preskes_pterygium

Upload: neea-nurotus-saniyah

Post on 04-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    1/20

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS

    Nama : Ny. N

    Umur : 58 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Buruh

    Alamat : Getas RT 2/IX Jaten, Karanganyar

    Tanggal Pemeriksaan : 20 April 2012

    No. RM : 01124014

    II. ANAMNESIS

    A. KELUHAN UTAMA

    Pandangan mata kiri kabur

    B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

    Pasien datang dengan keluhan pandangan mata kiri kabur sejak

    kurang lebih 2 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mata kirinya

    terasa ada benda yang mengganjal, cekot-cekot dan kadang-kadang

    nrocos. Selain itu, pasien juga mengeluhkan kedua matanya gatal. Pasien

    tidak mengalami benturan maupun terkena zat kimia pada kedua

    matanya. Mual-muntah (-), silau jika terkena sinar (-), mata merah (-),

    nyeri mata (-), nyeri tekan (-), demam (-), blobok (-).

    C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    Riwayat Hipertensi : disangkal

    Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

    Riwayat Alergi : disangkal

    Riwayat Sakit Serupa : disangkal

    Riwayat Pemakaian kacamata : disangkal

    Riwayat Trauma : disangkal

    1

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    2/20

    Riwayat Operasi Mata : disangkal

    D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

    Riwayat Hipertensi : disangkal

    Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

    Riwayat Alergi : disangkal

    E. KESIMPULAN ANAMNESIS

    OS OD

    Proses : Gangguan Penglihatan -

    Lokalisasi : Konjungtiva -

    Sebab : Degeneratif -

    Perjalanan : Kronis -

    Komplikasi : Belum ditemukan -

    I. PEMERIKSAAN FISIK

    A. KESAN UMUM

    Keadaan umum baik, composmentis, gizi kesan cukup

    B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

    OD OS

    Visus sentralis jauh 6/10 6/30

    Pinhole membaik membaik

    Koreksi S +1,00 S +1,00

    Visus setelah koreksi 6/6 6/6

    Visus sentralis dekat

    Koreksi +2,75 +2,75

    Visus perifer

    Konfrontasi test tidak dilakukan tidak dilakukan

    Proyeksi sinar normal normal

    Persepsi warna baik baik

    2

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    3/20

    C. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

    OD OS

    1. Sekitar Mata

    Tanda Radang :tidak ada tidak ada

    Luka :tidak ada tidak ada

    Sikatrik :tidak ada tidak ada

    Kelainan Warna :tidak ada tidak ada

    Kelainan Bentuk :tidak ada tidak ada

    2. Pasangan Bola Mata dalam Orbita

    Heteroforia :tidak ada tidak ada

    Strabismus :tidak ada tidak ada

    Exoftalmus :tidak ada tidak ada

    Enoftalmus :tidak ada tidak ada

    3. Ukuran Bola Mata

    Mikroftalmus :tidak ada tidak ada

    Makroftalmus :tidak ada tidak ada

    Ptosis Bulbi :tidak ada tidak ada

    Atrofi Bulbi :tidak ada tidak ada

    4. Gerakan Bola Mata

    Temporal Superior :normal normal

    Temporal Inferior :normal normal

    Temporal :normal normal

    Nasal :normal normal

    Nasal Superior :normal normal

    Nasal Inferior :normal normal

    5. Kelopak Mata

    Gerakan :dalam batas normal dalam batas normal

    Oedem :tidak ada tidak ada

    Hiperemis :tidak ada tidak ada

    Lebar Rima :10 mm 10 mm

    3

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    4/20

    6. Tekanan Intra Oculer

    Palpasi :TN TN

    Tonometer Schiotz :tidak dilakukan tidak dilakukan

    7. Konjungtiva Palpebra Superior

    Oedem :tidak ada tidak ada

    Hiperemis :tidak ada tidak ada

    Sekret :tidak ada tidak ada

    8. Konjungtiva Fornix

    Oedem :tidak ada tidak ada

    Hiperemis :tidak ada tidak ada

    Sekret :tidak ada tidak ada

    9. Konjungtiva Palpebra Inferior

    Oedem :tidak ada tidak ada

    Hiperemis :tidak ada tidak ada

    Sekret :tidak ada tidak ada

    10. Konjungtiva Bulbi

    Oedem :tidak ada tidak ada

    Hiperemis :tidak ada tidak ada

    Sekret :tidak ada tidak ada

    Injeksi Konjungtiva :tidak ada tidak ada

    Injeksi Siliar :tidak ada tidak ada

    11. Sklera

    Warna :putih putih

    Penonjolan :tidak ada tidak ada

    12. Kornea

    Ukuran :12 mm 12 mm

    Limbus :jernih jernih

    Permukaan :rata pterygium

    Sensibilitas :normal normal

    Keratoskop :tidak dilakukan tidak dilakukan

    Flourescin Test :tidak dilakukan tidak dilakukan

    4

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    5/20

    Arcus Senilis :ada ada

    13. Camera Oculi Anterior

    Isi :jernih jernih

    Kedalaman :normal normal

    14. Iris

    Warna :coklat coklat

    Sinekia Anterior :tidak ada tidak ada

    Sinekia Posterior :tidak ada tidak ada

    15. Pupil

    Ukuran :3 mm 3 mm

    Letak :sentral sentral

    Bentuk :bulat bulat

    Reflek Direct : (+) (+)

    Reflek Indirect : (+) (+)

    16. Lensa

    Ada/tidak :ada ada

    Kejernihan :jernih keruh di bagian

    tengah, warna putih,

    berupa bercak-bercak

    Letak :sentral sentral

    Shadow test :(-) (+)

    17. Corpus Vitreum

    Kejernihan :tidak dilakukan tidak dilakukan

    II. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

    OD OS

    Pupil bulat, sentral, 3mm bulat, sentral,3 mm

    Lensa jernih keruh di bagian

    tengah, warna putih,

    berupa bercak-bercak

    Corpus vitreum tidak dievaluasi tidak dievaluasi

    5

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    6/20

    III. DIAGNOSIS BANDING

    Pseudopterygium, Pinguekula

    IV. DIAGNOSIS

    OS Pterygium

    V. TERAPI

    Ekstirpasi dengan Lokal Anestesi

    VIII.PLANNING

    Slitlamp

    Pemeriksaan darah lengkap

    IX. PROGNOSIS

    OD OS

    Ad vitam - Bonam

    Ad sanam - Bonam

    Ad fungsionam - Bonam

    Ad cosmeticum - Dubia

    X. GAMBAR

    OD OS

    6

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    7/20

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA DAN KORNEA

    Anatomi Konjungtiva

    Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak

    bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui

    konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan

    oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

    Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

    Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal

    sukar digerakkan dari tarsus.

    Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan

    dari sklera di bawahnya.

    Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan

    konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

    Konjungtiva bulbi dan konjungtiva forniks berhubungan sangat

    longgar dengan jaringan di bawahnya, sehingga bola mata mudah bergerak.

    Pada konjungtiva bulbi, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal

    secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis

    tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis

    terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel

    tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang

    terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus,

    sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang

    dekat pada daerah kornea.

    7

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    8/20

    Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva.

    Gambar 3. Anatomi Konjungtiva

    Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri

    palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan

    banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya

    membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh

    limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus

    dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus

    limfatikus yang banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan

    pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit

    mempunyai serat nyeri.

    Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan

    kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi

    mata dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel,

    aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan

    8

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    9/20

    spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya

    jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA.

    Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi

    dua grup besar yaitu:

    1. Penghasil musin

    a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada

    daerah inferonasal.

    b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva

    tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva

    tarsalis inferior.

    c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

    2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause

    dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah

    substansi propria.

    Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme

    namun karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan

    suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang

    biak. Selain itu, air mata bukan merupakan medium yang baik.

    Anatomi Kornea

    Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,

    bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang

    menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:

    Epitel : Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang

    saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

    Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong ke

    depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel

    gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel

    poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden, ikatan ini

    menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan

    barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat

    9

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    10/20

    kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

    Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

    Membran Bowman : Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang

    merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal

    dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

    Stroma : Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar

    satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang

    di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat

    kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.

    Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak

    di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar

    dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

    Membran Descemet : Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal,

    kuat, tidak berstruktur dan bening, mempunyai tebal 40 m, terletak di

    bawah stroma, lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan

    masuknya pembuluh darah.

    Endotel : Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar

    20-40m. Endotel melekat pada membrane descemet melalui

    hemidesmosom dan zonula okluden.

    Berikut adalah gambaran anatominya:

    Gambar 4. Anatomi Kornea

    10

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    11/20

    Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari

    saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V (N.Trigeminus),saraf siliar

    longus berjalan suprakoroid, masuk kedalam stroma kornea, menembus

    membrane Bowman melepaskan selubung schwannya. Seluruh lapis epitel

    dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Trauma

    atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa

    endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea.

    Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.

    Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup

    bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea,

    dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan

    oleh kornea.

    II. PTERYGIUM

    A. Definisi

    Gambar 5. Mata dengan Pterygium

    Pterygium berasal dari bahasa Yunani yaitu pteron yang artinya

    sayap Pterygium adalah keadaan patologik konjungtiva bulbi yang

    menunjukkan penebalan yang merupakan pertumbuhan jaringan

    fibrovaskular yang bersifat degeneratif dan invasif, berupa lipatan

    berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva dan menjalar ke

    dalam kornea pada daerah interpalpebra, dengan puncak segitiganya di

    kornea, dan kaya akan pembuluh darah yang menuju ke arah puncak

    11

    http://4.bp.blogspot.com/-tbxPHxrAPV4/TlT2zHBIKdI/AAAAAAAAAFk/k7U-XrIpEkA/s1600/Pterygium-2.jpg
  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    12/20

    pterygium. Kebanyakan pterygium ditemukan di bagian nasal dan

    biasanya bilateral. Pada stadium dini, bagian puncak pterygium terlihat

    bercak-bercak kelabu yang dikenal dengan sebutan pulau-pulau Fuchs.

    Pterygium memiliki tiga bagian:

    a. Bagian kepala atau cap, biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada

    kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast. Area ini menginvasi

    dan menghancurkan lapisan Bowman pada kornea. Garis zat besi (iron

    line/Stockers line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala. Area ini

    juga merupakan area kornea yang kering.

    b. Bagian whitish, langsung setelah cap, merupakan sebuah lapisan

    vesikuler tipis yang menginvasi kornea seperti halnya kepala.

    c. Bagian badan atau ekor. Merupakan bagian yang mobile (dapat

    bergerak), lembut, merupakan area vesikuler pada konjungtiva bulbi

    dan merupakan area paling ujung. Badan ini menjadi tanda khas yang

    paling penting untuk dilakukannya koreksi pembedahan

    B. Etiologi

    Pterygium dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

    1. Radiasi ultraviolet

    Radiasi UV adalah penyebab tersering timbulnya pterygium. Faktor

    resiko radiasi sinar UV bisa dikaitkan dengan pekerjaan.

    2. Faktor genetik

    Penelitian case controlyang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan

    kemungkinan diturunkan autosom dominan pada riwayat keluarga

    dengan pterygium.

    3. Faktor lain

    Iritasi kronik atau inflamasi pada area limbus atau perifer kornea

    merupakan pendukung terjadinya keratitis kronik dan terjadinya limbal

    defisiensi. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan

    12

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    13/20

    partikel tertentu (pasir, debu, angin, asap rokok, bahan iritan), dry eye

    dan virus papilloma juga penyebab dari pterygium.

    Etiologi pterygium tidak diketahui dengan jelas. Tetapi penyakit ini

    lebih sering pada orang yang tinggal di daerah iklim panas. Oleh karena itu,

    gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap

    faktor-faktor lingkungan seperti paparan terhadap matahari (ultraviolet),

    daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor iritan

    lainnya.

    Ultraviolet B adalah mutagen untuk p53 tumor supresor gene pada

    limbal basal stem cell. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta

    diproduksi dalam jumlah berlebihan dan menimbulkan pengaturan

    berlebihan pada sistem kolagenase, migrasi seluler, dan angiogenesis.

    Akibatnya terjadi perubahan degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya

    jaringan subepitelial fibrovaskular yang menembus kornea dan seringkali

    disertai dengan inflamasi. Kerusakan pada kornea terdapat pada lapisan

    membran bowman dan epitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang

    terjadi displasia

    Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada

    keadaan defisiensi limbal stem cell, terjadi pembentukan jaringan

    konjungtiva pada permukaan kornea. Akibat dari defisiensi limbal adalah

    pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis,

    kerusakan membran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik.

    Lapisan fibroblast pada bagian pterygium menunjukkan proliferasi

    sel yang berlebihan. Pada fibroblast pterygium menunjukkan matrix

    metalloproteinase, dimana matriks ekstraselluler berfungsi untuk jaringan

    yang rusak, penyembuhan luka, dan mengubah bentuk. Hal ini

    menjelaskan kenapa pterygium cenderung terus tumbuh, invasi ke stroma

    kornea dan terjadi reaksi fibrovaskular dan inflamasi.

    13

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    14/20

    C. Epidemiologi

    Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah

    iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan

    kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator,

    yakni daerah yang terletak antara 37o Lintang Utara dan Selatan.

    Prevalensi tinggi sampai 22 % di daerah dekat ekuator. Insiden pterygium

    cukup tinggi di Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1 %.

    Prevalensi pterygium meningkat dengan umur, terutama dekade ke-2 dan

    ke-3. Insiden tinggi pada umur antara 20 dan 49 tahun. Kejadian berulang

    (rekuren) lebih sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali

    lebih resiko dari perempuan.

    Pterygium lebih sering dijumpai pada laki-laki yang bekerja di luar

    rumah. Bisa unilateral atau bilateral. Kira-kira 90% terletak di daerah

    nasal. Pterygium yang terletak di nasal dan temporal dapat terjadi secara

    bersamaan walaupun pterygium di daerah temporal jarang ditemukan.

    Kedua mata sering terlibat, tetapi jarang simetris. Perluasan pterygium

    dapat sampai ke medial dan lateral limbus sehingga menutupi sumbu

    penglihatan, menyebabkan penglihatan kabur.

    D. Klasifikasi Pterygium

    a. Berdasarkan lokasi:

    1. Pterygium Simpleks, jika terjadi hanya di nasal atau

    temporal saja

    2. Pterygium Dupleks, jika terjadi di nasal dan temporal

    b. Pembagian pterygium berdasarkan perjalanan penyakit dibagi atas

    2 tipe, yaitu :

    - Progresif pterygium : tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di

    depan kepalapterygium (disebut cap pterygium).

    14

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    15/20

    - Regresif pterygium : tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi

    4 membentuk membran tetapi tidak pernah hilang.

    c. Klasifikasi yang lain :

    1. Vaskuler : pterygium tebal, merah, progresif, ditemukan

    pada anak muda (tumbuh cepat karena banyak pembuluh darah).

    2. Membrannaceus : pterygium tipis seperti plastik, tidak

    terlalu merah terdapat pada orang tua

    E. Derajat Pterygium

    Pterygium dapat dibagi ke dalam 4 derajat yaitu :

    1. Derajat 1 : jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea.

    2. Derajat 2 : jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari

    2 mm melewati kornea.

    3. Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran

    pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam

    keadaan normal sekitar 3 4 mm)

    4. Derajat 4 : pertumbuhan pterygium melewati pupil sehingga

    mengganggu penglihatan.

    F. Predileksi

    Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di

    daerah kornea. Pertumbuhan pterigium ini biasanya terletak pada celah

    kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungitva yang meluas ke daerah

    kornea.

    G. Gejala Klinis

    Gejala klinis pterygium pada tahap awal biasanya ringan bahkan

    sering tidak ada keluhan sama sekali (asimptomatik). Pada fase awal

    pterygium tanpa gejala, hanya keluhan kosmetik. Gangguan terjadi ketika

    15

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    16/20

    pterygium mencapai daerah pupil atau menyebabkan astigatisme karena

    pertumbuhan fibrosis pada tahap regresi. Kadang terjadi diplopia sehingga

    menyebabkan terbatasnya pergerakan mata.

    Beberapa keluhan yang sering dialami pasien antara lain :

    Mata sering berair dan tampak merah (apabila terjadi iritasi)

    Merasa seperti ada benda asing atau fotofobia

    Timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan

    pterygium tersebut, biasanya astigmatisme with the rule ataupun

    astigmatisme irreguler sehingga mengganggu penglihatan

    Pada pterygium yang lanjut (derajat 3 dan 4), bisa menutupi pupil

    dan aksis visual sehingga tajam penglihatan juga menurun.

    Diplopia karena membesarnya ukuran lesi. Efek diplopia akan

    lebih sering pada lesi-lesi rekuren dengan pembentukan jaringan parut.

    H. Diagnosis

    Pemeriksaan Dalam Penegakan Diagnosis :

    1. Anamnesis

    Gejala hingga keluhan seperti mata kemerahan, membengkak, gatal,

    iritasi, pandangan kabur yang berhubungan dengan lesi yang

    meninggi pada satu atau kedua mata

    2. Pemeriksaan Fisik

    Pterigium muncul dengan perubahan fibrovaskular yang beragam

    pada permukaan konjungtiva dan kornea. Lebih sering muncul dari

    daerah konjungtiva nasal dan meluas hingga ke kornea nasal,

    walaupun bisa juga bisa dari lokasi lain misal temporal. Tampilan

    klinis bisa dibedakan menjadi dua kategori umum, yaitu:

    - Pasien dengan proliferasi minimal dan tampilan atrofik. Pterigia

    pada grup ini tampak lebih datar dan tumbuh lambat dan memiliki

    insidensi kekambuhan yang lebih rendah setelah dieksisi.

    16

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    17/20

    - Grup kedua datang dengan riwayat pertumbuhan cepat dan

    komponen fibrovaskular yang meninggi secara signifikan.

    Pterigium pada grup ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi

    setelah dieksisi.

    I. Diagnosis Banding

    Diagnosis banding pterygium adalah pseudopterygium.

    Pseudopterygium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang

    cacat. Sering pseudopterygium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak

    kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Pseudopterygium juga

    sering dilaporkan sebagai dampak sekunder penyakit peradangan pada

    kornea. Pseudopterygium dapat ditemukan di bagian apapun pada kornea

    dan biasanya berbentuk obliq. Sedangkan pterygium ditemukan secara

    horizontal pada posisi jam 3 atau jam 9. Diagnosis banding lainnya adalah

    pinguekula dan pannus.

    J. Penatalaksanaan

    Terapi Konservatif

    Terdapat beberapa terapi untuk pterygium. Secara umum pterygium

    primer diterapi secara konservatif dan hal ini merupakan rekomendasi

    pertama pada kebanyakan orang. Air mata buatan dapat membuat

    perasaan nyaman pada penderita dan menyingkirkan adanya sensasi

    adanya benda asing pada mata. Biasanya proses inflamasi pada lesi

    menjadi berkurang, pada kasus ini pemberian dekongestan optik ringan

    atau yang lebih jarang, obat anti inflamasi juga dapat diresepkan oleh

    dokter.

    Pterygium atrofik yang berukuran kecil dapat diobservasi secara teratur.

    Cairan pelumas dapat digunakan untuk mengatasi iritasi. Pterygium aktif

    dapat diterapi awal dengan vasokonstriktor, obat-obat anti inflamasi non

    steroid atau tetes mata steroid. Semua hal ini dapat digunakan sebagai

    terapi tunggal atau sebelum dilakukan eksisi bedah.

    17

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    18/20

    Terapi Bedah

    Pembedahan merupakan tindakan terbaik untuk mengatasi pterygium

    ataupun pinguekula, namun hasilnya seringkali mengecewakan. Bahkan

    dengan tehnik modern ini, angka kekambuhan cukup tinggi, yaitu antara

    50-60%. Pembedahan tidak direkomendasikan selama pterygium ataupun

    pinguekula tidak terlalu menimbulkan masalah berat bagi penderita.

    Tiga tipe masalah yang merupakan indikasi dilakukannya

    pembedahan segera :

    1. Tajam penglihatan terganggu. Hal ini dikarenakan pterygium

    berukuran cukup besar sehingga mengenai zona penglihatan di bagian

    tengah kornea. Pembedahan dapat digunakan untuk menjernihkan

    media penglihatan dan membatasi astigmatisma yang cepat dan

    irregular.

    2. Pterygium (kadang pinguekula) sangat mengganggu secara kosmetik.

    Pembedahan biasanya dapat mengurangi ukuran pterygium, namun

    eliminasi secara menyeluruh kadang sulit dilakukan.

    3. Baik pterygium maupun pinguekula menyebabkan perasaan yang

    sangat tidak nyaman karena adanya kekeringan atau sensasi adanya

    benda asing yang kronik. Pembedahan biasanya dapat meningkatkan

    rasa nyaman, namun gejala iritasi juga dapat muncul.

    Cara operasi terbagi tiga :

    1. Bar sklera : sklera dibiarkan terbuka.

    2. Eksterpasi pterigium : Pterigium digunting, kemudian dijahit kebawah

    konjungtiva.

    3. Operasi plastik : ditutup oleh mukosa mulut.

    Indikasi Operasi McReynold

    1. Pterigium telah memasuki kornea lebih dari 4 mm.

    2. Pertumbuhan yang progresif, terutama pterigium jenis vascular.

    3. Mata terasa mengganjal.

    4. Visus menurun, terus berair.

    5. Mata merah sekali.

    18

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    19/20

    6. Telah masuk daerah pupil atau melewati limbus.

    7. Alasan kosmetik.

    Tehnik pembedahan dengan menggunakan tandur atau graft sklera :

    Pembedahan ini dilakukan di bawah anastesi lokal sehingga pasien

    tidak akan merasakan sakit.

    Dalam pembedahan, pterygium dipindahkan dan bagian kecil

    konjungtiva yang berupa kulit tipis transparan yang menutupi bagian putih

    pada mata diletakkan ke tempat tersebut dari kelopak mata bagian bawah.

    Operasi hanya berlangsung selama setengah jam.

    Setelah pembedahan, seringkali pasien mengalami nyeri mata selama

    beberapa minggu sehingga diperlukan pemberian tetes mata topikal selama

    beberapa hari. Pada awal fase nyeri ini, biasanya mata juga mengalami

    sedikit pembengkakan dan memerah

    K. Prognosis

    Eksisi pada pterigium pada penglihatan dan kosmetik adalah baik.

    Pada beberapa hari post operasi pasien akan merasa tidak nyaman, namun

    kebanyakan setelah 48 jam pasca operasi pasien bisa memulai

    aktivitasnya. Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus terdapat rekurensi

    dan risiko ini biasanya karena pasien yang terus terpapar radiasi sinar

    matahari, juga beratnya atau derajat pterigium. Pasien dengan pterygia

    yang kambuh lagi dapat mengulangi pembedahan eksisi dan grafting.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ilyas, Sidarta. 2009.Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI.

    Ilyas, S., Mailangkay, HHB., Taim, H., Saman, R., Simarwata, M., Widodo, PS.

    (eds). 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

    Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.

    Putra AK. Penatalaksanaan pterygium Atmajaya. 2003 : 2 : 137 147

    19

  • 7/30/2019 Preskes_pterygium

    20/20

    Vaughan D.G, Asbury T, Riordan P, 2002. OftalmologiUmum, Edisi ke-14.

    WidyaMedika: Jakarta.