6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Povidon Iodine
1. Pengertian
Povidon-iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon berwarna
coklat gelap dan timbul bau yang tidak menguntungkan (Ganiswara,
1995). Povidone-iodine merupakan agens antimikroba yang efektif dalam
desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra- maupun pascaoperasi, dalam
penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan
(Morison, 2003 dikutip dari Helm, 1978), dan untuk mengurangi sepsis luka
pada luka bakar (Morison, 2003 dikutip dari Zellner & Bugyi, 1985). Tjay
dan Rahardja (2002) mendefinisikan bahwa kompleks dari iod
dengan polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air.
2. Mekanisme kerja povidon iodine
Povidon-iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 µg/ml dan
bersifat bakterisid pada kadar 960 µg/ml. Mikobakteria tuberkulosa
bersifat resisten terhadap bahan ini. Povidon-iodine memiliki
toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam larutan
pembersihnya akan lebih meningkat toksisitasnya (Peter, 1992).
Dalam 10% povidon iodine mengandung 1% iodiyum yang mampu
membunuh bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dam waktu
15 menit (Ganiswara, 1995).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
7
3. Manfaat povidon iodine
Tjay dan Rahardja (2002) berpendapat bahwa :
a. Povidon-iodine 10% merupakan antiseptik solution yang
digunakan:
1) Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi
pada luka-luka seperti : lecet, terkelupas, tergores, terpotong
atau terkoyak.
2) Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka khitan.
3) Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan
timbulnya infeksi.
b. Sebagai obat kumur dengan konsentrasi 1%.
c. Sebagai pencuci tangan sebelum operasi 10%, dapat mengurangi
populasi kuman hingga 85% dan kembali ke posisi normal setelah 8
jam.
d. Sebagai larutan pembersih 2%, salep 2% , sebagai lotion 0.75%.
4. Pemberian povidon-iodine
Betadine-antiseptik solution dapat digunakan beberapa kali dalam
sehari, dan digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk
mengoles maupun kompres (Rahman, 2007).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
8
B. Metronidazole
1 Pengertian
Metronidazole adalah (1b-hidroksi-etil)2-metil-5-nitriimidazol yang
berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol.
Metronidazole merupakan obat antibakteri dan anti protozoa sintetik
derivat nitroimidazole yang mempunyai aktivitas bakterisid, amebisid dan
trikomonosid (Ganiswara, 1995).
2 Mekanisme kerja Metronidazol
Dalam sel atau mikroorganisme metronidazol mengalami reduksi menjadi
produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan
menghambat sintesa asam nukleat, mempengaruhi anaerob yang
mereduksi nitrogen membentuk intermediet.
3 Manfaat Metronidazol
Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. Bakteri anaerob
membuat infeksi yang berbau busuk yang secara khas terkurung dalam
dinding abses. Metronidazole digunakan untuk mengobati infeksi anaerob
yang secara khas tersusun dari organisme campuran gram negatif dan
gram positif. Infeksi terjadi bila bakteri anaerob menembus daerah yang
oksigenasinya buruk (Olson, 2004).
4 Pemberian Metronidazol
Metronidazole topikal efektif mengatasi luka dengan eksudat dan tidak
menimbulkan rasa nyeri ataupun tidak enak ( Kalinski. et. al, 2005).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
9
C. Kanker Payudara
1. Definisi Kanker Payudara
Price (2005) mendefinisikan kanker payudara adalah kanker yang sering
terjadi pada kaum wanita (diluar kanker kulit). Kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasi yang kemudian
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Sedangkan
menurut Ramli, (1995) kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu
pertumbuhan jaringan payudara yang abnormal yang tidak memandang
jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase.
Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar.
2. Etiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel
payudara.Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri
dari jaringan yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal
mengalami pemisahan dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan
sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus
tumbuh, jumlah sel-sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali
sehingga membentuk tumor (Anonim, 2008). Menurut Smettzer & Bare,
(2002) tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian penunjang
dapat menyebabkan kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
10
bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa
yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
3. Faktor-faktor resiko :
Menurut Smeltzer & Bare, (2002) faktor-faktor resiko kejadian kanker
payudara meliputi :
a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Resiko mengalami kanker
payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap
tahun.
b. Anak perempuan dari saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Resikonya
meningkat dua kali jika ibunya menderita kanker payudara sebelum
berusia 60 tahun.
c. Menarche dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita
yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat anak pertama.
e. Menepouse pada usia lanjut. Menopouse setelah usia 50 tahun
meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.
f. Riwayat penyakit payudara jinak.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas.
h. Kontrasepsi oral
i. Masukan alkohol.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
11
4. Distribusi dan Klasifikasi
Dari seluruh kanker payudara sekitar 50 % tumbuh pada kuadran lateral
atas, 10% pada ketiga kuadran lain dan 20% sub areolar.
Klasifikasi kanker payudara menurut Robbin, (2002) adalah sebagai
berikut:
a. Non Invasif (Noninfiltratif)
1) Karsinoma intraduktal
2) Karsinoma intraduktal dengan penyakit paget
3) Karsinoma lobuler insitu.
b. Invasif (Infiltratif)
1) Karsinoma intraduktal invasif
2) Karsinoma duktal invasif dengan penyakit paget
3) Karsinoma lobuler invasif
4) Karsinoma meduler
5) Karsinoma koloid
6) Karsinoma tubular
7) Karsinoma kista adenoid
8) Karsinoma apokrin
9) Karsinoma papiler skuamosa.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan TNM menurut Smeltzer & Bare
(2002).
Tumor primer (T) :
T0 Tidak ada bukti tumor primer
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
12
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor kurang dari 2 cm
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm
T3 Tumor lebih dari 5 cm
T4 Perluasan kedinding dada, inflamasi
Kelenjar getah bening regional (N) :
N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional.
N1 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah
N2 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap
N3 Metastasis ke kelenjar mamaria interna ipsilateral
Metastasis jauh (M) :
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh (termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikular
ipsilateral)
5. Pentahapan Kanker Payudara
Pentahapan kanker menurut Smeltzer & Bare, (2002).
a. Tahap I
Tumor kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak
metastasis.
b. Tahap II
Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, nodus limfe tidak
terfiksasi negative atau positif dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
c. Tahap III
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
13
Tumor lebih dari 5 cm, nodus limfe terfiksasi positif dalam area
clavikular dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
d. Tahap IV
Tumor sembarang ukuran lebih dari 5 cm, nodus limfe normal atau
kankerosa dan metastasis jauh.
Table 2.1: Pentahapan kanker payudara
Pengelompokan Stadium
Bertahan Hidup 5 tahun (% pasien)
Stadium 0 Tis N0 M0 99% Stadium 1 T1 N0 M0 92% Stadium IIA T0 N1 M0 82% T1 N1 M0 T2 N0 M0 Stadium IIB T2 N1 M0 65% T3 N0 M0 Stadium IIIA T0 N2 M0 47% T1 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N1, N2 M0 Stadium IIIB T4 N apa
saja M0 44%
T apa saja
N3 M0
Stadium IV T apa saja
N apa saja
M1 14%
Dikutip dari Price & Wilson, (2005)
6. Pengobatan
Menurut Ramli, (1995) dalam hal pengobatan yang perlu diketahui :
a. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan
dan harapan hidup yang baik.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
14
b. Jenis-jenis pengobatan:
Pada stadium I, II dan III awal (stadium operable), sifat pengobatan
adalah kuratif. Pengobatan pada stadium I,II dan IIIa adalah
operasi yang primer, terapi lainnya hanya bersifat ajuvant. Untuk
stadium I,II pengobatan adalah radikal mastektomi atau modified
radikal mastektomi, dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika
ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila mengandung metastase
maka diberikan terapi radiasi ajuvant dan sitostatika ajuvant. Jika
kelenjar getah bening aksila tidak mengandung metastase, maka
terapi radiasi dan sitostatika ajuvant tidak diberikan. Stadium IIIa
adalah simpel mastektomi dengan radiasi dengan sitostatika
ajuvant. Untuk stadiun lanjut, yaitu stadium IIIb dan IV sifat
pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi
penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk
stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan
utama adalah radiasi dan dapat diikuti modalitas lain yaitu
hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan yang
primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan
kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi.
c. Kemoterapi Cyclofosfamid Adriamycin Fluorasil
(CAF)danCyclofosfamid Epirubisin Fluorasil (CEF)
Kemoterapi ajufan untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat
multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
15
yang paling sering dianjurkan disebut CAF dan meliputi siklofosfamid
(Cytoxan), Adriamycin , fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.
Terapi ini biasanya diberikan selama 3-6 bulan. Adriamycin memiliki
efek samping mengganggu perfusi jantung oleh karena itu pasien yang
memiliki penyakit jantung dapat digantikan dengan Epirubicin sehingga
kombinasi ini disebut CEF (Wim, 1997).
7. Luka Kanker Payudara
a. Definisi luka kanker
Luka kanker dikenal pula dengan sebutan fungating malignant wound
atau malignant cutaneus wound. Luka kanker merupakan infiltrasi sel
tumor yang merusak lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh
deposisi dan atau proliferasi sel ganas dengan bentuk menonjol atau tidak
beraturan, biasanya seringkali muncul berupa benjolan (nodul) yang
keras, non mobile, bentuknya menyerupai jamur(caulli flower), mudah
terinfeksi, mudah berdarah,nyeri, mengeluarkan cairan yang berbau tidak
sedap dan sulit sembuh (Gitaraja, 2004). Normalnya sebuah luka akan
sembuh dalam waktu maksimal 14 hari, tetapi luka akibat pertumbuhan
sel kanker sulit diharapkan sembuh dalam jangka waktu tersebut
(Anonim, 2008).
Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang sukar
sembuh. Menurut Potter&Perry, (2001) luka kronik adalah luka yang
gagal melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas fungsi
dan anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang normal. Seperti luka
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
16
kronik lainnya, luka kanker payudara juga mengalami tahapan proses
penyembuhan luka.
Luka kanker ada pada tahapan proliferasi yang memanjang, dimana
terjadi penurunan fibroblas, penurunan produksi kolagen, dan
berkuirangnya angiogenesis kapiler. Oleh karena itu luka kanker terus
ada pada kondisi hipoksia panjang yang kemudian menjadi jaringan
nekrotik. Jaringan nekrotik merupakan fasilitator terhadap
perkembangbiakan bakteri aerob dan anaerob (Gitaraja, 2004).
b. Pengkajian luka kanker payudara
1) Letak dan luas luka
Pengkajian luka kanker terutama untuk menilai lokasi luka dan
kemungkinan letak penyebaran. Kemudian ukur besarnya luka
meliputi panjang, lebar dan ketinggian karena biasanya luka kanker
menonjol /keatas.
2) Warna dasar luka.
Luka kanker memiliki bentuk menonjol sehingga cukup sulit
membaginya ke dalam stadium luka. Kemudahan untuk menilai derajat
keseriusan luka kanker adalah menilai warna dasar luka. System ini
bersifat konsisten, mudah dimengerti dan sangat tepat guna dalam
membantu memilih tindakan dan terapi perawatan luka serta
mengevaluasi kondisi luka. Menurut Netherland Woundcare
Consultant Society, (1984) dikutip dari Gitaraja, (2004) penggolongan
berdasarkan warna dasar luka meliputi:
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
17
a) Red / Merah
Luka dengan dasar warna luka merah tua atau merah terang dan
selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih dengan banyak
vaskularisasi, karenanya mudah berdarah.Tujuan perawatan luka
adalah mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab
dan mencegah terjadinya trauma/perdarahan.
b) Yellow/Kuning
Luka dengan dasar warna luka kuning/kuning kecoklatan/kuning
kehijauan / kuning pucat adalah jaringan nekrosis. Merupakan
kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskularisasi.
Luka pada kanker payudara stadium lanjut berwarna kuning yang
menunjukkan adanya jaringan nekrosis dan buruknya vaskularisasi.
Tujuan perawatannya adalah meningkatkan sistem autolisis
debridemen agar luka berwarna merah, absorb eksudat,
menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi kejadian infeksi.
c) Black/Hitam
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,
merupakan jaringan avaskularisasi. Tujuan perawatannya sama
dengan dasar warna luka kuning.
c. Masalah Khas Pada Luka Kanker Payudara
Menurut Gitaraja , (2004) masalah khas pada luka kanker payudara adalah
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
18
1) Bau tidak sedap
Bau tidak sedap disebabkan karena terjadinya penurunan vaskularisasi
jaringan/hipoksia sehingga jaringan granulasi menjadi nekrosis. Jaringan
nekrotik yang dibiarkan tak terawat sangat mudah terkontaminasi dengan
bakteri aerob dan anaerob dan sangat cepat berkembang biak sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap. Pengkajian masalah bau tidak sedap
masih tergolong subyektif karena tergantung dari penilaian seseorang untuk
mengenal bau dengan lebih baik. Menurut Gitaraja, (2004) beberapa kriteria
yang dapat memonitor bau dan dapat membantu dalam pengkajian dan
evaluasi perawatan yaitu ; Bau kuat : bau tercium kuat dalam ruangan (6-
10 langkah dari pasien) dengan balutan tertutup.Bau sedang : bau tercium
kuat dalam ruangan (6-10 langkah dari pasien) dengan balutan terbuka.Bau
ringan : bau tercium bila dekat dengan penderita pada saat
balutan dibuka. Bau tidak ada : bau tidak tercium saat disamping penderita
dengan balutan terbuka.
2) Cairan yang berlebihan
Cairan yang berlebihan disebabkan karena terjadinya peningkatan
permeabilitas fibrinogen dan plasma sehingga luka menjadi sangat eksudatif.
3) Perdarahan
Kelainan hemostasis dapat berupa perdarahan yang disebabkan oleh infiltrasi
sel tumor sekitar pembuluh darah, gangguan fungsi dan jumlah trombosit
turun atau defisiensi faktor koagulasi.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
19
4) Nyeri
Nyeri pada kanker terbagi menjadi dua katagori yaitu nyeri timbul oleh
karena sel tumor yang bermetastase atau nyeri timbul sebagai akibat dari
pemberian pengobatan kanker. Hampir sebagian klien mengeluh nyeri yang
timbul berhubungan dengan saat mengganti balutan. Balutan yang menempel
kuat pada luka tentulah sulit untuk dibuang sehingga pada saat dicabut
menimbulkan perdarahan dan nyeri.
5) Maserasi pada kulit sekitar luka
Ketidakmampuan balutan luka menyerap cairan luka menyebabkan cairan
luka menggenang dan mengenai kulit sehat sekitar luka, jika balutan tidak
segera diganti dapat menyebabkan lecet/maserasi seringkali menimbulkan
rasa tidak nyaman terutama gatal dan nyeri.
6) Infeksi
Kejadian infeksi pada luka kanker dapat diidentifikasikan dengan adanya
eritema yang makin meluas, edema, cairan berubah purulen, nyeri yang lebih
sensitif, peningkatan temperatur tubuh, peningkatan jumlah sel darah putih
dan timbul bau yang khas. Pseudomonas aeruginase dan staphylococcus
aureus merupakan organisme patogenik yang sering muncul, namun selama
komponen sistemik tubuh mampu mengatasi hal ini dan kolonisasi bakteri
tidak melebihi jumlah normal, teknik pencucian dan perawatan yang tepat
cukup mampu mengatasi hal tersebut.
d. Perawatan luka kanker payudara
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
20
Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kanker payudara, yang pertama
menyangkut pembersihan/pencucian luka , prinsip kedua menyangkut
pemilihan balutan. Luka kering dibersihkan dengan teknik swabbing yaitu
ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kassa steril yang dibasahi
dengan air steril atau NaCl 0,9%. Sedang luka basah dan mudah berdarah
dibersihkan dengan teknik irigasi yaitu disemprot lembut dengan air steril
atau NaCl 0,9%, atau kompres povidon iodine 10% selama 15 menit
(Ganiswara, 2005). Tujuan perawatan luka kanker payudara dengan bau
adalah membuang jaringan mati dan mengeliminasi kontaminasi bakteri.
Autolitik atau enzymatic debridement merupakan metode yang cukup
dianjurkan untuk membuang jaringan mati. Penggunaan therapy antibiotik
topikal pada luka kanker payudara seperti metronidazole sangat efektif untuk
membunuh bakteri yang dapat menimbulkan bau (Gitaraja, 2004). Pembalut
luka merupakan sarana vital untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap
cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan membuang jaringan mati pada
luka kanker ( Keast, 2007). Nistatin yang dikombinasikan dengan
metronidazole dan tepung maizena digunakan untuk mengurangi iritasi/lecet,
menyerap cairan dan mengurangi bau yang tidak sedap pada luka kanker
payudara.
Sedangkan prinsip perawatan luka kanker yang lain adalah tidak boleh
membuat luka menjadi sebuah luka baru (berdarah lagi), dan juga harus bisa
mengontrol bau yang tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mencegah
infeksi, mengurangi nyeri, dan merawat kulit di sekitar luka (Anonim, 2008).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
21
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kalinski, (2005) penggunaan
metronidazol topikal sangat efektif mengatasi bau pada luka kanker, dari 16
pasien yang dilakukan perawatan luka dengan metronidazole gel 0,75%
dilaporkan 10 pasien bau busuk pada luka hilang dan 6 pasien bau menjadi
berkurang.
e. Fase penyembuhan luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan yang
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Menurut Kozier, (1995) dikutip dari
Potter & Perry, (2001) fase/tahap penyembuhan luka meliputi:
1) Fase Inflamatory
Terjadi segera setelah luka dan berakhir 3-4 hari. Dua proses utama yang
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di
daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Selama sel berpindah, lekosit (terutama
netrofil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati makrofag
yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah luka.
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang
disebut fagositosis.
2) Fase proliferasi
Berlangsung dari hari ke 3 atau 4 sampai hari ke 21 setelah pembedahan.
Fibroblast yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
22
yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Seiring
perkembangan kapilarisasi jaringan berwarna merah. Jaringan ini disebut
granulasi, jaringan yang lunak dan mudah pecah.
3) Fase maturasi
Dimulai hari ke 21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast
terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan srtuktur
yang lebih kuat. Bekas luka menjadi lebih kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih.
f. Faktor - faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis
karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling
berkesinambungan. Setiap kejadian luka mekanisme tubuh akan
mengupayakan pengembalian komponen jaringan yang rusak tersebut dengan
membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya
(Gitaraja, 2004). Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses
regenasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Dengan mengenal kedua faktor penghambat tersebut
diharapkan agar dapat mengoreksi/ mengevaluasi proses penyembuhan luka.
Faktor intrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam
proses penyembuhan luka, yang cukup berpengaruh pada luka kanker
payudara meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi
jaringan, status imunologi dan penyakit penyerta (hipertensei, DM,
arteriosclerosis). Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
23
luar penderita meliputi : pengobatan (kemoterapi), radiasi, stress psikologis,
infeksi, iskemi dan trauma jaringan (Potter & Perry, 2001)
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
24
E. Kerangka Teori
LUKA KRONIS KANKER PAYUDARA
Gambar 1, Kerangka teori luka kronis kanker payudara Gitaraja ( 2004 ), Potter & Perry (2001).
Perawatan luka
Kompres Povidon iodin
Kompres metronidazole
Faktor pengahambat (ekstrinsik) : Pengobatan Stress psikis Infeksi Trauma jaringan
Perbaikan luka : tidak berbau, eksudat berkurang, tidak mudah berdarah, tidak ada maserasi, tidak ada infeksi, nyeri berkurang
Luka bau, infeksi
Eksudat banyak
Luka mudah berdarah
Maserasi kulit sekitar luka, nyeri
Faktor penghambat (intrinsik) : usia nutrisi&hidrasi oksigenasi status imunologi
Penurunan vaskularisasi jaringan
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
Defisiensi faktor koagulasi
Penggantian balutan yang tidak tepat
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com