pengaruh atribut aksesibilitas dan keakraban fisik ruang...

6
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | B 089 Pengaruh Atribut Aksesibilitas dan Keakraban Fisik Ruang kepada Ikatan Tempat Bambang Karsono KKD Desain Terpadu, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh. Abstrak Hubungan elemen fungsi dan emosi antara manusia dan tempat menciptakan makna yang dikenali sebagai ikatan tempat (place attachment). Ikatan tempat di ruang terbuka publik biasanya diasosiasikan dengan hubungan manusia dengan lingkungan fisik dan persepsi tentang tempat. Menyikapi isu ini, penelitian dilakukan untuk menguji aksesibilitas dan keakraban (familiarity) fisik sebagai atribut yang mempengaruhi ikatan tempat di promenad tepi sungai Sarawak (P-TSS) - Malaysia, ruang terbuka publik yang populer di masyarakat lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan metoda campuran (mixed method), survey dilakukan pada lokasi terpilih di P-TSS dengan total responden sebanyak 165 orang dan 18 orang pedagang/pemilik kios diwawancarai. Diamati bahwa atribut fisik memiliki implikasi yang penting kepada ikatan tempat. Temuan mengindikasikan bahwa responden memiliki ikatan yang kuat dengan lingkungan lokal dan mendorong kepada terciptanya identitas tempat. Kata-kunci : aksesibilitas, ikatan tempat, , keakraban fisik. Hubungan kuat yang mengikat antara emosi dan fungsi atau hubungan antara manusia dengan tempat tertentu dapat mengembangkan makna tempat, proses ini dikenal sebagai ikatan tempat (place attachment) (Altman & Low, 1992). Penelitian ini berpendapat bahwa perubahan fisik yang tidak sesuai dapat mengubah arti dari tempat dan kemudian ikatan kepada tempat secara bertahap menurun. Dengan mengguna- kan konsep berbasis tempat dan prinsip-prinsip unsur fisik dan kegiatan, ikatan antara pengguna dan lingkungan mereka dapat menentukan identitas kota dan makna tempat. Berdasar kepada kerangka tersebut, studi ini fokus pada dimensi ikatan tempat untuk mengidentifikasi aspek-aspek psikologis dan hubungannya dengan komponen fisik. Penelitian ini dilakukan di promenad tepi sungai Sarawak (P-TSS), ruang terbuka publik yang terletak di jalan utama kota Kuching, sebuah kota di negara bagian Sarawak, Malaysia. Dengan mengidentifikasi pengaruh atribut fisik berupa aksesibilitas dan keakraban fisik ruang sebagai atribut yang mempengaruhi ikatan tempat dan akan membantu untuk memberi kontribusi kepada pemahaman citra tempat yang kemudian membentuk citra kota. Pengantar Dalam konteks rancang kota, karakter kota dihubungkan dengan karakteristik dari suatu tempat yang memiliki ciri-ciri khusus, perbedaan, unik, terkenal, dominan, mudah dikenali, memiliki memori dan mudah di kenal pasti oleh manusia (Lynch, 1960). Dalam penyelidikan persepsi, identitas diartikan sebagai pengenalan kepada suatu objek yang memiliki perbedaan dari benda lain, objek tersebut dikenal sebagai unit yang terpisah (Lynch, 1981). Hubungannya dengan ikatan tempat ialah bagaimana indvidu manusia atau masyarakat menggunakan ruang, kemudian memberikannya makna sebagai tempat untuk membedakan tempat tersebut dari tempat yang lain (Relph, 1976).

Upload: lydat

Post on 27-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

TEMU ILMIAH IPLBI 2015

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | B 089

Pengaruh Atribut Aksesibilitas dan Keakraban Fisik Ruang

kepada Ikatan Tempat

Bambang Karsono

KKD Desain Terpadu, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh.

Abstrak

Hubungan elemen fungsi dan emosi antara manusia dan tempat menciptakan makna yang dikenali

sebagai ikatan tempat (place attachment). Ikatan tempat di ruang terbuka publik biasanya

diasosiasikan dengan hubungan manusia dengan lingkungan fisik dan persepsi tentang tempat.

Menyikapi isu ini, penelitian dilakukan untuk menguji aksesibilitas dan keakraban (familiarity) fisik

sebagai atribut yang mempengaruhi ikatan tempat di promenad tepi sungai Sarawak (P-TSS) -

Malaysia, ruang terbuka publik yang populer di masyarakat lokal. Penelitian ini menggunakan

pendekatan metoda campuran (mixed method), survey dilakukan pada lokasi terpilih di P-TSS

dengan total responden sebanyak 165 orang dan 18 orang pedagang/pemilik kios diwawancarai.

Diamati bahwa atribut fisik memiliki implikasi yang penting kepada ikatan tempat. Temuan

mengindikasikan bahwa responden memiliki ikatan yang kuat dengan lingkungan lokal dan

mendorong kepada terciptanya identitas tempat.

Kata-kunci : aksesibilitas, ikatan tempat, , keakraban fisik.

Hubungan kuat yang mengikat antara emosi dan

fungsi atau hubungan antara manusia dengan

tempat tertentu dapat mengembangkan makna

tempat, proses ini dikenal sebagai ikatan tempat

(place attachment) (Altman & Low, 1992).

Penelitian ini berpendapat bahwa perubahan

fisik yang tidak sesuai dapat mengubah arti dari

tempat dan kemudian ikatan kepada tempat

secara bertahap menurun. Dengan mengguna-

kan konsep berbasis tempat dan prinsip-prinsip

unsur fisik dan kegiatan, ikatan antara

pengguna dan lingkungan mereka dapat

menentukan identitas kota dan makna tempat.

Berdasar kepada kerangka tersebut, studi ini

fokus pada dimensi ikatan tempat untuk

mengidentifikasi aspek-aspek psikologis dan

hubungannya dengan komponen fisik. Penelitian

ini dilakukan di promenad tepi sungai Sarawak

(P-TSS), ruang terbuka publik yang terletak di

jalan utama kota Kuching, sebuah kota di

negara bagian Sarawak, Malaysia. Dengan

mengidentifikasi pengaruh atribut fisik berupa

aksesibilitas dan keakraban fisik ruang sebagai

atribut yang mempengaruhi ikatan tempat dan

akan membantu untuk memberi kontribusi

kepada pemahaman citra tempat yang

kemudian membentuk citra kota.

Pengantar

Dalam konteks rancang kota, karakter kota

dihubungkan dengan karakteristik dari suatu

tempat yang memiliki ciri-ciri khusus, perbedaan,

unik, terkenal, dominan, mudah dikenali,

memiliki memori dan mudah di kenal pasti oleh

manusia (Lynch, 1960). Dalam penyelidikan

persepsi, identitas diartikan sebagai pengenalan

kepada suatu objek yang memiliki perbedaan

dari benda lain, objek tersebut dikenal sebagai

unit yang terpisah (Lynch, 1981). Hubungannya

dengan ikatan tempat ialah bagaimana indvidu

manusia atau masyarakat menggunakan ruang,

kemudian memberikannya makna sebagai

tempat untuk membedakan tempat tersebut dari

tempat yang lain (Relph, 1976).

Pengaruh Atribut Aksesibilitas dan Keakraban Fisik Ruang kepada Ikatan Tempat

B 090 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Dalam memahami karakter sesuatu tempat,

beberapa penulis mengungkap pentingnya

atribut dan karakteristik tempat dalam

membentuk sense of place dan ikatan tempat

(Stedman, 2003; Williams et.al, 1995; Gieryn,

2000). Pendekatan atribut adalah penelusuran

bagaimana suatu keadaan tempat disusun oleh

atribut dan karakteristik berbeda sehingga para

pengguna merasakan makna tempat tersebut

(Gieryn, 2000). Penting untuk memahami

karakter tempat melalui kualitas yang dominan

dan mencatat bagaimana dan mengapa kualitas

itu terjadi. Pendekatan ini menjelaskan bahwa

manusia secara emosi hanya melibatkan diri

pada beberapa atribut atau ciri-ciri suatu tempat

saja, tidak secara menyeluruh.

Dua atribut utama dari elemen fisik yang

memberi kontribusi kepada ciri tempat ialah

aksesibilitas dan keakraban fisik. Pertama,

aksesibilitas dikaitkan dengan kemampuan

untuk mencapai dan menemui orang lain,

aktivitas, sumber daya, pelayanan, atau tempat

yang melingkupi kuantitas dan keragaman

unsur-unsur (Lynch, 1981). Konektivitas penting

dalam mendukung vitalitas jalan-jalan dan

pergerakan pejalan kaki. Konektivitas sangat

erat kaitannya dengan permeabilitas tempat

yaitu kemampuan untuk lebih mudah bergerak

dan memperoleh sesuatu. Kualitas ini akan

mendukung ikatan pengguna kepada tempat.

Keakraban fisik merujuk pada fasilitas yang

dapat diidentifikasi, diatur dan dilakukan oleh

masyarakat di suatu lingkungan. Dengan kata

lain keakraban fisik adalah sejauh mana suatu

kawasan dapat teratur dan membentuk sense of

place. Keakraban fisik mencirikan mudahnya

manusia dapat memahami tata letak suatu

tempat (Bentley, 1992) yang merujuk pada

kejelasan townscape baik dari bentuk fisik

maupun fungsi (ragam dan jenis aktivitas). Ini

mempengaruhi bagaimana manusia dapat

memahami peluang apa yang disediakan oleh

tempat tersebut. Tingginya tingkat keakraban

fisik akan memudahkan orang untuk

membentuk imej yang tepat dan jelas tentang

tempat, sementara visibilitas dan kehadiran

sesuatu (appereance) membantu pengguna

untuk menyesuaikan diri pada ruang kota

(Dolbani, 2000). Karakteristik dan tampilan fisik

mempunyai peranan penting dalam mem-

pengaruhi makna tempat. Lingkungan fisik akan

'memberikan imej' sehingga topophilia (cinta

pada tempat) memiliki keterikatan objek yang

nyata (Tuan, 1974).

Studi ini mengamati atribut fisik berupa

aksesibilitas dan keakraban fisik ruang yang

berhubungan dengan dimensi ikatan tempat.

Tujuan studi ini adalah meneliti tingkat

aksesibilitas dan keakraban fisik ruang sebagai

atribut kepada ikatan tempat untuk membangun

ikatan manusia dengan lingkungan lokal mereka.

Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan teknik metode

campuran (mixed method) karena disiplin

rancang kota dianggap sebagai aspek multi-

dimensi (Dolbani, 2000; Yeung, 1996; Lynch,

1960). Akibatnya, strategi mixed method

(kuantitatif dan kualitatif) sesuai digunakan

untuk menjelaskan fenomena tempat. Berbagai

sumber fakta dan data yang dikumpulkan dari

survei lapangan dan wawancara.

Metode ini digunakan berasas kepada asumsi

bahwa bias yang terjadi akan seimbang ketika

sumber data dan metode ditriangulasi (Creswell,

2008). Metode triangulasi ini cocok untuk

menyelidiki setiap layer fenomena, menemukan

titik pertemuan dari data untuk meningkatkan

cakupan dan jangkauan penelitian (Creswell,

2008). Strategi ini cocok untuk menyelidiki

masalah, karena beberapa penyebab dan faktor

potensial dari hubungan antara orang dan

tempat yang beragam dan saling terkait.

Dengan demikian variabel tak bebas, seperti

unsur-unsur fisik, kegiatan dan imej yang

digunakan untuk menemukan atribut yang kuat

dan karakteristik yang mempengaruhi ikatan

pengguna kepada tempat.

Metode Pengumpulan Data

Kuesioner dilakukan kepada 165 responden

yang mencakup pengguna bergerak (82) dan

pengguna statis (83). Pengguna statis adalah

pengguna utama seperti pemilik toko, penjaga

Bambang Karsono

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | B 091

toko, dan pedagang kaki lima sementara

pengguna bergerak adalah pengunjung, siswa

dan warga setempat yang datang untuk

mengunjungi tempat. Pada saat yang sama

wawancara mendalam juga dilakukan di kepada

18 responden.

Observasi dan penilaian karakter kota

digunakan sebagai metode pelengkap untuk

menghasilkan representasi yang lebih lengkap

tentang bagaimana secara ekstensif karakteristik

fisik kawasan. Dalam proses ini, peneliti

bertindak sebagai pengamat luar (outsider)

dengan mendokumentasikan pola aktivitas

berdasarkan fotografi dan dokumen tertulis

(catatan pribadi dan checklist). Indikator untuk

setiap atribut yang dikembangkan untuk

evaluasi adalah hasil pemeriksaan silang kepada

literatur. Format penilaian pada evaluasi ini

dirancang berdasarkan skala 5 poin berasal dari

pengukuran kewajaran kualitas.

Metode Analisis Data Metode triangulasi digunakan dalam analisis

data, meliputi within-method triangulation dan

between-method triangulation (Creswell, 2008).

metode pertama adalah untuk menganalisis

variabel dalam suatu jenis data tertentu

sementara cara yang kedua menyatukan validasi

penemuan antara variabel dan jenis data yang

berbeda.

Data kuantitatif memerlukan agregasi (penya-

tuan) dan penyusunan dalam rangka untuk

membuat makna menjadi jelas; data kualitatif

atau tafsiran mempunyai arti yang perlu

dipahami (Groat & Wang, 2002). Dalam kasus

ini kata kunci (keywords) menjadi indikator dari

tema yang dibangun. Analisis deskriptif akan

dihasilkan dari SPSS versi 12 dan disediakan

dalam bentuk tabel menggunakan Microsoft

Word dan Excel. Format matriks digunakan

untuk mengamati susunan data yang ditabulasi.

Analisis data kuantitatif mengguna-kan cara

central tendency (nilai rata-rata) yang

merupakan nilai wakil dari suatu taburan data.

Prosedur ini akan memperhatikan semua

kumpulan data, tidak boleh terpengaruh oleh

nilai-nilai ekstrem dan harus stabil (Groat &

Wang, 2002). Hasil penelitian disajikan dalam

grafik dan tabel.

Manakala data kualitatif akan diberi kode

(bertema) dan dipisahkan menurut kelompok

(Creswell, 2008; Groat & Wang, 2002) sesuai

dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan

kajian (misalnya unsur fisik, aktivitas dan

makna). Teknik crosstabulation akan digunakan

untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel.

Data dari pengamatan secara langsung

dianalisis berpedoman kepada foto dan

keterangan visual utama (seperti kata pepatah –

‘sesuatu gambar menceritakan sesuatu cerita’).

Data dari penilaian karakterisik kota meliputi

matriks dan nilai yang diberikan untuk meng-

ukur arah pencapaian tempat dalam bentuk

persentase dan nilai rata-rata output. Melalui

proses triangulasi, setiap data akan mendukung

jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini.

Analisis dan Diskusi

Aksesibilitas

Hasil survei memberikan gambaran bahwa

lingkungan fisik memiliki karakteristik yang

mempengaruhi ikatan responden kepada tempat.

Seperti yang terlihat pada tabel 1 (skala 3,33)

menunjukkan reaksi positif terhadap tempat dan

aksesibilitas. Komentar dari wawancara me-

nunjukkan bahwa lokasi promenad adalah dekat

dengan jalur aksesibilitas dari berbagai moda

pergerakan, dekat dengan pusat transportasi

publik dan juga terhubung dengan distrik lain di

dalam kota. Letaknya yang strategis sangat kuat

diungkapkan oleh pengguna statis, yaitu para

pedagang kaki lima dan mereka dominan

mengatakan bahwa lokasinya strategis, sesuai

dengan kegiatan ekonomi di kawasan ini.

"Banyak orang dan wisatawan datang ke sini, jadi

saya memilih untuk meletakkan warung di sini

karena lokasi baik" (Responden 1: kios-pemilik)

"Mudah untuk sampai ke sini dan lokasinya baik,

selalu ada orang yang lewat, jalur publik. Orang

asing (orang barat) selalu ada;. Jika mungkin saya

Pengaruh Atribut Aksesibilitas dan Keakraban Fisik Ruang kepada Ikatan Tempat

B 092 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

tidak ingin pindah ke tempat lain."

(Responden 2: hawker)

"Lokasi yang baik karena ada sungai; banyak orang

berlalu-lalang dan duduk di taman dari sore hingga

tengah malam." (Responden 3: hawker)

Hasil penilaian karakter perkotaan dijelaskan

pada tabel 1 dengan rata-rata 70 %

menunjukkan bahwa P-TSS sukses memberikan

akses. Jalur pejalan kaki telah dirancang dengan

baik, oleh karena itu mudah untuk dijangkau

dari segala arah dan blok perkotaan pendek

meningkatkan permeabilitas dan menciptakan

sumbu yang jelas. Namun, angkutan umum

tidak teridentifikasi sehingga sebagian besar

pengguna mengandalkan kendaraan pribadi.

Tabel 1. Penilaian Karakter Kota : Akesibilitas

Tabel 2. Hubungan Antara Aksesibilitas dan Ikatan

Fungsi

Signifikansi aksesibilitas dapat dijelaskan dari

tabulasi silang pada tabel 2. Hal ini

menunjukkan bahwa responden yang selalu

bersentuhan dengan atribut aksesibilitas, me-

rasakan bahwa ruang terbuka adalah tempat

penting untuk memenuhi keinginan mereka. Ini

menjelaskan bahwa keterikatan fungsi pada

promenad tepi sungai adalah tempat terbaik.

Setidaknya 90% dari responden mengidentifikasi

P-TSS memiliki posisi strategis dan setuju bahwa

ruang terbuka adalah tempat terbaik.

Aksesibilitas dan koneksi yang baik ke sesuatu

tempat mempengaruhi pengguna untuk

menentukan lamanya keterlibatan mereka di

ruang terbuka.

Pengamatan menunjukkan bahwa konektivitas

jalan di P-TSS mampu bertahan dan men-

ciptakan tingkat permeabilitas yang baik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa per-meabilitas

penting dalam mendukung gerakan di ruang

terbuka. Tata letak elemen fisik kawasan ini

terintegrasi berdasarkan jalur paralel yang lebih

kecil menuju P-TSS. Hal ini juga menciptakan

konektivitas pejalan kaki yang baik dengan jarak

pendek dan mendorong gerakan terus menerus

di ruang terbuka.

Keakraban Fisik

Hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel 3,

dengan skor 2,75 menggambarkan bahwa

responden akrab dengan P-TSS. Meskipun

responden sangat mengenali tata letak dan

penanda ruang terbuka, namun hasil survei

tidak menunjukkan pentingnya karakteristik fisik

dalam upaya untuk mempersiapkan unsur-unsur

fisik tertentu untuk mendukung legibiltas.

Responden merasa bahwa tempat ini memiliki

ruang terbuka hijau yang menarik karena

pemandangan dan lansekap, keberadaan

landmark yang populer dan tata letak yang

sangat jelas.

Tabel 3. Karakteristik Dihubungkan dengan

Keakraban Fisik Berdasar Nilai Rata-Rata

Wawancara dengan responden menunjukkan

beberapa elemen dapat dihubungkan kepada

keakraban fisik. Beberapa diantaranya adalah

bangunan sebagai tempat penanda, struktur

bersejarah, pedagang kaki lima, nod

transportasi, jalur pejalan kaki, restoran dan

fasilitas publik. Unsur-unsur ini menyoroti daya

tarik ruang terbuka kepada pengunjung yang

Bambang Karsono

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | B 093

akan mendorong mereka untuk melakukan

kunjungan berulang.

Pengamatan pada P-TSS menunjukkan identitas

yang kuat pada streetscape, imej dan

keterpaduan view. Ini dipengaruhi oleh jalur

pejalan kaki di P-TSS yang telah sukses dalam

menyediakan promenad dengan karakter te-

rtentu terutama karakter street furniture. Juga

kehadiran beberapa tempat memberikan kegiat-

an seperti fasilitas kuliner berkanopi serta

perkampungan yang berada di seberang sungai

depan.

Tabel 4. Penilaian Karakter Kota: Keakraban Fisik

Penilaian karakter kota tentang keakraban

dijelaskan pada tabel 4. Penilaian dilakukan

dengan survei persepsi, P-TSS mudah di-

mengerti karena keragaman bangunan, kualitas

jalan, penanda yang jelas dan ruang fungsional.

Elemen fisik seperti jalan setapak berkontribusi

untuk meningkatkan keakraban dan makna

untuk mempromosikan rasa keakraban kepada

tempat.

P-TSS dikategorikan sebagai ruang terbuka

bersejarah didefinisikan oleh bangunan, ruko

dan struktur perkotaan yang memiliki nilai

sejarah. Berdasarkan pengamatan, fasad antara

yang lama dan baru menciptakan

kesinambungan urban fabrics. Mulai dari rumah

toko tradisional, hotel, kantor hingga bangunan

kontemporer.

Penilaian tentang streetscape ditunjukkan pada

tabel 5. Responden menghubungkan penanda

dan tempat-tempat populer sebagai nod dengan

atraksi menarik (bangunan tua, kios / kedai

makanan, dan nod transportasi) dan kegiatan

usaha seperti pasar malam dan pedagang

asongan. Penanda tempat (didentifikasi sebagai

landmark oleh responden) adalah bangunan

yang terkenal dan memiliki nilai warisan. Seperti

diklaim oleh responden bahwa:

“Landmark kawasan ini adalah rumah suar dan

bangunan ‘steamship’...”

Tabel 5. Penilaian Karakter Kota: Keakraban Fisik

Pengamatan menunjukkan bahwa persimpangan

ruang terbuka dengan jalan menjadi nod yang

paling mudah diidentifikasi karena tingginya

level pergerakan dan pejalan kaki menyeberang,

terutama pada jam sibuk. Ruang terbuka kecil di

sudut persimpangan menciptakan tempat untuk

titik pertemuan dan ruang tunggu. Aliran

kontinu di persimpangan akan meningkatkan

livability dikawasan.

Kesimpulan

Atribut yang diidentifikasi oleh responden di P-

TSS dipengaruhi tidak hanya oleh kualitas

elemen fisik dan intensitas kegiatan, tetapi juga

dipengaruhi oleh ikatan dan makna dengan

ikatan dan pengalaman kepada tempat.

Responden mengakui kedua atribut adalah

penting, hal ini dapat menjadi alasan untuk

menyimpulkan bahwa P-TSS memiliki ikatan

tempat dan menunjukkan ikatan fungsi dan

emosi yang kuat.

Hasil dari penilaian karakter kota menunjukkan

bahwa P-TSS dianggap sukses. P-TSS juga

menerima persepsi positif dari responden.

Karakteristik fisik memiliki pengaruh yang

signifikan pada tingkat ikatan. Sebagian besar

pengguna, yang mengidentifikasi P-TSS sebagai

Pengaruh Atribut Aksesibilitas dan Keakraban Fisik Ruang kepada Ikatan Tempat

B 094 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

strategis dan sangat mudah, sepakat bahwa

promenad adalah tempat terbaik untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Aksesibilitas dan

keakraban fisik memberi peran penting dalam

meningkatkan kemampuan promenad sebagai

tempat untuk bekerja dan bersantai.

Karakteristik promenad diidentifikasi sebagai

lokasi yang strategis karena memiliki akses yang

baik, aksesibilitas yang baik, dekat dengan node

transportasi (bus, taksi, dan perahu), hubungan

baik, permeabilitas, imej, arah yang jelas, nod

yang dikenali dan penanda tempat. Perhatian

diungkapann oleh pengguna P-TSS akan

kurangnya ruang bagi orang untuk duduk dan

bersantai yang akan memberikan rasa nyaman

dan terlindung dari cuaca.

Temuan ini mendukung gagasan bahwa

lingkungan fisik memberikan kontribusi signi-

fikan terhadap makna tempat (Ramsay, 2000;

Stedman, 2003). Penampilan fisik memainkan

peran penting dalam mempengaruhi rasa

tempat. Lingkungan fisik 'memberikan imej'

karena itu topophilia (cinta kepada tempat)

memiliki obyek nyata yang mempengaruhi

ikatan (Tuan, 1977).

Daftar Pustaka

Altman, I., & Low, S. (Eds.). (1992). Place attachment. New York: Plenum Press.

Bentley, I. (1992). Responsive environments: A manual for designers. Oxford: Butterworth Architecture.

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative,

Quantitative, and Mixed Methods Approaches.

California: Sage Publications, Inc.

Dolbani, M. (2000). Responsive public open spaces in the city centre of Kuala Lumpur. Unpublished PHD Thesis, Oxford Brookes University.

Gieryn, T. F. (2000). A space for place in sociology. Journal of Annu. Rev. Social, 26, 463-496.

Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research

Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.

Lynch, K. (1960 ). The image of the city. Massachusetts: MIT Press.

Lynch, K. (1981). Good city form. Massachusetts: MIT

Press. Ramsay, B. (2000). Urban design for communities of

the future. Paper presented at the Seminar on

Sarawak Cities of the Future, Sarawak Development

Institute. Relph, E. (1976). Place and placelessness. London:

Pion Publication.

Stedman, C. R. (2003). Is it really just a social construction? : The contribution of the physical

environment to sense of place. Journal of Society and Natural Resources, 16, 671-685.

Tuan, Y. F. (1977). Space and place: The perspective of experience. London: Edward Arnold.

Williams, D. R., Anderson, B. S., McDonald, C. D., & Patterson, M. E. (1995). Measuring place attachment: More preliminary results. Paper presented at the Leisure Research Symposium,

NRPA Congress, San Antonio. Yeung, H. W., & Victor, R. (1996). Urban imagery and

the main street of nation: The legibility of Orchard Road in the eyes of Singaporeans. Journal of Urban Studies, 33(3).