nikah paksa menurut enakmen undang-undang …repository.uinjambi.ac.id/710/1/muhd...
TRANSCRIPT
NIKAH PAKSA MENURUT ENAKMEN UNDANG-UNDANG KELUARGA
ISLAM NO 2 TAHUN 2003 MAKHAMAH TINGGI SYARIAH NEGERI
SELANGOR (DITINJAU DARI HUKUM ISLAM)
LaporanPenelitian
DOSEN DAN MAHASISWA
Oleh:
Dosen pembimbing 1 : DRS. H. IBNU KASIR, M.HI
Dosen Pembimbing 2 : SITI MARLINA, S.Ag. MHI
MUHAMMAD ZULFADHLI BIN MAHADI
NIM : SHK160010
JURUSAN HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
J A M B I
2018M/1439H
vi
vi
MOTTO
,,,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa”.1 An-Nisa (04) :19
1 Abdullah Bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsur Jilid 2, ( Mu-assasah Daar al-Hilaal Kairo
2008), hlm.327
vii
vii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Nikah Paksa Menurut Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam No 2 Tahun 2003 Makhamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
(Ditinjau Dari Hukum Islam). Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui praktik nikah
paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor. Penulis menjalankan kajian di
Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor, Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris dengan menggunakan metode
deskriptif. Instrumen pengumpulan data adalah melalui dokumentasi observasi dan
wawancara, seperti di dalam penelitian oleh penulis mendapati wali yang
mempunyai hak paksa nikah yang dirujuk Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam
No 2 Tahun 2003 dan keabsahan nikah paksa menurut Mahkamah Tinggi Syariah
Negeri Selamgor.Hasil penelitian, nikah adalah secara teoritas pada awalnya
merupakan hak dan kewajiban orang tua, wali yang mempunyai hak nikah paksa
adalah wali mujbir,wali nasab(terkecuali),wali hakim(terkecuali) dan pernikahan ini
memiliki tujuan untuk medapatkan ketenangan hidup dan memelihara keturunan yang
baik.
viii
viii
PERSEMBAHAN
حمن حين بسن الل الر الر
Kupersembahkan skripsi ini kepada……
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
Kupersembahkan skripsi ini kepada ayahanda Mahadi Bin Rahim
Al marhumah Ibunda Safiah Binti Hassim yang telah berjuang dengan penuh
Keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih sayangnya dengan
Penuh rasa ketulusan yang tidak mengenal lelah dan batas waktu
Serta telah mendidik dan mengasuh dari kecil hingga dewasa.
Kekanda Di Sayangi
Untuk Abang (Muhammad Khir Bin Mahadi) yang banyak memberi motivasi
Kakak (Siti Safura Binti Mahadi) yang memberi sokongan serta
Tiada yang paling mengharukan saat kumpul sama kalian,
Terima kasih di atas segalanya.
ix
ix
KATA PENGANTAR
حين حمن الر بسن الل الر
السلام عليكن ورحمة الله وبركاته
Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadrat Allah
SWT atas segala rahmat dan kurnia-Nya. Shalawat dan Salam turut dilimpahkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat dicintai. Alhamdulillah
dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis sentiasa diberi nikmat kesehatan dan
kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nikah Paksa
Menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam No 2 Tahun 2003
Makhamah Tinggi Syariah Negeri Selangor (Ditinjau Dari Hukum Islam ”.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan
ilmu syariah dalam bahagian perbandingan mazhab dan juga memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Hukum
Keluarga pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, Indonesia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima
hambatan dan halangan baik dalam masa pemgumpulan data maupun
penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga keakhir menambahkan lagi
daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan. Dan
berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat juga
diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
x
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung maupun secara
tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1). Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA Rektor UIN STS Jambi, Indonesia.
2). Bapak Dr. AA. Miftah, M.Ag, Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
3). Bapak H. Hermanto Harun, Lc, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu
Dr Rahmi Hidayati, S.Ag, M.HI,Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Perancanaan dan Keuangan dan Ibu Dr. Yulianti, S.Ag. MHI, Wakil Dekan
Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
4). Ibu Siti Marlina, S.Ag.,M.Hi, Ketua Jurusan Hukum Keluarga dan Ibu Dian
Mustika, SHI, MA Sekretaris Jurusan Hukum Keluarga, Fakultas Syariah UIN
STS Jambi, Indonesia.
5). Bapak Dr. H. Ibnu Kasir, MHI, Pembimbing I dan Ibu Siti Marlina S.Ag, M.hi,
Pembimbing II skripsi ini yang telah banyak memberi masukan, tunjuk ajar dan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6). Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten dosen
serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu dalam
memudahkan proses menyusun skripsi di Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
xi
xi
xii
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………… iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ……………………………………….. iv
MOTTO ……………………………………………………………….. vi
ABSTRAK …………………………………………………………….. vii
PERSEMBAHAN …………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………… xvi
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 8
C. Batasan Masalah ................................................................. 8
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian ........................................ 9
E. Kerangka Teori ................................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 17
BAB II: METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................ 20
B. Pendekatan Penelitian ....................................................... 20
C. Jenis Penelitian .................................................................. 20
D. Jenis Data Dan Sumber Data ............................................ 21
xiii
xiii
E. Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 22
F. Teknik Analisis Data .......................................................... 22
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 23
H. Jadwal Penelitian ................................................................ 24
BAB III: GAMBARAN UMUM MAHKAMAH TINGGI SYARIAH
SELANGOR
A. Sejarah Geografis .............................................................. 26
B. Dasar, Visi, Misi Dan Obyektif ......................................... 30
C. Fungsi Dan Peran .............................................................. 31
D. Gambaran Organisasi ........................................................ 32
E. Struktur Organisasi ........................................................... 33
F. Piagam Pelanggan ............................................................. 34
BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Praktik Nikah Paksa Menurut Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam 2003 Di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor
. ........................................................................................... 35
B. Wali yang Berhak Paksa Nikah Menurut Enakmen Undang-
Undang Keluarga Islam 2003 Di Mahkamah Tinggi Syariah
Selangor . ........................................................................... 39
C. Keabsahan Nikah Paksa Di Mahkamah Tinggi Syariah
Selangor Di Tinjau Dari Hukum Islam .............................. 44
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 51
B. Saran-Saran ....................................................................... 52
C. Kata Penutup ..................................................................... 53
xiv
xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
TRANSLITERASI
n ن gh غ sy ش kh خ a ا
w و f ف sh ص d د b ب
تt hهqقdhض dzذ
طr رtsث th كk ء ’
ي lلzhظ zزjج y
حhس sم ’ ع m
au =او ay = اى
15
15
DAFTAR SINGKATAN
UIN STS : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin.
JAKIM : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia.
SWT : Subhanahuwata ‘ala.
SAW : Sallallahu ‘alaihiwasallam.
ra. : Radiallahu ‘an.
No. : Nomor.
Q.S : Al-Quran Dan Sunnah.
cet. : Cetakan.
hlm : Halaman.
KTBT : Kesalahan Tak Boleh Tangkap.
OYDS : Orang Yang Disyaki.
PPA : Pegawai Penyiasat Agama.
KBT : Kesalahan Boleh Tangkap.
PDRM : Polis DiRaja Malaysia.
KPS : Ketua Pegawai Siasatan.
KPPA : Ketua Pegawai Penyiasat Agama.
KPD : Ketua Polis Daerah.
KPB : Ketua Polis Balai.
KUS : Ketua Unit Siasatan.
16
16
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Struktur Organisasi Makahamah Tinggi Negeri Selangor
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Awal dari kehidupan berkeluarga adalah dengan melaksanakan perkahwinan
sesuai dengan ketentuan Agama dan Peraturan Perundangan yang berlaku. Pernikahan
itu bukan saja merupakan jalan yang harus di tempuh yang bertujuan untuk mengatur
tatanan rumah tangga dan keturunan. Tetapi juga dapat di pandang sebagai pembuka
ikatan silaturrahim atau perkenalan antara satu kaum dengan kaum lain, dan
perkenalan tersebut akan menjadi saranan untuk menyampaikan pertolongan antara
satu dengan lainnya .
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Pernikahan
adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah swt. sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk
berkembang biak, dan melestarikan hidupnya. Pernikahan akan berperan setelah
masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan
tujuan pernikahan itu sendiri. Tujuan pernikahan tersebut terwujud.1
Sebenarnya, pertalian Nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam
hidup dan kehidupan manusia, sesuai dengan esensi yang terkandung dalam syari‟at
perkahwinan yaitu menciptakan suatu kehidupan rumah tangga yang mendatangkan
kemashalatan, baik bagi pelaku perkahwinan itu sendiri, anak turunan, kerabat
1 Muhammad Thalib,Manejemen Keluarga, (Yogyakarta : Pro-u Jl. Jogokaryan, 2008),
hlm.29
2
maupun masyarakat. Betapa tidak dari baiknya pergaulan antara suami isteri, saling
mengasihi, akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah
pihak, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan saling tolong menolong
sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan. Oleh kerana
itu, perkahwinan tidak bersifat kebutuhan internal yang bersangkutan, tetapi
mempunyai eksternal yang melibatkan banyak pihak.
Dalam pada itu, faedah yang terbesar dalam pernikahan itu ialah untuk menjaga
dan memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari kebinasaan, sebab seorang
wanita apabila sudah menikah, maka nafkahnya dan biaya hidupnya wajib di tanggung
oleh suaminya. Pernikahan juga berguna untuk memelihara kerukunan anak cucu atau
keturunan nasab sebab apabila tidak dengan nikah, tentu kehidupan anak tidak tahu
siapa yang mengurusnya dan melindunginya serta yang bertanggungjawab penuh
atasnya. Nikah jugak di pandang sebagai kemashalatan umum, sebab apabila tidak ada
pernikahan, tentu manusia akan menurutkan sifat kebinatangan (hawa nafsunya) dan
dengan sifat tersebut akan timbul perselisihan, bencana, dan permusuhan antara
sesamanya atau kelompok bahkan bisa juga menimbulkan pembunuhan yang dasyat.2
Pada hakikatnya perkawinan bertujuan untuk memelihara dan melanjutkan
keturunan manusia di bumi ini serta diharapkan mampu menghasilkan generasi yang
akan menggantikan generasi sebelumnya untuk memakmurkan bumi ini dimana dalam
2 Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta : Lamping publishing,
2015), hlm.102
3
ikatan perkawinan diharapkan terwujud ikatan lahir batin sehingga tercipta keluarga
yang bahagia dan kekal, mawaddah warahma.
Perkawinan bagi manusia tidak sebatas hanya menyangkut pria dan wanita bakal
mempelai saja, tetapi lebih kepada menyangkut kedua belah pihak dari orang tua,
saudaranya bahkan kerabat mereka masing-masing. Sebelum kejenjang perkawinan
baik pria maupun wanita sebaiknya memikirkan secara matang pembinaan keluarga
dalam rumah tangga sehingga hal-hal yang menjadi unsur keretakan dalam rumah
tangga dapat terselesaikan dengan baik. Sebab, di dalam pernikahan bukan hanya
sebuah materi saja yang menjadi acuan untuk berlangsungnya pernikahan melainkan
sebuah keinginan untuk membangun rumah tangga mesti dilandasi atas dasar suka
sama suka atau biasa sering kita dengan istilah pendekatan terlebih dahulu.
Perkawinan menurut Hukum Positif adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3 Sebenarnya pertalian
nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan manusia,
bukan saja antara suami istri dan keturunannya, melainkan antara dua keluarga.
Pergaulan antara si istri dengan suaminya adalah kasih-mengasihi dan saling tolong
menolong. Dengan demikian, akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga
dari kedua belah pihak, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan bertolong
tolongan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan.
3 Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, (Jakarta : Sahara,
2011), Hlm.35
4
Selain itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa
nafsunya.
Oleh sebab itu syari‟at Islam memberikan beberapa peraturan untuk menjaga
keselamatan pernikahan ini dan demi tercapainya ikatan keluarga yang sakinah
mawaddah warahmah. Seperti yang disampaikan oleh Allah SWT :
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah ada Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa
kasih dan saying. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”.4
Untuk mewujudkan keluarga yang bahagia maka Islam mensyaratkan agar
melalakukan langkah-langkah sebelum pernikahan yang salah satu diantaranya adalah
persetujuan yang bulat dari si calon mempelai, baik wanita, maupun laki-laki dan hal
ini merupakan syarat sahnya akad Nikah. Perkahwinan dikatakan sah apabila,
dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974
tentang syarat-syarat perkahwinan, disana dikatakan: “ Perkahwinan harus didasarkan
atas persetujuan kedua calon mempelai.5
4 Ar-Rum (30) : 21
5 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hlm 210
5
Dalam Hukum Islam, perkawinan secara paksa terjadi perbedaan pendapat,
pendapat ini dilihat dari status perempuannya itu sendiri. Perkawinan secara paksa
terhadap perempuan janda semua ulama‟ sepakat bahwa perkawinan tersebut adalah
batal, sedangkan perkawinan secara paksa terhadap perempuan perawan dewasa dan
perawan yang masih belia dikalangan ulama terjadi perbedaan mengenai hukumnya.6
Dalam Hukum Islam perkawinan yang dilandai paksaan tidak diperbolekan
dalam bentuk apapun, termasuk dalam hal pernikahan kecuali dalam kasus khusus dan
itupun dilakukan oleh wali mujbir (ayah). Karena, hubungan dua insan yang dilandasi
keterpaksaan akan berakibat kurang baik secara psikologis bagi kedua pihak suami
istri.
Dalam realitas masyarakat kita terkadang hak otoritas ada pada orang tua/kakek
yang mempunyai hak paksa/ hak ijbar atau yang disebut dengan wali mujbir (menurut
Imam Syafi‟i). Dengan kesepakatan mengawinkan putri/ anak gadisnya tanpa di
adakan persetujuan terlebih dahulu kepada sang calon mempelai wanita . Sehingga
tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti otoritas kemauan orang tua atau keluarganya.
Hal yang demikian ini bukan berarti hanya mempelai wanita tidak ridha. Akan tetapi
juga dapat merusak pernikahan tersebut, di sebabkan oleh paksaan dan kepura-puraan.
Atau lebih jauh lagi dapat berimplisikasi terhadap sah atau tidaknya pernikahan
tersebut. Sebagaimana sabda Nabi yang berbunyi:
6 Shaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fikih Wanita, (Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1998).
hlm.424
6
رسىل أن عنه الله رضي هريرة أبي وعن اليم تنكح ل : ) قال وسلم عليه الله صلى الل
رسىل يا: قالىا تسـتأذن حت ى تنكحالبكر ول , تستأمر حت ى ( تسكت أن : قال ? إذنها وكيف , الل
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda Janda tidak
boleh dinikahkan kecuali dimintai izin terlebih dahulu. Sahabat-sahabat
bertanya. Wahai Rasulullah, bagaimana caranya dia mengijini ? Beliau
menjawab Dia diam (berarti memberi ijin).”7
Hadith diatas menjelaskan bagaimana cara memahami/mengetahui seorang
gadis memberi izin antara mau dan tidaknya apabila gadis tersebut malu dan tetap
diam serta menampakkan wajah bahagia, itu adalah salah satu tanda bahwa gadis
tersebut telah memberi izin. Akan tetapi, sebaliknya apabila gadis tersebut ditanya
diam, terus menangis dan menutup diri/merasa sedih berarti gadis tersebut tidak
memberi izin. Dan lebih jauh lagi apabila dia menangis dan air mata jatuh tersebut
ditampung ditangan terasa hangat berarti ia telah memberi izin. Akan tetapi, apabila
air mata yang jatuh tersebut terasa dingin atau biasa biasa saja berarti ia tidak memberi
izin.
Melihat kepada hadith dan ayat al-Quran di atas, adalah jelas bahwa Islam
sebenarnya memberikan hak kepada perempuan untuk memilih calon suaminya.
Kahwin paksa dalam keadaan masyarakat yang moden sekarang sudah tidak relevan
dan sesungguhnya lari daripada syariat Islam itu sendiri.
Persetujuan seorang perempuan merupakan satu keperluan dalam perkahwinan.
Ini bukan sahaja dituntut oleh syarak tetapi bertujuan untuk menjamin kesejahteraan
satu perkahwinan. Namun di Malaysia, tidak semua perundangan berkaitan dengan
7 Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulugh Al-Maram, (Dar Al-Fikr: Beirut, 1998) hlm 404
7
keluarga Islam mewajibkan persetujuan seorang perempuan dalam perkahwinannya.
Di Selangor misalnya, dalam Enakmen Keluarga Islam Selangor 2003, Jadual
Keempat menyatakan bahwa keizinan daripada seorang anak dara tidak diperlukan
sekiranya walinya ialah mujbir.8
Dari segi perundangan syariah, di negeri Selangor, rujukan harus dilakukan
terhadap seksyen 13 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Selangor) 2003 di
Mahkamah Tinggi Negeri Selangor :-
Ia menyatakan bahawa sesuatu perkahwinan adalah tidak diakui dan tidak boleh
didaftarkan di bawah enakmen tersebut, melainkan kedua-dua belah pihak
kepada perkawinan tersebut bersetuju dan sama ada wali pihak perempuan
bersetuju terhadap perkahwinan itu mengikut hukum syarak atau hakim syarie
yang mempunyai bidang kuasa di tempat di mana pihak perempuan
bermastautin atau seorang yang diberi kuasa secara am atau khas bagi maksud
itu oleh Hakim Syarie telah memberi persetujuan terhadap perkahwinan itu
melalui wali raja mengikut hukum syarak, berasaskan kepada sebab-sebab
tertentu yang dibolehkan.9
Berdasarkan latar belakang diatas , maka penulis tertarik melakukan penelitian
terhadap pernikahan yang dipaksakan terdapat pada seksyen 13 Enakmen Undang-
Undang Keluarga Islam (Selangor) 2003 lebih mendorong untuk mengetahui lebih
lanjut praktik Pernikahan yang dipaksa di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
dan penulis juga melakukan penelitian melalui karya ilmiah, karena persoalan ini
banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat Islam serta terkait dengan kehidupan
masyarakat secara luas yang penulis akan kemukakan dalam bentuk skripsi dengan
judul: “NIKAH PAKSA MENURUT ENAKMEN UNDANG-UNDANG
8 http://www2.esyariah.gov.my. Diakses tanggal 30 Maret 2017.
9 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam, No 2, Tahun 2003.
8
KELUARGA ISLAM NO 2 TAHUN 2003 MAHKAMAH TINGGI SYARIAH
NEGERI SELANGOR (DITINJAU DARI HUKUM ISLAM)”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Praktik Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor.
2. Siapakah wali yang punya hak paksa nikah menurut Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor.
3. Bagaimana keabsahan Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor di
tinjau dari hukum Islam.
C. Batasan Masalah
Mengingatkan luasnya permasalahan yang penulis bahas, maka focus penelitian
penulis membataskan permasalahan ini. Oleh sebab itu, penulis hanya membahaskan
tentang maksud Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor serta wali yang
punya hak paksa nikah menurut Mahkamah Tinggi Syariah Selangor dan keabssahan
Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Syariah Selangor yang di tinjau dari hukum
Islam.
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
9
1. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan yang
menjadi pokok pembahasan, maka tujuan dan kegunaan penelitian yang hendak
dicapai dalam penelitian karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui maksud Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor.
b. Ingin mengetahui Wali Nikah yang punya hak Paksa Nikah menurut Enakmen
Undang-Undang Keluarga Islam di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor.
c. Ingin mengetahui bagaimana keabsahan Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi
Syariah Selangor di tinjau dari Hukum Islam.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori-teori, atau konsep-konsep yang dilaksanakan oleh penegak
hukum
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan ilmu pengetahuan khususnya studi
hukum pidana Islam.
b. Kegunaan Praktis
10
1) Sebagai teoritis dan praktis menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana
nikah paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor.
2) Sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi mahasiswa, penelitian dan masyarakat
seluruhnya melalui pembuatan dan penyusunan karya ilmiah secara baik.
3) Sebagai melengkapi pensyaratan dalam menyelesaikan studi dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Syari‟ah dalam
Jurusan Hukum Keluarga.
E. Kerangka Teori
1. Akad
Akad merupakan perjanjian yang dilakukan antara dua pihak yang akan
melaksanakan perkawinan yang diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab yaitu
pernyataan dari pihak perempuan yang diwakili oleh wali, sedangkan qabul yaitu
pernyataan menerima keinginan dari pihak pertama untuk menerima maksud tersebut
dan menghalalkan hubungan sepasang mempelai umtuk hidup membina keluarga
bersama.10
2. Nikah
Nikah dari segi bahasa berarti bergandingan, bercampur dan bergaul. Nikah dari
istilah syarak‟ berarti akad yang mengharuskan suami-istri melakukan istimta‟
10
http://asashukumperkawinanislam.blogspot.co.id/2012/03/dispensasi-perkawinan.html/
diakses 30 maret 2017
11
(berseronok dan bersetubuh) dengan cara yang syarie. Nikah terbagi kepada dua jenis
yaitu nikah yang sah dan nikah yang batil. Nikah yang sah adalah nikah yang cukup
rukun dan syarat sah nikah manakala nikah yang batil adalah nikah yang tidak cukup
rukun atau syarat sah nikah.11
Rukun nikah menurut mazhab syafi‟iyah ada lima yaitu sighah, suami, istri,
wali dan dua orang saksi. Ini berbeda dengan mazhab yang lain seperti mazhab
Hnafiyah hanya menetapkan satu rukun saja yaitu sighah dan mazhab Malikiyah
menetapkan tiga rukun yaitu wali nikah, mahallunnikah yaitu pasangan suami istri dan
sighah. Manakala menurut mazhab Hanabilah pula, menetapkan tiga rukun yaitu
pasangan suami istri, ijab dan Kabul.12
Akan tetapi di Malaysia lebih cenderung dan
berpegang keapada mazhab Asy-Syafi‟iyah dalam fiqih perkawinan.
4. Nikah Paksa
Perkataan Nikah merupakan perkataan umum bagi umat Islam. Nikah adalah
perjodohan laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri.Sedangkan kata paksa
dapat diartikan sebagai perbuatan (seperti tekanan, desakan dan sebaginya) yang
mengharuskan. misalnya sesungguhnya bukan karena cinta melainkan karena
menjalankan, melakukan tekanan (desakan) keras.13
Setelah diuraikan secara umum tentang pengertian nikah (pernikahan) dan
pengertian paksa, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari dua arti tersebut untuk
11
Ridzuan Hashim, Kitab Fikah Mazhab Shafie, (Kuala Lumpur: Pustaka Salam,2009) hlm
769 12
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan-Pernikahan, (Jakarta: DU Publishing,2011) hlm 105 13
http://www.jawi.gov.my. diakses tanggal 14 April 2018.
12
menjadi sebuah pengertian yaitu bahwa nikah paksa ialah perjanjian (ikatan) antara
dua pihak calon mempelai suami dan istri karena ada faktor yang mendesak,
menuntut, dan mengharuskan adanya perbuatan (dalam melaksanakan pernikahan)
tersebut serta tidak ada kemauan murni dari kedua calon mempelai itu di mana tidak
ada kekuatan untuk menolaknya.
Sebelum menuju pada dasar hukum nikah paksa, maka terlebih dahulu akan
menguraikan dasar hukum dari beberapa ketentuan hukum pernikahan tersebut di atas.
a. Hukum asal pernikahan adalah mubah, berdasarkan firman Allah :
14
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui”.
b. Dasar hukum wajib, seperti dalam hadith Nabi SAW. :
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ) ي معشر الشهباب الباءة ! من استطاع منكم ( نهو لو وجاء ف لي ت زوهج , فإنهو أغض للبصر , وأحصن للفرج , ومن ل يستطع ف عليو بلصهوم ; فإ
Artinya: “Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi
14
An-Nur (24): 32
13
muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya
ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara
kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia
dapat mengendalikanmu”.15
c. Dasar hukum sunat. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Ibnu Hibban.
هى عن الت هب تل ن هيا شديدا , وي قول : ت زوهجوا الودود الولود ) كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يمر بلباءة , وي ن رواه أحد , وصحهحو ابن حبهان مكاثر بكم النبياء ي وم القيامة (إن
Artinya: “ Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami
berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda:
"Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan
jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada
hari kiamat.".16
d. Dasar hukum makruh, firman Allah swt. Dalam QS. An Nur : 33
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian
(diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan
budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah
kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan
pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah
yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-budak
15
Anshori Umar, Fiqih Wanita, (Cv.Asy Syifa, Semerang, 1986). hlm 359. 16
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulugh Al-Maram, (Dar Al-Fikr: Beirut, 1998) hlm 399.
14
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
kesucian, karena kamu hendak mencari Keuntungan duniawi. dan
Barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka
dipaksa itu”. (An Nur 33)17
5. Konsep Wali Mujbir Kaitannya Dengan Nikah Paksa.
Sistem nikah paksa yang masih berlaku di sebagian dunia Islam membawa
dampak yang cukup jelas dengan konsep wali mujbir yang berkembang dalam
wacana hukum Islam, praktek ini sepintas mendapatkan pembenaran dan legitimasi
agama.
Wali mujbir adalah wali seorang anak yang mempunyai keturunan kenasaban
dari garis ayah keatas dan wali mujbir tersebut yang punya kuasa / otoritas
menikahkan anak gadisnya meskipun anak gadisnya menolak18
. Meskipun demikian,
wali mujbir ini dibatasi dengan beberapa syarat:
a. Mempelai laki-laki itu harus sekufu (setingkat) dengan mempelai perempuan.
b. Mempelai laki-laki harus membayar maskawin dengan tunai.
c. Tidak ada permusuhan yang nyata antara perempuan yang dinikahkan dengan wali
yang menikahkan.
d. Tidak ada permusuhan antara mempelai laki-laki dan perempuan
17
An-Nur (24): 33 18
Syaikh Al-„Allahamah Muhammad Bin A‟Abdurrahaman Ad-Domasyqi, Fikih Empat
Mazhab, (Hashimi Jl.Bojong, Bandung, 2013). hlm 321.
15
6. Hukum Islam/Sya’riat Islam
Kata syara' secara etimologi berarti jalan-jalan yang bisa di tempuh air,
maksudnya adalah jalan yang di lalui manusia untuk menuju Allah. Syariat
Islamiyyah adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan,
syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik
di dunia maupun di akhirat. Di dalam hukum Islam, terdapat dasar atau sumber
hukum yaitu Al‟quran, hadith, dan ijtihad.
Syariat islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah untuk
ummat islam, baik dari Al-Qur‟an maupun dari sunnah Rasulullah saw. yang berupa
perkataan,perbuatan ataupun takrir (penetapan atau pengakuan).19
Menurut pengertian-pengertian tersebut, syari‟at itu meliputi hukum-hukum
Allah bagi seluruh perbuatan manusia, tentang halal,haram makruh,sunnah dan
mubah pengertian inilah yang kita kenal ilmu fiqih, yang sinonim dengan
istilah “undang-undang”. Dari uraian tersebut di atas dapatlah ditandai ciri-ciri
(utama) hukum islam, yakni :
a. Merupakan bagian dan bersumber dari agama islam.
b. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah
dan kesusilaan atau akhlak islam
c. Mempunyai dua istilah kunci yakni :
19
http://chintyatentanghukum.blogspot.com diakses tanggal 14 April 2018.
16
a) Syari‟at
Syari‟at terdiri dari wahyu allah dan sunnah Nabi Muhammad
b) Fikih
Fikih adalah pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang
syari‟at.
d. Strukturnya berlapis terdiri dari :
a) Nas atau teks al-Qur‟an.
b) Sunnah nabi muhamad (untuk syari‟at).
c) Hasil ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang wahyu dan sunnah..
d) Pelaksanaanya dalam praktik baik yaitu keputusan hakim maupun
berupa amalan-amalan ummat islam dalam masyrakat (untuk fikih).
Ini lah ciri-ciri khas hukum Islam. Yang relevan untuk tentang hukum islam.
Berwatak universal berlaku abadi untuk ummat Islam dimanapun mereka berada
tidak terbatas pada ummat Islam di suatu tempat atau Negara pada suatu masa saja.
Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani
serta memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.
Pelaksana annya dalam praktik digerakkan oleh iman(akidah) dan akhlak ummat
manusia.20
20
http://chintyatentanghukum.blogspot.com diakses tanggal 14 April 2018.
17
F. Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai masalah ini telah disinggungkan dalam Al-Quran dan
Hadith, bahkan dalam perkembangannya telah banyak diteliti oleh beberapa pemikir
dan tokoh-tokoh Islam serta ahli-ahli hokum Islam. Sejauh informasi yang penulis
peroleh, ada diantara beberapa tulisan, karya ilmiah yang menceritakan secara umum
berkaitan tentang hubungan sesama sejenis antaranya:
Skripsi ditulis oleh Sry Irnawati yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pernikahan Atas Paksaan Orangtua”, Jurusan Peradilan Agama, Fakultas Syariah
Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Judul tersebut di angkat
karena ada sedikit perkaitan tentang nikah paksa. Selain itu, perbedaan dengan skripsi
yang ditulis oleh Sry Irnawati ialah review skripsi ini. Penulis skripsi ini sama-sama
membahaskan pernikahan yang dipaksakan, akan tetapi penulis ini lebih
membahaskan tetang hukum perkawinan Islam di Indonesia dan perbandingan
mazhab.21
Selanjutnya jurnal Hukum yang ditulis oleh Illusion Network yang berjudul
“Wanita Dalam Islam Kemusykilan Dan Panduan”, dan dibahaskan oleh Jabatan
Agama Islam Wilayah Persekutuan, Malaysia, menyatakan bahwa pendapat yang kuat
dalam kalangan ulama, yang mengatakan bahwa seorang bapa boleh memaksa
anaknya yang masih dara untuk berkawin dengan laki yang menjadi
pilihannya walaupun tidak disukai dan dipersetujui oleh anaknya. Hal ini dengan
21
Sry Irnawati, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Atas Paksaan Orangtua, Jurusan
Peradilan Agama, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2015.
18
syarat bahwa laki-laki pilihan untuk anaknya itu mestilah sekufu dengan anaknya dan
mempunyai pegangan agama yang baik dan boleh menjadi pemimpin keluarga yang
baik untuk anaknya.22
Selanjutnya skripsi ditulis oleh Is Addurofiq yang berjudul “Praktek Kawin Paksa
Dan Faktor Penyebabnya”, Jurusan Al-Ahwal Sahsiah, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang. Judul tersebut diangkat karena penelitian berkait
tentang nikah paksa dan perbedaannya penulis ini lebih membahaskan tentang faktor
penyebab kawin paksa,23
Selain itu, skripsi ditulis oleh Nuraida yang berjudul “Kawin Paksa Sebagai
Alasan Terjadinya Penceraian”, Jurusan AL-ahwal Sahsiah , Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Skripsi ini lebih membahaskan mengapa
terjadinya kasus penceraian disebabkan pernikahan yang dipaksa.24
Pembahasan penelitian-penelitian ilmiah diatas mempunyai perbedaan dan lebih
menfokuskan tentang faktor atau kesan tentang pernikahan paksa yang terjadi dalam
keluarga maupun adat setempat mengikut perspektif hukum Islam yang bersifat
umum. Sedangkan penelitian yang akan dibahaskan oleh penulis akan menfokuskan
tentang nikah paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor dan ditinjau dari
hukum Islam.
22
Illusion Network,Wanita Dalam Islam Kemusykilan Dan Panduan, Jabatan Agama Islam
Wilayah Persekutuan, Malaysia 23
Is Addurofiq, Praktek Kawin Paksa Dan Faktor Penyebabnya, Jurusan Al-Ahwal Sahsiah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2010. 24
Nuraida, Kawin Paksa Sebagai Alasan Terjadinya Penceraian, Jurusan AL-ahwal Sahsiah ,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2010.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Tempa t penelitian yang dipilih adalah bertempat di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri
Selangor, Malaysia. Termasuk pihak-pihak yang terkait secara langsung maupun tidak
langsung dalam penelitian ini pada 2017 hingga 2018.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian hukum normatif yaitu mengkaji hukum yang di konsepkan sebagai norma atau
kaidah yang berlaku dalam masyarakat seperti “Nikah Paksa penelitian di Mahkamah
Tinggi Negeri Selangor Ditinjau Dari Hukum Islam” yang menjadi sumber untuk
memperoleh informasi.1
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis deskriptif kualitatif ditujukan
untuk mendapatkan informasi tentang beberapa kondisi untuk menjelaskan serta
menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan penelitian . Lingkungan
penelitian yaitu di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor itu sendiri yang menjadi
sumber untuk memperoleh informasi.
1 Ishaq, Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, (Bandung: 2017), hlm 66.
D. Jenis Data
1. Jenis Data
a) Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pegawai-pegawai seperti Hakim bersama
Tuan Mohammad Adib Bin Husain, Pembantu Hakim Unit Penguatkuasaan & Penyelidikan,
Puan Rosmawati Binti Samsuri, Penolong Pegawai Hal Ehwal Islam Unit Penguatkuasaan
& Penyelidikan, Puan Muhammad Isham Bin Ismail, Pembantu hakim 2 Unit
Penguatkuasaan & Penyelidikan, Norizan Binti Fahruddin.
b) Data Sekunder
Data sekunder, data yang bersifat peribadi seperti dokumen-dokumen pribadi, data
pribadi yang tersimpan di lembaga-lembaga atau instansi, dimana ia bekerja atau pernah
bekerja, pada umumnya berupakan file-file. Adapun data sekunder yang bersifat praktek
seperti data arsip, data resmi pada instansi pemerintah, dan data yang dipublikasi misalnya
keputusan pengadilan (yurisprudensi).
E. Sumber Data
Penulisan memanfaatkan sumber data uatama melalui wawancara dan observasi dengan
pihak-pihak tertentu yang terlibat secara langsung dengan penelitian tentang Nikah Paksa
menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2003 di Mahkamah Tinggi Syariah
Negeri Selangor itu sendiri. Penulis juga menggunakan data pelengkap yang diambil dari
sumber tertulis dalam bentuk buku-buku, artikel-artikel dan dokumen-dokumen yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memudahkan dalam menghimpun data-data dan fakta di lapangan, maka penulis
menggunakan beberapa teknis pengumpulan data antara lain:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatan secara sistematis tentang fenomena yang
diselidiki. Maka penulis akan mengamati secara langsung ke Mahkamah Tinggi Syariah
Negeri Selangor.
2. Wawancara
Wawancara adalahcara yang digunakan untuk memperolehi keterangan secara lisan guna
mencapai satu tujuan. Teknis yang paling esensial adalah dengan mewawancara pihak-pihak
yang terkait dan juga dengan Pegawai Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor.2
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis atau tercatat yang dapat dipakai sebagai bukti
atau keterangan. Penulis mengumpulkan bahan-bahan melalui dokumen tertulis yang
berhubungan dengan penulisan ini dari pegawai-pegawai yang bersangkutan serta
mengambil informasi dari alamat web internet. Metode ini digunakan bertujuan untuk
memperkuatkan data-data yang sudah ada.
G. Teknik Analisis Data
2 Ibid, hlm 115.
Setelah data terkumpul sesuai dengan permasalahan yang ditelitikan dan kemudian
dipelajari serta dipahami, maka penulisan menggunakan metode seperti berikut:
1. Reduksi Data
Analisi data dalam penelitian ini di laksanakan dengan tiga teknik yaitu mereduksi data
yang diperoleh dari hasil wawancara. Data-data wawancara yang telah direkam kemudian
ditranskripkan dengan tujuan memudahkan peneliti memilih data-data yang sesuai untuk
dianalisis.3
2. Penyajian Data
Data-data yang telah ditranskripkan ini, kemudian disajikan dengan cara dipisahkan dan
dipetakan data-data yang serupa ke dalam bagian-bagian tertentu yang telah diberikan
tanda.4
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan sementara dari data-data yang
terkumpul, sehingga dapat diambil langkah-langkah awal untuk penelitian lanjutan dan
mengecek kembali data-data asli yang telah diperoleh.5
H. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini terbagi kepada lima bab yang mana setiap bab terdiri dari sub-
sub bab. Setiap bahagian bab membahas permasalahan-permasalahan tertentu tetapi saling
3 Sugiyono, Metode Penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,2012), hlm 247
4 Ibid,
5 Ibid. hlm 252
terkait antara satu sub dengan sub bab yang lainnya. Adapun sistematika pembahasannya
seperti berikut:
Bab pertama membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, kerangka teori dan tinjauan pustaka.Bab kedua membahas mengenai metodologi
penelitian.
Bab ketiga pula membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian yang
mengandungi sub-sub bab seperti sejarah dan perkembangan Mahkamah Tinggi Syariah
Negeri Selangor, struktur organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor, visi, misi
dan motto Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor, objektif, fungsi dan bidang kuasa
Mahkamah Timggi Negeri Selangor.
Bab keempat pula membuat pembahasan dan hasil penelitian yang mengandungi sub-
sub bab seperti nikah paksa di mahkamah tinggi syariah negeri Selangor, wali yang
mempunyai hak paksa nikah dan bagaiamana keabasahan nikah paksa di mahkamah tinggi
syariah negeri Selangor menurut dari hukum Islam. Bab terakhir bab lima adalah tentang
penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
I. Jadwal Penelitian
Penulis membuat jadwal agar penelitian dan penulisan skripsi terencana dengan waktu
yang efektif dan efisien sehingga dapat selesai tepat pada waktunya, maka penulis membagi
langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam bentuk jadwal untuk menjadi pedoman.
Jadwal penelitian itu tentu saja tidak sekadar pelengkap yang menghiasi sebuah rancangan
proposal skripsi penulis, tapi jauh lebih urgen adalah konsisten mengikut jadwal yang sudah
dibuat.
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Tahun 2017
Mei Agustus Oktober November Disember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul x
2 Pembuatan
Proposal x
3 Pembaikan
proposal x x
4 Seminar
Proposal x
5 Pembaikan
Proposal x x x x x
6 Pengesahan
Judul x
7 Surat Izin
Riset x
No
Kegiatan
Tahun 2018
Januari Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
8 Pengumpulan
Data x x x
9 Pengolahan
dan Analisis
Data
x x x x x
10 Bimbingan
Dan
Pembaikan
x x x x x x x
11 Agenda
dan Ujian
Skripsi
x x
12 Pembaikan
dan
Penjilidan
x x
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Geografis Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
Agama Islam di Negeri Selangor telah wujud seawal kurun 15 yang telah datang
melalui Melaka. Ini karena pada waktu itu Selangor berada di bawah takluk jajahan
Melaka. Pada zaman pemerintahan Melaka, telah wujud jawatan kadi. Sejarah wujudnya
mahkamah syariah di negeri Selangor pula telah muncul pada kurun ke - 17.
Pada tahun 1884, Majlis Mesyuarat Negeri Selangor telah mengiktiraf jawatan kadi dan
imam, seterusnya mengambil keputusan untuk melantik seorang kadi untuk menyelesaikan
segala masalah hukum-hukum agama Islam dan juga adat istiadat Melayu. Pada waktu itu
juga DYMM Sultan Selangor telah melantik seorang kadi disebut sebagai “Kadi Selangor”
dengan memberi gaji sebanyak RM 900.00 per tahun dan period ini hanya berlaku sehingga
tahun 1892 dan kemudiannya jawatan tersebut diganti namanya kepada “Chief Kadi”.1
Undang-undang Mencegah Berzina Tahun 1894 (Prevenatation of Adultry Regulation
1894) adalah undang-undang pertama yang dikanunkan di negeri Selangor. Diluluskan oleh
Majlis Mesyuarat Negeri Selangor pada 26 September 1894 dan undang-undang ini hanya
berkuatkuasa untuk orang Islam sahaja. Menurut undang-undang ini, seorang laki-laki yang
melakukan hubungan kelamin dengan seorang perempuan yang telah bersuami adalah
bersalah dan boleh dihukum 2 tahun penjara bagi laki-laki dan 1 tahun penjara bagi
1 Dokumentasi Sejarah Geografis Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
perempuan dan mungkin kedua-duanya di kenakan denda. Dalam masalah ini mahkamah
akan bertindak ke atas laporan yang dibuat oleh suami perempuan itu atau orang lain yang
bertanggungjawab atas perempuan itu di mana sekiranya suaminya tiada.
Pada tahun 1900 pula, Majelis Mesyuarat Negeri telah meluluskan Undang-undang
Pendaftaran Nikah Kahwin dan Cerai Orang-Orang Islam 1900 (Muhammadan Marriage
and Divorce Registration Enactment 1900) yaitu undang-undang berhubung dengan nikah
kawin dan cerai orang-orang Islam di negeri Selangor. Undang- undang ini
memperuntukkan suami atau wali hendaklah melaporkan perkawinan kepada kadi atau
wakil kadi daerah dalam waktu 7 hari selepas akad nikah dan kadi atau wakilnya hendaklah
mendaftarkannya dan mengeluarkan surat perkawinan. Begitu juga dengan perceraian,
hendaklah dilaporkan kepada kadi dalam waktu 7 hari sesudah bercerai dan surat cerai akan
dikeluarkan kepada mereka yang berkenaan. Sekiranya ini tidak dipatuhi, tindakan boleh
diambil dengan dikenakan sanksi tidak melebihi daripada RM 25.00. Dengan adanya
undang-undang tersebut dan untuk membicarakan hal nikah kawin dan cerai, maka diadakan
mahkamah kadi.2
Pada tahun 1900 juga, jawatan kadi mula diperluaskan ke daerah- daerah dalam negeri
Selangor dan pada tahun 1922 tiap-tiap daerah ada kadinya masing-masing, yaitu daerah
2 Dokumentasi Sejarah Geografis Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
Klang, Kuala Lumpur, Kuala Langat, Ulu Langat, Kuala Selangor, Sabak Bernam, Kuala
Kubu dan Rawang.3
Pada tahun 1948 Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) telah ditubuhkan, dengan itu
usaha menggubal undang-undang telah dilakukan dan menghasilkan Undang-undang
Pentadbiran Agama Islam Selangor No. 3 tahun 1952 dengan nama Enakmen Undang-
undang Pentadbiran Agama Islam SelangorNo. 3 tahun 1952 dan mula dikuatkuasakan pada
5 Desember,1952. Dengan adanya undang-undang ini maka termansukhlah undang-undang
terdahulu daripadanya. Sehingga ke hari ini undang-undang ini telah mengalami pindaan
sebanyak 7 kali yaitu pada tahun 1969, 1960, 1961, 1962, 1966, 1972 dan pada 1979.
Pindaan ini dibuat berkaitan dengan urusan mengemas kinikan pentadbiran hal ehwal Islam
di negeri Selangor.
Pada tahun 1984 Undang-undang Keluarga Islam Selangor No. 4 tahun 1984 telah
diluluskan dan dikuatkuasakan pada 23 Januari, 1989 di seluruh negeri Selangor.
Perlaksanaan Undang-undang ini telah memansukhkan bahagian ke 6, 7seksyen 155,
156,158, 160 dan 178 perenggan (n) Undang-undang Pentadbiran Agama Islam Selangor
No. 3 tahun 1952.
Pada tahun 1989 Enakmen Perundangan Islam Selangor No. 2 tahun 1989 telah
diluluskan. Berdasarkan enakmen inilah Mahkamah Syariah Selangor ditubuhkan secara
rasmi dan berasingan dari Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS). Pada tahun 1991,
3 Dokumentasi Sejarah Geografis Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
Enakmen Kanun Prosedur Jenayah Syariah Selangor No. 6 tahun 1991 dan Enakmen Kanun
Prosedur Mal Syariah Selangor No. 7 tahun 1991 telah diluluskan dan mula dikuatkuasakan
pada 1hb.September,1991. Mulai dari tanggal itu, Mahkamah Syariah Selangor telah
diasingkan secara rasminya dari JAIS. Pada tahun 2003 nama Mahkamah Syariah Selangor
telah ditukar kepada Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Selangor selaras dengan
perkembangan dan peningkatan kualitas perkhidmatannya kepada pelanggan.
Mahkamah Syariah Negeri Selangor ditubuhkan berdasarkan kepada Seksyen 44(1) dan
44(2) UndangUndang Pentadbiran Agama Islam Selangor (1952).Sejak ditubuhkan hingga
September, 1991, Mahkamah Syariah Negeri Selangor ditadbirkan bersama Jabatan Agama
Islam Selangor (JAIS). Mulai 01hb. September, 1991, pengurusan pentadbiran Mahkamah
Syariah telah diasingkan daripada pengurusan pentadbiran JAIS dan dikenali sebagai
Mahkamah Syariah Tinggi Negeri Selangor. Pusat pentadbiran Mahkamah Tinggi Syariah
Negeri Selangor beroperasi di Tingkat 5 & 6, Bangunan Mahkamah Sultan Salahuddin
Abdul Aziz Shah, Persiaran Pegawai, Seksyen 5, 40000 Shah Alam, Selangor Darul Ehsan.
Mulai 02hb Oktober 2003, pengurusan pentadbiran Mahkamah Syariah Negeri Selangor
telah ditukar namanya dan dikenali sebagai Jabatan Kehakiman Syariah Selangor
(JAKESS). 4
Bermula 18 Julai 2011, JAKESS telah berpindah dan memulakan operasinya ke
bangunan yang baru di Bangunan Mahkamah Syariah Sultan Idris Shah, Persiaran Masjid,
4 Dokumentasi Sejarah Geografis Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
seksyen 5, 40000 Shah Alam, Selangor.Jabatan Kehakiman Syariah Selangor (JAKESS)
terdiri daripada Mahkamah Rayuan Syariah, Mahkamah Tinggi Syariah dan 12 Mahkamah
Rendah Syariah.
B. Dasar, Visi, Misi Dan Obyektif Jabatan Kehakiman Syariah Selangor
1. Dasar
Memastikan pengurusan perkhidmatan pengadilan kasus-kasus Syariah berjalan
lancar selari dengan visi dan misi Jabatan Kehakiman Syariah Selangor (JAKESS) secara
adil dan berkesan melalui pendekatan yang inovatif untuk memenuhi kehendak pelanggan
berasaskan Hukum Syarak dan undang-undang semasa.5
2. Visi
Menjadi Institusi Kehakiman Syariah Yang Berwibawa.
3. Misi
Melaksanakan pengadilan, pengurusan Mahkamah dan perkhidmatan sokongan
secara profesional, berkesan dan sistematik berasaskan peruntukan Undang-Undang Islam
yang seragam di Selangor untuk mencapai keredhaan Allah.
4. Obyektif Jabatan
Obyektif Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor ialah kearah melaksanakan
dasar-dasar yang dibuat oleh Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor adalah menerima
5 Dokumentasi Dasar, Misi, Visi dan Obyektif Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi
Syariah, Selangor, 2003.
dan menyelesaikan kes-kes yang dibawa ke Mahkamah Syariah dengan adil dan saksama
mengikut peruntukan undang-undang, menguatkuasa dan melaksanakan sistem kehakiman
Islam yang teratur dan berkesan, mengurus kes-kes rayuan syariah secara teratur dan
berkesan, mengurus permohonan pembahagian harta pusaka, membangunkan sumber
manusia yang terlatih dan mencukupi, memberi perkhidmatan runding cara, pertemuan dan
perdamaian.
C. Peran Dan Fungsi
Mahkamah Rayuan Syariah ( Mahkamah Agung ) menangani kasus- kasus mal dan
jinayah ( pidana ) dari Mahkamah Tinggi Syariah. Mahkamah Tinggi Syariah menangani
pembicaraan kasus-kasus jinayah ( pidana ), mal, faraid pada tingkat banding. Mahkamah
Rendah Syariah ( Peradilan Agama ) menangani kasus pidana dengan hukuman maksimal
yang ditentukan oleh undang-undang sebesar RM 5,000.00 atau 3 tahun penjara atau
keduanya sekali. Sedangkan untuk perkara yang menyangkut harta benda, sanksinya RM
50,000.00.6
1. Memberi nasihat perundangan Syariah kepada pihak-pihak yang telah dikeluarkan
perintah Nafkah Anak oleh Mahkamah Syariah.
2. Memantau tugas Bailif dan melaksanakan perintah yang dibuat oleh Mahkamah
Syariah berkaitan nafkah supaya perintah tersebut dapat dipatuhi dan dilaksanakan
oleh semua pihak
6 Dokumentasi Peran dan Fungsi Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
3. Melaksanakan pengurusan pentadbiran yang berkaitan dengan perintah
penguatkuasaan serta perintah pelaksanaan penghakiman oleh Mahkamah Syariah
antara negeri-negeri dapat berjalan lancar tanpa sebarang halangan.
4. Menguruskan bantuan sokongan kewangan kepada anak yang menjadi mangsa
kegagalan pembayaran nafkah oleh suami samada dalam perkahwinan atau
perceraian berdasarkan hukum syarak.
5. Melaksanakan pengurusan bantuan sokongan yang berbentuk moral/nasihat serta
kewangan kepada pihak yang terlibat dalam terutamanya yang berkaitan pembiayaan
nafkah mengikut lunas-lunas hukum syarak.
6. Menyediakan dan melaksanakan pengadilan terhadap pelanggaran kasus pidana
berdasarkan syari’at dan undang-undang.
7. Menyediakan pelayanan pengadilan yang berkualitas bagi masyarakat.
8. menguruskan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas.
D. Gambaran Organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
1. Hakim 1 :Dato Haji Mukhyiddin Bin Ibrahim
2. Hakim 2 :Tuan Mohammad Adib Bin Husain
3. Pembantu Hakim :Puan Rosmahwati Binti Shamsuri
4. Penolong Pegawai Teknologi Maklumat :Muhammad Isham Bin Ismail
5. Ketua Pendaftar : Puan Norhuda Bt Roslan
6. Pembantu Hakim 2 ( s/u ) : Norizan Binti Fahruddin
7. Pembantu Pendaftar : Siti Noraini Bt Mohd Ali
8. Pembantu Tadbir ( 1 ) : Mohd Razali Bin Hassin
9. Pembantu Tadbir ( 2 ) : Zaipul Bin Zainal
10. Pembantu Tadbir ( 3 ) : Nasha B Tarikat
11. Penghantar Notis : Shamsuddin Bin Manan
E. Struktur Organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Selangor
Table 17
Struktur Organisai
7 Dokumentasi Struktur Organisasi Induk Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi
Syariah, Selangor, 2003.
Hakim 1
Dato Haji Makhyuddin Bin
Haji Ibrahim
HAKIM 2
Tuan Muhd Adib Bin Husain
Ketua Pendaftar
Puan Nur Huda Binti Roslan
Unit Perundangan-Undangan
Pembantu Pendaftar
Noraini Binti Mohd Ali
Unit Pentadbiran
Pembantu Tadbir 1
Mohd Razali Bin Hassin
Pembantu Tadbir 2
Zaipul Bin Zainal
Penghantar Notis
Shamsuddin Bin Manan
Pembantu Am Rendah
Asnizah Binti Mokti
Penolong Pegawai Teknologi Maklumat
Mohd Isham Bin Ismail
Pembantu Hakim
Puan Rosmawarti Binti Samsuri
Pembantu Hakim 2
Norizan Binti Faharuddin
F. Piagam Pelanggan
Seluruh warga Mahkamah Tinggi Syariah Selangor bertekad memberi perkhidmatan
kepada pelanggan-pelanggan berasaskan ciri-ciri berikut yaitu Kecekapan Dan Ketepatan
Masa Dalam Menangani Urusan Dengan Pelanggan.
1. Memastikan 80 peratus kes-kes Mahkamah Rayuan Syariah diselesaikan dalam tempoh
6 bulan selepas didaftarkan di Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia.
2. Memastikan pembinaan Arahan Amalan dibuat dalam tempoh 6 bulan dari tarikh
persetujuan Jawatankuasa Kerja Arahan Amalan.
3. Memastikan sekurang-kurangnya 80 peratus Pegawai Syariah menghadiri 3 kursus teras
dalam tempoh 1 tahun dari tarikh pelantikan.
4. Memastikan peperiksaan perkhidmatan di bawah Skim Perkhidmatan Pegawai Syariah
untuk tujuan pengesahan jawatan dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 kali setahun.
5. Memastikan bil/tuntutan yang lengkap, dibayar dalam tempoh 14 hari dari tarikh
penerimaan oleh Unit Kewangan.
6. Memastikan wang pendahuluan dana Sokongan Keluarga dibayar dalam tempoh 7 hari
dari tarikh kelulusan Jawatankuasa Amanah Sokongan Keluarga.
7. Memastikan kajian/penyelidikan jangka pendek diselesaikan dalam tempoh 6 bulan dari
tarikh arahan dikeluarkan.8
8 Dokumentasi Piagam Pelanggan Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Praktik Nikah Paksa Menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2003 Di
Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
Setiap perkara didunia ini yang berkait dengan undang-undang dan bersangkutan
dengan hukum Islam yang mana sesuatu hukum itu telah ditetapkan oleh orang yang
berwenang dengan hal yang demikian. Dengan adanya undang-undang dan hukum Islam,
sesuatu perkara yang hendak dilakukan atau dijalankan akan lebih berkesan dan sistematik.
Begitu juga dengan kasus-kasus nikah cerai yang terdapat di mana-mana negeri di Malaysia
khususnya di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor. Terdapat kepelbagaian kasus
nikah cerai yang didaftarkan di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor1 dan
semestinya kasus terhadap nikah paksa di mahkamah tinggi syariah negeri Selangor yang
ditinjau dari hukum Islam telah menarik minat penulis untuk meneliti tentang permasalahan
tersebut.
Berdasarkan wawancara bersama Tuan Mohammad Adib Bin Husain yang
memegang jabatan sebagai pegawai hakim 2 di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
adalah:
1 Dokumentasi Kasus Nikah Cerai Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
Bahwa suatu perkawinan adalah wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia
yang wajar dan dibenarkan. Bahkan, dalam ajaran Nabi Muhammad Saw,
perkawinan ini ditradisikan sebagai sunnah baginda.Oleh karena itu, perkawinan
yang penuh nilai dan bertujuan mewujudkan kehidupan berumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan penuh rahmah, perlu di atur dengan syarat dan rukun
tertentu agar tujuan penetapan syariat perkawinan dapat tercapai. Hal yang paling
pokok dalam perkawinan bagi kedua mempelai yang akan melangsungkan akad
pernikahan adalah persetujuan kedua calon (pria dan wanita).2
Pernyataan tentang nikah paksa secara umumnya di dalam Al-Quran tidak
disebutkan secara jelas tentang persoalan ijbar (Nikah Paksa), akan tetapi hanya
menyebutkan beberapa ayat yang menjelaskan tentang permasalahan dalam keluarga pada
masa Nabi dan itu pun merupakan respon yang terjadi pada masa itu.
Dalam Al-Quran di jelaskan:
Artinya : “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya,
Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka
dengan cara yang ma'ruf (pula).”3
Asbabul nuzul ayat ini adalah berkenaan sikap Ma’qal ibnu Yasar yang enggan atau
tidak mau menikahkan saudara perempuannya dengan laki-laki yang tidak di inginkannya.
Dengan alasan bahwa dulu laki-laki yang menikahi saudara perempuan telah
menceraikannya, sekarang ingin kembali menikahinya. Namun setelah mendengar adanya
perintah Nabi untuk tidak menolaknya, “Ma’qal ibnu Yasar, Ma’qal ibnu Yasar kemudian
2 Wawancara bersama Tuan Mohammad Adib Bin Husain, Pegawai Hakim 2, Mahkamah Tinggi
Syariah Selangor, tanggal 22 Januari 2018. 3 Al-Baqarah (02): 231
membuat akad nikah baru, saya mendengar dan taat kepada perintah Tuhan kemudian
mengundang calon suami lalu menikahkanya”. Dari riwayat Hr. Bukhari, Abu Daud dan
Tirmizi.4
Karena itu penafsiran terhadap ayat di atas, di antaranya:
1. Khitbah di peruntukkan kepada para wali (ayah, kakek, saudara laki-laki) untuk tidak
menolak untuk menikahkan perempuan yang ada di bawah perwaliannya.
2. Khitbah tersebut di peruntukkan kepada masyarakat umum.
3. Tindak lanjutnya bahwa enggan menikahkan atau sebaliknya memaksakan kehendak
dengan paksaan adalah tidak di perbolehkan.
4. Dari sinilah secara implisit membolehkan perempuan untuk menikah dengan pilihan
sendiri dan seorang pun tidak boleh menolaknya asal ada kebaikan di masa depannya.
Adapun pandangan asy-Syafi’i jelas mengatakan bahwa ayat di atas menunjukkan
bahwa perempuan merdeka tidak boleh menikahkan dirinya sendiri. Persoalan itu tentu ada
kaitannya dengan hadits yang menjelaskan tentang perempuan yang tidak dapat menikah
tanpa adanya walinya.
4 Muhammad Akhyar, Fikah Sunnah Wanita, (Selangor : Al-Hidayah Publication,2016). hlm. 420.
Dan selanjutnya, perlu dijelaskan terkait mengenai beberapa kata dalam Bahasa
Arab yang di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan Paksaan/memaksa,di
bebani/diwajibkan mengerjakan sesuatu. Seperti di dalam Al-Quran:
,,,
Artinya : “Tidak ada paksaan untuk agama (Islam).”5
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (
Al-Baqarah 286)6
Kata yang lain ijbar yang menjadi keyword dalam pembahasan ini adalah ikrah,
ikrah adalah suatu paksaan terhadap seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan tertentu
dengan suatu ancaman yang membahayakan terhadap jiwa atau tubuhnya, dan dia tidak
mampu melawannya, sementara bagi orang yang dipaksa , perbuatan tersebut sebenarnya
bertentangan dengann kehendak hati nuraninya atau fikirannya.
Sedangkan taklif adalah suatu paksaan atau tuntunan Allah yang berkaitan dengan
perintah untuk berbuat atau meninggalkanj suatu perbuatan. Akan tetapi pekerjaan ini
sebenarnya merupakan konseksuensi logis belaka dari penerimaannya atas suatu hukum
atau keyakinannya. Jadi pekerjaan tersebut sebenarnya adalah suatu kewajiban bagi orang
tersebut (mukallaf) karena dia telah dengan sadar menjatuhkan pilihannya untuk mengikuti
5 Al-Baqarah (02): 256
6 Al-Baqarah (02): 286
atau mengakui suatu keyakinan seperti mengerjakan shalat lima waktu, puasa ramadhan
dan perbuatan wajib lainnya. Akibat hukumnya jelas memaksa orang lain untuk
mengerjakan sesuatu secara taklif, justeru merupakan pahala karena termasuk dalam
kerangka amar ma’ruf nahi munkar.7
Sedangkan Ijbar (hal memaksa) yaitu seseorang wali mujbir, seorang ayah dapat
memaksa berhak memaksa putrinya yang masih gadis (bukan janda) untuk di jodohkan
denngan laki-laki yang memenuhi syarat demi kebahagiaan lahir bathiin, dunia dan akhirat.
Namun selama ini dan merupakan pandangan umum dan masih ada dalam praktek
masyarakat bahwa ijbar adalah hak dari orang tua untuk menikahkan anak perempuannya
atau yang di kenal denga “nikah paksa”. Artinya, hak ijbar di pahami oleh banyak orang
sebagai hal memaksakan suatu perkawinan oleh orang lain yang dalam hal ini adalah
ayahnya yang di sebut “wali mujbir”. Terkait persolan ini, tidak bisa dilepaskan dengan
wali mujbir. Begitulah, sedikit permasalahan dan penjelasan penelitian tentang nikah paksa
di mahkamah tinggi syariah negeri Selangor yang ditinjau dari hukum Islam.8
B. Wali Yang Punya Hak Nikah Paksa Menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga
2003 Di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
7 Burhanuddin, Fiqh Ibadah, (Bandung, : CV Pustaka Setia, 2001), hlm 268.
8 Dokumentasi Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
Orang yang berhak mengawinkan seorang perempuan adalah wali yang
bersangkutan. Apabila wali yang bersangkutan sanggup bertindak sebagai wali. Wali di
tunjuk berdasarkan Skala prioritas secara tertib di mulai dari orang yang paling berhak,
yaitu mereka yang paling akrab , lebih kuat hubungan darahnya. Jumhur ulama’, seperti
imam malik, imam Syafi’i mengatakan bahwa wli ituis dan di ambil dari garis ayah, bukan
dari garis ibu.9
1. Wali Mujbir
Wali dalam perkawinan di artikan dengan keberadaan seseorang yang menjadikan
sahnya akad nikah dan tidak sah tanpanya. Di antara wali-wali itu ada yang dominan,
menurut mahkamah tinggi syariah negeri Selangor, yang mengikut atau lebih
mengutamakan mazhab As-Syafi’i yaitu ayah dan kakek dari pihak ayah. hanya ayah saja
dan seseorang yang diberi wasiat oleh ayahnya10
. Lebih jelas, Imam As-Syafi’i mengatakan
tertib wali sebagai berikut:
a. Ayah,
b. Datuk, ayah dari ayah,
Seseorang yang mempunyai hak paksa atau hak ijbar ini disebut wali mujbir. Wali
mujbir di khususkan untuk menikahkan pengantin anak-anak, dewasa tapi kurang akalnya
dan perempuan dewasa tapi masih perawan, wali bias menikahkan tanpa izin dirinya, Akan
9 Muhamnmad Bin Abdurrhaman, Fikih Empat Mazhab, (Bandung : Hasyimi, 2013), hlm 321-322.
10 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu,(Darul Fikr, Damaskus, 2007), hlm 179-180
tetapi Hanafiyah mengatakan wali mujbir hanya berlaku pada anak yang kurang akalnya
walaupun dewasa. Adapun perempuan baligh baik perempuan atau janda, tidak ada paksaan
di antara keduanya. Bila dia menikahkan dirinya sendiri dengan orang lain di syaratkan
adanya kesetaraan, bila tidak wali bias membatalkan nya. Sedangkan untuk perawan tidak
di syaratkan kejelasan penerimaannya tetapi cukup dengan symbol atau perantaraan akan
kemauannya seperti diamnya, senyum tertawa, atau menangis tapi menunjukkan
kesenangannya. Tapi bila sebaliknya seperti menutup diri, memukul-mukul wajahnya,
maka jangan di paksakan. Bila hal tersebut tetap di paksakan walaupun sah akadnya,
namun kelak di kemudian hari ia bisa menentukan masa depannya sendiri, menolak atau
melanjutkan perkawinannya.11
Ada pemetaan menarik tentang ikhtilaf ulama berkaitan dengan hak bagi perempuan
dalam menentukan jodoh dan kekuasaan wali, yang dapat diperinci secara garis besar
sebagai berikut:
a. Para ulama’ sudah bersepakat tentang seorang perempuan janda, maka harus ada ridha
(kerelaannya).12
b. Ulama berbeda pendapat tentang seorang perempuan perawan yang sudah baligh.
Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, yang berhak memaksa perempuan yang masih
11
Ibid, hlm 180 12
Ibid, hlm 183
perawan hanyalah ayah. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah bahwa wajib ada ridha
(persetujuan).13
Di sisi lain, eksistensi wali nikah dalam literatur fikih harus ada. Misalnya As-
Syafi’i dan Maliki melihat bahwa wali sebagai rukun, sehingga keberadaannya merupakan
keharusan, nikah tanpa wali tidak sah. Sedangkan Hambali dan Hanafi menganggap wali
nikah sebagai syarat bukan rukun. Artinya rukun yang harus ada adalah ijab dan qobul,
namun lebih lanjut Hanafi membolehkan adanya wali bila perempuan yang mau menikah
belum aqil baligh atau masih kecil. Akan tetapi pendapat Hanafi pada dasarnya sama
dengan mazhab lainnya, bila calon suami tidak setara (sekufu), maka wali bias
membatalkannya. Hal ini sebenarnya seimbang untuk hak perempuan bila dia dinikahkan
pada masa kecilnya namun setelah dewasa dia sadar dan berakibat tidak setuju dengan
pilihan orang tuanya, maka dia pun bias mengajukan kepada hakim untuk mem fasakh
nikahnya.
Selanjutnya, pemberi hak istimewa bagi wali mujbir ini bukanlah tanpa batas dan
pensyaratan tertentu agar tidak melanggar hak azasi terhadap perwaliannya. Dasar
pertimbangan wali mujbir menurut Imam As-Syafi’i adalah kemashalatan putri yang akan
di paksakan. Artinya, dia harus yakin bahwa jodoh yang di paksakan itu tidak akan
13
Ibid, hlm 183
menimbulkan masalah bagi putrinya, bahkan akan mendatangkan mashlahat bagi putri
kandungnya.14
Oleh karena itu, hak ijbar dari wali mujbir tadi gugur apabila ternyata:
a. Tiada kesepadanan antara mempelai laki-laki dengan gadis yang dipaksa
perkawinannya.
b. Ada pertentangan antara kedua orang yang akan di paksakan atau adanya perselisihan
antara calon mempelai.
c. Adanya perselisihan antara mempelai perempuan dengan wali mujbir yang di
nikahkan.15
Memang selayaknya bila wali yang paling dekat atau wali akrab itu mempunyai
kelebihan dengan hak ijbarnya. Hal ini karena ia lebih mengetahui banyak hal dari pada
wali yang lain, di samping dia sangat memperhatikan masa depan anaknya. Walaupun
sebagai pemaksaan, hak ijbar pada hakikatnya sebagai upaya mewujudkan kemashlahatan
si gadis itu sendiri. Walaupun demikian, secara yuridis hal ini kurang relevan dan hanya
berdasarkan pahaamaan kepatuhan terhadap titah orang tua.
2. Wali Nasab
Mahkamah tinggi syariah negeri Selangor berpendapat bahwa anak laki-laki tidak
termasuk ashabah seorang wanita. Suatu pernikahan baru dianggap sah, bila dinikahkan
14
Dokumentasi Nikah Paksa Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
15
https://ms.wikipedia.org/wiki/Wali_mujbir. diakses 25 Maret 2018.
oleh wali yang dekat lebih dulu. Bila tidak ada yang dekat, baru dilihat urutannya secara
tertib. Maka selanjutnya bila wali jauh pun tidak ada, maka hakimlah yang bertindak
sebagai wali.
Oleh itu, keluarga dekat lebih berhak untuk menjadi wali. Selanjutnya beliau
mengatakan anak laki-laki sampai ke bawah lebih utama, kemudian ayah sampai ke atas,
kemudian saudara laki-laki seayah seibu, kemudian saudara laki-laki seayah saja, kemudian
anak laki-laki dari saudara-saudara laki-laki seayah seibu, kemudian anak laki-laki dari
saudara-saudara lelaki seayah saja, lalu kakek dari pihak ayah, sampai ke atas.
3. Wali Hakim
Wali Hakim adalah wali nikah dari hakim atau qadhi. Orang-orang yang berhak
menjadi wali hakim adalah: kepala pemerintahan, Khalifah (pemimpin), Penguasa
atau qadhi nikah yang diberi wewenang dari kepala Negara untuk menikahkan wanita yang
berwali hakim. Apabila tidak ada orang-orang tersebut, maka wali hakim dapat diangkat
oleh orang-orang terkemuka dari daerah tersebut atau orang-orang `alim.
Bila ayah atau keluarga mewakilkan, maka Raja atau Amir atau penguasa dapat
menjadi walinya.. Pada waktu itu tidak ada Wali dari keluarganya (Ayah atau keluarga
lainnya), karena dia telah cukup dewasa untuk memahami proses dari tindakan itu.16
16
Dokumentasi Nikah Paksa Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
C. Keabsahan Nikah Paksa Di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor Di Tinjau
Dari Hukum Islam
Dapat di pahami, perkawinan adalah merupakan sarana untuk membentuk rumah
tngga yang ideal, tenang dan damai, selain itu pernikahan juga merupakan sarana efektif
untuk menjaga umat dari kebobrokan moral, menjaga setiap individu dari kerusakan
masyarakat. Tiada ketentuan dalam syariat yang mengharuskan atau sebaliknya melarang
perjodohan. Islam hanya menekankan bahwa hendaknya seorang Muslim mencari calon
istri yang shalihah dan baik agamanya. Begitu pula sebaliknya.17
Pernikahan melalui perjodohan ini sudah terjadi sejak dulu. Bahkan Di zaman Nabi
Muhammad saw pun pernah terjadi. Aisyah ra yang sewaktu itu masih kanak-kanak
dijodohkan dan dinikahkan oleh ayahnya dengan Rasulullah saw. Setelah baligh, barulah
Ummul Mukminin Aisyah tinggal bersama Rasululloh saw. Dalam sebuah hadits shahih
disebutkan, seorang sahabat meminta kepada Rasul saw agar dinikahkan dengan seorang
Muslimah. Akhirnya, ia pun dinikahkan dengan dengan mahar hapalan al-Quran. Dalam
konteks ini, Rasul saw yang menikahkan pasangan sahabat ini berdasarkan permintaan dari
sahabat laki-laki. Meskipun didasarkan pada permintaan datang dari orang lain, Tentu saja
dengan persetujuan dari mempelai perempuan.
Oleh karena itu, pensyari’atan perkawinan mempunyai tujuan-tujuan tertentu,
anatara lain:
17
Mahmud Mahdi Al Instabuli, Keluarga Sakina Mawaddah Warahmah, (Indonesia : Sahara,2011),
hlm 31
1. Untuk mendapatkan ketengan hidup.
Secara fitrah manusia mempunyai keinginan untuk mendapatkan ketenangan
hidupnya, sebab dengan ketenangan hidup manusia akan dapat lebih mudah mengarahkan
langkahnya dari melakukan tindakan yang terbaik, baik hidupnya tidak hanya selaku
individu bahkan lebih luas dari pada itu, yaitu untuk keluarga dan masyarakat, bangsa dan
Negara. Selain itu, dapat pula memberikan cinta dan kasih sayang, Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” 18
2. Untuk memelihara pandangan mata dan menjaga kehormatan diri
Dengan perkawinan, maka manusia tetaplah menjaga salah satu jalan yang
mengangkat kehormatan diri seorang anak manusia sekaligus pandangan mata mereka dari
hal-hal yang merusak yang dapat menyebabkan seseorang jatuh kelembah kenikmatan.19
Sabda Rasulullah SAW :
18
Ar-Rum (30): 21 19
Mustafa Al-Khin, Al-Fiqh Al-Manhaji Mazhab Al- Syafie, (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia,
2011), hlm 391
زاوج , فاإنه أاغاض للباصار , واأاحصان ل ت ا لي ا بااب مان استاطااعا منكم االبااءاةا ف ا را االش رج .يا ماعشا لفاArtinya : “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga
hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan
memelihara kemaluan”.
3. Selain itu, perkawinan dalam Islam adalah bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang
sah serta sehat jasmani, rohani dan social, mempererat dan memperluas hubungan
kekeluargaan serta membangun hari depan individu , keluarga dan masyarakat yang lebih
baik.20
Melihat tujuan yang sangat luhur dari perkawinan itu maka di harapkan kedua calon
mempelai hendaknya sekufu (pantas/seimbang) demi menjaga kehidupan suami istri yang
harmonis. Isteri merupakan teman hidup suami, tempat penglipur gundah gulana
persemaian keturunan, pengasuh dan pendidik utama anak-anak serta pengurus rumah
tangga. Maka dari itu Islam sangat konsen terhadap perkawinan yang diturunkan lewat
berbagai kriteria dan syarat-syarat yang dilakukaan dalam memilih seorang istri atau suami.
Oleh karena fungsinya demikian luhur dan kompleks maka sudah semestinya kalau dalam
memilih calon istri harus di perhatikan beberapa syarat.
Sabda Rasulullah SAW :
الا رأاة لارباع : لما ح االما واعان أاب هراي راةا رضي الله عنه عان النب صلى الله عليه وسلم قاالا : ) ت نكا الاا , ا ا , واجاما باا ا , واحاباا , اكا (والديناا ين تاربات يادا ات االد ر بذا فااظفا
20
Ibid, hlm 389
Artinya : “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta,
keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama,
engkau akan berbahagia." 21
Islam sangat menghargai dan memahami tentang eksistensi manusia yang
memerlukan teman hidup yang cocok dan sesuai dalam mengurangi dinamika kehidupan.
Oleh karena itu, seperangkat syarat dan rukun pada saat pelaksanaan akad nikah harus ada
sebagaimaana yang telah di sebutkan pada pembahasan terdahulu.
Dan persoalan yang sangat aktual yang terlihat dalam realita kehidupan manusia
dewasa ini dalam kehidupan keluarga adalah intervensi bapak/ibu dalam pernikahan
anaknya, Sehingga tidak sedikit harapan yang di inginkan dalam kehidupan rumah tangga,
bahkan tidak lagi bertujuan untuk membentuk atau membina keluarga sakinah, mawaddah
warahmah. Tapi Justeru itu, penceraianlah yang terjadi karena yang menjalani kehidupan
rumah tangga itu adalah aanak bukan orang tuanya, sementara tidak diikat dan didasari rasa
cinta. Hal yang demikian, sebenarnya sudaah di antisipasi oleh Rasullullah SAW
sebagaimanaa yang tertera dalam sebuaah hadith yang bebunyi:
رسىل أن عنه الله رضي هريرة يأب وعن حت ى اليم تنكح ل : ) قال وسلم عليه الله صلى الل
رسىل يا: قالىا تسـتأذن حت ى تنكحالبكر ول , تستأمر ( تسكت أن : قال ? إذنها وكيف , الل
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda Janda tidak boleh
dinikahkan kecuali dimintai izin terlebih dahulu. Sahabat-sahabat bertanya.
21
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu,( Damaskus : Darul Fikr,2007), hlm 23.
Wahai Rasulullah, bagaimana caranya dia mengijini ? Beliau menjawab Dia
diam (berarti memberi ijin).22
Mengingatkan maksud syara’iatkannya nikah adalah agar mashlahat pasangan
suami istri bias berjalan dengan teratur, baik, harmonis, mawaddah warahmah serta untuk
menghasilkan keturunan dan terdidiknya mereka oleh keduanya. Maka maksud mulia ini
tidak akan terwujud jika keduanya suami istri saling menjauhi tidak ada komunikasi di
sebabkan karena tidak senang dan tidak cinta.
Berdasarkan hal ini, jika semuanya telah mengetahui bahwa disana ada sebab yang
akan menghapus tujuan syar’i dalam sebuah akad, sebelum melangsungkannya, maka wajib
bagi keluarga terutama kedua orang tua agar tidak melangsungkan akad tersebut, karena
sebab akan bias menghapus tujuannya. Karena ketika itu ikatan pernikahan tidak akan
mendatangkan manfaat yang di inginkan sesuai dengan sebab yang mungkin terlah terjadi,
kecuali jika sebab tersebut tidak tampak setelah akad berlangsung. Inilah sebab sehigga
sebelum atau sesudah menikah yang disebut “mitsaq ghalidh, yang dapat di artikan sebagai
ikatan suci antar suami dan istri mirip dengan kesucian hubungan antara Allah dengan
pilihannya. Isi dan inisiatif dari perjanjian tersebut pada umumnya muncul dari pihak
wanita yang pada prinsipnya ridha atau bersedia setia dan taat pada laki-laki yang akan
menikahinya.23
22
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu,( Damaskus : Darul Fikr,2007), hlm 182. 23
Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, (Jakarta : Sahara,
2011), Hlm.35
Dalam hukum Islam, menyatakan bahwa kehendak sendiri merupakan syarat sahnya
akad, dalam karangan Shaikh Al-Allamah Muhammad Bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi
menjelaskan bahwa dipaksa itu rela, maka sah la akadnya, bahkan jika wali tersebut adalah
wali yang dekat dalam urutan perwalian, maka sah la akad nikahnya dan wali terdekat
mempunyai hak memaksa terhadap gadis kandungnya. Sementara itu Sayyid Abu Al-
Hassan Al-Ishfahani dalam Al-Wasilah-nya ada bab Al-Zawaj mengatakan bahwa, untuk
sahnya suatu akad di syaratkan adanya kehendak sendiri pada kedua mempelai. Kalau
keduanya atau salah seorang diantaranya dipaksa, maka akad iti tidak sah. Tetapi kalau
paksaan ia kemudian di ikuti dengan kerelaan dari orang yang dipaksa, maka menurut
pendapat yang lebih kuat, akad tersebut menjadi sah.24
24
Muhamnmad Bin Abdurrhaman, Fikih Empat Mazhab, (Bandung : Hasyimi, 2013), hlm 321-322.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai paparan dan penjelasan di atas, maka penulis dapat simpulkan hal-hal
penting, yaitu :
1. Praktik nikah paksa menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2003 di
Makhmah Tinggi Syariah Negeri Selangor “Ijbar” secara teoritis pada awalnya
merupakan hak dan kewajiban orang tua dengan rasa tanggungjawab mengarahkan anak
perempuannya menuju jenjang perkawinan dengan indah dan menuju kebahagiaan.
Sama sekali tidak diartikan dengan paksaan (ikrar) yang semena-mena yang tidak
bertanggungjawab, dan sama sekali berbeda dengan paksaan yang bersifat ibadah (taklif)
yang aktifitas itu adalah merupakan kewajiban yang ditawar, Ijbar jugak tidak dapat
diartikan sebagai “nikah paksa” yang dipahami oleh banyak orang pada umumnya.
2. Wali yang punya “hak paksa atau “hak ijbar” menurut Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam no 2 Tahun 2003 keluarga Islam disebut wali mujbir. Wali mujbir
dikhususkan untuk menikahkan pengantin anak perempuannya. Artinya, wali harus
yakin bahwa jodoh yang dipaksakan itu tidak akan menimbulkan masalah bagi putrinya,
bahkan akan mendatangkan kebaikan bagi putrinya. Memang selayaknya wali yang
paling dekat atau wali akrab itu mempunyai kelebihan dengan hak ijbarnya, walaupun
paksaan pada hakikatnya sebagai upaya mewujudkan kemashlahatan si gadis itu sendiri,
walaupun demikian, ia hayanya berdasarkan pahaman kepatuhan orang tua. Selain itu,
wali yang punya hak paksa juga dikenali sebagai wali nasab. Yakni, keluarga yang
paling dekat yaitu anak laki-laki sampai ke bawah lebih utama, kemudian ayah sampai
ke atas , kemudian saudara laki-laki seayah seibu, kemudian saudara laki-laki seayah
saja, kemudia anak laki-laki dari saudara-saudara laki-laki seayah seibu, kemudian anak
laki-laki dari saudara-saudara lelaki seayah saja, lalu kakek dari pihak ayah, sampai
keatas.
3. Keabsahan nikah, memiliki tujuan tertentu diantaranya untuk mendapatkan ketenangan
hidup, untuk memelihara pandangan mata dan menjaga kehormatan diri, untuk
mendapatkan keturunan yang sah serta sehat jasmani, rohani. Serta mempererat dan
memperluas hubungan kekeluargaan individu, keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
B. Saran-Saran
Melalui skripsi ini penulis ingin menyampaikan saran-saran dengan harapan agar
penulisan karya ilmiah mengenai permasalahan perkawina seperti nikah paksa dan hak ijbar
dan sebagainya. Penulis berharap akan ada penulis baru mengangkat judul baru ataupuin
menyempurnakan apa penulis sampaikan. Karena, masih banyak masalah-masalah yang
belum terjemah oleh penulis, masalah-masalah yang harus segera diluruskan agar
masyarakat tidak terjerumus teralalu dalam pada budaya-budaya atau tradisi adat yang
masih dipegang yang sebenarnya mereka tidak ketahui asal usulnya, dan masyarakat harus
segera tahu, budaya dan tradisi yang mana diperbolehkan oleh syar’at atau tradisi yang
mana ditentang oleh syar’iat.
C. Kata Penutup
Segala puji bagi Allah s.w.t Tuhan sekalian alam, karena diatas petunjuk serta
keredhaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nikah Paksa Di
Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor Di Tinjau Dari Hukum Islam “ dengan segenap
usaha yang semaksimal sekali, walaupun terdapat beberapa rintangan dan hambatan yang
harus penulis hadapi tetapi rintangan dan hambatan itulah yang memotivasikan diri penulis
bagi meraih kejayaan serta kecemerlangan untuk masa akan datang dan dianggap sebagai
pembakar semangat serta tangga untuk mengorak langkah bagi mencapai kemanisan dalam
berjuang di medan menuntut ilmu.
Dalam hal ini, penulis amat menyedari bahwa setiap apa yang dilakukan oleh
manusia tidak semuanya yang sempurna begitu juga dengan skripsi ini, ianya masih jauh
lagi untuk mencapai kesempurnaanya dan masih terdapat banyak lagi kekeliruan dan
kekhilafan dalam penulisan ini. Untuk itu penulis berharap kepada semua pihak dapat
memberi kritikan konstruktif bagi menyempurnakan lagi skripsi ini demi
mengeksistensikan kebenaran.
Demikianlah hasil riset yang dapat penulis ungkapkan dalam karya ilmiah yang
diwujudkan berbentuk skripsi ini. Di harapkan skripsi ini senantiasa dapat memberi
manfaat kepada nusa, bangsa dan agama. Mudah-mudahan dengan hidayah
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Quran danTerjemahan, Kuala Lumpur: DarulFikir,2000
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan-Pernikahan, Jakarta: DU Publishing,2011
Anshori Umar, Fiqih Wanita, Semerang :Asy Syifa,1986
Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta:Lamping publishing, ,
2015.
Burhanuddin, Fiqh Ibadah, Bandung :PustakaSetia, 2001
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulugh Al-Maram, Beirut :Dar Al-Fikr,1998
Illusion Network,Wanita Dalam Islam Kemusykilan Dan Panduan, Jabatan Agama Islam
Wilayah Persekutuan, Malaysia.
Is Addurofiq, Praktek Kawin Paksa Dan Fakto rPenyebabnya, Jurusan Al-AhwalSahsiah,
Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim, Skripsi, Malang, 2010.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, Bandung: 2017.
KitabUndang-UndangHukumPerdata
Kamil Muhammad Uwaidah, FikihWanita, Jakarta :Pustaka Al-Kautsar,1998
Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Keluarga Sakinah Mawaddah WaRahmah, Jakarta : Pt.
Sahara,2011.
Muhammad Thalib,Manejemen Keluarga, Yogyakarta: Pro-u Jl. Jogokaryan, , 2008.
Muhammad Bin Abdurrahaman, Fikih Empat Mazhab, Bandung :Hashimi Jl.Bojong,2013.
Muhammad Akhyar, Fikah Sunnah Wanita, Selangor : Al-Hidayah Publication,2016
Mustafa Al-Khin, Al-Fiqh Al-ManhajiMazhab Al- Syafie, Jabatan Kemajuan Islam
Malaysia, 2011
Nuraida, Kawin Paksa Sebagai Alasan Terjadinya Penceraian, Jurusan AL-ahwalSahsiah ,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Skripsi, Jakarta. 2010.
Ridzuan Hashim, Kitab Fikah Mazhab Shafie, Kuala Lumpur: Pustaka Salam,2009
SryIrnawati, TinjauanHukum Islam TerhadapPernikahanAtasPaksaanOrangtua, Jurusan
Peradilan Agama, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Alauddin, Skripsi, Makassar, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D, Bandung Alfabeta, 2012
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam WaAdillatuhu, Damaskus:DarulFikr, 2007
B. Lain-Lain
Wawancara bersama Tuan Muhammad Adib Bin Husain, Pegawai Hakim, Mahkamah
Tinggi SyariahSelangor pada 22 Januari 2018.
Dokumentasi Sejarah Geografis Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi
Syariah, Selangor, 2003.
Dokumentasi Dasar, Misi, Visi dan Obyektif Mahkamah Tinggi Syariah Selangor,
Mahkamah Tinggi Syariah, Selangor, 2003.
Dokumentasi Peran dan Fungsi Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi
Syariah, Selangor, 2003.
Dokumentasi Organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
Dokumentasi Struktur Organisasi Induk Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah
Tinggi Syariah, Selangor, 2003.
Dokumentasi Piagam Pelanggan Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi
Syariah, Selangor, 2003.
Dokumentasi Kasus Nikah Cerai Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi
Syariah, Selangor, 2003.
Dokumentasi Nikah Paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi
Syariah, Selangor, 2003.
http://www2.esyariah.gov.my. Diaksestanggal 30 Maret 2017
http://asashukumperkawinanislam.blogspot.co.id/2012/03/dispensasi-perkawinan.html/
diakses 30 maret 2017
http://chintyatentanghukum.blogspot.com diaksestanggal 14 April 2018.
http://www.jawi.gov.my. diaksestanggal 14 April 2018
https://ms.wikipedia.org/wiki/Wali_mujbir. diakses 25 Maret 2018.
LAMPIRAN
GambaranLokasi
Aras Tingkat Bangunan
CURRICULUM VITAE
Nama : MUHAMMAD ZULFADHLI BIN MAHADI
NIM : SHK 160010
Tempat / TanggalLahir: MELAKA, MALAYSIA / 03 FEBRUARI 1995
JenisKelamin : LELAKI
AlamatAsal : BLOF F/4/8, JALAN RENGAS, KEM PGA BATALION 4,
SEMENYIH, 43500, SELANGOR, MALAYSIA
AlamatSekarang : MESS PELAJAR MALAYSIA, NO 02, JALAN PAKIS 03,
RT 27, RW 08, KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN,
TELANAIPURA, JAMBI, 36124 SUMATERA
INDONESIA
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan :-
N
o
JenisPendidikan Tempat TahunTama
t
1 Tadika Kemas Cheras,
Selangor
2001
2 Sekolah Kebangsaan T. Ceupacs Cheras,
Selangor
2007
3 SekolahMenengahkebangsaanPerimbu
n
Cheras,
Selangor
2012
4 KolejUniversiti Islam Melaka Kuala SgBaru,
Melaka
2013
5 UIN SulthanThahaSaifuddin Jambi,Indonesi
a
2018
Jambi, NOBEMBER 2018