profesionalisme guru di yayasan bnkp · pdf filea. latar belakang masalah ... mampu...

60
PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP GUNUNGSITOLI Oleh: Delipiter Lase | 2318117501 Laporan Akhir Hasil Penelitian ini, disampaikan kepada Ketua STT BNKP Sundermann; Ketua Program S1 Pendidikan Agama Kristen dan Kepala Lembaga Penelitian STT BNKP Sundermann

Upload: ledieu

Post on 03-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP GUNUNGSITOLI Oleh: Delipiter Lase | 2318117501

Laporan Akhir Hasil Penelitian ini, disampaikan kepada Ketua STT BNKP Sundermann; Ketua

Program S1 Pendidikan Agama Kristen dan Kepala Lembaga Penelitian STT BNKP Sundermann

Page 2: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

i

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus maha Pengasih, atas

penyertaan-Nya hingga penelitian dapat diselesaikan dan laporan hasilnya disampaikan

kepada Pimpinan STT BNKP Sundermann.

Sejak awal pasca seminar proposal (Juni 2016), konsistensi terhadap jadwal

pelaksanaan penelitian ini sampai kepada seminar hasil, jauh dari yang diharapkan

mengingat banyaknya aktivitas penulis di triwulan ke-3 tahun 2016 dan triwulan ke-1

tahun 2017. Namun, karena rasa tanggung jawab moral, pada akhirnya penelitian ini

dirampungkan dengan segala kelemahan dan kekurangannya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini, dukungan dari

berbagai pihak turut memperlancar pelaksanaan penelitian, karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan terima kasih yang sedalamnya kepada:

1. Ketua STT BNKP Sundermann, Pdt. Yunelis Ndraha, M.Th yang telah bersedia

memfasilitasi proses penelitian mulai dari seminar proposal sampai dengan seminar

hasil penelitian.

2. ICCO-KiA dan Ibu Dr. Nieke Admatja, sebagai funding agency penelitian Dosen

STT BNKP Sundermann sejak tahun 2014.

3. Bapak Drs. Firman Harefa, M.Si dan Charisman Harefa, M.Kom, masing-masing

sebagai Ketua dan Sekretaris Yayasan BNKP Gunungsitoli yang telah memberi izin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di semua satuan pendidikan (sekolah)

di lingkungan Yayasan BNKP Gunungsitoli.

4. Rekan-rekan Dosen STT BNKP Sundermann, atas masukan dan saran yang

diberikan pada pelaksanaan seminar proposal penelitian.

5. Kepada Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli, atas kerjasamanya dalam memberikan

data hasil UKG dan PKG Kota Gunungsitoli tahun 2015.

6. Bapak/Ibu Kepala Sekolah dan Kepala Tata Usaha Sekolah di lingkungan Yayasan

BNKP Gunungsitoli, atas kerjasamanya untuk menyediakan data yang diperlukan

guna menyelesaikan penelitian ini, dan

7. Kepada semua pihak tanpa menyebut nama dan jabatan satu per satu, penulis

menghaturkan terimakasih atas dukungannya dalam berbagai bentuk.

Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

para pihak yang berkepentingan.

Gunungsitoli, 27 Maret 2017

Peneliti,

Delipiter Lase

2318117501

Page 3: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

ii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I : Pendahuluan ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 8

BAB II : Kerangka Teori .............................................................................. 11

A. Profesionalisme Guru .............................................................. 11

B. Kompetensi Profesionalisme Guru .......................................... 13

C. Uji Kompetensi & Penilaian Kinerja ....................................... 18

D. Peningkatan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) ............... 18

BAB III : Temuan Penelitian dan Pembahasan .............................................. 22

A. Profesionalisme Guru di Yayasan BNKP Gunungsitoli .......... 22

B. Faktor yang Memengaruhi Profesionalisme Guru ................... 27

C. Misi Pengembangan Profesionalisme Keguruan di Yayasan

BNKP Gunungsitoli ................................................................. 31

D. Skema Peningkatan Profesionalisme Guru di Yayasan BNKP

Gunungsitoli ............................................................................. 32

E. Temuan Lain ............................................................................ 35

F. Siklus Kehidupan Sekolah di Yayasan BNKP Gunungsitoli

dan Strategi Pengembangan ..................................................... 46

BAB IV : Penutup .......................................................................................... 53

A. Kesimpulan .............................................................................. 53

B. Saran dan Rekomendasi ........................................................... 54

Page 4: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan, salah satu di antaranya adalah dengan meningkatkan kualitas

guru. Hal ini dapat dipahami karena kualitas sistem pendidikan secara keseluruhan

berkaitan erat dengan kualitas guru. Guru memiliki peran yang strategis dalam

bidang pendidikan, bahkan sumber pendidikan lain yang memadai sering kali kurang

berarti apabila tidak didukung oleh keberadaan guru yang berkualitas. Dengan kata

lain, guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan

hasil pendidikan. Singkatnya, guru merupakan kunci utama dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, sangatlah wajar bila akhir-akhir ini

pengakuan dan penghargaan terhadap profesi guru semakin meningkat, yang diawali

dengan dilahirkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan

Dosen, kemudian diikuti oleh berbagai peraturan perundang-undangan sebagai

turunannya.

Guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru harus mampu

melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila

mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi,

independen, produktif, efektif, efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-

prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang

sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat, dan kode etik yang

regulatif.1

Guru sebagai salah satu bagian dari pendidik profesional memiliki tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam melaksanakan tugasnya, guru

menerapkan keahlian, kemahiran yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu

yang diperolehnya melalui pendidikan profesi. Pengakuan kedudukan guru sebagai

1 Sulipan, dalam http://www.ktiguru.org/index.php/profesiguru, diakses tanggal 8 Mei 2016.

Page 5: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

2

tenaga profesional dibuktikan dengan adanya sertifikasi bagi guru dalam jabatan.

Selanjutnya, bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik berhak memperoleh

penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial

yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Hal ini sesuai

dengan tujuan diadakannya sertifikasi guru, yaitu: (1) menentukan kelayakan

seseorang dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran; (2) peningkatan

mutu proses dan hasil pendidikan; dan (3) peningkatan profesionalisme guru (Dikti,

2006).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, semakin dipertegas bahwa jabatan guru sebagai

pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu, guru yang profesional dituntut

untuk terus-menerus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu

pengetahuan, dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan

terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk

mampu bersaing di forum regional, nasional, ataupun internasional.

Tuntutan terhadap profesionalisme guru semakin tidak dapat diabaikan dan

hal itu merupakan konsekuensi logis dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

yang berkualitas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ini juga yang

mendasari pelaksanaan Ujian Kompetensi Guru terhadap guru dalam jabatan yang

telah berlaku sejak tahun 2012. Uji kompetensi guru ini dilaksanakan secara rutin

dan dimaksudkan untuk mengukur derajat profesionalisme guru terhadap penguasaan

kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai dasar penetapan

kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dan bagian dari penilaian

kinerja guru (PKG).2

Perkembangan lebih lanjut terkait dengan pengukuran profesionalitas dan

kinerja guru ini, adalah pada tahun 2015 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) melaksanakan pengukuran profesionalisme seluruh guru melalui dua

skema yaitu secara akademis dan non-akademis. Pengukuran akademis dilakukan

dengan rutin melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) setiap tahun. Sedangkan,

pengukuran non-akademis dengan melakukan penilaian terhadap kinerja guru.

2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2012 Tentang Uji

Kompetensi Guru.

Page 6: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

3

Pengukuran akademis dilakukan untuk untuk mengukur derajat profesionalisme guru

terhadap penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif.

Sementara non-akademis berhubungan dengan kompetensi sosial dan kepribadian

pada ranah afektif dan psikomotorik.3

Bagaimana dengan hasil uji kompetensi guru itu sendiri? Pada bulan Januari

2016 lalu, Kemendikbud melalui situs resminya merilis berita dengan topik “7

Provinsi Raih Nilai Terbaik Uji Kompetensi Guru 2015”.4 Sebanyak tujuh provinsi

mendapat nilai terbaik dalam penyelenggaraan uji kompetensi guru (UKG) tahun

2015. Nilai yang diraih tersebut merupakan nilai yang mencapai standar kompetensi

minimum (SKM) yang ditargetkan secara nasional, yaitu rata-rata 55. Tujuh provinsi

tersebut adalah DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI Jakarta (58,44),

Jawa Timur (56,73), Bali (56,13), Bangka Belitung (55,13), dan Jawa Barat (55,06).

Lebih lanjut disebutkan bahwa jika dirinci lagi untuk hasil UKG untuk

kompetensi bidang pedagogik saja, rata-rata nasionalnya hanya 48,94, yakni berada

di bawah standar kompetensi minimal (SKM), yaitu 55. Bahkan untuk bidang

pedagogik ini, hanya ada satu provinsi yang nilainya di atas rata-rata nasional

sekaligus mencapai SKM, yaitu DI Yogyakarta (56,91). “Artinya apa? Pedagogik

berarti cara mengajarnya yang kurang baik, cara mengajarnya harus diperhatikan,”

ujar Pranata usai konferensi pers akhir tahun 2015 di Kantor Kemendikbud, Jakarta,

(30/12/2015).

Berikut ditampilkan grafik Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2015.5

3 Sumarna Pranata (Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan), dalam http://www.sekolah

dasar.net/2015/08/profesionalisme-guru-akan-diukur-dengan-cara-ini.html#ixzz47 KgN7CVc, dikutip dari

berita JPNN (09/08/15). 4 Sumarna Pranata (Direktur Jenderal GTK), dalam http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/7-

provinsi-raih-nilai-terbaik-uji-kompetensi-guru-2015 5 Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2015,

(https://wordpress.com/read/feeds/213777/posts/958349691), Modified: Saturday, May 21, 2016 10:29:18

PM.

Page 7: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

4

Sumber: https://akhmadsudrajat.wordpress.com (Blok tentang Pendidikan)

Dari grafik di atas diperoleh potret profesionalisme guru di Indonesia dan

akan menjadi pertimbangan perlu tidaknya upaya perbaikan. Pada beberapa kasus

ditemukan ada guru mendapat nilai rata-rata di atas 85, namun meskipun nilai

tersebut baik, setelah dianalisis hasilnya, ternyata masih terdapat guru yang memiliki

kekurangan di beberapa kelompok kompetensi. Salah satu instrumen untuk

meningkatkan kompetensi guru itu adalah dengan pelatihan dan pendidikan yang

lebih terarah sesuai dengan hasil UKG.

Bagaimana dengan hasil UKG di wilayah Dinas Pendidikan Kota

Gunungsitoli dan secara khusus di Yayasan BNKP. Mengacu pada hasil UKG pada

grafik di atas diperoleh rata-rata 48,96 masih berada di bawah SKM nasional 55.

Rata-rata ini pun menggunakan rata-rata provinsi Sumatera Utara, mengingat hasil

UKG 2015 yang ditampilkan per-kabupaten belum terpublikasikan. Namun,

berdasarkan data yang ada direktori Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli, dari 2.482

orang peserta UKG 2015, diperoleh rata-rata 51.09 – masih di bawah SKM Nasional.

Page 8: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

5

Hasil UKG 2015 sebagaimana diuraikan di atas, baru mencakup aspek

akademis. Lalu, bagaimana penilaian profesionalisme guru secara non akademis? Di

atas telah dijelaskan bahwa alat ukur untuk kemampuan sosial dan pribadi guru akan

menggunakan penilaian kinerja guru (PGK). Berdasarkan Surat Edaran tentang PGK

tahun 2015, untuk penilaian kinerja guru dilakukan oleh kepala sekolah dan guru

pembina yang ditunjuk oleh kepala sekolah dan dibantu oleh pengawas sekolah

terkait. Sejauh ini data berupa hasil penilaian kinerja yang mengukur kemampuan/

kompetensi sosial dan kepribadian guru belum terpublikasi secara luas. Mengingat

hasil PKG ini langsung diunggah pada Dapodik oleh masing-masing sekolah.

Terkait dengan pelaksanaan penilaian kinerja guru ini, terdapat hal penting

yang perlu dikaji lebih lanjut adalah sejauhmana konsistensi pihak sekolah dalam

melaksanakan penilaian kinerja guru? Di sini, sikap profesionalitas yang berwenang

untuk melakukan penilaian diuji dan dipertaruhkan. Barangkali bila PKG ini

dilakukan oleh personil independen maka hal-hal yang diragukan terkait objektivitas

penilaian bisa tidak diragukan. Pertanyaan kemudian, adalah sejauhmana hasil uji

kompetensi dan penilaian kinerja ini dapat mewujudkan peningkatan profesionalisme

guru? Pertanyaan-pertanyaan ini pada akhirnya menuntut adanya kejelasan

keterkaitan antara realitas hasil evaluasi kinerja guru dengan kebijakan yang

ditempuh dalam rangka perbaikan profesionalisme guru oleh pemerintah maupun

masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui Yayasan.

Yayasan BNKP adalah merupakan salah satu lembaga penyelenggara

pendidikan yang bernaung di bawah Sinode BNKP. Yayasan ini telah beridiri sejak

1995 yang lalu, dan sampai akhir tahun 2015 telah mengasuh beberapa satuan

pendidikan di jenjang pendidikan dasar dan menengah, antara lain (1) TK BNKP

Hanna Blindow, (2) SD BNKP Gunungsitoli, (3) SMP BNKP Gunungsitoli, (4) SMP

BNKP Simon, (5) SMP BNKP Hilimaziaya, (6) SMP BNKP Luzamanu (7) SMA

BNKP Gunungsitoli, (8) SMK BNKP Gunungsitoli, dan (9) SMK BNKP Luzamanu.

BNKP di era 1970-an pernah sangat populer di bidang pendidikan di

Kepulauan Nias melalui salah satu unit sekolahnya yakni SMA Swasta Kristen

BNKP. Sekolah ini telah banyak menghasilkan pemimpin dan orang-orang sukses di

daerah ini dan di luar daratan Pulau Nias. Namun, di awal tahun 1990, era kejayaan

itu mulai meredup dan bahkan tenggelam lalu sekolah itupun ditutup pada tahun

Page 9: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

6

2012. Selain SMA Kristen BNKP, Komisi Pendidikan BNKP juga

menyelenggarakan satuan pendidikan pada jenjang sekolah dasar dan taman kanak-

kanak (TK BNKP Hanna Blindow). Kecuali TK, kedua sekolah tersebut yakni SMA

Kristen BNKP dan SD BNKP tidak beroperasi lagi alias ditutup. Baru sejak tahun

1995 di bawah bendera Yayasan Perguruan BNKP (berubah nama menjadi Yayasan

BNKP), BNKP kembali menggeliat untuk mewujudkan misinya di bidang didaskalia

dengan membuka sekolah-sekolah baru di berbagai jenjang pendidikan mulai dari

pendidikan dini, dasar, menengah bahkan perguruan tinggi.

Terobosan-terobosan besar di dunia pendidikan ini pada hakikatnya

merupakan peran serta gereja BNKP dalam pembangunan bangsa dan negara

utamanya pembangunan sumber daya manusia. Namun, seiring dengan

perkembangan waktu beberapa satuan pendidikan yang diasuh oleh Yayasan BNKP

ternyata hanya berkibar di awal, beberapa tahun kemudian meredup. Prestasi,

populeritas dan eksistensinya sebagai lembaga penyelenggara pendidikan sangat

fluktuatif, naik turun seiring perkembangan waktu. Konsistensi terhadap kinerja dan

kepatutan terhadap aturan, prinsip dan nilai patut dipertanyakan. Dan, dapat

dipastikan bahwa aspek sumber daya manusia (termasuk di dalamnya para guru)

menjadi salah satu kontributor atas terciptanya kondisi dan situasi yang

memprihatinkan itu.

Bagaimana performan Yayasan BNKP sebagai penyelenggara pendidikan

akhir-akhir ini? Berdasarkan hasil pemantauan sekilas, diperoleh kondisi antara lain:

- Prestasi akademis dan non-akademis minim

- Setiap tahun mengalami penurunan jumlah siswa

- Persepsional guru terhadap kebijakan Yayasan pada umumnya cenderung negatif

- Hasil penilaian kinerja guru dalam rangka pembinaan dan pengembangan profesi

guru tidak terdokumentasi dengan baik.

- Kegiatan-kegiatan Peningkatan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) terhadap

guru jarang dilaksanakan.

- Ada sekolah yang pada pertengahan tahun 2016 ini terpaksa tutup karena sulit

bersaing.

Kembali pada profesionalisme guru di atas, bahwa untuk mendapatkan

gambaran menyeluruh tentang profesionalisme guru, maka ditempuhlah kebijakan

Page 10: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

7

uji kompetensi dan penilaian kinerja guru oleh pemerintah. Uji kompetensi ini

berlaku secara nasional kepada seluruh guru baik yang ada dalam lingkup

pemerintah (PNS) maupun swasta atau yayasan dengan guru-guru Non-PNS-nya. Di

sini timbul pertanyaan, apakah hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru ini mampu

mengatasi persoalan kependidikan terutama dalam kaitan peningkatan

profesionalisme guru khususnya bagi guru-guru Non-PNS pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui Yayasan? Idealnya ya, namun pada

umumnya Yayasan memiliki tenaga guru yang direkrut sendiri, sedangkan guru PNS

yang diperbantukan di sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh Yayasan memiliki

komposisi ketenagaan yang relatif kecil. Di sinilah kepekaan pengurus Yayasan

tersebut ditantang untuk lebih mandiri dalam membantu peningkatan

profesionalisme guru-gurunya.

Beberapa persoalan di atas, dipastikan bahwa disebabkan oleh banyak faktor,

salah satu di antaranya adalah profesionalisme guru. Karena itu, penelitian ini

dimaksudkan untuk menampilkan potret profesionalisme guru di Yayasan BNKP,

beserta aspek-aspek yang berkaitan dengannya, sehingga berdasarkan temuan

penelitian itu para pembuat keputusan/kebijakan terutama pihak sekolah dan

Yayasan dapat menentukan alternatif penyelesaian persoalan kualitas pendidikan

khususnya pada pembinaan dan pengembangan profesi guru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas maka

yang menjadi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana profesionalisme guru di Yayasan BNKP?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru di Yayasan BNKP?

3. Apa kendala yang dihadapi dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru di

Yayasan BNKP?

4. Apa upaya yang perlu ditempuh guna meningkatkan profesionalisme guru secara

khusus, dan startegi pengembangan guna menjaga keberlangsungan satuan-

satuan pendidikan di lingkungan Yayasan BNKP Gunungsitoli?

Page 11: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

8

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh gambaran detail dan jelas tentang derajat profesionalisme

guru di Yayasan BNKP

2. Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi profesionalisme guru di

Yayasan BNKP

3. Untuk memperoleh gambaran tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam

meningkatkan profesionalisme guru di Yayasan BNKP

4. Berdasarkan tujuan/sasaran antara pada poin (1) s/d (3) di atas, penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang upaya-upaya yang perlu

dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru secara khusus serta strategi

yang perlu ditempuh guna menjaga keberlangsungan satuan pendidikan di

lingkungan Yayasan BNKP Gunungsitoli.

D. Manfaat Penelitian

(1) Manfaat teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep

peningkatan profsionalisme guru.

(2) Manfaat Praktis, antara lain:

a) Sebagai bahan masukan kepada BNKP dalam rangka membangun kebijakan

pengembangan pendidikan pada Yayasan-yayasan yang didirikannya.

b) Sebagai masukan atau pertimbangan bagi para pengurus Yayasan dalam

merumuskan kebijakan peningkatan profesionalisme guru.

E. Metodologi Penelitian

(1) Pendekatan

Kesesuaian metode penelitian yang digunakan dengan sifat permasalahan yang

dirumuskan merupakan suatu keharusan. Oleh karena penelitian ini bersifat non-

eksperimen, menyelami kedalaman kompleksitas dan proses serta memahami

keadaan yang terbatas jumlahnya dengan fokus yang mendalam dan rinci, maka

pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Page 12: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

9

(2) Setting dan Sumber Data

Setting adalah tempat, latar atau situasi dimana penelitian kualitatif dilakukan.

Dan, yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah Yayasan BNKP dan Satuan

Pendidikan yang ada di bawah naungannya.

Sumber data, terdiri dari pengurus Yayasan, para kepala sekolah, guru, orang tua,

tata usaha sekolah dan siswa bila diperlukan.

(3) Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data (Dokumentasi, Observasi, Interviu

dan/atau FGD).

Untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan teknik pengumpulan data antara lain:

a) Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif6.

b) Interviu7

c) Observasi

Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara

terencana untuk menggambarkan kejadian dan perilaku di lokasi penelitian

yang diteliti8.

d) Focused Group Discussion (FGD)

FGD sebagai sebuah metode pengumpulan data yang banyak dilakukan

terutama dalam penelitian yang memiliki sifat permasalahan yang sensitif

dan subjek yang diteliti merupakan kelompok yang sulit untuk memberikan

informasi secara individu9.

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013).

7 Bernard, H. Russell, Research Methods in Anthropology: Qualitative and Quantitative Approaches,

(Walnut Creek: AltaMira Press, 1995), hal. 208-255. 8 Faisal Sanapiah, Penelitian Kwalitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi, (Malang: Yayasan Asih, Asah dan

Asuh, 1990), hal. 77-81. 9 Bernard, H. Russell, Op.cit., hal. 224-229; Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja

Grafindo Perkasa, 2001).

Page 13: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

10

(4) Analisa Data

Analisa data adalah tehnik yang dapat digunakan untuk memaknai dan

mendapatkan pemahaman dari kalimat atau gambaran perilaku yang terdapat

dalam catatan lapangan10

.

Siklus analisis data kualitatif yang diterapkan adalah menurut Miles &

Huberman11

:

- Pengumpulan data

- Reduksi dan Penyajian data

- Penarikan kesimpulan

(5) Uji Keabsahan Data, akan dilalui dengan teknik Triagulasi (sumber, metode,

peneliti, teori).

10

Robert Bodgan & Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological

Approach to Social Sciences, (New York: John Willey & Sons, 1975), hal 41-76. 11

M.B. Miles, & A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis: A source book for new methods, (Beverly

Hills CA: Sage Publication Inc, 1984).

Page 14: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

11

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Profesionalisme Guru

Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris

Indonesia, “profession berarti pekerjaan”12

. Kata „profesional‟ berasal dari kata sifat

yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai

keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan

yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka

yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh

mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain13

.

Dengan bertitik tolak dari pengertian ini, maka pengertian profesional adalah

orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang

terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di

bidangnya14

.

Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa

profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang

ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan

atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus

yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu

pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu15

.

Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian

dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang

12

John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), Cet. Ke-

23, h. 449. 13

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hal. 19. 14

Agus F. Tamyong dalam Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Edisi Kedua, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), hal. 15. 15

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-1, h. 45.

Page 15: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

12

ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang

bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang

mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan

pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien

serta berhasil guna16

.

Adapun mengenai kata Profesional, Uzer Usman memberikan suatu

kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa

bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi

kepentingan umum. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru

profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam

bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru

dengan kemampuan yang maksimal17

.

H.A.R. Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang professional menjalankan

pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki

kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional

menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran.

Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang professional akan terus-

menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan

pelatihan18

.

Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu

pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang

mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus9

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu

keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru

yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk

melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu

16

Kunandar, Guru Profesional, h. 46. 17

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-

20, h. 14-15. 18

H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 86.

Page 16: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

13

melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru

yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki

pengalaman yang kaya di bidangnya19

.

Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru profesional

merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki

tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam

mengajar pada kelas-kelas besar20

.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu

jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu

jabatan tertantu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan

profesional.

B. Kompetensi Profesional Guru

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan)

kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar

kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Beberapa arti dan

makna lainnya dari kompetensi dikemukakan berikut ini.

Descriptive of qualitative natur or teacher behavior appears to be entirely

meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat

kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Competency as a rational

peformance wich statisfatority meets the objective for a desired condition (Charles E.

Johnson, 1974). Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai

tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. The state of legally

competent or qualified (Mc. Leod 1989). Keadaan berwenang atau memenuhi syarat

menurut ketentuan hukum. Dari gambaran pengertian tersebut, kompetensi guru

(teacher competency) dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. The ability

of a teacher to responsibility perform has or duties appropriately. Sehingga dapat

19

Kunandar, Guru Profesional, h. 46. 20

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-

20, h. 14-15.

Page 17: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

14

disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru

dalam melaksanakan profesi keguruannya.

Profesi keguruan sebagaimana dimaksud merupakan suatu pekerjaan yang

bersifat profesional yang memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja

harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Dengan

demikian, pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena suatu

profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan

profesinya.

Dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki

seperangkat kemampun (competency) yang beraneka ragam. Sebelum sampai pada

pembahasan jenis-jenis kompetensi terlebih dahulu dipaparkan persyaratan

profesional. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya,

maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut

ini.

1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam.

2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang

profesinya.

3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dikerjakannya.

5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (Drs. Moh.

Ali, 1985).

Selain persyaratan tersebut, persyaratan yang masih harus dipenuhi oleh

setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi antara lain:21

1. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

2. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru

dengan muridnya.

3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.

21

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Edisi Kedua, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal.

15.

Page 18: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

15

Dalam Bab IV Pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen

disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Pasal 9).

Pada pasal 20 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

guru berkewajiban:

2. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

3. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni;

4. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan

status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

5. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,

serta nilai-nilai agama dan etika; dan

6. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Empat Kompetensi Guru Berdasarkan Undang-Undang Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1)

menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Standar

kompetensi guru tersebut mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan

menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata

pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.

a) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

Page 19: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

16

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah:

1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta

didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-

prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

2. Merancang pembelajaran,termasuk memahami landasan pendidikan untuk

kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan,

menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi

pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin

dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran

berdasarkan strategi yang dipilih.

3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar (setting)

pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi

merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar

secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil

evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar

(mastery level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk

perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan

berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

b) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan

bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi

kepribadian meliputi:

1. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma

sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai

dengan norma.

Page 20: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

17

2. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak

sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.

3. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada

kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan

keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh

positif terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani.

5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan

norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku

yang diteladani peserta didik.

c) Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di

sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

2. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung pelajaran yang dimampu.

3. Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang

pengembangan yang dimampu

4. Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.

5. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif

6. Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.

d) Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul

secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta

didik, dan masyarakat sekitar.

a. Bersikap inkulsif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agara, raskondisifisik, latar belakang keluarga,

dan status sosial keluarga.

Page 21: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

18

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki

keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan

C. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja

Permendikbud RI Nomor 57 Tahun 2012 tentang Uji Kompetensi

menyatakan bahwa bahwa dalam rangka pembinaan dan pengembangan profesi guru

yang efektif dan peningkatan kinerja guru diperlukan pemetaan kompetensi guru

yang diperoleh melalui uji kompetensi. Uji Kompetensi Guru yang selanjutnya

disebut UKG adalah pengujian terhadap penguasaan kompetensi profesional dan

pedagogik dalam ranah kognitif sebagai dasar penetapan kegiatan pengembangan

keprofesian berkelanjutan dan bagian dari penilaian kinerja guru (Pasal 1.1).

Sedangkan penilaian kinerja guru adalah proses pengukuran setiap butir kegiatan

tugas utama guru yang dilakukan melalui uji kompetensi dan observasi (Pasal 1.3).

Aspek kompetensi yang diujikan dalam UKG adalah kompetensi pedagogik

dan kompetensi profesional dalam ranah kognitif (Pasal 5). Kompetensi pedagogik

(ayat 1) meliputi (a) pengenalan karakteristik dan potensi peserta didik; (b)

menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif; (c) menguasai

perencanaan dan pengembangan kurikulum; (d) menguasai langkah-langkah

pembelajaran yang efektif; dan (e). menguasai sistem, mekanisme, dan prosedur

penilaian. Sedangkan kompetensi profesional (ayat 2), meliputi (a) menguasai

materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran

yang diampu guru; (b) menguasai metodologi keilmuan sesuai bidang tugas yang

dibebankan kepada guru; dan (c) menguasai hakikat profesi guru.

D. Peningkatan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB)

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan

kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan

dengan keberhasilan siswa. Dengan demikian semua siswa diharapkan dapat

Page 22: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

19

mempunyai pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan

menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang materi ajar serta mampu

memperlihatkan apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya. PKB

mencakup berbagai cara dan/atau pendekatan dimana guru secara berkesinambungan

belajar setelah memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan awal sebagai guru. PKB

mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan standar mereka secara

keseluruhan mencakup bidang‐bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai

profesi. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan dan memperluas

pengetahuan dan keterampilannya serta membangun kualitas pribadi yang

dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya.

Melalui kesadaran untuk memenuhi standar kompetensi profesinya serta

upaya untuk memperbaharui dan meningkatkan kompetensi profesional selama

periode bekerja sebagai guru, PKB dilakukan dengan komitmen secara holistic

terhadap struktur keterampilan dan kompetensi pribadi atau bagian penting dari

kompetensi profesional. Dalam hal ini adalah suatu komitmen untuk menjadi

profesional dengan memenuhi standar kompetensi profesinya, selalu

memperbaharuimya, dan secara berkelanjutan untuk terus berkembang. PKB

merupakan kunci untuk mengoptimalkan kesempatan pengembangan karir baik saat

ini maupun ke depan. Untuk itu, PKB harus mendorong dan mendukung perubahan

khususnya di dalam praktik‐praktik dan pengembangan karir guru.

Pada prinsipnya, PKB mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik, pengetahuan,

pemahaman, dan keterampilan sebagaimana digambarkan pada diagram berikut ini

(diadopsi dari Center for Continuous Professional Development (CPD). University

of Cincinnati Academic Health Center. http://webcentral.uc.edu/‐cpd_online2).

Dengan perencanaan dan refleksi pada pengalaman belajar guru dan/atau praktisi

pendidikan akan mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru

serta kemajuan karir guru dan/atau praktisi pendidikan.

PKB adalah bagian penting dari proses pengembangan keprofesionalan guru.

PKB tidak terjadi secara ad‐hoc tetapi dilakukan melalui pendekatan yang diawali

dengan perencanaan untuk mencapai standar kompetensi profesi (khususnya bagi

Page 23: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

20

guru yang belum mencapai standar kompetensi sesuai dengan hasil penilaian kinerja,

atau dengan kata lain berkinerja rendah), mempertahankan/menjaga dan

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perolehan pengetahuan dan

keterampilan baru. PKB dalam rangka pengembangan pengetahuan dan keterampilan

merupakan tanggung‐jawab guru secara individu sesuai dengan masyarakat

pembelajar, jadi sangat penting bagi guru yang berada di ujung paling depan

pendidikan. Oleh karena itu, agar PKB dapat mendukung kebutuhan individu dan

meningkatkan praktik‐praktik keprofesianalan maka kegiatan PKB harus:

a. menjamin kedalaman pengetahuan terkait dengan materi ajar yang diampu;

b. menyajikan landasan yang kuat tentang metodologi pembelaran (pedagogik)

untuk mata pelajaran tertentu;

c. menyediakan pengetahuan yang lebih umum tentang proses pembelajaran dan

sekolah sebagai institusi di samping pengetahuan terkait dengan materi ajar

yang diampu dan metodologi pembelaran (pedagogik) untuk mata pelajaran

tertentu;

d. mengakar dan merefleksikan penelitian terbaik yang ada dalam bidang

pendidikan;

e. berkontribusi terhadap pengukuran peningkatan keberhasilan peserta didik

dalam belajarnya;

f. membuat guru secara intelektual terhubung dengan ide-ide dan sumberdaya

yang ada;

g. menyediakan waktu yang cukup, dukungan dan sumberdaya bagi guru agar

mampu menguasai isi materi belajar dan pedagogi serta mengintegrasikan dalam

praktik-praktik pembelajaran sehari‐hari;

h. didesain oleh perwakilan dari mereka‐mereka yang akan berpartisipasi dalam

kegiatan PKB bekerjasama dengan para ahli dalam bidangnya;

i. mencakup berbagai bentuk kegiatan termasuk beberapa kegiatan yang mungkin

belum terpikirkan sebelumnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan saat itu.

Dalam konteks Indonesia, PKB adalah pengembangan keprofesian

berkelanjutan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru untuk mencapai

standar kompetensi profesi dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar

Page 24: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

21

kompetensi profesinya yang sekaligus berimplikasi kepada perolehan angka kredit

untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Sebagaimana dijelaskan dalam

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,

selain kedua unsur utama lainnya, yakni: (i) pendidikan; dan (ii)

pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan;

PKB adalah unsur utama yang kegiatannya juga diberikan angka kredit untuk

pengembangan karir guru. Dalam Permennegpan tersebut juga dijelaskan bahwa

PKB mencakup tiga hal: yakni pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya

inovatif.

Page 25: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

22

BAB III

TEMUAN PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Profesionalitas Guru di Yayasan BNKP

Di depan telah dijelaskan bahwa dalam rangka pembinaan dan pengembangan

profesi guru yang efektif dan peningkatan kinerja guru diperlukan pemetaan

kompetensi guru baik PNS maupun non-PNS yang diperoleh melalui uji kompetensi22

.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Uji Kompetensi Guru (UKG) adalah pengujian terhadap

penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai dasar

penetapan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari penilaian

kinerja guru23

. Hasil UKG inilah yang peneliti gunakan untuk menngambarkan potret

profesionalisme guru di Yayasan BNKP.

Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang derajat profesionalisme guru di

Yayasan BNKP Gunungsitoli, terlebih dahulu penulis menggambarkan hasil UKG

2015 Kota Gunungsitoli berikut ini.

Tabel 1

Gambaran Hasil UKG Tahun 2015 Kota Kunungsitoli

No Uraian Keterangan

1 Jumlah Peserta UKG 2015 2.483

2 Jumlah Peserta yang Lulus 890

4 Persentase Kelulusan (%) 35,84

5 Nilai tertinggi 93.25

6 Nilai terendah 15.87

3 Standar Kelulusan Minimum

(SKM) Nasional 55,00

7 Rata-rata Nilai tingkat Kota

Gunungsitoli

51.09

(di bawah SKM Nasional)

8 Rata-rata Nilai tingkat Prov

Sumatera Utara

48.96

(di bawah SKM Nasional)

Diolah dari Direktori Data Hasil UKG 2015 Disdik Kota Gunungsitoli

22

Permendikbud No. 57 Tahun 2012 tentang UKG 23

Ibid., pasal 1 ayat 1

Page 26: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

23

Tabel 1 di atas, menunjukkan:

Hampir 2/3 dari Peserta yang ikut Uji Kompetensi Guru (64.14%) tahun 2015 Kota

Gunungsitoli dinyatakan tidak lulus. Di sisi lain Syarat untuk bisa Sertifikasi

adalah Kelulusan UKG.

Tidak Lulus UKG berarti kompetensi Pedagogis dan Profesional yang harus

dimiliki oleh Guru masih tergolong rendah (bermasalah). Artinya apa? Pedagogik

berarti cara mengajarnya yang kurang baik, cara mengajarnya harus diperhatikan.

Kasus lainnya, ada guru yang mendapat nilai rata-rata 85. Namun meskipun nilai

tersebut baik, setelah dianalisis hasilnya, guru tersebut memiliki kekurangan di

beberapa kelompok kompetensi. Hal seperti ini juga harus memperbaikinya.

Salah satu instrumen untuk meningkatkan kompetensi guru itu adalah dengan

pelatihan dan pendidikan yang lebih terarah sesuai dengan hasil UKG

Tabel 2

Hasil UKG Tahun 2015 Guru-guru Yayasan BNKP

Diolah dari Direktori Data Hasil UKG 2015 Disdik Kota Gunungsitoli

0 20 40 60 80

SMK BNKP Luzamanu

SMP BNKP Luzamanu

SMP BNKP Hilimaziaya

TK BNKP Hanna Blindow

SMK BNKP Gunungsitoli

SMP BNKP Gunungsitoli

SD BNKP Gunungsitoli

SMA BNKP Gunungsitoli

57.7

57.9

59.43

59.89

73.95

NILAI PEDAGOGIK & NILAI PROFESIONAL

Page 27: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

24

Tabel 3

Hasil UKG Tahun 2015 Guru Yayasan BNKP (2)

*) Rerata Nilai di atas Standar Kelulusan Minimal (SKM) Nasional

Data pada Tabel 2 di atas bila diurutkan kedudukannya atas lima kategori, maka

dengan pendekatan statistic diperoleh urutan kedudukan sebagai berikut:

Tabel 4

Perangkingan Hasil UKG 2015 Guru Yayasan BNKP Gunungsitoli

Nilai UKG Tahun 2015 Keterangan

74,02 ke atas Sangat Baik/Tinggi

63,87 – 74,01 Baik/Tinggi

53,72 – 63,86 Kurang baik/Tinggi (cukup/sedang)

43,57 – 53,71 buruk/rendah

53,71 – ke bawah Sangat Buruk/Rendah

Tabel 5

Distribusi Perolehan Nilai Peserta

No Nilai (Jumlah) %

1 74,02 ke atas 4 5.41

2 63,87 – 74,01 24 32.43

3 53,72 – 63,86 17 22.97

4 43,57 – 53,71 25 33.78

5 53,71 – ke bawah 4 5.41

Total 74 100

Page 28: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

25

Tabel 3 s/d 5 di atas berturut-turut menunjukkan:

a) Bahwa dari 164 orang Guru di Lingkungan Yayasan BNKP Gunungsitoli (GTY,

PNS-DPK, GBD dan GTT), hanya 74 orang (45.12%) mengikuti UKG Tahun

2015. 54.88% lainnya tidak ikut serta, tentu dengan berbagai alasan, di antaranya

tidak memenuhi syarat kententuan minimal jam mengajar.

b) 3 (tiga) satuan pendidikan di wilayah Kabupaten Nias Utara yakni: SMP BNKP

Hilimaziaya, SMP BNKP Luzamanu dan SMK BNKP Luzamanu belum mengikuti

UKG 2015.

c) Meskipun perolehan rata-rata Nilai (58.79) di atas SKM Nasional (55.00), namun

dari 74 Peserta UKG 2015 terdapat 29 orang yang tidak Lulus memperoleh total

nilai di bawah 55.00.

d) Tabel 5 memberikan gambaran sebanyak 28 orang (37.84%) guru memperoleh

nilai dengan predikat baik/tinggi ke sangat baik/tinggi.

e) Sebanyak 17 orang (22.97%) peserta memperoleh predikat cukup/sedang atau

kurang baik/Tinggi, serta 29 orang lainnya (39.19%) berpredikat rendah/buruk ke

sangat rendah/buruk (tidak lulus/gagal).

f) Predikat cukup/sedang kepada 17 orang peserta tersebut di atas sesungguhnya

belum menggembirakan dari sisi derajat profesionalisme guru. Hanya untuk tahun

2015 tadi, SKM Nasional ditetapkan sebesar 55.00. Tentu berbeda lagi hasilnya

nanti bila pada tahun 2019 Rata-rata nilai UKG ditargetkan mencapai 80.00

(RPJMN 2014-2019)

g) Apa artinya? Bahwa pada akhirnya usaha Yayasan BNKP untuk meningkatkan

profesionalisme guru tidak boleh berhenti, namun harus dilakukan secara terencana

dan berkelanjutan. Ini penting, karena sangat terkait dengan tiga faktor yang sangat

berpengaruh terhadap profesionalisme guru yakni Kompetensi, Sertifikasi dan

Tunjangan Profesi

h) Bila tidak, akan berdampak langsung kepada guru yang semakin sulit untuk

mengembangkan diri. Tidak akan memperoleh tunjangan profesi dari Negara. Dan

berpengaruh pada kinerja guru yang bersangkutan di satuan pendidikan dia bekerja.

Serta dalam jangka menengah-panjang mempengaruhi pencapaian tujuan

pendidikan di level optimum.

Page 29: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

26

Tabel 6

Perbandingan Guru Tersertifikasi dengan Jumlah Guru

Tabel 6 di atas memberi gambaran tentang:

a. Sampai dengan tahun 2015 lalu, dari 164 orang total guru di lingkungan Yayasan

BNKP, hanya 38 orang (23,17%) guru tersertifikasi. Selebihnya belum dan/atau

akan sertifikasi. Salah satu syarat utama untuk ikut Sertifikasi ini adalah Lulus

UKG yang standar kelulusan minimal (SKM) naik setiap tahun.

b. Terdapat 4 (empat) satuan pendidikan yang seluruh guru-gurunya tidak

tersertifikasi, yakni SMP BNKP Hilimaziaya, SMK BNKP Luzamanu, SD BNKP

Gunungsitoli dan TK BNKP Hanna Blindow.

UU No. 23 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa Pendidik harus memiliki

kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan Nasional.

12

16

16

21

23

11

43

22

0

3

0

0

0

2

23

10

0 10 20 30 40 50

SMP BNKP Hilimaziaya

SMP BNKP Luzamanu

SMK BNKP Luzamanu

SD BNKP Gunungsitoli

TK BNKP Hanna Blindow

SMP BNKP Gunungsitoli

SMK BNKP Gunungsitoli

SMA BNKP Gunungsitoli

Guru Tersertifikasi Jumlah Guru

Page 30: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

27

Apakah karena belum sertifikasi, lalu kemudian para guru ini dikatakan belum

profesional? Barangkali pertanyaan terbalik berikut ini dapat membatu untuk

menjawabnya, yakni: Apa bukti bahwa Anda adalah seorang guru Profesional? Di

kalangan guru, seorang guru yang profesional adalah mereka yang memiliki sertifikat.

Sertifikasi membutuhkan proses dan waktu yang cukup panjang, mulai dari penilaian

kinerja guru (PKG) yang di dalamnya ada UKG, lalu kemudian mengikuti proses

pelatihan berminggu-minggu dan diuji kembali untuk kemudian diterbitkan

sertifikatnya bila dinyatakan lulus.

Berdasarkan data sebagaimana dipaparkan di atas, bila dikaitkan dengan

pertanyaan (masalah) penelitian, maka penulis menyimpulkan bahwa derajat

profesionalisme guru-guru di lingkungan Yayasan BNKP masih tergolong rendah,

tidak merata disetiap satuan pendidikan (sekolah) serta membutuhkan tindakan cepat

untuk memperbaikinya.

B. Faktor yang Memengaruhi Profesionalisme Guru

Profesionalime guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting

yaitu: (1) Kompetensi Guru, (2) Sertifikasi Guru, dan (3) Tunjangan Profesi Guru:

Ketiga faktor tersebut berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Guru profesional

yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya

proses dan produk/kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.

(1) Kompetensi Guru

Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru berikut

tunjangan profesi yang memadai ukuran Indonesia. Sekarang ini terdapat sejumlah

guru yang telah tersertifikasi, dan akan tersertifikasi. Lalu, memperoleh tunjangan

profesi dan akan memperoleh tunjangan profesi.

Guru yang telah tersertifikasi diasumsikan secara kuat, telah memiliki kompetensi.

Kompetensi tersebut mencakup empat jenis, yaitu: (1) kompetensi paedagogi (2)

kompetensi professional (3) kompetensi social dan (4) kompetensi kepribadian.

Page 31: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

28

(2) Sertifikasi Guru

Pada hakikatnya sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan

professional. Dari berbagai sumber, dapat diidentifikasi beberapa indicator yang

dapat dijadikan ukuran/karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional:

a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik

b. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat

c. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah

d. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas

(3) Tunjangan Profesi Guru

a. Dalam pasal 15 ayat 1 UUGD dinyatakan bahwa pemerintah memberikan

tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang

diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat.

b. Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud ayat 1 diberikan setara dengan 1 kali

gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan

oleh pemerintah atau pada pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja dan

kualifikasi yang sama

c. Bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik berhak memperoleh

penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan

sosial yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Bagaimana dengan Yayasan Perguruan BNKP? Berdasarkan analisa data yang

berhasil terkumpul, terdapat 2 (dua) faktor penting terkait dengan profesionalisme guru

di Yayasan BNKP, yakni:

(1) Kesejahteraan Guru

Penghargaan atas tugas/pekerjaan yang diberikan kepada guru berupa

gaji/penghasilan masih sangat minim. Pemberian gaji atau dana kesejahteraan

kepada pegawai termasuk di dalamnya guru-guru di Yayasan, masih menggunakan

Peraturan DKP 2003. Besaran penghasilan sesuai DKP 2003 ini bagi guru PNS-

DPK di Yayasan BNKP tidak menjadi persoalan, namun sangat berpengaruh pada

kesehateraan para Guru Tetap Yayasan.

Page 32: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

29

Demikian halnya dengan GTT, GTT menerima penghasilan sebesar Rp. 45.000 s/d

Rp. 60.000/les (JP)/bulan. Artinya untuk memperoleh penghasilan Rp.

1.000.000/bulan mereka wajib mengajar 20 les (JP) setiap minggu. 20 les (JP)

setara dengan 3 Jam/hari + alokasi waktu untuk tugas tambahan.

Minimnya penghasilan para guru ini berdampak pada kurang fokusnya guru untuk

melakukan persiapan pelaksanaan tugas, memperbaiki kinerja serta

mengembangkan diri. Sisa waktu yang tersedia setiap hari akan digunakan untuk

berkativitas lain guna memperoleh penghasilan tambahan. Selebihnya, waktu untuk

keluarga dan istirahat butuh waktu yang lebih lama karena faktor kelelahan.

(2) Struktur atau Komposisi Guru

Pada umumnya sekolah-sekolah (satuan pendidikan) di lingkungan yayasan diisi

oleh tenaga guru dengan status Guru Tetap Yayasan, PNS-DPK, Guru Bantu

Daerah (GBD) dan Guru Tidak Tetap.

Struktur/Komposisi Guru di lingkungan Yayasan BNKP Gunungsitoli dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 7

Struktur/Komposisi Guru di Yayasan BNKP

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 3 1

9 7

3 0 2

0 1

1

0

18

2

0 2

5

10

4 0

0

0

0 0

11 2

6

14

18

6 21 18

GTT

GBD

PNS

GTY

Page 33: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

30

Tabel 7 menunjukkan:

a) Terdapat 2 (dua) sekolah yang tidak memiliki Guru Tetap Yayasan (GYT)

yakni SD BNKP Gunungsitoli dan SMK BNKP Luzamanu. Semua guru

berstataus Guru Tidak Tetap.

b) Dari 164 orang Guru di lingkungan Yayasan BNKP,

Guru Tetap Yayasan = 25 orang | 15.24 %

PNS-DPK = 24 orang | 14.63 %

GBD = 19 orang | 11.59 %

GTT = 96 orang | 58.54 %

c) Guru Bantu Daerah (GBD) sebanyak 19 orang di atas hanya terdapat pada

satuan pendidikan di wilayah Kab. Nias Utara. Pemkab Nias Utara memiliki

program Guru Bantu Daerah. Terakhir, program ini bermasalah – GBD yang

telah ditempatkan sejak Oktober 2016 lalu sampai bulan Februari 2017 belum

menerima gaji/honor.

d) Komposisi tenaga guru sebagaimana tergambar pada tabel 7 di atas, jelas

sangat tidak baik/sehat bagi satuan penyelenggara pendidikan (Sekolah). Dapat

dibayangkan, bila tidak ada guru PNS-DPK dan GBD diyakini kuat jumlah

GTT semakin banyak, di sisi lain jumlah GTY tidak signifikan peningkatannya.

e) GTT untuk keperluan jangka pendek adalah sah dan baik, namun untuk jangka

panjang dapat menimbulkan masalah, antara lain berkembangnya tuntutan agar

diangkat jadi GTY, bersifat sementara karena bila mendapatkan pekerjaan

dengan penghasilan yang lebih baik di lembaga yang lain dipastikan akan

keluar – frekuensi keluar masuknya staf/pegawai dalam suatu organisasi tidak

baik dan sehat.

f) Pada umumnya Guru dengan status GTT kurang dimaksimalkan perannya di

satuan pendidikan, kondisi ini menyebabkan GTT mengalami kesulitan untuk

ikut sertifikasi.

Page 34: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

31

C. Misi Pengembangan Profesionalisme Keguruan Yayasan BNKP

Berdasarkan data hasil wawancara dengan salah seorang Pengurus Yayasan

BNKP Gunungsitoli, diperoleh informasi bahwa:

(1) Kurun waktu 5 tahun terakhir, Yayasan dan/atau pihak sekolah belum

menyelenggarakan Pelatihan yang sifatnya terencana dan berkelanjutan bagi guru-

guru. Pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru selama ini sangat minim, dan

terbatas dari sisi jumlah peserta. Kebanyakan hanya diikuti oleh kepala sekolah,

sedangkan guru tidak.

(2) Kegiatan pelatihan yang diikuti oleh staf selama ini murni bukan atas prakarsa

Yayasan/Sekolah, namun merupakan program dari Mitra BNKP (di dalamnya ada

yayasan) terhadap klien-kliennya dalam bidang pendidikan.

(3) Pada umumnya kegiatan pelatihan yang diikuti oleh para Guru dan Kasek adalah

kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

Utara dan Kota Gunungsitoli.

Berdasarkan temuan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa:

(1) Yayasan BNKP Gunungsitoli belum memiliki manajemen ketenagaan (Staffing

Process) yang akuntabel, meliputi perencanaan, perekrutan, seleksi, orientasi,

penilaian, pemberian balas jasa (pengganjian) dan pengembangan staf.

(2) Di sekolah-sekolah tertentu seperti SD BNKP Gunungsitoli dan SMA BNKP

Gunungsitoli menerapkan sebagian prinsip-prinsip manajamen sumber daya

manusia di antaranya menyangkut perekrutan dan seleksi guru yang cukup ketat.

Proses seleksi yang cukup terencana ini ternyata cukup berdampak positif terhadap

proses penyelenggaraan satuan pendidikan dan ini dibuktikan oleh kinerja para

guru di dua sekolah tersebut di atas.

(3) Sekolah lainnya belum mengadopsi mekanisme yang dilalui oleh kedua sekolah

yang lebih awal telah menerapkan tahap seleksi yang cukup ketat itu. Namun,

dilakukan tanpa mekanisme yang jelas dan akuntabel.

Page 35: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

32

D. Skema Peningkatan Profesionalisme Guru di Yayasan BNKP

Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan

dunia pendidikan. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme

guru. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara

lain:

(1) Peningkatan kesejahteraan

Agar seorang guru bermartabat dan mampu "membangun“ manusia muda dengan

penuh percaya diri, guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup, gaji yang

memadai. Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang diterimanya

setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya termasuk

di dalamnya pendidikan putra-putrinya.

Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk

mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi

pada profesinya, tanpa harus mengkhawatirkan kehidupan rumah tangga dan

pendidikan putra-putrinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untuk

mempersiapkan diri tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat

meningkatkan profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat

dipergunakan diri sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang

belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat lebih menyejahterakan kehidupan guru

dan akan lebih meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan

dikagumi oleh anak didiknya

(2) Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.

Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang guru,

dibuat oleh suatu tim, disesuaikan dengan kondisi sekolah dan bersifat fleksibel

(bukan harga mati).

(3) Penyelenggaraan pelatihan dan sarana

Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah pendalaman

materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan guru untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan

kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang

dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya.

Page 36: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

33

(4) Pembinaan Perilaku Kerja

Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penelitian

penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada satu kesimpulan

utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh

perilaku manusia, terutama perilaku kerja

(5) Penciptaan Waktu Luang

Waktu luang (leisure time) sudah lama menjadi sebuah bagian proses

pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah

menjadikan manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti semakin

memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas (mind) dan

kepribadian (personal)

(6) Memahami Tuntutan Standar Profesi yang ada

Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada harus ditempatkan sebagai

prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini

didasarkan kepada beberapa alasan, Pertama, persaingan global sekarang

memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara. Kedua, sebagai

profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara

global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik.

Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara

terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan

melihat perkembangan baru di bidangnya.

(7) Mencapai Kualifikasi dan Kompetensi yang Dipersyaratkan

Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru

memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan.

Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training

dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi

(8) Membangun Hubungan Kesejawatan yang Baik dan Luas termasuk lewat

organisasi profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas

dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus

berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses

(9) Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan

bermutu tinggi kepada klien/konstituen.

Page 37: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

34

Di zaman sekarang semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima.

Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa,

orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan

adalah termasuk pelayanan publik vang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk

kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugasnya kepada publik.

(10) Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan

teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan

dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media

dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer

(hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi

pendidikan (soft technologies).

Page 38: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

35

E. Temuan Lainnya

Berikut dideskripsikan beberapa temuan lain yang menurut hemat penulis

masih relevan dengan tema penelitian yakni menyangkut keberadaan dan kondisi saat

ini dari satuan-satuan pendidikan (sekolah) di yang diselenggarakan dan di bina oleh

Yayasan BNKP Gunungsitoli.

1. SD Swsata Kristen BNKP Gunungsitoli (SD BNKP Gunungsitoli)

a. Data Penerimaan Peserta Didik Baru

b. Data Prestasi Siswa

No Jenis Kegiatan Prestasi/

Kejuaraan

Lokal/Regional/

Nasional/Internasional*)

1 Lomba Cerita Anak Indonesia Peringkat 2 Lokal

2 Lomba Pidato Bahasa Inggris Peringkat 2 Lokal

3 Olimpiade Sain IPA Peringkat 5 Lokal

4 Fashion Show Peringkat 2 Lokal

5 Fashion Show Peringkat 4 Lokal

6 Lomba Menggambar & Mewarnai Peringkat 3 Lokal

7 Olimpiade Sain IPA Peringkat 2 Lokal

8 Lomba Baca Puisi Peringkat 4 Lokal

0

10

20

30

40

50

60

70

80

12/13 13/14 14/15 15/16 16/17

SD Swasta Kristen BNKP Gunungsitoli PPDB TP 2012/2013 – 2016/2017

Mendaftar Siswa Diterima

Linear (Mendaftar) Linear (Siswa Diterima)

Page 39: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

36

9 Lomba Menggambar & Mewarnai Peringkat 3 Lokal

10 Lomba Melukis Peringkat 3 Lokal

11 Lomba Bulu Tangkis Peringkat 1 Lokal

c. Data Prestasi Guru

No Jenis Kegiatan Prestasi/

Kejuaraan

Lokal/Regional/

Nasional/Internasional*)

- - - -

2. SMP Swsata Kristen BNKP Hilimaziaya (SMP BNKP Hilimaziaya)

a. Data Penerimaan Peserta Didik Baru

b. Data tentang prestasi giswa dan guru, tidak ada karena memang tidak

mengikuti perlombaan. Beberapa kegiatan yang sifatnya perlombaan telah

diikuti namun belum beruntung/berprestasi.

c. Kondisi lainnya:

1) SMP Terdekat, SMP Negeri 1, berdiri sejak tanggal 2012. Kecenderungan

orangtua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang lebih terjamin

keberlangsungannya semakin nyata.

0

29

42

47

40

0

10

20

30

40

50

2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

SMP Swasta Kristen BNKP Hilimaziaya PPDB TP 2012/2013 – 2016/2017

Siswa Diterima

Page 40: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

37

2) Pada tahun 2012 tidak ada peserta didik yang mendaftar karena adanya

satuan pendidikan pada jenjang yang sama yang diselenggarakan oleh

pemerintah.

3) Kesejahteraan guru menjadi salah satu persoalan utama

4) Meskipun kesejahteraan guru selalu menjadi persoalan, namun PBM tetap

terlaksana berkat adanya 1 orang PNS (Kasek), 1 orang GTY, 4 orang GBD

dan 5 orang GBD

5) Uang sekolah setiap bulan Rp. 15.000/bulan (kebijakan Yayasan BNKP)

6) Guru belum ada yang lulus sertifikasi.

7) Sarana pendukung baik untuk kegiatan pembelajaran (labor) maupun

kegiatan ekstrakurikuler (fasilitas olahraga) belum ada.

8) Salah satu strategi yang ditempuh oleh pihak sekolah agar masyarakat tetap

menyekelohkan anaknya di SMP BNKP Hilimaziaya adalah melalui

kegiatan ekstrakurikuler di bidang TIK. Namun sarana penunjang untuk

kegiatan ini juga sangat minim.

SMP BNKP Hilimaziaya merupakan satu-satunya sekolah di Yayasan

BNKP yang memiliki Komite Sekolah24

. Diberbagai lembaga pendidikan formal

yang diselenggarakan oleh masyarakat (Yayasan) tidak membentuk Komite

Sekolah sebagaimana sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah

(negeri)25

dengan alasan seluruh tugas, peran dan fungsi komite sekolah telah

menjadi tanggung jawab yayasan. Pembentukan komite sekolah pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah khususnya di sekolah-sekolah negeri yang

diselenggarakan oleh pemerintah pada prinsipnya baik, namun keberadaan komite

sekolah di sekolah-sekolah swasta dipastikan tidak efektif.

3. SMP Swasta Kristen BNKP Luzamanu (SMP BNKP Luzamanu)

a. Data Penerimaan Peserta Didik Baru

24

Komite Sekolah adalah adalah suatu lembaga mandiri di lingkungan sekolah dan berperan dalam

peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arah dan dukungan tenaga, sarana dan

prasarana serta pengawasan pada tingkat satuan pendidikan. 25

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 44/U/2002 Komite Sekolah bertujuan untuk (1)

Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan

program pendidikan dii satuan pendidikan; (2) Meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; dan (3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan,

akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.

Page 41: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

38

b. Data tentang prestasi giswa dan guru, tidak ada karena memang tidak

mengikuti perlombaan. Beberapa kegiatan yang sifatnya perlombaan telah

diikuti namun belum beruntung/berprestasi.

c. Kondisi lainnya:

1) Jumlah Guru 16 orang terdiri dari 1 orang PNS, 3 GTY, 10 GBD dan 2

orang GTT. Dari 16 orang tenaga guru ini terdapat 3 orang guru

tersertifikasi.

2) Honor mengajar bagi GTT sebesar Rp. 40.000/Les/bulan.

3) Kelebihan dana yang dialokasikan untuk pembayaran honorarium GTT

karena adanya GBD dipergunakan untuk maintenance dan pengembangan

perlengkapan kantor (fisik)

4) Sarana pendukung penyelenggaraan pendidikan cukup memadai ditandai

dengan adanya gedung/bangunan laboratorium IPA dan perrpstakaan.

Sarana pendukung di sekolah ini sesungguhnya masih dapat dikembangkan

melalui kerjasama dengan Disdik Kabupaten Nias Utara, namun terkendala

masalah lahan. Meskipun dari segi bangunan labor dan perpustaakaan telah

ada namum belum dapat diberdayakan dalam proses pembelajaran karena

peralatan di dalamnya belum ada.

106

126

107

111

122

95

100

105

110

115

120

125

130

2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

SMP Swasta Kristen BNKP Luzamanu PPDB TP 2012/2013 – 2016/2017

Siswa Diterima

Page 42: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

39

5) Hasil/belajar siswa pada dasarnya kurang maksimal. Hal ini disebabkan

antara lain:

- Input berupa siswa tidak merata dalam hal kemampuan, terdapat banyak

siswa masih tingkat kemampuan belajarnya masih lemah.

- Ekonomi keluarga yang masih rendah, sehingga terbatas dalam hal

mendukung studi anaknya.

- Sepulang sekolah, anak-anak bantu orang tua dalam hal bertani dan

beternak. Karena faktor kelelahan, maka waktu yang tersedia untuk

belajar lebih banyak dipergunakan oleh siswa untuk istirahat.

6) Dalam rangka mengembangkan bakat, potensi dan kompetensi peserta

didik, SMP BNKP Luzamanu menyelenggarakan berbagai kegiatan

ekstrakurikuler antara lain Olahraga (sepakbola), seni suara dan tari, kursus

bahasa Inggris level A dan B, dll.

7) Demikian halnya untuk kepentingan kesejahteraan para guru, SMP BNKP

Luzamanu telah membentuk koperasi, salah satu unit usahanya adalah

mengelola kantin sekolah.

Page 43: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

40

4. SMK Swasta Kristen BNKP Luzamanu (SMK BNKP Luzamanu)

a. Data Penerimaan Peserta Didik Baru

b. Data tentang prestasi giswa dan guru, tidak ada karena memang tidak

mengikuti perlombaan. Beberapa kegiatan yang sifatnya perlombaan telah

diikuti namun belum beruntung/berprestasi.

c. Kondisi lainnya:

1. Tidak ada guru Yayasan (GTY) dan PNS-DPK, kecuali GBD dan GTT

2. Kendala utama yang dihadap adalah pembiayaan (keuangan) untuk

keperluan kesejateraan guru dan pengembangan sarana dan fasilitas.

3. SPP peserta didik setiap bulannya cukup tinggi sebesar Rp. 85.000/bulan

4. Total keseluruhan siswa 134 orang dari Kelas X-XII

5. Jurusan yang diselenggarakan adalah (1) Administrasi Perkantoran, (2)

Pertanian, (3) Teknik Video dan Audio, dan (4) Teknik Komputer dan

Jaringan.

41 37

61

28

52

0

10

20

30

40

50

60

70

2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

SMK Swasata Kristen BNKP Luzamanu PPDB TP 2012/2013 – 2016/2017

Siswa Diterima

Page 44: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

41

5. SMA Swasta Kristen BNKP Gunungsitoli (SMA BNKP Swasta)

a. Data Penerimaan Peserta Didik Baru

b. Data Prestasi Siswa

No Jenis Kegiatan Prestasi/

Kejuaraan Lokal/Regional/

Nasional/Internasional*)

1 Olimpiade Fisika 2015 Peringkat 2 Lokal

2 Lomba Disain Poster FLS2N 2015 Peringkat 2 Lokal

3 Lomba Karya Ilmiah Peringkat 1 Lokal

4 Try-Out SBMPTN 2016 Peringkat 1 Lokal

5 Lomba Vokal Group Peringkat 1 Lokal

c. Data Prestasi Guru. Penulis belum menemukan adanya data/informasi tentang

prestasi guru di sekolah ini.

d. Data/Informasi lainnya:

1) Sekolah ini merupakan sekolah Unggulan yang diselenggarakan oleh Yayasan

BNKP Gunungsitoli dan menawarkan proses pembelajaran blingual (Inggris-

Indonesia). Selain pembelajarann blingual, Yayasan juga menyediakan

beasiswa bagi peserta didik yang berprestasi.

2) Penerimaan Peserta Didik Baru ditempuh melalui seleksi dengan materi (a) Tes

Potensi Akademik, (2) Tes Psikologi dan (3) Wawancara.

3) Profesionalisme guru cukup memadai ditandai dengan setengah tenaga

kependidikan memiliki kualifikasi pendidikan stratum dua (S2)

26

56

31

59

20

40

20

40

0

10

20

30

40

50

60

70

2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

SMA Swasta Kristen BNKP Gunungsitoli PPDB TP 2012/2013 – 2016/2017

Mendaftar Lulus Seleksi

Page 45: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

42

4) Proses pendidikan juga didukung oleh kegiatan ekstrakulikuler berupa kegiatan

pengembangan diri, minat dan bakat yang dilaksanakan setiap sore hari dan

Sabtu.

5) Tahun 2016 yang lalu, pertama kalinyalah sekolah ini menamatkan lulusannya,

dan berdasarkan data diperoleh informasi bahwa mencapai 70% lulusan sekolah

ini lulus atau diterima di PTN dan PTS terbaik di Indonesia, beberapa di

antaranya diterima dengan kategori full scholarship.

6. TK BNKP Hanna Blindow Gunungsitoli

a. Penerimaan Peserta Didik Baru

b. Prestasi Siswa:

2013 Juara I Lomba Mewarnai Tingkat Kab/Kota (Lokal)

2014 Juara II Lomba Mewarnai Tingkat Kab/Kota (Lokal)

2015 Juara II Lomba Mewarnai Tingkat Kab/Kota (Lokal)

2016 Juara I Lomba Mewarnai Tingkat Kab/Kota (Lokal)

c. Prestasi Guru

2012 Juara I Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kab/Kota (Lokal)

2012 Juara II Lomba Guru Berprestasi Tingkat Provinsi (Regional)

2013 Juara I Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kab/Kota (Lokal)

2013 Juara II Lomba Guru Berprestasi Tingkat Provinsi (Regional)

2014 Juara III Lomba Kreativitas Guru Tingkat Kab/Kota (Lokal)

2016 Juara II Lomba Kreativitas Guru Tingkat Kab/Kota (Lokal)

176

180 180

190

165

170

175

180

185

190

195

2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

TK BNKP Hanna Blindow Gunungsitoli PPDB 2012/2013 – 2016/2017

Siswa Diterima

Page 46: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

43

d. TK BNKP Hanna Blindow berada di lokasi yang cukup strategis, numun lahan

untuk pengembangan prasarana-sarana tidak cukup tersedia bahkan hampir tidak

ada, kecuali bila didukung oleh kebijakan yang kuat dari sinode Gereja pendiri dan

dana yang banyak, masalah ini bisa di atasi.

e. Kebutuhan lahan ini menjadi penting, mengingat jumlah peserta didik cukup

banyak serta animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini

cukup besar. Kondisi bangunan (ruang kelas) cukup sempit bagi 30-38 peserta

didik di satu rombongan belajar.

f. Media pembelajaran yang dimilki terbatas dari segi jumlah dan jenis

g. Perpustakaan belum ada.

7. SMK Swasta Kristen BNKP Gunungsitoli

a. Penerimaan Peserta Didik Baru

Grafik di atas menunjukkan jumlah peserta didik baru dari tahun ke tahun semakin

menurun. Berdasarkan informasi yang diperoleh ditengarai salah satu faktor

penyebab adalah makin banyaknya sekolah-sekolah kejuruan dan umum yang

berdiri di daerah-daerah pelosok di berbagai kecamatan dan kabupaten/kota di

248

236

238

218

212

238

228

232

206

198

0 50 100 150 200 250 300

2012/2013

2013/2014

2014/2015

2015/2016

2016/2017

SMK Swasta Kirsten BNKP Gunungsitoli PPDB TP 2012/2013 – 2016/2017

Lulus Seleksi Mendaftar

Linear (Mendaftar) Linear (Lulus Seleksi)

Page 47: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

44

Kepulauan Nias. Di sisi lain, SMK BNKP Gunungsitoli adanya di pusat Kota

Gunungsitoli.

b. Data/Informasi lainnya

Menyangkut prasrana-sarana pendukung proses pembelajaran. Sekolah ini

menyelenggarakan 5 (lima) jurusan yakni (1) Usaha Pariwisata, (2) Akuntansi, (3)

Administrasi Perkantoran, (4) Tata Niaga, dan (5) Tekik Jaringan Komputer.

Idealnya tiga jurusan dari lima jurusan yang ada masing-masing memiliki

laboratorium komputer yang memadai, namun hingga saat ini laboratorium

computer yang ada baru satu unit dan dimanfaatkan oleh 2 (dua) unit satuan

pendidikan yakni SMK BNKP Gunungsitoli dan SMA BNKP Gunungsitoli.

8. SMP Swasta Kristen BNKP Gunungsitoli

a. Penerimaan Peserta Didik Baru

0

10

20

30

40

50

60

70

80

12/13 13/14 14/15 15/16 16/17

SMP Swasta Kristen BNKP Gunungsitoli PPDB TP 2012/2013 – 2016/2017

Siswa Diterima Linear (Siswa Diterima)

Page 48: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

45

b. Data tentang prestasi giswa dan guru, tidak ada karena memang tidak mengikuti

perlombaan. Beberapa kegiatan yang sifatnya perlombaan telah diikuti namun

belum beruntung/berprestasi.

c. Kondisi lainnya:

1) Grafik di atas menunjukkan bahwa animo masyarakat yang menginginkan

anak-anaknya melanjutkan studi pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama

di SMP BNKP Gunungsitoli sangat rendah dan fluktuatif. Hal ini diterangai

banyaknya jenjang pendidikan yang sama dan berada di area yang berdekatan

dengan SMP BNKP Gunungsitoli.

2) Berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, peneliti belum menemukan

adanya prestasi siswa di tingkat lokal sekalipun. Salah faktor penyebab adalah

input (siswa) datang dari berbagai pelosok yang rata-rata memiliki kemampuan

yang masih rendah.

3) Berdasarkan data di atas, tidak keliru kalau dinyatakan bahwa sekolah ini

memang sulit bersaing.

4) Dalam berbagai kendala dan keterbatasan yang dihadapi sekolah ini tetap

konsisten menyelenggarakan pendidikan dan proses pembelajaran sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Setiap hari Sabtu ditetapkan sebagai

jam pelajaran pengembangan diri bagi siswa melalui penyelenggaraan berbagai

kegiatan ekstrakurikuler.

5) Berbagai sarana/peralatan/perlengkapan sekolah seperti lapangan olah raga

(volley, badminton dan tenis meja), peralatan music, laboratorium computer

diberdayakan secara optimal untuk mengembangkan kompetensi, bakat dan

minat siswa.

Page 49: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

46

E. Siklus Kehidupan Sekolah di Yayasan BNKP & Strategi Pengembangannya

Fakta menunjukkan bahwa kiprah BNKP dalam mewujudkan masyarakat,

bangsa dan negara yang cerdas dan mampu berkompetisi telah cukup lama, bahkan

lebih dari setengah abad beberapa sekolah BNKP telah berdiri. Dipastikan juga, bahwa

ribuan sudah putra-putri Kepulauan Nias telah menamatkan studinya di satuan

pendidikan baik yang terselenggara di bawah pembinaan Komisi Pendidikan maupun

Yayasan BNKP Gunungsitoli. Kiprah yang telah lama ini, ditandai oleh usia sekolah-

sekolah di bawah bendera BNKP berikut ini.

1. SMP BNKP Gunungsitoli, berdiri pada tahun 1955

2. TK BNKP Hanna Blindow, berdiri pada tahun 1959

3. SMP BNKP Hilimaziaya, berdiri pada tahun 1965

4. SMP BNKP Luzamunu, berdiri pada tahun 1984

5. SMK BNKP Gunungsitoli, berdiri pada tahun 1996

6. SD BNKP Gunungsitoli, berdiri pada tahun 2011

7. SMK BNKP Luzamanu, berdiri pada tahun 2011

8. SMA BNKP Gunungsitoli, berdiri pada tahun 2014

Bila keberadaan sekolah-sekolah tersebut di atas dicoba dipahami dengan

pendekatan siklus hidup produk (Product Life Cycle)26,27

, statusnya sebagai berikut:

No Nama Sekolah Status

1. SMP BNKP Gunungsitoli Decline Stage (Tahap Kemunduran)

2. TK BNKP Hanna Blindow Maturity Stage (Tahap Kedewasaan)

3. SMP BNKP Hilimaziaya Decline Stage (Tahap Kemunduran)

4. SMP BNKP Luzamunu Maturity Stage (Tahap Kedewasaan)

5. SMK BNKP Gunungsitoli Tend to Decline Stage (Cenderung ke

Tahap Kemunduran)

6. SD BNKP Gunungsitoli Growth Stage (Tahap Pertumbuhan)

7. SMK BNKP Luzamanu Growth Stage (Tahap Pertumbuhan)

8. SMA BNKP Gunungsitoli Introductory Stage (Tahap Perkenalan)

26

Siklus hidup produk merupakan suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika

kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup.

Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan

statusnya dalam market volume, rate of change of market volume. 27

Kotler, Philip dkk., 2003, Marketing Management An Asian Perspective, Edisi Ketiga, Singapore: Prentice

Hall Pearson Education Asia Ltd

Page 50: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

47

Gambar 1

Status Sekolah-sekolah di Yayasan BNKP Gunungsitoli

Diolah dari Daur Hidup Produk (Kotler, 1997)

Pada tahap perkenalan (introductory stage), segala kelebihan dan keunggulan

sekolah dalam hal ini SMA BNKP Gunungsitoli (berupa kelas unggulan & bilingual)

ditampilkan ke masyarakat dengan kekuatan penuh, walaupun jumlah peminat (peserta

didik baru) belum tinggi. Keunggulan sekolah yang ditampilkan umumnya baru (betul-

betul baru). Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya biaya operasional

yang dikeluarkan cukup tinggi terutama menyangkut sosialisasi. Sosialisasi atau

promosi yang dilakukan memang harus agresif dan menitikberatkan pada keuggulan

yang dimiliki. Di samping itu, branding sekolah masih terbatas dan melambat dikenal

oleh public.

Tahap pertumbuhan (growth stage). Dalam tahap ini, penerimaan peserta didik

baru cenderung meningkat. Karena masyarakat sudah mengenal sekolah bersangkutan,

SMP BNKP

Hilimaziaya

SMP BNKP

Gunungsitoli

SMP BNKP

Luzamanu

TK BNKP

Hanna Blindow

SD BNKP

Gunungsitoli

SMK BNKP

Luzamanu

SMA BNKP

Gunungsitoli

SMK BNKP Gunungsitoli

Page 51: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

48

sehingga usaha sosialisasi yang dilakukan tidak seagresif tahap sebelumnya. pada

tahap ini, pesaing sudah mulai masuk sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara

lain yang dapat dilakukan adalah perbaikan kinerja sekolah secara terus menerus sebab

tidak pernah ada capaian yang bersifat sempurna. Mempertahankan dan meningkatkan

mutu dan efisiensi dari apa yang telah ada jauh lebih efektif dari segi waktu dan biaya

dibandingkan setiap waktu harus memulai dari awal lagi dengan selembar kertas

kosong.

Tahap kedewasaan (maturity stage). Pada tahap kedewasaan ini peserta didik

baru yang masuk pada satuan pendidikan yang diselenggarakan relatif tetap jumlahnya.

Situasi persaingan sudah sangat ketat termasuk di dalamnya urusan biaya pendidikan

yang dibebankan kepada peserta didik, suka tidak suka sudah perlu ditinjau dan

ditetapkan agar lebih bersaing. Singkatnya efisiensi perlu dilakukan di semua kegiatan,

agar biaya pendidikan dapat ditekan sedemikian rupa. Di samping itu, kinerja sekolah

diperbaiki terus-menerus agar standar-standar yang telah diberlakukan dapat dicapai

secara maksimum. Bahwa mendesain kurikulum yang berbeda secara signifikan

dengan sekolah lain adalah seuatu yang sulit dilakukan, namun yang perlu dilakukan

adalah proses kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh warga sekolah pada level

praktis. Di tahap ini, juga aktivitas sosialisasi perlu dilakukan lagi secara intens serta

pihak sekolah sudah perlu mulai memikirkan produk layanan pendidikan yang baru

untuk untuk menghadapi persaingan.

Tahap kemunduran (decline stage). Dalam konteks pendidikan, tahap

kemunduran umumnya ditandai oleh menurunnya minat masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya di sekolah yang bersangkutan. Animo masyarakat untuk

menempuh studi pada lembaga pendidikan tertentu akan meningkat jika lembaga itu

mampu “menggaransi” dengan persentase tinggi bahwa lulusannya akan diterima pada

jenjang berikutnya atau akan segera diserap oleh dunia kerja.

Tahapan seperti ini juga malah lebih sering dialami oleh dunia usaha. Hampir

semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau

keusangan dan harus diganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru

harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun

kasus ini sulit disejajarkan dalam konteks penyelenggaraan pendidikan, namun prinsip

Page 52: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

49

„berfokus kepada pelanggan‟ dan melakukan peningkatan secara terus menerus

merupakan hal yang penting dilakukan semasih berada di tahap kematangan dan

sebelum masuk ke area kemunduran.

Berdasarkan gambar di atas, setidak ada dua sekolah di lingkungan Yayasan

BNKP Gunungsitoli yang berada di area decline itu, yakni SMP BNKP Gunungsitoli

dan SMP BNKP Hilimaziaya, serta melihat trend peserta didik baru yang studi di SMK

BNKP Gunungsitoli semakin menurun, maka sesungguhnya kaki sebelah sekolah ini

sedang berada di tahap kemunduran. Bila tidak segera dibenahi dengan layanan

pendidikan yang lebih inovatif hanya akan menjadi beban bagi Yayasan terutama dari

sisi financial. Kemudian, kebijakan cepat yang juga belum kunjung tiba untuk

menangani SMK BNKP Gunungsitoli hanya menjadikan sekolah ini sebagai penghasil

pengangguran. Bila situasinya sudah seperti itu hampir dapat dipastikan sekolah ini

akan mengalami kemunduran serius dan bahkan sangat berpotensi mengikuti jejak

saudaranya SMA BNKP Gunungsitoli (pertama) yang tenggelam di penghujung tahun

2010.

Berdasarkan keempat tahap dari analisa status sekolah-sekolah di atas, Yayasan

BNKP dapat mengembangkan beberapa strategi, antara lain:

Pada gambar di atas sekolah di lingkungan Yayasan BNKP yang berada di

tahap perkenalan (introduction stage) adalah SMA BNKP Gunungsitoli. Pada tahap

ini, strategi yang perlu dilakukan adalah sosialisasi atau promosi cepat dengan

intensitas cukup tinggi guna memperkuat posisi dan daya tawar dengan sekolah lain.

Meskipun biaya pendidikan tergolong cukup mahal namun operasionalisasi visi, misi

dan tujuan sekolah yang kreatif dan inovatif yang didukung oleh manajemen yang

berorientasi kualitas/mutu dan kredibel menjadi garansi atau jaminan bagi masyarakat

untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah ini. Penerimaan sekolah yang berasal

dari masyarakat digunakan seefektif mungkin untuk memperlengkapi sarana dan

peralatan pendukung kegiatan pembelajaran; kesejaheraan guru dan biaya sosialisasi/

promosi sekolah.

Tahap pertumbuhan (growth stage). Terdapat dua sekolah yang berada di

tahapan ini yakni SD BNKP Gunungsitoli dan SMK BNKP Luzamnu. Pertama,

penulis akan mengawalinya dengan SD BNKP Gunungsitoli. Dengan sistem yang telah

Page 53: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

50

berjalan dan potensi yang dimiliki sekolah ini maka untuk mempertahankan

keberlangsungan dan eksistensinya sebagai sekolah yang diunggulkan perlu (1)

Meningkatkan kualitas layanan pendidikan yang diselenggarakan dengan

menambahkan keistimewaan atau keunggulan layanan melalui program atau kegiatan

intra-kurikuler, ekstra-kurikuler dann ko-kurikuler; (2) penambahan program/kegiatan

yang kreatif dan inovatif akan dapat mempertahankan kesan positif masyarakat

terhadap sekolah dan utamanya adalah tersedianya media atau kegiatan yang mampu

mengeksplorasi potensi, minat, bakat dan kecerdasan peserta didik ke level maksimum;

(3) menyempurnakan sistem yang telah ada dan menciptakan sistem yang baru yang

mencerminkan kredibitas, akuntabilitas serta transparansi sekolah; (4) Melakukan

roadshow ke sekolah-sekolah atau gereja di lingkungan sekitar selain mengedarkan

brosur/pamflet sekolah; (5) Memberi perhatian terhadap peningkatan kesejahteraan

guru agar tetap memiliki motivasi yang tinggi untuk mengabdi; (6) melaksanakan

peningkatan kapasitas guru melalui kegiatan pelatihan secara berkala (mis, sekali

dalam satu semester); (7) melengkapi secara bertahap sarana dan peralatan penunjang

penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran melalui pengembangan kerjasama, jejaring

dan kemitraan; (8) Reorientasi kultur manajemen sekolah yang mengintegral pada

seluruh komunitas institusi persekolahan, terutama pada kalangan kepala sekolah, guru

dan staf bantu lainnya. Misalnya, dari bekerja asal jadi menjadi bekerja secara

bermutu, kinerja rendah menjadi optimum, dari perspektif jangka pendek ke perspektif

jangka panjang.

Kedua, SMK BNKP Luzamanu. Sekolah ini sesungguhnya tergolong baru

beroperasi, namun kondisinya memprihatinkan, dari empat (4) jurusan atau program

studi yang diasuh hanya terdapat 134 orang total peserta didik yang melanjutkan

studinya pada jenjang pendidikan menengah di sekolah ini . Sejauh pengamatan

penulis beberapa program studi atau jurusan di sekolah ini diselenggarakan tanpa

pengkajian yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh jurusan teknik komputer dan

jaringan serta jurusan teknik video dan audio yang. Idealnya untuk mewujudkan tujuan

pendidikan dan pembelajaran pada kedua jurusan ini wajib dilengkapi dengan sarana

pendukung berupa laboratorium komputer dengan jaringan luas dan studio. Namun

kedua sarana pendukung dimaksud belum bisa diwujudkan mulai dari sejak sekolah

beroprasi hingga saat ini sekolah telah berusia 5 (lima) tahun. Beberapa aspek sebagai

Page 54: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

51

penyebab belum diwujudkannya sarana dan peralatan dimaksud antara lain fasilitas

interconnected networking (internet) yang belum terjangkau lokasi sekolah berdiri;

ketiadaan dana untuk menyediakan fasilitas laboratorium/studio, lalu di atas semua itu

adalah faktor SDM yang minim keahlian.

Satu hal yang menyebabkan sekolah ini masih eksis dengan segala kekurangan

hampir di semua komponen penyelenggaraan pendidikan adalah ketiadaan pesaing

(sekolah lain dengan jenis pendidikan yang sama yakni kejuruan). Artinya, memang

belum ada penawaran program pendidikan yang sama/mirip dari lembaga lain dalam

wilayah berdekatan sehingga masyarakat dapat memiliki alternatif pilihan.

Apakah kondisi ini dibiarkan berlaku terus-menerus? Jawabnya adalah mutlak

tidak boleh, karena sudah menyangkut akuntabilitas sekolah kepada masyarakat luas.

Akibatnya lembaga atau sekolah dapat dicap tidak memiliki tanggung jawab moral

sebagai penyelanggara pendidikan. Akuntabilits dan kredibilitas sekolah yang semakin

menurun di mata masyarakat hampir dapat dipastikan akan berakhir dengan sekolah

bakal tidak beroperasi lagi.

Apa yang harus dilakukan? Dalam jangka pendek, hanya ada opsi yang dapat

dipilih, pertama pembenahan secara cepat dengan invenstasi yang cukup tinggi, yang

didukung dengan kegiatan sosialisasi/promosi tingkat tinggi, atau kedua menutup

jurusan atau program studi yang terlalu berat untuk dikembangkan. Menutup program

studi yang sulit bersaing adalah bukan pelanggaran hukum, bahkan jauh lebih baik

ditutup daripada dibiarkan tetap beroperasi namun hanya menciptakan generasi

pengangguran, karena peserta didik tidak mendapatkan apa-apa sebagai bekal untuk

menghadapi ketidakpastian di masa yang akan datang. Menutup program studi yang

terlalu berat untuk dikembangkan mendorong pengurus sekolah lebih fokus perhatian

untuk mengembangkan program studi atau jurusan lain yang lebih mampu bersaing

dan menjawab kebutuhan masyarakat.

Tahap Kedewasaan (maturity stage). Ada dua sekolah yang eksis di zona ini

yakni TK BNKP Hanna Blindow dan SMP BNKP Luzamanu. Kedua sekolah ini sudah

cukup memiliki reputasi yang baik serta branding yang popular di masyarakat. Juga

telah memiliki segmen pasar yang tetap. Agar kedua sekolah ini tetap eksis, memiliki

daya saing yang kuat serta tetap unggul atau selalu memenangkan posisi persaingan,

Page 55: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

52

maka strategi yang perlu dilakukan antara lain (1) Meningkatkan/menambah

keistimewaan/keunggulan melalui perluasan keanekagunaan (fungsi/tujuan), keamanan

atau kenyaman layanan pendidikan; (2) Strategi peningkatkan mutu melaui upaya

perbaikan terus-menerus guna mencapai standar pendidikan, bila perlu melebihi

standar yang ada; (3) Peningkatan kemampuan dan keahlian serta kesejahteraan guru

melalui pelatihan secara berkala serta perbaikan sistem pemberian balas jasa atau

penghargaan berupa gaji dan/atau insentif, dan (4) Pengembangan budaya oganisasi

yang menawarkan sistem nilai seperti keanggotaan masyarakat sekolah yang inovatif

dan siap mengambil risiko pada derajat risiko tertentu, aksi konkrit khususnya kepala

sekolah dan guru agar lebih dominan ketimbang verbalistik, dan lain sebagainya.

Akhirnya pada suatu waktu tertentu setiap produk atau layanan termasuk di

dalamnya layanan pendidikan dapat mengalami fase atau tahap penurunan (decline

stage). Sekolah-sekolah di lingkungan Yayasan BNKP yang berada di fase ini adalah

SMP BNKP Gunungsitoli, SMP BNKP Hilimaziaya dan ada kecenderungan SMK

BNKP Gunungsitoli bakal segera mengalami fase atau tahapan ini. Beberapa strategi

yang boleh dilakukan guna mencegah dan melindungi institusi dari peribahasa „hidup

segan matipun tak mau‟ sebagai akibat kutidakmampuan untuk bertahan dalam

persaingan yang ketat, antara lain (1) Manambah investasi (menggelontorkan dana)

guna membiayai seluruh komponen pendidikan yang mengalami stagnan pertumbuhan

dan perkembangan; (2) Mengubah produk atau layanan pendidikan yang ditawarkan

dengan menjatuhkan pilihan pada segmen jurusan atau program studi yang belum

disentuh oleh pesaing; (3) Menutup jurusan/program studi yang daya saingnya

menurun terus-menerus bahkan sudah tidak ada dan membuka jurusan/program studi

yang luaran (output) diserap oleh pasar tenaga kerja; (4) Melakukan re-organisasi

institusi persekolahan dan sistem nilai yang dianut, dan/atau (5) Ditutup dan tidak

beroperasi lagi seperti SMTK BNKP Gunungsitoli yang resmi ditutup tahun 2016 yang

lalu.

Page 56: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

53

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan pada

bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Derajat profesionalisme guru pada satuan pendidikan di lingkungan Yayasan

BNKP Gunungsitoli masih belum menggembirakan (tergolong rendah), tidak

merata disetiap satuan pendidikan (sekolah) serta membutuhkan tindakan cepat

untuk memperbaikinya. Data menunukkan bahwa dari 164 orang guru, baru 38

orang yang tersertifikasi. 74 orang dari 164 jumlah keseluruhan guru yang ikut

UKG 2015 hanya 45 orang (60.81%) dinyatakan lulus.

2) Selain kompetensi, sertifikasi dan tunjangan profesi, terdapat 2 (dua) faktor

penting yang terpengaruh pada profesionalisme guru di Yayasan BNKP, yakni

(a) Kesejahteraan guru, minimnya penghasilan guru ini berdampak pada kurang

fokusnya guru melakukan persiapan pelaksanaan tugas, memperbaiki kinerja

serta mengembangkan diri. Selain istirahat, sisa waktu yang tersedia setiap hari

akan digunakan untuk berkativitas lain guna memperoleh penghasilan tambahan

dan (2) Struktur dan komposisi guru di setiap satuan pendidikan (sekolah). Dari

164 orang guru di lingkungan Yayasan BNKP Gunungsitoli, Guru Tetap

Yayasan berjumlah 25 orang, PNS-DPK 24 orang, GBD 19 orang dan GTT 96

orang.

3) Kurun waktu 5 tahun terakhir, Yayasan dan/atau pihak sekolah belum

menyelenggarakan Pelatihan yang sifatnya terencana dan berkelanjutan bagi

guru-guru. Pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru selama ini sangat minim,

dan terbatas dari sisi jumlah peserta. Pelatihan lebih banyak diikuti oleh kepala

sekolah, sedangkan guru minim. Pelatihan yang diikuti oleh staf selama ini murni

bukan atas prakarsa Yayasan/Sekolah, namun merupakan program dari Mitra

BNKP (di dalamnya ada yayasan) terhadap klien-kliennya.

Page 57: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

54

B. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan pada

bab terdahulu, maka disarankan/direkomendasikan beberapa hal antara lain:

1. Peningkatkan profesionalisme guru, dapat ditempuh melalui (a) Peningkatan

kesejahteraan guru, (b) Mengurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi

yang sangat menyita waktu, (c) Menyelenggarakan pelatihan dan sarana, (d)

Membina perilaku kerja, (e) Menciptakan waktu luang, (f) Memahami tuntutan

standar profesi yang ada, (g) Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang

disyaratkan, (h) Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas, (i)

Mengembangkan etos kerja yang bermutu tinggi, dan (j) Mengadopsi inovasi dan

mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan

informasi.

2. Pengembangan satuan pendidikan (sekolah) di lingkungan Yayasan BNKP

Gunungsitoli dapat ditempuh dengan beberapa strategi pengembangan antara

lain: (1) Melakukan sosialisasi yang agresif dan kontinu, (2) Merperbaiki kinerja

sekolah secara terus menerus sebab tidak pernah ada capaian yang bersifat

sempurna, (3) Mempertahankan dan meningkatkan mutu dan efisiensi, (4)

Meninjau ulang skema pemberlakuan biaya pendidikan yang dibebankan kepada

masyarakat, (5) Mewujudkan pencapaian standa-standar pendidikan di level

maksumum, (6) Mengkaji dan menyiapkan produk atau layanan pendidikan yang

baru untuk menghadapi persaingan, (7) Fokus kepada pelanggan. Pelanggan

yang dimaksud di sini adalah pemakai akhir luaran persekolahan, (8)

Meningkatkan kualitas layanan pendidikan yang diselenggarakan dengan

menambahkan keistimewaan atau keunggulan layanan melalui program atau

kegiatan intra-kurikuler, ekstra-kurikuler dann ko-kurikuler, (9)

menyempurnakan sistem yang telah ada dan menciptakan sistem yang baru yang

mencerminkan kredibitas, akuntabilitas serta transparansi sekolah, (10) Memberi

perhatian terhadap peningkatan kesejahteraan guru agar tetap memiliki motivasi

yang tinggi untuk mengabdi, (11) Melaksanakan peningkatan kapasitas guru

melalui kegiatan pelatihan secara berkala, (12) Melengkapi secara bertahap

sarana dan peralatan penunjang penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran

melalui pengembangan kerjasama, jejaring dan kemitraan, (13) Reorientasi

Page 58: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

55

kultur manajemen sekolah yang mengintegral pada seluruh komunitas institusi

persekolahan, terutama pada kalangan kepala sekolah, guru dan staf bantu

lainnya, (14) Mengembangkan budaya oganisasi yang menawarkan sistem nilai

dan makna, (15) Manambah investasi (menggelontorkan dana) guna membiayai

seluruh komponen pendidikan yang mengalami stagnan pertumbuhan dan

perkembangan, (16) Mengubah produk atau layanan pendidikan yang ditawarkan

dengan menjatuhkan pilihan pada segmen jurusan atau program studi yang belum

disentuh oleh pesaing, (17) Menutup jurusan/program studi yang daya saingnya

menurun terus-menerus bahkan sudah tidak ada dan membuka jurusan/program

studi yang luaran (output) diserap oleh pasar tenaga kerja, (18) Pilihan terakhir,

satuan pendidikan (sekolah) sangat dimungkinkan untuk ditutup atau

operasionalnya dihentikan.

Page 59: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

56

DAFTAR PUSTAKA

Bernard, H. Russell, Research Methods in Anthropology: Qualitative and

Quantitative Approaches, (Walnut Creek: AltaMira Press, 1995).

Bodgan, Robert & Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods:

A Phenomenological Approach to Social Sciences, (New York: John Willey

& Sons, 1975).

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa,

2001).

Echols, John M., dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.

Gramedia, 1996).

http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/7-provinsi-raih-nilai-terbaik-uji-

kompetensi-guru-2015

http://www.ktiguru.org/index.php/profesiguru.

http://www.sekolah dasar.net/2015/08/profesionalisme-guru-akan-diukur-dengan-

cara-ini.html#ixzz47 KgN7CVc.

https://wordpress.com/read/feeds/213777/posts/958349691, tentang Hasil Uji

Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2015.

Kotler, Philip dkk., 2003, Marketing Management An Asian Perspective, Edisi

Ketiga, Singapore: Prentice Hall Pearson Education Asia Ltd.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007).

Miles, M.B., & A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis: A source book for new

methods, (Beverly Hills CA: Sage Publication Inc, 1984).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun

2012 Tentang Uji Kompetensi Guru.

Sanapiah, F., Penelitian Kwalitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi, (Malang: Yayasan

Asih, Asah dan Asuh, 1990).

Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

1998).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2013).

Page 60: PROFESIONALISME GURU DI YAYASAN BNKP · PDF fileA. Latar Belakang Masalah ... mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, ... guru yang profesional dituntut

57

Tamyong, Agus F. dalam Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Edisi Kedua,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).

Tilaar, H.A.R., Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002).

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2006.

Usman, Menjadi Guru Profesional, Edisi Kedua, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009).