penggunaan ramuan herbal dan tepung daun … · daftar pustaka ... definisikan sebagai zat aditif...
TRANSCRIPT
i
PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL DAN TEPUNG DAUN MURBEI
TERHADAP BERAT TELUR, TEBAL KERABANG DAN
WARNA KUNING TELUR AYAM ARAB
SKRIPSI
Oleh:
MUH. SAYUDIN
I 211 10 280
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL DAN TEPUNG DAUN MURBEI
TERHADAP BERAT TELUR, TEBAL KERABANG DAN
WARNA KUNING TELUR AYAM ARAB
SKRIPSI
Oleh:
MUH. SAYUDIN
I 211 10 280
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muh. Sayudin
NIM : I 211 10 280
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Makassar, 26 Mei 2015
Muh. Sayudin
I 211 10 280
iv
Tanggal Lulus : 26 Mei 2015
v
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang
senantiasa tercurah kepada penulis sehingga penulis dapat merampungkan
penulisan Skripsi ini. Salam serta Shalawat kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi sang tauladan hidup serta telah membawa
kita semua umat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang seperti
halnya yang kita rasakan saat ini.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada henti
kepada Ibunda Arbiyah H. Ibrahim dan Ayahanda Darwis H. Anwar yang telah
melahirkan, mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih
yang begitu tulus sampai saat ini dan yang telah memberikan do’a dalam setiap
detik nafas dan kehidupannya untuk keberhasilan penulis. Buat abanngku Muh.
Syahrir, S.kom terima kasih atas segala motivasinya serta adik-adikku Fitriani dan
Dian Islamiaty yang telah menjadi penyemangat penulis.
Terima kasih tak terhingga kepada ibu Prof. Dr. Ir. Laily Agustina, M.S
selaku Pembimbing Utama dan kepada kakaknda Jamilah, S.Pt., M.Si selaku
Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu yang telah diluangkan
untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan pikirannya dalam membimbing
penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi ini.
Terima kasih yang tidak ada hentinya kepada bapak Prof. Dr. Ir.
Ismartoyo, M. Agr. S yang telah menjadi orang tua penulis di kampus maupun di
vi
kehidupan pondokan serta arahan dan juga motivasinya. Semoga ayahanda
sekeluarga tergolong orang-orang yang di ridhoi oleh ALLAH SWT. aamiin.
Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala
keikhlasan dan kerendahan hati kepada :
Bapak Prof. Dr.Ir. Sudirman Baco., M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan
dan juga kepada Dr. Ir. Budiman Nohong. M.Si selaku Ketua Jurusan Nutrisi
dan Makanan Ternak. Kepada seluruh Dosen dan Staf Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, khususnya Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak
yang telah memberikan sumbangsih ilmunya kepada penulis.
Keluarga besar ku di kampus MATADOR ‘10’-UNHAS, terima kasih atas
segala bantuannya kepada penulis. Semoga ikatan kekeluargaan kita semua
selalu dikenang sampai akhir hayat kita. amiinnn
Keluarga besar HUMANIKA-UNHAS, MATERPALA-UNHAS, SEMA
FAPET, UKM SEPAK BOLA PETERNAKAN, teman-teman KKN
Gelombang 87 Desa Samaelo Kec. Barebbo Kab. Bone, Keluarga besar
Lambo-Makassar (Laskar Mahasiswa Bolo-Makassar) dan juga Keluarga
Besar Kasamampa-Makassar (Kesatuan Mahasiswa Madapangga-Makassar)
terima kasih atas segala bantuannya kepada penulis.
Terima kasih kepada adinda Tilawati Soekarno Putri S atas segala bantuannya
selama ini, semoga di berikan kemudahan selama masa studinya dan selalu
tersenyum manis untuk hari-harinya. Amiiinnn
Terkhusus untuk teman-teman satu tim penelitian Amiruddin Beddu dan
Riyan Suryanto terima kasih atas semangat kerjasama dan saling
vii
menyemangati satu sama lain. Semoga kita semua selalu di limpahkan rahmat
oleh sang Pencipta. aamiinn
Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu
memberikan doa kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyusun Skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan di dalamnya, maka dari itu, penulis
menerima kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi diri saya pribadi.
Amin Ya Rabbal Alamin.........
Makassar, 26 Mei 2015
Muh. Sayudin
viii
Muh. Sayudin ( I 211 10 280). Penggunaan Ramuan Herbal dan Tepung Daun
Murbei Terhadap Berat Telur, Tebal Kerabang dan Warna Kuning Telur Ayam
Arab. Dibawah bimbingan Laily Agustina dan Jamilah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh pemberian ramuan herbal dan tepung
daun murbei dalam ransum terhadap berat telur, ketebalan kerabang dan warna
kuning telur ayam arab. Ayam arab yang digunakan sebanyak 48 ekor dengan
umur 10 bulan produksi CV kuda hitam perkasa Kediri. Komposisi ransum terdiri
dari : tepung daun murbei, jagung kuning, dedak padi, tepung ikan, bungkil
kelapa, bungkil kedelai, mineral, tepung bulu dan minyak nabati. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS versi 16. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gaspersz, 1991) yang terdiri
dari 4 perlakuan 6 ulangan, perlakuannya yaitu R1 (ramuan herbal 2,5 ml/liter air
minum + 5% tepung daun murbei), R2 (ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum +
7,5% tepung daun murbei), R3 (ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum + 10%
tepung daun murbei) dan R4 (ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum + 12,5%
tepung daun murbei). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ramuan
herbal dan tepung daun murbei dengan berbagai level tidak memberikan pengaruh
yang nyata (P>0,05) terhadap berat telur, tebal kerabang dan warna kuning telur
ayam arab. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata berat telur yang dihasilkan
berkisar antara 41,90-43,70 g sedangkan rata-rata tebal kerabang yang dihasilkan
berkisar 0,23-0,27 mm sementara rata-rata warna kuning telur yang di peroleh
berkisar 10,46-10,78 terhadap telur ayam arab umur 10 bulan. Tepung daun
murbei dapat di berikan pada ayam arab sampai dengan level 12,5 %.
Kata kunci : Ramuan Herbal, Daun, Murbei, Ayam Arab, Berat telur, Tebal
kerabang, Warna Kuning Telur.
ix
Muh. Sayudin ( I 211 10 280 ). The use of Herbs and Mulberry Leaf Flour Eggs
mass, eggshell thickness and Egg Yolk color of Arabic Chicken. Supervisor:
Laily Agustina and Jamilah
ABSTRACT
This aims of this research was to know the effect the using herbs and mulberry
leaf meal on egg mass, eggshell thickness and egg yolk color of arab chicken.
The materials used for this research were 48 arabic chicken at 10 mounth old,
production by CV Kuda Hitam Perkassa, Kediri. The ration consists of: mulberry
leaf meal, yellow corn, rice bran, fish meal, coconut meal, soybean meal,
minerals, feather meal and vegetable oil. Data were analyzed using SPSS version
16. This research used a completely randomized design (CRD) (Gaspersz, 1991)
which consists of 4 treatments and 6 replications. Treatment applied were R1
(herbs 2.5 ml / liter of water + 5% mulberry leaf powder), R2 (herbs 2.5 ml / liter
of water + 7.5% mulberry leaf powder), R3 (herbs 2.5 ml / liter of water + 10%
mulberry leaf powder) and R4 (herbs 2.5 ml / liter of drinking water + 12.5%
mulberry leaf powder). The results showed that the use of herbs and mulberry leaf
powder no significant effect (P> 0.05) on egg mass, eggshell thickness and egg
yolks color of Arabic chicken. It can be concluded that the average of egg mass
produced ranged from 41.90 to 43.70 g while the average shell thickness ranging
from 0.23 to 0.27 mm produced while the average color of the yolk that was
obtained around 10, 46 to 10.78 against arabic chicken eggs aged 10 months.
Mulberry leaf powder can be given to chickens arab up to the level of 12.5%
Keywords: herb, leaf, mulberry, Arabian Chicken, egg mass, eggshell
thickness, egg yolk color
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... ........ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................. 2
Hipotesis ............................................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan ........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
A. Gambaran Umum Ayam Arab ........................................................ 4
B. Gambaran Umum Ramuan Herbal .................................................. 6
C. Gambaran Umum Daun Murbei (Morus alba L.) ........................... 10
D. Penggunaan Ramuan Herbal dan Tepungdaun Murbei Terhadap
Kualitas Telur Ayam Arab .............................................................. 12
E. Kualitas Telur .................................................................................. 14
1. Berat Telur (Egg Mass) ......................................................... 15
2. Ketebalan Kerabang .............................................................. 16
3. Warna Kuning Telur ............................................................... 18
xi
MATERI DAN METODE PENELITIAN ...................................................... 19
Waktu dan Tempat ............................................................................... 19
Materi Penelitian ................................................................................... 19
Metode Penelitian ................................................................................ 19
Variabel yang Diamati ......................................................................... 20
1. Berat Telur.................................................................................. 20
2. Tebal Kerabang .......................................................................... 21
3. Warna Kuning Telur................................................................... 21
Analisi Statistik ..................................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 23
Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Telur ........................................... 23
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tebal Kerabang ................................... 25
Pengaruh Perlakuan Terhadap Warna Kuning Telur ........................... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 29
Kesimpulan ........................................................................................... 29
Saran ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Perbedaan kualitas dan kuantitas telur ayam arab silver dan golden… 6
2. Penggunaan tanaman obat pada ternak ......................................................... 8
3. Kandungan zat bioaktif berbagai jenis bahan ramauan herbal...................... 9
4. Komposisi nutrisi tanaman murbei (Morus alba L.) ..................................... 12
5. Faktor yang menpengaruhi berat telur ......................................................... 16
6. Komposisi pakan penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei
dengan berbagai level .................................................................................... 20
7. Rata-rata berat telur, tebal kerabang dan warna kuning telur ayam arab ...... 23
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Ayam arab (gallus tircicus) .......................................................................... 5
2. Tanaman murbei (Morus alba L) .................................................................. 10
3. Yolk Colour Fan ............................................................................................ 21
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Nilai rata-rata berat telur, tebal kerabang dan warna kuning telur ............... 36
2. Hasil analisis ragam ...................................................................................... 37
3. Dokumentasi ................................................................................................. 47
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan taraf hidup masyarakat
menyebabkan perubahan di bidang gizi ke arah yang lebih baik terutama dalam
mengkonsumsi protein hewani seperti telur. Hal ini dikarenakan telur mudah di
dapat dan harganya relatif lebih terjangkau oleh masyarakat. Telur ayam arab
mempunyai kandungan protein kuning telur 18,74%, dengan bobot telur 42,75 g
(Yumna dkk., 2012). Produksi telur ayam arab lebih tinggi dari ayam kampung
lainnya yang hanya 130 butir/tahun, sementara produksi telur ayam arab yaitu 280
butir/tahun (Binawati, 2008). Kualitas telur ayam arab dapat di lihat dari tebal
kerabang, warna kuning telur dan berat telur. Ayam arab memang sangat potensial
untuk di kembangkan, hanya saja sering terkendala oleh harga pakan.
Pakan dan obat-obatan yang digunakan memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan dari usaha ayam arab, selain 2 faktor lainnya yaitu
manajemen dan bibit. Seiring dengan meningkatnya harga pakan dan harga obat-
obatan, maka perlu dilakukan upaya untuk menekan biaya produksi, salah satu
alternatifnya yaitu dengan menggunakan tepung daun murbei sebagai protein daun
dan ramuan herbal sebagai fitobiotik. Daun murbei kaya akan protein yaitu
berkisar antara 15,31 – 30,91%. Kandungan lainnya yang terdapat pada murbei
yaitu mineral dengan rincian: kalsium 2,42 – 4,71% dan fosfor 0,23 – 0,97%
(Srivastava et al., 2006) dimana mineral sangat berperan dalam pembentukan
kerabang telur. Daun murbei mengandung karoten yang dapat di konversikan
oleh ternak menjadi vitamin A dan xanthophylls yang memiliki potensi dalam
2
proses pigmentasi warna kuning telur (Srivastava et al., 2006). Kandungan protein
pada daun murbei yang cukup tinggi tersebut diharap dapat memberikan dampak
positif terhadap berat telur.
Ramuan herbal dapat digunakan sebagai antibiotik alami untuk ternak
ayam arab selain sebagai fitobiotik, juga berperan dalam pewarnaan kuning telur
sehingga menghasilkan warna kuning telur lebih orange. Fitobiotik itu sendiri di
definisikan sebagai zat aditif yang berasal tanaman herbal yang ditambahkan
dalam pakan dengan tujuan untuk meningkatkan peforma ternak. Penggunaan
ramuan herbal dan tepung daun murbei diharapkan dapat meningkatkan berat
telur, tebal kerabang dan warna kuning telur ayam arab.
Rumusan Masalah
Biaya pakan beserta obat-obatan dalam pemeliharaan ayam petelur
mencapai 70% dari biaya produksi. Upaya untuk menekan biaya tersebut adalah
dengan cara memanfaatkan tepung daun murbei dan ramuan herbal. Tepung daun
murbei kaya akan protein dan mudah didapat, selain itu kandungan kalsium dan
karoten pada daun murbei akan mempengaruhi tebal kerabang dan warna kuning
telur. Ramuan herbal berfungsi sebagai fitobiotik alami yang dapat menjaga
imunitas ternak yang berimbas pada perbaikan produksi telur dan juga dapat
menghasilkan warna kuning telur yang lebih orange.
Hipotesis
Diduga bahwa pemberian ramuan herbal dan tepung daun murbei dalam
ransum dapat meningkatkan berat telur, tebal kerabang dan warna kuning telur.
3
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ramuan herbal
yang dikombinasikan dengan level tepung daun murbei berbeda dalam pakan
terhadap berat telur, ketebalan kerabang dan warna kuning telur.
Kegunaan penelitian adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi
masyarakat khususnya peternak tentang pemberian ramuan herbal dan tepung
daun murbei dalam ransum ayam arab dapat meningkatkan berat telur, ketebalan
kerabang dan warna kuning telur.
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Ayam Arab
Ayam Arab yang dikenal juga dengan ayam Silver brakel kriel merupakan
ayam yang banyak dikembangkan karena memiliki potensi sebagai ayam petelur
unggul dan memiliki karakteristik telur yang menyerupai ayam kampung. Ayam
ini bukan ayam asli Indonesia melainkan berasal dari Belgia (Natalia dkk., 2005).
ayam arab mulai dikembangkan di Indonesia pada awal tahun 90-an (Kholis dan
Sitanggang 2002). Ayam Arab memiliki daya adaptasi yang baik dengan
lingkungan Indonesia yang beriklim tropis dan tahan terhadap penyakit dan
perubahan cuaca (Yusdja dkk., 2005), sehingga berpotensi untuk dikembangkan
di Indonesia dan dapat disilangkan dengan ayam lokal lain untuk memperoleh
produksi telur yang lebih tinggi dengan kualitas daging yang lebih baik (Sulandari
dkk., 2007).
Ayam Arab merupakan ayam petelur unggul yang digolongkan ke dalam
ayam tipe ringan dengan berat badan umur 52 minggu mencapai 2.035,60 ±115,7
g pada jantan dan 1.324,70 ± 106,47 g pada betina (Nataamijaya dkk., 2003).
Produksi telur ayam Arab yang tinggi yaitu 190-250 butir/ tahun dengan berat
telur 30-35 g dan hampir tidak memiliki sifat mengeram sehingga waktu bertelur
menjadi lebih panjang (Natalia dkk., 2005 serta Sulandari dkk., 2007).
Klasifikasi ayam arab adalah sebagai berikut: (Erlankgha, 2010) Kingdom;
Animalia, Filum; Chordata, Sub Filum; Vertebrata, Kelas; Aves, Famili;
Phasianidae, Sub Famili; Phasianidae, Genus; Gallus, Spesies; Gallus turcicus.
5
Gambar 1. Ayam Arab (Gallus turcicus)
Sumber: Erlankgha, 2010
Menurut Pambudhi (2003), ayam arab yang berkembang di Indonesia ada
dua jenis, yaitu ayam Arab Silver dan ayam Arab Merah (Golden Red) dan yang
lebih dikenal di masyarakat Indonesia adalah ayam Arab Silver. Ayam Arab
Silver diduga merupakan hasil persilangan antara pejantan ayam Arab asli (Silver
Breakels) dengan ayam betina lokal. Asal-usul ayam Arab Merah (Golden Red)
diduga merupakan hasil persilangan antara ayam Arab Silver jantan (Silver
Breakels) dengan ayam ras betina petelur merah (Leghorn). Ayam ini secara
genetis tergolong rumpun ayam lokal pendatang yang unggul dan termasuk tipe
ayam kecil sehingga konsumsi pakan relatif lebih efisien dan tidak memiliki sifat
mengeram sehingga waktu untuk bertelur lebih panjang dibanding ayam lokal
lainnya (Sulandari dkk., 2007).
Ayam Arab merupakan ayam tipe petelur yang memiliki ciri-ciri antara
lain memiliki sifat lincah, agak liar, tidak mengeram, daya seksual pada jantan
tinggi, tingkat efisiensi pakan yang tinggi, kemampuan memproduksi telur yang
tinggi, dan berpostur tubuh ramping (Triharyanto, 2001 dan Pambudhi, 2003).
6
Nataamijaya dkk., (2003) menambahkan, ayam Arab Silver memiliki sifat
kualitatif antara lain berjengger tunggal (single) dan berwarna merah, pial
berwarna merah, memiliki warna bulu seragam dengan warna dasar hitam dihiasi
warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung dan sayap, dan berwarna
putih pada paruh, kulit dan sisik kaki. Secara umum ayam arab di Indonesia
mampu menghasilkan telur sebanyak 300 butir/tahun (Natalia dkk., 2005), dengan
berat telur 42,5 g/ butir (Sulandari dkk., 2007).
Ayam arab silver dan golden memiliki perbedaan dalam kualitaas dan
kuantitas telur diantaranya dapat dilihat pada tabel dibaawah ini.
Tabel 1. Perbedaan Kualitas dan Kuantitas Telur Ayam Arab Silver dan Golden.
Ayam Arab
Variabel
Silver Golden
Kuantitas
Bobot telur (g) 42,75 46,81
Jumlah telur (butir) 28,63 28,73
Indeks telur (mm) 0,74 0,74
Kualitas
Warna kuning telur 11,43 11,47
Kadar lemak kuning telur 33,32 33,87
Kadar protein kuning telur 18,74 18,73
Haugh unit 28,87 29,00
Sumber: Yumna dkk., 2012
B. Gambaran Umum Ramuan Herbal
Ramuan tanaman herbal adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan
alami terutama tumbuh-tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa
indonesia dan telah digunakan secara turun temurun. Ramuan tanaman obat
(jamu) selain di konsumsi oleh manusia dapat digunakan untuk kesehatan ternak
(Zainuddin, 2010).
7
Zainuddin dan Wakradiharja (2001) melaporkan bahwa ayam buras yang
diberi jamu ternak setiap hari sejak masa pertumbuhan maka setelah ayam
tersebut memasuki periode produksi telur akan menghasilkan produksi telur yang
dapat berlangsung sampai ayam berumur 2-3 tahun dengan produksi telur hen day
sebesar 35%. Haruna dan Sumang (2008) menyatakan hasil monitoring dan
pengamatan serta laporan dari peternak yang menggunakan jamu ternak, bahwa
jamu ternak sangat bermanfaat terhadap kesehatan ternak yaitu ayam lebih segar
dan sehat, efisiensi penggunaan pakan lebih baik, warna kuning telur lebih orange
(nilai skor diatas 8), aroma daging dan telur tidak berbau amis, kotoran di sekitar
kandang ayam tidak berbau menyengat.
Dwiyanto dan Prijono (2007) menyatakan obat tradisional adalah obat
yang terbuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya
bangsa yang telah digunakan turun temurun. Secara umum di dalam tanaman obat
terdapat rimpang, daun, batang, akar, bunga, dan buah mengandung senyawa aktif
yang alkaloid, phenolik, tripenoid, minyak atsiri, glikosida yang bersifat sebagai
antiviral, anti bakteri dan immunomodulator. Komponen senyawa aktif tersebut
berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah.
Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, antara lain kunyit,
temulawak dan jahe yang efeknya antara lain mencegah koksidiosis, supaya
ternak sehat, meningkatkan nafsu makan. Penggunaan tanaman obat pada ternak
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
8
Tabel 2. Penggunaan Tanaman Obat pada Ternak
Nama tanaman Cara Pemberian Tujuan Pemberian
Kunyit Diiris, dijemur, campur
dengan pakan
Ditumbuk, direbus, airnya
dicampur dengan air
minum
Dicampur dengan gula
merah, direbus, diberikan
airnya
Koksidiosis
Supaya sehat
Memperbaiki
pencernaan
untuk anak ayam baru
menetas, diberikan
sampai
3 hari
Temulawak Diiris, dijemur, campur
dengan pakan
Ditumbuk, direbus, airnya
dicampur dengan air
minum
Nafsu makan
Jahe Dipotong atau ditumbuk,
direbus, airnya dicmpur
dengan air minum
Ngorok
Sumber: Murdiati, 2002
Secara umum manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia maupun
hewan yaitu untuk peningkatan daya tahan tubuh, pencegahan, penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Bahan ramuan jamu ternak yang umumnya
digunakan adalah kunyit, jahe, kencur, temulawak, lengkuas, bawang putih, kayu
manis, dan daun sirih (Sulandari dkk., 2007).
Senyawa antibiotik telah digunakan sebagai growth promoter dalam
jumlah yang relatif kecil dan dapat meningkatkan efisiensi pakan mencegah
penyakit sehingga akan memberikan dampak positif kepada ayam dan peternak
(Waldroup et al., 2003). Perbaikan metabolisme melalui pemberian ramuan
herbal secara tidak langsung akan meningkatkan performa ternak melalui zat
bioaktif yang dikandung ramuan herbal (Agustina dkk 2009). Beberapa bahan
ramuan herbal yang digunakan memiliki zat bioaktif sama (Agustina dkk., 2009),
9
sehingga diduga akan lebih efektif bila bahan yang sama kandungan zat
bioaktifnya dikurangi. Disamping itu bila zat bioaktif berlebih dikonsumsi, dapat
menyebabkan organ-organ dalam mengalami kerusakan. Kandungan zat bioaktif
berbagai jenis bahan ramuan herbal tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Zat Bioaktif Berbagai Jenis Bahan Rauan Herbal
Jenis Herbal Jenis zat bioaktif Kandungan (%)
Temulawak
Kunyit
Daun sirih
Jahe
Sereh dapur
Kemangi
Bawang putih
Kadar minyak atsirin
Kadar kurkumin
Kadar minyak atsirin
Kadar kurkumin
Kadar minyak atsirin
Kadar metal cavoil
Kadar minyak atsirin
Kadar gingorel
Kadar minyak atsirin
Kadar minyak atsirin
Kadar eugenol
Kadar sitral A
Kadar sitral B
Kadar flavonoid
Sebagai qeursetin
Kadar alicin
6,55
2,33
6,18
8,60
0,91
2,68
2,49
0,80
1,33
1,11
27,98
14,07
10,90
-
0,47
-
Sumber: Agustina dkk., 2010.
Luangtongkum et al. (2006) melaporkan bahwa persentase bakteri patogen
yang resisten lebih tinggi terjadi pada peternakan konvensional yang
menggunakan antibiotik dibanding dengan peternakan organik. Selain itu
penggunaan antibiotik dapat meninggalkan residu pada produk ternak (Griggs dan
Jacob, 2005).
10
C. Gambaran Umum Daun Murbei (Morus alba L)
Klasifikasi murbei adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Spesies : Morus alba L
Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m
dpl, dan memerlukan banyak sinar, nama dari murbei itu ada banyak: besaran
(Indonesia), murbai, besaran (Jawa); kerta, kitau (Sumatera); sangye (Cina),
maymon, dau tam (Vietnam); morus leaf, morus fruit, mulberry leaf, mulberry
bark; mulberry twigs,white mulberry, mulberry (Inggris). Tumbuhan yg sudah
dibudidayakan ini menyukai daerah-daerah yg cukup basa seperti di lereng
Gambar 2. Tanaman Murbei (Morus alba L)
11
gunung, tetapi pada tanah yg berdrainase baik, kadang ditemukan tumbuh liar.
Pohon tinggi sekitar 9 m, percabangan banyak, cabang muda berambut halus
(Sunarto, 1997).
Yulistiani (2008) dalam reviewnya menuliskan komposisi kimia tanaman
murbei baik batang, daun maupun tanaman keseluruhan sangat bervariasi. Bagian
daun mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan batangnya
terutama edible batang. Bagian daun mempunyai kandungan protein yang tinggi
(15,0 – 35,9) dan kandungan dinding sel yang lebih rendah (26,1 – 47,2).
Berbagai faktor mempengaruhi komposisi kimia tanaman murbei diantaranya
jarak tanam (Boschini, 2002). Kualitas daun murbei yang tinggi juga
terindetifikasi adanya asam askorbat, karoten, vitami B1, asam folat dan pro
vitamin D (Singh, 2002).
Murbei dikenal sebagai tanaman obat yang mempunyai berbagai manfaat
dan mudah untuk dibudidayakan. Murbei merupakan obat tradisional (obat herbal)
yang manjur dan sudah digunakan oleh para tabib zaman dahulu untuk mengobati
berbagai penyakit. Diantaranya adalah diabetes melitus (gula darah), jantung,
stroke, menurunkan berat badan, kolesterol, detoksifikasi. Selain itu murbei juga
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol,
gumpalan lemak di hati, meningkatkan daya tahan tubuh, menambah Air Susu Ibu
(ASI), melancarkan peredaran darah, menurunkan berat badan (melangsingkan
badan), mengandung klorofil dan vitamin C (Bambang, 2009). Komposisi nutrisi
tanaman murbei dapat dilihat pada Tabel 4.
12
Tabel 4. Komposisi Nutrien Tanaman Murbei (Morus alba L)
Kandungan Nutrien Murbei Rataan (%)
Kadar air 85,47
Kadar abu 10,92
Serat kasar 10,52
Lemak kasar 2,89
Protein kasar 18,43
BETN 57,24
Sumber : Syahrir dkk, 2009.
Bagian tanaman murbei yang dapat dimanfaatkan yaitu bagian daun,
batang, ranting, akar dan kulit batang. Daun bersifat pahit, serta manis dingin,
berkhasiat sebagai peluruh keringat (diaforetik), peluruh kencing (diuretik),
mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan menerangkan penglihatan.
Buah bersifat manis, berkhasiat memelihara darah, memperkuat ginjal, diuretik,
peluruh dahak (ekspektoran), penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan
efek tonik pada jantung. Kulit akar bersifat manis, sejuk, berkhasiat sebagai anti
asmatik, ekspektoran, diuretik, dan menghilangkan bengkak. Ranting bersifat
pahit, netral, berkhasiat sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik
dan merangsang pembentukan kolateral (Setiadi, 2007).
D. Penggunaan Ramuan Herbal dan Tepung Daun Murbei terhadap
Kualitas Telur Ayam Arab
Ramuan herbal dapat berfungsi sebagai antibiotik alami yang dapat
meningkatkan ketahanan tubuh unggas. Penelitian mengenai ramuan herbal telah
dilakukan sebelumnya pada penelitian Agustina (2006) bahwa ramuan herbal cair
mampu menghambat bakteri Gram positif dan Gram negatif. Selanjutnya
Agustina dkk., (2010) menyatakan bahwa penggunaan ramuan herbal cair
13
sebanyak 2,5 ml/liter air minum, merupakan hasil terbaik ditinjau dari performa
dan kelainan hispatologi organ dalam.
Kombinasi dari 12 bahan ramuan herbal memberikan efek positif terhadap
unggas, dari penelitian dengan menggunakana 12 bahan ramuan herbal, ternyata
memiliki zat bioaktif yang sama, oleh karena itu dilakukan pengurangan bahan
dari 12 macam bahan menjadi 7 macam bahan. Menurut Rifai (2012) penggunaan
ramuan herbal dengan 7 macam bahan memberikan hasil yang tidak berbeda
dengan ramuan herbal yang 12 macam bahan, oleh karena itu penggunaan 7
macam bahan dianggap lebih efisien.
Secara umum penggunaan tanaman obat bagi manusia dan hewan adalah
untuk peningkatan daya tahan tubuh, pencegahan, dan penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan (Sulandari dkk., 2007). Penggunaan tanaman rempah
dan obat sebagai jamu yang terdiri dari komponen kencur, jahe, lengkuas, kunyit,
temulawak, bawang putih, daun sirih dan kayu manis terhadap produksi telur
ayam terbukti nyata meningkatkan warna kuning telur lebih oranye (skor 8)
dibandingkan warna kuning telur tanpa penambahan larutan jamu (Zainuddin dan
Wakradihardja 2001).
Komposisi nutrien daun murbei adalah protein (15%-35%), kalsium (2,42%-
4,71%), fosfor (0,23%-0,97%) dan energi metabolisme (1.130-2.240 kkal/kg)
(Saddul et al., 2004 dan Srivastava et al., 2006). Machii et al., (2000) menyatakan
bahwa kandungan protein kasar daun murbei sebesar 20,4% merupakan salah satu
indikator bahwa daun murbei memiliki kualitas yang baik sebagai bahan pakan.
Kandungan tanin daun murbei sebesar 0,85% (Datta et al., 2002). Penambahan
14
tepung daun murbei pada ayam petelur sampai 10% dapat memberikan pengaruh
terhadap produksi telur dan kualitas telur (Al-kirshi et al., 2010).
Daun murbei memiliki tingkat produksi yang cukup tinggi, pada frekuensi
pemotongan 90 hari hasil yang terbaik yaitu 25 ton bahan kering per hektar setiap
tahun atau 1031 gram BK/pohon/tahun (Martin et al., 2002). Tepung daun murbei
digunakan sebagai campuran pakan ternak monogastrik hingga 20%
menggantikan penggunaan konsentrat. Pemberian tepung daun murbei sebanyak
15% pada babi mampu meningkatkan pertambahan bobot badan menjadi 740
g/hari, dengan pemberian konsentrat 680 g/hari (Sanchez, 1994).
E. Kualitas Telur
Penentuan dan pengukuran kualitas telur mencakup dua hal yakni kualitas
eksterior dan interior. Kualitas eksterior meliputi berat telur, warna kerabang,
kebersihan, bentuk serta ukuran telur (indeks telur), sedangkan kualitas interior
meliputi nilai Haught Unit, indeks albumen, indeks kuning telur, warna kuning
telur, dan tebal kerabang (Stadelman dan Cotteril, 1977).
Ciri-ciri telur yang baik antara lain kulit bersih, halus, berwarna mulus,
rongga kantong udara kecil, kuning telurnya terletak di tengah dan tidak bergerak,
putih telur bagian dalam kental dan tinggi, pada bagian putih telur maupun kuning
telur tidak terdapat noda darah maupun daging. Bentuk serta besarnya juga
proposional dan normal (Sudaryani dan Samosir, 1997).
Telur ukuran besar mempunyai perbandingan kuning telur dengan putih
telur yang rendah dibandingkan telur yang kecil pada semua umur ayam.
Presentase kuning telur menurun secara cepat dan putih telur meningkat sebagai
15
hasil peningkatan berat telur, hal ini dapat dinyatakan bahwa telur ukuran kecil
memiliki presentase kuning telur lebih kecil dibandingkan dengan telur dengan
ukuran besar (Ahn et al., 1997).
Penilaian kualitas telur dilakukan dengan cara melihat sifat-sifat fisik
maupun kimiawi yang dapat menentukan bahwa telur tersebut termasuk dalam
kelompok yang baik atau kurang baik. Sifat-sifat fisik telur meliputi kualitas kulit
telur, kualitas putih telur, telur bebas dari kerusakan, kualitas kuning telur
termasuk pigmentasi dan berat telur. Sedangkan sifat kimiawi yang menentukan
kualitas telur adalah nilai gizinya (Wahyu, 2004).
1. Berat Telur (Egg Mass)
Berat telur menjadi salah satu indikator kualitas telur, akan tetapi variasi
selera dan kepentingan konsumen juga mempengaruhi permintaaan akan berat
telur itu sendiri. Produsen dan konsumen umumnya akan lebih menyukai telur
dengan berat yang tinggi, akan tetapi berbeda halnya dengan pembibit yang akan
memilih telur dengan berat yang ideal untuk ditetaskan (Yuwanta, 2010).
Darmana dan Sitanggang (2002) menyatakan bahwa rata-rata berat telur
ayam arab yaitu 40 g/butir. Sujionohadi dan Setiawan (2002) menyatakan bahwa
berat telur ayam kampung sekitar 35-40 g/butir. Rata-rata berat telur ayam ras
petelur yang normal sekitar 57,6 g/butir (Rasyaf, 2003).
Berat telur dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni ternak, pakan dan
lingkungan. Faktor yang mempengaruhi berat telur dapat dilihat pada Tabel 5 di
bawah ini.
16
Tabel 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat Telur
Ternak Pakan Lingkungan
- Umur Ayam - Protein Total - Cara pemeliharaan
(Baterai vs Litter)
- Dewasa Kelamin - Lisin, Metionin, Treonin - Pencahayaan Panjang
- Saat Peneluran - Asam Lemak Esensial - Pencahayaan Pendek
- Genetik - Fosfor - Temperatur
Sumber : Yuwanta (2010)
Anggorodi (1995), menyatakan bahwa berat telur dipenggaruhi oleh kadar
protein dan asam amino pada ransum, defisiensi protein dapat menyebabkan
rontok bulu atau produksi menurun bahkan berhenti sama sekali disertai
menurunnya berat telur. Hussein (2002) menambahkan bahwa level protein sangat
mempengaruhi berat telur, pada ayam lokal petelur yang diberikan pakan dengan
level protein 19% dan 17% menunjukkan bahwa protein 19% secara signifikan
mampu meningkatkan berat telur.
2. Ketebalan kerabang
Kerabang yang diproduksi pada suhu di atas suhu normal (20-26°C) akan
bersifat tipis, lebih ringan dan mudah retak baik telur ayam lokal (Islam et al.,
2001 dan Nwachukwu et al., 2006) maupun untuk telur ayam ras petelur (Bell dan
Weaver, 2002 dan Yamamoto et al., 2007). Oguntunji dan Alabi (2010)
menyebutkan bahwa kerabang telur dipengaruhi oleh sifat genetik, nutrisi di
dalam pakan, hormon (Folicle Stimulating Hormon (FSH) dan Leutinizing
Hormon (FH)), lingkungan dan manajemen. Kualitas kerabang telur tergantung
dari kemampuan ayam petelur dalam mengabsorbsi kalsium yang ada dalam
pakan, kualitas kerabang telur ditentukan oleh tebal dan struktur kerabang telur.
17
Meningkatnya kekuatan kerabang telur dapat dilakukan dengan meningkatkan
kadar kalsium dalam pakan, menurunnya kualitas kerabang telur selaras dengan
meningkatnya umur ayam, genetik dan pakan terutama imbangan Ca dan P
(Roland, 1986).
Kualitas kerabang telur dapat ditentukan oleh tebal dan struktur kulitnya.
Mineral lainnya yang terkandung dalam kerabang antara lain ion karbonat, fosfat
dan magnesium (Yamamoto et al., 2007). Beberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas kerabang telur ayam terdiri dari suhu, penanganan telur, penyakit dan
umur ternak (Gary dan Richard, 2003).
Pembentukan kerabang telur merupakan proses terlama dalam reproduksi
sebutir telur. Kerabang telur terbentuk hampir sekitar 21 jam lamanya. Kerabang
telur merupakan pertahanan utama bagi telur terhadap kerusakan selama
transportasi dan masa penyimpanan, sehingga kualitasnya menjadi salah satu
indikator penting dari kualitas telur baik dari segi berat maupun ketebalannya.
Secara umum susunan kerabang telur terdiri dari 2 bagian yakni kerabang tipis
(membran) baik membran luar maupun membran dalam yang dibentuk di isthmus
dan kerabang telur keras yang terbentuk di uterus (Yuwanta, 2010).
Kalsium dari tulang meduler bersifat terbatas, oleh karena itu bila suhu
tinggi dan konsumsi pakan menurun maka kalsium yang dibutuhkan untuk
pembentukan kerabang akan berkurang dan kerabang telur menjadi tipis dan
lembek. Berat dan tebal kerabang juga dipengaruhi juga oleh faktor genetik, umur
induk, molting, kesehatan ayam, dan umur dewasa kelamin (Sodak, 2011).
18
3. Warna kuning telur
Warna kuning telur menentukan juga kualitas kuning telur karena umumnya
konsumen di Indonesia cenderung lebih menyukai telur dengan warna kuning
telur dari kuning hingga kemerahan. Kuning telur berwarna mulai dari kuning
pucat sekali sampat orange tua kemerahan (Brown, 2000). Setiap ayam
mempunyai kemampuan berbeda untuk merubah pigmen karoten tersebut menjadi
warna kuning telur (Castellini et al,. 2006).
Kuning telur mempunyai warna yang bervariasi, mulai dari kuning pucat
sampai jingga. Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya
termasuk dalam golongan karotenoid yaitu xantofil, lutein, dan zeasantin serta
sedikit betakaroten dan kriptosantin. Warna atau pigmen yang terdapat dalam
kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen yang terdapat dalam ransum
yang dikonsumsi (Winarno, 2002).
Kualitas kuning telur dilakukan dengan menentukan skor warna kuning telur
dengan menggunakan yolk colour fan yang terdiri dari 15 seri warna (Stadelman
dan Cotterill, 1977). Kemudian ditambahkan oleh Amrullah (2003) bahwa warna
kuning telur yang bagus adalah dengan skor 10 skala Roche Yolk Colour Fan
(RYCF).
19
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan
Desember 2014 di Laboratorium Nutrisi Non Ruminansia, Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang cages dari kawat
yang terdiri dari 24 petak dengan ukuran panjang 30 cm x lebar 35 cm x tinggi 33
cm, timbangan digital, jangka sorong, tempat pakan, tempat minum, tempat telur
(rak telur), kantong plastik, yolk colour fan, gelas ukur dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam arab umur 10
bulan sebanyak 48 ekor, ramuan herbal, tepung daun murbei, jagung kuning,
dedak padi, tepung ikan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, mineral, tepung bulu
dan minyak nabati, komposisi ransum dapat di lihat pada Tabel 6.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Masing-masing unit
percobaan terdiri dari 2 ekor ayam, sehingga jumlah ayam arab betina yang
digunakan adalah 48 ekor. Ransum perlakuan terdiri dari :
R1 = Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 5 % Tepung Daun Murbei
R2 = Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 7,5 % Tepung Daun Murbei
R3 = Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 10% Tepung Daun Murbei
R4 = Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 12,5% Tepung Daun Murbei
20
Tabel 6. Komposisi Pakan Penggunaan Ramuan Herbal dan Tepung Daun
Murbei dengan Berbagai Level.
Jenis Bahan R1 R2 R3 R4
………………%........................
Jagung Kuning 53,5 52,7 51,8 50,8
Dedak Padi 20,0 18,0 17,5 15,5
Tepung Ikan 5,5 4,5 5,0 5,0
Tepung Daun Murbei 5,0 7,5 10,0 12,5
Bungkil Kelapa 5,5 4,5 4,0 5,0
Bungkil Kedelai 4,0 4,0 4,0 4,0
Mineral 1,0 1,0 1,0 1,0
Tepung Bulu 5,0 6,0 5,5 5,0
Minyak Nabati 1,3 1,0 1,2 1,2
TOTAL 100 100 100 100
Kandungan Nutrisi
Protein Kasar (%) 18,09 18,15 18,02 18,09
Energi Metabolisme (Kkal/Kg) 2804,03 2804,12 2800,44 2800,64
Lemak Kasar (%) 4,27 4,56 4,58 4,48
Serat Kasar (%) 4,27 4,45 4,72 4,88
Ca (%) 1,00 1,03 1,17 1,28
P (%) 0,30 0,30 0,30 0,30
Keterangan : R1 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 5 % Tepung Daun Murbei
R2 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 7,5 % Tepung Daun Murbei
R3 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 10 % Tepung Daun Murbei
R4 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 12,5 % Tepung Daun Murbei
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Berat Telur (gram/butir)
Berat telur diukur berdasarkan hasil penimbangan telur setiap hari selama
pemeliharaan, menggunakan timbangan digital dengan kepekaan 0,001 g.
21
2. Tebal kerabang
Tebal kerabang telur didapatkan dengan mengukur tebal kerabang dengan
membran telur (mm). Pengukuran tebal kerabang telur dilakukan pada bagian
ujung tumpul, tengah (ekuator), dan ujung lancip telur kemudian dibuat rata-
rata. Tebal kerabang dihitung dengan menggunakan jangka sorong.
Pengambilan sampel pada tebal kerabang dilakukan setiap minggu.
3. Warna Kuning Telur
Mengamati dan menentukan skor warna kuning telur dengan menggunakan
yolk colour fan yang terdiri dari 15 seri warna (Stadelman dan Cotterill, 1977).
Gambar 3. Yolk Colour Fan
Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan program SPSS versi 16. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 6 ulangan
dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Gaspserz, 1991). Rumus
matematikanya sebagai berikut :
22
Yij = µ + τi + Ɛij
Keterangan : Yij = Nilai Pengamatan dengan ulangan ke-j
µ = Rata - rata umum (nilai tengah pengamatan)
τi = Pengaruh Perlakuan ke- i ( i = 1, 2, 3, 4)
Ɛij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada perlakuan
ke –j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6)
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei terhadap
berat telur, tebal kerabang dan warna kuning telur ayam arab dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Rata-Rata Berat Telur, Tebal Kerabang dan Warna Kuning Telur Ayam
Arab.
Parameter Perlakuan
R1 R2 R3 R4
Berat Telur (g) 43,70
±1,76
41,90
±1,80
42,90
±2,37
42,30
±1,75
Tebal Kerabang
(mm)
Warna Kuning Telur
0,27
±0,03
10,78
±0,68
0,23
±0,04
10,62
±0,49
0,24
±0,03
10,65
±0,44
0,26
±0,02
10,46
±0,46
Keterangan : R1 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 5 % Tepung Daun Murbei
R2 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 7,5 % Tepung Daun Murbei
R3 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 10 % Tepung Daun Murbei
R4 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 12,5 % Tepung Daun Murbei
Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Telur
Penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei berdasarkan hasil
penelitian (Tabel 7) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05)
terhadap berat telur ayam arab. Berarti penambahan tepung daun murbei sampai
level 12,5% dalam ransum tidak memberikan pengaruh pada berat telur, hal ini
disebabkan oleh ransum yang diberikan iso protein dan iso energi, meskipun level
tepung daun murbei yang diberikan berbeda pada setiap perlakuan tetapi
kandungan protein dan energi pakan tetap sama antar perlakuan.
Kandungan protein ransum merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh pada pembentukan albumen dan kuning telur sementara telur sangat
24
dipengaruhi oleh proporsi albumen dan kuning telur. Menurut Atik (2010) protein
yang dikonsumsi pada pakan merupakan faktor terpenting yang dapat memberikan
pengaruh pada berat telur, karena kurang lebih 50% dari berat kering telur adalah
protein terkonsumsi beserta zat – zat lain yang terkandung didalamnya seperti
lemak, karbohidrat dan juga vitamin. Argo dkk., (2013) menambahkan bahwa
berat telur dapat di pengaruhi oleh protein, lemak (asam linoleat) dan asam amino
esensial yang terkandung dalam pakan, Hussein (2002) juga menyatakan bahwa
level protein sangat mempengaruhi berat telur, pemberian protein dengan level
19% secara signifikan mampu meningkatkan berat telur.
Kemampuan produksi ayam yang digunakan dalam penelitian, sudah
mulai menurun sehingga fungsi ovarium semakin menurun akibatnya pada saat
proses pembentukan telur, berat rata-rata 41,90 – 43,70 merupakan berat yang
sudah optimal. Lina (2013) menyatakan bahwa ovarium merupakan tempat
pembentukan kuninng telur yang merupakan bagian yang mempengaruhi berat
telur. Ayam arab mulai menurun produksi telurnya dari 80% - 60 % pada umur 10
bulan (Indra dkk., 2012).
Penggunaan protein sebanyak 18% dan energi metabolisme 2800
kkal/kg setiap perlakuan dengan penambahan tepung daun murbei berbagai level
menghasilkan berat telur berkisar 42,30 – 43,70 g, sementara pemberian protein
dengan level sebesar 16% dan energi metabolisme 2560 kkal/kg dapat
menghasilkan berat telur 40,49 g (Saddat dan Adrizal, 2009).
25
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tebal Kerabang
Hasil penelitian (Tabel 7) menunjukkan semua perlakuan pakan
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap ketebalan
kerabang telur ayam arab. Hal ini disebabkan karena kandungan kalsium pada
setiap perlakuan yakni berturut-turut R1 1,00; R2 1,03; R3 1,17 dan R4 1,28%
sementara kandungan fosfor pada setiap perlakuan diberikan dengan kandungan
yang sama yaitu 0,30%.
Kandungan kalsium dan fosfor merupakan faktor yang mempengaruhi
pada saat proses pembentukan kerabang telur yang terjadi di dalam uterus, hal ini
sesuai dengan pendapat Juliambarwati dkk. (2012) yang menyatakan bahwa,
kualitas kerabang telur ditentukan oleh ketebalan dan struktur kerabang,
kandungan Ca dan P dalam pakan berperan terhadap kualitas kerabang telur
karena dalam pembentukan kerabang telur diperlukan adanya ion-ion karbonat
dan ion-ion Ca yang cukup untuk membentuk kerabang telur, semakin tinggi
konsumsi kalsium maka kualitas kerabang telur semakin baik.
Rata-rata ketebalan kerabang telur ayam arab yang di berikan ramuan
herbal dan tepung daun murbei dengan level yang berbeda di setiap perlakuan
tergolong dalam kerabang telur yang tipis, hal ini didukung oleh Yuwanta, (2004)
menyatakan bahwa tebal kerabang telur ayam yang baik berkisat antara 0,33 -
0,35 mm. Berdasarkan perhitungan dari Tabel 6, rata-rata konsumsi kalsium
sebanyak 1,0750 g/ekor/hari menyebabkan kerabang telur menjadi tipis. Roland,
(1986) menyatakan bahwa pemberian level kalsium di bawah 2% dapat
menurunkan kualitas kerabang telur, sebaliknya pemberian kalsium lebih dari 3%
26
atau 4% dapat meningkatkan kualitas kerabang telur ayam. Purba dkk., (2006)
menambahkan bahwa faktor yang dapat menyebabkan masalah mutu kerabang
telur antara lain genetik, umur ayam, suhu lingkungan yang tinggi, pakan dan
penyakit.
Rendahnya nilai rata – rata tebal kerabang telur penelitian, dapat di
asumsikan karena ayam mengalami cekaman panas yang di sebabkan suhu
lingkungan kandang dan sekitaran kandang melewati thermoneutral zone, hal ini
terlihat semakin mendekati waktu siang hari maka semakin tinggi pula tingkat
stress panas (panting). Priyatno (1994) menambahkan bahwa suhu lingkungan
normal untuk ayam petelur berkisar antara 21-27 °C. Suhu lingkungan yang tinggi
menyebabkan konsumsi pakan menurun dan meningkatkan konsumsi air minum
sehingga kurang penyerapan kalsium pada pakan yang akan terdeposisi dalam
pembentukan kerabang telur, hal ini didukung oleh Tamzil, (2014) menyatakan
bahwa stres panas pada unggas akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang
ditunjukkan oleh peningkatan frekuensi panting dan konsumsi air minum, serta
menurunnya konsumsi pakan. Pada suhu yang tidak nyaman, proses fisiologis
berubah dengan meningkatnya suhu tubuh, frekuensi pernapasan serta lebih
mendahulukan kebutuhan hidup pokok (Gunawan dan Sihombing, 2004).
Selama stres panas, pusat respirasi di otak bekerja lebih giat. Kebutuhan
oksigen meningkat dan kecepatan respirasi semakin tinggi sehingga terjadi
panting. Panting ini menyebabkan hilangnya air dalam tubuh lewat sistem
respirasi, hal ini disertai dengan viskositas darah yang meningkat, konsentrasi
CO2 dalam darah menurun sehingga respirasi bersifat alkalosis. Demikian pula
27
terjadi penurunan ion bikarbonat, sehingga ketebalan kerabang telur menurun.
Temperatur yang tinggi akan menurunkan intake pakan, karena proses prehensi
(pengambilan pakan), digesti (pencernaan) dan metabolisme yang menurun.
Ayam akan kekurangan zat-zat gizi sehingga jumlah dan ukuran telur serta
kualitas kerabang menurun (Tamzil, 2014).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Warna Kuning Telur
Warna kuning telur tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Berarti
penggunaan tepung daun murbei sampai level 12,5% dalam ransum tidak
memberikan pengaruh terhadap warna kuning telur ayam arab. Hasil yang tidak
berbeda nyata ini justru memberikan nilai yang baik terhadap warna kuning telur
di setiap perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata – rata warna kuning telur
tidak berbeda jauh di setiap perlakuan disebabkan oleh kandungan beta karoten
yang terkandung dalam tanaman murbei relatif sama disetiap perlakuan pakan, hal
ini sesuai dengan pendapat Argo dkk., (2013) yang menyatakan bahwa xanthofil,
beta karoten dan cytosan merupakan zat yang dapat memberikan pengaruh
terhadap pigmentasi pewarnaan kuning telur. Pigmen pemberi warna kuning telur
yang terkandung dalam pakan secara fisiologis di serap oleh alat pencernaan dan
disalurkan ke organ yang membutuhkannya (Sahara, 2011).
Nilai warna kuning telur cenderung baik yakni 10,78 di peroleh di
perlakuan R1 yang di berikan ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum dan
penambahan tepung daun murbei sebanyak 5%, hal ini diduga zat xantofil yang
terkandung dalam pakan di setiap perlakuan lebih banyak berasal dari pakan
28
jagung, maka dari itu taraf pemberian jagung yang semakin sedikit memberikan
warna kuning telur yang rendah pula, hal ini diperoleh pada perlakuan R4 yang
menunjukkan nilai rata – rata warna kuning telur yakni 10,46, hal ini di dukung
oleh Wahyu, (2004) menyatakan bahwa jagung selain sumber energi utama untuk
unggas, juga merupakan sumber xantofil yang baik dan dapat menghasilkan
pigmentasi kuning pada warna kuning telur. Presentase kandungan xantofil pada
jagung yakni 19 mg/kg BK (Tangendjaja, 2007).
Kualitas bahan baku untuk membuat ramuan herbal yang digunakan dalam
penelitian memberikan peranan penting juga dalam proses pigmentasi pewarnaan
kuning telur ayam, kandungan kurkumin dalam tanaman kunyit dan temulawak
sangat membantu dalam proses pewarnaan warna kuning telur, hal ini didukung
oleh Rondonuwu dkk., (2014) menyatakan bahwa semakin bagus kualitas bahan
ramuan herbal dalam hal ini rimpang kunyit, temulawak dan temu putih akan
semakin besar pula kandungan karoten yang akan terdeposisi dalam kuning telur
sehingga akan mempengaruhi warna kuning telur yang akan dihasilkan.
Rata-rata warna kuning telur penelitian berkisar antara 10,46 sampai
10,78. Rata-rata ini dapat diasumsikan bahwa telur penelitian memiliki warna
kuning telur yang cukup baik, sebagaimana dinyatakan oleh Sudaryani (2003)
bahwa kriteria warna kuning telur yang baik berkisar antara 9 – 12 berdasarkan
hasil pengamatan menggunakan Yolk Colour Fan.
29
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa;
(1) perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat telur, tebal
kerabang dan warna kuning telur ayam arab, (2) hasil cenderung baik terdapat
pada perlakuan yang ditambahkan ramuan herbal sebanyak 2,5 ml liter/air minum
dan tepung daun murbei sebanyak 5% dari total ransum (perlakuan R.1), serta (3)
penambahan tepung daun murbei sampai dengan level 12,5 % dalam ransum
dapat membantu menekan biaya produksi, dengan demikian tepung daun murbei
dapat digunakan sebagai pakan ayam arab petelur sebagai pengganti bahan pakan
seperti bungkil kedelai dan tepug ikan.
Saran
Sebaiknya tanaman murbei dikembangkan di area sekitar kandang guna
untuk di jadikan sebagai pakan melihat tanaman murbei sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai pakan ternak.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai feed additive untuk
meningkatkan performans broiler. prosiding lokakarya nasional inovasi
teknologi dalam mendukung usaha ternak unggas berdaya saing. Penerbit
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal.47-52.
Agustina, L., M.Hatta dan S.Purwanti. 2009. Penggunaan Ramuan Herbal Untuk
Meningkatkan Produktifitas dan Kualitas Broiler. 1. Analisis zat bioaktif
dan uji aktifitas antibakteri ramuan herbal dalam menghambat bakteri
Gram positif dan Gram negatif. Prosiding Seminar Nasional Peternakan
Berkelanjutan. Fakultas Peternakan Unpad, Bandung. Hal: 514-517.
______________________________ dan Wahyuni. 2010. Penggunaan ramuan
herbal untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas broiler :Penggunaan
ramuan herbal untuk meningkatkan performa dan gambaran histopatologi
organ dalam broiler. Buku Panduan Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.Bogor, 3 - 4 Agustus 2010.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal:25.
Ahn, D. U., S. M. Kim and H. Shu. 1997. Effect of egg size and strain and age of
the solid content of chicken egg. Poultry Sci. 76 : 914-919.
Al-Kirshi, R., Alimon, A. R., Zulkifli, I., Sazili, A., Zahari, M. W. and Ivan, M.
2010. Utilization of mulberry of leaf meal (Morus alba L) as protein
supplement in diets for laying hens. Italian J. of Anim. Sci. 9 (51) : 205-
207.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu GunungBudi. Bogor.
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta
Argo. L. B, Tristiarti dan I. Mangisah, 2013. Kualitas Teluar Ayam Arab Petelur
Fase I Dengan Berbagai Level Azolla microphylla. Anim. Agricultur J.
Vol. 2. No. 1. P. 445 – 457.
Atik, P. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata
Lamarck) Dalam Ransum Terhadapa Kualitas Telut Itik. Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bambang. 2009. Tanaman penurun kolesterol. http://www.agrisilk.com/ tanaman-
penurun-kolesterol/tanaman-obat.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober
2014.
31
Bell, D. and Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg. 5th Ed. Kluwer
Academic Publishers. Norwell.
Binawati, K. 2008. Pengaruh lanskeptur terhadap kualitas telur ayam arab. J. of
Sci. 1 (2): 26-34.
Boschini, C. F. 2002. Nutrional quality of mulberry cultivation for ruminant
feeding. Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147: 173-182.
Brown, A. 2000. Understanding Food Principle and Preparation. Wadsworth
University of Hawai, Hawai.
Castellini, C., F. Perella, C. Mugnai, and A. Dal Bosco. 2006. Welfare,
productivity and quality traits of egg in laying hens reared under different
rearing systems. National Journal of Animal Science. 54 (2) : 147-155.
Datta, R. K., A. Sarkar, P. R. M. Rao, and N. R. Singhvi. 2002. Utilization of
mulberry as animal fodder in India. Roma: FAO Animal Production and
Health Paper 147 : 183-188.
Darmana, W dan M. Sitanggang.2002. Meningkatkan produktivitas ayam arab
petelur. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Dwiyanto, K dan N. Prijono.2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam
Lokal Indonesia. Lipi Press. Jakarta.
Erlankgha, M. 2010. Ayam Arab. http://www.infoternak.com/ayam-arab. Diakses
pada tanggal 20 Oktober 2014.
Gary, D. B. and D. M. Richard. 2003. Egg specific gravity-designing a onitoring
program. Poultry Veterinarian. Poultry Nutrition. University of Florida.
Gainesville.www.hammock.ifas.ufl.edu. Diakses pada tanggal 20 Oktober
2014.
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.
Gunawan dan D.T.H. Sihombing. 2004. Pengaruh Suhu Lingkungan Tinggi
Terhadap Kondisi Fisiologis dan Produktivitas Ayam Buras. Wartazoa
Vol. 14 No. 1.
Griggs, J. P. and J. P. Jacob. 2005. Alternatives to antibiotics for organic poultry
production. J. Appl. Poult. Res. 14: 750-756.
Haruna, S. dan Sumang. 2008. Pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum
pada ternak ayam buras. J. agrisistem, 4 (1) : 1-6.
32
Hussein, A. S. 2002. Effect of dietary protein programs on pullet developmant and
egg production performance of local hens. Emir. J. Agric. Sci. 14 : 34– 44.
Indra, G. K., Achmanu dan nurgiartiningsih, A. 2012. Peformans Prouksi Ayam
Arab (Gallus Tricicus) Berdasarkan Warna Bulu. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. malang.
Islam, M.A., S.M. Bulbul, G. Seeland, and A.B.M.M. Islam. 2001. Egg quality of
different chicken genotypes in summer-winter. Pakistan J. Bio. Sci.
4(11):1411-1414.
Juliambarwati, M., R. Adi dan H. Aqni. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung
Limbah Udang Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia.
Kholis, S dan M. Sitanggang.2002. Ayam Arab dan Poncim Petelur Unggul.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lina. Y. R. 2013. Kualitas Telur Itik Tegal yang Dipelihara Secara Intensif
dengan Berbagai Tingkat Kombinasi Metionin-Lancang (Atlanta Sp). J.
Animal Production. 4 (2): 77-82.
Luangtongkum, T., Y. Teresa, Morishita, A.J. Ison, S. Huang, P.F. McDermott
and Q. Zhang. 200. Effect of conventional and organic production practices on the prevalence and antimicrobial resistance of Campylobacter
spp. in poultry. J. Appl. Environmental Microbiol. 72(5): 300-307.
Machii, H. A, Koyama, and H. Yamanouchi. 2000. Mulberry Breeding,
Cultivation and Utilization in Japan. National Institute of Sericultural and
Entomological Sci. Owashi. Japan.
Martin G, Rayes F, Hernandes I, Milera M. 2002. Agronomic studies with
mulberry in Cuba. Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147.
Hlm 103-114.
Murdiati. 2002. Obat Tradisional Melengkapi Obat Konvensional. IN VOFET
No.093 April, Hal 15-16.
Nataamijaya, A. G., A. R. Setioko, B. Brahmantiyo dan K. Dwiyanto. 2003.
Performans dan karakteristik tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab, dan
Sentul). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian dan Veteriner.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Natalia, H., D. Nista, Sunarto dan D.S. Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab.
Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa. Palembang.
33
Nwachukwu, E.N., S.N. Ibe, and K. Ejekwu. 2006. Short term egg production and
egg quality characteristics of main and reciprocal crossbred Normal Local,
Naked Neck, and Frizzle chicken X Exotic Broiler breeder stock in a
humid tropical environment. J. Anim. and Vet. Adv. 5 (7): 547-551.
Oguntunji, A.O. and O.M. Alabi. 2010. Influence of high environmental
temperature on egg production and shell quality: a review. World’s
Poultry Sci. J. 66: 739-750.
Pambudhi, W. 2003. Mengenal Ayam Arab Merah. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Purba, M. Prasetya, L.H, Susanti, T. 2006. Kualitas telur itik alabio dan mojosari
pada generasi pertama populasi seleksi. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Priyatno. 2004. Membuat Kandang Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rifai, M. 2012. Optimalisasi Penggunaan Kombinasi dan Interval Pemberian
Bahan Ramuan Herbal Terhadap Penampilan (Performance) Ayam
Broiler. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi
Fakultas Peternakan).
Roland, D. A. M. 1986. Egg shell quality IV. Oyster shell versus limestone and
the importance og particle size or Ca source. World’s Poult. Sci. 42 : 166 _
177.
Rondonuwu, C., J. L. P. saerang, F. J. Nangoy, S. Laatung. 20014. Penambahan
rimpang kunyit (curcuma domestica val.), temulawak (curcuma
zanthorrhiza roxb.) dan temu putih (curcuma zedoaria rocs.) dalam ransum
komersial terhadap kualitas telur burung puyuh (coturnix-coturnix
japanica). Jurnal Zootek. Vol 34. No 1 : 106 – 113.
Saddat, N., dan Adrizal. 2009. Penggunaan pemberian level protein-energi ransum
yang berbeda terhadap kualitas telur ayam buras. Seminar nasional
teknologi peternakan dan veteriner, 2009. Fakultas peternakan universitas
andalas, padang. Sumatera utara.
Saddul, D., Z. A. Jelan, J. B. Liang, and R. A. Halim. 2004. The potential of
Morus alba as a fodder crop: The effect of plant maturity on yield,
persisten and nutrient composition of plant fractions. Asian-Austral. J.
Anim. 17 : 1657-1662.
Sahara, E. 2011. Penggunaan Kepala Udang Sebagai Sumber Pigmen dan Katin
dalam 7 Pakan Ternak. Agrinak. Vol.01 No.1:31-35.
Sanchez, M.D. 1994. Mulberry an Exceptional Forage Available Almost
Worldwide Animal Production and Health Division. FAO. Roma.
34
Setiadi, A. 2007. Murbei (Morus alba L). Laboratorium Kimia Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Singh, B. 2002. The potensial of mulberry foliage as a feed supplement in india. J.
Of. FAO. Anim. Prod. and Health Paper. 147: 139-156.
Sodak, J. F. 2011. Karakteristik fisik dan kimia telur ayam Arab pada dua
peternakan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Skripsi. IPB, Bogor.
Sudaryani dan Samosir. 1997. Mengatasi permasalahan beternak ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta
Sujionohadi, A. I. dan Setiawan, K. 2002. Ayam Kampung Petelur. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E.
Sudjana, S. Darana, I. Setiawan dan D. Garnida. 2007. Sumberdaya
Genetik Ayam Lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati
Ayam Lokal Indonesia.: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal : 45 – 67.
Sunarto, H. 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius.
Yogyakarta.
Srivastava, S., R. Kapoor, and A. Thathola, 2006. Nutritional quality of lea ves
of some genotype of mulberry (Morus alba L). Int. J. Food Sci. 57 (5-6):
305-313.
Stadelman, W.J. and O.J. Cotteril. 1977. Eggs Science and Technology. 4th Ed.
The Avy Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.
Syahrir, S., K.G. Wiryawan., A. Parakkasi,. M. Winugrohoc, dan O.N.P. Sarib.
2009. Efektivitas daun murbei sebagai pengganti konsentrat dalam sistem
rumen in vitro.Med.Pet., 32 : 112-119.
Tangendjaja, B. dan Wina, E. 2007. Limbah Tanaman Dan Produk Samping
Industri Jagung Untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Tamzil, M. H. 2014. Stres Panas pada Unggas: Metabolisme, Akibat dan Upaya
Penanggulangannya. Wartazoa Vol. 24 No. 2. Hal. 57-66.
Triharyanto, B. 2001. Beternak Ayam Arab. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
35
Waldroup P.W, Rondon E.O, and Fritts C.A., 2003. Comparison of bio-mos and
antibiotic feeding programs in broiler diets containing copper sulfate. Int.
J. of Poultry Sci. 2 (1) : 28-31.
Winarno, F. G. 2002. Telur, Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio
Press. Bogor.
Yamamoto, T., L.R. Juneja, H. Hatta, and M. Kim. 2007. Hen Eggs: Basic and
Applied Sci. University of Alberta. Canada.
Yulistiani, D. 2008. Hijauan murbei untuk suplementasi protein pakan sapi perah.
Puslitbang peternakan bekerjasama dengan STEKPI. Hal. 119-123.
Yumna, M. H., A. Zakaria, dan V. M. A. Nurgiartiningsih, 2012. Kuantitas dan
kualitas telur ayam arab (Gallus turcicus) silver dan gold. J. Ilmu-Ilmu
Pet. 23 (2): 19-24.
Yusdja, Y., R. Sajuti, W.K. Sejati, I.S. Anugrah, I. Sadikin dan B. Winarso. 2005.
Pengembangan Model Kelembagaan Agribisnis Ternak Unggas
Tradisisonal (Ayam Buras, Itik dan Puyuh). Laporan Akhir Departemen
Pertanian. Jakarta.
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. UGM Press. Yogyakarta.
Zainuddin, D. dan E. Wakradihardja. 2001. Racikan ramuan tanaman obat dalam
bentuk larutan jamu dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
serta produktivitas ternak ayam buras. Prosiding Seminar Nasional XIX
Tumbuhan Obat Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Obat, Departemen
Pertanian, Bogor. Hal : 367 – 372.
Zainuddin, D. 2010. Tanaman Obat-Obatan. http://toni komara. blogspot.com
/2010/01/ tanaman-obat-meningkatkan-efisiensi.html. (Diakses pada
tanggal 20 Oktober 2014).
36
LAMPIRAN 1. Nilai Rata – Rata Dari Berat Telu, Tebal Kerabang dan Warna
Kuning Telur.
NILAI RATA-RATA TEBAL
KERABANG
ULANGAN LEVEL TEPUNG DAUN MURBEI + RAMUAN HERBAL
R1
(5%)
R2
(7,5%)
R3
(10%)
R4
(12,5%)
U.1 0,23 0,24 0,27
0,22
U.2 0,27 0,30 0,24 0,28
U.3 0,27 0,21 0,22 0,23
U.4 0,27 0,17 0,29 0,27
U.5 0,33 0,20 0,27 0,27
U.6 0,25 0,27 0,18 0,27
RATA-RATA 0,27 0,23 0,24 0,26
NILAI RATA-RATA WARNA KUNING TELUR
ULANGAN LEVEL TEPUNG DAUN MURBEI + RAMUAN HERBAL
R1
(5%)
R2
(7,5%)
R3
(10%)
R4
(12,5%)
R1.1 10,50 10,50 10,25 10,50
R1.2 12,00 11,00 11,00 10,25
R1.3 10,00 11,00 10,00 10,00
R1.4 10,50 11,00 11,00 10,00
R1.5 11,00 10,50 10,67 11,00
R1.6 10,67 9,75 11,00 11,00
RATA-RATA 10,78 10,62 10,65 10,46
NILAI RATA-RATA BERAT TELUR
ULANGAN LEVEL TEPUNG DAUN MURBEI + RAMUAN HERBAL
R1
(5%)
R2
(7,5%)
R3
(10%)
R4
(12,5%)
R1.1 43,90 40,00 40,10 39,70
R1.2 41,60 40,30 39,40 42,50
R1.3 44,10 43,10 44,80 43,30
R1.4 41,10 42,70 43,30 41,90
R1.5 42,70 44,50 40,40 41,50
R1.6 43,10 40,80 49,40 44,90
RATA-RATA 43,70 41,90 42,90 42,30
37
LAMPIRAN 2. Hasil Analisis Ragam
A. Berat Telur
Descriptives
Berat_Telur
N Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
R1 6 43.7000 1.76522 .72065 41.8475 45.5525 41.60 46.80
R2 6 41.9000 1.80111 .73530 40.0099 43.7901 40.00 44.50
R3 6 42.0667 2.37459 .96942 39.5747 44.5586 39.40 44.80
R4 6 42.3000 1.75271 .71554 40.4606 44.1394 39.70 44.90
Total 24 42.4917 1.95068 .39818 41.6680 43.3154 39.40 46.80
Test of Homogeneity of Variances
Berat_Telur
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.203 3 20 .334
ANOVA
Berat_Telur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12.165 3 4.055 1.076 .382
Within Groups 75.353 20 3.768
Total 87.518 23
38
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Berat_Telur
(I)
Perlak
uan
(J)
Perlak
uan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD R1 R2 1.80000 1.12066 .124 -.5377 4.1377
R3 1.63333 1.12066 .161 -.7043 3.9710
R4 1.40000 1.12066 .226 -.9377 3.7377
R2 R1 -1.80000 1.12066 .124 -4.1377 .5377
R3 -.16667 1.12066 .883 -2.5043 2.1710
R4 -.40000 1.12066 .725 -2.7377 1.9377
R3 R1 -1.63333 1.12066 .161 -3.9710 .7043
R2 .16667 1.12066 .883 -2.1710 2.5043
R4 -.23333 1.12066 .837 -2.5710 2.1043
R4 R1 -1.40000 1.12066 .226 -3.7377 .9377
R2 .40000 1.12066 .725 -1.9377 2.7377
R3 .23333 1.12066 .837 -2.1043 2.5710
Homogeneous Subsets
Berat_Telur
Perlaku
an N
Subset for alpha = 0.05
1
Duncana R2 6 41.9000
R3 6 42.0667
R4 6 42.3000
R1 6 43.7000
Sig. .156
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
39
B. Tebal Kerabang
Descriptives
Tebal_Kerabang
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
R1 6 .2700 .03347 .01366 .2349 .3051 .23 .33
R2 6 .2317 .04792 .01956 .1814 .2820 .17 .30
R3 6 .2367 .03386 .01382 .2011 .2722 .18 .27
R4 6 .2567 .02503 .01022 .2304 .2829 .22 .28
Total 24 .2488 .03710 .00757 .2331 .2644 .17 .33
Test of Homogeneity of Variances
Tebal_Kerabang
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.012 3 20 .408
ANOVA
Tebal_Kerabang
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .006 3 .002 1.468 .253
Within Groups .026 20 .001
Total .032 23
40
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Tebal_Kerabang
(I)
Perlak
uan
(J)
Perlak
uan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD R1 R2 .03833 .02080 .080 -.0050 .0817
R3 .03333 .02080 .125 -.0100 .0767
R4 .01333 .02080 .529 -.0300 .0567
R2 R1 -.03833 .02080 .080 -.0817 .0050
R3 -.00500 .02080 .812 -.0484 .0384
R4 -.02500 .02080 .243 -.0684 .0184
R3 R1 -.03333 .02080 .125 -.0767 .0100
R2 .00500 .02080 .812 -.0384 .0484
R4 -.02000 .02080 .348 -.0634 .0234
R4 R1 -.01333 .02080 .529 -.0567 .0300
R2 .02500 .02080 .243 -.0184 .0684
R3 .02000 .02080 .348 -.0234 .0634
Homogeneous Subsets
Tebal_Kerabang
Perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1
Duncana R2 6 .2317
R3 6 .2367
R4 6 .2567
R1 6 .2700
Sig. .105
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
41
C. Warna Kuning Telur
Descriptives
Warna_Kuning_Telur
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
R1 6 10.7783 .68031 .27773 10.0644 11.4923 10.00 12.00
R2 6 10.6250 .49371 .20156 10.1069 11.1431 9.75 11.00
R3 6 10.6533 .43597 .17798 10.1958 11.1109 10.00 11.00
R4 6 10.4583 .45871 .18727 9.9769 10.9397 10.00 11.00
Total 24 10.6288 .50422 .10292 10.4158 10.8417 9.75 12.00
Test of Homogeneity of Variances
Warna_Kuning_Telur
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.234 3 20 .871
ANOVA
Warna_Kuning_Telur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .312 3 .104 .376 .771
Within Groups 5.535 20 .277
Total 5.847 23
42
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Warna_Kuning_Telur
(I)
Perlak
uan
(J)
Perlak
uan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD R1 R2 .15333 .30373 .619 -.4802 .7869
R3 .12500 .30373 .685 -.5086 .7586
R4 .32000 .30373 .305 -.3136 .9536
R2 R1 -.15333 .30373 .619 -.7869 .4802
R3 -.02833 .30373 .927 -.6619 .6052
R4 .16667 .30373 .589 -.4669 .8002
R3 R1 -.12500 .30373 .685 -.7586 .5086
R2 .02833 .30373 .927 -.6052 .6619
R4 .19500 .30373 .528 -.4386 .8286
R4 R1 -.32000 .30373 .305 -.9536 .3136
R2 -.16667 .30373 .589 -.8002 .4669
R3 -.19500 .30373 .528 -.8286 .4386
Homogeneous Subsets
Warna_Kuning_Telur
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1
Duncana R4 6 10.4583
R2 6 10.6250
R3 6 10.6533
R1 6 10.7783
Sig. .346
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
43
Warna_Kuning_Telur
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1
Duncana R4 6 10.4583
R2 6 10.6250
R3 6 10.6533
R1 6 10.7783
Sig. .346
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
44
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan
Observasi tanaman murbei (Morus alba) Pengambilan daun murbei
Di Balai Persuteraan Alam
Proses pegeringan daun murbei Daun murbei kering
Penggilingan daun murbei Pakan lokal dan
tepung daun murbei
45
Pemberian Pakan Pengambilan Telur
Proses Pengambilan data
Ramuan Herbal
46
RIWAYAT HIDUP
Muh. Sayudin. Lahir pada tanggal 02 Februari 1992 di
Bolo. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara
dari pasangan suami istri Darwis H. Anwar dan
Arbiyah H. Ibrahim. Penulis mengawali pendidikan di
Sekolah Dasar SD N 1 Bolo sampai tahun 2004.
Kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP N 1 Madapangga dan
lulus pada tahun 2007. Setelah itu melanjutkan sekolah di SMA N 1 Madapangga
dan lulus tahun 2010. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan di Perguruan
Tinggi Negeri tepatnya di Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi
Negri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus
Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin
(HUMANIKA-UNHAS) periode 2012-2014, aktif di KOMPAS-UNHAS
(Komunitas Olahraga Mahasiswa Peternakan Universitas Hasanuddin) periode
2013-2015, pernah aktif di Mahasiswa Peternakan Pencinta Alam Universitas
Hasanuddin (MATERPALA-UNHAS) periode 2011-2013. Penulis juga aktif
sebagai asisten pada mata kuliah Teknologi Pengolahan Pakan (2013-2014),
Industri Pakan (2013-2014), dan Ransum Ruminansia (2013-2014), sampai saat
ini penulis masih menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Organisasi
Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak serta menjabat sebagai
Pembina Komunitas Olahraga Mahasiswa Peternakan (KOMPAS-UNHAS).
47