musnahnya tentara bergajah

12
Kajian Surat Al-Fiil MUSNAHNYA TENTARA ABRAHAH BIN AS SABBAH Written by : Coco Al Mahdi Juni 2012 ________________________________________________________________________________ Penelusuran kisah dari sejarah kemusnahan tentara bergajah (Abrahah) ketika melakukan penjajahan atas jazirah Arab, serta invasi militernya di kota Mekah dan kudeta atas kekuasaan rezim Ka'bah pada masa lalu.

Upload: coco-al-mahdi

Post on 24-Jul-2015

2.975 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Penelusuran sejarah dan penafsiran peristiwa yang terjadi pada tahun gajah berdasarkan surat Al-Fiil.

TRANSCRIPT

Page 1: Musnahnya Tentara Bergajah

Kajian Surat Al-Fiil

MUSNAHNYA TENTARA ABRAHAH BIN AS SABBAH

Written by :

Coco Al MahdiJuni 2012

________________________________________________________________________________Penelusuran kisah dari sejarah kemusnahan tentara bergajah (Abrahah) ketika melakukan penjajahan atas jazirah Arab, serta invasi militernya di kota Mekah dan kudeta atas kekuasaan rezim Ka'bah pada masa lalu.

Page 2: Musnahnya Tentara Bergajah

Tahun Gajah.

Tahun Gajah merupakan penyebutan atas penanggalan pada masa-masa sekitar tahun 500-600 (Masehi) yang diyakini sebagian kalangan umat Islam sebagai masa-masa kelahiran Nabi Muhammad SAW (20 April 571 Masehi).

Beberapa kalangan menegaskan bahwa peristiwa ini terjadi 30 tahun sebelum kelahiran Muhammad SAW. Ada juga yang menjelaskan bahwa ini 40 tahun sebelum masa kelahiran nabi Muhammad SAW. Terlepas dari mana yang benar dalam penjelasan tahun gajah ini, dapatlah Saya prediksikan bahwa peristiwa ini terjadi pada masa-masa jauh sebelum nabi Muhammad lahir, kira-kira satu abad sebelumnya. Karena sebagian ilmuwan memprediksikan bahwa penjajahan rezim Abrahah atas kota Mekah ini selama kurang lebih 30 tahun.Dan pada masa itu pula merupakan kejayaan rezim Ka'bah dibawah kepemimpinan dinasti Hasyim (Abdul Muthalib ibnu Hasyim).

Begitu populernya penyebutan gajah, bergajah dan tentara Abrahah pada masa itu, memang mengindikasikan adanya pengaruh besar di sepanjang jazirah Arab dan Timur Tengah kala itu oleh sepak terjang sang raja dari Abesyinia ini.Abu Maktum adalah gelar atas diri sang Raja ini. Dan bahkan gelar dari Abrahah bin As Sabbah ini sering diolok-olok dengan sebutan Al-Asyram (berhidung belah).

Kerakusan atas kekuasaan kerajaannya di tanah Arab memang sudah terkenal pada masa itu. Namun dalam metode penjajahan yang tidak biasa dalam menanamkan pengaruh besarnya atas suatu negeri, telah membuat kerajaan Habsyi ini semakin di segani oleh banyak kerajaan-kerajaan lainnya.

Kekuatan Ekonomi Membawa Pengaruh Besar.

Berbekal kekuatan ekonomi negerinya itu, kerajaan Habsyi telah banyak menaklukkan wilayah-wilayah disepanjang tanah Arab ini, hingga ke gerbang Mekah, yang pada masa itu Mekah terkenal sebagai pusat Religius dunia. Sebuah kota populer yang menjadi basis peribadatan seluruh umat, mulai dari Paganisme, Yahudi hingga sebagian kecil golongan Hawariyyun (pengikut Isa).

Mekah juga merupakan pusat perdagangan dunia, yang telah berjasa menghubungkan perdagangan Tiongkok dengan perdagangan Arab waktu itu.Hubungan dagang dan perdagangan antar negara di belahan bumi manapun merupakan peradaban besar manusia yang berkembang pesat pada masa

Page 3: Musnahnya Tentara Bergajah

itu. Ini juga merupakan andil besar dari ketangguhan pedagang-pedagang Arab yang terkenal sebagai manusia-manusia tangguh penjelajah dunia, yang telah membawa pengaruh-pengaruh regionalnya ke segenap penjuru internasional, bahkan sampai ke daratan Asia.

Tak heran jika banyak negeri-negeri kolonialis yang memanfaatkan perdagangan ekonomi sebagai sarana menanamkan pengaruh dan kekuasaannya di tanah manapun.Seperti yang kita ketahui bersama bahwa terjadinya penjajahan atas suatu negeri karena didasarkan atas sumber daya alam yang dimiliki di negeri tujuan tersebut. Selain itu adalah “Pengaruh”. Pengaruh ini lebih dominan menjadikan langkah-langkah penjajahan lebih dikedepankan. Maksudnya adalah; bagaimana negeri kolonialis tersebut membuat konsep 'penjajahan'nya bisa berjalan dan diterapkan atas negeri jajahannya tersebut. Adakalanya kaum imperialis melakukan konsep 'damai' atas suatu bangsa, manakala bangsa tersebut mudah untuk dipengaruhi, tentunya dengan 'pembodohan publik'. Dan disisi lain kadang kekuatan 'militansi' juga mereka terapkan bila hal tersebut membawa hambatan besar dalam 'penaklukan' suatu bangsa.

Nah, dalam hal ini, Abrahah bin As-Sabbah lebih mengedepankan konsep 'damai' dalam menaklukan negeri-negeri yang ingin dikuasainya. Ya, Ekonomilah yang menjadi senjata dalam menjajah wilayah-wilayah di semenanjung Arab ini. Tak perlu heran dengan masalah ini. Kita pun telah menyadari bahwa konsep ekonomi atau penjajahan ekonomi suatu negara besar atas negara yang dijajahnya, di masa sekarang pun makin jelas terlihat. Hal ini membawa pengaruh besar dalam tatanan kehidupan berbangsa, berpolitik, dan kebebasan hidup suatu bangsa. Penaklukan ekonomi telah berdampak pada pola pikir para penguasa suatu negeri, karena telah terbelenggunya keinginan dan kemandirian bersikap dan berbuat oleh konsep kolonialis ini. Bisa dibilang konsep 'damai' dengan peran ekonomi, lebih efektif ketimbang konsep 'militan' dengan peran kekuatan militer. Kerajaan Habsyi telah membuktikan hal ini, dan itulah yang menjadi sepak terjang dan peran dominan rezim Abrahah atas tanah Arab, sebagaimana halnya dimasa sekarang; bagaimana kita menilai sepak terjang Amerika Serikat atas pengaruhnya dibelahan bumi manapun.

Apa itu tentara “Bergajah” dalam surat Al-Fiil ?

Al-Qur'an memberikan keterangan global atas sejarah ini dalam surat Al-Fiil (ayat 1-5).Namun definisi dari beberapa kalangan penfasir Qur'an lebih menekankan makna “Gajah” atau “Pasukan yang menggunakan kendaraan Gajah”

Page 4: Musnahnya Tentara Bergajah

bahkan ada yang menafsirkan “Pasukan Tentara Abrahah”. Semua ini disandarkan pada sejarah keterlibatan hewan Gajah di daratan Arab pada waktu itu. Dan Gajah-gajah yang digunakan oleh Abrahah didatangkan dari negeri India. Benarkah demikian?

Tidak salah menafsirkan bahwa memang Gajah yang digunakan untuk mendefinisikan Al-Fiil ini, namun penelusuran sejarahnya ini pun masih simpang siur kebenarannya. Tentulah bila kurang jelas sejarahnya ini, Saya bisa katakan sebagai 'mitos'. Karena Mitos bisa saja berisi kebenaran, atau kebohongan, bahkan samar-samar yang tidak memberikan sumber kejelasan suatu kisah.

Tidak ada larangan dalam mendefinisikan suatu makna yang terkandung dalam Qur'an, sepanjang masih memiliki induksi dan deduksi kata dan maknanya. Jadi konklusi makna sah-sah saja dilakukan dalam mencari sebuah makna ayat.Suatu hal yang berharga bila Anda dapat mencari konklusi makna dari ayat Qur'an dengan menemukan 'benang merah' dari kronologis sebuah kisah dalam Qur'an, sekalipun sumber-sumber dalil naqli banyak mendukung makna-makna ayat-ayat tersebut.

Yakini sepenuhnya bahwa Qur'an sebuah kitab universal yang mampu memberikan penjelasan-penjelasan rasional dari berbagai kehidupan, dari berbagai jaman hingga kehidupan ini berakhir. Qur'an bukan kitab 'usang' yang tidak sanggup menafsirkan jaman setelah jaman berikutnya. Qur'an sebuah kitab yang mampu mengikuti jaman dan penafsiran dari berbagai individu yang berusaha mencari kebenaran di dalamnya. Pembenaran Qur'an diperlukan pemahaman akal yang luas, penelusuran sejarah masa lalu dan penelitian ilmu pengetahuan, semua itu penunjang bagi kita dalam mencari pembenaran setelah kebenaran yang sudah kita terima.

Dalam surat Al-Fiil, Saya lebih condong menafsirkannya dengan makna “Kekuatan Militer”, “Pasukan Tangguh”, atau “Tirani Kekuasaan”. Hal ini Saya dasarkan pada penafsiran “Bergajah” atau “Tentara Bergajah” untuk kata “Al-Fiil”. Saya menelusuri benang merah antara “Al-Fiil” dengan ayat ke 3-5 dalam surat ini. Jadi kita maknai saja Al-Fiil ini dengan makna “Tirani Kekuasaan”, karena menurut saya lebih tepat dengan konotasi ini.

Ya, kini kita maknai bahwa Al-Fiil adalah “Tirani Kekuasaan” yang kala itu dipegang oleh rezim Abrahah (Kerajaan Habsyi) yang berencana menggulingkan rezim Ka'bah dengan kudeta militernya. Rezim Ka'bah pada masa itu sangat dihormati di beberapa kalangan Arab dan Yahudi serta suku Arab Quraisy (suku terbanyak di tanah Arab). Kekuatan pengaruh rezim ini karena banyak didukung oleh golongan pengusaha dan penguasa setempat

Page 5: Musnahnya Tentara Bergajah

serta pejabat-pejabat kerajaan-kerajaan kecil yang ada didaratan Arab. Salah satunya adalah dinasti Hasyim, yang tampuk pimpinannya dipegang oleh Abdul Muthalib (Kakek Nabi Muhammad SAW).Dinasti Hasyim adalah konglomerat besar sekaligus pejabat wilayah yang ada di kota Mekah.

Apa itu “Ababil” dalam surat Al-Fiil ?

“Thayran Abaabil” adalah makna kata yang sering ditafsirkan banyak kalangan Islam sebagai “Burung terbang yang berbondong-bondong”, bahkan ada yang menafsirkannya sebagai “Burung Ababil”, serta sebagian kecil yang menafsirkannya dengan makna “Hewan terbang yang bersayap, terbang berbondong-bondong”.Benarkah penafsiran makna tersebut seperti itu?

Dalam dunia ilmu pengetahuan, species “Ababil” yang banyak dikatakan sebagian orang itu, adalah species yang tidak dikenal dalam dunia unggas. Palaentologi dan zoologi tidak pernah menemukan species burung dengan kriteria yang banyak diyakini sebagian umat Islam sebagai burung terbang yang mampu membawa batu-batu kecil di kakinya, yang bernama Ababil tersebut. Apalagi hewan ini disinyalir ada di daratan Arab sana.

Sesungguhnya Qur'an telah memberikan makna yang dalam atas penamaan sebuah hewan yang memiliki peran besar dalam sejarah Abrahah ini. Namun patut disayangkan bahwa sebagian besar orang Islam memaknainya sebagai “Burung”. Padahal makna “Thayran Ababil” adalah bermakna khusus, sebagaimana halnya kita membedakan unggas dengan serangga. Sekalipun jenis unggas memiliki sayap dan bisa terbang, serta serangga pun memiliki sayap dan bisa terbang, namun memiliki jenis klasifikasi yang berbeda dalam skala spesifikasinya. Begitupun dalam bahasa Arab, penyebutan tersebut mempunyai pemahaman yang berbeda, walaupun bermakna yang sama. Namun bahasa Arab sesungguhnya memberikan penekanan arti yang khusus, yang perlu bagi setiap penafsir mendalaminya lebih jauh. Semua itu bisa dikaji bila kita menggunakan dasar ilmu pengetahuan untuk mencari makna di balik “Thayran ababil” ini.

Disini Saya menafsirkan “Thayran Abaabil” sebagai “Hewan terbang bersayap”, “Serangga”, atau “Serangga Terbang”. Atas dasar penafsiran inilah, maka Saya memaknai “Thayran Abaabil” sebagai arti khusus adalah “LALAT”. Hal ini disandarkan pada jenis serangga yang memiliki kriteria-kriteria penafsiran pada lanjutan ayat sesudahnya. Penafsiran Saya ini bisa Anda terima bila kita melanjutkan penafsiran keterangan ayat-ayat berikutnya setelah “Thayran Abaabil”.Karena masih ada keterangan ayat lagi yang memberikan penguatan atas

Page 6: Musnahnya Tentara Bergajah

kriteria hewan yang dimaksud tersebut. Kita lepaskan dahulu pemahaman selama ini bahwa adanya “Burung terbang, membawa batu, lalu dilempar ke orang-orang di bawahnya, kemudian orang-orang tersebut terbakar, lalu tewas”. Kini kita tidak lagi bersandar pada penjelasan 'mitos' tentang “Thayran Abaabil” itu. Namun kita akan berpegang pada keterangan ilmu pengetahuan tentang sejarah 'hewan' ini dan bukti-bukti lain yang menguatkan klasifikasi tentang hewan apakah itu. Mari kita telusuri lebih kompleks lagi dari penafsiran ayat 3-4 ini.

Syeh Muhammad Abduh (Mufti Mesir) pernah menjelaskan dalam tafsirnya:

“......tidak ada salahnya untuk membenarkan, bahwa yang dimaksud dengan binatang terbang itu (Thayr) adalah semacam Rengit atau Lalat, yang membawa hama penyakit. “Batu” itu adalah zat yang mengandung hama penyakit, yang karena ditiup angin melekat pada kaki binatang tersebut, dan apabila bersentuhan dengan tubuh manusia akan menyebabkan luka-luka dikulit, yang pada akhirnya menyebabkan tubuh rusak dan cacat”.

Syeh ini pun masih diselimuti keraguan akan kepastian makna “Burung”, karena beliau tidak meyakini itu dan menguatkan penafsiran “hewan bersayap” atau “serangga” itu bukanlah burung yang biasa kita kenal, namun sejenis serangga khusus yang mampu menyebarkan suatu penyakit tertentu. Dan Saya setuju dengan penafsiran beliau.

Ditemukannya Penyakit Cacar Pertama Kali.

Penyakit cacar pertama kali diprediksi ditemukan sekitar tahun 500-600 Masehi. Penyakit ini ditimbulkan dari sejenis hama penyakit (virus) yang terbawa oleh angin, dan mampu bertahan pada suhu/cuaca yang hangat. Cacar jenis ini ditulari melalui sentuhan fisik pada orang lain, dan bisa pula melalui udara. Penyebaran virus melalui udara diperlukan media penyebar/penular. Pada masa itu serangga-lah yang mampu membawa bibit-bibit penyakit tersebut. Diantara serangga-serangga yang kita ketahui mampu membawa penyebaran virus-virus penyakit seperti Nyamuk, Lalat, dan Lebah.

Ketika penyakit ini muncul dan diketahui hingga sekarang, bahwa serangga Lalat-lah yang mampu membawa bibit penyakit jenis ini, karena gejala-gejala penyakit ini pada tubuh manusia adalah di awali panas pada lapisan kulit, kemudian muncul bercak-bercak merah, lalu bentol dan gatal, menggelembung berisi cairan pada kulit, bila pecah terasa perih dan seperti terbakar pada kulit, kemudian kulit mengelupas, dan pada tahap akhir daya tahan tubuh mulai menurun, panas demam yang tinggi, sehingga banyak

Page 7: Musnahnya Tentara Bergajah

manusia yang tidak kuat menahan derita penyakit seperti ini.

Penyakit ini tergolong baru dan belum diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Itulah yang dinamakan penyakit Cacar pada dunia medis saat ini. Pertama kali muncul di tanah Mekah, yang menewaskan ratusan hingga ribuan orang, dimana kebanyakan yang tewas adalah para tentara penjajah (orang-orang Habsyi) yang telah lama bercokol disana (kurang lebih 30 tahun menjajah Mekah). Hal ini juga menjadi lembaran sejarah dunia medis, tentang wabah penyakit menular “Terdahsyat” yang disebabkan penyakit baru yang bersifat epidemi; “Cacar”.Penelusuran sejarah atas penyakit ini, diawali dari mewabahnya jenis penyakit ini yang menulari sebagian besar orang-orang Habsyi di tanah Arab dahulu. Banyaknya korban yang meninggal karena jenis penyakit ini menjadi pelajaran berharga, bahwa penyakit ini adalah jenis yang berbahaya yang mampu menelan banyak korban waktu itu. Karena tidak adanya penanggulangan penyakit kala itu, menyebabkan banyak penderita akut yang menulari orang lain yang masih sehat, sehingga karena keterbatasan pengetahuan orang-orang ketika itu dan memang belum ditemukannya serum pencegah penyakit, maka banyak pula diantara mereka yang mati dibantai oleh orang lain.

Pembantaian dilakukan demi mencegah penularan penyakit lebih luas lagi. Bahkan ada pula yang dibakar hidup-hidup oleh keluarganya, demi menyelamatkan orang yang masih sehat agar tidak tertular.

Usaha Kerajaan Habsyi Menundukkan Rezim Ka'bah.

Rezim Ka'bah adalah rezim yang diberkahi oleh Tuhan atas tanah Mekah. Karena Tuhan telah memberi restuNya melalui utusanNya; Nabi Ibrahim a.s.Mekah menjadi kota yang penuh berkah, karena semua umat manusia beribadah kepadaNya melalui peribadatan masing-masing dalam satu tempat yang bernama Ka'bah. Ka'bah sebagai rumah Allah juga telah digaris dalam Qur'an (Ba'itullah). Kota suci keramat yang bernama Mekah yang didalamnya ada Ka'bah, sama seperti halnya kita mengenal Jerusalem saat ini, yang pernah menjadi pusat peribadatan bersama seluruh umat; Yahudi, Nasrani, dan Muslim hingga saat ini. Namun saat ini Israel berusaha mengambil alih (secara paksa) penguasaan hak atas Jerusalem. Rezim Zionis berusaha dan berupaya mati-matian mengambil alih kekuasaan dari rezim Palestina, yang notabene memiliki hak penuh penguasaan atas Jerusalem itu dan memiliki pengaruh keseluruh dunia Islam. Hampir tiga dasawarsa Zionis Yahudi menganeksasi Jerusalem, dengan dalihnya yang tidak logis; memindahkan status Tel Aviv ke kota ini, hingga Jerusalem kehilangan statusnya. Dan Rezim Arafat (alm) yang didukung kelompok Hamas & Fattah

Page 8: Musnahnya Tentara Bergajah

berusaha mempertahankan Jerusalem sebagai kota suci bersama. Inilah yang pernah terjadi pula pada tahun Gajah di masa lalu itu.

Rezim Abrahah berusaha meruntuhkan rezim Ka'bah yang waktu itu memang menjadi 'mercusuar' dunia. Tidak ingin pamor dan kekuasaannya ditandingi oleh Ka'bah, kerajaan Habsyi ini berdalih dengan memindahkan tempat peribadatannya ke Mekah. Jalan damai penuh kelicikan itulah konsep mereka. Tetap saja bagi mereka penjajahan perlu dilakukan demi menaklukan pengaruh Ka'bah yang semakin meluas itu dan menjadi kiblat bagi setiap negeri.

Berbagai pengaruh dilancarkan, mulai dari politik uang, hingga penindasan atas hak-hak kepemilikan tanah warga Arab. Bahkan para penguasa Habsyi banyak menahan para pejabat Ka'bah dan memblokade jalur-jalur perdagangan yang ada. Sehingga Mekah mengalami kemerosotan ekonomi dari sektor perdagangan luar negerinya.

Sesungguhnya sama persis apa yang pernah kita alami tempo dulu, dimana rezim Juliana (kerajaan Belanda) berusaha meng'gencet' habis pengaruh dan kekuasaan dari rezim Soekarno ketika itu. Blokade ekonomi dan penangkapan para aktivis pejuang kemerdekaan bahkan pengasingan para pejabat Indonesia ketika itu semakin memprihatinkan. Belanda yang terkenal tentaranya kuat dan tangguh, berusaha menjajah negeri kita. Namun Tuhan berkehendak memelihara negeri ini dari tekanan Belanda ketika itu. Banyak sejumlah tentara Belanda yang selama 350 tahun bercokol di negeri kita akhirnya musnah terkena wabah penyakit kelamin (gonorhea/sifillis) yang menular pada waktu itu. Dan sebagian lainnya musnah akibat pertempuran sengit yang menyebabkan kekalahan yang memalukan bagi Belanda.

Kontradiksi Penafsiran Al-Fiil.

Sejenak kita tengok bagaimana penafsiran surat Al-Fiil yang hingga kini masih diyakini sepenuhnya di kalangan umat Islam itu.

Page 9: Musnahnya Tentara Bergajah

1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? 2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia?,3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Coba lihatlah, dan renungkan maknanya dalam satu surat tersebut. Kesan apa yang Anda dapatkan?

Ya, bila kita menafsirkan surat Al-Fiil tersebut berdasarkan terjemahan semata, jelaslah memberikan kesan 'dongeng' atau 'mitos' atas peristiwa yang telah Allah jelaskan tersebut. Padahal firman Tuhan dalam Al-Qur'an memberikan penegasan kisah yang sangat mendalam yang dituangkan dalam bentuk 'puisi' indah dalam susunan kata dan kalimatNya. Sehingga perlu bagi kita menggali lebih dalam apa yang Allah maksudkan dari semua kisah tersebut.

Bukanlah hal yang wajar bahwa penegasan yang kita katakan 'benar' tersebut malah berujung pada pemahaman yang bersifat 'menina-bobokan' seorang bocah kecil. Padahal penafsiran isi surat ini pun memerlukan penajaman makna bahasa yang dalam dunia syair/puisi memberikan kesan yang 'luar biasa'. Mampukah kita me'luar biasa'kan makna tersebut?

Pembenaran Atas Sebuah Kebenaran.

Kini, marilah kita merefleksikan makna yang luar biasa tersebut.Perlu kita ketahui bersama bahwa setiap Firman Tuhan yang terdapat dalam Al Qur'an merupakan penegasan atas sebuah kandungan kisah, petuah, petunjuk maupun sejarah yang digambarkan kedalam susunan kata yang bersyair indah. Ya, puisi Tuhan inilah yang memang tidak ada tandingannya. Sekalipun seluruh pujangga berupaya menghadirkan syair yang indah, tetaplah tidak bernilai 'luar biasa' dibandingkan dengan puisi Tuhan dalam Al-Qur'an ini.

Salah satu puisi indah milik Tuhan itu ialah surat Al-Fiil ini.Seluruh kisah, peristiwa, dan kejadian yang telah berlalu dilukiskan hanya dengan beberapa rangkaian kalimat saja. Sungguh luar biasa apa yang di

Page 10: Musnahnya Tentara Bergajah

maknai Tuhan untuk diberikan kepada seluruh hambanya, sebagai cerminan hidup dan kehidupan kita di masa-masa berikutnya. Jadi, hendaknya Anda tidak menjadikan 'murahan' ayat-ayat Tuhan tersebut. Kesan 'murahan' disebabkan sikap Anda dalam memaknai setiap ayat-ayat Tuhan dengan penafsiran arti dan pemahaman yang kurang sempurna atau bahkan jauh dari apa yang Allah maksudkan untuk itu. Padahal bila kita mau merenungkan dan mendalami makna yang sebenarnya atas firman Tuhan ini, tentulah kita akan mendapatkan 'cahaya' tersebut yang akan menuntun kita mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna tajam dan luas. Semua itu bisa dicapai dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan-lah yang menuntun kita untuk mendapatkan pembenaran atas sebuah kebenaran yang sudah kita terima selama ini.

Surat Al-Fiil, adalah salah satu contoh dari sebuah firman Tuhan yang perlu ditelusuri lebih jauh, agar manusia dapat menemukan makna sebenarnya yang terkandung dalam ayatNya tersebut., sehingga memberikan hasil yang dapat mengagungkan kebesaranNya atas penegasan peristiwa yang belum diketahui hingga manusia dapat mengetahuinya.Inilah yang kita sebut keagungan Qur'an sebagai sebuah sumber yang otentik dari Tuhan Allah yang Maha Agung.

Kesimpulan Penafsiran Al-Fiil.

Surat Al-Fiil dalam Qur'an berisi penegasan Allah atas peristiwa yang terjadi pada tahun gajah (pada masa kejayaan kerajaan Habsyi). Abrahah bin As Sabbah adalah contoh dari penguasa yang tidak memandang bahwa dibalik kekuasaannya itu ada kekuasaan lain yang melebihi kerajaannya tersebut. Ialah kekuasaan Allah SWT. Abrahah tidak menyadari bahwa pengaruh dan kekuasaannya bukanlah menjadi tandinganNya yang mana ia telah tancapkan di bumi Mekah itu. Ka'bah, adalah simbol sebuah rezim yang mana dalang dibalik semua itu adalah Allah sendiri. Allah-lah yang menjadikan Ka'bah sebagai simbol kebesaran pengaruhNya dan KekuasaanNya atas bumi ini (ba'itullah).

Sekalipun manusia memandang Abrahah sebagai sebuah rezim yang kuat dan besar di masa itu (bagaikan seekor Gajah), Allah malah sebaliknya menunjukkan kepada manusia bahwa kebesaran dan kekuatan yang sebenarnya adalah di dalam pengaruh Ka'bah itu sendiri, sebagai rezim yang memiliki pengaruh besar di seluruh penjuru dunia.

Abrahah tidak pernah mampu menandingi bahkan meruntuhkan rezim ini. Segala daya upayanya selama puluhan tahun demi meruntuhkan rezim ini malah sia-sia tak berhasil. Pendudukannya atas tanah Mekah, demi meruntuhkan rezim ini dianggap oleh Allah sebagai sebuah bentuk

Page 11: Musnahnya Tentara Bergajah

pembangkangan terhadap seruan Tuhan, bahwa Tuhan telah menyerukan berabad-abad yang lalu melalui Ibrahim a.s, perihal peribadatan yang akan dibangun di bumi ini. Ya, Ka'bah sekaligus sebagai wadah berkumpulnya umat manusia di bumi ini untuk tetap setia memberikan ketaatannya kepada Sang Pencipta. Ka'bah pula sebagai moment penting yang telah Tuhan berikan 'pengajaran' dan 'pelajaran'Nya untuk umat manusia.

Sikap yang sudah melampaui batas dari tindakan Abrahah, dirasa perlu bagi Allah untuk membalasnya. Hanya dengan makhluk ciptaanNya yang kecil (berupa serangga) pasukan Abrahah dibuat tak berdaya. Bagaikan 'semut' melawan 'gajah', namun malah membuat hasil yang luar biasa. Sungguh diluar dugaan, bahwa tentara Abrahah musnah oleh sekelompok hewan kecil ini (Lalat). Sekaligus Allah menurunkan 'pengajaran' baru bagi manusia tentang apa itu penyakit menular dan mewabah yang disebabkan dari hewan ini. Dan semua itu ditimpakan pada sekelompok manusia yang menjadi 'martir' dalam rencana Tuhan itu. Tidak lain merekalah para pengikut Abrahah, sebuah rezim kesewenang-wenangan yang tidak menilai dan memilah mana yang boleh dan tidak boleh dilampaui oleh kekuasaan manusia sebagai seorang hamba, bukan sebagai seorang Tuhan yang berkuasa atas segala pengaruh pada seluruh negeri.

Lalat inilah yang menjadi penyebar virus penyakit baru yang bernama “Cacar”, yang terbang berkelompok, menghinggapi orang-orang yang telah ditandai Allah sebagai 'musuh', yang mana pada kaki Lalat tersebut telah telah menempel bibit penyakit (virus) cacar. Menghinggapi satu orang hingga menulari puluhan orang, dan membawa kerusakan pada kulit penderita berupa gatal-gatal dan bentol-bentol merah (seperti batu yang sangat panas), menggelembung berisi cairan yang terasa perih, serta menyebabkan kulit mengelupas (seperti daun yang dimakan ulat). Mereka banyak yang tewas mengenaskan, karena memang tidak dapat dicegah dengan berbagai cara dan obat-obatan lainnya.

Ini adalah jenis penyakit baru yang belum diketahui banyak, serta belum ada obatnya. Wajarlah wabah penyakit ini sulit ditanggulangi saat itu. Satu persatu manusia berguguran. Banyak penderita yang tak tahan dengan penyakit ini, bahkan banyak pula penderita yang mengakhiri hidupnya sendiri dan diakhiri hidupnya oleh pihak lain. Mulai dari anak-anak, wanita dan orang tua banyak yang menjadi korban dari keganasan penyakit ini, dan yang terbanyak dari kalangan orang-orang Habsyi (tentara Abrahah).

Wabah penyakit yang berjalan hanya beberapa bulan saja, sudah mampu merontokan ratusan bahkan ribuan orang pada masa itu. Berbagai tabib yang didatangkan dari segenap pelosok negeri tidak ada yang mampu menuntaskan wabah ini. Kehebohan wabah cacar ini membuat banyak orang

Page 12: Musnahnya Tentara Bergajah

di kota Mekah yang mengungsi keluar kota, demi menghindari penularannya. Pengungsian besar-besaran dari warga kota Mekah dianggap oleh Abrahah sebagai sebuah keuntungan untuk mengambil alih kekuasaan dari rezim Ka'bah.

Abrahah tetap meyerukan kepada seluruh warganya untuk bertahan di kota Mekah dengan alasan yang dibuat-buat, sebagai 'pembodohan publik' atas warganya sendiri bahwa mereka adalah berhak atas tanah Mekah dan hidup di wilayah Mekah. Apapun yang terjadi mereka harus menghadapinya dan menyelesaikannya sendiri tanpa campur tangan pemerintahan Mekah saat itu. Dinasti Hasyim yang berkuasa saat itu tidak mau menggubris apapun aspirasi yang datang dari para pendukung Abrahah ini.

Rezim Ka'bah menganggap bahwa kerajaan Habsyi dibawah pimpinan Abrahah telah berupaya menganeksasi wilayah Mekah, dan ini adalah bentuk penjajahan atas negeri mereka. Walaupun mereka ingin berontak untuk melawan rezim Abrahah, namun apa daya, mereka tidak cukup sanggup menghadapi kudeta Abrahah yang telah dilancarkannya tersebut.

Namun nasib berkata lain. Allah memberikan pertolonganNya kepada rezim Ka'bah untuk bangkit menghadapi rezim Abrahah. Sebagian besar orang-orang Habsyi dimusnahkan dengan wabah penyakit menular, sehingga Abrahah mengalami kekurangan tentaranya dalam jumlah banyak, dan sebagian lagi menjadi tandingan yang seimbang bagi warga Mekah dalam memberikan perlawanan dan memusnahkannya pada pertempuran berikutnya.

Inilah Kekalahan atas Abrahah dan antek-anteknya, serta kemenangan atas rezim Ka'bah dan warganya. Demikianlah kemusnahan tentara Abrahah yang terjadi pada periode tahun gajah itu. Peristiwa ini memberi pelajaran penting, bahwa “Tirani Kekuasaan” memiliki batasan yang tidak boleh melampaui batas-batas kekuasaan Tuhan. Bila hal itu terlampaui, jelas ini merupakan pelanggaran atas hak-hak Tuhan sebagai sang pemilik kekuasaan tertinggi dalam kehidupan makhluk ciptaanNya, sekaligus penguasa atas kerajaan langit dan bumi, Maha Raja atas seluruh raja dari seluruh kerajaan yang berkuasa dan berpengaruh di bumi manapun. Ini adalah batas-batas yang perlu disadari oleh hambaNya. Kisah Abrahah dan tentaranya adalah contoh dari peristiwa yang telah dilukiskan Allah dalam puisiNya yang indah itu (Al-Fiil, ayat 1-5).

--2012--