setiawan, 2010

Upload: marlonsoplantila

Post on 02-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang

    Dan Invertebrata laut Dilengkapi dengan Metode Monitoringnya

    Oleh: Fakhrizal Setiawan

  • Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang

    Dan Invertebrata Laut Dilengkapi dengan Metode Monitoringnya

    Oleh: Fakhrizal Setiawan

  • UCAPAN TERIMAKASIH

    Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada ALLAH SWT atas berkat dan izin-Nyalah buku Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang Dan Invertebrata Laut dapat diselesaikan. Penulis juga berterimakasih terhadap Fisheries Diving Club (FDC-IPB) karena di FDC lah penulis mengenyam ilmu selam dan belajar identifikasi ikan karang untuk pertama kalinya serta Ilmu Dan Teknologi Kelautan IPB dimana penulis menyelesaikan jenjang strata satu dan banyak memahami tentang dunia kelau-tan. Penulis juga sangat berterimakasih terhadap Wildlife Conservation Society (WCS-IP) karena foto-foto yang diambil menggunakan kamera dari Marine Program. Buku ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena kualitas dan jumlah stok foto yang sangat minim dan keterbatasan lainnya.

    Penulis juga berterimakasih kepada Mas Rizya Legawa Ardiwijaya selaku program manager WCS-IP Marine Program yang mensuport serta contributor foto,begitu juga Bang Tasrif Kartawijaya, Rian Prasetia dan Bang Yudi Herdiana, Mba Shinta T. Pard-ede dan Efin Muttaqien. Ucapan terimakasih juga kepada Mba Shinta T. Pardede yang mau menjadi editor serta ..yang bersedia menjadi sponsor untuk mencetak buku ini. Ucapan terimakasih juga kepada teman-teman di Lapangan baik di Pulau Weh (ODC, Rubiah tirta Divers,WCS sabang), Karimunjawa (staf TNKJ, MDC, WCS Kari-munjawa), Labuan Bajo (Staf PNK dan kru Kapal) dan lainnya yang belum disebutkan untuk menemani hari-hari selama penyelaman.

    Penulis sengaja menggunakan bahasa Indonesia untuk mempermudah pembela-jaran serta mengharapkan kedepannya banyak putra/putri Indonesia yang belajar dan meneliti sumberdaya hayati laut bumi pertiwi yang sangat kaya dan beranekaragam ini. Buku ini sengaja didesin sesederhana mungkin sehingga orang awam sekalipun dapat memahami isi dari buku ini. Keritik, saran dan koreksi sangat diharapkan untuk revisi dan kesempurnaan buku ini. Keritik, saran dan koreksi yang membangun dapat di alamatkan ke: [email protected] atau [email protected]. Fakhrizal Setiawan Manado, Indonesia

  • TENTANG PENULIS

    Penulis menamatkan jenjang S1 nya di Jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB tahun 2006. Penulis memulai karirnya di bidang ikan karang sejak di bangku kuliah dan bergabung Fisheries Diving Club (FDC-IPB). Setelah lulus kuliah, penulis bergabung dengan WCS Marine program hingga sekarang. Selama di WCS lah penulis banyak belajar dunia bawah air khususnya ikan karang. Penulis sekarang berdomisili di Manado dan tetap bekerja di WCS Indonesia Marine program, site Sulawesi Utara.

    Editor:

    Shinta Trilestari Pardede

    Ilustrator:

    Fakhrizal Setiawan

    Foto credit:

    Fakhrizal Setiawan

    Rizya L. Ardiwijaya

    Tasrif Kartawijaya

    Rian Prasetia

    Yudi Herdiana

    Efin Muttaqien

    Shinta Trilestari Pardede

    Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang

    Dan Invertebrata Laut Dilengkapi dengan Metode Monitoringnya

  • DAFTAR ISI

    Bagaimana menggunakan buku ini .. iii Pendahuluan ... iv Monitoring ikan karang ..... 11 Monitoring Invertebrata bentik non karang .... 266 Acanthuridae 40 Pomacentridae 176

    Apogonidae 46 Priacanthidae 212

    Aulostomidae 56 Pseudochromidae 214

    Balistidae 58 Scaridae 218

    Blenidae 62 Scorpaenidae 224

    Caesionidae 64 Serranidae 229

    Carangidae 68 Siganidae 243

    Carchanidae 71 Sphyraenidae 249

    Centriscidae 75 Syngnathidae 251

    Chaetodontidae 77 Synodonthidae 254

    Cirrhitidae 94 Tetraodonthidae 257

    Dasyatidae 97 Zanclidae 264

    Ephippidae 99 Diademidae 277

    Fistularidae 102 Bintang laut 284

    Gobidae 104 Teripang 290

    Haemulidae 107 Nudibranchia 294

    Holocentridae 111 Spons 296

    Kyphosidae 115 Clams/kerang 301

    Labridae 117 Gorgonian 305

    Lethrinidae 132 Crustacea 308

    Lutjanidae 136 Ascidian 309

    Monacanthidae 139 Anemone 311

    Moorynidae 143 Sephia/sotong 313

    Mullidae 147 Octopus/gurita 314

    Nemipteridae 152

    Ostracidae 156

    Pempheridae 158

    Pinguipedidae 160

    Plesiopidae 165

    Plotosidae 167

    Pomacanthidae 169

  • BAGAIMANA MENGGUNAKAN BUKU INI

    Sewaktu kecil kita sering didengungkan akan lokasi Indonesia yang sangat stratergis yaitu diapit oleh 2 samudra yaitu Hindia dan Pasifik. Hal ini sangatlah masuk akal di-karenakan di Indonesialah terdapat percampuran biota laut dari kedua samudra terse-but. Dalam buku ini anda dapat melihat ikan ikan dari samudra Hindia dan Pasifik bertemu di Indonesia serta batas jenisnya yang tergantikan oleh saudaranya di Samudra lainnya. Buku ini merupakan panduan prkatis di lapangan bagi yang ingin belajar survey serta identifikasi ikan karang dan invertebrata bentik selain karang. Buku ini didesian sesederhana mungkin dan seinteraktif mungkin sehingga mengu-rangi kebosanan dalam mempelajarinya.

    Dibagian awalnya juga diterangkan mengenai metode-metode monitoring ikan karang dari seluruh dunia untuk memudahkan monitoring. Penggolongan ikan ke-dalam family di buku ini ditandai dengan warna sehingga memudahkan dalam pen-cariannya. Urutan family ikan juga berdasarkan alphabet meski kadang bentuk yang mirip namun nama familynya berbeda menyebabkan gambar menjadi sulit dibanding-kan. Identifikasi dibuku ini menggunakan nama latin, nama inggris/ common name dan nama Indonesia. Selanjutanya ciri-ciri fisik, habitatnya, distribusinya dan terakhir makannnya. Salah satu kesulitannya yitu dalam pengumpulan materi adalah kurangnya informasi nama-nama lokal ikan di Indonesia dan perbedaan nama lokal untuk satu jenis ikan di beberapa lokasi namanya berbeda dan banyak. Umumnya nama lokal diberikan untuk level family dan bukan level species. Pewarnaan dalam tiap halaman yang berbeda untuk setiap family akan membantu menemukan species yang dicari den-gan lebih mudah. Identifikasi ikan bersumber dari www.fishbase.org dan Allen, 2003.

    Identifikasi kelompok Buku ini terbagi kedalam dua kelompok yaitu Identifikasi ikan karang dang identi-

    fikasi invertebrata. Identifikasi ikan paling mudah dimulai dari bentuk tubuh dari sini dapat dikatehui identifikasi level Family.

    Penandaan Anatomi

    Identifikasi level ini sudah masuk kebagian species, namun sebelum masuk lebih jauh akan sedikit diulas bagaimana cara mengidentifikasi ikan karang secara lebih mu-dah. Kunci identifikasi ikan karang terdiri dari:

    Cara berenang Waktu aktifnya Bentuk sirip, baik sirip pectoral (dada), sirip anal(dekat dubur), dorsal (punggung) maupun ventral(Perut) Pola warna Ciri-ciri khusus lainnya, seperti organ tambahan, dll.

    1

  • Anantomi ikan dan bagian-bagiannya. Panjang ikan berguna dalam mengkonversi dari panjang menjadi berat dimana nilai TL (total length), FL (fork length) dan SL (standar length) untuk nilai a dan b masing-masing berbeda. Rumus pengkonversi dari panjang menjadi berat adalah W= a x Lb

    Dimana:

    W = berat ikan dalam gram

    a dan b = konstanta laju pertumbuhan

    L (TL/SL/FL) = Panjang ikan

    2

  • Pola, bentuk serta warna merupakan salah satu kunci

    identifikasi hingga tingkat species untuk ikan karang.

    Organ Tambahan pada ikan

    sebagai salah satu kunci

    identifikasi

    3

  • PENDAHULUAN

    Ikan karang dan biota pengisinya merupakan jantung dan hatinya terumbu

    karang. Kehidupan di laut tidak akan berwarna-warni tanpa kehadiran biota-biota

    pengisinya yang beranekaragam serta umumnya memiliki warna-warna yang cerah.

    Sehingga menjaga jantungnya terumbu karang sudah sewajarnya kita sebagai manusia

    untuk melakukannya. Ikan karang merupakan salah satu komoditi unggulan perikanan

    serta akuarium laut maka dari itu pengawasan perlu dilakukan agar stok di alam masih

    dapat terjaga dengan lestari. Hal yang paling bisa kita lakukan adalah melakukan moni-

    toring ikan karang untuk melihat perubahannya tiap tahun.

    Buku ini akan mengupas mengenai monitoring ikan karang dimana merupakan

    bidang keahlian khusus dikarenakan ikan umumnya bergerak cepat, pola yang mirip

    dengan keragamannya yang melimpah. Pengamat yang kurang berpengalaman sebai-

    knya menghitung target ikan lebih sedikit dari pengamat yang lebih berpengalaman.

    Cara terbaik untuk mengurangi variasi di daerah yang kompleks adalah melakukan per-

    hitungan lebih terperinci, misalnya banyak mengambil sampel yang sedikit, daripada

    mencoba untuk meningkatkan ketepatan suatu jumlah yang besar (Bohnsack dan Ban-

    nerot 1986). Berlatih dan terus berlatih menemukan ikan baru merupakan salah satu

    cara untuk terus mengingat dan belajar identifikasi ikan meski itu merupakan peker-

    jaan yang tidak mudah.

    Monitoring juga dapat dilakukan dengan menggunakan snorkeling meski scuba

    memungkinkan survei dilakukan pada kisaran lebih dalam dan banyak dari spesies le-

    bih berlimpah pada perairan yang lebih dalam. Meskipun sulit untuk memperoleh in-

    formasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara tepat dari kelimpahan dan struktur

    ukuran populasi ikan, data kehadiran juga dapat bermanfaat untuk menentukan

    apakah ikan dapat bergerak jauh dari daerah asal ke tempat yang lebih baik.

    Dibagian kedua buku ini dibahas mengenai Invertebrata non karang dan dikupas

    sedikit mengenai metode dan identifikasinya meski bukan bidang yang dikuasaai oleh

    penulis. Diharapkan dengan membaca buku ini, akan menumbuhkan kesadaran akan

    ekosistem terumbu karang di Indonesia yang belum tentu banyak orang mengeta-

    huinya. Penulis mengutip banyak dari Hill dan Wilkinson, 2004 tentang metode moni-

    toring ekosistem terumbu kiarang. Semoga dengan buku ini memudahkan kita semua

    untuk belajar mengidentifikasi ikan karang dan biota invertebarta unik lainnya.

    4

  • Monitoring Ikan Karang

    Monitoring ikan karang di buku ini terfokus pada metode visual sensus dimana

    observer mencatat langsung ikan yang dia lihat. Metode ini merupakan metode paling

    ramah lingkungan karena menimbulkan efek merusak paling kecil dibandingkan me-

    tode lain. Namun baik tidaknya suatu metode monitoring secara visual tergantung

    kepada:

    Kemampuan penyelam dalam identifikasi ikan Kemampuan penglihatan penyelam ex; visibility air dan kondisi mata Skala spasial dari metode sampling terhadap tingkat gerakan ikan, atau ukuran area yang sedang dicatat dibandingkan dengan rentang pergerakan ikan Kisaran ecology species ikan yang berbeda yang sedang dicatat

    Ikan yang berenang cepat akan lebih mudah terlihat oleh seorang penyelam yang

    berenang perlahan

    Metode yang baik juga tergantung arah penelitian, akan seperti apa dan apa

    yang ingin kita ketahui dari masalah yang sedang kita teliti. Sehingga metode yang pal-

    ing tepat dapat di gunakan untuk mencapai tingkat efisiensi di air dan data yang me-

    madai. Kita mungkin menginginkan survei keanekaragaman jenis sebagai bagian dari

    studi baseline ketika memulai suatu program monitoring. Survei keanekaragaman jenis

    juga dapat membantu memutuskan spesies apa yang dapat dimasukkan ke dalam pro-

    gram monitoring. Pertanyaannya yang sering timbul:

    - Spesies ikan apa saja yang terdapat di site tersebut?

    - Kelimpahan spesies target kunci apakah dari site tersebut? Monitoring keanekaragaman ikan karang membutuhkan tingkat keahlian teknis yang

    tinggi, sebagai contoh yaitu dibutuhkan seorang ahli setiap taksonomi. Jika Anda tidak

    memiliki keahlian teknis, mungkin perlu untuk mendatangkan seorang ahli. Metode

    standar untuk keanekaragaman jenis telah dikembangkan dan digunakan oleh sejum-

    lah organisasi non-pemerintah internasional (NGO) di dunia.

    Jenis metode sensus ikan yang ada saat ini: 1. Belt transek memberikan perkiraan keragaman dan mencakup wilayah besar per

    sensus (banyak digunakan untuk estimasi kelimpahan dan ukuran) 2. Stationery visual census terfokus pada kelimpahan relatif dan frekuensi ke-

    hadiran semua spesies di site (banyak digunakan pada terumbu karang yang mengelompok)

    3. Plotless methods (sensus visual cepat) dilakukan dengan cara penyelam berenang secara acak dan menghitung ikan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang total kekayaan spesies.(Hill dan Wilkinson, 2004)

    5

  • 1. Manta Tow Ikan Instansi yang menggunakan metode ini: NOAA Fisheries Pacific Islands Fisheries Science Center Coral Reef Ecosystem Division (CRED) Deskripsi Metode: Survei dimana penyelam ditarik melibatkan dua penyelam di belakang perahu pada kecepatan konstan (~ 1,5 knot). Setiap penyelam yang melakukan manuver ter-hubung ke perahu dengan tali dan ditarik dan dilengkapi dengan peralatan survei seperti digital kamera video. Survei manta tow ikan dapat digunakan untuk melakukan penilaian cepat dalam area terumbu karang yg luas dalam waktu singkat, yang dapat berguna ketika bekerja di lokasi terpencil. Dibandingkan dengan survei penyelaman umumnya, yang telah membatasi cakupan luasan, survei manta-tow lebih efektif dalam memperkirakan kelimpahan dan kepadatan ikan besar yang mobile. Kami merekomen-dasikan bahwa komponen video dalam metode ini hanya akan digunakan untuk peneli-tian dengan dana cukup untuk membeli dan memelihara peralatan. Pengelolaan dan pemantauan ditingkat masyarakat dapat menggunakan bagian dari metode visual ini untuk rapid survei atau ikan besar. Kami merekomendasikan bahwa tipe habitat juga dicatat selama survei visual dimana video tidak digunakan. Informasi yang diperoleh: - Ikan dengan panjang total lebih dari 50 cm selama in situ survey - Ikan dengan panjang total lebih dari 20 cm selama analisis video digital - klasifikasi habitat Ikan (zona fisiografi, tipe habitat dan sifat sugositasnya) - Keanekaragaman ikan (untuk ikan lebih besar dan mobile saja

    peralatan lapangan: - 10 mm tambang towing dengan panjang 60 m; - Towboard dengan dipasang alat untuk meletak kan kamera dan lembar data dan pensil -kamera video digital; -Perekam temperature dan kedalaman(SBE39 misalnya); - jam waterproof yang memiliki stopwatch; - jam waterproof sebagai cadangan dan untuk memonitor waktu menyelam; - Depth gauge (e.g UWATEC); - Magnetic switch telegraph system untuk komuni-kasi antara penyelam dan orang dikapal - GPS dalam perahu (misalnya Garmin 76); - Echosounder di perahu untuk mempertahankan kedalaman towing konstan.

    Peralatan di kantor: - Video player dan kabel s-video; - Monitor resolusi tinggi; - ArcView GIS. Personel Lapangan: semakin baik jika ada dua tim sehingga tim permukaan dan tim menyelam dapat berganti personel pada akhir masing-masing survey. Personel di Kantor:

    Analis berpengalaman dalam identifikasi

    terumbu karang dan tingkat spesies

    ikan, serta memperkirakan ukuran kelas

    dan kelimpahan.

    6

  • Prosedur Umum di Lapangan:

    Saat penyelam turun, GPS langsung mencatat koordinat di permukaan;

    Setelah penyelam mencapai dasar, mereka mulai berkoordinasi satu sama lain un-

    tuk memulai survey menggunakan sinyal tangan dan dengan tim di kapal meng-

    gunakan telegraf;

    Saat mulai survey langsung mengaktifkan stopwatch dan kamera, catat waktu di

    datasheet dan dihitung sejak survei berlangsung (jika kamera digunakan);

    Para pengemudi perahu mempertahankan kecepatan ~ 1,5 knot; arus dan kondisi

    laut mungkin memerlukan perubahan dalam kecepatan kapal;

    Penyelam dapat bermanuver di papan diatas 1 meter dari karang;

    Survei ini dibagi dalam 5 segmen menit, yang termasuk 1 menit lingkaran survey

    dan 4 menit transek. Selama survei lingkaran, semua ikan-ikan yang lebih besar

    dari 50 cm panjang totalnya dicatat dalam pengamatan 360 . Selama towsurvey,

    penyelam melihat ikan di dalam sabuk 5 m dan 10 m di depan;

    Pada akhir survey ini (50 menit, yang ' 2km), para penyelam diberi tanda dari tim

    di permukaan untuk naik dan memulai safety stop

    Prosedur umum di kantor:

    40% dari tape untuk ikan dengan panjang total 20-50 dan melihat 100% dari tape

    untuk ikan > 50 cm;

    Tape dilihat di 10 x 5 menit segmen dan ikan dicatat dalam sabuk lebar 10 m;

    Ikan diidentifikasi hingga tingkat spesies, dan dicatat ukuran kategorinya;

    Klasifikasi Habitat dan rugosity (sifat berkerut)diklasifikasi dari setiap segmen 1

    menit.

    Keterbatasan:

    Memerlukan penyelam berpengalaman dan terlatih dalam bahaya yang spesifik dari manuver towboards; m peralatan Field ini mahal dan membutuhkan pemeliharaan rutin, sehingga metode ini hanya cocok untuk penelitian proyek dengan anggaran besar; mahal dan me-makan waktu untuk menganalisis citra; Mengurangi bias Taksonomi dengan menganalisis gambar dibandingkan metode

    survey ikan biasanyai; m

    Ikan yg samar / cryptic dapat dengan mudah diabaikan. m

    7

  • Keuntungan:

    Sebuah wilayah besar dicover dalam waktu singkat Ikan yg menempati habitat yang berbeda, misalnya karang patchy, pasir, daerah rubble dan transisi di antara mereka dapat diamati dalam satu tarikan; Dibandingkan dengan survei menyelam biasanya, yang telah membatasi cakupan spasial, survei mana-tow lebih efektif dalam memperkirakan kelimpahan dan kepadatan ikan besar yang mobile Ikan yang jarang atau tidak biasa dijumpai selama survei konvensional lebih cenderung ditemukan selama survei manta-tow karena wilayah yang lebih luas; Analisis video manta-tow menghasilkan penilaian yang lebih rinci dari ikan besar, termasuk kemampuan untuk menghitung jumlah individu lebih baik dalam school-ing besar selama survei insitu Survey manta tow cocok untuk lokasi terpencil yang jarang dikunjungi Penyelam towed bisa mensurvey area yang tidak cocok bagi penyelam karena arus kuat,gelombang, atau kondisi yang buruk Penggunaan alternating permukaan dan tim menyelam meningkatkan survei per hari; m Sebuah rekaman visual dapat diarsipkan(di re-sampel atau di re-analisis). Video ini juga berguna untuk menggambarkan karakteristik bentik yaitu zona fisi-ografi, tipe habitat dan sifat rugosity Sebuah penerima GPS pada kapal penarik memungkinkan geo-referensi track sur-vey , menghubungkan image di lokasi.

    Bidang pelatihan yang dibutuhkan: - Penyelam terlatih dalam menggunakan towboards - Mengoperasikan kapal kecil, GPS, video digital - Ukuran estimasi ikan dan buku identifikai spesies ikan - Software ArcView GIS Informasi lebih lanjuti: Ed Demartini, Edward.DeMartini @ noaa.gov; Stephani

    Holzwarth, Stephani.Holzwarth @ noaa.gov; Joseph Laughlin, Joseph.Laughlin @

    noaa.gov; atau Brian Zgliczynski, Brian.Zgliczynski @ noaa.gov

    Referensi:

    www.crei.nmfs.hawaii.edu / eko / tow_board.html

    code Panjang kelas (cm) code Panjang kelas (cm)

    1 20 - 34 6 150 - 199

    2 35 - 49 7 200 - 249

    3 50 - 74 8 250 - 299

    4 75 - 99 9 > 300

    5 100 - 149

    8

  • 2. Fish Roving Diver Technique Instansi yang menggunakan metode ini:

    Reef Education and Environmental Foundation (REEF); Atlantic and Gulf Rapid Reef Assessment (AGRRA); Mesoamerican Barrier Reef System Synoptic Monitoring Program (MBRS SMP); Caribbean Coastal Marine Productivity Program (CARICOMP).

    Informasi yang diperoleh:

    Informasi tentang kelimpahan dari semua spesies ikan dan disajikan sebagai indeks kelimpahan log10 Jenis kehadiran / ketidakhadiran (presence/absence) dan frekuensi kejadian) Kelimpahan relatif per site dapat diperoleh dengan mengalikan nilai indeks ber-dasarkan frekuensi kelimpahan.

    Personil lapangan:

    1 pengemudi perahu dan pengamat di permukaan Minimum 2 pengamat (penyelam). Setidaknya 1 penyelam harus mampu men-gidentifikasi spesies semua ikan di daerah tersebut.

    Prosedur Umum:

    Biasanya dilakukan antara jam 10,00 - 14,00 Satu survei yang dilakukan per site Berenang di sekitar lokasi (kira-kira 200 m dari awal) selama 30 menit dan men-catat semua jenis ikan yang diamati Perkiraan kepadatan setiap spesies dengan menggunakan logarithmic kategori: Sin-gle (1 ikan), Sedikit (2-10), Banyak (11-100), atau melimpah (> 100 ikan).

    Pelatihan yang dibutuhkan:

    Berenang acak diperlukan untuk memastikan pengamat terbiasa dengan segala jenis ikan di daerah tersebut Pengamat yang menjadi bagian dari program REEF harus melakukan tes yang mengkategorikan mereka ke tingkat level keterampilan yang sesuai Pengamat harus memiliki pengetahuan yang terperinci dari kebiasaan dan habitat ikan yang berbeda.

    9

  • Keuntungan: cepat Peralatan yang dibutuhkan sangat minim Memungkinkan cakupan spasial area yang luas Data frekuensi kumulatif secara statistik berguna Plotless metode yang baik untuk list spesies Terutama berguna untuk ikan besar yang waspada terhadap penyelam, cryptic spe-cies/samar dan ikan pelagis yang memerlukan pencarian yang intensif di terumbu karang Panjang estimasi dapat dibantu dengan menggunakan (two laser beams) dua sinar

    laser (bila ada dalam anggaran Anda); 4 laser pointer diposisikan 10 cm terpisah

    dan proyek titik keluar laser merah( Colin et al. 2003).

    Keterbatasan: Dibatasi oleh usaha dan kemampuan identifikasi penyelam Menyelam disetiap titik sampling dan dapat mencakup berbagai kedalaman dan habitat tergantung pada topgrafi area. Relawan berkonsentrasi pada tempat menye-lam populer dan tidak secara acak terdistribusi di antara habitat.

    Oleh karena itu, tidak ada kontrol sebagai berikut: Meliputi wilayah Spasial per sampel (susah untuk membandingkan kelimpahan di-

    antara survei)

    Jumlah mikro-habitat tertutup per sampel

    Site seleksi

    Waktu sampling

    Pelatihan dan keterampilan penyelam sangat bervariasi antara pemula dan ahli,

    meskipun tes penyelam oleh REEF dan mengkategorikan mereka kedalam level ke-

    mampuan sehingga data diurutkan berdasarkan tingkat keterampilan

    Estimasi Kelimpahan merupakan sebuah indeks yang membutuhkan sejumlah be-

    sar sampel untuk studi perbandingan dan tidak dapat dikonversi ke dalam

    perkiraan kelimpahan mutlak.

    Referensi: REEF: www.reef.org/; MBRS SMP: www.mbrs.org.bz; AGRRA: www.coral.aoml.noaa.gov/agra/ CARICOMP: www.ccdc.org.jm / caricomp_main.html Juga lihat Jones dan Thompson (1978); Kimmel (1985); Rogers et al. (1994); Almada-Villela et al. (2003).

    10

  • 3. Fish Belt Transect Instansi yang menggunakan metode ini:

    Australian Institute of Marine Science Long-term Monitoring Program of the Great Barrier Reef; Global Coral Reef Monitoring Network, English et al.; Reef Check; Reef Check programs MAQTRAC method; Large fish belt transect method; English et al. fish recruitment method. IUCN CCCR Resilience Fish Survey Method WCS Indonesian Marine Program

    Deskripsi Metode: Metode ini bertujuan untuk menghitung (mengukur) kelimpahan dan komposisi komu-nitas ikan di transek. Saat ikan bergerak, sangat sulit untuk mendapatkan sebuah me-tode sampling yang seragam di sepanjang transek. Pengamat harus berenang dengan kecepatan konstan dan berhati-hati untuk tidak menghitung ikan yang sama atau kelompok ikan dua kali karena mereka dapat pindah di sepanjang transek tersebut. Kehati-hatian juga harus dilakukan untuk menghabiskan waktu yang sama setiap men-gamati bagian dari transek tersebut. Personil lapangan untuk semua survei sabuk/belt transect: - 1 pengamat dan 1 pemasang roll meter; - 1 timer / pengemudi perahu. Personel di kantor: entri data, analisis, interpretasi dan pelaporan.

    Contoh 1: AIMS LTMP metode (Monitoring penelitian) Deskripsi Metode: Tujuannya adalah untuk segera memperkirakan kelimpahan ikan di daerah tertentu (transek sabuk). Ukuran estimasi dapat ditambahkan ke metode ini jika diinginkan. Informasi yang diperoleh:

    Kelimpahan populasi ikan target Parameter Fisik: - Tutupan awan diukur dengan menggunakan skala Beaufort - kekuatan angin - Status lautnya - Visibility bawah air

    Peralatan yang diperlukan: - Roll meter ukurun (5 x 50 m)

    11

  • - Meteran untuk mengkalibrasi perkiraan lebar sabuk. Prosedur Umum:

    Survei ini dilakukan antara jam 09.00 dan 16,30 di musim dingin dan antara 08.30 dan 17,00 di musim panas Pertama awan, angin dan status laut dicatat (lihat informasi yang diperoleh di atas); Survei dilakukan sepanjang 5 transek permanen x 50 m digunakan untuk LTMP AIMS. Transek ini ditetapkan antara 6 dan 9 m di lereng terumbu Visibilitas horizontal air dicatat dalam data entry Pengamat berenang di atas roll meter dan menggunakan stakes permanen yang diposisikan setiap 10m untuk memandu arah mereka. Berenang ditransek dua kali; terlebih dulu mencatat ikan yg lebih mobile, ikan yang lebih besar pada sabuk 5 m; tim kembali berenang sepanjang transek menghitung ikan yg seddikit bergerak (misalnya famili Pomacentridae) dalam luasan sapuan sabuk 1 Pengamat harus melihat ke depan untuk stekes permanent berikutnya dan menghi-tung ikan dengan menghabiskan jumlah waktu yang sama pada setiap bagian tran-sek untuk setiap kelompok ikan target. Ikan mobile harus dihitung terlebih dulu, diikuti oleh lebih kecil / spesies lebih cryptic /samar Hanya ikan dalam kelas umur + 1 tahun dihitung karena variabilitas temporal dalam kelas umur +0 m

    Keuntungan:

    Meletakkan roll meter ikan di belakang untuk mengurangi gangguan ikan.

    Keterbatasan: Pengamat tidak dapat mengumpulkan data yang memadai pada komposisi jenis, kelimpahan, frekuensi kejadian dan biomassa pada saat yang sama; Transek mustahil untuk digunakan pada beberapa terumbu karang karena bentuk dan kondisi habitat yang kompleks, regulasi pemerintah atau campur tangan sen-gaja dari penyelam lainnya; Beberapa ikan tertarik terhadap penyelam; ada juga yang menolaknya. Hal ini da-pat membiaskan hasil; Transek tidak cocok untuk sampling kecil, daerah terlarang, misalnya beberapa mikrohabitat karang dan kawasan yang rusak atau karang dengan tipe habitat yang berbeda dan heterogenitas habitat (patchiness), karakteristik karang Karibia. Bohnsack dan Bohnsack (1986) merancang 'metode visual diam/Fish Stationery Plot Survey' untuk memecahkan masalah dalam metode transek sabuk.

    Pelatihan yang dibutuhkan: -Identifikasi ikan dan estimasi kelimpahan serta pengetahuan yang terperinci dari ke-biasaan dan habitat ikan yang berbeda, pelatihan ukuran estimasi jika diperlukan.

    12

  • Contoh 2: Global Coral Reef Monitoring Network, Inggris et al. method (Management and research monitoring) Deskripsi Metode: Tujuannya adalah mengestimasi kelimpahan dan ukuran ikan secara bersamaan di daerah tertentu. Informasi yang diperoleh: Meyelam dengan hati-hati dilakukan untuk mendeteksi perbedaan kumpulan ikan karang di lokasi yang berbeda menggunakan kategori kelimpahan. Ini memberikan data dasar untuk zonasi, pengelolaan dan monitoring. Sensus visual ikan pada transek sabuk menyediakan estimasi jumlah kelimpahan dan ukuran individu ikan untuk me-nentukan stok dan struktur ukuran populasi spesies spesifik. Pengamat berpengala-man dapat mengestimasi jumlah yang sebenarnya, tetapi untuk pengamat yg kurang berpengalaman atau untuk kepastian jumlah ikan yang melimpah, kategori kelimpahan harus digunakan. Kategori Kelimpahan yang digunakan untuk menghitung ikan. Log 4 Kelimpahan Kategori Jumlah ikan Peralatan yang diperlukan:

    Roll meter ukuran (5 x 50 m); Meteran untuk mengkalibrasi perkiraan lebar sabuk; Model Ikan untuk berlatih estimasi panjang ikan ( Inggris et al 1997).

    Prosedur Umum: Menyelam dengan hati-hati

    Dilakukan selama siang hari; List spesies yang dominan untuk disertai dalam pencatatan transek sabuk. Ini mengu-rangi waktu yang diperlukan untuk menulis nama-nama spesies pada lembar data, se-hingga meningkatkan kemampuan pengamat untuk mencatat ikan terus-menerus.

    Log4 Kategori Kelimpahan Jumlah Ikan

    1 1

    2 2 - 4

    3 5 - 16

    4 17 - 64

    5 65 - 256

    6 257 - 1024

    7 1025 - 4096

    8 4097 - 16384

    13

  • Spesies yang dimasukkan harus dipilih dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: - Nampak secara visual dan dominan, tanpa perilaku samar/cryptic; - Mudah diidentifikasi di bawah air; - berasosiasi dengan terumbu karang.

    Kelompok dari spesies yang sesuai untuk penilaian terumbu karang harus diguna-kan untuk:

    - Perkiraan kuantitatif struktur kelimpahan dan ukuran spesies yang menjadi 'target' nelayan, misalnya Serranidae, Siganidae, Acanthuridae, Lutjanidae, Lethrinidae, Haemulidae Balistidae

    - Perkiraan kuantitatif kelimpahan ikan sepanjang garis 50 m yang sama diguna kan untuk intercept transek garis / LIT

    - Estimasi Semi-kuantitatif kelimpahan relatif dari spesies lain yang termasuk kategori mayor trofik (planktivores, grazers ganggang, dan feeders karang), misalnya Pomacentridae, Acanthuridae, Caesionidae, Scaridae, Siganidae, Labridae, Mullidae dan spesies lain yang 'visualnya jelas', misalnya Chaetodon-tidae.

    Belt transek Dilakukan selama siang hari di sepanjang 3 transek sama dengan LIT tetapi transek sensus ikan harus 50 m panjangnya dan di 2 kedalaman (3-5 m dan 8-10 m) Tunggu selama 5 sampai 15 menit setelah meletakkan roll meter sebelum menghi-tung untuk memungkinkan ikan untuk melanjutkan perilaku normalnya Berenang perlahan-lahan di sepanjang transek, mencatat ikan yang dijumpai dalam transek sabuk lebar 5 m dan 5 m di atas terowongan transek tersebut Hitung jumlah spesies target yang sebenarnya terlihat dalam transek dan estimasi ukuran (dalam cm) dari masing-masing ikan tersebut Jangan kompromi untuk mendapatkan gambaran yang baik dari masyarakat den-gan berusaha menghitung semua individu dari taksa tertentu, dengan men-gorbankan estimasi yang hilang dari kelimpahan ikan lainnya.

    Satu penyelam melakukan sensus dalam area transek sedangkan penyelam satunya lagi menyelam di belakang pengamat dan membuat observasi umum lingkungan karang dan kumpulan ikan Di daerah dimana keanekaragaman dan kelimpahan ikan yang tinggi, kami mere-komendasikan tugas dipisahkan. Hal ini dapat dilakukan dalam 2 atau lebih sa-puan, mobilitas kelompok ikan yang lebih besar dilakukan pada sapuan pertama dan ikan teritorial yang lebih kecil dilakukan pada sapuan kedua atau tugas tersebut dapat dibagi diantara penyelam.

    Keuntungan: Visual sensus ikan adalah salah satu metode sampling yang paling umum diguna-kan kuantitatif dan kualitatif Cepat, non-destruktif dan murah Minim personel dan peralatan khusus yang diperlukan Informasi yang diperoleh berguna bagi manajemen dan stok assessment

    14

  • Keterbatasan: Pengamat harus sangat terlatih Ada 2 kemungkinan ikan mungkin tertarik terhadap penyelam, atau menjauh dari penyelam Kesalahan Observer dan bias terjadi dalam memperkirakan jumlah dan ukuran; Ada kekuatan statistik yang rendah untuk mendeteksi perubahan spesies langka; Penggunaan kategori kelimpahan mengurangi kekuatan untuk mendeteksi peruba-han kecil dari ukuran ikan.

    Pelatihan yang dibutuhkan: -Identifikasi ikan, penghitungan dan estimasi panjang. Lihat Inggris et al. (1997) untuk rincian tentang pelatihan untuk memperkirakan panjang ikan. Ini harus diulang setiap 6 bulan. CP: Sue Inggris, s.english @ aims.gov.au Referensi: Inggris et al. (1997)

    15

  • Contoh 3. Metode Reef Check (Community Monitoring) Deskripsi Metode: Metode ini dirancang untuk digunakan oleh penyelam relawan atau snorkellers. Data yang diperoleh: Kelimpahan ikan target utama. Peralatan yang diperlukan: - Roll meter (100 m) - Pipa PVC untuk memperkirakan lebar sabuk (opsional). Prosedur Umum:

    Bentangkan rollmeter transek 100 m di masing-masing 2 kedalaman, 2-6 m dan 6-12 m Tunggu selama 15 menit Transek panjang 20 m dengan lebar 5 m dan 5 m tinggi; Pengamat berenang perlahan di sepanjang garis transek dan berhenti setiap 5 m untuk menghitung spesies target. Pengamat kemudian menunggu selama 1-3 menit sebelum melanjutkan ke titik perhentian berikutnya. Proses ini diulang 3 kali sam-pai 20 meter transek telah selesai disurvei. Satu transek lengkap terdiri dari 4 seg-men replikasi 20 m untuk panjang total survei 80 m.

    Keuntungan: - dapat digunakan oleh pekerja non-profesional, sehingga biaya lebih murah - Satu survei penuh, cukup untuk mendapatkan gambaran tentang kelimpahan ikan target bila dibandingkan pada skala regional atau global. Survei ditingkatkan dalam ruang dan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih tepat ten-tang kelimpahan dan perubahan dari waktu ke waktu pada skala site. Keterbatasan: - Replikasi lebih banyak dan survei lebih sering diperlukan untuk memperoleh indikasi yang lebih baik terhadap kelimpahan local ikan serta perubahannya. Peningkatan rep-likasi menyebabkan kenaikan biaya. Pelatihan yang dibutuhkan: - Identifikasi spesies target (untuk tingkat family dan spesies bagi spesies yang paling umum). Pelatihan dapat dilakukan dalam satu hari. CP: [email protected] Reference: www.reefcheck.org

    16

  • Contoh 4. Program Reef Check metode MAQTRAC (Research Moni-toring) Deskripsi Metode: Metode ini dirancang untuk menentukan dampak perdagangan akuarium terhadap populasi ikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ukuran sampel yang cukup spe-sies ikan indikator yang dapat dibandingkan secara statistik dan membedakan antara pengumpulan ikan dan site kontrol. Data yang diperoleh: Tingkat kelimpahan jenis dan ukuran informasi. Peralatan yang diperlukan: Roll meter (100 m). Prosedur Umum: Jumlah transek yang diperlukan tergantung pada kepadatan ikan di daerah tersebut, ukuran area sampling dan heterogenitas spasial area sampling. Hal ini biasanya berarti bahwa minimal 5 dan terbanyak 15 transek akan dibutuhkan untuk mencapai ukuran sampel yang cukup untuk sebagian besar spesies. -Lihat Reef Check metode transek sabuk di samping. Kedalaman survey bervariasi ter-gantung di mana ikan target yang dicatat - Untuk mencatat kelimpahan, jika individu-individu dari kelas ukuran dalam kelom-pok ikan antara 1-50 individu, hitung setiap ikan dalam ukuran kelas. Masukan perkiraan panjang kedalam selang kelas . Ketika ada schooling besar ikan, perkiraan kelimpahan harus dibuat dengan membuat kuadrat imajiner ke schooling dengan membagi sepertiga atau seperempat dari ukuran schooling dan memperkirakan kelim-pahan ikan di dalam sepertiga atau seperempat bagian tersebut. Time Swim

    Time swim dapat dilakukan di luar transek 100m (yang juga digunakan untuk Reef

    Check PIT dan transek sabuk MAQTRAC invertebrata) daripada meletakkan roll

    meter ulang . Time swim harus dilakukan sebagai teknik survei utama ketika spe-

    sies ikan tidak cukup melimpah di survei transek sabuk atau di habitat yang tidak

    memungkinkan untuk transek sabuk. Apabila time swim adalah satu-satunya cara

    mendapatkan data kelimpahan, sangat penting untuk memperkirakan jarak dan

    mencatat waktu secara akurat.

    Survei ini sepanjang jalan 5 m sabuk yang sama, tetapi panjang transek diukur den-

    gan waktu berenang bukan roll meter transek

    17

  • Catatan awal dan waktu berhenti (ini sangat penting)

    Pertahankan kecepatan berenang secara konstan

    Ketika berhenti digunakan untuk menghitung sebuah schooling besar atau untuk melihat ke dalam celah-celah karang, waktu harus dihentikan dan kemudian di-jalankan lagi ketika berenang dilanjutkan kembali. Ini merupakan langkah penting karena pengukuran densitas/kepadatan dapat diperoleh dari waktu sampel dan ke-cepatan berenang;

    Perhitungan semua individu dari spesies ikan target dan ukuran dengan cara yang sama seperti pada survei transek.

    Keuntungan:

    Metode yang secara statistik cukup kuat jika ada ulangan yang cukup. Oleh karena itu dapat digunakan untuk mendeteksi dampak perdagangan akuarium pada popu-lasi ikan Metode ini dirancang sebagai versi yang lebih rinci dari reef chek monitoring dila-kukan masyarakat, oleh karena itu data dapat dibandingkan dengan data masyara-kat.

    Keterbatasan:

    Sulit untuk menentukan apakah dampak yang cukup signifikan secara statistik juga signifikan secara ekologis; Memakan banyak waktu dan mahal jika banyak ulangan diperlukan.

    Pelatihan yang dibutuhkan: Penyelam yang sudah terlatih untuk tingkat identifikasi spesies dan estimasi ukuran ikan. m Harus memiliki pengetahuan yang terperinci dari habitat ikan untuk melaku-kan pencarian tepat. CP: [email protected] Referensi: www.reefcheck.org Metode ikan lainnya dengan mudah dapat diubah untuk ikan akuarium, namun banyak spesies sangat kecil dimana kebutuhan untuk menentukan metode ukuran sampel opti-mum. Lihat Russ dan Choat (1988) untuk rincian tentang rancangan percobaan dan analisis data perikanan.

    18

  • Contoh 5. Metode transek sabuk ikan besar Deskripsi Metode: Observer memperkirakan kelimpahan ikan besar sepanjang transek sabuk, misalnya ikan kerapu dan napoleon. Data yang diperoleh: Kelimpahan spesies target perkiraan. Peralatan yang diperlukan: Tidak ada peralatan khusus. Prosedur Umum: Kedua survei ini termasuk time swim. Akan sangat membantu untuk memperkirakan jarak pengamat mengcover area pada saat survei sehingga perkiraan densitas dapat dihitung dan dibandingkan dari waktu ke waktu dan antara site. Kerapu cenderung memiliki perilaku cryptic/samar dan tinggal dekat dengan bagian dasar, atau bersem-bunyi di gua-gua atau di bawah karang. Untuk memastikan ini tidak terlewat, kecepatan berenang yang konsatan diperlukan untuk sensus visual. Yang termasuk kedalam metode ini antara lain: Teknik Long-swim untuk ikan besar dan ikan karang yang mobile

    Berenang selama 20 menit dengan kecepatan standar pada kedalaman 5 m konstan di sepanjang terumbu karang (reef crest); Catat jumlah dan ukuran dari semua individu spesies target besar yang diamati dalam area 10 m di kedua sisi pengamat; Untuk jenis ikan besar yang bergera, dimensi transek yang tepat adalah 400 x 20 m. Untuk ikan yang lebih kecil, lebar transek diperkecil menjadi 5 m di kedua sisii.

    Salah satu contoh Metode ini adalah:

    Long Swim Method (IUCN CCCR Resilience Fish Survey Method)

    Deskripsi Metode:

    Metode ini digunakan untuk ikan-ikan ukuran besar (> 35 cm TL) dimana untuk men-

    getahui functional grup ikan.

    Informasi yang didapat:

    Kelimpahan ikan target ukuran besar

    Kelimpahan functional group ikan ukuran besar

    Peralatan yang dibutuhkan:

    alat Scuba

    19

  • Alat tulis bawah air

    Jam anti air

    Prosedur umum:

    Menyelam hingga kedalaman 10 m

    Berenang sejajar kedalaman selama 20 menit atau sekitar 400 m

    Catat ikan dengan lebar 20 m (10 meter tiap sisi dikiri dan kanan)

    Catat ikan ukuran besar (>35 cm)

    Jika menemukan ikan schooling kategorikan kedalam ukuran kelas

    Keuntungan:

    Cepat dan mudah karena list ikan sudah dibuat dari darat

    Keterbatasan:

    Jika arus kuat, sapuan berenang yang didapat menjadi pendek

    Dalam kondisi tertentu (Kontur karang) menyebabkan disorientasi arah

    Pelatihan yang dibutuhkan:

    Identifikasi ikan besar beserta estimasi panjangnya

    Referensi:

    IUCN The International Union for the Conservation of Nature Global Marine Pro-gram. Web: www.iucn.org/marine; [email protected] Gabriel Grimsditch; [email protected] CORDIO East Africa (Coastal Oceans Research and Development Indian Ocean

    Web: www.cordioea.org . David Obura; [email protected]

    Survey kerapu

    Berenang dengan kecepatan 6 meter per menit selama 30 menit; Cek substrat secara seksama, hitung dan estimasi ukuran semua individu dalam sabuk 5 m; Seorang pengamat kedua harus mengikuti di belakang dan mencatat jumlah dan ukuran ikan kerapu yang lebih besar yang bergerak dalam jarak 10 m kedua sisi.

    Keterbatasan: Pengamat dapat dilatih untuk berenang dengan kecepatan konstan tetapi sulit dalam keadaan berarus .

    20

  • Keuntungan:

    Long-swim memungkinkan tutupan daerah yang lebih luas dalam waktu terbatas dibandingkan dengan transek kecil; Gangguan ikan oleh penyelam diminimalkan karena tidak ada rollmeter yang digunakan sebelum menghitung; Teknik ini lebih cocok untuk ikan yang sensitif terhadap penyelam ; Transek yang lebih lebar untuk spesies mencolok berguna untuk menghitung ikan yang lebih besar yang tidak memungkinkan didekati menggunakan rollmeter; kecepatan berenang yang lambat dengan intensitas pencarianyang meningkat dalam sabuk 5 m menghasilkan jumlah yang lebih tinggi daripada metode lain un-tuk ikan kerapu yang criptic/lebih samar; Long-swim metode memerlukan peralatan yang sederhana dan menyediakan data yang berguna berguna di samping metode survei visual yang lebih baik.

    Pelatihan yang dibutuhkan: Identifikasi ikan kerapu; Berenang dengan kecepatan konstan.

    CP: Rachael Pir, Rachael.pears @ jcu.edu.au atau Howard Choat, howard.choat @ jcu.edu.au Referensi: Samoilys (1997); Wilkinson et al. (2003); Hill and Wilkinson (2004). Contoh 6. Fish recruitment method (management and research monitoring)

    Deskripsi Metode: berenang sepanjang transek sabuk yang sempit dan menghitung rekrut ikan yang baru datang menetap. Ini memberikan informasi mengenai komposisi rekrut baru, dan dis-tribusi serta kelimpahan stok ikan karang (spesies dengan juvenile yang mencolok). Ini digunakan untuk memprediksi masa depan kelimpahan populasi ikan dewasa serta memberikan gambaran temporal perubahan dalam rekrutmen. Peralatan yang diperlukan:

    50 m panjang roll meter; 1 meter ukuran untuk panjang referensi.

    Personil Lapangan:

    1 pengemudi perahu / pengamat permukaan;

    21

  • 2 pengamat (penyelam). m Setidaknya 1 dari penyelam harus mampu mengidenti-fikasi ikan di daerah rekrut dan terbiasa dengan batas ukuran yang membedakan rekrut ikan dari ukuran kelas lain.

    Personel di kantor: Entri data, analisis, interpretasi dan pelaporan. Prosedur Umum:

    3 x 50 m panjang transek harus diletakkan secara acak pada kedalaman antara 6-9 m di daerah lereng karang Transek tidak boleh tumpang tindih dan harus dipisahkan dengan jarak 10-20 m; Letakkan transek dalam garis lurus Jika LIT digunakan di site-site rekrutmen, dianjurkan bahwa hal itu dilakukan sepanjang 50 m. namun transek ikan harus diselesaikan terlebih dahulu; Tunggu 5-15 menit sebelum memulai penghitungan untuk memungkinkan ikan un-tuk perilaku normal kembali Berenang perlahan-lahan di sepanjang transek dan catat ikan dengan lebar 1 m kedua sisi dari garis transek Menghitung rekrutmen dengan pencarian habitat yang seksama sepanjang transek tersebut. Catat schooling species ikan di depan penyelam Transek tidak harus dipecah menjadi unit yang lebih kecil karena banyak spesies langka yang jarang

    Pelatihan yang dibutuhkan: Pelatihan dan pengalaman yang terperinci Keterbatasan:

    Membutuhkan pengamat yang terlatih dan berpengalaman; Visual sensus rekrut ikan terbatas pada spesies juvenile yang menetap Tidak berguna untuk spesies pelagis.

    Keuntungan:

    Cepat dan non-destruktif Sederhana dan murah Minim jumlah personel dan peralatan.

    CP: Sue Inggris, s.english @ aims.gov.au Referensi: Inggris et al. (1997).

    22

  • 4. Fish Stationery Plot Survey / Survey Ikan secara Diam Instansi yang menggunakan metode ini:

    Atlantic and Gulf Reef Rapid Assessment (AGRRA); Florida Keys National Marine Sanctuary Coral Reef Monitoring Program (FKNMS CRMP). IUCN CCCR Resilience Fish Survey Method

    Deskripsi Metode: Ikan berada dalam sebuah tabung imajiner yang dihitung oleh penyelam yang menga-mati dari luar daerah. Metode ini dirancang untuk memperkirakan struktur komunitas ikan dan digunakan untuk melakukan penilaian stok ikan di Amerika Serikat bersama dengan data perikanan tradisional. Informasi yang diperoleh: Keanekaragaman jenis dan ukuran struktur komunitas. Peralatan yang diperlukan: Tidak ada peralatan khusus. Personil Lapangan:

    2 pengamat (1 harus sudah terlatih dengan metode , yang lain adalah buddy 1 pengemudi perahu / pengamat permukaan.

    Personel di Kantor: entri data, analisis, interpretasi dan pelaporan. Prosedur Umum:

    Satu pengamat menghitung jumlah ikan secara visual dalam sebuah tabung ima-jiner dengan radius/jari-jari 7,5 m selama 5 menit Estimasi dan catat panjang untuk setiap ikan yang dihitung

    Keuntungan: Kunci kelebihan dibandingkan dengan metode transek meliputi:

    Sangat mudah digunakan dan dapat mencatat ukuran sampel yang besar Minim peralatan yang dibutuhkan Minimum '' kesalahan atau eror Tidak ada waktu yang terbuang dalam memasang rollmeter Efesiensi waktu dibawah air (karena konsumsi udara minimum) Menyediakan penggabungan spasial jika terdapat beberapa tipe habitat yang

    di cover

    23

  • Masalah tingkah laku dan ketertarikan ikan terhadap penyelam dapat diminimal-kan dibandingkan dengan dengan berenang karena cenderung untuk membiasakan penyelam diam dan bertindak lebih normal; Bias melalui metode matrac dapat tereliminasi Ukuran data maksimum lebih sensitif untuk perikanan dan efek mortalitas ikan

    dewasa sedangkan ukuran minimum lebih sensitif terhadap efek rekrutmen

    Data dikumpulkan secara bersamaan dengan komposisi jenis, kelimpahan, fre-

    kuensi kejadian dan panjang individu untuk semua jenis ikan yang terdeteksi secara

    visual. Data-data ini pada semua komunitas parameter utama dapat dikumpulkan

    dengan praktis melalui metode ini;

    Metode pengumpulan data ini telah diuji secara luas dan tidak berubah selama 25

    tahun terakhir;

    Teknik ini sangat berguna untuk terumbu karang yang patch/mengelompok dan

    terumbu buatan.

    Keterbatasan:

    Metode ini tidak cocok untuk celah karang dimana ikan tinggal, ikan yang tersem-bunyi dan sangat rahasia ikan dan tidak efisien untuk studi tentang beberapa spe-sies atau genus

    Tidak bekerja dengan baik dalam kondisi gelombang tinggi, arus kuat, dan di bawah visibilitas rendah meskipun faktor-faktor koreksi dapat diterapkan untuk mengoreksi visibilitas rendah. Namun, metode ini memberikan data yang konsisten dan dapat diandalkan dalam berbagai kondisi visibilitas yang biasanya ditemukan pada terumbu karang;

    Indeks kelimpahan (kerapatan per sampel) dapat diperoleh dari data dan cocok untuk perbandingan yang relatif, namun ketepatan dari metode ini adalah kemam-puan pengamat untuk memperkirakan diameter tabung. Jika kelimpahan mutlak diperlukan, secara empiris diperoleh faktor koreksi habitat khusus yang perlu ditentukan dan diterapkan. Ini bukan masalah bagi kebanyakan studi yang hanya perlu untuk menunjukkan perubahan relatifatau perbedaan;presisi yang dicapai sangat tergantung pada keterampilan penyelam untuk memperkirakan jari-jari 7,5 m.

    24

  • Perbaikan metode sensus visual diam/Plot Statinery Perbaikan signifikan dalam perkiraan dari koefisien variasi (perkiraan presisi) te-lah dicapai dengan menggunakan dua tahap stratifikasi acak untuk memilih 200 x 200 m sampling site. Statistik perbaikan ini dijelaskan secara rinci di Ault et al. (2001); Ault et al. (2002). Keutamaan dari presisi perbaikan dicapai dengan tidak lebih dari sampling site individu tetapi upaya mendistribusikan sampel atas site le-bih; Auto korelasi pasangan buddy (yang sering melihat ikan yang sama) bisa dikurangi dan perbedaan individu dapat dikurangi dengan mengkombinasikan data dari buddy selam. Replikasi disediakan oleh buddy penyelam yang memiliki metode sampling yang sama; Distribusi ukuran populasi dapat dihasilkan dengan menggunakan mean, mak-simum, dan minimum ukuran seperti yang dijelaskan oleh Meester et al. (1999).

    Pelatihan yang dibutuhkan: Identifikasi Ikan, penghitungan, estimasi ukuran dan estimasi panjang tabung ima-jiner. CP: Robert Ginsburg, [email protected] atau Phil Kramer, [email protected] Referensi: AGRRA www.coral.aoml.noaa.gov/agra/ FKNMS CRMP: http://www.fknms.nos.noaa.gov/research_monitoring/ Publikasi dikutip di atas dapat dilihat dan download di: www.sefsc.noaa.gov / articlesandpublications.jsp. Juga lihat Kimmel (1985); Bohnsack dan Bannerot (1986), Obura dan Grimsdtich (2008) dan Hill dan Wilkinson (2008)

    Skema metode Fish Sationery Plot Survey

    25

  • 5. Fish Rapid Visual Census Digunakan untuk menentukan keragaman spesies. Berguna untuk menentukan spesies yang akan disertakan dalam monitoring jangka panjang. Deskripsi Metode: Pengamat melakukan survei ini pada kecepatan konstan untuk waktu yang tetap,dan bukan mengukur daerah dengan rollmeter transek. Metode ini berguna untuk mem-perkirakan kelimpahan relatif dan didasarkan pada asumsi bahwa kemungkinan menghadapi suatu spesies meningkat kelimpahannya. Oleh karena itu, spesies yang lebih umum kemungkinan dapat semakin cepat pengamat menghadapi itu. Informasi yang diperoleh: Keanekaragaman jenis dan kelimpahan relatif disajikan dalam frekuensi kejadian. Bagaimana Anda menganalisis dan menginterpretasikan data?

    Nilai Spesies menunjukkan kelimpahan relatif dari spesies yang berbeda dari satu sama lain; List Spesies yang didapat memberikan estimasi keragaman spesies di suatu daerah.

    Personil Lapangan: 1 pengamat dan 1 buddy 1 pengemudi perahu / pengamat permukaan

    Personel di Kantor: Entri data, analisis, interpretasi dan pelaporan. Prosedur Umum:

    Pengamat berenang di sekitar terumbu secara acak untuk menemukan dan men-catat sebanyak mungkin spesies ikan Penyelam harus terbatas pada habitat yang spesifik (kedalaman, zona terumbu) un-tuk menentukan jenis kekayaan Spesies hanya dicatat satu kali ketika saat pertama terlihat pada Interval 10 menit waktu, dengan total 10 menit interval 5 menit. 10 menit interval pencarian me-mungkinkan penyelam untuk memperoleh perkiraan kelimpahan relatif dari masing-masing spesies selain ada atau tidak adanya data yang berasal dari daftar spesies. Asumsinya adalah bahwa spesies terjadi dalam interval waktu awal yang paling melimpah di komunitas Ikan tyang ditemukan diinterval 10 menit pertama menerima nilai 5, pada interval kedua 4, dan seterusnya sehingga interval kelima skor ikan 1. Skor Spesies yang dijumlahkan untuk menunjukkan frekuensi kejadian Ulangi jumlah tersebut 8 kali per site

    26

  • Keuntungan:

    Sederhana dengan peralatan yang minim

    Menghindari metode transek yang memakan waktu

    Berguna untuk survei awal keanekaragaman jenis, dan untuk memilih spesies yang

    akan diikutsertakan dalam monitoring jangka panjang sesuai dengan kelimpahan

    mereka, hal ini akan mempengaruhi kualitas data dari panjang transek yang dipilih

    dapat diimplementasikan pada daerah patch reef dimana interval waktu berhenti

    penyelam berenang di antara area terumbu karang.

    Keterbatasan:

    Data tidak dapat secara langsung dibandingkan dengan tutupan karang atau data

    makro-invertebrata sebagai daerah berbeda yang diteliti;

    Seperti semua metode sensus ikan, keanekaragaman jenis yang diperkirakan seba-

    gai spesies samar/cryptic mungkin banyak yang diabaikan;

    Metode yang ini menekankan pentingnya luas yang discover meskipun kadang se-

    peciesnya jarang (umumnya untuk ikan di terumbu karang), sementara banyak di

    daerah patchreef kita sudah underestimate /di bawah perkiraan tapi ikannya ber-

    limpah.

    Pelatihan yang dibutuhkan:

    Identifikasi level Spesies dan pengetahuan yang terperinci dari kebiasaan dan habitat

    ikan yang berbeda.

    Referensi:

    Jones dan Thompson (1978); Kimmel (1985).

    27

  • 6. Butterfly Fish Method (Metode Survey Ikan Kepe-kepe) Instansi yang menggunakan metode ini: Metode ini digunakan oleh peneliti di Hawaii. Tidak ada instansi yang menggunakan metode sebagai metode utama. Deskripsi Metode: Metode ini dilakukan dengan cara mengobservasi ikan kepe-kepe dan perilaku makannya untuk menentukan kelimpahan makanan dan habitat ikan butterfl y per pasangan. Persentase tutupan komunitas bentik juga harus ditentukan. Konsep ini di-dasarkan pada asumsi bahwa ikan kepe2 yang memakan karang akan bergerak jauh dari daerah terumbu karang ketika kesehatan/kondisi karang memburuk. Peralatan yang diperlukan:

    Rollmeter panjang 30 m Alat tulis bawah air dengan penggaris dengan panjang 20 cm.

    Prosedur Umum:

    Wajib dilaksanakan minimal pada 2 studi site di mana satu site adalah kontrol (tanpa gangguan antropogenik ) Level dasar estimasi kelimpahan ikan; level lanjutan untuk mengukur tingkah laku ikan dan ukuran area teritorialnya(tergantung sumber daya).

    Estimasi Kelimpahan

    Tempatkan sampai 4 x 30 m transek pada wilayah tutupan karang yang tinggi (tidak sembarangan); Berenang perlahan dengan kecepatan 6 m per menit sepanjang transek dan target-nya kelimpahan ikan kepe-kepe sepanjang transek sabuk selebar 10 meter.

    Persentase tutupan komunitas bentik Kami merekomendasikan menggunakan metode transek titik (Point Intersept Tran-sect) sebagai cara termudah ). Perilaku berpindah (diharapkan meningkat karena makanan menjadi terbatas)

    Diimplementasikan setelah survei kelimpahan; Survei ini dilakukan selama 5 x 10 menit periode observasi. penyelam berenang sepanjang transek untuk mencatat sepasang ikan kupu-kupu; Batas wilayah mereka ditandai (ujung terjauh di mana mereka bergerak); Amati perilaku ikan selama 10 menit; Catat setiap kali mengejar sepasang ikan targetdi wilayah yang berdekatan; Ulangi untuk pasangan yang sama selama 50 menit dari pengamatan;

    28

  • Observasi ini tidak perlu diimplementasikan selama satu kali penyelaman, tetapi berturut-turut penyelaman yang terus dilaksanakan sebatas persyaratan keselama-tan penyelaman yang memungkinkan; Perkiraan ukuran ikan yang menjadi target dengan mencatat posisi mulut mereka, eyespot (tanda) di belakang atau ekor di karang saat mereka makan, ketika mereka pindah, ukur panjangnya dengan penggaris.

    Perilaku makan (untuk menentukan Makanan yang disukai)

    Amati perilaku makan selama periode 3 x 10 menit; Catat jumlah gigitan pada spesies tertentu karang; Hitung jumlah gigitan per 10 menit untuk setiap jenis karang.

    Mengukur daerah territorial ikan kepe2 (diharapkan meningkat karena keterbatasan makanan)

    Tandai batas wilayah territorial (lingkaran atau oval) dengan penanda(bisa dengan patahan karang mati); Ukur panjang wilayah territorial di diameter terpanjangnya (cross section). Satu penyelam memegang di ujung dari pita, penyelam kedua mengukur jarak wilayah teritorialnya terus dilakukan berulang untuk daerah lainnya; Ukuran wilayah territorial dihitung dengan menjumlahkan semua nilai pada lembar data.

    Personil Lapangan: 2 pengamat; 1 perahu orang / pengamat permukaan.

    Personel di Kantor:

    Kalkulasi perilaku makan dan pengukuran luas wilayah teritorialnya Analisis data, interpretasi dan pelaporan.

    Keuntungan:

    Sederhana dan murah Dapat dilaksanakan oleh pemula yang tidak mendapat pelatihan teknis sebelumnya Sangat peka untuk mengetahui perubahan kondisi terumbu karang secara perlahan-lahan; ikan kepe2 pemakan polip karang akan memperbesar wilayah makannya jika kepadatan karang menurun untuk mencukupi kebutu-han makannya, sehingga ukuran pengamatan wilayah territorial ikan kepe-kepe dapat menunjukkan penurunan kondisi karang secara ber-tahap namun yang mungkin tidak secara signifikan dibandingkan survey lang-sung tutupan karang modifikasi desain di mana informasi lebih lanjut dapat ditambahkan jika sumber daya dan kapasitas penyelam memungkinkan.

    29

  • Keterbatasan: Lebih mudah untuk mengukur tutupan karang secara langsung yaitu dengan melaku-kan intercept transek titik(Point Intersept Transect/PIT). Pelatihan yang dibutuhkan: Tidak pelatihan ilmiah formal yang diperlukan tetapi 1 atau 2 ikan coralivores kunci harus diketahui per lokasi geografis. Referensi: Crosby dan Reese (1996).

    30

  • 7. Fish Spawning Aggregations Method (Metode Agregasi Pemijahan Ikan)

    Instansi yang menggunakan metode ini: Society for Conservation of Reef Fish Aggregations (SCRFA) Deskripsi Metode: Metode ini melibatkan penentuan lokasi, musim pemijahan dan ukuran site pemijahan dan melakukan sensus visual bawah air untuk memperkirakan kelimpahan pemijahan ikan dewasa. Data yang diperoleh:

    kepadatan pemijahan Size populasi pemijahan dan struktur komposisi jenis kelamin Pola Temporal saat aktivitas pemijahan dan daerahnya Jumlah ikan di lokasi pemijahan.

    Peralatan yang diperlukan: Meteran/penggaris untuk memperkirakan ukuran. Personil Lapangan:

    2 pengamat (penyelam); 1 pengemudi perahu / pengamat permukaan .

    Personel di kantor: Entri data, analisis, interpretasi dan pelaporan. Prosedur Umum: Ada kebutuhan untuk mendefinisikannya sebagai berikut: 1. Di mana agregasi? Sebuah agregasi/berkumpul diakui jika meningkat 3 kali lipat dari kepadatan pemija-han ikan. Untuk informasi pemijahan, tanda-tanda langsung 'pemijahan' juga harus diidentifikasi, termasuk: i. Perlu tidaknya pengamatan pemijahan; ii. Betina dengan telur terhidrasi; dan iii. Kehadiran folikel pasca-ovulasi pada ovarium dari sekumpulan betina. tanda-tanda tidak langsung mencakup: i. Perilaku atau perubahan pola warna yang diketahui hanya berhubungan dengan pemijahan; dan ii. Data Gonad somatik indeks (GSI), perut bengkak dan lainnya yang terbukti ada in-

    31

  • 2. Apa yang dikatahui dari waktu atau musim agregasi itu? Informasi ini diperoleh dari nelayan, pengamatan ikan bunting/bengkak di pasar, dan dari histologi gonad. 3. Dimana agregasi berada? Nautical chart, citra satelit, foto udara dan pengintaian udara yang berguna untuk menilai site potensial agregasi dan diketahui dari profil batimetri dan oseanografi un-tuk spesies. Kumpulan perahu nelayan lokal disinkronkan dengan fase bulan adalah indikasi yang bermanfaat untuk mengetahui agregasi pemijahan, dan wawancara den-gan nelayan sangat membantu. survei skala luas dengan snorkeling atau manta-tow juga dapat berguna. Ada 3 metode monitoring yang dapat digunakan:

    Underwater Sensus Visual atau Stationery Plot Survey Kumpulan data-data perikanan, Domeier et al. m (2002); Colin et al. (2003); Remoute surfeilance teqhnique/ teknik pengawasan jarak jauh.

    Underwater Visual Sensus untuk agregasi pemijahan Survei visual dengan cara melintasi site agregasi banyak direkomendasikan. Untuk spe-sies yang sulit dijumpai/mudah kabur , jumlah stasiun direkomendasikan. Time swim tidak dianjurkan karena mereka tidak menyediakan data kuantitatif. Kriteria berikut ini akan menentukan metode berlakut:

    kedalaman site Kepadatan ikan Arus (ketika arus kuat atau bila ikan waspada terhadap penyelam di dekatnya). Stationery plots mungkin lebih tepat di sini untuk menghemat energi).

    Parameter yang diukur:

    Jumlah ikan per satuan luas Ukura Sex rasio Tingkah Laku Lokasi di peta (pemetaan). Mengukur daerah agregasi .Tandai daerah batasnya saat melakukan survei dan kembali ke pengukuran ini nanti. Tanda disini bisa berupa batu dicat atau pema-sangan buoy (hati-hati hal ini bisa memancing nelayan untuk menangkap didaerah SPAGs) . Jika memungkinkan, video transek dapat digunakan untuk memperkirakan kelim-pahan secara akurat; video jarak jauh juga berguna untuk ikan yang takut terhadap manusia.

    32

  • Keuntungan: Metode Non-destruktif; Keterbatasan:

    Site Monitoring lebih dari satu merlukan beberapa tim pengamat kalau agregasi terjadi pada waktu yang sama, dimana pemihjahan sering berlangsung secara ber-samaan; Karena variasi lokasi pemijahan dan waktunya yang musiman selama agregasi itu, tidak mungkin untuk mengunjungi site pemijahan hanya sekali dan mengharapkan data survei yang baik. perencanaan hati-hati sangat penting; Karena setiap site pemijahan yang berbeda, metode survei yang disarankan di sini harus diambil sebagai panduan; Umumnya agregasi terjadi didaerah yang tutupan karang nya signifikan, seringkali dengan berlimpahnya tempat persembunyian, ikan yang tersembunyi di celah-celah atau di bawah karang akan menyebabkan nilainya lebih kcil dari angka yang se-benarnya; Sangat sulit untuk mendapatkan data ikan akurat dan valid setiap sehingga setiap interpretasi harus dilakukan dengan hati-hati. Pengulangan analisis video adalah salah satu pilihan, tetapi tidak selalu cocok untuk semua jenis ikan; Data ukuran harus ditafsirkan secara hati-hati, karena estimasi ukuran panjang minimum dan maksimum adalah relatif; Menentukan seks hanya mungkin untuk spesies yang memiliki ukuran jelas atau perbedaan warna.

    Pelatihan yang dibutuhkan:

    Training untuk pemantauan agregasi; hubungi the Society for Conservation of Reef Fish Aggregations (SCRFA); Bias dari Observer untuk itu perlu pelatihan estimasi panjang ikan, identifikasi spe-sies dan tingkah laku pemijahan, gangguan perilaku ikan oleh penyelam meru-pakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Jika memungkinkan, nelayan dan stake-holders lainnya harus terlibat dalam program pelatihan Spags ini.

    Referensi: Lihat Domeier et al. (2002); Colin et al. (2003) for fisheries dependent data and re-moute surveillance techniques; www.scrfa.org/ The Nature Conservancy juga mengembangkan metode inil untuk pemantauan agregasi pemijahan kerapu di Indo Pasifik (Lihat www.nature.org), begitu juga Wildlife Conser-vation Society (WCS) di Pulau Weh, Aceh.

    33

  • 34

  • ACANTHURIDAE Surgeon fish, Ikan butana

    Acanthurus leucosternon Powderblue surgeonfish Nama Umum: Ikan butana biru, kuli pasir (sulawesi), Ciri-ciri: Panjang max 38 cm (TL).Badan berwarna biru, dorsal kuning, sekitar muka berwarna hi-tam dan sangat mudah dibedakan dengan jenis Paracanthus hepatus

    Habitat: Perairan terumbu karang dari kedalaman 45 m hingga dang-kal 2-3 m.

    Distribusi: Perairan terumbu karang tersebar dari Afrika hingga Papua New Guinea Tipe pemakan: Pemakan Alga

    Paracanthurus hepatus Palette surgeonfish Nama Umum: ikan dori, leter six Ciri-ciri: Panjang max 31 cm (TL), Warna biru cerah dengan pola hitem seperti angka enam, ekor kuning dengan strip hitam. Sirip dada biru dengan ujungnya hitam dilingkari kuning.

    Habitat: Daerah karang yang jernih dan berarus. Soliter atau kelompok kecil, juv sering terlihat sembunyi di celah karang Pocil-lopora. Benthopelagic.

    Distribusi: Indo-Pasifik:Afrika timur Samoa, Jepang-GBR

    Tipe pemakan: Zooplankton Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    35

  • Acanthurus pyropherus Mimic surgeonfish Nama Umum: Ciri-ciri: Berwarna kecoklatan, garis hitam dari atas sampai bawah katup insang, sirip pectoral ber-warna kuning diujungnya

    Habitat: Biasanya hidup soliter/sendiri, hidup di area laguna hingga terumbu karang dari 2 - 40 m

    Distribusi: berada di seluruh perairan terumbu karang di Indone-sia

    Tipe pemakan: Pemakan alga

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Acanthurus lineatus Lined surgeonfish Nama Umum: Butana kasur Ciri-ciri: Panjang max 38 cm (TL), 3/4 badan atas terdiri dari garis kuning dan garis biru strip hitam, 1/4 badan bawahnya berwarna abu-abu. Kill dipangkal ekor tajam, kuat dan beracun. Sirip perut oranye

    Habitat: Pejantan mengontrol daerah teritorial makan dan harem-nya, benthopelagic. Dewasa umum-nya schooling di daerah dangkal. Juv soliter dan di habitat rubble. Membentuk kelompok pemijahan. Distribusi: Indo-Pasifik: Afrika timur-Hawai, Marquesan dan Kep.Tuamoto, Jepang GBR dan New Caledonia. Digantikan Acan-thurus sohal di Laut merah. Tipe pemakan: Bentik alga/ herbi-vorus kadang krustacea

    Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    36

  • Acanthurus triostegus Convict surgeonfish Nama Umum: Butana lorek Ciri-ciri: Panjang max 27 cm (TL), badan kuning krem dengan 6 garis vertikal dibadan. Perubahan meta-morphosis dari post larvajuv pada ukuran 3,2 cm

    Habitat: Daerah laguna dan karang , juv berada di daerah pasang surut, benthopelagic, ka-dang mencari makan di daerah ma-sukan air tawar dimana banyak alga.

    Distribusi: Indo-Pasifik:Arabian peninsula. Pasifik timur : Teluk Cali-fornia-Panama

    Tipe pemakan: Zoobenthos, ben-tik alga, fitoplankton

    Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Ctenochaetus binotatus Twospot surgeonfish

    Nama Umum: Ciri-ciri: Panjang max 22 cm (TL), spot hitam di belakang sirip dorsal dan anal, dewasa terdapat lingkaran biru di mata. Dorsal dan anal coklat gelap, sirip ekor coklat dewasa dan juv berwarna kuning.

    Habitat: Daerah karang dan rubble di laguna dan pantai habits coral and rubble areas of deep lagoon and seaward reefs.

    Distribusi: Indo-Pasifik: Afrika timur Kep.Tuamoto, Jepang NSW dan New Caledonia)

    Tipe pemakan: fitoplankton dan detritus (dinoflagelata /Gambierdiscus toxicus )

    Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    37

  • Ctenochaetus striatus Striated surgeonfish Nama Umum: Ciri-ciri: Panjang max 26 cm (TL), badan berwarna coklat kehita-man .spot oranye di kepala. Sirip pectoral kekuningan, sirip ekor dan perut coklat. Pangkal ekor terdapat kill tajam.

    Habitat: Daerah karang , rubble, berbatu yang flat di laguna dan karang hingga kedalaman 30 m. ditemukan soliter hingga schooling dengan species lain.

    Distribusi: Indo-Pasifik Tipe pemakan: Fitoplankton (diatom) dan Bentik alga (lapisan luar blue green alga yang membuat species ini kunci rantai makanan ciguatera)

    Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Ctenochaetus cyanocheilus Bluelipped bristletooth Nama Umum: Ciri-ciri: Panjang max 20 cm (TL) badan coklat kekunngan dengan garis kebiruan di badan. Terdapat lingkaran kuning di mata dan bibir berwarna biru.

    Habitat: Dareah kaya karang mulai dari laguna hingga lereng karang. Biasa ditemukan di kedalaman 7-15 m. Range kedalaman 2-30 m.

    Distribusi: Pasifik barat: Kep. Ogaswara, Filipina, Indonesia-GBR dan New Caledonia, Samoa-Kep. Marshal.

    Tipe pemakan: Bentik alga / her-bivora

    Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    38

  • Naso vlamingii Bignose unicornfish Nama Umum: Naso Ciri-ciri: Bagian muka berwaran kecoklatan, badan berwarna biru kecoklatan, memiliki garis biru di dekat mata, serta bagian ekor yang menjuntai, panjang max 50 cm, Habitat: Umumnya dijumpai di kolom perairan atau di perairan agak dalam mulai dari 4-50 m dan biasanya ditemukan sendiri,

    Distribusi: tersebar di perairan area terumbu karang di Indonesia

    Tipe pemakan: Omnivore Lokasi foto: : TN Komodo, NTT

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Naso lituratus Orangespine unicornfish Nama Umum: Naso Ciri-ciri: Panjang max 46 cm (TL), badan coklat keabuan, sirip ekor ber-bentuk sabit dengan batas hitam, pangkal ekor oranye dengan strip putih, dorsal oranye dengan batas garis biru, kuning dan hitam dari mu-lut hingga kepala. Sirip perut oranye.

    Habitat: Daerah karang, rubble dan berbatu di laguna dan pantai . De-wasa dalam soliter/kelompok kecil. Juv di daerah berbatu dangkal. Range kedalaman 0-90 m. Distribusi: Samudra Pasifik untuk Samudra Hindia sekarang diketahui sebagai species yang terpisah den-gan nama Naso elegans.

    Tipe pemakan: Alga (Sargassum dan Dictyota) dan zooplankton

    Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    39

  • 40

  • APOGONIDAE

    Cardinal fish, Ikan capungan

    Apogon compressus Split-banded cardinalfish Nama Umum: Ikan capungan Ciri-ciri: Berwarana putih atau pink dengan 6 garisdi sis-inya,lingkar mata berwarna biru, sewaktu juvenile memilki warna kuning didekat ekor dengan spot hitam ditengahnya, panjang max 12 cm. Habitat: Ditemukan berkelompok di dekat karang bercabang, merupakan ikan nocturnal, ditemukan di area karang mulai dari kedalaman 2-20 m. Distribusi: Indo pasifik: GBR hingga jepang

    Tipe pemakan: carnivora Kesukaan habitat: karang bercabang seperti Porites cylindrical atau P.nigrescens

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    41

  • Apogon aureus Ring-tailed cardinalfish Nama Umum: Beseng Ciri-ciri: Panjang max 14,5 cm (TL), garis hitam melingkar dipangkal ekor, warna coklat krem, strip biru dimata.

    Habitat: Biasa dijumpai di perairan dangkal, bersem-bunyi di celah atau dibawah karang dijumpai mulai dari kedalaman 1- 40 m.

    Distribusi: Hampir ditemu-kan diseluruh perairan Indone-sia

    Tipe pemakan: Carnivore

    Apogon bandanensis Bigaye cardinalfish Nama Umum: Beseng Ciri-ciri: Panjang max 10 cm(TL), warna badan kecoklatan dengan strip halus vertical, dipangkal ekor terdapat bagian putih dengan lingkaran hitam, di bagian sirip perut terdapat warna biru,sinonim Nectamia bandanensis. Habitat: Biasanya ditemukan diperairan karang agak dalam, merupakan ikan nocturnal, rang kedalaman 10-34 m.

    Tipe pemakan: Carnivore

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    42

  • Apogon chrysopomus Spotted-gill cardinalfish Nama Umum: Serinding Ciri-ciri: Panjang max 10 cm(TL), de-wasa memiliki spot kuning di-katup insang, berwarna coklat krem, dengan 3 garis coklat me-manjang serta spot hitam kecil dekat pangkal ekor.

    Habitat: Biasa dijumpai berkelompok di atas karang branching.

    Distribusi: Indo-pacifik, Indonesia

    Tipe pemakan: Carnivora

    Apogon seleii Nama Umum: Serinding Ciri-ciri: Panjang max 10 cm(TL),garis kuning/coklat dekat katup in-sang, pola bdan ,corak serta warna mirip dengan Apogon chrysopomus.

    Habitat: Perairan karang dan berasosiasi dengan karang branching.

    Distribusi: Tersebar di hamper seluruh perairan Indonesia

    Tipe pemakan: Carnivora

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : TN Komodo, NTT

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    43

  • Apogon fucata Nerrowlined cardinalfish Nama Umum: Beseng Ciri-ciri: Panjang max 9 cm (TL), begariskuning dengan strip biru di dekat mata, memiliki spot hitam dipangkal ekor,

    Habitat: Umumnya berkelompok di gua-gua kecil disekitar la-guna atau disela-sela karang branching. Range kedala-mannya 2-60 m.

    Distribusi: Pantai timur benua Afrika hingga Samoa, baratdaya Jepang hingga New Caledo-nia

    Tipe pemakan: Zooplankton

    Lokasi foto: :Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: :Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    44

  • Apogon hoevenii Frostfin cardinalfish Nama Umum: Serinding layar Ciri-ciri: Panjang max 6cm (TL),berwarna coklat kekuningan, siripdorsal pertama berwanna cok-lat gelap dengan bagian berwarna putih yang lebar.

    Habitat: Biasanya dijumpai di-daerah estuaria atau telukserta dihabitat yang dasarnya pasir/pasir berlumpur, tempatpavoritnya berada disekitar spong, crinoids dan bulubabi. Range kedalaman 20-30 m.

    Distribusi:Indo-West Pacific: India, Indochina n Malay , serta-dari utara Australia - Japang

    Tipe pemakan: Zooplankton

    Apogon komodoensis Nama Umum: Serinding Ciri-ciri: Panjang max 10 cm (TL), dipangkal ekor berwarna hitam samar dan dipangkal ber-warna putih, terdapat garis warna coklat strip putih memanjang dari mulut hingga mata.

    Habitat: Berkelompok di sela-sela karang branching, dengan range kedala-man 10-12 m.

    Distribusi: Diketahui hanya di perairan TN Komodo, NTT Tipe pemakan: Zooplankton

    Lokasi foto: TN Komodo, NTT

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: TN Komodo, NTT

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    45

  • Apogon fragilis Fragile cardinalfish Nama Umum: Beseng Ciri-ciri: Panjang max 5,5 cm (TL), berwarna putih perak transparan, memiliki spot hitam dipangkal ekor dan cirri utama-nya adalah spot hitam dikedua ujung cagak sirip ekornya.

    Habitat: Biasanya dijumpai di laguna dan teluk, diatsa karang branching, berkumpul dalam jumlah besar kadang-kadang dengan jenis yang lain. Range 1-15 m.

    Distribusi: Indo-pasifik, Timur AfrikaSamoa, dan di Great Barier Reef Australia Tipe pemakan: Belum diketa-hui

    Apogon zosterophera Blackbelted cardinalfish Nama Umum: Beseng Ciri-ciri: Panjang max 8 cm(TL), memiliki garis hitam di-bawah sirip dorsal kedua, memiliki dua garis berwarna or-ange dekat katup insang, serta memiliki spot hitam kecil dipang-kal ekor.

    Habitat: Biasa hidup di perairan dangkal di area te-rumbu karang atau sekitar la-guna / sela-sela karang dengan range kedalaman 2-15 m.

    Distribusi: Laut jawa dan Kali-mantan di Indonesia

    Tipe pemakan: Zoobenthos Lokasi foto: :Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: :Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    46

  • Sphaeramia nematoptera Pajama cardinalfish Nama Umum: Capungan Ciri-ciri: Panjang max 8,5 cm (TL), bentuknya sangat mudah dikenali dengan mata merah besar, kepala yang berwarna kuning,garis hitam disirip prtama dorsal, spot coklat yang banyak di badan belakang.

    Habitat: Berkumpul bisasanya diatas karang branching, menyebar di malam hari untuk mencari makan karena ikan nocturnal. Range 1 14m.

    Distribusi: Laut jawa Fiji Tipe pemakan: Zoobenthos

    Cheilodipterus artus Wolf cardinalfish Nama Umum: Serinding Ciri-ciri: Panjang max 18,7 cm (TL), saat juvenile memiliki spot hitam kecil yang dikelil-ingi warna kuning dipangkal ekornya. Memiliki 8 strip garis kecoklatan.

    Habitat: Biasanya bersembunyi di celah/goa kecil di karang, laguna, kadang juga berada diatas karang bercabang, lebih sering terlihat soliter

    Distribusi:Indo pasifik, timur afrika-Kep. Tuamoto, selatan GBR Australia Tipe pemakan: Ikan kecil / Carnivora

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    47

  • Cheilodipterus isostigmus Dog-toothed cardinalfish Nama Umum: Serinding

    Ciri-ciri: Panjang max 11 cm (TL), san-gat mirip dengan C.qunquilineatus dimana per-bedaanya hanya pada spot hitam dikelilingi warna kuning. C. qunquilineatus garis strip dibadan hingga mengenai spot hitam di pangkal ekor sedang-kan C. isostigmus tidak.

    Habitat: Hidup didarah karang laguna, bisanya berkelompok dalam jumlah kecil dikarang berca-bang, Range 4 - 40 m.

    Distribusi: Perairan laut jawa, kalimantan di Indonesia.

    Tipe pemakan: Ikan kecil / Carnivora

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    48

  • Cheilodipterus macrodon Large toothed cardinalfish Nama Umum: Serinding be-sar Ciri-ciri: Panjang max 25 cm (TL), saat juvenile mamiliki spot hitam yang berangsur-angsur hilang saat dewasa. Dewasa sangat mirip dengan C.artus hanya saja strip garis dibadan lebih tebal dan lebih gelap.

    Habitat: Umumnya ditemukan didaerah reef slope 4-30 m, suka bersem-bunya di gua-gua kecil / celah karang . Kadang juga ditemukan didaerah laguna dari kedalaman 0-40 m. lebih sering ditemukan soliter/sendiri atau berpasangan. Juv lebih terlihat dalam kelom-pok kecil.

    Distribusi: Indo pasifik, laut merah, timur Afrika, Pulau Ryukyu, Perairan karang di Indonesia

    Tipe pemakan: Ikan kecil / Carnivora

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : TN Komodo,NTT

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    49

  • Pterapogon kauderni Banggai cardinal fish Nama Umum: Kardinal banggai Ciri-ciri: Panjang max 8 cm (TL), mudah dikenali dari warna yang mencolok dengan empat garis vertikal di badan. Pola garis hitam yang meman-jang dari sirip pertama dorsal hingga sirip perut dan sirip kedua sampai sirip anal den-gan spot putih. Sirip ekor ca-gak panjang dengan garis hi-tam dan spot putih disisinya.

    Habitat: Biasa dijumpai di daerah darmaga, didasar pasir di padang lamun serta di sela-sela bulu babi sebagai tempat perlindungan. Jantan mengerami telur, larva yang menetas tidak memiliki periode plankton. Juvenil biasa tinggal di dekat anemone sebagai per-lindungan.

    Distribusi: Alami endemic di Kep. Banggai, Indonesia na-mun setelah ditangkarkan ban-yak di daerah lain.

    Tipe pemakan: Bentik krustacea dan zoo-plankton

    Lokasi foto: : Lembeh, Sulut

    Foto by Tasrif Kartawijaya

    Lokasi foto: : Lembeh, Sulut

    Foto by Tasrif Kartawijaya

    50

  • 51

  • AULOSTOMIDAE

    Aulostomus chinensis Chinese trumpetfish Nama Umum: lkan trompet Ciri-ciri: Panjang max 80 cm (TL), memiliki 2 warna dasar yaitu coklat ke hijauan serta kuning (Jenis variannya), sirip pertama dorsal tegak karena terda-pat duri, sirip dorsal kedua tipis sama seperti sirip analnya. Dekat pangkal ekor warna hitam gelap, bagian sirip ekor berwarna kuning dengan spot hitam diujung-ujungnya

    Habitat: Ditemukan soliter di perairan dangkal dan jernih, kadang diarea habi-tat berbatu . Kebisaanya yang suka berkamuflase untuk menangkap mangsa dan bersembunyi di atas ikan yang lebih besar

    Distribusi: Hampir ditemukan di selu-ruh perairan karang di In-donesia

    Tipe pemakan: Udang dan ikan kecil / Carnivora

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    52

  • 53

  • BALISTIDAE

    Triger fish, Ikan Tato (Sulawesi utara),

    Balistoides conspicillum Clown triggerfish Nama Umum: Triger biji nangka Ciri-ciri: Panjang max 50 cm (TL), memiliki pola warna yang unik, mulut berwarna kuning, garis putih dimata, separuh badan bagian bawah spot putih besar dan separuh atasanya hitam dengan bercak kuning, pang-kal ekor putih dengan bintik hitam serta sirip ekor terdapat bagian putih lebar. Merupakan target perdagangan ikan hias yang mahal.

    Habitat: Spesies soliter, hidup diperairan jernih didaerah reef slope dan drop-off, saat juve-nile hidup di gua-gua karang.

    Distribusi: Indo-pasifik, sebagian timur dan selkatan Afrika, Indonesa hingga Samoa, selatan New Caledonia

    Tipe pemakan: Bulubabi, krustasea, tunicate

    Lokasi foto: TN Komodo, NTT

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    54

  • Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Balistapus undulatus Orange-lined triggerfish Nama Umum: Triget ijo Ciri-ciri: Panjang max 30 cm (TL), badan hijau gelap ke coklatan dengan garis oranye diagonal di badan dan muka. Sirip berwarna oranye. Memiliki spot hitam dipangkal ekor.

    Habitat: Didaerah kaya karang di la-guna dan terumbu karang. Jenis yang territorial, biasa meletakkan telur dalam lubang di daerah pasir atau rubble di daerah karang. Range kedalaman 1-50 m.

    Distribusi: Indo-Pasifik : Laut merah, Afrika Selatan, Kep. Line, Marquesan dan Tuamoto, Jepang-GBR dan New Cale-donia.

    Tipe pemakan: Zoobenthos (Echinodermata, moluska, tunikata, sponge dan hydrozoa), ikan kecil dan alga bentik.

    55

  • Sufflamen chrysopterus Halfmoon triggerfish Nama Umum: Triger bulan Ciri-ciri: Panjang max 30 cm (TL), badan coklat gelap dibawahnya dengan sirip ekor dibatasi putih dan membentuk segitiga coklat ditengahnya.

    Habitat: Daerah pantai berkarang mulai dari laguna hingga lereng karang. Soliter dan territorial, ovi-par dan monogami.

    Distribusi: Indo-Pasifik barat: Afrika timur, Afsel, Samoa, Jepang-Pulau Lord Howe. Digantikan Suf-flamen albicaudatus di Laut Merah.

    Tipe pemakan: Zoobenthos dan zooplankton

    Melichthys indicus Indian triggerfish Nama Umum: Triger item Ciri-ciri: panjang max 25 cm (TL), badan coklat kehitaman den-gan strip putih di dasar sirip dorsal dan Anal. Batas luar sirip caudal berwarna putih.

    Habitat: Daerah kaya karang . Soliter, biasa menggali lobang di dasar untuk tempat tinggal

    Distribusi: Samudra Hindia; Laut Merah dan Timur Afrika Thailand dan Sumatra di Indonesia.

    Tipe pemakan: Zoobenthos (sponge,tunikata,bentik inverte-brate, bentik krustacea, ) dan ben-tik alga

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    56

  • 57

  • BLEINIDAE

    Blennies fish, Ikan Blenie

    Escenious sp. Nama Umum: Bleni Ciri-ciri: Panjang max 5,5 cm (TL), badan coklat den-gan garis terang sepan-jang dorsal, bagian kepala kehijauan, strip hijau dari mata hingga katup insang.terdapat sepasang mirip sungut di depan mata.

    Habitat: Daerah kaya karang, bias dijumpai berda di atas karang, soliter na-mun kadang dalam kelompok kecil.

    Distribusi: Baru diketahui dari laut jawa

    Tipe pemakan: Belum diketahui

    Lokasi foto: TN Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    58

  • 59

  • CAESIONIDAE

    Fusilier fish, Ikan ekor kuning

    Caesio caerulaureus Blue and gold fusilier Nama Umum: Ekor kuning Ciri-ciri: Panjang max 35 cm (TL), memiliki garis kuning emas meman-jang dari pangkal ekor hingga diatas mata, serta strip hitam di kedua ujung cagak sirip ekornya.

    Habitat: Area terumbu karang yang jernih, sering ditemukan schooling dalam jumlah besar ber-sama jenis caesionidae lainnya. Range 5-50 m.

    Distribusi: Hampir seluruh perairan Indonesia

    Caesio teres Yellow and blueback fusilier Nama Umum: Ekor kuning Ciri-ciri: Panjang max 40 cm (TL), berwarna 2/3 biru keperakan, warna kuning mulai dari ekor hingga ke badan atas dekat sirip dorsal,

    Habitat: Di kolom perairan karang yang jernih kedalaman 5-50 m, ber-migrasi saat purnama mencari daerah di karang yang memiliki ce-lah sempit serta arus yang kuat un-tuk menyebarkan telurnya.

    Distribusi: Hampir diseluruh perairan di Indonesia

    Tipe pemakan: Zooplankton Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Kep. Karimunjawa, Jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    60

  • Caesio xanthonota Yellowback fusilier Nama Umum: lkan ekor kuning Ciri-ciri: Panjang max 40 cm (TL), ber-warna biru keperakan dengan warna kuning hampir 1/2 badan hingga bagian kepala.Sirip ekor berwarna kuning.

    Habitat: Daerah karang namun umum-nya berada di kolom perairan. Aktif schooling dengan cae-sionid lain di kolom perairan karang. Range kedalaman 0-50 m.

    Distribusi: Timur Afrika hingga Indonesia (tidak di laut merah and Persia)

    Tipe pemakan: Zooplankton

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    61

  • Pterocaesio tile Dark banded fusilier Nama Umum: lkan ekor kuning Ciri-ciri: Panjang max 30 cm (TL), berwarna biru keperakan (foto fase merahnya), memiliki strip garis dari pangkal ekor hingga dekat mata, cirri khasnya adalah strip biru yang menyala teru-tama saat malam hari, be-berapa literature menerang-kan ikan ini memiliki kemam-puan untuk mengganti warna yang biru menjadi kemera-han di bagian bawah untuk dibersihkan atau untuk tidur.

    Habitat: Berkelompok di kolom perairan terumbu karang yang jernih atau slope karang bersama jenis cae-sionid lainnya. Range ke-dalaman 0 - 60 m

    Distribusi: Indo-pasifik, Indonesia, Jepang, dan kep. Di t imur PNG

    Tipe pemakan: Zooplankton

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: : Pulau Weh, Aceh

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    62

  • 63

  • CARANGIDAE

    Jacks fish, Ikan Kwe, Bobara (Sulut)

    Carangoides bajad Orangespotted trevally Nama Umum: Kwe macan Ciri-ciri: Panjang max 55 cm (TL), badan agak kekuningan dengan banyak spot oranye tersebar di badan,

    Habitat: Kolom perairan yang agak dalam di area karang, biasanya soli-ter atau berpasangan. Range ke-dalamannya 2-50 m

    Distribusi: Laut merah, teluk Oman,Persia,Thailand dan Indone-sia serta Okinawa.

    Tipe pemakan: Carnivora

    Lokasi foto: Kep. Kayoa, Maluku Utara

    Foto by Rizya L. Ardiwijaya

    Lokasi foto: TN Karimunjawa, jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Caranx melampygus Bluefin trefally Nama Umum: Kwe biru / bobara Ciri-ciri: Panjang max 117 cm (TL), badan berwaran perak biru kehijauan, kadang soliter, berpasan-gan atau schooling di spot site ter-tentu, sirip berwarna biru. Sirip pec-toral berbentuk sabit.

    Habitat: Species perairan pelagis dan pantai serta di karang. (chiguatera)Dagingnya menjadi beracun jika sudah melebihi pan-jang (TL) 50 cm. Distribusi: Hampir di seluruh peraian karang di dunia

    Tipe pemakan: ikan kecil dan

    64

  • Caranx ignobilis Giant trefally Nama Umum: Ikan kwe, bobara Ciri-ciri: Panjang max 170 cm (TL), berwarna keperakan, warna sirip biasanya abu-abu gelap, memiliki 28-36 scutes keras, ukuran dewasa dari corak badannya dapat mudah dike-nali.

    Habitat: Jenis ikan pelagis biasa ditemukan di pasir, batu dan di terumbu karang, saat juvenile biasa ditemukan di estuaria dan dewasa umumnya soliter atau berpasangan. Ukuran dewasa biasanya ciguatoxic.

    Distribusi: Perairan karang di dunia Tipe pemakan: krustacea dan ikan (malam) / carnivora

    Lokasi foto: TN Komodo, NTT

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    65

  • 66

  • CARCHARHINIDAE

    Shark fish, Ikan hiu

    Carcharhinus obsesus Whitetip reef shark lokal: ikan hiu sirip putih

    Ciri-ciri: Panjang max 213 cm (TL), ramping dengan moncong pendek, mata oval, tanda putih berada di sirip dorsal pertama dan ujung sirip ekor.

    Habitat: Biasa dijumpai di la-guna, karang dan digoa-goa beristirahat di siang hari. Lebih aktif saat malam dan daerah pasut yang memiliki arus kuat. Jarak ruaya 0,3-3 km satu perio-denya /tahun. Jarang dila-porkan menyerang manusia. Range kedalaman 1 - 330 m.

    Distribusi: Tersebar hampir di seluruh perairan karang di dunia

    Tipe pemakan: Memakan ikan kecil, gurita, lobster kecil dan kepiting / Carnivora

    Lokasi foto: TN Karimunjawa, jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    Lokasi foto: TN Karimunjawa, jawa Tengah

    Foto by Fakhrizal Setiawan

    67

  • Lokasi foto: Pulau Weh, Aceh

    Foto by Rizya L. Ardiwijaya

    Stegostoma fasciatum (juv) Zebra shark Lokal: Ikan hiu totol Ciri-ciri: Panjang max 235 cm (TL), memiliki 5 celah insang dan 3 terahir dibelakang sisirp dada, lubang hidung dekat dengan moncong, sirip ekor panjang dengan lekukan subterminal dalam dimana lobus hamper tidak ada. Warna kuning kecoklatan dengan bintik coklat gelap. Sirip dadabesar dan bult melebar.

    Habitat: Perairan lepas pantai, pasir, patahan karang, dan di dasar karang. Aktif di-malam hari (nocturnal), siang hari beristirahat di celah-celah atau di bawah karang. Berenang lambat di celah-celah karang saat berburu makanan.

    Distribu