penolakan jenazah non muslim di tanah makam...
TRANSCRIPT
i
PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH
MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM
PERSPEKRIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG
PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK
KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Ulfa Nur Khamidah
NIM : 211-14-018
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM
PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM
PERSPEKRIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG
PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK
KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Ulfa Nur Khamidah
NIM : 211-14-018
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
iii
iv
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Ulfa Nur Khamidah
NIM : 21114018
Judul : PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNTUK SARI
DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP
NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK
KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN.
dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi p erhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, September 2018
Pembimbing
Evi Ariyani, S.H., M.H.
NIP. 1973117200003200
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA Jl. Nakula Sadewa No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM
PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN
PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN
Oleh:
Ulfa Nur Khamidah
NIM: 21114018
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari senin, tanggal 24 September
2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana dalam hukum Islam.
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. ...........................................
Sekretaris Sidang : Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si. ….......................................
Penguji I : Farkhani, SH., MH. ……………………………
Penguji II : Luthfiana Zahriani, SH., M.H. ……………………………
Salatiga, 24 September 2018
Dekan Fakultas Syariah
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP. 19670115 199803 2002
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ulfa Nur Khamidah
NIM : 21114018
Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi : PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH
MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP
NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN
TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi
ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga
Salatiga, September 2018
Yang menyatakan
Ulfa Nur Khamidah
NIM: 211-14-018
vii
Motto
Berdoalah, (memintalah) kepada-Ku (Allah SWT), hendaknya kamu
berharam.
Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tidak berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang
kufur (terhadap karunia Allah)
(Q.S Yusuf)
viii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan karya ini.
Kupersembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. M.Yusuf dan Ibu Misriyati). Terima
kasih atas kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih
payah serta pengorbanan tanpa pamrih.
2. Saudara-saudaraku (Siti Tasdikoh,Mariya Ulfa,Mbk Halimah ,M.
Nauval,Najmudin,Laila Qadariah,Hasanudin) yang telah
memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu
kepadaku.
4. Ibu Evi Ariyani ,M H. selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Semua teman seperjuanganku prodi Ahwal Al-Syakhsyiyyah angkatan
2014.
6. Kepada Kepala Desa Kesongo yang telah mengizinkan melakukan
peneltian di Desa Kesongo Lor Tuntang.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana dalam hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Program Studi
Hukum Keluarga Islam. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
3. Bapak Sukron Ma’mun, S.H.I M.Si., selaku Ketua Program Studi Hukum
Keluarga Islam IAIN Salatiga.
4. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk selalu memberikan
pengarahan dan masukan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
5. Ahmad Zasuf S yang selalu menyemangatiku.
6. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.
7. Teman seperjuangan prodi Hukum Keluarga Islam angkatan 2014 IAIN
Salatiga.
8. Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terimakasih banyak telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
x
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta
perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan
hati, agar mudah dipahami.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu, baik bagi penulis sendiri ataupun bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, September 2018
Penulis
xi
ABSTRAK
Nur Khamidah, Ulfa. 2018. Penolakan Jenazah Non Muslim di Tanah Makam
Pungkruk Sari dalam Perspektif Hukum Islam dan PP No.9 Tentang
Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman.
Skripsi. Salatiga: Jurusan Syari’ah. Program Studi Hukum Keluarga Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Evi Ariyani,
S.H., M.H.
Kata Kunci: Penolakan, Pemakaman, Perspektif Hukum Islam dan PP No.9/1978
Penelitian ini merupkan upaya untuk mengetahui tentang adanya Penolakan
Jenazah Non Muslim di makam Pungkruk Sari Desa Kesongo. Fokus penelitian
yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Mengapa terjadi penolakan
pemakaman jenazah non muslim di tanah makam Punkruk Sari di desa Kesongo?,
(2) Bagaimana tinjauan hukum islam dan PP No. 9/ 1987 tentang penyedian dan
penggunaan tanah untuk keperluan tanah pemakaman terhadap penolakan jenazah
non muslim di tanah makam Pungkruk Sari desa Kesongo?. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut maka penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yang digunakan bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarka
data yang seteliti mungkin tentang keadaan atau gejala-gejala bisa berupa masalah
dalam bentuk lain seperti dokumen, foto, catatan. Pendekatan dalam penelitian
adalah pendekatan Yuridis-Normatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh dan sistematis melalui proses analisis dengan menggunakan
peraturan hukum, asas hukum, teori-teori hukum dan pengertian hukum.
Kesimpulan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah adanya faktor
Kepercayaan dan faktor adat dalam warga yang mendasari terjadinya penolakan
pemakaman yang berdasarka tinjauan dari pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 9 tahun 1987 tindakan warga terhadap penolakan pemakaman belum sesuai
bahwasannya dituliskan bahwa setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang
sama untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum serta memperhatikan
pengelompokan berdasarkan masing-masing pemeluk agama. Dan berdasarkan
hadis Basyir dan Ibnu Hazm tindakan warga terhadap penolakan pemakaman sudah
sesuai yang tidak mencampurkan atau tidak berdekatan pekuburan Muslim dengan
pekuburan Non Muslim.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
LEMBAR LOGO IAIN SALATIGA.......................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... v
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................. vi
MOTTO....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR.................................................................................. ix
ABSTRAK................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6
F. Telaah Pustaka ................................................................................. 7
G. Metode Penelitian .......................................................................... 10
xiii
1. Jenis dan Pendekatan .............................................................. 10
2. Lokasi Penlitian ....................................................................... 11
3. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 11
4. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................... 12
5. Analisis Data ........................................................................... 13
6. Pengeckan Kabsahan Data ....................................................... 14
7. Tahap – Tahap Penelitian ......................................................... 14
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 16
I Tinjauan Umum Makam Berdasarkan Hukum Islam ................... 16
1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumnya ......................... 18
2. Proses Terjadinya Tanah Makam ....................................... 21
II. Tinjauan Umum Makam dalam Undang-Undang ...................... 24
1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumnya ......................... 24
2. Pengelolaan tanah Tempat Pemakaman di Indonesia ....... 28
BAB III ANALISIS TERJADINYA PENOLAKAN JENAZAH NON
MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA
KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.
9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH
UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN ....................................... 33
A. Paparan Data ................................................................................. 33
1. Sejarah Desa Kesongo Lor ...................................................... 33
2. Visi dan Misi ........................................................................... 34
xiv
3. Letak Wilayah . ....................................................................... 34
4. Luas Wilayah .................... ..................................................... 35
5. Tanah Fasilitas Umum .......... ............................................... . 35
6. Perhubungan .......................... .................................................. 35
7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ........ . 35
8. Data Demografi ........................................ ............................... 36
9. Sejarah Makam ....................................................................... 45
10. Letak Geografis Tanah Makam .................... .......................... 45
11. Data Informan .......................................... ............................... 45
B. Hasil Wawancara .................................... ..................................... 47
C. Kronoligi Penolakan Jenazah Non Muslim Di Makam Pungkruk
Sari Desa Kesongo . ...................................................................... 49
BAB IV Analisis Terjadinya Penolakan Jenazah Non Muslim Di Tanah
Makam Pungkruk Sari Di Desa Kesongo Dalam Perspektif Hukum Islam
Dan PP No. 9/1987 Tentang Penyedian Dan Penggunaan Tanah Untuk
Keperluan Tempat Pemakaman ................................................................. ..... 51
A. Alasan Terjadinya Penolakan Jenazah Non Muslim Di Makam
Pungkruk Sari .. .................................................................................... 51
B. Tinjauan Hukum Islam dan PP No.9/1987 Tentang Penyedian dan
Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Pemakaman.............. .... . 52
BAB V PENUTUP........................................................................................ .... 58
A. Kesimpulan.................................................................................. ... 58
B. Saran............................................................................................ .... 59
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia .................................................. 36
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ...................................... 38
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................... 40
Tabel 4.4 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 43
Tabel 4.5 Struktur Pemerintahan Desa Kesongo ......................................... 43
Tabel 4.6 Tokoh Agama .............................................................................. 44
Tabel 4.8 Daftar Informan............................................................................ 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Diri
Lampiran 2 Daftar Nilai SKK
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 5 Surat Keterangan Tanah Makam
Lampiran 6 Lembar Konsultasi
Lampiran 7 Undang –Undang No.9 Tahun 1987 Tentang
Lampiran 8 Foto-Foto Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup dan menghembuskan nafas itu adalah hakikatnya yang sulit
dibantah dan hampir tidak di perselisihkan oleh manusia. Sedangkan
manusia terkadang tidak sadar setelah tidak menghembuskan nafas, akan
mengalami suatu proses yaitu kematian, yang mana proses itu terkadang
tidak diperhatikan oleh sekalian manusia, terkadang bahkan dilupakan.(
shihab Quraish, 2005: 18)
Banyak yang menganggap kematian kelenyapan, akhir dari
segalanya. Karena mati begitu menakutkan, kematian dipandang kekuatan
maha dahsyat yang siap merenggut eksistensi seseorang kapan saja dan
dimana saja. Ada satu makna kematian yang diajarkan oleh orang – orang
suci sepanjang sejarah dan bersumber dari Rasulullah SAW, yaitu kematian
sebagai proses penyucian dosa-dosa yang tidak bisa kita bersihkan
sepanjang hidup kita. Proses tersebut setelah kita dimakamkan.
Pemakaman merupakan persemayaman terakhir dari suatu jasad
bersemayam. Bisa saja itu merupakan tempat yang baik atau mungkin juga
tempat yang akan membawa ke suatu hal yang kurang baik. Pemakaman
merupakan kebutuhan setiap individu yang bernyawa karena pada
hakikatnya adalah makhluk yang bernyawa akan mati dan diburkan di
dalam tanah.
2
Pemakaman merupakan kebutuhan setiap individu yang bernyawa
karena pada hakiktnya adalah makhluk yang bernyada akan mati dan
dikuburkan di dalam tanah. Jumlah penduduk di Indonesia saat ini sudah
mencapai angka 237.641.326 jiwa, yang mencangkup mereka yang muslim
dan non muslimyang bertimpat tinggal di perkotaan dan di daerah pedesaan.
Dari data jumlah penduduk tersebut maka semua akan sama-sama mati dan
membutuhkan tempat pemakaman.
pemakaman dapat berubah menjadi satu masalah di masyarakat jika
kita salah memahaminya. Salah satu persoalan besar yang mengganggu
kerukunan umat beragama yang sudah lama berjalan dan dipupuk setiap saat
adalah pemisahan tempat pemakaman mayat. Di beberapa daerah seringkali
kita melihat gerbang makam bertuliskan TPU (Tempat Pemakaman Umum)
ditambah nama daerahnya, di situ tersirat bahwa pemakaman tersebut
dipakai atau digunakan oleh umum, semua kalangan bisa memakai. Ada
juga gerbang pemakaman yang bertuliskan khusus bagi penggunanya,
misalnya: Pemakaman Cina, yang di mana dikhususkan bagi orang-orang
Cina atau Tionghoa. Di sinilah timbul pertannyaan apakah baik atau tidak
jika pemakaman itu saling bersanding untuk setiap etnik dan agama.(
Sjafa’at ,1964:102)
Dalam dunia Islam pemakaman yang disesuaikan dengan agama
jenazah memang mendapatkan justifikasi dari ahli hukum Islam masa lalu
(fuqaha`). Dalam karya-karya fikihnya para fuqaha` mengklasifikasi non
muslim menjadi dua; non muslim yang memusuhi umat Islam (kafir harbi)
3
dan non muslim yang tunduk dan hidup berdampingan dengan umat Islam
(kafir dzimmi). Konsep demikian sesungguhnya tidak memiliki landasan
teologis, baik dari al-Quran, Hadis, maupun sejarah sahabat (atsar al-
shahabah). Rumusan ini murni berdasarkan kondisi sosial masyarakat di
mana para penulis kitab-kitab fikih itu hidup. Saat itu umat Islam di
sebagian daerah sedang menghadapi serangan dari daerah luar yang
kebetulan beragama lain, sehingga untuk membedakan mana kawan dan
mana lawan para fuqaha membahasakannya dengan “muslim” dan “kafir”,
bagi kafir yang masih memusuhi umat Islam disebutnya dengan “kafir
harbi”.
Pemisahan umat agama lain dari masyarakat muslim ini tidak hanya
dalam tataran istilah, melainkan juga dalam hak-haknya secara keseluruhan,
termasuk di dalamnya persoalan pemakaman jenazah. Menurut fikih klasik
non muslim dilarang dimakamkan di tempat yang berdampingan dengan
makam umat Islam kecuali dalam keadaan terpaksa (dlarurah) seperti tidak
ada tempat lain yang layak digunakan untuk pemakaman. Non muslim
dimaksud adalah kafir dzimmi, sedangkan bagi kafir harbi haram
dimakamkan, tapi harus dibuang jauh-jauh, disingkirkan dari daerah yang
dikuasai umat Islam.( Syihabuddin Al-Ramli ,1984 : 8)
Desa Kesongo sebagai desa budaya sangatlah sesuai dengan kondisi
lapangan yang ada. Salah satu diantara hal yang mencolok di masyarakat
Kesongo yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sebagian besar
masyarakat masih meyakini adat istiadat desa khususnya dalam
4
pemakaman. Keyakinan itu adalah larangan mencampurkan jenazah muslim
dengan jenazah non muslim didalam satu area pemakaman. Dengan adanya
keyakinan itu masyarakat Kesongo menolak adanya jenazah non muslim
utuk di makamkan di desa tersebut.
Berdasarkan fakta adanya penolakan yang dilakukan, maka penulis
tertarik untuk meneliti ingin dan mengkaji tentang permasalahan penolakan
pemakaman yang ada di Desa Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang. Sehingga penulis memberikan judul penelitian skripsi :
PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM
PUNTUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN
PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH
PEMAKAMAN.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa terjadi penolakan pemakaman jenazah non muslim di tanah
makam Punkruk Sari di desa Kesongo?
2. Bagaimana tinjauan hukum islam dan PP No. 9/ 1987 tentang Penyedian
dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tanah Pemakaman terhadap
penolakan pemakaman jenazah non muslim di makam Pungkruk Sari di
Desa Kesongo?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mengapa terjadi penolakan pemakaman jenazah non
muslim di tanah makam punkruk sari di Desa Kesongo.
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum islam dan PP No.9/1987
tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tanah
Pemakaman terhadap penolakan pemakaman jenazah non muslim di
makam Pungkruk Sari desa Kesongo.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dan manfaat dari penelitian ini diantaranya
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoristis:
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
kepada masyarakat tentang pandangan pemakaman.
b. Hasil penelitian ini nantinya akan berguna untuk masyarakat
sebagai penambah pemahaman terbaru untuk masa sekarang
dan masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Selain kegunaan manfaat teoristis, diharapkan hasil
penelitianini juga mampu memberikan manfaat secara praktis yaitu:
a. Bagi masyarakat
6
Dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat
mengenai mekanisme penyediaan lahan untuk pemakaman
umum.
b. Bagi fakultas
Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan literatur pada fakultas syariah.
E. Penegasan Istilah
Sebelum memulai penyusunan skripsi ini perlu penulis sampaikan
bahwa judul skripsi adalah PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI
TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO. 9/1987 TENTANG
PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN
TEMPAT PEMAKAMAN. Untuk menghindari kesalah fahaman
pengertian, maka penulis kemukakan perngertian serta sekaligus penegasan
judul skripsi ini sebagai berikut:
a. Tanah makam : tempat menguburkan mayat, tempat tinggal,
kediaman, bersemayam yang merupakan tempat persinggahan
terakhir manusia yang sudah meninngal dunia. (Puerwodarminto,
1993: 157)
b. non muslim : non ( tidak), muslim secara harfiah berarti
"seseorang yang berserah diri kepada Allah" termasuk segala
makhluk yang ada di langit dan bumi. Kata muslim hanya merujuk
7
kepada penganut agama Islam saja. Non muslim dalam penelitian
ini adalah beda agama (Non Islam)
F. Telaah Pustaka
Penulisan terdahulu dibutuhkan untuk menjelaskan, menegaskan,
melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis
lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu
penelitian terdahulu perlu di sebutkan dalam sebuah penelitian untuk
memudahkan pembaca melihan dan membandinkan perbedaan teori yang
digunakan dari perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan yang
lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir sama. Berikut ini
penelitian yang menyerupai topik tema yang hampir serupa dengan
skripsi ini:
Skripsi Davit Ardiyanto Nugroho yang berjudul “ Penggunaan Tanah
Wakaf Pemakaman untuk Kepentingan Umum di Dusun Dogaten Desa
Sukorejo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang” (Studi
Komparasi antara Hukum Isalam dan Hukum Adat). Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga yogyakarta,2016. Dalam penelitian tersebut terdapat
rumusan masalah, yaitu:
1) Bagimana pandangan hukum Adat dan hukum Islam tentang kasus
pendayagunaan tanah makam wakaf didusun Dogaten?
2) Apa perbedaan dan persamaan konsep penggunaan tanah wakaf di
dusun Dogaten menurut hukum adat yang berlaku dan hukum Islam?
8
Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut:
1) Bahwa aturan pemanfaatan tanah wakaf khususnya tanah
makam dalam hukum adat dusun dogaten dan hukum Islam tidak
bisa dilepaskan rukun dan syarat yang harus dipenuhi, walaupun
syarat dan rukun berbeda. Dalam pandangan adat dusun Dogaten
kaitanya pemanfaatan tanah wakaf makan lebih terkesan
komersial dan tidak ada sekat atau lebih terkesan campur,
siapapun berhak tanda melihat etnis agama, selama memenuhii
syarat diperbilehkan. Adapun pemanfaatan tanah wakaf menurut
agama Islam yaitu hanya untuk kepentingan agama Islam secara
umum, dan bagi agama yang lainnya tidak mempunyai hak
untuk mengambil manfaat dari tanah wakaf tersebut. Agar apa
yang menjadi tujuan visi maupun misi bagi orang yang
mewakafkan tanah tersebut tercapai sesuai dengan substansi dari
wakaf itu sendiri dan tidak di salah artikan dan tidak di salah
gunakan.
2) Bahwa antara hukum Islam dan hukum Adat dusun Dogaten
kaitannya terhadap pemanfaatan tanah wakaf makam keduanya
memiliki persamaan dan perbedaan konsep yang signifikan.
Persamaan dalam keduanya yaitu: bahwa hakekat atau
penggunaan tanah wakaf makam untuk kepentingan pribadi,
bahwa penggunaan tanah wakaf makam untuk kepentingan
9
ummat atau orang banyak, bahwa penggunaan tanah wakaf
makamm harus atas seizin dari pengurus makam, supaya terdata
dengan rapi. Adapun perbedaan bahwa dalam hukum Islam tidak
ada aturan yang bersifat pembayaran materi, semua bersifat non
komersial dan non meteri semua tanpa imbalan yang tujuannya
tidak lain hanya berniat mendekatkan diri kepada Allah SWT
guna untuk kepentingan agama Islam. Sedangkan dalam tradisi
di dusun Dogaten kaitanya pemanfaatan tanah wakaf makam
masih ada transaksi keuangan dan masih ada percampuran
pemanfaatannya bagi agama selain Islam.
Skipsi FirmansyahM. Dini Handoko, Institut Agama Islam
Negeri Metro yang berjudul “ Analisis Pemakaman Multi Etnik dan
Multi agama di Kota Metro”. Dalam penelitian tersebut terdapat
rumusan masalah, yaitu:
1) Bagaimana analisis pemakaman multi entik dan agama di Kota
Metro?
Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas
sebagai berikut:
1) Pemakaman umum 21 merupakan campuran agama yang
ada di Kota Metro. Hal ini menunjukan betapa
beragamnya warga Kota Metro dan betapa tolerannya
mereka. Namun disatu sisi, hal ini dapat menyebabkan
konflik jika mereka salah memahami. Dari beberapa
10
hadis tentang jenazah dan pemakaman, maka dapat di
ketahui bahwa pemakaman umum 21 layak sebagai
pemakaman umum. Namun ada beberapa hadis yang
mengatakan bahwa pemakaman yang baik bagi orang
muslim adalah yang dekat dengan sesama muslim atau
seseorang yang semasa hidupnya menguasai tentang
ilmu agama.
Dari beberapa skripsi yang telah penulis paparkan di atas,
terdapat perbedaan dengan skripsi yang penulis kerjakan. Adapun
perbedaan tersebut terletak pada fokus penelitian. Pada penelitian
ini, Penulis fokus pada bagaimana pengelolaan tanah makam dalam
masyarakat, kemudian dikaitkan dengan hukum Islam dan Undang-
undang PP No 9/1987 tentang penyedian dan penggunaan tanah
untuk keperluan tempat pemakaman.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekata Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan deskrip
tif kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, ucapan atau tulisan perilaku yang dapat diamati orang-orang
(subyek) itu sendiri. (Salim, 1991:781) Penelitian deskriptif yang
bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan
karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. (Azwar, 2007:7)
11
Pendekatan empiris adalah penelitian yang fokus meneliti suatu
fenomena atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan
menghimpun kenyataan yang terjadi serta mengembangkan konsep
yang ada. (Zainal Asikin, 2004:24).
2. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kesongo Lor Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Pemakaman Pungkruk Sari menjadi
sasaran Objek penelitian
3. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu:
a. Sumber primer adalah sumber data yang dibutuhkan untuk
memperoleh data-data yang berkaitan langsung dengan objek
peneliti, sumber primer disini diambil dari beberapa informal kunci,
sedangkan yang dimaksut informal kunci adalah partisipan yang
karena kedudukannya dalam komunikasi memiliki pengetahuan
khusus mengenahi orang lain, proses maupun peristiwa secara luas
dan terperinci dibandingkan orang lain (Serosa, 2012:59). Dalam hal
ini keterangan diperolah dari pihak petugas kelurahan desa
Kesongo, keluarga dari jenazah non muslim dan warga desa
Kesongo.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian. (Azwar,
12
2007 : 91) Dalam memperoleh data sekunder biasanya berwujud
data dokumentasi atau laporan yang tersedia. Peneliti menggunakan
Hukum Islam dan Undang-Undang (UU) tentang pemakaman
sebagai sumber resmi.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan lebih mudah.(Ridwan,2004:137)
Peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
cara bertanya langsung.Dalam wawancara ini terjadi interaksi
komunikasi antara pihak penulis selaku penanya dan selaku pihak
yang diharapkan memberikan jawaban.Yakni suatu komunikasi
yang bertujuan memperoleh informasi secara sistematis menggali
informasi secara mendalam mengenahi pengelolahan tanah
pemakaman yang ada di Desa Kesongo .Wawancara di laksanakan
pada pengelolaan tanah pemakaman untuk mengetahui pengelolaan
tanah makam tersebut.
b. Dokumentasi
13
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
menguntip dan meneliti dukumen –dokumen, catatan-catatan dan
arsip. Penulis menggali data tentang gambaran umum tanah
pemakaman di Desa Kesongo yang diperoleh dari arsip kemudian
dianalisis sebagai data pelengkap hasil wawancara.
5. Analisis Data
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis
dalam penelitian.Penelitian ini bersifat kualitatif dengan penelitian ini
digunakan metode induktif.
a. Metode induktif
Metode menarik suatu kesimpulan yang umum atau dasar
pengetahuan tentang hal-hal yang khusus terhadap hal-hal atau
peristiwa- peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi yang bisa digenerasikan.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan- pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas
dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengang
pernyatan yang bersifat umum.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, data mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk
mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik pemeriksaan
14
keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2009:330). Untuk
melakukan triangulasi yaitu keterangan informan dicek dengan
informan lainnya, kemudian keterangan informan dicek dengan
observasi dan dokumentasi
7. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui berbagai tahap. Tahap
Pertama Pra lapangan, penelitian menentukan topik penelitian, mencari
informasi tentang makam di desa kesongo. Selanjutnya, Penelitian
melakukan wawancara kepada beberapa warga di desa Kesongo untuk
meminta keterangan tentang faktor penyebab adanya penolakan jenazah
non muslim di makam Pungkruk Sari desa Kesongo. Tahap terakhir yaitu
penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis data temuan
kemudian memaparkan dengan pendekatan yuridis empiris.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan yang lebih lanjut dan jelas
dalam membaca penelitian disusunlah sistematika penulisan penelitian ini
sebagai berikut:
Bab pertama:Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka,
penegasan istilah, metode penelitian yang berisi tentang jenis pendekatan
Penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
15
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berisi teori tentang gambaran umum tatanan pemakaman
dalam Islam yang meliputi pengertian makam, proses terjadinya makam,
dasar hukumnya. Selain itu juga membahas pemakaman dalam Undang-
Undang yang meliputi pengertian makam, pengelolaan, dasar hukumnya.
Bab ketiga, bab ini berisi tentang profil Desa Kesongo, sejarah
makam Pungkruk Sari, hasil wawancara kepada pejabat kelurahan Desa
kesonog, keluarga dari jenazah non muslim yang ditolak, tokoh masyarakat.
Bab keempat, merupakan hasil analisis penulis mengenahi apakah
pandangan warga terhadap penolakan jenazah non muslim di makam
Pungkruk Sari di desa Kesongo sudah sesuai dengan ajaran Isalam dan
pandangan Perundang- undangan atau tidak.
Bab kelima, merupakan bagian terakhir dari skripsi ini, yang terdiri
dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Makam Berdasarkan Hukum Islam
1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumnya
16
Kata kuburan berasal dari kata dasar kubur, berasah dari bahasa
arab, yang berarti memendam memasukan,melupakan mengebumikan
Kata makam juga berarti tempat, tempat tinggal, kediaman. Kubur
berasal dari bahasa arab adalah karta kerja yang berarti menanam atau
memendam sesuatu biasanya jenazah seseorang atau bangkai hewan
didalam tanah. Kuburan atau pekuburan adalah tempat dimana jenazah-
jenazah dikuburkan juga disebut pemakaman.
Ada beberapa aturan yang terkait dengan kuburan yang
dikemukakan para ahli fikih berdasarkan sunah Rasulullah SAW.
Menguburkan mayat bertujuan agar tidak bauyang tidak sedap dari
mayat. Lubang kubur harus luas panjang dalam dan lebar sesuai dengan
sabda Rasullah SAW “Galilah kuburan lebarkan dan
dalamkan(kuburan) itu”(HR at-Tirmizi).Dianjurkan untuk membuat
lahad jika tanah kuburan keras yaitu lubang khusus di dinding samping
lubang kubur ukuranya cukup untuk memiringkan mayat ke arah kiblat
dalam dalam keadaan tidur. Posisi mayat munutur ulama Mazhab
Syafi’i dan Hambali wajib di hadapkan ke kiblat alasanya karena
RasulullahSAW sendiri ketika dikuburkan dihadapkan ke kiblat.
Disunahkan bagi orang yang mengikuti jalannya pemakaman untuk ikut
menimbun kuburan walaupun hanya beberapa gumpal tanah. Mahkruh
hukumnya membuat kuburan seperti bangunan menandai dengan tulisan
.Alasanya adalah hadis Rasulluah SAW dari Jabri bin Abdullah yang
menyatakan :”Rasullah melarang membangun kuburan menulis tulisan-
17
tulisan di kuburan dan membuatnya seperti kubah
masjid(HR.Muslim).Dilarang meletakkan alat penerangan sesuai
dengan hadis berikut “Allah melaknat orang yahudiyang menjadikan
kuburan sebagai tempat sujud dan memberikannya alat penerangan.
Para ahli fiqih telah sepakat bahwa memakamkan atau
menguburkan jenazah hukumya adalah fardhu kifayah sebagaimana
halnya memandikan, mengkafani dan menshalatkan.Kewajiban
mengkuburkan ditetapkan berdasarkan al-qur’an berdasarkan surat al
Mursalat ayat 25-26
*“ ألم نجعل الأرض كفاتا * أحيآء وأمواتا
yang artinya “ bukanlah kami menjadikan bumi ( tempat)
berkumpul orang-orang hidup dan orang-orang mati.Selain iti dalam
surat Abasa ayat 21 artinya “ kemudian Dia mematikannya dan
memasukannya kedalam kubur”.
Hikmah dari persyariatan penguburan mayat itu ialah agar
kemuliaan dan kehormatannya sebagaim manusia dapat diperlihatkan
tidak menyerupai bangkai hewan karena Allah SWT telah menjadikan
manusia sebagai makhluk-nya yang mulia.
Menguburkan jenazah hukumya wajib kifayah meskipun
jenazah non muslim.Rasulullah SAW memerintahkan dan sekaligus
sering turun tangan melaksanakan penguburan.Didalam hadisyang
antara lain dari Abu Talhah diriwayatkan oleh Al-
18
Bukhari.Muslim,Ahmad, dan An-nasai.Selanjutnya dari Abdullah bin
Umar riwayat ahmad dan Al-Bukhari diriwayatkan:
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW pada hari Badar
memerintahkan (penguburan) dua puluh empat bangkai- bangkai kafirin
Quraisy lalu mereka menggusur kaki-kakinya dan dilempar kedalam
lembah diantara lembah-lembah Badar yang sangat kotor dan bau,
bangkai-bangkai itu saling bertumpukkan”(H.R Ahmad, Al-Mausuatul).
2. Proses terjadinya tanah makam
Mati adalah perpindahan dari alam ke alam lain.Dalam
sejarah kematian dalam al-quran pada surat Al- Maidah ayat 27-31
yang terjadi pada anak anak nabi Adam a.s . Pada saat itu beliau
mempunyai 2 putra yang bernama Qabil dan Habil dan 2 orang putri
yang bernama Iqlimah dan Labudah.Iqlimah dan qabil adalah
saudara kembar begitu pula Labudah lahir kembar dengan Habil.
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam
(Qabil dan Habil) ketika keduanya mempersembahkan kurban maka
diterima dari salah seorang dari merekaberdua (Habil) dan tidak
diterima yang lain (Qabil)”.
Ia berkata (Qabil):” Aku pasti membunuhmu!”.Berkata
Habil:”Sesungguhnya Allah hanya menerima( kurban) dari orang –
orang yang bertaqwa”.Sesunggunya kalau kamu kamu
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah”.
19
“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan
membawa dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri makam kamu
akan menjadi penghuni neraka dan yang demikian itulah
pembalasan bagi orang-orang yang zalim”.
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya. Sebab itu dibunuhnyalah maka jadilah ia
seorang diantara orang-orang yang merugi.Kemudian Allah
menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya
menguburkan mayat saudaranya.Berkata Qabil:”Aduhai celaka aku
, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu
aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini.Karena itu jadilah dia
seorang di antara orang-orang yang menyesal”.
Pada ayat 27 di jelaskan bahwa sebab terjadinya perselisihan
Qabil dan Habil adalah “kecantikan” Iqlimah yang diperebutkan
sehingga Qabil berani melanggar suat hukum yang telah di tetapkan
.Hal ini membuat keresahan mendalam dan berlarut-larut bagi Nabi
Adam a.s selaku orang tua mereka.Hingga datangnya petunjuk Allah
permintaan kurban bagi kedua saudara tersebut dengan ketentuan
kurban yang diterima berhak atas Iqlimah.Habil mempersembahkan
seekor domba sedangkan Qabil mempersembahkan gandum karena
ia seorang petani dan tanpa peduli diterima atau tidak sedangkan
Habil adalah seorang peternak yang dengan ternaknya ia
20
menyembahkan seekor domba terbainya dengan penuh harap dan
dengan hati yang rihdo bahkan seperti kata Ismail din Rafi’ bahwa
satu-satunya harta yang disayanginya adalah domba tersebut.
Menurut Al-Sadiy bahwa sebelum Qabil bermaksut
membunuh Habil, Habil telah berada di puncak sebuah gunung dan
pada suatu kesempatan Qabil mendatanginya sedangkan Habil
dalam keadaan tidur maka ia pun memanfaatkan keadaan tersebut
dengan mengangkat sebuah batu yang cukup besar dan
menimpakannya diatas kepala Habil yang membawa kepada
kematiannya.
Lalu Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang
saling membunuh dan salah satunya mati terbunuh dan yang lainya
menggunakan cakarnya menggaruk-garuk tanah membuat lubang
untuk menanam kawanya itu.Kemudian Qabil melakukan seperti itu
terhadap saudaranya.Perbuatan tersebut kemudian menjadi sunnah
(tradisi) dikalangan Bani Adam untuk menguburkan mayat.Dalam
Al-qur’an disebutkan yang artinya:
”Kemudian Allah mematikannya dan menguburkannya
.”(Abasa:21).
Maksutnya Allah Ta’ala membuat kubur yang menutupi
jasadnya sebagai penghormatan terhadapnya. Allah Ta’ala tidak
membiarkan mayat manusia tergeletak begitu saja di atas tanah lalu
dimakan burung dan binatang-binatangpemakan bangkai.
21
Adapun menurut Abu ubaidah,”Allah menjadikan kubur
untuk mayat manusia,dan menyuruh supaya mayat itu dikubur. ”Dan
dia katakan pula,takala Umar bin Hubairah membunuh Shalih Bin
Abdurrahman, maka berkatalah Bani Tamim saat menemukan
mayatnya, ”Maka Umar berkata,”Ambillah dia.
3. Proses Pemakaman Dalam Islam
Menurut Hukum Islam ketentuan-ketentuan yang wajib
dilakukan terhadap suatu mayat bagi orang-orang masih hidup.
Maka ada beberapa kewajiban yang berhubungan antara yang masih
hidup dengan mayat apabila seorang muslim meninggal maka fardu
kifayah atas orang hidup. Menyelenggarakan 4 perkara yaitu :
memandikan mayat, mengkafani mayat, mensalatkan mayat dan
mengkubur mayat.
Di Indinesia yang notabenenya adalah minoritas Islam
tentunya banyak kuburan muslim yang ada diwilayah Indonesia.
Dalam Islam ada aturan dalam membuat makam terutama untuk
ukuran makam yang dianjurkan untuk tidak berlebihan yakni sesuai
dengan tubuh jenazah yang dimakamkan.Untuk ukuran orang
muslim banyak ulama yang menganjurkan bahwa memakamkan
sebaiknya dengan membuat ukuran 2x1 meter saja yang mana pas
sekali untuk ukuran tubuh manusia Indonesia yang tak banyak
mendekati 2 meter.
22
Selain masalah ukuran tentu saja ada masalah yang lebih lagi
yakni terkait membangun makam. Menurut Hadist Nabi yang
diucapkan oleh banyak ulama bahwasanya membangun makam
tidaklah diperbolehkan. Makam memang tidak boleh dibangun,
diduduki dan dihias.
Tentunya disetiap larangan ada penjelasan. Alasan tidak bisa
dibangun makamnya karena lahan makam yang akan semakin
menyempit. Alasan tidak boleh mewarnai nisan adalah karena
melebih-lebihkan juga untuk alasan membangun makam.
Selanjutnya tentu saja menduduki jenazah meskipun dalam tanah
sangatlah tidak sopan. Biasanya kuburan Muslim memang sanagt
berdekatan sehingga sangat sulit untuk menemukan tempat berpijak
yang mana bukan makam.sehingga banyak yang menduduki makam
saat berziarah.
Disebutkan dalam hadis dari Basyir – pembantu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam – beliau bercerita:
صلى الل عليه وسلم مره بقبور المش ركين فقال : ) لقد سبق هؤلاء بينما أنا أماشي رسول الله
خيرا كثيرا ( ثلاثا ، ثمه مره بقبور المسلمين فقال : ) لقد أدرك هؤلاء خيرا كثيرا (
Ketika saya sedang berjalan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, kami melewati kuburan orang musyrikin. Lalu beliau
bersabda:“Mereka tertinggal untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.”
Beliau ucapkan 3 kali
23
Kemudian beliau melewati kuburan kaum muslimin, kemudian
beliau mengatakan,“Mereka telah mendapatkan kebaikan yang banyak.
” (HR. Ahmad 20787, Abu Daud 3230 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Berdasarkan hadis ini, ulama sepakat bahwa pemakaman kaum
muslimin dan non-muslim harus dipisahkan. Kecuali jika dalam kondisi
darurat. Bahkan banyak diantara mereka yang menyatakan, haram
menggabungkan pemakaman muslim dengan non-muslim.
Kita akan melihat beberapa pernyataan mereka, Keterangan Ibnu Hazm,
عمل أهل الإسلام من عهد رسول الل صلى الل عليه وسلم أن لا يدفن مسلم مع مشرك
Kaum muslimin sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mereka tidak memakamkan muslim bersama orang musyrik.
Kemudian beliau membawakan hadis Basyir. Kemudian beliau
mengatakan,
فصح بهذا تفريق قبور المسلمين عن قبور المشركين
Berdasarkan hadis ini, sikap yang benar adalah memisahkan
kuburan kaum muslimin dengan kuburan orang musyrik. (al-Muhalla,
5/143).
Keterangan an-Nawawi mengatakan,
اتفق أصحابنا رحمهم الل على أنه لا يدفن مسلم في مقبرة كفار ، ولا كافر في مقبرة مسلمين
Ulama madzhab kami (syafi’iyah) – rahimahumullah – sepakat
bahwa orang islam tidak boleh dimakamkan di kuburan orang kafir, dan
juga orang kafir tidak boleh dimakamkan di kuburan kaum muslimin. (al-
Majmu Syarh al-Muhadzab, 5/285).
24
Dengan demikian hukum tanah pemakaman muslim yang dilakukan
oleh orang Islam, dalam praktiknya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang
ditentukan oleh syariah dalam hukum hukum islam. Oleh karena itu, penulis
akan membahas semua aspek yang berkaitan dengan tanah pemakaman
khususnya tanah pemakaman non muslim yang berada di area makam
muslim .
B. Tinjauan Umum Makam dalam Undang -Undang
1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumya
Tanah makam merupakan kebutuhan umat atau orang banyak yang
hakikatnya dilindungi oleh Negara mengenahi pemakaman diatur
didalam Peraturan Pemerintahan No.9 tahun 1987 tentang Penyediaan
dan penggunaan Tanah untuk Keperluan Tampat Pemakaman.
Menurut Pasal 5 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1987
Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat
Pemakaman menyatakan bahwa:“ pengelolaan tempat pemakaman
umum yang terletak di kota dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang
bersangkutan berdasarkan Peraturan Pemerintah tingkat II. Sedangkan
pengelolaan tempat pemakaman bukan umum dilakukan oleh suatu
badan atau badan hukum yang bersifat sosial atau keagamaan dengan
ijin kepada Pemerintah Daerah tingkat II yang bersangkutan “.
Pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1987 tentang
Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat
Pemakaman menyatakan bahwa: “Dalam pembangunan pemakaman
25
tersebut pengelola dilarang melakukan penggunaan tanah yang
berlebih-lebihan dalam arti dilarang pemakaman yang dibuat
sedemikian rupayang mengarah pada pemborosan yang mengakibatkan
kesurakan pada sumber daya alam dan terganggunya keseimbangan
hidup”.
Sehubungan dengan semakin langkanya sebagai akibat
pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan maka perlu
pengaturan tanah untuk masyarakat. Berbagai permasalahan pertanahan
yang dihadapi menjadi upaya penyedian tanah utnuk perluasan makam
ataupun penyediaan lahan baru untuk pemakaman semakin sulit,karena
hal tersebut.
Secara eksplisit permasalahan penggunaan tanah telah di atur
jelas di dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa Bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.Kata-
kata “dikuasai” kadang masih menimbulkan interpretasi. Sekilas kata
dikuasai menunjukan Negara adalah pemiliknya padahal tidak
demikian. Pada penjelasan umum Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) disebutkan juga bahwa negara (pemerintah) dinyatakan
menguasai hanyamenguasai tanah. pengertian tanah “dikuasai”
bukanlah berarti “dimiliki” akan tetapi adalah pengertian yang memberi
wewenang tertentu kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan. hal ini
26
dirumuskan secara tegas di dalam Pasal 2 ayat 2 UUPA yang
menegaskan kewenangan negara adalah :
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan atau pemeliharaannya.
2. Menentukan hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi,
air dan ruang angkasa itu.
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air
dan ruang angkasa, segala sesuatunya dengan tujuan untuk
mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam masyarakat
adil dan makmur.
Pemanfaatan tanah secara efektif selaras dengan ketetapan MPR
Nomor II /MPR/1983 Bab IV Pola Umum Repelita IV sub D27 yang
memerintahkan “pemanfaatan tanah harus sungguh-sungguh membantu
usaha meningkatkan kesejahteraan rakyatserda dalam rangka mewujudkan
keadilan sosial. Sehubungan itu perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan
penataan kembali penggunaan ,penguasaan dan pemilikan tanah
termasukpengadilan hak atas tanah”.
Pemakaman atau kuburan adalah sebidang tanah yang disediakan
untuk kuburan. Pemakaman bisa bersifat umum (semua orang bisa di
makamkan disana) maupun khusus misalnya :
a. Pemakaman menurut Agama
27
Pemakaman yang hanya di peruntukkan oleh sesama agama
misalnya: pemakaman muslim(pemakaman untuk orang yang
beragama islam ), pemakaman khatolik , pemakam Kristen .
b. Pemakaman Pribadi milik keluarga
Pemakaman yang hanya untuk keluarganya saja. Pemakaman ini
biasanya dalam satu petak yang diperuntukkan untuk keluarganya
saja tidak bisa orang lain.
c. Pemakaman Tanah Makam Pahlawan
Tanah pemakaman yang khusus yang hanya untuk pejuang
(pahlawan) raja-raja, para Wali. ( Suandra Wawan, 1994: 116)
Dalam usaha melaksanakan ketetapan MPR Nomer II/MPR/1983
dan Undang-Undang Nomer 5 tahun 1996 terhadap penyediaan dan
penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman ternyata banyak
menemui permasalah di berbagai segi yaitu:
a. Lokasi tanah tempat pemakaman ternyata banyak yang terletak
ditengah-tengah Kota atau berada pada pemukiman yang pada
tpenduduk.Sehingga tidak sesuai dengan perencanaan pembangunan
daerah.
b. Pemborosan pemakaian tanah untuk keperluan tempat pemakaman
karena belum diatur mengenahi pembatasan tanah bagi pemakaman
jenazah seseorang.
c. Kurang diperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup.
(Jayadinata, 2002:171)
28
Keadaan yang demikian yang bertentangan dengan usaha dan tujuan
pemerintah untuk mewujutkan tata tertib dibidang pertanahan yaitu:
a. Penggunaan tanah tidak menjurus pada pemborosan yang
mengakibatkan kesurakan pada sumber daya alam dan terganggunya
keseimbangan lingkuan hidup.
b. Pemenuhan kebutuhan tanah untuk keperluan tempat pemakamansecara
serasi dan seimbang mengingat persediaan tanah yang ada pada
kenyataanya terbatas sedangkan kebutuan negara masyarakat terus
meningkat
2. Pengelolaan tanah tempat pemakaman di Indosenia dapat dibedakan
beberapa macam:
1. Tempat Pemakaman Umum
Tempat pemakam umum biasa disingkat TPU merupakan
kawasan tempat pemakaman yang biasanya dilaksanakan oleh
Pemerinta Daerah dan atau Pemerindah Desa di mana areal tanah
tersebut disediakan untuk pemakaman jenazah bagi seluruyh anggota
Masyarakat dengan tidak membedakan Agama ,Bangsa dan
Kewarganegaraanya. Bagi jenazah yang tidak jelas identitasnya maupun
agamanya penguburanya ditempatkan didalam lingkungan tertentu di
tempat makam umum tersebut. Pengaturan atas tempat pemakaman
umum dilakukan oleh Pemerintahan Daerah setempat dan
29
memperhatikan situasi dan kondisi adat istiadat masyarakat setempat.
Areal tanah untuk keperluan Tempat Pemakaman Umum diberikan
status hak pakai selama di pergunakan untuk keperluaan pemakaman.
(Suandra Wawan, 1994: 120)
2. Tempat Pemakaman Bukan Umum
Tempat pemakaman itu juga disebut tempat pemakaman partikelir
yang hanya dikelola oleh swasta dan hanya dimungkinkan utnuk suatu
badan hukum atau yayasan yang bergerak dibidang sosial atau keagamaan
dengan berpedoman pada ketentuan Pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah
Daerah lebih aktif perannya dalam menentikan izin lokasi tersebut yang
diserasikan dengan rancangan pembangunan Daerah. (Suandra Wawan,
1994: 121)
3. Tempat Pemakaman Khusus
Tempat pemkaman ini biasanya meruoakan makam yang
mempunyai nilai sejarah dan budaya seperti makam wali, makam para
Pahlawan, makam para Raja-raja. (Suandra Wawan, 1994: 122)
4. Krematorium
Yaitu tempat pengabuan jenazah yang pelaksanaanya dilakukan
oleh Pemda, masyarakat ataupun badan hukum/yayasan yang bergerak
dibidang sosial atau agama yang dengan memperhatikan persyaratan yang
ditetapkan oleh Pemda. (Suandra Wawan, 1994: 123)
5. Tempat penyimpanan jenazah
30
Di beberapa tempat di Indonesia ada beberapa masyaratak hukum
adat tidak menguburkan jenazah di dalam tanah melainkan menyimpatnya
di lobang-lobang, goa-goa ataupun ditempat terbuka sepanjang adat tersebut
masih ada dan berlaku pada suatu kelompok masyarakat maka Pemda yang
menentukan lokasinya. Penentuan lokasi pemakaman umum oleh Pemda
tersebut harus mendapatkan persetujuan dari DPRD dan Mentri Dalam
Negri. (Suandra Wawan, 1994: 124)
Izin Mendirikan Bangunan secara umum diatur dalam Peraturan
Menteri dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemberian Izin Mendirikan Bangunan. Bangunan pemakaman menurut
peraturan ini adalah salah satu jenis bangunan gedung dengan fungsi
sosial seperti yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 5 Peraturan Menteri
dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Pedoman Pemberian Izin
Mendirikan Bangunan.
Fungsi sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d terdiriatas bangunan olahraga, bangunan pemakaman, bangunan
kesenian/kebudayaan, bangunan pasar tradisional, bangunan
terminal/haltebus, bangunan pendidikan, bangunan kesehatan, kantor
pemerintahan, bangunan panti jompo, panti asuhan dan lain-lain
sejenisnya.
Hal ini berarti bahwa untuk membangun bangunan pemakaman
perlu adanya izin mendirikan bangunan pemakaman yang lebih jelas
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987 tentang
31
Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat
Pemakaman.
Menurut Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987
tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat
Pemakaman, dituliskan bahwa setiap orang harus mendapatkan perlakuan
yang sama untuk dimakamkan ditempat pemakaman umum serta
memperhatikan pengelompokan berdasarkan masing-masing pemeluk
agama agar terciptanya ketertiban dan keteraturan tempat pemakaman
umum maupun tempat pemakaman bukan umum dengan memperhatikan
luas area yang ditetapkan pemerintah untuk pemakaman jenazah yaitu
untuk penggunaan tanah untuk pemakaman jenazah seseorang baik
ditempat pemakaman umum maupun tempat pemakaman bukantempat
pemakaman karena tidak ditaatinya aturan pembatasaan tanah untuk
didirikan pemakaman seseorang, dipakainnya tanah tanah subur untuk
tempat pemakaman kurang diperhatikan keserasian dan keselarasan
lingkungan hidup, kurang memadainnya upaya pencegahan pengrusakan
tanah.
Peraturan tentang bangunan pemakaman sebenarnya secara jelas
mengatur bagaimana mendirikan bangunan pemakaman yang baik dan
benar agar terpeliharanya lingkungan dan tata ruang di Negara ini. Saat
ini tinggal bagaimana dari pemerintah mempertegas pemberlakuan
peraturan ini dengan tidak pandang bulu serta masyarakat yang dengan
tertib mau tunduk pada peraturan yang ada agar kebutuhan dan
32
penggunaan tanah dapat digunakan dan tercukupi dengan baik oleh
masyarakat.
BAB III
PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM
PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO. 9/1987 TENTANG
PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK
KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN
33
A. Profil Desa
1. Sejarah Desa Kesongo Lor
Dahulu didaerah pedesaan yang subur, tumbuhan yang
menghijau di atas tanah yang datar ditumbuhi pohon dan semak yang
masih lebet, datanglah seorang pendatang dari Singosari singgah di desa
yang belum punya nama itu karena orang tesebut ingin berdomisili
didesa itu maka dia ingin memberik nama desa tersebut selanjutnya
orang tersebut jalan –jalan mengelilingi desa, menemukan sembilan
mata air maka orang tersebut terinspirasi menamai desa tersebut Desa
Kesongo selanjutnya orang tersebut pergi lagi mau menjemput anak dan
istrinya untuk diajak tinggal di desa Kesongo. Lama kelamaan desa
ramai banyak penghuninya dan dia diangkat oleh warga desa menjadi
Demang pertama. Maka hiduplah sekelompok masyarakat rukun dan
damai meskipun penduduk penduduk masih dalam kehidupan primitif.
Dia menjadi demang selama kurang lebih 45 tahun. Sembilan mata air
tersebut sampai sekarang masih ada dan masyarakat menyebutnya
dengan sebutan Tok Songo Dan mata air tersebut bermanfaat bagi
masyarakat Kesongo yang terutama bagi masarakat yang disebelah
barat mata air. Desa Kesongo, lama – kelamaan menjadi ramai dengan
adanya pendatang yang ingin menetap dan tinggal di desa itu. Desa
Kesongo terletak di sebalah timur Rawa Pening. Desa Kesongo adalah
desa perbatasan antara Kabupaten Semarang dengan Kodya Salatiga.
34
Dengan demikian desa Kesongo diera modern ini menjadi desa yang
ramai dan tentram.
2. Visi dan Misi
a. Visi Desa
Mewujudkan desa kesongo menjadi desa “bermartabat”
dan mandiri melalui bidang pertanian dan industri kecil
b. Misi Desa
Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk Meningkatkan SDM melalui pendidikan
formal maupun informal.
Bekerja sama dengan petugas penyuluh lapangan untuk
meningkatkan hasil pertanian dan nelayan. Meningkatkan usaha
Pertanian dan perikanan. Meningkatkan dan mengelola Pendapatan Asli
Desa. Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melalui
pelaksanaan Otonomi Daerah
3. Letak Wilayah
Desa Kesongo adalah sebuah desa terletak di kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Memiliki Luas
wilayah 158,566. Desa Kesongo berbatasan dengan :
a. Bagian utara : Desa Lopait
b. Bagian Selatan : Desa Candirejo
c. Bagian Barat : Rawa Pening
35
d. Bagian Timur : Kodya Salatiga
4. Luas wilayah Menurut Penggunaan
a. Luas Pemukiman :460,933 ha/ m2
b. Luas Persawhan :2.564,638 ha/m2
c. Luas kuburan :29,017 ha/m2
d. Perkantoran :4,723 ha/m2
e. Luas Prasarana Umum lainnya :15,006 ha/m2
Total Luas :3.074,317 ha/m2
5. Tanah Fasilitas Umum
a. Kas Desa/Kelurahan :17,64 ha/m2
b. Tanah Bengkok :11,32 ha/m2
c. Lapangan :0,1779 ha/m2
d. Tempat Pemakaman Desa :29,017 ha/m2
e. Tempat pembungan Sampah :0.0152 ha/m2
f. Bangunan Sekolah :0,7384 ha/m2
g. Fasilitas Pasar :0,3757 ha/m2
h. Jalan :2,5446 ha/m2
i. Usaha Perikanan :150 ha/m2
6. Perhubungan
Alat transportasi Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang yaitu
mayoritas menggunakan Sepeda motor.
7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
36
Data dari desa menunjukkan mata pencaharain terbesar di
Kesongo ada yang berprofesi sebagai buruh tani sebanyak 639 orang,
petani 478 orang, buruh industri 105 orang.
8. Data Demografi
a. Data Penduduk
Desa Kesongo terdiri dari 7 dusun, yaitu Dusun Krajan,
Dusun Ngentaksari, Dusun Kesongo Lor, Dusun Ngreco, Dusun
Sejambu, Dusun Widoro dan Dusun Banjaran. Jumlah total
penduduk mencapai 7507 orang dengan raiso 3.724 perempuan dn
3.783 laki-laki. Jumlah KK mencapai 2.150 orang. Penduduk
mayoritas berusia 16-55 tahun baik laki-laki maupun perempuan.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Menurut Usia
Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 415 422 837
5-9 339 291 630
10-14 251 257 508
15-19 261 243 504
20-24 287 313 600
25-29 313 311 624
30-34 338 319 657
40-44 259 245 504
45-49 206 249 455
37
50-54 196 178 374
55-59 175 172 347
60-64 122 122 244
65-69 82 101 183
70-74 72 79 151
>74 105 119 224
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kesongo) Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas bahwa jumlah
penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun
yaitu 837 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat
pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu hanya 151 jiwa
b. Klimatologi :
1. Suhu : 27 – 30 °C
2. Curah Hujan : 2000/3000 mm
3. Kelembaban udara
4. Kecepatan angin
c. Luaslahanpertanian
1. Sawahteririgasi : 122,180 Ha
2. Sawah tadah hujan : 6,280 Ha
d. Agama
Islam : 7443
Kristen : 40
38
Prostestan : 0
Khatolik : 3
Budha : 1
Kong Hu Chu :0
Kepercayaan :0
Mayoritas penduduk desa Kesong beragama Islam yaitu 7443
jiwa. Kristen menempati urutan kedua dan ketiga dengan jumlah 40
jiwa, jumlah tempat ibadah jumlah tempat ibadah yang ada di Desa
Kesongo tediri atas 22 musholla dan 6 masjid.
e. Lembaga Pendidikan
Desa Kesongo memiliki 2 PAUD, 2 TK dan 3 SD.
Tabel 4.2
Jumlah penduduk menurut pendidikan
No Keterangan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak/belum
sekolah
672 748 1420
2 Belum
tamat/SD
sederajat
367 322 689
3 Tamat SD/
sederajat
886 862 1748
39
4 SLTP/
sederajat
528 512 1040
5 Diplomat I/II 13 17 30
6 Diplomat III 41 62 103
7 Diplomat
IV/Strata I
117 132 219
8 Strata II 15 8 23
9 Strata III 1 0 1
Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kesongo)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa cukup banyak
penduduk yang menempuh pendidikan diatas SLTA diantaranya
yaitu Diploma I/II dengan jumlah 30 jiwa, Akademi/Diploma III/
Sarjana Muda dengan jumlah 103 jiwa, Diploma IV/ Strata I dengan
jumlah 249 jiwa, Strata II dengan jumlah 23 jiwa dan Strata III
dengan jumlah 1jiwa. Mayoritas tingkat pendidikan di Desa
Kesongo hanya tamat SD dengan jumlah 1748 jiwa, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendidikan di Desa Kesongo sudah cukup baik
terbukti dengan banyaknya jiwa yang menempuh pendidikan diatas
SLTA.
Tabel 4.3
40
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Keterangan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Belum/tidak
berkerja
650 657 1307
2 Mengurus
rumah tangga
0 823 823
3 Pelajar 577 519 1096
4 Pensiunan 33 17 50
5 PNS 73 60 133
6 TNI 31 0 31
7 POLRI 18 0 18
8 Perdagangan 20 13 33
9 Petani/perkebun 90 58 148
10 Peternak 303 0 303
11 Transportasi 505 0 505
12 Karyawan
Swasta
366 314 680
13 Karyawan
BUMN
2 3 5
14 Karyawan
BUMD
0 2 2
41
15 Karyawan
Honorer
13 6 19
16 Buruh harian
lepas
795 393 1189
17 Buruh Tani 75 43 118
18 Buruh Peternak 1 1 2
19 Pembantu
Rumah Tangga
0 22 22
20 Tukang Cukur 4 0 4
21 Tukang Batu 38 0 38
22 Tukang Kayu 24 0 24
23 Tukang sol
Sepatu
2 0 2
24 Tukang Las 5 0 5
25 Tukang Jahit 1 16 17
26 Tukang gigi 0 1 1
27 Penata Rias 0 4 4
28 Penata Rambut 0 1 1
29 Mekanik 11 0 11
30 Seniman 2 0 11
31 Imam Masjid 4 0 4
32 Juru Masak 1 4 5
42
33 Dosen 4 7 11
34 Guru 9 47 56
35 Arsitek 1 0 1
36 Konsultan 1 0 1
37 Dokter 1 0 1
38 Bidan 0 3 3
39 Perawat 0 3 3
40 Penyiar Radio 1 0 1
41 Tukang sampah 3 2 5
42 Wirausaha 6 7 13
43 Tukang Kuli 11 0 11
44 Nelayan 56 0 56
45 Sopir 45 0 45
46 Pedagang 30 48 78
Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kesongo).
Berdasarkan pada tabel 4.3 mayoritas penduduk Desa Kecandran
berprofesi sebagai buruh harian lepas dengan jumlah 1189 jiwa,
sedangkan penduduk yang belum atau tidak bekerja sebanyak 1307 jiwa
diantaranya 650 penduduk laki-laki dan 657 penduduk perempuan.
Tabel 4.4
43
Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
Kepala kelurga Laki-Laki Kepala Kelurga Perempuan
1794 274
Jumlah Total Kepala Kelurga 2068
Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kesengo)
Berdasarkan data pada tabel 4.4 jumlah kepala keluarga di Desa
Kesongo berjumlah 2068 kepala keluarga, diantaranya 1794 kepala
keluarga laki-laki dan 274 kepala keluarga perempuan.
Tabel 4.5
struktur Pemerintahan Desa kesongo
NO NAMA JABATAN AGAMA
1. Agus Riyanto Kepala Desa Islam
2. Dendi Sarwo Edi SekDes Islam
3. Ma’arif Kasi Pemerintah Islam
4. Kuni Mafrohati Kasi Pelayanan Islam
5. Ruhoro Kajur Keuangan Islam
6. Ahmad Muhaimin Kajur Umum dan
Perencaan
Islam
7. Jumalin Kadus Krajan Islam
8. Abdul Kholik Kadus Ngentaksari Islam
9. Kozim Kadus Kesongo Lor Islam
44
10. Suyadi Kades Sejambu Islam
11. Mahmudi Kadus widoro Islam
12. Misdi Kadus Banjaran Islam
13. Ujang Mustahid Kadus Ngerco Islam
Tabel 4.6
Tokoh Agama
NO NAMA JABATAN ALAMAT
1. Samsur Ro’i Kyai Pondok Al-
Riyadhoh
Kesongo Lor
2. Muh Asan Kyai Pondok Al-
Azhar
Ngentaksari
3. Ahmad Subahi Kyai Pondok
Keramat
Sejambu
.4. Mansuri Kyai Pondok Al-
Qoriah
Banjaran
f. Organisasi Massa/ Keagamaan
Di Desa Kesongo terdapat organisasi keagamaan yaitu Nadlatul
Ulama(NU).
45
9. Sejarah Makam
Adapun sejarah yang terkait dengan adanya tempat makan
atau berdirinya makam menurut responden dan informan tidak
diketahui secara pasti kapan mulai adanya baik tahunnya
secara pasti, tidak ada bukti arkeologi yang bisa untuk ditelusuri,
kapan orang mulai membentuk tempat makam tersebut dan mulai
menggunakan tempat itu sebagai pemakaman. Namun yang jelas
bagi masyarakat desa Kesongo hanya mengetahui asal mula
dinamakan makam Pungkruk Sari dikarenakan ada bagian makam
yang tanahnya tidak rata atau menyerupai bukit (seperti pungkrukan
tanah yang tinggi sehingga di sebut Prungkruk .Dengan kejadian-
kejadian yang terjadi di tempat tersebut dan kisah sejarahnya hanya
diketahui dari mulut-kemulut yang disampaikan oleh orang yang
sangat tua atau orangorang terdahulu.
10. Status Tanah Makam
Di sampaikan bahwa lokasi makam Pungkruk Sari berada di
wilayah Desa Kesongo Lor dengan bukti tanah
No.SPPT:3322060100150040 merupakan tanah bondo desa atau
tanah kas desa, yang di peruntukkan untuk semua warga desa
kesongo.
11. Letak Geografis Tanah Makam
Luas Tanah makam Pungkruk Sari 29,017 ha/m2. Status dari
lahan tanah makam tersebut adalah milik desa kesongo (bondo deso)
46
yang diperuntukkan untuk warga kesongo. Batah wilayah tanah
makam Pungkruk Sari yaitu:
a. Batas wilayah Barat : RT 03 Kesongo Lor (rumah bu Surtinah).
b. Batas wilayah Utara : Jalan Kesongo , Desa Ngereco
c. Batas wilayah Timur : Gang, Lapangan
d. Batas wilayah Selatan :Pembatasan Dusun Kesongo dan Desa
Ngerajan.
12. Data Informan
Data informan yang di wawancarai dalam penelitian ini
adalah 2 petugas Kelurahan, 3warga dan 1 keluarga dari keluarga
non muslim.Merekan semua tinggal di Desa Kesongo Lor
Kecamatan Tuntang .
Tabel 4.7
Data Informan
No Nama Usia Keterangan
1 DD 34 Seketaris Desa
2 AR 54 Kasi Pemerintah
3 NR 42 Keluarga
Peninggal
4 RN 26 Warga
5 KM 73 Warga
6 MF 32 Warga
47
7 FZ 25 Warga
8 MR 38 Warga
B . Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada petugas
Kelurahan desa Kesongo yaitu
1. Hasil wawancara kepada bapak DD Seketaris Desa, pada tanggal
15 Agustus 2018 beliau berpendapat bahwasanya tanah
makamyang digunakan untuk area permakaman itu adalah tanah
milik desa (bondo deso) tanah yang boleh atau bisa digunakan
untuk warga desa Kesongo baik yang lahir dan menetap disitu
ataupun orang yang sudah lama pergi dan kembali untuk
dimakamkan disitu.Untuk jenazah non muslim sendiri beliau
berpendapat tidak menolaknya bagaimana baiknya saja tidak
harus di jadikan satu akan tetapi mencari jalan keuar terbaik
untuk menyelesaikannya. Pengelolaan makam berdasarkan hasil
wawancara kepada bapak Seketaris Desa Kesongo di kelola oleh
semua warga desa kesongo tidak ada petugas penanggung jawab
khusus yang ditujukan untuk mengelola makam dan tidak ada
anggaran dana desa untuk pembangunan atau perlengkapan yang
ditujukan untuk pemakaman. Dikarenakan dari peraturan daerah
dana desa hanya untuk keperluan pembangunan desa. Dana desa
tidak di alokasikan untuk pembangunan makam.
48
2. Hasil wawancara kepada bapak AR Kasi Pemerintahan, pada
tanggal 15 Agustus 2018 beliau berpendapat bahwasananya
penduduk yang mendiami desa Kesongo mayoritas beragama
islam tidak bisa dipungkiri kalau adat sesama muslim sudah ada
dan tidak mudah untuk merubahnya.
3. RN warga desa, pada tanggal 17 Agustus 2018 berpendapat
bahwasanya pemakaman Pungkrik Sari adalah pemakaman
umum akan tetapi beliau tidak menyetujui dengan adanya
pemakaman non muslim di makamkan di pemakaman Pungkruk
Sari .Alasan beliau karena adat yang mayoritasnya beragama
muslim.
4. KM warga desa berdasarkan wawancara 18 Agustus 2018 beliau
berpendapat bahwasanya pemakaman Pungkruk Sari adalah
pemakaman umum untuk desa dan beliau setuju akan adanya
pemakaman non muslim akan tetapi pemakaman di bedakan,
diberi pembatas atau bersandingan.Alasan menyetujui adanya
pemakaman non muslim dikarena warga non muslim tersebut
juga memiliki hak atas tanah makam karena dia juga warga
Kesongo.
5. MF warga desa berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18
Agustus 2018 kepada beliau bahwasanya pemakaman Pungkruk
Sari adalah pemakaman umum untuk desa dan beliau tidak
menyetujui dengan adanya pemakaman non muslim di tanah
49
makam Pungkruk Sari dengan alasan masih adanya kepercayaan
yaitu apabila jenazah muslim ikut merasakan kepedihan
siksaannya.
6. FZ warga desa, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18
Agustus yang dilakukan beliau setuju dengan adanya
pemakaman non muslim akan tetapi pemakaman itu di beti
pematas atau sekat agar dapat membedakannya.
7. MR warga desa, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18
Agustus 2018 yang dilakukan beliau berpendapat tidak setuju
dengan alasan sudah dari dahulu makam tersebut hanya ada satu
makam dan belum ada pembatas atau makam untuk agama lain.
C. Kronologi Penolakan Jenazah Non Muslim di makam Pungkruk Sari Desa
Kesongo.
Kakek SA umur 82 tahun agama Kristen. Beliau lahir dan bertempat
tinggal di Desa Kesongo. Keseharianya beliau bekerja di persawahan dan
ladang miliknya. Kakek SA dan keluarganya memiliki kepribadian yang
rajin dan rahma. Beliau dan keluargangnya dalam bersosialisasi di
masyarakat selalu berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan yang ada di desa
seperti kegiatan kerja bakti, syukuran desa, dan perkumpulan-perkumpulan
lainnya. Tepat pukul 07.00 pagi ketika beliau akan melaksanakan
aktifitasnya pergi kesawah beliau terjatuh dan meninggal. Terkait persoalan
meninggalnya kakek SA menyebabkan adanya konflik dengan warga yaitu
persoalan dalam memakamkan. Warga tidak menolakuntuk memakamkan
50
jenazah beliau di makam Pungkruk Sari dikarenakan agama beliau tidak
muslim (Islam). Bapak Carik (wakil lurah) akhirnya mengadakan mediasi
dengan warga dalam persoalan ini. Tidak adanya hasil yang di capai dalam
mediasi yang dilakukan. Warga tetap bersikeras menolak jenazah beliau
untuk di makamkan di makam Pungkruk Sari dengan alasan bahwa warga
mempercayai tidak boleh mempersandingkan jenazah muslim dengan non
muslim. Adanya penolakan dari warga akhirnya jenazah kakek SA di
makamkan di luar desa.
BAB IV
ANALISIS TERJADINYA PENOLAKAN JENAZAH NON
MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA
KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP
NO. 9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN
TANAH UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN
51
A. Alasan Terjadinya Penolakan Jenazah Non Muslim di Makam Pungkruk
Sari.
1. Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang terjadinya penolakan
pemakaman non muslim didesa Kesongo karena beberapa faktor yaitu:
a. Kepercayaan
Yang dimaksut kepercayaan disini ialah kepercayaan
adanya cerita zaman dulu apabila jenazah muslim akan ikut serta
merasakan pedihnya siksaan Tuhan yang ditimpakan kepada non
muslim yang dimakamkan di sampingnya. Cerita yang
dibawakan dari mulut kemulut sudah melekat tanpa ada yang
mengetahui asal mulanya.
b. Adat Istiadat
Yang dimaksutkan disini ialah budaya yang sudah ada
karena faktor penduduknya mayoritas muslim sehingga makam
tersebut hampir semua yang meninggal muslim sehingga
mayoritas muslim mereka menganggap tanah makam itu di
peruntukkan untuk muslim.
B. Tinjauan Hukum Islam dan PP No.9/1987 Tentang Penyedian dan
Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Pemakaman.
1. Menurut Hukum Islam
52
Menguburkan jenazah hukumya wajib kifayah meskipun jenazah
non muslim.Rasulullah SAW memerintahkan dan sekaligus sering turun
tangan melaksanakan penguburan.
Makam berarti tempat, tempat tinggal, kediaman. Kubur berasal dari
bahasa arab adalah karta kerja yang berarti menanam atau memendam
sesuatu biasanya jenazah seseorang atau bangkai hewan didalam tanah.
Kuburan atau pekuburan adalah tempat dimana jenazah-jenazah dikuburkan
juga disebut pemakaman.
Ditinjau berdasarkan hukum Islam bahwasannya kaidah-kaidah
pemakaman muslim bersadarkan dalil hadis Basyir Bin Khashashiyah dan
Ibnu Hazm disebutkan
صلى الل عليه وسلم مره بقبور المشركين بينما أنا أماشي رسول الله
فقال : ) لقد سبق هؤلاء خيرا كثيرا ( ثلاثا ، ثمه مره بقبور المسلمين
هؤلاء خيرا كثيرا ( فقال : ) لقد أدرك
Ketika saya sedang berjalan bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihiwa sallam, kami melewati kuburan orang musyrikin. Lalu beliau
bersabda:“Mereka tertinggal untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.”
Beliau ucapkan 3 kali.
Ibnu Hazm berkata:
عمل أهل الإسلام من عهد رسول الل صلى الل عليه وسلم أن لا يدفن مسلم
مع مشرك
53
Kaum muslimin sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mereka tidak memakamkan muslim bersama orang musyrik.
Berdasarkan hadis ini, ulama sepakat bahwa pemakaman kaum
muslimin dan non-muslim harus dipisahkan. Kecuali jika dalam kondisi
darurat. Bahkan banyak diantara mereka yang menyatakan, haram
menggabungkan pemakaman muslim dengan non-muslim.
Menurut Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa warga
dan pamong desa, ditemukan bahwasan sebagian besar penduduk desa
Kesongo beragama muslim, dan berdasarkan hukum adat yang berlaku di
Desa Kesongo, pemakaman warga muslim dipisahkan dengan pemakaman
warga non muslim.
2. Menurut Peraturan pemerintah No.9/1987 Tentang Penyedian dan
Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Makam.
Tanah makam merupakan kebutuhan umat atau orang banyak
yang hakikatnya dilindungi oleh Negara mengenahi pemakaman diatur
didalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.
Ditinjau berdasarkan Undang-Undang bahwasanya tindakan
warga terhadap penolakan makam non muslim bertolak belakang atau
tidak sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun
1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk keperluan
Tempat Pemakaman, dituliskan bahwa setiap orang harus mendapatkan
perlakuan yang sama untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum
54
serta memperhatikan pengelompokan berdasarkan masing-masing
pemeluk agama agar terciptanya ketertiban dan keteraturan tempat
pemakaman umum maupun tempat pemakaman bukan umum.
Alasan Masyarakat terhadap Penolakan Pemakaman Alasan
perilaku masyarakat yang dimaksud disini adalah sesuatu yang
mendorong masyarakat dalam mempercayai keramat yang ada pada
objek tersebut. Alasan pada dasarnya mempunyai kaitan yang erat bagi
seseorang dalam melakukan sesuatu bahkan alasan bisa menjadi
penyebab utama dalam menunjang suatu kegiatan yang bisa
menyangkut masalah apa saja, termasuk menyangkut masalah
kepercayaan. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di
lokasi penelitian dapat diketahui alasan dan perilaku masyarakat dalam
penolakan pemakaman non muslim atau objek tersebut adalah karena
kepercayaan bahwa jenazah muslim akan ikut serta merasakan pedihnya
siksaan Tuhan yang ditimpakan kepada non muslim yang dimakamkan
di sampingnya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang mengacu pada rumusan masalah,
peneliti dijabarkan pada paparan data dan peneliti analisis dalam bab VI
guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan,
55
maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan skripsi
ini, yaitu:
1. Alasan warga terhadap penolakan pemakaman non muslim di desa
Kesongo.
a. Kepercayaan
Adanya cerita zaman dulu apabila jenazah muslim akan ikut
serta merasakan pedihnya siksaan Tuhan yang ditimpakan kepada
non muslim yang dimakamkan di sampingnya.
b. Adat Istiadat
Budaya yang sudah ada karena faktor penduduknya mayoritas
muslim sehingga makam tersebut hampir semua yang meninggal
muslim sehingga mayoritas muslim mereka menganggap tanah
makam itu di peruntukkan untuk muslim.
2 Tinjauan Hukum Islam dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987.
a. Menurut Hukum Islam
Menurut hadis Basyir dan Ibnu Hazm tindakan warga
terhadap penolakan pemakaman sudah sesuai yang tidak
mencampurkan atau tidak berdekatan pekuburan Muslim dengan
pekuburan Non Muslim.
b. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987.
56
tindakan warga terhadap penolakan pemakaman belum
sesuai bahwasannya dituliskan bahwa setiap orang harus
mendapatkan perlakuan yang sama untuk dimakamkan di tempat
pemakaman umum serta memperhatikan pengelompokan
berdasarkan masing-masing pemeluk agama.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan menganalisa hasil yang
didapatkan melalui wawancara, penulis bermaksud memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Perlunya ditegaskan peraturan tentang pemakaman dengan lebih
detail baik itu mencangkup pemanfaatan makam seperti jangka waktu
penggunaan makam , fasilitas pendukung maupun peraturan yang
mengatur tentang penyediaan lahan makam. Perlunya menerapkan
aturan lokasi makam sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan hal
ini guna mewujudkan lingkungan yang serasi. Selain itu, perlu di
tertimbangkan pula penyediaan pemakaman menurut agama masing-
masing, sehingga kebutuhan pemakaman antar agama dapat terpenuhi
dan dapat meminimalisir masalah sosial yang mungkin muncul
kedepanya.
2. Bagi Masyarakat
Konflik dalam masyarakat memang bisa terjadi dalam sebuah
masyarakat apabila di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam
57
suku,ras dan agama. Perbedaan akan selalu ada namun perbedaan
bukanlah hal yang perlu diperdebatkan karena perbedaan ada bukanlah
agar kita saling merusak tatanan yang sudah baik namun perbedaan ada
agar kita saling melengkapi dan membangun masyarakat untuk lebih
baik atau perlu perencanaan lahan untuk pemakaman. Perencanaan ini
dapat meliputi pengefisienan laham makam dengan mengalokasikan
lahan makam untuk dibagi beberapa meter untuk makam muslim dan
berapa meter untuk yang non muslim. Demi menjaga kerukunan antar
warga kita harus tetap mengedepankan telerensi antar umat beragama
khususnya di Desa Kesongo dan bagaimana kita mencari jalan keluar
bersama-sama dalam mengatasi permasalahan pemakaman.
3. Bagi Tokoh Agama
Untuk para pemuka agama agar memberikan pengertian kepada
jama’ahnya atau jamaatnya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
yng berbeda keyakinan, dengan begitu para pemeluk agama bisa mendalami
ajaran agamanya masing-masing tanpa harus ada pepecahan khususnya
terhadap kerukunan tentang pemakaman.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arif Kurnianto. (2011). ”Masyarakat Multi Etnis di Kota Padang: Kehidupan
etnis Tionghoa di Kelurahan Batang Arau Kota Padang Tahun 1967-
2000”. Skripsi,Padang: Universitas Andalas.
Agustina, Dewi, 2004. Warga Semarang Berburu Makah Mewah. Merdeka:
Semarang
Baaz , Syaikh Abdul’Aziz bin, dkk., Fatwa-Fatwa Terkini, Jakarta: Darul Haq,
2003.
Ghazali, Abdul Rahmal Rahmat, dkk., Fiqih Muamalah. Jakarta: Kencana 2010.
Hadi Sabari Yunus. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2000.
Hamzah, Andi. 1994. Hukum Pertanahan Indonesia. PT Rineka Cipta: Jakarta
Anggota Ikapi.
Hanafiah, Kemas Ali. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pres.
Hasan, Ali. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 2009.
Johara T. Jayadinata. 1992. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan
Perkotaan dan Wilayah. ITN Bandung.
Jujun, Suriasumantri. 2005. Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan: 125.
Kuntowijoyo. Metodelogi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003.
Lahir, Muhammad dan Zuldafrial. 2002. Penelitian Kualitatif. Klece Kadipiro:
Surakarta 57136.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Rosdakarya Offset:
Bandung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 9 tahun 1978 Tentang
Penyediaan dan penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Pemakaman
Raharjo Adisasmita. Pembangunan Pedesaan Perkotaan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.
Sumarto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Cempaka Putih: 8.
Supriyadi, S, H, M. Hum. 2007. Hukum Agraria. Sinar Grafika Offset.
Suryono. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif . Jogyakarta: Nuha Medika.
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75