlu dilakukan pada setiap

    tahapan proses tersebut dibagian yang paling efektif. Dengan pembebanan

    statis, retak dapat diinisiasi sebagai hasil dari deformasi plastis berulang.

    Walaupun tegangan nominal masih dalam batas elastis secara lokal tegangan

    dapat diatas luluh karena konsentrasi tegangan pada cacat atau takikan

    mekanis. Konsekuensinya deformasi plastis terjadi secara lokal pada skala

    mikro.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    39/94

    28

    Material yang mengalami siklus tegangan bolakbalik dapat mengalami

    kegagalan pada tegangan yang relatif lebih rendah (dibawah kekuatan elastis

    material). Batas daya tahan material adalah tegangan satuan maksimum

    dimana material dapat menahan dengan siklus tak hingga tanpa mengalami

    kegagalan .

    Salah satu sifat mekanis material adalah kelelahan (fatique). Sifat ini

    merupakan kekuatan material yang juga berpengaruh terhadap patahnya suatu

    logam. Dengan pembebanan tunggal kita bisa mengkarakterisasi sifat material

    logam, misalnya dengan uji tarik dan uji impak. Namun pada kenyataannya,

    beberapa aplikasi yang ada sering memunculkan adanya beban siklik (cyclic

    loading) dari pada beban statis. Dan dengan begitu akan muncul masalah yang

    khusus dalam penggunaan suatu material. Kekuatan fatik adalah fenomena

    umum dari kegagalan material setelah beberapa siklus pembebanan diberikan

    pada tingkat tegang di bawah tegangan tarik maksimal (ultimate tensile

    strenght). Di bawah ini adalah contoh grafik kegagalan material setelah

    mengalami beban dengan siklus tak hingga.

    Gambar 7: Grafik kegagalan material setelah mengalami

    beban dengan siklus tak hingga

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    40/94

    29

    Untuk mengetahui besar pembebanan untuk uji fatik ini sebelumnya

    dilakukan dahulu pengujian tarik, langkah ini di maksudkan untuk mengetahui

    tegangan tarik maksimal suatu material , karena dalam pengujian fatik ini

    harga tegangan harus dibawah tegangan ultimate gambar dibawah ini

    menggambarkan uji laboratorium yang digunakan untuk memprediksi nilai

    tegangan (stress -level) sebelum dikenakan uji fatik.

    Gambar 8: Gambar komponen alat uji fatik

    Salah satu jenis kurva fatik dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

    Gambar 9: Gambar kurfa fatik aluminium tipe S-N dengan tanpa ada

    titik batas lelah (Easley, and Rolfe 1981, Figure 14.14)

    Data tersebut menunjukkan bahwa material pada saat tegangan 40 ksi

    siklus yang didapatkan adalah5

    10 , saat pembebanan 30 ksi siklus yang

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    41/94

    30

    didapatkan adalah 610 , saat pembebanan 20 ksi siklus yang didapatkan adalah

    710 lebih, dan pada pembebanan 10 ksi siklus yang didapatkan adalah 810 .

    Hal ini menunjukkan bahwa material aluminium tidak mempunyai titik batas

    (endurance limit).

    Setelah mendapatkan nilai tegangan ultimate/tegangan maksimal dari

    proses pengujian tarik maka tegangan ultimate ( u ) digunakan untuk

    menentukan beban yang akan di berikan pada proses pengujian fatik, yaitu

    dengan cara:

    Gambar 10. Alat uji fatik

    Gambar 11. Sketsa alat uji Fatik

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    42/94

    31

    I

    CM.= ..(9)

    Rumus tersebut di atas dapat di jabarkan menjadi :

    4.64

    2.

    2

    .

    d

    daP

    = ...(10)

    Untuk mencari beban (P) yang akan digunakan, maka persamaan tersebut

    menjadi :

    4.64

    2.

    2

    .

    d

    daP

    =

    2.

    2

    ..

    64. 4

    daPd =

    2.

    2..64

    . 4

    aPd

    d

    =

    Jadi beban (P) :

    ad

    d

    P.

    2.2..4

    . 4

    = ........(11)

    Dimana :

    P = Beban yang akan digunakan (kg)

    = Tegangan (2

    mm

    kg)

    d = Diameter benda uji (mm)

    a = Panjang dari bearing ke dudukan (felerum) (mm)

    L = Panjang dari dudukan (felerum) ke dudukan berikutnya (mm)

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    43/94

    32

    M = Momen puntir berlawanan (mm

    kg)

    C = Constanta empiris (2

    d)

    I = Momen Inersia bahan ( 4mm )

    Endurance limit(batas daya tahan material) adalah ciri khas dari logam-

    logam yang mengandung Ferro. Pada logam-logam non ferro batas daya tahan

    material ini tidak jelas terlihat bahkan tidak ada. Demikian halnya dengan

    paduan Al. Logam ini tidak mempunyai endurance limit (batas daya tahan

    material), walaupun pada kenyataannya jika diturunkan maka akan

    memberikan jumlah siklus yang lebih banyak. Dibawah ini adalah gambar dari

    suatu ilustrasi bagaimana tekanan berulang dapat menghasilkan kelainan

    bentuk plastik dipermukaan campuran logam secara cepat.

    Gambar 12: Ilustrasi tekanan berulang

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    44/94

    33

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metode Penelitian adalah cara yang dipakai dalam suatu kegiatan

    penelitian, sehingga mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara

    akademis dan ilmiah. Bahan yang akan diteliti adalah paduan aluminium dari

    sekrap (pelek mobil bekas) yang terdapat pada industri pengecoran pelek Kripton

    Gama Jaya produsen pelek kendaraan merek POWER Kecamatan

    Banguntapan Kabupaten Bantul.

    A. Bahan Penelitian

    Spesimen dibuat dari bahan yang berasal dari pelek mobil bekas yang

    kemudian di cor kembali. Sebagai bahan spesimen uji komposisi, foto mikro dan

    makro, uji tarik, uji kekerasan dan uji fatik/lelah. Dimensi spesimen pengujian

    untuk uji fatik geometrinya dibuat sesuai dengan manual pada, Schenck Rotary

    Bending Machine PUPN (Simplex) yang menggunakan standar JIS Z2201 No.14

    A. Sedangkan pada uji tarik menggunakan standar ASTM E8. Berikut ini adalah

    dimensi spesimen uji fatik dan uji tarik:

    Gambar 13. Dimensi uji fatik JIS Z2201 No. 14 A

    33

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    45/94

    34

    Gambar 14. Dimensi uji tarik ASTM E8

    Jumlah spesimen dalam pengujian ini adalah 28 batang. Untuk uji tarik

    disediakan 4 batang dan diberi beban sama sejumlah 4 ton per spesimen.

    Sedangkan untuk uji fatik disediakan 24 batang yang terdiri dari 12 batang R1

    (raw material) dan 12 batang R2 (R1 yang dicor kembali/remelting) dengan

    beban yang berbeda-beda.

    B. Alat-Alat Penelitian

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Mesin uji komposisi.

    b. Mesin gergaji.

    c. Mesin uji Fatik tipe Schenck Rotary Bending Machine PUPN (Simplex).

    d. Mesin uji tarik Servopulser.

    e. Dapur crusibel tanah.

    f. Mesin bubut.

    g. Mesin Frais.

    h. Kamera foto struktur mikro.

    i. Kamera foto struktur makro.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    46/94

    35

    C. Proses Pengecoran

    Pengecoran dilakukan di pabrik Kripton Gama Jaya produsen pelek

    kendaraan merek POWER Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Bahan

    baku berasal dari sekrap pelek mobil bekas yang di cor kembali dalam dapur

    crusibel tanah sederhana dengan menggunakan minyak tanah sebagai bahan

    bakunya dan ditempatkan dalam tabung udara serta diberikan tekanan

    menggunakan udara. Berikut ini adalah cara pengecoran aluminium yang akan di

    buat menjadi spesimen :

    a. Pembersihan Cetakan b. Peleburan pelekmobil c.Fluk/pembersih

    kotoran

    d. Fluks dimasukkan e.Ditahan pada suhu 725 C0 f. Suhu cetakan 300 C0

    g. Memasukkan logam h. Pendinginan i. Dapur crusible tanah

    Gambar 15. Urutan proses pengecoran aluminium

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    47/94

    36

    Langkah proses pengecoran aluminium dengan menggunakan cetakan

    logam adalah sebagai berikut :

    a. Sebelum cetakan di gunakan, cetakan harus dibersihkan dulu serta di

    semprotkan kapur cair ke dalam permukaannya agar bersih serta pada saat

    akan mengambil coran tidak lengket pada cetakan.

    b. Peleburan pelekaluminium bekas sebagai bahan dasar.

    c. Setelah aluminium mencair semua kemudian masukkan fluks. Fluks

    berguna untuk mengangkat kotoran pada saat proses pengecoran.

    d. Setelah bersih, tahan pada suhu sekitar 725 0 C

    e. Panaskan cetakan pada suhu 300 C0 agar pada saat penuangan logam coran

    tidak membeku sebelum memenuhi cetakan.

    f. Masukkan logam coran ke dalam cetakan, usahakan cetakan jangan terlalu

    jauh letaknya dengan dapur pengecoran.

    g. Setelah itu buka cetakan dan keluarkan hasilnya dari cetakan serta

    dinginkan dengan pendingin udara.

    D.Langkah-langkah Pengujian :

    1. Uji Komposisi

    Uji komposisi dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia yang

    terkandung dalam bahan spesimen atau prosentase dari tiap unsur pembentuk

    bahan spesimen misalnya C, Si, Fe, Cu, Mg, Al dan unsur lainnya. Langkah

    pengujian komposisi adalah sebagai berikut :

    a. Spesimen yang telah dipotong minimal sepanjang 15 mm dibersihkan

    permukaannya dengan dibubut muka terlebih dulu sampai halus dan rata.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    48/94

    37

    b. Spesimen diletakkan pada beddan dibakar dengan semacam elektroda atau

    sinar laser hingga bahan mengalami pencairan atau rekristalisasi. Proses

    pembakaran elektroda ini tidak lebih dari tiga detik Alat uji komposisi

    akan menangkap wama sensor cahaya hasil dari proses rekristalisasi dan

    diteruskan ke dalam program komputer dan mencatat hasilnya.

    2. Pembuatan Spesimen

    Pembuatan spesimen dilakukan dalam beberapa tahapan permesinan yang

    tertuang dalam langkah-langkah pembuatan di bawah ini :

    a. Proses pembuatan fatik spesimen menurut standar JIS Z220 I No. 14 A1) Memotong bahan ukuran 15 X 230 mm sebanyak 12buah dengan

    mesin gergaji.

    2) Membubut bahan hingga berukuran 11,8 X 225 mm sesuai bentuk

    standar JIS Z2201 No. 14 A

    b. Proses pembuatan tarik spesimen menurut standar ASTM E81) Memotong bahan ukuran 20 X 130 mm sebanyak 12buah dengan

    mesin gergaji.

    2) Membubut bahan hingga berukuran 17,5 X 125 mm sesuai bentuk

    standar ASTM E8

    c. Pembuatan spesimen untuk Foto mikro dan uji kekerasan dengan 20mm

    d. ProsesfinishingFinishing atau penghalusan spesimen dengan kertas ampelas pada mesin

    bubut.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    49/94

    38

    3. Foto mikro

    Langkah sebelum melakukan pengujian foto mikro adalah pemolesan.

    Pemolesan dilakukan baik pada raw materials ataupun spesimen yang di

    remelting dengan menggunakan ampelas mulai dari ampelas no. 800 sampai no.

    1500 kemudian diberi autosol agar lebih halus dan mengkilap. lni dilaksanakn

    di laboratorium bahan S1 UGM dengan mesin ampelas. Setelah pemolesan

    selesai, baru melaksanakan foto mikro terhadap bahan tersebut dengan mesin

    mesin foto struktur mikro.

    Gambar 16. Mesin foto struktur mikro

    Langkah-langkah pengujian struktur mikro :

    a. Spesimen yang akan dilakukan uji foto mikro harus rata terhadap bidangukur, sehingga spesimen tersebut diampelas dengan menggunakan ampelas

    halus, kemudian melakukan finishing dengan menggosok spesimen

    menggunakan autosol.

    b. Nyalakan mikroskop dengan menekan ON pada power switch .c. Letakan spesimen pada stage.d.

    Pilih cahaya yang sesuai dengan memutar light intensity control knop.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    50/94

    39

    e. Pilih perbesaran lensa objektif dengan memutar revolving nosepiece.f. Lihat gambar pada eyepieceyaitu pada lensa okuler.g. Fokuskan gambar.h. Pilih lokasi yang akan diinginkan deengan memutar stage drive control

    knop.

    i. Pemotretan: masukan film pada kamera, pilih spesifik gambar yang akandiambil denganphoto unit adjuster dial, dan tekan exposeuntuk melakukan

    pemotretan.

    4. Pengujian KekerasanBrinell

    Gambar 17. Mesin uji kekerasan brinell

    Langkah pengujian kekerasanBrinell :

    a. Siapkan spesimen yang akan diuji, yaitu dengan mengampelasspesimen sampai dengan nomor ampelas 1500, kondisikan rata dan

    tegak lurus pada benda uji.

    b. ON-kan mesin uji kekerasanBrinell.c. Tentukan tekanan yang akan diberikan oleh mesin sesuai dengan

    spesifikasi benda uji tersebut.

    d. Tempatkan benda uji pada stage. Fokuskan gambar.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    51/94

    40

    e. Pilih lokasi yang akan diinginkan dengan memutar stage drivecontrolknop.

    f. Geser tuasnya sehingga bergerak ke atas (bola Brinell bekerjamenekan).

    g. Jika tuas sudah berhenti, tarik dan kembalikan pada posisi semula.h. Ukur diameter jejak bolaBrinell pada layar mikroskop.i. Catat hasilnya.

    5. Pengujian TarikPengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik dari

    material sebelum dilakukan pengujian fatik. Dengan demikian akan dapat

    diketahui kekuatan atau beban maksimun dari material yang selanjutnya dapat

    diketahui kekuatan atau beban luluhnya. Beban luluh inilah yang digunakan

    sebagai patokan pembebanan pada pengujian fatik, dimana berkisar antara (20 -

    80) % dari kekuatan luluh tersebut.

    Langkah-langkah pengujian tarik adalah :

    1. Siapkan spesimen yang akan diuji, yaitu dengan mengampelas spesimensampai dengan nomor ampelas 1500, tempatkan benda pada mesin

    Servopulserdan jepit kedua ujung batang secara tegak lurus.

    2. Siapkan milimeter book pada ploter yang sudah tersedia dalam mesin uji.3. Atur skala beban sesuai dengan yang kita kehendaki.4. Penarikan dimulai dari beban nol dengan penambahan beban perlahan-lahan

    dan merata sehingga tidak terjadi beban kejutan.

    5. Selama penarikan berlangsung, berarti terjadi perpanjangan dan pengecilanspesimen hingga putus.

    6. Hasil dari pengujian dapat dilihat pada kertas milimeter book yang telah dipasang di dalam ploteryang berupa grafik, serta penunjuk beban maksimal

    pada alat Servopulser.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    52/94

    41

    Gambar 18. Mesin uji tarikservopulser

    6.Pengujian Fatik5 6 7 8 9 10 11

    1 2 3 4

    Gambar 19. Mesin uji fatikRotary Bending

    Keterangan :

    1.Handle pengatur beban.

    2. Skala penunjuk beban.3.Handle penahan saat mengatur beban.

    4. Tombol penanda ON/OFF.

    5. Cekam kiri.

    6. Pemberat kiri.

    7. Benda kerja.

    8. Pemberat kanan.

    9. Cekam kanan.

    10. Motor listrik

    11. Meteran penunjuk siklus (N)

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    53/94

    42

    Pengujian fatik ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lelah dari

    material sebelum dan sesudah dilakukan remelting. Dengan demikian dilakukan

    dua macam pengujian yaitu untuk raw material dan remelting material.

    Banyaknya pengujian untuk spesimen tanpa remelting adalah 12 buah dan untuk

    spesimen yang telah mengalami remelting adalah 12 buah untuk tiap variasi

    beban.

    Langkah-Iangkah yang dilakukan dalm pengujian fatik yaitu :

    a. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti: mesin uji fatik, bandul

    beban, kunci-kunci pendukung (cekam), obeng (-) dan (+) dan lembar

    pengamatan (pulpen dan stopwatch)

    b. Membuka tutup pengaman mesin uji yang terbuat dari fiber glass.

    sehingga transparan dan letakkan di tempat yang aman.

    c. Netralkan/nol (0) kan beban dengan menggunakan handle pengatur

    beban dan lihat jarum penunjuk bebannya.

    d. Melepas spesimen contoh yang terpasang di alat dari cekam sebalah kiri

    dan kanan dengan menariknya keluar.

    e. Memasang spesimen yang kita buat ke mesin fatik dengan memasukkan

    kedalam cekam sebelah kiri ke cekam sebelah kanan dengan pengunci

    cekam yang dilonggarkan.

    f. Atur besar beban yang sesuai dengan perhitungan dengan memutar

    handle putar beban sambil memperhatikan jarum penenjuk beban.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    54/94

    43

    g. Memulai dengan beban yang terbesar terlebih dulu. Beban berasl dari

    0,2 - 0,8 dikalikan dengan kekuatan luluh rata-rata pada pengujian tarik

    raw matreial (20-80% y ).

    h. Menutup mesin dengan tutup pelindung dan mencatat data siklus (N)

    yang tertera pada meteran pada mesin sebelah kanan.

    i. Menghidupkan mesin uji dengan menekan tombol ON, kemudian handle

    beban kita lepaskan secara perlahan agar tidak terjadi beban kejut.

    j. Setelah spesimen patah, catat hasil pada meteran siklus (N), mesin secara

    otomatis akan berhenti atau mati dengan sendirinya.

    k. Melepas spesimen yang telah patah caranya hampir sama dengan saat

    memasang spesimen. Buka tutup mesin, lepaskan cekam kiri bersama

    spesimen yang telah patah dan melepas spesimen dari cekam kanan

    dengan mengendorkan mur pengunci cekam. Kemudian memasang

    spesimen berikutnya dengan beban yang lebih rendah dari sebelunmya.

    l. Penurunan beban berikutnya dapat dilakukan secara berurutan atau jika

    pada beban terbesar siklus yang diperoleh sedikit atau cepat patah, maka

    beban bisa diturunkan ke yang terendah atau tengah-tengah.

    m. Setelah raw materials selesai, maka lanjutkan pengujian pada spesimen

    yang dikenakan pengecoran kembali (remelting). Sesekali memeriksa

    atau menambahkan grease yang terdapat pada bantalan.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Lembar pengamatan sangat diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah ini

    akan mempermudah dalam proses pengolahan data selanjutnya. Dengan

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    55/94

    44

    menggunakan lembar pengamatan tersebut diharapkan penelitian yang dilakukan

    dapat berjalan dengan lancar dan tertib serta data yang didapat tercatat dengan

    baik. Wawancara dengan ahli metalurgi akan, memberikan gambaran umum

    mengenai penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu perlu konsultasi dengan

    pakar/ahli metalurgi sebelum melakukan penelitian dan persiapan bahan serta

    instrumen lainnya. Adapun lembar pengamatan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    Tabel 7. Lembar pengamatan uji tarik

    Kekuatan (kg/mm 2 ) Perpanjangan (%) Kontraksi (%)Parameter

    Spesimeny

    u oL 1L e oA 1A q

    1

    2

    3

    4

    Keterangan :

    y = Kekuatan luluh (yield).

    u = Kekuatan tarik.

    oL = Panjang sebelum ditarik.

    1L = Panjang.setelah ditarik.

    e = Prosen perpanjangan (regangan).

    oA = Luas penampang sebelum putus.

    1A = Luas penampang setelah putus.

    q = Prosen kontraksi (reduksi penampang).

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    56/94

    45

    Tabel 8. Lembar pengamatan uji fatik

    Spesimen

    ()

    TeganganMaksimal

    (MPa)

    Jumlah Siklus

    (N)

    Beban )( uP

    (kg)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    Keterangan :

    (.) dapat diisi :Raw material (R1)

    Material R1 yang telah di cor kembali/remelting

    (R2)

    F. Diagram Alur Penelitian

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    57/94

    46

    Gambar 20. Alur penelitian

    Pengecoran ke I

    (raw material)

    Pengecoran ke II

    ( remelting)

    KekerasanFoto mikro

    dan makro

    TarikKomposisi Fatiq

    Hasil

    Analisis data

    Simpulan

    Bahan Paduan

    Alumunium

    Spesimen

    Spesimen

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    58/94

    47

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    Hasil penelitian dan pembahasan yang akan diuraikan meliputi : komposisi

    unsur kimia, pengamatan struktur mikro dan makro, kekerasan, kekuatan tarik,

    serta kelelahan/fatik.

    A. HASIL PENELITIAN1. Komposisi Kimia

    Hasil penguji komposisi raw material dan aluminium setelah

    remelting pada penelitian ini dituangkan dalam tabel sebagai berikut:

    Tabel 9. Hasil Uji Komposisi raw material

    Unsur (%)

    Si 6,80888

    Fe 0,14908

    Cu 0,0315

    Mn 0,00707

    Mg 0,24992

    Zn 0,02003

    Ti 0,13718

    Cr 0,00268

    Ni 0,00309

    Pb -

    Sn 0,00283

    Na -Sb 0,00223

    Al 92,58575

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    59/94

    48

    Tabel 10. Hasil Uji Komposisi setelah di remeltingUnsur (%)

    Si 6,73Fe 0,1701

    Cu 0,072

    Mn 0,0029

    Mg 0,2323

    Zn 0,0456

    Ti 0,1349

    Cr 0,0024

    Ni 0,003

    Pb 0,0021

    Sn 0,0034

    Na -Sb -

    Al 92,60

    Berdasarkan pada tabel nomer 2 atau sesuai dengan klasifikasi

    paduan aluminium tempaan hasil pengujian komposisi pada bahan

    aluminium tuang raw material dan paduan aluminium remelting seperti

    ditunjukkan pada Tabel 9 dan 10 maka aluminium tuang tersebut diatas

    termasuk ke dalam kelompok 4030-4039 atau menurut standar Alcoa

    (Aluminium Company of America) dapat digolongkan pada kelompok 30S-

    39S, yang terdiri dari AlSi. Sedangkan menurut Ramsden (2004)

    membentuk paduan aluminium 357.0 F.

    2. Struktur mikroSetiap spesimen yang akan di lakukan pengujian seharusnya

    dilakukan foto mikro dahulu, tujuannya adalah untuk menganalisa struktur

    pada benda uji atau spesimen agar kita nantinya dapat menentukan langkah

    selanjutnya dalam pengujian tarik dan fatik.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    60/94

    49

    Gambar 21. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali

    Gambar 22. Foto mikro raw material perbesaran 500 kali

    Foto mikro yang ditunjukkan pada gambar raw material perbesaran

    200 kali dan foto mikro raw material perbesaran 500 kali diatas

    menunjukkan larutan padat yang banyak, menyebar merata dan berukuran

    sedang. Larutan yang berwarna hitam berbintik-bintik dan mengendap serta

    Al

    Si

    Al

    Si

    Mg

    100

    20

    Si

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    61/94

    50

    mengelilingi warna keabu-abuan (Mg) adalah larutan Si. Larutan yang

    berwarna kelabu dan kedudukannya didalam Si adalah Mg.

    Gambar 23. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting

    dengan perbesaran 200 kali

    Gambar 24. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting

    dengan perbesaran 500 kali

    Foto mikro yang ditunjukkan pada gambar paduan aluminium setelah

    di remelting dengan perbesaran 200 kali dan 500 kali menunjukkan bahwa

    Al

    Si

    Cu

    Mg

    Al

    Si

    100

    20

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    62/94

    51

    larutan padat yang sedikit, posisinya menyebar dan berukuran sedang.

    Larutan Si berwarna hitam bintik-bintik dan mengendap serta mengelilingi

    warna keabu-abuan (Mg). Untuk Mg letaknya di dalam Si dan berwarna

    abu-abu. Sedangkan untuk larutan Cu memiliki warna abu-abu agak

    kemerah-merahan. Larutan Si dalam paduan aluminium setelah di remelting

    tidak sebanyak paduan aluminium raw material, sehingga menyebabkan

    spesimen paduan aluminium setelah di remelting kurang bagus ketahanan

    korosinya dibandingkan raw material dan spesimen ini mudah untuk

    dikerjakan dalam permesinan karena banyak terdapat Cu.

    Gambar 25. Foto mikro raw material perbesaran 200 kali

    yang menunjukkan porositas.

    Porositas

    100

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    63/94

    52

    Gambar 26. Foto mikro paduan aluminium setelah di remelting

    perbesaran 200 kali yang menunjukkan porositas.

    Dari gambar foto mikro raw material perbesaran 200 kali dan foto

    mikro paduan aluminium setelah di remelting, menunjukkan bahwa paduan

    aluminium setelah di remelting mempunyai porositas yang lebih besar bila

    di bandingkan dengan bahan pengecoran dasar (raw material). Hal ini

    disebabkan oleh adanya gas hidrogen yang dapat larut pada aluminium cair

    kemudian setelah logam membeku gas hydrogen tersebut terjebak serta oleh

    adanya pula penyusutan logam yang terjadi pada saat logam bertransformasi

    dari fase cair ke padat. Ini sesuai dengan pernyataan Neff (2002) yang di

    tulis dalam papernya.

    3. Uji kekerasanUji kekerasan dalam spesimen ini menggunakan uji kekerasan brinell,

    sehingga menghasilkan data nilai kekerasan (BHN). Hasil kekerasan brinell

    ditunjukkan dengan tabel berikut ini:

    Porositas

    100

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    64/94

    53

    Tabel 11. Spesimen raw material

    No. D (mm) Harga KekerasanBrinell

    1 0,82 57,6

    2 0,80 60,6

    3 0,81 59,0

    Rata-rata06,59

    3

    2,177=

    Tabel 12. Spesimen paduan aluminium setelah di remelting

    No. D (mm) Harga KekerasanBrinell

    1 0,83 56,1

    2 0,80 60,6

    3 0,82 57,6

    Rata-rata1,58

    3

    3,174=

    Pengujian dilakukan menggunakan beban 31,25 kg dengan diameter

    penetrator 2,5 mm. Pengujian sebanyak 3 titik per spesimen, posisi titik dari

    tepi ke tengah. Dilihat dari tabel 9 dan 10 maka nilai kekerasan brinell pada

    spesimen yang telah di remelting mengalami penurunan sebanyak 1,62 %.

    Walaupun tidak begitu signifikan hal ini menunjukkan bahwa spesimen raw

    material lebih keras daripada spesimen yang dikerjakan dengan proses

    remelting, hal ini dapat dilihat dengan diagram batang berikut ini :

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    65/94

    54

    59,06 58,1

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Kekerasan(BHN)

    Raw material Spesimen setelah di

    remelting

    Spesimen

    Gambar 27. Nilai kekerasan paduan aluminium

    4. Uji TarikPengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari

    material aluminium tuang sebagai material uji dalam penelitian ini. Hasil

    pengujian tarik pada umumnya adalah parameter kekuatan (kekuatan tarik

    dan kekuatan luluh), parameter keliatan/keuletan yang ditunjukkan dengan

    adanya prosen perpanjangan (e) dan prosen kontraksi atau reduksi (q)

    penampang patah dan bentuk-bentuk penampang patah.

    Pengujian dengan menggunakan mesin servopulser pada skala beban

    4 ton dan menggunakan spesimen standar untuk pengujian tarik ASTM E8.

    Pengujian tarik ini bertujuan untuk mendapatkan data kekuatan tarik

    maksimal atau tegangan Ultimate yang akan digunakan untuk penentuan

    besarnya beban pada pengujian fatik. Dari hasil pengujian tarik didapatkan

    data sebagai berikut:

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    66/94

    55

    Tabel 13. Data hasil uji tarik

    Benda Pembebananyang diberikan

    (ton)

    Beban(%)

    Beban(kg)

    0L (mm)

    1L (mm) )(mm

    L

    0d (mm)

    1d )(mm

    d )(mm

    1 4 43,0% 1720 49,98 52,88 2,9 12,28 12,20 0,08

    2 4 45,7% 1828 49,97 53,12 3,15 12,27 12,18 0,09

    3 4 41,9% 1676 50 52,99 2,99 12,35 12,24 0,11

    Tabel 14. Data hasil uji tarik

    SpesimenuP

    (kg)

    yP

    (kg)

    oA

    ( 2mm )

    1A

    ( 2mm )

    y

    (Mpa)

    u

    (MPa)

    e

    (%)

    q

    (%)

    1 1720 1495,65 118,37 116,8 123,774 142,39 5,8 1,3

    2 1828 1056,64 118,18 116,45 87,61 151,50 6,3 1,46

    3 1676 1297,5 119,73 117,6 106,13 137,2 5,98 1,77

    Jadi tegangan maksimal (Ultimate) rata-rata yang akan berguna untuk

    penentuan beban fatik adalah :

    3

    321 uuu

    u ratarata

    ++

    =

    = 2)3

    1446,1553,14

    ( mm

    kg++

    = 14,672

    mm

    kg= 143,76 MPa................(12)

    5. Uji FatikPengujian kelelahan yang dilakukan dalam penelitian ini dipergunakan

    untuk mengetahui umur lelah material paduan aluminium tuang sebagai

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    67/94

    56

    spesimen pengujian yang digunakan adalah aluminium dari pelek mobil

    ataupun motor. Penelitian ini menggunakan dua jenis spesimen uji lelah

    yang terdiri dari spesimen raw material dan spesimen pengecoran ulang

    (remelting).

    Metode penyajian data hasil pengujian dengan menggunakan kurva S-

    N. Kurva S-N hasil pengujian untuk material paduan aluminium tuang

    ditunjukkan pada gambar 26.

    Hubungan antar level tegangan dan siklus pembebanan tersebut seperti

    yang dinyatakan dalam persamaan 12.

    p

    a NC

    = . .................................................................(12)

    atau N. pa = CpCCuntuk

    1

    =

    Dimana : a = amplitudo tegangan

    N = jumlah putaran hingga terjadi kegagalan

    C dan p= konstanta empiris bahan

    S2 = 409,26N-0,1331

    S1 = 476,6N-0,1422

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    10000 100000 1000000 10000000

    SIKLUS (N)

    TEGANGAN(

    MPa)

    Remelting

    Raw material

    Pow er ( Remelting)

    Pow er (Raw material)

    Gambar 28. Kurva S N hasil pengujian lelah.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    68/94

    57

    Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hubungan persamaan level

    tegangan dan siklus pembebanan sebagai berikut :

    a. Persamaan untuk spesimen raw materialS = 476,6 1422,0N ...................................................(13)

    b. Persamaan untuk spesimen paduan aluminium setelah di remeltingS = 409,26 1331,0N .................................................(14)

    Dari grafik di atas tergambar bahwa proses remelting mempunyai

    persamaan grafik yang berada di bawah persamaan grafik raw material.

    Pada level tegangan tinggi sebesar 103,488 MPa yang sama setelah

    dilakukan proses remelting terjadi penurunan siklus (N) sebanyak 19,8 %,

    sehingga hal ini membuktikan bahwa perlakuan remelting dapat

    menurunkan siklus (N) fatik yang diterima oleh suatu paduan aluminium, ini

    dikarenakan oleh adanya cacat pada waktu pengecoran yaitu terjadinya

    porositas ataupun penyusutan.

    Hasil penampang patah spesimen uji lelah juga menunjukkan adanya

    karakteristik patah lelah, seperti pembentukan retak awal (initial crack),

    daerah perambatan retak (beach mark), dan daerah patah tiba-tiba/statis

    ( final fracture), kondisi tersebut seperti ditunjukkan pada gambar 29 dan

    gambar30. Daerah perambatan retak digambarkan seperti pada garis pantai.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    69/94

    58

    Gambar 29. Penampang patah lelah pada spesimen raw material

    Gambar 30. Penampang patah lelah pada spesimen remelting

    Patah

    statis/tiba-tiba

    Daerah

    perambatan retak

    Retak awal

    Patah

    statis/tiba-tiba

    Retak awal

    Daerah

    perambatan retak

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    70/94

    59

    BAB V

    PENUTUP

    A. SimpulanDari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

    beberapa kesimpulan sebagai berikut :

    1. Aluminium dalam penelitian ini termasuk dalam paduan Al-Si, karena92,60% adalah aluminium, 6,73% Si dan sisanya adalah paduan unsur

    lain. Setelah dilakukan foto mikro ternyata paduan aluminium yang telah

    di remelting mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan

    raw material, sedangkan untuk unsur-unsur paduannya tidak begitu

    banyak mengalami perubahan yang signifikan. Porositas disebabkan oleh

    peningkatan gas hidrogen pada saat peleburan dan penyusutan pada saat

    logam bertransformasi dari fasa cair ke padat, tetapi unsur-unsur

    paduannya relatif tidak mengalami perubahan.

    2. Proses remelting mempengaruhi sifat mekanis pada paduan alumunium,yaitu terdapat penurunan kekerasan sebesar 1,62% (raw material

    mempunyai harga kekerasan Brinell = 59,06 BHN sedangkan paduan

    alumunium dengan proses remelting mempunyai harga kekerasan brinell

    sebesar = 58,1 BHN). Pada pengujian tarik hanya dilakukan untuk langkah

    menuju ke pengujian fatik, sehingga hanya diambil dari data benda raw

    material saja. Tegangan ultimate raw material aluminium paduan ini

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    71/94

    60

    adalah sebesar 143,76 MPa, sedangkan untuk tegangan luluhnya sebesar

    109,56 MPa.

    3. Kekuatan fatik pada paduan aluminium yang telah mengalami prosesremelting mengalami penurunan siklus (N) sebesar 19,8 % dari yang

    semula mempanyai persamaan sebesar S = 476,6 1422,0N menjadi S =

    409,26 1331,0N . Hal ini dapat dilihat pada level tegangan tinggi sebesar

    103,488 MPa yang sama. Jadi proses remelting dapat merubah kekuatan

    fatik menjadi menurun. Hal ini dikarenakan oleh adanya cacat pada waktu

    pengecoran yaitu terjadinya porositas ataupun penyusutan pada saat logam

    yang sedang ber-transformasi dari fasa cair ke padat.

    B. SaranData yang disajikan dalam penelitian ini masih sangat terbatas, tetapi

    setelah penelitian ini justru muncul pemikiran-pemikiran baru sehingga perlu

    diadakan penelitian lebih lanjut misalnya pemulihan (recovery) terhadap

    penurunan sifat fisis maupun mekanis yang terjadi akibat proses remelting.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    72/94

    61

    DAFTAR PUSTAKA

    Barsom, J .M. dan Rolfe, ST., 1999, Fracture and Fatigue Control in

    Structures:

    Applications of Fracture Mechanics, Third Edition, Butterworth--

    Heinemann, Philadelphia

    B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga,

    Jakarta, 1987.

    E. P Propov, Mekanika Teknik, Terjemahan Zainul Astamar Msc, Erlangga,

    Jakarta, 1984.

    .Ferdinand L. Singer, Andrew Pytel, Kekuatan Bahan, Terjemahan Ir. Darwin

    Sebayang, Erlangga, Jakarta, 1980.

    George E. Dieter, Metalurgi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga,

    Jakarta, 1988.

    Ing M Hirt, Elemen Mesin, Terjemahan Ir Anton Budiman, Ir Bambang

    Priambodo, Erlangga, Jakarta, 1986.

    Joseph E. Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, Terjemahan Ghandhi Harahap,

    M.Eng, Erlangga Jakarta.

    Neff, D.V.,2002, Understanding Aluminium Degassing, Modern Casting, May

    2002, p.24-26.

    Ramsden, 2004, Mechanical Properties of Aluminium Casting Alloys,

    http://www.ramsden.on.ca/alloys.htm

    Surdia, T. dan Cijiiwa K, 1991, Teknik Pengecoran Logam, PT Pradnya

    Paramita, Jakarta.

    Surdia, T. dan Shinroku, 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, PT Pradnya

    Paramita, Jakarta.

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    73/94

    62

    Lampiran 1. Komposisi Kimia Paduan Aluminiumraw material

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    74/94

    63

    Lampiran 2. Komposisi Kimia Paduan Aluminiumremelting

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    75/94

    64

    Lampiran 3. Data dan Perhitungan Kekerasan

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    76/94

    65

    Perhitungan uji kekerasanBrinell padaRaw Material

    Skala pengujian :Brinell

    Beban pengujian : 31,25 kgf

    Diameter identor (D) : 2,5 mm

    Pengukuran diameter injakan : Mikrroskop, skala 1mm = 38 strip

    Perbesaran 100 X

    1. Kekerasan padaRaw Material (1)P = 31,25 kgf

    D = 2,5 mm

    d = 0,82 mm

    )(

    2

    22dDDD

    PBHN

    =

    )82,05,25,2(5,214.3

    25,312

    22= xx

    x

    BHN

    BHN= 57,6

    2. Kekerasan padaRaw Material (2)P = 31,25 kgf

    D = 2,5 mm

    d = 0,80 mm

    )(

    2

    22dDDD

    PBHN

    =

    )80,05,25,2(5,214.3

    25,312

    22

    =

    xx

    xBHN

    BHN= 60,6

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    77/94

    66

    3. Kekerasan padaRaw Material (3)P = 31,25 kgf

    D = 2,5 mm

    d = 0,81 mm

    )(

    2

    22dDDD

    PBHN

    =

    )81,05,25,2(5,214.3

    25,312

    22

    =

    xx

    xBHN

    BHN= 59,0

    Rata-rata BHNraw material:

    BHN =3

    0,596,606,57 ++

    BHN =3

    2,177

    BHN = 59,06

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    78/94

    67

    Perhitungan uji kekerasanBrinell padaMaterial Remelting

    1. Kekerasan pada hasil remelting (1)P = 31,25 kgf

    D = 2,5 mm

    d = 0,83 mm

    )(

    2

    22dDDD

    PBHN

    =

    )83,05,25,2(5,214.3

    25,312

    22

    =xx

    xBHN

    BHN= 56,1

    2. Kekerasan pada hasil remelting (2)P = 31,25 kgf

    D = 2,5 mm

    d = 0,80 mm

    )(4

    22dDDxDx

    PBHN

    =

    )80,05,25,2(5,24

    25,31

    22

    =

    xx

    BHN

    BHN= 60,6

    3. Kekerasan pada hasil remelting (3)P = 31,25 kgf

    D = 2,5 mm

    d = 0,81 mm

    )(

    2

    22dDDD

    PBHN

    =

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    79/94

    68

    )82,05,25,2(5,214.3

    25,312

    22

    =

    xx

    xBHN

    BHN= 57,6

    Rata-rata BHNremelting:

    BHN =3

    6,576,601,56 ++

    BHN =3

    3,174

    BHN = 58,1

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    80/94

    69

    Lampiran 4. Data dan Perhitungan Uji Tarik

    Grafik pengujian tarik :

    Alat uji : Mesin uji tarik universal Servopulser

    Standar spesimen : ASTM E8

    Beban pengujian : 4000 kg

    Dari hasil pengujian tarik didapatkan data sebagai berikut:

    Benda Pembebanan yang

    diberikan(ton)

    Beban(%)

    Beban(kg)

    0L

    (mm)

    1L

    (mm) )(mm

    L

    0d

    (mm)

    1d

    )(mm

    d )(mm

    1 4 43,0% 1720 49,98 52,88 2,9 12,28 12,20 0,08

    2 4 45,7% 1828 49,97 53,12 3,15 12,27 12,18 0,09

    3 4 41,9% 1676 50 52,99 2,99 12,35 12,24 0,11

    Spesimenu

    P

    (kg)

    y

    P

    (kg)

    o

    A

    ( 2mm )

    1

    A

    ( 2mm )

    y

    (Mpa)

    u

    (MPa)

    e

    (%)

    q

    (%)

    1 1720 1495,65 118,37 116,8 123,774 142,39 5,8 1,3

    2 1828 1056,64 118,18 116,45 87,61 151,50 6,3 1,46

    3 1676 1297,5 119,73 117,6 106,13 137,2 5,98 1,77

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    81/94

    70

    (a) Grafik uji tarikraw material I

    (b) Grafik uji tarikraw material II

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    82/94

    71

    (c) Grafik uji tarikraw material III

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    83/94

    72

    Perhitungan data benda uji I

    uP = 43,0 %

    = 43,0 % * 4000 kg

    = 1720 kg

    yP = mmmm

    kg30*

    5,34

    1720

    = 1495,65 kg

    0A =2

    4 d

    = 0,785 * (12,28) 2 mm

    = 118,37 mm 2

    Tegangan luluh :

    y =

    o

    y

    A

    P

    = 237,118

    65,1495

    mm

    kg

    = 12,632

    mm

    kgatau 123,774 MPa

    Kekuatan Tarik / Tegangan Ultimate :

    u =

    0A

    Pu

    =2

    37,118

    1720

    mm

    kg

    = 14,532

    mm

    kgatau 142,39 Mpa

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    84/94

    73

    Persentase pertambahan panjang atau regangan (e)

    e = %1001 xL

    LL

    LL

    o

    o

    o

    =

    e = %10098,49

    98,4988,52x

    e = 5,8 %

    Pengecilan/reduksi penampang (q)

    q = %1001 xA

    AA

    A

    A

    o

    o

    o

    =

    q = %10037,118

    8,11637,118x

    q = 1,3 %

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    85/94

    74

    Perhitungan data benda uji II

    uP = 45,7 %

    = 45,7 % * 4000 kg

    = 1828 kg

    yP = mmmm

    kg50*

    5,86

    1828

    = 1056,64 kg

    0A =2

    4 d

    = 0,785 * (12,27) 2 mm

    = 118,18 mm2

    Tegangan luluh :

    y =

    o

    y

    A

    P

    = 218,118

    64,1056

    mm

    kg

    = 8,942

    mm

    kgatau 87,61 MPa

    Kekuatan Tarik / Tegangan Ultimate :

    u =

    0A

    Pu

    =2

    18,118

    1828

    mm

    kg

    = 15,462

    mm

    kgatau 151,50 Mpa

  • 8/7/2019 Skripsi Aluminium

    86/94

    75

    Persentase pertambahan pa