pdf created with deskpdf pdf writer - trial ::...

19
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Povidon Iodine 1. Pengertian Povidon-iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon berwarna coklat gelap dan timbul bau yang tidak menguntungkan (Ganiswara, 1995). Povidone-iodine merupakan agens antimikroba yang efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra- maupun pascaoperasi, dalam penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan (Morison, 2003 dikutip dari Helm, 1978), dan untuk mengurangi sepsis luka pada luka bakar (Morison, 2003 dikutip dari Zellner & Bugyi, 1985). Tjay dan Rahardja (2002) mendefinisikan bahwa kompleks dari iod dengan polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air. 2. Mekanisme kerja povidon iodine Povidon-iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 μg/ml dan bersifat bakterisid pada kadar 960 μg/ml. Mikobakteria tuberkulosa bersifat resisten terhadap bahan ini. Povidon-iodine memiliki toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam larutan pembersihnya akan lebih meningkat toksisitasnya (Peter, 1992). Dalam 10% povidon iodine mengandung 1% iodiyum yang mampu membunuh bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dam waktu 15 menit (Ganiswara, 1995). PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Upload: vuongcong

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Povidon Iodine

1. Pengertian

Povidon-iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon berwarna

coklat gelap dan timbul bau yang tidak menguntungkan (Ganiswara,

1995). Povidone-iodine merupakan agens antimikroba yang efektif dalam

desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra- maupun pascaoperasi, dalam

penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan

(Morison, 2003 dikutip dari Helm, 1978), dan untuk mengurangi sepsis luka

pada luka bakar (Morison, 2003 dikutip dari Zellner & Bugyi, 1985). Tjay

dan Rahardja (2002) mendefinisikan bahwa kompleks dari iod

dengan polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air.

2. Mekanisme kerja povidon iodine

Povidon-iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 µg/ml dan

bersifat bakterisid pada kadar 960 µg/ml. Mikobakteria tuberkulosa

bersifat resisten terhadap bahan ini. Povidon-iodine memiliki

toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam larutan

pembersihnya akan lebih meningkat toksisitasnya (Peter, 1992).

Dalam 10% povidon iodine mengandung 1% iodiyum yang mampu

membunuh bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dam waktu

15 menit (Ganiswara, 1995).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

7

3. Manfaat povidon iodine

Tjay dan Rahardja (2002) berpendapat bahwa :

a. Povidon-iodine 10% merupakan antiseptik solution yang

digunakan:

1) Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi

pada luka-luka seperti : lecet, terkelupas, tergores, terpotong

atau terkoyak.

2) Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka khitan.

3) Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan

timbulnya infeksi.

b. Sebagai obat kumur dengan konsentrasi 1%.

c. Sebagai pencuci tangan sebelum operasi 10%, dapat mengurangi

populasi kuman hingga 85% dan kembali ke posisi normal setelah 8

jam.

d. Sebagai larutan pembersih 2%, salep 2% , sebagai lotion 0.75%.

4. Pemberian povidon-iodine

Betadine-antiseptik solution dapat digunakan beberapa kali dalam

sehari, dan digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk

mengoles maupun kompres (Rahman, 2007).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

8

B. Metronidazole

1 Pengertian

Metronidazole adalah (1b-hidroksi-etil)2-metil-5-nitriimidazol yang

berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol.

Metronidazole merupakan obat antibakteri dan anti protozoa sintetik

derivat nitroimidazole yang mempunyai aktivitas bakterisid, amebisid dan

trikomonosid (Ganiswara, 1995).

2 Mekanisme kerja Metronidazol

Dalam sel atau mikroorganisme metronidazol mengalami reduksi menjadi

produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan

menghambat sintesa asam nukleat, mempengaruhi anaerob yang

mereduksi nitrogen membentuk intermediet.

3 Manfaat Metronidazol

Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. Bakteri anaerob

membuat infeksi yang berbau busuk yang secara khas terkurung dalam

dinding abses. Metronidazole digunakan untuk mengobati infeksi anaerob

yang secara khas tersusun dari organisme campuran gram negatif dan

gram positif. Infeksi terjadi bila bakteri anaerob menembus daerah yang

oksigenasinya buruk (Olson, 2004).

4 Pemberian Metronidazol

Metronidazole topikal efektif mengatasi luka dengan eksudat dan tidak

menimbulkan rasa nyeri ataupun tidak enak ( Kalinski. et. al, 2005).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

9

C. Kanker Payudara

1. Definisi Kanker Payudara

Price (2005) mendefinisikan kanker payudara adalah kanker yang sering

terjadi pada kaum wanita (diluar kanker kulit). Kanker payudara

memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau

lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasi yang kemudian

berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Sedangkan

menurut Ramli, (1995) kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu

pertumbuhan jaringan payudara yang abnormal yang tidak memandang

jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase.

Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar.

2. Etiologi

Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel

payudara.Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri

dari jaringan yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal

mengalami pemisahan dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan

sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus

tumbuh, jumlah sel-sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali

sehingga membentuk tumor (Anonim, 2008). Menurut Smettzer & Bare,

(2002) tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya

serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian penunjang

dapat menyebabkan kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

10

bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa

yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.

3. Faktor-faktor resiko :

Menurut Smeltzer & Bare, (2002) faktor-faktor resiko kejadian kanker

payudara meliputi :

a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Resiko mengalami kanker

payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap

tahun.

b. Anak perempuan dari saudara perempuan (hubungan keluarga

langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Resikonya

meningkat dua kali jika ibunya menderita kanker payudara sebelum

berusia 60 tahun.

c. Menarche dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita

yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat anak pertama.

e. Menepouse pada usia lanjut. Menopouse setelah usia 50 tahun

meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.

f. Riwayat penyakit payudara jinak.

g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas.

h. Kontrasepsi oral

i. Masukan alkohol.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

11

4. Distribusi dan Klasifikasi

Dari seluruh kanker payudara sekitar 50 % tumbuh pada kuadran lateral

atas, 10% pada ketiga kuadran lain dan 20% sub areolar.

Klasifikasi kanker payudara menurut Robbin, (2002) adalah sebagai

berikut:

a. Non Invasif (Noninfiltratif)

1) Karsinoma intraduktal

2) Karsinoma intraduktal dengan penyakit paget

3) Karsinoma lobuler insitu.

b. Invasif (Infiltratif)

1) Karsinoma intraduktal invasif

2) Karsinoma duktal invasif dengan penyakit paget

3) Karsinoma lobuler invasif

4) Karsinoma meduler

5) Karsinoma koloid

6) Karsinoma tubular

7) Karsinoma kista adenoid

8) Karsinoma apokrin

9) Karsinoma papiler skuamosa.

Sedangkan klasifikasi berdasarkan TNM menurut Smeltzer & Bare

(2002).

Tumor primer (T) :

T0 Tidak ada bukti tumor primer

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

12

Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor kurang dari 2 cm

T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm

T3 Tumor lebih dari 5 cm

T4 Perluasan kedinding dada, inflamasi

Kelenjar getah bening regional (N) :

N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional.

N1 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah

N2 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap

N3 Metastasis ke kelenjar mamaria interna ipsilateral

Metastasis jauh (M) :

M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh (termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikular

ipsilateral)

5. Pentahapan Kanker Payudara

Pentahapan kanker menurut Smeltzer & Bare, (2002).

a. Tahap I

Tumor kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak

metastasis.

b. Tahap II

Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, nodus limfe tidak

terfiksasi negative atau positif dan tidak terdeteksi adanya metastasis.

c. Tahap III

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

13

Tumor lebih dari 5 cm, nodus limfe terfiksasi positif dalam area

clavikular dan tidak terdeteksi adanya metastasis.

d. Tahap IV

Tumor sembarang ukuran lebih dari 5 cm, nodus limfe normal atau

kankerosa dan metastasis jauh.

Table 2.1: Pentahapan kanker payudara

Pengelompokan Stadium

Bertahan Hidup 5 tahun (% pasien)

Stadium 0 Tis N0 M0 99% Stadium 1 T1 N0 M0 92% Stadium IIA T0 N1 M0 82% T1 N1 M0 T2 N0 M0 Stadium IIB T2 N1 M0 65% T3 N0 M0 Stadium IIIA T0 N2 M0 47% T1 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N1, N2 M0 Stadium IIIB T4 N apa

saja M0 44%

T apa saja

N3 M0

Stadium IV T apa saja

N apa saja

M1 14%

Dikutip dari Price & Wilson, (2005)

6. Pengobatan

Menurut Ramli, (1995) dalam hal pengobatan yang perlu diketahui :

a. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan

dan harapan hidup yang baik.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

14

b. Jenis-jenis pengobatan:

Pada stadium I, II dan III awal (stadium operable), sifat pengobatan

adalah kuratif. Pengobatan pada stadium I,II dan IIIa adalah

operasi yang primer, terapi lainnya hanya bersifat ajuvant. Untuk

stadium I,II pengobatan adalah radikal mastektomi atau modified

radikal mastektomi, dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika

ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila mengandung metastase

maka diberikan terapi radiasi ajuvant dan sitostatika ajuvant. Jika

kelenjar getah bening aksila tidak mengandung metastase, maka

terapi radiasi dan sitostatika ajuvant tidak diberikan. Stadium IIIa

adalah simpel mastektomi dengan radiasi dengan sitostatika

ajuvant. Untuk stadiun lanjut, yaitu stadium IIIb dan IV sifat

pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi

penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk

stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan

utama adalah radiasi dan dapat diikuti modalitas lain yaitu

hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan yang

primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan

kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi.

c. Kemoterapi Cyclofosfamid Adriamycin Fluorasil

(CAF)danCyclofosfamid Epirubisin Fluorasil (CEF)

Kemoterapi ajufan untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat

multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

15

yang paling sering dianjurkan disebut CAF dan meliputi siklofosfamid

(Cytoxan), Adriamycin , fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.

Terapi ini biasanya diberikan selama 3-6 bulan. Adriamycin memiliki

efek samping mengganggu perfusi jantung oleh karena itu pasien yang

memiliki penyakit jantung dapat digantikan dengan Epirubicin sehingga

kombinasi ini disebut CEF (Wim, 1997).

7. Luka Kanker Payudara

a. Definisi luka kanker

Luka kanker dikenal pula dengan sebutan fungating malignant wound

atau malignant cutaneus wound. Luka kanker merupakan infiltrasi sel

tumor yang merusak lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh

deposisi dan atau proliferasi sel ganas dengan bentuk menonjol atau tidak

beraturan, biasanya seringkali muncul berupa benjolan (nodul) yang

keras, non mobile, bentuknya menyerupai jamur(caulli flower), mudah

terinfeksi, mudah berdarah,nyeri, mengeluarkan cairan yang berbau tidak

sedap dan sulit sembuh (Gitaraja, 2004). Normalnya sebuah luka akan

sembuh dalam waktu maksimal 14 hari, tetapi luka akibat pertumbuhan

sel kanker sulit diharapkan sembuh dalam jangka waktu tersebut

(Anonim, 2008).

Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang sukar

sembuh. Menurut Potter&Perry, (2001) luka kronik adalah luka yang

gagal melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas fungsi

dan anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang normal. Seperti luka

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

16

kronik lainnya, luka kanker payudara juga mengalami tahapan proses

penyembuhan luka.

Luka kanker ada pada tahapan proliferasi yang memanjang, dimana

terjadi penurunan fibroblas, penurunan produksi kolagen, dan

berkuirangnya angiogenesis kapiler. Oleh karena itu luka kanker terus

ada pada kondisi hipoksia panjang yang kemudian menjadi jaringan

nekrotik. Jaringan nekrotik merupakan fasilitator terhadap

perkembangbiakan bakteri aerob dan anaerob (Gitaraja, 2004).

b. Pengkajian luka kanker payudara

1) Letak dan luas luka

Pengkajian luka kanker terutama untuk menilai lokasi luka dan

kemungkinan letak penyebaran. Kemudian ukur besarnya luka

meliputi panjang, lebar dan ketinggian karena biasanya luka kanker

menonjol /keatas.

2) Warna dasar luka.

Luka kanker memiliki bentuk menonjol sehingga cukup sulit

membaginya ke dalam stadium luka. Kemudahan untuk menilai derajat

keseriusan luka kanker adalah menilai warna dasar luka. System ini

bersifat konsisten, mudah dimengerti dan sangat tepat guna dalam

membantu memilih tindakan dan terapi perawatan luka serta

mengevaluasi kondisi luka. Menurut Netherland Woundcare

Consultant Society, (1984) dikutip dari Gitaraja, (2004) penggolongan

berdasarkan warna dasar luka meliputi:

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

17

a) Red / Merah

Luka dengan dasar warna luka merah tua atau merah terang dan

selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih dengan banyak

vaskularisasi, karenanya mudah berdarah.Tujuan perawatan luka

adalah mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab

dan mencegah terjadinya trauma/perdarahan.

b) Yellow/Kuning

Luka dengan dasar warna luka kuning/kuning kecoklatan/kuning

kehijauan / kuning pucat adalah jaringan nekrosis. Merupakan

kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskularisasi.

Luka pada kanker payudara stadium lanjut berwarna kuning yang

menunjukkan adanya jaringan nekrosis dan buruknya vaskularisasi.

Tujuan perawatannya adalah meningkatkan sistem autolisis

debridemen agar luka berwarna merah, absorb eksudat,

menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi kejadian infeksi.

c) Black/Hitam

Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,

merupakan jaringan avaskularisasi. Tujuan perawatannya sama

dengan dasar warna luka kuning.

c. Masalah Khas Pada Luka Kanker Payudara

Menurut Gitaraja , (2004) masalah khas pada luka kanker payudara adalah

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

18

1) Bau tidak sedap

Bau tidak sedap disebabkan karena terjadinya penurunan vaskularisasi

jaringan/hipoksia sehingga jaringan granulasi menjadi nekrosis. Jaringan

nekrotik yang dibiarkan tak terawat sangat mudah terkontaminasi dengan

bakteri aerob dan anaerob dan sangat cepat berkembang biak sehingga

menimbulkan bau yang tidak sedap. Pengkajian masalah bau tidak sedap

masih tergolong subyektif karena tergantung dari penilaian seseorang untuk

mengenal bau dengan lebih baik. Menurut Gitaraja, (2004) beberapa kriteria

yang dapat memonitor bau dan dapat membantu dalam pengkajian dan

evaluasi perawatan yaitu ; Bau kuat : bau tercium kuat dalam ruangan (6-

10 langkah dari pasien) dengan balutan tertutup.Bau sedang : bau tercium

kuat dalam ruangan (6-10 langkah dari pasien) dengan balutan terbuka.Bau

ringan : bau tercium bila dekat dengan penderita pada saat

balutan dibuka. Bau tidak ada : bau tidak tercium saat disamping penderita

dengan balutan terbuka.

2) Cairan yang berlebihan

Cairan yang berlebihan disebabkan karena terjadinya peningkatan

permeabilitas fibrinogen dan plasma sehingga luka menjadi sangat eksudatif.

3) Perdarahan

Kelainan hemostasis dapat berupa perdarahan yang disebabkan oleh infiltrasi

sel tumor sekitar pembuluh darah, gangguan fungsi dan jumlah trombosit

turun atau defisiensi faktor koagulasi.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

19

4) Nyeri

Nyeri pada kanker terbagi menjadi dua katagori yaitu nyeri timbul oleh

karena sel tumor yang bermetastase atau nyeri timbul sebagai akibat dari

pemberian pengobatan kanker. Hampir sebagian klien mengeluh nyeri yang

timbul berhubungan dengan saat mengganti balutan. Balutan yang menempel

kuat pada luka tentulah sulit untuk dibuang sehingga pada saat dicabut

menimbulkan perdarahan dan nyeri.

5) Maserasi pada kulit sekitar luka

Ketidakmampuan balutan luka menyerap cairan luka menyebabkan cairan

luka menggenang dan mengenai kulit sehat sekitar luka, jika balutan tidak

segera diganti dapat menyebabkan lecet/maserasi seringkali menimbulkan

rasa tidak nyaman terutama gatal dan nyeri.

6) Infeksi

Kejadian infeksi pada luka kanker dapat diidentifikasikan dengan adanya

eritema yang makin meluas, edema, cairan berubah purulen, nyeri yang lebih

sensitif, peningkatan temperatur tubuh, peningkatan jumlah sel darah putih

dan timbul bau yang khas. Pseudomonas aeruginase dan staphylococcus

aureus merupakan organisme patogenik yang sering muncul, namun selama

komponen sistemik tubuh mampu mengatasi hal ini dan kolonisasi bakteri

tidak melebihi jumlah normal, teknik pencucian dan perawatan yang tepat

cukup mampu mengatasi hal tersebut.

d. Perawatan luka kanker payudara

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

20

Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kanker payudara, yang pertama

menyangkut pembersihan/pencucian luka , prinsip kedua menyangkut

pemilihan balutan. Luka kering dibersihkan dengan teknik swabbing yaitu

ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kassa steril yang dibasahi

dengan air steril atau NaCl 0,9%. Sedang luka basah dan mudah berdarah

dibersihkan dengan teknik irigasi yaitu disemprot lembut dengan air steril

atau NaCl 0,9%, atau kompres povidon iodine 10% selama 15 menit

(Ganiswara, 2005). Tujuan perawatan luka kanker payudara dengan bau

adalah membuang jaringan mati dan mengeliminasi kontaminasi bakteri.

Autolitik atau enzymatic debridement merupakan metode yang cukup

dianjurkan untuk membuang jaringan mati. Penggunaan therapy antibiotik

topikal pada luka kanker payudara seperti metronidazole sangat efektif untuk

membunuh bakteri yang dapat menimbulkan bau (Gitaraja, 2004). Pembalut

luka merupakan sarana vital untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap

cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan membuang jaringan mati pada

luka kanker ( Keast, 2007). Nistatin yang dikombinasikan dengan

metronidazole dan tepung maizena digunakan untuk mengurangi iritasi/lecet,

menyerap cairan dan mengurangi bau yang tidak sedap pada luka kanker

payudara.

Sedangkan prinsip perawatan luka kanker yang lain adalah tidak boleh

membuat luka menjadi sebuah luka baru (berdarah lagi), dan juga harus bisa

mengontrol bau yang tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mencegah

infeksi, mengurangi nyeri, dan merawat kulit di sekitar luka (Anonim, 2008).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

21

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kalinski, (2005) penggunaan

metronidazol topikal sangat efektif mengatasi bau pada luka kanker, dari 16

pasien yang dilakukan perawatan luka dengan metronidazole gel 0,75%

dilaporkan 10 pasien bau busuk pada luka hilang dan 6 pasien bau menjadi

berkurang.

e. Fase penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan yang

berhubungan dengan regenerasi jaringan. Menurut Kozier, (1995) dikutip dari

Potter & Perry, (2001) fase/tahap penyembuhan luka meliputi:

1) Fase Inflamatory

Terjadi segera setelah luka dan berakhir 3-4 hari. Dua proses utama yang

terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis

(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di

daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin dan pembentukan

bekuan darah di daerah luka. Selama sel berpindah, lekosit (terutama

netrofil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati makrofag

yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah luka.

Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang

disebut fagositosis.

2) Fase proliferasi

Berlangsung dari hari ke 3 atau 4 sampai hari ke 21 setelah pembedahan.

Fibroblast yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah

pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

22

yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Seiring

perkembangan kapilarisasi jaringan berwarna merah. Jaringan ini disebut

granulasi, jaringan yang lunak dan mudah pecah.

3) Fase maturasi

Dimulai hari ke 21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast

terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan srtuktur

yang lebih kuat. Bekas luka menjadi lebih kecil, kehilangan elastisitas dan

meninggalkan garis putih.

f. Faktor - faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis

karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling

berkesinambungan. Setiap kejadian luka mekanisme tubuh akan

mengupayakan pengembalian komponen jaringan yang rusak tersebut dengan

membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya

(Gitaraja, 2004). Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses

regenasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi oleh faktor

intrinsik dan ekstrinsik. Dengan mengenal kedua faktor penghambat tersebut

diharapkan agar dapat mengoreksi/ mengevaluasi proses penyembuhan luka.

Faktor intrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam

proses penyembuhan luka, yang cukup berpengaruh pada luka kanker

payudara meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi

jaringan, status imunologi dan penyakit penyerta (hipertensei, DM,

arteriosclerosis). Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

23

luar penderita meliputi : pengobatan (kemoterapi), radiasi, stress psikologis,

infeksi, iskemi dan trauma jaringan (Potter & Perry, 2001)

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

24

E. Kerangka Teori

LUKA KRONIS KANKER PAYUDARA

Gambar 1, Kerangka teori luka kronis kanker payudara Gitaraja ( 2004 ), Potter & Perry (2001).

Perawatan luka

Kompres Povidon iodin

Kompres metronidazole

Faktor pengahambat (ekstrinsik) : Pengobatan Stress psikis Infeksi Trauma jaringan

Perbaikan luka : tidak berbau, eksudat berkurang, tidak mudah berdarah, tidak ada maserasi, tidak ada infeksi, nyeri berkurang

Luka bau, infeksi

Eksudat banyak

Luka mudah berdarah

Maserasi kulit sekitar luka, nyeri

Faktor penghambat (intrinsik) : usia nutrisi&hidrasi oksigenasi status imunologi

Penurunan vaskularisasi jaringan

Peningkatan permeabilitas pembuluh darah

Defisiensi faktor koagulasi

Penggantian balutan yang tidak tepat

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com