pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

Upload: nur-kholiq

Post on 26-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    1/25

    DOSEN PE

    EMB

    NI

    MAKALAH

    SUPERVISI PENDIDIKAN IPA

    GAMPU : Prof. Dr. H. DJAMAN SATOR

    INAAN PROFESIONALISME GURU IP

    Oleh

    KETANG WIYONO(NIM. 0908074)

    PENDIDIKAN IPA (S-3)SEKOLAH PASCASARJANA

    ERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

    2009

    1

    , M.A

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    2/25

    2

    PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU IPA

    Oleh : Ketang Wiyono

    PENDAHULUAN

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    mengamanatkan Pemerintah Republik Indonesia untuk melindungi segenap

    bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

    umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengamanatkan Pemerintah untuk

    mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yangbertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

    serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk mengemban

    amanat tersebut, ditetapkanlah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Sistem pendidikan nasional dimaksudkan untuk menjamin pemerataan

    kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta

    efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tuntutan perubahan kehidupan

    lokal, nasional, dan global. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan,

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan menetapkan delapan standar nasional pendidikan yang harus

    menjadi acuan sekaligus kriteria dalam menetapkan keberhasilan penyelenggaran

    pendidikan nasional. Delapan standar nasional pendidikan yang dimaksud

    meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik

    dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

    standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

    Salah satu standar yang berkaitan langsung dengan keberhasilan

    penyelenggaraan pendidikan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan,

    khususnya guru. Guru sebagai tenaga profesional bertugas mewujudkan tujuan

    pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

    manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

    mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    3/25

    3

    demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan tujuan

    pendidikan nasional tersebut, guru sebagai tenaga profesional wajib memiliki

    kualifikasi akademik dan kompetensi, serta sehat jasmani dan rohani,

    sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kualifikasi akademik untuk guru adalah

    tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang

    dibuktikan dengan ijazah yang mencerminkan kemampuan akademik yang

    relevan dengan bidang tugas guru. Kompetensi guru adalah seperangkat

    pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

    dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Standar kualifikasi

    akademik dan kompetensi guru telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

    Akademik dan Kompetensi Guru yang meliputi Guru TK/RA, Guru SD/MI,Guru

    SMP/MTs, Guru SMA/MA dan Guru SMK/MAK untuk kelompok mata pelajaran

    normatif dan adaptif.

    Pencapaian standar kualifikasi akademik dan penguasaan kompetensi guru

    dibuktikan melalui sertifikat profesi guru yang diperoleh melalui program

    sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi adalah proses untuk mengukur dan

    menilai pencapaian kualifikasi akademik dan kompetensi minimal yang dicapai

    oleh seorang guru. Guru profesional yang memiliki kualifikasi akademik dan

    kompetensi yang memenuhi standar akan mampu mewujudkan pendidikan

    nasional yang bermutu. Oleh karena itu, program sertifikasi merupakan salah satu

    program utama untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

    Mutu Pendidikan Nasional

    Mutu pendidikan nasional yang tercermin dalam kompetensi lulusan

    satuan-satuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti proses, isi,

    pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

    pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Mutu pendidikan dicerminkan oleh

    kompetensi lulusan yang dipengaruhi oleh kualitas proses dan isi pendidikan.

    Pencapaian kompetensi lulusan yang memenuhi standar harus didukung oleh isi

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    4/25

    4

    dan proses pendidikan yang juga memenuhi standar. Perwujudan proses

    pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh kinerja pendidik dan tenaga

    kependidikan, kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, kualitas pengelolaan,

    ketersediaan dana, dan sistem penilaian yang valid, obyektif dan tegas. Oleh

    karena itu perwujudan pendidikan nasional yang bermutu harus didukung oleh isi

    dan proses pendidikan yang memenuhi standar, pendidik dan tenaga kependidikan

    yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi agar berkinerja

    optimal, serta sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan yang memenuhi

    standar.

    Kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya guru, selain

    ditentukan oleh kualifikasi akademik dan kompetensi juga ditentukan oleh

    kesejahteraan, karena kesejahteraan yang memadai akan memberi motivasi

    kepada guru agar melakukan tugas profesionalnya secara sungguh-sungguh.

    Kesungguhan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan sangat

    menentukan perwujudan pendidikan nasional yang bermutu, karena selain

    berfungsi sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, guru juga berfungsi sebagai

    pembimbing kegiatan belajar peserta didik dan sekaligus sebagai teladan bagi

    peserta didiknya, baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. Selain ditentukan

    oleh kinerja guru, upaya peningkatan mutu pendidikan nasional juga akan sangat

    ditentukan oleh pelaksanaan penilaian yang valid, obyektf dan tegas, baik

    penilaian oleh guru dan satuan pendidikan maupun penilaian oleh pemerintah.

    Khusus penilaian oleh guru dan satuan pendidikan mempunyai peran yang sangat

    penting dalam peningkatan mutu pendidikan, karena selain bertujuan untuk

    memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

    berkesinambungan, juga bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta

    didik dalam rangka memelihara kontinuitas proses belajar peserta didik.

    Sertifikasi Profesi Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan

    Jika kita mencermati Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

    Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, jelas bahwa undang-undang tersebut

    berintikan peningkatan kesejahteraan guru yang ditandai oleh adanya tunjangan

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    5/25

    5

    khusus, tunjangan fungsional dan tunjangan profesi pendidik. Namun harus

    disadari bahwa peningkatan kesejahteraan guru yang diamanatkan oleh Undang-

    Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    bukan merupakan tujuan, tetapi lebih sebagai instrumen untuk meningkatkan

    kinerja guru agar berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

    Peningkatan kesejahteraan bagi guru yang telah memenuhi standar

    kualifikasi akademik dan kompetensi akan berfungsi meningkatkan kinerja, tetapi

    peningkatan kesejahteraan bagi guru yang kualifikasi akademik dan

    kompetensinya belum memenuhi standar sulit diharapkan untuk berdampak

    terhadap peningkatan kinerja sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, khusus

    untuk tunjangan profesi pendidik hanya akan diterima oleh guru profesional yang

    ditandai dengan kepemilikan sertifikat profesi guru melalui program sertifikasi.

    Melalui program sertifikasi guru, akan terbentuk guru profesional, yaitu guru yang

    minimal telah memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi dan

    kepada mereka akan diberi tunjangan profesi pendidik yang besarnya sama

    dengan satu kali gaji pokok, dan selanjutnya diharapkan bahwa mereka akan

    berkinerja optimal dan pada gilirannya akan mewujudkan pendidikan nasional

    yang bermutu.

    Sebaliknya kesejahteraan yang diberikan kepada guru yang belum

    memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi, sulit untuk mewujudkan

    kinerja yang optimal dan selanjutnya juga tidak akan berdampak terhadap

    peningkatan mutu pendidikan nasional. Oleh karena itu memberikan tunjangan

    profesi pendidik sebagai salah satu komponen kesejahteraan kepada semua guru

    tanpa sertifikasi tidak akan berdampak terhadap peningkatan kinerja guru dan

    dengan sendirinya juga tidak akan berdampak terhadap peningkatan mutu

    pendidikan nasional.

    Dari uraian tersebut jelas bahwa sertifikasi akan berdampak terhadap

    peningkatan kinerja guru dan selanjutnya berdampak terhadap peningkatan mutu

    pendidikan nasional apabila sertifikasi dapat dilakukan secara obyektif dan valid.

    Artinya sertifikat profesi guru hanya diberikan kepada guru yang telah memenuhi

    standar kualifikasi akademik dan benar-benar telah memiliki standar kompetensi

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    6/25

    6

    atau kompetensi minimal yang disyaratkan, dan hal ini hanya akan terwujud

    apabila program sertifikasi dilakukan secara obyektif dan valid. Selain itu,

    sertifikasi juga harus berkeadilan, dalam arti prioritas kesempatan untuk

    mengikuti sertifikasi berdasarkan atas berbagai faktor yang merupakan indikator

    kualitas dan prestasi guru di lapangan, seperti kesenioran (usia, kualifikasi

    akademik, pengalaman akademik,kepangkatan), prestasi kerja sehari-hari yang

    dinilai oleh atasan dan teman sejawat, dan kinerja profesional yang diperlihatkan

    dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan demikian mudah dipahami bahwa

    program sertifikasi yang dilaksanakan secara obyektif, valid dan berkeadilan akan

    berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja guru dan selanjutnya akan

    berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

    Guru Sebagai Jabatan Profesional

    Dalam rangka pencapaian hasil dan proses pembelajaran seperti yang

    diharapkan, maka upaya pertama yang harus dilakukan adalah memposisikan guru

    sebagai pekerja yang profesional, mengapa demikian?. Sebab banyak orang

    termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa jabatan guru merupakan jabatan

    profesional. Ada yang beranggapan bahwa setiap orang bisa menjadi guru. Si A,

    si B, atau siapa saja, walaupun mereka tidak memahami ilmu keguruan dapat saja

    dianggap sebagai guru, asalkan paham materi pelajaran yang akan diajarkannya.

    Apakah pandangan seperti itu benar?. Apabila mengajar dianggap hanya sebagai

    proses penyampaian materi pelajaran, pendapat semacam itu ada benarnya.

    Konsep mengajar yang demikian, tentunya sangat sederhana, yaitu asal paham

    informasi yang akan diajarkannya kepada siswa, maka ia dapat menjadi guru.

    Tetapi mengajar tidak sesederhana itu bukan?. Mengajar tidak sekedar

    menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku

    siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu dalam poses

    mengajar terdapat kegiatan membimbing, melatih keterampilan intelektual,

    keterampilan psikomotorik, dan memotivasi siswa agar memiliki kemampuan

    inovatif dan kreatif. Oleh karena itu seorang guru perlu memiliki kemampuan

    merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    7/25

    7

    dianggap cocok dengan materi pembelajaran, termasuk di dalamnya

    memanfaatkan bebagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin

    efektifitas pembejaran. Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki

    kemampuan khusus, yaitu kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang

    lain yang bukan guru. A teacher is person charged with the responbility of

    helping others to learn and to behave in new different ways (Cooper, 1990).

    Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan

    kemampuan khusus hasil dari proses pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga

    Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Untuk meyakinkan bahwa guru

    sebagai pekerjaan profesional, marilah kita tinjau ciri-ciri pokok dari pekerjaan

    profesional :

    (a) Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam

    yang hanya diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai,

    sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya. Seorang

    dokter, psikolog, saintis, ekonom, dan berbagai profesi lainnya dihasilkan

    dari lembaga-lembaga pendidikan yang relevan dengan profesi tersebut,

    (b) Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang

    spesifik sesuai dengan jenis profesinya,

    (c) Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar

    belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga

    semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai profesinya,

    semakin tinggi pula tingkat keahliannya.

    Dari ketiga ciri perkerjaan profesional yang disebutkan di atas, lalu apa

    ciri-ciri guru yang profesional dan apa saja yang harus dibekali oleh Lembaga

    Pendidikan Tenaga Kependidikan untuk menghasilkan calon-calon guru yang

    profesional? Berikut marilah kita simak ciri-ciri guru yang profesional. Ada tujuh

    komponen yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai

    guru yang profesional, yaitu :

    a. Gur u sebagai sumber belaj ar; Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan

    erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    8/25

    8

    profesional manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik,

    sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

    Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang

    diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Sebagai

    sumber belajar, guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak

    dibandingkan dengan siswanya. Guru harus mampu menunjukkan sumber

    belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan

    belajar di atas rata-rata siswa lainnya. Guru harus mampu melalukan

    pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan menentukan materi inti (core),

    yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, dan mana materi yang

    diingat kembali karena pernah di bahas.

    b. Guru sebagai fasil itator; Sebagai fasilitator guru guru berperan dalam

    memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses

    pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator, ada

    beberapa hal yang harus dipahami guru. Pertama, guru perlu memahami

    bebagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media

    tersebut. Pemahaman terhadap media penting, belum tentu suatu media cocok

    digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran. Kedua, guru perlu

    mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan

    merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh

    seorang guru profesional. Dengan merancang media yang cocok akan

    memudahkan proses pembelajaran, yang pada gilirannya tujuan pembelajaran

    akan tercapai secara optimal. Ketiga, guru dituntut untuk mampu

    mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan sebagai

    sumber belajar, termasuk memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan

    tehnolgi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti

    perkembangan teknologi mutakhir. Melalui teknologi informasi

    memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang

    dianggap cocok. Keempat, sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai

    kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini

    sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    9/25

    9

    siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar

    mereka.

    c. Guru sebagai pengelola; Sebagai pengelola pembelajaran (learning

    manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang

    memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan

    kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk

    terjadinya proses belajar seluruh siswa. Sebagai menager guru memiliki

    empat fungsi umum. Pertama, merencanakan tujuan belajar. Fungsi

    perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer.

    Kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya

    memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus,

    menentukan topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta

    menentukan sumber yang diperlukan. Melalui fungsi ini guru berusaha

    menjembatani jurang dimana murid berada dan kemana mereka harus pergi.

    Keputusan semacam ini menuntut kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif.

    Kedua, mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan

    tujuan belajar. Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja

    suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian

    tanggung jawab dalam rangka mewujutkan tujuan program pembelajaran

    yang telah direncanakan. Ketiga memimpin yang meliputi memotivasi,

    mendorong, dan menstimulasi siswa. Fungsi memimpin adalah fungsi yang

    bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin adalah

    berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi siswa

    sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keempat

    mengawasi segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya

    atau belum dalam rangka pencapaiaan tujuan. Fungsi mengawasi bertujuan

    untuk mengusahakan peristiwaperistiwa yang sesuai dengan rencana yang

    telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan

    pengambilan pengawasan yang terstruktur, walaupun proses tersebut sangat

    kompleks.

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    10/25

    10

    d. Gur u sebagai demonstrator; Peran guru sebagai demonstrator adalah peran

    guru agar dapat mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat

    membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang

    disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai

    demonstrator berarti guru harus menunjukkan sifat-sifat terpuji dalam setiap

    aspek kehidupan, dan guru merupakan sosok ideal yang dapat diteladani

    siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan

    bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan

    dihayati oleh setiap siswa.

    e. Gur u sebagai pembimbin g; Seorang guru dan siswa seperti halnya petani

    dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya

    cepat tumbuh dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan

    berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada

    waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar

    tanamannya itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama dan penyakit

    yang bisa menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan

    sehat, hingga tanaman menghasilkan buah. Demikian juga halnya seorang

    guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ini atau jadi itu.

    Siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tugas

    guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh

    dan berkembang sesuai dengan potensinya. Agar guru dapat berperan sebagai

    pembimbing, ada dua hal yang harus dimiliki. Pertama, guru harus

    memahami anak didik yang sedang dibimbingnya. Misalnya memahami

    tentang gaya dan kebiasaan belajarnya, memahami potensi dan bakatnya.

    Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik

    merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, maupun

    merencanakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan

    dengan baik, manakala sebelumnya guru merencanakan hendak dibawa

    kemana siswanya, apa yang harus dilakukan, dan lain sebagainya.

    f. Gur u sebagai motivator; Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan

    salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    11/25

    11

    kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Tetapi

    disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk belajar. Oleh karena itu untuk

    memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif untuk dapat

    membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa hal yang patut diperhatikan

    agar dapat membangkitkan motivasi belajar adalah sebagai berikut :

    1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai,

    2. membangkitkan minat siswa,

    3. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,

    4. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa,

    5. Memberikan penilaian yang positif,

    6. Memberi komentar tentang hasil pekerjaan siswa, dan

    7. menciptakan persaingan dan kerjasama.

    g. Guru sebagai evaluator; Sebagai evaluator, guru berperan untuk

    mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang

    telah dilakukan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir

    pembelajaran (berupa nilai atau angka-angka) tetapi juga dilakukan terhadap

    proses, kinerja, dan skill siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang

    bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa memegang peranan penting.

    Sebab melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang

    diajarkannya sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga

    mereka layak diberikan program pembelajaran baru; atau malah sebaliknya

    siswa belum bisa mencapai standar minimal, sehingga mereka perlu

    diberikan remedial. Sering guru beranggapan bahwa evaluasi sama dengan

    melakukan tes, artinya guru telah melakukan evaluasi manakala ia telah

    melakukan tes. Hal ini tentu kurang tepat, sebab evaluasi adalah suatu proses

    untuk menentukan nilai atau makna tertentu pada sesuatu yang dievaluasi.

    Dengan demikian tes hanya salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

    menentukan makna tersebut. Kelemahan yang sering terjadi dengan

    pelaksanaan eveluasi selama ini adalah guru dalam menentukan keberhasilan

    siswa terbatas hanya pada hasil tes yang dilakukan secara tertulis. Akibatnya

    sasaran pembelajaran hanya terbatas pada kemampuan siswa untuk mengisi

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    12/25

    12

    soalsoal yang biasa keluar dalam tes. Oleh karena itu evaluasi semestinya

    juga dilakukan terhadap proses pembelajaran. Hal ini sangat penting sebab

    evaluasi terhadap proses pembelajaran pada dasarnya evaluasi terhadap

    keterampilan intelektual secara nyata.

    Untuk menghasilkan guru-guru yang profesional merupakan suatu tugas

    berat yang harus diemban oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

    (LPTK) sebagai lembaga yang perperan dalam mempersiapkan tenaga guru,

    dalam hal ini dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli (dosen) yang profesional juga.

    Dalam mempersiapkan calon guru yang profesional ke depan disarankan bahwa

    kegiatan perkuliahan yang membekali para calon guru, harus menunjukkan

    beberapa kriteria pembelajaran yang relevan bagi profesi guru, yaitu (1) Calon

    guru perlu dipersiapkan untuk mengajar dengan strategi yang tepat, mampu

    merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil

    pembelajaran, (2) Perkuliahan lebih efektif bila ditanamkan pengalaman belajar

    seperti menggali dan mengolah informasi, bukan memberi informasi, (3) Para

    dosen perlu mengembangkan ketrampilan bertanya yang dirancang untuk

    membantu para calon guru untuk berpikir kritis mengenai materi yang dipelajari,

    dan membangkitkan kemampuan calon guru untuk dapat mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan, (4) strategi perkuliahan bagi calon guru perlu diarahkan untuk

    membangun kesadaran terhadap kesulitan-kesulitan konsepsi, melatih

    keterampilan, dan menumbuhkan sikap ingin tahu.

    Kita harus menyadari bahwa apapun yang diperoleh dan dialami oleh

    calon guru selama dipersiapkan di Lembaga pendidikan guru (pre-service)

    cenderung akan berbekas dan akan ditiru dalam menjalankan tugasnya sebagai

    seorang guru kelak. Pembekalan kompetensi dan profesionalisme guru pada

    tingkat pre-service (di LPTK) merupakan sebagai landasan yang harus dimiliki

    oleh seorang guru. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, profesi guru perlu terus ditingkakan melalui kegiaan pembinaan profesi

    yang dilaksanakan oleh berbagai unsur pada berbagai tingkatan. Semua unsur

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    13/25

    13

    yang terlibat pembinaan bermuara pada kompetensi guru dalam kapasitasnya

    sebagai pengelola/pelaksana proses pembelajaran.

    Unsur Pembina profesional guru berasal dari tingkat pemerintahan pusat

    (Depdiknas), pemerintahan daerah (Dinas), dan tingkatan sekolah. Selain unsur

    yang berasal dari kelembagaan pemerintah, terdapat pula yang berasal dari

    organisasi profesi seperti PGRI, ISPI, dan sebaginya. Landasan hukum pembinaan

    profesional guru terdiri dari Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun

    2003 pasal 39 tentang sistem pendidikan nasional, Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan dan UU guru dan dosen.

    Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, pelaksana

    pembinaan profesional guru dijabarkan ke dalam bentuk kelembagaan Pemerintah

    Pusat. Pembinaan profesional pada tingkat Pemerintah Daerah dilaksanaan oleh

    lembaga/organisasi yang dibentuk berdasarkan ketentuan Dinas Pendidikan

    Provinsi dan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten yakni Pengawas dan Musyawarah

    Guru Mata Pelajaran (MGMP). Secara struktural MGMP tersebut terbagi dalam

    berbagai tingkatan yang didasarkan pada jenjang pendidikan/sekolah dan jenis

    mata pelajaran/bidang studi. Berdasarkan jenjang pendidikan terdapat MGMP

    SMP dan MGMP SMA, sedangkan berdasarkan jenis mata pelajaran untuk

    jenjang SMP contohnya adalah M GMP Sains/Pengetahuan Alam, MGMP

    Matematika, MGMP Bahasa Inggris dan sebagainya. Untuk jenjang SMA antara

    lain MG MP B i ol ogi , MG MP F i si k a, MG MP K i mi a, MGMP Matematika,

    MGMP Bahasa Indonesia dan sebagainya. Untuk setiap jenjang dan jenis, secara

    hierarki MGPM dibagi ke dalam MGMP Pusat, MGMP Wilayah dan MGMP

    Sekolah. Di tingkat Sekolah Dasar bentuk organisasi yang mengarah ke

    pembinaan profesional guru adalah Kelompok Kerja Guru (KKG). Pembinaan

    profesional guru pada tingkat sekolah tempat guru melaksanakan tugas dilakukan

    oleh Kepala Sekolah dan MGMP sekolah. MGMP Sekolah dalam melakukan

    pembinaan profesional dilaksanakan dalam bentuk pertemuan periodik untuk

    mendiskusikan peningkatan kualitas pembelajaran. Kepala Sekolah melakukan

    pembinaan profesional secara internal dalam bentuk supervisi akademis dan non

    akademis kepada para guru. Mekanisme Pembinaan Profesional Guru untuk

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    14/25

    14

    memecahkan permasalahan belum terpenuhinya sebagian aspek persyaratan

    keprofesionalan guru, diperlukan suatu sistem pembinaan profesional guru secara

    berkesinambungan. Dalam pasal 39 ayat (2) UU SISDIKNAS dinyatakan bahwa

    Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

    melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

    pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

    msyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Tersuratnya sebutan

    profesional untuk tenaga pendidik (guru), menuntut harus dipenuhinya berbagai

    persyaratan profesional oleh guru. Surya (2005) merekomendasikan hal yang

    harus dilaksanakan dalam rangka mereposisi jabatan guru menjadi jabatan

    profesional sebagai berikut:

    1. Pemerintah harus ada kemauan dan komitmen politik untuk menempatkan

    posisi guru dalam keseluruhan pendidikan nasional dan memberikan

    penghargaan sesuai dengan hak dan martabatnya. Penataan kembali berbagai

    perundang-undangan dan produk hukum yang berkaitan dengan pendidikan,

    agar lebih sesuai dengan tuntutan yang berkembang. Dalam penataan ini dapat

    dilakukan perbaikan perundang-undangan yang telah ada, dan menghasilkan

    produk baru termasuk undangundang khusus tentang guru.

    2. Mewujudkan suatu sistem manajemen guru dan tenaga kependidikan lainnya

    dalam satu institusi yang meiliki kewenangan nasional secara terpadu yang

    sistematik, sinergik, dan simbiotik. Seluruh aspek manajemen guru yang

    mencakup antara lain rekrutmen, pendidikan, penempatan, pembinaan, dan

    pengembangan berada dalam satu sistem pengelolaan tunggal yang

    profesional dan proporsional. Pengelolaan yang lebih bersifat birokratis harus

    digeser menjadi pengelolaan yang lebih bersifat pemberdayaan dengan

    suatu mobilitas yang terbuka baik secara vertikal maupun horizontal sesuai

    dengan kesempatan dan kompetensinya serta memperhitungkan berbagai

    variabel individual.

    3. Pembenahan sistem pendidikan dan pelatihan guru yang lebih fungsional

    untuk lebih menjamin dihasilkan kualitas profesional guru dan tenaga

    kependidikan lainnya. Dilihat dari posisi dan perannya, guru memerlukan

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    15/25

    15

    kompetensi pribadi dan profesi agar mampu mampu melaksanakan proses

    pendidikan secara mendasar. Oleh karena itu pendidikan dan latihan guru

    hendaknya lebih berorientasi pada pembentukan dan pemberdayaan

    kepribadian guru profesional, lingkungan kehidupan pendidikan, dinamika

    adaptasi yang tinggi, pengembangan dedikasi kependidikan, dsb. Pendidikan

    guru pada masa kini harus menggunakan strategi yang lebih mengarah pada

    pembentukan kepribadian dan kompetensi, memiliki keterkaitan dengan

    lingkungan dan kebutuhan.

    4. Pengembangan satu sistem remunerasi (gaji dan tunjangan lainnya) bagi para

    guru secara adil, bernilai ekonomis, serta memiliki daya tarik sedemikian rupa

    sehingga merangsang para guru melakukan tugasnya dengan penuh dedikasi

    dan memberikan kepuasan lahir batin. Sejalan dengan rekomendasi

    UNESCO/ILO, dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan guru

    Indonesia, sistem penggajian guru harus dibangun sebagai satu kulminasi

    kesatuan berbagai variabel yang saling terkait yaitu: (1) jenjang pendidikan

    tempat guru bertugas, (2) tingkat pendidikan, (3) pengalaman/masa kerja, (4)

    beban kerja, (5) kreativitas, (6) lokasi atau lingkungan kerja, (7) kepangkatan.

    Rekomendasi tersebut mengisyaratkan bahwa dalam usaha mereposisi guru ke

    posisi jabatan profesional harus dilakukan melalui manajemen terpadu yang

    melibatkan berbagai unsur dan memperhatikan berbagai variabel yang

    berpengaruh, serta dilakukan secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut,

    maka dalam membina profesionalisme guru IPA juga harus dilakukan secara

    terpadu dengan melibatkan berbagai komponen baik komponen struktural maupun

    non-struktural dan dilaksanakan secara berkelanjutan. Arah pembinaan guru IPA

    ditekankan kepada pencapaian kemampuan dan keterampilan melaksanakan

    pembelajaran IPA yang meliputi penggunaan: 1) open-ended inquiry, 2)

    collaborative learning, 3) active participation during lecture, 4) in cooperation of

    relevan material and 5) integration of the laboratory experiences with the lectur

    material(Wagner, 2001).

    Komponen-komponen tersebut merupakan indikator keprofesionalan guru

    yang menjadi tolok ukur keberhasilan proses pembinaan. Membina

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    16/25

    16

    profesionalisme guru berarti praktek profesional dari supervisor dan organisasi

    profesi untuk membantu guru dalam mencapai indikator tersebut di atas. Guru

    yang menunjukkan indikator seperti di tersebut di atas dalam melaksanakan

    pembelajaran diharapkan akan menjadi jaminan mutu pendidikan (science

    education quality assurance). Manejemen pembinaan profesional guru dilakukan

    dengan pendekatan TQM yang mendudukan setiap orang sebagai manajer dalam

    posisinya dan semua komponen terlibat di dalamnya (Sallis, 1993). Berdasarkan

    prinsip TQM, dalam pelaksanaan pembinaan profesional guru diarahkan harus

    terjadi tarnsformasi budaya dari budaya tradisional ke budaya mutu (cultural

    change), serta proses perbaikan/peningkatan dilaksanakan secara

    berkesinambungan(continuous improvement).

    Sebagai contoh program penataran guru untuk kemampuan guru dalam

    menguasai bahan ajar(content) seharusnya dilaksanakan secara terencana dengan

    tujuan yang jelas dan metode sesuai. Apabila kegiatan penataran ini dilakukan

    asal tugas penyelenggaraan selesai tidak akan berdampak pada peningkatan

    kemampuan guru-guru tersebut. Dalam kaitan ini budaya asal selesai

    seharusnya diubah kepada budaya penyelenggaraan berkualitas untuk membina

    profesionalisme guru telah tersedia berbagai lembaga atau organisasi profesi baik

    di tingkat pusat maupun daerah. Lembaga/organisasi tersebut dipersiapkan Pusat

    dan Daerah untuk membantu para guru dalam meningkatkan kemampuan dan

    keterampilan mengajar. Komponen-komponen tersebut dapat dibagai menjadi dua

    kategori yaitu, kategori struktural dan kategori non-struktural. Komponen

    Pembina yang termasuk kategori struktural antara lain Kepala Sekolah, Pengawas,

    LPMP, P4TK. Sedangkan yang termasuk kategori non-struktural antara lain

    MGMP, KKG, PGRI, dan lain-lain.

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    17/25

    17

    PROGRAM PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU IPA

    A. TINGKAT PUSAT

    Program pembinaan profesionalisme guru ditingkat pusat dilaksanakan

    oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional yang memiliki fungsi:

    1. Penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang peningkatan mutu

    pendidik dan tenaga kependidikan;

    2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan mutu pendidik dan tenaga

    kependidikan;3. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang

    peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan;

    4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan mutu

    pendidik dan tenaga kependidikan;

    5. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal.

    Dalam menjalankan fungsinya tersebut PMPTK memiliki Visi : terwujudnya

    Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang Profesional dan Bermartabat

    dan Misi : meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan melalui

    kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi untuk membangun suasana belajar dan

    proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

    potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

    kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara.

    Program pembinaan profesionalisme guru ditingkat pusat dijabarkan oleh

    Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan IPA

    (P4TK IPA) yang memiliki fungsi :

    1. merencanakan program pengembangan penataran guru;

    2. melaksanakan teknis pendidikan untuk meningkatkan mutu kompetensi guru;

    3. melaksanakan pengembangan penataran guru;

    4. melaksanakan peningkatan cara penyajian dan materi penataran;

    5. melaksanakan pengendalian dan evaluasi penataran guru;

    6. melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga P4TK IPA.

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    18/25

    18

    Dalam melaksanakan fungsinya P4TK IPA memiliki Visi : Terwujud Pendidik

    dan Tenaga Kependidikan IPA yang Profesional, Bermartabat dan Berwawasan

    Global dan Misi : (1) pengembangan model-model diklat berbasisi Riset dan

    Kepakaran bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (2) pengembangan Bahan

    dan Media Diklat Berbasis Riset dan Kepakaran bagi Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan IPA; (3) penyelenggaraan layanan diklat secara prima bagi

    Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA.; (4) sosialisasi Produk-produk inovasi

    Pendidikan IPA melalui Forum Nasional dan Internasional; (5) pengembangan

    Jejaring Kerja dalam upaya peningkatan profesionalitas Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan IPA secara Nasional dan Internasional; (6) pengembangan kualitas

    dan Kuantitas SDM P4TK IPA; (7) Peningkatan sarana dan prasarana P4TK

    IPA; (8) Pelaksanaan dalam Ketatausahaan dan Rumah tangga Lembaga.

    B. TINGKAT PROVINSI

    Program pembinaan profesionalisme guru ditingkat Provinsi dilaksanakan

    oleh LPMP atau Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan yang berada dibawah

    Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

    Departemen Pendidikan Nasional yang berada di Provinsi. LPMP dikembangkan

    berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 tanggal

    4 Juli 2003. Adapun Tugas Pokok LPMP adalah melaksanakan Penjaminan Mutu

    Pendidikan Dasar dan Menengah di provinsi berdasarkan kebijakan nasional dan

    memiliki fungsi :

    1. Pengukuran dan evaluasi pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah

    2. Perancangan model-model pembelajaran di sekolah sesuai dengan kebutuhan

    provinsi dan standar mutu nasional

    3. Fasilitasi lembaga pendidikan dalam proses pembelajaran dan evaluasi hasil

    belajar

    4. Fasilitasi lembaga pendidikan dalam pengelolaan sumber daya pendidikan

    5. Fasilitasi pelaksanaan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik

    dan tenaga kependidikan

    6. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    19/25

    19

    7. Pelaksanaan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan

    dan kerumahtanggaan lembaga

    C. TINGKAT KABUPATEN

    Program pembinaan profesionalisme guru ditingkat Kabupaten

    dilaksanakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA (MGMP-IPA) Tingkat

    Kabupaten. Keterlibatan guru dalam penyusunan KTSP telah menuntut kreativitas

    berpikir guru mata pelajaran dalam menyusun kurikulum (silabus dan rencana

    pembelajarn) meliputi; pengembangan tujuan, materi, metode dan evaluasi,

    pembelajaran yang cocok, untuk dikembangkan sesuai dengan kondisi sosial dan

    budaya lingkungan sekolah masing-masing. Selama ini fungsi kegiatan MGMP-

    IPA dipandang kurang efektif dan dianggap hanya buang-buang waktu.

    Pandangan ini dipertegas dengan adanya beberapa kasus disuatu sekolah bahwa

    seorang guru tidak diizinkan atau dipersulit untuk mengikuti kegiatan MGMP-

    IPA, karena pihak sekolah menganggap MGMP-IPA tidak penting, hanya

    pemborosan biaya dan mengganggu kegiatan belajar siswa di sekolah. Dipihak

    lain dana bantuan pemerintah sangat terbatas untuk membiayai kegiatan MGMP-

    IPA.

    Pandangan semacam itu bukan hanya bahan evaluasi bagi pihak sekolah

    dan pemerintah dalam mendorong dan menyuntikkan dana lebih besar lagi guna

    meningkatkan fungsi dan efektivitas kegiatan MGMP-IPA, namun harus menjadi

    bahan pemikiran adalah mengapa selama ini MGMP-IPA dianggap kegiatan

    buang-buang waktu dan pemborosan dana. Kenyataan ini tentu harus diselesaikan

    dengan menggiring MGMP-IPA menjadi sebuah kegiatan kelompok profesional

    yang menyikapi permasalahan-permasalahan pendidikan secara khusus dalam

    kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran dan secara umum permasalahan

    pendidikan yang ada di masyarakat. Untuk menuju ke arah sana hendaknya

    kegiatan MGMP-IPA tidak dilakukan secara monoton sebagai pertemuan

    menyusun silabus dan skenario pembelajaran, karena kegiatan semacam ini dapat

    dilakukan oleh guru masing-masing di sekolah. Lebih penting dalam setiap

    pertemuan guru harus mendapatkan suatu hal yang baru tentang pendidikan,

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    20/25

    20

    khususnya dalam mata pelajaran yang digeluti. Hal-hal baru tersebut di zaman

    sekarang tidak sulit dicari, dengan mengakses internet banyak sekali bahan-bahan

    yang dapat didiskusikan dalam setiap pertemuan MGMP-IPA. Guna mengatur

    semua itu, setiap guru anggota MGMP-IPA dapat ditugaskan untuk presentasi

    hasil penelitian, makalah, artikel, pengalaman mengajar dalam menerapkan suatu

    metode tertentu, pengembangan materi yang sudah dilakukan oleh guru mata

    pelajaran di sekolahnya masing-masing,

    METODE PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU IPA

    1. Kunjungan Kelas/Observasi Kelas

    Kunjungan kelas atau observasi kelas merupakan teknik yang sangat

    efektif untuk mengetahui pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung.

    Dengan metode ini dapat diketahui berbagai aspek profesional yang berkaitan

    dengan pembalajaran. Teknik ini dapat juga dikembangkan sebagai bentuk

    teaching audit. Kunjungan kelas dapat dilakukan oleh guru senior (guru inti),

    kepala sekolah ataupun juga pengawas sekolah. Setelah kunjungan kelas dapat

    ditindaklanjuti dengan pertemuan pribadi (pertemuan empat mata) untuk

    membahas masalah-masalah yang ditemukan di kelas serta mencari solusi terbaik

    dari masalah tersebut.

    2. Rapat Dewan Guru

    Rapat dewan guru merupakan salah satu bagian dari teknik pembinaan

    profesionalisme guru. Dengan rapat dewan guru dapat diketahui permasalahan-

    permasalahan yang dihadapi oleh semua guru sehingga akan memudahkan guru

    IPA dalam mengidentifikasi masalah serta mencari solusinya. Dalam rapat dewan

    guru juga dapat dipakai sebagai ajang tukar pikiran terutama bagi guru mata

    pelajaran yang serumpun (guru Fisika, guru Kimia, Guru Biologi dan juga guru

    Matematika) serta membahas keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata

    pelajaran lainnya.

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    21/25

    21

    3. Studi Banding (Kunjungan lintas sekolah/daerah)

    Studi banding sangat tepat dilakukan guru dalam rangka untuk mengetahui

    metode dan teknik pembelajaran guru IPA di sekolah lain. Selain itu juga dapat

    mengetahui kegiatan-kegiatan yang menunjang proses belajar mengajar

    diantaranya pengelolaan laboratorium IPA dan perpustakaan.

    4. Pengawas Guru Mata Pelajaran

    Dalam rangka pembinaan profesionalisme guru secara formal dilakukan

    oleh pengawas sekolah (pengawas mata pelajaran). Untuk menjadi pengawas mata

    pelajaran hendaknya memiliki latar belakang dan pengalaman yang sesuai dengan

    mata pelajaran yang akan menjadi bidang pembinaannya. Ada beberapa tugas

    pengawas guru IPA sebagai bagian pembinaan prosesioanlisme guru antara lain :

    (1) mengupayakan agar guru IPA lebih bersungguh-sungguh dan bersemangat

    dalam mengajar; (2) mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sehingga

    prinsip belajar tuntas tercapai; (3) mengupayakan agar dalam menjalankan

    tugasnya guru tidak mendapatkan tekanan; (4) membuat kesepakatan dengan guru

    IPA dan kepala sekolah tentang targer out put yang harus dicapai; dan (5)

    melakukan pemantauan dan penilaian secara periodik terhadap keberhasilan

    mengajar guru.

    4. Buletin Pendidikan IPA

    Buletin Pendidikan IPA sebagai salah satu sarana informasi bagi

    pengembangan pengetahuan guru-guru IPA. Melalui buletin/jurnal pendidikan

    IPA guru dapat memperoleh informasi-informasi terbaru hasil penelitian tentang

    mata pelajaran IPA. Guru juga dapat mempublikasikan hasil-hasil karyanya

    kedalam buletin agar dapat dibaca dan dikritisi oleh pihak-pihak yang kompeten.

    5. PemanfaatanICT

    IPA adalah mata pelajaran yang erat kaitannya dengan perkembangan

    IPTEK, sehingga guru IPA-pun harus melek teknologi. Pada masa kini guru IPA

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    22/25

    22

    hendaknya memanfaatkan teknologi dalam pembelajarannya, karena jika tidak

    maka guru akan ketinggalan informasi dibandingkan siswa yang sangat familier

    dengan informasi dan teknologi. Untuk mendukung pengembangan profesiolisme

    guru sebaiknya guru IPA juga harus memiliki : e-mail, facebook, blog dan

    lainnya. Guru juga dapat bergabung dengan komunitas sokoguru, HFI atau

    lainnya. Dalam hal menambah wawasan guru IPA juga memanfaatkan sumber-

    sumber online antara lain: www.e-dukasi.net,www.colorado.edu,www.windows.

    ucar.edu, planetary.org, spaceweather.com, howstuffworks.com.

    6. Penataran/Pelatihan Pendidikan IPA

    Penataran atau pelatihan pendidikan IPA biasanya dilakukan sebagai

    upaya penyegaran bagi guru-guru IPA yang dalam pelaksanaannya dapat

    mengkombinasikan antara materi akademis dengan pengalaman lapangan.

    Penataran adalah cara efektif untuk mensosialisasikan dan menerapkan hasil

    inovasi baru dalam pendidikan IPA.

    7. MGMP Pendidikan IPA

    MGMP IPA adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru IPA

    di sanggar ataupun di masing-masing sekolah yang terdidiri dari dua unsur yaitu

    musyawarah dan guru mata pelajaran (IPA). MGMP IPA berfungsi sebagai sarana

    komunikasi, konsultasi dan tukar pengalaman. Wadah komunikasi ini sangat

    diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan profesionalisme guru

    IPA.

    8. Penelitian Tindakan Kelas

    Penelitian Tindakan Kelas adalah bagian penting dalam upaya pembinaan

    profesinal guru IPA. Penelitian Tindakan Kelas berorientasi pada pemecahan

    masalah pembelajaran yang menggunakan siklus-siklus berspiral dari identifikasi

    masalah, analisis masalah (pemilihan masalah yang urgen), perumusan masalah

    yang layak untuk ditindaki. Setelah itu, dapat dirumuskan hipotesis tindakan,

    diikuti dengan perencanaan dan pelaksanaan tindakan, pengumpulan data yang

    http://www.e-dukasi.net/http://www.colorado.edu/http://www.colorado.edu/http://www.e-dukasi.net/
  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    23/25

    23

    sistematik, analisis, evaluasi dan refleksi. Selanjutnya, dari hasil refleksi akan

    ditentukan apakah perlu dilakukan tindakan dalam siklus berikutnya. Pada

    umumnya rencana kedua tidak sama dengan rencana tindakan pertama atau

    dilakukan penyempurnaan rencana sebelumnya berdasarkan hasil refleksi siklus

    sebelumnya. Akhirnya penentuan kembali masalah pembelajaran. Tujuan

    penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang

    dapat diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk

    memperbaiki praksis secara langsung, di sini dan sekarang (Raka Joni,1998).

    9. Peran LPTK

    Tuntutan terhadap lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin

    dirasakan mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja.

    Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang

    memungkinkan peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing)

    membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan antar lembaga

    pendidikan akan semakin berat. Pengertian mutu terkadang sudah direduksi

    dengan berkiblat kepada orientasi terhadap kekuatan dominan tertentu, karena

    adanya persaingan tersebut. Mereka yang hadir di kemudian, dituntut bersaing

    dengan mereka yang terlebih dahulu ada bahkan sudah lebih maju. Apa mungkin?

    Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang

    semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi LPTK untuk mengupayakan

    cara-cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik

    lainnya, yang antara lain dicapai melalui revitalisasi peran ilmu pendidikan dalam

    rangka peningkatan mutu LPTK. Peningkatan mutu LPTK pada akhirnya juga

    akan meningkatkan profesioanalisme guru yang notabene adalah out put dari

    LPTK tersebut.

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    24/25

    24

    KESIMPULAN

    Dari hasil pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam rangka

    meningkatkan profesioanlisme guru mata pelajaran IPA ada beberapa hal yang

    perlu kita perhatikan antara lain :

    1. Bahwa guru adalah pekerjaan profesional yang harus disadari oleh guru itu

    sendiri.

    2. Pekerjaan profesional harus ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang

    sesuai dan menekankan pada keahlian pada bidang tertentu.

    3. Guru perlu diberi kebebasan dalam mengelola proses belajar mengajar dan

    harus bebas dari tekanan dan kepentingan yang tidak sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    4. Guru perlu diberi kebebasan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat

    meningkatkan profesionalisme-nya seperti MGMP, seminar, dan lainnya.

    5. Dalam rangka peningkatan profesionalisme, guru IPA harus melek teknologi

    (technology literacy).

    DAFTAR PUSTAKA

    Cooper, J.M. (1990). Classroom Teaching Skills. Lexinton: D.C. Heath and

    Company.

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

    Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang meliputi Guru TK/RA,

    Guru SD/MI,Guru SMP/MTs, Guru SMA/MA dan Guru SMK/MAK

    untuk kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif

    Peraturan Pemerintah R.I. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

    Pendidikan

    Raka Joni, T. (1998).Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kedua :Prosedur

    Pelaksanaan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah,

    Ditjen Dikti.

    Sallis, E. (1993).Total Quality Management in Education. London: Kogan Page

    Limited

    Satori, D. (1983).Pelayanan Profesional Bagi Guru-guru. Bandung: Pustaka

    Martiana

  • 7/25/2019 pembinaan_profesionalisme_guru_ipa-ketang_w.pdf

    25/25

    Satori, D. (2001).Pengawasan Pendidikan Di Sekolah. Bandung: Makalah tidak

    dipublikasikan, Bandung.

    Surya, M. (2005). Profesi Guru Dalam Kenyataan dan Harapan. MakalahSemiloka Nasional Profesionalisasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

    Bandung: FIP-UPI

    Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

    Dosen.

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan

    Nasional. Jakarta: CV Cemerlang

    Wagner, E. (2001).Development and Evaluation of a Standards-Based Approach

    to Instruction in General Chemistry. Elektronic Journal of ScienceEducation Vol. 6 No.1