perspektif undang-undang hak cipta dan undang …digilib.unila.ac.id/50109/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG HAK CIPTA
DAN UNDANG – UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
TERHADAP PENAYANGAN FILM BIOSKOP
MELALUI VIDEO LIVE STREAMING
(Skripsi)
Oleh
CINDY MOIRA DEVI SIDABALOK
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG HAK CIPTA DAN UNDANG – UNDANG
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TERHADAP
PENAYANGAN FILM BIOSKOP MELALUI VIDEO LIVE STREAMING
Oleh:
Cindy Moira Devi Sidabalok
Salah satu objek perlindungan hak cipta yang ada di dalam Undang-Undang Hak
Cipta adalah Film. Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan
media yang dapat dipertunjukan. Awalnya film berupa gambar hitam putih dan bisu,
kemudian teknologi film sudah mampu memproduksi film berwarna dan mempunyai
efek suara seperti yang masyarakat saksikan pada layar bioskop saat ini. Besarnya
animo masyarakat terhadap film memberikan dampak negatif seperti penggunaan
mobilephone saat penayangan film bioskop melalui video live streaming. Pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perspektif Undang-Undang Hak
Cipta dan Undang-Undang ITE terhadap penayangan film bioskop melalui video live
streaming serta akibat hukum terhadap film bioskop yang ditayangkan tanpa ijin
secara live streaming.
Penelitian ini merupakan penelitian normatif empiris, untuk itu data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat melalui penelitian dan
wawancara, serta data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data meliputi studi
terhadap lokasi penelitian, wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan cara
pemeriksaan dan sistematisasi data. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perspektif Undang-Undang Hak Cipta dan
Undang-Undang ITE terhadap penayangan film di bioskop melalui video live
streaming merupakan perbuatan yang dilarang. Perspektif Hak Cipta terhadap
penayangan film bioskop melalui video live streaming memiliki hak-hak yang harus
dilindungi sesuai dengan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta dan Pasal 25
Undang-Undang ITE serta akibat hukum terhadap film bioskop yang ditayangkan
tanpa izin secara live streaming diatur dalam Pasal 113 Undang-Undang Hak Cipta
dan Pasal 45 Undang-Undang ITE terkait pelanggaran Hak Cipta.
Kata Kunci: Undang-Undang Hak Cipta, Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Video Live Streaming, Film.
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG HAK CIPTA DAN UNDANG – UNDANG
INFORMASIDAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TERHADAP PENAYANGAN
FILM BIOSKOP MELALUI VIDEO LIVE STREAMING
Oleh
CINDY MOIRA DEVI SIDABALOK
Skripsi
Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Cindy Moira Devi Sidabalok
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 September
1996 dan merupakan anak anak kedua dari empat
bersaudara dari Bapak T. Sidabalok dan Ibu B. Situngkir.
Penulis mengawali pendidikan di TK Sejahtera IV Kedaton Kota Bandar
Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, SDS Sejahtera IV Kedaton Kota
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama
ditempuh di SMPN 8 Kota Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2012,
dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Imannuel Kota
Bandar Lampung pada tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung
melalui jalur SBMPTN pada tahun 2014 dan penulis mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Gedung Harta, Kecamatan Selagai Linggai,
Kabupaten Lampung Tengah.
viii
PERSEMBAHAN
Atas anugerah-Nya, skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku,
kakak (Jenny Jessica) dan kedua adikku (Clara Claudia dan Bella Patricia) ,
memberiku dukungan dan semangat serta yang sabar menanti-nantikan
keberhasilanku untuk menyelesaikan studi khususnya dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini juga bagi almamaterku tercinta.
ix
MOTO
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa.”
(Roma 12;12)
“Think as big as galaxy!.”
(Anonym)
“Sometimes you can’t see yourself clearly
until you see yourself through the eyes of others.”
(Ellen DeGeneres)
x
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Tuhan atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PERSPEKTIF UNDANG
– UNDANG HAK CIPTA DAN UNDANG – UNDANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK TERHADAP PENAYANGAN FILM
BIOSKOP MELALUI VIDEO LIVE STREAMING.” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk
pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Almarhum Bapak Armen Yasir S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Perdata
Universitas Lampung;
xi
3. Ibu Rohaini, S.H., M.H., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, motivasi dan
mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;
4. Ibu Diane Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, motivasi
dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;
5. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;
6. Bapak M. Wendy Trijaya, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah
memberikan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;
7. Bapak Eko Raharjo, S.H.,M.H.,selaku Pembimbing Akademik, yang telah
membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas
Lampung;
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh
dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala
bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;
9. Papa dan Mama, terima kasih untuk kesabaran, doa, kasih sayang, semangat,
motivasi, dan pembelajaran hidup serta segala dukungan dan doa yang tanpa
henti diberikan kepada penulis.
10. Kakakku Jenny Jessica, dan kedua adikku Clara Claudia dan Bella Patricia,
terima kasih atas penantian selama ini, memotivasi kegembiraan, dan
semangatnya kepada penulis.
11. Irfan Parapat yang telah memberikan motivasi, saran dalam pembuatan skripsi
dan semangat bagi penulis.
xii
12. Untuk segenap pimpinan dan staff di Bioskop XXI The Premiere Bandar
Lampung, yang telah membantu dalam mendapatkan data dan arahan sehingga
penulis mendapat kemudahan dalam penelitian ini.
13. Sahabatku Selusin Milimeter , Jesicha, Hanna, Christin, Rahmat, Arthur,
Daniel, Lukas, Ivan, David, Rico, dan Alfrido, terimakasih untuk selalu
memberikan semangat, dukungan dan nasihatnya.
14. Sahabatku sejak propti Carolla Carepany, Ayu Purba, Chitra Anggraini dan
Aulia Khoironnisa, terimakasih atas candatawa, dan semangat yang diberikan.
15. Keluarga Besar FORMAHKRIS (Forum Mahasiswa Hukum Kristen)
Universitas Lampung untuk Abram, Korin, Joshua, Oren, Elsaday, Maria, Kak
Lando, Kak Ani, Bang Yosef, Bang Daus, Alvin, Jonathan, Aron, Ega,
Dhanty, Lolytha serta semua pengurus Formahkris dan NHKBP Kedaton
untuk Kak Monik, Kak Berliana, Bang Lintong, Kak Yanna, Kak Yessi, Kak
Mega, Kak Dame serta abang kakak dan adik Formahkris dan NHKBP
Kedaton yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas
kebersamaan, kekeluargaannya, saling menjaga, serta bertumbuh dalam iman.
16. Kawan seperjuangan di Unila dan dimana saja terimakasih yang selama ini
bekerjasama saling memberi suport dan saling mendukung satu sama lain
untuk menjadi orang yang sukses dan menjadi orang yang berguna untuk
orang banyak;
17. HIMA PERDATA dan Seluruh Angkatan 2014 Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas
kebersamaan dan bantuannya selama ini;
xiii
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan
Yang Maha Esa;
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung, 9 Agustus 2018
Penulis
Cindy Moira Devi Sidabalok
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
JUDUL DALAM ............................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN .............................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
MOTO ............................................................................................................. ix
SANWACANA .............................................................................................. x
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang ............................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ ... 8
1. Kegunaan Teoritis ................................................................................... 8
2. Kegunaan Praktis ..................................................................................... 8
................................................................................... 33
B. Sumber Dan Jenis Data .............................................................................. 33
1
................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN .....................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Tinjauan Umum Hak Cipta ........................................................................ 9
1. Pengertian Hak Cipta ............................................................................. 12
2. Pengertian Pencipta ................................................................................ 13
3. Pengertian Pemegang Hak Cipta ............................................................ 14
4. Hak Moral Dan Hak Ekonomi Pencipta Dan Pemegang Hak Cipta
...... 16
B. Tinjauan Umum Informasi Dan Transaksi Elektronik ............................... 23
C. Pengertian Film .......................................................................................... 24
D. Tinjauan Umum Media Sosial ................................................................... 26
E. Teori Perlindungan Hukum ........................................................................ 28
F. Kerangka Pikir ............................................................................................ 31
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 33
A. Pendekatan Masalah
xiv
C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolaan Data ................................... 34
1. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 34
2. Pengelolaan Data ..................................................................................... 34
D. Analisis Data ...............................................................................................
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 36
A. Perspektif Undang-Undang Hak Cipta Dan Undang-Undang ITE
Terhadap Penayangan Film Bioskop Melalui Video Live Streaming ........ 36
B. Akibat Hukum Terhadap Film Bioskop Yang Ditayangkan Tanpa
Ijin Secara Live Streaming .......................................................................... 54
V. PENUTUP.................................................................................................. 64
A. Kesimpulan.................................................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 67
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang
bersumber dari hasil kerja otak1, hasil kerja rasio. Menurut ahli biologi otak
kanan berperan sebagai menghayati kesenian, berhayal, menghayati
kerohanian, termasuk juga kemampuan untuk sosialisasi dan mengandalkan
emosi. Fungsi ini disebut fungsi metaforik, imajinatif dan emosional. 2
Tidak semua orang dapat mempekerjakan otak secara maksimal. Oleh karena
itu tidak semua orang dapat menghasilkan intellectual property right. Hanya
orang yang mampu mempekerjakan otaknya yang dapat menghasilkan hak
kebendaan yang disebut sebagai intellectual property rights. Oleh sebab itu
hasil kerja otak yang menghasilkan Hak Kekayaan Intelektual itu bersifat
eksklusif.
Sebaliknya bagi orang yang menciptakan (pencipta) mempunyai hak yang
timbul atas ciptaan dan mengawasi terhadap karya cipta yang menggunakan
ciptaannya beredar di masyarakat. Pencipta berhak melarang orang lain yang
menggunakan ciptaannya tanpa izin dengannya, dan berhak pula menuntut
1 Otak yang dimaksudkan adalah otak yang berperan sebagai pusat pengaturan segala
kegiatan fisik dan psikologis, yang terbagi menjadi dua belahan; kiri dan kanan. 2
Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta,
2013,hlm.10.
2
orang yang bersangkutan secara hukum. Hal ini menunjukan bahwa
keberadaan pencipta diperlukan sebuah pengakuan baik oleh masyarakat
maupun hukum.
Menciptakan sebuah karya cipta bukan suatu hal yang mudah dilakukan
seseorang. Oleh karena itu, orang lain diwajibkan menghormatinya dan hal ini
merupakan sebuah kebutuhan yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Orang
lain sudah pasti mengetahui sebuah karya cipta pasti ada penciptanya
sehingga tidak dapat mengatakan bahwa itu adalah karyanya. Apabila hendak
memperbanyak lebih baik meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya.3
Salah satu objek perlindungan hak cipta yang ada di dalam Undang-Undang
Hak Cipta adalah Film. Film adalah karya seni budaya yang merupakan
pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah
sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukan.4Film juga
dikenal sebagai media penyimpanan dari karya sinematografi tersebut. Film
dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda dengan kamera, dan/atau
dengan animasi.
Film mempunyai satu unsur penting dalam tampilannya yaitu gambar.
Teknologi kamera pada awalnya hanya mampu menangkap gambar dan
berkembang terus menerus dengan kualitas dan inovasi yang berbeda. Pada
tahun 1888, Thomas Edison, mengembangkan teknologi kamera dengan
fungsi menangkap dan merekam gambar yang bergerak, bukan hanya
3Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, PT Rineka Cipta: Jakarta,
2012, hlm.2. 4Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, Pasal 1 (1)
3
memotret objek diam. Setelah itu munculah inovasi baru dari Lumiere untuk
menampilkan film pada layar. Pada era ini, film masih ditampilkan hitam
putih tanpa adanya audio yang dilakukan untuk mendukung audio dalam
pemutaran film kala itu adalah dengan adanya pemain musik yang langsung
mengiringi sepanjang pertunjukan film.
Selanjutnya, teknologi digital berproses dalam produksi, distribusi dan
pameran film.Penayangan film lebih beragam dan dapat dinikmati dimana
saja dan menjadi sebuah kebutuhan masyarakat. Besarnya animo masyarakat
terhadap film memberikan dampak negatif seperti penggunaan mobile phone
saat penayangan film bioskop berlangsung.
Kecanggihan teknologi seluler saat ini bukan hanya untuk berkomunikasi satu
sama lain, namun kita bisa membagikan foto, dan berbagi cerita di dunia
maya melalui media sosial. Media sosial adalah sebuah media online, dengan
para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi
dialog interaktif. Teknologi internet dan mobile phone yang semakin
meningkat pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini kita dapat mengakses
Facebook, Instagram, Path, Youtube dan media sosial lainnya dimana saja
dan kapan saja hanya dengan menggunakan mobile phone.
4
Dengan semakin cepatnya akses informasi melalui media sosial
mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi. Karena
kecepatannya media sosial juga mulai memberikan dampak buruk dari
penggunaan media sosial di bidang Hak Kekayaan Intelektual, terutama Hak
Cipta pada pembajakan film.
Saat ini perekaman film melalui video live streaming banyak digunakan.
Dengan berbagai aplikasi live streaming masyarakat dapat berkomunikasi
jarak jauh dengan bertatap muka serta berbagi cerita. Pihak Instagram,
Facebook, Bigo Live saat ini mengeluarkan fitur baru berupa video live
streaming.
Facebook punya Facebook Live, Instagram punya Instagram Stories dan Bigo
Live juga bisa akses untuk Live Streaming. Dengan gadget yang dilengkapi
kamera beresolusi tinggi, bisa dengan mudah membuat rekaman film
audiovisual, memang menyenangkan untuk digunakan. Tetapi salah merekam
bisa berakibat fatal, walaupun tindakan itu hanya perbuatan yang tidak
disengaja. Film yang telah disebar melalui media sosial akan berpengaruh
pada nilai film itu sendiri, sehingga para penonton akan kehilangan niat untuk
menonton film di bioskop.
Pandangan masyarakat pada umumnya berbeda dengan pandangan Undang-
Undang Hak Cipta, masyarakat masih memandang hak cipta sebagai milik
bersama, sedangkan undang-undang memandang hak cipta sebagai milik
5
perseorangan. Perbedaan pandangan ini yang merupakan salah satu penyebab
pelanggaran hak cipta di masyarakat.5
Dalam hal pemutaran film, sudah banyak yang melakukan perekaman film
melalui video live streaming di bioskop. Beauty And The Beast, Warkop DKI
Reborn, No Game No Life Zero6 merupakan contoh dari perekaman film di
bioskop melalui video live streaming. Warkop DKI Reborn mengalami
kerugian yang cukup banyak dikarenakan akun Bigo Live yang menayangkan
film tersebut sudah di tonton oleh 300 ribu penonton. Begitu juga dengan film
No Game No Life Zero mengalami kekecewaan dan kerugian dengan adanya
penonton dari film No Game No Life Zero yang melakukan perekaman via
sosial media berupa instagram stories
Odex Private Limited yang berkedudukan di Singapura sebagai distributor
film No Game No Life Zero telah angkat suara dan mengumumkan sikapnya
mengenai kejadian ini dan mengumumkan judul film anime tahun 2018 yang
mungkin tidak akan tayang kembali di Indonesia. Karya-karya intelektual
berupa objek-objek hak cipta yang ada di media internet dengan sangat mudah
dilanggar, dimodifikasi dan digandakan. 7
Berbagai aktivitas yang dapat dilakukan melalui internet baik untuk keperluan
pendidikan, kesehatan, transaksi bisnis, perdagangan hukum dan hiburan. Hal
5Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 150.
6CNN Indonesia, “Sebar Cuplikan Film di Medsos Termasuk Pembajakan”, dikutip dari
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170321034054-220-201581/sebar-cuplikan-film-di-
medsos-termasuk-pembajakan/, pada tanggal 15 November 2017 pukul 11.17 7Ahmad M Ramli, Cyber Law & HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, PT Refika
Aditama: Bandung, 2010, hlm.6.
6
ini karena karakteristik internet yang saling terhubung sehingga sanggup
menjangkau seluruh bagian dunia dalam waktu yang sangat singkat.
Kecenderungan terus berkembangnya teknologi tentunya membawa berbagai
implikasi yang harus segera diantisipasi dan juga diwaspadai. Upaya itu
sekarang telah melahirkan suatu produk hukum dalam bentuk Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(Undang-Undang ITE). Namun dengan lahirnya Undang-UndangInformasi
dan Transaksi Elektronik belum semua permasalahan yang menyangkut
masalah dalam Transaksi Elektronik dapat terselesaikan.
Di dalam hak cipta dikenal asas perlindungan otomatis (automatical
protection), artinya bahwa sebuah karya cipta diwujudkan oleh penciptanya,
maka sejak saat itu secara otomatis karya cipta tersebut memiliki hak cipta
dan mendapat perlindungan secara hukum. 8
Persoalan tersebut antara lain dikarenakan, pertama; berbagai bentuk
perkembangan teknologi yang menimbulkan penyelenggaraan dan jasa baru
harus diidentifikasikan dalam rangka antisipasi terhadap pemecahan berbagai
persoalan teknis. Kedua; pengayaan akan bidang-bidang hukum yang sifatnya
sektoral (rejim hukum baru).9
Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah mengenai hak cipta,
mengakibatkan banyaknya yang melakukan penyebaran cuplikan untuk
8Muhammad Djumhana, Hak Milik Intelektual : Sejarah, Teori dan Prakteknya di
Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2007, hlm.12. 9Ahmad M Ramli, “Dinamika Konvergensi Hukum Telematika dalam Sistem Hukum
Nasional”http://www.djp.depkumham.go.id/hukum-telematika-dalam-sistem-hukum-
nasional.html; diakses pada tanggal 16 November 2017.
7
mengambil keuntungan pribadi. Padahal peringatan di bioskop sudah jelas di
layar bioskop sebelum film di mulai, “Pembajakan Film Adalah Kejahatan,
Perekaman film didalam bioskop akan dikenakan sanksi Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik& Undang-Undang Hak Cipta.”. Oleh
sebab itu, maka penulis berkeinginan menulis skripsi dengan judul
“Perspektif Undang-Undang Hak Cipta Dan Undang-Undang ITE
Terhadap Penayangan Film Bioskop Melalui Video Live Streaming.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah perspektif Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang
ITE terhadap penayangan film bioskop melalui video live streaming?
2. Bagaimanakah akibat hukum terhadap film bioskop yang ditayangkan
tanpa ijin secara live streaming?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perspektif Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik terhadap penayangan film bioskop
melalui video live streaming.
2. Mengetahui akibat hukum terhadap film bioskop yang ditayangkan secara
live streaming.
8
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Diharapkan memberi sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan
hukum, khususnya hukum Hak Kekayaan Intelektual dalam kaitannya
dengan penayangan Film Bioskop di Media Sosial. Diharapkan hasil
penulisan ini dapat memberikan kontribusi akademis mengenai gambaran
perspektif Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik terhadap Film Bioskop Melalui Video Live
Streaming.
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum
bagi Penulis khususnya mengenai Perlindungan Hak Cipta Terhadap
Pembajakan Film.
b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi
mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
c. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Umum Hak Cipta
Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan padanan kata yang biasa digunakan
untuk Intellectual Property Right (IPR)10
. Istilah atau terminologi Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk pertama kalinya pada tahun
1790. Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil
produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra,
gubahan lagu yang berguna untuk manusia.
Hak Kekayaan Intelektual merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak
berwujud (benda immateriil). Benda dalam kerangka hukum perdata dapat di
klasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu di antara kategori itu,
adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda
tidak berwujud. Hal ini dapat dilihat batasan benda yang dikemukakan oleh
Pasal 499 KUHPerdata, yang berbunyi: menurut paham undang-undang yang
dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat
dikuasai oleh hak milik. Untuk pasal ini, kemudian Mahadi menawarkan,
seandainya dikehendaki rumusan lain dari pasal ini dapat diturunkan kalimat
10
Syafrinaldi,Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi
Era Globalisasi, Jakarta, 2015, hlm.3.
10
sebagai berikut: yang dapat menjadi objek hak milik adalah benda dan benda
itu terdiri dari barang dan hak.11
Selanjutnya sebagaimana diterangkan oleh Mahadi, barang yang dimaksudkan
oleh Pasal 499 KUHPerdata tersebut adalah benda materiil (stoffelijk
voorwerp), sedangkan hak adalah benda immateriil. Uraian ini sejalan dengan
klasifikasi benda menurut Pasal 503 KUHPerdata, yaitu penggolongan benda
ke dalam kelompok benda berwujud (bertubuh) dan benda tidak berwujud
(tidak bertubuh).
Benda immateriil atau benda tidak berwujud yang berupa hak itu dapatlah di
contohkan seperti hak tagih, hak atas bunga uang, hak sewa, hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak atas benda berupa jaminan, Hak Kekayaan
Intelektual dan lain sebagainya. Oleh karena itu hak immateriil itu sendiri dapat
menjadi objek dari suatu hak benda. Hak benda adalah hak absolut atas suatu
benda berwujud, tetapi ada hak absolut yang objeknya bukan benda berwujud.
Itulah yang disebut dengan nama Hak Kekayaan Intelektual.
Sampai saat ini pengaturan tentang masing-masing bidang HAKI itu kita
temukan dalam Undang-Undang Indonesia, yaitu tentang Hak Cipta diatur
dalam Undang-Undang No.6 Tahun 1982 jo. Undang-Undang No. 7 Tahun
1987 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1997 dan saat ini berlaku Undang-
Undang Hak Cipta yang diatur dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2014, lalu
tentang Merk dan indikasi Geografis diatur dalam Undang-Undang No. 20
11
Mahadi, Hak Milik Dalam Sistem Hukum Perdata Nasional, Jakarta, 1981, hlm.65.
11
Tahun 2016, dan tentang Paten diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun
2016.
Pada tahun 2001 bersamaan dengan lahirnya Undang-Undang Paten dan Merek
yang baru, Indonesia telah menerbitkan beberapa peraturan baru yang tercakup
dalam bidang perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual disamping paten
dan merek yang sudah lebih dulu disahkan yaitu Undang-Undang No. 29
Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang No. 30
Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Undang-Undang No. 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Dengan demikian saat ini terdapat perangkat Undang-Undang Hak Kekayaan
Intelektual Indonesia, yakni :
1. Hak Cipta diatur dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2014.
2. Paten diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2016.
3. Merek dan Indikasi Geografis diatur dalamUndang-Undang No. 20
Tahun 2016.
4. Perlindungan Varietas Baru Tanaman diatur dalam Undang-Undang
No. 29 Tahun 2000.
5. Rahasia Dagang diatur dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2000.
6. Desain Industri diatur dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2000.
7. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diatur dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 2000.
12
Secara garis besar HKI dibagi menjadi dua bagian,yaitu :
1. Hak Cipta (Copyrights)
2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights)
1. Pengertian Hak Cipta
Pasal 3 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
menyatakan bahwa Hak cipta (Copyrights )adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif, setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di dalam penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta tersebut
dijelaskan :
“Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata
diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang
boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin penciptanya”.
Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk
kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen,
mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor,
memamerkan, mempertunjukkan kepada publik menyiarkan, merekam,
dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun.”
Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) huruf m, salah satu ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dilindungi hak cipta adalah
sinematografi. Yang dimaksud dengan sinematografi merupakan gambar
bergerak (moving images) antara lain meliputi: film dokumenter, film
13
iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film
kartun yang dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video,
cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk
dipertunjukkan di bioskop, di layar lebar, di televisi atau di media lainnya.
Hukum hak cipta bertujuan untuk melindungi hak pembuat dalam
mendistribusikan, menjual, atau membuat turunan dari karya tersebut.
Perlindungan yang didapatkan oleh pembuat (author) adalah perlindungan
terhadap penjiplakan (plagiat/pembajakan) oleh orang lain.
2. Pengertian Pencipta
Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan
pribadi. Mengetahui siapa yang merupakan pencipta pertama suatu ciptaan
adalah sangat signifikan, karena:
a Hak-hak yang dimiliki seorang pencipta pertama sangat berbeda
dengan hak -hak pencipta terhadap hak terkait dengan Hak Cipta.
b Masa berlakunya perlindungan hukum bagi pencipta pertama
biasanya lebih lama dari mereka yang bukan pencipta pertama.
c Pengidentifikasian pencipta pertama secara benar, merupakan syarat
bagi kebutuhan pendaftaran ciptaan.
Dimana ada hak disitu ada kewajiban. Setiap pendukung hak dan
kewajiban disebut subjek hukum yang terdiri atas manusia (natuurlijk
person) dan badan hukum (rechtperson).
14
Dalam Undang-Undang Hak Cipta ada juga pembatasan Hak Cipta, yang
dimaksud dengan pembatasan Hak Cipta adalah hal apa saja yang dapat
digolongkan sebagai pelanggaran Hak Cipta dan hal lain yang tidak masuk
kedalamnya. Undang-Undang juga memberikan terhadap batasan dengan
syarat terhadap perbanyakan suatu bidang ilmu,seni dan sastra dalam huruf
braile untuk keperluan para tunanetra, dengan syarat perbanyakan itu tidak
bersifat komersil.
Demikian pula dengan perbanyakan suatu ciptaan secara terbatas dengan
fotokopi atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang nonkomersil
yang semata-mata untuk keperluan aktivitasnya, tidak dianggap sebagai
pelanggaran hak cipta dengan syarat sumbernya harus disebut secara
lengkap.
Ciptaan buku, dan/atau semua hasil karya tulis lainnya, lagu atau musik
dengan atau dan tanpa teks yang dialihkan dalam perjanjian jual putus
dan/atau pengalihan tanpa batas waktu. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 Hak Cipta, Pasal 18 menjelaskan bahwa Hak ciptanya beralih
kembali pada pencipta pada saat perjanjian tersebut mencapai jangka
waktu 25 (dua puluh lima) tahun.
3. Pengertian Pemegang Hak Cipta
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak
yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak yang lain menerima
15
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut sebagaimana yang
dimaksud oleh Pasal 1 butir (4) Undang-Undang Hak Cipta.
Dengan melihat rumusan tersebut terlihat pihak yang dapat menjadi
pemegang hak cipta pada dasarnya hanya ada dua yaitu pencipta dan pihak
lain. Apabila pencipta sebagai pemegang hak cipta tidak perlu ada proses
hukum karena terjadi secara otomatis atau demi hukum. Sedangkan untuk
pihak lain sebagai pemegang hak cipta harus ada proses hukumnya yaitu
dengan perjanjian lisensi. Pencipta selaku pemberi lisensi memberi izin
memperbanyak ciptaan pencipta kepada pihak lain sebagai penerima
lisensi. Demikian pula pemberi lisensi tersebut juga dapat memberikan
lisensi kepada pihak yang lain lagi.
Pada dasarnya, untuk menentukan siapa yang menjadi pencipta dari suatu
ciptaan tertentu tidaklah terlalu sulit. Misalnya, pencipta suatu ciptaan
karangan ilmiah adalah seorang yang menulis tulisan ilmiah, pencipta
suatu ciptaan musik adalah komposer; dan pencipta suatu ciptaan potret
adalah fotografer.
Meskipun demikian, dengan semakin berkembangnya teknologi canggih
pada akhir-akhir ini, untuk menentukan siapa yang menjadi pencipta
pertama dari suatu ciptaan tertentu, memerlukan penjelasan dengan suatu
pendekatan yang agak berbeda. Terutama dalam menentukan pencipta dari
ciptaan yang tergolong sebagai hak-hak yang berkaitan.
16
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak
cipta adalah hak untuk:
1. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan
tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan elektronik).
2. Mengimpor dan mengekspor ciptaan.
3. Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi
ciptaan).
4. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum.
5. Menjual atau mengalihkan hak ekslusif tersebut kepada orang lain.
4. Hak Moral Dan Hak Ekonomi Pencipta Dan Pemegang Hak Cipta
Hak cipta merupakan hak ekslusif yang terdiri atas hak moral dan hak
ekonomi, sebagai berikut :
1. Hak Moral
Hak moral merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri
pencipta untuk12
:
a. Tetap atau tidak mencantumkan namanya pada salinan yang
sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum,
b. Menggunakan nama alias atau samarannya,
c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat,
d. Mempertahankan hak nya dalam hak terjadi distorsi ciptaan,
mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat
merugikan reputasinya.
12
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Pasal 5.
17
Hak Moral dalam terminologi Bern Convention menggunakan istilah
moral right, yakni hak yang dilekatkan pada diri pencipta. Dilekatkan,
bermakna bahwa hak itu tidak dapat dihapuskan walaupun hak cipta telah
berakhir jangka waktu kepemilikan. Hak moral dibedakan dengan hak
ekonomi, jika hak ekonomi mengandung nilai ekonomis. Kata “moral”
menunjukan hak yang tersembunyi dibalik nilai ekonomis itu. Namun
demikian, ada kalanya nilai hak moral itu justru mempengaruhi nilai
ekonomis.
Misalnya satu karya cipta yang diciptakan oleh pelukis terkenal, nilai
ekonomisnya akan tinggi. Hasil lukisan yang mencantumkan nama
Affandi, Abdullah, akan jauh lebih tinggi nilai jualnya jika dibandingkan
nama pelukis lain yang tidak terkenal. Hak untuk mencantumkan nama
pelukis dalam karya lukisan tersebut adalah merupakan hak moral yang
berpengaruh terhadap hak ekonomis.
Oleh karena itu, hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih
hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau
sebab lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan setelah Pencipta
meninggal dunia. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa dalam hal
terjadi pengalihan pelaksanaan moral, penerima hak dapat melepaskan
atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan
pelaksanaan hak tersebut dinyatakan tertulis.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 memperkuat basis perlindungan
dengan menggunakan;
18
1. Informasi manajemen Hak Cipta; dan/atau
2. Informasi elektronik Hak Cipta.
Hak moral tidak hanya menyangkut ciptaan yang termasuk dalam karya
cipta yang dilindungi dalam bentuk hak cipta (karya cipta asli) tetapi juga
dalam hal hak terkait (neighboring rights). Misalnya saja terdapat hak
moral pelaku pertunjukan merupakan hak yang melekat pada Pelaku
pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat dihapus dengan
alasan apa pun walaupun hak ekonominya telah dialihkan.
Selain itu ditentukan pula bahwa :
1. Pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada
pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam
ciptaannya.
2. Tidak dipebolehkan mengadakan perubahan suatu ciptaan kecuali
dengan persetujuan atau ahli warisnya. Dalam hal pencipta telah
menyerahkan hak ciptaannya kepada orang lain, selama penciptanya
masih hidup diperlukan persetujuannya untuk mengadakan
perubahan termaksud dan apabila pencipta telah meninggal dunia,
izin dari ahli warisnya.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ciptaannya,
pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.
4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai
dengan kepatutan dalam masyarakat.
19
2. Hak Ekonomi
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pencipta atau
pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi terhadap ciptaannya untuk
melakukan hal-hal yang mencakup13
:
a. Penerbitan ciptaan,
b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya,
c. Penerjemaahan ciptaan,
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau, pentransformasian
ciptaan,
e. Pendistrubusian ciptaan atau salinannya,
f. Pertunjukan ciptaan,
g. Pengumuman ciptaan,
h. Pengomunikasian ciptaan, dan
i. Penyewaan ciptaan
Dalam ketentuan Undang-Undang Hak Cipta Indonesia, yang
memberikan batasan tentang hal apa saja yang dilindungi sebagai hak
cipta. Rumusan Pasal 40 Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia,
sebagai berikut:
Ayat (1) Dalan undang- undang ini ciptaan yang dilindungi meliputi
Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, terdiri atas:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan
semua hasil karya tulis lain;
13
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Pasal 8.
20
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan/ atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan
pantonim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau motif lain;
k. Karyafotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan Program komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan
21
s. Program komputer.
Ayat (2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dengan huruf I dilindungi
sebagai ciptaan tersendiri, dengan tidak mengurangi hak cipta atas hak
ciptaan asli.
Ayat (3) Dalam perlindungan sebagaimana dimakud dalam ayat (1)
dan ayat (2) termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau belum
diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang
nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya.14
Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi tersebut wajib
mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Setiap orang
yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan
penggandaan dan/ atau penggunaan secara komersial ciptaan.
Pengelola tempat perdagangan dilarang memberikan penjualan dan/
atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak
Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya.
Sejarah perkembangan hak cipta di Indonesia sama seperti di luar
negeri, yakni dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan (sciences)
dan teknologi. Namun landasan berpijaknya tetap dipengarugi oleh
landasan filosofis atau budaya hukum suatu negara. Demikianlah jika
dilihat dalam Auteurswet 1912 hak cipta hanya dibatasi jangka waktu
hanya sampai 50 tahun, tetapi didalam Undang-Undang Hak Cipta
1982, dibatasi hanya 25 tahun. Kemudian dalam Undang-Undang Hak
14
Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Pasal 40.
22
Cipta No.7 Tahun 1987 dan Undang-Undang Hak Cipta No.12 Tahun
1997 kembali dimajukan menjadi selama hidup pencipta dan 50 tahun
mengikuti ketentuan Berne Convention (sebelum direvisi) Tahun 1987
yang diadopsi oleh Auteurswet 1912.
Perubahan-perubahan dalam ketentuan tersebut membuktikan begitu
kuatnya pengaruh budaya hukum asing ke dalam budaya hukum
Indonesia. Ketika Undang-Undang Hak Cipta 1982 dilahirkan, banyak
alasan yang dikemukakan sepanjang menyangkut filosofis fungsi
sosial hak milik dan disepakatilah jangka waktu hak cipta selama
hidup si pencipta ditambah dengan 25 tahu setelah meninggalnya si
pencipta. Dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002
jangka waktu pemilikan hak cipta ditetapkan menjadi 50 tahun.
Terakhir dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 khusus untuk
ciptaan:
a. Buku, pamflet, dan sema hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantonim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya arsitektur;
23
h. Peta; dan
i. Karya seni batik atau motif lain,
Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70
(tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai
tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
B. Tinjauan Umum Informasi Dan Transaksi Elektronik
(1) Informasi Elektronik
Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, elektronik
datainterchange (EDI), surat elektronik, telegram, telex,telecopy, atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya. 15
(2) Transaksi Elektronik
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
16
Pemanfaatan Teknologi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan
asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan
memilik teknologi atau netral teknologi. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:
15
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi
Regulasi & Konvegarsi, Refika Aditama: Jakarta, hlm.137. 16
Ibid, hlm. 138.
24
a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia;
b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk
memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab; dan
e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi
pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.
C. Pengertian Film
Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau
tanpa suara dan dapat dipertunjukan.17
Film juga dikenal sebagai movie,
gambar hidup, film teater atau foto bergerak, merupakan serangkaian gambar
diam, yang ketika ditampilkan pada layar akan menciptakan ilusi gambar
bergerak karena efek fenomena phi.
Era awal perfilman Indonesia diawali dengan berdirinya bioskop pertama di
Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia dengan
nama Gambar Idoep yang menayangkan berbagai film bisu. Di Indonesia
awal Orde Baru dianggap sebagai masa yang menawarkan kemajuan bioskop,
17
Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2009 Pasal 1 (1)
25
baik dalam jumlah produksi film nasional maupun bentuk dan sarana tempat
pertunjukan. Bioskop (Belanda: bioscoop dari bahasa Yunani βιος, bios (yang
artinya hidup) dan σκοπος, skopos (yang artinya “melihat”) adalah tempat
untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar
film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.
Film dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film documenter dan
film kartun18
1. Film Cerita
Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita
yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang
film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang
diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan
kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari
jalan ceritanya maupun dari segi artistinya.
2. Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-beanr terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan
kepada publik harus mengandung nilai berita. Kriteria berita itu adalah
penting dan menarik.
3. Film Dokumenter
Film dokumenter didefenisikan oleh Robert Flaherty sebagai ”karya
ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality) berbeda
18
Onong, Efendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT.Citra Aditya Bakti: Bandung
2000,hlm.210.
26
dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film
dokumenter adalah hasil interpretasi pribadi (pembuatnya mengenai
kenyataan tersebut).
4. Film Kartun
Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan dapat
dipastikan kita semua mengenal tokoh Donald bebek (Donald duck),
Putri Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan
oleh seniman Amerika.
D. Tinjauan umum Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media dalam jaringan (online), dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring
sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan
oleh masyarakat di seluruh dunia.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai
"sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar
ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran user-generated content".19
Media sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
19
Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010) "Users of the world, unite! The
challenges and opportunities of Social Media", Business Horizons 53(1): 59–68.
27
1. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namunbisa
keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun
internet.
2. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
3. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.
Banyak perusahaan membangun wadah sosial sendiri yang mencoba
untuk menghubungkan blok bangunan tujuh fungsional sekitar merek
mereka. . Ini adalah komunitas swasta yang melibatkan orang-orang di
sekitar tema yang lebih sempit, seperti di sekitar panggilan tertentu,
merek atau hobi, dari wadah media sosial seperti Facebook atau
Google+.
Sementara jejaring sosial merupakan situs di mana setiap orang bisa
membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar
antara lain Facebook, Myspace, Plurk, dan Twitter. Jika media
tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media
sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang
tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback
secara terbuka, memberi komentar, serta membagikan informasi dalam
waktu yang cepat dan tidak terbatas.
Saat teknologi internet dan mobile phones semakin maju maka media
sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook
atau twitter, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja hanya dengan
menggunakan sebuah mobile phone. Dengan semakin cepatnya akses
28
informasi melalui media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena
besar terhadap arus informasi. Karena kecepatannya media sosial juga
mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita.
Kemajuan teknologi yang begitu pesat, kini media sosial tidak hanya
untuk berkomunikasi, membagikan foto dan sebagainya, namun
sekarang kita bisa melihat kegiatan teman-teman dunia maya
menggunakan media video live streaming. Live streaming merupakan
istilah yang mengacu pada kontent yang disiarkan langsung melalui
media internet. Live streaming dapat berupa video dan audio. Saat ini
layanan live streaming sudah terdapat pada media sosial, seperti
Instagram Stories,Facebook Live, Bigo Live dan masih banyak media
sosial lainnya.
E.Teori Perlindungan Hukum
Dalam suatu masyarakat terdapat suatu peraturan-peraturan atau kaidah–
kaidah yang sangat rapat, yaitu kaidah agama, kesusilaan dan kesopanan, yang
semuanya bersama-sama ikut berusaha dalam penyelenggaraan dan
perlindungan kepentingan masyarakat. Orang yang hidup bermasyarakat
mengadakan berbagai peraturan, sebagian untuk mengulangi peraturan-
peraturan yang telah ada, sebagian lagi untuk mengadakan yang baru, serta
menuntut akan ditaatinya peraturan-peraturan itu. Sifat yang khas dari
peraturan hukum ialah sifat memaksa, menghendaki tinjauan yang lebih
29
mendalam. Dimana saja terjadi kontak (hubungan), dibutuhkan perlindungan
hukum.20
Padanan kata Perlindungan Hukum dalam bahasa Inggris adalah Protection.
menurut kamus Bahasa Inggris, Oxford Dictionary Of Current English, kata
Protection diartikan sebagai: (1) protection or being protected... ;(2) system of
protecting..; (3) person or thing that protect. Kamus besar Bahasa Indonesia (
KBBI ) menyatakan perlindungan hukum adalah (1) tempat berlindung; (2)
perbuatan melindungi. Dalam Kamus Hukum Black’s Law Dictionary,
protection (n) diartikan: (1) the act of protecting, (2) protectionism, (3)
coverage..21
Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum atau
perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam
memberikan perlindungan dengan cara-cara tertentu, antara lain dengan:
1. Membuat peraturan (by giving regulation) bertujuan untuk:
a. Memberikan hak dan kewajiban
b. Menjamin hak dan kewajiban
2. Menegakan peraturan (by law enforcement) melalui :
a. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran konsumen, dengan perijinan
dan pengawasan;
20
Tarmizi dan Suryani, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya dalam Pembangunan,
Pena Grafika: Jakarta, 2012, hlm.27. 21
Wahyu Sasongko, Ketentuan- ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen,
Universitas Lampung: Lampung, 2007, hlm.30.
30
b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi pelanggaran,
dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman;
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak, dengan
membayar kompensasi atau ganti kerugian.22
Ketentuan hukum dan segala peraturan yang dibuat oleh masyarakat pada
dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur
hubungan perilaku diantara anggota-anggota masyarakat itu dan antara
perorangan dengan pemerintah dianggap mewakili kepentingan masyarakat.
Hukum berurusan dengan hak-hak dan kewajiban sehingga keseluruhan
bangunan hukum disusun dari keduanya itu. Semua jaringan hukum yang
diwadahi oleh hukum senantiasa berkisar pada hak dan kewajiban tersebut.
Hukum harus menentukan apa dan siapa saja yang bisa menjalankan dan
dikenal kedua kategori pengertian tersebut. Sekalipun hukum menentukan,
bahwa manusialah yang diakuinya sebagai penyandang hak dan kewajiban.
Selain perlindungan terhadap hak-hak diatas, maka dalam hal ini terdapat
perlindungan hukum khusus terhadap hasil karya cipta di bidang teknologi
informatika atau elektronik. Dalam Undang-Undang Hak Cipta terdapat
ketentuan baru yang perlu diuraikan, yaitu sebagai berikut:
a. Pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana
kontrol teknologi.
22
Wahyu Sasongko, Op. Cit., hlm.31.
31
b. Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap
produk-produk yang menggunakan saran produksi berteknologi
tinggi.
F.Kerangka Pikir
Penjelasan :
Hak Cipta merupakan Hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif. Saat ini perekaman film melalui video live
streaming sangat banyak sekali digunakan. Tingginya penggunaan teknologi
justru telah memberikan ancaman terhadap eksistensi karya cipta. Tentu hal
ini sangat merugikan pencipta dan pemegang hak cipta. Perlindungan hukum
bagi pemegang hak cipta dan pemegang hak cipta Film diatur dalam Undang-
Hak Cipta
Penayangan Live Streaming
Undang – Undang Hak Cipta
Film
Undang – Undang ITE
Akibat hukum
32
Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta & Undang-Undang No.19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Di dalam Hak
Cipta dikenal asas perlindungan otomatis (automatical protection) artinya
bahwa sebuah karya cipta tersebut memiliki hak cipta dan mendapatknya
perlindungan secara hukum.
Sehubungan dengan itu, maka penelitian ini akan mengkaji dan membahas
tentang Perspektif Undang-Undang Hak Cipta Dan Undang-Undang ITE
Terhadap Penayangan Film Bioskop Melalui Video Live Streaming.
33
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Soerjono Soekanto
berpendapat bahwa penelitian hukum dapat dibagi dalam23
1. Penelitian hukum normatif
a. penelitian terhadap asas - asas hukum;
b. penelitian terhadap sistematika hukum;
c. penelitian terhadap sinkronasi hukum;
d. penelitian sejarah hukum; dan
e. penelitian perbandingan hukum
2. Penelitian hukum sosiologis atau empiris, yang terdiri dari :
a. penelitian terhadap identifikasi hukum;
b. penelitian terhadap efektivitas hukum.
B.Sumber Dan Jenis Data
Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data
primer yang didapat melalui penelitian dan wawancara, serta data sekunder
23
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Press: Jakarta, 1990, hlm.15.
34
yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Bahan hukum primer diantaranya :
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Penyiaran.
2. Bahan hukum sekunder berupa buku, artikel, karya tulis, dan jurnal
yang dapat melengkapi bahan hukum primer.
3. Bahan hukum tersier yang dapat menunjang bahan primer dan
sekunder, contohnya kamus dan surat kabar.
C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolaan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penelitian ini adapun prosedur pengumpulan data
meliputi:
a. Studi terhadap lokasi penelitian, wawancara dengan pihak-pihak
penonton dan staff di bioskop Bandar Lampung.
b. Studi kepustakaan dengan menggunakan literatur untuk dibaca,
dikutip atau diteliti lebih lanjut oleh penulis.
35
2. Pengelolaan Data
Langkah yang akan digunakan penulis dalam mengelola data diantaranya
dengan pemeriksaan dan sistematisasi data. Karena penulis akan mengajukan
angket ataupun kuisioner secara khusus penulis akan menyertakan hasilnya
dalam bentuk tabulasi. Terhadap hasil wawancara dan berkas penelitian lainnya
akan dilakukan proses editing berdasarkan :
a. bahasan data;
b. keajegan data satu dan data lainnya; dan
c. relevansi data untuk menciptakan penyusunan skripsi yang
sistematis.
D. Analisis Data
Analisis data akan dilakukan secara kuantitatif dan kualititif. Secara kuantitatif
artinya menguraikan data dalam bentuk angka dan tabel, secara kualitatif
artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,
runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan
pemahaman dan interpretasi data.24
Penulis akan mengupayakan kelengkapan data agar penyusunan skirpsi ini
berkesinambungan dan dapat ditarik suatu kesimpulan hasil penelitian yang
khusus menggambarkan bagaimana keadaan sebenarnya dimasyarakat terkait
perlindungan hukum terhadap pembajakan film bioskop melalui video live
streaming.
24
Prof. Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti:
Bandung, 2004, hlm.172.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perspektif Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang ITE
terhadap penayangan film bioskop secara live streaming merupakan
sebuah perbuatan yang dilarang. Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang
ITE menjelaskan bahwa merekam secara diam-diam menggunakan
perangkat teknologi tertentu seperti kamera tersembunyi, alat
perekam video, maupun perekam suara dapat dikatakan sebagai
illegal interception. Sementara itu, Undang-Undang hak cipta
mengatur mengenai live streaming pada Pasal 40 ayat (1) tentang
subjek hak cipta yang harus dihargai hak eksklusifnya.
Didalam Pasal 25 Undang-Undang ITE, Informasi dan/atau
dokumen elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs
internet dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi
sebagai Hak Kekayaan intelektual. Banyak bentuk ciptaan saat ini
dapat dituangkan dalam media internet, sehingga Hak Cipta
memiliki korelasi dengan Undang-Undang ITE.
2. Akibat hukum terhadap film bioskop yang ditayangkan tanpa izin
secara live streaming diatur dalam Pasal 113 Undang-Undang Hak
65
Cipta dimana setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh tahun) dan/atau
pidana denda paling banyak Rp.4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah). Pasal 45 Undang-Undang ITE juga menegaskan setiap orang
yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik diancam pidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Undang-Undang Hak Cipta mengatur bahwa apabila terjadi sengketa
sebelum melakukan gugatan terlebih dahulu menggunakan jalur
mediasi. Selanjutnya jika jalur tersebut sudah dilakukan namun
belum mendapatkan penyelesaian sengketa pencipta dapat menuntut
dan mengajukan ganti rugi serta gugatan atas pelanggaran atas hak
ekonominya.
B. Saran
1. Penulis menyarankan kepada pencipta dan pemegang hak cipta
untuk melakukan kampanye anti pembajakan, contohnya membuat
short movie mengenai larangan terhadap penayangan film bioskop
melalui video live streaming dan memberikan pengetahuan terhadap
proses dibalik setiap pembuatan film memiliki dedikasi yang tinggi
untuk menghasilkan karya cipta yang baik.
66
2. Penulis menyarankan kepada Pihak Bioskop untuk lebih
mempertegas pengamanannya mengingat perkembangan teknologi
yang semakin pesat agar mengantisipasi perekaman pada saat
penayangan film bioskop.
3. Pentingnya penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta yang
ditimbulkan apabila seseorang melakukan perekaman film dibioskop
menggunakan media live streaming sesuai dengan Pasal 113
Undang-Undang Hak Cipta, yaitu dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh tahun) dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah), serta sanksi perdata
dengan tuntutan ganti rugi yang dapat dilakukan Pencipta dan
Pemegang Hak Cipta melalui alternatif penyelesaian sengketa,
arbitrase, atau pengadilan yang sesuai dengan pasal 99 Undang-
Undang Hak Cipta.
67
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku/Literatur
Budhijanto, Danrivanto. 2010. Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi
Informasi Regulasi & Konvergensi, Bandung: PT Refika Aditama
Effendy, Onong Uchjana.. 2000.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti.
Djumhana, Muhammad. 2007. Hak Milik Intelektual : Sejarah,Teori dan
Prakteknya Di Indonesia.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
M, Kaplan Andreas. 2010. "Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media". Business Horizons.
Mahadi. 1981. Hak Milik Dalam Sistem Hukum Perdata Nasional. Jakarta
Muchsin. 2003. Perlindungan dan kepastian hukum bagi investor di Indonesia.
Surakarta, Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret, 2003.
Muhammad, Abdulkadir. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Intelektual.
Bandung:PT.Citra Adtya Bakti.
Raharjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Ramli, M.Ahmad. 2010. Cyber Law & HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Riswandi, Budi Agus. 2009. Hak Cipta di Internet Aspek Hukum dan
Permasalahan di Indonesia. Yogyakarta : FH UII.
Saidin. 2013. Aspek Hukum Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
68
Sasongko, Wahyu. 2017. Ketentuan- ketentuan Pokok Hukum Perlindungan
Konsumen. Lampung: Universitas Lampung.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 1990. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta : Rajawali Press
Supramono, Gatot. 2012. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Suryani, dan Tarmizi. 2012. Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya dalam
Pembangunan. Jakarta: Pena Grafika.
Yustisia, Tim. Visi. 2015. Panduan Resmi Hak Cipta. Jakarta : Visimedia.
B. Undang-Undang :
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang – Undang No. 28 Tahun 2014, Tentang Hak Cipta.
Undang – Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang ITE
Undang – Undang No. 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman.
C. Internet
Ramli, M. Ahmad M. “Dinamika Konvergensi Hukum Telematika dalam Sistem
Hukum Nasional”. 16 November 2017.
http://www.djp.depkumham.go.id/hukum-telematika-dalam-sistem-hukum-
nasional.html.
Indonesia, CNN. “Sebar Cuplikan Film di Medsos Termasuk Pembajakan”. 15
November 2017. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170321034054-
220-201581/sebar-cuplikan-film-di-medsos-termasuk-pembajakan/.
Online, Hukum.“Ancaman Hukuman Bagi Pengunduh Film Bajakan”. 6 Februari
2017. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt509b40da6ae66/ancaman-
hukuman-bagi-pengunduh-film-bajakan
Online, Hukum. 15 Februari 2018.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57d7f88f8723d/terduga-pembajak-
film-warkop-dki-reborn-terancam-hukuman-berat.